NASKAH PUBLIKASI
KECERDASAN RUHANIAH DAN SIKAP TERHADAP KONTES KECANTIKAN PADA MAHASISWA MUSLIM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
Oleh: ANIK TRIMARTINI H. FUAD NASHORI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2006
NASKAH PUBLIKASI
KECERDASAN RUHANIAH DAN SIKAP TERHADAP KONTES KECANTIKAN PADA MAHASISWA MUSLIM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
Telah Disetujui Pada Tanggal
Dosen Pembimbing Utama
(H. Fuad Nashori, S.Psi., M. Si)
KECERDASAN RUHANIAH DAN SIKAP TERHADAP KONTES KECANTIKAN PADA MAHASISWA MUSLIM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA Anik Trimartini H. Fuad Nashori Universitas Islam Indonesia INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara kecerdasan ruhaniah dengan sikap terhadap kontes kecantikan. Dugaan awal dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara kecerdasan ruhaniah dan sikap terhadap kontes kecantikan pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Semakin tinggi tingkat kecerdasan ruhaniah maka semakain rendah sikap seseorang terhadap kontes kecantikan. Sebaliknya, semakin rendah tingkat kecerdasan ruhaniah maka semakin tinggi sikap seseorang terhadap kontes kecantikan. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia yang masih aktif, baik pria maupun wanita, terdiri dari berbagai angkatan, dan dari berbagai jurusan (Ekonomi Akutansi, Ekonomi Manajemen, dan Ekonomi Pembangunan). Adapun skala yang digunakan adalah modifikasi dari skala kecerdasan ruhaniah dari Chairani (2002), mengacu pada aspek kecerdasan ruhaniah yang dikemukakan oleh Tasmara (2000) dan skala sikap terhadap kontes kecantikan yang disusun oleh peneliti dengan mengacu pada aspek sikap yang dikemukakan oleh Azwar (2005). Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS versi 12.0 untuk menguji apakah ada hubungan antara kecerdasan ruhaniah dan sikap terhadap kontes kecantikan. Korelasi product moment dari spearman menunjukkan korelasi sebesar r = -0,231 yang artinya ada hubungan negatif yang signifikan antara kecerdasan ruhaniah dan sikap terhadap kontes kecantikan. Jadi hipotesis penelitian diterima. Kata Kunci : Kecerdasan Ruhaniah, Sikap Terhadap Kontes Kecantikan
Pengantar
Kontroversi keikutsertaan Puteri Indonesia 2004 Artika Sari Devi dalam pemilihan Miss Universe 2005 di Bangkok sempat menjadi topik pembicaraan oleh berbagai kalangan masyarakat dan di berbagai media massa. Bahkan cenderung meruncing setelah beredar pose-pose setengah telanjang gadis cantik asal BangkaBelitung itu. Banyak kalangan masyarakat tidak menyetujui adanya kontes semacam itu karena tidak sesuai dengan ajaran agama serta budaya Indonesia. Majelis Ulama Indonesia (MUI) oleh Ketua Komisi Fatwa MUI KH Ma’ruf Amin mengeluarkan fatwa mengharamkan muslimin dan muslimah Indonesia mengikuti kontes kecantikan. Ajaran agama Islam mempunyai batasan dalam menilai perbuatan yaitu berasal dari Allah SWT sehingga sangat jelas dan hakiki. Sebagai manusia yang beragama, mau tidak mau, suka tidak suka, kita wajib menjadikan agama sebagai standar hidup dalam menilai sesuatu. Sebab setiap perbuatan manusia ada aturannya, berkaitan dengan membuka aurat di depan umum seperti tertulis dalam Al’quran surat AN Nuur ayat 31 yang artinya :
“Katakanlah kepada wanita beriman, Hendaknya mereka mengekang pandangan, dan menjaga kehormatan dan tidak menampakkan perhiasannya, kecuali yang wajar tampak. Juga hendaknya mereka menjulurkan kerudung sampai menutup lubang leher dan tidak menonjolkan perhiasannya, kecuali untuk suami, ayahnya, mertua laki-laki, anak laki-laki mereka, anak laki-laki suaminya, saudara lakilakinya, putera saudara laki-lakinya, putera saudara perempuannya, atau muslimah yang lain, atau budak wanita yang mereka miliki, atau pelayan laki-laki yang dingin terhadap wanita atau anak-anak yang belum tertarik akan aurat wanita. Janganlah
mereka menghentakkan kakinya agar nampak perhiasan yang mestinya tertutup. Dan bertobatlah kamu semua, hai orang yang beriman, niscaya kamu berbahagia.” Meskipun MUI telah mengeluarkan fatwa serta menghimbau agar umat Islam tidak mengikuti kegiatan kontes kecantikan dan agama Islam juga tidak memperbolehkan seseorang baik itu pria maupun wanita untuk membuka auratnya didepan umum yang notabene adalah salah satu kegiatan dalam kontes kecantikan, tetapi banyak juga masyarakat muslim yang justru mendukung bahkan mengikuti kegiatan tersebut.
Kegiatan semacam kontes kecantikan yang diadakan oleh suatu lembaga, berbagai media cetak maupun televisi, merek pakaian tertentu dan berbagai produk kecantikan tidak sedikit peserta ataupun finalisnya adalah muslim baik itu pria maupun wanita untuk katagori anak-anak, remaja dan dewasa. Misalnya saja pemilihan
Putera/Puteri
Pariwisata
Daerah,
Putera/Puteri
Majalah
Sampul
(coverboy/covergirl), Top Model Cardinal, Wajah Revlon, Miss World, Miss Universe, Puteri Indonesia, Miss Indonesia, Cantik Indonesia, Model Indonesia dan masih banyak lagi kontes serupa yang diikuti oleh peserta beragama Islam (muslim).
Kenyataan diatas ditanggapai dengan sikap yang berbeda-beda oleh masyarakat muslim sendiri terhadap kontes kecantikan, ada yang mendukung (positif) dan ada yang tidak mendukung (negatif). Mereka yang mendukung kontes kecantikan memandang bahwa kegiatan tersebut dapat dijadikan sebagai mediator untuk menyalurkan bakat, menambah wawasan dan pengetahuan (bidang seni, pariwisata,
budaya dan sebagainya), ajang promosi, ketenaran dan lain-lain. Namun, mereka yang bersikap menentang kontes kecantikan, didasari atas ketidaksesuaian dengan budaya ketimuran Indonesia dan nilai-nilai agama (Islam) yang mengharamkan umatnya untuk membuka aurat didepan umum, serta ada juga yang menganggap bahwa kontes kecantikan sebagai eksploitasi wanita dalam mempromosikan suatu produk tertentu.
Menurut Mar’at (Walgito, 1991) sikap seseorang terhadap sesuatu dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal ini meliputi segi fisiologis dan psikologis. Salah satu segi psikologis yang ada pada manusia dan dianggap penting serta
memiliki
pengaruh
besar
dalam
pembentukan
sikapnya
adalah
kecerdasan(intelligence). Salah satu kecerdasan yang dimiliki oleh manusia adalah kecerdasan spiritual (SQ) selain IQ dan EQ (Nggermanto, 2005).
Zohar dan Marshall (2002) mengungkapkan bahwa kecerdasan spiritual (SQ) merupakan kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan masalah dan nilai, menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Tetapi menurut Agustian (Najati, 2002) istilah kecerdasan spiritual masih berkisar pada wilayah biologis dan psikologis semata, belum menyentuh tataran ilahiah yang bersifat transsendental.
Istilah Transcendental Intelligence (Kecerdasan Ruhaniah) diperkenalkan pertama kali oleh Tasmara (2001). Tasmara berusaha menjembatani dua kecerdasan baik kecerdasan ruhaniah secara universal dan kecerdasan spiritual secara Islami. Tasmara (2001) bahwa kecerdasan ruhaniah sebagai kecerdasan yang berpusat pada rasa cinta yang mendalam kepada Allah SWT dan seluruh ciptaan-Nya, dan merupakan kapasitas penggunaan nilai-nilai keimanan yang dapat dijadikan pedoman di dalam melaksanakan suatu perbuatan yang bertanggung jawab.
Dalam hubungannya dengan sikap seseorang terhadap kontes kecantikan, individu yang memiliki kecerdasan ruhaniah yang tinggi akan cenderung bersikap negatif, karena ia mampu menilai dan menempatkan perilakunya bahwa apa yang diajarkan oleh agama harus ia taati dan dijalankan (berkaitan dengan larangan mempertontonkan auratnya didepan umum).
Berdasar uraian peristiwa di atas, penulis ingin mandapatkan bukti empiris tentang adanya hubungan antara kecerdasan ruhaniah dengan sikap terhadap kontes kecantikan pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan ruhaniah dengan sikap terhadap kontes kecantikan pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
Dari penelitian dapat diperoleh tambahan khasanah pengetahuan baru bagi ilmu Psikologi Islami maupun Psikologi Sosial tentang kecerdasan ruhaniah dan sikap terhadap kontes kecantikan.
Secara praktis penelitian ini juga bisa menjadi masukan bagi pihak-pihak yang peduli terhadap permasalahan sosial terutama pro dan kontra atas kegiatan kontes kecantikan. Selain itu sebagai masukan mengenai perlunya pengembangan kecerdasan ruhaniah untuk menyikapi kegiatan kontes kecantikan yang kini banyak diselenggaraakan baik di berbagai tempat maupun melalui media massa.
Sikap Terhadap Kontes Kecantikan
Contest (bahasa Inggris) berarti pertandingan, perlombaan, memperebutkan memperjuangkan (Echols dan Shadily, 2002). Ke-cantik-an adalah ke-indah-an, kejelita-an, ke-elok-an, ke-molek-an (Wibawa dan Suyoto,___). Jadi kontes kecantikan adalah suatu perlombaan untuk memperebutkan sesuatu (gelar) yang didasari oleh kecantikan atau kejelitaan seseorang. Kontes kecantikan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah perlombaan atau kegiatan yang memperebutkan suatu (gelar), memamerkan sesuatu (misalnya produk pakaian non muslim) yang didasari semata-mata dengan mengutamakan kecantikan atau ketampanan dan fisik tubuh yang ideal baik diikuti oleh pria maupun wanita di depan publik.
Macam dari kontes kecantikan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah semua bentuk kegiatan yang didalamnya memang secara sengaja sebagai ajang memamerkan tubuh dan kecantikan maupun ketampanan para pesertanya, misalnya acara kontes kecantikan yang banyak diadakan oleh berbagai media baik untuk peserta pria maupun wanita, fashion show (pagelaran busana) pakaian non muslim (pakaian yang memamerkan aurat pemakainya baik pria maupun wanita). Cutlip dan Center (Irmawanti, 2002) menyatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan individu dalam memberikan respon terhadap suatu permasalahan atau situasi tertentu. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu kecenderungan perilaku seseorang dalam menanggapi suatu hal. Sikap terhadap kontes kecantikan adalah kecenderungan individu dalam memberikan respon terhadap suatu perlombaan untuk memperebutkan sesuatu (gelar) yang didasari oleh kecantikan atau kejelitaan seseorang. Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah respon evaluatif, yang mencakup aspek kognisi, afeksi, dan konasi, berupa setuju maupun tidak setuju yang dilakukan individu terhadap statu objek sikap. Pandangan lain mengenai sikap yang lebih dikenal dengan Tripartite Model dikemukakan oleh Rosenberg dan Hovland (Azwar, 2005) menempatkan tiga komponen yaitu kognitif, afeksi, dan konasi (perilaku). a. Komponen kognisi berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Misalnya dalam kaitannya dengan kontes kecantikan seseorang percaya bahwa melalui kontes kecantikan seseorang dapat
menyalurkan bakatnya di bidang modeling atau dengan kontes kecantikan akan menjadi terkenal di kalangan masyarakat. b. Komponen afeksi menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Respon afektif verbal misalnya betapa senangnya atau bencinya ia melihat acara kontes kecantikan, sedangkan respon non verbal berupa reaksi fisik seperti ekspresi muka yang mencibir, tersenyum, gerakan tangan, dan sebagainya. c. Komponen konasi atau komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Respon konatif pada dasarnya merupakan kecenderungan untuk berbuat. Secara verbal misalnya berupa keinginan untuk ikut dalam kontes kecantikan atau keinginan untuk mengkritik acara tersebut. Non-verbal berupa tindakan seperti mengajak atau melarang teman untuk ikut dalam kontes kecantikan.
Kecerdasan Ruhaniah
Tasmara (2001) mengartikan kecerdasan ruhaniah sebagai kemampuan seseorang untuk mendengarkan hati nuraninya atau bisikan kebenaran yang mengilahi dalam cara dirinya mengambil keputusan maupun melaksanakan pilihan-pilihan, berempati dan beradaptasi.
Tasmara (2001) menyatakan indikator dari kecerdasan ruhaniahadalah takwa. Pengertian takwa sebagai bentuk tanggung jawab dalam kaitannya dengan kecerdasan ruhaniah akan terasa lebih aplikatif dan memiliki tolak ukur yang jelas serta dapat dilaksanakan secara praktis, sehingga mempengaruhi perilaku sehari-hari.
Aspek-aspek dalam penelitian ini dapat dilihat melalui indikator dan ciri-ciri yang menunjukkan esensi kecerdasan ruhaniah. Tasmara (2001) menyatakan ciri-ciri individu yang memiliki kecerdasan ruhaniah yang tinggi antara lain meliputi; memiliki visi, merasakan kehadiran Allah, Berdzikir dan berdoa, memiliki kualitas sabar, cenderung kepada kebaikan, memiliki empati, berjiwa besar, dan bahagia melayani.
Hubungan Antara Kecerdasan Ruhaniah dan Sikap Terhadap Kontes Kecantikan
Tasmara (2001) berpendapat bahwa seseorang yang cerdas secara ruhaniah memiliki visi atas hidupnya sehingga individu menyadari bahwa hidup tidak hanya di dunia tetapi lebih pada mencapai sesuatu pertemuan yang hakiki dengan Tuhannya, sehingga menimbulkan perasaan damai dan kepasrahan yang luar biasa untuk selalu berbuat baik dan menjadikan hidupnya lebih baik dari hari-hari sebelumnya.
Seseorang yang bersikap positif terhadap kontes kecantikan atas dasar memenuhi kebutuhan materi dan duniawi dapat dikategorikan sebagai pribadi yang
rendah kecerdasan ruhaniahnya. Sebaliknya pribadi yang memandang hidup bukan hanya di dunia saja tetapi lebih berorientasi ke akhirat maka ia dapat digolongkan menjadi pribadi yang cerdas secara ruhaniah.
Seseorang yang cerdas secara ruhaniah akan senantiasa merasakan kehadiran Allah dimana pun ia berada. Ikuti dalam kegiatan kontes kecantikan merupakan sesuatu hal yang ditentang oleh agama dan seorang muslim yang memiliki kecerdasan ruhaniah yang tinggi tentu saja tidak akan melanggarnya. Sebab apapun yang dilakukan oleh setiap manusia tidak akan terlepas dari pengawasan Allah, sehingga sebagai seorang muslim maupun muslimin yang baik akan berpikir ulang untuk mengambil segala keputusan dan juga segala tindakan.
Pada saat seseorang melakukan komunikasi dengan Allah secara tulus dan bersungguh-sungguh baik dengan cara berdoa maupun berdikir, maka akan mendapatkan perasaan yang tenang dan damai. Ketika melihat maupun membaca mengenai kegiatan kontes kecantikan yang membuka aurat di depan umum, sebagai individu yang memiliki kecerdasan ruhaniah akan berucap maupun menyebut asma Allah. Seketika itu pula individu tersebut melakukan komunikasi dengan Allah dan ia memperoleh ketenangan hati.
Kegiatan kontes kecantikan memang menjanjikan materi dan kepopuleran bagi yang mengikutinya, tetapi alangkah baiknya hal tersebut disikapi dengan kewajaran dan kesabaran untuk tidak mengikutinya. Sehingga kecerdasan ruhaniah dapat
dimiliki
dengan
mudah
oleh
individu-individu
yang
menyikapi
berbagai
permasalahan dengan penuh kesabaran.
Individu yang memiliki kecerdasan ruhaniah yang tinggi akan senantiasa melakukan hal-hal yang positif dan tentu saja tidak melanggar perintas agama. Oleh sebab itu ia merasa tidak ada gunanya mengikuti kontes kecantikan yang secara jelas melanggar perintah agama. Keinginan berbuat baik dapat menjadikan seseorang tidak akan kehabisan aktivitas bahkan sebaliknya akan tetap berkecimpung di lingkungan sosialnya dan tentu saja dengan kemampuan yang ia miliki.
Pribadi yang cerdas secara ruhaniah juga dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain sebagai kemampuan berempati. Ia akan mempunyai pikiran maupun perasaan bahwa menolong orang yang sangat membutuhkan bantuan adalah perbuatan yang lebih mulia dibandingkan dengan mengikuti ajang mempertontonkan aurat tubuh di depan umum.
Seseorang yang memiliki kecerdasan ruhaniah yang tinggi juga memiliki jiwa yang besar dan dapat menerima segala konsekuensi perkembangan jaman seperti halnya mengenai dunia fashion. Kontes kecantikan sangat berkaitan erat dengan segi penampilan, maka hal seperti ini akan disikapi oleh orang yang mempunyai kecerdasan ruhaniah tinggi sebagai hal yang biasa dan tidak akan terbawa arus untuk mengikutinya. Sikap seperti ini akan melahirkan penerimaan diri dan penyesuaian diri yang baik dan akan mendatangkan kebahagiaan bagi dirinya sendiri.
Banyak kalangan masyarakat menilai bahwa kegiatan kontes kecantikan melanggar norma dan nilai agama serta budaya yang ada di masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu sebagai perwujudan sikap tanggung jawab untuk tidak melanggar norma budaya maupun agama maka pribadi yang cerdas secara ruhaniah tidak akan mengikuti kontes semacam itu.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki kecerdasan ruhaniah adalah seseorang yang mampu mendengarkan suara Tuhannya yang selalu mendorong dan memberi kekuatan untuk tetap melakukan berbagai kebaikan dalam rangka pengabdiannya kepada Allah dan mampu mempertahankan hubungannya sesama manusia dengan baik tanpa merugikan dirinya dan orang lain.
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang negatif antara kecerdasan ruhaniah dengan sikap terhadap kontes kecantikan pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Semakin tinggi tingkat kecerdasan ruhaniahnya maka sikapnya akan semakin negatif terhadap kontes kecantikan, dan sebaliknya, semakin rendah tingkat kecerdasan ruhaniahnya maka sikapnya akan semakin positif terhadap kontes kecantikan.
Metode Penelitian Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Tergantung
: Sikap Terhadap Kontes Kecantikan
2. Variabel Bebas
: Kecerdasan Ruhaniah
1. Sikap Terhadap Kontes Kecantikan Sikap terhadap kontes kecantikan adalah kecenderungan individu dalam memberikan respon terhadap suatu perlombaan untuk memperebutkan sesuatu (gelar) yang didasari oleh kecantikan atau kejelitaan seseorang.
Sikap tersebut dapat diukur dengan menggunakan skala sikap yang dibuat sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada teori sikap dari Azwar (2005), yang meliputi aspek-aspek antara lain : kognisi, afeksi, konasi. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin positif (setuju) sikap mahasiswa terhadap kontes kecantikan, dan semakain rendah skor yang diperoleh maka semakin negatif (tidak setuju) sikap mahasiswa terhadap kontes kecantikan.
2. Kecerdasan Ruhaniah Kecerdasan
ruhaniah
merupakan
kemampuan
seorang
muslim
untuk
bertanggung jawab terhadap ajaran agama yang diperolehnya dengan cara melaksanakan ajaran agama tersebut dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga menumbuhkan keyakinan yang mendalam kepada Allah SWT.
Kecerdasan ruhaniah diukur melalui skala kecerdasan ruhaniah yang dimodifikasi dari Chairani (2002) dan mengacu pada aspek-aspek kecerdasan ruhaniah yang dikemukakan oleh Tasmara (2001) yaitu : memiliki visi, merasakan kehadiran Allah, Berdzikir dan berdoa, memiliki kualitas sabar, cenderung kepada kebaikan, memiliki empati, berjiwa besar, dan bahagia melayani. Tingkat kecerdasan ruhaniah dapat dilihat melalui skor yang diperoleh pada skala kecerdasan ruhaniah. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi tingkat kecerdasan ruhaniahnya, sebalikya semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah pula tingkat kecerdasan ruhaniahnya.
Subyek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Islam Indonesia Fakultas Ekonomi. Kriteria subjek adalah mereka yang masih dalam jenjang pendidikan S1, beragama Islam, baik laki-laki maupun perempuan., subjek terdiri atas berbagai angkatan dan berbagai jurusan (Ekonomi Akutansi, Ekonomi Manajemen, Ekonomi Pembangunan).
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode skala, yaitu skala kecerdasan ruhaniah dan skala sikap terhadap kontes kecantikan.
Skala kecerdasan ruhaniah ini dimodifikasi dari skala kecerdasan ruhaniah dari Chairani (2002), mengacu pada aspek kecerdasan ruhaniah yang dikemukakan oleh Tasmara (2001), yaitu: memiliki visi, merasakan kehadiran Allah, Berdzikir dan berdoa, memiliki kualitas sabar, cenderung kepada kebaikan, memiliki empati, berjiwa besar, dan bahagia melayani.
Aspek-aspek skala kecerdasan ruhaniah dijabarkan dalam aitem-aitem yang terdiri dari aitem-aitem favorable dan aitem-aitem unfavorable. Bentuk skala sikap terhadap kecerdasan ruhaniah ini menggunakan Method of Summated Ratings dengan empat alternatif jawaban yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Skor untuk skala ini bergerak dari 1 sampai 4. Untuk butir favorable SS diberikan skor 4, S = 3, TS = 2, STS = 1. Skor untuk butir unfavorable SS diberikan skor 1, S = 2, TS = 3, STS = 4.
Skor total diperoleh dengan menjumlahkan skor yang diperoleh subjek dalam setiap butir pada skala. Tingginya skor yang diperoleh subjek menunjukkan tingginya tingkat kecerdasan ruhaniah yang dimiliki, dan sebaliknya rendahnya skor yang diperoleh menunjukkan rendahnya kecerdasan ruhaniahnya
Skala sikap terhadap kontes kecantikan merupakan skala yang mengungkapkan sikap individu terhadap kontes kecantikan. Skala ini dibuat sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada teori sikap dari Azwar (2005) dan aspek-aspek kontes
kecantikan dibuat sendiri oleh peneliti. Aspek-aspek dalam skala ini antara lain: kognisi, afeksi, dan konasi
Dari aspek-aspek sikap tersebut dikembangkan beberapa pernyataan yang meliputi pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable. Skala sikap terhadap kontes kecantikan disusun dalam bentuk model Likert dan terdiri dari pernyataanpernyataan favorable dan unfavorable. Adapun pemilihan jawaban yang mengacu pada model Likert telah dimodifikasi sehingga hanya terdiri dari 4 alternatif jawaban dengan rentang nilai sebagai berikut : 1) Pernyataan favorabel SS (Sangat sesuai) = 4, S (Sesuai) = 3, TS (Tidak Sesuai) = 2, STS (Sangat Tidak Sesuai) = 1, 2) Pernyataan unfavorable STS (Sangat Tidak Sesuai) = 4, TS (Tidak Sesuai) = 3, S (Sesuai) = 2, SS (Sangat Sesuai) = 1
Skor total diperoleh dengan menjumlahkan skor yang diperoleh subjek dalam setiap butir pada skala. Tingginya skor yang diperoleh subjek menunjukkan sikap positif atau sikap setuju terhadap kontes kecantikan, begitu juga sebaliknya rendahnya skor yang dimiliki subjek menunjukkan sikap negatif atau sikap tidak setuju terhadap kontes kecantikan
Sebelum penelitian dilaksanakan, dilakukan uji coba terhadap skala penelitian. Uji coba skala kecerdasan ruhaniah dan sikap terhadap kontes kecantikan dilakukan pada tanggal 27 April 2006. Hasil analisis menunjukkan bahwa uji coba pada skala kecerdasan ruhaniah yang terdiri dari 72 aitem, menghasilkan aitem yang valid
(sahih) sebanyak 43 aitem. Uji coba terhadap skala sikap terhadap kontes kecantikan yang terdiri dari 64 aitem menghasilkan aitem yang dinyatakan valid (sahih) sebanyak 41 aitem.
Dalam penelitian ini pengambilan data dilakukan selama dua hari, yaitu pada tanggal 22 Mei 2006 dan 23 Mei 2006. Dalam pengisian skala, peneliti selalu menanyakan terlebih dahulu kepada subjek pernah atau belum pernah mengisi skala dalam try out yang telah dilaksanakan sebelumnya. Peneliti juga mendampingi responden dalam arti peneliti menunggu responden dalam mengisi skala hal ini dilakukan untuk memudahkan mereka dalam menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan skala. Metode pengisian angket ini dilakukan pada saat kondisi responden sedang duduk-duduk di hall, teras dekat area parkir sepeda motor, di lobi pintu masuk utama. Dari skor skala kecerdasan ruhaniah diketahui bahwa rerata empirik keseluruhan subjek adalah 138,19 sehingga dapat disimpulkan tingkat kecerdasan ruhaniah sebagian besar subjek penelitian ini berada pada kategori yang tinggi. Begitu pula rerata empirik yang dihasilkan sebagian besar subjek yaitu sebesar 82,31 maka dapat diketahui bahwa sikap subjek terhadap kontes kecantikan berada pada kategori sedang. Pada variabel kecerdasan ruhaniah menunjukkan K-S Z sebesar 0,073 ; p = 0,200 (p>0,05) sedangkan variabel sikap terhadap kontes kecantikan K-SZ = 0,080 ;
p = 0,117 (p>0,05). Hasil uji normalitas ini menunjukkan bahwa kedua alat ukur tersebut memiliki sebaran yang normal. Uji linearitas pada variabel kecerdasan ruhaniah dan variabel sikap terhadap kontes kecantikan diperoleh bahwa F = 5,772 ; p = 0,019 (p<0,05), dan deviation from linierity f = 1,127 ; p = 0,334 (p>0,05). Hasil uji linieritas tersebut menunjukkan antara kecerdasan ruhaniah dengan sikap terhadap kontes kecantikan bersifat linier dan tidak ada kecenderungan menyimpang dari garis linier. Analisis data menunjukkan bahwa terjadi korelasi antara variabel kecerdasan ruhaniah dengan variabel sikap terhadap kontes kecantikan. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas untuk korelasi sebesar 0,010 < 0,05 dan nilai koefisien korelasi menunjukkan bahwa di antara kedua variable terjadi korelasi negatif, maka semakin tingginya kecerdasan ruhaniah akan mengakibatkan semakin rendahnya nilai sikap terhadap kontes kecantikan, sehingga hipotesis dapat diterima.
Pembahasan Berdasarkan hasil analisis korelasi product moment dari Pearson diperoleh adanya korelasi yang signifikan antara kecerdasan ruhaniah dan sikap terhadap kontes kecantikan. Hal ini ditunjukkan Rxy = -0,231 dengan p = 0,010 (p<0,05) yang artinya ada hubungan yang negatif antara kecerdasan ruhaniah dan sikap terhadap kontes kecantikan,maka semakin tinggi kecerdasan ruhaniah akan mengakibatkan semakin rendahnya nilai sikap terhadap kontes kecantikan, sehingga hipotesis dapat diterima.
Dari hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa kecerdasan ruhaniah yang merupakan puncak dari penghayatan keberagamaan seorang muslim mempengaruhi seseorang mengatasi masalahnya dan bagaimana menyikapi masalah tersebut. Seseorang yang memiliki kecerdasan ruhaniah merasa dekat dengan Allah dan yakin bahwa Allah selalu berada di dekatnya sehingga menimbulkan keyakinan dan memberikan kekuatan bagi hambanya untuk menyikapi berbagai persoalan dalam kehidupannya sesuai dengan ajaran agama. Tasmara (2001) mengemukakan bahwa kesadaran seorang muslim terhadap waktu dan arah tujuan yaitu akhirat harus dimanifestasikan dalam bentuk rencanarencana yang konkrit. Rencana tersebut dilaksanakan dengan mengerahkan seluruh potensi yang dimiliki dan diseimbangkan antara qalbu dengan visi serta tanggung jawab karena selalu ada kesadaran yang hakiki di dalam hati untuk meraih ridha dari Allah SWT. Kegiatan kontes kecantikan oleh Majelis Ulama Indonesia dinyatakan sebagai kegiatan yang haram karena bertentangan dengan ajaran agama Islam. Kegiatan keagamaan yang sifatnya pribadi seperti sholat, berdoa, dzikir, membaca Al-Quran dan puasa akan memberikan ketenangan dan kesabaran dalam menyikapi iming-iming kegiatan kontes kecantikan. Keyakinan, ketabahan, kesabaran dan sikap yang menerima segala pemberian dari Allah baik fisik maupun materi akan membantu seseorang berpikir lebih positif agar tidak terjerumus dalam kegiatan kontes kecantikan yang termasuk kegiatan melanggar ajaran agama.
Kecerdasan ruhaniah subjek yang berada pada kategori tinggi kemungkinan dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan keagamaan yang bersifat pribadi maupun sosial yang dilakukan oleh subjek yang semakin baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Kesadaran subjek akan kebutuhan untuk mendekatkan diri kepada Allah juga bisa mempengaruhi tingginya kecerdasan ruhaniah subjek sehingga menimbulkan sikap yang tidak setuju terhadap kontes kecantikan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Azwar (2005) bahwa bila terdapat satu hal yang kontroversial, pada umumnya seseorang akan mencari informasi lain untuk memperkuat posisi sikapnya atau mungkin juga seseorang itu tidak mengambil sikap memihak. Dalam hal seperti itu ajaran moral yang diperoleh dari agama seringkali menjadi determinan tunggal yang menentukan sikap. Kecerdasan ruhaniah subjek yang cukup tinggi sebenarnya bisa ditingkatkan paling tidak dengan mengasahnya lebih tajam lagi. Menurut Tasmara (2001) mengemukakan bahwa dalam upaya mengasah kecerdasan ruhani dapat dilakukan dengan meneladani sikap dan perilaku Rasulullah saw, antara lain sifat shiddiq, istiqamah, fathanah, amanah dan tabliq yang dimiliki oleh Rasulullah saw. Shiddiq (jujur) merupakan komponen ruhani yang memantulkan berbagai sikap terpuji, sehingga hati akan selalu terbuka dan bertindak lurus sesuai dengan ajaran agama.
Kesimpulan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara antara kecerdasan ruhaniah dengan sikap terhadap kontes kecantikan. Semakin tinggi kecerdasan ruhaniah seseorang akan mengakibatkan semakin rendah sikapnya terhadap kontes kecantikan. Sebaliknya semakin rendah kecerdasan ruhaniah seseorang maka akan semakin tinggi atau setuju sikapnya terhadap kontes kecantikan.
Saran Bagi mahasiswa Mahasiswa yang ingin lebih meningkatkan kecerdasan ruhaniahnya sebaiknya mahasiswa tidak hanya mengutamakan pelaksanaan ibadah sebatas menjaga hubungan baik antar sesama manusia (hablumminannaas) tetapi juga perlu meningkatkan ibadah vertikal yaitu melaksanakan ibadah yang lebih khusyuk lagi kepada Allah SWT seperti sholat dan puasa serta ibadah yang lainnya. Begitu pula jika mahasiswa membentuk kelompok untuk berdiskusi tentang agama baik di lingkungan kampus maupun di luar kampus sehingga pandangan-pandangan tentang pelaksanaan ajaran agama Islam yang belum sempurna perlahan-lahan dapat diperbaiki. Agama dapat dijadikan pertimbangan melalui kecerdasan ruhaniah yang dimiliki mahasiswa dalam memutuskan atau mengambil sikap terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi atau sesuatu hal yang kontroversial seperti kontes kecantikan.
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan bahasan yang sama Penelitian ini memiliki kelemahan, antara lain; data yang diperoleh masih belum
memndalam
karena
peneliti
tidak
menggunakan
cara
lain
dalam
mengumpulkan data, seperti wawancara maupun observasi. Data yang diperoleh hanya melalui skala yang diisi oleh subyek penelitian. Masalah mengenai kontes kecantikan juga belum pernah diteliti sehingga belum diperoleh secara jelas mengenai faktor-faktor yang ada dalam kontes kecantikan.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. 2005. Penyusunan Skala Psikologi. Edisi ke-7. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar, S. 2005. Sikap Manusia Teori & Pengukurannya. Edisi Ke-2. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. Chairani, L. 2002. Hubungan Antara Kecerdasan Ruhaniah Dengan Perilaku Coping Pada Lanjut Usia. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Echols, J dan Shadily, H. 2002. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Hadi, S. 1991. Analisis Batir Untuk Instruyen Angket, Tes, Skala Nilai Dengan BASICA. Yogyakarta: Andi Offset Irmawanti, F,R. 2002. Sikap Terhadap ODHA Ditinjau Dari Pengetahuan Tentang HIV/AIDS Pada Remaja Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia. Jufri, M. 2003. Kecerdasan Religius Sebagai Kecenderungan Baru Dalam Psikologi.Intelektual: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Psikologi Vol.1.No.1.Februari 2003 hal 33-50. Kamilia, S. 2003. Kecerdasan Spiritual (SQ) dan Sikap Terhadap Pernikahan Dini Pada Mahasiswa Universitas Islam Indonesia. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia. Najati, U. 2002. Belajar EQ dan SQ dari Sunah Nabi. Jakarta: Hikmah. Nggermanto, A. 2005. Quantum Quotient : Kecerdasan Quantum, Cara Praktis Melejitkan IQ, EQ, dan SQ yang Harmonis. Bandung: Penerbit Nuansa. PP Al-Irsyad Al-Islamiyyah, 2004. MUI Larang Muslimah Ikuti Kontes Kecantikan. http://www.alirsyad.or.id/comments.php?id=P1369_0_2_0_C Rain, H. 2005. Hubungan Antara Kecerdasan Ruhaniah Dengan Altruisme Pada Mahasiswa. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.
Rowan, J. 1993. The Transpersonal : Psychotherapy and Counselling. London : Routledge Sari, V,P. 2005. Hubungan Kecerdasan Ruhaniah Dengan Minat Menabung di Bank Syariah. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia. Satiadarma, M,P. 2003. Sikap Bermusuhan Dan Penyakit Kronis. Arkhe: Jurnal Psikologi Ilmiah Th.8/No.1/2003 hal 1-14. Stein, S,J. &Book, H,E. 2002. Ledakan EQ: 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emocional Meraih Sukses. Bandung: Kaifa. Sukidi. 2004. Rahasia Sukses Kecerdasan Spiritual : Mengana SQ Lebih Penting Daripada IQ dan EQ. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Sulistyorini, S,Y. 2005. Keluhan Warga Jakarta: Eksploitasi Perempuan dan Pembodohan di Era Globalisasi. http://www.poskota.co.id/poskota/keluhan_contents.asp?id=328&news=&fi le=keluhan_index. Supatmiati, A. 2005. Artika dan Ideologi Miss tahrir.or.id/main.php?page=muslimah&id=1.
Universe.
http://hizbut-
Tasmara, T. 2001. Kecerdasan Ruhaniah (transcendental Intelligence) Membentuk Kepribadian Yang Bertanggung JAwab, Profesional, dan Berakhlak. Jakarta: Gema Insani. UII Press. 2000. Qur’an Karim dan Terjemahan Artinya. Yogyakarta: UII Press Universitas Islam Indonesia. Walgito, B. 1991. Hubungan Persepsi Mengenai Sikap Orang Tua dengan Harga Diri pada Siswa Tingkat Atas (SMA) di Propinsi Jawa Tengah. Disertasi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Wibawa, T., & Suyoto. ___. Kamus Bahasa Indonesia. Surabaya : CV Anugerah Zohar, D & Marshall, I. 2002. SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir Integralistik dan holistik untuk Memaknai Kehidupan. Terjemahan. Bandung: Mizan Media Utama.