NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN BERPIKIR POSITIF DENGAN KECEMASAN MENGERJAKAN SKRIPSI PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
Oleh: BAGUS MARSETO M. BACHTIAR, Drs., MM
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2007
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN BERPIKIR POSITIF DENGAN KECEMASAN MENGERJAKAN SKRIPSI PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
Telah Disetujui Pada Tanggal
Dosen Pembimbing Utama
(M. Bachtiar, Drs., MM)
HUBUNGAN ANTARA BERPIKIR POSITIF DENGAN KECEMASAN DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI PADA MAHASISIWA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
Bagus Marseto M. Bachtiar, Drs., MM
INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara berpikir positif dengan kecemasan dalam mengerjakan skripsi pada mahasiswa fakultas ekonomi Universitas Islam Indonesia. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara berpikir positif dengan kecemasan dalam mengerjakan skripsi pada mahasiswa fakultas ekonomi Universitas Islam Indonesia. Semakin tinggi berpikir positif maka semakin rendah kecemasan. Sebaliknya semakin rendah berpikir positif maka semakin tinggi kecemasan. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa fakultas ekonomi Universitas Islam Indonesia tingkat akhir yang sedang dalam proses mengerjakan skripsi. Teknik pengambilan subjek yang digunakan adalah menggunakan teknik purposive incidental sampling. Adapun skala yang digunakan adalah skala kecemasan dalam mengerjakan skripsi yang disusun berdasarkan beberapa aspek yang dikemukakan oleh Bucklew (1960) dan skala Berpikir Positif yang disusun berdasarkan beberapa aspek yang dikemukakan oleh Albrecht (1980). Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS Versi 11.5 for windows untuk menguji apakah ada hubungan antara berpikir positif dengan kecemasan dalam mengerjakan skripsi pada mahasiswa fakultas ekonomi Universitas Islam Indonesia. Korelasi product moment dari Pearson menunjukkan korelasi sebesar r = -0.546 dengan nilai p = 0.000 (p < 0.01). Hal ini berarti bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara berpikir positif dengan kecemasan dalam mengerjakan skripsi pada mahasiswa fakultas ekonomi Universitas Islam Indonesia. Jadi hipotesis penelitian diterima. Kata kunci: Kecemasan dalam Mengerjakan Skripsi, Berpikir Positif
A. Pengantar Dunia pendidikan Indonesia di masa datang akan menghadapi kendala dan tantangan yang semakin kompleks. Globalisasi yang ada di depan mata merupakan pemicu bagi insan pendidikan untuk dapat meningkatkan kinerjanya. Kenyataan yang tidak bisa dipungkiri akan kemajuan yang telah diraih di sektor pendidikan, yaitu dalam bentuk peningkatan sumber daya manusia dan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa telah memperlihatkan banyak kemajuan. Hanya dengan sumber daya manusia yang tangguh dan berkualitas itulah, bangsa Indonesia bisa menyongsong masa depan dengan kepercayaan diri yang baik. Setiap individu mempunyai rencana yang baik dan matang bagi masa depannya, termasuk para mahasiswa dimana mereka melanjutkan studi sampai ke perguruan tinggi. Bagi mahasiswa tingkat akhir wajib untuk mengerjakan skripsi untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana. Permasalahan yang menjadi kendala di sini adalah pada mahasiswa tingkat akhir dalam mengerjakan skripsi seringkali mengalami kecemasan. Tugas Akhir atau apapun namanya terkadang menjadi momok yang sangat menakutkan bagi mahasiswa yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi (PTN/PTS) khususnya bagi mereka yang sedang berada di tingkat akhir. Tak jarang hanya karena terlambat menyelesaikan skripsi tersebut seorang mahasiswa terhambat dalam menyelesaikan studinya (Kedaulatan Rakyat, 14 Maret 2006). Skripsi dan mahasiswa dapat diibaratkan sebagai dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan. Perumpamaan tersebut tentu sangat tepat mengingat skripsi merupakan salah satu syarat utama bagi seorang mahasiswa untuk memperoleh
gelar kesarjanaan, dan di situlah sebenarnya akar permasalahannya muncul, di mana tidak semua mahasiswa punya kesiapan saat menghadapi tugas akhir tersebut. Namun justru sebagian mahasiswa masih menganggap bila skripsi merupakan musuh yang cukup menakutkan. Masih beroperasinya biro jasa skripsi dan ramainya perdagangan skripsi-skripsi bekas, merupakan sebuah indikasi nyata akan ketakutan sebagian mahasiswa tersebut. (Kedaulatan Rakyat, 13 September 2005). Berdasarkan laporan dari bagian pelayanan bimbingan dan konseling mahasiswa UGM (Partosuwido, 1992) diketahui ternyata begitu banyak persoalan pribadi dan sosio-interpersonal pada diri mahasiswa. Masalah-masalah sosiointerpersonal meliputi kesulitan hubungan dengan sesama maupun lawan jenis, kurang mampu mengendalikan emosi, sering terlibat konflik dengan teman, mereka juga mengeluhkan persoalan pribadi yang pada gilirannya dapat menyulitkan mereka dalam melakukan hubungan interpersonal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Santoso dkk (1998), menemukan bahwa tingkat kecemasan yang tinggi pada mahasiswa muncul ketika akan berkonsultasi dengan dosen-dosen tertentu, hal itu membuat mahasiswa merasa tertekan setiap akan atau sedang berkonsultasi. Kondisi tersebut tentu saja menghambat proses pembuatan skripsi, bahkan bisa membuat mahasiswa tidak mau mengerjakan skripsi mereka. Kenyataan ini yang sering ditemui pada mahasiswa tingkat akhir, sebagian mahasiswa tingkat akhir berhenti pada saat mengerjakan skripsi, sedangkan sebelumnya mereka bersemangat untuk mengerjakannya, tetapi setelah mulai mengerjakan skripsi muncul kendala-kendala yang menyebabkan mereka cemas
untuk melanjutkan skripsinya. Skripsi tersebut seharusnya dapat diselesaikan dalam beberapa bulan, tetapi kenyataannya skripsi diselesaikan antara satu sampai satu setengah tahun lamanya. Hal ini dapat menimbulkan kerugian baik pada mahasiswa yang bersangkutan yaitu dalam hal biaya, waktu, selain itu juga bagi citra universitas yang bersangkutan. Persoalan yang dihadapi mahasiswa memang beraneka ragam, adakalanya masalah itu ringan, tapi adakalanya begitu sulit dipecahkan sehingga sering menimbulkan kecemasan. Kecemasan sering timbul karena dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya adalah faktor kognitif (Beck dalam Retnowati, 1990). Bagaimana cara mahasiswa menghadapinya? Salah satu penyelesaiaannya adalah dengan berpikir (Gazali, 1980). Berpikir secara umum adalah suatu cara penyesuaian individu terhadap lingkungannya, oleh karena itu dapatlah dikemukakan bahwa orang itu berpikir bila menghadapi permasalahan atau persoalan (Walgito, 1990). Pola berpikir dapat dibedakan menjadi dua yaitu berpikir positif dan berpikir negatif. Peran pola berpikir sangat penting dalam menghadapi permasalahan atau peristiwa yang tidak mengenakkan, individu bisa menjadi seorang yang optimis atau malah menjadi pesimis. Seseorang yang menggunakan pola berpikir positif dalam menghadapi permasalahan akan mempunyai ciri sebagai berikut: optimis dalam menghadapi permasalahannya, mempunyai penghargaan yang tinggi terhadap dirinya, dan mempercayai bahwa dunia merupakan tempat yang rasional dan terprediksi (Goodhart, 1985). Sedangkan seseorang yang menggunakan pola berpikir negatif dalam menghadapi
permasalahan akan mempunyai ciri sebagai berikut: pesimis dan putus asa dalam menghadapi permasalahannya, memandang negatif dunia, diri dan masa depannya (Beck, 1985; Goodhart, 1985). Penelitian Cridder dkk. menemukan bahwa dengan memusatkan perhatian pada sisi positif dari suatu keadaan yang sedang dihadapi, akan membuat seseorang lebih mampu mempertahankan emosi positifnya dan mencegah emosi negatif, serta membantu dalam menghadapi situasi yang mengancap dan menimbulkan kecemasan. Sikap positif terhadap kecemasan akan meningkatakan kesehatan mental, dan pada saatnya akan dapat menahan atau menghadapi kecemasan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Begitu pula yang diungkapkan dalam sebuah penelitian mengenai strategi coping terhadap kecemasan menghadapi tes, terbukti bahwa berpikir positif merupakan salah satu strategi untuk menyesuaikan diri terhadap kecemasan dalam menghadapi ujian (Kondo, 1997). Berdasarkan uraian di atas, penulis melihat apakah ada hubungan antara berpikir positif dan kecemasan, sehingga sangat menarik apabila dilakukan penelitian untuk melihat apakah ada hubungan yang bermakna antara berpikir positif terhadap kecemasan dalam mengerjakan skripsi, khususnya pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Jogjakarta. Pengertian Kecemasan Seseorang bisa menjadi cemas bila dalam kehidupannya terancam oleh sesuatu yang tidak jelas, karena kecemasan dapat timbul pada banyak hal yang berbeda-beda. Kecemasan adalah keadaan takut yang terus menerus namun berbeda dengan ketakutan biasa yang merupakan respon terhadap rangsang
menakutkan yang sedang terjadi, sebab ketakutan yang dialami merupakan respon terhadap kesukaran yang belum terjadi (Mahmud, 1990). Menurut Priest (1987) kecemasan adalah suatu keadaan umum yang dialami dari waktu ke waktu sebagai tantangan terhadap situasi dan kondisi yang mengancam, nyata maupun khayal. Lebih lanjut Meichati (1983) menyatakan bahwa kecemasan sering dialami terhadap hal-hal yang belum diketahui kepastiannya, misal terhadap masa depannya, terhadap rencana yang sedang diangankan dan sebagainya. Kecemasan merupakan manifestasi dari berbagai proses emosi yang menyatu dan terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan batin atau frustasi dan pertentangan batin (Daradjat, 1990). Pendapat ini sejalan dengan pendapat Davidoff (1991), menyatakan bahwa kecemasan sebagai emosi yang ditandai oleh perasaan akan bahaya yang diantisipasi, termasuk juga ketegangan dan stres yang menghadang dan oleh bangkitnya sistem saraf simpatik. Lebih lanjut Freud (Corey, 1995) memandang kecemasan sebagai keadaan tegang yang memotivasi seseorang untuk berbuat sesuatu. Fungsinya adalah memperingatkan adanya bahaya, yaitu tanda bagi ego yang akan terus menerus meningkat apabila tindakan untuk mengatasi ancaman atau bahaya tersebut tidak diambil. Pendapat ini sama dengan pendapat Koeswara (1991) yang mengatakan bahwa sungguhpun dapat menyebabkan individu berada dalam keadaan yang tidak menyenangkan atau meningkatkan ketegangan, kecemasan pada dasarnya memiliki arti penting bagi individu. Secara ringkas bisa dikatakan bahwa kecemasan berfungsi sebagai peringatan bagi individu agar mengetahui adanya
bahaya yang sedang mengancam, sehingga individu tersebut bisa mempersiapkan langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengatasi bahaya yang mengancam itu. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah perasaan takut atau perasaan tidak tenang yang dirasakan oleh setiap individu sebagai ketidakenakan yang dapat meningkatkan ketegangan. Pada kondisi tertentu, individu dapat mengalami perasaan cemas terhadap objek yang tidak jelas dan kecemasan merupakan reaksi negatif individu akibat ketidakmampuan dalam mengatasi konflik yang dialaminya (De Clerq, 1994). Kecemasan merupakan reaksi akibat ketidakmampuan individu mengatasi konflik dari dalam maupun dari luar yang dirasakan tidak menyenangkan. Kecemasan tidak dapat diketahui secara langsung tetapi dapat diketahui melalui gejala-gejala yang nampak. Bucklew (1960) menyatakan gejala fisiologis kecemasan adalah reaksi tubuh yang berhubungan dengan kejiwaan. Selanjutnya Bucklen memberikan ciri-ciri fisiologis, yaitu ujung jari dingin, pencernaan tidak teratur, jantung berdebar cepat, keringat dingin bercucuran, tidur tidak nyenyak, nafsu makan kurang dan nafas sesak. Sedangkan ciri-ciri psikologis yaitu merasa tertekan, konsentrasi kurang, kehilangan gairah, menurunnya kepercayaan diri, merasa tidak tentram, ingin lari dari kenyataan dan mudah marah serta sensitif. Coon dan Raymond (dikutip Martaniah, 1984) mengatakan bahwa ciri-ciri kecemasan adalah ketidakstabilan emosi, perasaan rendah diri, perasaan tegang, perasaan tidak aman, sulit mengambil keputusan, hilangnya perhatian, mudah pusing, mudah mual, tenggorokan tersekat, sulit tidur dan hilang konsentrasi.
Dari uraian diatas, reaksi terhadap kecemasan dapat dikelompokkan menjadi 2 gejala, yaitu: a. Gejala fisiologis, seperti mudah lelah, nafsu makan kurang, mudah pusing, jantung berdebar, keluar keringat dingin, sulit tidur, dan nafas sesak. b. Gejala psikologis, seperti khawatir terhadap apa yang akan terjadi, merasa tertekan, bingung, mudah, marah, perasaan tegang, ingin menghindar, dan tidak dapat konsentrasi. Pengertian Berpikir Positif Banyak orang berbicara tentang berpikir positif, namun secara relatif hanya beberapa orang saja yang menjadikannya kebiasaan yang konsisten dalam kehidupan sehari-hari. Berpikir positif tampaknya kurang mendapat perhatian dari sebagian besar ahli pikir karena teknik aktualnya yang sangat sederhana, yaitu hanya berarti mengarahkan perhatian pada hal-hal yang positif dan menggunakan bahasa yang positif untuk membentuk dan mengekspresikan pikiran (Albrecht, 1980). Berpikir positif merupakan suatu kesatuan cara berpikir yang menyeluruh sifatnya, karena mengandung gerak maju yang penuh daya cipta terhadap unsurunsur yang nyata dalam kehidupan manusia. Setiap pemikir positif akan melihat setiap kesulitan dengan cara yang gamblang dan polos, serta tidak mudah terpengaruh sehingga menjadi putus asa oleh berbagai tantangan atau pun hambatan yang dihadapi. Seorang pemikir positif juga tidak akan mencari dalih untuk bisa menghindar dari kesulitan. Berpikir positif juga selalu didasarkan pada
fakta, bahwa setiap masalah pasti ada pemecahannya. Suatu pemecahan yang didapat melalui proses intelektual yang sehat (Peale, 1977). Senanda dengan pendapat Peale, Albrecht (1980) menyatakan bahwa dalam berpikir positif tercakup hal-hal sebagai berikut : a. Harapan yang positif. Dalam melakukan sesuatu lebih memusatkan perhatian pada kesuksesan, optimisme, pemecahan masalah dan menjauhkan diri dari perasaan takut akan kegagalan, serta selalu menggunakan kata-kata yang mengandung harapan, seperti : “Saya dapat melakukan”, “Mengapa tidak” atau “Mari kita coba”. b. Afirmasi diri. Afirmasi diri yaitu memusatkan perhatian pada kekuatan diri sendiri dengan dasar pemikiran bahwa setiap orang sama berartinya dengan orang lain. c. Pernyataan yang tidak menilai. Dalam hal ini adalah suatu pernyataan yang lebih menggambarkan keadaan diri daripada menilai keadaan, bersifat luas dan tidak fanatik dalam berpendapat. Pernyataan ini dimaksudkan sebagai pengganti pada saat seseorang cenderung memberikan pernyataan yang negatif terhadap suatu hal. d. Penyesuaian diri terhadap suatu kenyataan. Yaitu mengakui kenyataan dan segera menyesuaikan diri, menjauhkan diri dari penyesalan, frustasi dan menyalahkan diri sendiri. Ditambahkan oleh Anderson (1980) bahwa menerima masalah dan menghadapinya adalah salah satu ciri dari berpikir positif. Masalah bukanlah suatu hal yang harus dihindari atau disesali, melainkan bagian dari hidup yang harus dihadapi.
Lebih lanjut Albrecht (1980) menyatakan bahwa dengan mengarahkan perhatian pada hal-hal positif dan menggunakan bahasa yang positif untuk membentuk dan mengekspresikan pikiran akan mendatangkan kesan-kesan yang positif pada pikiran dan perasaan individu. Hal ini merupakan substansi dari berpikir positif. Menurut Albrecht (1980) strategi utama untuk belajar berpikir positif adalah dengan cara meniadakan atau menghilangkan perkataan dan pikiranpikiran yang berkonotasi negatif. Diasumsikan bahwa pola pikir yang negatif menjadi pangkal timbulnya emosi yang mengalahkan diri sendiri, sehingga akan menyullitkan individu dalam menghadapi perubahan-perubahan dan dapat memunculkan berbagai gangguan terutama gangguan psikologis. Hipotesis Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan di atas, diajukan hipotesis sebagai berikut: bahwa ada korelasi yang negatif antara berpikir positif dengan kecemasan dalam mengerjakan skripsi. Artinya, semakin tinggi kemampuan berpikir positif individu akan semakin rendah kecemasan yang dialami dalam mengerjakan skripsi.
B. Metode Penelitian Variabel Penelitian 1. Variabel bebas
: Berpikir positif
2. Variabel tergantung
: Kecemasan dalam mengerjakan skripsi
Definisi Operasional 1. Berpikir positif Berpikir Positif adalah kecenderungan berpikir sesorang yang lebih mengarahkan atau memusatkan perhatian pada hal-hal positif dari keadaan diri, orang lain maupun masalah yang sedang dihadapi. Adapun aspek-aspek dari berpikir positif tersebut adalah harapan yang positif, afirmasi diri, penyesuaian diri terhadap kenyataan dan pernyataan yang tidak menilai (Albrecht, 1980). 2. Kecemasan dalam mengerjakan skripsi Kecemasan dalam mengerjakan skripsi adalah perasaan takut atau perasaan tidak tenang yang dapat meningkatkan ketegangan individu dalam mengerjakan tugas akhir atau skripsi untuk mendapatkan gelar sarjana. Kecemasan dalam mengerjakan skripsi ditandai dengan adanya dua gejala, yaitu: gejala fisiologis dan gejala psikologis (Bucklew, 1960). Subjek Penelitian Subjek penelitian yang akan diambil dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Jogjakarta. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah metode skala untuk mengungkap gubahan yang hendak diteliti. Metode
skala
yaitu
suatu
metode
penyelidikan
dengan
dengan
menggunakan daftar pernyataan yang berisi aspek-aspek yang hendak diukur,
yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang-orang yang menjadi subjek penelitian (Suryabrata, 1984). Ada dua macam skala yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Skala berpikir positif. Jenis skala yang digunakan berupa skala likert dengan menggunakan 4 alternatif jawaban, yaitu : Sangat Sesuai, Sesuai, Tidak Sesuai, dan Sangat Tidak Sesuai. Skala berpikir positif akan disusun berdasarkan ciri-ciri dari berpikir positif, yaitu harapan yang positif, afirmasi diri, penyesuaian diri terhadap kenyataan dan pernyataan yang tidak menilai (Albrecht, 1980). Keempat ciri tersebut yang akan dijadikan dasar untuk menyusun aitemaitem berpikir positif. Aitem berpikir positif bersifat favorable dan unfavorable. Untuk aitem yang favorable nilai tertinggi ada pada pilihan sangat sesuai, yaitu mendapatkan nilai empat, sedangkan pilihan sesuai mendapatkan nilai tiga, pilihan tidak sesuai mendapatkan nilai dua, dan pilihan sangat tidak sesuai mendapatkan nilai satu. Sebaliknya untuk aitem yang unfavorable, pilihan tidak pernah diberi nilai empat, sedangkan pilihan kadang-kadang diberi nilai tiga, pilihan sering diberi nilai dua, dan pilihan selalu diberi nilai satu. 2. Skala kecemasan dalam mengerjakan skripsi. Jenis skala yang digunakan berupa skala likert dengan menggunakan 4 alternatif jawaban, yaitu : Selalu, Sering, Kadang-kadang, dan Tidak pernah Skala kecemasan dalam mengerjakan skripsi akan disusun berdasarkan dua gejala, yaitu gejala fisiologis dan gejala psikologis
Kedua gejala ini yang akan dijadikan dasar untuk menyusun aitem-aitem kecemasan dalam mengerjakan skripsi. Aitem kecemasan dalam mengerjakan skripsi bersifat favorable dan unfavorable. Untuk aitem yang favorable nilai tertinggi ada pada pilihan selalu, yaitu mendapatkan nilai empat, sedangkan pilihan sering mendapatkan nilai tiga, pilihan kadang-kadang mendapatkan nilai dua, dan pilihan tidak pernah mendapatkan nilai satu. Sebaliknya untuk aitem yang unfavorable, pilihan tidak pernah diberi nilai empat, sedangkan pilihan kadang-kadang diberi nilai tiga, pilihan sering diberi nilai dua, dan pilihan selalu diberi nilai satu. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini metode yang akan digunakan untuk menganalisa data adalah analisis Product Moment yang akan dianalisis dengan menggunakan program SPSS 11.5 for Windows.
C. Hasil Penelitian Analisis data menggunakan uji korelasional product moment dari pearson dengan r = -0.546, dengan p = 0.000, syarat p < 0.01 Hal ini menunjukkan ada korelasi negatif yang signifikan antara kecemasan dalam mengerjakan skripsi dengan berpikir positif, sehingga hipotesis yang diajukan diterima, dengan sumbangan efektif sebesar R = 29.8 %.
D. Pembahasan Berdasarkan hasil diatas, diketahui bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara berpikir positif dan kecemasan dalam mengerjakan skripsi. Semakin tinggi berpikir positif, maka kecemasan dalam mengerjakan skripsi akan semakin rendah, sebaliknya semakin rendah berpikir positif, maka kecemasan dalam mengerjakan skripsi akan semakin tinggi. Berpikir positif merupakan salah satu cara dalam mengatasi kecemasan yang dapat membantu mahasiswa dalam mengerjakan skripsi. Berpikir positif akan membuat seseorang yang mengalami kecemasan sebagai akibat dari persepsinya terhadap masalah yang dihadapi menjadi lebih memusatkan perhatiannya pada sisi positif dari situasi yang sedang dihadapi. Berpikir positif juga selalu didasarkan pada fakta, bahwa setiap masalah pasti ada pemecahannya. Suatu pemecahan yang didapat melalui proses intelektual yang sehat (Peale, 1977). Kecemasan dalam mengerjakan skripsi mendorong energi mahasiswa untuk memanfaatkan setiap peluang yang ada dan menuntut untuk berusaha lebih keras, sehingga hal itu bisa tercapai apabila mahasiswa itu berpikir positif, demikian juga halnya dengan unsur psikologis mahasiswa untuk menyelesaikan studi, dengan dihadapkan kewajiban menyelesaikan skripsi untuk mendapatkan gelar sarjana. Dari hasil analisis, diperoleh rerata empirik dari berpikir positif sebesar 103.06 dan rerata hipotetik sebesar 87.5 dengan standar deviasi empirik 11.43 yang menunjukkan bahwa variabel berpikir positif termasuk dalam kategori
tinggi. Sedangkan variabel kecemasan dalam mengerjakan skripsi diperoleh rerata empirik sebesar 90.24 dan rerata hipotetik 97.5 dengan standar deviasi empirik 16.59 yang menunjukkan bahwa variabel kecemasan dalam mengerjakan skripsi dalam kategori sedang. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa mahasiswa yang memiliki pola berpikir positif yang tinggi akan mengalami kecemasan yang rendah dalam mengerjakan skripsi. Maka hipotesis yang sudah diajukan dalam penelitian ini terbukti. Lebih lanjut dari penelitian ini dapat diketahui sumbangan efektif berpikir positif terhadap kecemasan dalam mengerjakan skripsi yaitu sebesar 29.8 %, kondisi ini menunjukkan bahwa berpikir positif memberikan kontribusi sebanyak 29.8 % dari keseluruhan faktor munculnya kecemasan dalam mengerjakan skripsi, selebihnya faktor lain turut berpengaruh, seperti variabel persepsi, bakat, minat, kebudayaan, keluarga, inteligensi, dan lain-lain.
E. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dari data yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa, ada hubungan negatif yang signifikan antara berpikir positif dan kecemasan dalam mengerjakan skripsi. Semakin tinggi berpikir positif, maka kecemasan dalam mengerjakan skripsi akan semakin rendah, sebaliknya semakin rendah berpikir positif, maka kecemasan dalam mengerjakan skripsi akan semakin tinggi.
F. Saran 1. Mahasiswa Mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi hendaknya tetap berpikir positif bahwa dirinya mampu menyelesaikan skripsi sesuai dengan waktu yang direncanakannya, sehingga tidak perlu merasa cemas dalam proses pengerjaan skripsi. 2. Dosen atau Pembimbing Berpikir positif dalam mengerjakan skripsi hendaknya tetap dijaga, jangan sampai mahasiswa kehilangan semangat atau putus asa dalam mengerjakan skripsi, sehingga mahasiswa yang bersangkutan terjaga motivasinya untuk segera menyelesaikan studinya. 3. Peneliti Selanjutnya Penelitan ini merupakan salah satu wujud untuk memperkaya wacana dan khasanah ilmu pengetahuan. Usaha ini perlu diteruskan dan dikembangkan lagi guna membenahi kekurangan yang ada dalam penelitian-penelitian sebelumnya. Bagi peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh mengenai kecemasan dalam mengerjakan skripsi, dapat meneliti subjek pada populasi lain di luar lingkungan Universitas Islam Indonesia agar generalisasinya lebih luas, untuk meneliti lebih lanjut mengenai hubungan antara berpikir positif dan kecemasan dalam mengerjakan skripsi, peneliti lain diharapkan dapat menambah variabelvariabel lain yang belum diteliti dalam penelitian ini, seperti variabel motivasi, bakat, minat, kebudayaan, keluarga, inteligensi, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Albrecht, 1980. Brain Power : Learn to Improve Your Thinking Skills. New Jersey: Prentice Hall Inc. Englewood Cliffs. Anderson, B.F. 1980. The Complete Thinker. New Jersey. Prentice Hall Inc. Englewood Cliffs. Beck, A.T. 1988. Depprission : Causes and Treatment. Philadelphia: University of Pennsylvania. Bucklew, J. 1960. Paradigm for Psychopatology a Contribution to Last History. Analisis. New York: J.B. Lippercott Company. Corey, G. 1995. Teori Praktek Konseling dan Psikoterapi. Terjemahan E Koeswara. Bandung: Eresco Bandung. Daradjat, Z. 1985. Kesehatan Mental. Edisi 9. Jakarta: PT. Gunung Agung. Davidoff, L. 1991. Psikologi Suatu Pengantar. Edisi Kedua. Terjemahan Mari Juniati. Jakarta: Erlangga. De Clerq, L. 1994. Tingkah Laku Abnormal. Dari Sudut Pandang Perkembangan. Jakarta: Rasindo PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia. Gazali, M. A., Ahmad., 1980. Ilmu Jiwa. Bandung: Penerbit Ganaco NV. Goodhart, D., 1985. Some Psychological Effect of Positive and Negative Thinking About Stresfull Event Outcomes: Was Pollyana Right?. Journal of Personality and Social Psychology, 48,216-232. Kholis, N. 2005. Ketika Skripsi Jadi ‘Enemy’. Kedaulatan Rakyat. 13 September. Koeswara, E. 1991. Teori-teori Kepribadian. Bandung: Eresco. Kondo, D. S. 1997. Strategies for Coping with Test Anxiety, Anxiety Stress and Coping, 1997,( vol. 10, p 203-215). Kusuma, R.H. 2006. Trik Jitu Menghadapi Skripsi. Kedaulatan Rakyat. 14 Maret. Mahmud, D.M. 1990. Psikologi Suatu Pengantar. Yogyakarta: BPFE Martaniah, S.R. 1984. Penelitian Kecemasan Siswa yang Bersekolah di SMA DIY. Penelitian. (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Meichati, S. 1983. Kesehatan Mental. Edisi 9. Jakarta: PT. Gunung Agung. Partosuwindo, A. R., 1992. Penyesuaian Diri Mahasiswa dalam kaitannya dengan Konsep Diri, Pusat Kendali dan Status Perguruan Tinggi. Disertasi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Peale, N.V. 1977. Cara Hidup dan Berpikir Positif. Terjemahan Budiyanto, F.X. Jakarta: Gunung Jati. Priest, R. 1987. Stress dan Depresi. Terjemahan Budianto. Edisi 5. Semarang. Dahava Prize. Retnowati, S. 1990. Pola Pikir Negatif dan Aktivitas Positif yang Menyenangkan dengan Depresi pada Mahasiswa. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Santoso, H.P., dkk. Tingkat Kecemasan Komunikasi Mahasiswa Dalam Lingkup Akademis. Skripsi.(tidak diterbitkan) Semarang: Universitas Diponegoro Semarang. Suryabrata, S. 1984 . Pembimbing ke Psikodiagnostik. Yogyakarta: Rake Sarasin. Walgito, Bimo., 1990. Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.