NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN LOCUS OF CONTROL INTERNAL DENGAN PRESTASI KERJA DISTRIBUTOR MULTI-LEVEL MARKETING (MLM)
Oleh: NYI RD HERLIANA PATTI KUSUMA DEWI EMI ZULAIFAH
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2007
1
Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dan Locus Of Control Internal Dengan Prestasi Kerja Distributor Multi-Level Marketing (MLM)
Nyi Rd Herliana PKD Emi Zulaifah
INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan positif antara kecerdasan emosi dan locus of control internal dengan prestasi kerja distributor multi-level marketing (MLM). Hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubungan antara kecerdasan emosi dan locus of control internal dengan prestasi kerja distributor multi-level marketing (MLM). Subjek dalam penelitian ini adalah distributor CNI yang telah bergabung menjadi distributor selama lebih dari enam bulan dan aktif dalam menjalankan perannya sebagai distributor. Subjek penelitian ini berjumlah 60. Subjek dipilih berdasarkan metode purposive sampling. Adapun skala yang digunakan adalah skala kecerdasan emosi adaptasi dari cooper&Sawaf (1999) dan skala locus of control internal adaptasi dari Rotter (1956). Variabel prestasi kerja diungkap dengan data yang diberikan subjek pada pernyataan yang di tuliskan dalam angket skala kecerdasan emosi dan locus of control internal. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program spss versi 12,00 dengan analisis nonparametric korelasi spearman dan kendall. Hasil uji hipotesis antara kecerdasan emosi dengan prestasi kerja memiliki koefisien korelasi R = 0,884 dan p = 0,000 (p<0,05) yang berarti terdapat korelasi antara kecerdasan emosi dan prestasi kerja distributor. Hasil uji
hipotesis antara locus of control internal dengan prestasi kerja memiliki koefisien korelasi R = 0,845 dan p= 0,000 (p<0,05) yang berarti terdapat korelasi antara locus of control internal dan prestasi kerja distributor. Hasil uji hipotesis antara kecerdasan emosi dan locus of control internal memiliki koefisien korelasi R = 0,738, yang berarti terdapat hubungan yang sgnifikan antara kedua variabel tersebut. Dari hasil uji hipotesis dapat dikatakan bahwa hipotesis yang diajukan di terima, yaitu ada hubungan antara kecerdasan emosi dan locus of control internal dengan prestasi kerja distributor MLM. Kata kunci : Kecerdasan Emosi, Locus Of Control Internal, Prestasi Kerja Distributor
2
PENGANTAR Setelah krisis moneter yang melanda negeri ini, ekonomi kita dapat dikatakan belum sepenuhnya pulih, hal ini dapat dilihat dari nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yang cenderung tidak stabil, yang juga terjadi kemudian adalah lapangan pekerjaan yang dirasa semakin langka. Pengangguran di Indonesia merupakan masalah yang terus berkelanjutan. Bahkan, pengangguran saat ini merupakan masalah yang sangat mengkhawatirkan. Sebelum krisis ekonomi 1997, angka pengangguran terbuka pada tahun 1996 (pemerintahan Soeharto) masih 4,89%. Setelah krisis, angka pengangguran terbuka terus meningkat dari 5,46% hingga menjadi
9,86%
pada
Agustus
2004
(pemerintahan
Megawati).
Saat
ini,
pengangguran di Indonesia telah menembus angka dua digit, yaitu 10,3% pada februari 2005 (pemerintahan SBY-JK). (www.investorindonesia.com.15/12/05) Seiring dengan berjalannya waktu, belakangan ini mulai ramai diperbincangkan mengenai perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa perdagangan yang mengusung metode multi-level marketing (MLM). Seperti yang dikatakan oleh Chevny,
2005
(www.bisnis.com.25/01/06),
marketing (MLM) di dalam negeri pada tahun
sistem
pemasaran
multi-level
2005 tumbuh 15% dengan nilai
diperkirakan sedikitnya US$ 750 juta, seiring dengan kian besarnya perusahaan pola tersebut. Tenaga kerja yang mampu diserap dalam bisnis ini dengan angka pertumbuhan bisnis seperti yang telah disebutkan diatas adalah 5,4 juta orang. MLM merupakan tipe dasar dari direct selling atau pemasaran langsung. Direct selling adalah cara memasarkan produk maupun jasa langsung kepada pelanggan.
3
Langsung, yaitu secara temu muka. Temu muka ini umumnya berlangsung dirumah pelanggan atau di rumah teman, atau tempat lain di luar lokasi pengecer. Ada tiga tipe dasar direct selling. Yaitu, one on one, party plan, dan multilevel marketing (MLM). Tipe pertama adalah One on One. Dalam sistem ini seorang penjual, yang merupakan agen/anggota/kontraktor yang mandiri atau lepas, menarik konsumen yang berpotensi di area khusus berdasarkan pendekatan orang ke orang. Mereka menawarkan produk, serta mendapat komisi atau basis lain. Pendapatan mereka dapat juga diperoleh dari selisih harga pembelian ke supplier dan penjualan ke konsumen. Kemudian yang kedua adalah Party Plan. Pada metode seorang penjual, karyawan lepas atau tetap, bertugas mencari atau menjadi tuan rumah yang mengundang sekelompok orang di rumahnya dalam rangka sales party untuk mendemonstrasikan produk. Penghasilan si penjual juga atas dasar selisih harga eceran. Si tuan rumah biasanya diberikan hadiah sebagai tanda terima kasih sesuai dengan nilai penjualan tertentu. Dan yang terakhir adalah Multi-Level Marketing atau Sistem Networking. Adalah penjualan secara bertingkat dari distributor mandiri yang memiliki peluang untuk mendapatkan penghasilan dalam dua cara. Pertama, penjualan produk langsung ke konsumen, distributor mendapat keuntungan atas dasar perbedaan atau selisih antara harga distributor dan harga konsumen. Kedua, distributor bisa menerima
4
potongan harga atas dasar jumlah produk/jasa yang dibeli oleh anggota kelompok bisnis untuk penjualan atau pemakaian, termasuk jumlah penjualan pribadi. Kekuatan dari direct selling adalah tradisi kemandiriannya layanan ke konsumen dan komitmen untuk pertumbuhan kewirausahaan dalam sistem pasar bebas. Sistem direct selling menawarkan peluang usaha kepada mereka yang mencari alternatif untuk mendapatkan penghasilan tanpa melihat suku, jenis kelamin, tingkat pendidikan, umur maupun pengalaman. Sistem ini menawarkan peluang untuk mendapatkan penghasilan dengan bekerja secara paruh waktu maupun penuh waktu. (www.amway.co.id/directsale.asp.25/01/06) Hingga saat ini, sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa bisnis multilevel marketing (MLM) hanyalah usaha untuk sambilan. Anggapan demikian ini ternyata salah besar. Bisnis MLM terbukti mampu mengantarkan ribuan orang hidup sukses ditengah krisis sekalipun. Kini jumlah perusahan yang begerak dalam bidang penjualan langsung (MLM), menurut catatan Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI) sebanyak 54 perusahaan. Dari 54 perusahaan MLM yang beroperasi di Indonesia tersebut, tidak semuanya sukses. Untuk saat ini, tercatat dua perusahaan MLM, termasuk sukses, baik dalam menggaet mitra kerjanya , yakni PT Centra Nusa Insan Cemerlang (CNI) dan PT Amway Indonesia. CNI hingga saat ini berhasil menggaet mitra usaha (distributor) lebih dari satu juta orang yang tersebar di seluruh Indonesia. Dibandingkan perusahaan MLM lain, CNI tercatat paling pesat kemajuannya. Pada tahun 2002, misalnya CNI mampu memberikan komisi produktivitas tahunan (KPT) kepada mitra usaha (distributor)-nya mencapai Rp. 11
5
miliar. KPT merupakan salah enis komisi yang dibagikan CNI setiap tahun kepada para mitra usahanya sesuai produktivitasnya selama kurun waktu setahun. (http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/promarketing/2003/0415/prom1.ht
ml.06/02/06). CNI sendiri didirikan di Bandung, Oktober 1986, pertama kali terdaftar dengan nama perusahaan PT NUSANTARA SUN-CHLORELLA TAMA (NSCT). Sebagai perusahaan MLM murni, CNI tergabung dalam APLI (asosiasi penjualan langsung Indonesia) bersama lebih dari 60 perusahaan direct selling multi-level marketing lainnya. Saat ini, CNI memiliki sekitar 800.000 orang distibutor dengan 11 kantor cabang, 35 cabang pembantu serta sekitar 217 distributor menjadi distribution center (DC), yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Dalam RPU CNI, terdapat delapan tingkatan jenjang karir yang bisa diraih oleh mitra usaha CNI. Secara berurutan jenjang karir/posisi di CNI ialah : 1. Distributor 2. Unit Manager (UM) 3. Agency Manager (AM) 4. Ruby Agency Manager (RAM) 5. Pearl Agency Manager (PAM) 6. Diamond Agency Manager (DAM) 7. Double Diamond Agency Manager (DDM) serta 8. Crown Agency Manager (CAM) sebagai posisi tertinggi di CNI
6
Tingkatan jenjang karir diatas merupakan barometer atau pengukurun bagi prestasi kerja distributor CNI, karena keberhasilan mereka menjadi mitra usaha CNI diukur
dari
tingkatan/jenjang
karir
yang
berhasil
mereka
capai.
(http://www.cni.co.id.06/02/06) Distributor CNI dapat dikatakan berprestasi adalah seorang distributor harus memenuhi jumlah point tertentu setiap bulannya sebagai syarat tutup point untuk mendapatkan bonus dan kewajiban memiliki omset jaringan dengan jumlah tertentu sebagai syarat untuk naik peringkat (Rencana Pengenbangan Usaha (RPU) CNI selengkapnya dapat dilihat pada lampiran). Salah satu kisah sukses distributor CNI adalah kisah dari Alex I.W. Alex adalah orang pertama di CNI yang meraih Crown, alias posisi tertinggi di jejaring CNI. Sebagai sosok pionir, pria
bergabung dengan dengan CNI selama 19 tahun ini,
memiliki jaringan yang sangat masif, luas, dan dominan di CNI. Dia berkata bahwa yang pasti, apa yang diperoleh saat in tentu saja tidak datang tiba-tiba, melainkan berkat
kerja
keras
dan
pantang
menyerah.
(http://swa.co.id/swamajalah
/artikellain/details.php?cid=1&id=2946.06/02/06). Pada
artikel
yang
berjudul
(www.cyberjob.cbn.net.id.21/01/06)
“Mengapa
Anda
Gagal
disebutkan
bahwa
di
dibalik
MLM?” maraknya
perkembangan bisnis multilevel marketing (MLM) dan kesuksesan yang sudah dirasakan sebagian anggotanya, sesungguhnya tidak sedikit beredar kisah sedih dari orang
yang
gagal
menggeluti
bisnis
MLM.
(bisa
dilihat
pada
www.amway.co.id/pyramid.asp). Namun meskipun telah banyak orang yang
7
gagal melakoninya, tapi ternyata bisnis ini tidak pernah sepi dari peminatnya. Dalam sistem usaha MLM pun, semua pelakunya bisa mendapatkan peluang untuk mendapatkan jenjang tinggi dan keuntungan besar, dengan waktu relatif pendek. Selain itu bisnis inipun hanya memerlukan modal ringan, berupa pembelian formulir pendaftaran, serta informasi lengkap (starter kit, business pack) yang nilainya sekitar Rp.300.000. Namun celakanya, justru karena modal awalnya minimum dan resikonya relatif kecil, banyak orang yang terlibat dalam bisnis ini tidak serius menjalankannya, sehingga memang berakhir dengan kegagalan. Padahal untuk semua usaha, modal finansial bukan satu-satunya modal yang harus dikeluarkan. Dalam menekuni bisnis apapun modal yang juga dibutuhkan adalah berupa waktu, pengetahuan, sikap mental, motivasi dan tekad bulat, keahlian berkomunikasi dan lain-lain, seperti halnya dalam bisnis MLM ini. Masih dalam artikel yang sama, menurut perencana keuangan Safir Senduk, kegagalan yang banyak dialami para pelaku bisnis MLM, kebanyakan berasal dari diri mereka sendiri. “Sebenarnya kegagalan di MLM sama dengan di bisnis lainnya, namun karena biasanya mereka tidak berkumpul lagi setelah gagal, maka tidak terlihat berapa banyak mereka yang gagal”, ujar Safir. “Biasanya kegagalan di MLM lebih disebabkan oleh kurangnya kegigihan, serta kurang cerdasnya pelaku MLM dalam menerapkan peraturan, dan prosedur standar yang ditentukan perusahaan tersebut,” tambahnya. Sependapat dengan Safir Senduk, penggiat MLM Herbalife yang telah sukses dalam menjalankan bisnis MLM, Silvia Karst juga mengatakan bahwa kegagalan di bisnis MLM memang sebagian besar ditentukan oleh pelaku
8
bisnis itu sendiri. Pasalnya, menurut Silvia, banyak pelaku MLM di Indonesia yang tidak sabar dalam menjalani bisnis MLM, sehingga mereka akan cepat menyerah dan merasa gagal. Menurut Silvia, keberhasilan bisnis ini tergantung sepenuhnya pada pelaku bisnis itu sendiri. Biasanya kegagalan disebabkan oleh tidak adanya tujuan yang jelas, tidak konsisten, dan tidak sabar, termasuk juga tidak siap melakukan hal-hal yang baru. Jadi kegagalan itu tidak ditentukan oleh perusahaannya. “Karena yang saya perhatikan selama ini, dalam semua perusahaan MLM itu semuanya hampir sama dalam sistem manajemennya. Karena itu, diperusahaan manapun seseorang yang menjalani bisnis MLM, hasilnya akan tetap sama sesuai dengan etos kerja pelaku masing-masing,”tandas silvia lagi. Sejatinya MLM adalah sebuah metode pemasaran yang menerapkan efisiensi, karena biaya distribusi dan promosi dipotong. Member sebuah MLM harus melakukan distribusi dan promosi mencari oranglain sebagai konsumen dan kemudian mengajarkan orang tesebut untuk melakukan hal yang sama. MLM adalah system yang sederhana, mudah dan penghasilan yang diperoleh sangat besar, tetapi mengapa faktanya sangat berbeda? Banyak orang yang gagal atau tidak benar-benar berhasil dalam menjalankan pekerjaan ini (http://
www.solusidahsyat.com.20/o2/2007). Pada hakekatnya distributor dari sebuah perusahaan MLM merupakan pribadipribadi
yang
berusaha
secara
mandiri
(http://rusmanhkim
.blogspot.com/
2006/04/kewirausahaan-sebagai-sebuah-nilai.html.22/02/2007). Layaknya wirusaha
9
yang berusaha secara mandiri, distributor MLM perlu memiliki keyakinan yang kuat, bahwa apa yang dilakukannya akan berhasil berkat kerja keras dirinya. Dalam pekerjaan ini setiap harinya distributor harus atau dituntut untuk bertemu dengan banyak orang dengan bermacam-macam karakter, tentu menuntut penanganan
yang
(http://totalwellnes.blogsome.com/
berbeda
2005/09/12/Pemasar-terkaya/.22/02/2007).
Yang
perlu
diperhatikan
adalah
pengelolaan emosi diri yang tepat karena orang-orang yang mengetahui emosi mereka sendiri dan bisa membaca emosi orang lain bisa menjadi lebih efektif dalam pekerjaannya. Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa keberhasilan seorang distributor diukur berdasarkan keuntungan yang diperoleh dari jumlah penjualan yang dilakukan dan berdasarkan bonus yang diterima dari hasil penjualan yang dilakukan oleh jaringan grup distributor yang berhasil dibentuknya, sehingga keberhasilan seorang distributor ditentukan oleh diri mereka sendiri. Hal ini berkaitan erat dengan kepribadian mereka. Seperti yang dikatakan oleh Gibson dkk (1996), bahwa kepribadian merupakan faktor yang kompleks, tetapi kepribadian tidak dapat diabaikan begitu saja. Perilaku seorang pekerja tidak akan dimengerti tanpa mempertimbangkan konsep kepribadian. Pada
pekerjaan-pekerjaan
tertentu
sifat
kepribadian
seseorang
sangat
mempengaruhi prestasi kerja yang dihasilkannya, terutama pada pekerjaan seperti seorang distributor yang menuntut adanya interaksi langsung dengan orang lain. Mengingat tugasnya yang mendistribusikan barang atau menjual barang secara
10
langsung dan juga menawarkan peluang kepada orang lain untuk ikut bergabung menjadi seorang distributor yang bisa menjalankan bisnisnya sendiri. Berinteraksi dengan orang lain adalah faktor yang penting dalam menjalankan tugas sebagai distributor. Agar interaksi yang dilakukan distributor berjalan efektif dan efisien, diperlukan kemampuan mengenali emosi diri, kemampuan mengelola emosi, kemampuan memotivasi diri, kemampuan mengenali emosi orang lain dan kemampuan membina hubungan baik dengan orang lain. Kemampuan tersebut, menurut Goleman (1996) merupakan aspek dari kecerdasan emosional. Goleman (1996) mengatakan bahwa kecerdasan bila tidak disertai dengan pengolahan emosi yang baik tidak akan mengantarkan kesuksesan seseorang, bahkan peranan IQ hanya sekitar 20% untuk menopang kesuksesan hidup seseorang, sedangkan 80% lainnya ditentukan oleh faktor lain, diantaranya adalah kecerdasan emosi. Menurut Patton (Djuwarijah, 2002), orang yang kecerdasan emosinya tinggi cenderung akan mengalami kesuksesan ditempat kerja. Uraian diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Melianawati dkk (2001),
penelitian
yang
dilakukan
terhadap
karyawan/staf
non-produksi
PT.Dharmabakti Pakindo (N=21) menunjukkan bahkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan. Kegagalan dan kesuksesan seorang distributor memang ditentukan oleh dirinya sendiri. Konsep ini berkaitan dengan letak kendali seseorang (locus of control). Letak kendali individu mencerminkan tingkat dimana mereka percaya bahwa perilaku mereka mempengaruhi apa yang terjadi pada mereka. Beberapa orang percaya
11
bahwa mereka otonom— bahwa mereka menguasai takdir mereka sendiri dan menerima tanggung jawab pribadi atas apa yang terjadi mereka. Mereka melihat kontrol dari hidup mereka datang dari diri mereka sendiri (Gibson, 1996). Rotter (Gibson, 1996) menyebutnya bagian seseorang. Rotter juga setuju bahwa banyak orang memandang dirinya tidak berdaya menghadapi takdir, dikendalikan oleh kekuatan luar yang lebih besar dimana mereka punya sedikit pengaruh jika ada. Orang seperti itu percaya bahwa kedudukan pengendalian adalah urusan eksternal dibanding internal. Rotter menyebutnya eksternal. Mitchell dkk (Gibson, 1996) melakukan studi dari 900 karyawan dalam jasa kepentingan umum menemukan bahwa karyawan yang dikendalikan secara internal lebih puas dengan pekerjaan mereka, lebih mungkin berada dalam posisi kepemimpinan, dan lebih puas dengan cara kepemimpinan partisipasif daripada karyawan yang melihat diri mereka dikendalikan secara eksternal. Bagi seorang distributor, bisa dikatakan faktor kepribadian berperan penting dalam pelaksanaan kerjanya. Karena distributor pada dasarnya adalah pekerjaan dengan independensi yang tinggi maka faktor kepribadian lain yang harus dimiliki oleh seorang distributor adalah individu yang memiliki letak kontrol yang berorientasi internal (locus of control internal). Dari uraian diatas , maka penulis tertarik untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosi dan locus of control seorang distributor multi-level marketing terhadap prestasi kerjanya.
12
METODE PENELITIAN Subjek dari penelitian ini adalah distributor CNI yang ada di Yogyakarta khususnya pada distribution center (DC) AB 392, dan yang menjadi sampel penelitian adalah orang-orang yang telah menjadi distributor selama minimal enam bulan dan masih aktif sampai sekarang, yang diperoleh melalui purposive sampling Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode skala dan pernyataan dari subjek tentang status peringkatnya di dalam perusahaan multi level marketing tempatnya bergabung. Dalam penelitian ini digunakan dua macam skala yaitu skala kecerdasan emosi dan Locus of Control internal Skala ini disusun berdasarkan skala Likert yaitu metode pernyataan sikap yang menggunakan respon subjek sebagai dasar penentuan nilai skalanya (Azwar, 2005). Berdasarkan skala Likert, pilihan jawaban atas pernyataan terdiri atas lima kategori, yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), R (ragu-ragu), TS (tidak setuju) dan STS (sangat tidak setuju), tetapi untuk menghindari kemungkinan subjek memiliki jawaban tengah atau ragu-ragu, maka penulis mengurangi pilihan jawaban menjadi empat kategori pilihan. Setiap jawaban subjek akan di skor sesuai dengan nilai yang telah ditentukan penulis. Nilai-nilai tersebut berkisar antara 4 sampai dengan 1 untuk butir-butir pernyataan yang favourable (SS, S, TS, STS) dan berkisar antara 1 sampai 4 untuk pernyataan-pernyataan yang unfavourable ( SS, S, TS, STS). Misalnya subjek menjawab SS untuk butir soal
favourable maka subjek akan
mendapat nilai 4, sebaliknya subjek akan mendapat nilai 1 bila menjawab SS untuk
13
butir pernyataan yang unfavourable. Nilai subjek pada setiap butir soal dijumlahkan sehingga akan didapat skor mentah dari masing-masing subjek. Data dari prestasi kerja distributor MLM di dapat langsung dari subjek, dimana dalam booklet skala yang dibagikan, pada bagian administrasi subjek diberikan pernyataan yang wajib diisi oleh subjek mengenai posisi atau jenjang karirnya saat ini dalam MLM tersebut. Data tersebut yang di jadikan penulis sebagai alat pengukuran prestasi kerja distributor MLM. Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan metode kuantitatif. Analisis data dilakukan dengan analisis nonparametric, korelasi Spearman dan Kendall. Teknik analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar hubungan yang ada diantara dua variabel. Data yang sudah didapat akan dianalisis dengan menggunakan program SPSS 12.0 for windows.
Hasil Penelitian Hasil uji hipotesis antara locus of control internal dengan prestasi kerja memiliki koefisien korelasi R = 0,845 dan p= 0,000 (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan yang yang positif dan sangat signifikan antara locus of control internal dan prestasi kerja distributor, dengan demikian berarti hipotesis diterima. Hasil uji hipotesis selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :
14
Tabel 1 Tabel Hasil Uji Hipotesis Melalui Analisis nonparametic korelasi Spearman dan Kendall Variabel Variabel R p Keterangan Bebas Tergantung 1.kecerdasan prestasi kerja .884 .000 Sangat emosi signifikan 2. locus of control internal
prestasi kerja
3.Kecerdasan emosi, Locus of control internal
.845
.000
sangat signifikan
.738
.000
Hubungan yang sangat signifikan
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat dilihat bahwa kecerdasan emosi, locus of control internal, dan prestasi kerja memiliki hubungan yang positif dan signifikan, yang berarti semakin tinggi kecerdasan emosi dan locus of control internal nya maka makin tinggi prestasi kerja distributor tersebut, demikian pula sebaliknya. Kecredasan emosi dan locus of control internal mempunyai kontribusi bagi distributor dalam mencapai prestasi kerja. Dalam melaksanakan pekerjaannya distributor menghadapi situasi dan kondisi yang tidak mudah, disamping menjual produk dan mencari peluang dalam merekrut distributor baru untuk mencapai prestasi kerja, mempertahankan dan meningkatkan prestasi kerjanya, mereka juga bekerja secara independent. Seperti yang diungkapkan
Silvia
Krast
(www.cyberjob.cbn.net.id.21/01/06)
15
bahwa
keberhasilan seorang distributor sepenuhnya bergantung pada individunya. Hasil yang didapat akan sesuai etos kerja masing-masing distributor. Usaha seorang distributor dalam menjual produknya dan mengembangkan jaringan cenderung mengalami situasi yang tidak stabil, adakalanya distributor berhasil, gagal, dan mengalami ketidakpastian. Dalam keadaan ini kecerdasan emosi dan locus of control internal diperlukan oleh seorang distributor. Individu dengan locus of control internal umumnya memiliki kinerja yang lebih baik. Mereka kaum internal akan aktif mencari informasi sebelum mengambil keputusan serta memiliki motivasi yang kuat untuk berprestasi. Kaum internal akan lebih sesuai mengerjakan tugas-tugas dengan inisiatif dan independensi yang tinggi. Sebagian besar tenaga penjual dan wirausaha yang berhasil merupakan kaum internal karena mereka memiliki keyakinan yang kuat akan efektifitas pengaruh mereka terhadap hasil (Robins, 2003). Studi yang dilakukan oleh Weed dkk (Robbins, 2002) dari 900 karyawan dalam jasa kepentingan umum menentukan bahwa karyawan yang dikendalikan secara internal lebih puas dengan pekerjaannya, lebih mungkin berada dalam posisi kepemimpinan, dan lebih puas dengan cara kepemimpinan partisipatif daripada karyawan yang melihat diri mereka dikendalikan secara eksternal. Ketika individu memiliki orientasi kontrol internal yang mengarahkan mereka untuk membuat tujuan dan mengembangkan rencana tindakan untuk mencapai tujuan secara umum, mereka membangun rasa keberhasilan diri. Rasa kemampuan seseorang mempengaruhi persepsi, motivasi dan prestasinya. Kebanyakan individu
16
bahkan tidak mencoba untuk melakukan sesuatu, seperti menerima promosi atau menggunakan komputer ketika mereka diharapkan untuk tidak berhasil. Orang menghindari orang lain dan situasi dimana mereka tidak memadai. Kecerdasan
emosional
menentukan
potensi
kita
untuk
mempelajari
keterampilan-keterampilan praktis yang didasarkan pada lima unsurnya : kesadaran diri, motivasi, pengaturan diri, empati, dan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain. Kecakapan emosi adalah hasil belajar yang didasarkan pada kecerdasan emosi dan berapa banyak potensi yang telah diterjemahkan ke dalam kemampuan di tempat kerja (Goleman, 1999). Kemampuan distributor untuk mengenali emosi menyebabkan distributor mampu mengenali perasaannya sesuai dengan apa yang terjadi dan mampu memantau perasaan dari waktu ke waktu. Dengan mengenali emosi dirinya, distributor
diharapkan
untuk
mampu
mengelola
emosinya
sehingga
dapat
mengendalikan diri dan mampu melepaskan diri dari emosi-emosi negatif dengan cepat. Motivasi diri juga diperlukan mengingat posisi distributor yang mandiri. Distributor seakan seorang usahawan yang bebas menentukan target yang ingin dicapai baik dari segi waktu keuntungan dan kesempatan mencapai prestasi kerja. Kemampuan
distributor
untuk
memotivasi
diri
sendiri
membuat
distributor
mengarahkan perhatiannya kepada tujuan yang hendak dicapai, mampu menunda dan mengendalikan keinginan untuk memuaskan keinginannya, mampu menjalin dalam melaksanakan pekerjaannya.
17
Kemampuan distributor mengenali emosi orang lain menyebabkan distributor mampu mengenali, mengetahui bagaimana perasaan orang lain dari isyarat verbal atau non verbal dan selanjutnya menyesuaikan diri terhadap apa yang diinginkan orang lain. Berhubungan dengan kemampuan sebelumnya, kemampuan distributor untuk membina hubungan menyebabkan distributor mampu mengelola emosi orang lain dan berinteraksi lebih baik dan lancar dengan orang lain. Karena dalam menjalankan bisnisnya, distributor cenderung dituntut untuk lebih mempresentasikan produk dan kesempatan untuk bergabung dalam bisnis dengan cara persuasif : berusaha meyakinkan calon pembeli, pembeli, pelanggan dan calon distributor. Seorang distributor yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi mempunyai potensi untuk mengetahui dan menangani perasaannya sendiri dengan baik dan mampu membaca, menghadapi perasaan orang lain dengan efektif. Seorang distributor yang memiliki kecerdasan emosional yang rendah sulit mengendalikan keadaan emosinya sehingga mempengaruhi kemampuan untuk berpikir dengan jernih dan merusak kemampuan untuk memusatkan perhatian kepada pekerjaannya. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yen, Tjahyoanggoro dan Atmadji (2003), bahwa kecerdasan emosional secara keseluruhan memberikan kontribusi terhadap proses pencapaian prestasi kerja terutama dalam upaya mencapai, mempertahankan, dan meningkatkan prestasi kerja.
18
KESIMPULAN Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk melihat hubungan antara kecerdasan emosi dan locus of control internal terhadap prestasi kerja distributor multi-level marketing. Berdasarkan analisis data dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara kecerdasan emosi dan locus of control internal dengan prestasi kerja distributor MLM.
SARAN-SARAN 1. Bagi perusahaan a. Sesuai dengan hasil penelitian, maka kecerdasan emosi dan locus of control internal dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam proses meningkatkan prestasi kerja distributor. b. Perusahaan dapat meningkatkan pengadaan pelatihan rutin bagi distributor guna meningkatkan kecerdasan emosi dan locus of control internal distributornya. 2. Bagi peneliti selanjutnya a. Bagi peneliti selanjutnya perlu memperhatikan variabel-variabel lain yang dapat menjelaskan atau mempengaruhi distributor terhadap prestasi kerjanya.
19
b. Peneliti memperbesar jumlah subjek penelitian dengan menggunakan perusahaan MLM yang beragam sehingga memperkaya hasil penelitian dengan mengetahui kecerdasan emosi dan locus of control internalnya terhadap prestasi kerja distributor, dan dapat dibandingkan. c. Penyempurnaan alat ukur terus dilakukan sebagai suatu usaha untuk memperoleh hasil yang lebih akurat.
20
IDENTITAS PENULIS
Nama
: Nyi Raden Herliana PKD
Alamat
: Ragom Mufakat I blok H no.10 Kalianda Lampung Selatan
21