Aspirasi, Jutnal S-1 Ilmu Politik Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
NASIONALISME MASYARAKAT PERBATASAN Studi Di Desa Sabunga Kecamatan Sajingan Besar Kabupaten Sambas Oleh: EVA PALENTINA ANJIANA NIM. E02111039 Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak Tahun 2016 Email :
[email protected]
Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui bagaimana kondisi nasionalisme masyarakat perbatasan di Desa Sabunga Kecamatan Sajingan Besar. Menempati daerah perbatasan membuat masyarakat Desa Sabunga menjadi masyarakat yang diragukan nasionalismenya oleh masyarakat lainnya yang tinggal diperkotaan. Hal ini dipertajam dengan dijumpai beberapa permasalahan dilapangan sebagai berikut: pertama, masyarakat Desa Sabunga lebih sering berinteraksi dan bertransaksi jual beli barang dengan masyarakat negara malaysia ketimbang dengan masyarakat di kota Sambas. Kedua, Masyarakat di Desa Sabunga masih sering dijumpai menggunakan mata uang asing (ringgit) untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari di lingkungan tempat tinggal mereka. Ketiga, Masyarakat Desa Sabunga lebih sering mengimpor, menjual dan menggunakan barang-barang dari asing (Biawak-Malaysia), terutama barang-barang kebutuhan pokok ketimbang barang-barang dari negeri sendiri. Keempat, Dijumpai adanya sebagian masyarakat Desa Sabunga tidak mengibarkan bendera Merah Putih pada saat perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teorinya Sartono Kartodirjo, yaitu 5 prinsip nasionalisme. Diantaranya, prinsip kesatuan (unity), prinsip kebebasan (liberty), prinsip kesamaan (equality), prinsip kepribadian (personality), dan prinsip prestasi (performance). Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Dengan alat pengumpulan data berupa dokumentasi dan wawancara kepada informan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Sabunga belum sepenuhnya berhasil mengamalkan 5 prinsip nasionalisme. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan mereka mengenai unsur-unsur yang berhubungan dengan ke 5 prinsip tersebut. Kata Kunci : Nasionalisme, Perbatasan, dan Prinsip Nasionalisme.
Abstract This research aims to analyze and describe the conditions of nationalism of the border community in Sabunga Village of Sajingan Besar Subdistrict, Living in the border area has caused the Sabunga Village community’s nationalism to be doubted by other communities who live in urban areas. This is exacerbated by some of the problems encountered in the field as follows: first, people in Sabunga Village often interact and do business with people from Malaysia rather than with people in the town of Sambas; second, in Sabunga Village, foreign currency (ringgit) is often used in transactions of daily needs in their neighborhood; third, the Sabunga Village people often import, sell and use of foreign goods (Biawak, Malaysia), especially staple goods rather than goods from their own country; fourth, some of the Sabunga Villagers do not fly the Indonesian flag during the celebration of Indonesia’s Independence on August 17. In ths study, the researcher used Sartono Kartodirjo theory, i.e. the 5 principles of nationalism which are the principles of unity, liberty, equality, personality, and performance. This research was a descriptive study with a qualitative method. The data collection tools were in the form of documentation and interviews with informants. The results of this study showed that the Sabunga Villagers have not fully practiced the five principles of nationalism. This is due to the lack of their knowledge of the elements related to the five principles. Keywords: nationalism, border area, and the principles of nationalism
1 EVA PALENTINA ANJIANA, NIM. E02111039 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jutnal S-1 Ilmu Politik Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
dibangun benteng yang kokoh di daerah
A. PENDAHULUAN
perbatasan. Baik dari segi keamanannya maupun dari segi kekebalan masyarakatnya
A. 1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman rumpun dan budaya, jumlah penduduk yang besar dan wilayah yang luas serta Sumber Daya Alam (SDA)
terhadap Masyarakat
incaran
negara
asing
untuk
berinvestasi. Kita, baik pemerintah maupun masyarakat Indonesia harus bersama-sama menjaga
Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia (NKRI). Agar tetap aman, tentram dan lestari. Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan kerjasama yang baik antara
Menjadi bangsa yang kaya akan rumpun dan budaya, memiliki kawasan yang luas serta memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang berlimpah merupakan suatu menjadi
bangsa
Indonesia.
Karena tidak semua bangsa di dunia bisa
dimiliki oleh bangsa Indoneisa. Namun, dibalik keberlimpahan itu, terdapat beragam permasalahan yang muncul juga. Salah
Isu
sekali dijaga. Karena, berbagai hal buruk bisa masuk dan mengancam bangsa kita jika dengan
dibekali
permasalahan-
permasalahan perbatasan akhir-akhir ini kerap sekali menjadi perbincangan dan sorotan dari berbagai pihak. Tidak hanya permasalahan mengenai tapal batas yang bersifat konkrit, permasalahan mengenai rasa nasionalisme yang bersifat abstrak pun
menjadi
persoalan
di
daerah
penting dijaga dan dilestarikan agar masyarakat,
baik
khususnya
masyarakat
perbatasan tidak memandang sebelah mata
Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia (NKRI) dan agar tidak terjadi disintegrasi terhadap NKRI. Arus
globalisasi
berpengaruh
terhadap
juga
dan
sangat
memudarnya
semangat nasionalisme suatu bangsa seperti yang
di
terangkankan
dalamjurnalnya “memudarnya
semangat nasionalisme sedikit demi
Daerah perbatasan sangat penting
perhatikan
mengenai
Hendrastomo(2007:10)
satunya adalah masalah perbatasan.
di
perlu
yang luas dan kesejahteraan.
memiliki hal yang sama seperti yang
tidak
perbatasan
tersebut.
perbatasan. Rasa nasionalisme sangat
pemerintah dan masyarakat.
kebangaan
buruk
dengan pendidikan yang tinggi, wawasan
yang berlimpah. Tidak heran, negara kita menjadi
pengaruh
sedikit
akan
menyebabkan
merosotnya
peran negara. Kecenderungan munculnya kelompok-kelompok etnis merupakan salah 2
EVA PALENTINA ANJIANA, NIM. E02111039 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jutnal S-1 Ilmu Politik Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
satu bentuk memudarnya nasionalisme.
pengembangan wilayah perbatasan ditujukan
Ditengah maraknya globalisme dengan
untuk
segala
masyarakat,
atributnya,
keterbukaan,
berupa
modernisasi,
kemudahandan
meningkatkan
kesejahteraan
meningkatkan
kapasitas
kemajuan
pengelolaan potensi wilayah perbatasan, dan
teknologi, merupakan sebuah tantangan bagi
memantapkan keamanan. Namun demikian,
eksistensi nasionalisme. Peran kapital asing
komitmen itu belum terlaksanakan dengan
semakin besar dan ketergantungannegara
baik
terhadap pihak asing semakin menyudutkan
persoalan,
peran negara di mata warga Negara”.
kelembagaan,ketersediaan
Mengenai Pengelolaan perbatasan, pemerintah Indonesia sudah mengesahkan Undang-Undang No. 43 Tahun 2008 tentang
karena
berbagai
kompleksitas
baik
politik, dana,
sumber
daya dan lain-lain (Ludiro Madu dkk, 2010:VI). Prioritas
diberikan
juga
karena
Wilayah Negara dan Peraturan Presiden
potensi besar untuk terjadinya disintegrasi
(Perpu) No. 12 Tahun 2010 tentang Badan
masyarakat perbatasan dan
Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP).
rasa nasionalisme masyarakat perbatasan.
Penerbitan UU tersebut merupakan salah
Ditambah
satu bentuk keseriusan pemerintah dalam
permsalahan yang dihadapi oleh masyarakat
menangani persoalan-persoalan di kawasan
diberbagai
perbatasan negara, meski demikian, kita juga
dibidang
masih menunggu
sarana dan prasarana penunjang kegiatan
peraturan-peraturan
lagi
melemahnya
dengan
banyaknya
bidang
kehidupan,
pendidikan,
masih
seperti
kurangnya
perundangan di bawahnya dan, tentu saja,
belajar mengajar. Di bidang Kesehatan, juga
implementasi nyata dari pemerintah dalam
masih kurangnya sarana dan prasarana
tata kelola kawasan perbatasan (Ludiro
pendukung dalam kegiatan medis serta biaya
Madu dkk, 2010:VI).
berobat yg cukup mahal. Di bidang sosial
Pengembangan kawasan perbatasan
ekonomi, masih banyak masyarakat yang
sebenarnya telah mendapatkan prioritas
terbilang
pemerintah sejak dikeluarkannya UU No. 25
pengangguran
Tahun 2000 tentang Program Pembangunan
pekerjaan
Nasional
ketersediaan infrastruktur, seperti jalan dan
(Propenas
2000-2004)
yang
merupakan penjabaran dari GBHN 1999.
miskin dan serta
dan
banyaknya
kurangnya masih
lapangan kurangnya
bangunan-bangunan sosial lainnya.
Dalam Propenas dinyatakan bahwa program 3 EVA PALENTINA ANJIANA, NIM. E02111039 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jutnal S-1 Ilmu Politik Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
Dalam bukunya Ludiro Madu, dkk (2010:
94)
mengatakan
Dalam Undang-Undang No.23 Tahun 2006
“diplomasi
tentang Administrasi Kependudukan, Daerah
perbatasan untuk itu membutuhkan sandaran
perbatasan adalah daerah batas wilayah
hukum yang cukup kuat bagi perbatasan
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
wilayah
hukum
daerah batas wilayah negara tetangga yang
merupakan cerminan dari bentuk perhatian,
disepakati bersama berdasarkan perjanjian
kepedulian dan tanggung jawab pemerintah
lintas batas (crossing border agreement)
terhadap
antara Pemerintah Republik Indonesia dan
Indonesia.
wilayahnya
Payung
terutama
wilayah
perbatasan. Anggapan bahwa perbaasan
negara
tetangga,
berdasarkan
merupakan halaman belakang harus diubah.
perundang-undangan.
peraturan
Perbatasan justru merupakan halaman depan
Menjadi masyarakat perbatasan yang
dari suatu wilayah yang untuk itu perlu
identik dengan daerah tertinggal, terbelakang
segera dibenahi dan ditata. Dengan demikian
dan miskin membuat masyarakat Desa
akan
mana
Sabunga dinilai sebagai bangsa yang rasa
oleh
nasionalismenya terancam luntur dan berada
nampak
kedaulatan
dengan dapat
jelas
di
ditegakkan
Pemerintah Indonesia”.
di
ambang
kerapuhan.
Provinsi Kalimantan Barat adalah
berdampingan
Tentu,
hidup
dengan
negara
tetangga,
masyarakat
Desa
Sabunga
berinteraksi
dengan
salah satu provinsi yang berbatasan langsung
membuat
dengan negara tetangga Malaysia, yang
membaur
berada dalam kawasan Negara Kesatuan
masyarakat negara tetangga. Nasionalisme
Republik
merupakan sesuatu yang sangat penting
Indonesia
(NKRI).
Lima
dan
Kabupaten yang berbatasan langsung dengan
dijaga
negara Malaysia, diantaranya Kabupaten
keberagaman suku, budaya, agama dan
Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten
lainnya membuat negara kita terancam
Sanggau, Kabupaten Sintang dan Kabupaten
konflik yang bisa berdampak melemahnya
Kapuas
nasionalisme bangsa kita.
Hulu.
Desa
Sabunga
telah
diresmikan menjadi Post Pemeriksaan Lintas Batas (PPLB) pada taggal 1 Januari 2011.
esistensinya.
Kemiskinan,
Apalagi
lemahnya
dengan
ketahanan
budaya dan konflik antar etnik dapat
Desa Sabunga mempunyai peran
mempengaruhi kadar nasionalisme tersebut.
strategis sebagai beranda depan negara
Seperti ditegaskan oleh pendapatnya Thung
Indonesia dalam menjaga kedaulatan NKRI.
Ju Lan dan M. ‘Azzam Manan (2011:2) 4
EVA PALENTINA ANJIANA, NIM. E02111039 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jutnal S-1 Ilmu Politik Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
“kemiskinan, korupsi, lemahnya ketahanan
jumpai ada sebagian dari masyarakat yang
budaya, dan juga konflik antaretnik dan
tidak mengibarkan Bendera Merah Putih
konflik yang mengatasnamakan agama yang
pada saat memperingati hari Kemerdekaan
merak sejak era reformasi, merupakan
Indonesia.
tantangan yang secara langsung atau tidak
peneliti tertarik dan memilih daerah ini
langsung
sebagai
mempengaruhi
kadar
Nasionalisme. Kemiskinan
jugan
Dari
tempat
temuan-temuan
penelitian.
Dan
diatas,
tidak
dijumpai adanya kesamaan antara teori yang
berpotensi menggiring Bangsa Indonesia
digunakan oleh peneliti dengan peneliti
menjadi bangsa pekerja atau kuli bagi
lainnya.
bangsa-bangsa lain sebagaimana sangat
Berdasarkan
dicemaskan oleh Bung Karno”.
sebelumnya, permasalahan tersebut menarik
Menurut peneliti,selama ini belum
hal-hal
yang
diuraikan
untuk diteliti. Maka dari itu, peneliti akan
pernah ada peneliti lain yang melakukan
melakukan
penelitian
mengenai
penelitian mengenai permasalahan yang
Nasionalisme Desa Perbatasan di Desa
sama dengan penelitian ini dan terdapat hal-
Sabunga Kecamatan Sajingan Besar.
hal yang menarik dan unik, seperti seringnya masyarakat Desa Sabunga bermobilisasi dan bertransaksi dalam hal jual beli barang dengan
masyarakat
negara
tetangga
A.2. Rumusan Permasalahan Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dibuat rumusan permasalahan
ketimbang masyarakat di kota terdekat.
sebagai berikut:
Masih
nasionalisme masyarakat perbatasan di Desa
dijumpai
menggunakan
mata
masyarakat uang
asing
yang untuk
Bagaimana
kondisi
Sabunga Kecamatan Sajingan Besar?
berbelanja kebutuhan sehari-hari di warung terdekat. Sedangkan, di kampung negara
A.3. Tujuan Dan Manfaat
tetangga yang berdampingan dengan Desa
a. Tujuan Penelitian
Sabunga tidak menggunakan mata uang negara asing.
adalah untuk menganalisis dan mengetahui
Masyarakat di Desa Sabunga juga masih
banyak
Adapun tujuan dari penelitian ini
di
jumpai
mengimpor,
menjual dan menggunakan barang-barang
bagaimana kondisi nasionalisme masyarakat perbatasan di Desa Sabunga Kecamatan Sajingan Besar.
dari negara tetangga, Malaysia. Serta, di 5 EVA PALENTINA ANJIANA, NIM. E02111039 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jutnal S-1 Ilmu Politik Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
b. Manfaat Penelitian
sebuah situasi kejiwaan di mana kesetiaan
a. Manfaat Teoritis
seseorang secara total diabadikan langsung
Dengan
ini,
kepada negara bangsa atas nama sebuah
diharapkan dapat memberikan sumbangan
bangsa”. Sedangkan menurut Menurut Hans
pemikiran dan mengembangkan konsep ilmu
Kohn dalam Redja Mudyahardjo (2010:191)
politik
dalam
“Nasionalisme yaitu suatu paham yang
penelitian ini, sehingga hasilnya dapat
memberi ilham kepada sebagian terbesar
memperkaya dan memperluas wawasan ilmu
penduduk dan mewajibkan dirianya untuk
pengetahuan sosial, khususnya ilmu politik.
mengilhami
b. Manfaat Praktis
Nasionalisme menyatakan bahwa negara-
yang
Sebagai
adanya
penelitian
dijadikan
bahan
acuan
masukan
anggota-anggotanya”.
kepada
kebangsaan adalah cita dan satu-satunya
pemerintah daerah, pemerintah pusat, dan
bentuk sah organisasi politik dandan bahwa
lembaga lainnya yang terkait, agar semakin
bangsa
memperhatikan dan peduli terhadap daerah
kebudayaan
perbatasan. Serta, semakin meningkatkan
ekonomi.
adalah
sumber
kreatif
dan
dari
tenaga
kesejahteraan
pembangunan di daerah perbatasan. b. Prinsip Nasionalisme Menurut
A.4. Landasan Teori
(1999:15),
a. Konsep Nasionalisme Secara etimilogis, term nasionalisme,
ada
Sartono lima
Kartodirdjo prinsip
dalam
nasionalisme, dimana yang satu dengan yang
natie, dan national, kesemuanya berasal dari
lainnya
bahasa Latin, yakni nation, yang berarti
membentuk
bangsa yang dipersatukan karena kelahiran.
prinsip
Kata nation ini berasal dari kata nascie yang
Kebebasan (liberty), Kesamaan (equality),
berarti
dilahirkan
Nasionalisme
adalah
saling
terkait
untuk
untuk
wawasan
nasional.
Kelima
tersebut,yaitu
Kesatuan
(unity),
(Moesa,
2007:29).
Kepribadian
gejala
psikologis
(performance).
(personality)
dan
Prestasi
berupa rasa persamaan dari sekelompok manusia
yang
menimbulkan
kesadaran
sebagai bangsa.
1. Ernest Renan
Menurut Azyumardi Azra (2011:24) “Nasionalisme
c. Konsep Bangsa
dapat
dikatakan
sebagai
Menurut E. Renen (dalam Silalahi, 1995:5), konsep kebangsaan Indonesia 6
EVA PALENTINA ANJIANA, NIM. E02111039 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jutnal S-1 Ilmu Politik Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
menunjukan bahwa: Terbentuknya suatu
wilayah negara yang terletak pada sisi
nation tidak didasarkan pada adanya
dalam sepanjang batas wilayah Indonesia
kesamaan
dengan negara lain, dalam hal batas
ras,
bahasa,
agama,
kepentingan bersama geografis atau batas
wilayah
negara
di
darat,
kawasan
alamiah, tetapi merupakan suatu kesatuan
perbatasan berada di kecamatan.
solidaritas. 2. Utomo
e. Konsep Wawasan Kebangsaan
Menurut Utomo (1995:3), konsep kebangsaan
menitik
beratkan
Wardiman(1993:3),wawasan
pada
kebangsaan merupakan cara pandang suatu
besarnya sebuah komitment yaitu ikatan
bangsa tentang diri dan lingkungannya serta
batin untuk bersatu, sebab kebangsaan
bagaimana bangsa itu megekspresikan sikap
suatu bangsa bukan merupakan sebuah
kebangsaannya di dalam lingkungan yang
takdir yang diperoleh secara taken for
serba berubah.
granted yaitu pemberian hadiah dengan Cuma-cuma melainkan diperjuangkan. B. METODE PENELITIAN d. Konsep Kawasan Perbatasan (Bolder) 1. A.E.
Moodie
boundary adalah
menyatakan garis-garis
bahwa
B. 1. Jenis Penelitian
yang
Adapun
jenis
penelitian
yang
mendemarkasikan batas terluar dari suatu
digunakan dalam penelitian ini adalah
negara. Dinamakan boundary karena
deskriptif dengan metode kualitatif. Dimana,
berfungsi mengikat (bound) suatu unit
prinsipnya di tekankan pada hal-hal yang
politik.
menggambarkan
2. Pasal 1 angka 4 UU Nomor 43 Tahun 2008
tentang
mendefinisikan
Wilayah
Negara
batas wilayah negara
yang
relevan
dengan permasalahan yang diteliti dan didukung
dengan
fakta-fakta
yang
ditemukan dilapangan.
adalah garis batas yang merupa kan pemisah kedaulatan suatu
keadaan
Menurut
Moleong
(2004:29)
negara yang
“penelitian deskriptif adalah penelitian yang
didasarkan atas hukum internasional,
menggambarkan fenomena-fenomena yang
sedangkan dalam angka 6-nya, kawasan
terjadi
perbatasan dimaknai sebagai bagian dari
selanjutnya
dilapangan ditarik
secara
apa
kesimpulan
adanya, guna 7
EVA PALENTINA ANJIANA, NIM. E02111039 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jutnal S-1 Ilmu Politik Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
mendapatkan
suatu
teori
dan
lebih
B.4. Instrumen Pengumpulan Data
mementingkan proses daripada hasil”.
Menurut Sugiyono (2007:59) “dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu
B.2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Sabunga
Kecamatan
Sajingan
Besar
sendiri”. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus
Kabupaten Sambas. Lokasi tersebut dipilih
penelitian,
sebagai sasaran penelitian atas pertimbangan
sumber data, melakukan pengumpulan data,
sebagai berikut:
menilai
a.
menafsirkan data dan membuat kesimpulan.
Tersedianya data dan fakta terkait dengan
masalah
kualitas
informan
data,
sebagai
analisis
data,
nasionalisme
masyarakat kawasan perbatasan. b.
memilih
Permasalahan-permasalahan
B.5. Teknik Pengumpulan Data terkait
Teknik pengumpulan data merupakan
nasionalisme yang dijumpai di lokasi ini
langkah
yang
paling
sangat penting dan menarik untuk
penelitian,
diteliti dan masih belum pernah diteliti
penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
oleh peneliti lain sebelumnya.
mengetahui teknik pengumpulan data, maka
karena
strategis
tujuan
utama
dalam dari
peneliti tidak akan mendapatkan data yang B.3. Subjek dan Objek Penelitian
memenuhi standar data yang ditetapkan.
Subjek dalam penelitian ini adalah
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan
Camat Kec. Sajingan Besar, Kepala Desa
milliknya Sugiyono (2010:63), ada tiga,
Sabunga, serta beberapa masyarakat Desa
yaitu
Sabunga yang dianggap bisa memberikan
Dokumentasi.
informasi
yang
informan dalam
diperlukan.
Observasi,
Wawancara
dan
Penentuan
penelitian ini bersifat
B.6. Teknik Analisis Data
purposive, artinya melakukan pemilihan atau
Menurut Miles dan Huberman dalam
menunjuk terlebih dahulu siapa dan berapa
Sugiyono (2007:246) Teknik analisis data
jumlah informan yang diperlukan.
yang digunakan ada tiga jenis, yaitu Reduksi Data, Display Data dan Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan.
8 EVA PALENTINA ANJIANA, NIM. E02111039 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jutnal S-1 Ilmu Politik Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
integrasi, baik teritorial, geo-politik, sosio-
B.7. Teknik Keabsahan Data Penelitian mengungkap
kualitatif
kebenaran
harus
yang
objektif.
ekonomis, dan sebagainya. 1. Aspek Kecintaan
Karenaitu keabsahan data dalam sebuah
Dari pernyataan masyarakat Desa
penelitian kualitatif sangat penting. Melalui
Sabunga, baik dari kalangan masyarakat
keabsahan
biasa maupun dari kalangan pelajar, sangat
data
kredibilitas
penelitian
kualitatif dapat tercapai. Dalam penelitian
jelas
ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi
indonesia. Tidak ada perbedaan persepsi
sumber.
(2005:125)
diantara keduanya. NKRI harga mati bagi
menguji
mereka. Hal ini menepis anggapan beberapa
Menurut
“triangulasi
Sugiyono
sumber
untuk
bahwa
di
mereka
perkotaan
sangat
kredibilitas data dilakukan dengan cara
orang
mengecek data yang telah diperoleh melalui
masyarakat perbatasan tidak cinta Indonesia.
berbagai sumber.
Mungkin, malah sebaliknya yang terjadi. Meskipun
mereka
yang
mencintai
kurang
mengatakan
mendapat
perhatian dan dukungan dari pemerintah C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sabunga Mengenai Kesatuan (Unity) persatuan
dan
bangsa
diperkotaan,
mereka
seperjuangannya tetap
menganggap
semua bangsa Indonesia saudara mereka dan
C.1. Pandangan Masyarakat Desa
Prinsip
maupun
bagian dari diri mereka.
kesatuan
Isu
mengenai
perpecahan,
menuntut setiap warga negara harus mampu
perkelahian antar komunitas masih sering
mengesampingkan pribadi atau golongan
kita jumpai. Hal ini menandakan bahwa,
yang dapat menimbulkan perpecahan dan
Bhineka Tunggal Ika masih belum bisa
anarkis
menegakkan
diamalkan oleh masyarakat Indonesia. tidak
prinsip persatuan dan kesatuan setiap warga
ada satupun suku maupun agama yang ingin
negara harus mampu mengedepankan sikap:
saling berselisih jika tidak diganggu terlebih
kesetiakawan sosial, perduli tehadap sesama,
dahulu oleh suku dan agama lainnya.
(merusak),
untuk
solidarias dan berkeadilan sosial.
Intinya adalah kita harus saling
Dalam bukunya Sartono Kartodirdjo
pengertian dan toleran antar suku dan
(1999:16), prinsip kesatuan yang perlu
agama.
direalisasikan
permasalahan suku, agama, ras dan etnis.
menuntut
suatu
proses
Kita
harus
mengesampingkan
9 EVA PALENTINA ANJIANA, NIM. E02111039 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jutnal S-1 Ilmu Politik Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
Yang harus kita perjuangkan bersama adalah
dan
memenuhi
tujuan utama dari semua bangsa Indonesia.
mereka.
Agar kita menjadi bangsa yang kuat, serta untuk
menwujudkan
dan
mengamalkan
semboyan Bhineka Tunggal Ikha. Menjadi
masyarakat
kebutuhan
sehari-hari
Pada saat Tujuh Belas Agustus, masih
ada
beberapa
masyarakat
yang
dijumpai tidak ikut mengibarkan bendera perbatasan,
merah putih.mereka
tidak Mengibarkan
tidak lepas dari isu bahwa masyarakat
bendera merah putih bukan dikarenakan
perbatasan lebih cinta produk negara asing.
nasionalisme mereka menurun. Hal ini lebih
Karena, dari fakta yang dilihat bahwa
tepatnya disebabkan karena, tidak adanya
kebanyakan masyarakat perbatasan yang
uang untuk membeli bendera merah putih
mengimpor
dan kesibukan dari warga tersebut.
produk
dan
dari
menggunakan
negara
tetangga
produkuntuk
kebutuhan sehari-hari mereka. Dan, mereka
1.
Aspek Bela Negara
juga masih sering dijumpai menggunakan mata uang asing.
Aspek bela negara sangat penting ditengah-tengah gejolak zaman saat ini. Bela
Mereka juga lebih sering berinteraksi
negara
harus
selalu untuk
diterapkan
membentuk
dan
dengan masyarakat negara tetangga. Seperti
dilaksanakan
bangsa
yang kita ketahui, bahwa mengimpor produk
Indonesia menjadi bangsa yang tidak hanya
asing dan penggunaan mata uang asing
kuat Intelektualnya tetapi juga fisiknya.
merupakan suatu pengaruh dari globalisasi
Masyarakat Desa Sabunga, baik dari
yang dapat merontokkan kecintaan bangsa
pihak orang tua dan anak muda sangat
kita
sudah
mendukung dengan adanya pendidikan bela
menyimpang dari kepribadian bangsa kita.
negara. Itu sudah menjadi kewajiban bagi
Namun, hal ini tidak bisa dijadikan ukuran
bangsa Indonesia. Mereka harus mempunyai
kecintaan masyarakat di Desa Sabunga
kemampuan intelektual dan fisik untuk
terhadap NKRI. Masyarakat diperbatasan
menjaga negara mereka. Mereka harus
lebih sering menggunakan barang-barang
menjadi bangsa yang kuat dan bersatu untuk
dari Malaysia, menggunakan mata uang
melawan gejolak dari pihak luar. Dengan
ringgit, dan berinteraksi dengan masyarakat
adanya pendidikan bela negara, generasi
Malaysia dalam hal jual beli barang, hanya
muda akan semakin terasah jiwanya untuk
terhadap
negaranya
serta
semata-mata dilakukan untuk bertahan hidup 10 EVA PALENTINA ANJIANA, NIM. E02111039 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jutnal S-1 Ilmu Politik Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
selalu menjaga, membela dan mencintai
C.2. Pandangan
negaranya.
Masyarakat
SabungaMengenai
Namun, realita yang kita hadapi
Desa
Kebebasan
(Liberty)
sangat memprihatinkan. Pendidikan bela
Kebebasan
merupakan
suatu
negara masih jarang sekali digalakkan oleh
pemberian dari kita lahir oleh Tuhan. Setiap
pemerintah dan bukan menjadi program
individu
tahunan, tetapi ketika ada yang mendesak
melakukan apapun yang mereka inginkan.
saja.
Tidak terkekang dan bebas melakukan
mempunyai
hak
untuk
bebas
apapun yang mereka inginkan. Akan tetapi, 2.
tidak ada
Aspek Kewarganegaraan Masyarakat
perbatasan
selalu
intervensi dari kebebasan yang
telah dilakukan tersebut terhadap kebebasan
dipertanyakan akan status warga negaranya
orang lain. Kita harus bisa sama-sama
oleh orang diperkotaan. Ini dikarenakan,
menghargai kebebasan orang lain.
masyarakat perbatasan hidup berdampingan
Undang-undang No.9 Tahun 1998
dengan masyarakat negara tetangga. Dan
tentang
lebih sering berinteraksi dengan masyarakat
Pendapat di muka umum pasal 1 ayat (1)
di negara tetangga. Ketimbang berinteraksi
kemerdekaan
dengan masyarakat lainnya di perkotaan
adalah hak setiap warga negara untuk
dalam kehidupan sehari-hari mereka.
menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan,
oleh
Kemerdekaan
Menyampaikan
menyampaikan
Namun anggapan tersebut ditepis
dan
masyarakat
bertanggung jawabsesuai dengan ketentuan
perbatasan.
Meskipun
sebagainya
mereka tinggal ditapal batas, bergandengan
peraturan
dengan masyarakat negara tetangga. Namun
berlaku.
secara
pendapat
bebas
perundang-undangan
dan
yang
kecintaan mereka terhadap NKRI sangat
Hal tersebut disebutkan juga didalam
tinggi. Dan tidak begitu mudahnya bagi
bukunya El Muthad Madja (2007:29) “Salah
mereka untuk berpindah kewarganegaraan.
satunya
Meskipun negara tetangga lebih mengiurkan
mengeluarkan pendapat yang dimiliki oleh
dan terjamin dibandingkan dengan negara
setiap
Kelahiran mereka.
memandang suku, ras danagama. Kebebasan
adalah
hak
masyarakat
berbicara
Indonesia
dan
tanpa
berbicara dan mengeluarkan pendapat dapat dilakukan dalamberbagai bentuk. Misalnya 11 EVA PALENTINA ANJIANA, NIM. E02111039 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jutnal S-1 Ilmu Politik Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
saja tulisan, buku, diskusi, artikel dan
Realita juga menjawab pertanyaan
berbagai media lainnya. Semakin dewasa
sudah berhasil tidaknya kebebasan di negara
suatu bangsa maka kebebasan berbicara dan
kita Indonesia ini. Fakta bahwa masih
mengeluarkan pendapat semakin dihormati.
banyak masyarakat kita yang tertindas,
Bebas
adalah
merdeka.
Jika
dibelut kemiskinan, pengangguran, hukum
masyarakat sudah merasa bebas melakukan
tajam kebawah tumpul keatas dan masih
apa saja, dan apa yang diinginkan terpenuhi
banyak tragedi lainnya. Seperti halnya,
oleh pemerintah. Maka bangsa Indonesia
massa
sudah merdeka. Setiap bangsa pasti ingin
menyampaikan
bebas menentukan pilihan hidupnya. Mereka
mereka harus berdemo untuk menolak
ingin terbebas dari kemiskinan, kebodohan,
kebijakan dari pemerintah yang dianggap
dari marjinalisasi dan bebas dari berbagai
sepihak. Missalnya, pada saat harga bbm
hal lainnya. Namun, apakah selama ini
tinggi, harga karet murah dan masih banyak
bangsa Indonesia sudah mencapai kebebasan
lainnya. Hal ini terjadi, karena pemerintah
yang mereka cinta-citakan tersebut.
tidak bisa mengabulkan apa yang mereka
Masyarakat Desa Sabunga di atas,
harus
turun
ke
jalan
aspirasi-aspirasi
untuk mereka,
harapkan.
jelas bahwa perihal kebebasan masih jauh dari
kata
terpenuhi.
Peran
pemerintah
C.3.
Pandangan
langsung masih sangat diharapkan. Mereka
Sabunga
bebas untuk melakukan apapun yang mereka
(Equality)
inginkan. Akan tetapi, kerap sekali lambat ditanggapi
oleh
pemerintah.
Mungkin
Masyarakat
Mengenai
Desa
Kesamaan
Prinsip kesamaan menuntut setiap warga
negara
untuk
menempatkan
dengan adanya kehadiran langsung dari
kepentingan bangsa dan negara di atas
pemerintah,
kepentingan pribadi dan golongan. Semua
segala
hak-hak
masyarakat
mungkin akan lebih cepat ditanggapi. Serta,
masyarakat
bangsa sama, tidak ada perbedaan, tidak ada
mengharapkan
yang kaya dan yang miskin, pejabat dan
kepada pemerintah agar lebih sering lagi
rakyat biasa serta merupakan satu warna.
mengadakan sosialisasi, apalagi mengenai
Setiap bangsa berhak mendapat pekerjaan,
kebijakan-kebijakan baru. Agar masyarakat
kesehatan, kesejahteraan, bantuan, perhatian,
tahu, dan mengerti apa yang harus dilakukan
pelayanan yang sama dari pemerintahnya.
tanpa ada unsur keterpaksaan.
Tidak ada pembedaan diantara mereka. 12
EVA PALENTINA ANJIANA, NIM. E02111039 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jutnal S-1 Ilmu Politik Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
Pemerintah
sebagai
pengelola
pemerintahan, harus bisa bersikap bijak dan
bersekolah dan tidak tamat sekolah, serta masyarakat yang sakit-sakitan dan miskin.
adil. Dalam membuat kebijakan maupun
Mereka tidak mengharapkan lebih
keputusan harus lepas dari unsur diskrimitif,
kepada Pemerintah, agar pemerintah lebih
agar bisa bersikap netral. Dan tidak ada
adil lagi kepada masyarakatnya. Berikanlah
salah satu pihak yang dirugikan. Hal-hal
hak-hak mereka dengan tidak memandang
yang sama harus diperlakukan sama. Tidak
bulu.
ada
mengharapkan
perbedaan
antara
kepentingan
Masyarakat
Desa
Pemerintah
paling
memberikan
Seperti halnya dalam dunia pendidikan,
pendidikan dan kesehatan, agar mereka bisa
tidak hanya orang-orang kota saja yang bisa
mencapai cita-cita dan mengembangkan
menikmati sarana prasarana yang lengkap
bakat mereka dengan keadaan yang sehat.
dan mewah serta program beasiswa. Tetapi,
Sehingga mereka bisa meningkatkan lagi
masyarakat
sosial-ekonomi mereka.
juga
berhak
untuk
mereka
tidak
masyarakat kota dengan masyarakat desa.
desa
hak-hak
Sabunga,
dibidang
mendapatkan sarana dan prasarana yang lengkap dan mewah serta program beasiswa. Pada Masyarakat Desa Sabunga,
C.4.
Pandangan Sabunga
Mengenai
tampak bahwa kesamaan masih belum
(Personality)
ditegakkan pada masyarakat di desa mereka
Kepribadian
oleh
Pemerintah.
Masyarakat
Desa
Kepribadian
terbentuk
oleh
Ketiga-tiganya
pengalaman budaya dan sejarah bangsa.
memberikan komentar bahwa selama ini
Maka dari itu, setiap negara mempunyai
pemerintah kurang memperhatikan daerah
kepribadian
mereka, dibandingkan dengan masyarakat di
kepribadian itu yang menjadi ciri khas antar
perkotaan.
mereka
bangsa.
mereka
Indonesia,
Ketidakadilan
rasakan,
yang
membuat
terdiskriminasikan
oleh
pemerintah.
Di
bidang pendidikan, kesehatan dan sosialekonomi masyarakat Desa Sabunga juga masih
sangat
memprihatinkan.
masing-masing.
Seperti
halnya
mempunyai
ciri
kita khas
Dan,
bangsa yang
membedakan kita dengan bangsa-bangsa lainnya. Pancasila
merupakan
kepribadian
Masih
bangsa Indonesia. Pancasila sebagai jiwa
banyak dijumpai masyarakat yang tidak
bangsa, lahir bersamaan adanya Bangsa Indonesia. Jadi Pancasila lahir dari jiwa 13
EVA PALENTINA ANJIANA, NIM. E02111039 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jutnal S-1 Ilmu Politik Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
kepribadian
bangsa
Indonesia
yang
hal itu sudah tidak lagi terjadi. Karena,
terkristalisasi nilai-nilai yang dimilikinya.
sudah 70 tahun Indonesia merdeka, tidak
Pancasila sebagai Pandangan hidup Bangsa
mungkin rasanya masih ada masyarakat
Indonesia mengandung makna bahwa semua
Indonesia
aktifitas kehidupan bangsa Indonesia sehari-
Indonesia yang baik dan benar, serta tidak
hari harus sesuai dengan sila-sila daipada
hafal Pancasila.
Pancasila, karena Pancasila juga merupakan
yang
Ekonomi
tidak
menjadi
bisa
berbahasa
kendala
bagi
kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki dan
mereka yang tidak bisa berbahasa Indonesia
bersumber dari kehidupan bangsa Indonesia
dengan baik dan benar serta tidak hafal
sendiri. Pancasila dipergunakan sebagai
pancasila.
Kebanyakan
petunjuk
bersekolah
yang
hidup
sehari-hari
dan
juga
yang
mengalami
tersebut.
dipisah-pisah antara satu dengan yang lain.
memperhatikan masalah ini. Karena mereka
Indonesia
juga
kendala
merupakan satu kesatuan yang tidak bisa
Bangsa
Pemerintah
tidak
kurang
menetapkan
sengaja menganggap ini masalah yang tidak
Pancasila sebagai azas. Maka, seluruh
serius, karena kalau dipikir masyarakat dapat
perilaku, sikap, dan kepribadian adalah
mencari tahu sendiri, atau kemungkinan
pelaksanaan
pihak pemerintah tidak menyadari akan
dari
nilai-nilai
Pancasila.
Perilaku, sikap, dan kepribadian yang tidak sesuai dengan Pancasila berarti bukan
masalah ini. Masyarakat
perbatasan
serba
perilaku, sikap, dan kepribadian masyarakat
keterbatasan dalam berbagai hal, dan sibuk
Indonesia.
tidak
bekerja diladang untuk kebutuhan sehari-
yang
hari mereka. Sangat mungkin bagi mereka
tidak
untuk tidak bisa belajar sendiri. Ditambah
di
lagi mereka tidak suka ambil tahu suatu
Manakala
menampilkan sesungguhnya, dilaksanakan
masyarakat
identitas berarti dalam
ini Pancasila
berkehidupan
masyarakat.
pekara dalam negaranya. Maka dari itu,
Namun, Masyarakat di Desa Sabunga
perhatian
serius
pemerintah
sangat
masih banyak di jumpai mereka yang belum
diperlukan untuk mengubah pola pikir dan
menguasai bahasa Indonesia yang baik dan
membenahi masyarakat perdalaman.
benar. Kemudian, mereka juga banyak
yang
belum
hafal
masih
Dari
hasil
observasi
peneliti
Pancasila.
dilapangan, prinsip kepribadian masih sangat
Ditengah kemajuan zaman ini, seharusnya
jauh dari harapan. Hal ini dibuktikan dengan 14
EVA PALENTINA ANJIANA, NIM. E02111039 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jutnal S-1 Ilmu Politik Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
temuan dilapangan, bahwa masyarakat di
dengan jalan keuletan kerja, baik secara
Desa Sabunga masih sangat minim sekali
individual maupun secara kelompok dalam
mengetahui makna dan arti dari Pancasila
bidang kegiatan tertentu.
yang merupakan semboyan kerpibadian
Dengan prestasi yang bangsa kita
bangsa kita. Serta, mereka juga banyak yang
capai,
tidak
berbahasa
membanggakan negara kita di mata bangsa-
Indonesia dnegan baik dan benar. Hal ini
bangsa lainnya, bahwa Indonesia bisa lebih
kurangnya perhatian Pemerintah selama ini
baik dari bangsa-bangsa lainnya. Maka dari
dalam menanggani masalah ini.
itu, tidak heran setiap negara berlomba-
tahu
dan
tidak
bisa
kita
telah
mengharumkan
dan
lomba mengejar dan mendapatkan prestasi C.5.
Pandangan Sabunga
Masyarakat Mengenai
Desa Prestasi
itu untuk meningkatkan status sosial negara mereka. Tidak sedikit prestasi yang sudah
(Ferformance) “Prestasi adalah
suatu
dicapai oleh bangsa Indonesia sampai saat
kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan
ini. Baik prestasi pada bidang olahrga,
baik
secara
pendidikan, kesenian, dan lain sebagainya.
1994:19).
Hal itu membuat Indonesia menjadi negara
Sedangkan menurut Mas’ud Hasan Abdul
yang cukup berkesan dimata negara lain.
Dahar dalam Djamarah (1994:21), bahwa
Indonesia
prestasi
berkembang
secara
kelompok”,
individu
hasil
dari
maupun
(Djamarah,
adalah apa yang telah dapat
yang
merupakan
negara
dan
mempunyai
jumlah
diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang
penduduk yang terbilang banyak, serta
menyenangkan hati yang diperoleh dengan
masyarakatnya masih banyak yang terbilang
jalan keuletan kerja.
miskin, mampu bersaing dengan negara
Dari pengertian yang dikemukakan tersebut di atas, jelas terlihat perbedaan pada
maju. Masyarakat
di
Desa
Sabunga,
kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun
khususnya Generasi muda, masih belum
intinya sama yaitu hasil yang dicapai dari
banyak prestasi yang membanggakan yang
suatu kegiatan. Untuk itu, dapat dipahami
bisa mereka berikan untuk Indonesia. Hal ini
bahwa prestasi adalah hasil dari suatu
di sebabkan oleh karena masih kurangnya
kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan,
sarana dan prasarana
yang menyenangkan hati, yang diperoleh
bakat-bakat
mereka.
untuk mengasah Masih
kurangnya 15
EVA PALENTINA ANJIANA, NIM. E02111039 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jutnal S-1 Ilmu Politik Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
bantuan dan perhatian dari pemerintah,
kurangnya
menjadi kendala bagi pertumbuhan bakat
pemerintah terhadap mereka. Tidak sama
mereka, sarana dan prasarana disekolahan
sekali mengurangi kadar kecintaan mereka
untuk
terhadap NKRI..
mendukung
pelajaran,
olahraga,
kesenian dan lain-lain sangat minim sekali. Dari
hasil
observasi
perhatian
dan
jamahan
2. Aspek Bela Negara
peneliti
Dalam aspek bela negara, masyarakat
dilapangan, prinsip prestasi masih jauh dari
Desa Sabunga bisa dibilang sangat luar biasa
harapan. Sarana dan prasarana masih belum
antusiasnya dalam mengikuti kegiatan bela
sepenuhnya terpenuhi oleh pemerintah untuk
negara. Terutama kalangan muda mudi yang
mengasah dan mengembangkan bakat-bakat
sangat
masyarakat disana. Terutama dalam bidang
dilakukan kegiatan dan sosialisasi mengenai
olahraga dan pendidikan sangat minim
bela
sekali. Pemerintah diharapkan agar lebih
pemerintah. Dari masyarakat Desa Sabunga
bersikap adil lagi terhadap masyarakatnya.
mengatakan
aktif.
negara
membela mereka
Hanya
di
saja,
Desa
bahwa
Sabunga
mereka
Indonesia, sebagai
kurangnya
bersedia
sekalipun
taruhannya.
oleh
nyawa Hal
ini
membuktikan bahwa semangat bela negara
D. KESIMPULAN
masyarakat perbatasan di Desa Sabunga Dari
hasil
penelitian
ini, dapat
peneliti simpulkan bahwa:
sangat tinggi. 3. Aspek Kewarganegaraan
A. Pandangan Masyarakat Desa Sabunga
Dalam
aspek
Kewarganegaraan,
masyarakat di Desa Sabunga masih sangat
mengenai Kesatuan (Unity) Dalam prinsip Kesatuan (Unity),
menjaga status kewarganegaraan mereka.
terdapat tiga aspek yaitu:
Untuk saat ini mereka tidak ada niat untuk
1. Aspek Kecintaan
berpindah kewarganegaraan. Mereka masih
Dalam aspek kecintaan, masyarakat
tetap menunggu uluran tangan pemerintah
Desa Sabunga sangat mencintai negara
mereka untuk membangun dan membenahi
Indonesia sepenuh hati mereka. Bagi mereka
daerah mereka. Tidak
NKRI harga mati. Apapun yang terjadi cinta
masyarakat yang mempunyai Kartu Tanda
mereka terhadap NKRI tidak akan luntur
Penduduk
dengan
membuktikan bahwa mereka tetap menjaga
begitu
mudahnya.
Mesipun
(KTP)
ada dijumpai
ganda.
Hal
ini
16 EVA PALENTINA ANJIANA, NIM. E02111039 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jutnal S-1 Ilmu Politik Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
status kewarganegaraan mereka sebagai
menghasilkan hasil yang baik. Masyarakat
warga negara Indonesia, meskipun mereka
Desa
kurang
pemerintah
mmendapat
perhatian
dari
Sabunga
mengharapkan
lebih
peduli
agar
dan
lebih
pemerintah.
bertanggung jawab lagi dengan mereka.
B. Pandangan Masyarakat Desa Sabunga
C. Pandangan Masyarakat Desa Sabunga
mengenai Kebebasan (Liberty) Bagi
masyarakat
mengenai Kesamaan (Equality)
Desa
Sabunga
Bagi
masyarakat
Desa Sabunga,
kebebasan (liberty) masih jauh dari kata
Kesamaan dalam berbagai bidang masih
berhasil.
untuk
jauh dari harapan. Fakta membuktikan,
layak,
bahwa dimana-mana daerah yang identik
Seperti
mendapatkan
kebebasan
pendidikan
yang
berobat murah sesuai keadaan ekonomi
dengan
mereka, serta mendapatkan bantuan-bantuan
perdesaan pasti masih jauh dari kata
sosial lainnya. Memang udang-undang telah
terpenuhi.
dibuat untuk menjaga, melindung dan
selama
meneggakkan hak-hak mereka, akan tetapi
keterbatasan.
dalam implementasiannya masih jauh dari
belum memadai dan jauh dari kata cukup.
harapan. Hak-hak mereka masih terkekang
perbatasan,
perdalaman
Masyarakat ini
Sama
hidup
Desa
Sabunga,
dalam
keadaan
Infrastruktur
halnya
dan
yang
dengan
masih
bangunan
dan dibatasi dengan aturan yang dibuat
sekolah dan bangunan sosial lainnya yang
sepihak
hal
sudah agak tua dan sarana prasarananya
berpendapat dan bersuara mereka memang
sangat minim. Hal ini tentu, berpengaruh
diberikan
hukum.
pada kualitas belajar siswa-siswa di Desa
Namun, kurangnya media untuk menanggapi
Sabunga. Mereka akan ketinggalan dengan
aspirasi-aspirasi
siswa-siswa yang ada diperkotaan yang
oleh
pemerintah.
kesempatan
Dalam
secara
mereka
dan
lambat
ditanggapi oleh pemerintah. Kurangnya
sosialisasi
kebijakan-kebijakan masyarakat
terpaksa
baru
sarana prasarananya tercukupi. Di bidang mengenai
kesehatan juga sama halnya, hanya ada
membuat
Puskesmas
mengikuti
dengan
keterbatasan
sarana
dan
prasarana dan tenaga medis. Sehingga,
melaksanakannya. Sehingga kebijakan yang
masyarakat banyak yang mengeluh dan
ada tidak berfungsi seoptimal mungkin. Jika
kurang percaya dengan obat dari rumah
sesuatu hanya di setujui sepihak tidak akan
puskesmas, sehingga tidak heran masyarakat 17
EVA PALENTINA ANJIANA, NIM. E02111039 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jutnal S-1 Ilmu Politik Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
disana masih dijumpai berobat pada dukun kampung.
E. Pandangan Masyarakat Desa Sabunga mengenai Prestasi (Ferformance) Bagi masyarakat Desa Sabunga, tidak
D. Pandangan Masyarakat Desa Sabunga
banyak masih prestasi yang bisa mereka
mengenai Kepribadian (Personality)
capai. Hal ini tentu membuat mereka sangat
Bagi
masyarakat
Desa Sabunga,
sedih. Namun, melihat keberhasilan yang
mereka masih banyak yang kuranng paham
dicapai oleh bangsa Indonesia yang lain
dengan
mereka
konsep
Kepribadian
Bangsa
sudah
sangat
senang.
Mereka
Indonesia. Hal ini dikarenakan, masih
bangga, bangsa Indonesia bisa lebih unggul
banyak diantara mereka yang tidak hafal
dari negara-negara maju lainnya. Hal ini
Pancasila apalagi mengetahui maknanya,
menandakan bahwa Indonesia merupakan
dan masih banyak mereka yang tidak bisa
bangsa yang pintar, cerdas dan berpotensi
berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
dibandingkan negara lainnya. Apalagi, jika
Mereka
status Indonesia menjadi Negara Maju, tidak
lebih
lancar
dan
sering
menggunakan bahasa keseharian mereka. Meskipun
mereka
hafal
Akan tetapi, mereka sebagai bangsa
Pancasila dan tidak bisa berbahasa Indonesia
Indonesia juga ingin mengharumkan dan
dengan baik. Mereka tetap berkomitmen
membanggakan Indonesia di mata dunia.
bahwa mereka bagian dari Indonesia dan
namun, jika keadaan mereka yang saat ini
berasal dari Ibu yang sama. Bagi mereka,
tidak dirubah semua itu hanya akan menjadi
meskipun mereka tidak hafal pancasila dan
angan-angan saja. Masyarakat di Desa
bahasa
sehari-hari
Sabunga, sangat terbatas akan srana dan
mereka sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai
prasarana untuk mengasah dan menggali
Pancasila dan Bahasa Indonesia. Semua itu
bakat-bakat terpendam mereka.
Indonesia,
tidak
bisa dibayangkan nantinya.
kegiatan
tercermin dalam tindakan sehari-hari mereka sebagai
bangsa
Indonesia.
Dengan keterbatasan yang mereka
Karena,
miliki, mereka bisa membuktikan bahwa
bagaimanapun juga mereka lahir dari ibu
mereka bisa menang dalam perlombaan
yang sama, yaitu Indonesia, dan dari sejarah
tingkat
perjuangan yang sama.
dikabupaten
Kabupaten. sarana
Padahal,
kita
prasarana
tahu cukup
memadai daripada di daerah mereka. Jika potensi ini diasah dengan ketersediaan 18 EVA PALENTINA ANJIANA, NIM. E02111039 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jutnal S-1 Ilmu Politik Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
sarana dan prasarana. Mugkin mereka bisa mencapai prestasi yang lebih besar lagi.
F. REFERENSI
dan Teknik-teknik Teoritisasi Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Data”.
Kartodirdjo .1999. MultidimensiPembangunan Bangsa: EtosNasionalisme dan NegaraKesatuan. Yogyakarta: Kanisius. Kohn, Hans. 1984. Nasionalisme Arti dan Sejarahnya. Jakarta:Erlangga.
Buku Ali Maschan, Moesa.(ed). 2007. Nasionalisme KIAI Konstruksi Sosial Berbasis Agama. Yogyakarta: LKis Yogyakarta. Anderson, B. 1999. Imagined Communities: Komunitas-komunitas Imajiner: RenunganTentang Asal Usul danPenyebaran Nasionalisme(terj.Omi Intan Naomi). Yogyakarta:Insist Press & Pustaka Pelajar. Bagus, Lorens. 1996. Kamus Filsafat. jakarta: Gramedia pustaka utama. Bimo Walgito. 1994. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta: FakultasPsikologi UGM. Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, KebijakanPublik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Djojonegoro, Wardiman. 1993. “Peningkatan Sumber Daya Manusia dan Peranan Iptek dalam Pembanguan”. Makalah Kongres Pemuda / KNPI VII. Jakarta: Penyelenggara DPP-KNPI. Hutchinson, John dan Smith, Anthony D. 1994. “Nationalism”, Oxford Readers. Oxford: Oxford University Press. Juliet, Corbin, Strauss Anselm. 2009. DasarDasar Penelitian Kualitatif“Tatalangkah
EVA PALENTINA ANJIANA, NIM. E02111039 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Listyarti, Retno. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta : Erlangga. Mar’at. 1992. Sikap Manusia: Perubahan Serta Pengukurannya. Jakarta: Gramedia MediaSarana. Mas'oed. 2000. Nasionalisme dan Tantangan Global Masa Kini. Yogyakarta: Gadjah Mada Press. Miftah, Thoha. 2003. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Moesa, A. M. 2007.NasionalismeKiai: Konstruksi Sosial Politik. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Roasdakarya. Rauf, M. 2008. ”Mengubah Karakter Bangsa Warisan Orde Baru”, dalam Refleksi KarakterBangsa.Jakarta: Forum KajianAntripologi Indonesia. Saifuddin, A.F., M. Karim. 2008. ”Memperbincangkan KembaliKarakter Bangsa”, dalamRefleksi Karakter Bangsa.Jakarta: Forum KajianAntropologi Indonesia Silalahi, Hari Tjan. 1995. “NegaraKebangsaan”, Makalah Seminar 19
Aspirasi, Jutnal S-1 Ilmu Politik Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
Nasional Ikatan Sosiologi Indonesia (ISI). Ujung Pandang.
Jurnal universitas Negeri Yogyakarta Vol. 1 No. 1, Maret 2007.
Sugino. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Dokumen Pemerintah
Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Suyanto, dkk. 2010. “Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan”. Jakarta: Kencana. Tamburaka, Rustam E. 1999. “Pengantar ilmu sejarah, teori filsafat sejarah, sejarah filsafat dan Iptek”. Jakarta: Rineka Cipta.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di muka umum. Undang-undang Nomor 43 Tahun 2008 Pasal 1 angka 4 tetang Wilayah Negara.
Utomo, Paulus Wiro. 1995. “Integrasi Negara Indonesia” Makalah Seminar Nasional Ikatan Sosiologi Indonesia (ISI). Ujung Pandang. Majda, El Muhtaj. 2007. “ Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia”. Jakarta: Kencanai. Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional. N, Djaljoeni, 1990. “Dasar-dasar Geografi”. Bandung: Citra Aditya Bakti. Madu, Ludiro, dkk. 2010. “Mengelola Perbatasan Indonesia di Dunia Tanpa Batas” Isu, Permasalahan dan Pilihan Kebijakan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Jurnal Hendrastomo, Grendi. “Nasionalisme vs Globalisasi” Hilangnya Semangat Kebangsaan dalam Peradaban Modern, 20 EVA PALENTINA ANJIANA, NIM. E02111039 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN