Governanve, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.is
KINERJA BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM MELAKSANAKAN FUNGSI LEGISLASI DI DESA HARAPAN KECAMATAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS Oleh: SUCI NUZULITA NIM. E42011019 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Kerjasama Universitas Tanjungpura dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat. Tahun 2015 E-mail :
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Badan Permusyawaratan Desa di Desa Harapan Kecamatan Pemangkat Kabupaten Sambas belum optimal. Dalam skripsi ini, peneliti berusaha memaparkan factor-faktor yang mempengaruhi kinerja Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam melaksanakan fungsinya menyusun sebuah peraturan desa bersama kepala desa. Hasil dari penelitian ini bahwa faktor yang mempengaruhi belum optimalnya BPD dalam melaksanakan fungsi legislasi adalah kurangnya komitmen kepala desa dalam mengambil sebuah keputusan, fasilitas yang minim, dan kerjasama tim yang harus lebih ditingkatkan antara Badan Permusyawaratan Desa dan kepala desa. Saran dari penelitian ini adalah komitmen kepala desa yang kuat dapat dilakukan dengan saling mengingatkan dan mencatat di buku rapat. Melengkapi sarana dan prasarana yang dimiliki Badan Permusyawaratan Desa serta masyarakat desa yang lebih aktif dalam menyampaikan pendapat. Kata-kata Kunci : Kinerja, Legislasi, Badan Permusyawaratan Desa.
PERFORMANCE BADAN PERMUSYAWARATAN DESA IN CARRYING OUT ITS LEGISLATIVE FUNCTION IN THE VILLAGE OF HARAPAN PEMANGKAT SUBDISTRICT, SAMBAS REGENCY Abstract This research aims to determine the factors that affect performance Badan Permusyawaratan Desa in the Village of Harapan Pemangkat Subdistrict, Sambas Regency is not optimal. In this research, researchers tried the factors that affect performance Badan Permusyawaratan Desa in carrying out its functions to arrange village regulations with the head of village. Results from this research are the factors that affect Badan Permusyawaratan Desa not optimal, in carrying out its legislative cause is individual commitment by the head of village intaking a decision, minimum facilities, and teamwork that must be improved between Badan Permusyawaratan Desa and the head of village. Recommendation in this research are good commitment from head of village employee to remember and to notes in meeting book. Infrastructur in Badan Permusyawaratan Desa have to complete and good participation from citizen. Keyword : Performance, Legislative, Badan Permusyawaratan Desa.
1 SUCI NUZULITA, NIM. E42011019 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip Kerjasama Universitas Tanjungpura dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat.
Governanve, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.is
bertujuan menjalankan roda Pemerintahan
A. PENDAHULUAN
Desa 1.
untuk
mengikat
masyarakatnya
menjadi satu kesatuan masyarakat hukum
Latar Belakang Penelitian Penetapan Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah,
yang wajib ditaati dalam meningkatkan pembangunan desa.
bahwa dalam penyelenggaraan otonomi
Kegiatan
pemerintahan
desa
daerah dipandang perlu untuk menekankan
dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dan
pada prinsip-prinsip pemerintahan yang
Badan
baik (good governance) dan pemerintahan
Permusyawaratan Desa yang seterusnya
yang bersih (clean governance) dalam
disebut
mewujudkan pembangunan daerah yang
Permusyawaratan yang terdiri atas pemuka-
desentralistik
pemuka masyarakat yang ada di desa yang
dan
demokratis.
Permusyawaratan
BPD
Pemerintahan yang baik (good governance)
berfungsi
merupakan
tindakan
Desa.
Badan
adalah
membahas
dan
Badan
menyepakati
yang
bersifat
Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala
mengarahkan,
mengendalikan
maupun
Desa,
mempengaruhi
masalah
dan
menyalurkan
dalam
aspirasi masyarakat Desa, serta melakukan
mewujudkan nilai-nilai dalam keseharian.
pengawasan kinerja Kepala Desa (Pasal 55
Pemerintahan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
yang
publik
menampung
bersih
(clean
governance) adalah pemerintahan yang bersifat
mengarahkan,
mengendalikan
tentang Desa ). Bab VI Bagian Ketiga Pasal 69
urusan publik seperti pemerintah yang baik,
Peraturan
bersih dan berwibawa.
Tahun 2009 yang menjelaskan kewenangan
Otonomi dalam kaitannya dengan desa ialah satuan masyarakat hukum yang mempunyai
susunan
asli
berdasarkan
hukum. Menurut prakarsa peneliti sendiri otonomi
desa
merupakan
aspirasi
Daerah
Kabupaten
Sambas
yang dimiliki BPD secara kelembagaan antara lain : a) Membahas
Rancangan
Peraturan
Desa bersama Kepala Desa. b) Melaksanakan
pengawasan
masyarakat desa sesuai dengan peraturan
tataran
perundang-undangan, baik hukum publik
pelaksanaan peraturan desa dan
maupun
peraturan Kepala Desa.
hukum
perdata,
memiliki
kekayaan, harta benda dan dapat dituntut
kebijakan
pada
c) Mengusulkan
terhadap
pengangkatan
dan
maupun menuntut di muka pengadilan.
pemberhentian Kepala Desa yang
Desa
ditetapkan dalam bentuk Keputusan
memiliki
kewenangan
membuat
peraturan desa (produk hukum) yang 2 SUCI NUZULITA, NIM. E42011019 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip Kerjasama Universitas Tanjungpura dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat.
Governanve, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.is
Badan
Permusyawaratan
Desa
(BPD).
Kabupaten Sambas. Fenomena-fenomena yang diketahui peneliti sebagai berikut :
d) Membentuk
panitia
pemilihan
Kepala Desa.
tingkat desa yang memiliki fungsi
e) Menggali,
menampung,
menghimpun,
merumuskan
dan
menyalurkan aspirasi masyarakat. f) Menyusun
1. BPD merupakan lembaga perwakilan
tata
tertib
menampung
dan
menyalurkan
aspirasi masyarakat Desa Harapan, salah
satunya
masyarakat
Badan
menginginkan pembuatan Peraturan
Permusyawaratan Desa (BPD) yang
Desa mengenai pemungutan biaya
dituangkan dalam bentuk Peraturan
untuk
Badan
seperti produksi kecap, tahu, tempe,
Permusyawaratan
Desa
produksi
(BPD).
kerupuk
Kewenangan yang dimiliki BPD
Harapan.
yang
pabrik
rumahan
terletak
Namun
di
belum
Desa adanya
diharapkan mampu menjadi perpanjangan
upaya pembuatan peraturan tentang
tangan dari pemerintah desa. Kedudukan
Pendapatan Asli Desa (PAD).
BPD
sebagai
pemerintahan
unsur desa
mengimbangi pembentukannya
penyelenggaraan
diharapkan dalam
juga
sebagai
2. Peraturan desa yang telah ditetapkan
mampu
oleh Kepala Desa dan BPD di Desa
fungsi
Harapan hingga sekarang hanya satu
media
peraturan
desa
yaitu
tentang
penyusunan peraturan desa yang harus
Anggaran Pendapatan dan Belanja
dilakukan untuk mencapai pemerintahan
Desa (APBDesa). Masyarakat juga
yang baik.
merasa
Berdasarkan pra penelitian yang peneliti
lakukan
dilapangan,
peneliti
APBDesa
yang
sudah
ditetapkan tidak mewakili hak-hak dari
masyarakat
Desa
Harapan,
menemukan beberapa masalah di lapangan
contohnya penggunaan dana desa
yang berhubungan dengan kinerja BPD
untuk membangun jalan setapak
dalam
khususnya
semen disekitar tempat tinggal warga
pembuatan peraturan desa di Desa Harapan
desa Harapan malah di buat jalan
Kecamatan Pemangkat Kabupaten Sambas.
setapak menuju sawah-sawah yang
Fenomena yang dapat dilihat dari kurang
tidak ada rumah atau tempat tinggal
mampunya Badan Permusyawaratan Desa
warga desa.
(BPD) dalam Program Legislasi Desa di
Berdasarkan
Desa
fungsi
Harapan
legislasi
Kecamatan
Pemangkat
fenomena-fenomena
yang telah dikemukakan, maka peneliti tertarik
untuk
melakukan
penelitian 3
SUCI NUZULITA, NIM. E42011019 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip Kerjasama Universitas Tanjungpura dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat.
Governanve, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.is
mengenai kinerja Badan Permusyawaratan
mengenai
Desa (BPD) dalam melaksanakan fungsi
(pemerintahan)
dapat
legislasi di Desa Harapan Kecamatan
untuk
selanjutnya
Pemangkat Kabupaten Sambas. Hal ini
tertarik dalam permasalahan yang
jelas menjadi masalah yang penting dan
serupa.
harus diteliti penyebabnya dan dicari solusi
kinerja
peneliti
bermanfaat yang
b. Manfaat Pratis
dari masalah tersebut.
a. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini adalah
Berdasarkan dari latar belakang dan penelitian,
usaha
meningkatkan
2. Rumusan Permasalahan
fokus
organisasi
maka
peneliti kemampuan
berpikir dan menulis dalam bentuk
rumusan
karya ilmiah yang bertujuan untuk
permasalahan yang dibahas peneliti ialah
menambah
“Mengapa Kinerja Badan Permusyawaratan
khususnya ilmu pemerintahan.
Desa (BPD) sebagai badan legislasi di Desa
b. Bagi
ilmu
pengetahuan
Pemerintah
Daerah
Harapan Kecamatan Pemangkat Kabupaten
Kabupaten Sambas, penelitian ini
Sambas belum optimal ?“.
dapat
memberikan
masukan, wawasan
3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
ini
sekaligus
adalah
yang
anggota
mengidentifikasi
menemukan
permasalahan
serta
dihadapi
menambah
pengetahuan BPD
Kecamatan
pemecahan
informasi,
bagi
khususnya
Pemangkat
di
dalam
meningkatkan kinerjanya.
berkaitan
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Badan Permusyawaratan Desa di Desa
Harapan
Kecamatan
B. TEORI DAN METODOLOGI
Pemangkat
Kabupaten Sambas belum optimal.
1.
Teori a. Otonomi Desa Secara etimologi, otonomi berasal
dari bahasa Yunani autos yang artinya sendiri dan nomos yang berarti hukuman 4. Manfaat Penelitian.
atau aturan/ undang-undang. Soetardjo
a. Manfaat Teoritis
(dalam Nurcholis, 2011:21) menjelaskan
Untuk mengembangkan pengetahuan
bahwa pada awalnya rumah tangga desa
khususnya
sangat luas karena desa untuk pertama kali
di
ilmu
pemerintahan
4 SUCI NUZULITA, NIM. E42011019 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip Kerjasama Universitas Tanjungpura dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat.
Governanve, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.is
terbantuk atas inisiatif kelompok-kelompok
desa dan dapat berasal dari usul inisiatif
penduduk baik berdasarkan genealogis
BPD. Dalam penyusunan peraturan desa,
maupun territorial atau campuran untuk
BPD
membentuk suatu kesatuan masyarakat
mempersiapkan kegiatan untuk penyusuna
hukum yang relatif bebas dari kekuatan
peraturan desa tersebut dan dapat dihadiri
luar. Hak otonomi diatur oleh hukum adat.
oleh
Cakupan
menyampaikan aspirasi baik secara lisan
meliputi
kewenangan
dan
kewajiban yang tidak hanya bersangkutan dengan
kepentingan
berkenaan
masyarakat.
ruangan
Masyarakat
dan
dapat
maupun tulisan.
keduniawian
melainkan juga kepentingan rohanian, tidak hanya
menyiapkan
dengan
b. Konsep KInerja
kepentingan
Kinerja
berasal
dari
kata
pemerintahan (kenegaraan) melainkan juga
performance yang sering diartikan hasil
yang
kerja atau prestasi kerja. Kinerja adalah
berkenaan
dengan
kepentingan
penduduk perseorangan.
tentang melakukan pekerjaan dan hasil
Irwan Tahir (2007:10) menjelaskan
yang dicapai dari pekerjaan yang dilakukan.
bahwa desa-desa tersebut atau dengan nama
Kinerja juga dapat diartikan tentang apa
aslinya
yang
yang
kesatuan
setingkat
masyarakat
adalah hukum
suatu dengan
karakteristik :
dikerjakan
dan
bagaimana
cara
mengerjakannya. Menurut Armstrong dan Baron (dalam Wibowo, 2013:2) bahwa
a. Berhak dan berkewajiban mengatur
kinerja merupakan hasil pekerjaan yang
dan mengurus rumah tangganya
mempunyai hubungan kuat dengan tujuan
menurut adat kebiasaan setempat,
strategis organisasi, kepuasan konsumen
menurut
dan memberikan kontribusi ekonomi.
peraturan
negara
atau
peraturan daerah yang berlaku;
Menurut Wibowo (2007:7) kinerja
b. Desa wajib melaksanakan tugas dan kewenangan yang diberikan oleh
hanya
Pemerintah Daerah;
bagaimana proses pekerjaan berlangsung.
c. Untuk melaksanakan
hasil
kerja,
tetapi
termasuk
tugas dan
Dari beberapa pendapat para ahli, dapat
kewenangan tersebut kepala desa
disimpulkan bahwa kinerja tidak hanya
dapat diberikan sumbangan atau
membahas
bantuan.
dilakukan tetapi juga melihat hasil dari
Menurut dalam
mempunyai makna yang lebih luas, bukan
Nurcholis
penyusunan
(2011:114)
peraturan
desa,
rancangan desa diprakarsai oleh pemerintah
mengenai
pekerjaan
yang
kerjanya, serta tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakan pekerjaan tersebut. 5
SUCI NUZULITA, NIM. E42011019 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip Kerjasama Universitas Tanjungpura dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat.
Governanve, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.is
Kinerja
yang
optimal
dapat
diwujudkan apabila kinerja yang dilakukan
yang mempengaruhi kinerja antara lain sebagai berikut :
oleh individu atau organisasi dalam suatu
1) Personal factors, ditunjukkan oleh
kegiatan sesuai dengan tanggungjawab dan
tingkat keterampilan, kompetensi
wewenang yang didapatnya. Kinerja juga
yang
berhubungan langsung dengan kualitas
komitmen individu.
dimiliki,
motivasi,
dan
layanan kepada konsumen, kemampuan
2) Leadership factors, ditentukan oleh
organisasi memahami konsumen, strategi
kualitas dorongan, bimbingan, dan
organisasi untuk mencapai tujuan yang
dukungan yang dilakukan manajer
ingin dicapai.
dan team leader. 3) Team factors, ditunjukkan oleh
c. Kinerja Organisasi
kualitas dukungan yang diberikan
Hersey (dalam Wibowo, 2013:106)
oleh rekan sekerja.
kinerja organisasi merupakan produk dari
4) System factors, ditunjukkan oleh
banyak faktor, termasuk struktur organisasi,
adanya sistem kerja dan fasilitas
pengetahuan, sumber daya manusia, posisi
yang diberikan organisasi.
strategis, dan proses sumber daya manusia.
5) Contextual/
situational
factors,
Menurut Wibowo (2007: 105) menjelaskan
ditunjukkan oleh tingginya tingkat
kinerja organisasi adalah bagaimana suatu
tekanan dan perubahan lingkungan
organisasi mencapai sukses untuk sebagian
internal dan eksternal.
besar ditentukan oleh manajer. Apabila seorang
manajer
melakukan
suatu
2. Metode Penelitian
pekerjaan dengan baik dapat dipastikan
Penelitian dengan judul Kinerja
organisasinya dapat mencapai tujuan yang
Badan
ditargetkan. Sebaliknya, apabila seorang
Melaksanakan Fungsi Legislasi di Desa
manajer tidak mampu melakukan pekerjaan
Harapan Kecamatan Pemangkat Kabupaten
yang
Sambas
menjadi
wewenangnya,
maka
Permusyawaratan
menggunakan dan
Desa
dalam
jenis
penelitian
pendekatan
kualitatif.
organisasi yang dipimpinnya akan gagal
deskriptif
dalam mencapai tujuan yang ditargetkan.
Penelitian deskriptif menurut Moelong (2011:11) adalah data yang dikumpulkan
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Organisasi Menurut
Armstrong
berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.
dan
Baron
(dalam Wibowo, 2013:100) faktor-faktor
mencoba
Dapat
diartikan
menggambarkan
fakta
peneliti yang
terjadi sekarang sebagaimana realitas alami 6
SUCI NUZULITA, NIM. E42011019 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip Kerjasama Universitas Tanjungpura dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat.
Governanve, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.is
tanpa adanya fenomena-fenomena yang
berkumpul
bersama
masyarakat
dibuat-buat.
saling bertukar pendapat.
untuk
3. Team Factors C. HASIL
PENELITIAN
Berdasarkan hasil wawancara, BPD
DAN
memiliki
PEMBAHASAN
agenda
pertemuan
antara
perangkat desa, tokoh masyarakat, tokoh 1.
agama, dan masyarakat minimal 2 bulan
Personal Factors Berdasarkan
hasil
observasi,
sekali
membahas
mengenai
kinerja
wawancara dan dokumentasi selama di
pemerintah desa, peraturan desa yang telah
lapangan menunjukkan bahwa kompetensi
ada, isu-isu yang ada di masyarakat. namun
dan motivasi yang dimiliki BPD sudah
kepala desa dan perangkat desa jarang hadir
cukup baik dapat dilihat dari anggota BPD
dalam pertemuan tersebut. BPD dan kepala
yang memiliki latar belakang pendidikan
desa lebih meningkatkan kerjasama dan
SMA/sederajat selalu berusaha semaksimal
komunikasi yang baik agar peraturan desa
mungkin menjalankan tugas dan fungsinya
terealisasi dengan cepat.
dan motivasi yang selalu diberikan ketua ataupun kepala desa kepada anggota BPD. Kurangnya keterampilan yang dimiliki
4. System Factors Hasil observasi, wawancara dan
BPD dan komitmen kepala desa yang tidak
dokumentasi
yang
dilakukan
konsisten menjadi kendala BPD dalam
dilapangan
menyusun peraturan desa.
belum memiliki kantor sendiri. Sistem kerja
menunjukkan
bahwa
peneliti BPD
yang BPD miliki bersifat fleksibel dan sudah baik, BPD tetap merancang dan
2. Leadership Factors Berdasarkan
penelitian
meneteapkan perdes meskipun harus di
terhadap seluruh informan dan dokumentasi
rumah anggota BPD. Fasilitas yang dimiliki
selama melakukan penelitian di lapangan
sangatlah minim, BPD masih menumpang
kualitas
dan
di Kantor Desa, tidak memiliki komputer,
dukungan tidak hanya dalam bentuk nasihat
dan hanya memiliki satu meja dan kursi.
tapi lebih kepada tindakan yang dilakukan.
Fasilitas yang minim membuat kinerja BPD
Anggota BPD di Desa Harapan juga
menjadi terkendala.
dorongan,
hasil
bimbingan,
dikenal sebagai masyarakat yang aktif dan dalam waktu minimal sebulan sekali BPD
5. Contextual/ Situational Factors 7
SUCI NUZULITA, NIM. E42011019 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip Kerjasama Universitas Tanjungpura dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat.
Governanve, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.is
Berdasarkan
wawancara
2. Leadership Factors yang ada di
terhadap seluruh informan di lapangan
BPD sudah optimal dan baik hal
faktor internal yang meliputi sarana dan
tersebut dapat dilihat dari sikap
prasarana BPD menjadi kendala BPD
dorongan, bimbingan dan dukungan
dalam pekerjaan yang mereka lakukan,
yang dilakukan ketua BPD dan
karena mereka harus menggunakan sarana
kepala desa, dimana ketua BPD
dan
dapat mengayomi anggotanya dalam
prasarana
hasil
pribadi
masing-masing.
Faktor eksternal terkait koordinasi antara
melaksanakan
BPD dan kepala desa meskipun terdapat
memaksakan kehendak ketua.
tekanan
tidak
mempengaruhi
fungsi
3. Team
fungsinya
Factors
dalam
tanpa
sebuah
legislasinya, karena adanya saling meredam
pekerjaan merupakan partner kerja
dan mencari solusi dari suatu masalah yang
yang
ada.
sama lain yang bertujuan untuk
saling
membutuhkan
satu
mencapai tujuan yang sama dan alangkah sebaiknya BPD dan kepala D. SIMPULAN,
SARAN
DAN
desa lebih meningkatkan kerjasama dan meningkatkan komunikasi yang
KETERBATASAN
baik agar penyusunan peraturan desa yang ada dapat terealisasi
a) Simpulan Berdasarkan uraian dan analisis pada BAB V tentang hasil penelitian dan pembahasan,
dapat
diambil
beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
BPD
dalam
4. System Factors yang ada di BPD bersifat fleksibel, tidak terikat atau tidak harus sesuai jam kerja kantor,
1. Personal Factors yang dimiliki anggota
dengan cepat.
tingkat
namun
terdapat
fasilitas
yang
kendala dimiliki
pada BPD
kompetensi dan motivasi dalam
sehingga menjadikan BPD bekerja
menyusun peraturan desa yang ada
kurang efektif karena BPD harus
sudah
menggunakan fasilitas pribadi untuk
baik,
disayangkan
namun masih
sangat kurangnya
keterampilan yang dimiliki BPD dan komitmen yang dimiliki kepala
mengerjakan
hal-hal
terkait
kepentingan BPD. 5. Contextual/
Situational
Factors
desa sehingga dalam menyusun
adanya kekurangan pada sarana dan
peraturan desa menjadi terkendala.
prasarana di kantor BPD membuat anggotanya sungkan menggunakan 8
SUCI NUZULITA, NIM. E42011019 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip Kerjasama Universitas Tanjungpura dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat.
Governanve, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.is
barang pribadinya untuk melakukan
2. Sarana berupa laptop, printer, ATK
aktivitas yang berkaitan dengan
dan
BPD dan hal tersebut menjadi
ruangan tersendiri untuk bekerja
kendala dalam kerja BPD. Tekanan
yang dimiliki oleh BPD lebih
yang
mempengaruhi
dilengkapi lagi, karena sarana dan
kinerja BPD dan kepala desa, hal ini
prasarana yang lengkap merupakan
karena mereka saling meredam dan
salah satu pendorong agar BPD
mencari solusi dari suatu masalah
bekerja lebih baik dan optimal.
yang
Sehingga BPD dalam melaksanakan
ada
tidak
ada
dan
selalu
menjaga
komunikasi yang baik.
prasarana
seperti
gedung
fungsinya tidak terkendala dengan kekurangan
yang
dimiliki
kantornya.
b) Saran Berdasarkan
wawancara
3. Masyarakat yang lebih aktif dalam
dengan informan mengenai kinerja BPD,
menyampaikan pendapat maupun
peneliti menyampaikan beberapa saran
menanyakan peraturan yang tidak
yang dapat diperhatikan agar hal-hal yang
mereka ketahui kepada BPD, dan
direncanakan dapat tercapai dan berjalan
sikap
dengan efektif.
mendengarkan pendapat masyarakat
1. BPD
hasil
harus
mengajukan
dan
BPD
yang
harus
lebih
dan mengaspirasikannya di saat
meminta adanya pelatihan ataupun
rapat
seminar mengenai tugas dan fungsi
rancangan bersama sesama anggota
BPD
BPD maupun bersama kepala desa.
serta
tata
cara
membuat
peraturan desa yang benar serta,
ataupun
4. Adanya
dalam
alternatif
membuat
penyelesaian
harus adanya komitmen yang kuat
kendala antara kepala desa dan BPD
antara
desa
dalam memandang suatu rancangan
mengenai keputusan peraturan desa
peraturan desa, perselisihan yang
yang akan dibuat dan dilaksanakan,
ada
sehingga
dalam
pembangunan di Desa Harapan.
membuat
peraturan
BPD
dan
kepala
menyusun desa
dan
telah disepakati. Dapat dilakukan saling
mengingatkan,
mencatat di buku rapat antara BPD dan kepala desa.
akan
menghambat
tidak
terjadi perubahan dari rencana yang
dengan
jelas
c) Keterbatasan Penelitian Adapun keterbatasan dan kendala yang dirasakan peneliti ialah : 1) Kurangnya respon yang diberikan dari
informan
kepada
peneliti 9
SUCI NUZULITA, NIM. E42011019 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip Kerjasama Universitas Tanjungpura dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat.
Governanve, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.is
mengenai kinerja BPD sehingga membuat peneliti harus lebih giat dan banyak mencari informan yang tahu akan fungsi BPD. 2) Sebagian masyarakat yang ditemui menolak untuk diwawancarai. 3) Anggota BPD yang sulit ditemui karena mereka memiliki pekerjaan utama
selain
kepengurusan
menjadi BPD
anggota
dan
jarang
ditempat.
d) Apresiasi Pada
kesempatan
ini,
penulis
mengucapkan terima kasih kepada seluruh dosen, pengasuh, pengelola Program Studi Ilmu Pemerintahan Kerjasama Universitas Tanjungpura dengan Pemerintah Provinsi
Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial. Jakarta : Kencana. Dwiyanto, Agus. Dkk. 2008. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Cetakan ketiga, Mei _________________, 2002. Reformasi Birokrasi di Indonesia. Yogyakarta: Pusat Study Kependudukan dan Kebijakan UGM Moeheriono. 2012. Perencanaan, Aplikasi dan Pengembangan Indikator Kinerja Utama (IKU) Bisnis dan Publik. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Moleong, Lexy. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. Pasolong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik. Bandung :Alfabeta. Sudarto, Aman. 1999. Analisis Kinerja.Surabaya : Diklat Prop. Dati I Jatim.
Kalimantan Barat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Sambas, khususnya Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa di Desa Harapan yang telah membantu serta memberikan
izin
selama
melakukan
penelitian sehingga penelitian ini dapat
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta. Cetakan Kelima. Agustus 2009. Syafiee, Inu Kencana. 2007. Pengantar Ilmu Pemerintahan. Bandung : Refika Aditama.
terselesaikan.
E. REFERENSI Umam, Khaerul.2009. Perilaku Organisasi. Bandung : Pustaka Setia. 1. Buku-Buku: Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta : Raja Grafindo. Bungin, Burhan. 2010. Kualitatif : Komunikasi,
Penelitian Ekonomi,
Wibowo. 2013. Manajemen Kinerja. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Cetakan ketujuh. Januari 2013. Widodo, Joko. 2007. Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja. Malang : Bayumedia.3. 10
SUCI NUZULITA, NIM. E42011019 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip Kerjasama Universitas Tanjungpura dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat.
Governanve, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.is
__________.2011. Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja. Malang : Bayumedia Publishing. Cetakan keenam. Maret 2011. __________. 2011. Pedoman Penulisan Skripsi Program Studi Ilmu Pemerintahan Kerjasama Fisip Universitas Tanjungpura dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat. Cetakan Kedua. Pontianak : Prodi IP Fisip Untan 2013.
2. Peraturan dan Undang- Undang Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 55 UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Badan Permusyawaratan Desa Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Desa Peraturan Daerah Kabupaten Sambas Nomor 1 Tahun 2009 tentang Desa
3. Tulisan- tulisan (Skripsi, Tesis) Sugiarni, Sri. 2005. Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Penyusunan Peraturan Desa di Desa Branjang Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang. Tesis. Program Magister Ilmu Hukum Universitas Diponegoro Semarang. Zulkarnain. 2012. Pengaruh Kinerja Terhadap Efektivitas Organisasi di Kantor Kecamatan Kelapa Dua Kabupaten Tangerang. Skripsi. Program Studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 11 SUCI NUZULITA, NIM. E42011019 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip Kerjasama Universitas Tanjungpura dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat.