MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI SYSTEM PEREDARAN DARAH MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL THINK-PAIR-SHARE (TPS) DI KELAS VIII-4 SMP NEGERI 12 GORONTALO KOTA GORONTALO. NANIN S HUSAIN, S.Pd. SMP NEGERI 12 GORONTALO BAB I PENDAHULUAN ABSTRAK Salah satu pendekatan pembelajaran kontekstual yang saat ini sedang diuji coba pada beberapa sekolah adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dengan strategis TPS (Think-Pair-Share) yang merupakan suatu strategis pembelajaran dimana peserta didik belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang bebeda-beda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Dalam pembelajaran dengan strategis TPS tidak hanya mempelajari materi saja, namun peserta didik juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan kooperatif untuk bekerja dalam tim seperti bagaimana mendengarkan merespon, menyetujui, memperjelas, mendorong dan mengevaluasi. keterampilan-keterampilan ini perlu bagi anggota tim dapat bekerja sama secara produktif. Kata kunci: pembelajaran dan system peredaran darah
A. Latar Belakang Tugas seorang guru adalah membantu peserta didiknya mendapatkan infermasi, ide-ide, keterampilan-keterampilan, nilai-nilai, dan cara berpikir serta mengemukakan pendapat. Namun tugas guru lainnya yang sangat penting adalah membimbing mereka tentang bagaimana belajar yang sesungguhnya dan bagaimana memecahkan setiap masalah yang dihadapinya sehingga bimbingan dari gurunya tersebut dapat digunakan dan dimanfaatkan dimasa depan mereka. Karena itu tujuan jangka panjang pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan para peserta didik agar ketika mereka akan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya. Pada umumnya peserta didik sulit mempelajari mata pelajaran Biologi. Hasil rata-rata ujian Nasional para peserta didik baik SMP maupun SMA telah membenarkan bahwa Biologi merupakan pelajaran yang sulit. Tidak hanya itu, sebagian peserta didik ada yang menganggap bahwa dirinya tidak berbakat mempelajari Biologi. Speserta didik yang memiliki anggapan seperti itu sepertinya sudah memfonis dirinya untuk tidak usah belajar Biologi lagi, karena meskipun belajar Biologi, ia akan tetap tidak bisa. Tentunya anggapan seperti ini cukup menghawatirkan. Oleh karena itu guru Biologi dituntut untuk dapat menerapkan model-model pembelajaran Biologi yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Kenyataan menunjukan bahwa pembelajaran yang biasanya terjadi dikelas adalah hanya berpusat pada guru dan kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh), kreatif, objektif, dan logis. Olehnya, dengan pendekaatan pembelajaran TPS ini, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Didasarkan pada uraian diatas maka penulis melakukan suatu penelitian tindakan kelas yaitu: “Meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi system peredaran darah melalui pembelajaran kooperatif model think-pair-share (TPS) di kelas VIII-4 SMP Negeri 12 Gorontalo Kota Gorontalo”. B.
PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan permasalahan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model TPS dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi konsep sistem peredaran darah di kelas VIII-4 SMP NEGERI 12 GORONTALO ? C. PEMECAHAN MASALAH. Masalah yang selama ini dihadapi oleh pendidik perlu mendapat perhatian agar diperoleh pemecahannya. Solusi pemecahan yang akan digunakan tidak terlepas dari akar permasalahan yang telah di ungkapkan, sehubungan dengan pembelajaran pada materi sistem peredaran darah. Pemecahan masalah ini menitik beratkan pada peningkatan hasil belajar peserta didik khususnya pada materi sistem peredaran darah, yaitu dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model strategis TPS. D. Tujuan Penelitian. Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Penerapan pembelajaran kooperatif model/strategis TPS untuk meningkatkan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi sistem peredaran darah. E. Manfaat Penelitian. 1. Bagi peserta didik, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar berupa prestasi akademik serta dapat menemukan pengalaman baru dalam mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan sosial. 2. Bagi pendidik, diharapkan dapat menjadi bahan balikan untuk mengadakan koreksi diri sekaligus usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan hasil belajar peserta didik. 3. Bagi sekolah, di harapkan hasil penelitian ini menjadi masukan atau contoh pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar hasil belajar peserta didik.
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGAJUAN HIPOTESIS Kajian Pustaka Pengertian Pembelajaran Winkel (1996:53), mendefinisikan belajar sebagai suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap. Perubahan itu bersifat tetap dan berbekas. Ini berarti bahwa perubahan-perubahan yang disebut dari belajar adalah perubahan yang permanen atau konstan dan perubahan itu terjadi setelah seseorang berinteraksi dengan lingkungannya. Gagne dalam (sudjana: 1999;22), mengemukakan bahwa dalam belajar ialah perubahan dalam disposisi manusia atau kapabilitas yang berlangsung selama satu masa waktu yang semata-mata disebabkan oleh proses pertumbuhan. Jenis pertumbuhan yang disebut belajar itu menampakan diri diri sebagai perubahan tingkah laku, dan interaksi tentang belajar ditarik dengan jalan membandingkan tingkah laku yang mungkin terjadi sebelum individu di tempatkan di dalam suatu situasi belajar dengan tingkah laku yang dipertunjukan setelah perlakuan seperti itu. Perubahani tu boleh jadi berupa peningkatan kapabilitas, perubahan disposisi tentang sikap, minat dan nilai. Menurut Rokhman (1979;115) bahwa belajar dalam arti luas yaitu proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian terhadap sesuatu atau mengenai sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisir Menurut Nasution (1984:172), belajar itu sendiri merupakan proses proses perubahan tingkahlaku, dimana perubahan itu mengarah pada tingkah laku yang baik, seseorang yang belajar dapat melakukan apa yang sebelumnya tidak dapat dilakukan, tingkah lakunya lain sebelum melakukan belajar, tanpa adanya perubahan tingkah laku dapat dinyatakan belum belajar.
Menurut Slameto (dalam Djamarah 2002:13) pengertian belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dari interaksi dengan lingkungannya. Dalam konsep yang lebih modern, belajar adalah suatu aktivitaas yang mengharapkan Dari teori tentang belajar di atas, dapat dilihat bahwa seseorang telah belajar jika telah terjadi perubahan tingkah laku sebagai berikut: Perubahan terjadi secara sadar Perubahan belajar bersifat kontinu dan fungisional Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah Perubahan yang mencakup seluruh aspek tingkah laku Hasil Belajar Kegiatan belajar mengajar terjadi karena adanya proses interaksi edukatif antara guru dan peserta didik di sekolah menghasilkan perubahan-perubahan di pihak peserta didik, yang sebelumnya belum pernah dimiliki, dan kemampuan-kemampuan itu dihasilkan karena usaha belajar. Dengan kata lain bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan setelah menerima pengalaman belajarnya berinteraksi dengan lingkungannya. Jadi kemampuan yang diperoleh dari usaha belajar inilah yang disebut hasil belajar. Hasil belajar pada kawasan kognitif karena, diperlukan untuk mendalami kemampuan dan keterampilan intelektual yang memadai dalam mempelajari ilmu-ilmu biologi. Bloom dalam Silverius (1991:27), membagi paling sederhana sampai peringkat yang paling kompleks. Keenam peringkat tersebut adalah pengetahuan, komprehensi, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Pembagian peringkat dalam kawasan kognitif tersebut lebih lanjut dapat dijelaskan pengertiannya sebagai berikut. 1. Pengetahuan (knowlegde), ialah mengingat kembali bagian-bagian informasi khusus dan umum, serta informasi tentang bagian-bagian tubuh tumbuhan. 2. Pemahaman (comprehension), ialah pengenalan jenis organ-organ tubuh tumbuhan, mulai dari akar, batang, daun buah dan biji.. 3. Aplikasi (applicationI), ialah penerapan dalam membagi organ tubuh tumbuhan berdasarkan fungsinya. 4. Analisis (analysis), ialah memecahkan setiap fungsi alat tubuh tumbuhan terutama pada organ daun. 5. Sintesis (synthesis), ialah menyusun proses suatu peristiwa yang terjadi pada otgan daun agar lebih jelas. 6. Evaluasi (evaluation), ialah membuat penilaian dalam menguji kemampuan yang diperoleh selama dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut di atas maka hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang merupakan perolehan dari suatu kegiatan belajar yang berupa kemampuan-kemampuan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku dalam diri individu. Perubahan tingkah laku dapat diperhatikan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, aplikasi, sintesis, analisis, dan melalui evaluasi mulai dari peringkat sederhana sampai peringkat yang paling kompleks. Teori-Teori Belajar Teori belajar adalah teori yang pragmatic dan elektrik (1999:2). Teori dengan sifat demikian ini hampir dipastikan tidak pernah mempunyai sifat ekstrim. Tidak ada teori belajar yang secara ekstrim memperhatikan aspek peserta didik atau teori belajar yang hanya mementingkan aspek guru saja, kurikulum saja dan sebagainya. Titik fokus yang menjadi pusat perhatian suatu teori selalu ada. Ada yang lebih mementingkan proses belajar, ada yang lebih mementingkan system informasi yang diolah dalam proses belajar mengajar dan lain-lain. Namun factor-faktor lain diluar titik fokus itu juga selalu diperlukan untuk menjelaskan seluruh persoalan belajar yang dibahas. 1.) Teori Belajar Behaviorisme (tingkah laku) Menurut teori ini belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap belajar sesuatu bila ia mampu menumjukan perubahan tingkah laku. Dalam teori ini yang
terpenting adalah masukan yang berupa stimulasi dan keluaran yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi dalam stimulasi dan respon itu dianggap tak penting diperhatikan sebab tidak dapat diamati. Yang bias diamati hanyalah stimulasi dan respon. faktor lain yang penting dalam teori ini adalah penguatan. Artinya apa saja yang memperkuat timbulnya respon bila pengamatan ditambahkan maka respon akan semakin kuat. 2). Teori Belajar Kognitivisme Menurut teori ini belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bias diamati. Dalam teori ini bahwa setiap orang yang telah mempunyai pengalaman dan pengatahuan didalam dirinya tertata dalam bentuk struktur kognitif.dan dalam proses belajar mengajar akan berjalan dengan baik apabila materi pelajaran yang baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik. Dalam perkembangan setidak-tidaknya ada tiga teori belajar yang bertitik tolak dari teori kognitivisme ini yakni teori perkembangan Piaget, teori kognitif bruner dan teori bermakna Ausabel. 3). Teori Belajar Humanistik Menurut teori ini tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. proses belajar dianggap berhasil jika sipelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain si pelajar dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Secara umum teori ini bersifat elektrik, dalam arti memanfaatkan teknik belajarapapun asal tujuan belajar dapat dicapai. 4). Teori Belajar Sibernetik Teori ini adalah teori yang relative baru bila dibandingkan dengan ketiga teori belajar sebelumnya. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu informasi. Menurut teori ini belajar adalah pengolahan informasi. Artinya yang terpenting adalah informasinya sedangkan bagaimana proses belajar berlangsung akan sangat ditentukan oleh sistem informasi. Oleh karena itu teori ini berasumsi bahwa tidak ada satu pun jenis cara belajar yang ideal untuk segala situasi. Sebab cara belajar itu sangat ditentukan oleh sistem informasi. Strategi Think Pair Share dalam Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah merupakan suatu strategis pembelajaran dimana peserta didik belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang bebeda-beda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pembelajaran. Selanjutnya nur menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang memiliki tanggung jawab tehadap setiap peserta didik lainnya dalam kelompoknya. Dari uraian diatas dapat ditegaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah belajar mengajar secara kelompok kecil yang merupakan tempat peserta didik belajar dan bekerja sama untuk mencapai pengalaman belajar yang optimal baik pengalaman individu maupun kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif peserta didik belajar bersama dalam kelompok- kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 peserta didik, dengan kemampuan yang heterogen. Hal ini bermaksud melatih peserta didik menerima perbedaan pendapat dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. pada kooperatif diajarkan keterampilan- keterampilan Khusus agar dapat bekerja sama dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, peserta didik diberi lembar kegiatan pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Dalam pendekatan struktural ada struktur yang dikembangkan untuk meningkatkan perolehan isi akademik dan ada struktur yang dirancang untuk mengajarkan keterampilan social atau keterampilan kelompok. Salah satu struktur yang terkenal adalah Think-PairShare. Think-Pair-Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi peserta didik waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Langkah-langkah dalam strategi Think-Pair-Share adalah sebagai berikut Tahap-1: Thinking (berpikir). Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pembelajaran, kemudian peserta didik diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
Tahap-2: Pairing. Guru meminta peserta didik untuk berpasangan dengan peserta didik yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanyaan atau berbagi ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru memberi waktu 4 – 5 menit untuk berpasangan. Tahap-3: Sharing. Pada tahap akhir, guru meminta pada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan sampai sekitar seperempat pasangan dari kelas telah mendapat kesempatan untuk melaporkan. Hipotesis Menurut Arikunto (1996:94), dikemukakan bahwa hipotesis adalah sebagian suatu jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan penelitian, hingga terbukti melalui data yang terkumpul. Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk mendapatkan hasil belajar yang efisien , maja proses belajar harus dilakukan dengan sengaja, sadar dan terorganisir dengan baik. Dengan demikian terjadilah interaksi edukatif antara guru dengan peserta didik, dimana guru berusaha mensukseskan pembinaan peserta didik, agar mereka mau belajar dengan baik. Menurut Slameto (1991:84), mengajar adalah kegiatan yang teroganisasi yang bertujuan untuk membantu dan menggairahkan peserta didik belajar. Ini merupakan tugas utama guru untuk menciptakan suasana tersebut, sehingga peserta didik dengan sendirinya termotivasi untuk melakukan kegiatan belajar. Salah satu cara yang ditempuh guru yakni menggunakan pendekatan pambelajaran kooperatif dengan strategis TPS. Sehingga dalam penelitian ini penulis memilih pembelajaran kooperatif dengan strategis TPS sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini penulis dapat merumuskan hipotesis sebagai berikut: “ jika guru menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dengan strategis TPS (Think-Pair-Share) maka hasil belajar peserta didik pada materi sistem peredaran darah akan meningkat” Indikator Kinerja Indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah mengacau pada criteria ketuntasan belajar yang terdapat pada kurikulum SMP. Hal ini tercantum dalam petunjuk pelaksanaan proses belajar mengajar yakni bila secara individual/perorangan peserta didik telah memperoleh nilai 6.5 atau daya serap telah mencapai 65%, maka peserta didik tersebut telah tuntas belajar. Dan secara klaslikal peserta didik dikatakan tuntas belajar apabila 85% dari jumlah peserta didik telah memperoleh nilai 6.5 ke atas.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan suatu penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SMP Negeri 12 Gorontalo, kelas yang akan dikenai tindakan dalam penelitian ini ialah kelas VIII-4 dengan jumlah peserta didik 34 orang yang terdiri dari 19 perempuan, dan 15 peserta didik lakilaki. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun 2009/2010, selama 2 bulan yaitu persiapan satu bulan, pelaksananan satu bulan, dan pengolahan data selama dua bulan. B. Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan rancangan model spiral Kemmis dan Tagart dalam Hopkins( 1993:84) dengan langkah-langkah sebaga berikut: Persiapan/ Perencanaan 1. Meminta izin kepada Kepala sekolah untuk memperoleh persetujuan pelaksanaan penelitian. 2. Menghubungi serta meminta kesediaan guru ekonomi lainnya sebagai partisipan, membantu peneliti memantau jalannya kegiatan belajar mengajar serta memberikan input yang diperlukan. 3. Menyusun rencana penelitian secara menyeluruh yang meliputi siklus dan tindakannya 4. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti : - Program tahunan - Program Semester - Satuan Pelajaran (SP) - Rencana Pelajaran (RPP) - Lembar Kerja Peserta didik (LKS) 5. Menyusun / menetapkan teknik penelitian Action ( tindakan ) Siklus I 1. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran kooperatif dengan strategi Think Pair Share (TPS). 2. Memantau proses belajar mengajar dengan segala unsur 3. Mengadakan evaluasi dengan tes tertulis 4. Menganalisis hasil pantauan 5. Mengadakan refleksi terhadap hasil pemantauan dan hasil tes Jika siklus I dipandang belum memuaskan hasilnya, maka pelaksanaan tindakan kelas dilanjutkan dengan siklus berikutnya. Siklus II 1. Merumuskan tindakan baru 2. Melaksanakan tindakan baru 3. Mengevaluasi hasil pemantauan 4. Mengadakan refleksi. Jika siklus II dipandang sudah memuaskan hasilnya maka pelaksanaan tindakan kelas tidak perlu dilanjutkan kesiklus berikutnya. Refleksi Hal- hal yang direfleksikan dalam kaitannya dengan hasil pemantauan dan hasil tes. C. Instrumen Pemantauan dan Evaluasi Pemantauan Instrumen yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan tindakan ini adalah sebagai berikut : 1. Tes adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang diedarkan dan dijawab oleh peserta didik. Teknik tes ini digunakan untuk menjaring data mengenai hasil belajar peserta didik pada materi sistem peredaran darah. Tes ada dua macam yaitu pre-test dan pos-test, dimana pre-test diberikan sebelum pelajaran dimulai dalam bentuk lisan dan pos-test diberikan pada akhir pelajaran dalam bentuk tulisan. 2. Lembar observasi adalah lembaran yang berisi sejumlah aspek kegiatan belajar mengajar yang digunakan untuk menjaring proses pembelajaran. D. Kriteria Keberhasilan Pencapaian tindakan Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian tindakan ini dirumuskan kriteria sebagai berikut : 1. Kegiatan belajar mengajar yang dinilai melalui lembar observasi berupa cek list. 2. Tes yang dibuat oleh guru peneliti bersama guru seprofesi yang bertujuan untuk mengetahui keberhasilan peserta didik dalam pencapaian indikator. 3. Ketuntasan hasil belajar peserta didik dalam proses belajar minimal 85 % 4. Standar ketuntasan hasil belajar peserta didik dalam proses belajar minimal 65 % E. Penyusunan Laporan Laporan ini disusun melalui pengumpulan data dengan mengukur hasil belajar peserta didik. Dalam penyusunan hasil laporan ini yang akan dilakukan oleh peneliti adalah :
1. Melakukan konsultasi dengan Kepala sekolah yang berhubungan dengan penelitian yang di ambil. 2. Menyusun konsep laporan hasil peneliti 3. Melaksanakan konsultasi dengan guru seprofesi menyangkut menyangkut nilai penelitian yang dilakukan 4. Menyusun laporan akhir penelitian F. Analisa Data Analisa data menggunakan prosentase dan dilakukan pembahasan secara kualitatif.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang telah berlangsung dalam dua siklus pembelajaran. Setiap siklus tindakan dilaksanakan berdasarkan sistem yang berlaku dan menghendaki adanya proses perubahan hingga mencapai kriteria yang telah ditetapkan, dan permasalahannya difokuskan pada peningkatan hasil belajar peserta didik pada materi sistem peredaran darah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif dengan strategi TPS (Think Pair Share) dengan menggunakan format-format sebagai berikut: 1. Lembar Observasi berupa hasil pengamatan kegiatan belajar mengajar 2. Daftar nilai hasil belajar peserta didik dengan pemberian tes 3. Daftar informasi balikan peserta didik 1). Proses Pelaksanaan Tindakan Adapun proses pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat diuraikan sebagai berikut: a. Kegiatan Pendahuluan Menyiapkanpeserta didik menerima pelajaran Mengadakan apersepsi atau introduction sebagai prasyarat Memberi motivasi dengan jalan menjelaskan manfaat ekonomi dalam kehidupan sehari-hari.
b. Kegiatan Pengembangan/Penerimaan Pembagian kelompok kerja berdasarkan permasalahan yang diberikan Guru menjelaskan indikator yang ingin dicapai setelah materi dibahas Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya Guru memberi bimbingan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal Mengikutsertakan observasi melakukan kegiatan pengamatan jalannya proses pembelajaran melalui lembar pengamatan c. Kegiatan Penutup Guru mengarahkan peserta didik untuk membuat kesimpulan dari hasil diskusi Memberikan evaluasi untuk mengukur keberhasilan tindakan Memberikan tugas Pekerjaan Rumah (PR) 2). Hasil Pengamatan Siklus I 1. Kegiatan Belajar Mengajar Pelaksanaan penelitian ini diadakan dikelas VIII-4 SMP Negeri12 Gorontalo dengan jumlah peserta didik 34 orang. Pengamatan pada proses belajar mengajar yang dilakukan pengamatan belum menampakkan hasil yang diharapkan. Hal ini terlihat pada hasil pemantauan terhadap kegiatan belajar mengajar pada 21 aspek yang dinilai. Untuk melihat hasil pengamatan kegiatan belajar mengajar dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1 Pengamatan Kegiatan Belajar Mengajar Aspek yang diamati Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah aspek 1 10 7 3 Prosentase (%) 4,67 47,61 33,33 14,28 Selanjutnya hasil pemantauan KBM dapat dilihat pada lampiran 2. 2. Hasil Belajar Hasil sikulus I ini selain dilihat pada hasil observasi pemantauan kegiatan belajar mengajar juga ditinjau dari nilai yang diperolehpeserta didik setelah diberikan tes hasil belajar. Untuk nilai hasil belajar ini selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 2 Hasil Belajar peserta didik Nilai Jumlah Peserta Prosentase (%) Ket. didik 6,5 ke atas 22 64,70 6,5 ke bawah 12 35,30 Selanjutnya nilai tes hasil belajar dapat dilihat pada lampiran 3. Memperhatikan hasil tes belajar peserta didik pada siklus I ini maka hasil belajar belum mencapai target seperti pada indikator yang diharapkan yaitu secara klasikal peserta didik dikatakan tuntas belajar apabila 85% dari jumlah peserta didik telah memperoleh nilai 6,5 ke atas. 3. Refleksi Setelah diadakan tindakan, selanjutnya peneliti dan guru mitra mengadakan diskusi tentang hasil pelaksanaan tindakan. Hal ini diperlukan untuk menilai apakah masih diperlukan siklus berikutnya. Hasil refleksi sebagai berikut: Pendekatan guru seperti apresiasi, motivasi dan teknik bertanya jauh dari yang diharapkan, sehingga peserta didik kurang termotivasi. Dalam bekerja kelompok peserta didik kurang kompak antar anggota kelompoknya karena guru tidak memonitoring peserta didik ketika bekerja Pembimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan tidak berjalan maksimal Hasil belajar sebahagian peserta didik sudah baik secara individu, tapi secara klasikal belum mencapai target yang diharapkan
Dari hasil refleksi di atas maka disepakati untuk dilanjutkan tindakan yang baru atau dilanjutkan ke siklus 2. Siklus II 1. Kegiatan Belajar Mengajar Pada siklus 2 ini lebih ditekankan pada perbaikan siklus I yaitu, faktor apa saja yang kurang diperhatikan pada siklus I, dimaksimalkan seperti pemberian motivasi, bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan, perbaikan penggunaan metode pembelajaran sehingga peserta didik akan lebih memahami materi yang dipelajari melalui strategi pembelajaran yang diterapkan. Hal ini terlihat pada hasil pemantauan terhadap kegiatan belajar mengajar pada 21 aspek yang dinilai. Untuk melihat hasil pengamatan kegiatan belajar mengajar dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 3 Pengamatan Kegiatan Belajar Mengajar Aspek yang diamati Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah aspek
8
12
1
-
Prosentase (%)
38,09
57,14
4,76
-
Selanjutnya hasil pemantauan KBM dapat dilihat pada lampiran 5. 2. Hasil Belajar Hasil siklus 2 ini pun selain dilihat pada hasil observasi pemantauan kegiatan belajar mengajar juga ditinjau dari nilai yang diperoleh peserta didik setelah diberikan tes hasil belajar. Untuk nilai hasil belajar ini selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4 Hasil Belajar Peserta didik Nilai Jumlah Peserta Prosentase (%) Ket. didik 6,5 ke atas 29 85,29 6,5 ke bawah 5 14,70 Selanjutnya nilai tes hasil belajar dapat dilihat pada lampiran 6. Memperhatikan hasil tes belajar peserta didik pada siklus 2 ini maka hasil belajar peserta didik sudah mencapai target seperti pada indikator yang diharapkan yaitu secara klasikal peserta didik dikatakan tuntas belajar apabila 85% dari jumlah peserta didik telah memperoleh nilai 6,5 ke atas. 3. Refleksi Setelah diadakan tindakan ke dua ini, selanjutnya peneliti dan guru mitra kembali mengadakan diskusi tentang hasil pelaksanaan tindakan. Hal ini diperlukan untuk menilai apakah masih diperlukan lagi sikulus berikutnya. Hasil refleksi sebagai berikut: Pendekatan guru seperti apersepsi motivasi dan teknik bertanya sudah tepat sehingga peserta didik terangsang aktif Metode/model pembelajaran yang diterapkan sesuai dengan materi yang diajarkan. Pelaksanaan tindakan sudah sesuai dengan rencana rancangan tindakan Partisipasi peserta didik sudah baik Daya serap hasil belajar peserta didik sudah memenuhi kriteria ketuntasan belajar seperti pada tabel 4 di atas Dari hasil refleksi di atas maka dapat disimpulkan bahwa tindakan sudah berhasil dan tidak perlu lagi dilanjutkan pada siklus berikutnya. B. Pembahasan
Dari hasil yang peneliti lakukan ternyata dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif dengan strategi TPS (Think Pair Share) dapat memberikan manfaat bagi guru dalam proses belajar mengajar biologi, sebab dengan pendekatan pembelajaran ini guru dalam proses belajar mengajar hanya sebagai pengarah, bukan pengajar sehingga diharapkan bisa membangkitkan aktivitas belajar peserta didik yang pada akhirnya bisa meningkatkan hasil belajarnya. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilaksanakan dalam dua siklus diperoleh data sebagai berikut: 1. Siklus I Peserta didik yang memperoleh nilai kurang dari 6,5 adalah 12 orang Peserta didik yang memperoleh nilai minimal 6,5 adalah 22 orang Daya serap yang diperoleh peserta didik pada siklus I adalah 64% Kualifikasi kegiatan belajar mengajar diperoleh data sebagai berikut: Kualifikasi sangat baik dan baik adalah 52,37% Kualifikasi cukup dan kurang adalah 47,63% Berdasarkan observasi awal pada kegiatan belajar mengajar di siklus I, hasil evaluasinya belum menunjukkan ketuntasan belajar, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, sebagai berikut: a. Pada pendahuluan, guru tidak menjelaskan adanya keterkaitan materi sebelumnya dengan materi yang diajarkan sebagai bahan apersepsi sehingga peserta didik kurang memahami keterkaitan antara materi tersebut. b. Pelaksanaan diskusi dikelas masih lebih banyak didominasi oleh peserta didik yang memiliki kemampuan diatas rata-rata c. Sebahagian peserta didik belum mampu berpartisipasi aktif dalam proses KBM d. Bimbingan guru kepada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar belum optimal, baik bimbingan secara individu maupun keseluruhan e. Teknik bertanya belum efekif, sehingga lebih banyak mengandung jawaban yang tidak diharapkan f. Masih terdapat beberapa peserta didik yang tidak mampu membuat resume g. Masih terdapat peserta didik yang merasa kaku dalam melaksanakan tugas-tugas yang telah dijabarkan dalam lembar kerja peserta didik Berdasarkan kelemahan-kelemahan di atas, maka pada siklus 2 diadakan perbaikanperbaikan melalui penyusunan desain pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif strategi TPS dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Pada pendahuluan, melalui apresiasi guru menjelaskan keterkaitan antara materi sebelumnya dengan materi yang diajarkan, sehingga dengan sendirinya peserta didik akan mengetahui gambaran tentang materi yang akan dibahas nanti b. Diusahakan dalam kegiatan kelompok anggota kelompok harus aktif, baik itu dalam pembahasan materi maupun pembahasan soal-soal c. Diusahakan peserta didik dapat bekerja sama, teleransi dan berkomunikasi dalam proses pembelajaran d. Guru harus memberikan motivasi kepada peserta didik yang masih merasa kaku dalam proses pembelajaran e. Peserta didik yang memiliki kemampuan di atas rata-rata diberikan motivasi untuk membantu teman-temannya yang mengalami kesulitan belajar sehingga dominasi peserta didik lain terhadap peserta didik lainnya semakin berkurang. 2. Siklus 2 Dengan perbaikan-perbaikan di atas, maka pada siklus 2 diperoleh data sebagai berikut: Dari 34 peserta didik yang memperoleh nilai kurang dari 6,5 adala 2 orang Yang memperoleh nilai 6,5 ke atas adalah 32 orang Daya serap yang diperoleh adalah 76% Kualifikasi pembelajaran sesuai dengan pengamatan dengan menggunakan lembar observasi diperoleh data sebagai berikut: Kualifikasi sangat baik dan baik adalah 95,24% Kualifikasi cukup dan kurang 4,76% Dari hasil penelitian strategi pembelajaran tersebut telah terjadi perubahan-perubahan peningkatan hasil belajar dalam kualifikasi pembelajaran, sebagai berikut:
Peserta didik yang memperoleh nilai 6,5 ke atas pada siklus I 64,70% meningkat menjadi 89,24% pada siklus 2 Daya serap peserta didik pada siklus 1 adalah 64%, pada siklus 2 meningkat menjadi 76% Kualifikasi pembelajaran yang memperoleh nilai baik dan sangat baik pada siklus I 52,37% meningkat menjadi 95,24% pada siklus 2 Selain perubahan-perubahan di atas, hal yang perlu mendapat perhatian dari guru adalah sebagai berikut: Pendekatan dalam proses belajar mengajar harus disesuaikan dengan kondisi materi yang ada. Manfaat lain yang diperoleh peserta didik dengan cara menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi TPS yakni peserta didik telah menyadari diberikan kesepatan yang seluas-luasnya mencari dan menemukan hal-hal yang perlu dikuasai dalam kaitannya dengan materi yang disampaikan guru dan telah memberikan dampak positif terhadap perilaku peserta didik seperti: Mau menjawab pertanyaan guru dimulai dari mejawab pertanyaan teman sesama anggota kelompok Nampak peserta didik mau berusaha menjawab ketika diberikan permasalahann Terbina sikap berdialog baik bersama teman anggota kelompok maupun anggota kelompok lain Hal-hal tersebut merupakan efek langsung dari pengaruh diterapkannya model pembelajaran kooperatif dengan strategi TPS pada mata pelajaran ekonomi, yang biasanya bisa meningkatkan hasil belajar peserta didik itu sendiri. Berdasarkan gambaran data dan permasalahan sebagaimana diuraikan di atas dan hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa ”apabila guru menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif staretegis TPS maka hasil ibelajar peserta didik pada materi sistem peredaran darah akan meningkat, telah teruji dengan benar.
BAB V PENUTUP A. Simpulan Dengan memperhatikan prosedur dan hasil penelitian tindakan kelas, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1. Penggunaan pendekatan pembelajaran kooperatif dengan strategi TPS (Think Pair Share) dalam proses belajar mengajar sesuai dengan penelitian tindakan kelas pada kelas VIII-4 di SMP Negeri 12 Gorontalo telah menunjukkan peningkatan hasil belajar peserta didik yang cukup signifikan (nilai 6,5 ke atas meningkat dari 64,70% menjadi 89,24%. 2. Penggunaan pendekatan pembelajaran kooperatif dengan strategi TPS (Think Pair Share) ini harus disesuaikan dengan materi yang akan dibahas, karena strategi ini lebih menggunakan kemampuan peserta didik dalam memahami materi setelah dialog dengan teman sebangku atau pasangan tempat duduk, sebelum di ungkapkan kedalam kelompok yang lebih besar lagi. B. Saran 1. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas diharapkan untuk diterapkan oleh guru mata pelajaran. Karena hal ini merupakan bagian yang sangat penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan 2. Dengan penelitian tindakan kelas ini diharapkan secara obyektif dan lebih terbuka menerima perbaikan-perbaikan guna peningkatan tindakan kelas berikutnya. 3. Penerapan penelitian tindakan kelas seperti ini kiranya dapat memperoleh dukungan dan seluruh guru terutama kepala sekolah yang senantiasa memberikan fasilitas dan secara bersama-sama mengadakan refleksi dalam upaya pemecahan masalah yang dihadapi oleh guru di kelas.
DAFTAR PUSTAKA Dahar. Ratna Wilis. 1998. teori-teori belajar, Jakarta : Depdikbud Djamarah Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar, Jakarta : PT. AdiMAhatsya Hamalik. Oemar. 1983. Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar, Jakarta : Rineka Cipta Hartono. Agung dan Sunarto. 1999. Perkembangan Peserta Didik, Jakarta : Rineka Cipta M. Nur. Pembelajaran KOperatif, Surabaya : IKIP Surabaya Mulyasa. E. 2002. Berbasis Kompotensi : Konsep Karakteristik dan Implementasi, Bandung : PT. Remajarosdakarya Nasution. E. 1984. Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta : Bina Aksara Silverius. Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik, Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia Sudjana. Nana. 1999. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Sudibyo. Elok. 2004. Teori-teori Belajar Yang Melandasi Model Pembelajaran, Jakarta : Depdiknas Uno. Hamzah. 1999. Teori Belajar dan Pembelajaran. Gorontalo : Nurul Jana Uzer. Usman. 2001. Menjadi Guru Yang Profesional, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Winkel W.S. 1996. Psikologi Pengajaran, Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia