BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG Universitas Negeri Gorontalo (UNG) adalah salah satu perguruan tinggi
tertua di Gorontalo yang mengawali sejarahnya pada tahun 1963 dengan nama Junior College sebagai bagian dari FKIP UNSULUTENG. Pada tahun 1964 statusnya berubah menjadi cabang IKIP Yogyakarta Cabang Manado. Setelah IKIP Manado berdiri sendiri pada pertengahan tahun 1965, lembaga ini menjadi IKIP Manado cabang Gorontalo yang membina 4 fakultas dengan 13 Jurusan. Pada tahun 1982 lembaga ini dialihkan dari IKIP Sam Ratulangi Manado menjadi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unsrat Manado di Gorontalo. Pada 16 Januari 1993 perguruan tinggi ini beralih status dan mandiri menjadi STKIP Negeri Gorontalo, lepas dari Universitas Sam Ratulangi (UNSRAT) Manado berdasarkan SK Presiden RI No. 19/2001 tertanggal 5 Februari 2001. Hal ini juga merupakan konsekuensi logis dari pemberlakuan UU No 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1990 tentang pendidikan tinggi, di mana ditetapkan bahwa sebuah fakultas tidak boleh letaknya terlalu berjauhan dari universitas induknya. Menyadari terbatasnya ruang lingkup STKIP diiringi tuntutan kebutuhan masyarakat dan Pemerintah Daerah, maka pada tahun 2001 dengan Kepres RI Nomor 9 Tahun 2001, pada tanggal 5 Februari 2001 status lembaga ini ditingkatkan menjadi IKIP Negeri Gorontalo yang membina 5 fakultas dengan 25 Program Studi. 1 Isnawati Mohamad, 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2
IKIP Negeri Gorontalo mengalami kemajuan pesat dengan mahasiswa yang terus meningkat dan
jumlah
mulai terpenuhinya fasilitas yang
disediakan untuk melayani kebutuhan mereka. Hal ini ditunjukkan dengan diresmikannya oleh Presiden Megawati dari IKIP Negeri Gorontalo menjadi Universitas Negeri Gorontalo (UNG) pada tanggal 23 Juni 2004 sesuai Keputusan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2004 tanggal 23 Juni 2004. UNG saat ini membina 9 Fakultas yaitu Fakultas Ilmu Pendidikan, Fakultas Ilmu Sosial, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Sastra dan Budaya, Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Teknik serta Pasca sarjana. Fakultas Teknik sendiri membina 5 Jurusan, yaitu Teknik Elektro, Teknik Sipil, Teknik Arsitek, Teknik Informatika, Teknik Industri, dan Teknik Kriya. Program Studi Pendidikan Teknik Kriya merupakan salah satu program studi yang relatif baru. Didirikan pada tahun 2007, berdasarkan SK Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Nomor 1519/D/T/2007, tanggal 22 Juni 2007. Dasar pemikiran didirikannya program studi ini adalah untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga pendidik (guru) di bidang seni kriya atau seni rupa dan kerajinan, baik di tingkat SD, SMP, maupun SMA sederajat, yang selama ini dirasakan masih sangat kurang. Oleh karena itu, kehadiran program studi ini diharapkan mampu memenuhi kekurangan tenaga guru kesenian, khususnya seni rupa di semua jenjang pendidikan itu. Teknik Kriya mengemban visi ‘Menjadi program studi yang memiliki jiwa kemandirian dan kepoloporan pada bidang keilmuan desain dan seni (kriya seni
3
dan tata busana), serta mampu mengembangkan profesi tersebut secara inovatif, produktif dan kompetitif guna mendukung berbagai sektor pembangunan yang relevan’. Untuk mendukung tujuan tersebut, program studi ini juga mengemban misi sebagai berikut (Dikutip dari kurikulum S1 Pendidikan Teknik Kriya 2011): a.
Menghasilkan sumber daya manusia untuk menjadi tenaga yang siap berkembang kearah profesional sebagai guru atau tenaga kependidikan bidang Kriya (Seni Rupa dan Desain), memilliki jiwa mandiri, mampu bersaing, serta berwawasan lokal, nasional dan global.
b.
Mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang dapat menunjang pengembangan Program Studi Pendidikan Pendidikan Kriya Seni, guna menghasilkan tenaga kependidikan yang bermoral, profesional, dan berjiwa kewirausahaan.
Dari visi dan misi tersebut dapat dilihat bahwa kriya memiliki tujuan yang sangat jelas menjadikan setiap lulusannya sebagai orang yang mandiri dengan memiliki keterampilan pada bidang seni, khususnya seni kriya. Mengawali perjalanannya sebagai program studi baru yang belum dikenal masyarakat Gorontalo, Teknik Kriya benar-benar kesulitan dalam merekrut mahasiswa. Pada angkatan pertama, Jurusan ini hanya menampung empat mahasiswa untuk Jurusan Kriya Kain dan dua mahasiswa Kriya Kayu. Sebagai Jurusan yang baru dibuka, jumlah peminat yang sangat minim ini tentunya dapat dimaklumi. Pada tahun selanjutnya atau angkatan kedua, mengalami peningkatan menjadi 20 mahasiswa yang diperoleh melalui proses penjaringan siswa di salah satu sekolah kejuruan di Gorontalo. Namun pada angkatan ketiga dan seterusnya jumlah mahasiswa kembali menurun, hingga yang paling memprihatinkan adalah pada tahun 2006 sampai dengan 2010 tidak ada lagi mahasiswa yang mendaftar pada program studi ini.
4
Usaha Jurusan sendiri untuk terus mempromosikan Teknik Kriya, dilanjutkan dengan pengajuan pengubahan nama dari Pendidikan Teknik Kriya menjadi Pendidikan Seni Rupa. Usulan ini didukung sepenuhnya oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) yang mensyaratkan nama-nama Jurusan yang ada di seluruh perguruan tinggi Indonesia, agar disesuaikan dengan format nama Jurusan pada DIKTI. Hal ini diharapkan dapat membawa perubahan bagi Jurusan Teknik Kriya, karena tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat lebih mengenal seni rupa dari pada Teknik Kriya. Usaha lain yang dilakukan Jurusan dalam menyikapi fenomena penurunan jumlah mahasiswa adalah dengan mengalihkan program studi (Prodi) Kriya Kain menjadi Prodi S1 Pendidikan Teknik Kriya. Pengalihan ini membawa sedikit perubahan dengan meningkatnya jumlah mahasiswa yang mendaftar, sehingga membawa suasana baru demi keberlangsungan Jurusan Teknik Kriya UNG. Peminat pada Jurusan ini didominasi oleh guru-guru kesenian yang mengajar pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang ingin menyelesaikan kesarjanaannya (S1). Jurusan S1 Pendidikan Teknik Kriya juga membuka kelas reguler, walaupun dengan jumlah mahasiswa yang masih sedikit. Hal ini ternyata belum lepas dari pandangan masyarakat Gorontalo yang masih menganaktirikan Pendidikan Teknik Kriya itu sendiri, sehingga alumni dari Jurusan ini dianggap akan kesulitan dalam mencari pekerjaan. Pandangan masyarakat tersebut berubah dengan sendirinya ketika Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional yang mengamanatkan dalam kurikulum tentang muatan Seni Budaya dan Keterampilan
5
sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah-sekolah. Mata pelajaran ini dianggap memiliki keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, karena dapat memberikan pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi dan berkreasi melalui pendekatan ‘belajar dengan seni’, ‘belajar melalui seni’, dan ‘belajar tentang seni’. Di mana peran-peran tersebut tidak dapat diberikan oleh mata pelajaran lain. Dengan diberlakukannya Kerangka Dasar Kurikulum 2006 tentang mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan, secara otomatis semua sekolah membutuhkan alumni Pendidikan Teknik Kriya dan Seni Rupa. Kebutuhan yang besar dari sekolah-sekolah dan jumlah lulusan yang sangat terbatas, membuat semua alumni Teknik Kriya UNG terserap dengan baik di beberapa sekolah yang tersebar di wilayah Gorontalo. Bahkan ada peluang yang diisi oleh lulusan dari luar daerah karena minimnya jumlah lulusan ini dari UNG. Sempat terjadi juga di salah satu wilayah Gorontalo yaitu formasi pengangkatan pegawai negeri untuk alumni Jurusan ini tidak terisi, karena sumber daya manusianya yang benar-benar terbatas. Kenyataan tersebut di atas, dapat menjadi jawaban bagi ketakutan masyarakat akan sulitnya mencari pekerjaan untuk alumni Jurusan
ini.
Pemerintah lewat Kerangka Dasar Kurikulum 2006, secara tidak langsung membawa harapan baru bagi para lulusan Teknik Kriya. Namun hal ini tidak bisa membuat Jurusan terlena, karena kebutuhan stakeholder atau pengguna jasa lulusan harus bisa terpenuhi dengan baik. Pembekalan diri mahasiswa dengan kemampuan dasar-dasar Keterampilan Seni Budaya agar dapat meningkatkan
6
kualitas profesionalismenya dan kualitas pembelajarannya. Khususnya untuk mahasiswa yang berasal dari latar belakang pendidikan nonseni, harus dapat menguasai dasar-dasar pengetahuan seni rupa, tari, musik dan teater sebagai bagian dari peningkatan profesionalisme lulusan. Hal ini mengingat ruang lingkup mata pelajaran Seni Budaya yang meliputi banyak aspek yaitu: 1.
2. 3. 4.
Seni rupa, mencakup pengetahuan, keterampilan, dan nilai dalam menghasilkan karya seni berupa lukisan, patung, ukiran, cetakmencetak dan sebagainya. Seni musik, mencakup kemampuan untuk menguasai vokal, memainkan alat musik dan apresiasi karya musik. Seni tari, mencakup keterampilan gerak berdasarkan olah tubuh dengan dan tanpa rangsangan bunyi, apresiasi terhadap gerak tari. Seni teater, mencakup keterampilan olah tubuh, olah pikir, dan olah suara yang pementasannya memadukan unsur seni musik, seni tari dan seni peran. (Dikutip dari kurikulum SMPN 7 Gorontalo tahun 2011)
Melihat ruang lingkup dari mata pelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan yang sangat variatif, dibutuhkan sumber daya manusia yang berkompoten serta fasilitas yang mendukung untuk penyelenggaraan pembelajaran SBK yang optimal, sehingga kompetensi yang diharapkan dari peserta didik dapat tercapai dengan baik. Berdasarkan kekhasan yang dimiliki oleh bidang ilmu seni rupa, seni tari, seni musik dan seni teater, maka mata pelajaran pendidikan Seni Budaya tidak dapat digabung dalam satu mata pelajaran saja dan tidak dapat diajarkan oleh satu orang guru. Kompetensi seorang alumni seni rupa tidak akan sama dengan alumni seni tari, seni musik maupun seni teater karena masing-masing memiliki kedalaman terhadap kajian bidang ilmu tersebut. Secara realistis, banyak ditemukan di lapangan seorang alumni Pendidikan Seni Rupa dianggap menguasai semua kompetensi dari bidang ilmu Seni Budaya dan Keterampilan.
7
Hal ini sering menimbulkan kesulitan tersendiri bagi guru tersebut, sehingga perlu ditegaskan kembali bahwa kompetensi dari keempat bidang tersebut tidaklah sama. Untuk mengantisipasi kondisi tersebut, perlu diadakan sebuah observasi terhadap stakeholder tentang kebutuhan yang harus dipenuhi oleh Jurusan Teknik Kriya sebagai salah satu lembaga penghasil guru Seni Budaya. Kesesuain antara kurikulum Jurusan Teknik Kriya dengan materi yang harus diajarkan alumni di lapangan adalah hal yang harus dikaji lagi ketepatannya. Tujuannya agar dihasilkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan stakeholder dan siap menjawab tantangan masyarakat menjadi seorang guru yang profesional, akademis dan berjiwa enterpreneur. Hasil observasi ini akan menjadi bahan masukan untuk pengembangan kurikulum Jurusan ke depannya. Mengacu pada fenomena-fenomena tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa, salah satu penyebab menurunnya mahasiswa pada Jurusan Teknik Kriya disebabkan oleh kurangnya pemahaman masyarakat Gorontalo terhadap pendidikan seni pada umumnya dan pendidikan kriya pada khususnya. Promosi Jurusan dengan strategi yang baik, harus ditunjang oleh evaluasi terhadap keadaan para lulusan di lapangan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan lulusan dalam beradaptasi dengan lingkungan tempat mereka bekerja. Dalam hal ini kemampuan mengajarkan mata pelajaran di sekolah dan kesesuaian dengan mata kuliah yang telah diperoleh sebelumnya menjadi hal penting yang harus ditinjau kembali.
8
Evaluasi tersebut akan membantu menganalisis apa saja kebutuhan sekolah yang harus dipenuhi oleh Jurusan untuk peningkatan standar lulusan Pendidikan Teknik Kriya selanjutnya. Apabila hal ini terpenuhi dengan baik, maka Jurusan ini akan selalu menghasilkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya dan sekolah pada khususnya. Jumlah lulusan yang sedikit tidak lagi menjadi kendala bagi perkembangan Jurusan, yang terpenting adalah kualitas dari lulusan tersebut. Dari uraian tersebut di atas, peneliti berencana untuk melakukan sebuah penelitian tentang analisis kebutuhan stakeholder tentang keberadaan Jurusan Pendidikan Teknik Kriya UNG. Dalam hal ini kebutuhan sekolah sebagai pengguna jasa alumni harus bisa terpenuhi. Kesesuaian antara mata kuliah yang diterima pada Jurusan Pendidikan Teknik Kriya dengan mata pelajaran yang harus diajarkan oleh para alumni menjadi hal penting yang harus dievaluasi. Untuk selanjutnya dapat dijadikan sebagai salah satu upaya pengembangan Jurusan dengan menghasilkan lulusan yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan stakeholder.
B.
RUMUSAN MASALAH Pendidikan seni pada umumnya dan Teknik Kriya pada khususnya yang
selalu dianggap kurang memiliki masa depan, menjadikan Jurusan ini kekurangan mahasiswa setiap tahunnya. Usaha Jurusan untuk bisa menarik minat mahasiswa harus menjadi tanggung jawab bersama semua pihak yang terkait. Dimulai dari promosi oleh lembaga dalam hal ini UNG, kemudian oleh Fakultas Teknik di
9
mana Jurusan ini bernaung, dan sebagai motor penggerak dari perubahan yang ingin dicapai adalah Jurusan Teknik Kriya sendiri. Dibutuhkan sebuah kerja sama dan pengorganisasian yang baik di antara semua komponen tersebut. Salah satu hal yang harus dilakukan oleh Jurusan Pendidikan Teknkik Kriya adalah dengan mengetahui kebutuhan masayarakat dalam hal ini pengguna jasa lulusan tentang keberadaan Jurusan itu sendiri. Oleh karena itu penelitian ini akan berfokus pada Analisis Kebutuhan Stakeholder Tentang Keberadaan Jurusan Pendidikan Teknik Kriya UNG. Untuk menemukan jawaban atas kebutuhan tersebut, maka diperlukan sebuah rumusan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1.
Bagaimana kurikulum Jurusan Pendidikan Teknik Kriya Universitas Negeri Gorontalo yang dikembangkan selama ini ?
2.
Bagaimana respon dari pengguna jasa lulusan/stakeholder Jurusan Pendidikan Teknik Kriya Universitas`Negeri Gorontalo terhadap kurikulum yang berkembang selama ini ?
3.
Bagaimana upaya-upaya yang harus dilakukan oleh Jurusan Pendidikan Teknik Kriya Universitas Negeri Gorontalo untuk dapat memenuhi kebutuhan stakeholder ?
C.
TUJUAN PENELITIAN Tujuan secara umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
kebutuhan stakeholder tentang keberadaan Jurusan Pendidikan Teknik Kriya UNG, yang akan berfokus pada kesesuaian antara kompetensi lulusan dan
10
kebutuhan stakeholder. Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1.
Mendeskripsikan pelaksanaan kurikulum yang dikembangkan selama ini di Jurusan Pendidikan Teknik Kriya UNG.
2.
Menganalisis tentang respon-respon dari stakeholder atas kompetensi yang dimiliki oleh alumni Pendidikan Teknik Kriya UNG.
3.
Menemukan solusi untuk mengatasi kebutuhan stakeholder dalam meningkatkan kompetensi yang dimiliki mahasiswa.
D.
MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1.
Manfaat Akademik Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan tentang konsep pendidikan seni, khususnya seni rupa berkenaan dengan Pendidikan Teknik Kriya.
2.
Manfaat Praktis a. Bagi Mahasiswa, berkenaan dengan kurikulum yang dikembangkan sudah disesuaikan dengan kebutuhan stakeholder, sehingga harapan mahasiswa untuk menjadi alumni yang siap pakai di lapangan dapat terpenuhi. b. Bagi masyarakat dan stakeholder, dapat membuka wawasan masyarakat tentang keberadaan dan hakekat pendidikan seni pada umumnya dan Pendidikan Teknik Kriya pada khususnya
11
c. Bagi pemerintah daerah dalam mengambil kebijakan berkenaan dengan perekrutan pegawai untuk formasi Pendidikan Teknik Kriya.
E.
ASUMSI Penelitian ini didasarkan pada pemikiran bahwa apabila kebutuhan
stakeholder dapat terpenuhi dengan baik, maka alumni Pendidikan Teknik Kriya akan terserap dengan baik juga di lapangan. Artinya kompetensi yang dimiliki oleh lulusan Pendidikan Teknik Kriya harus sesuai dengan kebutuhan stakeholder dalam hal ini sekolah-sekolah sebagai pengguna jasa lulusan. Hal ini didukung oleh teori (Tjahyono:267) tentang stakeholder sebagai berikut: “Stakeholder dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai “pemangku kepentingan”. Terjemahan itu ternyata membawa implikasi yang panjang dan menyedihkan. Karena sebagai pemangku kepentingan, ternyata secara de facto setidaknya di Indonesia kepentingan (termasuk kebutuhannya) lebih sering memang hanya ‘dipangku”. Dipangku artinya tidak diapaapain! Lebih konkret berbagai kepentingan stakeholder itu lebih sering diabaikan dan ditelantarkan. Oleh sebab itu, cara berbisnis atau berorganisasi yang baik dan berbudaya selalu melandaskan diri pada tiga hal dasar awal yang utama yaitu (a) Mengidentifikasi pemangku kepentingan utama atau key stakeholder secara jelas dan eksplisit. (b). Menentukan semua kebutuhan dari pemangku kepentingan utama serta mengakomodasinya dalam berbagai rencana strategis perusahaan. (c). Mencanangkan kesejahteraan key stakeholder sebagai target utama perusahaan, yang terjabarkan secara lebih teknis dalam corporate strategic planning perusahaan atau organisasi
F.
METODE PENELITIAN Berdasarkan permasalahan yang diteliti, penelitian ini didesain dengan
pendekatan kualitatif yang merupakan prosedur penelitian untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Maleong, 2007:3). Selanjutnya penelitian ini juga
12
menggunakan metode deskriptif untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Menurut Kalidjernih (2010:24) penelitian deskriptif adalah suatu strategis menulis yang dimaksudkan untuk menggambarkan ‘sesuatu’ sehingga pembaca dapat merasakan apa yang dirasakan penulis.
G.
LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN Subjek penelitian atau informan utama dalam penelitian ini adalah Jurusan
Pendidikan Teknik Kriya UNG dengan alamat Jl. Jenderal Sudirman No. 8 kota Gorontalo. Subjek selanjutnya dalam penelitian ini adalah stakeholder atau pengguna jasa lulusan dalam hal ini sekolah-sekolah yang telah menempatkan alumni Pendidikan Teknik Kriya UNG sebagai salah satu staf guru yang mengajar di sekolah tersebut. Dalam penelitian ini dipilih SMPN 1 dengan alamat Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 1 Kota Gorontalo; SMKN 4 dengan alamat Jl. Madura Kota Gorontalo; SMPN 7 dan Gorontalo.
SMKN 2 dengan alamat Jl. Raden Saleh Kota