_i
Laporan K�ian .
I
�
/
PENGUATAN BIDANG KESEHATAN DALAM: MENUNJANG
MASTERP�AN PERCERATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3(
STUDI KASUS PADA KEGIATAN EKONOMI PERTAMBANGAN:, PERIKANANOAN PARIWISATA
NamaTim : Setia Pranata, Dkl<'
..
POLICY PAPER
PENGUATAN BIDANG KESEHATAN DALAM MENUNJANG MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) STUDI KASUS PADA KEGIATAN EKONOMI PERTAMBANGAN, PERIKANAN DAN PARIWISATA
Setia Pranata, Dkk.
Badan Litbang Kesehatan Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat Sura baya, 2013
: _f.l-·4--- ,.,-
No. ) :'uh : ... _ ----.•
1·-io. U�
�
KEMENTERIAN KESEHATAN R.I BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
PUSAT HUMANIORA, KEBIJAKAN KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
SURAT KEPUTUSAN KEPALA PUSAT HUMANIORA, KEBIJAKAN KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NOMOR: HK.O:l..04/3/ {b� /2012 TENTANG Pembentukan Tim Pelaksana Kajian Kebijakan DIPA Tahun Anggaran 2012 Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Menimbang
Mengingat
1.
Bahwa untuk melaksanakan kegiatan kajian kebijakan Tahun 2012 perlu clibentuk Tim Pelaksana kajian kebijakan, Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
2.
Bahwa mereka yang namanya tercantum dalazn surat keputusan 1ru dipandang cukup cakap untuk melaksanakan kajian kebijakan tersebut.
1.
Undang-undang No.10 tahun 2010 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012
2.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomer 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan.
3.
Surat Pengesahan Daftar lsian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun ,Anggaran 2012 No. 0888/024-1 1.2.01/15/2012 tangga19 Desember 2011.
MENETAPKAN
Pertama
Tim pelaksana kajian kebijakan sebagaimana tersebut dalam lampiran surat keputusan 1n1 untuk melaksanakan kegiatan kajian kebijakan dalarn lingkup Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan PemberdayaarL Masyarakat.
tim pelaksana Kajian Kebijakan Perluasan Masterplan Percepatan dan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) seperti
Menugaskan
tersebut
dalam
Lampiran
Keputusan
101
sampai
selesai dengan m enyerahkan hasil kajian kebijakan kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan melalui Kepala Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
�
Jl. b6:lq:Jwa 17 Surabaya 60176, Telp. Kepala (031)3522952, Opr. (031) 3528748, Fax. (031)3528749, (031) 3555901 Pt::t:e:talcm Negara 23 A Jakarta Telp. (021) 4243314, Fax. (021) 42871604, Email:
[email protected]
KEMENTERIAN KESEHATAN R.I BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
PUSAT HUMANIORA, KEBIJAKAN KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Ketiga
Kepada tim pelaksana namanya tersebut m1 diberikan output kegiatan berlaku.
Keempat
kajian kebijakan yang
nama
dalam Lampiran Surat Keputusan Honorarium yang terkait dengan sesuai dengan peraturan yang
Biaya untuk pelaksanaan kajian kebijakan dibebankan pada anggaran DIPA Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Tahun 2012. Kelima
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai dengan tanggal 31 Desember 2012 dengan ketentuan apabila di kemudian hari temyata terdapat kekeliruan dalam penetapan 1m, akan diadakan perubahan dan perbaikan sebagaimana mestinya.
�
DITETAPKAN Dl :SURABAYA PADA TANGGAL :2 Juli 201 Kepala
1\1 drg. Agus Supapto, M.Kes NIP. 19640813 1991011 00
IJU
f
Tembusan Yth. : 1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan 2. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 3. Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan R.J 4. lnspektur Jenderal Kementerian Kesehatan R.I Kepala Kantor Perbendaharaa.11 dan Kas Negara, Surabaya 5. ·
6.
Masing-masing yang bersangkutan untuk dilaksanakan
: n. Indrapura 17 Surabaya 60176, Telp. Kepala (031)3522952, Opr. (031) 3528748, Fax. (031)3528749, (031) 3555901 n. Percetakan Negara 23 A Jakarta Telp. (021) 4243314, Fax. (021) 42871604, Email:
[email protected]
KEMENTERIAN KESEHATAN R.I BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
PUSAT HUMANIORA, KEBIJAKAN KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT :...AMPIRAN
:
SURAT
KEPUTUSAN
KEPALA
PUSAT
HUMANIORA,
KEBIJAKAN
.rCESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT OMOR
:
HK.
JtJDUL PENELITIAN
KAJIAN
KEBIJAKAN MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA
PERLUASAN (MP3EI)
TIM PENELITIAN 1. 2. 3. 4.
5. 6. 7.
8. 9. 10. 11. 12.
drs. Setia Pranata, M.Si dr. Tety Rachmawati, M.Si Widjiartini, SKM, M.Kes Turniani Laksmiarti, SE, MM Mardiyah, SE, MM lr. Vita Kartika Mahirawati, M.Kes Yurika Fauzia, S.Psi, M.Psi., Psikolog Yunita Fitrianti, S. Ant Sri Handayani, S.Sos Rozana lka Agustiya, S.Psi Susilo Supriysdi
Ditetapkan di Pada tanggal
Kepala,
Ketua Tim Pelaksana Kajian Anggota Tim Kajian Anggota Tim Kajian Anggota Tim Kajian Anggota Tim Kajian Anggota Tim Kajian Anggota Tim Kajian Anggota Tim Kajian Anggota Tim Kajian Anggota Tim Kajian Sekretariat Kajian Sekretariat Kajian
Surabaya 2 Juli 2012
f
� drg. Agus Suprapto, M.Kes t � � NIP. 19640813 1991011 OO JT
tor: n. Indrapura 17 Surabaya 60176, Te1p. Kepala (031 )3522952, Opr. (031) 3528748, Fax. (031)3528749, (031) 3555901 n. Percetakan Negara 23 A Jakarta Telp. (021) 4243314, Fax. (021) 42871604, Email:
[email protected]
KEMENTERIAN KESEHATAN R.I BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
PUSAT HUMANIORA, KEBIJAKAN KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
LAMPl RAN : SK KEPALA PUSAT HUMANIORA, KEBUAKAN KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Nomor:
\H:..
·
0.1. �
t{
( �
( {� ( J.clt..
Kajlan Kebljakan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomllndonesia (MP3EI)
'ho.' 1 2 3
Nama
drs. Setia Pranata, M.Si dr. Tety Rachmawatl, M.Si
if
urniani laksmlarti, SE, MM
Jabatan
Besaran Honor
Keterangan
Ketua Pelaksana
400,000 Org per bulan
Anggota
300,000 Org per bulan
Anggota
300, 000 Org per bulan
4
Mardlyah, SE, MM
Anggota
300,000 Org per bulan
5
lr. Vita Kartika Mahirawati, M.Kes
Anggota
300,000
Org per bulan
6
Widjiartini, SKM, M.Kes
Anggota
300,000
Org per bulan
1
Yurika Fauzia, S.Psi, M.Psi., Psikolog
Anggota
300,000 Org per bulan
8
Yunlta Fitrianti, S. Ant
Anggota
300,000 Org per bulan
9
Sri Handayani, S. Sos
Anggota
300,000 Org per bulan
10
Rozana lka Agustina, S.Psi
Anggota
300,000 Org per bulan
11 Susilo
Se kr etariat
150,000 Org per bulan
12 Supriyadi
Sekretariat
150,000
Org per bulan
('
Surabaya, 2 Juli 2012 epaIa
h' drg. Agus Supra to,M.Kes '-. � l)NIP. 19640813 1999101 1001 T
'KJintor: Jl. Indrapura 17 Surabaya 60176, Telp. Kepala (031)3522952, Opr. (031) 3528748, Fax. (031)3528749, (031) 3555901 Jl. Percetakan Negara 23 A Jakarta Telp. (021) 4243314, Fax. (021) 42871604, Email:
[email protected]
DAFTAR SINGKATAN
BPS
: Badan Pusat Statistik
BUMD
: Badan Usaha Milik Daerah
BUMN
: Badan Usaha Milik Negara
GORP
: Gross Domestic RegionaL Product
HFMD
:Hand Foot and lvfouth Diseases
IEDC
: Indonesia Economic Development Coridor
IHR
: International Health Regulation
IPM
: Indeks Pembangunan Manusia
IPTEK
: Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
lSPA
: lnfeksi Saluran Pernafasan Atas
KE
: Koridor Ekonomi
Kepmenkes
; Keputusan Menteri Kesehatan
MP3EI
: Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembagunan Ekonomi Indonesia
PDRB
: Produk Domestik Regional Bruto
PP
: Peraturan Pemerintah
REPELJTA
: Rencana Pembangunan Lima Tahun
RPJMN
: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
SDM
: Sumber Daya Manusia
STD
: Sexually Transmitted Diseases : Undang-undang
:\'HO
:World Health Organization
DAFTAR TSI
1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan 1.3. Pendekatan 1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan
3 3 4
2. Review Teori 2 . 1 . Teori Pembangunan 2.2. Teori Urbanisasi
5 6
1
3. Perkembangan dan Kondisi Kesehatan 3. 1. Kegiatan Ekonomi Perikanan 3.2. Kegiatan Ekonomi Pertambangan 3.3. Kegiatan Ekonomi Pariwisata 3.4. Peraturan Kesehatan Dalam Mendukung MP3EI
9
4. Pilihan Kebijakan
16
5. Rekomendasi
19
8
12 15
ii
1.
PENDAHULUAN
J 1 Latar Belakang .
.
Fenomena globalisasi merupakan kondisi yang tidak bisa lcita hindari. Untuk bisa bertahan terhadap benturan dan dinamika perubahan global dan regional, Indonesia bertekat menjadi negara dengan masyarakat yang mandiri, maju, adil dan makrnur pada tahun 2025. Dengan memperhatikan kondisi geografis yang akan menjadikan Indonesia sebagai pusat gravitasi ekonomi global maka perlu skenari.o mempercepat tranformasi ekonomi dalam bentuk Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembagunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). MP3El merupakan rencana induk pembangunan ekonomi yang komprehensif dan fokus dengan mengedepankan terobosan dan inovasi disertai percepatan cara kerja. Dengan harapan menjadikan Indonesia sebagai negara maju dengan pendapatan per kapita pereko.nomian
antara
USD
14.250
-
15.500
dengan
nilai
total
antara USD 4,0 - 4,5 Trlliun, strategi utama yang digunakan
antara lain pengembangan potensi ekonomi, penguatan konektivitas nasional dan penguatan kemampuan SDM dan IPTEK. Untuk melakukan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi, perlu diperhatikan kondisi Indonesia. Pada saat sekarang,. pengembangan potensi ekonomi
Indonesia
masih
terfokus
pada
pertanian
mengekstraksi dan mengumpulkan hasil alam.
dan
industri
yang
Pembangunan Wilayah di
Indonesia, masih mengaJarni kesenjangan. Wilayah Jawa Bali masih menjadi pusat kegiatan ekonomi dengan sumbangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebesar 59 persen dan wilayah Sumatera sekitar 23,2 persen, sementara sumbangan wilayah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua hanya sekitar 17 persen. Dilihat dari kualitas sumber daya manusianya, sekitar 50% tenaga ketja di Indonesia masih berpendidikan sekolah dasar dan hanya
sekitar 8% yang berpendidikan diploma/satjana. Mengembangkan kawasan ekonomi baru dan menciptakan dunia usaha yang merupakan potensi daerah, diharapkan bisa memperbaiki ketimpangan spasial pembangunan ekonomi. Penguatan konektivitas antar kawasan ekonomi dan
2
dengan
lokasi
kegiatan
ekonomi
juga
diharapkan
bisa
memaksimalkan
pelaksanaan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi.
Apalagi kalau
konektivitas ini dilakukan berdasarkan prinsip keterpaduan dan kemanfaatan pembangunan melalui peningkatan konektivitas dan pelayanan dasar ke daerah tertinggal, terpencil dan perbatasan dalam rangka pemerataan pembangunan. Selain itu, peran Sumber Daya Manusia (SDM) yang berpendidikan dan dapat dengan cepat beradaptasi terhadap ilmu dan teknologi juga merupakan kunci utama dalam mendukung pertum�uhan ekonomi.
Berdasarkan basil sensus
penduduk 2 0 10 berikut kondisi kesenjangan ekonomi, sosial dan kependudukan antar wilayah. Wilayah
Sumatera
PDRB/
Sumbangan
Distribusi
Distribusi
Distribusi
Kisaran
Kapita
PDRB
Penduduk
Pcnganggur
Kemiskinan
IPM
8,93 jt
23,2%
21,31%
19,21%
21,44%
70,93-75,60
9,35jt
59,0%
59,12%
64,98%
59,39%
-70,06-77,36
13,86jt
9,1%
5,8%
6,47%
3,28%
68,79-75,11
5,8ljt
4,7%
7,31%
2,4%
7,57%
NTT
3,35jt
1,5%
3,86%
5,09%
6,52%
Maluku
2,93jt
0,3%
1,08%
0,96%
1,51%
68,63-70,96
Papua
10,0ljt
2,2%
1,52%
0,89%
3,28%
64,53-68,58
Jawa/Bali Kalimantan Sulawesi
•
--
Sumber: BPS dan Bappenas
.
Memperhatikan tujuan, target, durasi waktu, kendala, dan banyaknya aktivitas persiapan implementasi MP3EI, kondisi kesehatan merupakan salah satu faktor determinan dalam keberhasilannya. Adanya pcngembangan kawasan ekonomi, penciptaan dunia usaha dan terbukanya konektivitas antar Daerah Kegiatan Ekonomi akan menimbulkan Urbanisasi. Studi tentang Urbanisasi menunjukkan bahwa ada suatu konsekwensi dari adanya urbanisasi seperti perubahan pola produksi, konsumsi, dan rekreasi, ternyata telah menjadikan para migran sebagai
"vulnerable ofmigrants". Semua itu akan berujung pada masalah kesehatan. Adanya permasalahan kesehatan di satu daerah akan menjadi faktor pengganggu gerak implementasi MP3EI. Kondisi masyarakat yang sejahtera akan lebih cepat dicapaj
ketika
kondisi
kesehatan
masyarakat
bukan
lagi
menjadi
suatu
permasaalahan. Rendahnya morbiditas dan tingginya kemandirian masyarakat di
3
bidang kesehatan akan rnarnpu melahirkan iklim investasi. Atas pertimbangan itulah,
kajian
ini
dilakukan
sebagai
kontribusi pernikiran untuk menjawab
pertanyaan bagairnana "kesehatan" berperan dalarn mensukseskan implementasi MP3EI menuju masyarakat yang lebih sejahtera.
1.2. Tujuan
Tujuan penulisan paper kebijakan ini adalah memberikan rekomendasi 'pilihan kebijakan' terkait upaya
Pemerintah Daerah untuk melakukan
penguatan bidang kesehatan dalam menunjang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI).
1.3. Pendekatan
MP3EI sementar
m1,
kerangka penulisan kajian ini adalah sebagai berik:ut : •
Mengidentifikasi teori dan kerangka konseptual
•
Mendeskripsikan temuan berdasarkan kajian literatur
•
Menganalisis temuan yang digunakan dan mengidentifikasi berbagai opsi kebijakan untuk menunjang MP3EI.
•
Melakukan penyimpulan
1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan
Dalam MP3EI telah ditetapkan sejurnlah program utama dan kegiatan ekonomi utama yang menjadi fokus pengembangan strategi dan kebijakan. Prioritas ini merupakan kesepakatan yang dibangLm oleh
semua pemangku kepentingan.
Prioritas dan fokus dari pengernbangan MP3EI ini diletakkan pada 8 program
4
utama, yaitu pertanian, pertambangan, energi, industri, kelautan, pariwisata dan telematika serta pengembangan kawasan strategis, yang terdiri dari 22 kegiatan ekonomi utama. Akan terlalu luas hila mengkaji aspek kesehatan dari 22 kegiatan ekonomi utama. Sebagai gambaran awal, sementara ini kajian difokuskan pada sektor minyak dan gas, pariwisata dan perikanan. Pemilihan dilakukan berdasarkan pertimbangan rangking startegisnya, kebutuhan pendanaan, dan sumbangan terhadap GDRP (Gross
Domestic
Regional
Product).
Bcrdasarkan
Indonesia
Economic
Development Coridor (IEDC), aspirasi dari kelompok kerja kegiatan ekonomi
bidang minyak dan gas terletak pada rangking 13, bidang pariwisata terletak pada rangking 10 dan kegiatan ekonomi bidang perikanan terletak pada rangking 9. Dengan memberika gambaran kondisi kesehatan yang terdapat di ketiga kegiatan ekonomi diatas, diharapkan dapat dilakukan antisipasi timbulnya permasalahan kesehatan sehingga mampu menunjang proses percepatan pernbangunan ekonomi.
2.
REVIEW TEORI
2.1. Teori-teori Pembangunan
Dilihat dari sejarah perkembangannya, ada 3 aliran pemikiran tentang studi pembangunan yang
tumbuh dalam konteks yang, berbeda. Yang pettama
adalah teori modemisasi yang muncul ketika Amerika menjelma sebagai negara penguasa dunia. Modemisasi dirumuskan sebagai program, sebagai proses yang bertahap, bergerak maju dan butuh waktu tidak sebentar untuk menuju ke arah yang telah dicapai Amerika.(Suwarsono, 1991) Yang mengernuka pada saat itu adalah pemikiran bahwa modernisasi identik dengan membangun ekonomi. Pemerintah mempunyai tugas untuk mengatur ekonomi nasional. Salah satu cara yang seharusnya dilakukan pemerintah adalah membuat perencanaan ekonomi. Perencaaan yang kemukakan Dror (Schoorl, 1980) sebagai the process of preparing a set of decisions for action of the .future, directed at achieving goals by optimal means ini mengandung makna bahwa terdapat cara-cara
esensial yang harus diseleksi secara rasional dalam upaya mencapai tujuan
5
yang
telah
ditentukan
dengan
memaksimalkan
pengetahuan
dan
meminimalkan biaya. Terkait perencanaan pembangunan ekonomi, Schoorl
( 1980) mengingatkan agar berorientasi pada kepentingan masyarakat dengan membuat juga welfare planning. Jni dinilai perlu
karena suatu proyek,
senantiasa akan memberikan dampak sosial dan kesehatan, selain dampak ekonomi yang diharapkan. Aliran pemikiran kedua adalah dependensi yang menginginkan agar tidak ada pem�ksaan hubungan dan eksploitasi negara maju terhadap negara yang sedang berkembang. Pembangunan hendaknya dilakukan secara independen dan otonom karena ketergantungan yang diciptakan negara maju buk:an saja secara ekonomi tetapi juga ke.tergantungan secara sosial dan politik. Aliran ketiga dalam studi pembangunan adalah teori sistem dunia yang menekankan pentingnya analisa terhadap sistem secara total dan berj angka panjang. Dengan asumsi bahw� proses ekonomi senantiasa teijadi dalam kerangka
sistem
ekonomi
kapitalis,
Wallerstein
(Suwarsono,
1991)
mengemukakan bahwa pembangunan dan keterbelakangan wilayah tertentu tidak akan dapat dianalisa tanpa meletakkan wilayah tersebut dalam konteks perputaran sistem ekonomi dunia. Perspektif teori ini melihat dunia dalam 3 strata, sentral, semi pinggiran dan pinggiran. Aliran ini mempunyai keyakinan bahwa tata
ekonomi
kapitalis akan mencapai suqtu tahap transisi dimana
kapitalisme merupak:an pilihan yang harus dilakukan untuk merubah dunia. 2.2. Teori Urbanisasi Pelaksanaan pembangunan, sebagaimana menjadi kebijakan Indonesia di era Orde Baru dengan REPELITAnya telah memberikan dampak sosial. Darnpak nyata yang teramati adalah Urbanisasi. Menurut Poungsomle & Ross (Keban,
1995) memahami urbanisasi harus dilihat secara keseluruhan dari beberapa pendekatan yaitu demografis, proses ekonomi-politik, modernisasi dan legal administrasi.
Pendekatan
demografis
diartikan
sebagai
peningkatan
konsentrasi penduduk pada daerah perkotaan, sehingga proporsi penduduk perkotaan secara keseluruhan mengalami peningk:atan. Dari sisi pendekatan
ekonomi politik, urbanisasi dapat didefinisikan sebagai transformasi ekonomi dan sosial yang timbul sebagai akibat dari pengembangan dan ekspansi
6
kapitalisme. Definisi 1n i sering dipandang sebagai akar dari permasalahan urbanisasi karena kap1tal1sme
internasional
dituduh
sebagai
pemicunya.
Dalam proses modem1sas1, urbanisasi dipandang sebagai perubahan dari orientasi tradisional ke
orientasi modern
dimana tetjadi difusi modal,
teknologi, nilai-nilai, pengelolaan kelembagaan dan orientasi politik dari dunia modern ke masyarakat yang lebih tradisional. Tidak hanya proses difusi, tetap1 juga proses intensiflkasi pada beragam etnis, suku, agama dan mata pencaharian. Salim
(Felesia,
2011)
mengemukakan
menerapkan kebijaksanaan
bahwa
selama
ini
Indonesia
·urbanisasi melalui dua pendekatan. Pertama,
mengembangkan daerah-daerah pedesaan agar lebih maju d engan memiliki ciri-cir1 sebagai daerah perkotaan yang dikenal dengan "urbanisasi pedesaan".
Kedua, mengembangkan pusat-pusa t pertumbuhan ekonomi baru yang dikenal dengan "daerah penyangga pusat pertum b u han . Pendekatan pertama "
berupaya
untuk
m em percepat
"
"
tingkat
urbanisas1
tanpa
menunggu
.
pertumbuhan ekonomi, yaitu dengan melakukan beberapa terobosan yang bersifat non-ekonomi. Perubahan tingkat urbanisas1 tersebut diharapkan akan memacu tingkat pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian daerah-daerah pedesaan
didorong
pertumbuhannya
agar
memiliki
ciri-ciri
kekotaan.
Langkah kedua adalah mengembangkan kota-kota kecil dan sedang yang selama 1n1 telah ada untuk mengimbangi pertumbuhan kota-kota besar dan metropolitan. Dari kebijakan umum seperti di atas, nampak bahwa selama ini pola pengembangan kota masih didasarkan pada konsep pengembangan yang menekankan pada aspek ekonomi. Tni te rjadi karena Pemerintah mempunyai
kemampuan terbatas da lam mengelola kebijaka ekonomi. Sementara itu sektor swasta diberikan kesempatan luas untuk berperan aktif dalam hal ini. Dengan demikian pendekatannya hanya menekankan pada aspek ekonomi, padahal pertumbuhan ekonomi tidak mampu membawa hasil maksimal. Strategi
pembangunan
pedesaan
seperti
pembangunan
pusat-pusat
pertumbuhan (growth center) maupun program kawasan terpadu seperti membentuk konsep desa kota ternyata kurang efektif dalam mencegah arus
7
migrasi yang masuk ke kota. Karena mau tidak mau tren urbanisasi di Indonesia
hingga
sekarang
ini masih
terjadi pada tataran perpindahan
penduduk dari desa ke kota dengan harapan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di kota (Yunus, 2005)
3.
3.1.
PERKEMBANGAN DAN KONDISI KESEHATAN
Kegiatan Ekonomi Perikanan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar nom -or 4 di dunia terdiri dari sekitar
17.000
pulau. Terdapat
±
8.090
desa
pesisir tersebar d i
300
kabupaten!kota pesisir. Dari 234,2 juta jiwa penduduk Indonesia, 67,87 juta jiwa beketja di sektor infotmal dan hampir 30% dari pekerja di sektor informal adalah nelayan (BPS, Februari 20II). Komposisi ini menunj ukkan bahwa
kelompok
nelayan
informal
turut memberikan
sumbangan
dan
memegang peranan penting dalam pembangunan serta merupakan aset yang .
sangat berharga dalam pengembangan perekonomian negara. Dalam
RPJMN
2014-2025
dalam
upaya
percepatan
kesejahteraan
masyarakat, Pemerintah daerah mempe1juangkan lumbung ikan nasional masuk dalam proyek Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
g
Tndonesia (MP3EI), tidak dalam bentuk sentra pro ram di satu kementerian. Dalam memenuhi pasar luar negeri pemerintah provinsi serta kabupaten dan kota penghasil ikan kontribusi
bidang
yang
diekspor ke
perikanan
laut
berbagai
tmtuk
negara, menghendaki
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat. Permasalahan
Kesehatan
Akibat
lndustri
Perikanan,
Mayoritas
masyarakat pesisir hidup dengan mata pencaharian sebagai nelayan dan penyelam tradisional yang berada pada tingkat pendidikan dan pengetahuan rendah sehingga hasil produktifitas relatif rendah, modal kerja yang minim dan peralatan yang sederhana, hidup di bawab garis kemiskinan dengan lingkungan yang tidak sehat.
8
Fenomena keseharian masyarakat nelayan yaitu anak anak lelaki maupun wanita secara lebih dini terlibat dalam proses pekerjaan nelayan dari mulai persiapan orang tua mereka untuk kelaut sampai dengan menjual hasil tangkapan. Hal ini tentunya berimplikasi kepada kelangsungan pendidikan anak-anak nelayan. Disamping itu pada aspek kesehatan, nelayan relatif lebih beresiko terhadap munculnya masalah kesehatan seperti kekurangan gizi, dian·e dan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA), yang disebabkan karena persoalan lingkungan seperti sanitasi, air bersih, indoor pollution, serta minimnya prasarana kesehatan seperti Puskesmas ataupun posyandu yang digunakan
tidak
secara
(http://4bdi.wordpress.com/
optimal.
2009/03/ 17/sumber-daya-manusia-sdm-masyarakat-nelayanL). Berbagai penyakit dan kecelakaan dapat terjadi pada nelayan dan penyelam tradisional, hasil penelitian Depkes RJ tahtm 2006 di Pulau Bungin, Nusa Tenggara
Barat
ditemukan
57,5% nelayan penyelam menderita nyeri
persendian dan 1 1,3% menderita gangguan ketulian. Di
Kepulauan
Seribu,
41,37%
pendcngaran ringan sampai
nelayan
penyelam
menderita
barotrauma atau perdarahan akibat tubuh mendapat tekanan yang berubah secara tiba-tiba pada beberapa
organ/jaringan.
Serta
6,91%
penyelam
menderita kelainan dekompresi yang di sebabkan tidak tercukupinya gas .
nitrogen akibat penurunan tekanan yang mendadak, sehingga menimbulkan gejala
sakit
pada
persendian,
susunan
syaraf,
saluran
pencernaan,
jantung, paru dan kulit. Masalah kesehatan lainnya berkaitan dengan budaya dan gaya hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan dan perilaku hidup tidak menjaga kebersihan, makanan tidak cukup gizi, merokok, minum-minuman beralkohol, bergadang serta masalah sosial dan ekonomi nelayan. (Direktorat kesehatan ke�a dan Olah raga, Kemenkes
3.2.
RI )
.
Kegiatan Ekonomi Pertambangan Berdasarkan koridor ekonomi sebaran daerah pertambangan berada di Sulawesi,
Papua
serta
Maluku.
Sedangkan Sumatera
dan
Kalimantan
merupakan lumbung energi. Hasil bahan tambang negara Indonesia antara lain minyak bumi, bauksit, batu bru.·a, besi, timah, emas, ternbaga, nikel,
9
marmer,
mangan,
aspal, belerang, dan
yodium.
Berikut
tm
daerah
persebarannya. Tambang adalah industri skala besar dengan dampak lingkungan yang signifikan. Penambangan merusak lingkungan langsung
dan menghasilkan
sejumlah limbah yang signifikan. Meskipun diatur dan dikontrol daerah pertambangan mengeluarkanlmenghasilkan racun pada lingkungan sekitar. penambangan memberi dampak kesehatan pada lingkungan sekitar dan masyarakat seternpat. Pertambangan secar� umum meliputi sejumlah proses berikut : •
Membuka akses tambang, pada saat penggalian ataupun pembukaan akses akan dihasilkan limbah awal. Limbah batu adalah material yang dibuang dalam proses ini, dan bisa menyebabkan dampak pada lingkungan, seperti bisa mengubah susunan drainase (pembuangan) dari asam tambang. Asam tambang ini akan tersimpan dalam "tumpukan limbah batu" dan akan tertinggal selamanya.
•
Pengambilan bijih, proses setelah akses terbuka adalah pengambilan bahan tambang. Pada saat pengambilan bahan tambang ini maka akan menghasilkan lubang dan hal ini bisa menimbulkan kerusakan fisik, seperti amblas (menjadi gua dan lubang runtuhan) atau kerusakan yang curam. Selain kerusakan fisik pacta lokasi tambang, proses ini juga kan menimbulkan kerusakan kimiawi.
•
Penggilingan, adalah proses di mana bahan tambang diproses untuk memisahkan mineral berharga yang ada. Beberapa penambangan menggunakan proses kimiawi untuk memisahkan logam dari bijih yang hancur termasuk zat kimiawinya seperti sianida dan asam sulfur. Limbah penggilingan atau "tailings", kebanyakan berbentuk cairan atau bubur. Limbah ini berkontaminasi dengan logam beracun dan sianida, dan bisa secara terus menerus menghasilkan asam sulfur. Sianida pada limbah tambang sangat berbahaya dan ini ditemukan pada sebagian besar pertambangan.
Permasalahan Kesehatan Akibat lndustri Tambang, Banyak dampak
yang diberikan dari industri tambang ini, seperti:
10
1.
Physical Hazards -
Kecelakaan, JndustTi tambang adalah ranah ketja yang penuh
dengan faktor resiko. Kecelakaan ketja dapat tetjadi, mulai dari tingkat ringan hingga kecelakaan yang fatal, misalnya kecelakaan yang disebabkan karena ledakan, terkena alat, jatuh dati ketinggian, terkena api dan lainnya -
Suara, Dalam industri pertambangan, para pekerja seting terpapar
dengan suara yang terkadang melebihi ambang batas dengar manusia. Suara-suara yang berasal dari proses penambangan, seperti suara ledakan, mesin penggilingan, mesin pengolahan bijih dan suara-suara
mesin
lainnya
selama proses penambangan
akan
memapar para pekerja setiap hari. Hal inilah yang membuat banyak peketja akan terganggu ataupun kehilangan pendengaran mereka. -
Panas dan kel�mbaban, Lokasi tambang yang biasanya terletak di
daerah tropis serta terletak jauh di dalam perut bumi akan menghasilkan panas dan kelembaban. Dimana semakin jauh ke dalam , maka akan dihasilkan panas dari perut bumi yang membahayakan pekerja. 2.
Chemical Hazards Tambang sejak dahulu selalu menghasilkan polusi dan racun yang mengandung dioksin, sianida, mercury, arsenik dan jutaan racun lainnya. Racun dari tambang ini membahayakan kesehatan manusia, tidak hanya bagi para pekerja tambang yang langsung terpapar dengan lingkungan kerjanya tapi kandungan racun ini bisa mengalir dari area tambang yang berdampak pada lingkungan dan masyarakat sekitar. Racun kimiawi dihasilkan
industri tambang mulai dati proses
pembukaan akses tambang hingga pengolahan bahan tambang. Pada saat peledakan atau penggalian area tambang akan menghasilkan asam tambang yang tersimpan dari limbah baht yang tercecer. Pada praktek penambangan modern, perusahaan biasa menggunakan racun kimia untuk memisahkan bahan tambang dari batu-batu yang menempel. 11
Racun-racun kimiawi ini
langsung. Kemud ian
dapat membahayakan para pekerja secara
kandungan
racun yang
terbawa
hingga ke
pemukiman dan sumber air masyarakat sekitar tentunya juga turut membahayakan. Masyarakat sekitar dapat terpapar racun baik \ewat udara ataupun tanah yang dibawa dari debu sisa proses tambang. Belum lagi jika aliran air juga telah terkena racun dan terendam serta masuk ke dalam hewan-hewan air yang akan dikonsumsi oleh masyarakat sekitar. 3. Psychosocial Hazards
lndustri tambang juga memiliki efek bagi masyarakat dan budaya setempat. Tambang adalah pekerjaan yang berbahaya dan me:nUliki resiko tertinggi dari dan
berbahaya
semua ranah industri. Kondisi
tentunya
menjadi
pekerjanya. Hal inilah yang
tekanan
menjadi faktor
pekerjaan
tersendiri
yang sulit
bagi
para
pendorong bagi para
pekerjanya untuk menggunakan drugs dan alkohol. Lokasi penambangan yang jauh akan mengharuskan pekerjanya tinggal terpisah lama dari keluarganya. Tentunya hal ini bisa mempengaruhi hubungan personal orang tersebut dengan keluarga dan masyarakat, dan hal ini bisa saja memicu konflik. Pekerja yang datang di area penambangan biasanya dianggap sebagai orang asing bagi masyarakat setempat. dan hal ini bisa menimbulkan masalah yang terkait dengan nilai lokal ataupun struktur sosial. Belum lagi ketika penduduk lokal yang juga sebagai pekerja merasa diperlakukan
berbeda
menimbuJkan konflik 33.
dengan
para
pendatang.
Hal
nn
bisa
.
Kegiatan Ekonomi Pariwisata
lndustri Pariwisata adalah salah satu Industri dengan pertumbuhan tercepat didunia dan merupakan salah satu Sumber penghasilan terbesar devisa dan lapangan kerja di banyak Negara berkembang. Perkembangan pariwisata global yang demikian pesat saat ini tidak saja berdampak terhadap
12
peningkatan perekonomian nasional tetapi juga sekaligus berdampak negatif karcna begitu terbukanya peluang masuk keluarnya wabah penyakit yang dibawa oleh wisatawan dari suatu negara ke negara yang lain yang mehputi penyakit-penyakit yang sedang berjangkit saat ini. Beberapa kasus penyakit menular baru yang dibawa Wisatawan antara lain
Hand Foot and Mo uth Diseases (HFMD) di Singapura dan Rit Valley Fever di Saudi Arabia dan Yaman, maupun penyakit-penyakit menular lama yang timbu1 kembali {Reemerging Diseases) seperti TBC Paru, Malaria dan Ebola. Untuk mengantisipasi ancaman tersebut secara internasional telah diatur oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) di dalam International Health Regulation (IHR). Dalam meningkatkan pemahaman tentang dampak positif dan negatip dan bekerja pada pengembangan pariwisata berkelanjutan. Dengan kata lain, pengembangan pariwisata berkelanjutan berkaitan dengan memaksimalkan manfaat dan meminimalkan efek negatif. Permasalahan Kesehatan
Akibat lndustri
Pariwisata,
Dalam
siklus
perjalanan wisata itu, kesehatan wisata termasuk upaya pencegahan, tindakan pengobatan jika diperlukan dan kesiapan repratiasi ke ternpat yang memadai I ke
negara
asalnya.
Upaya
pencegahan
dimulai
sebelum
melakukan
perjalanan. Wisatawan diberi informasi dan petunjuk oleh biro wisata/klinik wisata melalui brosur yang disediakan di biro perjalanan mengenai kesehatan dalam perjalanan dan di daerah tujuan. Misalnya pemberian vaksinasi seperlunya, dan memakan pi! untuk pencegahan malaria, jika di tujuan masih ada malaria. Untuk mempertahankan keadaan yang baik serta meningkatkan kesehatan lingkungan, diperlukan kerjasama instansi yang terkait dalam pariwisata,
baik
Pemerintsah
(Departemen
Kesehatan,
Parhvisata,
Kimpraswil) maupun pihak swasta dalam bidang perhotelan serta jasa makanan. Sesuai International Travel and Health 2001 yang diterbitkan oleh Organisasi Kcschatan Sedtmia (WHO), gangguan kesehatan utama yang dapat terjadi karena petjalanan wisata adalah :
13
�
Gangguan kesehatan karena lingkungan -
Travel sickness
- Bathing I diving - Altitude - Heat and humidity -
Sun
- Insect
�
�
-
Other Animals
-
Accidents
Gangguan kesehatan karena makanan dan minuman -
Diarrhoea
-
Viral Hepatitis type A and E
Sexually Transmitted Diseases (STD) -
HIV
-
Hepatitis B
�
Malaria
�
Dengue and DHF
�
Tuberculosis
�
Vaccinations
)
Special Situations - Extended Travel - Pregnancy - Children
�
-
Chronoc Diseases
-
The disabled
Lain - lain : -
Transfusi Darah
- Medical Kit untuk turis I travelers - Pemeriksaan setelah perjalanan wisata -
Beberapa catatan untuk para penyelenggara wisata
14
3.4.
Peraturan Kesehatan Dalam Mendukung MP3EI
Percepatan penetapan MP3EI t in gkat Provinsi dan daerah pada dasamya rnempunyai tuj u a n upaya meningkatkan ekonomi daerah, dengan batasan batasan yang diatur oleh daerah sebagaimana dalam UU 32 tahun 2004 yang di breakdown dalam PP 38/2008.
Ada kekhawatiran bahwa keberhasilan pelaksanaan MP3EI akan terg anj al olch beb erapa reguJasi. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mel al u i Pcraturan
P res i den
Nomor
32
Tahun
tentang
20 II
MP3EI
telah
rnengamanatkan untuk segera dilakukan perbaikan terh ad ap pali n g sedikit 28 aturan yang dinilai dapat menghambat keberhasilan pelaksanaan MP3El. Aturan yang harus diperbaiki tersebut paling sedikit terdiri dari
tujuh
U nda ng- u ndan g, tujuh Peraturan Pemerintah, enarn Peraturan Presiden, K eputu san Presiden
dan Instruksi Presiden dan sembilan Peraturan Menteri.
Pernerintah melalui Kernenterian Kesehatan telah banyak membuat Regulasi .
tentang perijinan dan pengawasan di bidang kesehatan dalam bentuk surat
kep utu san dan peraturan menteri kesehatan. Di bidang kesehatan, ada beberapa r eg ulasi yang bisa diacu terkait dengan MP3EI, seperti : No.
Bentuk
NoSK
uu
36/2009
2
Kepmenkes
574/MenKes/SK/IV/2000
3
Kepmenkes
131/MenK.es/SK/11/2004
4
Kepmenkes
Perihal ,
Te ntang Kese h atan
Pe mba ngunan Kesehatan menuju IndonesiaSehat 2010
1383/MenKes/SK/IX/2005
Sistem Kesehatan Nasional Penyusunan RPJP Bidang Kes ehatan2005-2025
dan
R encanaStrategis Pembangunan Kesehatan 2005-2009 5
Kepmenkes
261 /MenKe . s/SKII/ 1998
Persyaratan
Lingkungan
Kerja
6
Kepmenkes
374/MenK.es/PeriVIIT/2010
Pengendlian Vektor
7
Kepmenkes
1474/Menkes/SK/X/2003
Surveilans dan Epidimiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Terpadu
.
8
Kepmenkes
876/MenK.es/S KIVIU/2 00 1
Pedoman Teknis Analisis Dampa k Lingkungan
15
Kepmenkes
9
10
Kepmenkes
14 79/MenKes/SK/X/2003
Pedoman Penyelenggaraan
852/MenKes/SK/IX/2008
Strategi Nasional Sanitasi
Sistem Surveilans EQidemiolosi
Total Berbasis Masyarakat. 11
Persyaratan Kesehatan
829/MenKes/SK/Vll/1 999
Kepmenkes
Perumahan 12
Kepmenkes
Pedoman Penyehatan
288/M enKes/SK/11112003
Sarana dan Bangunan
Urnurn 13
Kepmenkes
Syarat-syarat dan
907/MenkesSKNT/2003
Pengawasan Kualitas Air Minum. 14
Kepmendagri
34/2005 dan
Penyelenggaraan Kab/Kota
&Kepmenkes
1 1 3 8/MenKes/PB/V l ll/2005
Sehat
Untuk meminimalisasi kemungkinan dampak MP3EI khususnya di kegiatan ekonomi perikaoan, pertambangan dan pariwisata, Pemerintah Daerah dan Kabupaten/Kota perlu melihat keberadaan Regulasi bidang kesehatan dalam mendukung MP3EI. Perlu dj sosialisasikan ulang terhadap rambu-rambu hukum sehingga tidak menimbulkan resiko sekecil apapun dengan kata lain regulasi tersebut dalam upaya antisipasi dampak pada masyarakat.
4.
PILIHAN KEBIJAKAN
Sesuai dengan tema Rencana Kerja Pemerintah Tahtm 2012 yaitu "Percepatan dan Perluasan Pertumbuhan Ekonomi yang lnklusif dan Berkeadilan bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat", maka arah kebijakan dan strategi pembangunan wilayah akan
dilaksanakan
dalam
kerangka
memperluas
basis
pertumbuhan
dan
mempercepat pencapaian sasaran pembangunan, baik secara sektor maupun secara wilayah melalui pemantapan sinergi antarsektor, antara pusat dan daerah dan antardaerah dalam sinkronisasi kebijakan, program dan kegiatan pembangunan dengan mengoptimalkan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya yang ada yang ditujukan untuk menciptakan pembangunan yang merata dan berkeadilan serta meningkatkan kesejahteraan.
16
Pembangunan ekonomi yang terjadi sementara ini kalau dikaitkan dengan tuj uan pembangunan tersebut diatas, dapat diibaratkan sebagai ''masih jauh api dari panggang ".
Wilayah Jawa dan Bali sebagai pusat kegiatan ekonomi dengan
aktivitasnya yang pesat dan dukungan ketersediaan sarana prasarana penunjang aktivitas yang memadai, mampu memberikan
sumbangan PDRB sebesar 59
persen. Sementara sumbangan wilayah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua yang masih mengandalkan ketersediaan sumberdaya alam, sedangkan perkembangan sektor sekunder dan tersier yang relatif lambat hanya mampu memberikan sumbangan PDRB sekitar 17 persen. Dengan melihat hasil Sensus Penduduk 2010, tampak bahwa penyebaran penduduk masih terkonsentrasi di wilayah Jawa dan Bali yaitu sebesar 59,1 %, jauh dibandingkan konsentrasi penduduk di wilayah Maluku sebesar 1 persen. A.kibatnya, distribusi tingkat pengangguran terbuka dan kemiskinan akan terkonsentrasi Jawa-Bali. Kalau dilihat dari perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), meskipun perkembangan IPM di wilayah timur Indonesia cukup .
pesat, namun masih relatif tertingal jika dibandingkan daerah di wilayah barat Indonesia. Opsi pertama
:
membuat
we(fare planning
Mengingat adanya kesenjagan secara ekonomi, kependudukan dan sosial maka untuk menciptakan pembangtman yang berorientasi pada kepentingan masyarakat, perlu dibuat welfare planning. Tidak ada keraguan bahwa ada hubungan yang positif antara pertumbuhan ekonomi
dan
"operationalising
kemiskinan. pro-poor
Timmer grmvth"
(2004)
dalam
mengemukakan
studinya bahwa
tentang
setiap
1%
pertumbuhan ekonomi akan menurunkan tingkat kemiskinan 0,2-0,3%. Tentunya penurunan tingkat kemiskinan harus di imbangi dengan stabilnya distribusi pendapatan. Bila tidak maka akan sulit untuk menurunkan tingkat kemiskinan. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru yang dikenal dengan "daerah penyangga pusat pertumbuhan" sebagaimana terjadi di wilayah Jawa-Bali yang ternyata telah berdistribusi terhadap 56,39% kemiskinan dan sekitar 65% pengangguran di Indonesia.
17
Untuk mencegah teljadinya
"vulnerable of communities",
dengan kewenangan
yang dipunyai, Kepala Daerah hendaknya mempunyai skenario planning "
"welfare
karena selain dampak ekonomi yang diharapkan, suatu proyek
senantiasa akan memberikan dampak sosial dan kesehatan. Opsi kedua : penguatan kebijakan kesehatan
Mengatasi masalah kesehatan
akibat
pembangunan,
Pemerintah melalui
Kementerian Kesehatan sudah membuat dan mempunyai beberapa regulasi tentang perijinan dan pengawasan di bidang kesehatan dalam bentuk surat keputusan dan peraturan menteri kesehatan Walau regulasi di bidang kesehatan dalam menunjang MP3EJ sudah ada, namun regulasi tersebut masih dalam tataran sebagai pctunjuk teknis yang dapat dimanfaatkan dalam implementasi. Sebagai petunjuk teknis yang cenderung spesifik, setiap Daerah belum tentu tahu keberadaan regulasi yang kebanyakan berbentuk Permenkes ini. Kelemahan hlinnya adalah tidak adanya sanksi tegas apabila tidak di laksanakan. Terkait dengan kondisi tersebut, yang perlu dilakukan oleh Pemerintah adalah melakukan sosialisasi terhadap Pemerintah Daerah tentang berbagai regulasi di bidang kesehatan. Bilamana terdapat beberapa hal yang belum diatur oleh peraturan kesehatan, maka merupakan tugas Pemerintah Daerah untuk menyiapkan peraturan karena sebagaimana dalam PP 32 tahun 2004 tentang Pemerinta'h Daerah, dalam pasal 1 3 dan 1 4 disebutkan bahwa pemerintah daerah berwenang dalam penanganan bidang kesehatan. Dengan mengacu pada penjabaran Undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, yang metetapkan bahwa kesehatan merupakan bidang pemerintah yang wajib dilaksanakan oleh Kabupaten!Kota, Pemerintah Daerah dapat menyiapkan semua potensi kesehatan yang ada. Opsi ketiga : penguatan sumberdaya kesebatan Daerah
Suatu kondisi yang tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan senantiasa dihadapkan pada kesenjangan antarwilayah, tingkat sosial ekonomi. Kesenjangan ini juga berdampak pada akses terhadap pelayanan kesehatan. Di Propinsi Kalimanta Barat, Sulawesi Barat, NTT, Papua dan Maluku masih terdapat lebih dari 10% rumah tangga dengan jarak lebih dari 5 km dari
18
sarana
pelayanan
penyebaran
kesehatan.
tenaga
Kesehatan.
Kesenjangan Di
juga
wilayah
terlihat
timur
pada jumlah
Indonesia,
tidak
dan
semua
Puskesmas mempunyai tenaga Bidan walau Pemerintah sejak tahun 90-an sudah mencanangkan Program Bidan Desa, dimana sctiap Desa harus terdapat seorang Bidan. Penganggaran
kesehatan
juga
merupakan
problem
utama
karena
anggaran
kesehatan APBN yang di hmcurkan oleh pemerintah pusat sebatas anggaran kuratif. Anggaran yang bersumber dari Daerah selama ini baru berkisr dari APBD, padahal
4% - ?%
sudah ada kesepakatan dari Bupati dan Walikota se
Indonesia untuk mengalokasikan anggaran sebanyak
15%
dari total anggaran
Daerah. Dari segi sarana RS, Puskesmas dan UKBM yang tersedia saat ini sudah memadai apabila di bandingkan dengan jumlah penduduk, akan tetapi perlu di hi tung ulang dengan perangkat kerasnya. Selama ini pengelolaan sumberdaya kesehatan masih bersifat administratif, belum dikelola secara profesional dan masih bersifat top-down. Dengan menghitung .
kebutuhan organisasi, kebutuhan nyata di Iapangan, kebutuhan jangka panjang dan untuk tenaga kesehatan dengan cara menghitung beban kerja riil dan kapasitas masing-masing serta penerapan alokasi anggaran sebesar
15% dari total anggaran
daerah, Pemerintah Daerah hendaknya mampu melakukan penguatan sumberdaya
kesehatan
untuk
dapat
memberikan
dampak
positif terhadap derajat kesehatan
masyarakat.
5. Hal
yang sangat
fundamental
dalam upaya menjamin
REKOMENDASI adalah keikutsertaan gubemur, bupati/walikota
penyelenggaraan
kesehatan secara professional di
wilayahnya masing-masing, sebagaimana diamanatkan oleh
UU
No.22 tahun
1999 tentang Pemerintah Daerah dan PP No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Keikutsertaan Kepala Daerah
sejak
dari proses perencanaan kesehatan
hingga tahap evaluasi dan perbaikan akan memberi nilai tambah bagi implementor kesehatan di daerah. Memperhatikan
kewenangan
Pemerintah
Daerah
melaksanakan kesehatan, keberadaan regulasi dan
tentang
tanggung jawab
sumberdaya kesehatan hila
19
dikaitkan dengan MP3EI, dituntut adanya kemauan dan kemampuan Pemerintah Daerah untuk mengadaptasi, mengintegrasi, dan mensinergikan ke da1am dimensi MP3EI.
Peran
strategis
kesehatan untuk mengo1ah potensi 1oka1 di setiap
wilayah pengembangan ekonomi akan menjadi kunci keberhasilan imp1ementasi MP3EI. Berdasarkan pilihan memungkinkan
kebijakan
untuk
segera
yang ada,
pi l i han
kebijakan
diimplementasikan,
dapat
yang paling
maka
p ilihan
kebijakannya adalah melakukan.penguatan sumberdaya kesehatan.
Kepustakaan
Bappenas, Buk:u III Pembangunan Berdimensi Kewilayahan, Lamp iran Peraturan Presiden R1 No.29 Tahun 201 1 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2 0 1 2, Felecia P. Adam, Tren Urbanisasi Di Indonesia, Progqun Studi Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Pattimura, Email :
[email protected] .
Herie Laksono, The Strategic Role of Transmigration in The Implementation of Acceleration and Expansion of Indonesia Economic Development Badan Penelitian dan Pengembangan (BPP) Kementerian Dalam Negeri Keban, Yeremias, 1995 ; Urbanisasi-Ko nsep, Teori dan Kebijakan, materi Pelatihan Mobilitas Penduduk, PPK UGM, Yogyakarta. Salim, Fahruddi, 2006, Urbanisasi, Desa-Kota, Pusat Pertumbuhan, dalam tanggal 22 mei 2007
bttp://www.sinarharapan.go.id/ diakses
Timmer, Peter, 2004, Operationalising Pro-poor growth ; a country case study on Indonesia, A join initiative os AFD, BMZ, DFlD and the World Bank. Yunus, Hadi Sabari, 2005., Megapolitan ; Konsep, Problematika dan Proses, Pustaka Pelajar, Yogyakarta bnp://4bdi.wordpress.com/2009/03/ 17/sum ber-daya-manusia-sdm-masyarakat :1e1avan/. np://ar gi-saputra b l ogspot.com/20 12/ 1 1 /peta sebaran bahan- ga1 ian-d i ndonesia. html! occmed.oxfordjournals.org//occupational health hazards minning:an overview .
-
-
m
np://ww>v.l ivescience.com/ 1 1 173 -min ers face-hca lth-risks-goocl-days.html nv .akaction.org// minning and commtmity h ealth -
20
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian
_ama Penelitian
PERLUASAN PERCEPATAN DAN MASTERPLAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) DALAM PERSPEKTIF KESEHATAN
5 (Lima) bulan
Ketua Pelaksana,
drs. Setia Pranata, M.Si NIP. 1 9 660704 1 995031001
Disetujui,
Mengetahui,
Wakil Ketua PPI ::..&sat Human iora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Kepala, Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
�- dr. Lestari Han a ani M.Med PH NIP. 1 96007 1 7 1 989012001
Drg. Agu s uprapto, MKes NIP. 1 96408 1 3 1 9 9 1 0 1 1 001