KENAPA PAPA TIDAK JADI PENDETA Written by Max T. Maniku Monday, 24 January 2011 02:54 -
Kenapa Papa tidak jadi Pendeta ?
Pertanyaan ini diajukan oleh putri bungsuku AYUNDA WIJAYANTI di pagi hari Senin, 7 Juli 2003. Saat itu AYU sedang siapkan obat-obatku, sedang aku di pembaringan menyanyikan lagu karyaku ?Kasihnya Tuhanku?.
Setelah aku minum obat, tiba-tiba muncullah pertanyaan itu. Mungkin gadis 12 tahun ini selalu memperhatikan keseharianku di dalam kamar setelah satu tahun menderita sakit. Akupun mulai bercerita sebatas yang kiranya AYU dapat mencernanya pada saat itu (tahun 2003).
?
Nah, di bawah ini aku ingin menceritakan kisah hidupku untuk para sahabat 63.
? ?
?
1.??????????????? Cuti di pulau Sangihe
Sekembalinya aku dari tugas Operasi Dwikora Ganyang Malaysia di perbatasan Kalimantan Timur, aku mengambil cuti untuk pulang ke kampung halamanku pulau Sangihe untuk menjenguk ibunda tercinta.
1/7
KENAPA PAPA TIDAK JADI PENDETA Written by Max T. Maniku Monday, 24 January 2011 02:54 -
Terkejut aku dapati ternyata mama sakit dan dirawat di rumah. Belakangan baru aku tahu bahwa berita sakitnya ibuku yang dikirimkan kepadaku tidak diteruskan ke perbatasan tempat aku bertugas.
Keadaan ibuku sudah cukup parah. Pada saat-saat tertentu, sekujur badannya ada bintik-bintik merah kecil-kecil, dengan rasa gatal dan panas. Sesekali hilang, kemudian muncul lagi setelah satu minggu atau satu bulan.
Pada saat itulah aku bertekad untuk menjaga dan merawat mama sampai sembuh. Mama adalah sosok luar biasa, dia seorang diri membesarkan aku, mengirim aku sekolah SMA di Jakarta, sampai akhirnya aku menjadi Perwira TNI AD. Sejak usia 5 tahun, pada waktu papa meninggalkan kami, mama hidup menyendiri dalam sisa hayatnya.
Aku memutuskan untuk tinggal di kampung halamanku sambil merawat mama. Dengan meninggalkan Batalyon kesatuanku, aku sadar dan siap mental menghadapi segala resiko dan kemungkinan terburuk dalam karier militerku, demi pengabdian seorang anak kepada ibunda tercintanya.
Puji syukur kepada Sang Maha Kuasa, di awal tahun 1969, kondisi mama membaik ... selama 3 bulan. Dalam bulan Mei 1969, aku pamit kepada ibuku untuk kembali ke Jawa, siap lahir bathin menghadapi apapun yang terjadi di Batalyon-ku di Lawang nanti. Aku selalu berdoa : ?Ya Tuhanku, tolonglah ibuku...?
?
2.??????????????? Menunggu proses status Militer
Setelah menjalani masa ?pendisiplinan? yang sudah kita tahu semua dari PUD, PDT, PHT dsb, aku menunggu nasibku di Mess Lawang Sewu Yon Zipur-5 Lawang.
2/7
KENAPA PAPA TIDAK JADI PENDETA Written by Max T. Maniku Monday, 24 January 2011 02:54 -
Nopember 1969, baru 6 bulan aku tinggalkan mama, aku mendapat berita bahwa mama menderita sakit lagi. Aku tidak mungkin pulang, karena masih dalam penantian hasil proses ?pendisiplinan? tadi.
Pada tanggal 21 Juli 1970, setelah setahun 2 bulan aku tinggalkan mama, aku menerima berita bahwa .... mama telah dipanggil Bapa di Surga dan menghadap ke Hadirat Allah ......
Aku hanya pasrah, karena keadaan ini tidak memungkinkan aku pulang ke kampung halamanku, dan memang aku belum diizinkan untuk pergi.
Tetapi ada satu hal yang aku rasakan aneh, yaitu bahwa aku yang pada saat itu masih di dalam ?proses? ini ditunjuk oleh Dan Yon pak ARI BANDIYOKO untuk menjadi Perwira Pemenangan Pemilu 1971 di lingkungan Batalyon. Aku hanya seorang diri memberikan penataran kepada seluruh anggota, ibu-ibu Persit, purnawirawan dan remaja di lingkungan Yon Zipur-5. Program berjalan dengan jadwal panjang dan marathon. Alasan pak ARI, tugas Pemilu ini harus diselesaikan oleh MAX, baru setelah itu MAX bisa pulang ke kampung halamannya.
Ternyata pak ARI betul-betul menepati janjinya, dengan tiket pesawat ke Manado, dan lanjut dengan kapal laut ke pulau Sangihe. Puji Tuhan, pada tanggal 10 Januari 1971 siang aku sudah dapat berdoa di pusara bunda tercinta.
?
3.??????????????? Peluang menjadi Pendeta Tentara
Pada waktu sekitar seminggu setelah menerima berita perginya Mama, ada satu kejutan dalam hidupku, tepatnya tanggal 30 Juli 1970 selepas aku selesai menatar Pemilu bagi ibu-ibu Persit Kompi Markas. Ada peluang untuk menjadi Pendeta Tentara, satu fungsi yang rasanya aku bisa mengabdikan diriku di lingkungan TNI AD. Perwira Rohani Korem yang aku kenal, memberi tahu bahwa ada rencana perekrutan untuk Perwira Rohani Protestan, melalui pendidikan
3/7
KENAPA PAPA TIDAK JADI PENDETA Written by Max T. Maniku Monday, 24 January 2011 02:54 -
Theologia di Institut Injil Indonesia (III) di Batu. Di masa yang sedang ?tak menentu? ini aku terkejut dan suka cita. Aku disuruh membuat surat permohonan kepada Dan Yon, dan bila diizinkan Dan Yon akan mengajukan kepada Pangdam V/Brawijaya. Kemudian setelah keputusan perizinan keluar, ?kami yang melanjutkan prosesnya....? begitu tutur pendeta yang berpangkat Kapten itu. Dijelaskan pula bahwa jangka waktu perkuliahan di III Batu itu berlangsung selama 4 tahun, dengan lulusannya bergelar Sarjana Theologia (STh) dan akan dimulai pada bulan September 1971.
Karena karier militerku sudah terasa berada pada jalur yang ?gelap?, langsung aku terima tawaran itu. ....... siapa tahu aku bisa menuju ke sana. Saat itu juga aku melapor kepada Perwira Seksi-3/Personil Kapten CZI NONONG SUDARSONO. Besok paginya aku serahkan Surat Permohonanku kepada Kasi-3/Pers, kemudian aku pasrah .... dan menunggu lagi.
?
4.??????????????? Bertanya dalam penantian
Jadi pada saat itu aku mempunyai 2 penantian proses. Yang satu menyedihkan, sedang yang kedua sangat menggembirakan hati yang sedang dalam keadaan tidak menentu seperti ini.
Yang dapat kulakukan hanya bertanya dan bertanya terus kepada Staf Personalia atau langsung kepada mas NONONG S. yang memang sudah aku kenal sejak di Panorama. Beliau seorang senior yang pada masa mudanya adalah pemain basket handal, berpribadi menarik, murah senyum, supel dan sangat familiar. Beliau selalu memberi jawaban yang sama saja, itu itu juga. Tapi aku tidak pernah bosan mendengarnya, malah merasa gembira.
?Sabar Mek, sudah diproses ke Kodam. Tunggu saja keputusan Panglima.?
Tiap bulan aku selalu bertanya, dan beliaupun tetap menjawab dengan senyum khasnya yang menyejukkan hatiku yang sedang penuh gemuruh melodi kehidupan ini. Bersyukur aku kepada Tuhan, dan terima kasih kepada pak ARI, karena dengan kegiatan penataran Pemilu dan Golkar yang non stop tiap hari, aku seakan-akan melupakan sementara problem pribadiku,
4/7
KENAPA PAPA TIDAK JADI PENDETA Written by Max T. Maniku Monday, 24 January 2011 02:54 -
apalagi bila sedang berhadapan dengan 3 unsur : ibu-ibu Persit, purnawirawan dan remaja.
Bayangkan, Yon Zipur-5 mempunyai 4 Kompi Lapangan (A,B,C,D), 1 Kompi Ran Harpal, 1 Kompi Markas. Penataran tiap hari per Kompi yang punya 3 unsur, ada 2 materi yang disampaikan yaitu pemenangan Pemilu dan Golkar. Secara matematis kalau dihitung jumlah penataran itu adalah : 2 materi x 3 unsur x 6 Kompi, jadi total 36 kali. Banyak kendala hingga tidak semua berjalan mulus, baik karena situasi Kompi yang tidak selalu dalam keadaan siap, atau kadang aku harus menghadiri Penataran di Korem Malang, di Kodam Surabaya, di Korpri Malang. Memang asyik juga, karena kesibukan pergi kesana kemari, aku mendapat banyak teman baru. Pokoknya semua sangat menghibur.
Sampai sekitar sebelum jadwal perkuliahan III dimulai, jawaban yang aku terima masih itu-itu juga. Bahkan akhirnya jawaban kedua penantian itu memang tidak datang juga.
Mau bagaimana lagi ...? aku hanya pasrah dan ?nrimo? saja. Aku meyakini bahwa segala sesuatu sudah ada yang mengatur ..... DIA, Tuhan Allah kita yang empunya hidup kita ini.
Tragis, ajaib dan aneh .... kita tidak bisa selami, kita tidak bisa menduga apa sebenarnya kehendak Sang Khalik.
?
5.??????????????? Sandiwara itu akhirnya terbuka
Singkat cerita ... akhirnya di lingkunganku Golkar menang dalam Pemilu 1971. aku merasa bangga juga dan bersyukur kepada Tuhan bahwa jerih payahku menatar ternyata tidak sia-sia.
Pada pangkat LETTU aku dipercaya menjabat Perwira Seksi-3/Personalia, menggantikan mas SJAMSURIN.
5/7
KENAPA PAPA TIDAK JADI PENDETA Written by Max T. Maniku Monday, 24 January 2011 02:54 -
Naaah, bebaslah aku karena berkesempatan mencari dokumen di Staf Personalia ini.
Pada suatu siang sehabis apel, semua staf-ku sudah pulang, dengan tenang aku teliti semua dokumen tahun 1970 khususnya mengenai proses permohonanku dulu. Dan syukurlah? ..... aku menemukannya.
Yaaah, ternyata ..... sampai kiamatpun tak akan ada Surat Keputusan Panglima, karena surat permohonanku tidak kemana-mana, tetap terpaku dalam bundel di staf Personalia ini.
Ada hal yang menarik bagiku, yaitu ada catatan sedikit tulisan tangan pak ARI BANDIYOKO sebagai disposisi Dan Yon Zipur-5? : ... supaya ditangguhkan ....
Terima kasih Tuhan. Amin. Aku telah menemukan jawabannya.
Aku mengembalikan dokumen itu ke tempatnya. Tidak etis bagiku untuk mengambil dokumen militer ini, sampai akhirnya aku pindah menjadi Komandan Kompi D di Kepanjen, dan posisiku digantikan oleh Lettu SUGITO.
?
6.??????????????? Jumpa ceria mas NONONG di Bandung
Setelah 10 tahun bertugas di Yin Zipur-5 (1965-1975), pindahkah Kapten MAX ini ke Kodam XVII/Cendrawasih. Selama 7 tahun bertugas di Jayapura (1975-1982) aku sempat mengalami 2 kali kenaikan pangkat menjadi Mayor dan Letnan Kolonel. Pangkat Letkol ini aku sandang selama 18 tahun (1978-1996/pensiun). Dari Jayapura pada tahun 1982 Letkol MAX dipindahkan ke Bandung ditugaskan di Pusbangpur bersama bang RUSLI NASUTION dan mas SABAWA (Artileri 1963). Tidak jauh dari Markas Pusbangpur di jalan Aceh, ada Markas
6/7
KENAPA PAPA TIDAK JADI PENDETA Written by Max T. Maniku Monday, 24 January 2011 02:54 -
Kokondam VI/Siliwangi di jalan Jawa. Di sanalah mas NONONG S. berada sebagai Dan Kokondam. Kami berjumpa dalam suasana meriah bagaikan saudara yang sudah lama tak bertemu. ? Hati kami yang banyak berbicara tentang peristiwa batalnya keinginanku menjadi Pendeta pada tahun 1970.
Mas NONONG masih tetap seperti dulu, senyumnya, supelnya dan familiarnya.
?MEK, jadi kamu sudah tahu ya ??
?Betul mas, saya justru sangat berterima kasih karena mas tidak memberitahu yang sebenarnya.?
?Lho, kenapa MEK ??
?Karena dengan begitu aku masih merasa punya harapan baik dalam penantian itu ... untuk menjadi Pendeta Tentara. Kalau pada waktu itu mas katakan yang sebenarnya bahwa permohonanku tidak dilanjutkan, barangkali sudah hancur dan punahlah harapanku waktu itu ....?
Begitulah, Tuhan senantiasa memberikan yang terbaik bagi kita. Terimalah itu dengan percaya, apapun adanya.
?
Turen, 16 Januari 2011
7/7