NO.13
OKTOBER 2005 PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA
“Aku Ingin Tinggal di Gunung Minobu Selama-lamanya” Oleh: Shami Josho S.Ekaputra “Tidak menjadi masalah dimanapun Aku meninggal, mohon buatlah makamKu di Gunung Minobu, dimana Aku menyebut O’Daimoku dan Saddharma Pundarika Sutra dalam kedamaian selama sembilan tahun. Aku ingin tinggal di Gunung Minobu selama-lamanya.” (Hakii Dono Gosho)
I
nilah sekelumit pesan-pesan dari Nichiren Shonin pada tanggal 19 September 1282, beberapa minggu sebelum Beliau meninggal di kediaman Ikegami Bersaudara. Perjuangan demi hukum dan kebenaran selama berpuluhpuluh tahun tidak berakhir dengan meninggalnya Nichiren Shonin, tetapi Beliau telah meletakkan dasar Kosenrufu, untuk mewujudkan Tanah Buddha di dunia Saha ini. Kita, umat Nichiren Shu memperingati meninggalnya Nichiren Shonin dalam sebuah upacara yang disebut O’eishiki Hoyo dan dilaksanakan setiap tahun pada tanggal 13 oktober. O’eishiki telah menjadi sebuah upacara yang sangat meriah dan selama sebulan diadakan berbagai macam kegiatan peringatan meninggalnya Nichiren Terlihat digambar, suasana di kediamana Ikegami Bersaudara ketika Nichiren Shonin meninggal dunia pada tanggal 13 Oktober 1282 1
No.13 / Oktober 2005
Ket.Pawai dari seluruh kuil Nichiren Shu
Shonin baik di Gunung Minobu maupun Kuil Ikegami Bersaudara dan kuil-kuil Nichiren Shu lainnya. Setelah memberikan peringatan kepada pemerintah Kamakura sebanyak tiga kali atas segala kekeliruan dan pelaksanaan ajaran Buddhisme yang salah, baik melalui “Rissho Ankoku Ron” maupun “Kaimoku Sho” yang mengupas secara jelas akan segala kekeliruan yang dilakukan semua sekte Buddhisme pada masa itu, dan juga menyatakan bahwa hanya melalui Saddharma Pundarika Sutra, maka segala bencana dan malapetaka yang menimpa negara Jepang dapat diselamatkan. Nichiren Shonin sebagaimana kebiasaan para arif bijaksana pada jaman dahulu, bahwa jika peringatan yang disampaikan sebanyak tiga kali tidak ditanggapi oleh pemerintah, maka Ia akan mengasingkan diri dari kehidupan masyarakat. Maka, pada tanggal 17 Mei 1274, Nichiren Shonin memasuki Gunung Minobu, untuk menjalani kehidupan pengasingan sukarelaNya. Hal ini dilakukan atas dasar kecintaanNya kepada
negara dan rakyat, dapat dilihat dalam risalah Beliau “Kaimoku Sho”, Nichiren Shonin menyatakan Tiga Janji Agungnya; “Aku akan menjadi Tiang, Mata dan Bathera bangsaKu.” Sungguh sebuah Janji yang sangat patriotisme, maka sudah menjadi kewajaran bagi setiap orang untuk mencintai negaranya, demikian halnya dengan umat Nichiren Shu Indonesia. Keadaan kehidupan yang tidak menentu, baik makanan dan tekanan yang dialami oleh Nichiren Shonin, membuat kondisi fisik Beliau semakin memburuk hari demi hari. Akibat dari berbagai kritik demi kebenaran Dharma, Beliau seumur hidup mengalami berbagai macam penganiayaan dan hukuman seperti hukuman pembuangan ke semenanjung Izu, pembuangan ke Pulau Sado, penganiayaan
Matsubagayatsu, Penganiayaan Tatsunokuchi dan lain-lain. Setelah tinggal di Gunung Minobu, kesehatan Beliau beberapa tahun kemudian semakin memburuk, dan atas desakan dari Tuan Tanah Hakii Sanenaga agar Ia mau pergi untuk menjalani perawatan di sumber air panas Hitachi, Tokyo. Akhirnya setelah tinggal selama sembilan tahun di Gunung Minobu, Nichiren Shonin meninggalkan Gunung Minobu untuk pertama kalinya. Pada kesempatan ini, Beliau juga berjiarah ke makam orangtuanya. Namun, sungguh disayangkan karena kondisi yang semakin memburuk, maka Nichiren Shonin tidak dapat melanjutkan perjalanannya ke sumber air panas Hitachi, dan beristirahat di kediaman Ikegami Bersaudara. Nichiren Shonin, yang mengetahui bahwa hidupnya tidak lama lagi akan berakhir, ini dapat kita baca dalam Gosho Ganso Kado Ki dikatakan, “Pada tanggal 25 september, Nichiren memberikan ceramah tentang Rissho Ankoku Ron kepada rombongan dari Kamakura, dan Beliau mengatakan mungkin hidupnya akan berakhir dalam dua puluh satu hari lagi, dan akan terjadi sebuah gempa kecil ketika Beliau meninggal dunia. Dan Ia juga meminta agar para pengikut yang jauh dan tidak dapat hadir dapat berdoa dan mempesembahkan setangkai bunga untukNya.” Nichiren juga menetapkan Enam Murid Utama (Renge Ajari Nichiji, Iyo-ko Nitcho, Sado-ko Niko, Byakuren Ajari Nikko, Daikoku Ajari Nichiro, dan Ben Ajari Nissho) pada tanggal 8 Oktober 1282, dengan pesan agar semua muridmurid dan pengikutnya mematuhi
Nichiren juga menetapkan Enam Murid Utama (Renge Ajari Nichiji, Iyoko Nitcho, Sado-ko Niko, Byakuren Ajari Nikko, Daikoku Ajari Nichiro, dan Ben Ajari Nissho) pada tanggal 8 Oktober 1282, dengan pesan agar semua murid-murid dan pengikutnya mematuhi dan mengikuti petunjuk dari ke Enam Murid UtamaNya setelah kematianNya.
2
No.13 / Oktober 2005
dan mengikuti petunjuk dari ke Enam Murid UtamaNya setelah kematianNya. Nichiren Shonin, adalah seorang yang sangat lembut hatinya dan tegas dalam prinsip dan keyakinan. Karakter Beliau dapat kita baca dari surat-surat yang dikirimkan
segala rintangan dan tantangan dalam kehidupan ini? Pada tanggal 13 Oktober 1282, jam 6:00 pagi, terjadi sebuah gempa kecil dan sekitar antara jam 9-10 pagi, Nichiren Shonin meninggal dunia dengan penuh kedamaian diiringi oleh O’Daimoku dari seluruh murid dan pengikut yang hadir dikediaman Ikegami Bersaudara. Pohon-pohon Sakura dihalaman kediaman Ikegami Bersaudara, seketika berbunga dengan indahnya, menandakan bahwa Hukum “Namu Myoho Renge Kyo” akan tersebarluas pada Masa Akhir Dharma, Hutan disekeliling kediaman Ikegami menjadi sepi dan sunyi bagaikan turut berduka dan yang tersisa adalah suara tanggis dari para murid-murid dan pengikut. Sesuai
Marilah kita mewujudkan Kosenrufu diseluruh dunia dengan menyebarluaskan O’daimoku “Namu Myoho Renge Kyo”, menciptakan keharmonisan dalam keluarga, semangat untuk mencapai KeBuddhaan baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
kepada seluruh murid-muridnya. Kata-kata yang penuh perhatian terhadap segala persoalan yang dihadapi oleh para muridnya seperti Shijo Kingo, Toki Jonin dan lain-lain. Sikap yang tegas dan gigih dalam mempertahankan hati kepercayaan kepada Saddharma Pundarika Sutra harus menjadi contoh bagi kita, Beliau tidak pernah mundur meskipun nyawaNya dalam ancaman. Kata-kata yang terkenal dalam salah satu surat yang dikirimkan dari Pulau Sado, setelah lolos dari hukuman pancung, “Seumur hidupku, Aku belum dapat membalas budi baik kepada orangtua, apalagi kepada negara. Sekarang, Aku mempersembahkan kepalaku kepada Saddharma Pundarika Sutra dan mengirimkan doa kepada kedua orangtuaKu. Juga, Aku mempersembahkan seluruh kebajikanKu kepada semua murid-murid dan pengikutKu.” Bukankah ini juga harus menjadi sikap diri kita dalam menghadapi
dengan pesan terakhir dari Nichiren Shonin, maka setelah diperabukan, abuNya dibawa ke Gunung Minobu untuk dimakamkan. Gunung Minobu, adalah
sumber spiritual bagi seluruh muridmurid Nichiren Shonin, disini terdapat Kuil Kuon Ji yang didirikan oleh Nichiren Shonin dan makamNya, tentu saja hal ini memberikan posisi tertinggi bagi Gunung Minobu. Sebuah Gunung yang indah dengan perpohonan yang asri dan lebat, menghijau bagaikan hamparan permadani, dan suara air yang sejuk dan jernih mengalir sepanjang musim. Sungguh sebuah keindahan yang tiada tara, suara Odaimoku mengema menutupi seluruh pengunungan bagaikan sebuah konser kehidupan yang abadi. Disinilah Nichiren Shonin hidup untuk selama-lamanya. Kini, Beliau telah tiada, namun api semangat dan keinginan luhur Beliau terus bersemi dihati seluruh pengikutNya. Marilah kita memperingati O’eishiki ini dengan semangat baru untuk mewujudkan Kosenrufu diseluruh dunia dengan menyebarluaskan O’daimoku “Namu Myoho Renge Kyo”, menciptakan keharmonisan dalam keluarga, semangat untuk mencapai KeBuddhaan baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Gassho.
Ket. (Atas) Lukisan Nichiren Shonin, (Bawah) Makam Nichiren Shonin di Gunung Minbou
3
No.13 / Oktober 2005
Bimbingan Oleh:
YM.Bhiksuni Myosho Obata
(Bhiksuni Pembimbing Indonesia)
Janji Agung
Sang Buddha “MA JI SA ZE NEN, I GA RYO SHU JO, TOKU NYU MU JO DO, SOKU JO JU BUS SHIN”
I
ni adalah kutipan kalimat dari bagian akhir Saddharma Pundarika Sutra, Bab.XVI "Jangka Waktu Hidup Sang Buddha”. Maknanya adalah "Aku selalu berpikir, Bagaimana aku dapat membuat semua mahluk hidup untuk dapat masuk kedalam jalan yang tertinggi/agung dan dengan cepat menjadi para Buddha?” Buddha Sakyamuni telah lahir 2500 tahun yang lalu, disuatu tempat di kaki Gunung Himalaya sebagai pangeran dari suku Sakya. Setelah meninggalkan duniawi, pangeran itu melatih / menjalankan pertapaan selama 6 tahun sebelum mencapai Jalan Penerangan Agung, Buddha. Sejak itu, Ia telah mengajar banyak orang tentang Dharma kebenaran. Untuk mengatakan tentang Kebenaran itu, bagaimanapun Buddha yang mula-mula adalah hidup abadi, muncul untuk sementara di dalam dunia ini untuk memimpin semua mahluk mengenai jalan / arah kebenaran. Hal ini dinyatakan dalam Saddharma Pundarika Sutra, “Sejak Aku mencapai KeBuddhaan, hal ini telah berlalu beribu-ribu tahun masa yang tak terkira. Jangka waktu dari HidupKu adalah tak terhingga;
Ket. Gambaran Dunia Saha dalam sebuah Mandala Tibet
4
No.13 / Oktober 2005
Janji AgungNya adalah "membuat semua mahluk untuk mencapai KeBuddhaan yang agung dengan membimbing mereka semua memasuki Tanah Buddha dan mewujudkan dunia ini menjadi sebuah dunia yang penuh kedamaian hati dan pikiran untuk setiap mahluk hidup." Aku telah ada untuk Kalpa yang tak terhingga tanpa kemokshaan”. Buddha Sakyamuni yang sejati / sesungguhnya adalah Buddha yang tidak pernah moksha. Ia terus hidup sampai hari ini, selalu melihat dan membimbing kita. Ia disebut Buddha yang sejati yang mencapai Penerangan sejak masa lampau yang abadi. Gambaran umum tentang dunia Saha ini; sebuah dunia yang tidak kekal dan penuh kecurangan, dimana manusia terbakar oleh api neraka, dihanguskan oleh api iblis hawa nafsu, dan mendapatkan penderitaan karena berbagai ketakutan dan penyakit. Pada kenyataannya, bagaimanapun, ini adalah dunia yang dijaga dengan penuh welas asih oleh Buddha Sakyamuni, yang menyelamatkan kita semua dari penderitaan didunia yang penuh kecurangan ini. Karena itu Sang Buddha selalu hidup untuk selamanya, Ia berkeinginan untuk menyelamatkan orang-orang dari penderitaan yang abadi. Janji AgungNya adalah membuat semua orang untuk mencapai KeBuddhaan yang agung dengan membimbing mereka semua memasuki Tanah Buddha dalam mewujudkan dunia ini menjadi sebuah dunia yang penuh kedamaian hati dan pikiran untuk setiap mahluk hidup. Nichiren Shonin berkata dalam Rissho Ankoku Ron,“Kamu harus segera membuang kepercayaan yang palsu dan mengambil ajaran yang sesungguhnya dan benar, Kendaraan Tunggal. Sehingga dunia ini tidak pernah akan rusak. Semua isi dunia di dalam alam semesta akan menjadi dunia pusaka dan
pusaka dunia ini tidak pernah akan binasa. Ketika dunia kita ini tidak rusak dan tidak binasa, badan dan hati kita akan selamat. Percayalah kata-kata ini dan memujanya." Nichiren Shonin mengajar kepada kita untuk melaksanakan Saddharma Pundarika Sutra yang merupakan intisari dari ajaran Sang Buddha dan menyebut “Namu Myoho Renge Kyo.” Ia mengharapkan kepada kita semua, agar dengan sunggusungguh hati menaruh kepercayaan kepada Saddharma Pundarika Sutra dan menyebut O'daimoku, kita akan dapat memasuki dunia kebijaksanan dan welas asih dari para Buddha, karena itu maka gagasan dari Rissho Ankoku akan menjadi kenyataan. Istilah "Rissho Ankoku Ron" berarti kita mau merubah negeri kita menjadi Tanah Suci melalui tindakan yang berbudi luhur kita dan hidup dalam masyarakat berdasarkan kepercayaan kepada Saddharma Pundarika Sutra, yang merupakan Dharma yang sesungguhnya. Ketika semua orang-orang mencari / memasuki tempat perlindungan di dalam Dharma yang benar, dan semua bidang pemerintahan, ekonomi, dan aktivitas budaya semua dimasuki oleh jiwa Saddharma Pundarika Sutra ini, maka Tanah Suci Buddha akan menjadi kenyataan. Ini berarti bahwa sebuah dunia yang ideal adalah tidak ada dunia yang berikutnya atau dunia lain tetapi di dalam dunia nyata ini (Saha) yang akan menjadi Tanah Suci Buddha. Aku pikir, bukankah ini waktunya kita perlu belajar ajaran dari Saddharma Pundarika Sutra, menwujudkan hidup kita yang suci,
5
dan melalui diri kita mewujudkan dunia ini sebagai sebuah dunia yang lebih baik untuk tempat tinggal? Ketika hal itu terlaksana, apa yang diinginkan oleh Sang Buddha akan terwujud, sebagaimna yang Ia katakan dalam Saddharma Pundarika Sutra Bab.XVI, bagian akhir: “Tanah milikKu ini akan menjadi tenang dan terisi oleh mahluk-mahluk surgawi.” Gassho.
Kepada Yth, Para pembaca Buletin "Lotus" Redaksi Buletin "Lotus" menerima sumbangan naskah ceramah atau bahanbahan lainnya, tentunya yang sesuai dengan misi dari buletin ini. Setiap naskah yang kami terima akan dipilih yang sesuai untuk dimuat. Dan bagi yang ingin berlanganan secara tetap dapat menghubungi kami di
[email protected] atau di Hp.081311088060 atau anda juga dapat menghubungi sangha grup setempat. Buletin "Lotus" juga dapat diperoleh dengan cara download di www.nshi.org, bagian berita. Anda juga dapat mengikuti milis grup di Internet dengan alamat www. yahoogroups.com/group/nshi Gassho, Namu Myoho Renge Kyo
No.13 / Oktober 2005
Seri Pelajaran Mahayana
SAD PARAMITA (Enam Perbuatan Luhur) ( BAGIAN. iiI) 4. Tathagata Dhyana; dhyana yang dilaksanakan oleh para Tathagata yang telah mengetahui Pengetahuan yang Tertinggi dan selalu bersedia untuk mengabdi kepada semua makhluk.
6. Prajna Paramita
P
rajna Paramita merupakan Paramita yang terpenting; yaitu perbuatan luhur mengenai Kebijaksanaan. Terdapat dua makna dalam Prajna, yaitu : (1) Prajna yang kekal. (2) Prajna yang berfungsi sejalan dengan ke lima Paramita lainnya. Usaha pengembangan prajna ini terdapat tiga jalur yang mengarah kepada suatu pendalaman (intuisi) dan pengetahuan, yaitu : a. berdasarkan ajaran orang lain atau sutra suci tertulis ataupun lisan [sutamaya panna], b. berdasarkan pemikiran yang mendalam [cintamaya panna], dan c. berdasarkan meditasi pengolahan dan realisasi [bhavanamaya panna] Selain Enam Paramita tersebut di atas, terdapat juga Empat Paramita tambahan, yaitu : 1. Upaya-Kausalya Paramita; merupakan kemahiran dalam perbuatan atau adaptasi dari usaha usaha untuk perubahan guna memberikan pertolongan secara luhur 2. Pranidhana Paramita; aspirasi atau resolusi luhur 3. Bala Paramita; kekuatan atau kemampuan luhur 4. Jnana Paramita; pengetahuan luhur Sedangkan dalam Buddhisme Theravada dikembangkan tindakan Bodhisattva dalam Sepuluh Kebajikan Luhur atau Sepuluh Parami, dengan urutan sebagai berikut : 1. Kemurahan hati [Dana] 2. Kesusilaan [Sila] 3. Penglepasan Keduniawian [Nekkhamma] 4. Kebijaksanaan [Panna] 5. Kegiatan [Viriya] 6. Kesabaran [Khanti]
5. Dhyana Paramita
D
hyana Paramita merupakan perbuatan luhur mengenai samadhi. Terdapat 4 jenis Dhyana sebagaimana dinyatakan dalam ajaran Yogacara, Lankavatara Sutra, yaitu : 1. Balopacarika Dhyana; dhyana yang dilakukan oleh Sravaka dan Pratyekabuddha dengan merenungkan tentang ketidak-kekalan dari sifat ke-aku-an. 2. Artapravicaya Dhyana; dyana yang dilaksanakan oleh para Bodhisattva yang telah mengerti hakekat Keberadaan dari alam semesta. 3. Tathatalambana Dhyana; dhyana yang terdiri dari pengkajian atas Keberadaan dari Kebenaran serta merenungkannya. 6
No.13 / Oktober 2005
7. Kejujuran [Sacca ] 8. Keputusan [Adhitthana] 9. Cinta-Kasih [Metta] 10.Keseimbangan [Upekkha] Sang Buddha bersabda: ”Hendaklah ia menjaga ucapan dan mengendalikan pikiran dengan baik serta tidak melakukan perbuatan jahat melalui jasmani. Hendaklah ia memurnikan tiga saluran perbuatan ini, memenangkan ` Jalan ‘ yang telah dibabarkan oleh Para Suci.“ (Dhammapada, 281). SELESAI.
KONSEP TRI KAYA & PANCA DHYANI BUDDHA ( BAGIAN. I)
Tri Kaya
B
uddhisme Mahayana mengenal adanya konsep TriKaya (Tiga Rangkap Tubuh) sebagai suatu pengertian yang bersifat transenden, yaitu melampaui hal-hal keduniawian. Pengertian Tri-Kaya ini hanya dapat dipahami secara intuisi dan sebenarnya dapat pula tercermin dalam diri kita sendiri sebagai suatu benih Kebuddhaan yang bersemayam di alam kesadaran ke-8 atau alayavijnana atau biasa disebut juga Tathagatagarbha. Tri-Kaya dapat dibagi menjadi Dharma-Kaya, SambhogaKaya dan Nirmana-Kaya.
Dharma-Kaya Dharma-kaya yang merupakan sumbernya Dharma dan lambang kesunyataan sebagai suatu hakikat yang hakiki tanpa bentuk dan warna, senantiasa memenuhi seluruh alam semesta dan tidak dapat diungkapkan ataupun diuraikan dengan kata-kata. Umat Buddha Mahayana mempermudah perwujudan Dharma-
Kaya ini dalam bentuk rupang Buddha sebagai obyek pemujaan, obyek untuk konsentrasi dan pencurahan bhakti. Dhama-Kaya ini diwakili oleh Buddha Amitabha sebagai Dhyani Buddha. Sedangkan dalam Tantrayana, Dharma-Kaya dianggap sebagai suatu perwujudan dari Sang Adi Buddha yang dapat dipandang sebagai suatu sifat Yang Mutlak atau Yang Senantiasa Berada Di Segala Tempat.
Sambhoga-Kaya Sambhoga-Kaya merupakan Sinar Agung yang terpancar dari tubuh Sang Buddha dan merupakan manifestasi sifat dasar Buddha yang dimiliki oleh Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna [Samyaksambodhi/Sammasambodhi] atau Bodhisattva yang telah mencapai bhumi tingkat ke-10. Sambogha-Kaya berwujud sebagai kekuatan atau cahaya yang hanya dapat dirasakan secara rohani, diwujudkan dalam bentuk simbol dari kelahiran dan kematian. Dalam Suvarnaprabhasa dan Abhisamayalankara-karika 7
dijelaskan bahwa Sambhoga-Kaya adalah suatu tubuh yang sangat halus dari Buddha, diberkahi dengan semua tanda dari mahapurusa dan umumnya dianggap oleh Buddha untuk memberikan kebenaran yang lebih tinggi termasuk kebenaran metafisika kepada para Bodhisattva yang telah sangat maju. Umat Buddha Mahayana mempermudah perwujudan sifat Cinta Kasih dan Kasih Sayang yang merupakan sifat dasar Buddha dalam bentuk Sambhoga-Kaya yang diwakili oleh Bodhisattva Avalokistesvara sebagai Dhyani Bodhisattva.
Nirmana-Kaya Nirmana-Kaya merupakan perwujudan dari Sang Buddha dalam usaha melaksanakan misinya kepada manusia dalam bentuk badan jasmani yang kita lihat sebagai perwujudan dari Siddharta Gautama, dengan 32 tanda seorang Manusia Agung [Dvatrimsam mahapurusa laksanani/ Dvattimsa mahapurisa lakkhanani] yang dicapai oleh Sang Buddha dalam beberapa kehidupan Beliau sebelumnya karena telah mentaati
No.13 / Oktober 2005
Lima Dhayani Buddha : Buddha Ratnasambhava, Buddha Bhaisajyaguru, Buddha Vairocana, Buddha Amitabha, Buddha Amitayus.
dan menjalankan paramita secara sempurna. Dalam Mahapadana Sutta, Digha Nikaya I yang merupakan bagian dari Sutta Pitaka, tercatat ketika Buddha Gautama berada di Kareri-kuti di Jetavana Arama yang dibangun oleh Anathapindika, telah menguraikan kehidupan lampau dan kelahiran Sang Buddha dengan 32 tanda seorang Manusia Agung, yaitu: 1. Te l a p a k k a k i y a n g r a t a [suppatithita-pado] 2. Telapak kaki yang bercirikan suatu roda dengan seribu jeruji [Utsanga pado]
3. Bentuk tumit yang bagus [ayatapanhi] 4. J a r i - j a r i y a n g p a n j a n g [dighanguli] 5. Tangan dan kaki yang lembut dan halus [mudutaluna] 6. Tangan dan kaki yang bagaikan jala [jalahattha-pado] 7. Tulang pergelangan kaki yang seperti kulit kerang [ussankhapado] 8. Paha yang seperti raja rusa jantan [enijanghi] 9. Tangan yang mencapai ke bawah lutut 10. Alat t u b u h r a h a s i a l e l a k i yang terbungkus oleh selaput [kosohita-vatthaguyho] 11. Wa r n a k u l i t n y a b a g a i k a n perunggu berwarna emas 12. Kulitnya sangat licin sehingga tidak ada debu yang dapat melekat di tubuhnya 13. Dari setiap pori-pori di kulitnya ditumbuhi sehelai rambut 14. Rambut yang berwarna biru kehitam-hitaman bertumbuh keriting ke atas, berbentuk lingkaran kecil dengan arah berputar ke kanan 15. Potongan tubuh yang agung [brahmujju-gatta] 16. T u j u h o t o t y a n g k u a t [sattussado] 17. Dada yang bagaikan dada singa [sihapubbaddha kayo] 8
18. Di kedua bahunya tidak ada lekukan 19. Potongan tubuhnya bagaikan pohon beringin [Nigrodha], tinggi tubuhnya sama dengan rentangan kedua tangannya begitu pula sebaliknya. 20. Bahu yang sama lebarnya [samavattakkhandho] 21. Indria perasa yang sangat peka [rasaggasaggi] 22. Rahang yang bagaikan rahang singa [sha-banu] 23. Empat puluh buah gigi 24. Gigi yang sama rata [samadanto] 25. Gigi yang tetap [avivara-danto] 26. Gigi yang putih bersih 27. Lidah yang panjang dan lebar [pahuta-jvha] 28. Suara bagaikan suara brahma yang seperti suara burung Karavika 29. Mata yang biru tua [Abhinila] 30. Bulu mata yang penuh seperti bulu mata raja sapi jantan [gopakhumo] 31. Di antara alis matanya tumbuh sehelai rambut halus, putih bagaikan kapas yang lembut [urna] 32. Memiliki kepala yang bagaikan kepada bersurban [unhisasiso]
BERSAMBUNG..
No.13 / Oktober 2005
Buku "Writing Of Nichiren Shonin" Doctrine 2
Edited by George Tanabe.Jr, Compiled by Kyotsu Hori Terbitan : Nichiren Shu Overseas Propagation Promotion Association, Tokyo - Japan Diterjemahkan oleh Shami Josho S.Ekaputra
KAIMOKU SHO
"MEMBUKA MATA TERHADAP SADDHARMA PUNDARIKA SUTRA" Redaksi: Surat ini terdiri dari 18 Bab, dan pada kesempatan ini ditampilkan Bab.V yang menjelaskan tentang konsep Kuon Jitsujo (Buddha Abadi), Ini adalah sebuah konsep dan dasar yang terpenting dalam Nichiren Shu.
PENDAHULUAN
K
aimoku-sho” ditulis pada bulan dua tahun Bun’ei kesembilan (1272), ketika Nichiren Shbnin berusia 50 tahun, ketika itu salju menutupi Aula Sammaido Hall di Tsukahara, Pulau Sado. Sejak menjalani kehidupan untuk menyebarluaskan O’Daimoku di Kamakura pada tahun Kencho ke lima (1253) pada usia 31 tahun, Nichiren mulai mendapat sejumlah penganiayaan beruntun pada tahun 1260, setelah Ia memperingatkan Pemerintah Shogun Kamakura dengan risalah “Rissho Ankoku-ron (Menyebarkan Kedamaian Keseluruh Negari Melalui Penegakkan Ajaran Sesungguhnya).” Pada tanggal 12 bulan kesembilan tahun Bun’ei ke delapan (1271), Ia telah ditangkap, dan dihukum buang ke Pulau Sado. Namun, pada malam hari, Ia telah dihukum pancung disebuah tempat yang disebut Tatsunokuchi, pantai diluar Kamakura, tetapi Beliau dapat lolos dari hukuman mati ini. Nichiren kemudian dikirim ke Pulau Sado, tiba di Aula Sammaido pada bulan kesebelas. Segera Ia mulai menulis
risalah ini untuk menceritakan kejadian yang terjadi kepada para pengikutNya, sebagaimana yang dikatakanNya, bahwa Saddharma Pundarika Sutra adalah ajaran untuk menyelamatkan manusia pada Masa Akhir Dharma (mappo). Judul dari risalah ini adalah Kaimoku (Membuka Mata), dengan tujuan penulisan: mendorong orangorang agar terbuka matanya untuk menerima Saddharma Pundarika Sutra adalah ajaran untuk menyelamatkan semua mahluk hidup yang hidup pada Masa Akhir Dharma (Membuka Rahasia Kebenaran Dharma) dan Nichiren, sendiri adalah seorang guru yang telah diramalkan dalam sutra ini bahwa akan muncul pada Masa 9
Akhir Dharma untuk membimbing orang-orang dengan Dharma Sesungguhnya (Membuka Rahasia Guru Sebenarnya). Secara umum, tulisan ini dapat dibagi dalam tiga bagian. Bagian I, Kata Pendahuluan (Bab 13), menekankan tentang pentingnya Buddhisme, khususnya Saddharma Pundarika Sutra, sebagai inti dari Spiritual peradaban yang meliputi Konfucu dan Ajaran Non Buddhis. Bagian II, Ceramah Utama (Bab 416), menjelaskan bahwa Saddharma Pundarika Sutra adalah cermin bersih yang memperlihatkan (meramalkan) mengenai Dunia Iblis dalam Masa Akhir Dharma, dimana Beliau menunjukkan bukti kebenaran dari ramalan dalam
No.13 / Oktober 2005
sutra ini, yang ditunjukkan dengan pelaksanaan Saddharma Pundarika Sutra oleh Nichiren dan sebagai hasilnya mendapat berbagai macam penganiayaan. Terakhir, Bagian III, Terakhir (Bab 17-18), Beliau membicarakan tentang akan tersebarluasnya ajaran Saddharma Pundarika Sutra pada masa mendatang.
BAB 5 ”PENCAPAIAN PENERANGAN PADA MASA LAMPAU YANG ABADI”
P
ada bagian kedua ini, marilah kita berdiskusi mengenai konsep kuon-jitsujo (mencapai Penerangan Oleh Buddha Sakyamuni pada masa lampau yang abadi) yang dibabarkan pada Bab Pokok (hommon) dari Saddharma Pundarika Sutra . Buddha Sakyamuni, cucu dari Raja Simhahanu dan putera pertama dari Raja Suddhodana, yang lahir pada masa kalpa kecil kesembilan dalam periode Kalpa Pengurangan, ketika masa hidup manusia secara bertahap mengalami pengurangan dari 100 tahun. Pada masa kanak-kanak Ia dipanggil Pangeran Siddhartha, yang berarti Tujuan Yang Tercapai. Buddha Sakyamuni, yang meninggalkan rumah pada usia sembilan belas tahun dan mencapai penerangan pada usia tiga puluh tahun, segera mulai membabarkan Sutra Karangan Bunga (Kegon Kyo) di Aula Penerangan (Jakumetsu Dojo).” Membabarkan tentang Buddha Vairocana yang berada di Dunia Teratai, Beliau membabarkan Dharma yang luar biasa didasarkan pada suatu doktrin yang disebut “Sepuluh Misteri,” “Enam Karakteristik,” dan “Kebebasan dari Segala Gejala.” Berbagai macam Buddha di alam semesta muncul dan semua Bodhisattva berkumpul untuk mendengarkan ajaran Beliau. Melihat dari tempat, kecerdasan dari
pendengar, dan jumlah para Buddha yang berkumpul, sama seperti fakta ketika ceramah pertama dari Buddha Sakyamuni, tidak ada alasan apapun kenapa Dharma yang luar biasa ini harus dirahasiakan dalam Kegon Kyo. Oleh karena itu, dikatakan dalam Kegon Kyo bahwa Buddha menunjukkan kekuatanNya yang tak terbatas dalam membabarkan sutra yang sempurna ini secara terperinci. Berdasarkan pernyataan ini, 60 Paragraf Kegon Kyo – setiap kata atau titik didalamnya tanpa kecuali pastilah sempurna dan murni. Sebagai contoh sebuah Permata Pengabur Keinginan, dapat menghasilkan segala macam pusaka sesuai dengan keinginan mu, ini dapat dikatakan adalah hal yang tak ternilai diantara semuanya. Sebuah permata murni dapat menghasilkan sepuluh ribu permata. Jadi satu kata dalam Sutra Karangan Bunga (Kegon Kyo) sama berharganya dengan 10,000 kata. Sebuah pernyataan dalam sutra ini bahwa “Tidak terdapat perbedaan diantara pikiran, Buddha dan yang belum terang” adalah dikatakan bahwa ini adalah dasar teori tidak hanya untuk Sekte Kegon, tetapi Hosso, Sanron, Shingon dan Tendai. Apa yang sebenarnya dirahasiakan dalam Sutra agung ini ? Meskipun demikian, terdapat pernyataan dalam sutra ini bahwa orang-orang dari “Dua Kendaraan” seperti halnya mereka yang tidak mendengarkan Buddhisme (icchantika)” tidak akan pernah mencapai KeBuddhaan. Ini kelihatan sebagai sebuah cacat dalam permata. Sebagai tambahan, diulang sebanyak tiga kali dikatakan bahwa Buddha Sakyamuni mencapai Penerangan untuk pertama kalinya dibawah pohon Bodhi,” Ia menyembunyikan rahasia PeneranganNya pada masa lampau abadi, sebagaimana dibabarkan dalam Bab.XVI “Jangka Waktu Hidup Sang Buddha,” Saddharma
10
Pundarika Sutra. Ini sama seperti sebuah permata murni yang telah pecah, bulan tersembunyi dibalik awan, atau gerhana matahari. Ini tentu saja tidak dapat dijelaskan. Membandingkan Sutra Karangan Bunga (kegon kyo) dengan naskah lainnya seperti Sutra Agama, Sutra Hodo, Sutra Kebijaksanaan (Hannya Kyo) dan Sutra Buddha Matahari (Dainichi Kyo) tidaklah bernilai, meskipun mereka menghormati ajaran dari Buddha itu. Tidak ada alasan kenapa sesuatu yang tidak diungkapkan dulu akan diungkapkan kemudian. Konsekwensinya, Sutra Agama mengatakan, “Ketika Ia mencapai Penerangan untuk pertama kalinya……” Daijik-kyo, “ berkata, “yang pertama enam belas tahun setelah Buddha mencapai Penerangan.” Dikatakan juga dalam Yuima Sutra (Vimalakirti Sutra)” bahwa Ia pertama duduk di bawah Pohon Bodhi, melawan para iblis.” Sutra Buddha Matahari dikatakan, “Pertama, aku duduk dibawah Pohon Bodhi untuk mencapai Penerangan,” dimana juga dalam Ninno-kyo (Sutra Raja Baik Hati)’` dikatakan, “dua puluh sembilan tahun sejak Ia mencapai penerangan.” Sutra-sutra ini untuk sementara tidak ada nilainya untuk didiskusikan. Apa yang membuat Aku terkejut adalah yang terdapat dalam Muryo-gi-kyo (Sutra Makna Tak Terbatas), sutra pendahuluan sebelum Saddharma Pundarika Sutra, setuju dengan Sutra Karangan Bunga dimana dikatakan, “Setelah duduk dibawah pohon Bodhi selama enam tahun, akhirnya Ia mencapai Penerangan Agung.” Ini sungguh sesuatu yang aneh sebab sutra ini terlihat menurut kepada doktrin seperti “pikiran sebagai kenyataan tidak terbatas” dari Sutra Karangan Bunga, “meditasi samudera tak terbatas” dari Daijik Kyo, dan
No.13 / Oktober 2005
“gejala yang tidak dapat dibedakan” dari Sutra Kebijaksanaan sebagai “Belum membabarkan kebenaran sesungguhnya,” atau “jalan berputar untuk KeBuddhaan.” Namun, sejak Sutra Makna Tak Terbatas ini adalah sebagai pendahuluan dari Saddharma Pundarika Sutra, mungkin saja pembabaran yang sebenarnya belum diberikan. Sesuai dengan yang terdapat dalam Saddharma Pundarika Sutra, bagaimanapun, Sang Buddha mengungkapkan jalan tunggal untuk Penerangan, yang menyatukan ketiga jenis ajaran (kaisan ken’itsu). Ia menyatakan dalam bagian teori (shakumon) dari Saddharma Pundarika Sutra: “Hanya Para Buddha yang benarbenar menerima segala kenyataan dari gejala,” “kebenaran akan diungkapkan setelah pembabaran ajaran sementara selama lebih dari empat puluh tahun;” dan “ Ia akan membuang ajaran sementara dan menitikberatkan hanya pada ajaran sebenarnya.” Buddha Segala Pusaka (Prabhutaratna) kemudian menyatakan bahwa semua kata-kata Buddha dalam delapan (dari bab dua sampai sembilan) dalam ajaran teori (shakumon) Saddharma Pundarika Sutra semua adalah benar adanya. Apa yang tertinggal belum diungkapkan? Yakni, Keabadian Hidup Sang Buddha belum dibabarkan; dikatakan kemudian, “pertama, Ia duduk ditempat Penerangan, melihat ke pohon, dan berjalan mengelilinginya.” Ini semua adalah hal yang luar biasa. Kemudian dikatakan dalam
Bab XV “Munculnya Bodhisattva dari Bumi” Saddharma Pundarika Sutra bahwa Bodhisattva Maitreya” bimbang kenapa dikatakan bahwa Sang Buddha telah mengajarkan semua Bodhisattva luar biasa ini, yang belum pernah terlihat sebelumnya selama lebih dari empat puluh tahun ini,” dan menyebabkan mereka berkeinginan untuk mencapai Penerangan. Jadi beliau bertanya; “Ketika Engkau, Sang Buddha, masih seorang pangeran, meninggalkan istana dari suku Sakya, duduk meditasi dibawah pohon Bodhi tidak jauh dari kota Gaya dan mencapai Penerangan Agung. Ini hanya baru berlalu empat puluh tahun sejak saat itu. Bagaimana Engkau, Yang Dimuliakan Dunia, dapat mencapai begitu banyak dalam waktu yang singkat ini?” Ini adalah kenapa sebabnya Buddha Sakyamuni memutuskan untuk membabarkan “Jangka Waktu Hidup Sang Buddha,” untuk menghilangkan segala keraguan yang ada. Mengacu pada apa yang telah dikatakan dalam ajaran sebelum Saddharma Pundarika Sutra dan dalam bagian dari Saddharma Pundarika Sutra, Ia mengatakan, “Para dewa-dewi, manusia, dan iblis asura diseluruh dunia berpikir bahwa Aku, Buddha Sakyamuni, meninggalkan istana suku Sakya, duduk dibawah pohon Bodhi dekat kota Gaya, dan mencapai Penerangan Agung.” Kemudian Ia menjawab pertanyaan itu dengan menyatakan, “Kebenaran sesungguhnya, bagaimana pun, kalpa tak terbatas dan tak terhitung telah berlalu sejak Aku mencapai KeBuddhaan.”
11
Sutra-sutra seperti Sutra Karangan Bunga dan Sutra Buddha Matahari tidak hanya menyembunyikan kemungkinan pencapaian KeBuddhaan bagi orangorang dari Dua Kendaraan tetapi juga Pencapaian Penerangan Agung Buddha Sakyamuni dalam masa lampau yang abadi. Kebanyakan sutra mempunyai dua kesalahan. Yang pertama, mereka membuat suatu pembedaan secara jelas, tingkatan dan bagian, mereka gagal keluar dari ajaran sementara dan mengungkapkan doktrin dari “3,000 gejala dalam sekejap pikiran” yang dibabarkan dalam bagian teori Saddharma Pundarika Sutra. Yang kedua, menyatakan bahwa Buddha Sakyamuni mencapai KeBuddhaan dalam kehidupan kali ini, mereka gagal keluar dari bagian ajaran teori dari Saddharma Pundarika Sutra, gagal mengungkapkan Buddha Abadi yang dibabarkan dalam bagian pokok dari Saddharma Pundarika Sutra. Kedua ajaran agung ini, Pencapaian KeBuddhaan bagi Dua Kendaraan dan Pencapaian Penerangan Buddha Sakyamuni pada Masa Lampau Abadi, adalah tulang punggung dari ajaran seumur hidup Sang Buddha dan inti dari semua ajaran Buddha. Bab kedua, “Kebijaksanaan,” dalam bagian teori dari Saddharma Pundarika Sutra memperlihatkan satu dari dua kesalahan dari ajaran sebelum Saddharma Pundarika Sutras dengan membabarkan ajaran tentang “3,000 gejala dalam sekejap pikiran,” dan “Pencapaian KeBuddhaan dari Dua Kendaraan.” – Kemudian, dalam bab ini juga belum mengungkapkan tentang Buddha Abadi dan Sejati dengan “membuang ajaran sementara dan mengungkapkan yang sesungguhnya,” ini belum memperlihatkan konsep “3,000 gejala dalam sekejap pikiran” yang sesungguhnya. Tidak juga
No.13 / Oktober 2005
menegakkan makna sesungguhnya dari “Pencapaian KeBuddhaan oleh Dua Kendaraan.” Ini semua seperti bayangan bulan di air, atau rumput yang bergoyang karena tiupan angin. Dalam bagian pokok (Hommon) Saddharma Pundarika Sutra, disini dibabarkan bahwa Sang Buddha mencapai Penerangan Agung pada masa lampau yang abadi, ini menyangkal bahwa Ia mencapai KeBuddhaan pertama kali dalam hidup ini. Kemudian, ajaran Buddha Abadi menghancurkan KeBuddhaan sebagai hasil dari Empat Ajaran (semua naskah Buddhis lainnya kecuali bagian pokok Saddharma Pundarika Sutra). Sebagai hasilnya KeBuddhaan dari Empat Ajaran itu menjadi musnah, ini menunjukkan bahwa KeBuddhaan yang ditunjukkan dalam Empat Ajaran itu menjadi tidak berlaku lagi. Kemudian ajaran Sepuluh Dunia yang dibabarkan dalam sebelum-Saddharma Pundarika Sutra dan bagian teori dari Saddharma Pundarika Sutra juga musnah dengan ditegakkannya ajaran hubungan sebab akibat dari Sepuluh Dunia dalam ajaran pokok Saddharma Pundarika Sutra. Ini adalah ajaran tentang “Sebab Baik dan Akibat Baik.” Dalam hubungan ini bahwa ke-Sembilan Dunia tercakup menyeluruh dalam Dunia Buddha Abadi, dan Dunia Buddha juga terdapat Sembilan Dunia yang abadi. Ini adalah kebenaran “karakteristik proses saling bergantungan dari Sepuluh Dunia,” “100 Dunia, 1,000 aspek keberadaan,” dan 3,000 gejala dalam sekejap pikiran.” Melihat dengan pandangan ini, Buddha Vairocana dalam bentuk teratai dan berbagai macam Buddha disekeliling Beliau yang datang dari seluruh dunia di alam semesta, sebagaimana digambarkan dalam Sutra Karangan Bunga,’ Buddha Sakyamuni dari sekte Hinayana dalam
Sutra Agama, sebagaimana bermacam Buddha Sementara dari ajaran Sutra sebelum Saddharma Pundarika Sutras (seperti Sutra Hodo, Sutra Kebijaksanaan, Sutra Kemuliaan Keemasan (Konkomyo-kyo) Sutra Tanah Suci, dan Sutra Buddha Matahari (Dainichi-kyo) semua Buddha ini adalah perwujudan dari Buddha Abadi ini. Mereka semua sama seperti bayangan dari bulan di langit memantul di tampungan air yang besar atau kecil. Para sarjana dari berbagai sekte, bingung akan ajaran ini dan mengacaukan sekte mereka sendiri atau tidak mengetahui tentang Bab XVI “Jangka Waktu Hidup Sang Buddha” Saddharma Pundarika Sutra, mereka salah mengira bulan di air adalah yang sesungguhnya; mereka mencoba masuk kedalam air itu dan mengikatnya dengan tali. Kata-kata T’ien-t’ai “mereka melihatnya hanya sebagai bulan di kolam, tanpa mengetahui bulan yang dilangit.” Aku, Nichiren, percaya bahwa ajaran Pencapaian KeBuddhaan bagi orang-orang dari Dua Kendaraan, dari ajaran sebelum Saddharma Pundarika Sutras terlihat mencapai kemenangan. Mengenai Pencapaian Penerangan pada Masa Lampau Abadi yang dibabarkan dalam bagian pokok Saddharma Pundarika Sutra, sedangkan ajaran sebelum Saddharma Pundarika Sutras, dengan penerangan bahwa Buddha Sakyamuni mencapai KeBuddhaan dalam kehidupan kali ini, terlihat lebih kuat. Mereka terlihat kuat pengaruhnya karena, empat bab (shakumon) Saddharma Pundarika Sutra, juga mengambil teori ini dan tidak mengungkapkan
12
Hidup Abadi dari Sang Buddha. Dengan pengecualian Bab XV dan XVI (“Boddhisattva Muncul dari Bumi” dan “Jangka Waktu Hidup Sang Buddha”), sedangkan empat belas Saddharma Pundarika Sutra semuanya mengambarkan Buddha Sakyamuni mencapai KeBuddhaan untuk pertama kali di dunia ini” Dalam empat puluh paragraf dari Sutra Nirvana, pembabaran terakhir dari Buddha Sakyamuni dibawah pohon kembar sala, sebagaimana berbagai macam sutra Mahayana lainnya yang dibabarkan sebelum dan sesudah Saddharma Pundarika Sutra, tidak terdapat satu kata pun yang mengatakan tentang Buddha Abadi. Meskipun Hosshin (Tubuh Dharma / Dharmakaya) dari Buddha telah dijelaskan “tanpa awal dan akhir,” Keabadian Buddha di Tanah Buddha (Hojin atau Tubuh Kebajikan / Sambhogakaya), namun Tubuh Perwujudan (Ojin / Nirmalakaya) tidak diungkapkan. Bagaimana mungkin seseorang dapat berpegang hanya pada dua bab dalam Saddharma Pundarika Sutra ini dan membuang begitu banyak sutra-sutra Mahayna; sebelum Saddharma Pundarika Sutra, dan Nirvana Sutra? Inilah hal yang sulit untuk dipercaya. Sekarang, Sekte Hosso Buddhisme, yang aslinya berasal Bodhisattva Asanga, seorang komentator besar yang muncul di India, 900 tahun setelah kemoksaan Sang Buddha. Pada suatu malam, Ia naik ke istana suci dari Bodhisattva Maitreya di surga Tusita dan bertanya kepadaNya mengenai seluruh ajaran suci seumur hidup dari Sang Buddha.”
No.13 / Oktober 2005
Setiap hari, Ia menyebarluaskan ajaran Hosso dalam tingkatan Ayodhya. Para murid Beliau mencakup komentator besar seperti Vasubandhu, Dharmapala, Ananda, dan Silabhadra. Bahkan Raja Harsavardhana bersujud dihadapannya dan seluruh orang di India meletakkan panji mereka dan mengikutinya. Guru Tripitaka Hsuan chuang” dari China menghabiskan waktu tujuh belas tahun di India, mengunjungi 130 daerah dan belajar Buddhisme. Menolak semua sekte Buddhis lainnya, Ia memilih sekte Hosso untuk dibawa ke China dan Ia menjadi arif bijaksana dari Kaisar T’ai-tsung, dinasti T’ang. Ia mempunyai murid-murid seperti Shen-fang, Chiashang, P’u-kuang dan K’uei-chi, dan Ia tinggal di Kuil Besar Tz’u-en, menyebarluaskan ajaran ini di lebih dari 300 daerah di China. Di Jepang, semasa rejim Kekaisaran Kotoku, kaisar ke 37, berbagai bhiksu seperti Doji dan Dosho membawa sekte ini dari China dan dilaksanakan di Kuil Kofukuji di Yamashina. Dengan demikian sekte ini mempunyai sekte utama di tiga negara; India, China, dan Japan. Intisari dari ajaran Hosso adalah sebagai berikut: Berdasarkan pada naskahnaskah Buddhis, mulai dengan Sutra Karangan Bunga dan berakhir dengan Sutra Saddharma Pundarika dan Sutra Nirvana, dikatakan bahwa mereka yang tidak mempunyai Bibit Buddha (musho)” dan mereka yang secara alami (ketsujosho) telah disiapkan sebagaimana orang-orang Dua Kendaraan (sravaka and pratyekabuddha) tidak pernah akan mencapai KeBuddhaan. Sang Buddha tidak memilih. Sekali Ia memutuskan bahwa KeBuddhaan itu tidak dapat dicapai, Ia tidak akan pernah merubah pikiranNya, sekalipun jika matahari dan bulan jatuh dan bumi mengalami malapetaka. Oleh karena itu, sekalipun dalam Saddharma Pundarika Sutra dan Nirvana Sutra tidak dengan pasti dikatakan bahwa orang-orang yang telah ditolak di ajaran sebelum-Saddharma
Pundarika Sutras, mereka yang tanpa Bibit Buddha dan orang-orang dari Dua Kendaraan, akan dapat mencapai KeBuddhaan. Tutup matamu dan berpikir keras. Jika pernyataan ini terdapat dalam Saddharma Pundarika Sutra dan Nirvana Sutra” bahwa kedua kategori orang-orang, yang dibenci dalam ajaran sebelum-Saddharma Pundarika Sutras, dikatakan dapat mencapai KeBuddhaan, kenapa hal ini oleh para komentator besar di India Asanga” dan Vasubandhu,” dan para guru tripitaka di China seperti Hsuan-chuang dnd Tz’uen tidak menemukan tentang hal ini ? Kenapa mereka tidak membaca mengenai hal ini, percaya dan sebarluaskan, atau Bodhisattva Maitreya bertanya tentang ini? Walaupun kamu terlihat mendasarkan diri pada kata-kata dalam Saddharma Pundarika Sutra, sebenarnya kamu percaya pada pandangan keliru dari T’ien-t’ai, Miao-le, and Dengyo dan membaca naskah Buddhis berdasarkan pandangan mereka. Inilah alasan kenapa kamu mempertahankan Saddharma Pundarika Sutra dan sutra-sutra yang dibabarkan sebelumnya meskipun bertentangan satu sama lain bagaikan api dan air.
Sekte Kegon dan Shingon, dimana mereka mengklaim bahwa sekte Hosso dan Sanron lebih unggul dengan mengatakan:
Konsep Pencapaian KeBuddhaan oleh Dua Kendaraan dan Pencapaian Penerangan oleh Buddha Sakyamuni pada masa lampau abadi, tidak hanya terbatas didalam Saddharma Pundarika Sutra. Mereka dengan jelas mengatakan bahwa hal ini terdapat dalan Sutra Karangan Bunga dan Sutra Buddha Matahari. Tu-shun, Chihyen, Fa-tsang, Ch’eng-kuan dari Sekte Kegon dan Subhakarasimha (Shanwu-wei), Vajrabodhi, Amoghavajra (Puk’ung) dari Sekte Shingon adalah lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan T’ien-t’ai dan Dengyo. Lagi pula, Subhakarasimha dan lainnya mempunyai hubungan langsung dengan Buddha Matahari (Vairocana). Bagaimana mungkin orang-orang, yang merupakan penjelmaan sementara dari para Buddha dan Bodhisattva ini, membuat 13
kesalahan? Kemudian, dikatakan dalam Sutra Karangan Bunga,” Telah berlalu kalpa yang tak terbatas sejak Buddha Sakyamuni mencapai KeBuddhaan.” Sutra Buddha Matahari dikatakan, “Aku adalah asal mula segalanya.” Bagaimana bisa kamu mengatakan bahwa ajaran Pencapaian Penerangan pada Masa Lampau Abadi hanya terbatas pada Bab XVI, “Jangka Waktu Hidup Sang Buddha,” Saddharma Pundarika Sutra? Perkataan ini bagaikan seekor katak dalam sumur yang belum pernah melihat luasnya samudera, atau seorang penebang kayu di gunung yang belum pernah melihat kota besar. Ini dapat dikatakan bahwa kamu hanya melihat satu dari Saddharma Pundarika Sutra saja tanpa mengetahui sutra-sutra lain seperti Sutra Karangan Bunga dan Sutra Buddha Matahari ? lebih lagi, apakah mereka semua yang di India, China, Silla, dan Paekche kecuali T’ien-t’ai, Miao-le, dan Dengyo mengatakan bahwa ajaran tentang Pencapaian KeBuddhaan bagi Dua Kendaraan dan Pencapaian Penerangan Di Masa Lampau Abadi hanya dibabarkan didalam Saddharma Pundarika Sutra ?
Menurut mereka berdasarkan pendapat ini, meskipun Saddharma Pundarika Sutra dibabarkan pada waktu delapan tahun terakhir lebih unggul dari sutra-sutra lain yang dibabarkan secara terperinci pada 40 tahun lebih, dan meskipun demikian, aturan yang ada ketika terjadi pertentangan antara yang tua dan baru, maka yang muda harus lebih mendahulukan yang tua, ajaran sebelum-Saddharma Pundarika Sutras terlihat lebih berpengaruh dibandingkan dengan Saddharma Pundarika Sutra. Berbagai hal bisa saja terjadi ketika Buddha Sakyamuni masih hidup, tetapi setelah kemoksaan Beliau, banyak komentator di India, China dan Jepang lebih mendasarkan diri pada ajaran sebelum-Saddharma Pundarika Sutra.’ Sebab itu, sangat sulit mempunyai hati kepercayaan kepada Saddharma Pundarika Sutra. Terlebih lagi, kita secara berangsur-angsur
No.13 / Oktober 2005
memasuki Masa Akhir Dharma; para arif bijaksana mulai menghilang dan sedikit jumlahnya. Orang-orang dengan mudah jatuh dalam kesesatan bahkan dalam menghadapi hal-hal yang kecil, hal-hal duniawi melebihi pengertian dharma yang benar. Orang-orang seperti Vatsiputriya dan Vaipulya di India adalah orang arif bijaksana; tetapi mereka tidak dapat membedakan antara sutra Mahayana and Hinayana. Wu-kou dan Mo-t’a, juga di India, sangat pintar tetapi tidak dapat membedakan antara ajara yang sebenarnya dengan sementara. Pada periode pertama, 1,000 tahun setelah kemoksaan Buddha Sakyamuni,waktu yang tidak jauh dari saat hidupNya dan di Tanah India telah terjadi kesalahan. Berapa banyak negara seperti China dan Jepang, yang berada jauh dari Tanah Buddha, berbeda bahasa, orangorang yang lambat dalam mengerti ajaran Buddha, dimana usia hidup
semakin pendek, dan dimana keserakahan, kemarahan, dan kebodohan menjadi dua kali lipat! Beberapa tahun setelah kemoksaan Buddha, sutra-sutra Buddha telah salah dipahami. Apakah ada seseorang yang memahami dengan benar? Sang Buddha meramalkan dalam Nirvana Sutra: “Mereka yang menganut Dharma Yang Benar pada Masa Akhir Dharma adalah sangat sedikit bagaikan pasir diatas kuku, sedangkan para pemfitnah dharma berjumlah bagaikan debu dialam semesta.” Juga dikatakan dalam Hometsujin-kyo (Sutra Kemunduran Dharma): “Para pemfitnah Buddhisme berjumlah bagaikan pasir dari Sungai Gangga, sedangkan mereka yang mempertahankan Dharma Sesungguhnya bagai satu atau dua kerikil kecil. Adalah sangat sulit menemukan seseorang yang menegakkan ajaran sebenarnya pada periode 500 sampai 1,000 tahun. Mereka yang jatuh dalam dunia iblis sedikit yang disebabkan oleh tindakan kejahatan bagaikan pasir diatas kuku, namun mereka yang jatuh dalam dunia iblis karena kejahatan kepada Buddhisme berjumlah bagaikan pasir dari seluruh dunia dialam semesta. Banyak para bhiksu dibandingkan umat awam, lebih banyak bhiksuni dibandingkan wanita biasa yang jatuh ke dalam dunia iblis. Gassho.
Kata-kata Mutiara, Oleh : Shami Josho S.Ekaputra
"Cinta kasih antara dua insan begitu indah dan suci, namun kesucian Cinta sering dinodai oleh keburukan hawa nafsu, Karena itu bungkuslah Cinta itu dengan kasih bukan dengan nafsu" OO "Seorang bayi menangis ketika Ia dilahirkan, karena ia tahu bahwa banyak penderitaan sedang menunggunya, seorang pria tua menjelang ajal menangis karena ia tahu bahwa segala kegembiraan telah berakhir." OO "Sebuah pisau yang tajam dapat melakukan apa saja baik dan buruk. Hitam dan putih adalah dua hal namun adalah satu. Segala hal memiliki dua sisi yang berbeda. Adakah yang lebih benar diantara satu dan yang lainnya ? OO "Sayangilah dirimu, dengan demikian kamu akan mengerti arti kata dibenci. Bencilah keburukan dirimu, dengan demikian kamu akan mengerti arti dari kebaikan."
14
No.13 / Oktober 2005
Legenda Nichiren Shonin
Oleh YM.Bhiksu. Gyokai Sekido Sumber: Nichiren Shu News, terbitan Nichiren Shu Headquaters dan Kaigai Fukyo Koenkai
LEGENDA (BAG.2)
NICHIREN SHONIN Catatan :Riwayat hidup Nichiren Shonin yang tepat dapat kita baca dari berbagai macam surat dan catatan masa lalu dan penelitian sejarah lainnya. Tetapi disini terdapat berbagai macam cerita legenda sehubungan dengan kehidupan Nichiren Shonin, dan akan Saya tuangkan dalam tulisan ini.
Pendidikan Dasar
N
ama kanak-kanak dari Nichiren adalah Yakuomaro (Raja Obat), yang didasarkan pada sejarah. Ia pergi ke Kuil Seicho-ji untuk menerima pendidikan dasar pada usia 12 tahun pada tahun 1233. Gurunya adalah Dozen-bo. Beberapa pendapat mengatakan bahwa ia pergi kuil adalah untuk menjadi seorang bhiksu, tetapi mungkin lebih tepat dikatakan bahwa ia kesana untuk mendapatkan pendidikan dasar pada mulanya. Pada waktu itu, anak-anak dari keluarga militer menerima pendidikan dasar dari para bhiksu buddhis. Materi pengajaran adalah membaca dan menulis buku yang berhubungan dengan Buddhisme. Lebih dari itu, sebuah kuil Buddha adalah tempat yang religius sekaligus tempat untuk pendidikan. Hal yang alami, jika seorang anak yang pintar akhirnya berkembang pengetahuan tentang Buddhismenya. Ia adalah seorang anak yang berbakat. Kemudian, ia berdoa kepada Bodhisattva Kokuzo (Bodhisattva Alam Semesta) untuk membuat Ia menjadi lelaki yang bijaksana. Alam semesta tidak mengenal batasan dan
Ket. Nichiren Shonin berdoa kepada Kokuzo Bodhisattva
keberadaan serta bebas, inilah sebabnya Bodhisattva Alam Semesta dikatakan memiliki kebijaksanaan yang tidak terbatas. Bodhisattva Kokuzo dipuja sebagai seorang dewa dari Kebijaksaaan Agung. Kenyataannya Yakuomaro berdoa kepada Bodhisattva ini. Ia mengharapkan dapat menjadi orang yang paling bijaksana diseluruh Jepang dan dapat menjadi seorang pelajar yang terbaik. Berdasarkan legenda, Ia mendapatkan sebuah mimpi yang aneh, setelah berdoa selama 21 hari. Seorang bhiksu tua berumur sekitar 60 tahun, yang memakai juzu kristal ditangan kirinya dan sebuah permata besar yang berkilauan ditangan kanannya bagaikan sebuah bintang. Bhiksu tua itu datang dari arah belakang kuil Bodhisattva Kokuzo, dan berkata, “Berilah Aku kesempatan untuk 15
No.13 / Oktober 2005
bajunya untuk baru. Meskipun demikian, ia tidak d i t u k a r k a n dapat berjumpa dengan anaknya, d e n g a n k u r a - karena Gunung Kiyosumi tertutup kura tersebut. bagi para wanita (Kuil Seichoji, Kemudian hari, Gunung Kiyosumi adalah kuil dari ketika anak dari sekte Tendai Shu). Ia akhirnya pejabat itu jatuh duduk diatas batu dan menangis, kedalam laut, seorang pencari kayu bakar lewat ratusan kura-kura dihadapannya. Ia berkata kepadanya, muncul untuk agar memberitahukan anaknya bahwa menyelamatkan ia ada disini sedang menunggu. a n a k k e c i l Laki-laki itu setuju melakukan Ket. Yakuo-maro menjadi Bhiksu dengan nama Rencho tersebut.” Inilah hal itu. Yakuo-maro, yang telah memberikan Kebijaksanaan kepada kenapa dikatakan bahwa Yakuo-maro memutuskan untuk menjadi seorang mu,” dan Ia memberikan sebuah adalah seorang anak yang religius. bhiksu, tersentuh perasaannya, dan permata. Kemudian, permata itu Ibu Yakuo-maro bernama pergi menemui ibunya yang begitu terbang melewati dada Yakuomaro, Ume-giku, setelah sekian lama tidak gembira melihat dirinya. Yakuo-maro dan masuk ke lengan baju sebelah mendengar kabar dari anaknya di kuil, kemudian memberitahukan ibunya kiri. Hal ini dikatakan bahwa sejak ia merasa telah terpisah dari anaknya bahwa ia akan menjadi seorang bhiksu saat itu Ia dapat belajar dengan lebih oleh gunung dan lautan. Melihat ke untuk menyelamatkan semua orang baik dan mengerti segala sesuatu angkasa, ia khawatir mungkin saja termasuk kedua orang tuanya dari dengan lebih jelas. anaknya sedang menangis mengingat penderitaan. Mendengar keinginan orangtuanya. Dan ia khawatir kalau dari anaknya, Ume-giku terlihat anaknya dianiayai oleh orang-orang meneteskan air mata kegembiraan, Menjadi Seorang Bhiksu dikuil itu. Dengan ijin dari suaminya dan membasahi batu tempat ia duduk. ada akhirnya Ia menjadi dan tekad bulat, ia akhirnya berangkat “Batu Air Mata” ini masih ada di seorang bhiksu dan diberi ke kuil itu untuk bertemu anaknya Gunung Kiyosumi sampai hari ini. nama Rencho (Bunga dengan membawa beberapa buah Teratai Abadi) pada umur 16 pir kesukaan anaknya, dan baju BERSAMBUNG.. tahun. Pada saat itu, tidak ada orang yang dapat dibandingkan dengannya mengenai pikiran-pikiran keagamaan. Ketika Yakuo-maro berumur 3 atau 4 tahun, teman-temannya datang dan berkata bahwa mereka telah menangkap banyak burung pipit dengan kue beras yang ditaruh pada dahan pohon willow sebagai umpan. Yakuo-maro tidak tertarik untuk menangkap burung pipit. Dan ia bahkan memperingatkan teman-temannya tentang akibat dari pembunuhan dengan menceritakan sebuah cerita kuno yang didengarnya dari ayahnya: “Pada suatu masa yang lalu, seorang lelaki tua menangkap seekor kura-kura dan berkeinginan untuk membunuhnya. Seorang pejabat melihat hal itu dan ingin mengambil kura-kura itu, dan ia memberikan Ket. Pertemuan ibu dan anak yang sangat mengharukan.
P
16
No.13 / Oktober 2005
Seri Penjelasan Saddharma Pundarika Sutra
Oleh: YM.Bhiksu Shokai Kanai Sumber Acuan: Buku "The Lotus Sutra" By Senchu Murano Diterjemahkan oleh: Sidin Ekaputra,SE
BAB VIII
Kepastian Masa Depan Kebuddhaan
Lima Ratus Pengikut
RINGKASAN
P
urna beserta lima ratus peserta pesamuan begitu gembira mendengar ajaranajaran Buddha Sakyamuni yang logis dan konsisten, cerita-cerita tentang kehidupan lampauNya dan murid-muridNya, perumpamaan dan kepastian akan masa depan Kebuddhaan dari murid-murid ini. Mereka ingin menari-nari dengan penuh sukacita. Karena melihat reaksi Purna yang begitu penuh kegembiraan, Sang Buddha juga mengajarkan bahwa Purna juga telah melaksanakan dan membabarkan Saddharma Pundarika Sutra kepada orang lain dalam kehidupan-kehidupannya yang lampau. Kemudian Sang Buddha memberikan kepastian akan masa depan Kebuddhaan kepada Purna, Bhiksu Kaundinya, serta Lima Ratus arhat lainnya. Sementara itu, Kelima ratus arhat bersuka cita atas kepastian yang diberikan Sang Buddha atas masa depan Kebuddhaan mereka dan mengungkapkan rasa terima kasih mereka dengan menceritakan suatu perumpamaan tentang “Permata
yang Tersembunyi di Balik Pakaian”. PENJELASAN “Purna adalah pembabar Dharma tercemerlang di bawah bimbingan tujuh Buddha. Demikian pula halnya ia di bawah bimbinganKu. Ia pun akan tetap seperti itu di bawah bimbingan para Buddha Salinan Saddharma Pundarika Sutra dan Komentar Nichiren di mas a m e n d a t a n g d i Daishonin diantara kata-katanya. Kalpa Orang-orang Bijak ini. Ia akan melindungi ajaran-ajaran para Buddha ini dan “Ia (Purna) akan mempunyai gelar membantu mereka membabarkan Kecemerlangan Dharma, Sang Tathagata” (P.154, L.32): ajaran mereka.” (P.154, LL.20-24)
K
etika seseorang menjadi Buddha, ia mampu melihat kehidupan semua mahkluk dari masa lampau, sekarang, dan masa datang. Keberadaan kita tidak hanya berlangsung di masa ini saja. Kita memiliki kehidupan lampau. Kita akan memiliki kehidupan di masa datang. Keberadaan kita adalah kekal abadi. Oleh karena itu apa yang kita perbuat sekarang akan mempengaruhi kita di kehidupan mendatang. 17
Agar supaya Purna m e m p u n y a i g e l a r Ta t h a g a t a Kecemerlangan Dharma, ada suatu persyaratan yang mengikuti: Ia akan selalu berupaya keras untuk mengajar semua mahkluk hidup. Meski kita terus mendatangi Kuil Buddhis Nichiren selama sepuluh atau duapuluh tahun, bukanlah suatu hal yang sederhana untuk mencapai Kebuddhaan. Akan tetapi, jika kita terus mendatangi kuil dan
No.13 / Oktober 2005
mempertahankan hati kepercayaan kita, pastilah kita semakin mendekati pencapaian Nirvana – selangkah demi selangkah. “Para Dewa dan manusia akan mampu saling bertemu satu dengan lainnya.” (P.155, L.9): Ketika orang di dunia manusia dan para dewa pelindung di dunia langit dapat saling berkomunikasi satu dengan yang lainnya, dunia ini akan selalu damai dan penuh suka cita. Ketika kita menyebut Odaimoku, kadang kita dapat berkomunikasi dengan para dewa di dunia langit. Inilah yang disebut dengan kannodoko, atau komunikasi antara Buddha dan umat manusia. “Tidak akan ada lagi daerah iblis ataupun wanita.” (P.155, L.9): Wanita seringkali dipandang rendah bahkan di masa sekarang di beberapa bagian dunia. Bahkan di Amerika Serikat, wanita baru saja memperoleh hak untuk memilih setelah PD I. Dalam Buddhisme Mahayana, pria dan wanita adalah setara karena semua orang memiliki benih Kebuddhaan. Kita harus menafsirkan kutipan di atas dalam Saddharma Pundarika Sutra sebagai suatu ilustrasi bahwa tidak ada perbedaan antara pria dan wanita. “Semua mahkluk hidup di dunia tersebut akan terlahir tanpa perantaraan apapun.” (P.155, L. 10): Hal ini menjelaskan bahwa mereka akan terlahir kembali bukan melalui perantaraan seorang ibu atau sebuah telur ataupun kelembaban tetapi melalui karma atau kebijaksanaan spiritual mereka sendiri. Ketika kita mampu mengubah cara berpikir kita,
kita dapat terlahir kembali sebagai seseoarang yang lain, tidak secara fisik namun secara spiritual. “Mereka akan memancarkan cahaya dari tubuh mereka.” (P.155, L.12): Kita memancarkan cahaya dari tubuh kita, yang disebut sebagai aura. Cahaya dengan pasti mempengaruhi lingkungan sekitarnya, seperti misalnya ketika seorang yang gembira atau periang memasuki suatu ruangan, semua yang ada di ruangan tersebut akan menjadi gembira. “Mereka akan beterbangan sekehendak hati mereka.” (P.155, L.13): Ini berarti bahwa ketika kita mencapai Kebuddhaan, kita akan bebas bagaikan angin karena tidak akan ada lagi halangan yang mengikat diri kita. “Tidak menjadi masalah apakah Saya tinggal di sebuah rumah kecil ataukah rumah besar.” “Mereka akan hidup dari dua hal: kepuasan di dalam Dharma, dan kepuasan di dalam dhyana.” (P.155, L.15): Semakin dekat kita kepada Nirvana, semakin kita merasa senang dan puas membaca dan menyebut sutra sambil menikmati keheningan. Meski kita memberi persembahan makanan di altar, persembahan terbaik bagi semua Buddha, Nichiren Shonin, dan leluhur kita adalah dengan menyebut Saddharma Pundarika Sutra dan judul, “Namu Myoho Renge Kyo”. Kita seharusnya meletakkan Butsudan, atau sebuah altar keluarga di ruangan yang hening dalam rumah kita jika hal ini mungkin. “Bhiksu Kaundinya menjadi
18
seoarang Buddha bergelar Tathagata Kecemerlangan Dharma... Kelima ratus arhat menjadi Buddha juga bergelar Kecemerlangan universal.” (P. 159, Paragraf ke-2): Ini adalah poin utama dalam bab 8 dimana Purna, Kaundinya, dan Kelima ratus arhat mendapat jaminan akan masa depan Kebuddhaan. Akan tetapi, pesan yang lebih penting dalam bab ini adalah kalimat yang kemudian menyusul kutipan di atas. “Semua Sravaka akan pula menjadi Buddha. Beritahukanlah hal ini kepada para Sravaka” (P.160, dua baris terakhir). Ini menjelaskan bahwa bukan hanya para Sravaka yang hadir di pesamuan agung di puncak Gunung Gridhakurta namun juga kelima ribu sravaka yang telah meninggalkan Sang Buddha dalam bab 2 juga akan mampu mendapat jaminan Kebuddhaan dari Kasyapa. Ini juga termasuk mereka yang hidup di Masa Akhir Dharma. GASSHO.
No.13 / Oktober 2005
Ki-Ken-Tai-Icchi dan Buddhisme YM.Bhiksu Shinko Matsuda, Kuil San Jose Myokakuji Betsuin
Pengenalan Tentang “Kendo”
K
endo” atau “Jalan Pedang” adalah suatu yang muncul dari berbagai macam merupakan sebuah kelompok Jepang. Kembali pada masa itu, pendekar pedang adalah pengunaan atau pedang dari kayu yang ada pelindung, banyak dari mengalami luka yang sangat pembelajaran. U n t u k takut dalam permainan tidak melukai satu sama digunakan pedang disebut “shinai” dan pelindung yang disebut pertama dibuat dari 32 bilah bambu dan alang-alang untuk satu sama lain dan dalam satu kantong “Fukuro Shinai.” Pada “Shinai” terdiri dari 4 berlobang dan diikat dengan tali dari kulit atau untuk “Bogu” juga “Yoroi” atau pelindung digunakan para Samurai. saat sekarang ini terdiri dan Tare; pelindung kepala, lengan, pelindung dada, dan Ada empat daerah “Kendo” yang dijadikan sasaran “Shinai”. Ketiga tipe serangan kepala atau “men”, menyerang “kote”, dan menyerang bagian dorongan “tsuki” adalah mendorong
seni yang berhubungan dengan pedang sekolah para pemain pedang, yang samurai pada masa lampau di satu-satunya metode dari para sebilah pedang (shinken) disebut ‘bokken’. Tanpa para siswa dan guru yang serius dalam masa menghilangkan rasa pedang itu agar lainnya, maka dari bambu yang mengunakan “bogu”. “Shinai” kira-kira 16mengunakan menyatukan ditempatkan kain. Ini disebut masa sekarang, bilah bambu yang menjadi satu nilon. Sedangkan masih menyerupai yang biasa Peralatan modern dari “Men, Kote, Do, senjata / pelindung pelindung pinggul. target serangan dalam penyerangan dengan adalah menyerang bagian pergelangan tangan atau tubuh atau “Do.” Dan satu d iarah ker on g ko ng an . 19
No.13 / Oktober 2005
Ketika mengenai salah satu dari daerah ini maka seorang pemain Kendoist harus berteriak “kiai”. Ini adalah suatu ungkapan dari semangat dan pemberitahuan bahwa pukulan itu mengenai target. Saat sekarang, “Kendo” telah tersebarluas di seluruh dunia dan dilaksanakan secara khusus di Jepang dan Korea. Banyak sekali murid-murid dari berbagai negara seperti Prancis, Inggris, Kanada, Brasil dan Amerika Serikat mengikuti permainan “Kendo” ini. Setiap tiga tahun sekali, sebuah Turnamen Kendo Dunia dilaksanakan. Terlihat peningkatan yang dramatis peserta dari turnamen dari tahun ke tahun.
Konsep Ki-Ken-Tai-Icchi
A
ku mulai mengikuti seni pedang “Kendo” ini sejak berumur 9 tahun. Sejak saat itu, Aku belajar dari banyak guru dan pelatih Kendo, diantara mereka masing-masing memiliki filosofi tersendiri, apa itu Kendo dan bagaimana pelaksanaannya. Beberapa guru menekankan pada dasar yang kuat pada konsentrasi. Meskipun setiap pelatih dan guru mengajarkan hal-hal yang berbeda, tetapi setiap guru Kendo yang pernah aku ikuti, mempunyai sebuah konsep yang sama, yakni: pertama, adalah mengembangkan karakter seseorang melalui prinsip-prinsip dari “Jalan Pedang” atau “Kendo,” dan Konsep Ki-Ken-Tai-Icchi. Sederhananya dapat digambarkan, ketika Ki-KenTai-Icchi menyatu, semangat, pedang dan badan bergerak secara bersamaan ketika mengayunkan Shinai untuk mengenai lawan. Ini berarti “Ki” adalah semangat, ‘Ken’ ketepatan teknik pedang dan ‘Tai’ posisi tubuh yang benar harus bergerak pada saat bersamaan. Sebagai seorang Kendois, kita berusaha mencapai tahapan ini setiap kali latihan. Meskipun ini
kedengarannya sederhana, tetapi ini adalah pencapaian yang terberat dari seorang Kendois. Ketika ketiga konsep itu telah menyatu, ini yang disebut “YukoDatotsu” keberhasilan menaklukan lawan. Apalagi, dalam sebuah kejuaraan Kendo, juri akan menilai dan melihat apakah ketiga komponen itu telah tercapai atau tidak. Pendapat saya, ketika aku mencapai Ki-KenTai-Icchi dalam pelaksanaan atau waktu menyerang dan bertahan dari lawan, saya merasa sungguh hal yang luar biasa, dimana ini merupakan ungkapan yang paling tulus dari hatimu terhadap lawanmu.
Setelah berbincang dengan beberapa orang peselancar kenapa mereka melakukan hal ini, aku menemukan perasaan yang sama seperti pengalaman mereka dalam mencari gelombang yang baik ketika latihan “Kendo”. Dalam Kendo, kesempatan menemukan terjadinya pertemuan pedang dengan lawanmu dan kesempatan menemukan gelombang bagi para peselancar adalah dua hal yang sama. Ini sebuah kesempatan yang harus kita temukan.
Mencapai Ki-Ken-Tai-Icchi:
etika orang-orang melihat pertandingan Kendo, khususnya bagi yang pertama kali melihatnya, mereka hanya melihat bahwa ini memerlukan fisik yang kuat, cepat dan gesit untuk mengalahkan lawan. Namun, bukan demikian halnya yang dialami oleh kedua orang Kendois. Pada pertandingan tingkat tinggi, keputusan diambil ketika terjadinya pertemuan kedua pedang atau “Tachi-ai”. Kedua Kendois akan melihat mata dari lawannya masing-
M
enurut pengalamanku, aku menemukan bahwa konsep Ki-Ken-Tai-Icchi adalah sama seperti seorang peselancar mencari waktu yang tepat untuk berselancar diatas ombak. Banyak para peselancar bangun pada jam 4:30 pagi, dan pergi ke pantai samudera pasifik yang sejuk dan mencoba dan menemukan gelombang yang baik sebelum pergi kerja atau sekolah. 20
Keseimbangan antara Pikiran dan Badan
K
No.13 / Oktober 2005
masing dan mencari kesempatan dimana konsentrasi dari lawan teralihkan untuk melakukan serangan. Ketika waktu yang tepat maka ia akan melakukan serangan Men, Do, Kote atau Tsuki, hal ini hanya merupakan manifestasi fisik saja. Pada tingkatan ini seorang Kendois “memukul bukan untuk menang, tetapi selain mengenai lawan ia telah menang.” Ketika hal ini terjadi kemenangan seorang Kendois tidak hanya sekedar fisik, tetapi juga mental dan spiritual. Oleh karena itu untuk mencapai keadaan ini seorang Kendois harus sembuh dari penyakit seperti ketakutan, keraguan, keterkejutan dan kebingungan. Ketika hal ini tercapai, maka keharmonisan antara pikiran dan badan telah tercapai. Seperti yang diketahui bahwa Pikiran dan Badan adalah dua kekuatan yang bekerja saling berlawanan, karena itu harus ada penyatuan keduanya untuk sebuah kekuatan. Aku percaya keharmonisan antara Pikiran dan Badan adalah tujuan yang teragung dari semua seni didunia ini. Bruce Lee dalam wawancara terakhirnya mengatakan, “ kamu mempunyai sebuah kekuatan alami dari badan dan kekuatan dari pikiran atau semangat. Kamu harus mengabungkan keduanya dalam keharmonisan. Jika kamu terlalu
berlebihan dalam pikiran, kamu akan menjadi tidak logik, jika kamu terlalu berlebihan pada kekuatan badan, maka kamu akan hanya menjadi sebuah mesin.” Hal yang sama, dalam Buddhisme terdapat konsep kesatuan dari Badan dan Pikiran. Buddha mengajarkan kita bahwa Pikiran dan Badan bukanlah dua hal yang berbeda tetapi adalah kesatuan dari keduanya. Keduanya, Badan dan Pikiran adalah bagian proses dari diri kita. Proses ini dapat dibagi menjadi lima kategori antara lain : 1. Bentuk Fisik (Lima Indera) 2.Sensasi atau Perasaan ( M e n y e n a n g k a n a t a u Ti d a k Menyenangkan) 3. Kesadaran dari Perasaan (Persepsi yang diperoleh dari perasaan) 4. Kemauan atau Tindakan (Reaksi, Pandangan dan Tindakan, dan lainlain) 5. Kesadaran Diri (Untuk bertindak atau tidak bertindak) Sebagai seorang Buddhis,Aku percaya keseimbangan antara Pikiran dan Badan adalah juga hal yang ingin dicapai dalam Saddharma Pundarika Sutra. Dikatakan bahwa, “Tidak hanya fisik kita yang mempengaruhi pikiran, tetapi juga tingkatan mental mempunyai pengaruh besar terhadap tingkatan fisik kita.” Menurut pengalamanku, kita tidak boleh hanya konsentrasi pada pikiran saja dengan mengesampingkan fisik atau badan kita. Kita harus melakukan keseimbangan diantara keduanya. Mereka tidak berdiri sendiri-sendiri, tetapi bekerja bersama untuk mencapai tujuan. GASSHO. Sumber berita: The Bridge No.39, 2003, terbitan Nichiren Buddhist International Centre, Amerika Serikat.
21
Tahukah Anda ?
SISTEM DUNIA Sang Buddha mengatakan bahwa Bumi bukanlah pusat dari alam semesta dan tidak hanya terdapat satu kehidupan yang seperti bumi ini. Ia berkata terdapat tata surya yang tak terbatas jumlahnya, beberapa diantaranya didunia itu terdapat para Buddha yang mengajarkan DharmaNya. "Satu matahari, satu bulan, satu Gunung Sumeru dan satu kelompok dari benua disebut "Satu kelompok Empat Benua dibawah langit," ini adalah satu sistem dunia. Dalam sistem dunia kita yang lebih kecil ini terbagi atas; Asia disebut Selatan Jambudvipa. Amerika disebut Timur Purvavideha, Eropah disebut Barat Aparagodaniya, dan Uni Soviet disebut Utara Uttarakuru. Terdapat kata-kata dalam sutra bahwa orang-orang yang tinggal di Utara Uttarakuru tidak pernah melihat Sang Buddha, tidak pernah mendengar Dharma, dan tidak terdapat para anggota sangha. Dikatakan juga bahwa malam hari di Selatan Jambudvipa, Ini berarti malam hari bagi Utara Uttarakuru. Setiap Sistem Dunia mempunyai Empat Benua Besar, akan tetapi bisa saja arahnya berbeda." GASSHO.
No.13 / Oktober 2005
Buku "PENJELASAN SHUTEI GOHONZON NICHIREN SHONIN" (Ditulis Bulan Ketiga Tahun Koan Ketiga, 1280). Penyusun Oleh: Shami Josho S.Ekaputra
“Vam” Simbol Bija
Achalanatha Vidyaraja ~ Fudo Myo-O ~
A
da dua kelompok Vidyaraja yakni; kelompok yang terdiri dari lima mahkluk dipimpin Fudo Myo-o. Kelimanya merupakan perwujudan dari para Buddha di empat penjuru. Kelompok lain terdiri dari delapan mahkluk, termasuk Aizen Myo-o, merupakan perwujudan dari para Bodhisattva. Kedua Vidyaraja yang ditulis dalam Omandala adalah Achalanatha dan Ragaraja, (Fudo Myo-o dan Aizen Myo-o). Mereka diwakili oleh bija, “Suku Kata Inti” yang mengandung inti hakekat mereka. "Suku kata inti" tersebut ditulis dalam Siddham, variasi Sansekerta. Mereka adalah satu-satunya bagian dari O'mandala yang ditulis dalam bija Sansekerta. Fudo Myo-o dan Aizen Myo-o melambangkan Hukum Ajaran "Samsara adalah Nirvana (Shoji Soku Nehan) dan Kekotoran adalah Bodhi (Bonno Soku Bodai).” Hukum pertama, mempunyai arti bahwa Nirvana bukanlah suatu alam lain tetapi kenyataan sesungguhnya dari dunia kelahiran dan kematian. Hukum kedua, mempunyai arti bahwa Bodhi, atau Kesadaran, bukanlah penghapusan dari segala kekotoran, tetapi pembebasan dan perubahan menjadi energi menyeluruh bagi pikiran yang mencapai Kesadaran. Fudo Myo-O, di Jepang disebut ‘Joju Kongo’ (Permata
Kekal dan Abadi). Nama Sansekertanya, Acalanatha berarti ‘Raja Abadi’. Ia adalah Vidyaraja dengan tubuh berwarna hijau tua atau hitam, sang penghancur hasrat. Dalam doktrin kuno ia dianggap sebagai ‘Tubuh Nirmanakaya dari Vairocana, yang melambangkan keteguhan dan kebulatan tekad untuk menghancurkan iblis. Ia digambarkan memegang sebuah pedang yang terhunus vertikal dengan dilingkari oleh seekor naga api. Cahaya apinya dianggap mampu memusnahkan hasrat dan nafsu. Ia dijelaskan di dalam banyak sutra khususnya sutra Mahavairocana. Pedangnya membantu ia untuk melawan "Tiga racun": keserakahan, kemarahan, dan kebodohan. Di tangan kirinya, ia memegang sebuah lasso (pasa) untuk menangkap dan mengikat kekuatan-kekuatan jahat dan mencegah mereka untuk menimbulkan kerusakan. Fudo Myoo berprasetya akan memperpanjang usia orang-orang yang berhati kepercayaan teguh selama enam bulan dan memberi mereka tekad tak tergoyahkan untuk mengalahkan 22
kekuatan iblis, seringkali karena hal ini ia dihormati sebagai ‘pemanjang usia’. Karena kekuatanya, banyak orang berdoa meminta bantuan dari Fudo Myo-o dalam berbagai situasi, serangan penyakit – bukan karena ia sebagai penyembuh, tapi sebagai kekuatan yang efektif untuk memerangi kekotoran dan iblis yang menyebabkan penyakit. Ia juga sering dimintai bantuan dalam doa sebagai perlindungan terhadap orang yang ditakut terhadap mantra-mnatra sihir. Fudo Myo-o juga sering dianggap sebagai pelindung negeri Jepang terhadap serangan dari luar. Atas semua alasan inilah, ia merupakan salah satu dari mahkluk gaib Buddhis yang paling sering didoakan, dan salah satu yang paling terkenal. Kuilkuil yang dipersembahkan baginya tersebar diseluruh penjuru negeri. Kebanyakan dari kuil ini merupakan milik sekte Shingon dan Tendai. Anggota dari sekte Nichiren juga memujanya, utamanya sebagai ‘pelindung negara’. Gassho.
No.13 / Oktober 2005
ANEKA PERISTIWA NICHIREN SHU (Liputan Aneka Berita Nichiren Shu Indonesia dan Luar Negeri)
Bantuan Kursi Roda dan Penyangga Tangan Bagi Penyandang Cacat di Sri Lanka
L
otus Aid Network (LAN), adalah sebuah grup sukarelawan yang dibentuk oleh lima Kuil Nichiren Shu di Tokyo, yang telah mengumpulkan dana untuk kursi roda dan penyangga tangan yang diperuntukkan bagi para penyandang cacat di Srilangka, langkah ini telah ditempuh sejak setahun yang lalu. Grup ini mempunyai hubungan yang unik dengan Srilangka, karena pemimpin grup ini, YM.Bhiksu Ryoko Koga, pernah mensponsori sebuah sekolah disana 13 tahun yang lalu. Dana itu dikumpulkan dari acara bazar, dan sumbangan dari para anggota dan teman, kemudian dana itu digunakan untuk membeli 46 kursi roda dan 20 penyangga tangan. Kebijakan perpajakan yang ketat dari pemerintah setempat terhadap
LAN, berada di rumah sakit Aryuvedic
barang-barang import, membuat grup ini mengambil keputusan membeli kelengkapan ini diperusahaan setempat. Grup yang dipimpin oleh YM.Koga dengan beberapa anggota dari Kuil Joenji, meninggalkan Jepang menuju Sri Lanka pada tanggal 21 mei 2005. Upacara doa dilaksanakan pada tanggal 22 mei bertempat di Kuil Sastoradaya dan dipimpin oleh YA. Muttettuwegama kiri; ibu YA.Ananda, YM. Koga, YA. Ananda, YM. Eimei Ando, dan YM. Daichi Homma. Ananda. YA. Ananda
23
mempunyai hubungan yang erat LAN, karena pada masa lalu pernah menjadi seorang pengawas di sekolah Joenji, sebelum akhirnya ia ditempat di kuil setempat. Sekolah Joenji disponsori oleh YM.Koga dari Kuil Meguro Joenji, Tokyo dan memberikan pendidikan bagi anakanak yatim piatu dan anak-anak setempat. Berikut laporan perjalanan dari grup tersebut : “Kami disambut dengan sebuah pawai dari para penari dan pemain drum yang dipersembahkan oleh sebuah grup nari terkenal “Kandyan” dan berbaris bersamasama memasuki aula utama kuil. Karena peristiwa ini bersamaan dengan festival Waisak, maka sangat
No.13 / Oktober 2005
cara pengunaan dari kursi roda dan penyangga tangan. Meskipun acara ini berlangsung lebih dari 3 jam lamanya, kami mendapatkan senyuman dan gassho sebagai tanda terima kasih dari para penerima sumbangan tersebut. Dibelakang kursi roda tertulis Lotus Aid Network. “Setelah kata sambutan dari YM.Koga dalam bahasa inggris, kami mengunjungi dua tempat YM. Koga dengan seorang laki-laki lumpuh dengan untuk menyalurkan bantuan penyangga barunya. ini. Satu adalah rumah untuk meriah. Waisak adalah sebuah upacara orang lumpuh yang dipimpin oleh Buddhis yang dilaksanakan untuk YM Ahuliyedde Athula, seorang peringatan kelahiran, penerangan teman dari YA.Ananda, orang yang dan Nirvana Sang Buddha. Acara ini telah menyumbangkan rumahnya dilakukan setiap tahun ketika bulan untuk penampungan orang cacat. purnama dibulan mei. 70 % penduduk Kami memberikan tiga buah kursi Sri Lanka adalah beragama Buddha, roda disini. satu orang tua yang sehingga Waisak adalah sebuah acara tidak pernah meninggalkan tempat festival nasional. tidurnya karena lumpuh, dapat duduk “ P a r a p e n d u d u k d e s a diatas kursi roda dan dapat keluar Marapana, di kota Ratpanura, dari rumah itu untuk pertama kali dimana Kuil YA.Ananda’s berada, dalam hidupnya. Tanpa banyak menyambut kami dengan dekorasi kata-kata, wajahnya mencerminkan waisak yang meriah; lentera dengan kegembiraan yang luar biasa. berbagai macam bentuk dan ukuran “Kemudian, kami serta bendera buddhis. Di kuil ini kita mengunjungi rumah sakit Ayurvedic mengikuti jamuan makan bersama di Ratnapura, dimana mereka para Bhiksu dari Bangladesh, Beijing mengunakan tradisi Ayurvedic (obatdan dari negara lainnya di Asia, obatan tradisional) untuk mereka semua dari Buddhisme pengobatan para pasien. Hinayana. Kita bertukar pendapat Disini, tiga anak kecil cacat mengenai Buddhisme global pada otot dan buta mendapatkan masa mendatang. kursi roda. Mereka terlihat “YA. Ananda menerima senang akan kursi roda itu. lebih dari 100 aplikasi permintaan “Kami sangat akan kursi roda dan penyangga bahagia ketika melihat dan tangan, jadi ia harus memilih para merasakan kebahagiaan penerima kelengkapan ini dengan dari orang-orang yang kami teliti. Para penyandang cacat beserta bantu. Kami mengharapkan keluarga mereka datang dari pulau- dapat terus menolong mereka pulau terpencil untuk menerima yang tidak mampu, cacat, pemberian yang sangat berharga ini. dan mereka yang menderita Masing-masing dari para penerima diseluruh dunia. Banyak diberikan penerangan bagaimana hal yang masih dapat kami
24
lakukan pada masa mendatang dengan grup ini..”
Lotus Aid Network (LAN)
L
AN adalah salah satu dari sekian banyak grup sukarelawan Buddhis di Jepang. Berdiri pada tahun 1995, setelah gempa bumi Hanshin- Awaji. Grup ini didirikan oleh lima Kuil Nichiren Shu di Tokyo; Kuil Meguro Joenji dipimpin oleh YM.Bhiksu Ryoko Koga, Kuil Takanawa Jokyoji dipimpin oleh YM.Bhiksu Shosen Seki, Kuil Mita Yakuoji dipimpin oleh YM.Bhiksu Kenjo Kobayashi, Kuil Aoyama Myoenji dipimpin oleh YM.Bhiksu Jikyo Homma dan Kuil Asakusa Myokyoji dipimpin oleh YM.Bhiksu Yuko Yamaguchi. Misi dari grup ini adalah memberikan bantuan terhadap bencana alam diseluruh Jepang dan dunia. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan; memberikan bantuan untuk korban gempa bumi HanshinAwaji, dan gempa bumi Niigata yang menghancurkan daerah tersebut, dan juga mengirimkan sumbangan uang bagi korban Tsunami, Sumatera dan para penyandang cacat dan korban perang sipil di Sri Lanka. Grup ini akan terus melakukan kegiatan bantuan untuk daerah-daerah bencana pada masa mendatang. Gassho.
YM. Koga dengan seorang wanita cacat ditempat YM.Athula .
No.13 / Oktober 2005
Seri Pengenalan Kuil-Kuil Nichiren Shu
(Menjelajahi Kuil-Kuil Nichiren Shu di seluruh Jepang dan Dunia) Oleh: Sidin Ekaputra,SE
Kuil Tafuku Zan Ichijo-in Taiho Ji • Nama Resmi: Tafukuzan Ichijo-in Taihoji • Sekte: Nichiren Shu, Buddhism • Pendiri: periode circa 1399 Oleh Hideyoshi Satake • Bhiksu Pendiri: Nisshutsu • Objek Pemujaan Utama: Rupang Nichiren dan Stupa Odaimoku (Sanbo-honzon) • Alamat: 6-22, Omachi 3-chome, Kamakura, Kanagawa 248-0007 • Luas Kuil: lebih kurang 1,000 meter persegi • Lokasi: 750 meter selatan dari stasiun Kamakura • Waktu dari stasiun: 20 menit • No Telepon: 0467-22-2973 • Tempat Istirahat: Tidak Tersedia
Ringkasan Sejarah
Ket. (atas) Kuil Taiho-Ji tampak depan, (bawah) map menuju ke kuil
P
ada pertengahan abad 11 , t e r d a p a t s e b u a h kelompok samurai yang sangat kuat didaerah Honshu Utara dibawah pimpinan Yoritoki Abe (?- 1057) dengan sebuah benteng pertahanan di Koromo-gawa dekat Hiraizumi Propinsi Iwate. Mereka tumbuh lebih kuat dibandingkan kelompok lainnya bahkan mereka mengabaikan dan melawan perintah dari pemerintah setempat di Kyoto. 25
No.13 / Oktober 2005
Pemerintah mengirimkan pasukan untuk menaklukan mereka tetapi t i d a k membawa hasil. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dalam menghadapi Abe, pemerintah menetapkan Yoriyoshi Minamoto (988-1075) menjadi pemimpin angkatan perang dan diberi untuk perintah untuk menaklukan kelompok tersebut. Yoriyoshi adalah nenek moyang dari Yoritomo Minamoto (1147-1199), pendiri KeShogunan Kamakura dan untuk memperluas pengaruh ke daerah Jepang Timur. Ia harus bersusah payah dan berperang bersama-sama dengan putranya Yoshiie Minamoto (1039-1106) melawan kekuatan kelompok Abe tersebut. Pada akhirnya pada tahun 1067, mereka bisa memenangkan pertempuran dengan bantuan dari kelompok Kiyohara yang juga pemimpin sebuah kelompok di Honshu Utara. Peperangan itu sendiri memakan waktu sembilan tahun sebelum akhirnya dapat terwujud perdamaian didaerah itu. Pada tahun 1084, sebuah perselisihan lain terjadi secara tibatiba di antara kelompok Kiyohara. Yoshiie berpihak pada kaum Kiyohira dipimpin oleh Fujiwara (1058-1128), salah satu pemimpin dari kelompok Kiyohara. Persekutuan yang cukup kuat untuk memadamkan perselisihan itu. Fujiwara akhirnya menguasai Honshu utara dan menjamin kedamaian sampai tahun 1087. Juga yang sangat mendukung kelompok pemenang itu adalah Minamoto (1045-1127), adik laki-laki Yoshiie’s. Setelah tiga tahun dari pertempuran ini, Fujiwara mendirikan sebuah kota besar di Hiraizumi yang memberikan dukungan dan kekayaan kepada Kyoto dan tempat itu diberi nama Kyoto Utara. Dengan sumber tambang emas, mereka semua menjadi sangat kaya dan membangun sebuah komplek kuil yang indah. Paviliun Golden-Hue di Kuil Chusonji saat
sekarang, sebuah kuburan besar indah dari raja Fujiwara adalah yang paling terkenal diantara begitu banyak bangunan lainnya di Hiraizumi, dan tempat ini menarik 1.5 sampai 2 juta pengunjung pertahun. Kaya akan emas, Marco Polo (1254-1324), seorang pelaut Venesia, menjuluki Jepang sebagai sebuah pulau emas. Meskipun demikian, kaum Fujiwara pada akhirnya dibinasakan oleh Yoritomo Minamoto. Tidak sama dengan kasus sembilan tahun gangguan terdahulu, pemerintah kerajaan menganggap pertempuran tiga tahun tersebut sebagai perselisihan kelompok dari kaum Kiyohara dan tidak memberi penghargaan apapun kepada para prajurit. Mereka telah mengambil resiko mempertaruhkan hidup dan tidak mendapatkan apapun sama sekali. Kemudian datanglah Yoshiie Minamoto. Ia dengan baik hati memberikan hadiah bagi para pengikut kelompok tersebut dengan kekayaan pribadinya. Mereka yang telah diberi hadiah oleh kedermawanannya telah mempererat tali persaudaran dengan kaum Minamoto, yang juga sedang melawan pemerintah kyoto dan sekutunya kaum Taira. Ketika Yoritomo Minamoto, keturunan Yoshiie’s dari generasi yang keempat, berperang menghadapi kaum Taira pada tahun 1183, sejumlah besar kaum samurai di Jepang utara, yang masih merasakan berhutang kepada Yoshiie, masuk ke dalam persekutuan dengan Yoritomo, untuk membalas budi Yoshiie’s terjun ikut dalam pertempuran. Kuil ini berdiri diatas tanah tempat tinggal Yoshiie’s adik lakilaki Yoshimitsu dan pada periode Kamakura (1185-1333), yang kemudian ditempati oleh Hideyoshi Satake. Oleh karenanya, daerah ini disebut Satake dan keluarga Satakes tetap tinggal disini dari generasi ke generasi sampai periode Muromachi
26
ket. Hideyoshi Satake
(1336-1573). Pada periode Edo (1603-1868), keluarga Satake telah pindah ke propinsi Akita dan menjadi seorang Raja feodal (Daimyo) Akita, dimana Satake memainkan peran yang sangat penting untuk mengembangkan daerah tersebut. Di museum Satake dekat stasiun kereta api Akita, menjelaskan secara lengkap garis keturunan dari keluarga Satake. Semua itu menunjukkan kekuatan hubungan keluarga tersebut, dimana nama kecil mereka semua terdapat nama Yoshi. Hideyoshi Satake adalah seorang pegawai yang sangat penting dari Yoritomo Minamoto, dan nenek moyangnya mendirikan sebuah kuil Shingon dengan nama Tafukuji pada tahun 1399 diatas tanahnya. Sejalan dengan waktu, Kuil Tafukuji
No.13 / Oktober 2005
Ket. Dewa Daikokuten
mengalami kerusakan dan tidak terawat. Pada tahun 1444, Bhiksu Nisshutsu (1381-1459) dari Nichiren Shu merekonstruksi kuil itu dan memberi nama Tafukuzan Ichijo-in Taihoji, dan mengubah pemujaan kuil itu kepada sekte Nichiren. “ IchijoIn” adalah nama buddhis dari Bhiksu Nisshutsu. Bhiksu Nisshutsu juga adalah Bhiksu pendiri Kuil Hongakuji dan pada waktu itu bertindak sebagai bagian dari Kuil Myohonji. Tanah Satake sekarang telah diberikan dan dibangun tempat suci Shinto dengan nama Yakumo dan tempat itu adalah untuk mengenang Satake. Oleh karena itu, tempat suci Yakumo sering disebut juga Satake Ten’no. Setiap tahunnya ketika diadakan festival di tempat suci Yakumo, diadakan prosesi sepanjang jalan Omachi, dan akan melewati kuburan dari Satake didalam Kuil Taihoji untuk memberikan penghormatan kepadanya.
utama. Sanbo berarti Tiga Unsur yaitu, Buddha, Dharma, dan Sangha. Nichiren Shu menempatkan sebuah stupa yang ditengahnya tertulis tujuh aksara Na Mu Myo Ho Ren Ge Kyo (Odaimoku) yang berarti pemujaan kepada Saddharma Pundarika Sutra. Dikiri dan kanan stupa itu terdapat rupang Buddha Sakyamuni dan Buddha Prabhutaratna, serta kemudian terdapat rupang Nichiren didepannya. Juga terdapat beberapa rupang yang diabadikan dalam kuil antara lain: • Kishimojin atau Hariti (skt), yang merupakan salah satu dewa yang terdapat dalam Saddharma Pundarika Sutra dan dipuja oleh penganut Nichiren sebagai dewa bagi keselamatan bayi. Hariti dan sepuluh raksasa perempuan juga memberikan Dharani dalam Bab. XXVI, untuk melindungi para pelaksana Saddharma Pundarika Sutra. Karenanya Ia begitu terkenal dikalangan Nichiren Buddhisme. Dan hampir semua kuil Nichiren Shu mengabadikan rupangnya. Dibuat pada tahun 1716.
Aula Utama
S
eperti umumnya kuil Nichiren Shu, Sanbo Honzon selalu diabadikan didalam aula utama sebagai objek pemujaan
Ket. Pintu gerbang menuju kuil
27
• Daikokuten: Dewa Kekayaan, atau Dewa Kemakmuran, yang dalam bahasa sansekerta disebut Mahakala. Pada umumnya ia memakai kerudung dan membawa sebuah kantong besar yang berisi harta kekayaan dibahu kirinya. Pada tangan kanan memegang sebuah palu keberuntungan dan duduk diatas dua kantong beras. Ini adalah salah satu Dewa Kekayaan orang Jepang yang paling banyak dipuja. • Rupang Bhiksu Nisshutsu • Rupang Yoshimitsu Minamoto (1159-1189) yang diukir pada tahun 1854.
Acara Tahunan
S
etiap tahun pada tanggal 22 Pebruari, Kuil ini selalu mengadakan acara pensucian para bhiksu sama seperti yang dilakukan di Kuil Choshoji. Para bhiksu melakukan mandi air dingin pada jam 12:30 p.m. Mereka hanya memakai celana dalam putih. Ini adalah salah satu bentuk pelatihan bagi para calon bhiksu. GASSHO.
No.13 / Oktober 2005
JADUAL DAN BAHAN pelajaran JAKARTA, TANGERANG, BATAM, JAWA TENGAH DAN D.I.YOGYAKARTA
BAHAN PELAJARAN ::: MINGGU I, 2 OKTOBER 2005 Bahan : "Aku Ingin Tinggal Di Gunung Minobu Selama-lamanya" MINGGU II, 16 OKTOBER 2005 Bahan: Ceramah Bhiksuni Myosho Obata: "Janji Agung Sang Buddha" MINGGU III, 23 OKTOBER 2005 Bahan: Goibun Nichiren Shonin "Kaimoku Sho, Bab.V" MINGGU IV, 30 OKTOBER 2005 Bahan : "Pelajaran Saddharma Pundarika Sutra dan Diskusi"
JADUAL PERTEMUAN :::
Topik Utama:
~Aku Ingin Tinggal Selamalamanya di Gunung Minobu, Hal. 01
Ceramah :
~Janji Agung Sang Buddha, Hal.04
Goibun:
JAKARTA (SETIAP MINGGU, KECUALI MINGGU III): 10:00 - 10:40 Dokyo Shodai (Membaca Paritta dan Odaimoku) 10:40 - 12:00 Pelajaran / Diskusi TANGERANG (MINGGU 23 OKTOBER 2005) 14:00 - 14:30 Dokyo Shodai 14:30 - 16:00 Pelajaran / Diskusi SEMARANG / JAWA TENGAH (SETIAP RABU) 19:00 - 21:00 Dokyo Shodai / Pelajaran / Diskusi D.I.YOGYAKARTA (SETIAP JUMAT) 20:00 - 22:00 Dokyo Shodai / Pelajaran / Diskusi
~Kaimoku Sho, Bab. V, Hal.09
Serba Serbi:
~Seri Pelajaran Mahayana, Hal.06 ~Legenda Nichiren Shonin, Hal.15 ~Seri Penjelasan Saddharma Pundarika Sutra, Hal.17 ~Ki Ken Tai Icchi dan Buddhisme, Hal.19 ~Achalanatha Vidyaraja, Hal.22 ~Seri Pengenalan Kuil-Kuil Nichiren Shu, Hal.25
Aneka Peristiwa:
PENGUMUMAN Mulai Pebruari 2005, bagi anda yang ingin memberikan Dana Paramita untuk Yayasan Buddhis Nichiren Shu Hokekyo Indonesia, atau Cetya Pundarika, Sunter dapat melakukannya melalui Transfer Bank dengan data sebagai berikut:
Bank Central Asia (BCA) KCP.Muara Karang No.Account : 637-012-8152 A/N: Nichiren Shu Hokekyo Indonesia
~Bantuan Kursi Roda dan Penyangga Tangan bagi Orang Cacat di Sri Lanka, Hal.23
Dana Paramita Buletin "LOTUS"
Rp.6.000,-
(Untuk Kalangan Sendiri) Atau anda dapat downlod di www.nshi.org
Alamat Redaksi Buletin "LOTUS" : Apartemen Permata Surya I, Blok.A No.201, Cengkareng - Jakarta Barat. Telp.081311088060, Email:
[email protected] Website: www.nshi.org 28