Aku dengar; Aku lupa Aku lihat; Aku ingat Aku lakukan; Aku paham Aku sampaikan; Aku mahir
Badan Koordinasi Nasional Lembaga Pengelola Latihan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam Periode 2003 - 2005
Panduan Latihan Kader I - ii
PENGANTAR Assalamu’alaikum wr wb Alhamdulillah akhirnya dengan berbagai dukungan dari semua pihak, panduan pelaksanaan Latihan Kader I Himpunan Mahasiswa Islam dapat selesai dengan baik. Tujuan adanya panduan ini adalah untuk memudahkan dalam pengelolaan Latihan Kader I serta dapat mencapai standar yang diinginkan dan memiliki keseragaman kualitatif dalam output-nya. Panduan ini sebenarnya merupakan kompilasi dari beberapa panduan yang telah ada dan dipakai di beberapa cabang yang kemudian dibahas oleh tim penyusun yang terdiri dari pengurus Bakornas LPL dan PA PB HMI, jadi tidak heran kalau mungkin ada kesamaan-kesamaan dengan beberapa cabang tertentu. Pembahasan yang dilakukan oleh tim berfungsi agar panduan ini dapat fleksibel dan cocok untuk diaplikasikan di seluruh cabang, karena pada panduan-panduan cabang tersebut ada yang bersifat khusus yang cocok pada cabang tertentu saja. Untuk materi-materi terurai yang ada dalam panduan ini merupakan hasil pembuatan oleh teman-teman HMI dari beberapa wilayah yang menyumbangkan tulisannya pada Bakornas LPL, namun ada juga yang diambil dari karya tulis yang bersangkutan tanpa ada ijin langsung, untuk itu kami mohon maaf kepada yang bersangkutan, tetapi yang kami lakukan adalah semata-mata untuk perbaikan HMI, maka kami mohon keikhlasannya. Khusus contoh modul, diambil dari modul yang dibuat oleh HMI Cabang Bandar Lampung Komisariat Pertanian Unila yang telah diaplikasikan pada Basic Training di komisariat tersebut yang berlangsung pada tanggal 1 – 7 September 2003, sehingga banyak kemungkinan contoh yang kami berikan tidak pas untuk daerah lain, tetapi kami tegaskan bahwa modul tersebut hanya contoh yang tidak serta merta harus diikuti secara saklek. Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para kontributor materi terurai, Marlenny dkk di Samarinda, Eko dan Rai di Bandar Lampung, temen-temen Komisariat Pertanian Unila, dan Kanda Supriadi di Padang (sekaligus minta ijin untuk plagiat sebagian karyanya “Untuk Sang Master”), serta pihak-pihak lain yang turut membantu dalam penyelesaian panduan ini, semoga Allah SWT membalasnya dengan setimpal. Kami sangat menyadari bahwa panduan ini jauh dari sempurna, maka dengan segala kerendahan hati kepada semua pihak untuk memberikan kritik dan saran demi perbaikan panduan ini, karena kami yakin perkaderan yang baik adalah perkaderan yang terbuka. Semoga Allah ridho pada langkah-langkah yang kita ambil. Billahittaufiq walhidayah, Wassalamu’alaikum wr wb Jakarta, Jumadil Tsani 1425 H Agustus 2004 M TIM PENYUSUN
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - iii
SAMBUTAN KETUA UMUM BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM Assalamu’alaikum wr wb. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya pada kita semua. Shalawat serta salam kita haturkan untuk uswah manusia, Nabi Muhammad saw, yang telah membawa kita dari kehidupan dzulumat menuju kehidupan penuh nur. Semoga cahaya Islam segera tegak. Bertepatan dengan hari Pendidikan Nasional dan Maulid Nabi Muhammad saw, yaitu tanggal 12 Rabiul Awal 1425 H, bertepatan dengan tanggal 2 Mei 2004, Badan Koordinasi Nasional Lembaga Pengelola Latihan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (Bakornas LPL HMI) periode pertama (2003 – 2005) dikukuhkan, banyak harapan yang digantungkan pada lembaga baru ini. Harapan besar terhadap LPL adalah dapat mengubah HMI menjadi lebih baik melalui pengelolaan training yang baik pula. Berangkat dari harapan tersebut dalam Rapat Kerja Bakornas LPL pasca pengukuhan, hari itu juga, akhirnya terumuskan visi Bakornas LPL yang pertama ini, yaitu Mengembalikan Ruh Perjuangan HMI yang dikemas dalam misi Standarisasi Perkaderan. Upaya untuk mencapai visi misi tersebut tertuang dalam program kerja, yang salah satunya adalah membuat modul training khususnya training formal di semua jenjang, sehingga pelaksanaan training dapat terstandarisasi serta mudah untuk dievaluasi. Setelah melalui beberapa pembahasan, ternyata modul tidak mungkin distandarisasi secara nasional, karena justru akan membuat perkaderan menjadi statis, maka akhirnya diputuskan untuk membuat panduan pelaksanaan yang isinya berupa aturan teknis secara umum yang dapat menstandarisasi pelaksanaan training tetapi masih memberikan ruang yang luas kepada daerah-daerah untuk mengembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lokal. Namun demikian untuk memberikan gambaran secara praktis implementasi panduan itu, perlu contoh modul untuk pegangan para pengelola latihan yang dapat dijadikan stimulan ide kreatif, sehingga dalam panduan pun disertakan contoh modulnya. Panduan pelaksanaan Latihan Kader memang telah menjadi kebutuhan yang urgent, mengingat pada saat ini sering terjadi kesimpang-siuran dalam pengelolaan Latihan Kader yang berdampak pada turunnya kualitas pelatihan dan muaranya adalah kejumudan dalam perkaderan HMI. Pembuatan panduan pelaksanaan Latihan Kader yang tujuan utamanya adalah untuk standarisasi kualitatif perkaderan, hendaknya dapat dijadikan rujukan dalam setiap pengelolaan Latihan Kader, dengan catatan harus selalu
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - iv
mengembangkan kreativitas tanpa meninggalkan hal-hal prinsip dalam perkaderan HMI. Pada kesempatan ini, pengurus Bakornas LPL HMI mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada tim penyusun Panduan Pelaksanaan Latihan Kader I ini, juga kepada para kontributor panduan ini, semoga Allah SWT membalasnya dengan setimpal. Akhir kata semoga panduan ini bermanfaat dan dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan Latihan Kader I, semoga Allah SWT ridho pada langkah-langkah yang kita ambil. Yakin Usaha Sampai Billahittaufiq walhidayah Wassalamu’alaikum wr wb Jakarta, Jumadil Tsani 1425 H Agustus 2004 M PENGURUS BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
ENCEP HANIF AHMAD Ketua Umum
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - v
SAMBUTAN KETUA BIDANG PEMBINAAN ANGGOTA PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum Wr. Wb. Hanya kepada Yang Maha Mutlak segala puji dan syukur kita panjatkan. Dan kepada pembawa Risalah Suci kita sampaikan salam keselamatan, karena ia telah mampu melakukan revolusi pemikiran dan peradaban pada masanya sampai hari ini. Menjadi kehendak Tuhan jika hambanya mampu mengaktualisasikan potensinya secara optimal untuk membaca ayat-ayat-Nya sehingga mampu menjawab tuntutan dan tantangan zaman. Dalam konteks ini, kecerdasan dan kesalehan seorang hamba diuji ketika ia mampu menarik dimensidimensi ke-Tuhanan dalam praksis sosial dan peradaban. Dan jika di tarik dalam arus teologi (tauhid) mungkin inilah yang dikehendaki teologi Islam saat ini. Persoalan-persoalan ummat dan bangsa senantiasa harus direspon dengan memberikan jawaban-jawaban yang cerdas, konstruktif dan bertanggungjawab serta berada dalam bingkai yang jelas. Inilah yang mungkin dikehendaki oleh mahasiswa yang mengorganisasikan diri dalam Himpunan Mahasiswa Islam, yang sejak berdirinya tahun 1947 telah mengkonsentrasikan diri untuk menjawab persoalan-persoalan pelik ummat dan bangsa. Praktek-praktek ini sebenarnya bisa diletakkan dalam konteks kemampuan kader HMI untuk membaca dan merealisasikan ayat-ayat Tuhan. Setengah abad lebih HMI lahir dan berkembang, dan sampai hari ini HMI masih menegaskan diri sebagai organisasi kader. HMI bertanggungjawab untuk memfasilitasi seluruh potensi dan nilai-nilai kreatif kadernya. Oleh karena itu, menjadi tidak bijak jika HMI hanya memberikan ‘ruang kreatif’nya hanya dalam satu bidang, seperti hanya ‘ruang kreatif’ politik. Harus menjadi pertanggungjawaban moral-intelektual dan organisatoris bagi HMI untuk mendorong dan mempersiapkan ruang untuk mengembangkan potensi dan nilai-nilai kreatif kader di setiap bidang. Di HMI kita mengenal Training formal dan Training nonformal. Dalam Training formal terdapat tiga jenjang pelatihan (Training), yaitu 1) Basic Training, 2) Intermediate Training, dan 3) Advance Training. Setiap jenjang pelatihan ini memiliki tujuan masing-masing. Untuk melaksanakan tiga jenjang pelatihan ini setiap kader dan institusi HMI dapat mengacu kepada Pedoman Perkaderan HMI hasil lokakarya tahun 2000. sampai hari ini HMI, yang direpresentasikan oleh Pengurus Besar (PB) nya hanya mampu memiliki pedoman perkaderan. BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - vi
Berangkat dari kondisi ini, maka bidang Pembinaan Anggota (PA) bekerja sama dengan Badan Koordinasi Nasional Lembaga Pengelola Latihan (Bakornas LPL) telah mengkaji dan menghasilkan Panduan Pelaksanaan Latihan Kader I Himpunan Mahasiswa Islam. Panduan pelaksanaan ini dapat digunakan oleh institusi dan kader HMI ditingkat cabang terutama Lembaga Pengelola Latihan-nya. Panduan Pelaksanaan Latihan Kader I HMI ini, telah disyahkan dalam rapat harian PB HMI pada tanggal 21 oktober 2004 bertepatan dengan tanggal 06 Sya’ban 1425 H. Dan dalam kesempatan ini penghargaan serta ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Badan Koordinasi Nasional Lembaga Pengelola Latihan Himpunan Mahasiswa Islam (BAKORNAS LPL HMI) yang telah berkerja keras menyusun Panduan Pelaksanaan ini, karena harus diakui keterlibatan teman-teman bidang PA tidak semaksimal teman-teman di Bakornas LPL. Sebagai sebuah panduan pelaksanaan yang baru pertama kali disusun, maka amat dipahami jika terdapat kekurangan atau penjabaran yang amat berlebihan. Namun demikian, hasil karya ini mudah-mudahan bermanfaat dan sekaligus menjadi ‘virus’ bagi siapa saja kader HMI yang berkeinginan untuk menyusun Panduan Pelaksanaan Latihan Kader I HMI dalam versi lain. Akhirnya, kami berharap mudah-mudahan Tuhan yang selalu rindu ingin dikenal masih berkenan memberikan sebercik Nur-Nya kepada setiap langkah dan gerak kader HMI. Dan kami yakin Tuhan menghargai segala usaha hambanya, apalagi usaha itu diarahkan untuk membuktikan kebenaran ayat-ayat-Nya. Amin Billahittaufiq Wal Hidayah
Wassaalamu’alaikum Wr. Wb. Jakarta, 10 Sya’ban 1425 H 25 Oktober 2004 M KETUA BIDANG PA PB HMI PERIODE 2003-2005
MUHAMMAD ANWAR
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - vii
DAFTAR ISI
Pengantar .................................................................................................... ii Sambutan Ketua Umum Bakornas LPL HMI ............................................ iii Sambutan Ketua PA PB HMI ...................................................................... v Daftar Isi ..................................................................................................... vii Mukadimmah .............................................................................................. 1 Pedoman Pelaksanaan .............................................................................. 3 2.1 Tujuan ................................................................................................... 3 2.2 Target .................................................................................................... 3 2.3 Unsur-unsur Training ............................................................................. 3 2.4 Mekanisme Pelaksanaan ...................................................................... 4 2.5 Kriteria ................................................................................................... 6 2.6 Manajemen Training .............................................................................. 7 2.7 Lokasi dan Waktu Training .................................................................... 9 2.8 Seleksi .................................................................................................. 10 Materi Training ........................................................................................... 11 3.1 Materi Pokok ........................................................................................ 11 3.1.1 Materi Sejarah Perjuangan HMI ............................................... 11 3.1.2 Materi Konstitusi HMI ............................................................... 21 3.1.3 Materi Nilai-nilai Dasar Perjuangan .......................................... 30 3.1.4 Materi Mission HMI ................................................................... 56 3.1.5 Materi Kepemimpinan, Manajemen dan Organisasi ................. 62 3.2 Materi Penunjang ................................................................................. 72 3.2.1 Materi Perkenalan dan Orientasi Latihan ................................. 72 3.2.2 Materi Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut ............................ 73 3.2.3 Materi Tambahan Lain .............................................................. 73 Evaluasi Training ....................................................................................... 75 Penutup ...................................................................................................... 77
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - viii
Lampiran .................................................................................................... 78 1.
Kontributor Materi Terurai ................................................................... 79
2.
Tim Penyusun ..................................................................................... 80
3.
Tata Cara Penilaian Peserta .............................................................. 81
Contoh Modul ............................................................................................ 83 1.
Pengantar ........................................................................................... 84
2.
Session Design ................................................................................... 84 2.1 Materi Perkenalan dan Orientasi Latihan .................................... 84 2.2 Materi Sejarah Perjuangan HMI .................................................. 85 2.3 Materi Konstitusi HMI .................................................................. 87 2.4 Materi Nilai-nilai Dasar Perjuangan ............................................. 88 2.5 Materi Mission HMI ...................................................................... 90 2.6 Materi Kepemimpinan, Manajemen dan Organisasi .................... 92 2.7 Materi Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut ............................... 93
3.
Penutup .............................................................................................. 94
4.
Daftar Istilah dalam Modul .................................................................. 95
5.
Daftar Media dalam Modul ................................................................. 95
6.
Contoh Studi Kasus Materi Konstitusi HMI ......................................... 96
7.
Contoh Bahan Bacaan NDP ............................................................... 98 1) Manusia, Tuhan, Agama dan Kepercayaan .................................. 98 2) Ada Apa dengan Manusia ? .......................................................... 99 3) Maha Adil atau Maha Kuasa ? .................................................... 101 4) Raja yang Adil dan Bijaksini ......................................................... 103
8.
Contoh Bahan Bacaan Kepemimpinan dan Manjemen Organiasasi . 107
9.
Kontributor Session Design ............................................................... 109
10.
Kontributor Bahan Bacaan ................................................................ 109
Contoh Dokumen Latihan Kader I ........................................................... 110 1.
Contoh Jadwal LK I ........................................................................... 111
2.
Contoh Surat Permohonan Pengelolaan Latihan .............................. 114
3.
Contoh Surat Mandat LPL ................................................................. 115
4.
Contoh Surat Pengajuan Nama Pemandu ........................................ 116
5.
Contoh Lampiran Surat Pengajuan Nama Pemandu ........................ 117
6.
Contoh Surat Keputusan LPL tentang Pemandu .............................. 118
7.
Contoh Lampiran Surat Keputusan LPL tentang Pemandu .............. 120
8.
Contoh Surat Keputusan Pemandu ................................................... 121 BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
MUKADIMMAH Dalam menjalankan fungsinya sebagai organisasi kader, HMI menggunakan pendekatan sistematik dalam keseluruhan proses perkaderan. Semua bentuk aktivitas/kegiatan perkaderan disusun dalam semangat integralistik untuk mengupayakan tercapainya tujuan organisasi. Oleh karena itu sebagai upaya memberikan kejelasan dan ketegasan kerangka sistem perkaderan dimaksud harus dibuat panduan pelaksanaan yang dapat dijadikan sebagai petunjuk teknis dalam pelaksanaannya. Panduan ini disusun dengan memperhatikan tujuan organisasi, tujuan perkaderan, dan arah perkaderan yang telah ditetapkan dalam Pedoman Perkaderan HMI (Pedoman Perkaderan hasil lokakarya tahun 2000), selain itu dengan mempertimbangkan kekuatan organisasi serta tantangan dan peluang yang berkembang di lingkungan eksternal organisasi. Menurut AS Hornby (dalam kamusnya Oxford Advanced Learner's Dictionary) dikatakan bahwa "Cadre is a small group of People who are specially chosen and trained for a particular purpose, atau “cadre is a member of this kind of group; they were to become the cadres of the new community party". Jadi pengertian kader adalah "sekelompok orang yang terorganisasir secara terus menerus dan akan menjadi tulang punggung bagi kelompok yang lebih besar". Hal ini dapat dijelaskan, pertama, seorang kader bergerak dan
terbentuk dalam organisasi, mengenal aturan-aturan permainan organisasi dan tidak bermain sendiri sesuai dengan selera pribadi. Bagi HMI aturan-aturan itu sendiri dari segi nilai adalah Nilai Dasar Perjuangan (NDP) dalam pemahaman memaknai perjuangan sebagai alat untuk mentransformasikan nilai-nilai ke-Islam-an yang membebaskan (Liberation force), dan memiliki kerberpihakan yang jelas terhadap kaum tertindas (mustadhafin). Sedangkan dari segi operasionalisasi organisasi adalah AD/ART HMI, pedoman perkaderan dan pedoman serta ketentuan organisasi lainnya. Kedua, seorang kader mempunyai komitmen yang terus menerus (permanen), tidak mengenal semangat musiman, tapi utuh dan istiqomah (konsisten) dalam memperjuangkan dan melaksanakan kebenaran. Ketiga, seorang kader memiliki bobot dan kualitas sebagai tulang punggung atau kerangka yang mampu menyangga kesatuan komunitas manusia yang lebih besar. Jadi fokus penekanan kaderisasi adalah pada aspek kualitas. Keempat, seorang Kader rnemiliki visi dan perhatian yang serius dalam merespon dinamika sosial lingkungannya dan mampu melakukan "social engineering". Kader HMI adalah anggota HMI yang telah melalui proses perkaderan sehingga memiliki ciri kader sebagaimana dikemukakan di atas dan memiliki integritas kepribadian yang utuh : Beriman, Berilmu dan Beramal Shaleh sehingga siap mengemban tugas dan amanah kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Perkaderan adalah usaha organisasi yang dilaksanakan secara sadar dan sisternatis selaras dengan pedoman perkaderan HMI, sehingga memungkinkan seorang anggota HMI mengaktualisasikan potensi dirinya menjadi seorang kader Muslim - Intelektual - Profesional, yang memiliki kualitas insan cita.
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I -
2
Berdasarkan pola dasar perkaderan, maka tahapan dalam sistem perkaderan yang dilakukan meliputi rekrutmen, pembentukan, dan pengabdian kader. Dalam proses pembentukan kader, secara formal dibagi menjadi tiga fase, masing-masing fase ini dimulai dengan suatu training formal. Training formal ini dilakukan secara berjenjang, jenjang pertama merupakan prasyarat untuk mengikuti jenjang berikutnya, sampai pada jenjang terakhir. Jenjang training formal yang dapat dilalui dalam proses pembentukan kader adalah Latihan Kader I (Basic Training) sebagai jenjang pertama, Latihan Kader II (Intermediate Training) sebagai jenjang menengah, dan Latihan Kader III (Advance Training) sebagai jenjang terakhir. Masing-masing jenjang memiliki tujuan tersendiri yang merupakan tahap dalam pembentukan kader umat dan kader bangsa. Selain training formal yang bertujuan untuk menstandarisasi kader, terdapat juga training informal yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan kader dalam bidang tertentu secara professional. Dalam training informal ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan kader dan trend saat ini. Jadi training formal merupakan upaya untuk memberikan kemampuan standar anggota HMI secara kualitatif, sedangkan training informal memberikan kemampuan khusus pada kader. Oleh karena itu pada wilayah training formal harus ada standar yang baku dan bersifat tetap dalam wilayah kurikulum, kreatifitas hanya bisa dilakukan dalam wilayah metodologi. Sebagai upaya untuk menjaga arah perkaderan agar sesuai dengan pedoman, maka sudah barang tentu kebutuhan terhadap panduan yang menjelaskan secara teknis training formal khususnya menjadi mutlak adanya. Secara khusus panduan ini akan mengupas tentang Latihan Kader I (Basic Training) HMI.
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
PEDOMAN PELAKSANAAN 2.1 TUJUAN Tujuan dilaksanakan Latihan Kader I (Basic Training) adalah : “Terbinanya kepribadian muslim yang berkualitas akademis, sadar akan fungsi dan peranannya dalam berorganisasi, serta hak dan kewajibannya sebagai kader umat dan kader bangsa”
2.2 TARGET Target yang diharapkan pasca Latihan Kader I (Basic Training) dapat dilihat dengan indikator sebagai berikut : 1. Memiliki kesadaran menjalankan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari (menjalankan ibadah secara baik, teratur dan rutin) 2. Mampu meningkatkan kemampuan akademis (IPK meningkat) 3. Memiliki kesadaran akan tanggungjawab keumatan dan kebangsaan (berperan dalam kehidupan masyarakat : kampus, rumah, dll) 4. Memiliki kesadaran berorganisasi (aktif dalam kegiatan organisasi, kepanitiaan, dll)
2.3 UNSUR-UNSUR TRAINING Yang dimaksud dengan unsur-unsur training adalah komponen yang terlibat dalam kegiatan pelaksanaan Latihan Kader I (Basic Training). Unsur-unsur yang dimaksud adalah : 1. Pengurus HMI Cabang Pengurus HMI cabang berperan dalam mengatur regulasi pelaksanaan Latihan Kader I (Basic Training), dan legalisasi atas pengukuhan kelulusan peserta yang dituangkan dalam Surat Keputusan tentang Pengukuhan dan Pengesahan Anggota Biasa Himpunan Mahasiswa Islam 2. Pengurus HMI Komisariat Pengurus HMI komisariat bertanggung jawab atas terlaksananya Latihan Kader I (Basic Training) sebagai penyelenggara kegiatan. 3. Lembaga Pengelola Latihan Lembaga Pengelola Latihan merupakan institusi yang bertanggung jawab atas pengelolaan Latihan Kader I (Basic Training) Selain institusi di atas, terdapat unsur-unsur yang terlibat dalam pelaksanaan training secara teknis, yaitu : 1. Organizing Committee Organizing Committee bertugas dan bertanggung jawab terhadap segala sesuatu hal yang berhubungan dengan teknis penyelenggaraan kegiatan. Tugas-tugas OC secara garis besar sebagai berikut : a) Mengusahakan tempat, akomodasi, konsumsi dan fasilitas lainnya b) Mengusahakan pembiayaan dan perijinan latihan c) Menjamin kenyamanan suasana dan keamanan latihan BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I -
2.
3.
4.
5.
6.
7.
4
d) Mengusahakan ruangan, peralatan dan penerangan favourable e) Bekerja sama dengan unsur-unsur lainnya dalam rangka menyukseskan jalannya latihan Steering Committee Steering Committee bertugas dan bertanggung jawab atas pengarahan dan pelaksanaan latihan. Tugas-tugas SC secara garis besar sebagai berikut : a) Menyiapkan perangkat lunak latihan b) Mengarahkan OC dalam pelaksanaan latihan c) Menentukan pemateri/instruktur/fasilitator d) Menentukan pemandu/master of training Pemandu/Master of Training Pemandu/Master of Training bertugas dan bertanggung jawab untuk memimpin, mengawasi, dan mengarahkan latihan. Sejak dibukanya Latihan Kader I (Basic Training), tanggung jawab pengelolaan latihan berada sepenuhnya dalam tanggung jawab pemandu/master of training, sampai latihan dinyatakan ditutup. Tugas-tugas pemandu/master of training secara garis besar sebagai berikut : a) Memimpin latihan, baik di dalam forum ataupun di luar forum b) Memberikan materi apabila pemateri/instruktur/fasilitator tidak dapat hadir c) Melakukan penajaman pemahaman atas materi yang telah diberikan d) Melakukan evaluasi terhadap peserta e) Menentukan kelulusan peserta latihan f) Mengadakan koordinasi diantara unsur yang terlibat langsung dalam latihan Pemateri/Instruktur/Fasilitator Pemateri/Instruktur/Fasilitator bertugas untuk menyampaikan materi latihan yang dipercayakan kepadanya. Peserta Peserta adalah calon-calon kader yang telah lulus seleksi, dan telah dinyatakan sebagai peserta oleh penyelenggara Tim Rekam Proses Tim Rekam Proses bertugas untuk mencatat dinamika forum yang hasilnya diberikan kepada pemandu/master of training sebagai pemimpin latihan Tim Monitoring dan Evaluasi Training Tim Monitoring dan Evaluasi Training bertugas dan bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan training agar sesuai dengan pedoman, hasil monitoring dan evaluasi disampaikan kepada pengurus LPL.
2.4 MEKANISME PELAKSANAAN Untuk menyelenggarakan Latihan Kader I (Basic Training), langkah-langkah yang harus ditempuh adalah sebagai berikut : 1. Pengurus HMI komisariat membentuk OC dengan surat keputusan, dan membuat out line (term of reference) pelaksanaan LK I, serta mengirimkan surat pemohonan untuk mengelola latihan yang disertai SK penetapan OC dan out line yang telah dibuat kepada pengurus LPL yang ditembuskan pada pengurus HMI cabang u.p. Ketua bidang Pembinaan Anggota. Selambatlambatnya 1 (satu) bulan sebelum pelaksanaan. 2. Pengurus LPL membentuk SC dengan surat mandat untuk mengelola latihan. Selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sejak diterimanya surat permohonan dari pengurus HMI komisariat. BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I -
5
3. SC berkoordinasi dengan pengurus HMI komisariat dan OC untuk membuat proposal. Selambat-lambatnya selesai 1 (satu) minggu. 4. SC menentukan, menghubungi, dan memastikan kesediaan pemandu/master of training dan pemateri/instruktur/fasilitator latihan. 5. SC mengirimkan nama-nama pemandu/master of training kepada pengurus LPL untuk dikeluarkan surat keputusan. Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu sebelum pelaksanaan. 6. Pengurus LPL mengeluarkan surat keputusan tentang pemandu/master of training. Selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sebelum pelaksanaan. 7. Penyelenggara (komisariat) melakukan seleksi calon peserta berkoordinasi dengan SC. Selambat-lambatnya dilaksanakan 1 (satu) hari sebelum pelaksanaan. 8. Penyelenggara (komisariat) menyerahkan peserta kepada pemandu/master of training sejak dibukanya acara latihan, selanjutnya latihan merupakan tanggung jawab pemandu/master of training, sampai latihan dinyatakan ditutup. 9. Pemandu/master of training menyerahkan hasil evaluasi latihan (kelulusan peserta) kepada pengurus cabang u.p. Ketua bidang Pembinaan Anggota 10. Pengurus HMI cabang mengeluarkan surat keputusan tentang Pengukuhan dan Pengesahan Anggota Biasa Himpunan Mahasiswa Islam 11. Pemandu/Master of Training, SC, dan OC memberikan laporan kegiatan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah latihan ditutup. Hal-hal yang penting harus dilaporkan oleh OC, meliputi: a. Gambaran umum kegiatan. b. Pelaksanaan kegiatan - Administrasi kesekretariatan - Publikasi, dekorasi dan dokumentasi. - Akomodasi - Konsumsi - Keuangan dan perlengkapan. - Acara dan lain-lain. c. Evaluasi d. Kesimpulan dan saran e. Lampiran-lampiran. Laporan disampaikan pada Pengurus HMI komisariat dan ditembuskan kepada Pengurus HMI Cabang u.p. Ketua bidang Pembinaan Anggota. Hal-hal penting yang harus dilaporkan pemandu dan SC meliputi a. Gambaran umum pengelolaan latihan b. Pelaksanaan kegiatan - Jadwal acara manual dan realisasi. - Berita acara - SC, pemandu, pemateri, peserta. c. Evaluasi pengelola latihan - Peserta - SC dan pemandu - Instruktur d. Kesimpulan Laporan diserahkan pada pengurus Lembaga Pengelola Latihan.
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I -
6
2.5 KRITERIA Untuk melaksanakan Latihan Kader I (Basic Training) yang berkualitas diperlukan kader-kader HMI yang unggul yang dapat terlibat dalam latihan, oleh karena itu diperlukan kriteria khusus bagi kader yang terlibat dalam latihan. A. Organizing Committee Kriteria yang harus dipenuhi adalah : - Anggota biasa HMI - Telah mengikuti follow up dan Up-Grading LK I, minimal 3 (tiga) bulan Diangkat oleh pengurus HMI komisariat dengan surat keputusan B. Steering Committee Kriteria yang harus dipenuhi adalah : - Memenuhi kualifikasi umum pengelola latihan - Terlibat aktif dalam perkaderan HMI - Diutamakan anggota LPL cabang - Pernah menjadi Organizing Committee LK I Diangkat oleh pengurus LPL cabang dengan surat mandat C. Pemandu/Master of Training Kriteria yang harus dipenuhi adalah : - Memenuhi kualifikasi umum dan khusus pengelola latihan (LPL Cabang) - Terlibat aktif dalam perkaderan HMI - Pernah menjadi pemateri/instruktur/fasilitator LK I - Menguasai dan memahami seluruh materi LK I - Anggota LPL cabang - Dapat menjadi suri tauladan yang baik Ditentukan oleh SC dan diangkat oleh pengurus LPL cabang dengan surat keputusan D. Pemateri/Instruktur/Fasilitator Kriteria yang harus dipenuhi adalah : - Memenuhi kualifikasi umum dan khusus pengelola latihan (LPL Cabang) - Terlibat aktif dalam perkaderan HMI - Pernah menjadi Steering Committee LK I - Menguasai dan memahami materi yang dipercayakan kepadanya - Anggota LPL cabang - Dapat menjadi suri tauladan yang baik Ditentukan oleh SC E. Peserta Kriteria yang harus dipenuhi adalah : - Terdaftar sebagai mahasiswa di perguruan tinggi, dan tidak sedang menjalani skorsing akademik - Muslim/Muslimah - Bisa membaca Al-Qur’an - Bisa melakukan sholat (hafal bacaan sholat) - Bersedia mengikuti seluruh kegiatan training - Lulus seleksi
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I -
7
F. Tim Rekam Proses Kriteria yang harus dipenuhi adalah : - Memenuhi kualifikasi umum pengelola latihan - Terlibat aktif dalam perkaderan HMI - Pernah menjadi Steering Committee LK I - Menguasai dan memahami proses pengelolaan forum Ditentukan oleh pemandu/master of training G. Tim Monitoring dan Evaluasi Training Kriteria yang harus dipenuhi adalah : - Memenuhi kualifikasi umum dan khusus pengelola latihan (LPL Cabang) - Terlibat aktif dalam perkaderan HMI - Pernah menjadi pemandu/master of training LK I - Menguasai dan memahami seluruh materi LK I - Anggota LPL cabang - Dapat menjadi suri tauladan yang baik Diangkat oleh pengurus LPL cabang dengan surat tugas
2.6 MANAJEMEN TRAINING Dalam upaya menciptakan pelaksanaan training yang baik dan berkualitas diperlukan manajemen yang baik, yang dimaksud dengan manejemen training adalah seni untuk mengatur agar tercapainya tujuan training. Berdasarkan hal tersebut, maka LK I merupakan training penanaman nilai/ideologisasi organisasi, sehingga dalam manajemen trainingnya harus mendukung pada aspek kesadaran dalam berpola pikir, sikap, dan tindak, pembobotan dalam LK I adalah afektif (50%), kognitif (30%), dan psikomotorik (20%). Hal-hal yang dimaksud dalam manajemen training ini adalah : 1) Kurikulum Kurikulum yang terdapat dalam pedoman merupakan penggambaran tentang metode dari training. Oleh sebab itu penerapan dari kurikulum adalah erat kaitannya dengan masalah yang menyangkut metode-metode yang dipergunakan dalam training. Dalam penerapan kurikulum ini agar diperhatikan aspek-aspek : a) Penyusunan jadwal materi training Jadwal training adalah sesuatu yang merupakan gambaran tentang isi dan bentuk-bentuk training. Oleh karena itu penyusunan jadwal harus memperhatikan urutan-urutan materi pokok sebagai korelasi yang tidak berdiri sendiri (asas integratif). Berdasarkan hal tersebut maka urutan materi pokok dalam LK I adalah sebagai berikut : 1. Sejarah Perjuangan HMI 2. Konstitusi HMI 3. Nilai Dasar Perjuangan 4. Misi HMI 5. Kepemimpinan dan Manajemen Organisasi Dalam hal diperlukan adanya materi penunjang/tambahan, maka harus diperhatikan korelasinya dengan materi pokok, jangan sampai memutus hubungan antar materi pokok. b) Metode Penyampaian Cara penyampaian materi pada LK I pada dasarnya harus memenuhi prinsip penyegaran dan pengembangan gagasan di tingkat pengelola, BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I -
8
serta penyegaran gagasan dan pemahaman di tingkat peserta, dengan demikian diharapkan akan muncul gagasan-gagasan yang kreatif dan inovatif di dalam forum training. Selain itu penyampaian materi harus mencapai target/sasaran dari tujuan materi khususnya dan tujuan LK I umumnya, serta membangun suasana training/forum yang tidak menjenuhkan. 2) Suasana Training Suasana training merupakan komponen penting dalam kesuksesan pelaksanaan training, karena suasana akan mempengaruhi kondisi psikologis orang-orang yang terlibat dalam pertrainingan. Suasana training harus dilihat secara komprehensif, karena training bukan hanya sebatas forum penyampaian materi, tetapi lebih jauh daripada itu, seluruh aktivitas sejak dibukanya training sampai dengan penutupan, dalam arena atau lokasi tempat training diadakan. Arena training digambarkan sebagai berikut :
Ini Hanya Contoh
ARENA TRAINING
Kantor Administrasi, Ruang Tamu, dan Makan
Forum
Penginapan Peserta, Panitia, Tamu, dan MoT MUSHOLA
Dengan demikian pemahaman tentang arena training tidak hanya terbatas pada forum saja. Implikasi dari pemahaman tersebut adalah suasana training harus dibangun pada keseluruhan arena training, sehingga segala aturan akan mengikat pada keseluruhan kegiatan training, tidak hanya pada saat di forum. Suasana yang harus dibangun dalam kegiatan pertrainingan secara umum adalah sebagai berikut : a) Menimbulkan kegairahan (motivasi) antara sesama unsur individu dalam training b) Tidak menimbulkan kejenuhan di antara unsur individu dalam training c) Tercipta kondisi yang equal (setara) antara sesama unsur individu dalam training; menciptakan kondisi equal antar segenap unsur training berarti mensejajarkan dan menyetarakan semua unsur yang ada dalam training. BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I -
9
Problem yang akan dihadapi adanya kenyataan-kenyataan “kemerdekaan individu” dengan mengalami corak yang lebih demokratis. Dengan demikian pula perbedaan secara psikologis unsur-unsur yang ada akan lebih menipis disebabkan hubungan satu dengan yang lainnya diwarnai dengan hubungan kekeluargaan antara senior dan yunior d) Terciptanya suasana Islami; untuk menciptakan suasana yang Islami sebagai upaya awal pembentukan kader muslim, dapat dilakukan dengan jalan mengisi dengan aktivitas ritual pada waktu-waktu tertentu, serta menonjolkan sikap-sikap dan prilaku yang baik. e) Terciptanya suasana intelektual; dapat dilakukan dengan cara penyediaan bahan bacaan di arena training dan menyediakan media tempat mencurahkan buah pemikiran. Dengan pemahaman bahwa training adalah seluruh aktivitas yang dilakukan pada masa training, maka pada waktu tersebut seluruh dinamika dan suasana training harus dibentuk oleh seluruh komponen, khususnya senior harus mampu memberikan contoh yang baik pada yuniornya. Dengan demikian suasana training yang mendidik dan menyenangkan dapat terbangun, aktivitas yang tidak berkaitan dengan training, “omongan bocor”, dan sikap lain yang kontraproduktif harus dieliminir. 3) Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang harus dipersiapkan dalam pelaksanaan training menganut asas minimalis, maksudnya dengan kesiapan logistik yang minimal, kegiatan training dapat tetap berlangsung dengan kualitas yang baik. Keperluan forum yang mesti tersedia adalah alat tulis, lebih baik jika terdapat perlengkapan pendukung lainnya. Demikian pula dengan akomodasi dan perlengkapan lainnya, kondisi minimalis diharapkan dapat meningkatkan militansi dan kreativitas kader. 4) Jumlah Peserta Jumlah peserta akan mempengaruhi konsentrasi peserta dalam memahami materi yang diberikan. Berdasarkan pemikiran tersebut maka dalam LK I jumlah peserta yang ideal adalah minimal 12 (dua belas) orang dan maksimal 25 (dua puluh lima) orang perkelas.
2.7 LOKASI DAN WAKTU TRAINING Dalam menentukan lokasi yang akan dipakai untuk pelaksanaan training harus memperhatikan beberapa kriteria sebagai berikut : a) Aksesibilitas tinggi b) Memiliki atau dekat dengan fasilitas ibadah c) Tertutup; maksudnya lokasi yang memungkinkan ketika training berlangsung peserta tidak dapat berinteraksi dengan “orang lain” d) Memiliki sarana yang memadai untuk pelaksanaan training e) Memiliki tingkat keamanan yang tinggi Pelaksanaan training menggunakan sistem kamp konsentrasi dengan total waktu minimal sesuai dengan jumlah waktu yang diperlukan untuk penyampaian materi (jumlah total waktu dihitung berdasarkan waktu efektif; aktivitas rehat, sholat, makan, dan aktivitas lain di luar forum tidak dihitung ke dalam waktu efektif), sehingga seluruh peserta tidak diperkenankan untuk meninggalkan arena training dengan alasan apapun, kecuali atas keadaan tertentu dan berdasarkan BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 10
keputusan pemandu/master of training. Dengan sistem ini diharapkan seluruh peserta dapat terpantau aktivitasnya. Dalam keadaan khusus dapat dilakukan pengecualian, tetapi tidak dengan mengurangi waktu training.
2.8 SELEKSI Untuk mendapatkan output yang baik harus berangkat dari input dan process yang baik pula. Latihan Kader I yang merupakan proses pembentukan output agar sesuai dengan tujuan dan targetnya, maka harus didukung oleh input yang baik. Calon kader sebagai bahan baku yang akan diproses dalam LK I tentu harus memiliki kualifikasi tertentu agar dapat menjadi kader sesuai dengan harapan dan tujuan perkaderan. Kualifikasi umum calon peserta LK I adalah sebagai berikut : a) Terdaftar sebagai mahasiswa di perguruan tinggi, dan tidak sedang menjalani skorsing akademik b) Muslim/muslimah (bisa baca Al-Qur’an dan bisa melakukan sholat atau hafal bacaan sholat) c) Memiliki integritas d) Akademikus (cerdas; intelektual) e) Memiliki potensi kepemimpinan f) Berprestasi g) Mau aktif berorganisasi Kualifikasi khusus disesuaikan dengan kondisi lokal masing-masing daerah. Seleksi dilakukan dengan cara : 1) Tes tertulis Tes tertulis berisi pertanyaan-pertanyaan tentang selayang pandang HMI, dunia kemahasiswaan, kebangsaan, dan ke-Islam-an. 2) Wawancara Wawancara berfungsi untuk menguji konsistensi jawaban, dan menggali lebih dalam pengetahuan calon peserta yang tidak dapat disampaikan dalam bentuk tulisan, serta menggali motivasi dan potensi calon peserta. Apabila motivasi ada “distorsi” maka pewawancara betugas untuk meluruskannya. 3) Psiko Test Psiko Test dilakukan untuk mengetahui potensi calon peserta. Seleksi dilakukan oleh penyelenggara (komisariat) yang berkoordinasi dengan SC. Hasil seleksi diumumkan selambat-lambatnya 1 (satu) jam sebelum pembukaan training.
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
MATERI TRAINING Latihan Kader I memiliki materi-materi dasar yang sifatnya penanaman dasar organisasi HMI, atau dengan kata lain materi yang disampaikan pada LK I merupakan fondasi dalam membentuk kader sesuai dengan kualitas insan cita. Adapun materi yang diberikan dalam LK I ini harus seragam dan standar di seluruh cabang, karena jika fondasi ini beragam akan mengakibatkan konstruksi yang lemah. Materi-materi yang diberikan dalam LK I ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu materi pokok dan materi penunjang atau tambahan. Materi pokok adalah kelompok materi yang wajib ada dan disampaikan dalam forum LK I, materi ini merupakan materi standar secara “internasional” bagi pelaksanaan LK I HMI. Alokasi waktu dan prinsip nilai dalam materi pokok tidak boleh ditambah, apalagi dikurangi, penambahan terhadap materi pokok dapat ditoleransi hanya menyentuh aspek sudut pandang atau pengembangan kearifan lokal (misal penekanan pada pembelaan kaum tertindas dengan studi kasus tertentu). Sedangkan materi penunjang atau tambahan adalah materi yang telah menjadi kemestian untuk ada dalam training (misal materi perkenalan dan orientasi latihan, dan materi evaluasi dan rencana tindak lanjut), atau materi yang merupakan prasyarat tercapainya pemahaman materi pokok (misal materi pengantar ideologi, dan materi pengantar filsafat ilmu, sebagai prasyarat optimalisasi pemahaman materi Nilai Dasar Perjuangan, atau materi teknik dan etika diskusi, sebagai prasyarat berjalannya diskusi yang baik dalam pertrainingan), atau materi yang memiliki hubungan/penurunan dari materi pokok dan memiliki keterkaitan dengan tujuan perkaderan yang menjadi karakter lokal.
3.1 MATERI POKOK Materi pokok yang diberikan dalam Latihan Kader I meliputi (1) Materi Sejarah Perjuangan HMI, (2) Materi Konstitusi HMI, (3) Materi Nilai Dasar Perjuangan, (4) Materi Misi HMI, dan (5) Materi Kepemimpinan dan Manajemen Organisasi. 3.1.1
Materi Sejarah Perjuangan HMI
A. Silabus JENJANG LATIHAN KADER I
SEJARAH PERJUANGAN HMI
ALOKASI WAKTU: 8 JAM
Tujuan Pembelajaran Umum: Peserta dapat memahami sejarah dan dinamika perjuangan HMI Tujuan Pembelajaran Khusus: 1 . Peserta dapat menjelaskan latar belakang berdirinya HMI. 2. Peserta dapat menjelaskan gagasan dan visi pendiri HMI. 3. Peserta dapat mengklafisikasikan fase-fase perjuangan HMI.
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 12
Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan: 1 . Pengantar Ilmu Sejarah. 1.1. Pengertian Ilmu Sejarah. 1.2. Manfaat dan Kegunaan Mempelajari Sejarah. 2. Misi Kelahiran Islam. 2.1. Masyarakat Arab Pra Islam. 2.2. Periode Kenabian Muhammad. 2.2.1. Fase Makkah. 2.2.2. Fase Madinah. 3. Latar Belakang Berdirinya HMI. 3.1. Kondisi Islam di Dunia. 3.2. Kondisi Islam di Indonesia. 3.3. Kondisi Perguruan Tinggi dan Mahasiswa Islam. 3.4. Saat Berdirinya HMI. 4. Gagasan dan Visi Pendiri HMI. 4.1. Sosok Lafran Pane. 4.2. Gagasan Pembaruan Pemikiran ke-Islaman. 4.3. Gagasan dan Visi Perjuangan Sosial-budaya. 4.4. Komitmen ke-Islaman dan Kebangsaan sebagai dasar perjuangan HMI. 5. Dinamika Sejarah Perjuangan HMI dalam Sejarah Perjuangan Bangsa. 5.1. HMI Dalam Fase Perjuangan Fisik 5.2. HMI Dalam Fase Pertumbuhan dan Konsolidasi Bangsa 5.3. HMI Dalam Fase Transisi Orde Lama dan Orde Baru 5.4. HMI Dalam Fase Pembangunan dan Modernisasi Bangsa 5.5. HMI Daiam Fase Pasca Orde Baru Metode : Menjunjung tinggi kearifan lokal Evaluasi: Memberikan test objektif/subjektif dan penugasan dalam bentuk resume. Referensi : 1. Drs. Agus Salim Sitompul, Sejarah Perjuangan HMI (1974-1975), Bina Ilmu 2. DR. Victor I. Tanja, HMI, Sejarah dan Kedudukannya Ditengah Gerakan Muslim Pembaharu Indonesia, Sinar Harapan, 1982. 3. Prof. DR. Deliar Noer, Partai Islam Dipentas Nasional, Graffiti Pers, 1984 4. Sulastomo, Hari-hari Yang Panjang, PT. Gunung Agung, 1988 5. Agus-Salim Sitompul, Historiografi HMI, Tintamas, 1995 6. Ramli Yusuf (ed), 50 tahun HMI Mengabdi, LASPI, 1997. 7. Ridwan Saidi, Biografi A. Dahlan Ranuwiharjo, LSPI, 1994. 8. M. Rusli Karim, HMI MPO Dalam Pergulatan Politik di Indonesia, Mizan, 1997 9. Muhammad Kamal Hasan, Modernisasi Indonesia, Respon Cendikiawan Muslim Masa Orde Baru, LSI 1987. 10. Muhammad Hussein Haikal, Sejarah Hidup Muhammad, LiteraAntarNusa 11. Dr. Badri Yatim, MA, Sejarah Peradaban Islam, I, II, III, Rajawali Pers 12. Thomas W. Arnold, Sejarah Dakwah Islam 13. Moksen ldris Sirfefa et. Al (ed), Mencipta dan Mengabdi, PB HMI, 1997 14. Hasil-hasil Kongres HMI 15. Sejarah Kohati BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 13
16. Sharsono, HMI Daiam Lingkaran Politik Ummat Islam, Cl IS, 1997. 17. Prof. DR. Deliar Noer, Gerakan Modern Islam Indonesia (1902-1942), LP3ES, 1980. 18. Literatur lain yang relevan B. Materi Terurai PENGANTAR ILMU SEJARAH Pengertian Sejarah adalah suatu kebetulan terjadi di masa yang telah lalu dan benar-benar terjadi, dan kebetulan pula dicatat, biasanya kebenaran sejarah didukung buktibukti yang membenarkan peristiwa itu benar-benar terjadi. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, ilmu sejarah adalah suatu pengetahuan atau uraian mengenai peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau. Dari pengertian atau definisi di atas maka dapatlah dibedakan antara sejarah dan ilmu sejarah, sejarah adalah kejadian atau peristiwanya, sedangkan ilmu sejarah adalah ilmu yang mempelajari kejadian atau peristiwa tersebut. Manfaat dan Kegunaan Mempelajari Ilmu Sejarah Manfaat dan kegunaan yang dapat diambil dari kejadian yang telah lampau adalah pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat itu, dan dengan mempelajari maka dapat diambil hikmah/pelajaran dari peristiwa tersebut. Pada peristiwa yang terjadi dapat dianalisis kelebihan dan kekurangan yang ada dari peristiwa itu, dan pengetahuan tersebut dapat meningkatkan kehati-hatian dalam mengambil keputusan pada masa saat ini dengan mempertimbangkan prinsip nilai yang terjadi di masa lalu, karena pada dasarnya peristiwa masa lalu linear dengan masa saat ini dan yang akan datang.
MISI KELAHIRAN ISLAM Masyarakat Arab Pra Islam Masyarakat Arab pra Islam atau yang lebih dikenal dengan masyarakat jahiliyah hidup dalam keterbelakangan, baik pengetahuan, sosial budaya maupun peradaban. Masyarakat arab pra Islam tidak mengenal tulis dan baca, walaupun ada yang dapat menulis dan membaca itu hanya sebagian kecil saja, namun pemahaman atau kebanggaan akan sastra demikian tingginya, jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat Arab pada masa itu hidup dalam kebodohan. Posisi wanita pada saat itu tidak dihargai, mereka hanya dipandang sebagai benda bergerak yang menyenangkan, bahkan wanita dianggap sebagai beban dan sumber bencana, implikasinya adalah ada anggapan jika memiliki anak wanita akan mengakibatkan kemiskinan. Dampak dari pandangan itu, maka tak heran jika mereka sering mengubur bayi wanita hidup-hidup (kalau sekarang, belum lahir sudah dibunuh). Selain itu masyarakat Arab pra Islam hidup dalam perpecahan klan (keluarga besar), karena mereka lebih menonjolkan ego kesukuan atau kabilah, ini menyebabkan masyarakat Arab sering berperang antar kabilah dan tidak memiliki rasa kebangsaan yang menyebabkan bangsa Arab menjadi lemah dan terpecah-pecah.
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 14
Periode Kenabian Muhammad # Fase Makkah Muhammad lahir di Makkah pada masa keadaam masyarakat yang buruk sekali. Muhammad lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah, bertepatan dengan tanggal 20 April 571 M. Muhammad putra tunggal dari pasangan Abdullah dan Aminah. Sejak kecil Muhammad memiliki sifat yang terpuji sehingga kemudian ia dijuluki “al-amin” atau orang yang dapat dipercaya. Pada usia yang ke-25 Muhammad menikah dengan seorang janda kaya yang bernama Khadijah. Dalam masa pernikahannya ini Muhammad sering melakukan perenungan/kontemplasi di luar kota Makkah, tepatnya di sebuah gua yang bernama Hira, beliau selalu memikirkan keadaan masyarakatnya yang demikian rusak. Pada saat Muhammad mendekati usia 40 tahun, beliau makin sering stress memikirkan bangsanya, sehingga pelariannya dengan menyepi di gua Hira semakin sering kuantitasnya. Suatu malam di bulan Ramadhan tepatnya tanggal 17 Ramadhan yang bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610, datanglah suatu penampakan yang ternyata adalah malaikat Jibril yang menyampaikan wahyu pertama (Al-Alaq : 1 – 5), dan ini pertanda bahwa Muhammad telah dilantik menjadi rasul dan nabi walaupun tanpa berita acara. Pasca wahyu di gua Hira, Muhammad s.a.w. mendapat wahyu-wahyu berikutnya yang memerintahkan kepada Muhammad s.a.w untuk menyampaikan dakwah. Isi dakwahnya adalah ajakan untuk melakukan perubahan-perubahan yang revolusioner, perubahan yang dibawa antara lain perubahan akhlak, karena Islam mengajarkan akhlak yang baik. Perubahan lain adalah nilai persamaan, yang dimaksud adalah kesetaraan antar umat manusia, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, antar ras, bangsa, dan lain sebagainya, di mata Allah yang berbeda adalah ketaqwaan. Selain itu, ilmu pengetahuan menjadi sesuatu yang penting untuk dilakukan, serta membangun solidaritas persaudaraan yang berimplikasi pada penguatan nasionalisme atau keutuhan dalam berbangsa dan beragama. Pada fase Makkah ajaran yang disampaikan Muhammad s.a.w berkaitan atau berhubungan pada nilai ketauhidan atau iman, karena pada saat itu jaran Islam baru tegak kembali, sehingga yang harus dibangun pertama-tama adalah fondasi aqidah atau iman yang dijadikan landasan fundamental. Tiap tahun kota Makkah selalu didatangi oleh kabilah-kabilah dari seluruh Arab yang datang untuk untuk melakukan shoping atau ibadah haji. Muhammad s.a.w melakukan dakwah terhadap orang-orang tersebut, dan usaha ini tidak sia-sia karena dari kalangan yang berasal dari daerah-daerah tersebut ada yang menyatakan keimanannya, diantaranya dari Yastrib. Konsekuensi logis dari gerakan revolusioner berdampak pada peningkatan konstelasi politik masyarakat Makkah, yang pada akhirnya memberikan satu pilihan kepada Muhammad s.a.w untuk meninggalkan Makkah. Pada hijrah yang kedua, Muhammad s.a.w. menginstruksikan kepada para pendukungnya untuk meninggalkan kota Makkah menuju Yastrib yang dikemudian hari dikenal dengan Madinah. Muhammad s.a.w pun pada akhirnya terpaksa harus meninggalkan Makkah menuju Madinah, maka dimulailah babak baru dalam Islam, fase Madinah.
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 15
# Fase Madinah Fase Madinah dimulai sejak hijrahnya Muhammad s.a.w dari Makkah ke Madinah, karena Madinah dianggap baik untuk pembenihan Islam. Kaum muslimin yang berada di Madinah terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Anshar (kaum muslimin tuan rumah) dan Muhajirin (kaum muslimin pendatang dari Makkah), maka langkah pertama yang dilakukan adalah mempertalikan hubungan kekeluargaan atau hubungan persaudaraan antara kaum Anshar dan Muhajirin, karena hanya dengan persatuanlah, maka umat Islam akan kuat. Selanjutnya dilakukan lobi-lobi politik atau perjanjian dengan kelompok di luar Islam yang ada di Madinah, karena pada saat itu telah ada kelompok lain yang tinggal di sana, antara lain Yahudi. Dimadinahlah Muhammad s.a.w. melakukan pembinaan masyarakat Islam. Pembinaan masyarakat ini tidak hanya di bidang aqidah, tetapi juga menyangkut masalah politik, ekonomi, dan sosial budaya. Di Madinah perkembangan ajaran Islam maju dengan pesat, pada fase ini ajaran lebih ditekankan pada hukum kemasyarakatan atau lebih kepada muamallah. Dengan semakin besarnya kamum muslimin, dianggap merupakan ancaman bagi kelompok lain, maka semakin benci pula orang-orang Quraisy kepada Muhammad s.a.w. dan para pendukungnya. Konstelasi kebencian makin meningkat sehingga mengakibatkan timbulnya peperangan, antara lain Badr, Uhud, Ahzab, Khandaq, dan beberapa perang lainnya. Pada prinsipnya bagi kaum muslimin peperangan ini adalah upaya defensif dan dalam rangka menegakkan kalimah tauhid. Muhammad s.a.w. mangkat dan dimakamkan di Madinah di usia 63 tahun, pada tanggal 12 Rabiul Awal 11 H, bertepatan dengan tanggal 8 Juni 632.
LATAR BELAKANG BERDIRINYA HMI Kondisi Islam di Dunia Kondisi umat Islam dunia pada saat menjelang kelahiran HMI dapat dikatakan ketinggalan dibandingkan masyarakat Eropa dengan Reinasance-nya. Ini dapat dilihat dari penguasaan teknologi maupun pengetahuan, bahkan sebagain besar umat Islam berada di bawah ketiak penindasan nekolim barat yang notabene dimotori oleh kelompok Kristen. Umat Islam hanya terpaku, terlena oleh kejayaan masa lampau atau pada zaman keemasan Islam. Umat Islam pada umumnya tidak memahami ajaran Islam secara komprehensif, sehingga mereka hanya berkutat seputar ubudiyah atau ritual semata tanpa memahami bahwa ajaran Islam adalah ajaran paripurna yang tidak hanya mengajarkan hubungan manusia dengan Tuhan, namun lebih jauh daripada itu menderivasikan hubungan transenden ke dalam seluruh aspek kehidupan. Berangkat dari pemahaman ajaran Islam yang kurang, umat berada dalam keterbelakangan dan fenomena ini terjadi dapat dikatakan di seluruh dunia. Hal tersebut mengakibatkan terpuruknya umat Islam yang dijanjikan Allah untuk dipusakai alam semesta. Lebih ironis lagi ketika umat terbagi menjadi berbagai golongan yang hanya berangkat dari masalah khilafiyah, yang bedampak pada melemahnya kekuatan Islam.
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 16
Kondisi Islam di Indonesia Tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di dunia saat itu, umat Islam berada dalam cengkaraman nekolim barat. Penjajah memperlakukan umat Islam sebagai masyarakat kelas bawah dan diperlakukan tidak adil, serta hanya menguntungkan kelompok mereka sendiri atau rakyat yang sudah seideologi dengan mereka. Umat Islam Indonesia hanya mementingkan kehidupan akhirat (katanya sich), dengan penonjolan simbolisasi Isalam dalam ubudiyah, sebagai upaya kompensasi atas ketidakberdayaan untuk melawan nekolim, sehingga pemahaman umat tidak secara benar dan kaffah. Bahkan ada sebagian ulama ang menyatakan bahwa pintu ijtihad telah ditutup, hal ini menyebabkan umat hidup dalam suasana taqlid dan jumud. Selain itu umat Islam Indonesia berada dalam perpecahan berbagai macam aliran/firqah dan masing-masing golongan melakukan truth claim, hal ini menyebabkan umat Islam Indonesia tidak kuat akibat kurang persatuan di kalangan umat Islam di Indonesia. Kondisi Perguruan Tinggi dan Mahasiswa Islam Perguruan tinggi adalah tempat untuk menuntut ilmu yang akan menghasilkan para pemimpin untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. Selain itu perguruan tinggi adalah motor penggerak perubahan, dan perubahan tersebut diharapkan menuju sesuatu yang lebih baik. Begitu pentingnya perguruan tinggi, maka banyak golongan yang ingin menguasainya demi untuk kepentingan golongan tersebut. Sejalan dengan perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan yang strategis tersebut, ada beberapa faktor dominan yang menguasai dan mewarnai perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan, antara lain sistem yang diterapkan khususnya di perguruan tinggi adalah sistem pendidikan barat yang mengarah pada sekularisme dan dapat menyebabkan dangkalnya agama atau aqidah dalam kehidupan. Selain itu adanya organisasi kemahasiswaan yang berhaluan komunis dan ini menyebabkan aspirasi Islam dan umat Islam kurang terakomodir. Faktor-faktor di atas adalah ancaman yang serius, karena menyebabkan masalah dalam hidup dan kehidupan serta keberadaan Islam dan umat Islam. Mahasiswa Islam kurang memiliki ruang gerak karena berada dalam sistem yang sekuler dan tidak sesuai dengan ajaran Islam, dan harus menghadapi tantangan dari mahasiswa komunis yang sangat bertentangan dengan fitrah manusia dan bertentangan pula dengan ajaran Islam. Jelas sudah bahwa mahasiswa Islam sangat sulit untuk bergerak memperjuangkan aspirasi umat Islam. Saat Berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) HMI lahir pada saat umat Islam Indonesia berada dalam kondisi yang memprihatinkan, yaitu terjadinya kesenjangan dan kejumudan pengetahuan, pemahaman, penghayatan ajaran Islam sehingga tidak tercermin dalam kehidupan nyata. Pada saat HMI berdiri, sudah ada organisasi kemahasiswaan, yaitu Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY), namun PMY didominasi oleh partai sosialis yang berpaham komunis. Akibat didominasi oleh partai sosialis maka PMY tidak independen untuk memperjuangkan aspirasi mahasiswa, maka banyak mahasiswa yang tidak sepakat dan tidak bisa membiarkan mahasiswa terlbat BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 17
dalam polarisasi politik. Sebagai realisasi dari keinginan tersebut maka di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan tanggal 5 Pebruari 1947 sebuah organisasi kemahasiswaan, yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai organisasi independen dan sebagai anak umat dan anak bangsa.
GAGASAN DAN VISI PENDIRI HMI Sosok Lafran Pane Berdasarkan penelusuran dan penelitian sejarah, maka Kongres XI HMI tahun 1974 di Bogor menetapkan Lafran Pane sebagai pemrakarsa berdirinya HMI, dan disebut sebagai pendiri HMI. Lafran Pane adalah anak keenam dari Sutan Pangurabaan Pane, lahir di Padang Sidempuan, 5 Pebruari 1922, pendidikan Lafran Pane tidak berjalan “normal” dan “lurus”. Lafran Pane mengalami perubahan kejiwaan yang radikal sehingga mendorong dirinya untuk mencari hakikat hidup sebenarnya. Desember 1945 Lafran Pane pindah ke Yogyakarta, karena Sekolah Tinggi Islam (STI) tempat ia menimba ilmu pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Pendidikan agama Islam yang lebih intensif ia peroleh dari dosen-dosen STI, mengubur masa lampau yang kelam. Bagi Lafran Pane, Islam merupakan satu-satunya pedoman hidup yang sempurna, karena Islam menjadikan manusia sejahtera dan selamat di dunia dan akhirat. Pada tahun 1948, Lafran Pane pindah studi ke Akademi Ilmu Politik (AIP). Saat Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada dan fakultas kedokteran di Klaten, serta AIP Yogyakarta dinegerikan pada tanggal 19 Desember 1949 menjadi Universitas Gadjah Mada (UGM), secara otomatis Lafran Pane termasuk mahasiswa pertama UGM. Setelah bergabung menjadi UGM, AIP berubah menjadi Fakultas Hukum Ekonomi Sosial Politik, dan Lafran Pane menjadi sarjana pertama dalam ilmu politik dari fakultas tersebut pada tanggal 26 Januari 1953. Gagasan Pembaharuan Pemikiran Keislaman Untuk melakukan pembaharuan dalam Islam, maka pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengamalanumat Islam akan agamanya harus ditingkatkan, sehingga dapat mengetahui dan memahami ajaran Islam secara benar dan utuh. Kebenaran Islam memiliki jaminan kesempurnaannya sebagai peraturan untuk kehidupan yang dapat menghantarkan manusia kepada kebahagian dunia dan akhirat. Tugas suci umat Islam dalah mengajak umat manusia kepada kebenaran Illahi dan kewajiban umat Islam adalah menciptakan masyarakat adil makmur material dan spiritual. Dengan adanya gagasan pembaharuan pemikiran keislaman, diharapkan kesenjangan dan kejumudan pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Islam dalpat dilakukan dan dilaksanakan sesuai dengan ajaran Islam. Kebekuan pemikiran umat Islam telah membawa pada arti agama yang kaku dan sempit, tidak lebih dari agama yang hanya melakukan peribadatan. Al-Qur’an hanya dijadikan sebatas bahan bacaan, Islam tidak ditempatkan sebagai agama universal. Gagasan pembaharuan pemikiran Islam ini pun hendaknya dapat menyadarkan umat Islam yang terlena dengan kebesaran dan kejayaan masa lalu. BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 18
Gagasan dan Visi Perjuangan Sosial Budaya Ciri utama masyarakat Indonesia adalah kemajemukan sosial budaya, kemajemukan tersebut merupakan sumber kekayaan bangsa yang tidak ternilai, tetapi keberagaman yang tidak terorganisir akan mengakibatkan perpecahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tujuan awal saat HMI berdiri juga tidak terlepas pada gagasan dan visi perjuangan sosial budaya, yaitu : 1. Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia 2. Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam Dari tujuan tersebut jelaslah bahwa HMI ingin agar kehidupan sosial budaya yang ada menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia guna mempertahankan kemerdekaan yang baru diraih. Untuk menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam pun harus dipelajari kondisi sosial budaya gara tidak terjadi benturan kultur. Masyarakat muslim Indonesia yang hanya memahami ajaran Islam sebatas ritual harus diubah pemahamannya dan keadaan sosial budaya yang telah mengakar ini tidak dapat diubah serta merta, tetapi melalui proses panjang dan bertahap. Komitmen Keislaman dan Kebangsaan sebagai Dasar Perjuangan HMI Dari awal terbentuknya HMI telah ada komitmen keumatan dan kebangsaan yang bersatu secara integral sebagai dasar perjuangan HMI yang dirumuskan dalam tujuan HMI yaitu : a) Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia yang didalamnya terkandung wawasan atau pemikiran kebangsaan atau ke-Indonesiaan b) Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam yang didalamnya terkandung pemikiran ke-Islaman Komitmen tersebut menjadi dasar perjuangan HMI didalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai organisasi kader, wujud nyata perjuangan HMI dalam komitmen keumatan dan kebangsaan adalah melakukan proses perkaderan yang ingin menciptakan kader berkualitas insan cita yang mampu menjadi pemimpin yang amanah untuk membawa bangsa Indonesia mencapai asanya. Komitmen keislaman dan kebangsaan sebagai dasar perjuangan masih melekat dalam gerakan HMI. Kedua komitmen ini secara jelas tersurat dalam rumusan tujuan HMI (hasil Kongres IX HMI di Malang tahun 1969) sampai sekarang, “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT”. Namun kedua komitmen itu tidak dilakukan secara institusional, melainkan dampak dari proses pembentukan kader yang dilakukan oleh HMI.
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 19
DINAMIKA SEJARAH PERJUANGAN HMI DALAM SEJARAH PERJUANGAN BANGSA HMI dalam Fase Perjuangan Fisik HMI ikut berjuang dalam perjuangan fisik ketika terjadi pemberontakan PKI di Madiun pada tahun 1948. Pemberontakan tersebut bertujuan mengambil alih kekuasaan pemerintahan yang sah dan ingin mendirikan “Soviet Republik Indonesia”. Menghadapi hal tersebut, HMI menggalang seluruh kekuatan mahasiswa dengan membentuk Corps Mahasiswa. Selama waktu krisis tersebut anggota HMI terpaksa meninggalkan bangku kuliah untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pengkhianatan PKI, selain itu HMI pun terlibat dalam perjuangan fisik menghadapi agresi militer Belanda. Sebagai nak umat dan anak bangsa, HMI selalu ikut dalam perjuangan fisik demi mempertahankan negara Republik Indonesia. Dalam mempertahakan NKRI, anggota-anggota HMI mengganti pena dengan memanggul senjata, HMI merasa ikut bertanggung jawab dalam mempertahankan kedaulatan NKRI. HMI berkeyakinan bahwa dalam masyarakat yang berdaulat dan merdeka akan tercipta keadilan dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu HMI selalu berusaha untuk memperthankan dan mempersatukan bangsa. HMI dalam Fase Pertumbuhan dan Konsolidasi Bangsa Saat HMI baru saja berdiri, terjadi pemberontakan PKI di Madiun yang merupakan ancaman terhadap kedaulatan bangsa, umat Islam, dan HMI sendiri. Kekuatan PKI ini makin memuncak pada era 60-an, PKI menjadi salah satu kekuatan sosial politik besar di Indonesia. Posisi HMI saat itu adalah menentang ajaran komunis dan mengajak semua pihak yang ada untuk menentang komunis. Persoalan komunis bukan hanya persoalan bangsa dan negara, tetapi juga persoalan HMI, akibat sikap HMI tersebut maka PKI menempatkan HMI sebagai salah satu musuh utama yang harus diberangus. HMI menggalang konsolidasi dengan semua pihak yang non komunis, karena komunis bertentangan dengan dasar negara, yaitu Pancasila. Selain itu PKI selalu berusaha untuk merebut pemerintahan dan kekuasaan yang sah. Untuk menghadapi pemilu 1955, HMI mengadakan Konferensi Akbar di Kaliuarang Yogyakarta paa tanggal 9 – 11 April 1955, keputusan yang diambil adalah : 1) Menyerukan kepada khalayak ramai untuk memilih partai-partai Islam dalam pemilu yang akan datang 2) Menyerukan kepada partai-partai Islam supaya mengurangi keruncingankeruncingan, tidak saling menyerang 3) Kepada warga dan anggota HMI supaya : a) Wajib aktif dalam pemilu b) Wajib aktif memilih salah satu partai Islam c) Mempunyai hak dan kebebasan untuk membantu dan memilih partai Islam yang disenangi Dalam menghadapi sidang pleno Majelis Konstituante, PB HMI mengirimkan seruan kepada seluruh anggota fraksi partai-partai Islam di konstituante agar dapat memikul amanah umat Islam di Indonesia. Ketika Demokrasi Terpimpin berjalan, HMI mendapat tekanan kuat, karena ada tuduhan bahwa HMI kontra revolusi, dan lain-lain. Oleh karena itu HMI menggelar Musyawarah Nasional Ekonomi HMI se-Indonesia di Jakarta pada BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 20
tahun 1962. Ada beberapa pertanyaan yang diajukan kepada HMI saat itu menyangkut sikap yang diambil HMI, yaitu (1) Apakah HMI mendukung Manipol/Usdek atau tidak ? (2) HMI setuju pancasila atau tidak ? dan (3) HMI setuju sosialisme Indonesia atau tidak ? Munas memberikan jawaban sebagai berikut : 1) Ya, HMI mendukung Manipol/Usdek sebagai haluan negara yang ditetapkan oleh MPRS 2) Ya, HMI setuju Pancasila yang merupakan rancangan kesatuan dengan Piagam Jakarta 3) Ya, HMI setuju sosialisme Indonesia, yaitu masyarakat adil makmur yang diridhoi Tuhan Yang Maha Esa Dengan melakukan pendekatan-pendekatan itu maka HMI dapat terselamatkan, isu dan tuduhan yang dilancarkan terhadap HMI tidak berhasil untuk mengubur HMI dalam percaturan sejarah. HMI dalam Transisi Orde Lama dan Orde Baru Tahun 1965, HMI mengalami tantangan yang berat, HMI terancam dibubarkan, dan lagi-lagi HMI lulus dalam ujian sejarah sehingga HMI dapat mempertahankan eksistensinya hingga saat ini (entah esok hari, entah lusa nanti, entah……). HMI adalah salah satu komponen bangsa yang menentang faham dan ajaran komunis, sedangkan PKI saat itu merupakan kekuatan sosial politik yang besar di negara Republik Indonesia. PKI berkeinginan untuk membubarkan HMI karena merupakan salah satu musuh utamanya, usaha untuk membubarkan HMI dilakukan PKI dengan gencar (Kalau tidak mampu membubarkan HMI, lebih baik pakai sarung saja), apalagi menjelang Gestapu atau Gestok (istilah Pemimpin Besar Revolusi Soekarno). Masalah pembubaran HMI bukan hanya menjadi masalah internal, tapi lebih jauh daripada itu, hal tersebut merupakan masalah umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya. Puncak dari usaha PKI untuk merebut kekuasaan dan kedaulatan negara Republik Indonesia adalah dengan melakukan pemberontakan Gerakan 30 Sepetember/PKI tahun 1965. Pemberontakan tersebut dimulai melalui cara penculikan terhadap para perwira tinggi TNI-AD (kecuali Pangkostrad yang merupakan jabatan strategis, why ?), dan menghabisi para perwira itu. Menyikapi hal ini, HMI mengutuk Gestapu dan menyatakan bahwa gerakan tersebut dilakukan oleh PKI (pernyataan bahwa G30S/PKI diotaki oleh PKI pertama kali dilontarkan oleh HMI –sumber Agussalim Sitompul), HMI ikut membantu pemerintah dalam menumpas G30S/PKI dan kerelaan HMI untuk membantu sepenuhnya ABRI. Setelah turunnya Soekarno dan naiknya Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia, HMI bersikap mendukung pemerintahan baru yang ingin menjalankan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen (katanya sih gitu waktu naik) dan HMI ikut dalam usaha-usaha untuk menumpas sisa-sisa PKI serta organisasi underbouw PKI. HMI dalam Fase Pembangunan dan Modernisasi Bangsa Berdasarkan tujuan HMI, maka kader HMI harus memiliki kualitas insan cita, yang karenanya akan tercipta kader yang memiliki intelektual tinggi yang dilandasi oleh iman serta diabdikan kepada umat dan bangsa. Pengabdian para kader ini akan dapat dijadikan penopang dalam pembangunan bangsa dan negara Republik Indonesia.
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 21
Peran HMI dalam pembangunan bangsa dapat dijabarkan sebagai berikut : 1) Partisipasi dalam pembentukan situasi dan iklim 2) Partisipasi dalam pemberian konsep 3) Partisipasi dalam bentuk pelaksanaan Dalam menjalani peran tersebut, banyak halangan dan rintangan yang justru sebenarnya lebih dominan faktor internal, misalnya pergeseran nilai yang berdampak pada hilangnya ruh perjuangan HMI. Selain itu faktor eksternal memaksa HMI untuk terbawa pusaran kekuasaan, misal masalah asas tunggal yang mengakibatkan perpecahan HMI menjadi dua yaitu HMI yang bermarkas di Diponegoro dan HMI yang menamakan dirinya Majelis Penyelamat Organisasi. HMI dan Fase Pasca Orde Baru Setelah runtuhnya Orde Baru, dimulailah babak baru perjalanan bangsa yang dikenal dengan sebutan Reformasi. Namun ternyata sampai saat ini reformasi masih berupa angan yang belum dapat terealisir, ironisnya kehilangan arah, karena banyak komponen bangsa yang ingin merasakan sesuatu yang instan, tetapi dengan harapan berumur panjang. Peran HMI dalam reformasi banyak dipertanyakan orang, analisa sementara ini diakibatkan penempatan peran HMI yang “salah” pada fase pembangunan. Bahkan gerakan mahasiswa di luar HMI seringkali menempatkan HMI sebagai common enemy. Dinamika organisasi di manapun akan selalu mengalami fluktuasi, akankah HMI tetap bertahan ?
3.1.2
Materi Konstitusi HMI
A. Silabus JENJANG: LATIHAN KADER I
KONSTITUSI HMI
ALOKASI WAKTU: 10 JAM
Tujuan Pembelajaran Umum: Peserta dapat Memahami ruang lingkup konstitusi Tujuan Pembelajaran Khusus: 1. Peserta dapat menjelaskan ruang lingkup konstitusi HMI dan hubungannya dengan pedoman pokok organisasi lainnya. 2. Peserta dapat mempedomani konstitusi HMI dan pedoman-pedoman pokok organisasi dalam kehidupan berorganisasi. Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan 1. Pengantar Ilmu Hukum 1.1. Pengertian dan Fungsi Hukum 1.2. Hakekat Hukum 1.3. Pengertian Konstitusi dan arti pentingnya dalam organisasi 2. Ruang lingkup Konstitusi HMI 2.1. Makna Mukodimah AD HMI 2.2. Makna HMI sebagai organisasi yang berasaskan Islam
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 22
2.3. Anggaran Dasar dan Rumah Tangga HMI 2.3.1. Masalah keanggotaan 2.3.2. Masalah Struktur Kekuasaan 2.3.3. Masalah Struktur Kepemimpinan 3. Pedoman-pedoman Dasar Organisasi 3.1. Pedoman Perkaderan. 3.2. Pedoman Kohati 3.3. Pedoman Lembaga Kekaryaan 3.4. Pedoman atribut HMI 3.5. GPPO dan PKN 4. Hubungan Konstitusi AD/ART dengan pedoman-pedoman Organisasi lainnya. Metode : Menjunjung tinggi kearifan lokal Evaluasi: Melaksanakan test Objektif/subjektif dan penugasan. Referensi: 1. Hasil-hasil kongres. 2. Zainal Abidin Ahmad, Piagam Muhammad, Bulan Bintang, t.t. 3. Prof. DR. Mukhtar Kusuatmadja, SH, LMM dan DR. B. Sidharta, SH, Pengantar Ilmu Hukum; Suatu pengenalan Pertama berlakunya Ilmu Hukum, Penerbit Alumni, Bandung, 2000. 4. Prof. Chainur Arrasjid, SH. Dasar-dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2000 5. UUD 1945 (untuk perbandingan) 6. Literatur lain yang relevan.
B. Materi Terurai Pengertian Konstitusi adalah bentuk peraturan perundangan yang tertinggi yang menjadi dasar dan sumber semua peraturan perundangan yang dibawahnya dalam suatu organisasi/negara. Konstitusi : - Aturan pokok - Hukum pokok Qur’an & Hadist Pancasila & UUD 1945 AD/ART
Æ Æ Æ
Islam Indonesia Organisasi
Syarat yang harus dimiliki agar konstitusi menjadi penentu arah, tindakan dan piagam (sebagai dasar pijakan) : 1. Bentuknya Sebagai naskah tertulis yang merupakan perundangan tertinggi yang berlaku dalam suatu organisasi/negara. 2. Isinya Merupakan peraturan yang bersifat fundamental; artinya tidak semua masalah yang penting harus dibuat, melainkan hal-hal yang bersifat pokok, dasar atau azas-azasnya saja. BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 23
3. Sifatnya • Universal • Fleksibel • Luwes PIAGAM MADINAH (Untuk perbandingan) Prinsip-prinsip umum atau pokok-pokok pikiran 1. Monotheisme Konsep tauhid terdapat dalam Mukadimmah, pasal 22, 23, 42 dan akhir pasal 47 2. Persatuan dan kesatuan Terdapat dalam pasal 1, 15, 17, 25, dan 37 3. Persamaan dan keadilan Terdapat pada pasal 13, 15, 16, 22, 24, 37, dan 40 4. Kebebasan beragama Terdapat pada pasal 25 5. Bela negara Tersirat dalam pasal 24, 37, 38, dan 44 6. Pelestarian adat yang baik Terdapat dalam pasal 2 – 10. Adat yang dipertahankan seperti gotongroyong, pembayaran diat dan tebusan tawanan. Ruang Lingkup Konstitusi HMI Mukadimmah Alinea 1 : 1) Islam ajaran yang haq dan sempurna (Ali Imron 19) 2) Fitrah manusia : Hanief/cenderung pada kebenaran (Al-Araf 172) 3) Khalifah fil ardh (Al-Baqarah 30) 4) Pengabdian diri (Az-Zariat 56) Alinea 2 : Azas keseimbangan (Al-Qashash 77) Duniawi – Ukhrawi, Individu – Sosial, Iman – Ilmu – Amal Alinea 3 : 1) Kemerdekaan merupakan rahmat Allah SWT (At-Taubah 41, Al-Baqarah 105, Yunus 25) 2) Umat Islam wajib mengisi kemerdekaan (fungsi umat Islam) (Al-Anfal 61, Al-Jum’ah 10, Ar-Radu 11) 3) Adil makmur Alinea 4 : 1) Fungsi generasi muda Islam 2) Orientasi pengabdian kepada Allah SWT (Az-Zariat 56) Makna HMI sebagai Organisasi berasaskan Islam HMI adalah organisasi yang menghimpun mahasiswa yang (mengaku) beragama Islam dimana secara individu dan organisatoris memiliki cirri-ciri keislaman, dan menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunah sebagai sumber norma, sumber nilai, BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 24
sumber inspirasi dan sumber aspirasi di dalam setiap aktivitas dan dinamika organisasi. Anggaran Dasar dan Rumah Tangga HMI Anggaran Dasar dan Rumah Tangga HMI merupakan konstitusi HMI, isinya memuat aturan-aturan pokok organisasi yang bersifat fundamental. Secara khusus masalah-masalah yang memerlukan penjelasan lebih lanjut diurai dalam beberapa naskah, yaitu penjelasan dan pedoman-pedoman organisasi lainnya. Hal utama yang harus diketahui kader selain asas dan implikasinya adalah masalah tentang keanggotaan, dan struktur organisasi. Yang dapat menjadi anggota HMI adalah mahasiswa Islam yang terdaftar pada perguruan tinggi dan/atau yang sederajat yang ditetapkan oleh Pengurus HMI Cabang/Pengurus Besar HMI. Keanggotaan HMI dibagi menjadi tiga, yaitu : 1) Anggota Muda Anggota muda adalah mahasiswa Islam yang menuntut ilmu di perguruan tinggi atau yang sederajat dan telah mengikuti Maperca 2) Anggota Biasa Anggota biasa adalah anggota muda yang telah memenuhi syarat dan atau anggota muda yang telah mengikuti Latihan Kader I 3) Anggota Kehormatan Anggota kehormatan adalah orang yang berjasa kepada HMI yang telah ditetapkan oleh Pengurus HMI Cabang/Pengurus Besar HMI. Setiap mahasiswa Islam yang berkeinginan untuk bergabung di HMI dengan status sebagai anggota harus mengajukan permohonan secara menyatakan secara tertulis kesediaan mengikuti dan menjalankan AD/ART serta pedoman HMI lainnya kepada pengurus cabang setempat. Apabila yang bersangkutan memenuhi syarat dan telah mengikuti Maperca, maka dinyatakan sebagai anggota muda HMI, kemudian jika anggota muda tersebut telah megikuti dan lulus Latihan Kader I akan dinyatakan sebagai anggota biasa HMI. Masa keanggotaan HMI dihitung sejak kelulusan dari Latihan Kader I dan akan berakhir maksimum 5 (lima) tahun untuk program S0, 7 (tujuh) tahun untuk program S1, dan 9 (sembilan) tahun untuk program pasca sarjana. Perhitungan tahun antar program bukan dibuat akumulasi. Selain habis masa keanggotaan, status anggota HMI juga dapat berakhir jika anggota yang bersangkutan meninggal dunia, mengundurkan diri, dan diberhentikan atau dipecat. Dalam keadaan tertentu masa keanggotaan dapat diperpanjang apabila yang bersangkutan masih menduduki kepengurusan di HMI, dan akan diperpanjang sampai masa kepengurusannya berakhir. Anggota muda HMI mempunyai hak bicara tetapi tidak mempunyai hak suara (gimana bisa bicara kalo bersuara tidak boleh), dan mengikuti Latihan Kader I. Anggota biasa memiliki hak suara sehingga otomatis punya hak bicara, mengikuti latihan dalam organisasi sesuai dengan peruntukannya, dan mempunyai hak untuk dipilih sebagai fungsionaris pengurus HMI sesuai dengan peruntukannya. Anggota kehormatan dapat mengajukan saran/usul dan pertanyaan kepada pengurus secara lisan atau tertulis.
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 25
Anggota HMI berkewajiban untuk menjaga nama baik organisasi, berpartisipasi dalam seluruh kegiatan HMI. Khusus untuk anggota muda dan anggota biasa, juga harus membayar uang pangkal dan iuran organisasi. Anggota HMI dapat dipecat karena dua hal : 1) Bertindak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh HMI 2) Bertindak merugikan atau mencemarkan nama baik organisasi Yang bisa mencabut status keanggotaan HMI adalah Pengurus HMI Cabang dan Pengurus Besar HMI, dengan prosedur yang telah diatur secara khusus. STRUKTUR ORGANISASI Struktur organisasi HMI terbagi menjadi 2 (dua), yaitu (1) Struktur Kekuasaan, dan (2) Struktur Pimpinan. Struktur kekuasaan secara hirarki terdiri dari : 1) Kongres 2) Konferensi/Musyawarah Cabang 3) Rapat Anggota Komisariat Struktur pimpinan secara hirarki terdiri dari : 1) Pengurus Besar HMI 2) Pengurus HMI Cabang 3) Pengurus HMI Komisariat Pedoman-Pedoman Dasar Organisasi Pedoman Perkaderan Pedoman perkaderan adalah aturan yang khusus membahas tentang sistem perkaderan yang dilakukan di HMI. Sistem inilah yang dilaksanakan secara masif, seragam, standar, dan menyeluruh oleh seluruh komponen HMI. Hal-hal yang menjadi pokok dalam sistem perkaderan HMI adalah : 1. Tujuan Perkaderan Terciptanya kader Muslim-Intelektual-Profesional yang berakhlakul karimah serta mampu mengemban amanah Allah sebagai khalifah fil ardh dalam upaya mencapai tujuan organisasi. 2. Aspek Perkaderan • Pembentukan integritas watak dan kepribadian • Pengembangan kualitas intelektual • Pengembangan kemampuan professional 3. Landasan Perkaderan ¾ Landasan teologis ¾ Landasan ideologis ¾ Landasan konstitusi ¾ Landasan historis ¾ Landasan sosio-kultural
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 26
4. Pola Dasar Perkaderan • Rekrutmen • Pembentukan Kader - Training Formal - Pengembangan : Æ Up-Grading Æ Pelatihan Æ Aktivitas • Pengabdian Pedoman KOHATI KOHATI adalah singkatan dari Korps HMI-Wati. KOHATI merupakan badan khusus HMI yang bertugas untuk membina, mengembangkan dan meningkatkan potensi HMI-Wati dalam wacana dan dinamika gerakan keperempuanan. KOHATI didirikan pada tanggal 2 Jumadil Akhir 1386 H yang bertepatan dengan tanggal 17 September 1966 pada Kongres VIII HMI di Solo, KOHATI berkedudukan dimana HMI berada. KOHATI bertujuan “Terbinanya muslimah yang berkualitas insan cita”. KOHATI merupakan organisasi yang bersifat semi otonom. KOHATI memiliki fungsi sebagai wadah peningkatan dan pengembangan potensi kader HMI dalam wacana dan dinamika gerakan keperempuanan. Dalam internal HMI, KOHATI berfungsi sebagai bidang keperempuanan, dan di eksternal HMI, KOHATI berfungsi sebagai organisasi perempuan. KOHATI berperan sebagai pencetak dan pembinan muslimah sejati untuk menegakkan dan mengembangkan nilainilai keislaman dan keindonesiaan. Yang dapat menjadi anggota KOHATI adalah HMI-Wati yang telah lulus Latihan Kader I HMI. Pedoman Lembaga Kekaryaan Sejarah Lembaga Kekaryaan HMI Terbentuknya lembaga kekaryaan sebagai satu dari institusi HMI terjadi pada kongres ke tujuh HMI di Jakarta pada tahun 1963 dengan diputusakannya mendirikan beberapa lembaga khusus (sekarang lembaga kekaryaan) dengan pengurus pusatnya ditentukan berdasarkan kuota yang mempunyai potensi terbesar pada jenis aktifitas lembaga kekaryaan yang bersangkutan diantaranya : • Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI) dipusatkan di Surabaya • Lembaga Da’wah mahasiswa Islam (LDMI) yang dipusatkan di Bandung • Lembaga Pembangunan Mahasiswa Islam (LPMI) pusatnya di Makassar • Lembaga Seni Budaya Mahasiswa Islam (LSBMI) pusatnya di Yogyakarta Dan kondisi politik tahun 60-an berorientasi massa, lembaga kekaryaan pun semakin menarik sebagai suatu faktor bagi berkembang pesatnya lembaga kekaryaan ditunjukkan dari : • Adanya hasil penelitian yang menginginkan dipertegasnya status lembaga kekaryaan, struktur organisasi dan wewenang lembaga kekaryaan • Keinginan untuk menjadi lembaga kekaryaan otonom penuh terhadap organisasi induk HMI Kemudian sampai pada tahun 1966 diikuti oleh pembentukan Lembaga Tekhnik Mahasiswa Islam (LTMI), Lembaga Pertanian Mahasiswa Islam (LPMI), Lembaga Astronomi Mahasiswa Islam (LAMI). Akhirnya dengan latar belakang di BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 27
atas melalui kongres VIII HMI di Solo melahirkan keputusan Kongres dengan memberikan status otonom penuh kepada lembaga kekaryaan dengan memberikan hak yang lebih kepada lembaga kekaryaan tersebut, antara lain : a. Punya struktur organiasasi yang bersifat nasional dari tingkat pusat sampai rayon b. Memiliki Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga (PD/PRT) sendiri c. Bentuk megadakan musyawarah lembaga termasuk memilih pimpinan lembaga Keputusan-keputusan di atas di satu pihak lebih mengarahkan kepada kegiatan lembaga, namun di lain pihak lebih merugikan organisasi ke tingkat induk bahkan justru menimbulkan permasalahan serius. Ini dibuktikan dengan adanya evaluasi pada kongres di Malang pada tahun 1969, dimana kondisi pada saat tersebut lembaga kekaryaan sudah cenderung mengarah kepada perkembangan untuk melepaskan diri dari organisasi induknya, sehingga dalam evaluasi kongres IX HMI di Malang tahun 1969 antara lain melalui papernya mempertanyakan : a. Status lembaga dan hubungan dengan organisasi induknya (HMI) b. Perlu tidaknya penegasan oleh kongres, bahwa lembaga kekaryaan adalah bagian mutlak dari HMI misalnya LKMI menjadi LK HMI, LDMI menjadi LD HMI, dsb. Setelah kongres X di Palembang tahun 1971, perubahan kelembagaan tidak lagi menjadi permasalahan dan perhatian Himpunan. Ha ini mengakibatkan lembaga kekaryaan perlahan-lahan mengalami kemunduran dan puncaknya terjadi saat diterbitkannya SK Mendikbud tentang pengaturan kehidupan kemahasiswaan melalui NKK/BKK tahun 1978. Namun realitas perkembangan organisasi merasakan perlu dihidupkannya kembali, lembaga kekaryaan yang dikukuhkan melalui kongres XIII HMI di Ujung Pandang. Kemudian LK menjadi perhatian/alternatf baru bagi HMI karena gencarnya isu profesionalisme. Melalui kongres XVI di Padang tahun 1986 pendayagunaan LK kembali dicanangkan. Lembaga Kekaryaan Yang dimaksud dengan Lembaga Kekaryaan adalah badan-badan khusus HMI (diluar KOHATI, LPL) yang bertugas melaksanakan kewajiban-kewajiban HMI sesuai dengan fungsi dan bidangnya (ladang garapan) masing-masing, latihan kerja berupa dharma bhakti kemasyarakatan dalam proses pembangunan bangsa dan negara. Sebagaimana terdapa dalam unsur-unsur pokok Esensi Kepribadian HMI yang meliputi : 1. Dasar Tauhid yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasul yakni dasar keyakinan bahwa “Tiada Tuhan melainkan Allah”, dan Allah adalah merupakan inti daripada iman, Islam dan Ihsan. 2. Dasar keseimbangan yaitu keharmonisan antara pemenuhan tugas dunia dan akhirat, jasmaniah dan rohaniah, iman dan ilmu menuju kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. 3. Kreatif, yakni memiliki kemampuan dengan cipta dan daya pikir nasional dan kritis, hingga memilki kebijakan untuk berilmu amaliah dan beramal ilmiah. 4. Dinamis, yaitu selalu dalam keadaan gerak dan terus berkembang serta dengan cepat memberikan respon terhadap setiap tantangan yang dihadapi sehingga memiliki fungsi pelopor yang militan. 5. Pemersatu, yaitu sikap dan perbuatan angkatan muda yang merupakan kader seluruh umat Islam Indonesia menuju persatuan nasional. BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 28
6. Progresif dan Pembaharu, yaitu sikap dan perbuatan orang muda patriotik mengutamakan kepentingan bersama bangsa datas kepentingan pribadi. Memihak dan membela kaum-kaum yang lemah dan tertindas dengan menentang penyimpangan dan kebatilan dalam bentuk dan manifestasinya. Aktif dalam pembentukan dan peranan umat Islam Indonesia yang adil dan makmur yang diridhoi oleh Allah SWT. Dilihat dari jenisnya, maka lembaga kekaryaan yang pernah ada : a. Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI) b. Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) c. Lembaga Da’wah Mahasiswa Islam (LDMI) d. Lembaga Pendidikan Mahasiswa Islam (LAPENMI) e. Lembaga Pertanian Mahasiswa Islam (LPMI) f. Lembaga Teknologi Mahasiswa Islam (LTMI) g. Lembaga Seni Budaya Mahasiswa Islam (LSMI) h. Lembaga Astronomi Mahasswa Islam (LAMI) i. Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam (LEMI) j. Lembaga Hukum Mahasiswa Islam (LHMI) k. Lembaga Penelitian Mahasiswa Islam (LEPMI) l. Dan lembaga-lembaga yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan karena lembaga kekaryaan adalah badan pembantu pimpinan HMI, maka dengan melaksanakan tugas/fungsional (sesuai dengan bidangnya masing-masing) haruslah terlebih dahulu dirumuskan dalam suatu musyawarah tersendiri. Musyawarah badan yang selanjutnya disebut rapat kerja itu, bertugas untuk menjabarkan program HMI yang telah diputuskan oleh instansi-instansi kekuasaan HMI. Maksud dan Fungsi Lembaga Kekaryaan Adanya lembaga kekaryaan dimaksudkan untuk mempertajam alat pencapai tujuan HMI, sehingga dalam proses dapat terbentuk arah yang jelas, agar pelaksanaan, pembinaan dan pengembangan Lembaga Kekaryaan benar dapat terkoordinasikan. Adapun fungsi dari lembaga kekaryaan adalah : a. Melaksanakan peningkatan wawasan profesionalsme anggota, sesuai dengan bidang masing-masing, (Pasal 59 ART HMI) dan lembaga kekeryaan bertanggung jawab kepada pengurus HMI setempat, (Pasal 60 ayat d ART HMI) b. Melaksanakan dan mengembangkan kebijaksanaan HMI untuk meningkatkan keahlian para anggota melalui pendidikan, penelitian dan latihan kerja praktis serta darma bakti kemasyarakatan (pasal 60 ayat b ART HMI) Pedoman Atribut HMI Pedoman atribut HMI berisi tentang lagu, lambing dan berbagai macam penerapannya. Lagu yang dijadikan sebagai Hymne HMI adalah lagu yang diciptakan oleh RM Akbar sebagai berikut : HYMNE HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM Bersyukur dan Ikhlas Himpunan Mahasiswa Islam Yakin Usaha Sampai BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 29
Untuk kemajuan Hidayah dan taufiq Bahagia HMI Berdoa dan Ikrar Menjunjung tinggi syiar Islam Turut Qur’an dan hadist Jalan keselamatan Ya Allah berkati Bahagia HMI
Lambang HMI adalah sebagai berikut : 1. Bentuk huruf alif : - Sebagai huruf hidup, lambang optimis kehidupan HMI - Huruf alif merupakan angka 1 (satu) lambang, dasar/semangat HMI 2. Bentuk perisai : Lambang kepeloporan HMI 3. Bentuk jantung : Jantung adalah pusat kehidupan manusia, lambang proses perkaderan HMI 4. Bentuk pena : Melambangkan bahwa HMI adalah organisasi senantiasa haus akan ilmu pengetahuan 5. Gambar bulan bintang : Lambang keimanan seluruh umat Islam di dunia 6. Warna hijau : Lambang keimanan dan kemakmuran 7. Warna hitam : Lambang ilmu pengetahuan 8. Keseimbangan warna hijau dan hitam : Lambang keseimbangan, esensi kepribadian HMI 9. Warna putih : Lambang kesucian dan kemurnian perjuangan HMI 10. Puncak tiga : - Lambang Iman, Islam dan Ikhsan - Lambang Iman, Ilmu dan Amal 11. Tulisan HMI :
mahasiswa
yang
Kepanjangan dari Himpunan Mahasiswa Islam Pengunaan lambang HMI dapat diterapkan pada : a) Lencana/Badge HMI b) Bendera c) Stempel d) Kartu Anggota e) Papan Nama HMI f) Gordon/Selempang HMI g) Aksesoris atau perlengkapan lain dengan tidak menyimpang dari lambang dan penggunaannya Aturan penggunaan dan lainnya diatur dengan rinci. BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 30
Atribut lain yang digunakan dalam HMI adalah : 1) Muts/Peci HMI 2) Baret HMI Segala sesuatu yang berkaitan dengan atribut diatur dalam ketentuan khusus. Hubungan Konstitusi dan Pedoman lainnya Pada dasarnya konstitusi hanya memberikan aturan yang bersifat umum, aturan secara khusus dijelaskan dalam pedoman-pedoman lainnya. Pedoman lain berfungsi sebagai penjelasan teknis hal-hal yang dibahas dalam konstitusi, sehingga tidak boleh bertentangan dengan konstitusi. Secara hirarki hukum konstitusi merupakan aturan tertinggi.
3.1.3 Materi Nilai Dasar Perjuangan A. Silabus
JENJANG: LATIHAN KADER I
NILAI DASAR PERJUANGAN
ALOKASI WAKTU: 8 JAM
Tujuan Pembelajaran Umum Peserta dapat memahami latar belakang perumusan dan kedudukan NDP serta subtansi materi secara garis besar dalam organisasi. Tujuan Pembelajaran Khusus 1. Peserta dapat menjelaskan sejarah perumusan NDP dan kedudukannya dalam organisasi 2. Peserta dapat menjelaskan hakikat sebuah kehidupan 3. Peserta dapat menjelaskan hakikat kebenaran 4. Peserta dapat menjelaskan hakikat penciptaan alam semesta 5. Peserta dapat menjelaskan hakikat penciptaan manusia 6. Peserta dapat menjelaskan hakikat masyarakat 7. Peserta dapat menjelaskan hubungan antara iman, ilmu dan amal Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan 1. Sejarah perumusan NDP dan kedudukan NDP dalam organisasi HMI 1.1. Pengertian NDP 1.2. Sejarah Perumusan dan lahirnya NDP 1.3. NDP sebagai kerangka Global Pemahaman Islam dalam konteks organisasi HMI 1.4. Hubungan antara NDP dan Mision HMI 1.5. Metode pemahaman NDP 2. Garis besar Materi NDP 2.1. Hakikat Kehidupan 2.1.1. Analisa Kebutuhan Manusia 2.1.2. Mencari kebenaran sebagai kebutuhan dasar manusia 2.1.3. Islam sebagai sumber kebenaran
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 31
2.2.
Hakikat Kebenaran 2.2.1. Konsep Tauhid La Ila Ha Illallah 2.2.2. Eksistensi dan sifat-sifat Allah 2.2.3. Rukun iman sebagai sebagai upaya mencari kebenaran 2.3. Hakikat Penciptaan Alam Semesta 2.3.1. Eksistensi Alam 2.3.2. Fungsi dan Tujuan Penciptaan Alam 2.4. Hakikat-hakikat penciptaan Manusia 2.4.1. Eksistensi Manusia dan Kedudukannya diantara mahkluk lainnya 2.4.2. Kesetaraan dan kedudukan manusia sebagai khalifah dimuka bumi 2.4.3. Manusia sebagai hamba Allah 2.4.4. Fitrah, kebebasan dan tanggungjawab manusia 2.5. Hakikat Masyarakat 2.5.1. Perlunya menegakan keadilan dalam masyarakat 2.5.2. Hubungan Keadilan dan Kemerdekaan 2.5.3. Hubungan Keadilan dan kemakmuran 2.5.4. Kepemimpinan untuk menegakkan keadilan 2.6. Hakikat Ilmu 2.6.1. Ilmu sebagai jalanmencari kebenaran 2.6.2. Jenis-jenis Ilmu 3. Hubungan antara Iman, Ilmu dan Amal Metode : Menjunjung tinggi kearifan lokal Evaluasi : Test objektif/subjektif, penugasan dan membuat kuisoner Referensi : 1. Al-Qur’an dan terjemah 2. Teks NDP 3. Literatur lain yang relevan B. Materi Terurai Sejarah Perumusan NDP Sampai pada fase perjuangan HMI dalam transisi orde lama dan orde baru, pedoman perjuangan HMI yang mendasar dan sistematis belum ada, setelah fase berikutnya baru disusun Nilai Dasar Perjuangan HMI, yang pada Kongres XVI HMI di Padang tahun 1986 pernah berubah nama menjadi Nilai Identitas Kader (NIK), pada dasarnya tidak ada perubahan atas isi dari NDP. Perubahan ini didasari atas pertimbangan politik setelah keluarnya UU No.5 tahun 1985 yang menyatakan bahwa Pancasila satu-satunya azas organisasi kemasyarakatan. Pada Kongres XXII HMI di Jambi tahun 1999 nama NIK kembali ditukar menjadi NDP, seirama dengan pertukaran azas organisasi. Kelahiran NDP dilatarbelakangi oleh : 1) Keadaan negara Bangsa Indonesia sekitar 1966-1968 tengah mengalami perbaikan dari segi infra struktur maupun supra struktur, karena bangsa Indonesia baru dilanda badai pengkhianatan PKI BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 32
2) Keadaan umat Islam Nurkholis Madjid dalam buku HMI Menjawab Tantangan Jaman mengungkapkan bahwa muslim Indonesia adalah termasuk yang paling sedikit ter”Arab”kan. Di Indonesia pemahaman Islam masih dangkal, sehingga masih ada persoalan bagaimana menghayati nilai-nilai Islam itu sendiri. 3) Antek-antek PKI mempunyai pedoman yang baik Untuk memberikan pemahaman tentang kekomunisan, para kader PKI di masa jayanya (1960-an) mempunyai buku saku yang bisa dibaca dimanapun dan kapanpun. Melihat keadaan ini timbul keinginan Cak Nur untuk menyusun dasar-dasar nilai Islam melalui kerangka sistematis yang kemudia beliau beri nama NDI (Nilai Dasar Islam) dengan tujuan NaDI ini mampu berfungsi sebagai pemahaman global tentang ajaran Islam. 4) Literatur yang tersedia belum memuaskan Pada waktu itu para kader HMI masih jarang sekali menuangkan ide keislaman mereka dalam bentuk tulisan, salah satu penyebabnya adalah kesibukan melawan PKI secara fisik. Pada masa kepengurusan Nurkholis Madjid, HMI berusaha membuat pedoman perjuangan dan pada Kongres X HMI di Palembang tahun 1971, ditetapkan menjadi Nilai Dasar Perjuangan (NDP), yang berasal dari naskah NDI yang disampaikan Cak Nur dalam Kongres IX HMI di Malang tahun 1969 yang selanjutnya kongres menugaskan kepada Nurkholis Madjid, Sakib Mahmud, dan Endang Saifudin Anshari (alm.) untuk menyempurnakannya. Pemilihan nama NDP sendiri memiliki alasan, yaitu (1) Nama NDI terlalu mengklaim Islam yang bahkan akan mempersimpit ajaran Islam iru sendiri, (2) Terinspirasi oleh buku “Perjuangan Kita”-nya Syahrir. Ahmad Wahib dalam buku harian yang kemudian diterbitkan menjadi buku oleh Johan Effendi dengan tajuk “Pergolakan Pemikiran Islam” yang dianggap controversial, menuliskan bahwa perumusan NDI tersebut dipengaruhi oleh perjalanan Nurkholis Madjid ke universitas-universitas di Amerika atas undangan pemerintah Amerika pada tahun 1968. Hal ini dibantah oleh Cak Nur dalam buku HMI Menjawab Tantangan Jaman, bahwa sebenarnya perjalanan ke Amerika tidak berpengaruh banyak terhadap dirinya, karena selain perjalanan ke Amerika, Cak Nur juga melanjutkan lawatan ke Timur Tengah dengan menggunakan sisa uang saku yang dihematnya waktu di Amerika. Di Timur Tengah perjalanan dimulai dari Damaskus, Kuwait, Saudi Arabia, Turki, Lebanon, dan terakhir Mesir. Dalam perjalanan di Timur Tengah inilah untuk pertama kalinya Cak Nur bertemu Gus Dur, padahal mereka satu kampung. Di Riyadh Cak Nur bertemu dengan Dr. Farid Mustafa dan mendapat banyak hal darinya. Selama di Timur Tengah Cak Nur sering mengadakan diskusi kritis tentang berbagai hal keislaman. Sepulang Cak Nur dari menunaikan ibadah haji atas undangan Menteri Pendidikan Arab Saudi (Syekh hasan bin Abdullah Ali) sekitar bulan April 1969, keinginannya untuk menulis NDI makin menggebu-gebu. Kedudukan NDP dalam tubuh HMI NDP merupakan landasan perjuangan HMI, dan ini perlu disosialisikan pada setiap kader. Tujuan NDP dalam HMI merupakan filsafat sosial dalam melakukan perubahan sesuai tujuan HMI. Hubungan NDP dalam HMI dapat digambarkan sebagai berikut : BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 33
ISLAM
Landasan Teologis
NDP HMI
Landasan Ideologis
MISSION HMI
Landasan Filosofis
GPPO & PKN HMI
Landasan Sosiologis
Berdasarkan skema tersebut, maka NDP merupakan filsafat sosial yang bersumber dari ajaran Islam. Filsafat sosial ini diturunkan menjadi teori-teori sosial yang teori-teori ini akan memberikan konsepsi yang jelas pada arah gerak perubahan sosial yang dilakukan oleh HMI. C. Teks NDP
NILAI DASAR PERJUANGAN HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
A. DASAR-DASAR KEPERCAYAAN Manusia memerlukan suatu bentuk kepercayaan. Kepercayaan itu akan melahirkan tata nilai guna menopang hidup dan budayanya. Sikap tanpa percaya atau ragu yang sempurna tidak mungkin dapat terjadi. Tetapi selain kepercayaan itu dianut karena kebutuhan dalam waktu yang sama juga harus merupakan kebenaran. Demikian pula cara berkepercayaan harus pula benar. Menganut kepercayaan yang salah bukan saja tidak dikehendaki akan tetapi bahkan berbahaya. Disebabkan kepercayaan itu diperlukan, maka dalam kenyataan kita temui bentuk-bentuk kepercayaan yang beraneka ragam di kalangan masyarakat. Karena bentuk- bentuk kepercayaan itu berbeda satu dengan yang lain, maka sudah tentu ada dua kemungkinan: kesemuanya itu salah atau salah satu saja diantaranya yang benar. Disamping itu masing-masing bentuk kepercayaan mungkin mengandung unsur-unsur kebenaran dan kepalsuan yang campur baur. Sekalipun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa kepercayaan itu melahirkan nilai-nilai. Nilai-nilai itu kemudian melembaga dalam tradis-tradisi yang diwariskan turun temurun dan mengikat anggota masyarakat yang mendukungnya. Karena kecenderungan tradisi untuk tetap mempertahankan diri terhadap kemungkinan perubahan nilai-nilai, maka dalam kenyataan ikatanikatan tradisi sering menjadi penghambat perkembangan peradaban dan kemajuan manusia. Disinilah terdapat kontradiksi kepercayaan diperlukan sebagai sumber tatanilai guna menopang peradaban manusia, tetapi nilai-nilai itu BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 34
melembaga dalam tradisi yang membeku dan mengikat, maka justru merugikan peradaban. Oleh karena itu, pada dasarnya, guna perkembangan peradaban dan kemajuannya, manusia harus selalu bersedia meninggalkan setiap bentuk kepercayaan dan tata nilai yang tradisional, dan menganut kepercayaan yang sungguh-sungguh yang merupakan kebenaran. Maka satu-satunya sumber nilai sumber dan pangkal nilai itu haruslah kebenaran itu sendiri. Kebenaran merupakan asal dan tujuan segala kenyataan. Kebenaran yang mutlak adalah Tuhan Allah. Perumusan kalimat persaksian (Syahadat) Islam yang kesatu : Tiada Tuhan selain Allah mengandung gabungan antara peniadaan dan pengecualian. Perkataan "Tidak ada Tuhan" meniadakan segala bentuk kepercayaan, sedangkan perkataan "Selain Allah" memperkecualikan satu kepercayaan kepada kebenaran. Dengan peniadaan itu dimaksudkan agar manusia membebaskan dirinya dari belenggu segenap kepercayaan yang ada dengan segala akibatnya, dan dengan pengecualian itu dimaksudkan agar manusia hanya tunduk pada ukuran kebenaran dalam menetapkan dan memilih nilai nilai, itu berarti tunduk pada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta segala yang ada termasuk manusia. Tunduk dan pasrah itu disebut Islam. Tuhan itu ada, dan ada secara mutlak hanyalah Tuhan. Pendekatan ke arah pengetahuan akan adanya Tuhan dapat ditempuh manusia dengan berbagai jalan, baik yang bersifat intuitif, ilmiah, historis, pengalaman dan lain-lain. Tetapi karena kemutlakan Tuhan dan kenisbian manusia, maka manusia tidak dapat menjangkau sendiri kepada pengertian akan hakekat Tuhan yang sebenarnya. Namun demi kelengkapan kepercayaan kepada Tuhan, manusia memerlukan pengetahuan secukupnya tentang Ketuhanan dan tatanilai yang bersumber kepada-Nya. Oleh sebab itu diperlukan sesuatu yang lain yang lebih tinggi namun tidak bertentangan dengan insting dan indera. Sesuatu yang diperlukan itu adalah "Wahyu" yaitu pengajaran atau pemberitahuan yang langsung dari Tuhan sendiri kepada manusia. Tetapi sebagaimana kemampuan menerima pengetahuan sampai ketingkat yang tertinggi tidak dimiliki oleh setiap orang, demikian juga wahyu tidak diberikan kepada setiap orang. Wahyu itu diberikan kepada manusia tertentu yang memenuhi syarat dan dipilih oleh Tuhan sendiri yaitu para Nabi dan Rosul atau utusan Tuhan. Dengan kewajiban para Rosul itu untuk menyampaikannya kepada seluruh ummat manusia. Para rosul dan nabi itu telah lewat dalam sejarah semenjak Adam, Nuh, Ibrahim, Musa,Isa atau Yesus anak Mariam sampai pada Muhammad SAW. Muhammad adalah Rosul penghabisan, jadi tiada Rosul lagi sesudahnya. Jadi para Nabi dan Rosul itu adalah manusia biasa dengan kelebihan bahwa mereka menerima wahyu dari Tuhan. Wahyu Tuhan yang diberikan kepada Muhammad SAW terkumpul seluruhnya dalam kitab suci Al-Quran. Selain berarti bacaan, kata Al-Quran juga bearti "kumpulan" atau kompilasi, yaitu kompilasi dari segala keterangan. Sekalipun garis-garis besar Al-Quran merupakan suatu kompendium, yang singkat namun mengandung keterangan-keterangan tentang segala sesuatu sejak dari sekitar alam dan manusia sampai kepada hal-hal gaib yang tidak mungkin diketahui manusia dengan cara lain. Jadi untuk memahami Ketuhanan Yang Maha Esa BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 35
dan ajaran-ajaran-Nya, manusia harus berpegang kepada Al-Quran dengan terlebih dahulu mempercayai kerasulan Muhammmad SAW. Maka kalimat kesaksian yang kedua memuat esensi kedua dari kepercayaan yang harus dianut manusia, yaitu bahwa Muhammad adalah Rosul Allah. Kemudian di dalam Al-Quran didapat keterangan lebih lanjut tentang Ketuhanan Yang maha Esa ajaran-ajaranNya yang merupakan garis besar dan jalan hidup yang mesti diikuti oleh manusia. Tentang Tuhan antara lain: surat Al-Ikhlas menerangkan secara singkat ; katakanlah : "Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa. Dia itu adalah Tuhan. Tuhan tempat menaruh segala harapan. Tiada Ia berputra dan tiada pula berbapa. Selanjutnya Ia adalah Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Kasih dan Maha Sayang, Maha Pengampun dan seterusnya daripada segala sifat kesempurnaan yang selayaknya bagi Yang Maha Agung dan Maha Mulia, Tuhan seru sekalian Alam. Juga diterangkan bahwa Tuhan adalah yang pertama dan yang penghabisan, Yang lahir dan Yang Bathin, dan "kemanapun manusia berpaling maka disanalah wajah Tuhan". Dan "Dia itu bersama kamu kemanapun kamu berada". Jadi Tuhan tidak terikat ruang dan waktu. Sebagai "yang pertama dan yang penghabisan", maka sekaligus Tuhan adalah asal dan tujuan segala yang ada, termasuk tata nilai. Artinya ; sebagaimana tata nilai harus bersumber kepada kebenaran dan berdasarkan kecintaan kepadaNya, Iapun sekaligus menuju kepada kebenaran dan mengarah kepada "persetujuan" atau "ridhanya ". Inilah kesatuan antara asal dan tujuan hidup yang sebenarnya (Tuhan sebagai tujuan hidup yang benar, diterangkan dalam bagian yang lain) Tuhan menciptakan alam raya ini dengan sebenarnya, dan mengaturnya dengan pasti. Oleh karena itu alam mempunyai eksistensi yang riil dan obyektif, serta berjalan mengikuti hukum-hukum yang tetap. Dan sebagai ciptaan daripada sebaik-baiknya penciptanya, maka alam mengandung kebaikan pada diriNya dan teratur secara harmonis. Nilai ciptaan ini untuk manusia bagi keperluan perkembangan peradabannya. Maka alam dapat dan dijadikan obyek penyelidikan guna dimengerti hukum-hukum Tuhan (sunnatullah) yang berlaku didalamnya. Kemudian manusia memanfaatkan alam sesuai dengan hukumhukumnya sendiri. Jika kenyataan alam ini berbeda dengan persangkaan idealisme maupun agama Hindu yang mengatakan bahwa alam tidak mempunyai eksistensi riil dan obyektif, melainkan semua palsu atau maya atau sekedar emansipasi atau pancaran daripada dunia lain yang kongkrit, yaitu idea atau nirwana. Juga tidak seperti dikatakan filsafat Agnosticisme yang mengatakan bahwa alam tidak mungkin dimengerti manusia. Dan sekalipun filsafat materialisme mengatakan bahwa alam ini mempunyai eksistensi riil dan obyektif sehingga dapat dimengerti oleh manusia, namun filsafat itu mengatakan bahwa alam ada dengan sendirinya. Peniadaan pencipta ataupun peniadaan Tuhan adalah satu sudut daripada filsafat materialisme. Manusia adalah puncak ciptaan dan mahluk-Nya yang tertinggi. Sebagai mahluk tertinggi manusia dijadikan "Khalifah" atau wakil Tuhan di bumi. Manusia ditumbuhkan dari bumi dan diserahi untuk memakmurkannya. Maka urusan di dunia telah diserahkan Tuhan kepada manusia. Manusia sepenuhnya BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 36
bertanggungjawab atas segala perbuatannya di dunia. Perbuatan manusia ini membentuk rentetan peristiwa yang disebut "sejarah". Dunia adalah wadah bagi sejarah, dimana manusia menjadi pemilik atau "rajanya". Sebenarnya terdapat hukum-hukum Tuhan yang pasti (sunattullah) yang menguasai sejarah, sebagaimana adanya hukum yang menguasai alam tetapi berbeda dengan alam yang telah ada secara otomatis tunduk kepada sunatullah itu, manusia karena kesadaran dan kemampuannya untuk mengadakan pilihan untuk tidak terlalu tunduk kepada hukum-hukum kehidupannya sendiri. Ketidakpatuhan itu disebabkan karena sikap menentang atau kebodohan. Hukum dasar alami daripada segala yang ada inilah "perubahan dan perkembangan", sebab : segala sesuatu ini adalah ciptaan Tuhan dan pengembangan olehNya dalam suatu proses yang tiada henti-hentinya. Segala sesuatu ini adalah berasal dari Tuhan dan menuju kepada Tuhan. Maka satu-satunya yang tak mengenal perubahan hanyalah Tuhan sendiri, asal dan tujuan segala sesuatu. Di dalam memenuhi tugas sejarah, manusia harus berbuat sejalan dengan arus perkembangan itu menunju kepada kebenaran. Hal itu berarti bahwa manusia harus selalu berorientasi kepada kebenaran, dan untuk itu harus mengetahui jalan menuju kebenaran itu. Dia tidak mesti selalu mewarisi begitu saja nilai-nilai tradisional yang tidak diketahuinya dengan pasti akan kebenarannya. Oleh karena itu kehidupan yang baik adalah yang disemangati oleh iman dan ilmu. Bidang iman dan pencabangannya menjadi wewenang wahyu sedangkan bidang ilmu pengetahuan menjadi wewenang manusia untuk mengusahakan dan mengumpulkannya dalam kehidupan dunia ini. Ilmu itu meliputi tentang alam dan tentang manusia (sejarah). Untuk memperoleh ilmu pengetahuan tentang nilai kebenaran sejauh mungkin, manusia harus melihat alam dan kehidupan ini sebagaimana adanya tanpa melekatkan padanya kualitas-kualitas yang bersifat ketuhanan. Sebab sebagaimana diterangkan dimuka, alam diciptakan dengan wujud yang nyata dan objektif sebagaimana adanya. Alam tidak menyerupai Tuhan, dan Tuhan pun untuk sebagian atau seluruhnya tidak sama dengan alam. Sikap memper-Tuhan-kan atau mensucikan (sakralisasi) haruslah ditujukan kepada Tuhan sendiri. Tuhan Allah Yang Maha Esa. Ini disebut "Tauhid" dan lawannya disebut "syirik" artinya mengadakan tandingan terhadap Tuhan, baik seluruhnya atau sebagian maka jelasnya bahwa syirik menghalangi perkembangan dan kemajuan peradaban, kemanusiaan menuju kebenaran. Sesudahnya atau kehidupan duniawi ini ialah "hari kiamat". Kiamat merupakan permulaan bentuk kehidupan yang tidak lagi bersifat sejarah atau duniawi, yaitu kehidupan akhirat. Kiamat disebut juga "hari agama", atau yaumuddin, dimana Tuhan menjadi satu-satunya pemilik dan raja. Disitu tidak lagi terdapat kehidupan historis, seperti kebebasan, usaha dan tata masyarakat. Tetapi yang ada adalah pertanggunggan jawab individu manusia yang bersifat mutlak dihadapan illahi atas segala perbuatannya dahulu didalam sejarah. Selanjutnya kiamat merupakan "hari agama", maka tidak yang mungkin kita ketahui selain daripada yang diterangkan dalam wahyu. Tentang hari kiamat dan kelanjutannya / kehidupan akhirat yang non-historis manusia hanya diharuskan percaya tanpa kemungkinan mengetahui kejadian-kejadiannya. BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 37
B. PENGERTIAN-PENGERTIAN DASAR TENTANG KEMANUSIAAN Telah disebutkan di muka, bahwa manusia adalah puncak ciptaan, merupakan mahluk yang tertinggi dan adalah wakil dari Tuhan di bumi. Sesuatu yang membuat manusia yang menjadi manusia bukan hanya beberapa sifat atau kegiatan yang ada padanya, melainkan suatu keseluruhan susunan sebagai sifat-sifat dan kegiatan-kegiatan yang khusus dimiliki manusia saja yaitu Fitrah. Fitrah membuat manusia berkeinginan suci dan secara kodrati cenderung kepada kebenaran (Hanief). "Dlamier" atau hati nurani adalah pemancar keinginan pada kebaikan, kesucian dan kebenaran. Tujuan hidup manusia ialah kebenaran yang mutlak atau kebenaran yang terakhir, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Fitrah merupakan bentuk keseluruhan tentang diri manusia yang secara asasi dan prinsipil membedakannya dari mahluk-mahluk yang lain. Dengan memenuhi hati nurani, seseorang berada dalam fitrahnya dan menjadi manusia sejati. Kehidupan dinyatakan dalam kerja atau amal perbuatanya. Nilai- nilai tidak dapat dikatakan hidup dan berarti sebelum menyatakan diri dalam kegiatan-kegiatan amaliah yang kongkrit. Nilai hidup manusia tergantung kepada nilai kerjanya. Di dalam dan melalui amal perbuatan yang berperikemanusiaan (fitrah sesuai dengan tuntutan hati nurani) manusia mengecap kebahagiaan, dan sebaliknya di dalam dan melalui amal perbuatan yang tidak berperikemanusiaan (jihad) ia menderita kepedihan. Hidup yang pernuh dan berarti ialah yang dijalani dengan sungguh-sungguh dan sempurna, yang didalamnya manusia dapat mewujudkan dirinya dengan mengembangkan kecakapan-kecakapan dan memenuhi keperluan-keperluannya. Manusia yang hidup berarti dan berharga ialah dia yang merasakan kebahagiaan dan kenikmatan dalam kegiatan-kegiatan yang membawa perubahan kearah kemajuan-kemajuan baik yang mengenai alam maupun masyarakat yaitu hidup berjuang dalam arti yang seluas-luasnya. Dia diliputi oleh semangatmencari kebaikan, keindahan dan kebenaran. Dia menyerap segala sesuatu yang baru dan berharga sesuai dengan perkembangan kemanusiaan dan menyatakan dalam hidup berperadaban dan berkebudayaan. Dia adalah aktif, kreatif dan kaya akan kebijaksanaan (widom, hikmah). Dia berpengalaman luas, berpikir bebas, berpandangan lapang dan terbuka, bersedia mengikuti kebenaran dari manapun datangnya. Dia adalah manusia toleran dalam arti kata yang benar, penahan amarah dan pemaaf. Keutamaan itu merupakan kekayaan manusia yang menjadi milik daripada pribadi-pribadi yang senantiasa berkembang dan selamanya tumbuh kearah yang lebih baik. Seorang manusia sejati (insan kamil) ialah yang kegiatan mental dan phisiknya merupakan suatu keseluruhan. Kerja jasmani dan kerja rohani bukanlah dua kenyataan yang terpisah. Malahan dia tidak mengenal perbedaan antara kerja dan kesenangan, kerja baginya adalah kesenggangan dan kesenangan ada dalam dan melalui kerja. Dia berkepribadian, merdeka, memiliki dirinya sendiri,menyatakan ke luar corak perorangannya dan mengembangkan kepribadian dan wataknya secara harmonis. Dia tidak mengenal perbedaan antara kehidupan individu dan kehidupan komunal, tidak membedakan antara perorangan dan sebagai anggota masyarakat, hak dan kewajiban serta kegiatankegiatan untuk dirinya adalah juga sekaligus untuk sesama ummat manusia. BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 38
Baginya tidak ada pembagian dua (dichotomy) antara kegiatan-kegiatan rokhani dan jasmani, pribadi dan masyarakat, agama dan politik maupun dunia akherat. Kesemuanya dimanifestasikan dalam suatu kesatuan kerja yang tunggal pancaran niatnya, yaitu mencari kebaikan, keindahan dan kebenaran. Dia seorang yang ikhlas, artinya seluruh amal perbuatannya benar-benar berasal dari dirinya sendiri dan merupakan pancaran langsung dari pada kecenderungannya yang suci yang murni. Suatu pekerjaan dilakukan karena keyakinan akan nilai pekerjaan itu sendiri bagi kebaikan dan kebenaran, bukan karena hendak memperoleh tujuan lain yang nilainya lebih rendah (pamrih). Kerja yang ikhlas mengangkat nilai kemanusiaan pelakunya dan memberikannya kebahagiaan. Hal itu akan menghilangkan sebab-sebab suatu jenis pekerjaan ditinggalkan dan kerja amal akan menjadi kegiatan kemanusiaan yang paling berharga. Keikhlasan adalah kunci kebahagiaan hidup manusia, tidak ada kebahagiaan sejati tanpa keikhlasan dan keikhlasan selalu menimbulkan kebahagiaan. Hidup fitrah ialah bekerja secara ikhlas yang memancarkan dari hati nurani yang hanief atau suci. C. KEMERDEKAAN MANUSIA (IKHTIAR) DAN KEHARUSAN UNIVERSAL (TAKDIR) Keikhlasan yang insani itu tidak mungkin ada tanpa kemerdekaan. Kemerdekaan dalam arti kerja sukarela tanpa paksaan yang didorong oleh kemauan yang murni, kemerdekaan dalam pengertian kebebasan memilih sehingga pekerjaan itu benar-benar dilakukan sejalan dengan hati nurani. Keikhlasan merupakan pernyataan kreatif kehidupan manusia yang berasal dari perkembangan tak terkekang daripada kemauan baiknya. Keikhlasan adalah gambaran terpenting daripada kehidupan manusia sejati. Kehidupan sekarang di dunia dan abadi (external) berupa kehidupan kelak sesudah mati di akherat. Dalam aspek pertama manusia melakukan amal perbuatan dengan baik dan buruk yang harus dipikul secara individual, dan komunal sekaligus. Sedangkan dalam aspek kedua manusia tidak lagi melakukan amal perbuatan, melainkan hanya menerima akibat baik dan buruknya dari amalnya dahulu di dunia secara individual. Di akherat tidak terdapat pertanggung jawaban perseorangan (mutlak). Manusia dilahirkan sebagai individu, hidup ditengah alam dan masyarakat sesamanya, kemudian menjadi individu kembali. Jadi individualitas adalah pernyataan asasi yang pertama dan terakhir, dari pada kemanusiaan, serta letak kebenarannya daripada nilai kemanusiaan itu sendiri. Karena individu adalah penanggung jawab terakhir dan mutlak daripada awal perbuatannya, maka kemerdekaan pribadi, adalah haknya yang pertama dan asasi. Tetapi individualitas hanyalah pernyataan yang asasi dan primer saja dari pada kemanusiaan. Kenyataan lain, sekalipun sifat sekunder , ialah bahwa individu dalam suatu hubungan tertentu dengan dunia sekitarnya. Manusia hidup ditengah alam sebagai makhluk sosial hidup ditengah sesama. Dari segi ini manusia adalah bagian dari keseluruhan alam yang merupakan satu kesatuan. Oleh karena itu kemerdekaan harus diciptakan untuk pribadi dalam kontek hidup ditengah masyarakat. Sekalipun kemerdekaan adalah esensi daripada kemanusiaan, tidak berarti bahwa manusia selalu dan dimana saja merdeka. Adanya batas-batas dari kemerdekaan adalah suatu kenyataan. Batas-batas BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 39
tertentu itu dikarenakan adanya hukum-hukum yang pasti dan tetap menguasai alam. Hukum yang menguasai benda-benda maupun masyarakat manusia sendiri yang tidak tunduk dan tidak pula bergantung kepada kemauan manusia. Hukum-hukum itu mengakibatkan adanya "keharusan Universal " atau "kepastian hukum " dan takdir. 3) jadi kalau kemerdekaan pribadi diwujudkan dalam kontek hidup di tengah alam dan masyarakat dimana terdapat keharusan universal yang tidak tertaklukan, maka apakah bentuk yang harus dipunyai oleh seseorang kepada dunia sekitarnya? Sudah tentu bukan hubungan penyerahan, sebab penyerahan berarti peniadaan terhadap kemerdekaan itu sendiri. Pengakuan akan adanya keharusan universal yang diartikan sebagai penyerahan kepadanya sebelum suatu usaha dilakukan berarti perbudakan. Pengakuan akan adanya kepastian umum atau takdir hanyalah pengakuan akan adanya batas-batas kemerdekaan. Sebaliknya suatu persyaratan yang positif daripada kemerdekaan adalah pengetahuan tentang adanya kemungkinan-kemungkinan kretif manusia. Yaitu tempat bagi adanya usaha yang bebas dan dinamakan "ikhtiar" artinya pilih merdeka. Ikhtiar adalah kegiatan kemerdekaan dari individu, juga berarti kegiatan dari manusia merdeka. Ikhtiar merupakan usaha yang ditentukan sendiri dimana manusia berbuat sebagai pribadi banyak segi yang integral dan bebas; dan dimana manusia tidak diperbudak oleh suatu yang lain kecuali oleh keinginannya sendiri dan kecintaannya kepada kebaikan. Tanpa adanya kesempatan untuk berbuat atau berikhtiar, manusia menjadi tidak merdeka dan menjadi tidak bisa dimengerti untuk memberikan pertanggung jawaban pribadi dari amal perbuatannya. Kegiatan merdeka berarti perbuatan manusia yang merubah dunia dan dirinya sendiri. Jadi sekalipun terdapat keharusan universal atau takdir manusia dengan haknya untuk berikhtiar mempunyai peranan aktif dan menentukan bagi dunia dan dirinya sendiri. Manusia tidak dapat berbicara mengenai takdir suatu kejadian sebelum kejadian itu menjadi kenyataan. Maka percaya kepada takdir akan membawa keseimbangan jiwa tidak terlalu berputus asa karena suatu kegagalan dan tidak perlu membanggakan diri karena suatu kemunduran. Sebab segala sesuatu tidak hanya terkandung pada dirinya sendiri, melainkan juga kepada keharusan yang universal itu. D. KETUHANAN YANG MAHA ESA DAN KEMANUSIAAN Telah jelas bahwa hubungan yang benar antara individu manusia dengan dunia sekitarnya bukan hubungan penyerahan. Sebab penyerahan meniadakan kemerdekaan dan keikhklasan dan kemanusiaan. Tatapi jelas pula bahwa tujuan manusia hidup merdeka dengan segala kegiatannya ialah kebenaran. Oleh karena itu sekalipun tidak tunduk pada sesuatu apapun dari dunia sekelilingnya, namun manusia merdeka masih dan mesti tunduk kepada kebenaran. Karena menjadikan sesuatu sebagai tujuan adalah berarti pengabdian kepada-Nya. Jadi kebenaran-kebenaran menjadi tujuan hidup dan apabila demikian maka sesuai dengan pembicaraan terdahulu maka tujuan hidup yang terakhir dan mutlak ialah kebenaran terakhir dan mutlak sebagai tujuan dan tempat menundukkan diri. Adakah kebenaran terakhir dan mutlak itu ?. Ada, sebagaimana tujuan akhir dan mutlak daripada hidup itu ada. Karena sikapnya BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 40
yang terakhir (ultimate) dan mutlak maka sudah pasti kebenaran itu hanya satu secara mutlak pula. Dalam perbendaharaan kata dan kulturiil, kita sebut kebenaran mutlak itu "Tuhan", kemudian sesuai dengan uraian bab I, Tuhan itu menyatakan diri kepada manusia sebagai Allah. Karena kemutlakannya, Tuhan bukan saja tujuan segala kebenaran. Maka dia adalah Yang Maha Benar. Setiap pikiran yang maha benar adalah pada hakikatnya pikiran tentang Tuhan YME. Oleh sebab itu seseorang manusia merdeka ialah yang ber-ketuhanan Yang Maha Esa. Keiklasan tiada lain adalah kegiatan yang dilakukan semata-mata bertujuan kepada Tuhan YME, yaitu kebenaran mutlak, guna memperoleh persetujuan atau "ridho" daripada-Nya. Sebagaimana kemanusiaan terjadi karena adanya kemerdekaan dan kemerdekaan ada karena adanya tujuan kepada Tuhan semata-mata. Hal itu berarti segala bentuk kegiatan hidup dilakukan hanyalah karena nilai kebenaran itu yang terkandung didalamnya guna mendapat pesetujuan atau ridho kebenaran mutlak. Dan hanya pekerjaan "karena Allah" itulah yang bakal memberikan rewarding bagi kemanusiaan. Kata "iman" berarti percaya dalam hal ini percaya kepada Tuhan sebagai tujuan hidup yang mutlak dan tempat mengabdikan diri kepada-Nya. Sikap menyerahkan diri dan mengabdi kepada Tuhan itu disebut Islam. Islam menjadi nama segenap ajaran pengabdian kepada Tuhan YME. Pelakunya disebut "Muslim". Tidak lagi diperbudak oleh sesama manusia atau sesuatu yang lain dari dunia sekelilingnya, manusia muslim adalah manusia yang merdeka yang menyerahkan dan menyembahkan diri kepada Tuhan YME. Semangat tauhid (memutuskan pengabdian hanya kepada Tuhan YME) menimbulkan kesatuan tujuan hidup, kesatuan kepribadian dan kemasyarakatan. Kehidupan bertauhid tidak lagi berat sebelah, parsial dan terbatas. Manusia bertauhid adalah manusia yang sejati dan sempurna yang kesadaran akan dirinya tidak mengenal batas. Dia adalah pribadi manusia yang sifat perorangannya adalah keseluruhan (totalitas) dunia kebudayaan dan peradaban. Dia memiliki seluruh dunia ini dalam arti kata mengambil bagian sepenuh mungkin dalam menciptakan dan menikmati kebaikan-kebaikan dan peradaban kebudayaan. Pembagian kemanusiaan tidak selaras dengan dasar kesatuan kemanusiaan (human totality) itu antara lain, ialah pemisahan antara eksistensi ekonomi dan moral manusia, antara kegiatan duniawi dan ukhrowi antara tugas-tugas peradaban dan agama. Demikian pula sebaliknya, anggapan bahwa manusia adalah tujuan pada dirinya membela kemanusiaan seseorang menjadi : manusia sebagai pelaku kegiatan dan manusia sebagai tujuan kegiatan. Kepribadian yang pecah berlawanan dengan kepribadian kesatuan (human totality) yang homogen dan harmonis pada dirinya sendiri : jadi berlawanan dengan kemanusiaan. Oleh karena hakikat hidup adalah amal perbuatan atau kerja, maka nilai-nilai tidak dapat dikatakan ada sebelum menyatakan diri dalam kegiatan-kegiatan konkrit dan nyata. Kecintaan kepada Tuhan sebagai kebaikan, keindahan dan kebenaran yang mutlak dengan sendirinya memancar dalam kehidupan seharihari dalam hubungannya dengan alam dan masyarakat, berupa usaha-usaha yang nyata guna menciptakan sesuatu yang membawa kebaikan, keindahan dan kebenaran bagi sesama manusia "amal saleh" (harafiah: pekerjaan yang selaras dengan kemanusiaan) merupakan pancaran langsung daripada iman. Jadi Ketuhanan YME memancar dalam perikemanusiaan. Sebaliknya karena BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 41
kemanusiaan adalah kelanjutan kecintaan kepada kebenaran maka tidak ada perikemanusiaan tanpa Ketuhanan YME. Perikemanusiaan tanpa Ketuhanan adalah tidak sejati. Oleh karena itu semangat Ketuhanan YME dan semangat mencari ridho daripada-Nya adalah dasar peradaban yang benar dan kokoh. Dasar selain itu pasti goyah dan akhirnya membawa keruntuhan peradabannya. "Syirik" merupakan kebalikan dari tauhid, secara harafiah artinya mengadakan tandingan, dalam hal ini kepada Tuhan. Syirik adalah sifat menyerah dan menghambakan diri kepada sesuatu selain kebenaran baik kepada sesama manusia maupun alam. Karena sifatnya yang meniadakan kemerdekaan asasi, syirik merupakan kejahatan terbesar kepada kemanusiaan. Pada hakikatnya segala bentuk kejahatan dilakukan orang karena syirik. Sebab dalam melakukan kejahatan itu dia menghambakan diri kepada motif yang mendorong dilakukannya kejahatan tersebut yang bertentangan dengan prinsip-prinsip kebenaran. Demikian pula karena syirik seseorang mengadakan pamrih atas pekerjaan yang dilakukannya. Dia bekerja bukan karena nilai pekerjaan itu sendiri dalam hubungannya dengan kebaikan, keindahan dan kebenaran, tetapi karena hendak memperoleh sesuatu yang lain. "Musyrik" adalah pelaku daripada syirik. Seseorang yang menghambakan diri kepada sesuatu selain Tuhan baik manusia maupun alam disebut musyrik, sebab dia mengangkat sesuatu selain Tuhan menjadi setingkat dengan Tuhan.
Demikian pula seseorang yang menghambakan (sebagaimana dengan jiran atau diktator) adalah musyrik, sebab dia mengangkat dirinya sendiri setingkat dengan Tuhan. Kedua perlakuan itu merupakan penentang terhadap kemanusiaan, baik bagi dirinya sendiri maupun kepada orang lain. Maka sikap berperikemanusiaan adalah sikap yang adil, yaitu sikap menempatkan sesuatu kepada tempatnya yang wajar, seseorang yang adil (wajar) ialah yang memandang manusia. Tidak melebihkan sehingga menghambakan dirinya kepada-Nya. Dia selau menyimpan itikad baik dan lebih baik (ikhsan) maka kebutuhan menimbulkan sikap yang adil kepada manusia. E. INDIVIDU DAN MASYARAKAT Telah diterangkan dimuka, bahwa pusat kemanusiaan adalah masing-masing pribadinya dan bahwa kemerdekaan pribadi adalah hak asasinya yang pertama. Tidak sesuatu yang lebih berharga daripada kemerdekaan itu. Juga telah dikemukakan bahwa manusia hidup dalam suatu bentuk hubungan tertentu dengan dunia sekitarnya, sebagai mahkluk sosial, manusia tidak mungkin memenuhi kebutuhan kemanusiaannya dengan baik tanpa berada ditengah sesamanya dalam bentuk-bentuk hubungan tertentu. Maka dalam masyarakat itulah kemerdekaan asasi diwujudkan. Justru karena adanya kemerdekaan pribadi itu maka timbul perbedaan-perbedaan antara suatu pribadi dengan lainnya. Sebenarnya perbedaan-perbedaan itu adalah untuk kebaikannya sendiri : sebab kenyataan yang penting dan prinsipil, ialah bahwa kehidupan ekonomi, sosial, dan kultural menghendaki pembagian kerja yang berbeda-beda.
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 42
Pemenuhan suatu bidang kegiatan guna kepentingan masyarakat adalah suatu keharusan, sekalipun hanya oleh sebagian anggota saja. Namun sejalan dengan prinsip kemanusiaan dan kemerdekaan, dalam kehidupan yang teratur tiap-tiap orang harus diberi kesempatan untuk mengembangkan kecakapannya melalui aktifitas dan kerja yang sesuai dengan kecenderungannya dan bakatnya. Namun inilah kontradiksi yang ada pada manusia dia adalah mahkluk yang sempurna dengan kecerdasan dan kemerdekaannya dapat berbuat baik kepada sesamanya, tetapi pada waktu yang sama ia merasakan adanya pertentangan yang konstan dan keinginan tak terbatas sebagai hawa nafsu. Hawa nafsu cenderung kearah merugikan orang lain (kejahatan) dan kejahatan dilakukan orang karena mengikuti hawa nafsu. Ancaman atas kemerdekaan masyarakat, dan karena itu juga berarti ancaman terhadap kemerdekaan pribadi anggotanya ialah keinginan tak terbatas atau hawa nafsu tersebut, maka selain kemerdekaan, persamaan hak antara sesama manusia adalah esensi kemanusiaan yang harus ditegakkan. Realisasi persamaan dicapai dengan membatasi kemerdekaan. Kemerdekaan tak terbatas hanya dapat dipunyai satu orang, sedangkan untuk lebih satu orang, kemerdekaan tak terbatas tidak dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan, kemerdekaan seseorang dibatasi oleh kemerdekaan orang lain. Pelaksanaan kemerdekaan tak terbatas hanya berarti pemberian kemerdekaan kepada pihak yang kuat atas yang lemah (perbudakan dalam segala bentuknya), sudah tentu hak itu bertentangan dengan prinsip keadilan. Kemerdekaan dan keadilan merupakan dua nilai yang saling menopang. Sebab harga diri manusia terletak pada adanya hak bagi orang lain untuk mengembangkan kepribadiannya. Sebagai kawan hidup dengan tingkat yang sama. Anggota masyarakat harus saling menolong dalam membentuk masyarakat yang bahagia. Sejarah dan perkembangannya bukanlah suatu yang tidak mungkin dirubah. Hubungan yang benar antara manusia dengan sejarah bukanlah penyerahan pasif, tetapi sejarah ditentukan oleh manusia sendiri. Tanpa pengertian ini adanya azab Tuhan (akibat buruk) dan pahala (akibat baik) bagi satu amal perbuatan mustahil ditanggung manusia. Manusia merasakan akibat amal perbuatannya sesuai dengan ikhtiar. Dalam hidup ini (dalam sejarah) dalam hidup kemudian (sesudah sejarah). Semakin seseorang bersungguh-sungguh dalam kekuatan yang bertanggung jawab dengan kesadaran yang terus menerus akan tujuan dalam membentuk masyarakat semakin ia mendekati tujuan. Manusia mengenali dirinya sebagai makhluk yang nilai dan martabatnya dapat sepenuhnya dinyatakan, jika ia mempunyai kemerdekaan tidak saja mengatur hidupnya sendiri tetapi juga untuk memperbaiki dengan sesama manusia dalam lingkungan masyarakat. Dasar hidup gotong-royong ini ialah keistimewaan dan kecintaan sesama manusia dalam pengakuan akan adanya persamaan dan kehormatan bagi setiap orang. F. KEADILAN SOSIAL DAN KEADILAN EKONOMI Telah kita bicarakan tentang hubungan antara individu dengan masyarakat dimana kemerdekaan dan pembatas kemerdekaan saling bergantungan, dan dimana perbaikan kondisi masyarakat tergantung pada perencanaan manusia dan usaha-usaha bersamanya. Jika kemerdekaan dicirikan dalam bentuk yang BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 43
tidak bersyarat (kemerdekaan tak terbatas) maka sudah terang bahwa setiap orang diperbolehkan mengejar dengan bebas segala keinginan pribadinya. Akibatnya pertarungan keinginan yang bermacam-macam itu satu sama lain dalam kekacauan atau anarchi. Sudah barang tentu menghancurkan masyarakat dan meniadakan kemanusiaan sebab itu harus ditegakkan keadilan dalam masyarakat. Siapakah yang harus menegakkan keadilan dalam masyarakat? Sudah barang pasti ialah masyarakat sendiri, tetapi dalam prakteknya diperlukan adanya satu kelompok dalam masyarakat yang karena kualitas-kualitas yang dimilikinya senantiasa mengadakan usaha-usaha menegakkan keadilan itu dengan jalan selalu menganjurkan sesuatu yang bersifat kemanusiaan serta mencegah terjadinya sesuatu yang berlawanan dengan kemanusiaan. Kualitas yang harus dipunyai, rasa kemanusiaan yang tinggi sebagai pancaran kecintaan yang tak terbatas pada Tuhan. Di samping itu diperlukan kecakapan yang cukup. Kelompok orang-orang itu adalah pemimpin masyarakat. Memimpin adalah menegakkan keadilan, menjaga agar setiap orang memperoleh hak asasinya dan dalam jangka waktu yang sama menghormati kemerdekaan orang lain dan martabat kemanusiaannya sebagai manifestasi kesadarannya akan tanggung jawab sosial. Negara adalah bentuk masyarakat yang terpenting, dan pemerintah adalah susunan masyarakat yang terkuat dan berpengaruh. Oleh sebab itu pemerintah yang pertama berkewajiban menegakkan kadilan. Maksud semula dan fundamental daripada didirikannya negara dan pemerintah ialah guna melindungi manusia yang menjadi warga negara daripada kemungkinan perusakkan terhadap kemerdekaan dan harga diri sebagai manusia sebaliknya setiap orang mengambil bagian pertanggungjawaban dalam masalah-masalah atas dasar persamaan yang diperoleh melalui demokrasi. Pada dasarnya masyarakat dengan masing-masing pribadi yang ada didalamnya haruslah memerintah dan memimpin diri sendiri. Oleh karena itu pemerintah haruslah merupakan kekuatan pimpinan yang lahir dari masyarakat sendiri. Pemerintah haruslah demokratis, berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, menjalankan kebijaksanaan atas persetujuan rakyat berdasarkan musyawarah dan dimana keadilan dan martabat kemanusiaan tidak terganggu. Kekuatan yang sebenarnya didalam negara ada ditangan rakyat, dan pemerintah harus bertanggung jawab pada rakyat. Menegakkan keadilan mencakup penguasaan atas keinginan-keinginan dan kepentingan-kepentingan pribadi yang tak mengenal batas (hawa nafsu) adalah kewajiban dari negara sendiri dan kekuatan-kekuatan sosial untuk menjunjung tinggi prinsip kegotongroyongan dan kecintaan sesama manusia. Menegakkan keadilan amanat rakyat kepada pemerintah yang musti dilaksanakan. Disadari oleh sikap hidup yang benar, ketaatan kapada pemerintah termasuk dalam lingkungan ketaatan kepada Tuhan (kebenaran mutlak). Pemerintah yang benar dan harus ditaati ialah mengabdi kepada kemanusiaan, kebenaran dan akhirnya kepada Tuhan YME. Perwujudan menegakkan keadilan yang terpenting dan berpengaruh ialah menegakkan keadilan di bidang ekonomi atau pembagian kekeyaan diantara anggota masyarakat. Keadilan menuntut agar setiap orang dapat bagian yang wajar dari kekayaan atau rejeki. Dalam masyarakat yang tidak mengenal batasBADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 44
batas individual, sejarah merupakan perjuangan dialektis yang berjalan tanpa kendali dari pertentangan-pertentangan golongan yang didorong oleh ketidakserasian antara pertumbuhan kekuatan produksi disatu pihak dan pengumpulan kekayaan oleh golongan-golongan kecil dengan hak-hak istimewa dilain pihak. Karena kemerdekaan tak terbatas mendorong timbulnya jurangjurang pemisah antara kekayaan dan kemiskinan yang semakin dalam. Proses selanjutnya yaitu bila sudah mencapai batas maksimal pertentangan golongan itu akan menghancurkan sendi-sendi tatanan sosial dan membinasakan kemanusiaan dan peradabannya. Dalam masyarakat yang tidak adil, kekeyaan dan kemiskinan akan terjadi dalam kualitas dan proporsi yang tidak wajar sekalipun realitas selalu menunjukkan perbedaan-perbedaan antara manusia dalam kemampuan fisik maupun mental namun dalam kemiskinan dalam masyarakat dengan pemerintah yang tidak menegakkan keadilan adalah keadilan yang merupakan perwujudan dari kezaliman. Orang-orang kaya menjadi pelaku daripada kezaliman sedangkan orang-orang miskin dijadikan sasaran atau korbannya. Oleh karena itu sebagai yang menjadi sasaran kezaliman, orang-orang miskin berada dipihak yang benar. Pertentangan antara kaum miskin menjadi pertentangan antara kaum yang menjalankan kezaliman dan yang dizalimi. Dikarenakan kebenaran pasti menag terhadap kebhatilan, maka pertentangan itu disudahi dengan kemenangan tak terhindar bagi kaum miskin, kemudian mereka memegang tampuk pimpinan dalam masyarakat. Kejahatan di bidang ekonomi yang menyeluruh adalah penindasan oleh kapitalisme. Dengan kapitalisme dengan mudah seseorang dapat memeras orang-orang yang berjuang mempertahankan hidupnya karena kemiskinan, kemudian merampas hak-haknya secara tidak sah, berkat kemampuannya untuk memaksakan persyaratan kerjanya dan hidup kepada mereka. Oleh karena itu menegakkan keadilan mencakup pemberantasan kapitalisme dan segenap usaha akumulasi kekayaan pada sekelompok kecil masyarakat. Sesudah syirik kejahatan terbesar kepada kemanusiaan adalah penumpukan harta kekayaan beserta penggunaanya yang tidak benar, menyimpang dari kepentingan umum, tidak mengikuti jalan Tuhan. Maka menegakkan keadilan inilah membimbing manusia ke arah pelaksanaan tata masyarakat yang akan memberikan kepada setiap orang kesempatan yang sama untuk mengatur hidupnya secara bebas dan terhormat (amar ma'ruf) dan pertentangan terus menerus terhadap segala bentuk penindasan kepada manusia kepada kebenaran asasinya dan rasa kemanusiaan (nahi munkar). Dengan perkataan lain harus diadakan restriksirestriksi atau cara-cara memperoleh, mengumpulkan dan menggunakan kekayaan itu. Cara yang tidak bertentangan dengan kamanusiaan diperbolehkan (yang ma'ruf dihalalkan) sedangkan cara yang bertentangan dengan kemanusiaan dilarang (yang munkar diharamkan). Pembagian ekonomi secara tidak benar itu hanya ada dalam suatu masyarakat yang tidak menjalankan prisip Ketuhanan YME, dalam hal ini pengakuan berketuhanan YME tetapi tidak melaksanakannya sama nilainya dengan tidak berketuhanan sama sekali. Sebab nilai-nilai yang tidak dapat dikatakan hidup sebelum menyatakan diri dalam amal perbuatan yang nyata. Dalam suatu masyarakat yang tidak menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya tempat tunduk dan menyerahkan diri, manusia dapat diperbudaknya antara lain BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 45
oleh harta benda. Tidak lagi seorang pekerja menguasai hasil pekerjaanya, tetapi justru dikuasai oleh hasil pekerjaan itu. Produksi seorang buruh memperbesar kapital majikan dan kapital itu selanjutnya lebih memperbudak buruh. Demikian pula terjadi pada majikan bukan ia menguasai kapital tetapi kapital itulah yang menguasainya. Kapital atau kekayaan telah menggenggam dan memberikan sifat-sifat tertentu seperti keserakahan, ketamakan dan kebengisan. Oleh karena itu menegakkan keadilan bukan saja dengan amar ma'ruf nahi munkar sebagaimana diterapkan dimuka, tetapi juga melalui pendidikan yang intensif terhadap pribadi-pribadi agar tetap mencintai kebenaran dan menyadari secara mendalam akan andanya tuhan. Sembahyang merupakan pendidikan yang kontinue, sebagai bentuk formil peringatan kepada tuhan. Sembahyang yang benar akan lebih efektif dalam meluruskan dan membetulkan garis hidup manusia. Sebagaimana ia mencegah kekejian dan kemungkaran. Jadi sembahyang merupakan penopang hidup yang benar. Sembahyang menyelesaikan masalah - masalah kehidupan, termasuk pemenuhan kebutuhan yang ada secara instrinsik pada rohani manusia yang mendalam, yaitu kebutuhan sepiritual berupa pengabdian yang bersifat mutlak. Pengabdian yang tidak tersalurkan secara benar kepada tuhan YME tentu tersalurkan kearah sesuatu yang lain. Dan membahayakan kemanusiaan. Dalam hubungan itu telah terdahulu keterangan tentang syirik yang merupakan kejahatan fundamental terhadap kemanusiaan. Dalam masyarakat, yang adil mungkin masih terdapat pembagian manusia menjadi golongan kaya dan miskin. Tetapi hal itu terjadi dalam batas - batas kewajaran dan kemanusian dengan pertautan kekayaan dan kemiskinan yang mendekat. Hal itu sejalan dengan dibenarkannya pemilikan pribadi (Private ownership) atas harga kekayaan dan adanya perbedaan - perbedaan tak terhindar dari pada kemampuan kemampuan pribadi, fisik maupun mental. Walaupun demikian usaha - usaha kearah perbaikan dalam pembagian rejeki ke arah yang merata tetap harus dijalankan oleh masyarakat. Dalam hal ini zakat adalah penyelesaian terakhir masalah perbedaan kaya dan miskin itu. Zakat dipungut dari orang - orang kaya dalam jumlah presentase tertentu untuk dibagikan kepada orang miskin. Zakat dikenakan hanya atas harta yang diperoleh secara benar, Syah dan halal saja. Sedang harta kekayaan yang haram tidak dikenakan zakat tetapi harus dijadikan milik umum guna manfaat bagi rakyat dengan jalan penyitaan oleh pemerintah. Oleh karena itu, sebelum penarikan zakat dilakukan terlebih dahulu harus dibentuk suatu masyarakat yang adil berdasarkan ketuhanan Tuhan Yang Maha Esa, dimana tidak lagi didapati cara memperoleh kekayaan secara haram, diman penindasan atas manusia oleh manusia dihapus. Sebagaimana ada ketetapan tentang bagaimana harta kekayaan itu diperoleh, juga ditetapkan bagaimana mempergunakan harta kekayaan itu. Pemilikan pribadi dibenarkan hanya jika hanya digunakan hak itu tidak bertentangan, pemilikan pribadi menjadi batal dan pemerintah berhak mengajukan konfikasi. Seorang dibenarkan mempergunakan harta kekayaan dalam batas - batas tertentu, yaitu dalam batas tidak kurang tetapi juga tidak melebihi rata - rata atau israf pertentangan dengan perikemanusiaan. Kemewahan selalu menjadi provokasi terhadap pertentangan golongan dalam masyarakat membuat akibat BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 46
destruktif. Sebaliknya penggunaan kurang dari rata-rata masyarakat ( taqti) merusakkan diri sendiri dalam masyarakat disebabkan membekunya sebagian dari kekayaan umum yang dapat digunakan untuk manfaat bersama. Hal itu semuanya merupakan kebenaran karena pada hakekatnya seluruh harta kekayaan ini adalah milik Tuhan. Manusia seluruhnya diberi hak yang sama atas kekayaan itu dan harus diberikan bagian yang wajar dari padanya. Pemilikan oleh seseorang (secara benar) hanya bersifat relatif sebagai mana amanat dari Tuhan. Penggunaan harta itu sendiri harus sejalan dengan yang dikehendaki tuhan, untuk kepentingan umum. Maka kalau terjadi kemiskinan, orang - orang miskin diberi hak atas sebagian harta orang - orang kaya, terutama yang masih dekat dalam hubungan keluarga. Adalah kewajiban negara dan masyarakat untuk melindungi kehidupan keluarga dan memberinya bantuan dan dorongan. Negara yang adil menciptakan persyaratan hidup yang wajar sebagaimana yang diperlukan oleh pribadi-pribadi agar diandan keluarganya dapat mengatur hidupnya secara terhormat sesuai dengan kainginankeinginannya untuk dapat menerima tanggungjawab atas kegiatan-kegiatnnya. Dalam prakteknya, hal itu berarti bahwa pemerintah harus membuka jalan yang mudah dan kesempatan yang sama kearah pendidikan, kecakapan yang wajar kemerdekaan beribadah sepenuhnya dan pembagian kekayaan bangsa yang pantas. G. KEMANUSIAAN DAN ILMU PENGETAHUAN Dari seluruh uraian yang telah di kemukakan , dapatlah dikumpulkan dengan pasti bahwa inti dari pada kemanusiaan yang suci adalah Iman dan kerja kemanusiaan atau Amal Saleh Iman dalam pengertian kepercayaan akan adanya kebenaran mutlak yaitu Tuhan Yang Maha Esa , serta menjadikanya satusatunya tujuan hidup dan tempat pengabdian diri yang terakhir dan mutlak. Sikap itu menimbulkan kecintaan tak terbatas pada kebenaran, kesucian dan kebaikan yang menyatakan dirinya dalam sikap pri kemanusiaan. Sikap pri kemanusiaan menghasilkan amal saleh, artinya amal yang bersesuaian dengan dan meningkatkan kemanusiaan. Sebaik-baiknya manusia ialah yang berguna untuk sesamanya. Tapi bagaimana hal itu harus dilakukan manusia ?. Sebagaimana setiap perjalanan kearah suatu tujuan ialah gerakan kedepan demikian pula perjalanan ummat manusia atau sejarah adalah gerakan maju kedepan. Maka semua nilai dalam kehidupan relatif adanya berlaku untuk suatu tempat dan suatu waktu tertentu. Demikianlah segala sesuatu berubah, kecuali tujuan akhir dari segala yang ada yaitu kebenaran mutlak (Tuhan). Jadi semua nilai yang benar adalah bersumber atau dijabarkan dari ketentuan-ketentuan hukum-hukum Tuhan. Oleh karena itu manusia berikhtiar dan merdeka, ialah yang bergerak. Gerakan itu tidak lain dari pada gerak maju kedepan (progresif). Dia adalah dinamis, tidak setatis. Dia bukanlah seorang tradisional, apalagi reaksioner. Dia menghendaki perubahan terus menerus sejalan dengan arah menuju kebenaran mutlak. Dia senantiasa mencarai kebenaran-kebenaran selama perjalanan hidupnya. Kebenarankebenaran itu menyatakan dirinya dan ditemukan didalam alam dari sejarah umt manusia. BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 47
Ilmu pengetahuan adalah alat manusia untuk mencari dan menemukan kebenaran-kebenaran dalam hidupnya, sekalipun relatif namun kebenarankebenaran merupakan tonggak sejarah yang mesti dilalui dalam perjalanan sejarah menuju kebenaran mutlak. Dan keyakinan adalah kebenaran mutlak itu sendiri pada suatu saat dapat dicapai oleh manusia, yaitu ketika mereka telah memahami benar seluruh alam dan sejarahnya sendiri. Jadi ilmu pengetahuan adalah persyaratan dari amal soleh. Hanya mereka yang dibimbing oleh ilmu pengetahuan dapat berjalan diatas kebenaran-kebenaran, yang menyampaikan kepada kepatuhan tanpa reserve kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan iman dan kebenaran ilmu pengetahuan manusia mencapai puncak kemanusiaan yang tertinggi. Ilmu pengetahuan ialah pengertian yang dipunyai oleh manusia secara benar tentang dunia sekitarnya dan dirinya sendiri. Hubungan yang benar antara manusia dan alam sekelilingnya ialah hubungan dan pengarahan. Manusia harus menguasai alam dan masyarakat guna dapat mengarahkanya kepada yang lebih baik. Penguasaan dan kemudian pengarahan itu tidak mungkin dilaksanakan tanpa pengetahuan tentang hukum-hukumnya agar dapat menguasai dan menggunakanya bagi kemanusiaan. Sebab alam tersedia bagi ummat manusia bagi kepentingan pertumbuhan kemanusiaan. Hal itu tidak dapat dilakukan kecuali mengerahkan kemampuan intelektualitas atau rasio. Demikian pula manusia harus memahami sejarah dengan hukum-hukum yang tetap. Hukum sejarah yang tetap (sunatullah untuk sejarah) yaitu garis besarnya ialah bahwa manusia akan menemui kejayaan jika setia kepada kemanusiaan fitrinya dan menemui kehancuran jika menyimpang dari padanya dengan menuruti hawa nafsu. Tetapi cara-cara perbaikan hidup sehingga terus-menerus maju kearah yang lebih baik sesuai dengan fitrah adalah masalah pengalaman. Pengalaman ini harus ditarik dari masa lampau, untuk dapat mengerti masa sekarang dan memperhitungkan masa yang akan datang. Menguasai dan mengarahkan masyarakat ialah mengganti kaidah-kaidah umumnya dan membimbingnya kearah kemajuan dan perbaikan. H. KESIMPULAN DAN PENUTUP Dari seluruh uraian yang telah lalu dapatlah diambil kesimpulan secara garis besar sbb : 1.
Hidup yang benar dimulai dengan percaya atau iman kepada Tuhan. Tuhan YME dan keinginan mendekat serta kecintaan kepada-Nya yaitu takwa. Iman dan takwa bukanlah nilai yang statis dan abstrak. Nilai-nilai itu mamancar dengan sendirinya dalam bentuk kerja nyata bagi kemanusiaan dan amal saleh. Iman tidak memberi arti apa-apa bagi manusia jika tidak disertai dengan usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan yang sungguh-sungguh untuk menegakkan perikehidupan yang benar dalam peradaban dan berbudaya. 2. Iman dan takwa dipelihara dan diperkuat dengan melakukan ibadah atau pengabdian formil kepada Tuhan, ibadah mendidik individu agar tetap ingat dan taat kepada Tuhan dan berpegang tuguh kepada kebenaran sebagai mana dikehendaki oleh hati nurani yang hanif. Segala sesuatu yang menyangkut bentuk dan cara beribadah menjadi wewenang penuh dari pada BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 48
agama tanpa adanya hak manusia untuk mencampurinya. Ibadat-ibadat yang terus menerus kepada Tuhan menyadarkan manusia akan kedudukannya di tengahh alam dan masyarakat dan sesamanya. Ia telah melebihkan sehingga kepada kedudukan Tuhan dengan merugikan orang lain, dan tidak mengurangi kehormatan dirinya sebagai mahluk tertinggi dengan akibat perbudakan diri kepada alam maupun orang lain. 3. Kerja kemanusiaan atau amal saleh mengambil bentuknya yang utama dalam usaha yanag sungguh - sungguh secara essensial menyangkut kepentingan manusia secara keseluruhan, baik dalam ukuran ruang maupun waktu yang menegakkan keadilan dalam masyarakat sehingga setiap orang memperoleh harga diri dan martabatnya sebagai manusia. Hal itu berarti usaha - usaha yang terus menerus harus dilakukan guna mengarahkan masyarakat kepada nilai - nilai yang baik, lebih maju dan lebih insani usaha itu ialah "amar ma'ruf , disamping usaha lain untuk mencegah segala bentuk kejahatan dan kemerosotan nilai - nilai kemanusiaan dan nahi mungkar. Selanjutnya bentuk kerja kemanusiaan yang lebih nyata ialah pembelaan kaum lemah, kaum tertindas dan kaum miskin pada umumnya serta usaha usaha kearah penungkatan nasib dan taraf hidup mereka yang wajar dan layak sebagai manusia. 4. Kesadaran dan rasa tanggung jawab yang besar kepada kemanusiaan melahirkan jihad, yaitu sikap berjuang. Berjuang itu dilakukan dan ditanggung bersama oleh manusia dalam bentuk gotong royong atas dasar kemanusiaan dan kecintaan kepada Tuhan. Perjuangan menegakkan kebenaran dan keadilan menuntut ketabahan, kesabaran, dan pengorbanan. Dan dengan jalan itulah kebahagiaan dapat diwujudkan dalam masyarakat manusia. Oleh sebab itu persyaratan bagi berhasilnya perjuangan adalah adanya barisan yang merupakan bangunan yang kokoh kuat. Mereka terikat satu sama lain oleh persaudaraan dan solidaritas yang tinggi dan oleh sikap yang tegas kepada musuh - musuh dari kemanusiaan. Tetapi justru demi kemanusiaan mereka adalah manusia yang toleran. Sekalipun mengikuti jalan yang benar, mereka tidak memaksakan kepada orang lain atau golongan lain. 5. Kerja kemanusiaan atau amal saleh itu merupakan proses perkembangan yang permanen. Perjuang kemanusiaan berusaha mengarah kepada yang lebih baik, lebih benar. Oleh sebab itu manusia harus mengetahui arah yang benar dari pada perkembangan peradaban disegala bidang. Dengan perkataan lain, manusia harus mendalami dan selalu mempergunakan ilmu pengetahuan. Kerja manusia dan kerja kemanusiaan tanpa ilmu tidak akan mencapai tujuannya, sebaliknya ilmu tanpa rasa kemanusiaan tidak akan membawa kebahagiaan bahkan mengahancurkan peradaban. Ilmu pengetahuan adalah karunia Tuhan yang besar artinya bagi manusia. Mendalami ilmu pengetahun harus didasari oleh sikap terbuka. Mampu mengungkapkan perkembangan pemikiran tentang kehidupan berperadaban dan berbudaya. Kemudian mengambil dan mengamalkan diantaranya yang terbaik. Dengan demikian tugas hidup manusia menjadi sangat sederhana yaitu beriman, berilmu dan beramal. Billahitaufiq Wal hidayah Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 49
RUJUKAN NILAI DASAR PERJUANGAN HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
DASAR – DASAR KEPERCAYAAN 1. Al – qur’an. S. An – nahal (XVI) 89, artinya : “dan kami (Tuhan) telah menurunkan kepada engkau (Muhammad) sebuah kitab (Al – qur’an) sebagai keterangan tentang sesuatu serta sebagai petunjuk, rahmat dan kabar gembira bagi orang – orang muslim.” 2. Al – qur’an. S. Al – Ikhlas (CXII) : 1 – 4 artinya : “Katakanlah : Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dia adalah Tuhan, Tuhan segala tempat harapan. Tiada ia berputar dan tiada pula berbapak serta tiada satupun baginya sepadan.” 3. Al – qur’an. S. Al – Hadid (LVII) : 3, artinya : “Dia adalah yang pertama dan terakhir dan yang lahir dan bathin.” 4. Al – qur’an S. Al – Baqarah (II) 115, artinya : “Maka kemanapun jua berpaling, disanalah wajah Tuhan.” 5. Al – qur’an. S. Al – an’am (VI) : 73, artinya : “Dan dia (Tuhan) beserta kamu dimanapun kamu berada.” 6. Al – qur’an. S. Al – an’am (VI) : 73, artinya : “Dan dia (Tuhan) menciptakan segala sesuatu kemudian mengaturnya dengan peraturan yang pasti.” 7. Al – qur’an. S. Al – Mu’min (XXIII) : 14, artinya : “Maka Maha Mulialah Tuhan, sebaik – baiknya pencipta.” 8. Al – qur’an. S. Luqman (XXXI) 20, artinya : “Tidaklah kamu memperhatikan bahwa Allah menyediakan bagimu segala sesuatu yang ada di langit dan segala sesuatu yang ada di bumi dan melimpahkannya kepada kami karunia – karunia mendatarNya baik yang nampak maupun yang tidak nampak.” 9. Al – qur’an, S. Yunus (X) : 101, artinya : “Katakanlah : Perhatikan olehmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, tanda – tanda dan peringatan itu tidak ada berguna bagi golongan manusia yang tidak percaya.” 10. Al – qur’an, S. Shod (XXXVIII) : 27, artinya : “Tidaklah kamu (Tuhan) menciptakan lagit dan bumi dan segala sesuatu yang ada diantara keduanya itu secara palsu hal itu hanyalah prasangka orang – orang kafir saja.” 11. Al – qur’an, S. Al – Tien (XCVO) : 4, artinya : “Sesungguhnya kami (Tuhan) telah menciptakan manusia – manusia dalam bentuk yang sebaik – baiknya.” 12. Al – qur’an, S. Al – Isra (XVII) : 70, artinya : “Dan kami lebih mereka itu (umat manusia) di atas banyak dari segala sesuatu yang kami ciptakan dengan kelebihan yang nyata.” 13. Al – qur’an, S. Al – an’am (VI) : 165, artinya : “Dan dialah (Tuhan) yang menjadikan kamu sekalian (umat manusia) sebagai khalifa – khalifah bumi, serta melebihkan sebahagian dari kamu atas sebagian yang lain bertingkat – tingkat untuk menguji kamu dalam hal – hal yang telah diuraikan kepada kamu. Sesungguhnya Tuhan cepat siksanya (akibat buruk daripadanya perbuatan manusia yang salah) dan dia pastilah Maha Pengampun dan Maha Penyayang (memberikan akibat baik atas perbuatan manusia yang benar).” 14. Al – qur’an, S. Hud (XI) : 16 artinya : “Dia (Tuhan) menumbuhkan kamu (umat islam) dari bumi dan menyuruh kamu memakmurkannya. 15. Al – qur’an, S. Al – Ahzab (XXXIII) : 72, artinya : “Sesungguhnya kamu (Tuhan) menawarkan semua amanah (akal pikiran) kepada langit, bumi dan gunung – gunung, maka mereka itu menolak untuk menanggungnya dan merasakan keberatan atas amanah itu, manusialah yang menanggungnya, sesungguhnya manusia mempersulit diri sendiri dan bodoh.” 16. Al – qur’an, S. Al – Ankabut (XXVII) : 20, artinya : “Katakanlah : mengembaralah kamu ke muka bumi, kemudian perhatikanlah olehmu bagaimana Allah memulai penciptaan-Nya kemudian mengembangkan pertumbuhan yang pertumbuhan sesungguhnya Allah itu Maha Kuasa atas segala sesuatu.” 17. Al – qur’an. S. Al – Qashash (XXVII) : 20, artinya : “Katakanlah : Mengembaralah kamu ke muka bumi, kemudian perhatikanlah olehmu bagaimana Allah memulai BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 50
18. 19.
20. 21. 22. 23.
24.
25.
penciptaan-Nya kemudian mengembangkan pertumbuhan yang kemudian, sesungguhnya Allah itu Maha Kuasa atas segala sesuatu.” Al – qur’an, S. Al – Isra (XVII) : 72, artinya : “Dan barang siapa disini (dunia) buta (tidak berilmu), maka di akhirat nanti akan buta pula dan lebih sesat lagi jalannya.” Al – qur’an, S. Al – Isra (XVII) : 36, artinya : “Dan janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak engkau mempunyai pengertian tentang hal itu, sebab sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati nurani itu semuanya pertanggung jawab atas hal tersebut.” Al – qur’an, S. Al – Mujaadalah (LVII) : 11, artinya : “Allah mengangkat orang – orang beriman diantara kamu dan berilmu bertingkat – tingkat.” Al – qur’an, S. Fushilat (1) : artinya : “Janganlah kamu bersujud kepada matahari ataupun bulan tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakan.” Al – qur’an, S. Al – Fatihah (1) : artinya : “Janganlah kamu bersujud kepada matahari ataupun bulan tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakan.” Al – qur’an, S. Al – Hajj (XXII) : 56, artinya : “Kerajaan pada hari itu hanyalah bagi Allah, Dia mengadili antara manusia (suatu lukisan simbolis). “Bagi siapakah pekerjaan hari ini ? bagi Allah Yang Maha Esa dan Maha Perkasa.” Al – qur’an, S. Al – Baqarah (11) : 48, artinya : “Dan berjaga – jagalah kamu sekalian terhadap massa dimana seseorang tidak sedikitpun membela orang – orang lain dan dimana tidak di terima suatu pertolongan dan tidak suatu tebusan serta tidak pula itu akan dibantunya.” Al – qur’an, S. Al – A’raf (II) : 187, artinya : “Mereka bertanya kepada engkau (Muhammad) tentang hari kiamat kapan akan terjadi ? Jawablah : sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu hanya ada pada Tuhan. Tidak seorangpun dapat menjelaskan selain dari Dia Sendiri.”
PENGERTIAN DASAR TENTANG KEMANUSIAAN 1. Al – qur’an, S. Ar – Rum (XXX) 30, artinya : “Hadapkan dengan seluruh dirimu itu kepada agama (Islam) sebagaimana engkau adalah hanief (secara kodrat melihat kebenaran, itulah fitrah Tuhan yang telah memfitrahkan manusia padanya).” 2. Al – qur’an, S. Adz – Dzariyat (XVL) 56, artinya : “Aku (Tuhan) tidaklah menciptakan jin dan manusia hanyalah untuk berbakti kepada-Ku.” 3. Al – qur’an, S. At – Taubah (IX) 105, artinya : “Katakanlah, bekerjalah kamu sekalian ! Tuhan akan melihat kerjamu demikian juga Rasul-nya dan orang – orang beriman (masyarakat).” 4. Al – qur’an, S. At – Taubah (IX) 2 – 3, artinya : “Hai orang – orang yang beriman, mengapakah kamu mengadakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan ? besar dosanya bagi Tuhan jika kamu mengatakan sesuatu yang tidak baik kamu kerjakan.” 5. Al – qur’an, S. An – Nahl (IV) 3, artinya : “Barang siapa siap berbuat baik lelaki maupun perempuan sedangkan ia beriman, maka pastikan kami (Tuhan) berikan kepadanya hidup yang bahagia dan pasti kami berikan pahala bagi mereka dengan sebaik – baiknya apa yang telah mereka perbuat.” 6. Al – qur’an, S. Al – Ankabut (XXIX) 6, artinya : “Barang siapa berjuang, maka sebenarnya dia berjuang untuk dirinya sendiri.” 7. Al – qur’an, S. An – Nisa (IV), 125 artinya : “Siapakah yang lebih baik agama daripada orang yang menyerahkan diri dengan agama dari dengan seluruh pribadinya kepada Tuhan yang dan dia berbuat baik (cinta kabikan) serta mengikuti ajaran Ibrahim secara Hanief.” 8. Al – qur’an, Az – Zumar (XXXIV) 18, artinya : ‘Mereka yang mendengarkan perkataan (pendapat) berusaha mengikuti yang terbaik (benar) daripadanya, mereka itulah yang mendapatkan petunjuk dari Tuhan dan mereka itulah yang orang – orang yang mempunyai fikiran. 9. Al- qur’an, S. Al-Baqarah (II) 28 artinya : “Tuhan memberikan keijaksanaan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya . Maka barang siapa yang mendapat kebijaksanaan itu sesungguhnya dia telah memperoleh kebaikan yang melimpah . Dan tidak memikirkan hal itu kecuali orang-orang yang berasal ” 10. Al-Qur’an . S. Al-An’am (VI) 269 . artinya : “Barang siapa yang tuhan kehendaki untuk diberikan kepadanya petunjuk (kepada kebenaran), tetapi barang siapa yang BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 51
11.
12.
13.
14.
15.
16.
dikehendaki Tuhan untuk disesatkan maka dadanya dijadikan sempit dan sesak, seakan-akan dia sedang naik kelangit”. Al-Qur’an S.Ali-Imran (III) 123, artinya : “ ( orang yang bertaqwa itu ) mereka yang dapat menahan marah, suka memaafkan kepada sesama manusia dan Tuhan cinta kepada orang orang yang selalu berbuat baik “. Al-Qur’an. S. Baiynah ( XCVIII) 5. artinya : “ Mereka tidaklah diperintahkan kecuali untuk berbakti kepada Tuhan dengan mengikhlaskan agama (kebatinan) sematamata kepada-Nya secara Hanief (mencari kebenaran) menegakkan sembahyang mengeluarkan zakat,itulah jalan (agama) yang benar.” Al-qur’an, S. Al-Baqarah (II) 28 ,artinya : ’’Tuhan memberikan kebijaksanaan kepada siapa saja yang dikenhendaki-Nya. Maka barang siapa yang mendapat kebijaksanaan itu sesungguhnys dia telah memperoleh kebaikan yang melimpah. Dan tidak memikirkan hal itu kecuali orang-orang yang berasal “. Al-Qur’an,S. Al-Insan (LXXVI) 8-9, artinya : “ Dan mereka itu memberikan makan kepada orang miskin Anak-anak yatim dan orang tertawa atas dasar sukarela mereka berkata : Kami memberi makan kepadamu semata-mata hanya karena diri Tuhan (mencari ridho-Nya) bukan karena mengharapkan balasan atau ucapan terima kasih. Dari kesimpulan dari gambaran surat Al-qura’an, S Al-baqarah (II) 263, artinya :’’hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menggugurkan sedekahnya dengan cacian dan celaan, sebagaimana orang yang mendarmakan hartanya karena pamrih kepada sesama manusia serta tidak percaya kepada Tuhan dan hari kemudian. Maka perumpamaan baginya adalah seperti batu yang di atasnya ada debu dan kemudian di sapu oleh hujan dan batu itu tertinggal licin. Mereka itu sedikitpun menguasai apa yang telah mereka kerjakan.’’ Disimpulkan dari Al-qur’an, S. Fatir (XXXV), artinya : “ Barang siapa menghendaki kemudian itu aada pada Tuhan, kpada-Nya ucapan yang baik menuju pekerjaan yang diangkat-nya.
KEMERDEKAAN MANUSIA (IKHTIAR) DAN KEHARUSAN UNIVRSAL (TAQDIR) 1. Tersimpul dalam Al-qur’an, S. Al-Anfal (VIII) 23, artinya : “Berhati-hatilah kau terhadap malapetaka yang benar-benar tidaknya mnimpa orang-orang jahat diantara kamu.” 2. Al-qur’an, S. Al-Baqarah (II) 46, artinya : “ Berhati-hatilah kamu sekalian akan hari ( akhirat) dimana seseorang tidak dapat membela orang lain sedikitpun dan tidak pula diterima pertolongan dan tebusan daripadanya serta tidak pula orang-orang itu dibantu.” 3. Al-qur’an, S. Lukman (XXXI) 46, artinya : “Ingatlah selalu akan hari (kiamat) dimana seorang ayah tidak menanggung anaknya dan tidak pula seorang anak mennggung ayahny sedikitpun.” 4. Al-qur’an, S. Al-hadid (XVII) 22, artinya : “Tidaklah terjadi sesuatu kejadianpun dimuka bumi ini dan pada diri kamu sekalian (masyarakat) melainkan ada dalam catatan sebelum kamu beberkan. Sesungguhnya hal itu bagi Tuhan prkara yang mudah.” 5. Al-qur’an, S.Ar-Ra’d (XII), artinya : “ Sesungguhnya Tuhan tidak merubahsesuatu (nasib) yang ada pada suatu bangsa sehingga mereka merubah sendiri apayang ada pada diri (jiwa) mereka.” 6. Al-qur’an, S. Al-Hadid, artinya : “ Agar kamu tidak putus asa kemalangan yng menimpa dan tidak pula terlalu bersuka ria dengan kemajuan yang akan datang padamu.” KETUHANAN YANG MAH ESA DAN PERIKEMANUSIAAN 1. Al - qur’an, S. Lukman (XXXI) 30, artinya : “Demikianlah sebab sesungguhnya Tuhan itulah kebenaran, sedang apa yang mereka suka selain-Nya adalah kepalsuan dan sesungguhnya Tuhan itu Maha Tinggi dan Maha Agung. 2. Al – qur’an, S. Ali – Imran (III) 6, artinya : “Tidak lagi seorangpun suatu kebahagiaan itu dianugerahkan oleh-Nya (Tuhan) kecuali (Amal perbuatan) semata – mata untuk mencari (ridho) Tuhan Yang Maha Tinggi, dan tentulah ia akan meridhoinya.” BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 52
3. Al – qur’an, S. Ali – Imran (III) 19, artinya : “Sesungguhnya agama itu bagi Tuhan adalah penyerahan diri (Islam).” 4. Al – qur’an, S. Al – Ahzab (XXXIII) 49, artinya : “Mereka yang menyampaikan ajaran – ajaran Tuhan dan tidak menghambakan dirinya kepada siapapun selain kepada Tuhan dan cukuplah Tuhan yang memperhitungkan (amal mereka).” 5. Al – qur’an, S. Asy – Syu’ara (XXVI) 226, artinya : “Dan sesungguhnya mereka itu mengatakan hal – hal yang mereka tidak kerjakan.” 6. Tentang rangkaian tak terpisahkan dari pada iman dan amal saleh dapat dilihat dari pengulangan tidak kurang dari lima puluh kali kata – kata Aamu wa’amilus shaihat dan terdapat dimana – mana di dalam Al – qur’an. 7. Al – qur’an, S. Ann – Nur (XXVI) 39, artinya : ‘Orang – orang kafir itu amal dan perbuatannya bagaikan fata morgana di satu lembah. Orang yang kehausan mengirimnya air, tetapi setelah ditanda tanganinya tidak didapatnya suatu apapun.” 8. Al – qur’an, S. Al – Baqarah (II) 109, artinya : “Apakah orang yang mendirikan bangunannya di atas dasar taqwa kepada Tuhan dan mencari ridho-Nya itu lebih baik, ataukah orang yang mendirikan bangunannya pada tepi jurang yang retak kemudian roboh bersamanya masuk neraka jahanam.” 9. Al – qur’an, S. Lukman (XXXI) 13, artinya : “Sesungguhnya syirik itu kesalahan yang besar.” 10. Imam tidak mungkin bercampur dengan kejahatan, sebagai mana tersimpul dalam Al – qur’an, S. Al – An’am (VI) 84, artinya : ‘Mereka yang beriman dan tidak mencampur iman mereka dengan kejahatan, mereka itulah yang mendapat petunjuk.” 11. Hadist, artinya : “Sesungguhnya yang paling khawatirkan sekalian ialah syirik kecil yaitu ria (pamrih).” 12. Disimpulkan dari titik perpisahan antara orang – orang kafir pemegang Kitab Suci (Kristen dan Yahudi) dalam al – Qur’an, S. Ali Imran (111) 64, artinya : “Katakanlah : Hai orang pemegang Kitab Suci Kristen dan Yahudi marilah kamu sekalian menuju titik persamaan antara kami (ummat Islam0 dan kamu, yaitu bahwa kita tidak mengabdi kecuali pada Tuhan Yang Maha Esa kita tidak sedikitpun membuat syirik kepada-Nya dan tidak pula sebagian kita mengangkat sebagian yang lain menjadri Tuhan – tuhan (dengan kekuasaan dan wewenang seperti dan Tuhan Yang Maha Esa) selain Tuhan Yang Maha Esa, Kemudian jika mereka mengejak katakanlah : Jadilah kamu sekalian sebagai saksi kepada Tuhan saja”. 13. Al – Qur’an, S. An – Nahl (XVI) 90, artinya : “Sesungguhnya Tuhan memerintahkan untuk menegakkan keadilan dan menguasahakan perbaikan.” INDIVIDU DAN MASYARAKAT 1. Al – Qur’an, S. Az – Zkhruf (XLII), artinya : “Kami (Tuhan) membagi – bagi di antara mereka manusia kehidupan mereka di dunia.” 2. Al – Qur’an, S. Al – Maidah (V) : 48, artinya : “Bagi setiap golongan diantara kamu ialah kami tetapkan suatu cara dan jalan hidup tertentu.” 3. Al – Qur’an, S. Al – Lail (XCII) : 4, artinya : “Sesungguhnya usahamu sekalian (manusia) sangat beraneka ragam.” 4. Al – Qur’an, S. Al – Isra’ (XVII) : 84, artinya : “Katakanlah : Setiap orang bekerja sesuai dengan pembawaannya. Sebenarnya Tuhanmulah Pula yang lebih mengetahui siapa yang lebih benar kalau hidupnya.” 5. Al – Qur’an, S. Az – Zumar (XXXIX) 39, artinya : “Katakanlah : Hai Kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku akan bekerja (Pula), maka kelak kamu akan mengetahuinya juga.” 6. Al – Qur’an, S. Yusuf (XII) 53, artinya : “Bengotong – royonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu bergotong – royong dalam kejahatan dan permusuhan.” 7. Al – Qur’an, SYAI – Maidah (V) 2, artinya : “Bergotong – royonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu bergotong – royong daam kejahatan dan permusuhan.” 8. Al – Qur’an, S. ZakZalah (XCIX) 7 – 8, artinya : “Barang siapa mengerjakan seberat atom kebaikan dan akan menyaksikan (akibat baiknya) dan barang siapa mengerjakan seberat atom kejahatan diapun akan menyaksikan (akibat buruknya)”. BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 53
9. Al – Qur’an, S. At – Taubah (IX) : 75, artinya : “Dan jika orang – orang (Jahat) itu bertaubat maka kebaikan bagi mereka, tetap jika mereka membanggakan maka Tuhan akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih di dunia dan akhirat.” 10. Al – Qur’an, S. An – Nahl 30, artinya : “Dan mereka yang be ang dijalan-Ku (kebenaran), maka pasti Aku tunjukkan jalannya (mencapai tujuan) sesungguhnya Tuhan itu cinta kepada orang – orang yang selalu berbuat baik (progresif).” 11. Al – Qur’an, S. Al – Hujarat (XLIX) 13, artinya : “Hai sekalian ummat manusia, sesungguhnya Kami (Tuhan) telah menciptakan kamu dari laki – laki dan perempuan dan kami jadikan berbangsa – bangsa dan bersuku – suku ialah agar kami saling mengenal, sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu bagi Tuhan ialah yang paling bertaqwa (cin kebenaran) sesungguhnya Tuhan itu Maha Mengetahui dan Maha Meneliti.” Al – Qur’an, S. Al – Hujarat (XLIX) 10, artinya : “Sesungguhnya orang – orang yang beriman (cinta kebenaran) itu bersaudara, maka usahakanlah adanya kerukunan dan diantara golongan saudaramu.” KEADILAN SOSIAL DAN KEADILAN EKONOMI 1. Al - Qur’an, S. Al – lail (XCII) 8 – 9 – 10, artinya : “Adapun orang – orang kafir tidak mau mengorbankan sedikitpun (dari haknya) dan merasa cukup sendiri (engoistis) serta mendustakan (mencemoohkan) kebaikan, maka ia kami licinkan jalan kearah kesukaran (kekacauan).” 2. Al – Qur’an, S. Al – Maidah (V) 8, artinya : “Janganlah sekali – kali kebencian segolongan orang itu membuat kamu menyeleweng dan tidak menegakkan keadilan, tegakkan keadilan itulah yang lebih mendekati taqwa (kebenaran) dan bertaqwalah kamu kepada Tuhan.” 3. Al – Qur’an, S, Al – imran (11) 104 artinya : “Hendaklah diantara kamu suatu kelompok yang mengajak kebaikan, memerintahkan yang maruf (baik) sesuai dengan prikemanusiaan dan melarang yang munkar (Uahat) dan bertaqwalah kamu kepada Tuhan.” 4. Hadist : “Tiap – tiap kamu adalah pemimpin dan tiap – tiap kamu bertanggung jawab atas pimpinannya.” 5. Ditarik kesimpulan dari keterangan orang – orang beriman Al – Qur’an, S. AS – Syura (XLII), artinya : “Urusan mereka diselesaikan melalui musyawarah di antara mereka.” Al – Qur’an, S. An – Nisa (IV) 59, artinya : “Sesungguhnya kesalahan terletak pada mereka yang mendalami (bertindak tidak adil) kepada manusia dan berbuat kekecauan di muka bumi tanpa ada alasan kebenaran.” 6. Al – Qur’an, S. An – Nisa (IV) 59 : “hai orang – orang yang beriman, taatlah kamu sekalian pada Tuhanmu agar kamu menunaikan amanat – amanat kepada yang berhak dan jika kamu memerintahkan diantara manusia, maka memerintahkan kamu dengan keadilan.” 7. Al – Qur’an, S. An – Nisa (IV) 59, artinya : “Hai orang – orang yang berimanm, taatlah kamu sekalian kepada Rasul-Nya serta kepada yang berhak dan jika’ kamu memerintah diantara manusia, maka memerintahkan kamu dengan keadilan.” 8. Al – Qur’an, S. Al – Maidah (V) 59, artinya : “Barang siapa yang tidak menjalankan hukum dengan apa yang diturunkan oleh Tuhan (ajaran kebenaran), maka mereka itu adalah orang – orang yang jahat. 9. Al – Qur’an, S. Al – Hadid (LVII) 20, artinya : “Ketahuilah bahwa sesungguhnya hidup di dunia (sejarah) ini adalah permainan kesenangan dan perhiasan serta saling memegang urusan (pemerintah) diantara kamu.” 10. Al – Qur’an, S. Al – Isra (XVII) 16, artinya : “Dan jika kami hendak membinasakan negeri, maka kami perintahkan kepada orang – orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berfaku terhadapnya perkataan (ketentuan kami) kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur – hancurnya.” 11. Ditarik kesimpulan firman Tuhan tentang orang – orang Yahudi yang terkutuk (karena sifat – sifat kapitalis mereka yaitu Al – Qur’an, S. An – Nisa 160 – 161, artinya : “Maka karena kejahatan orang – orang Yahudi itulah kami menghalangi jalan kepada BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 54
12.
13.
14.
15. 16.
17.
18.
19.
20. 21.
Tuhan (jalan kebenaran). Demikian juga karena mereka mengambil riba padahal sudah dilarang, dan karena mereka merampas harta kekayaan manusia dengan cara yang tidak benar (batil). Demikianlah juga dapat disimpulkan dari seruan Nabi Syu’ib kepada rakhatnya Nabi Syu’ib adalah suatu prototype dari masyarakat yang tidak adil atau kapatalis) tersebut di tiga tempat, antara lain ialah Al – Quran, Surat Asy-Syu’ara (XXVI) 182 – 183, artinya : “Dan timbanglah dengan ukuran yang betul (adil) serta janganlah merampas harta milik sesama manusia dan janganlah kamu melakukan kejahatan di muka bumi ini sambil membuat kekacauan.” Terjadinya tindakan – tindakan atas sesama manusia (exploitation del’homeper I’home) dipahamkan dari firman Tuhan dalam Al – Qur’an, Surat Al – Baqarah (11) 279, artinya : “ ....... Dan jika kami tau’bat (berhenti menjalankan riba atau penindasan kapitalis) maka kamu memperoleh kembali capital – capitalmu kami tidak boleh mendalami (memerlukan secara tidak adil, menindas) dan tidak pula boleh didzalimi (diperlukan tidak adil, ditindas).” “Jaminan kemenangan bagi kaum miskin dalam (Al – Quran juga disebut secara khusus dengan Al – Mustaz afun adapun, artinya orang – orang yang dilemahkan atau dijadikan hina – dina, ditindas), tersebut dalam rangkaian cerita Fieaun yaitu S. Al Qashahs (XXVII) 5, artinya : “Dan Kami (Tuhan) menghendaki untuk memberikan pertolongan kepada kaum tertindas di bumi, untuk menjadikan pula mereka itu pewaris – pewaris.” Pemberantasan kapitalisme harus dilakukan dengan konsekuen, bila perlu dengan menyatakan perang kepada kaum kapitalis, sesuai dengan perintah. Tuhan dalam Al – Qu’ran, S. Al – Baqarah (11) 278, artinya : “Hai orang – orang yang beriman bertaqwalah kamu benar – benar beriman. Jika tidak kamu kerjakan (perintah meninggalkan riba) maka bersiaplah kamu sekalian terhadap adanya perang dari Tuhan dan Rasul-Nya (perang suci jihad. Tetapi jika kamu taubat (berhenti dari penindasan kapitalis) maka kamu dapat memperoleh kembali capital – Kapitalmu. Kamu tidak menindas dan tidak pula ditindas.” Al – Qur’an, S. Humazah (CIV) 1-2-3, artinya : Celakalah bagi setiap pencerca (kaum sinis kepada kebenaran) yang suka mengumpulkan harta dn menghitung-hitungnya, dia mengira hartanya itu bakal mengekekalkannya. Kaum muslimin yang seharusnya mempelopori tugas suci itu. Kaum musimin digambarkan dalam Al – Qu’ran, S. Ali Imran (111) 110, artinya : “Kamu adalah sebaik-baiknya golongan yang diketengahkan diantara manusia karena kamu selalu menganjurkan pada kebaikan dan mencegah daripada kejahatan dan kamu semua beriman kepada Tuhan.” Al – Qu’ran, S. Ash-Shaf (LXI) 2-3, artinya : “Hai orang yang beriman, mengapakah kamu mengatakan sesuatu yang kamu tidak kerjakan.” Al – Qu’ran, S. Al-Ankabut (XXIX) 45, artinya : “Sesungguhnya sembahyang itu mencegah kekejian-kekejian dan sungguh selalu ingat kepada Tuhan itu merupakan suatu Yang Agung.” Hadist : “Sembahyang adalah tiang agama, barang siapa mengerjakan berarti menegakkan agama dan barang siapa meninggalkannya berarti merobohkan agama.” Al – Qu’ran, S. Lukman (XYXI) 30, artinya : “Demikianlah, sebab sesungguhnya Tuhan itulah dan sesungguhnya apa yang mereka pula selain-Nya adalah kepalsuan dan sesungguhnya Tuhan itu Maha Tinggi dan Maha Agung.” Al – Qu’ran, S. Ar-Rum (XYX) 37, artinya : “Tidaklah mereka mellihat bahwa Tuhan melapangkan rizki (ekonomi) bagi siapa saja yang Ia kehendaki dan menyempitkannya, sesungguhnya dalam hal itu ada pelajaran-pelajaran bagi orang yang beriman.” Al – Qu’ran, S. At-Taubah (IX) 60, artinya : “Sesungguhnya sedekah (zakat) itu untuk fakir miskin.’ Al – Qu’ran, S. Al-Baqarah (11) 188, artinya : “Dan janganlah kamu memakan harta dengan cara yang batil (tidak benar) diantara kamu, dan kamu mengadakan hal itu kepada hakim-hakim (pemerintah) agar kamu dapat mengambil bagian dari harta orang lain dengan dosa, pada hal kamu mengetahui.” BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 55
22. Al – Qu’ran, S. Furqan (XXV) 67, artinya : “Dan mereka yang apabila mempergunakan hartanya tidak berlebihan dan tidak pula kekurangan, melainkan kepada dalam keseimbangan antara keduanya.” 23. Al – Qu’ran, S. Al-Isra (XVII) 67, artinya : “Berikanlah kepada keluarga itu haknya (dari harta yang kami miliki) demikian juga kepada orang miskin dan kepada orang terlantar dan janganlah berlebihan itu adalah kawan-kawan setan sedangkan setan ingkar kepada Tuhannya.” 24. Al – Qu’ran, S. Al-Isra (XVII) 16, artinya : “Apabila Kami (Tuhan) menghendaki untuk menghancurkan suatu negeri. Kami berikan kesempatan kepada orang-orang yang mewah di negeri itu untuk memerintah, kemudian mereka membuat kecurangankecurangan di negeri itu maka benar-benar terjadilah keputusan kata (vonis) atas negeri itu, lalu kami hancurkan.” 25. Al – Qu’ran, S. Muhammad (XLVII) 38, artinya : “Demikianlah kamu orang-orang yang diserukan untuk mempergunakan hartamu di jalan Tuhan (untuk kebaikan kepentingan umum), maka diantara kamu ada yang kikir dan barang siapa kikir maka sesungguhnya ia kikir pada dirinya sendiri. Tuhan tidak memerlukan sesuatupun tetapi kamulah yang memerlukan dan kalau kamu berpaling tidak mau mempergunakan harta untuk kebaikan umum. Tuhan akan menggantikan kamu dengan golongan lain kemudian mereka tidak lagi seperti kamu.” 26. Al – Qu’ran, S. Thaha (XX) 6, 63, 4, 123, 131, 132 artinya : “Ingatlah bahwa sesungguhnya kepunyaan Tuhanlah segala sesuatu yang ada di langit dan di bumu.” 27. Al – Qu’ran, artinya : “Adalah Kami (Tuhan) yang sesungguhnya menempatkan kamu ke bumi dan membuat untuk kami sekalian di dalamnya prikehidupan mata pencaharian.” 28. Al – Qu’ran, S. Al-Hadid (LVII) 7, artinya : “Berimanlah kamu kepada Tuhan dan Rasulnya dan dermakanlah dari harga kamu jadikan oleh Tuhan untuk mengurusnya.” 29. Al – Qu’ran, S. Al-Isra (XVII) 67, artinya : “Dan berikanlah kepada mereka (orangorang miskin) itu dari harta Tuhan yang telah diberkahkan-Nya kepadamu.” 30. Al – Qu’ran, S. Al-Ma’aridi (LXX) 24-25, artinya : “Dan orang-orang pada harta mereka terdapat hak yang pasti bagi orang miskin yang meminta-minta maupun yang tidak minta-minta.” KEMANUSIAAN DAN ILMU PENGETAHUAN 1. Al – Qu’ran, S. At-Tien (XCV) 6, artinya : “Kecuali mereka yang beramal saleh.” 2. Al – Qu’ran, S. Al-Qashash (XXVII) 8, artinya : “Segala sesuatu itu rusak (berubah) kecuali dari padanya.” 3. Al – Qu’ran, S. Al-An’am (VI) 57, artinya : “Sesungguhnya hukum atau nilai itu hanya kepunyaan Allah, Dia menerangkan keberatan dan Dia adalah sebaik-baiknya pemutus perkara.” 4. Al – Qu’ran, S. Al-Isra (XVII), artinya : “Dan janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak mempunyai pengertian akan dia, sebab sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati nurani itu semuanya bertanggung jawab atas hal tersebut” 5. Al – Qu’ran, S. Fathir (XLI), artinya : “Akan perhatikan kepada mereka (manusia) tanda-tanda Kami diuar angkasa dan dalam diri mereka sendiri sehingga menjadi jelas bahwa Al – Qur’an itu benar. Tidaklah cukup dengan Tuhan bahwa Dia menyaksikan segala sesuatu” 6. Al – Qu’ran, S. Fathir (XXXV) 287, artinya : “Sesungguhnya yang bertaqwa tidak hanya Tuhan melainkan Allah begitu pula pada Malaikat dan orang-orang yang berilmu pengetahuan dengan tegak pada kejujuran” 7. Al – Qu’ran, S. Muhaddalah (LVIII) 11, artinya : “Allah mengangkat orang-orang diantara kamu dan yang berilmu pengetahuan yang bertingkat-tingkat” 8. Al – Qu’ran, S. Al-Jatsiyah (XLV) 134, artinya : “Dan Dia (Tuhan) menyediakan bagi kamu apa yang ada dilangit dan di bumi” 9. Al – Qu’ran, S. Al-Imran (III) 137, artinya : “Telah lewat setelah kamu hukum-hukum sejarah, maka menggambarkan di muka bumi kamu kemudian perhatikanlah olehmu bagian akibat orang-orang yang mendustakan-Nya” BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 56
10. Al – Qu’ran, S. As Syam (XCI) 9-10, artinya : “Sungguh berbahagialah dia yang membersihkannya, (sisinya) dan sungguh celakalah bagi mereka yang mengotorinya (dirinya)” 11. Al – Qu’ran, S. Yusuf (XI) 111, artinya : “Sungguh dalam riwayat mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berfikir”
3.1.4 Materi Mission HMI A. Silabus JENJANG: LATIHAN KADER I
MISION HMI
ALOKASI WAKTU: 8 JAM
Tujuan Pembelajaran Umum Peserta dapat memahami missi HMI dan hubungannya dengan status, sifat, asas, tujuan, fungsi dan peran organisasi HMI secara intergral. Tujuan Pembelajaran Khusus 1. Peserta dapat menjelaskan fungsi dan peranannya sebagai mahasiswa 2. Peserta dapat menjelaskan tafsir tujuan HMI 3. Peserta dapat menjelaskan hakikat fungsi dan peran HMI 4. Peserta dapat menjelaskan hubungan Status, Sifat, Asas, Tujuan, Fungsi dan Peran HMI secara integral Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan 1. Makna HMI sebagai Organisasi Mahasiswa 1.1. Pengertian Mahasiswa 1.2. Mahasiswa sebagai inti Kekuatan Perubahan 1.3. Dinamika Gerakan Mahasiswa 2. Hakikat keberadaan HMI 2.1. Makna HMI sebagai organisasi yang berasaskan Islam 2.2. Makna Independensi HMI 3. Tujuan HMI 3.1. Arti inssan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam 3.2. Arti masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT 4. Fungsi dan peran HMI 4.1. Pengertian Fungsi HMI sebagai organisasi kader 4.2. Pengertian peran HMI sebagai organisasi perjuangan 4.3. Totalitas fungsi dan peran sebagai perwujudan dari tujuan HMI 5. Hubungan antara Status, sifat,asas tujuan, fungsi dan peran HMI secara Integral Metode: Menjunjung tinggi kearifan lokal Evaluasi: Test Partisipatif, Test Objektif/subjektif dan penugasan
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 57
Referensi: 1. Nilai Dasar Perjuangan HMI 2. Ade Komaruddin dan Muchhrijin Fauzi (ed) HMI Menjawab Tantangan Zaman, PT. Gunung Kelabu, 1992 3. Asghar Ali Engginar, Islam dan Theologi Pembebasan, Pustaka Pelajar 1999 4. Ali Syari’ati, Ideologi Kaum Intelektual: Satuan Wawasan Islam, Mizan 1992 5. M. Rusli Karim, HMI MPO Dalam Pergulatan Politik Indonesia, Mizan, 1997 6. Moeslim Abdurrahman, Islam Transformatif, Pustaka Firdaus 7. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HMI 8. Ramli H.HM Yusuf (ed), Lima Puluh Tahun HMI mengabdi Republik, LASPI, 1997 9. Dr. Fiktor Imanuel Tanja, HMI sejarah dan Kedudukannya di tengah kedudukan Muslim Pembaharu Indonesia, Sinar Harapan, 1982 10. Referensi Lain Yang Relevan. B. Materi Terurai Pengantar Mission merupakan tugas dan tanggung jawab yang diemban, sehingga mission HMI dapat diartikan sebagai tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh kader HMI. Sebagai organisasi kader yang memiliki platform yang jelas, sejak awal berdirinya HMI mempunyai komitmen asasi yang disebut dengan dua komitmen asasi, yakni (1) Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat bangsa Indonesia, yang dikenal dengan komitmen kebangsaan, dan (2) Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam, yang dikenal dengan wawasan keislaman/keumatan. Kesatuan dari kedua wawasan ini disebut dengan wawasan integralistik, yakni cara pandang yang utuh melihat bangsa Indonesia terhadap tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan sebagai warga negara dan umat Islam Indonesia. Penerjemahan komitmen HMI ini disesuaikan dengan konteks jaman, sehingga HMI selalu aktual dan mampu tampil di garda terdepan dalam setiap even. Bila dicermati belakangan ini bisa dikatakan bahwa HMI mengalami stagnasi, untuk tidak dikatakan degradasi. Hampir tidak ada gagasan cerdas yang disumbangkan oleh HMI di tengah carut marut dan tunggang langgangnya tatanan republik ini, dimana masalah disintegrasi perlu segera diatasi, masalah ekonomi mendesak untuk segera diperbaiki, masalah supremasi hukum yang harus ditegakkan, masalah pendidikan mendesak untuk diperhatikan, dan masalah-masalah lain yang melingkari, seperti budaya, pertahanan keamanan, yang kesemuanya membutuhkan penanganan secepatnya. Singkatnya, Indonesia sekarang sedang diterma krisis multi dimensional. Di tengah kondisi ini, komitmen HMI tidak lebih dari sebatas slogan tanpa jiwa. Oleh sebab itu untuk mendongkrak kembali ghirah kader HMI dalam berperan serta untuk penyelesaian problematika bangsa dan umat perlu adanya reaktualisasi mission HMI dalam jiwa kader HMI melalui proses perkaderan yang selama ini perjalanannya tidak lebih hanya sebagai proses pencapaian status dengan meninggalkan makna sesungguhnya, yaitu sebagai proses pembentukan kader yang memiliki karakter, nilai dan kemampuan, yang berusaha melakukan transformasi watak dan kepribadian seorang muslim yang utuh (kaffah), sehingga BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 58
kader HMI memiliki keberpihakan yang jelas terhadap kaum tertindas (mustad’afin) dan melawan kaum penindas (mustakbirin). HMI sebagai organisasi berbasis mahasiswa yang merupakan kaum intelektual, generasi kritis, dan memiliki profesionalisme harus mampu menjadi agen pembaharu di tengah masyarakat dan kehidupan bangsa. Karena mahasiswa memiliki kekuatan yang luar biasa dalam tatanan kehidupan bangsa dan negara, maka seluruh gerak perubahan yang terjadi di bangsa ini dimotori oleh kelompok mahasiswa dan pemuda, mulai dari proklamasi, revolusi, hingga reformasi, selalu ada andil mahasiswa. Namun demikian arah perubahan harus sesuai dengan usaha untuk mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT sebagaimana termaktub dalam penggalan tujuan HMI. Dalam perjalanannaya, gerakan mahasiswa begitu dimanis, mengikuti perkembangan jaman dan selalu eksis dalam setiap momen penting kebangsaan. Kekonsistenan itu harus diiringi oleh pegangan yang teguh terhadap idealisme dan menjaga sikap hanif sehingga kehadiran mahasiswa sebagai kaum intelektual yang dalam tatanan sosial masyarakat mendapat tempat yang penting sebagai embun penyejuk. Untuk itulah HMI sebagai organisasi mahasiswa harus mampu menetaskan kader-kader yang berkualitas insan cita sebagaimana yang tersurat dalam tujuan HMI “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam, dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT” (pasal 4 AD HMI).
HAKEKAT KEBERADAAN HMI HMI sebagai Organisasi Mahasiswa (pasal 7 AD HMI) Makna HMI sebagai organisasi mahasiswa adalah organisasi yang menghimpun mahasiswa yang menuntut ilmu pengetahuan di perguruan tinggi (Universitas/Akademi/Institut/Sekolah Tinggi) atau yang sederajat, dan memilki ciri-ciri kemahasiswaan. Adapun ciri-ciri kemahasiswaan tersebut adalah ilmiah, kritis dan analitis, rasional, obyektif, serta sistematis. HMI sebagai Organisasi berasaskan Islam (pasal 3 AD HMI) HMI sebagai organisasi berasaskan Islam maksudnya adalah organisasi yang menghimpun mahasiswa yang beragama Islam, dimana secara individu dan organisatoris memiliki ciri-ciri keislaman, menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber norma, sumber nilai, sumber inspirasi, dan sumber aspirasi dalam setiap aktivitas dan dinamika organisasi. HMI sebagai Organisasi yang Bersifat Independen (pasal 6 AD HMI) HMI yang bersifat independen adalah waktak organisasi yang selalu tunduk danberorientasi pada kebenaran (hanif), sehingga kiprah setiap individu dan dinamika organisasi dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara mempunyai pola pikir, pola sikap, dan pola tindak tidak terikat dan tidak mengikatkan diri secara organisatoris dengan kepentingan atau organisasi mana pun, segala sesuatu tidak didasarkan atas kehendak atau paksaan pihak lain.
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 59
Independensi dilihat dari dua dimensi, yakni : 1) Indepndensi Etis Sikap dan watak HMI yang termanifestasikan secara individu dan organisasi dalam dinamika berfikir, bersikap, dan bertindak, baik dalam hubungan terhadap Sang Rab, ataupun hubungan terhadap sesama, sesuai dengan fitrah kemanusiaannya, yakni tunduk dan patuh kepada kebenaran (hanif). 2) Independensi Organisatoris Sikap dan watak HMI yang teraktualisasikan secara organisatoris di dalam kiprah dinamika intern organisasi maupun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam keutuhan kehidupan nasional melakukan partisipasi aktif, konstruktif secara konstitusional terhadap perjuangan bangsa dan pencapaian cita-cita nasional, hanya komit kepada kebenaran, dan tidak tunduk atau komit terhadap kepentingan atau organisasi tertentu. Prinsip-prinsip independensi HMI dalam implementasi dirumuskan sebagai berikut : a) Kader HMI terutama aktivitasnya dalam melakukan tugas dan tanggung jawab organisasi harus tunduk pada ketentuan-ketentuan organisasi dalam melaksanakan program-program organisasi, oleh karena itu tidak diperkenankan melakukan kegiatan-kegiatan yang membawa organisasi atas kehendak pihak luar manapun. b) Kader HMI terutama aktivitasnya tidak dibenarkan mengadakan komitmen dalam bentuk apapun dengan pihak luar selain segala sesuatu yang telah ditetapkan dan diputuskan secara organisatoris. c) Alumni HMI senantiasa diharapkan untuk aktif berjuang meneruskan dan mengembangkan watak independensi etis dimanpun mereka berada dan berfungsi sesuai dengan profesinya dalam rangka membawa hakekat misi HMI, menganjurkan serta mendorong alumni HMI untuk menyalurkan aspirasinya secara tepat melalui semua jalur pengabdian, baik jalur organisasi profesi, instansi pemerintah, wadah aspirasi politik, dan jalur lainnya yang semata-mata karena hak dan tanggung jawab dalam rangka merealisasikan kehidupan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. Aplikasi dan dinamika berfikir, bersikap dan bertindak secara keseluruhan dari watak asasi kader HMI terumus dalam bentuk : a) Cenderung kepada kebenaran b) Bebas, merdeka dan terbuka c) Obyektif, rasional, dan kritis d) Progresif dan dinamis e) Demokratis, jujur dan adil
TUJUAN HMI Seperti yang telah disinggung sebelumnya, tujuan HMI adalah “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan bertangung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT” (pasal 4 AD HMI). Dari tujuan tersebut dapat dirumuskan menjadi lima kualitas insan cita, yakni kualitas insan akademis, kualitas insan pencipta, kualitas insan pengabdi, kualitas insan bernafaskan Islam, dan kualitas insan yang bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. Kualitas insan cita HMI adalah merupakan dunia cita yang terwujud oleh HMI di dalam pribadi seorang manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan serta BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 60
mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan. Kualitas tersebut sebagaimana dalam pasal tujuan (pasal 4 AD HMI) adalah sebagai berikut : 1. Kualitas Insan Akademis • Berpendidikan Tinggi, berpengetahuan luas, berfikir rasional, obyektif, dan kritis. • Memiliki kemampuan teoritis, mampu memformulasikan apa yang diketahui dan dirahasiakan. Dia selalu berlaku dan menghadapi suasana sekelilingnya dengan kesadaran. • Sanggung berdiri sendiri dengan lapangan ilmu pengetahuan sesuai dengan ilmu pilihannya, baik secara teoritis maupun tekhnis dan sanggup bekerja secara ilmiah yaitu secara bertahap, teratur, mengarah pada tujuan sesuai dengan prinsip-prinsip perkembangan. 2. Kualitas Insan Pencipta : Insan Akademis, Pencipta • Sanggup melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih dari sekedar yang ada dan bergairah besar untuk menciptakan bentuk-bentuk baru yang lebih baik dan bersikap dengan bertolak dari apa yang ada (yaitu Allah). Berjiwa penuh dengan gagasan-gagasan kemajuan, selalu mencari perbaikan dan pembaharuan. • Bersifat independen dan terbuka, tidak isolatif, insan yang menyadari dengan sikap demikian potensi, kreatifnya dapat berkembang dan menentukan bentuk yang indah-indah. • Dengan ditopang kemampuan akademisnya dia mampu melaksanakan kerja kemanusiaan yang disemangati ajaran islam. 3. Kualitas Insan Pengabdi : Insan Akdemis, Pencipta, Pengabdi • Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang banyak atau untuk sesama umat. • Sadar membawa tugas insan pengabdi, bukannya hanya membuat dirinya baik tetapi juga membuat kondisi sekelilingnya menajdi baik. • Insan akdemis, pencipta dan mengabdi adalah yang bersungguhsungguh mewujudkan cita-cita dan ikhlas mengamalkan ilmunya untuk kepentingan sesamanya. 4. Kualitas Insan yang bernafaskan islam : Insan Akademis, pencipta dan pengabdi yang ber nafaskan Islam • Islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman pola fikir dan pola lakunya tanpa memakai merk Islam. Islam akan menajdi pedoman dalam berkarya dan mencipta sejalan dengan nilai-nilai universal Islam. Dengan demikian Islam telah menapasi dan menjiwai karyanya. • Ajaran Islam telah berhasil membentuk “unity personality” dalam dirinya. Nafas Islam telah membentuk pribadinya yang utuh tercegah dari split personality tidak pernah ada dilema pada dirinya sebagai warga negara dan dirinya sebagai muslim insan ini telah mengintegrasikan masalah suksesnya dalam pembangunan nasional bangsa kedalam suksesnya perjuangan umat islam Indonesia dan sebaliknya. 5. Kualitas Insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT : • Insan akademis, pencipta dan pengabdi yang ber nafaskan islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT. • Berwatak, sanggup memikul akibat-akibat yang dari perbuatannya sadar bahwa menempuh jalan yang benar diperlukan adanya keberanian moral. • Spontan dalam menghadapi tugas, responsip dalam menghadapi persoalan-persoalan dan jauh dari sikap apatis. BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 61
• • •
Rasa tanggungjawab, takwa kepada Allah SWT, yang menggugah untuk mengambil peran aktif dalam suatu bidang dalam me wujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT. Korektif terhadap setiap langkah yang berlawanan dengan usaha mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Percaya pada diri sendiri dan sadar akan kedudukannya sebagai “khallifah fil ard” yang harus melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan.
Pada pokoknya insan cita HMI merupakan “Man of future” insan pelopor yaitu insan yang berfikiran luas dan berpandangan jauh, bersikap terbuka, terampil atau ahli dalam bidangnya, dia sadar apa yang menjadi cita-citanya dan tahu bagaimana mencari ilmu perjuangan untuk secara kooferatif bekerja sesuai dengan yang dicita-citakan. Ideal type dari hasil perkaderan HMI adalah “man of inovator” (duta-duta pembantu). Penyuara “Idea of Progress” insan yang berkeperibadian imbang dan padu, kritis, dinamis, adil dan jujur tidak takabur dan bertaqwa kepada Allah Allah SWT. Mereka itu manusia-manusia uang beriman berilmu dan mampu beramal saleh dalam kualitas yang maksimal (insan kamil) Dari liam kualitas lima insan cita tersebut pada dasarnya harus memahami dalam tiga kualitas insan Cita yaitu kualitas insan akademis, kualitas insan pencipta dan kualitas insan pengabdi. Ketiga insan kualitas pengabdi tersebut merupakan insan islam yang terefleksi dalam sikap senantiasa bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang ridhoi Allah SWT. Yang dimaksud dengan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT adalah masyarakat yang menjalankan kehidupannya selalu berlandaskan atas asas keadilan sehingga tercapai kemakmuran dan dalam perjalanan pencapaian masyarakat adil makmur tersebut tidak mendobrak aturan Allah yang tertuang dalam Al-Qur’an sehingga adil makmur yang dicapai oleh masyarakat meruapak adil makmur yang dikehendaki oleh Allah SWT. Jadi setiap usaha dalam pencapaian masyarakat adil makmur harus berpedoman pada ajaran Islam yang tertuang dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
FUNGSI DAN PERAN HMI HMI berfungsi sebagai Organisasi Kader (pasal 8 AD HMI) HMI sebagai organisasi kader adalah organisasi mahasiswa yang berorientasikan Islam yang melakukan perkaderan, dimana seluruh aktivitas yang dilakukan pada dasarnya merupakan proses kaderisasi, sehingga HMI berfungsi dan hanya selalu membentuk kader-kader muslim intelektual yang profesional. HMI berperan sebagai Organisasi Perjuangan (pasal 9 AD HMI) HMI berperan sebagai organisasi perjuangan adalah organisasi yang selalu berjuang melakukan dan membentuk kader bangsa yang muslim, intelektual, dan profesional dimana outputnya ditujukan untuk kepentingan bangsa secara keseluruhan, sehingga insan HMI siap dan dapat bermanfaat bagi seluruh golongan yang ada di masyarakat selama tidak bertentangan dengan koridor misi HMI.
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 62
HUBUNGAN MISSION SECARA INTEGRAL Hubungan antara asas, tujuan, sifat, status, fungsi dan peran HMI secara integral adalah dalam pencapaian dan memperjuangkan mission HMI harus dilakukan secara utuh dan menyeluruh, dan satu sama lain saling mempengaruhi, dan menentukan sehingga tidak bisa ditinjau secara parsial. Dalam diri kader HMI harus : a) Senantiasa memperdalam kehidupan rohani agar menjadi luhur dan bertaqwa pada Allah SWT b) Selalu tidak puas dan berkemauan keras untuk mencari kebenaran, HMI hanya komit pada kebenaran c) Jujur pada dirinya dan pada orang lain dan tidak mengingkari hati nuraninya d) Teguh dalam pendirian dan obyektif rasional jika berhadapan dengan orang yang berbeda pendirian e) Bersikap kritis dan berfikir bebas kreatif.
3.1.5 Materi Kepemimpinan dan Manajemen Organisasi A. Silabus JENJANG: LATIHAN KADER I
KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN ORGANISASI
Tujuan Pembelajaran Umum Peserta dapat memahami pengertian, kepemimpinan, manajemen dan organisasi.
dasar-dasar,
ALOKASI WAKTU: 8 JAM
sifat
dan
fungsi
Tujuan Pembelajaran Khusus 1. Peserta mampu menjelaskan pengertian, dasar-dasar sifat serta fungsi kepemimpinan 2. Peserta mampu menjelaskan pentingnya fungsi kepemimpinan dan manajemen dalam organisasi 3. Peserta dapat menjelaskan dan mengapresiasikan kharakteristik kepemimpinan dalam Islam Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan 1. Pengertian, tujuan dan fungsi kepemimpinan, manajemen dan organisasi 2. Kharakteristik kepemimpinan 2.1. Sifat-sifat Rasul sebagai etos kepemimpinan 2.2. Tipe-tipe kepemimpinan 2.3. Dasar-dasar manajemen 2.4. Unsur manusia dalam manajemen 2.5. Model-model manajemen 3. Organisasi sebagai alat perjuangan 3.1. Teori-teori organisasi 3.2. Bentuk-bentuk organisasi 3.3. Struktur organisasi 4. Hubungan antara kepemimpinan, manajemen dan organisasi Metode : Menjunjung tinggi kearifan lokal BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 63
Evaluasi : Test Partisipatif, test objektif/subjektif Referensi : 1. Amin Wijaya T, Manajemen Strategik, PT. Gramedia, 1996 2. Charles J. Keating, Kepemimpinan dalam manajemen, Rajawali Pers, 1995 3. Dr. Ir. S.B. Lubis & Dr. Martani Hoesaini, Teori Organisasi: Suatu pendekatan makro, Pusat studi antar Universitas Ilmu-ilmu sosial Universitas Indonesia, 1987 4. James. L. Gibson, Manajemen, Erlangga, 1986 5. J. salusu, Pengembangan Kaqputusan Strategik, Gramedia, 1986 6. Mifta Thoha, Kepemimpinan dan manajemen, Rajawali Pers, 1995 7. Nilai Dasar Perjuangan HMI 8. Richard M. Streers, Efektifitas Organisasi, (sari manajemen), Erlangga, 1985 9. Winardi, Kepemimpinan Manajemen, Rineka Cipta, 1990 10. Dan referensi lain yang relevan B. Materi Terurai KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN ORGANISASI Kepemimpinan Kepemimpinan (leadership) telah didefinisikan dengan berbagai cara yang berbeda oleh berbagai orang yang berbeda pula. Menurut Stoner, Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya. Ada tiga implikasi penting dari definisi tersebut : Pertama, Kepemimpinan menyangkut orang lain – bawahan atau pengikut. Kesediaan mereka untuk menerima pengarahan dari pemimpin, para anggota kelompok membantu menentukan status / kedudukan pemimpin dan membuat proses kepemimpinan dapat berjalan. Tanpa bawahan, semua kualitas kepemimpinan seorang mmanajer akan menjadi tidak relevan. Kedua, Kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak seimbang diantara para pemimpin dan anggota kelompok. Para pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan berbagai kegiatan para anggota kelompok, tetapi para anggota kelompok tidak dapat mengarahkan kegiatankegiatan pemimpin secara langsung, meskip[un dapat juga melalui sejumlah cara secara tidak langsung. Ketiga, Selain dapat memberikan pengarahan kepada para bawahan atau pengikut, pemimpin dapat juga mempergunakan pengaruh. Dengan kata lain, para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sebagai contoh, seorang manajer dapat mengarahkan seorang bawahan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu, tetapi dia dapat juga mempengaruhi bawahan dalam menentukan cara bagaimana tugas itu dilaksanakan dengan tepat. Kepemimpinan adalah bagian penting manajemn, tetap tidak sama dengan manajemen. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 64
untuk mempengaruhi orang-orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Manajemen mencakup kepemimpinan, tetapi juga mencakup fungsifungsi lain seperti perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan. Tujuan Kepemimpinan Nampaknya sukar dibedakan antara tujuan dan fungsi kepemimpinan, lebih-lebih kalau dikaji secara praktis kedua-duanya mempunyai maksud yang sama dalam menyukseskan proses kepemimpinan namun secara definitif kita dapat menganalisanya secara berbeda. Tujuan kepemimpinan merupakan kerangka ideal / filosofis yang dapat memberikan pedoman bagi setiap kegiatan pemimpin, sekaligus menjadi patokan yang harus dicapai. Sehingga tujuan kepemimpinan agar setiap kegiatan yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan yang inginkan secara efektif dan efisien. Fungsi kepemimpinan Agar kelompok berjalan dengan efektif, seseorang harus melaksanakan dua fungsi utama ; (1) fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas (“task-related”) atau pemecahan masalah, dan (2) fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok (“group-maintenance”) atau sosial. Fungsi pertama menyangkut pemberian saran penyelesaian, informasi dan pendapat. Fungsi kedua mencakup segala sesuatu yang dapat membantu kelompok berjalan lebih lancar- persetujuan dengan kelompok lain, pnengahan perberdaan pendapat, dan sebagainya. Manajemen dan Organisasi 1) Manajemen Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya – sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Atau lebih jelasnya manajemen dapat didefinisikan sebagai bekerja dengan orang-orang untuk menentuakn, menginterpretasikan, dan pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia atau kepegawaian (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading), dan pengawasan (controlling). Pola Umum Manajemen ♦ Manajemen pada dasarnya adalah alat atau sarana daripada administrasi; ♦ Sebagai alat administrasi fungsi manajemen adalah menggerakkan unsur statik daripada administrasi yaitu organisasi ; ♦ Dalam fungsinya menggerakkan organisasi, manajemen merupakan suatu proses dinamika yang meliputi fungsi planning, organizing, actuating dan lain-lain ; ♦ Proses manajemen selalu diarahkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu ; ♦ Dalam mencapai tujuan tersebut manajer sebagai pelaksana manajemen menggunakan berbagai unsur yang tersedia dalam organisasi ; ♦ Penggunaan unsur-unsur manajemen tersebut selalu dilaksanakan dengan seefisien mungkin berdasarkan prinsip-prinsip manajemen.
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 65
2) Organisasi Menurut Chester Bernard, Organisasi adalah sistem kegiatan kerjasama (cooperative activities) dari dua orang atau lebih. Menurut Dwight Waldo, Organisasi adalah struktur antar hubngan pribadi yang berdasarkan atas wewenang formal dan kebiasaan-kebiasaan di dalam suatu system adminstrasi. Menurut G.R. Terry, Organisasi adalah berasal dari kata organism yaitu suatu struktur dengan bagian-bagian yang demikian dintegrasi hingga hubungan mereka satu sama lain dipengaruhi oleh hubungan mereka dengan keseluruhan orang terdiri dua bagian pokok yaitu bagian-bagian dan hubungan-hubungan. Jadi Organisasi adalah wadah serta proses kerjasama sejumlah manusia yang terkait dalam hubungan formal dalam rangkaian hirarki untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dari beberapa pengertian di atas ada tiga unsur yang menonjol dan perlu diperhatikan, yakni : ♦ Bahwa organisasi bukanlah tujuan, melainkan hanya alat untuk mencapai tujuan atau alat untuk melaksanakan tugas pokok. Berhubungan dengan itu susunan organisasi haruslah selalu disesuaikan dengan perkembangan tujuan atau perkembangan tugas pokok. ♦ Organisasi adalah wadah serta proses kerjasama sejumlah manusia yang terikat dalam hubungan formal. ♦ Dalam organisasi selalu terdapat rangkaian hirarki, artinya dalam suatu organisasi selalu terdapat apa yang dinamakan atasan dan apa yang dinamakan bawahan. Fungsi-Fungsi Organisasi : ♦ Mengatur tugas dan kegiatan kerjasama sebaik-baiknya ; ♦ Mencegah kelambatan-kelambatan kerja serta kesulitan yang dihadapi ; ♦ Mencegah kesimpangan kerja ; ♦ Menentukan pedoman-pedoman kerja. Keuntungan-keuntungan Organisasi : Organisasi yang baik memberikan keuntungan sebagai berikut : ♦ Setiap orang akan mengerti tugasnya masing-masing ; ♦ Memperjelas hubungan kerja para anggota organisasi ; ♦ Terdapat koordinasi yang tepat antar unit kerja ; ♦ Menggunakan tenaga kerja sesuai dengan kemampuan dan minat ; ♦ Agar kegiatan administrasi dan manajemen dapat dilakuakn secara efektif dan efisien. Unsur-unsur Organisasi : Pada hakikatnya organisasi terbentuk dari sekelompok orang, kerjasama dan tujuan bersama.
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 66
KHARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN Sifat-Sifat Rasul sebagai Etos Kerja Dalam Islam kepemimpinan adalah bagian dari kepribadian Islam, sabda Rasulullah Saw. “ Setiap orang dari kamu adalah pemimpin dan kamu bertanggngjawab terhadap kepemimpinan itu” (Shahih Bukhari & Muslim) Setiap manusia pasti memerankan suatu kepemimpinan. Hadis Rasulullah mengatakan, “ Setiap anda adalah pengasuh dan bertanggungjawab terhadap rakyatnya. Pemimpin adalah pengasuh dan bertanggungjawab terhadap rakyat. Laki-laki adalah pengasuh dikeluarganya dan bertanggungjawab terhadap asuhannya. Wanita adalah pengasuh di rumah suaminya dan bertanggungjawab pada asuhannya, pembantu adalah pengasuh harta majikannya dan bertanggungjawab pada asuhannya”. (H.R. Imam Bukhari & Muslim). Dimensi Moral Kepemimpinan Akhlak seorang m,uslim adalah tidak mengejar kepemimpinan untuk dirinya. Tidak merebut kepemimpinan dari orang yang layak memiliki kepemimpinan itu. Apabila diberi tanggungjawab kepemimpinan, sementara dia lemah dan sanggup memikul, hendaknya dia menolak tanggungjawab itu. Kecuali, pabila dia yang harus memegangnya maka dia wajib melaksanakannya. Bila menghindar berarti berdosa, dan bila dia melaksanakan kewajiban itu dia mendapat pahala. Nashnash berikut ini menjelaskan hal tersebut di atas : ♦ Jangan meminta dan jangan memberikan amanah kepada orang yang berambisi / meminta dijadikan pemimpin. Dari Abu Hurairah, rasulullah Saw bersabda “ Sesungguhnya kalian akan berambisi memperoleh kepemimpinan dan itu akan menjadi penyesalan nanti pada hari kiamat. Alangkahnya bahagianya orang yang terus menyusui (melaksanakan tugasnya) dan alangkah buruknya orang yang menyapinya (melalaikan tugasnya) “ (H.R Bukhari & Nasai) ♦ Jangan menolak bila diberi amanah / kepercayaan Dari Abu Dzar katanya “Aku masuk menemui Nabi bersama-sama dengan dua orang anak, pamanku, satu diantaranya” Wahai Abu Dzar Sesungguhnya kammu lemah dan tugas itu amanah dan (dapat mengakibatkan) kehinaan dan penyesalan pada hari kiamat. Kecuali bagi orang yang mengambil dengan benar dan melaksanakan amanah yang diberikan kepada” (H.R. Muslim) Kepemimpinan yang Efektif Menciptakan wawasan untuk masa depan dengan mempertimbangkan kepentingan jangka panjang organisasi. ♦ Mengembangkan strategi yang rasional untuk menuju ke arah wawasan tersebut. ♦ Memperoleh dukungan dari pusat kekuasaan dan seluruh anggota. ♦ Memberi motivasi yang kuat kepada kelompok inti dan seluruh anggota untuk mencpai tujuan organisasi. ♦
Ciri-ciri Pemimpin Islam Setia ; pemimpin dan orang yang dipimpinnya terkait kesetiaan kepada Allah ♦ Tujuan Islam secara menyeluruh ♦ Berpegang pada syariat dan Akhlak Islam ♦ Pengemban amanat / bertanggungjawab. ♦
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 67
Prinsip Dasar Operasional Kepemimpinan Islam ♦ Musyawarah ♦ Adil ♦ Kebebasan berfikir Karakter Kepemimpinan Islam Tahu kemana harus diarahkan, kuasai waktu dan jangan biarkan waktu mengontrol anda dengan menjadikan setiap saat bekerja untuk Islam. ♦ Mengarah pada hasil yang kongkrit, memusatkan perhatian diri pada hasil, ketimbang pada pekerjaannya itu sendiri. ♦ Membangun kekuatan bukan kelemahan, termasuk diri anda dan para sahabat anda, akui kelebihan orang lain tanpa merasa kedudukan anda terancam. ♦ Memusatkan perhatian pada beberapa bidang utama, dimana kerja keras secara terus menerus yang akan memberikan hasil yang cemerlang. ♦ Bertawakal kepada Allah dengan meletakkan cita-cita yang tinggi, jangan batasi diri anda pada persoalan yang mudah dan aman. ♦
Sifat “mutu” yang harus dimiliki pemimpin Akhlak yang baik ♦ Memiliki daya imajinasi ♦ Berfikir menurut fungsinya ♦ Mampu bersikap adil kepada semua ♦ Memiliki banyak minat ♦ Bersikap sebagai pendidik ♦ Memiliki emosional yang matang ♦ Bersikap sebagai perencana ♦ Mampu menghormati diri dan orang lain ♦ Teku, tegas, mampu mengorganisir dengan rapi ♦ Bersemangat, energik, bersifat sebagai pelatih ♦ Ekspresif (berbicara dan menulis) ♦ Logis, berpikir selalu tajam dan selalu siap ♦ Bertanggungjawab, kreatif dan pekerja keras ♦ Setia kepada semua kepentingan ♦
Tipe-tipe Kepemimpinan Dilihat bagaimana pemimpin itu menggunakan kekuasaannya, ditentukan tiga buah tipe dasar, yakni : 1) Tipe Otoriter (autocratic) Pemimpin yang bertipe demikian dipandang sebagai orang yang memberikan perintah dan mengharapkan pelaksanaannya secara dogmatis dan selalu positif. Dengan segala kemampuannya, ia berusaha menakut-nakuti bawahannya dengan jalan memberikan hukuman tertentu bagi yang berbuat negatif, dan hadiah untuk seorang bawahan yang bekerja dengan baik (correct). 2) Tipe Demokratis atau Partisifasi Pemimpin demikian mengadakan konsultasi dengan para bawahannya mengenai tindakan-tindakan dan keputusan-keputusan yang diusulkan / dikehendaki oleh pimpinan serta berusaha memberikan dorongan untuk turut serta aktif melaksanakan semua keputusan dan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan itu.
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 68
3) Sedang pada tipe yang terakhir, Pemimpin sangat sedikit menggunakan kekuatannya, bahkan memberikan suatu tingkatan kebebasan yang tinggi terhadap para bawahannya atau bersifat “Free rein” (Laissez Faire) di dalam segal tindakan mereka. Pemimpin demikian biasanya mempunyai ketergantungan yang besar pada anggota kelompok untuk menetapkan tujuan-tujuan dan alat-alat / cara mencapainya. Mereka (para pemimpin ‘ laissez faire’) menganggap bahwa peranan meraka sebenarnya sebagai orang yang berusaha memberikan kemudahan (fasilitas) kerja para pengikut, umpama dengan jalan menyampikan informasi kepada orang-orang yang dipimpinnya, serta sebagai penghubung dengan lingkungan yang ada di luar kelompok. Unsur-unsur Manajemen Unsur dasar yang merupakan sumber yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan dalam manajemen adalah : ♦ Man (manusia) ♦ Material (bahan) ♦ Machine (mesin / alat) ♦ Methods (tata kerja) ♦ Money (uang) ♦ Market (pasar) Unsur Manusia dalam Manajemen Manusia salah satu dari unsur manajemen yang merupakan motor penggerak bagi sumber-sumbe dan lat-alat baik yang bersifat “ Human Resources “ maupun “Non Human Resources” dalam suatu organisasi. Tingkatan Manajemen Manajemen dalam organisasi, Pemimpin (manajer) dapat dibedakan menurut tingkatan dan jenis pekerjaannya, yakni : 1) Menurut tingkatannya (hierarchie), pimpinan dalam organisasi dapat dikelompokkan sebagai berikut : ♦ Manajemen Puncak (Top Management) ♦ Manajemen Media (Middle Management) ♦ Manajemen Rendah (Lower Management) 2) Apabila dilihat dari Pembagian Kerjanya,. Yaitu antara kerja “pikir” dan kerja “fisik”, dapat dikelompokkan sebagai berikut : a) Admistrative Management, pada tingkat “Top Management “ b) Middle Management, pada tingkat “Pimpinan Menengah” c) Supervisory Management, ada di tingkat “Paling Bawah” Pada tingkatan Admistrative Pemimpin lebih banyak menggunakan kerja pikir daripada kerja fisik dalam memipin organisasinya, misalnya menentukan tujuan organisasi, perumuan kebijakan, penggerakkan kelompok pimpinan pada tingkat lebih rendah dan memikirkan hal-hal yang sifatnya lebih menyeluruh. Untuk itu “Manajerial Skill” lebih dibutuhkan. Pada tingkat Middle Management, dalam tugas kegiatannya sehari-hari antara kegiatan pikir dan fisik hampir sepadan ; kedua-duanya dilaksanakan hampir serentak dan bersama-sama. Sebaliknya pada tingkat Supervisory Management, dalam tugasnya sehari-hari pimpinan lebih banyak mempergunakan kerja fisik dari pada kerja pikir. Untuk itu ia lebih banyak membutuhkan “technical Skills” daripada “Managerial Skills”. BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 69
ORGANISASI SEBAGAI ALAT PERJUANGAN Ada berbagai macam tipe organisasi, yang umum dikenal yakni : a. Bentuk Lini Yang pertama ini sering pula dinamakan :bentuk lurus”, “bentuk jalur” dan “bentuk militer”. Bentuk lini ini mula-mula diperkenalkan oleh seorang ahli adminstrasi berkebangsaan Perancis, Henry Fayol. Bentuk lini dipandang sebagai bentuk yang paling tua dan dipergunakan secara luas pada masa perkembangan industri pertama. Organisasi ini banyak dipergunakan di lingkungan militer dan perusahaan-perusahaan kecil. Ciri-cirinya : ♦ Garis komando langsung dari atasan ke bawahan atau dari pimpinan tertinggi ke berbagai tingkat operasional. ♦ Masing-masing pekerja bertanggungjawab penuh terhadap semua kegiatannya. ♦ Otoritas dan tangungjawab tertinggi pada puncak makin lama makin berkurang menurut jenjang. ♦ Organisasinya kecil, begitu pula karyawannya sedikit. ♦ Hubungan kerja antara pimpinan dan bawahan bersifat langsung. ♦ Tujuan, alat-alat yang digunakan dan struktur organisasinya masih sederhana. ♦ Pemilik organisasi biasanya menjadi pimpinan tertinggi. Keuntungan organisasi yang berbentuk lini : ♦ Kekuasaan dan tanggungjawab dapat ditetapkan secara definitif. ♦ Orang yang mempunyai kekuasaan dan tanggungjawab diketahui oleh semua pihak. ♦ Proses pengambilan keputusan berjalan dengan cepat, karena jumlah orang yang perlu diajak berembuk tidak begitu banyak. ♦ Disiplin mudah dipertahankan. ♦ Solidaritas para anggota masih besar, karena masih saling kenal mengenal. ♦ Tersedianya kesempatan yang baik bagi pimpinan organisasi untuk mengembangkan bakat-bakat pemimpin. b. Bentuk Lini dan Staf Di dalam organisasi-organisasi kecil, semua karyawan supervisor adalah merupakan orang-orang lini (line personnel). Tetapi ketika organisasi melai membesar, maka semakin terasa pentingnya penyediaan tenaga spesialis mampu memberikan nasihat-nasihat teknis dan memberikan jasa-jasa kepada unit-unit operasional lainnya. Orang-orang inilah yang biasanya disebut “staf personnel” (orang-orang staf yang melaksanakan fungsi-fungsi staf). Dan orang-orang staf ini dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu : (1) para penasihat dan (2) “auxilliary personnel”, bertugas melakukan kegiatan-kegiatan penunjang demi lancarnya meknisme organisasi. Ciri-ciri Pokok : ♦ Organisasinya besar dan kompleks. ♦ Jumlah karyawannya banyak. ♦ Terdapat dua kelompok karyawan (lini dan staf) sebagaimana dijelaskan di atas.
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 70
♦
♦
Karena organisasi sudah semakin besar / kompleks, maka hubungan langsung di sini sudah tidak mungkin lagi terjadi antar anggota maupun antara pemimpin dan bawahan. Nampak adanya spesialisasi yang dikembangkangkan dan dipergunakan secara optimal.
Kebaikan-kebaikannya : ♦ Adanya pembagian tugas yang jelas antara kelompok lini yang melaksanakan tugas pokok organisasi, dan kelompok staf yang melaksanakan kegiatan penunjang. ♦ Asas spesialisasi dapat dijalankan, menurut bakat bawahan yang berbeda-beda. ♦ Prinsip “the right man in the right place” dapat diterapkan dengan mudah. ♦ Koordinasi mudah dijalankan dalam setiap unit kegiatan. ♦ Tipe organisasi demikian dapat dipergunakan oleh organisasi-organisasi yang lebih besar / kompleks. Keburukannya : Pemimpin lini sering mengabaikan advis staf. ♦ Pimpinan staf sering mengabaikan gagasan-gagasan. ♦ Ada kemungkinan pimpinan staf melampaui kewenangan stafnya. ♦ Perintah-perintah lini, nasihat-nasihat dan perintah-perintah staf sering agak membingungkan anggota. Hal ini dapat terjadi, karena kedua jenis hirarki ini tidak selalu seirama dalam memandang sesuatu. Meskipun terdapat kelemahan-kelemahan organisasi tipe lini dan staf ini, namun untuk organisasi yang semakin kompleks seperti dewasa ini lebih cenderung menggunakan bentuk lini dan staf. ♦
c. Bentuk Fungsional Organisasi Fungsional adalah suatu organisasi dimana kekuasaan dari pimpinan dilimpahkan kepada para pejabat yang memimpin satuan-satuan dibawahnya dalam suatu bidang pekerjaan tertentu. Tiap-tiap kepala dari satuan ini mempunyai kekuasaan untuk memerintah semua pejabat bawahan sepanjang mengenai bidangnya (The Liang Gie, dkk., 1981, hal. 136). Ciri lain dari organisasi demikian adalah bahwa didalam organisasi tidak terlalu menekankan pada hirarki struktural, akan lebih banyak didasarkan pada sifat dan macam fungsi yang harus dijalankan. Sebenarnya bentuk ini tidak populer, dan kebanyakan hanya dipergunakan dalam lingkungan usaha swasta seperti toko serba ada, dan yang sejenisnya. Kebaikan-kebaikannya : Ada pembagian yang tegas antara kerja pikir dan fisik. ♦ Dapat dicapai spesialisasi yang baik. ♦ Solidaritas antara orang-orang yang menjalankan fungsi yang sama pada umumnya tinggi. ♦ Moral serta disiplin kerja tinggi. ♦ Koordinasi antara orang-orang yang ada dalam satu fungsi mudah dijalankan. ♦
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 71
Kelemahannya : ♦ Sulit mengadakan pertukaran tugas, karena terlalu menspesialisasikan diri dalam satu bidang saja. ♦ Koordinasi yang bersifat menyeluruh sukar diadakan, karena orang-orang yang bergerak dalam satu bidang mementingkan fungsi saja. ♦ Inisiatif perorangan mudah tertekan, karena sudah dibatasi pada suatu fungsi. c. Organisasi Tipe Panitia Bentuk organisasi ini adalah suatu tipe di mana pimpinan dan para pelaksana dibentuk dalam kelompok-kelompok yang bersifat panitia. Maksudnya, pada tingkat pimpinan, keseluruhan unsur pimpinan menjadi panitia dan para pelaksana dibagi ke dalam kelompok-kelompok yang disebut “task force” atau satuan tugas. Ciri-cirinya : ♦ Struktur organisasinya tidak begitu kompleks. Biasanya hanya terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, ketua seksi dan para petugas. ♦ Struktur organisasinya secaa relatif tidak permanen. Organisasi tipe panitia hanya dipakai sewaktu-waktu ada kegiatan khusus (proyek-proyek tertentu), dan setelah kegiatan-kegiatan itu selesai dikerjakan, maka panitia dibubarkan. ♦ Tugas kepemimpinan dilaksanakan secara kolektif. ♦ Semua anggota pimpinan mempunyai hak, wewenang dan tanggungjawab yang sama. ♦ Para pelaksana dikelompokkan menurut tugas-tugas tertentu dalam bentuk satuan tugas (task force). Keuntungan Tipe Panitia : ♦ Keputusan yang diambil selalu berhasil dengan baik dan tepat, karena sudah dibicarakan secara kolektif. ♦ Kemungkinan penggunaan kekuasaan secara berlebihan dari pimpinan kecil sekali. ♦ Usaha kerjasama bawahan mudah digalang. Kelemahannya : ♦ Proses pengambilan keputusan agak lambat karena segala sesuatunya harus dibicarakan lebih dulu dengan para anggota organisasi. ♦ Apabila ada kemacetan kerja, tak seorang pun yang mau diminta pertanggungjawabannya melebihi dari yang lain. ♦ Para pelaksana sering bingung karena perintah tidak datang dari satu orang pimpinan saja. ♦ Kreativitas nampaknya sukar dikembangka, karena pelaksanaan didasarkan pada kolektifitas. HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN, MANAJEMEN DAN ORGANISASI Organisasi merupakan kumpulan dari orang-orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan, yang mana untuk mencapai tujuan tersebut memerlukan manajemen untuk mengatur orang-orang tersebut, yang mana manajemen tidak akan berhasil apabila tidak ada pemimpin di dalamnya dan seorang pemimpin pun harus memiliki ilmu kepemimpinan, jadi antara Kepemimpinan, manajemen dan organisasi merupakan suatu sistem yang tidak dapat berdiri sendiri dan tidak dapat terpisahkan. BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 72
3.2 Materi Penunjang Seperti yang sudah dijelaskan terdahulu, materi penunjang adalah materi yang telah menjadi kemestian untuk ada dalam training (misal materi perkenalan dan orientasi latihan, dan materi evaluasi dan rencana tindak lanjut), atau materi yang merupakan prasyarat tercapainya pemahaman materi pokok (misal materi pengantar ideologi, dan materi pengantar filsafat ilmu, sebagai prasyarat optimalisasi pemahaman materi Nilai Dasar Perjuangan, atau materi teknik dan etika diskusi, sebagai prasyarat berjalannya diskusi yang baik dalam pertrainingan), atau materi yang memiliki hubungan/penurunan dari materi pokok dan memiliki keterkaitan dengan tujuan perkaderan yang menjadi karakter lokal. Dalam panduan ini hanya akan disampaikan materi tambahan yang sifatnya kemestian saja. 3.2.1 Materi Perkenalan dan Orientasi Latihan A. Silabus JENJANG: LATIHAN KADER I
PERKENALAN DAN ORIENTASI LATIHAN
ALOKASI WAKTU: 2 JAM
Tujuan Pembelajaran Umum Peserta dapat memahami maksud dan tujuan Latihan Kader I, serta dapat membangun suasana training yang kondusif. Tujuan Pembelajaran Khusus 1. Peserta mampu menjelaskan maksud dan tujuan serta sistem pengelolaan Latihan Kader I 2. Peserta kenal dengan sesama peserta dan pengelola 3. Peserta dapat menjalankan aturan training dengan kesadaran
B. Uraian Kegiatan Perkenalan ini memiliki peran yang penting dalam mencapai keberhasilan training, karena pada tahap awal inilah terbangun suasana training, serta terbangun pemahaman peserta akan hakekat training sesungguhnya. Pemberian sesi ini dilakukan pertama kali setelah seremoni pembukaan berakhir. Sesi ini harus kondusif, dalam artian tidak terganggu oleh proses silaturahmi kader-kader HMI lain (yang tidak terlibat langsung dalam training, atau tidak bertugas di forum) yang hadir dalam acara pembukaan, sebaiknya silaturahmi dilakukan tidak berdekatan dengan forum. Forum pertama ini dipimpin langsung oleh koordinator pemandu/master of training. Awal sesi dibuka dengan perkenalan tim pemandu, dan dilanjutkan dengan perkenalan peserta, diharapkan dengan perkenalan ini suasana cair dalam training mulai terbentuk. Selanjutnya pemandu menjelaskan maksud, tujuan, dan teknis pengelolaan training kepada peserta, sehingga peserta bisa paham apa yang menjadi BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 73
kemestian yang berlaku bagi mereka. Kemudian peserta menyampaikan harapan atau tujuan individu dalam mengikuti training, serta hal-hal yang tidak mereka inginkan (ketakutan) terjadi dalam training. Pemandu mengolah harapan dan “ketakutan” peserta menjadi suatu aturan main yang mengikat dalam pelaksanaan training. Namun bisa pula aturan itu telah diatur sebelumnya dan dirasionalisikan sesuai dengan harapan dan “ketakutan” peserta. Dengan demikian diharapkan peserta secara sadar akan mematuhi aturan main yang dibuat karena berangkat dari harapan dan “ketakutan” peserta. 3.2.2 Materi Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut A. Silabus JENJANG: LATIHAN KADER I
EVALUASI DAN RENCANA TINDAK LANJUT
ALOKASI WAKTU: 2 JAM
Tujuan Pembelajaran Umum Peserta dapat memahami esensi Latihan Kader I, serta dapat merencanakan langkah yang dilakukan pasca training sesuai dengan tujuan training. Tujuan Pembelajaran Khusus 1. Peserta mampu menjelaskan rangkaian materi Latihan Kader I secara komprehensif 2. Peserta dapat merencanakan follow up training B. Uraian Kegiatan Sesi ini dilakukan dan dipimpin oleh peserta terhadap mempertajam dan utuh menyeluruh.
setelah semua materi training disampaikan kepada peserta, koordinator pemandu. Pemandu mengevaluasi pemahaman materi-materi yang telah disampaikan, kemudian pemandu merangkai materi-materi tersebut sebagai satu kesatuan yang
Selanjutnya pemandu “mengarahkan” peserta untuk membuat rencana aktivitas pasca Latihan Kader I, sesuai dengan hasil evaluasi terhadap materi-materi yang telah diberikan, dan pesan-pesan yang telah disampaikan dalam training secara keseluruhan.
3.2.3 Materi Tambahan Lain Materi tambahan lain yang merupakan materi penunjang materi pokok disesuaikan dengan kebutuhan, maksudnya apabila SC berpendapat bahwa bahan baku (peserta) telah menguasai atau telah mendapat materi tersebut maka materi penunjang tidak perlu disampaikan. Misal, dalam maperca mereka telah mendapatkan materi Etika dan Teknik Diskusi, atau dalam kampus mereka telah mendapatkan Pengantar Filsafat Ilmu dan atau yang sejenis, atau telah memahami ideologi secara umum, maka materi-materi tersebut tidak perlu diberikan. Jika cabang atau komisariat secara lokal ingin menambahkan materi tertentu dalam Latihan Kader I, maka yang jadi pertimbangan utama dalam pemberian BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 74
materi tersebut adalah materi tersebut harus menunjang atau berkaitan dengan materi pokok. Dalam rangka standarisasi materi, maka dalam hal adanya penambahan materi, cabang atau komisariat harus menyampaikan silabus dan materi terurai dari materi tersebut kepada Badan Koordinasi Nasional Lembaga Pengelola Latihan untuk dilakukan verifikasi kelayakan materi. Sebelum materi yang bersangkutan lulus verifikasi maka materi tersebut belum boleh diberikan dalam Latihan Kader I HMI. Bagi materi yang telah diverifikasi oleh Bakornas LPL, maka materi tersebut dapat diberikan dalam LK I – LK I berikutnya tanpa harus diverifikasi lagi. Penempatan materi tambahan dalam Latihan Kader I harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kesesuaian dengan materi pokok. Pada dasarnya penambahan materi dilarang.
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
EVALUASI TRAINING Hal-hal yang dievaluasi dalam pelaksanaan Latihan Kader I HMI meliputi evaluasi terhadap peserta, pemandu, pemateri/instruktur dan manajemen training, serta kesesuaian pelaksanaan dengan rencana training. Evaluasi selain terhadap peserta dilakukan oleh Tim Evaluasi dan Monitoring yang ditugaskan oleh Lembaga Pengelola Latihan. Aspek yang dievaluasi terhadap pemandu meliputi : 1) Kemampuan memimpin training 2) Kemampuan mengendalikan forum 3) Kemampuan mengkoordinasi antar elemen yang terlibat dalam training 4) Kemampuan membangun suasana training 5) Kemampuan melakukan kontrol terhadap pelaksanaan training 6) Pencapaian tujuan Latihan Kader I
Aspek yang dievaluasi terhadap pemateri/instruktur : 1) Kemampuan menyampaikan materi 2) Penguasaan materi 3) Kesesuaian materi yang disampaikan dengan silabus atau materi terurai 4) Penguasaan forum 5) Pencapaian target penyampaian materi Aspek yang dievaluasi dalam manajemen training adalah : 1) Kesesuaian dengan tujuan Latihan Kader I 2) Kesesuaian dengan kurikulum training 3) Suasana training 4) Hubungan antar elemen dalam training 5) Kesesuaian dengan rencana Evaluasi terhadap pelaksanaan training adalah akumulasi dari evaluasievaluasi terhadap masing-masing aspek dalam evaluasi training. Evaluasi yang dilakukan oleh Tim Evaluasi dan Monitoring dilakukan secara kualitatif. Evaluasi terhadap peserta dilakukan oleh pemandu dengan standar kuantitatif yang dijadikan dasar untuk menentukan kelulusan peserta. Aspek-aspek yang dinilai adalah aspek kognitif (30%), aspek afektif (50%), dan aspek psikomotorik (20%). Selain aspek kognitif, penilaian dilakukan secara kualitatif, karena hanya aspek kognitif yang bisa langsung dinilai secara kuantitatif. Untuk itu dalam penilaian aspek afektif dan aspek psikomotorik perlu pengubahan dari nilai kualitatif menjadi nilai yang kuantitatif. Secara khusus tata cara penilaian terhadap peserta akan dijelaskan dalam lampiran. BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 76
Evaluasi yang diberikan meliputi tes subyektif/obyektif, penugasan, dan studi kasus, yang harus mampu mengcover keseluruhan materi yang diberikan dalam Latihan Kader I. Sebaiknya soal-soal yang diberikan merupakan penurunan atau pengembangan dari TPK tiap materi. Evaluasi yang dilakukan terhadap peserta dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu pre test, yang dilakukan di awal training, middle test, yang dilakukan setiap hari atau pasca pemberian materi, dan post test, yang dilakukan di akhir training. Dengan tiga tahapan tersebut dapat dilihat perkembangan peserta. Kelulusan peserta diberikan kepada peserta yang mencapai akumulasi nilai minimal 60 (enam puluh), untuk tiga aspek penilaian yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
PENUTUP Demikian penjabaran teknis tentang pelaksanaan Latihan Kader I, dengan adanya panduan ini diharapkan dapat tereliminasinya keberagaman yang tanpa batas, karena keberagaman yang tidak didasarkan pada keseragaman nilai akan mengakibatkan kacaunya sistem perkaderan. Namun demikian, tidak ada gading yang tak retak, maka sudah barang tentu panduan ini pun memiliki banyak kekurangan yang perlu diperbaiki sehingga menjadikan panduan ini lebih aplikatif dan mudah untuk dipahami. Secara umum perkaderan yang baik adalah perkaderan yang terbuka dan fleksibel dengan perkembangan jaman, demikian pula dengan panduan ini, akan sangat terbuka bagi masukan saran dan kritikan untuk memperbaiki sistem perkaderan yang berlaku di HMI. Saran dan kritik akan terus memotivasi untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik sehingga HMI dapat terus eksis dengan tetap menunjukan karakternya. Tidak ada kata final untuk menuju perbaikan. Terima kasih pada seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan panduan ini khususnya para kontributor tulisan dalam panduan ini. Semoga panduan ini bermanfaat bagi kita semua, dan Allah ridho pada langkah-langkah yang kita ambil. Yakin Usaha Sampai Billahittaufiq Walhidayah
Jakarta, Medio Agustus 2004 TIM PENYUSUN
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
LAMPIRAN
Panduan Latihan Kader I - 79
Lampiran 1. Kontributor Materi Terurai dalam Panduan Latihan Kader I 1) Nurul Huda Eko Cahyadi, dkk Kader HMI Cabang Bandar Lampung Materi Sejarah Perjuangan HMI 2) Supriadi, S.Ag. Alumni HMI Cabang Padang Materi Konstitusi HMI dan Sejarah Perumusan NDP 3) Raisika, dkk Kader HMI Cabang Bandar Lampung Materi Mission HMI 4) Marlenny, dkk Kader HMI Cabang Samarinda Materi Kepemimpinan dan Manajemen Organisasi
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 80
Lampiran 2. Tim Penyusun Panduan Latihan Kader I Badan Koordinasi Nasional Lembaga Pengelola Latihan
Penanggung Jawab : Muhammad Anwar (Ketua bidang Pembinaan Anggota PB HMI) Encep Hanif Ahmad (Ketua Umum Bakornas LPL HMI)
Koordinator
: Nurdin
Anggota
: Ahmad Taufiq Hidayat Zenzen Zainal Muttaqin M. Zainul Fuad Rangga Wisnu Khoiril Anwar Faisal Ali Ilham Jufri Hasbullah Khatib Dilla Novita Mamat Rasyid Siti Kulsum
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 81
Lampiran 3.
Tata Cara Penilaian Peserta Latihan Kader I Aspek-aspek yang dinilai Selama berlangsungnya LK I, aspek-aspek yang dinilai dibagi menjadi dua bagian, yaitu : 1) Kuantitatif Bentuk penilaian yang diberikan oleh pemandu terhadap peserta LK I dalam bentuk angka-angka. Penilaian ini didapat dari hasil test (menjawab soal), penugasan, dan lain sebagainya. 2) Kualitatif Bentuk penilaian pemandu terhadap peserta yang diwujudkan dalam komentar atau rekomendasi atau gambaran dekriptif terhadap peserta yang sifatnya kualitatif, misal baik, buruk, dan lain sebagainya. Ranah dan Persentase Nilai Sesuai dengan pedoman perkaderan HMI, ranah yang dinilai meliputi : 1) Ranah afektif (sikap) dengan bobot sebesar 50%, dengan acuan pada sikap peserta terhadap aturan main yang berlaku, misal taat atau melanggar atau terhadap pesan dari sebuah materi berdampak atau tidak terhadap sikap, dapat diuji dengan pertanyaan yang subyektif. 2) Ranah kognitif (pengetahuan) dengan bobot sebesar 30%, dengan melihat hasil test terhadap peserta melalui pertanyaan yang sifatnya obyektif 3) Ranah psikomotorik (tindak) dengan bobot 20% dengan acuan pada prilaku peserta, misal apakah dia mau membantu orang lain atau tidak dan lain sebagainya. Teknik Penilaian Untuk menilai peserta LK I sehingga dapat ditentukan kelulusannya adalah berdasarkan akumulasi nilai dari semua ranah. Semua penilaian menggunakan penilaian kuantitatif. Standar nilai menggunakan angka 0 – 100. Penilaian Afektif Penilaian afektif harus dikonversi dari nilai yang sifatnya kualitatif menjadi kuantitatif dengan cara memberikan nilai 100 kepada semua peserta di awal training. Penilaian tidak mungkin bertambah tetapi akan berkurang jika terjadi pelanggaran interval 5, bobotnya tergantung besarnya kesalahan yang dilakukan, misal terlambat akan berbeda bobotnya dengan tidak hadir dalam satu session. Penilaian Kognitif Penilaian kognitif dilakukan dengan mengakumulasikan jumlah nilai-nilai test dan tugas yang sifatnya obyektif, dan diambil nilai rata-ratanya. Penilaian Psikomotorik Hampir sama dengan afektif, maka nilai psikomotorik harus dikonversi menjadi kuantitatif, caranya adalah memberikan nilai 50 kepada semua peserta di awal training, dan mengalami penambahan dengan interval 5, jika peserta melakukan hal-hal baik secara sadar.
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 82
Penilaian Akhir Nilai akhir adalah nilai akumulasi seluruh ranah. menggunakan rumus :
Untuk penilaian akhir ini
NA = ((N afektif x 50%) + (N rata-rata kognitif x 30%) + (N psikomotorik x 20%))
Contoh : Misalkan si Ontohod mendapatkan nilai rata-rata test dan tugas sebesar 75, dan beberapa kali melakukan kesalahan sehingga mendapat pinalti sebesar 30, namun ia juga banyak membantu orang lain dan banyak berbuat baik sehingga dia diberi tambahan nilai untuk perbuatan sebanyak 35. Akumulasi nilai untuk Ontohod adalah : Nilai afektif = (100 – 30) = 70 Nilai rata-rata kognitif = 75 Nilai psikomotorik = (50 + 35) = 85 Maka nilai akhirnya adalah : NA NA NA
= (70 x 50%) + (75 x 30%) + (85 x 20%) = 35 + 22,5 + 17 = 74,5
Peserta dapat dinyatakan lulus apabila memiliki NA ≥ 60
Sumber : Supriadi, S.Ag.
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
CONTOH MODUL LATIHAN KADER I
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
BAKORNAS LPL PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM 2003 – 2005
Panduan Latihan Kader I - 84
PENGANTAR Modul merupakan panduan yang sangat teknis dalam pelaksanaan training, modul ini ditujukan untuk pegangan bagi para pemandu, dan instruktur. Dalam modul ini akan diurai tentang rencana pemberian materi dalam suatu training. Modul ini dikhususkan bagi Latihan Kader I. Ini merupakan contoh saja, dan sangat dimungkinkan bagi pengelola training untuk mengembangkan modul ini atau bahkan tidak memakainya sama sekali. Pada dasarnya modul yang baik adalah kertas kosong, maksudnya modul harus selalu berkembang dari training ke training, dan diisi dengan berbagai pengalaman dalam mengelola training dan evaluasi terhadapnya, sehingga modul tidak baku, tetapi selalu mengalami perbaikan. Dalam modul ini akan disampaikan session design pemberian materi-materi LK I dilengkapi dengan alat dan bahan yang diperlukan dalam pemberian materi tersebut. Istilah session design ini mungkin di tempat tertentu berbeda istilahnya, misalkan ada yang mengistilahkan teaching plan, tapi itu tidak jadi masalah, yang jelas isinya adalah rencana penyampaian materi secara teknis. Jadi modul ini berkaitan erat dengan metode penyampaian suatu materi pada peserta. Content materi mengacu pada silabus dan materi terurai dalam panduan Latihan Kader I yang telah ditetapkan. Sekali lagi, ini hanya merupakan contoh, dengan demikian para pengelola training diharapkan mampu membuat modul masing-masing yang sesuai dengan kearifan lokal, sehingga tujuan Latihan Kader I dapat maksimal.
SESSION DESIGN 1) Materi Perkenalan dan Orientasi Latihan Tujuan : Peserta dapat memahami maksud dan tujuan Latihan Kader I, serta dapat membangun suasana training yang kondusif. Target : 1. Peserta mampu menjelaskan maksud dan tujuan serta sistem pengelolaan Latihan Kader I 2. Peserta kenal dengan sesama peserta dan pengelola 3. Peserta dapat menjalankan aturan training dengan kesadaran Indikator Keberhasilan : 1. Peserta dapat menyebutkan tujuan Latihan Kader I 2. Peserta hafal seluruh nama pemandu dan peserta lain 3. Peserta dapat membuat aturan main training
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 85
Alat dan bahan : 1. Overhead Projector (OHP) 2. Spidol (permanen) 3. Kertas Plano 4. Karton berwarna yang dibentuk tertentu 5. Selotip dan double tip 6. Plastik Transparan 7. Name Tag Peserta Uraian kegiatan : No. Kegiatan Metode 1. Fasilitator berkenalan dengan Round Robin peserta, dan memperkenalkan tim pemandu 2. Fasilitator memfasilitasi perkenalan antar peserta 3. Fasilitator menerangkan Presentasi maksud dan tujuan training, dan sistem training yang dilakukan 4. Fasilitator memfasilitasi penyusunan harapan dan “ketakutan” peserta 5. Fasilitator membahas harapan Brainstorming dan “ketakutan” peserta, dan mengolah menjadi aturan main 6. Fasilitator menutup sesi TOTAL WAKTU
Media Game Rantai Nama
Waktu 10’
Game Mana Jodohku ? Panduan Latihan Kader
35’
Game Yuk !
Metis
15’
Harapan dan “ketakutan” peserta -
40’
15’
5’ 120’
2) Materi Sejarah Perjuangan HMI Tujuan : Peserta dapat memahami sejarah dan dinamika perjuangan HMI Tujuan Pembelajaran Khusus: 1 . Peserta dapat menjelaskan latar belakang berdirinya HMI. 2. Peserta dapat menjelaskan gagasan dan visi pendiri HMI. 3. Peserta dapat mengklafisikasikan fase-fase perjuangan HMI. Indikator Keberhasilan : 1. Peserta dapat mendefinisikan ilmu sejarah dan manfaatnya 2. Peserta dapat menyebutkan kondisi yang menjadi latar belakang berdirinya HMI 3. Peserta dapat menyebutkan komitmen HMI 4. Peserta dapat menyebutkan peran HMI setiap fase Alat dan bahan : 1. Overhead Projector (OHP) 2. Spidol (permanen) BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 86
3. Kertas Plano 4. Selotip dan double tip 5. Plastik Transparan Uraian kegiatan : No. Kegiatan 1. Pemandu memperkenalkan fasilitator, selanjutnya forum diserahkan kepada fasilitator 2. Fasilitator berkenalan dengan peserta 3. Fasilitator menggali pemahaman peserta mengenai pengertian, manfaat, dan kegunaan ilmu sejarah 4. Fasilitator menggali pemahaman peserta mengenai masyarakat Arab pra Islam dan periode kenabian Muhammad 5. Fasilitator menggali pemahaman peserta mengenai kondisi Islam dunia dan Indonesia 6. Fasilitator menggali pemahaman peserta mengenai perguruan tinggi dan mahasiswa Islam, sekitar HMI berdiri 7. Fasilitator menggali pemahaman peserta mengenai sosok Lafran Pane 8. Fasilitator menggali pemahaman peserta mengenai gagasan pembaharuan pemikiran Islam dan visi perjuangan HMI 9. Fasilitator menggali pemahaman peserta mengenai komitmen keislaman dan kebangsaan HMI 10. Fasilitator menggali pemahaman peserta mengenai fase-fase perjuangan HMI 11. Fasilitator memfasilitasi perumusan kesimpulan materi
Metode -
Media -
Round Robin
-
5’
Brainstorming dan Presentasi
Materi terurai
35’
Brainstorming dan Presentasi
Materi terurai
45’
Brainstorming dan Presentasi
Materi terurai
50’
Brainstorming
Ceramah
(10’) 35’
Presentasi dan Barinstorming Disko
Ceramah
45’
Materi terurai
(15’) 30’
Disko
Ceramah
(15’) 40’
Disko
Materi terurai
(30’) 60’
Round Robin
-
Waktu 5’
20’
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 87
No. Kegiatan Metode 12. Fasilitator menutup sesi, dan mengembalikan pada pemandu 13. Pemandu melakukan Round Robin penajaman pemahaman peserta 14. Pemandu menutup sesi TOTAL WAKTU
Media -
Waktu 5’
-
30’
-
5’ 480’
3) Materi Konstitusi HMI Tujuan : Peserta dapat Memahami ruang lingkup konstitusi Target : 1. Peserta dapat menjelaskan ruang lingkup konstitusi HMI dan hubungannya dengan pedoman pokok organisasi lainnya. 2. Peserta dapat mempedomani konstitusi HMI dan pedoman-pedoman pokok organisasi dalam kehidupan berorganisasi. Indikator Keberhasilan : 1. Peserta dapat mendefinisikan konstitusi dan menyebutkan kedudukan konstitusi 2. Peserta dapat menyebutkan pedoman-pedoman yang ada di HMI 3. Peserta dapat menyebutkan hak dan kewajibannya sebagai anggota HMI 4. Peserta dapat menggambarkan struktur organisasi HMI 5. Peserta mematuhi tata tertib LK I 6. Peserta disiplin
Alat dan bahan : 1. Overhead Projector (OHP) 2. Spidol (permanen) 3. Kertas Plano 4. Selotip dan double tip 5. Plastik Transparan Uraian kegiatan : No. Kegiatan Metode 1. Pemandu memperkenalkan fasilitator, selanjutnya forum diserahkan kepada fasilitator 2. Fasilitator berkenalan dengan Round Robin peserta 3. Fasilitator memancing harapan Round Robin peserta terhadap materi dan mengaitkan dengan target materi
Media -
Waktu 5’
-
5’
-
15’
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 88
No. Kegiatan 4. Fasilitator menggali pemahaman peserta mengenai ilmu hukum 5. Fasilitator memfasilitasi pemahaman peserta tentang mukadimah AD HMI dan makana HMI sebagai organisasi bersaskan Islam 6. Fasilitator menggali pemahaman peserta tentang AD/ART HMI (masalah keanggotaan dan struktur organisasi) 7. Fasilitator menggali pemahaman peserta mengenai sistem perkaderan HMI 8. Fasilitator menggali pemahaman peserta mengenai KOHATI dan Gerakan Perempuan 9.
10.
11. 12.
13.
14.
Metode Brainstorming
Disko
Disko, kasus
Media Game Tulis Binatang apa ya ? Mukadimah AD HMI dan memori penjelasan asas studi Bahan bacaan
Brainstorming
Ceramah dan Pedoman Perkaderan HMI Ceramah dan Pedoman Tanya jawab Dasar KOHATI dan Progja KOHATI Fasilitator menggali Ceramah dan Pedoman dan pemahaman peserta tentang Tanya jawab Progja lembaga kekaryaan Lembaga Kekaryaan Fasilitator menyampaikan Presentasi Pedoman materi tentang atribut atribut HMI organisasi Fasilitator menyosialisasikan Presentasi GPPO dan GPPO dan PKN PKN Fasilitator menutup sesi, dan mengembalikan pada pemandu Pemandu melakukan Brainstorming penajaman pemahaman peserta dan merangkai hubungan antara konstitusi dan pedoman lain Pemandu menutup sesi TOTAL WAKTU
Waktu 30’
90’
90’
60’
120’
90’
10’
15’ 5’
60’
5’ 600’
4) Materi Nilai Dasar Perjuangan Tujuan : Peserta dapat memahami latar belakang perumusan dan kedudukan NDP serta subtansi materi secara garis besar dalam organisasi.
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 89
Target : 1. Peserta dapat menjelaskan sejarah perumusan NDP dan kedudukannya dalam organisasi 2. Peserta dapat menjelaskan hakikat sebuah kehidupan 3. Peserta dapat menjelaskan hakikat kebenaran 4. Peserta dapat menjelaskan hakikat penciptaan alam semesta 5. Peserta dapat menjelaskan hakikat penciptaan manusia 6. Peserta dapat menjelaskan hakikat masyarakat 7. Peserta dapat menjelaskan hubungan antara iman, ilmu dan amal Indikator Keberhasilan : 1. Peserta mampu bercerita tentang perumusan NDP 2. Peserta mampu menggambarkan kedudukan NDP dalam organisasi 3. Peserta bisa menyebutkan esensi syahadat 4. Peserta bisa menyebutkan ayat-ayat yang berhubungan dengan penciptaan manusia dan alam semesta 5. Peserta bisa menghormati, dan membantu orang lain 6. Peserta bisa memecahkan teka-teki studi kasus Alat dan bahan : 1. Overhead Projector (OHP) 2. Spidol (permanen) 3. Kertas Plano 4. Selotip dan double tip 5. Plastik Transparan 6. Televisi 7. VCD 8. CD Harun Yahya Uraian kegiatan : No. Kegiatan 1. Pemandu memperkenalkan fasilitator, selanjutnya forum diserahkan kepada fasilitator 2. Fasilitator berkenalan dengan peserta 3. Fasilitator menceritakan sejarah NDP dan pengalamannya dalam melihat NDP, serta kedudukan NDP dalam organisasi 4. Fasilitator menggali pemahaman peserta mengenai hakekat hidup 5. Fasilitator menggali pemahaman peserta mengenai hakikat kebenaran
Metode -
Media -
Waktu 5’
Round Robin
-
5’
Presentasi dan Tanya jawab
-
40’
Brainstorming
Film Harun Yahya
120’
Disko, dan Bahan brainstorming bacaan Manusia, Tuhan, Agama, dan Kepercayaan
180’
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 90
No. Kegiatan Metode 6. Fasilitator menggali Brainstorming pemahaman peserta tentang hakikat penciptaan alam semesta
7. Fasilitator menggali pemahaman peserta mengenai hakikat penciptaan manusia
8. Fasilitator menggali pemahaman peserta mengenai hakikat masyarakat
Media Ayat-ayat yang berhubungan dengan alam semesta dan Teori Sains yang berhubungan Disko dan Bahan brainstorming bacaan Ada apa dengan manusia, dan Maha adil atau maha kuasa Disko dan Game Brainstorming Gambar binatang dan Sosiodrama Raja yang adil dan bijaksini Brainstorming Game Tekateki
9. Fasilitator menggali pemahaman peserta tentang hakikat ilmu 10. Fasilitator menutup sesi, dan mengembalikan pada pemandu 11. Pemandu melakukan Brainstorming penajaman pemahaman peserta dan merangkai hubungan antara iman, ilmu, dan amal 12. Pemandu menutup sesi TOTAL WAKTU
Waktu 60’
150’
150’
60’
-
5’
-
60’
-
5’ 840’
5) Materi Mission HMI Tujuan : Peserta dapat memahami missi HMI dan hubungannya dengan status, sifat, asas, tujuan, fungsi dan peran organisasi HMI secara intergral. Target : 1. Peserta dapat menjelaskan fungsi dan peranannya sebagai mahasiswa 2. Peserta dapat menjelaskan tafsir tujuan HMI 3. Peserta dapat menjelaskan hakikat fungsi dan peran HMI 4. Peserta dapat menjelaskan hubungan Status, Sifat, Asas, Tujuan, Fungsi dan Peran HMI secara integral
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 91
Indikator Keberhasilan : 1. Peserta bisa mendefinisikan arti mahasiswa secara umum 2. Peserta hafal tujuan HMI 3. Peserta hafal 9 pasal pertama AD HMI Alat dan bahan : 1. Overhead Projector (OHP) 2. Spidol (permanen) 3. Kertas Plano 4. Selotip dan double tip 5. Plastik Transparan Uraian kegiatan : No. Kegiatan Metode 1. Pemandu memperkenalkan fasilitator, selanjutnya forum diserahkan kepada fasilitator 2. Fasilitator berkenalan dengan Round Robin peserta 3. Fasilitator menggali Brainstorming pemahaman peserta mengenai dunia kemahasiswaan 4. Fasilitator menggali Brainstorming pemahaman peserta mengenai makna keberadaan HMI
5. Fasilitator menggali Disko pemahaman peserta mengenai tujuan HMI 6. Fasilitator menggali Brainstorming pemahaman peserta tentang fungsi dan peran HMI 7. Fasilitator menutup sesi, dan mengembalikan pada pemandu 8. Pemandu melakukan Brainstorming penajaman pemahaman peserta dan merangkai hubungan antara status, sifat, asas. Tujuan, fungsi, dan peran HMI 9. Pemandu menutup sesi TOTAL WAKTU
Media -
Waktu 5’
-
5’
Kliping Koran tentang Gerakan Mahasiswa 98 – kini Tafsir independensi HMI dan pasal 3 AD HMI, serta memori penjelasan asas Tafsir tujuan HMI
60’
120’
160’
Pasal 8 dan 9 AD HMI
60’
-
5’
-
60’
-
5’ 480’
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 92
6) Materi Kepemimpinan dan Manajemen Organisasi Tujuan : Peserta dapat memahami pengertian, kepemimpinan, manajemen dan organisasi.
dasar-dasar,
sifat
dan
fungsi
Target : 1. Peserta mampu menjelaskan pengertian, dasar-dasar sifat serta fungsi kepemimpinan 2. Peserta mampu menjelaskan pentingnya fungsi kepemimpinan dan manajemen dalam organisasi 3. Peserta dapat menjelaskan dan mengapresiasikan kharakteristik kepemimpinan dalam Islam Indikator Keberhasilan : 1. Peserta bisa mendefinisikan arti kepemimpinan, manejemen, dan organisasi 2. Peserta bisa menyebutkan karakter kepemimpinan Islam Alat dan bahan : 1. Overhead Projector (OHP) 2. Spidol (permanen) 3. Kertas Plano 4. Selotip dan double tip 5. Plastik Transparan 6. Karton Uraian kegiatan : No. Kegiatan Metode 1. Pemandu memperkenalkan fasilitator, selanjutnya forum diserahkan kepada fasilitator 2. Fasilitator berkenalan dengan Round Robin peserta 3. Fasilitator menggali Brainstorming pemahaman peserta mengenai kepemimpinan 4. Fasilitator menggali Brainstorming pemahaman peserta mengenai manajemen 5. Fasilitator menggali Disko pemahaman peserta mengenai organisasi 6. Fasilitator menggali Brainstorming pemahaman peserta tentang kepemimpinan dalam Islam
Media -
Waktu 5’
-
5’
Bahan bacaan Kongres Organ Tubuh -
60’
Game Menyeberang Sungai Kisah Rasul
60’
40’
60’
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 93
No. Kegiatan Metode 7. Fasilitator menugaskan Disko peserta untuk membuat konsep organisasi non-HMI yang dapat membawa misi HMI, manajemen yang dilakukan, dan kriteria pemimpinnya 8. Fasilitator menutup sesi, dan mengembalikan pada pemandu 9. Pemandu melakukan Brainstorming penajaman pemahaman peserta dan merangkai hubungan antara status, sifat, asas. Tujuan, fungsi, dan peran HMI 10. Pemandu menutup sesi TOTAL WAKTU
Media -
Waktu 180’
-
5’
-
60’
-
5’ 480’
7) Materi Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut Tujuan : Evaluasi komprehensif terhadap peserta. Target : 1. Peserta mampu memahami materi Latihan Kader I 2. Peserta mampu membuat rencana tindak lanjut pasca LK I Indikator Keberhasilan : 1. Peserta dapat menjawab permasalahan yang diajukan pemandu 2. Peserta siap untuk ber-HMI Alat dan bahan : 1. Overhead Projector (OHP) 2. Spidol (permanen) 3. Kertas Plano 4. Karton berwarna yang dibentuk tertentu 5. Selotip dan double tip 6. Plastik Transparan
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 94
Uraian kegiatan : No. Kegiatan Metode 1. Fasilitator menjelaskan Presentasi maksud dan tujuan sesi 2. Fasilitator melakukan Tanya jawab penajaman keseluruhan materi secara kompreshensif 3. Fasilitator memberikan post test 4. Fasilitator memfasilitasi Brainstorming penyusunan rencana tindak lanjut 6. Fasilitator menutup sesi TOTAL WAKTU
Media -
Waktu 15’
-
30’
Soal post test
30’
Game Yuk !
40’
Metis
-
5’ 120’
PENUTUP Sesion Design merupakan langkah-langkah umum yang dilakukan oleh fasilitator dalam mengelola dan menyampaikan materi di forum. Ini dilakukan agar penyampaian materi tetap pada koridor dan target-target yang diharapkan dalam Latihan Kader I. Untuk membangun suasana yang menyenangkan dan tidak menjenuhkan, dalam pelaksanaannya dapat diselingi dengan Ice Breaking atau energizer dan lagulagu yang dapat memacu semangat. Dengan kata lain keberhasilan pengelolaan training sangat tergantung pada pemandu dan fasilitator dalam mengelola training, sehingga kreatifitas yang tinggi mutlak diperlukan dalam pelaksanaan modul ini. Sekali lagi, sekedar mengingatkan, modul yang baik adalah kertas kosong, sehingga pertrainingan tidak pernah statis, tetapi akan terus berkembang secara dinamis menuju perbaikan. Aku dengar; Aku lupa Aku lihat; Aku ingat Aku lakukan; Aku paham Yakin Usaha Sampai Billahittaifiq wal hidayah
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 95
Daftar Istilah Dalam Modul Round Robin Presentasi Brainstorming Disko
Studi kasus Ceramah Tanya jawab Buzz Group
: meminta peserta atau yang akan menyampaikan sesuatu secara bergiliran : memberikan penjelasan atas sesuatu dengan menggunakan media presentasi : urun rembug; memberikan peluang kepada semua peserta untuk memberikan pendapat tanpa diurut/bergiliran : diskusi kelompok; membagi peserta ke dalam beberapa kelompok untuk membahas masalah tertentu, selanjutnya diadakan pembahasan oleh seluruh peserta : memberikan masalah yang diasumsikan terjadi untuk dibahas oleh peserta : penyampaian materi satu arah : melontarkan pertanyaan pada peserta atau memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya : metode pembahasan masalah perkelompok secara interaktif
Dan masih banyak istilah lain yang bisa dipakai, namun ini hanya menjelaskan apa-apa yang diistilahkan dalam modul.
Daftar Media Dalam Modul Game Rantai Nama : Sebuah game untuk perkenalan, caranya yaitu menyebutkan nama dan identitas lain secara bergiliran, namun orang berikutnya sebelum memperkenalkan dirinya terlebih dahulu mengulang nama orang-orang yang telah memperkenalkan terlebih dahulu. Game Mana Jodohku ? : Sebuah game untuk perkenalan, caranya yaitu menaburkan name tag peserta, dan peserta mengambilnya secara acak dalam waktu cepat, kemudian setelah semua peserta mendapatkan name tag, maka mereka harus mencari orang yang namanya tertera dalam name tag yang ia peroleh, dan memberikan pada yang bersangkutan. Selanjutnya mereka menggali informasi identitas dari orang tersebut. Langkah selanjutnya adalah memperkenalkan pada forum dengan cara yang menemukan name tag menyampaikan identitas yang bersangkutan secara oral, namun tanpa ekspresi sedangkan yang bersangkutan melakukan gerakan seakan dia yang berbicara. Game Metis Yuk ! : Nama Metis adalah nama lain dari ngerujak ulek. Permainan ini adalah membagikan karton-karton yang telah dibentuk menjadi buah-buahan dan bahan rujak serta peralatan ngerujak (peralatan rujak : ulekan dan cowet atau cobek, dan tempat buah). Peralatan rujak digambar secara besar dan ditempel di depan, buah-buahan dan bahan dibagikan kepada peserta untuk ditulisi sesuatu. Kemudian buah-buahan ditempelkan pada tempat buah, dan bahan bumbu ditempelkan pada cowet dan ulekan.
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 96
Game Tulis Binatang Apa Ya ? : Permainannya adalah dengan cara menginstruksikan peserta untuk memilih nama binatang tertentu yang sifatnya dirahasiakan dan ditulis dalam kertas kecil dan diberikan pada fasilitator. Syaratnya nama binatang itu jumlah hurufnya ditentukan oleh fasilitator, pemilihan jumlah huruf sesuaikan dengan jumlah peserta, atau bisa-bisanya aja lo lah. Selanjutnya fasilitator memberikan satu kertas yang berisi kotak-kotak kosong sesuai dengan jumlah huruf yang ditentukan, dan masing-masing peserta hanya menuliskan satu huruf nama binatangnya dalam kertas itu sesuai dengan posisinya secara bergiliran. Mirip dengan Game Gambar Binatang Apa ? bedanya peserta disuruh menggambar masing-masing satu garis (kalo di sini satu huruf) Game Menyeberang Sungai : Permainan ini pada dasarnya adalah perlombaan untuk melewati jarak tertentu secara perkelompok dan perorangan dengan menggunakan media tertentu (dalam modul menggunakan karton). Permainannya adalah peserta melewati jarak tertentu itu dengan menginjak karton dan satu karton maksimal boleh diinjak oleh 2 orang. Masing-masing peserta yang berkelompok diberikan satu karton, dan yang perorangan diberikan 2 karton. Dalam permainan ini perorangan dan perkelompok tidak dipisahkan, karena justru yang diinginkan adalah perbandingan antara sendiri dan berkelompok. Semua game dapat diubah sesuai kebutuhan dan dapat dikembangkan ataupun dapat dibuat game lain yang lebih tepat. Pada dasarnya game berfungsi untuk menstimulan pembahasan tertentu, atau dapat digunakan untuk menghilangkan kejenuhan. Bahan Bacaan : Bahan bacaan adalah bahan yang diberikan kepada peserta yang isinya materi atau studi kasus atau hal lain yang dapat didiskusikan berkaitan dengan materi.
CONTOH STUDI KASUS MATERI KONSTITUSI HMI Si Petak mahasiswa yang rajin kuliah sehingga gak sempet mikirin buat berorganisasi intra apalagi ekstra. Tak terasa Petak telah mulai menyusun skripsi, ternyata waktu menyusun skripsi banyak godaannya, abis kalo gak garap skripsi dia hanya bisa ngelamun, beda dengan temannya, Si Epri yang aktivis organisasi, gak hanya intra, ekstra juga dia aktif, jadi otomatis gak ada waktu luang buat ngelamun, cewek aja gak sempet kepikiran kok. Akhirnya Si Petak nanyain ama Epri apa aja sih kok kayaknya gak pernah gak ada aktifitas, kayak asyik banget dech. Epri yang aktifis ini cuap-cuap lah mengenai keuntungan berorganisasi ampe-ampe Petak terbengong-bengong. Rupanya Epri itu aktifis HMI dan pernah berkeliling Indonesia gratis gara-gara aktifitasnya itu. Tentu aja Petak jadi kepengen kayak si Epri (padahal mah banyak busanya). Epri menyarankan agar Petak ikut Maperca. Seminggu kemudian kebetulan ada Maperca HMI, maka Petak pun ikut. Sebulan setelah ikut Maperca Petak sidang skripsi dan lulus, selanjutnya wisuda. Karena tertarik dengan aktivitas di HMI ketika ada LK I (dua bulan setelah wisuda), Petak pun ikut LK I dan akhirnya menjadi anggota biasa HMI. Perjalanan karirnya cukup pesat, maklum udah sarjana, ketika ada RAK ia pun terpilih menjadi ketua umum komisariat. BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 97
Dalam perjalanannya ada suatu masalah khususnya mengenai suksesi BEM di kampus atau bahasanya urusan PTKP-lah. Dalam pertemuan internal komisariat-komisariat yang ada di lingkungan kampus tersebut, disepakati bahwa HMI tidak akan memunculkan kadernya sebagai Top Leader di kampus, dan akan memberikan sanksi pada kader yang memaksakan diri. Namun pada perjalanannya, DH anggota komisariatnya Petak yang kebetulan dia juga menjabat sebagai Ketua bidang PPD HMI cabang, memaksakan diri mencalonkan menjadi Presiden BEM dan berhasil menduduki posisi itu. Tentu saja kondisi ini membuat heboh komisariat-komisariat yang ada di kampus tersebut. Akhirnya akibat dari kesepakatan yang telah dibuat, Petak memberikan sanksi pada DH dengan mengusulkan pencabutan status keanggotaan kepada cabang dengan dasar telah melanggar ketentuan HMI yang dituangkan pada kesepakatan antar komisariat. Pada saat bersamaan komisariat U di kampus yang berbasis keagamaan di cabang tersebut juga ada yang mengusulkan pemecatan anggotanya, NH yang dianggap telah mencemarkan nama baik HMI, karena dia ditenggarai telah menggelapkan uang BEM Fakultas dimana ia menjadi gubernurnya, namun pada proses internal kampus hal itu tidak dapat dibuktikan. Akhirnya kasus-kasus pengusulan komisariat dibahas pada pleno cabang yang kebetulan dilaksanakan tak jauh dari situ. Menyikapi kasus tersebut, cabang menolak pemecatan DH yang kebetulan kabid cabang, dengan alasan kesepakatan komisariat salah, karena tidak mendorong kehidupan kampus yang baik, dan kesepakatan itu bukan merupakan suatu aturan di HMI, sedangkan untuk kasus NH, cabang melakukan pemecatan. Selesai pleno tak menyelesaikan kemelut di komisariatnya Petak, komisariat Petak berketetapan untuk tidak mengakui DH sebagai anggotanya, DH pun melakukan intrik dengan menggunakan institusi cabang untuk memecat Shinta, sekretaris umum Petak yang pernah menolak cinta DH, dengan alasan tidak menjalankan kewajiban sebagai anggota HMI yaitu berpartisipasi dalam kegiatan HMI, karena kebetulan yang bersangkutan sejak dilantik jadi sekum melakukan penelitian di luar kota dan belum kembali. Akhirnya cabang mencabut keanggotaan Shinta dalam rapat harian. Untuk melegalisasi keputusan cabang, maka dalam konferensi cabang ada beberapa bagian dalam ART HMI yang diubah. Konflik makin meruncing, Petak yang pada dasarnya bukan mahasiswa aktifis, tidak kuat menanggulangi masalah tersebut, dan memilih untuk bekerja dan kebetulan keterima sebagai PNS. Melihat itu cabang melakukan pemecatan terhadap Petak dengan alasan rangkap jabatan. Petak gak terima, ia banding ke konferensi tahun berikutnya, dan karena kekuatan politik dia lemah semenjak ia tidak lagi menjadi ketua umum komisariat, maka konferensi mengukuhkan pemecatan Petak. Tidak terima dengan keputusan konferensi, Petak pun banding ke kongres, dan sampai sekarang masalah ini terkatung-katung, karena menunggu keputusan di kongres XXV.
Cerita di atas murni fiktif, hanya sekedar buat studi kasus, fasilitator dapat memulai diskusi dengan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengcover masalah keanggotaan dan struktur organisasi, misal bisakah Petak ikut LK I ? dan BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 98
tepatkah keputusan cabang untuk memecat NH, Shinta, dan Petak ? dan Tepatkah cabang untuk tidak memecat DH ? bisakah konferensi mengubah ART HMI ? atau pertanyaan lain. Jawaban harus didasarkan pada konstitusi HMI dan pedoman lainnya.
CONTOH BAHAN BACAAN NDP MANUSIA, TUHAN, AGAMA, DAN KEPERCAYAAN Kimung merenung sambil sesekali membaca surat dari Santy kekasihnya. “Mas, kita tidak mungkin melanjutkan hubungan ini, karena perbedaan kita terlalu prinsip dan tak mungkin dipersatukan. Hubungan kita selama ini anggap saja mimpi yang indah, apa yang sudah terjadi biarlah menjadi kenangan, aku rela kok Mas, aku sangat senang telah menyerahkan semuanya untukmu. Tapi Mas, kenapa kita harus berbeda keyakinan? Ataukah Tuhan sengaja membeda-bedakan umat-Nya, bukankah Tuhan kita sama? Ah….. tapi biarlah semua berlalu. Mas lupakan saja aku, sebaliknya aku pun akan mencobanya walaupun sulit”. Penggalan surat Santy berulang kali dibacanya. Kimung tak mengerti, mengapa hubungannya dengan Santy harus berakhir dengan cepat hanya gara-gara perbedaan agama. Bukankah semua agama bersumber dari Tuhan dan mengajarkan kebaikan, serta merupakan pedoman hidup manusia untuk mencapai kesejahteraan. Kimung tak habis pikir kenapa justru karena agama banyak orang bermusuhan, tak memperbolehkan membangun keluarga yang beda agama, dan lain sebagainya yang menurut Kimung tidak pernah diajarkan dalam agama apapun, Kimung yakin bahwa agama tidak menyuruh untuk bermusuhan antar manusia.
Bahan Diskusi Part - 1
Cerita Kimung mungkin merupakan cerita sekian juta orang di dunia ini, cerita kita semua. Sejak jaman dahulu manusia selalu memiliki satu kepercayaan yang dianggapnya benar, dengan kepercayaannya itu, seorang manusia mampu berbuat apa saja, tanpa merasa bersalah sedikitpun. Masih teringat di kepala ketika seorang terdakwa divonis mati akibat melakukan pengeboman, hanya tersenyum tanpa ada penyesalan sedikitpun, bahkan ia merasa senang karena justru dengan itu ia merasa telah melakukan suatu tindakan yang benar. Itulah hebatnya pengaruh suatu kepercayaan. Apalagi hanya sekedar masalah pernikahan seperti kasus Kimung, melakukan pembunuhan saja jika dilandasi oleh suatu keyakinan bahwa itu benar, maka setiap orang dengan senang hati melakukannya, walaupun itu jelas merusak peradaban dunia. Kepercayaan itu biasanya diwujudkan dalam agama atau aliran kepercayaan. Agama diyakini oleh setiap orang yang memeluknya sebagai sumber kebenaran yang mutlak, karena ia dianggap berasal BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 99
dari Tuhan, pencipta alam semesta. Sebagai sumber kebenaran, agama diyakini akan membawa manusia pada kedamaian dan kesejahteraan, jika dijalankan seutuhnya. Namun di sisi lain dengan banyaknya agama yang muncul di muka bumi mengakibatkan terjadinya permusuhan dan pertentangan yang diakibatkan oleh ajaran agama. Setiap pemeluk agama yakin bahwa hanya agamanyalah yang benar, sedangkan agama yang lain adalah salah. Hal inilah yang kemudian mengakibatkan klaim kebenaran yang berujung pada perselisihan. Pada fase ini menjadi pertanyaan besar tentang keberadaan agama, masih relevankah agama untuk mencapai kedamaian dan kesejahteraan, sedangkan realitasnya dengan agama justru menghancurkan peradaban dunia. Untuk membahas kedudukan agama dalam kehidupan manusia, agama harus didudukan secara obyektif. Permasalahan yang biasanya terjadi yaitu adanya standar ganda terhadap agama, maksudnya adalah pertama, seseorang akan menganggap bahwa hanya agamanyalah yang benar, tanpa mau melihat agama yang lain, kedua, setiap agama itu mengajarkan kebaikan dan bersumber dari Tuhan. Dengan standar itu maka agama tidak akan pernah sejajar dan obyektif, padahal keobyektifan mutlak diperlukan untuk mendudukan agama secara benar. Oleh karena itu untuk mendudukan agama pada posisi sebenarnya harus dimulai dengan menghilangkan standar ganda dan mendudukan setiap agama pada posisi yang sama. Dengan penilaian yang obyektif maka akan didapat jawaban mengenai relevansi agama bagi kehidupan manusia, apakah masih diperlukan atau tidak untuk mencapai perdamaian dan kesejahteraan umat manusia. Selain itu akan didapatkan hakekat Tuhan menurunkan agama, atau apakah agama hanya buatan manusia untuk meninggikan eksistensi dirinya dengan mengatasnamakan Tuhan. Terlepas dari dialektika masalah itu, dapat diketahui ternyata setiap agama mengajarkan kebaikan. Pertentangan dan perselisihan antar umat beragama yang terjadi bersumberkan dari pemahaman keagamaan yang sempit, yang justru mengebiri nilai-nilai keagamaan itu sendiri.
ADA APA DENGAN MANUSIA ? Sore itu mendung menggelantung pekat, hujan sebentar lagi akan diguyurkan dari langit dengan deras. Kilat sesekali diiringi dengan bunyi guntur yang menggelegar menggidikkan hati. Suasana demikian mencekam. Benarlah tak selang lima belas menit hujan mengguyur bumi dengan derasnya, diiringi kilat dan guntur yang sambar menyambar. Tak ada seorangpun yang berani keluar, jalan-jalan sepi dari kendaraan, hanya sesekali saja kendaraan lewat dengan cepat meninggalkan percikan air seakan enggan berlama-lama dalam derasnya hujan. Binatangpun memilih untuk diam di sarangnya masing-masing.
Bahan Diskusi Part - 2
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 100
Namun di ruang depan sebuah rumah yang sederhana, tetapi sangat asri suasana mencekam tidak terasa sama sekali. Rumah itu dihiasi dengan gelak tawa, sesekali terdengar keributan kecil. Tiga orang sahabat kental Shinta, Lingga, dan Ade sedang berdiskusi tentang masalah hidup dan kehidupan. Mereka bersahabat sejak kecil, ke mana-mana selalu bersama, tapi gak kayak biji lho, soalnya betiga sich. Meskipun demikian dalam hal agama mereka punya pandangan yang cukup berbeda, masalah inilah yang sedang mereka diskusikan sore itu. “Kalo menurut gue sih, kita sebagai manusia punya tugas buat mengabdi pada Allah SWT, jadi gak perlu lah kita urusin urusan duniawi “ kata Lingga yang telah berjilbab sejak kelas 3 SD itu. “Ntar dulu Ga, emang bener hidup ini untuk beribadah pada Allah, tapi kan gak berarti hal-hal yang berhubungan dengan duniawi itu harus ditinggalin” tukas Shinta (ia belum berniat untuk berjilbab, abis menurut dia jilbabin dulu hati, baru jilbab fisik, ia paling sebel ama cewek pake jilbab, tapi kelakuan minus banget, ih….. ngerusak agama aja kata dia). “Iya, hidup ini kan hanya sekali, maka nikmatilah” timpal Ade. “Ya terserah kamu orang mo bilang apa, yang jelas menurut gue paling penting dalam hidup ini adalah ibadah, dan itu udah jadi prinsip gue untuk selanjutnya” kata Lingga. “Ga pemahaman lo tentang ibadah gimana sih ?” tanya Ade. “Ibadah ? Masa lo masih nanya sih, ya jalanin tuh rukun islam semuanya, (Syahadat, Sholat, Zakat, Puasa, dan Haji) bila mampu”. “Kuno amat sih lo, masa ibadah itu adalah ritual, itu gak ada pengaruhnya bagi peradaban dunia tau, sholat, puasa, haji, buat apa tuch, gak ada manfaatnya, bukannya gue gak sepakat dengan ritual-ritualan itu, tapi inget manusia kan diciptakan untuk menjadi khalifah di muka bumi, maka esensinya adalah buat mensejahterakan alam semesta ini, nah kalo yang disebutkan tadi, kan hanya buat pribadi aja, itu juga gak jelas manfaatnya” celoteh Ade. “makanya kalo gue sih memahami ibadah itu dalam hal muamalah, misalkan sholat, yang gue pahami adalah buat mencegah perbuatan keji dan munkar, esensinya adalah menjauhkan diri dari keji dan munkar, bukannya jungkat-jungkit aja, tapi masih melakukan kejahatan” tambahnya. ”Astagfirullah al adzim, nyebut De, masa lo bilang sholat, puasa gak ada manfaatnya, padahal itu jelas perintah Allah, menurut gue justru kalo setiap orang melakukan ibadah-ibadah itu secara khusyu dan meninggalkan segala macam keduniawian, maka itulah rahmat bagi alam semesta, dunia ini akan tak ada iri dengki, maka untuk memulainya adalah dengan menjauhi masalah keduniawian” kata Lingga. Ade langsung menimpali, “Eh, emangnya dengan sholat perut bisa kenyang ? Kamu emang zakat dengan pahala ? Gak kan, tetep aja pake duit, gue tau sholat, puasa, dan haji itu adalah perintah Allah, tapi yang gue pahami bukan dengan ritual itu esensi dari perintah Allah, tujuan akhirnya adalah kesejahteraan manusia, makanya ibadah itu yang gue pahami BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 101
adalah muamalah, gue gak percaya bahwa ritual mampu mengubah dunia menjadi sejahtera”. “Istigfar De, gue punya pengalaman nih bahwa doa bisa mengubah keadaan orang, lo kan tau si Tenyom terus godain gue, nah gue berdoa agar ia gak mengganggu kehidupan ibadah gue, nah buktinya sekarang kan dia gak pernah gangguin gue lagi, dan lagi keliatannya dia mulai rajin sholat dan gak pernah rese lagi ama orang, jadi gue tambah yakin bahwa asal kita ikhlas pada Allah dan selalu mendekatkan diri pada Allah dengan ibadah maka akan tenang dech hidup kita” kata Lingga. “Eh Ga, kalo hidup hanya buat sholat dan ritual lainnya, itu berarti elo egois, padahal kita ini makhluk sosial yang berhubungan dengan yang lainnya” kata Ade gak mau ngalah. ”Udah-udah, kayaknya lo orang ini gak bisa ketemu, tapi kalo menurut gue sih kedua hal itu gak bisa ditinggalkan, ibadah harus, ya interaksi dengan yang lain juga harus sebagai wujud dari makhluk sosial. Nah untuk hubungan dengan manusia dan alam kita harus bersama-sama dengan komponen lainnya, sedangkan untuk ibadah ritual itu adalah masalah privasi kita yang bukan urusan orang lain. Jadi jangan campur adukan kehidupan rohani dengan duniawi, kala kita ibadah konsen dong menyerahkan diri pada Allah, tapi kala kita berurusan dengan duniawi, Tuhan jangan dibawa-bawa dong” kata Shinta yang dari tadi hanya memperhatikan aja, coba menengahi. “Ah gak gitu Shin, lihat dong QS. 51 : 56, jelas hidup ini buat ibadah, gak ada tuh masalah duniawi” kata Lingga. “Gue juga sepakat bahwa hidup ini buat ibadah, tapi ibadah menurut gue adalah muamalah, bukannya ritual, lo ini bukannya nengahin eh malah bikin tambah bingung, misahin rohani dan duniawi” timbrung Ade. “Kayaknya kita emang gak mungkin bisa sepemahaman nih, udahlah gak usah dibahas lagi, Laa ikraha fidhien, gak ada paksaan dalam agama, yang kita yakinin jalanin aja” jawab Shinta menutup pembicaraan, selanjutnya mereka ngobrol hal lain sambil menunggu hujan reda.
MAHA ADIL ATAU MAHA KUASA ? Ada sebagian orang menganggap bahwa hidup manusia di dunia ini hanya sekedar pewayangan saja, dimana manusia hanya dapat menjalankan kehidupan yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Namun sebagian lain menganggap bahwa manusia adalah raja bagi sejarahnya sendiri, segala sesuatu peradaban dan perjalanan sejarah manusia ditentukan oleh tingkah laku manusia itu sendiri.
Bahan Diskusi Part - 3
Argumentasi orang yang menganggap bahwa hidup ini merupakan pewayangan adalah sebagai wujud kekuasaan Tuhan untuk menentukan dan mengatur alam semesta termasuk kehidupan BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 102
manusia tentunya. Kelahiran, rejeki, jodoh, dan kematian merupakan misteri yang tidak terjawab, dan itu hanya Tuhan yang tahu. Manusia tidak tahu kapan dan sebagai apa ia lahir, rejekinya berapa, jodohnya siapa, dan kapan serta dimana ia akan mati, sebelum itu semua terjadi. Manusia baru dapat mengetahuinya setelah ada kejadian. Dari sini jelas bahwa manusia sekuat apa pun usahanya tidak akan mampu menentang kuasa Tuhan. Dengan demikian kejadian apa pun di dunia ini terjadi karena kehendak Tuhan, manusia hanya menerima saja hasilnya, baik buruk manusia telah ditentukan sebelumnya, kita hanya bisa berharap semoga masuk ke dalam golongan yang beruntung. Di sisi lain orang yang menganggap bahwa manusia raja sejarah penentu kehidupannya didasarkan pada keistimewaan manusia untuk menentukan jenis kehidupannya. Banyaknya alternatif menjadikan manusia sebagai pusat kebijakan. Kelahiran seseorang pada dasarnya adalah akibat perbuatan dua orang manusia yang melakukan pencampuran antara sperma dan ovum, bila pencampuran sel haploid menjadi diploid itu tidak terjadi, maka sampai kapanpun kelahiran itu tidak akan terjadi. Pun dengan rejeki seseorang, besarnya akan ditentukan oleh kuatnya usaha dia sendiri serta lingkungan pendukungnya. Jodoh manusia juga tergantung usaha manusia itu sendiri, gak ada ceritanya nongkrong aja di kamar, tau-tau ada yang ngetok pintu terus ngomong aku jodoh kamu. Kematian pun sama saja, tidak ada cerita orang yang otak dan jantungnya berenti masih hidup, yang beda adalah cara untuk menghentikan kerja otak dan jantungnya itu. Dengan demikian apa-apa yang terjadi dengan manusia ditentukan oleh manusia itu sendiri. Dua argumentasi di atas selalu menjadi perdebatan yang tiada akhir. Sekedar bahan renungan silahkan simak cerita fiktif ini : Di negeri antah berantah telah terjadi kiamat, dan masing-masing orang telah diberi ganjaran sesuai dengan amalannya masing-masing, yang beriman diberi ganjaran surga sebagaimana yang telah dijanjikan Tuhan di dunia melalui wakil-Nya, demikian pula orang kafir disiksa dalam neraka yang demikian pedih. Tiba-tiba di surga ada orang protes kepada Tuhan karena ia hanya diberikan surga paling rendah. “Ya Tuhan kenapa aku hanya dikasih surga emperan kayak gini ?” tanya Onyon pada Tuhan, lalu dijawab, “Hai (biasanya Tuhan ngomong gitu kan ?) Onyon, seharusnya kamu termasuk orang-orang yang bersyukur, kamu itu mati ketika masih bayi, maka gak ada satu pun amalan yang kamu lakukan, wajar saja kamu dapat surga terendah”. Onyon menukas, “Ya Tuhan itu bukan salahku, kenapa aku dimatikan waktu kecil, coba kalo dipanjangkan umur, maka aku akan menjalankan semua perintah-Mu dan menjauhi semua larangan-Mu”. Tuhan lalu berfirman, “Tahukah kamu ? Jika kamu dipanjangkan umurnya maka justru kamu akan menjadi orang yang dzalim dan kafir, kamu akan dimasukan ke neraka jahanam seperti Si Mat Kafirin, maka bersyukurlah Onyon……!”. Saking kerasnya, Si Mat Kafirin yang lagi BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 103
disiksa di neraka mendengar firman Tuhan itu berteriak dengan kerasnya sambil menahan sakit, “Ya Tuhan sungguh Engkau tidak adil, kalau tahu aku akan jadi penjahat besar, kenapa tidak Kau matikan aku sewaktu kecil……..?” Pertanyaan dan penyesalan itu hilang tak terjawab. Dua argumentasi yang dikemukakan sebelum cerita di atas bagaikan hal yang kontradiktif, di satu sisi, jika manusia adalah wayang yang menjalankan skenario Tuhan, akan menunjukan ketidakadilan Tuhan, kenapa ada orang yang disebut jahat dan baik ? tokh keduanya hanya menjalankan kehendak Tuhan. Namun jika menganggap bahwa manusialah segalanya, dimanakah kekuasaan Tuhan untuk mengatur kehidupan umat manusia ? Manusia akan sulit menjawabnya, karena manusia tidak tahu apa yang akan terjadi detik berikutnya secara pasti. Tapi ada guyonan yang mungkin bisa kita renungkan juga. Jika kita dilahirkan dari keluarga miskin itu adalah kehendak Tuhan, tapi kalau kita dapat mertua miskin itu adalah KEBODOHAN KITA sendiri.
RAJA YG ADIL DAN BIJAKSINI Di balairung kerajaan Ontohod sedang ramai, maklum ini adalah hari Sabtu, hari dimana seluruh rakyat Ontohod diperkenankan menghadap Paduka Raja Sima Aing Simamaung Aing Kasima Kumaung untuk mendapatkan keadilan. Siang itu ada beberapa perkara yang telah diselesaikan dengan adil dan memuaskan semua pihak. Menjelang Paduka Raja meninggalkan balairung ada dua wanita menghadap sambil menangis dan membawa seorang bayi.
Bahan Diskusi Part - 6
Wanita I Punggawa Wanita II Punggawa
: “Paduka tolonglah hamba menyelesaikan masalah kami” : “Waktu meminta keadilan sudah habis, datang lagi saja sabtu depan” : “Tidak bisa, ini masalah penting sekali, karena menyangkut nyawa hamba Tuan” : “Ah…… tidak bisa, Paduka mau beristirahat, huh….. bukannya dari tadi, bikin repot aja”
Paduka Raja Simamaung mendengar keributan itu, berbalik ke arah mereka bertiga. Raja Punggawa Raja Punggawa Wanita I
: : : : :
“Ada apa punggawa, kok ribut-ribut” “Begini paduka, kedua wanita ini mau minta tolong” “Minta tolong apa heh…..” “E….. anu….. paduka….. e……” “Begini paduka raja……..” BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 104
Raja Punggawa Raja Punggawa
: “Sebentar, aku tidak tanya kamu, aku tanya punggawa, tau tidak masalahnya ?” : “Ampun paduka………” : “makanya kalo jadi abdi negara itu harus jadi pelayan rakyat, dan cerdas, tanya dulu apa masalahnya, paham kamou” : “Daulat paduka……”
Raja Simamaung kembali duduk di singgasananya dikuti oleh majelis penasihat dan permaisuri serta Pangeran Kodok. Raja Wanita I Wanita II Raja Saritem PM Sarkem PM Raja Saritem
PM Saritem Raja Sarkem Saritem
: “Baiklah, siapa nama kalian ?” : “Nama hamba Saritem” : “Hamba Sarkem paduka” : “Apa masalah kalian, coba ceritakan sejelas-jelasnya sehingga aku dapat mengambil keputusan yang bijak” : “Begini ceritanya…….., kami adalah tetangga, tinggal di pinggir hutan G. Burangrang, dua hari yang lalu suami kami…….” : “Oh, jadi kalian ini madu ya….?” : “Bukan tuan, maksudnya suami saya dan dia tuan……” : “oh….. makanya ngomong yang jelas, to the point, kalo kata anak HMI kongkret gitu” : “Jangan dipotong dulu, teruskan Tem” : “Dua hari yang lalu suami kami berburu, kami hanya tinggal berempat dengan bayi kami, bayi-bayi itu kesayangan kami bersama, trus tadi malam ketika kami sedang tidur, ada harimau masuk ke rumah kami, dan kami tidak bisa berbuat apa-apa” : “Jadi masalahnya minta agar harimau itu diusir ?” : “Bukan tuan……” : “Heh gak kapok-kapok………(logatnya kayak iklan Coca-Cola), jangan potong dulu” : “Harimau itu memakan bayi dia, tuan…….” : “Bohong, yang dimakan harimau itu bayi dia……”
Kedua wanita itu berebut bayi sambil menangis meraung-raung sambil tetap berteriak bahwa bayi yang sekarang mereka bawa adalah bayinya. Raja Pangeran Raja PM Pangeran Raja
: “Cukup…… cukup……, jangan nangis terus dong, biar aku bisa memutuskan bayi siapa ini, Perdana Menteri bagaimana masalah ini ?” : “Au….. akh, gelap, tapi bukan aku loh yang harus tanggung jawab” : “Aku gak tanya kamu kok, he he he” : “Begini paduka, pasti salah satu dari mereka bohong” : “E…… orang desa juga tau, salah satunya pasti bo’ong ………(logatnya kayak iklan Coca-Cola)” : “Hmm………., jadi bayi siapa ini ?” BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 105
Saritem Sarkem Raja S&S Raja S&S Raja
: “Bayi hamba paduka” : “Bayi hamba paduka” : “Jadi gak ada yang mau ngalah nih……” : “Tidak, sampai mati pun, gak rela gak rela ……….” : “Baiklah kalo begitu, aku akan mengambil keputusan, apa pun keputusanku harus diterima, mengerti ?” : “Daulat paduka…….” : “keputusannya………..………(logatnya kayak iklan Milanta), Perdana Menteri kesini sebentar”
Perdana Menteri mendekat Raja Simamaung. Raja PM Raja
: “Bagaimana penyelesaiannya nih” : “Bagusnya suruh suit aja paduka” : “hmmm……., (merenung sejenak) jadi keputusanku adalah belah saja bayi ini dengan adil, kasihkan pada mereka masing-masing sebagian, mudah-mudahan ini adil, kasus ditutup, laksanakan segera”
Punggawa segera mengambil bayi itu dan siap membelahnya Sarkem Saritem Raja Punggawa Saritem Raja
: “Alhamdulillah, paduka memang benar-benar raja yang adil” : “Ampun paduka, jangan dibelah, hamba rela bayi itu diserahkan pada Sarkem, tetapi jangan dibelah (sambil menangis memohon)” : “Punggawa jangan dibelah, berikan bayi itu pada Saritem, karena dialah yang berhak atas bayi itu, dan kamu Sarkem hadapilah suamimu” : “Daulat paduka…….” : “Terima kasih paduka” : “Jaga baik-baik anakmu itu, kalian ini aneh malah rebutan bayi, padahal di jaman modern banyak yang justru buang bayinya,………” ***
Malam itu malam Sabtu, Sang Raja sedang berada di Mushola Istana untuk melaksanakan sholat lail. Raja Simamaung sangat taat melaksanakan ubudiyah, setelah sholat beliau pun berdoa. Raja
: “Ya Allah, kuatkanlah hambamu ini dalam menjalankan amanah yang Engkau berikan untuk memimpin bangsa Ontohod ini, selama ini hamba selalu menjalankan perintah-Mu dan menjauhi larangan-Mu, dalam memerintah di negeri ini hamba selalu menegakan hukum-hukum-Mu, biarkan hamba terus berbuat adil karena kehendak-Mu, ya Alah kabulkanlah doa hamba. Amin” BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 106
Raja (dalam hati) : “Setiap keputusanku pasti diridhoi Allah, bukankah aku sangat taat” *** Siang itu seperti biasa digelar pertemuan dengan rakyat yang mau mengadukan nasibnya pada Raja Simamaung secara langsung. Raja Punggawa
: “Punggawa, silahkan panggil kasus berikutnya” : “Endang Saifudin Anshari, Nurkholis Madjid, dan Sakib Mahmud, silahkan menghadap paduka”
Tiga orang bersaudara yang dipanggil pun menghadap. Punggawa Raja Endang
Raja Nurkholis Sakib Raja PM Raja PM Raja Nurkholis Endang Raja TB Raja
Sakib
: “Paduka, mereka telah siap” : “Ceritakan masalah kalian” : “Daulat paduka, kami adalah tiga bersaudara, saya anak sulung, Nurkholis anak tengah, dan Sakib anak bungsu, seminggu yang lalu ayah kami meninggal dunia, beliau meninggalkan warisan sebanyak 17 ekor sapi, namun dalam wasiatnya beliau telah menentukan bagian-bagian yang menjadi hak kami, yaitu saya mendapat setengahnya, Nurkholis mendapat sepertiganya, dan si bungsu mendapat sepersembilannya” : “Kenapa tidak kalian laksanakan pembagian itu ?” : “Masalahnya Paduka, beliau mensyaratkan untuk tidak memotong satu pun sapi itu” : “Betul paduka” : “Hmmm…….. gitu ya” : “Paduka masalah ini biar hamba yang tangani” : “Tidak perlu, aku juga sanggup, karena aku Raja paling bijak dan paling taat pada Allah, betul !” : “Ampun paduka………” : “Nah, sekarang aku sita saja barang sengketa itu, karena ini akan membuat kalian terus bersengketa” : “Ampun paduka……., jangan disita itu harta kami satusatunya” : “Paduka, hamba yakin paduka akan mengambil keputusan yang terbaik, jangan disita” : “Tidak, ini keputusan final, sapi-sapi itu disita negara, dan kalian akan diberi oleh negara masing-masing dua ekor, kan adil, bersaudara kok beda-beda” : “Paduka tidak adil dan bijaksini” : “Sudah……… sudah……… kasus ditutup, dan keputusanku adil, aku kan Raja yang selalu manut pada Kitabullah, jadi gak mungkin aku berbuat sewenangwenang, memangnya ada Raja yang lebih adil daripadaku ?” : “Paduka benar-benar dzalim” BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 107
Raja
TB Raja
: “Kalian tak terima ?, ingat ayat Taatlah kamu pada Allah, dan Rasul, dan pemimpin diantara kamu, maka kalau kamu menentangku berarti menentang Allah dan Rasul, kafir kamu” : “Paduka sudah gila” : “Apa ??!! kalian menghinaku, menghinaku sama saja dengan menghina Allah dan Rasul, kalian telah murtad, Punggawa hukum mati mereka !!!!!”
Cerita berakhir sampai disini dulu, pusing, teu ngarti mo nulis naon deui.
Pada dasarnya bahan bacaan adalah stimulan pembahasan masalah, jadi sama dengan media lainnya tergantung fasilitator mengembangkan diskusi.
CONTOH BAHAN BACAAN KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN ORGANISASI KONGRES ORGAN TUBUH Tubuh adalah contoh organisasi yang paling ideal, disana telah terbagi fungsi masing-masing dengan baik, dan tiap-tiap organ tubuh dapat menjalankan tugasnya dengan baik, dan mendapat haknya sesuai dengan kebutuhan masingmasing. Tidak ada protes antar organ tubuh, ketika perut lapar, tanpa protes tangan menyuap makanan, mulut, gigi, lidah tenggorokan, lambung, dan organ lain pencernaan melakukan tugasnya, tanpa berpikir bahwa itu hanya kepentingan perut, tetapi itu adalah kebutuhan organisasi, dan banyak contoh lainnya yang menggambarkan keidealan organisasi tubuh. Ini tidak terlepas dari manajemen yang dilakukan ketua organisasi tubuh yang memang piawai dalam mengelola organisasi. Nah siapakah ketua organ tubuh ini ? Untuk mengetahui jawabannya silahkan simak cerita ini. Suatu hari ada perhelatan akbar yang dilakukan di dunia, memang kegiatan ini sangat politis, karena ini adalah Kongres Organ Tubuh se-Dunia. Dalam kongres ini dibahas berbagai macam aturan organisasi, dan terakhir paling politis adalah pemilihan ketua organ tubuh. Pada awalnya kongres berjalan tertib dan teratur, karena memang masingmasing telah paham akan tugas dan wewenang masing-masing. Segala aturan main telah ditetapkan dan semua peserta kongres lega. Tibalah saatnya pada kondisi yang menegangkan, polarisasi kekuatan mulai terlihat. Saudara-saudara dengan segala kerendahan hati dengan ini saya menyampaikan bahwa pemilihan ketua umum ini kita lakukan secara aklamasi seperti keputusankeputusan sebelumnya dalam kongres ini kata Rambut yang kebetulan memimpin sidang. Setuju, kalo gitu siapa nih calonnya yang pas seru peserta kongres serempak. Saudara-saudara, itu tidak perlu ditanyakan lagi, yang pas adalah aku, karena akulah yang mengatur segala sesuatu yang ada di dalam organisasi kita ini kata Otak dengan jumawanya. Nah setuju apabila saudara BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 108
Otak kita pilih sebagai ketua umum ? tanya Rambut sambil siap-siap mengetokan palu sidang. Sebentar, kita tidak bisa begitu saja memilih Otak jadi ketua umum, bukankah dia bisa mengatur itu akibat ada data dari yang aku berikan ? coba kalau dia nggak dapat data akurat dariku tentu aja akan salah keputusannya, jadi yang yang pas jadi ketua adalah aku kata Mata. Nah bagaimana ini, jadi siapa nih yang berhak jadi ketua ? kata Rambut mulai kelimpungan. Aku….. karena aku yang melindungi Otak agar dapat bekerja dengan baik kata tengkorak kepala. Tidak, aku karena aku yang menjalankan aktivitas tubuh kata Kaki. Forum pun mulai kacau tidak terkendali, semua organ mengklaim dirinyalah yang layak menjadi ketua umum dengan berbagai argumentasi yang menyatakan dialah yang paling dominan, hanya satu organ saja yang diam dan memperhatikan forum maklum mungkin dia tidak memiliki bargain yang kuat. Kondisi forum makin tak terkendali dan hampir terjadi baku pukul antar organ. Melihat kondisi ini sang organ yang pendiam, yaitu (maaf) Anus mengacungkan tangannya mohon bicara. Rambut sang pimpinan sidang dalam forum ini dengan cekatan mempersilahkan Anus sambil mesam-mesem melecehkan, forum pun terdiam sejenak untuk mendengarkan Anus sambil bertanya-tanya apa yang mo disampaikan sang pendiam ini. Begini saudara-saudaraku, dari tadi kita hanya meributkan siapa yang mo jadi ketua umum, dan semua merasa layak jadi ketua umum, kalau begini terus kita tidak bisa menyelesaikan kongres ini kata Anus. Iya, jadi gimana, apa solusinya, yang kongkrit aja jangan muter-muter ? kata organ lain. Oleh karena itu, aku ada jalan tengah, yaitu bagaimana kalau aku saja yang diangkat menjadi ketua umum kata Anus. Hah….?! Ha…ha….ha……. sadar diri dong Nus, posisi kamu aja ada di pembuangan, gimana mo jadi ketua kita-kita ini ? ha….ha….ha…. kata organ lain, dan masih banyak cercaan dan ejekan yang mebuat kuping merah ditujukan pada Anus. He…he….he…… sudah, sudah forum agar tenang kembali dan kita lanjutan pembahasan, anggap aja lontaran Anus sebagai joke penghibur kita….. he …. He…. He…. Kata Rambut. Sebentar pimpinan sidang, saya menyampaikan hal yang serius, dan justru temen-temen melecehkan saya, oleh karena itu saya WO dari forum ini dan akan keluar dari organisasi ini kata Anus sambil pergi meninggalkan forum (yach sesabar-sbarnya juga tentu ada batasnya). Silahkan…… silahkan Nus…. Jangan kembali lagi lho….. kata yang lain. Forum berlanjut tanpa memedulikan Anus dan insiden tadi, dan seperti yang sudah diduga hanya berisi perdebatan tanpa bisa membuahkan keputusan. Setelah beberapa lama berjalan, perut mulai mulas pengen buang air besar, tapi gak bisa apa-apa karena Anus sudah gak ada di posnya. Coy gue mules nih kata Perut. Ah udah, masalah gitu aja kok repot timpal yang lain gak mempedulikan. Tapi ternyata mulesnya perut berdampak pada yang lain, Otak mulai pening, gak bisa berpikir jernih, Mata mulai kunang-kunang, gak bisa melihat dengan jelas, Kuping berdenging, Idung megap-megap, Jantung berdebar gak karuan, pokoknya badan jadi lemes dech. Akhirnya forum memanggil kembali Anus. Anus mau masuk kembali jika ia dipilih sebagai ketua umum. Akhirnya forum menyepakati. Sampai sekarang Anus menjabat ketua umum organ tubuh, dan organ tubuh pun berjalan normal.
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 109
Kontributor Session Design 1) Eko “Epri” Priyo Santoso Kader HMI Cabang Bandar Lampung Materi Perkenalan dan Orientasi Latihan 2) Nurul Huda “Ego” Eko Cahyadi Kader HMI Cabang Bandar Lampung Materi Sejarah Perjuangan HMI 3) Arif “Petak” Sulistyo Kader HMI Cabang Bandar Lampung Materi Konstitusi HMI 4) Pecne Finah Damha Redak IMH Gnabac Radnab Gnupmal Iretam Ialin Rasad NagnaujreP 5) Raisika “Rai” Kader HMI Cabang Bandar Lampung Materi Mission HMI 6) Tamri “Damri” Kader HMI Cabang Bandar Lampung Materi Kepemimpinan dan Manajemen Organisasi 7) Rahmat “Rahman” Setiadi Kader HMI Cabang Bandar Lampung Materi Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut
Kontributor Bahan Bacaan 1) Arif Sulistyo Kader HMI Cabang Bandar Lampung Studi Kasus Konstitusi HMI 2) Encep Hanif Ahmad Kader HMI Cabang Bandar Lampung Manusia, Tuhan, Agama dan Kepercayaan Ada Apa Dengan Manusia ? Maha Adil atau Maha Kuasa ? Raja yang Adil dan Bijaksini 3) Ahmad Jahri, S.P. Alumni HMI Cabang Bandar Lampung Mantan Ketua Umum SMPT Unila 1996 – 1997 Kongres Organ Tubuh
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I -110
CONTOH DOKUMEN LATIHAN KADER I
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I -111
Contoh Jadwal LK I.
No.
Waktu
1. 2.
Senin 20.00 – 21.00 21.00 – 23.00
3.
23.00 – 24.00
4. 5.
Selasa 00.00 – 04.00 04.00 – 05.00
6.
05.00 – 06.00
7.
06.00 – 08.00
8.
08.00 – 12.00
9. 10. 11. 12. 13.
12.00 – 13.00 13.00 – 15.00 15.00 – 15.30 15.30 – 16.00 16.00 – 18.00
14. 15.
18.00 – 20.00 20.00 – 23.00
16.
23.00 – 24.00
17. 18.
Rabu 00.00 – 04.00 04.00 – 05.00
19.
05.00 – 06.00
20.
06.00 – 08.00
21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.
08.00 – 12.00 12.00 – 13.00 13.00 – 15.00 15.00 – 15.30 15.30 – 16.00 16.00 – 17.00 17.00 – 18.00
28. 29.
18.00 – 20.00 20.00 – 21.00
30.
21.00 – 23.00
31.
23.00 – 24.00
Kegiatan
Fasilitator
Penanggung Jawab
Pembukaan Basic Training Materi I : Perkenalan dan Orientasi Training Istirahat
Pemandu
SC Pemandu
Istirahat Sholat lail dan subuh berjamaah Kuliah Subuh : Aqidah Islam Istirahat, makan, mandi dan aktivitas lain Materi II : Sejarah Perjuangan HMI Sholiskan Materi II (lanjutan) Lagu-lagu perjuangan Rehat, sholat Materi II (lanjutan)
Pemandu
OC Pemandu
Gus Dur
Pemandu
Sholiskan Materi III : Konstitusi HMI Evaluasi Harian
Istirahat Sholat lail dan subuh berjamaah Kuliah Subuh : Ibadah Dalam Islam Istirahat, makan, mandi dan aktivitas lain Materi III (lanjutan) Sholiskan Materi III (lanjutan) Lomba Nasyid Rehat, sholat Materi III (lanjutan) Materi IV : Pengantar Ideologi Sholiskan Materi IV (lanjutan) Materi V : Pengantar Filsafat Ilmu Evaluasi Harian
-
-
OC
OC
Agussalim S
Pemandu
Agussalim S Pemandu Agussalim S dan Pemandu Agus Alwi
OC Pemandu Pemandu OC Pemandu
Pemandu
Pemandu
Pemandu
OC Pemandu
Aa Gym
Pemandu
Agus Alwi Agus Alwi Pemandu Pemandu Frans Magnis S Frans Magnis S Jujun S Sumantri Pemandu
OC Pemandu
OC Pemandu OC Pemandu Pemandu OC Pemandu Pemandu OC Pemandu Pemandu Pemandu
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I -112
No.
Waktu
Kegiatan
32. 33.
Kamis 00.00 - 04.00 04.00 – 05.00
34.
05.00 – 06.00
35.
06.00 – 08.00
36.
08.00 – 12.00
37. 38.
12.00 – 13.00 13.00 – 15.00
Istirahat Sholat lail dan subuh berjamaah Kuliah Subuh : Akhlak Islam Istirahat, makan, mandi dan aktivitas lain Materi VI : Nilai Dasar Perjuangan Sholiskan Materi VI (lanjutan)
39. 40. 41.
15.00 - 1530 15.30 – 16.00 16.00 – 18.00
Lomba baca Qur’an Rehat sholat Materi VI (lanjutan)
42. 43.
18.00 – 20.00 20.00 – 23.00
Sholiskan Materi VI (lanjutan)
44.
23.00 – 24.00
Evaluasi Harian
45. 46.
Jum’at 00.00 – 04.00 04.00 – 05.00
47.
05.00 – 06.00
48.
06.00 – 08.00
49. 50.
08.00 – 10.00 10.00 – 11.30
51. 52. 53. 54. 55. 56. 57.
11.30 – 13.00 13.00 – 15.30 15.30 – 16.00 16.00 – 18.00 18.00 – 20.00 20.00 – 22.00 22.00 – 23.00
58.
23.00 – 24.00
59. 60.
Sabtu 00.00 – 04.00 04.00 – 05.00
61.
05.00 – 06.00
62.
06.00 – 08.00
63.
08.00 – 12.00
Istirahat Sholat lail dan berjamaah Materi VI (lanjutan)
subuh
Istirahat, makan, mandi dan aktivitas lain Materi VI (lanjutan) Materi VII : Mission HMI Sholiskan Materi VII (lanjutan) Rehat, sholat Materi VII (lanjutan) Sholiskan Materi VII (lanjutan) Materi VIII : Kepemimpinan dan Manajemen Organisasi Evaluasi Harian
Istirahat Sholat lail dan berjamaah Materi VIII (lanjutan)
subuh
Istirahat, makan, mandi dan aktivitas lain Materi VIII (lanjutan)
Fasilitator
Penanggung Jawab
Pemandu
OC Pemandu
Arifin Ilham
Pemandu
-
OC
Nurkholis Madjid Nurkholis Madjid Pemandu Nurkholis Madjid Nurkholis Madjid Pemandu
Pemandu OC Pemandu
Pemandu
OC Pemandu
Nurkholis Madjid -
Pemandu OC
Pemandu Hasanuddin
Pemandu Pemandu
Hasanuddin Hasanuddin Pemandu Agun Gunanjar
OC Pemandu OC Pemandu OC Pemandu Pemandu
Pemandu
Pemandu
Pemandu
OC Pemandu
Agun Gunanjar -
Pemandu
Agun Gunanjar
Pemandu OC Pemandu
OC Pemandu Pemandu
OC Pemandu
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I -113
No.
Waktu
64. 65. 66. 67. 68.
Sabtu 12.00 – 13.00 13.00 – 15.00 15.00 – 15.30 15.30 – 16.00 16.00 – 18.00
69. 70.
18.00 – 20.00 20.00 – 22.00
71.
22.00 – 23.00
72.
23.00 – 24.00
Kegiatan
Fasilitator
Penanggung Jawab
Sholiskan Materi VIII (lanjutan) Lomba bikin Esay HMI Rehat, sholat Diskusi Petang : Islam Menjawab Tantangan Zaman
Pemandu Pemandu Ulil Absar, Osama bin Laden, dan George Bush Pemandu
OC Pemandu Pemandu OC SC
-
OC, SC Pemandu SC
Sholiskan Materi IX : Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut Persiapan penutupan dan rekap kelulusan peserta Penutupan Basic Training
-
OC Pemandu
dan
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I -114
Contoh Surat Permohonan Pengelolaan Latihan HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM CABANG TANGGAMUS KOMISARIAT STH MUHAMMADIYAH
Nomor : 54/A/Sek/10/1425 Lamp. : 1 (satu) bendel Hal : MOHON PENGELOLAAN LATIHAN
Kepada Yth. Kanda Pengurus LPL HMI Cabang Tanggamus diTanggamus
Assalamu’alaikum wr wb Teriring salam dan do’a semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya pada kita semua dalam menjalankan aktivitas keseharian. Sehubungan akan diadakannya Latihan Kader I HMI Cabang Tanggamus Komisariat STH Muhammadiyah yang Insya Allah akan diselenggarakan pada tanggal 25-31 Desember 2004, maka kami memohon kepada Kanda untuk dapat mengelola kegiatan tersebut. Bersama ini kami lampirkan Surat Keputusan pembentukan OC dan Term of Reference kegiatan tersebut. Demikian permohonan ini kami sampaikan. diucapkan terima kasih.
Atas perhatian Kanda
Billahittaufiq walhidayah Wassalamu’alaikum wr wb. Tanggamus, 1 Syawal 1425 H 14 Nopember 2004 PENGURUS HMI KOM. STH Muhammadiyah
JAJANG NURJAMAN Ketua
ENTOY SUROTOY Sekretaris Umum
Tembusan : Yth. Kanda Ketua PA HMI Cab. Tanggamus BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I -115
Contoh Surat Mandat LPL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM CABANG TANGGAMUS
SURAT MANDAT Nomor : 98/A/Sek/LPL/10/1425
Dengan senantiasa memohon ridho dan rahmat Allah SWT, Pengurus LPL HMI Cabang Tanggamus memberikan mandat kepada : No. 1.
Nama Salman Rushdi
2.
Jajang Nurjaman
3.
Entoy Surotoy
4.
Abu Bakar Ba’asyir
5.
Ulil Abshar Abdala
6.
Dian Sastro Wardoyo
Jabatan Ketua PA HMI Tanggamus Ketua PA HMI Tanggamus Kom. Muhammadiyah Sekum HMI Tanggamus Kom. Muhammadiyah Anggota LPL HMI Tanggamus Anggota LPL HMI Tanggamus Anggota LPL HMI Tanggamus
Cab.
Untuk Menjadi Koordinator SC
Cab. STH
Anggota SC
Cab. STH
Anggota SC
Cab.
Anggota SC
Cab.
Anggota SC
Cab.
Anggota SC
Dalam kegiatan Latihan Kader I HMI Cabang Tanggamus Komisariat STH Muhammadiyah yang akan dilaksanakan pada tanggal 25-31 Desember 2004, sesuai dengan Surat Pengurus HMI Cabang Tanggamus Komisariat STH Muhammadiyah Nomor : 54/A/Sek/10/1425 tanggal 14 Nopember 2004 tentang Mohon Pengelolaan Latihan. Demikian mandat ini dibuat, disampaikan pada yang bersangkutan untuk dilaksanakan, dan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah selesai kegiatan harus menyampaikan laporan.
Billahittaufiq walhidayah Tanggamus, 4 Syawal 1425 H 18 Nopember 2004 PENGURUS LPL HMI CABANG TANGGAMUS GEORGE BUSH Ketua Umum
MARSHANDA Sekretaris Umum BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I -116
Contoh Surat Pengajuan Nama Pemandu PANITIA LATIHAN KADER I HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM CABANG TANGGAMUS KOMISARIAT STH MUHAMMADIYAH
Nomor : 09/A/Sek/Pan/11/1425 Lamp. : 1 (satu) berkas Hal : MOHON SK PEMANDU
Kepada Yth. Kanda Pengurus LPL HMI Cabang Tanggamus diTanggamus
Assalamu’alaikum wr wb Teriring salam dan do’a semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya pada kita semua dalam menjalankan aktivitas keseharian. Sehubungan akan diadakannya Latihan Kader I HMI Cabang Tanggamus Komisariat STH Muhammadiyah pada tanggal 25-31 Desember 2004, maka kami memohon untuk peng-SK-an Tim Pemandu kegiatan tersebut dengan susunan pemandu terlampir. Demikian permohonan ini kami sampaikan. diucapkan terima kasih.
Atas perhatian Kanda
Billahittaufiq walhidayah Wassalamu’alaikum wr wb Tanggamus,5 Zulkaidah 1425H 18 Desember 2004 PANITIA PENGARAH LK I HMI KOM. STHM
Salman Rushdi Koordinator
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I -117
Contoh Lampiran Surat Pengajuan Nama Pemandu PANITIA LATIHAN KADER I HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM CABANG TANGGAMUS KOMISARIAT STH MUHAMMADIYAH
Susunan Pemandu Latihan Kader I HMI Kom. STHM Pemandu
: Inul Daratista
Asisten Pemandu
: 1. Thoyib 2. Quraish Shihab 3. Amien Raiso
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I -118
Contoh Surat Keputusan LPL tentang Pemandu LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM CABANG TANGGAMUS
SURAT KEPUTUSAN PENGURUS LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM CABANG TANGGAMUS Nomor : 11/KPTS/A/11/1425 Tentang PENGESAHAN PEMANDU LATIHAN KADER I HMI CABANG TANGGAMUS KOM. STHM Bismillahirrahmaanirrahim Dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridho Allah SWT, Lembaga Pengelola Latihan HMI Cabang Tanggamus, setelah : MENIMBANG
:
Bahwa demi menjaga kesinambungan dan kelancaran mekanisme roda organisasi, maka dipandang perlu untuk mengesahkan pemandu Latihan Kader I HMI Cabang Tanggamus Kom. STHM
MENGINGAT
:
1. Pasal 4, 5, 8, 9 AD HMI 2. Pasal 60 ART HMI
MEMPERHATIKAN
:
1. Surat permohonan panitia pengarah Latihan Kader I HMI Cabang Tanggamus Kom. STHM Nomor : 09/A/Sek/Pan/11/1425 tanggal 5 Zulkaidah 1425 H yang bertepatan dengan tanggal 18 desember 2004 tentang Mohon SK Pemandu 2. Saran dan pendapat pengurus LPL HMI cabang Tanggamus pada Rapat Harian Pengurus Lembaga Pengelola Latihan Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Tanggamus pada tanggal 9 Zulkaidah 1425 H yang bertepatan dengan tanggal 22 Desember 2004 M di Tanggamus
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I -119
MEMUTUSKAN MENETAPKAN
:
1. Mengesahkan Tim Pemandu Latihan Kader I HMI Cabang Tanggamus Kom. STHM dengan susunan selengkapnya terlampir. 2. Surat Keputusan ini disampaikan kepada yang bersangkutan untuk dilaksanakan dan Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Tanggamus untuk diketahui. 3. Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan ditinjau kembali jika terdapat kekeliruan di dalamnya.
Billahittaufiq Wal Hidayah
DITETAPKAN DI : TANGGAMUS PADA TANGGAL : 9 Zulkaidah 1425 H 22 Desember 2004 PENGURUS LPL HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM CABANG TANGGAMUS
GEORGE BUSH Ketua Umum
MARSHANDA Sekretaris Umum
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I -120
Contoh Lampiran Surat Keputusan LPL Tentang Pemandu LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM CABANG TANGGAMUS Lampiran Surat Keputusan Pengurus LPL HMI Cabang Tanggamus Nomor : 11/KPTS/A/11/1425 tentang Pengesahan Pemandu Latihan Kader I HMI Cabang Tanggamus Kom. STHM Susunan Pemandu Latihan Kader I HMI Kom. STHM Pemandu
: Inul Daratista
Asisten Pemandu
: 1. Thoyib 2. Quraish Shihab 3. Amien Raiso
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I -121
Contoh Surat Keputusan Pemandu PEMANDU LATIHAN KADER I HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM CABANG TANGGAMUS KOMISARIAT STH MUHAMMADIYAH
SURAT KEPUTUSAN PEMANDU LATIHAN KADER I HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM CABANG TANGGAMUS KOMISARIAT STH MUHAMMADIYAH Nomor : Ist./KPTS/A/11/1425 Tentang KELULUSAN PESERTA LATIHAN KADER I HMI CABANG TANGGAMUS KOM. STHM Bismillahirrahmaanirrahim Dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridho Allah SWT, Pemandu LK I HMI Cabang Tanggamus Kom. STHM setelah : MENIMBANG
:
Bahwa demi menjaga kesinambungan dan kelancaran mekanisme roda organisasi, maka dipandang perlu untuk menetapkan kelulusan peserta Latihan Kader I HMI Cabang Tanggamus Kom. STHM
MENGINGAT
:
1. Pasal 4, 5, 8, 9 AD HMI 2. Pasal 60 ART HMI
MEMPERHATIKAN
:
1. Hasil evaluasi peserta Latihan Kader I HMI Cabang Tanggamus Kom. STHM 2. Saran dan pendapat SC dan Tim Pemandu Latihan Kader I HMI Cabang Tanggamus Kom. STHM pada rapat kelulusan yang dilaksanakan pada tanggal 18 Zulkaidah 1425 H yang bertepatan dengan tanggal 31 Desember 2004
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I -122
MEMUTUSKAN MENETAPKAN
: 1.
2.
3.
Kelulusan peserta Latihan Kader I HMI Cabang Tanggamus Kom. STHM dengan susunan selengkapnya terlampir. Surat Keputusan ini disampaikan Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Tanggamus untuk disahkan. Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan ditinjau kembali jika terdapat kekeliruan di dalamnya.
Billahittaufiq Wal Hidayah
DITETAPKAN DI : TANGGAMUS PADA TANGGAL : 18 Zulkaidah 1425 H 31 Desember 2004 PEMANDU LATIHAN KADER I HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM CABANG TANGGAMUS KOMISARIAT STHM
INUL DARATISTA
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I -123
Contoh Lampiran Surat Keputusan Pemandu PEMANDU LATIHAN KADER I HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM CABANG TANGGAMUS KOMISARIAT STH MUHAMMADIYAH
Lampiran Surat Keputusan Pemandu LK I HMI Cabang Tanggamus Kom. STHM Nomor : Ist./KPTS/A/11/1425 tentang Kelulusan Peserta Latihan Kader I HMI Cabang Tanggamus Kom. STHM No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Nama Baharuddin Hafied Hasbullah Khatib Zenzen Z. Muttaqin Siti Kulsum M. Zainul Fuad
Asal Komisariat STHM STHM STAI M STKIP M STIE M
Status Lulus Lulus Lulus Lulus Lulus
Dst……..
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM