BEDAH BUKU
KISAH PARA PEREMPUAN BERBAGI SURGA Primi Rohimi*) Judul Buku Penulis
: THE POWER OF WOMEN : Muhammad Khairu Tha’mah Halabi Penerjemah : Abdul Hayyie al-Kattani, Mujiburrahman Subadi Penerbit : Gema Insani Tahun Terbit : 2010 Jumlah halaman : 218 halaman
Pesan universal Islam yang senantiasa kontesktual adalah visinya sebagai rahmatan lil‘alamin. Islam tidak membedakan pengikutnya dengan pertimbangan jenis kelamin, usia, maupun status sosial ekonomi. Semua muslim berhak berlomba-lomba dalam kebaikan dan takwa serta meraih ‘piala’ surga, tanpa terkecuali terbuka juga bagi perempuan. Buku The Power of Women ini, secara gamblang memberikan uraian jejak historis sejumlah tokoh-tokoh perempuan dalam Islam yang belum banyak diungkap. Karena itu melalui buku ini, pembaca diajak untuk menyimak kiprah para perempuan baik dalam ruang publik maupun domestik yang tentu bisa menjadi uswah bahwa surga Allah S.W.T. juga terbuka luas bagi para perempuan teladan tersebut. Buku yang merupakan terjemahan dari sebuah kitab berjudul Sayyidaat Mubasysyaraat Bil Jannah ini, ulasannya begitu banyak memberikan inspirasi dan wawasan pengetahuan kita di tengah dominasi kisah-kisah sahabat rasul yang laki-laki cenderung lebih menonjol. Kalau pada literatur umum maupun formal yang kita dapat di bangku sekolah selalu menceritakan )
Penulis adalah Dosen Tetap Jurusan Dakwah STAIN Kudus
150
PALASTRèN: Vol. 4, No. 1, Juni 2011
tentang Khulafaur Rasyidin atau sahabat rasul lain yang kebanyakan laki-laki, maka kehadiran buku ini bisa menjadi sedikit penyeimbang dalam sejarah dakwah Islam yang tak lepas dari peran sahabat laki-laki maupun perempuan. Minimnya pengetahuan kita, ditambah minimnya literatur tentang para sahabat perempuan tersebut memunculkan anggapan bahwa ajaran Islam sangat patriarkis. Dengan kata lain kurang memperhatikan kaum perempuan. Tentu saja ini salah. Diakui oleh penerbit bahwa kehadiran buku ini bisa sebagai “penyeimbang popularitas” para wanita yang dijamin masuk surga dibanding para laki-lakinya (2010: 7). Gaya penulisan yang menonjolkan story tellling membuat buku ini ringan dan enak dibaca sehingga pesan utama yang ingin mengangkat kiprah para muslimah dalam dakwah Islam bisa tersampaikan dengan mudah.
Perempuan-perempuan yang dijamin Surga Tokoh-tokoh perempuan tersebut antara lain Ummu Aiman, Ummu Imarah, Ummu Abdillah Asma’ Dzatun Nithaqain, Ummu Waraqah, Ummu Harram binti Milhan, Fatimah binti Asad Ummu Thalib, Ummu Ammar, Ummu Sulaim al-Anshariyyah, Ummu Muhammad, Ummu Hisyam, Ummu Mundzir, Ummu Amir, Ummu Ruman, Ummu Isa (Maryam), dan Al-Fari’ah binti Malik. Dalam pengantar penerbit juga disebutkan bahwa penulis memperluas sapuan cerita ke para sahabat dari kalangan lakilaki yang terkait dengan para tokoh wanita yang dijamin masuk surga (2010: 7). Ini menjadikan cerita berkembang dan tidak monoton. Yang menarik ulasan buku ini disampaikan dalam bentuka dialog antara ayah dengan putranya sehingga membuat cerita terasa begitu hidup tidak monoton. Setiap judul dalam buku ini diawali dengan kalimat: Putraku berkata, “Siapa wanita yang digembirakan dengan janji pahala surga wahai Ayah?” Dan kalimat lain, seperti: Putraku berkata, “Lalu siapa lagi wanita yang digembirakan dengan janji pahala surga wahai Ayah?” Penokohan ayah dan putranya ini memang bisa jadi dialog antara penulis, yang berjenis kelamin laki-laki dengan putranya.
KISAH PARA PEREMPUAN BERBAGI SURGA (Primi Rohimi)
Tapi bisa juga ingin memperlihatkan keseimbangan antara lakilaki dan perempuan dalam Islam Wanita yang dibahas pertama kali adalah Ummu Aiman. Beliau adalah wanita yang mengasuh dan menemani Rasulullah pada saat masih kecil. Wanita ke dua adalah Ummu Imarah. Beliau adalah wanita pertama dari kaum Anshar yang melakukan baiat kepada Rasulullah. Beliau ikut berdakwah menyebarkan ajaran Islam, bahkan ikut berperang melawan musuh-musuh Allah. Perang pertama yang diikutinya adalah perang Uhud. Adapun perang terakhir beliau adalah perang Yamamah. Wanita yang diceritakan pada bagian ketiga adalah Ummu Abdillah Asma’ Dzaitun Nithaqain. Beliau termasuk kelompok wanita pertama yang masuk Islam. Beliau juga yang mengirim makanan ke gua Tsur ketika Rasulullah berada di dalamnya bersama Abu Bakar selama tiga hari hendak berhijrah. Ummu Waraqah adalah wanita keempat yang ditunjukkan pahala surga baginya. Beliau adalah tokoh yang sering menjadi perbincangan dalam studi gender dalam Islam. Di buku ini, beliau diceritakan sebagai wanita pertama yang menjadi imam shalat bagi kaum wanita dari kelompok Anshar dan Muhajirin. Wanita berikutnya adalah Ummu Haram Binti Milhan. Beliau adalah sosok wanita teladan bagi setiap muslimah karena hari-harinya digunakannya untuk beribadah. Beliau termasuk salah satu wanita terdepan yang melakukan baiat kepada Rasulullah. Beliau terkenal pandai memasak, sampaisampai Rasulullah yang menyukai masakan Ummu Haram mendoakannya dengan doa-doa kebaikan. Wanita keenam yang dijanjikan pahala surga dalam kisah ini adalah Fatimah Binti Asad Ummu Thalib. Sayyidah Fatimah Binti Asad adalah istri Abu Thalib, paman Rasulullah, yang mengasuh Rasulullah sejak kematian kakeknya. Ummu Thalib sangat menyayangi Rasulullah. Begitu pula sebaliknya. Bahkan Ummu Thalib termasuk lima orang yang dimasuki liang kuburnya oleh Rasulullah. Ummu Ammar adalah wanita ketujuh yang mendapat tiket surga. Beliau dan keluarganya termasuk kelompok yang pertama memeluk Islam. Ummu Ammar adalah wanita pertama yang syahid karena kejahatan Abu Jahal.
151
152
PALASTRèN: Vol. 4, No. 1, Juni 2011
Ummu Sulaim Al-Anshariyyah adalah wanita yang kedelapan yang dikisahkan mendapat kabar gembira ditempatkan di surga. Ketika beliau masuk Islam, suaminya dengan keras menentangnya. Namun dengan kegigihannya, beliau tetap bisa bertahan. Ketika suaminya meninggal, beliau menjadi rebutan para pemuka Quraisy. Namun beliau hanya mau menikah dengan seorang muslim. Akhirnya beliau menikah dengan Abu Thalhah. Beliau berdua dengan kedermawanannya membantu jihad Islam. Ummu Sa’ad Al-Anshariyyah adalah wanita penghuni pasti surga selanjutnya. Ketika putranya, Amr terbunuh, Ummu Sa’ad lewat di depan Rasulullah pada perang Uhud dan pada waktu itu putra yang satunya lagi, Sa’ad sedang memegang tali kendali kudanya, lalu Sa’ad berkata, ‘Wahai Rasulullah, itu ibuku.’ Lalu Rasulullah berkata, ‘Selamat datang.’ Kemudian beliau berdiri dan menghiburnya seraya berkata, ‘Wahai Ummu Sa’ad, bergembiralah dan sampaikan berita gembira kepada para keluarga syuhada bahwa keluarga mereka yang terbunuh semuanya telah berada di dalam surga dan mereka diberikan izin untuk memberikan syafaat kepada keluarga mereka.’ Ummu Muhammad adalah wanita kesepuluh yang dikisahkan mendapat jaminan surga. Ini karena beliau adalah salah satu wanita yang ikut melakukan bai’atur ridhwaan kepada Rasulullah. Ummu Hisyam juga termasuk wanita dalam sejarah yang masuk Islam terdahulu di Madinah. Sehingga Ummu Hisyam mendapat jaminan surga. Wanita yang masuk Islam terdahulu lagi adalah Ummu Mundzir. Bahkan beliau melakukan dua kali baiat. Yang pertama adalah bersama para wanita Anshar lainnya. Sedangkan yang kedua bersama para sahabat yang hendak berziarah ke Baitul Haram bersama Rasulullah. Ummu Amir termasuk wanita berikutnya yang digembirakan dengan janji pahala surga. Beliau termasuk salah satu wanita yang meriwayatkan hadits Rasulullah. Ummu Ruman juga mendapat janji pahala surga. Beliau memiliki sebuah kesempatan istimewa yang tidak dimiliki oleh orang lain. Ia menimba ilmu agama dengan mudah dari suaminya, Abu Bakar ash-Shiddiq.
KISAH PARA PEREMPUAN BERBAGI SURGA (Primi Rohimi)
Di antaranya lagi adalah Ummu Isa (Maryam) yang sudah kita ketahui kisahnya dalam Al Quran. Dan yang terakhir adalah Al Fari’ah binti Malik. Beliau meriwayatkan hadits tentang masa iddah.
Jalan Surga bagi Perempuan Para wanita yang diceritakan di atas hanya sebagian wanita yang jelas mendapat janji surga. Kejelasan ini dikutip dari ayat Al Quran dan Hadits serta riwayat-riwayat lainnya. Namun memang buku ini menyisakan banyak pertanyaan. Apakah hadits dan riwayat yang dikutip tersebut benar-benar shahih? Bagi para pembaca yang mempunyai latar belakang ilmu Hadits, sepertinya perlu membaca buku ini dan mengkritisinya. Belum lagi ketika setiap bagian dalam buku ini diawali dengan pertanyaan seorang putra kepada ayahnya dengan redaksi yang sama, “Ayah, siapakah wanita yang mendapat kabar gembira janji pahala surga?” diikuti dengan pertanyaan berikutnya, “Bagaimanakah Ummu “X” masuk Islam?” Kesamaan pertanyaan ini sepertinya terlalu dibuat-buat. Kiprah para wanita ini pun rasanya terlalu sempit. Maksudnya, memang ada beberapa yang berjasa dengan ikut jihad fisik (perang) dengan Rasulullah. Namun banyak dari mereka dijelaskan kiprahnya hanya di kalangan wanita. Misalnya yang pertama kali dibai’at dari kalangan wanita, menjadi imam pertama di kalangan wanita, dan lain-lain. Mengenai Ummu Warakah pun buku ini ternyata menganut kisah tentang beliau yang menjadi imam di kalangan wanita Anshar dan Muhajirin. Padahal dalam beberapa riwayat dikatakan ada makmun laki-laki yang saat itu sedang dalam kondisi lemah. Dari sudut pandang kesetaraan gender, buku ini bisa dijadikan bukti kuat bahwa Islam bukan agama yang bias gender seperti selama ini yang ditunjukkan dengan minimnya tokoh perempuan dalam sejarah kenabian. Ketimpangan gender adalah produk sosial budaya manusia. Islam yang datang dari Allah adalah solusi untuk kesetaraan gender.
153
154
PALASTRèN: Vol. 4, No. 1, Juni 2011
Mengisi Kekosongan Sejarah Islam Spirit buku ini hampir sama dengan buku berjudul “Kembang Peradaban” karya Ruth Roded. Kembang Peradaban merupakan terjemahan dari buku berjudul Women in Islamic Biographical Collections From Ibn Sa’d to Who’s Who yang diterbitkan pada tahun 1994. Buku ini ditulis setelah penulis mendapatkan kenyataan bahwa wanita jarang sekali disebut-sebut dalam biografi sejarah Islam. Padahal ketika Roded melakukan penelitian kuantitatif atas wakaf di Aleppo ‘Utsmaniyah, ternyata ditemukan wakaf dari wanita sebanyak empat puluh satu persen. Kembang Peradaban merupakan buku yang cukup komprehensip dalam menunjukkan betapa perempuan dalam Islam memiliki peran penting dalam rentang sejarah yang terlupakan. Ini karena Kembang Peradaban merupakan hasil penelitian yang dipengaruhi banyak perspektif. Kembang Peradaban diawali dengan bahasan metodologis tentang gaya biografis. Bab selanjutnya adalah sahabat nabi yang tentunya difokuskan pada sahabat perempuan yang berperan penting dalam perjuangan nabi. Bab berikutnya adalah generasi thabiin, wanita terpelajar, sufi wanita dan peran wanita dalam koleksi historis dan kontemporer. Dilihat dari isi, memang The Power of Women dan Kembang Peradaban memiliki perbedaan. Kembang Peradaban merupakan hasil penelitian seorang peneliti. Maka isi buku pun merupakan hasil penelitian dibatasi tujuan penelitian. Bahasa yang digunakan adalah bahasa formal dan analisis. Sedangkan The Power of Women merupakan kitab yang bertutur dan bercerita dengan perspektif dan bahasa timur tengah. Perempuan yang diceritakan dalam sejarah pun banyak yang tidak disebutkan dalam Kembang Peradaban. Dari segala macam kekurangan dan kelebihan di atas, buku ini layak untuk dimiliki sebagai penyeimbang cerita tentang Islam dan kesetaran gender. Sehingga jika sewaktu-waktu putra putri kita yang kritis bertanya dengan pertanyaan kritis, “Ayah, bunda, kenapa dua puluh lima nabi dalam Islam adalah laki-laki? Apa tidak ada wanita yang berjuang dalam Islam? Kenapa para sahabat juga laki-laki? Apa tidak ada wanita yang jadi sahabat?” Kita dengan tepat bisa menjawab pertanyaan tersebut. Dengan
KISAH PARA PEREMPUAN BERBAGI SURGA (Primi Rohimi)
demikian, sejak dini kita bisa menanamkan cerita kesetaraan gender dalam Islam pada anak sehingga secara tak langsung konstruksi relasi gender yang adil bisa terbangun dengan baik (antara lain) melalui cerita-cerita perempuan yang dijamin masuk surga. Meskipun demikian, perempuan tetap rela berbagi surga dengan kaum adam, karena keberadaan keduanya untuk saling berpasangan tak lepas dari desain-Nya.***
155