MUSEUM TEKSTIL JAKARTA SEBAGAI PUSAT PEMBELAJARAN: STUDI KASUS PADA KEGIATAN PROMOSI
Donna Fyani Magriza, S.Hum Yeni Budi Rachman, M.Hum
Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424
[email protected] [email protected]
Abstrak Penelitian ini membahas mengenai kegiatan promosi yang dilakukan oleh Museum Tekstil Jakarta sebagai pusat pembelajaran untuk menarik pengunjungnya. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran rinci mengenai kegiatan promosi yang dilakukan oleh Museum Tekstil Jakarta. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Museum Tekstil Jakarta melakukan berbagai kegiatan promosi untuk menarik pengunjungnya dan mempublikasikannya melalui media cetak dan media elektronik. Kata kunci: Promosi, Promosi Museum, Museum
Abstract This research discusses the promotion activities done by Museum Tekstil Jakarta as learning center to attract visitors. The purpose of this research is to describe about promotion activities has done by Museum Tekstil Jakarta. This is a qualitative research with case study method. The result of this research shows that Museum Tekstil Jakarta managed various promotion strategies to attract visitors to come. The methods used cover Museum Goes To School programs, textile exhibition, and promotion through printed and online media. Keywords: Promotion, Museum Promotion, Museum
1.
Pendahuluan
Promosi merupakan forum pertukaran informasi antara organisasi
dan konsumen dengan tujuan utama memberi informasi mengenai produk atau jasa yang disediakan oleh
Museum Tekstil ..., Donna Fyani Magriza, FIB UI, 2013
organisasi. Setiap organisasi membutuhkan promosi untuk menarik pengunjungnya, tidak terkecuali dengan museum. Museum merupakan lembaga yang menyimpan, merawat, mengamankan, dan memanfaatkan koleksi cagar budaya. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 1945 tentang pemeliharaan dan pemanfaatan benda cagar budaya di museum pasal 7 ayat 1 dijelaskan bahwa penyimpanan benda cagar budaya pada ruang pameran dimaksudkan untuk dipamerkan kepada masyarakat umum. Melalui pasal tersebut dapat dilihat bahwa museum didirikan dengan tujuan untuk dipamerkan kepada masyarakat umum. Supaya masyarakat umum mengetahui keberadaan museum, maka dibutuhkan promosi dengan strategi yang tepat. Setelah melakukan berbagai kegiatan promosi, sebuah organisasi membutuhkan evaluasi untuk mengetahui apakah promosi yang dilakukan telah mencapai tujuannya atau belum. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimanakah strategi promosi yang dilakukan oleh Museum Tekstil Jakarta dalam memperkenalkan kebudayaan tekstil tradisional Nusantara dan juga bagaimanakah pendapat pengunjung terhadap kegiatan promosi yang telah dilakukan oleh Museum Tekstil Jakarta. Penelitian ini berupaya memberikan gambaran rinci mengenai kegiatan promosi yang dilakukan oleh Museum Tekstil Jakarta dan mengidentifikasi unsur-unsur pendukung dan penghambat kegiatan promosi di Museum Tekstil Jakarta berdasarkan
pemahaman pengunjung Museum Tekstil Jakarta.
dan
staf
Dalam promosi, terdapat istilah promotional mix (bauran promosi) yang memiliki arti sebagai kombinasi strategi yang paling baik dari variabelvariabel periklanan, personal selling, dan alat promosi lainnya yang kesemuanya direncanakan untuk mencapai tujuan program penjualan (Drs. Basu Swastha dalam Angipora, 2002, p. 338). Menurut Philip Kotler dalam Angipora (2002, p. 338) terdapat empat alat utama untuk melakukan promotional mix (bauran promosi), yaitu iklan, promosi penjualan, publisitas, dan penjualan personal. Iklan merupakan bentuk penyajian non-personal dan promosi ide-ide, barang-barang, dan jasa dengan pembayaran oleh suatu sponsor tertentu. Iklan dapat berbentuk dalam media tercetak dan media elektronik. Media tercetak seperti brosur, leaflet, dan banner, dan media elektronik seperti iklan televisi dan internet. Dalam tesis yang ditulis oleh Kang Mee Eun (1993), dijelaskan bahwa hal yang pertama kali dilihat oleh masyarakat dalam membaca iklan adalah melihat ilustrasinya, membaca headline, dan yang terakhir adalah membaca isinya. Jika salah satu dari elemen ini gagal, maka pengaruh dari iklan akan berkurang. Selain simbol dalam ilustrasi, warna yang digunakan untuk membuat iklan juga dapat mempengaruhi masyarakat. Dalam tesis yang ditulis oleh Melanie Alt (2008), dijelaskan bahwa warna dapat menyampaikan informasi penting kepada konsumer (yang berhubungan
Museum Tekstil ..., Donna Fyani Magriza, FIB UI, 2013
dengan kecantikan atau keindahan) (Gobe, 2001). Mahnke dalam Melanie Alt (2008) memaparkan beberapa preferensi warna. Warna merah merupakan warna yang membangkitkan, menarik, dan merangsang dengan gabungan positif dari gairah, kekuatan, keaktifan, dan kehangatan. Warna jingga yang berarti riang, lincah, enerjik, ekstrovert, dan senang bersosialisasi. Warna coklat yang berhubungan dengan kenyamanan dan keamanan, keibuan dan dapat diandalkan. Warna kuning yang memberikan kesan ceria, bersemangat tinggi, dan sugestif untuk memberikan pencerahan dalam kehidupan. Warna biru yang memberikan kesan kedamaian, banyak orang yang menyukainya, santai. Warna putih yang melambangkan cahaya, langit, spiritual, harapan, kesucian, dan kemurnian. Melalui penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa setiap warna memiliki makna yang berbeda. Maka dari itu, pemilihan warna dalam membuat iklan sangat berpengaruh untuk citra organisasi yang membuatnya. Bauran promosi yang kedua adalah promosi penjualan yang merupakan rangsangan jangka pendek untuk merangsang pembelian atau penjualan suatu produk dan jasa. Bauran promosi selanjutnya adalah publisitas yang merupakan suatu stimulasi non-personal terhadap permintaan suatu produk, jasa, atau unit dagang dengan meyebarkan berita-berita komersil yang penting mengenai kebutuhan akan produk tertentu di suatu media yang disebarluaskan di radio, televisi, atau panggung yang tidak dibayar oleh pihak sponsor. Bauran promosi yang
terakhir adalah penjualan personal yang merupakan penyajian lisan dalam pembicaraan dengan satu atau beberapa pembeli dengan tujuan melaksanakan pembelian. Penelitian mengenai evaluasi promosi di Pusat Informasi seperti perpustakaan salah satunya adalah penelitian skripsi yang dilakukan oleh Aisha Rachman pada tahun 2012. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aisha Rachman mengenai promosi di KPAK Jakarta Selatan dapat diambil kesimpulan bahwa promosi yang dilakukan KPAK Jakarta Selatan untuk menarik pengunjungnya belum membuahkan hasil yang maksimal. Hal tersebut dapat terlihat dari opini pengguna yang menyatakan bahwa mereka tidak merasakan kegiatan-kegiatan promosi tersebut. Pustakawan KPAK Jakarta Selatan pun merasakan kurangnya promosi yang mereka lakukan yang dikarenakan anggaran/ dana yang terbatas. 2.
Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Pendekatan kualitatif menurut Gorman dan Peter (2005, p.3) adalah proses pengambilan data dari konteks dimana kejadiankejadian muncul, dalam sebuah usaha untuk mendeskripsikan kemunculan kejadian-kejadian ini. Sebagai sebuah alat dalam menentukan proses dimana kejadian-kejadian tersebut melekatkan perspektif bagi mereka yang berpartisipasi dalam kejadian tersebut, menggunakan pengenalan untuk memperoleh penjelasan berdasarkan fenomena yang diteliti. Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini
Museum Tekstil ..., Donna Fyani Magriza, FIB UI, 2013
adalah metode studi kasus. Metode studi kasus adalah metode yang proses penelitiannya dilakukan secara mendalam dan menyeluruh terhadap kasus yang diteliti, serta mengikuti struktur studi kasus, yaitu permasalahan, konteks, isu, dan pelajaran yang dapat diambil (Creswell; 1998). Informan yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah sebanyak No. Nama 1. Ibu Ari
Umur 42 tahun
2.
Bapak Eko
49 tahun
3.
Ibu Danipah
39 tahun
4.
Ibu Henny
45 tahun
5.
Bapak Nugroho
56 tahun
lima orang. Dua orang merupakan pegawai/ staf Museum Tekstil Jakarta yang bertanggung jawab terhadap kegiatan promosi Museum Tekstil Jakarta dan tiga orang lainnya adalah pengunjung Museum Tekstil Jakarta.
Status Lama bekerja Kepala Bagian Koleksi 15 tahun dan Perawatan Kepala Bagian Edukasi 6 tahun dan Pameran Guru SD Petamburan 05 Pagi Pekerja Sosial Universitas Indonesia Praktisi Arsitek
Pemilihan informan yang merupakan staf Museum Tekstil Jakarta menggunakan metode purposive sampling, yaitu pemilihan contoh berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh peneliti (Sulistyo, 2006). Pemilihan informan ini dikarenakan bagian edukasi dan pameran merupakan bagian yang bertanggung jawab terhadap kegiatan promosi yang dilakukan oleh Museum Tekstil Jakarta. Meskipun bagian koleksi dan perawatan tidak berhubungan dengan kegiatan promosi Museum Tekstil Jakarta, namun kepala bagian tersebut sebelumnya menjabat Kepala Bagian Edukasi dan Promosi selama sembilan tahun dari tahun 1998-2007. Sedangkan untuk pemilihan informan yang merupakan pengunjung, peneliti menggunakan
sampling by accident. Peneliti menggunakan metode ini karena keterbatasan populasi yang tidak diketahui dengan pasti. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu wawancara dan observasi. Jenis wawancara yang dilakukan adalah wawancara semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur bertujuan untuk menemukan masalah secara lebih terbuka. Pihak yang diwawancara diminta untuk mengemukakan pendapat dan ideidenya mengenai promosi Museum Tekstil Jakarta. Peneliti melakukan wawancara secara informal. Selain wawancara, peneliti juga melakukan observasi langsung ke Museum Tekstil Jakarta. Peneliti ingin
Museum Tekstil ..., Donna Fyani Magriza, FIB UI, 2013
mengidentifikasi secara langsung mengenai pengaruh promosi yang telah dilakukan oleh Museum Tekstil Jakarta terhadap pengunjungnya. Jenis observasi yang peneliti lakukan adalah observasi tak tersturktur. Pada jenis metode ini, peneliti mempertimbangkan partisipan atau subjek penelitian, jenis perilaku yang diamati, frekuensi, dan lama perilaku. Peneliti menampakkan diri sehingga subjek yang diamati mengetahui keberadaan peneliti. Tidak hanya observasi tempat penelitian, peneliti juga melakukan observasi melalui salah satu media promosi yang digunakan oleh Museum Tekstil Jakarta, yaitu internet. Media promosi dalam internet yang digunakan oleh Museum Tekstil Jakarta adalah berupa website, facebook, dan twitter. Peneliti ingin mengetahui juga pengaruh promosi yang dilakukan oleh Museum Tekstil Jakarta dalam dunia maya. Analisis data dalam penelitian kualitatif terdiri dari seleksi hasil wawancara, transkrip data wawancara, analisis hasil wawancara, dan penarikan kesimpulan. Seleksi hasil wawancara merupakan tahap pemilihan data dari hasil wawancara. Peneliti memilih data yang didapatkan selama penelitian dan mengambil data yang diperlukan sesuai dengan yang akan peneliti bahas. Tahap yang kedua adalah transkrip data wawancara. Peneliti membuat salinan hasil wawancara ke dalam bentuk tulisan yang sebelumnya dalam bentuk rekaman. Tahap selanjutnya adalah analisis data. Informasi yang diperoleh dari penelitian seperti hasil wawancara dan
hasil observasi, dianalisis dengan teori yang digunakan oleh peneliti. Tahap yang terakhir adalah penarikan kesimpulan dari data yang disajikan pada bab 4. Disini peneliti akan memberikan kesimpulan akhir mengenai promosi yang dilakukan oleh Museum Tekstil Jakarta. 3.
Analisis dan Interpretasi Data
3.1 Bauran Promosi (Promotional Mix) 1. Iklan Bauran promosi yang pertama adalah iklan. Museum Tekstil Jakarta melakukan iklan melalui melalui media cetak berupa brosur, leaflet, dan banner. Di dalam Museum Tekstil Jakarta, tersedia leaflet yang dapat diambil oleh pengunjung Museum Tekstil. Tidak hanya di dalam museum, Museum Tekstil juga menyebarkan brosur dan leaflet ke sekolah, kampus, ataupun perpustakaan.
Gambar 1 Leaflet Museum Tekstil Jakarta
Museum Tekstil ..., Donna Fyani Magriza, FIB UI, 2013
Melalui gambar 1, dapat ditinjau bahwa Museum Tekstil Jakarta menggunakan ilustrasi jendela sebagai cover leaflet. Ilustrasi tersebut senada dengan headline yang digunakan Museum Tekstil, yaitu “Jendela Budaya Tekstil Tradisional Indonesia”. Museum Tekstil ingin menumbuhkan pola pikir masyarakat bahwa Museum Tekstil adalah tempat yang tepat untuk masyarakat yang ingin mendapatkan pengetahuan mengenai budaya tekstil tradisional Indonesia. Selain itu, pada bagian atas dan bawah leaflet juga dapat terlihat motif batik yang merupakan salah satu tekstil tradisional Indonesia. Ilustrasi yang ditampilkan pada leaflet ini sudah menggambarkan fungsi dari Museum Tekstil dan dapat menarik perhatian masyarakat untuk berkunjung ke Museum Tekstil. Selanjutnya adalah isi (informasi) yang ditampilkan. Leaflet Museum Tekstil berisi informasi mengenai sejarah, fasilitas, alamat, waktu kunjungan, serta harga tiket masuk ke Museum Tekstil Jakarta. Informasi yang disajikan sudah cukup lengkap untuk mendeskripsikan apa itu Museum Tekstil. Namun, setelah peneliti observasi ternyata harga tiket yang tercantum dalam leaflet berbeda dengan harga tiket masuk yang seharusnya. Hal tersebut menandakan bahwa leaflet yang disediakan oleh Museum Tekstil Jakarta tidak memberikan informasi yang valid. Kesalahan pencantuman biaya masuk museum dapat mempengaruhi kegiatan promosi. Perbedaan harga yang mencapai dua kali lipat dapat mengubah pemikiran pengunjung yang
tadinya ingin berkunjung ke museum menjadi enggan untuk berkunjung. Walaupun biaya yang diberikan masih terbilang murah, namun ekspetasi pengunjung dapat berubah. Biaya tersebut dapat terbilang mahal oleh pengunjung bila dibandingkan dengan biaya yang tercantum dalam leaflet. Untuk itu informasi yang update sangat dibutuhkan oleh museum untuk menarik pengunjungnya. Selain ilustrasi, headline, dan informasi, pewarnaan yang ditampilkan juga dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat. Seperti yang telah dijelaskan, setiap warna memiliki makna tersendiri yang dapat menggambarkan kepribadian seseorang. Museum Tekstil menggunakan warna jingga, coklat, dan kuning dalam leaflet-nya. Museum Tekstil Jakarta membuat leaflet dengan menggunakan warna jingga, coklat, dan kuning pasti memiliki arti tersendiri. Mahnke mendeskripsikan warna jingga sebagai warna yang riang, lincah, enerjik, ekstrovert, dan senang bersosialisasi. Museum Tekstil ingin membuat museum sebagai tempat yang menyenangkan dan disukai oleh pengunjung, bukan tempat kuno yang selama ini lekat dengan imej museum. Selanjutnya warna coklat dideskripsikan sebagai warna yang berhubungan dengan kenyamanan dan keamanan, keibuan dan dapat diandalkan. Hal ini menunjukkan bahwa Museum Tekstil ingin menjadi tempat yang nyaman, aman, bersifat keibuan, dan dapat diandalkan. Maksudnya bersifat keibuan adalah, seperti yang diketahui museum adalah tempat pembelajaran untuk masyarakat,
Museum Tekstil ..., Donna Fyani Magriza, FIB UI, 2013
museum ingin memberikan citra seperti ibu yang mendidik anaknya dengan penuh kasih sayang. Sedangkan warna kuning dideskripsikan sebagai warna yang memberikan kesan ceria, bersemangat tinggi, dan sugestif untuk memberikan pencerahan dalam kehidupan. Hal ini hampir sama dengan penggunaan warna jingga, warna kuning juga digunakan untuk membuat citra museum sebagai tempat yang menyenangkan untuk dikunjungi, bukan tempat yang membosankan. 2.
Promosi Penjualan Promosi penjualan dalam konteks museum adalah kegiatan seperti pameran-pameran yang diadakan di luar museum dan museum goes to school. Museum Tekstil Jakarta beberapa kali mengadakan pameran di luar museum, seperti di Jakarta Convention Center (JCC) dan mall. Kegiatan museum goes to school sering dilakukan di Jakarta hingga telah mencapai Pulau Seribu. Melalui kegiatan museum goes to school ini dapat ditinjau bahwa museum berusaha untuk menarik minat pengunjung terhadap museum tidak hanya kepada kalangan orang dewasa melainkan juga para siswa. Museum menyadari bahwa promosi kepada anak usia dini merupakan hal yang penting. Sebaiknya museum memperkenalkan museum sejak usia dini sehingga mereka dapat mengenal dan mencintai museum. 3.
Publisitas Selanjutnya adalah bauran promosi publisitas. Contoh dari publisitas adalah berita yang dimuat
dalam media elektronik maupun media cetak. Museum Tekstil Jakarta tidak dapat mengatur berita apa yang akan dimuat dalam media elektronik ataupun media tercetak tersebut. Maka dari itu, publikasi dapat berisi informasi positif ataupun negatif mengenai Museum Tekstil Jakarta. Dalam media tercetak, publisitasnya dapat berupa berita dalam koran ataupun majalah. Museum Tekstil beberapa kali melakukan publikasi melalui koran. Sedangkan untuk media elektronik, contoh publikasinya adalah berita melalui internet, televisi, ataupun radio. Selain melaui internet, media eletronik lainnya yang digunakan oleh Museum Tekstil Jakarta dalam berpromosi adalah melalui televisi dan radio. Menurut informasi yang diberikan oleh Ibu Ari, Museum Tekstil Jakarta melakukan publikasi berupa iklan melalui televisi bandara. Hal ini juga dapat membantu promosi museum. Bandara merupakan tempat yang banyak dikunjungi masyarakat baik WNI maupun WNA. Maka iklan tersebut dapat menarik minat masyarakat untuk berkunjung ke Museum Tekstil Jakarta, terlebih lagi di saat mereka sedang berlibur ke Jakarta dan tidak tahu tempat wisata yang akan dikunjungi di Jakarta. Selain iklan melalui televisi bandara, Museum Tekstil Jakarta juga melakukan promosi di media televisi dan radio sebagai media partner. Jadi ketika Museum Tekstil Jakarta melakukan kegiatan seperti pameran, media partner akan meliput pameran tersebut dan menayangkannya di televisi ataupun radio. Media elektronik seperti televisi dan radio
Museum Tekstil ..., Donna Fyani Magriza, FIB UI, 2013
merupakan media yang cukup efektif untuk digunakan sebagai sarana promosi. Seperti yang kita tahu, hampir setiap rumah memiliki televisi ataupun radio, sehingga promosi akan berpeluang besar untuk mencapai sasarannya.
4.
Penjualan Persona Bauran promosi yang terakhir adalah penjualan persona. Disini staf Museum Tekstil Jakarta harus bersikap ramah dan interaktif kepada pengunjung. Saat melakukan observasi ke tempat penelitian, peneliti dapat melihat bahwa staf Museum Tekstil Jakarta bersikap ramah dan interaktif kepada pengunjungnya. Salah satu informan yang diwawancara bahkan sudah kenal dekat dengan Ibu Ari yang merupakan Kepala Bagian Koleksi dan Perawatan. Dengan menunjukkan sikap yang ramah dan interaktif, pengunjung akan lebih senang untuk datang berkunjung ke Museum Tekstil Jakarta. Jika staf Museum Tekstil Jakarta hanya diam dan menunjukkan raut muka yang tidak ramah, pengunjung akan enggan untuk kembali berkunjung ke Museum Tekstil Jakarta. Selain itu, staf Museum Tekstil Jakarta juga melakukan pendekatan kepada masyarakat langsung. Namun pendekatan tersebut mendapatkan tanggapan yang kurang memuaskan. Selain bauran promosi tersebut, menurut hasil wawancara dari Ibu Ari dan Bapak Eko, Museum Tekstil Jakarta juga melakukan promosi dengan menggunakan metode dari mulut ke mulut. Metode mulut ke
mulut merupakan metode yang efektif digunakan dalam promosi. Ketika pengunjung Museum Tekstil Jakarta datang berkunjung, maka staf Museum Tekstil akan meminta pengunjung tersebut untuk menyampaikan informasi mengenai kegiatan Museum Tekstil Jakarta yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat kepada teman-temannya. Metode mulut ke mulut juga dapat dilakukan tanpa diminta oleh staf museum. Jika produk dan jasa yang diberikan oleh Museum Tekstil Jakarta menarik, maka tanpa disengaja pengunjung juga dapat mempromosikan produk dan jasa tersebut kepada teman-temannya. 3.2 Pengetahuan Pengunjung Terhadap Promosi Museum Tekstil Jakarta Semua kegiatan, metode, dan media promosi yang dilakukan oleh Museum Tekstil Jakarta, dalam penelitian ini diajukan pertanyaan kepada informan yang merupakan pengunjung museum, apakah mereka mengetahui kegiatan, metode, dan media promosi Museum Tekstil Jakarta. Berikut jawaban dari informan: “Mengenai batik celup, Kemarin kita diundang kesini untuk batik celup. Brosur waktu itu juga pernah dikasih, tapi itu untuk kunjungan aja. Kalau kita kebanyakan diundang. Website waktu itu saya pernah baca, tapi sekarang belum buka lagi. Undangan ini bukan pertama kalinya, ini sudah ketiga kalinya. Anak-anak sih seneng diundang.” Ibu Danipah
Museum Tekstil ..., Donna Fyani Magriza, FIB UI, 2013
Ibu Danipah merupakan seorang Guru SD Petamburan 05 Pagi. Meskipun Ibu Danipah tinggal dan bekerja di lokasi yang berdekatan dengan Museum Tekstil Jakarta, namun beliau hanya mengetahui kegiatan promosi yang berhubungan dengan sekolah tempat ia mengajar. Promosi yang beliau ketahui adalah melalui publikasi, salah satunya seperti undangan kepada sekolah untuk mengikuti workshop. Informan lain mengatakan: “Di Museum Tekstil ini kebanyakan tentang membatik yah. Promosi tentang batik, misalnya batik kontemporer, batik tulis, batiik cetak, terus cara pembuatan batik, pameran-pameran. Terutama keahlian dari seseorang,.. misalnya kegiatan sosial dari suatu badan kayak kedutaan besar atau dari suatu badan komunitas batik terus ada juga misalnya dari sosial masyarakat... waktu itu juga ada sosialisasi mengenai batik. Itu juga pernah ada kayak bazar. Kalau di internet saya kurang mengikuti ya, karena saya jarang ke internet... Kalau workshop saya tau, kalau ada waktu saya ikut. Baru sekali sih waktu di Jakarta Convention Center.” Ibu Henny Ibu Henny merupakan masyarakat pecinta batik. Beliau beberapa kali berkunjung ke Museum Tekstil Jakarta untuk melihat pameran batik. Kegiatan promosi yang diketahui adalah sales promotion, yaitu kegiatan seperti pameran, workshop, dan bazar mengenai batik.
Informan terakhir menjawab, kegiatan promosi yang beliau ketahui adalah: “Kegiatan promosi yang dilakukan di Museum Tekstil, ya kadang-kadang tau dari agenda yang ada di koran... datang ke museum untuk melihat museum itu sendiri, kadang-kadang bersamaan dengan adanya pameran. Kemudian disitu... biasanya disampaikan undangan tentang pameran atau kegiatankegiatan yang akan dilakukan berikutnya... disana juga banyak terdapat banner-banner yang menyampaikan tentang kegiatankegiatan berupa film, lombalomba yang menurut saya sangat membantu untuk mengetahui acara-acara berikutnya. Kalau internet saya tidak pernah melihat internet.” Bapak Nugroho
Melalui jawaban yang dikemukakan oleh Bapak Nugroho, dapat diketahui bahwa promosi yang beliau ketahui adalah agenda kegiatan Museum Tekstil Jakarta yang dimuat di media massa, pameran-pameran, banner mengenai lomba, dan juga metode publikasi. Bapak Nugroho mengatakan bahwa Museum Tekstil Jakarta akan memberikan undangan untuk kegiatan yang akan diselenggarakan oleh Museum Tekstil Jakarta berikutnya. Seluruh jawaban yang dipaparkan oleh informan, dapat dilihat bahwa tidak semua informan mengetahui mengenai kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Museum Tekstil Jakarta. Namun dengan hanya
Museum Tekstil ..., Donna Fyani Magriza, FIB UI, 2013
beberapa jenis kegiatan promosi yang para informan ketahui, Museum Tekstil Jakarta tetap mampu membuat para informan untuk kembali berkunjung ke Museum Tekstil Jakarta. Selanjutnya peneliti mengajukan pertanyaan mengenai opini para informan mengenai kegiatan promosi di Museum Tekstil Jakarta, bagaimana upaya peningkatan promosi yang sebaiknya dilakukan oleh Museum Tekstil Jakarta. Berikut jawaban dari informan: “Sudah baik, tapi kalau bisa ditingkatkan. Seperti undangan ini, kalau bisa lebih sering mengundang, karena anak-anak suka.” Ibu Danipah “Karena saya udah berapa kali dateng ke Museum Tekstil dalam rangka pameran... Saya pernah juga belajar membatik disini, pernah sekali, dan saya merasakan dari pameran yang pertama kali saya datang, itu makin lama makin kesini makin meningkat pelayanannya, dan lebih terorganisir gitu. Kalau yang pertama kan mungkin agak kurang tertata ya, kalau sekarang kesini sudah tertata, mengenai ruang juga nggak terlalu sempit, jadi tau penempatan... Tadinya tuh nggak di luar, ngadaiinya di dalem. Sekarang uda tertata dan juga ada pemasukan yang bagus untuk Museum Tekstil sendiri... Kan biasanya kita mengisi kuesioner di kertas lembar mengenai pameran ini, kesan dan pesan mengenai keadaan di Museum Tekstil. Nah mungkin itu
dijawab sama Museum Tekstil. Kesini makin lama makin baik.” Ibu Henny “Ya kalau menurut saya, saya tidak tau pasti promosi yang dilakukan Museum Tekstil secara keseluruhan, tapi dari apa yang saya tau, maka sebetulnya adalah promosi tersebut mungkin agak kurang. Jadi alangkah baiknya mungkin bila itu ada dilakukan di TV atau melalui media koran secara rutin walaupun mungkin tidak banyak.” Bapak Nugroho
Melalui jawaban dari ketiga informan, dapat dilihat bahwa promosi yang dilakukan Museum Tekstil Jakarta masih perlu ditingkatkan lagi. Kuesioner yang diberikan oleh Museum Tekstil Jakarta mengenai kesan dan pesan pengunjung museum merupakan cara yang baik untuk membuat promosi museum lebih baik lagi sesuai dengan saran dari pengunjung museum. Melalui pernyataan Ibu Henny dapat dilihat bahwa Museum Tekstil Jakarta peduli akan masukan dari pengunjung untuk membuat promosi menjadi lebih baik lagi sesuai yang diharapkan oleh pengunjung museum. Dari berbagai jenis kegiatan museum yang para informan ketahui, peneliti mengajukan pertanyaan tentang promosi manakah yang paling efektif bagi para informan. Berikut jawaban dari informan: “Yang paling efektif tuh undangan batik celup. Jadi anak-anak bisa langsung melakukan dan hasilnya
Museum Tekstil ..., Donna Fyani Magriza, FIB UI, 2013
bisa dibawa pulang. Langsung mereka sendiri yang ngerjain. Kalau sekarang ini mengenai seni origami.” Ibu Danipah “Kalau menurut saya, kalau promosi itu lebih enak ya seperti promosi langsung yah. Kayak misalnya launching suatu apa, benda apa, ada iklannya atau nggak ada pemberitahuan, via internet boleh atau nggak secara langsung undangan. Itu kalau kita datang langsung, kita bisa lihat langsung kan, barangnya seperti apa, bentuk layanannya seperti apa, terus dari suasananya seperti apa, itu lebih menyatu, jadi kita bisa lebih mengambil makna dari suatu pameran, suatu keadaan yang diberikan. Apa yang menyenangkan dan tidak menyenangkan bisa terlihat disitu kalau langsung dateng.” Ibu Henny “Kalau menurut saya promosi yang paling efektif adalah melalui media yang banyak dilihat atau dibaca orang, umum. Contohnya adalah seperti di TV, atau di koran, itu akan sangat membantu dan paling efektif.” Bapak Nugroho
Dari ketiga jawaban informan, Ibu Danipah dan Ibu Henny mengemukakan bahwa media promosi melalui undangan adalah cara yang paling efektif untuk menarik pengunjung. Sedangkan Bapak Nugroho memaparkan media promosi yang paling efektif adalah dengan menggunakan media massa ataupun
televisi. Untuk media promosi melalui undangan, Museum Tekstil Jakarta akan mengenai sasaran secara langsung sedangkan untuk media massa ataupun televisi, sasarannya akan lebih luas, promosi akan sampai kepada banyak masyarakat yang membaca ataupun menontonnya.
3.3 Faktor Penghambat Pendukung dalam Promosi
dan
Dalam melakukan promosi, tidak jarang sebuah organisasi mengalami kendala untuk mencapai tujuan promosi tersebut. Badollahi (1996) memaparkan bahwa dalam organisasi (perpustakaan) dapat mengalami kendala dalam melakukan promosi. Kendala-kendala tersebut adalah perpustakaan yang kurang mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan, lokasi perpustakaan yang kurang strategis dan gedung yang kurang representatif, serta masyarakat akademis yang belum memandang secara benar terhadap tugas, fungsi, dan peranan perpustakaan. Perpustakaan dan museum samasama merupakan pusat informasi yang menyediakan produk berupa informasi dan jasa berupa layanan dan fasilitas. Maka kendala perpustakaan tersebut dapat dikaitkan dalam konteks museum. Kendala perpustakaan menurut Badollahi ada tiga. Yang pertama perpustakaan sering dianggap kurang mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan, hal ini hampir sama seperti museum yang selalu dianggap kuno dan tidak pernah berkembang dari waktu ke waktu. Sampai saat ini, kebanyakan museum
Museum Tekstil ..., Donna Fyani Magriza, FIB UI, 2013
di Indonesia memang hanya menempati gedung lama. Gedung tersebut hampir tidak mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Terlebih lagi di jaman sekarang yang sudah didominasi dengan gedung megah bertingkat, terutama di kota Jakarta. Kurangnya SDM di Museum Tekstil Jakarta juga merupakan kendala dalam melakukan promosi. Hal ini dipaparkan langsung oleh Ibu Ari, berikut paparannya: “Yang kurang adalah itu tadi, karena kita keterbatasan SDM untuk IT misalnya... di website kami ada kontaknya kan, mereka berkontak. Saya sering ditekankan “Tolong balas cepat”, tapi karena kesibukan yang bertubi-tubi kadang balasnya sudah lewat dua sampai tiga hari. Bayangkan kalau saya jadi orang itu, inginnya kan kalau ada pertanyaan dijawab cepat kan? Itu antara lain, jadi solusinya adalah nambah orang. Nambah orang kalau bisa sesuai dengan ahlinya, dengan bidangnya.” Ibu Ari Kekurangan SDM dapat dirasakan oleh Ibu Ari dalam membalas e-mail dari masyarakat yang membutuhkan informasi mengenai Museum Tekstil Jakarta. Solusi yang diberikan adalah dengan menambah orang yang sesuai dengan bidangnya. Media sosial seperti twitter dan facebook yang dikelola oleh Museum Tekstil Jakarta juga sudah lama tidak dikelola. Setelah peneliti melakukan observasi melalui jejaring internet, peneliti menemukan bahwa Museum Tekstil Jakarta tidak
aktif dalam memberikan informasi mengenai kegiatannya. Hal ini juga termasuk faktor penghambat kegiatan promosi karena masyarakat yang membutuhkan informasi mengenai Museum Tekstil Jakarta melalui jejaring sosial tidak mendapatkan informasi yang update. Dilansir dari surat kabar Tempo.co tanggal 2 Februari 2012, pengguna twitter di Indonesia adalah pengguna kelima terbesar di dunia. “Berdasarkan penelitian Semiocast, lembaga riset media sosial yang berpusat di Paris, Prancis, ternyata jumlah pemilik akun twitter di negara ini merupakan yang terbesar kelima di dunia. Indonesia berada di posisi kelima dengan jumlah akun 19,5 juta...” Selain twitter, pengguna sosial media facebook di Indonesia juga termasuk ke dalam empat besar dunia. Hal ini seharusnya dapat dimanfaatkan oleh Museum Tekstil Jakarta untuk melakukan promosi melalui jejaring media yang telah digunakan oleh banyak masyarakat. Faktor penghambat lainnya adalah kesalahan informasi yang diberikan oleh Museum Tekstil Jakarta kepada masyarakat di dunia maya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, museum memiliki website resmi yang ditujukan untuk memberikan informasi terbaru mengenai museum kepada masyarakat luas. Namun peneliti menemukan kesalahan informasi mengenai agenda kegiatan museum yang tertera di website dengan jadwal yang seharusnya.
Museum Tekstil ..., Donna Fyani Magriza, FIB UI, 2013
Lokasi juga merupakan salah satu faktor yang dapat menjadi kendala untuk melakukan promosi. Lokasi yang strategis akan membuat museum banyak dikunjungi oleh masyarakat. Dilihat dari observasi yang peneliti lakukan, lokasi Museum Tekstil Jakarta merupakan lokasi yang ramai dilewati kendaraan, lokasi yang dekat dengan stasiun kereta pun merupakan faktor pendukung yang dapat membuat museum ramai dikunjungi. Namun, lokasi Museum Tekstil Jakarta yang tepat berada di kerumunan pedagang dapat menjadi faktor penghambat. Lokasi tersebut menjadi kurang strategis karena pintu masuk Museum Tekstil Jakarta terhalangi oleh banyaknya pedagang yang menggelar dagangannya tepat di sebelah pintu masuk museum. Penunjuk arah untuk memandu masyarakat mengetahui keberadaan museumpun tidak terlihat begitu jelas karena warna yang kurang mencolok. Jika tidak diperhatikan dengan seksama, masyarakat mungkin tidak akan melihat penunjuk arah tersebut. Faktor penghambat di perpustakaan yang terakhir adalah masyarakat akademis yang belum memandang secara benar terhadap tugas, fungsi, dan peranan perpustakaan. Hal ini juga terjadi pada museum. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, banyak masyarakat yang menganggap museum sebagai tempat yang kuno dan membosankan. Museum harus mengubah cara pandang masyarakat terhadap museum sehingga museum menjadi tempat yang menyenangkan untuk dikunjungi, tidak hanya untuk bermain tetapi juga untuk menambah pengetahuan.
Walaupun terdapat faktor yang menghambat kegiatan promosi suatu organisasi, tentunya organisasi juga memiliki faktor pendukung yang dapat menyukseskan kegiatan promosinya. Faktor pendukung tersebut antara lain adalah dana, kerja sama, dan staf museum itu sendiri. Dana untuk melakukan promosi Museum Tekstil Jakarta cukup memadai. Hal ini dapat dilihat dari perlombaan yang diadakan museum dengan hadiah yang cukup besar. Selain itu dapat dilihat rutinitas promosi museum dalam menggelar pameran yang pasti membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Selain dana, kerja sama dengan berbagai media juga merupakan faktor pendukung suksesnya kegiatan promosi. Museum Tekstil Jakarta selalu bekerja sama dengan media dalam melakukan promosinya. Kerja sama dengan media tersebut bukanlah kerja sama tetap. Maksudnya adalah, Museum Tekstil Jakarta tidak selalu menggunakan media partner yang sama untuk mendukung kegiatan promosinya, melainkan mencari media partner yang sesuai dengan tema promosi. Selain dengan media, Museum Tekstil Jakarta juga bekerja sama dengan kolektor, Pemda, dan komunitas untuk membantu kegiatan promosinya seperti yang dipaparkan oleh Bapak Eko. Untuk kolektor biasanya mereka meminjamkan koleksinya untuk dipamerkan di Museum Tekstil Jakarta. Seperti bulan April kemarin, saat pameran lurik diselenggarakan. Pameran lurik tersebut semua koleksi yang dipamerkannya adalah milik Nian S. Djoemana.
Museum Tekstil ..., Donna Fyani Magriza, FIB UI, 2013
Pemda juga merupakan faktor pendukung dalam berjalannya kegiatan promosi. Pemda memberikan dana untuk keberlangsungan kegiatan promosi Museum Tekstil Jakarta. “Anggaran khusus untuk promosi nggak ada. Biasanya anggaran itu berasal dari Pemprov DKI, Pemda DKI. Jadi dari sini ngajuin ke Pemrov DKI.” Bapak Eko Selain itu komunitas juga mendukung keberlangsungan kegiatan promosi di Museum Tekstil Jakarta, khususnya komunitas museum tekstil. Komunitas ini biasanya mempromosikan kegiatan promosi yang diselenggarakan oleh Museum Tekstil Jakarta melalui metode dari mulut ke mulut. Tidak hanya dana dan kerja sama yang membantu suksesnya kegiatan promosi di Museum Tekstil Jakarta, staf Museum Tekstil Jakarta juga turut membantu kesuksesan kegiatan promosi museum. Hal ini terlihat dari beragam pameran yang sering diadakan oleh Museum Tekstil Jakarta. Meskipun memiliki SDM yang terbatas, namun mereka mampu mengkoordinir kegiatan dengan baik. Tidak hanya kegiatan di dalam museum, tapi juga kegiatan di luar museum yang sudah sering museum selenggarakan.
Tekstil Jakarta sebagai pusat pembelajaran bagi masyarakat melakukan berbagai strategi promosi untuk menarik pengunjungnya. Museum Tekstil melakukan strategi promosi dengan menyelenggarakan berbagai macam pameran dan workshop mengenai tekstil dan mempromosikan kegiatan tersebut melalui media cetak ataupun media elektronik. Pembuatan promosi iklan dalam bentuk media elektronik ataupun media cetak juga membutuhkan strategi. Pemilihan ilustarsi, headline, isi, serta warna dapat mempengaruhi pemikiran masyarakat terhadap Museum Tekstil Jakarta. Strategi promosi yang dilakukan oleh Museum Tekstil Jakarta juga mendapatkan tanggapan positif dari pengunjungnya. Pernyataan tersebut dapat dilihat dari jawaban para informan yang sudah merasakan promosi di Museum Tekstil Jakarta namun masih perlu peningkatan agar lebih maju dan sukses. Informan mengatakan bahwa pengadaan kegiatan seperti pameran dan workshop dengan menggunakan publikasi melalui media cetak berupa undangan merupakan kegiatan promosi yang paling efektif untuk menarik pengunjung.
Daftar Acuan 5.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui wawancara, observasi, dan studi literatur, maka dapat disimpulkan bahwa Museum
Alt, Melanie. (2008). “Emotional Responses To Color Associated With An Advertisement”. Dalam
Museum Tekstil ..., Donna Fyani Magriza, FIB UI, 2013
pdf?bgsu1206377243> diakses 12 Juni 2013 Angipora, Marius P. (2002). Dasardasar Pemasaran. Jakarta: PT. RajaGrafindo Creswell, J. W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design. California: Sage Publication. Kang Mee-Eun. (1993). “Images Of Women In Magazine Advertisements:1979 And 1991”. Dalam
diakses 12 Juni 2013 Mustafa, Badollahi. (1996). Promosi Jasa Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka. Sulistyo-Basuki. (2006). Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra 25 Mei 2013 25 Mei 2013
Museum Tekstil ..., Donna Fyani Magriza, FIB UI, 2013