Strategi Kemitraan Penyelenggaraan Program Pendidikan Non Formal (Studi Kasus pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Terampil) M. Arief Rizka dan Dian Gustiana Program Studi Pendidikan Luar Sekolah, FIP IKIP Mataram E-mail:
[email protected] Abstract: This research aimed; (1) to unveil the partnership strategy used PKBM Terampil in non-formal education programs; (2) to describe the form of partnership developed by PKBM Terampil; and (3) to identify the enabling and inhibiting factors in the development partnership PKBM Terampil. This research is a case study using a qualitative approach. The data source consists of managers, tutors and partners PKBM Terampil. The researcher is the main instrument supported by interview, observation, and documentation. Analysis of study data using an interactive model that includes data reduction, data display, and verification / conclusions. The validity of the source data using triangulation techniques, methods, and peer discussion. The results showed that: (1) PKBM Terampil partnership strategy using dissemination strategy and performance or performance. (2) PKBM Terampil dominant form of partnership to non-formal education programs, provision of learning facilities, managerial assistance programs, and funding programs and human resource development. (3) factors supporting the development of partnerships PKBM Terampil managers who are active in establishing partnerships, good management program so that partners are interested in cooperation, and PKBM Terampil managers are always punctual in making accountability report to the partner program. While the factors inhibiting the development of partnerships is the lack of public awareness in support of the partnership and the absence of special funds from partners for PKBM Terampil. Abstrak: Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah; (1) untuk mengungkap strategi kemitraan yang digunakan lembaga PKBM Terampil dalam menyelenggarakan program pendidikan nonformal; (2) untuk mendeskripsikan bentuk kemitraan yang dikembangkan oleh PKBM Terampil; dan (3) untuk mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan kemitraan PKBM Terampil. Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber data terdiri dari pengelola, tutor dan mitra PKBM Terampil. Peneliti merupakan instrumen utama dengan didukung pedoman wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data penelitian menggunakan model analisis interaktif yang meliputi reduksi data, display data, dan verifikasi/pengambilan kesimpulan. Keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber, metode, dan diskusi teman sejawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) strategi kemitraan PKBM Terampil menggunakan strategi sosialisasi dan unjuk kerja atau kinerja. (2) bentuk kemitraan PKBM Terampil dominan kepada program pendidikan nonformal, penyediaan fasilitas pembelajaran, pendampingan manajerial program, dan pendanaan program serta pengembangan sumber daya manusia. (3) faktor pendukung pengembangan kemitraan PKBM Terampil adalah pengelola PKBM Terampil yang aktif dalam menjalin kemitraan, manajemen program yang baik sehingga mitra berminat menjalin kerjasama, dan pengelola PKBM Terampil yang selalu tepat waktu dalam pembuatan laporan pertanggungjawaban program kepada mitra. Sedangkan faktor penghambat pengembangan kemitraan adalah kurangnya kesadaran masyarakat dalam mendukung kemitraan dan tidak adanya dana khusus dari mitra untuk PKBM Terampil. Kata kunci: Strategi Kemitraan dan Pendidikan Non Formal
Pendahuluan Dalam Undang-Undang 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menjelaskan bahwa pendidikan dilaksanakan melalui tiga jalur, yaitu jalur pendidikan informal, pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Antara ketiga jalur tersebut
© 2015 LPPM IKIP Mataram
saling melengkapi dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan Nonformal sebagaimana tercantum dalam pasal 26 ayat 4, diuraikan bahwa satuan Pendidikan Nonformal terdiri dari pusat kegiatan belajar masyarakat, lembaga kursus, lembaga
Jurnal Kependidikan 14 (2): 169-1177
pelatihan, majelis taklim dan satuan pendidikan yang sejenis. Satuan Pendidikan Nonformal yang sudah mulai menjamur salah satunya adalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). UNESCO (dalam Tohani, 2009) menjelaskan bahwa PKBM dimaksudkan sebagai sarana bagi masyarakat untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki supaya mampu memenuhi segala kebutuhan hidupnya dalam rangka mengikuti perkembangan lingkungan. Pada awalnya PKBM merupakan tempat belajar bagi warga masyarakat di sekitar PKBM itu berada. PKBM didirikan oleh masyarakat, dari masyarakat, dan untuk masyarakat. Fokus PKBM ditekankan pada pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan sesuai dengan kebutuhan belajar dan potensi masyarakat dalam mencapai kemajuan pendidikan, sosial, ekonomi, budaya dan politik. Sudjana (2003) mengemukakan bahwa PKBM memiliki fungsi sebagai tempat pembelajaran kepada warga masyarakat, melakukan koordinasi dalam memanfaatkan potensi-potensi di masyarakat, menyediakan informasi kepada anggota masyarakat yang membutuhkan keterampilan fungsional atau kecakapan hidup, menjadi ajang pertukaran ilmu pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan di antara anggota masyarakat, dan menjadi tempat untuk upaya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai tertentu bagi warga masyarakat yang membutuhkan. Ada banyak lembaga PKBM yang programnya berjalan seperti jamur di musim hujan mereka hanya menyelenggarakan program apabila mendapat dana, program yang dilaksanakan pun biasanya tidak
170
dibarengi dengan kualitas. Penyebab hal tersebut terjadi salah satunya adalah ketidakmampuan pengelola dalam memanajemen program dan dana yang ada. Oleh karena itu dalam hal mempertahankan sustainabilitas lembaga PKBM Terampil, tidak dapat berdiri sendiri tanpa mendapat dukungan dan bantuan dari lembaga atau instansi dan perusahaan lain. Mitra diperlukan dalam rangka meminimalisasi kekurangan-kekurangan yang ada di lembaga, baik dari segi sumber daya manusia, dana, fasilitas, pembinaan dan teknis administrasi lembaga. Dengan adanya mitra lembaga mampu bertahan dan melanjutkan program-program yang ada dan meningkatkannya melalui tindakan pengembangan. Dalam pelaksanaannya ada beberapa permasalahan kemitraan yang dihadapi oleh PKBM diantaranya adalah kurangnya sosialisasi dan promosi program yang dilakukan oleh lembaga, kurangnya jejaring yang dilakukan oleh lembaga dalam pelaksanaan program, kurangnya pemahaman bagi pihak lembaga, terkait bagaimana melaksanakan kemitraan, proses kemitraan masih terpaku pada sebatas finansial, dan tidak tersusunnya strategi promosi dan publikasi sebagai ajang memperkenalkan keberadaan lembaga. Berdasarkan uraian tersebut, dipandang perlu untuk melakukan penelitian mengenai strategi kemitraan PKBM Terampil dalam mempertahankan keberlanjutan program pendidikan nonformal. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitiannya adalah studi kasus yang bertujuan deskriptif.
M. Arief Rizka & Dian Gustiana, Strategi Kemitraan Penyelenggaraan Program Pendidikan Non Formal
Pemilihan studi kasus karena merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peris-tiwa yang akan diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam kehi-dupan nyata (Yin, 2003). Sumber data dalam penelitian ini adalah Pengelola PKBM, Tutor, dan Lembaga Mitra. Dalam penelitian ini, peneliti merupakan instrumen utama dalam melakukan penelitian dengan dibantu oleh pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi. Selanjutnya, data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis data model interaktif (Miles & Huberman, 1994) yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, display data, dan verifikasi/pengambilan kesimpulan. Keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber, triangulasi metode, dan diskusi teman sejawat untuk memperoleh kredibilitas data yang akurat dan obyektif. Hasil Penelitian 1. Strategi Kemitraan Mitra merupakan sesuatu yang sangat diperlukan dalam mendukung dan membantu PKBM melaksanakan tugas dan perannya di masyarakat. PKBM membutuhkan bantuan dan dukungan dari pihak lain untuk mempertahankan sustainabilitas lembaganya, untuk itu PKBM memerlukan kerjasama baik dengan sesama PKBM, instansi pemerintah, swasta dan masyarakat. Dalam menjalin kerjasama diperlukan sebuah strategi kemitraan untuk
memperluas jejaring dan keberlanjutan kerjasama itu sendiri. PKBM Terampil merupakan salah satu lembaga pendidikan Nonformal yang pada awalnya didirikan di jalan Amir Hamzah No. 3A Karang Sukun, tetapi sekarang telah pindah ke Dasan Sari Udayana. Mitra PKBM Terampil ada sembilan instansi yang merupakan instansi pemerintah baik dari tingkat provinsi maupun kota. Harus disadari bahwa menjalin hubungan sosial merupakan bagian penting dari manusia menjalani hidup. Bagi PKBM membangun dan menjalin kemitraan merupakan hal penting mengingat perannya dalam memberdayakan masyarakat sangat besar, pemberdayaan masyarakat itu sendiri dapat berlangsung dalam jangka panjang, sehingga dibutuhkan bantuan dan dukungan dari pihak lain agar lembaga PKBM dapat bertahan dan berkembang dalam upayanya mencerdaskan dan memberdayakan masyarakat, membangun kemitraan berarti membangun komunikasi atau hubungan yang saling melengkapi baik kelebihan maupun kelemahan. Untuk itu diperlukan sebuah strategi dalam menjaring kemitraan agar kemitraan lebih terarah dan tujuan dari proses kemitraan dapat tercapai. Kemitraan dapat dibangun apabila ada rasa saling membutuhkan diantara kedua pihak, seperti yang terjadi antara PKBM Terampil dengan para mitranya, sebagaimana dinyatakan oleh pengelola PKBM Terampil bahwa, “pada dasarnya PKBM adalah suatu wadah bagi pembelajaran masyarakat, jadi setiap
171
Jurnal Kependidikan 14 (2): 169-1177
dinas atau instansi pemerintah memiliki program yang membutuhkan massa, untuk mencari massa salah satunya adalah di PKBM, strategi kerjasama PKBM Terampil diawali dengan mengirim profil PKBM ke berbagai instansi terkait, kemudian ditindaklanjuti dengan pengajuan proposal pengajuan program.” Prinsip saling membutuhkan PKBM Terampil dengan mitra merupakan dasar dan roda yang menjalankan kemitraan. Dalam setiap programnya pemerintah sebagai mitra membutuhkan masyarakat, PKBM Terampil dalam menjalankan roda kelembagaannya membutuhkan dana, baik PKBM Terampil maupun mitra saling membantu dan melengkapi kekurangan masing-masing. PKBM Terampil yang berdiri dari tahun 2005 tetap berkelanjutan disebabkan dukungan dari mitra. Oleh karena itu, untuk menjaga dan mengembangkan jaringan kemitraan PKBM Terampil membutuhkan sebuah strategi. PKBM Terampil dalam setiap kegiatannya selalu melibatkan masyarakat sebagai salah satu mitra, masyarakat merupakan mitra dan aset dalam pelaksanaan program PKBM Terampil, tanpa masyarakat program tidak dapat berjalan, tanpa masyarakat, lembaga tidak akan berarti. Oleh karena itu hubungan baik tetap dijaga. Kemitraan di PKBM Terampil didasarkan pada prinsip saling membutuhkan, pemerintah membutuhkan masyarakat sebagai warga belajar dalam
172
menuntaskan programnya, sementara PKBM Terampil sendiri membutuh-kan mitra untuk keberlanjutan dan pengembangan lembaga. PKBM Terampil memediasi antara pemeri-ntah dengan masyarakat yang membutuhkan. Dalam pelaksanaan program PKBM Terampil menyerah-kan hampir sepenuhnya kepada pihak mitra, baik dalam penyediaan bahan dan alat, tutor dan dana seperti yang dilakukan oleh lembaga Balai Latihan Kerja dalam salah satu program keterampilan yang diadakan. Kemit-raan PKBM Terampil dengan lembaga mitra menggunakan prinsip terbuka sebagaimana dinyatakan oleh penge-lola PKBM Terampil bahwa “kami sangat terbuka, awalnya disebabkan pengelola PKBM Terampil yang aktif dalam berbagai kegiatan di pemerin-tahan baik sebagai peserta, juri dan narasumber, seperti pada program BKB dengan BKKBN dan program usaha kecil menengah dengan Dinas Koperasi NTB, mitra datang ke pengelola PKBM Terampil mengusulkan pengajuan proposal ke lembaganya”. Kemampuan sumber daya manusia PKBM Terampil juga mempengaruhi kemitraan, keaktifan pengelola PKBM Terampil dalam berbagai kegiatan pemerintahan, merupakan awal dari sosialisasi kemitraan. 2. Bentuk Kemitraan Kemitraan PKBM Terampil lebih banyak ke aspek program, beberapa program yang dimitrakan dapat dlihat dalam tabel di bawah ini:
M. Arief Rizka & Dian Gustiana, Strategi Kemitraan Penyelenggaraan Program Pendidikan Non Formal
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tabel 1. Program Kemitraan PKBM Program Mitra PAUD terintegrasi posyandu, KB, DIKPORA Provinsi NTB TPA dan TPQ Paket A, B, dan C DIKPORA Provinsi NTB KF (Keaksaraan Fungsional) DIKPORA Provinsi NTB Life Skill/Keterampilan/ KBU DIKPORA Provinsi NTB BKL (Bina Keluarga Lansia) Dinas Sosial Provinsi NTB BKR (Bina Kelompok Remaja) BLK (Balai Latihan Kerja)
Sasaran Anak usia dini
7.
UPPKS ( Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera)
BKKBN Provinsi NTB
8.
Taman Bacaan Masyarakat (TBM)
DIKPORA Provinsi NTB
9.
DIKPORA Provinsi NTB DEPAG Provinsi NTB
Kelompok yasinan
12. 13. 14.
TPA (Tempat Penitipan Anak) Bina keluarga sakinah (Majelis Taklim) UP2K (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga) Pelayanan KB (Keluarga Berencana) Layanan gizi buruk Motor Pintar ( Perpustakaan Keliling)
Anak putus sekolah Masyarakat buta huruf Ibu-ibu produktif Ibu-ibu lansia Remaja tidak bekerja Kelompok BKB (BINA KELUARGA BALITA) (bina keluarga balita) Masyarakat pasar dan warga belajar PLS Balita (0 s/d 3 tahun)
Dinas Koperasi Provinsi NTB Dinas Kesehatan Kota Puskesmas Yayasan SIKIB
15.
Cafe Baca
Yayasan SIKIB
16.
TAS (Taman Anak Sejahtera)
Dinas Sosial
17.
PKSAB (Program Kesejahteraan Sosial Anak Balita)
Dinas Sosial
Ibu-ibu wirausaha (UKM) Ibu PUS Anak-anak balita PAUD Masyarakat pasar (umum) Anak PAUD kurang mampu Anak balita kurang mampu
10. 11.
Program-program kemitraan di PKBM Terampil dominannya bersifat temporer, artinya bersifat sementara disesuaikan dengan kondisi mitra, apabila mitra masih memiliki dana untuk program yang telah dimitrakan, maka program dan kemitraan tetap berlanjut. 3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Kemitraan PKBM Terampil Faktor pendukung kemitraan merupakan aspek yang perlu ditingkatkan oleh PKBM Terampil untuk pengembangan dan keberlanjutan kemitraan. Faktor pendukung pengembangan kemitraan merupakan
kelebihan lembaga yang membuat mitra tertarik untuk bekerjasama. Keberlanjutan kemitraan tetap diharap dan ditunggu oleh PKBM Terampil. Menurut pengelola PKBM Terampil bahwa “keberlanjutan kemitraan tergantung kepada mitra, jika mitra berniat melanjutkan kemitraan, maka PKBM Terampil pun menunggu dan siap menerima, PKBM Terampil tidak datang mencari program atau dana ke mitra, tetapi karena mitra memiliki program yang membutuhkan masyarakat sebagai sasaran dan warga belajar, sehingga mitra yang menyalurkan program ke PKBM Terampil, dan PKBM Terampil pun 173
Jurnal Kependidikan 14 (2): 169-1177
dapat menjalankan perannya mencerdaskan masyarakat sekitar.” Selanjutnya dijelaskan bahwa “kemitraan itu bersifat semi maksudnya kemitraan tersebut bisa berlanjut dan bisa terputus.” Keberlanjutan kemitraan tetap ada di tangan mitra, namun, komunikasi dengan mitra tetap dijaga, karena mitra tetaplah berpengaruh terhadap sustainabilitas PKBM, tidak ada satu lembaga pun yang mampu berdiri sendiri tanpa bantuan pihak lain. PKBM tidak akan mampu mempertahankan sustainabilitasnya dan berkembang apabila tidak ada campur tangan dari pihak luar, seperti manusia yang merupakan makhluk sosial, tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain, PKBM pun demikian tidak akan mampu berdiri dan berkembang, apabila tidak ada bantuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Adapun faktor penghambat pengembangan kemitraan merupakan hal yang perlu diminimalisir agar tidak menjadi batu sandungan dalam proses kemitraan yang nantinya dapat berpengaruh pada keberlanjutan dan pengembangan lembaga. Pengelola PKBM Terampil mengungkapkan bahwa “kurangnya kesadaran masyarakat merupakan salah satu faktor penghambat” Pembahasan PKBM Terampil merupakan salah satu lembaga pendidikan nonformal yang memiliki tujuh belas program, yang masingmasing memiliki mitra dan semua mitra PKBM Terampil merupakan instansi
174
pemerintah. Bermitra dengan berbagai instansi pemerintah tidaklah mudah, untuk itu diperlukan sebuah strategi agar hubungan kemitraan dengan pemerintah dapat dijalin. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa dalam menjaring kemitraan PKBM Terampil menggunakan strategi sosialisasi dan unjuk kerja atau kinerja. Strategi kemitraan sosialisasi adalah kemitraan PKBM Terampil diawali dengan mensosialisasikan lembaganya dengan mengirimkan profil PKBM Terampil ke berbagai instansi pemerintah terkait, sebagai tindak lanjut dari kegiatan tersebut, PKBM Terampil membuat proposal berdasarkan acuan dari mitra. Strategi unjuk kerja adalah PKBM Terampil setelah mendapatkan program dari mitra, melaksanakan program dengan baik, sehingga mitra menjadi tertarik untuk menjalin kemitraan, selain itu kinerja pengelola PKBM Terampil yang cukup baik, dilihat dari segi pelaksanaan program dan pengelolaanya membuat mitra percaya untuk memberikan program kepada PKBM Terampil, sehingga hal tersebut membuat mitra sendiri yang mengunjungi dan menyodorkan program serta meminta pembuatan proposal ke PKBM Terampil. Kepercayaan mitra kepada PKBM Terampil merupakan aspek yang perlu dijaga agar kemitraan dapat berkelanjutan. Selaras dengan hal itu Kamil (2006: 4) menyatakan bahwa di Amerika Serikat, suatu survei yang dilakukan oleh Construction Industry Institute pada proyek kemitraan, ditemukan bahwa partisipan melihat kepercayaan sebagai suatu faktor sukses kunci proyek kemitraan. Yang perlu dicermati dalam membangun kemitraan adalah bagaimana membangun kepercayaan.
M. Arief Rizka & Dian Gustiana, Strategi Kemitraan Penyelenggaraan Program Pendidikan Non Formal
Kemitraan antara PKBM Terampil dengan mitra sendiri lebih banyak berbentuk program, pada dasarnya program yang dikerjasamakan satu paket dengan dana, pengembangan tutor dan sebagainya, sehingga PKBM Terampil lebih bersifat sebagai wadah pembelajaran masyarakat yang memfasilitasi program dari mitra untuk ditujukan kepada masyarakat sasaran yang membutuhkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hiryanto (2009: 1) tentang PKBM bahwa pada awal berdirinya PKBM merupakan tempat belajar bagi warga masyarakat tempat PKBM itu berada. PKBM didirikan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Kegiatan utama PKBM adalah membelajarkan masyarakat melalui berbagai layanan program pendidikan luar sekolah. Program yang ada di PKBM Terampil bersifat temporer artinya hanya bersifat sementara tergantung dari mitra, program yang bersifat temporer di PKBM Terampil antara lain program keaksaraan fungsional, paket A, B dan C, program TAS, PKSAB, café baca, bina kelompok remaja, layanan gizi buruk, pelayanan KB, bina keluarga sakinah, usaha peningkatan pendapatan keluarga, TPA, bina keluarga lansia, dan life skill. Program tersebut berlanjut tidaknya tergantung kepada mitra. Namun ada beberapa program yang tetap berkelanjutan dilaksanakan lembaga PKBM Terampil yang berpengaruh terhadap keberlanjutan lembaga, yaitu PAUD/RA, TPQ, TBM, dan motor pintar, namun sekarang ini motor pintar sudah tidak terlalu aktif, PAUD/RA merupakan program inti dari PKBM Terampil yang tetap berjalan dengan atau tanpa dukungan dari mitra,
selain itu TBM juga biasanya mendapatkan sumbangan buku dari Perpustakaan Kota Mataram, sehingga TBM tetap terlaksana di PKBM Terampil, untuk keberlanjutan PKBM pengelola tidak terlalu mengharapkan sokongan dari mitra, karena menurutnya seorang yang mendirikan PKBM seharusnya itu mampu baik secara ekonomi, waktu dan tenaga dalam menjalankan roda PKBM, karena PKBM itu tidak selalu mendapatkan dana. Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk kemitraan PKBM dominannya pada program, selain itu PKBM juga bermitra dalam ijin operasional lembaga dan penyediaan fasilitas pembelajaran seperti APE dengan DIKPORA PROVINSI NTB, penyediaan koleksikoleksi buku untuk TBM dan motor pintar dari Yayasan SIKIB dan Perpustakaan Kota Mataram, dan pendampingan manajerial program dan pendanaan program. Kemitraan memiliki pengaruh pada keberlanjutan PKBM Terampil, karena itu kemitraan PKBM seharusnya lebih dikembangkan jaringannya tidak hanya pada lingkup pemerintah tetapi juga kepada swasta. Keberlanjutan kerjasama antara PKBM dengan mitra yang sudah ada pun harus tetap dibangun. Pada dasarnya kerjasama PKBM Terampil didasari saling membutuhkan. Untuk itu dalam pengembangan kemitraan PKBM Terampil harus menjaga dan meningkatkan faktor pendukung dan keberlanjutan dari kemitraan yang merupakan kelebihan yang dimiliki oleh lembaga. Sedangkan faktor penghambat kemitraan perlu diminimalisir sehingga tidak menjadi batu sandungan dalam sustainabilitas PKBM Terampil. “Program dan lembaga yang produktif dan
175
Jurnal Kependidikan 14 (2): 169-1177
berkelanjutan salah satunya adalah yang banyak mendapatkan dukungan dan bantuan sumber daya dari pihak luar, dalam arti semakin banyak dukungan dari pihak luar kepada suatu program dan lembaga, maka program dan lembaga itu akan mampu berkembang dan berproduksi secara optimal dan berkelanjutan. Ada beberapa faktor pendukung pengembangan dan keberlanjutan kemitraan PKBM Terampil, pertama pengelola PKBM Terampil aktif dalam menjalin kemitraan, hal ini dibuktikan dengan adanya mitra pada masing-masing program yang dilaksanakan, kedua dalam pelaksanaan program PKBM Terampil mampu memanajemen program tersebut dengan baik, sehingga mitra menjadi tertarik untuk menjalin kerjasama, ketiga pengelola PKBM Terampil mendapat kepercayaan dari mitra dikarenakan tidak pernah mengecewakan mitra terutama berkaitan dengan laporan pertanggungjawaban yang selalu dikerjakan tepat waktu sesuai kesepakatan. Sedangkan faktor penghambat pengembangan dan keberlanjutan kemitraan PKBM Terampil adalah kurangnya kesadaran masyarakat, mitra yang dominannya instansi pemerintah memberikan program ke PKBM Terampil untuk memberdayakan masyarakat sekitarnya, tetapi kesadaran masyarakat akan pendidikan masih kurang walaupun ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diberikan gratis, selain itu tidak adanya dana khusus dari mitra ke lembaga karena dana yang ada satu paket dengan program yang dibawa mitra, juga merupakan faktor penghambat pengembangan dan keberlanjutan kemitraan. Namun PKBM Terampil tidak terlalu berusaha untuk meningkatkan
176
kesadaran masyarakat akan pendidikan, untuk mengatasi kurangnya kesadaran masyarakat yang merupakan salah satu hambatan dari keberlanjutan kemitraan, PKBM Terampil tidak memiliki usaha atau upaya tertentu, karena masih banyak masyarakat di luar sana yang membutuhkan pengetahuan dan keterampilan dan mau diajak bekerjasama untuk ikut serta dalam program di PKBM Terampil. Dengan memiliki sembilan mitra dan cukup banyak program, PKBM Terampil mampu mempertahankan keberlanjutannya. Walaupun program-program yang ada di PKBM Terampil dominannya bersifat temporer, namun dengan banyaknya program dan manajemen yang baik PKBM Terampil tetap berkelanjutan. Oleh karena itu, hubungan dan komunikasi dengan mitra tetap dijaga dan ditingkatkan agar kemitraan tetap berkelanjutan dan berkembang. Simpulan dan Saran Simpulan 1. Strategi kemitraan PKBM Terampil menggunakan strategi sosialisasi dan unjuk kerja. Strategi sosialisasi adalah PKBM Terampil mensosialisasikan lembaganya dengan cara mengirimkan profil lembaga kepada mitra. Sedangkan strategi unjuk kerja adalah PKBM Terampil menunjukkan kinerja yang baik dalam pelaksanaan program sehingga mitra tertarik untuk menjalin kerjasama. 2. Bentuk kemitraan PKBM Terampil lebih terfokus kepada program dan penyediaan fasilitas pembelajaran, pendampingan manajerial program,
M. Arief Rizka & Dian Gustiana, Strategi Kemitraan Penyelenggaraan Program Pendidikan Non Formal
dan pendanaan program serta pengembangan sumber daya manusia. 3. Faktor pendukung pengembangan kemitraan PKBM Terampil adalah pengelola PKBM Terampil yang aktif dalam menjalin kemitraan, manajemen program yang baik sehingga mitra berminat menjalin kerjasama, dan pengelola PKBM Terampil yang selalu tepat waktu dalam pembuatan laporan pertanggungjawaban pogram kepada mitra. Sedangkan faktor penghambat pengembangan kemitraan adalah kurangnya kesadaran masyarakat dalam mendukung pengembangan kemitraan dan tidak adanya dana khusus dari mitra untuk PKBM Terampil. Saran 1. Untuk pengelola PKBM Terampil a. Kualitas penyelenggaraan pendidikan nonformal di PKBM Terampil perlu terus ditingkatkan untuk menarik mitra yang lainnya. b. Sumber daya manusia yang ada di PKBM Terampil perlu didayagunakan untuk menjalin kemitraan yang lebih luas 2. Mitra PKBM Terampil Untuk terus meningkatkan keberlanjutan kemitraan baik dalam aspek manajemen, pendampingan dan pendanaan program. 3. Masyarakat Untuk terus berpartisipasi sebagai mitra PKBM Terampil dalam hal mendukung penyelenggaraan program pendidikan nonformal.
Daftar Pustaka Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan. (2010). Membangun Jejaring Kerja dan Kemitraan. Jakarta. Hiryanto. (2009). Strategi Pengelolaan dan Pengembangan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Kamil, Mustafa. (2006). Strategi Kemitraan dalam Membangun PNF Melalui Pemberdayaan Masyarakat (Model, Keunggulan Dan Kelemahan). Bandung : Seminar dan Lokakarya Penyelenggaraan Pendidikan Nonformal dalam Era Otonomi Daerah. Sudjana. (2003). Strategi Pengelolaan dan Pengembangan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat. Makalah Disampaikan Pada Rakoor Persiapan dan Penyelenggaraan Backstooping PKBM. Solo. Sudjana. (2004). Pendidikan Nonformal Wawasan, Sejarah, Filsafat Teori Pendukung Asas. Bandung: Falah Production. Miles, M.B., and Huberman, A.M. (1994). Qualitative Data Analysis (2nd ed.). London: SAGE Pablication. Tohani, Entoh. (2009). Strategi Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Hasil Penelitian. Jurusan PLS FIP UNY. Yin, Robert K. (2003). Case Study Research: Design and Methods: Third Edition. Newbury Park, CA: Sage
177