Pola Kemitraan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) bagi Keberlanjutan Program Pendidikan Non Formal M. Arief Rizka dan Suharyani Program Studi Pendidikan Luar Sekolah, FIP IKIP Mataram Email:
[email protected] Abstract: The aimed of this research was to; (1) map the pattern of partnerships was conducted by PKBM in supporting PNF program at Mataram city; and (2) develop a pattern of prospective partnership PKBM in improving sustainability PNF program at Mataram city. This research used descriptive method with qualitative approach. The unit of analysis in this research was PKBM-PKBM which located at Mataram determined purposively. Source of data in this research was management of PKBM, leader of PKBM forum at Mataram City, and inspectors of PLS Dikpora Mataram city. The instrument used in this research was the researchers themselves supported by interview, observation and documentation. Data analysis was conducted interactively through data collection, data reduction, data performance, and verification or conclusion. Technique authenticity of data by using triangulation source. Findings of this research showed that; (1) PKBM-PKBM at Mataram city has partnership largely with government agencies. The partnership pattern that is carried over in coaching, facilitating, and providing of funding PNF programs that were incidental; and (2) development pattern of PKBM prospectively in improving sustainability of PNF program namely it through a synergy of partnership pattern with involving stakeholders included government agencies, private / DUDI, academics, and the public. This partnership pattern was developed by the concept mutualist so that they could complete each other, which is based on the principle of a common vision and mission, trust, mutual benefit, transparency, efficiency and effectiveness, mutual communication and mutual commitment. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk; (1) memetakan pola kemitraan yang dilakukan oleh PKBM dalam mendukung penyelenggaraan program PNF di Kota Mataram; dan (2) mengembangkan pola kemitraan PKBM yang prospektif dalam meningkatkan sustainabilitas program PNF di Kota Mataram. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah PKBM-PKBM yang berlokasi di Kota Mataram yang ditentukan secara purposif. Sumber data dalam penelitian ini yaitu Pengelola PKBM, Pimpinan Forum PKBM Kota Mataram, dan Penilik PLS DIKPORA Kota Mataram. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan didukung pedoman wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan secara interaktif melalui pengumpulan data, reduksi data, penampilan data, dan verifikasi atau pengambilan kesimpulan. Teknik keabsahan data dengan menggunakan trianggulasi sumber. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa; (1) PKBM-PKBM di Kota Mataram menjalin kemitraan sebagian besar dengan instansi-instansi pemerintah. Pola kemitraan yang dilakukan lebih kepada kegiatan pembinaan, fasilitasi, dan penyediaan pendanaan program PNF yang bersifat insidental; dan (2) Pola pengembangan kemitraan PKBM yang prospektif dalam meningkatkan sustainabilitas program PNF yakni melalui pola kemitraan sinergis dengan melibatkan stakeholders meliputi lembaga mitra dari pemerintah, swasta/DUDI, akademisi, dan masyarakat. Pola kemitraan ini dikembangkan dengan konsep mutualis (saling menguntungkan) sehingga dapat saling melengkapi yang dilandasi dengan prinsip kesamaan visi-misi, kepercayaan, saling menguntungkan, transparansi, efisiensi dan efektivitas, komunikasi timbal balik, dan komitmen bersama. Kata Kunci: Kemitraan, PKBM, Sustainabilitas, dan Pendidikan Non Formal.
Pendahuluan Dinamika kebutuhan belajar masyarakat yang semakin variatif dan memiliki diferensiasi pola, menunjukkan bahwa masyarakat telah mulai proaktif untuk mengembangkan wadah-wadah pembelaja-
© 2015 LPPM IKIP Mataram
ran yang aspiratif terhadap kebutuhan belajarnya. Dalam konteks kontemporer, masyarakat sudah mulai mengalami pergeseran values dalam berbagai aspek dan tentu ini memiliki konsekuensi logis terhadap pemenuhan kebutuhan hidupnya
Jurnal Kependidikan 14 (3): 239-249
terutama dalam memperoleh informasi dan pengetahuan untuk kepentingan pengembangan diri, lingkungan, dan masyarakat secara keseluruhan. Untuk dapat memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang variatif tersebut, satuan pendidikan formal (baca: Sekolah) yang banyak berkembang dari sisi kuantitas, belum bisa memberikan garansi bagi kemudahan masyarakat untuk memperoleh layanan pendidikan yang bermutu, sehingga urgensinya dibutuhkan satuan pendidikan yang lebih akomodatif dengan masyatakat, mengerti dan memahami akan kebutuhan belajar masyarakat, serta memiliki nilai tambah (added values) yang bersifat fungsional. Dalam konteks ini, satuan Pendidikan Non Formal (PNF) dapat menjadi prioritas sebagai wadah strategis pengembangan sumber daya manusia. Salah satu satuan PNF yang berkembang di masyarakat adalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang telah menunjukkan pertumbuhan signifikan dengan berbagai konten program yang variatif dan akomodatif. Kondisi aktual PKBM mendeskripsikan suatu perkembangan yang positif terkait dengan kuantitas (jumlah) dan respon yang cukup positif dari masyarakat terhadap eksistensi PKBM sebagai salah satu agen pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan data Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (BPPAUDNI) Regional V Mataram (2010) menunjukkan bahwa jumlah PKBM di wilayah provinsi NTB sebanyak 777 lembaga PKBM yang terdaftar, dengan rincian khusus di Kota Mataram berjumlah 46 lembaga PKBM. Perkembangan jumlah
240
lembaga PKBM tersebut tentunya dapat menjadi harapan positif untuk peningkatan pelayanan pendidikan kepada masyarakat. Akan tetapi, PKBM yang berdiri atas dasar inisiasi dari masyarakat pada keadaan sekarang ini belum berbanding lurus dengan capaian-capaian kualitatif dalam konteks peningkatan mutu layanan Pendidikan Non Formal (PNF) yang menjadi program primernya. Realitas dilapangan menggambarkan bahwa penyelenggaraan program Pendidikan Non Formal (PNF) di PKBM belum menunjukkan keberlanjutan sehingga menimbulkan kesan inkonsistensi dan kurangnya profesionalitas dalam pengelolaannya. Banyak program Pendidikan Non Formal (PNF) yang diselenggarakan oleh PKBM berjalan secara tidak optimal dan memiliki banyak kelemahan dari sisi sistem manajemenya yang menyebabkan mutu proses dan output (keluaran) program tidak sesuai dengan standar dan kebutuhan masyarakat. Dinamika PKBM yang terus berkembang, tidak cukup hanya mengandalkan kekuatan internal yang ada, akan tetapi dimensi eksternal harus mampu diterjemahkan secara cermat dan adaptif karena kekuatan dari sisi eksternal pada dasarnya menjadi penguat untuk eksistensi mutu pelayanan program PNF. Di samping itu, program Pendidikan Non Formal (PNF) yang berbasis kebutuhan masyarakat merupakan program yang tidak hanya memfokuskan pada kebutuhan jangka pendek, akan tetapi lebih berorientasi untuk pemenuhan jangka panjang. Sustainabilitas program Pendidikan Non Formal (PNF) adalah kemampuan suatu program untuk tetap eksis (terselenggara) dengan
M. Arief Rizka & Suharyani, Pola Kemitraan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
memenuhi aspek standar mutu dalam mengelola berbagai masukan (input) untuk berkembang dan berproduksi dengan stabil sehingga masukan tersebut menghasilkan nilai output (keluaran) yang optimal. Masih minimnya jaminan akan keberlanjutan program-program PNF menjadi tantangan bagi PKBM untuk dapat memberikan akses pendidikan yang bermutu bagi masyarakat. Program-program PNF yang diselengggarakan oleh PKBM diharapkan tidak hanya “sekali jalan kemudian selesai”, akan tetapi harus berkelanjutan dan berkesinambungan dengan mangacu pada standar mutu pencapaian program yang telah ditentukan. PKBM idealnya harus mampu mengembangkan kemitraan strategis dengan berbagai stakeholders kunci untuk dapat melakukan koordinasi secara mutualis sekaligus melakukan sinkronisasi sehingga program-program PNF yang diselenggarakan dapat difasilitasi secara memadai. Berhasil tidaknya suatu program, sangat ditentukan oleh kapasitas suatu lembaga dalam mengembangkan kemitraan khususnya dengan pihak eksternal. Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk; (1) Memetakan pola kemitraan yang dilakukan oleh PKBM di Kota Mataram dalam mendukung penyelenggaraan program Pendidikan Non Formal (PNF); dan (2) Mengembangkan pola kemitraan PKBM yang prospektif untuk meningkatkan sustainabilitas program Pendidikan Non Formal (PNF) di Kota Mataram.
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan penelitian kualitatif. Metode ini berupaya mendeskripsikan obyek penelitian sesuai dengan kondisi dilapangan dalam bentuk kalimat-kalimat berupa keterangan atau proposisi-proposisi dari responden sesuai dengan kenyataan yang ada (Mulyana, 2001:109). Unit analisis dalam penelitian ini adalah lembaga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang berada di Kota Mataram yang telah ditentukan secara purposif. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrumen kunci (key instrument) dengan didukung oleh pedoman wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif model interaktif dari Miles & Huberman (2007). Analisis data model interaktif meliputi: 1) Reduksi data berarti menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data baik dari wawancara, observasi, dan dokumentasi mengenai obyek penelitian. Data-data dirangkum, dipilih halhal yang pokok, difokuskan pada hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Data dalam satuan-satuan dimasukkan dalam kategori; 2) Penyajian data dilakukan dengan membentuk uraian singkat, bagan dan hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya; dan 3) langkah selanjutnya adalah memberikan verifikasi atau penafsiran pada data untuk mencari makna dan implikasi yang lebih luas dari hasil penelitian. Dalam penelitian ini, validasi data penelitian dilakukan dengan pengujian
241
Jurnal Kependidikan 14 (3): 239-249
terhadap keabsahan data melalui teknik triangulasi sumber dengan mengutamakan check-recheck, cross-recheck antar sumber data satu dengan lainnya (Moleong, 2000: 178). Hasil Penelitian Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di Kota Mataram yang dipilih menjadi subyek (unit analisis) dalam penelitian ini ditetukan secara purposif (bertujuan). Kriteria penentuan PKBM sebagai unit analisis penelitian ini antara lain yakni; PKBM yang didirikan oleh inisiatif masyarakat, telah berdiri relatif lama (minimal 5 tahun; PKBM Ideal/mandiri), terdaftar pada kantor Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (DIKPORA) Kota Mataram atau terdaftar di data pokok Ditjen PAUDNI, dan memiliki NILEM (Nomor Induk Lembaga). Berdasarkan pada kriteria penentuan PKBM tersebut, yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah; (1) PKBM Al-Kautsar; (2) PKBM Al-Hidayah; (3) PKBM Terampil; (4) PKBM Al-Ikhlas; dan (5) PKBM Sintung. 1. PKBM Al-Kautsar PKBM Al-Kautsar dalam menyelenggarakan program PNF memiliki mitra kerjasama dengan beberapa beberapa instansi pemerintah. Mitra kerjasama ini dibangun berdasarkan kebutuhan untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan program PNF yang diselenggarakan. Dalam membangun kemitraan, pengelola PKBM Al-Kautsar berupaya untuk mempromosikan lembaga dan program yang dijalankan kepada pihak-pihak yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan bagi masyarakat.
242
Dalam implementasinya, pola kemitraan yang dikembangkan oleh PKBM Al-Kautsar dengan lembaga mitra yakni dalam bentuk kegiatan pembinaan. Lembaga yang bermitra dengan PKBM Al-Kautsar melakukan pembinaan dalam mendukung penyelenggaraan program PNF. Pembinaan yang dilakukan tersebut lebih bersifat pendampingan teknis dan supporting dalam hal sharing informasi. Berdasarkan pada data dokumentasi penelitian, kemitraan yang dikembangkan oleh PKBM Al-Kautsar masih terbatas pada kemitraan dengan instansi pemerintah seperti Dinas DIKPORA, DEPAG, Dinas Sosial, dan Perpusatakaan Daerah. Kemitraan yang yang dibangun dengan instansi pemerintah tersebut sejauh ini masih terus berjalan. Dengan kemitraan, program PNF yang diselenggarakan oleh PKBM Al-Kautsar mendapatkan dukungan khususnya dalam hal implementasi program. 2. PKBM Al-Hidayah Untuk meningkatkan dukungan terhadap penyelenggaraan program-program PNF, PKBM Al-Hidayah berupaya mengembangkan kemitraan (kerjasama) dengan berbagai pihak yang memiliki kepedulian terhadap Pendidikan Non Formal. Dalam menjalin kemitraan, PKBM Al-Hidayah mendapatkan pendampingan dari lembaga mitra sebagai bentuk dukungan terhadap penyelenggaraan program. Lembaga mitra secara periodik melakukan pembinaan terhadap program yang dijalankan untuk memastikan bahwa program PNF yang dijalankan tersebut masih terlaksana untuk memenuhi kebutuhan belajar masyarakat.
M. Arief Rizka & Suharyani, Pola Kemitraan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
Pola kemitraan yang dijalankan oleh PKBM Al-Hidayah dengan lembaga mitra lebih kepada kegiatan pembinaan. Selain itu, PKBM Al-Hidayah juga telah berupaya untuk mengembangkan kemitraan dengan pihak swasta dan lembaga pendidikan lainnya, namun kemitraan yang dijalin tersebut tidak maksimal berjalan. Ketidakberlanjutan kerjasama tersebut disebabkan karena tidak didukung oleh adanya kesepakatan bersama (MoU) sehingga tidak memiliki jaminan keberlanjutan program. 3. PKBM Terampil Untuk meningkatkan dukungan terhadap penyelenggaraan program-program PNF, PKBM Terampil berupaya mengembangkan kemitraan (kerjasama) dengan berbagai pihak dengan prinsip mutualisme atau saling mendukung dan melengkapi. Pola kemitraan yang dijalankan oleh PKBM Terampil dengan lembaga mitra lebih kepada kegiatan pembinaan dan fasilitasi program. Program-program kemitraan di PKBM Terampil dominannya bersifat temporer, artinya bersifat sementara disesuaikan dengan kondisi mitra, apabila mitra masih memiliki dana untuk program yang telah dimitrakan, maka program dan kemitraan tetap berlanjut. 4. PKBM Al-Ikhlas PKBM Al-Ikhlas dalam menyelenggarakan program-programnya, berupaya untuk menjalin kemitraan dengan berbagai stakeholders, akan tetapi karena keterbatasan sumber daya manusia yang ada sehingga lembaga mitra yang ada
sejauh ini belum banyak dan belum mampu mendukung pelaksanaan program secara maksimal. Dalam menjalin kemitraan, PKBM Al-Ikhlas melakukan kerjasama dengan mitra menerapkan prinsip kemitraan yang saling membantu. Karena keterbatasan yang dimiliki oleh PKBM tersebut, mitra kerja lebih kepada memberikan fasilitasi untuk penyediaan sarana dan penyediaan tempat magang bagi warga belajar. 5. PKBM Sintung PKBM Sintung dalam menyelenggarakan program PNF memiliki mitra kerjasama dengan beberapa beberapa instansi pemerintah. Mitra kerjasama ini dibangun berdasarkan kebutuhan pelaksanaan program PNF yang diselenggarakan. Dalam membangun kemitraan, pengelola PKBM Sintung berupaya untuk mensosialisasikan lembaga dan program yang dijalankan kepada pihak-pihak yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan bagi masyarakat. Dalam implementasinya, pola kemitraan yang dikembangkan oleh PKBM Sintung dengan lembaga mitra yakni dalam bentuk kegiatan pembinaan dan pengawasan. Lembaga yang bermitra dengan PKBM Sintung melakukan pembinaan dalam mendukung penyelenggaraan program PNF. Pembinaan yang dilakukan tersebut lebih bersifat pendampingan teknis dan supporting dalam hal sharing informasi. Seperti, Dinas DIKPORA melalui penilik PLS yang ada terus memberikan pembinaan sekaligus pengawasan terhadap jalannya program PNF di PKBM Sintung, hal ini
243
Jurnal Kependidikan 14 (3): 239-249
bertujuan untuk memastikan bahwa program yang dijalankan sudah mengacu pada standar mutu program. Kemitraan yang dikembangkan oleh PKBM Sintung masih terbatas pada kemitraan dengan instansi pemerintah seperti Dinas DIKPORA, DEPAG, dan Perpusatakaan Daerah. Kemitraan yang yang dibangun dengan instansi pemerintah tersebut sejauh ini masih terus berjalan. Dengan kemitraan, program PNF yang diselenggarakan oleh PKBM Sintung mendapatkan dukungan berupa pendampingan teknis khususnya dalam implementasi program. Pembahasan Eksistensi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sebagai wadah penyelenggara program Pendidikan Non Formal (PNF) tidak terlepas dari adanya jalinan kemitraan. Program Pendidikan Non Formal (PNF) yang berbasis kebutuhan masyarakat merupakan program yang tidak hanya memfokuskan pada kebutuhan jangka pendek, akan tetapi lebih berorientasi untuk pemenuhan kebutuhan jangka panjang. Sustainabilitas program Pendidikan Non Formal (PNF) adalah kemampuan suatu program untuk tetap eksis (terselenggara) dengan memenuhi aspek standar mutu dalam mengelola berbagai masukan (input) untuk berkembang dan berproduksi dengan stabil sehingga masukan tersebut menghasilkan nilai output (keluaran) yang optimal (Rizka, 2013). Program yang berkelanjutan menekankan pada adanya partisipasi seluruh komponen program dalam mengelola sumber daya (manusia, lingkungan, dan teknologi), kemudian
244
memiliki dukungan atau kontribusi dari pihak mitra kerja dalam mengatasi masalahmasalah yang muncul, sehingga pada akhirnya berdampak pada produktivitas dan perkembangan lembaga. Berdasarkan konsep tersebut, program PNF yang produktif dan berkelanjutan adalah yang banyak memiliki dukungan (kemitraan) dan bantuan sumber daya dari pihak eksternal, dengan kata lain semakin banyak dukungan dari pihak eksternal kepada suatu program dan lembaga maka program dan lembaga tersebut akan memiliki kemampuan berkembang dan berproduksi secara optimal dan berkelanjutan. Temuan penelitian dilapangan menunjukkan bahwa pola kemitraan yang dilakukan selama ini oleh PKBM-PKBM di Kota Mataram masih dominan dengan instansi pemerintah. Umumnya kemitraan yang dijalin atas dasar pada proses penerimaan dana bantuan block grant (bantuan sosial) yang disediakan oleh pemerintah. PKBM-PKBM tersebut mengikuti proses pengajuan proposal bantuan sosial melalui mekanisme seleksi yang telah ditentukan oleh lembaga pemerintah penyelenggara bantuan sosial. Selain itu, bentuk kemitraan yang dijalin lebih kepada aktivitas pembinaan dan bantuan fasilitas fisik yang bersifat insidental. Implikasi dari pola kemitraan ini, PKBM menjadi lebih reaktif dan ketergantungan terhadap ketersedian dan kesiapan dana dari pihak pemerintah, sehingga keberlanjutan program PNF yang diselenggarakan belum tercapai secara maksimal. PKBM-PKBM yang berusaha untuk mengembangkan kemitraannya, disatu sisi masih menemukan kendala atau hambatan sehingga menyebabkan operasionalisasi program kurang dapat berjalan dengan
M. Arief Rizka & Suharyani, Pola Kemitraan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
maksimal. Dalam mengembangkan kemitraan, PKBM-PKBM di Kota Mataram masih memiliki keterbatasan sumber daya manusia untuk mengakses jaringan kemitraan yang baru dan lebih prospektif. Selain itu, keterbatasan PKBM dalam mengkreasikan dan menawarkan program-program PNF yang baru kepada mitra lainnya sehingga tidak banyak mitra dari pihak eksternal yang bekerjasama dengan PKBM tersebut, serta minimnya upaya sosialisasi yang dilakukan oleh lembaga terkait dengan eksistensi program PNF yang diselenggarakan, sehingga berimplikasi pada masih sedikit lembaga mitra (khususnya pihak swasta) yang mengetahui keberadaan PKBM tersebut. Rasional dari pengembangan kemitraan dalam satuan Pendidikan Non Formal (PNF) merupakan suatu keniscayaan di tengah-tengah tinginya tingkat kompetisi antar satuan pendidikan. Menurut Tennyson (2003) membangun kemitraan “provides a new opprtunity for doing development better – by recognising the qualities and competencies and finding new ways of harnessing these for the common good”. Kemitraan antar lembaga dan stakeholders yang dikembangkan secara terstruktur serta dilatarbelakangi atas dasar persamaan visi, lebih dapat memberikan garansi pelayanan program PNF yang bermutu. Dari sisi sustainability (keberlanjutan) program, dengan adanya kemitraan yang solid dapat membawa arah pegembangan program yang terus dapat melakukan improvisasi dan bahkan inovasi sehingga eksistensi
organisasional dari satuan PNF lebih prospektif (M. Arief Rizka, 2013). Pola kemitraan PKBM yang dapat dikembangkan untuk dapat meningkatkan keberlanjutan program PNF harus secara sinergis dapat melibatkan berbagai pihak, tidak hanya instansi atau lembaga pemerintah, tetapi juga lembaga atau instansi non pemerintah yang relevan dengan kebutuhan penyelenggaran program PNF. Pengembangan kemitraan PKBM dengan stakeholders lainnya bukan saja dalam hal dukungan dana melalui pembuatan proposal bantuan, tetapi lebih ke arah pengembangan kapasitas seperti bimbingan teknis, fasilitasi sumber daya manusia, fasilitasi sumber daya teknologi, maupun pendampingan yang ditujukan untuk peningkatan kompetensi SDM yang ada di PKBM sehingga berdampak pada keberlanjutan penyelenggaraan programprogram PNF tersebut. Pola kemitraan yang prospektif bagi sustainabilitas (keberlanjutan) program PNF harus melibatkan 4 (empat) stakeholders kunci yang dapat saling bersinergi, yakni kemitraan dengan lembaga; (1) pemerintah, (2) swasta, (3) akademisi, dan (4) masyarakat. Kemitraan sinergis ini dikembangkan dengan konsep multi arah dan mutualis (saling menguntungkan) sehingga dapat saling melengkapi, yang dilandasi dengan prinsip kesamaan visimisi, kepercayaan, saling menguntungkan, transparansi, efisiensi dan efektivitas, komunikasi timbal balik, dan komitmen bersama. Berikut divisualisasikan pola kemitraan sinergis PKBM bagi sustainabilitas program PNF.
245
Jurnal Kependidikan 14 (3): 239-249
Gambar Pola Pengembangan Kemitraan Sinergis PKBM bagi Sustainabilitas Program PNF
Pola pengembangan kemitraan PKBM diatas bertujuan untuk mencapai target yang lebih besar yaitu keberhasilan dan keberlanjutan program PNF yang diselenggarakan. Pola kemitraan sinergis tersebut menunjukkan bahwa masing-masing lembaga mitra dapat melakukan koordinasi kemitraan terkait dengan bagaimana mensinergikan program-program PNF sesuai dengan kebutuhan lembaga mitra dan posisi lembaga mitra dapat memperkuat kerjasama dengan lintas instansi. Lingkaran utuh pada pola kemitraan sinergis itu juga menguhubungkan empat stakeholders (lembaga mitra) menunjukkan bahwa kemitraan yang telah terbangun harus
dilakukan atau ditindaklanjuti dengan legalisasi kemitraan (MoU) yang masing-masing memiliki tugas dan fungsi. Dengan pola kemitraan sinergis tersebut juga menjadikan pengelola PKBM proaktif membangun komunikasi dan kerjasama. Hal ini dapat mendorong kemajuan program kemitraan sehingga menjadikan PKBM akan semakin kaya dengan program kerjasama dari lembaga mitra sehingga berimplikasi pada keberlanjutan program PNF yang diselenggarakan. Pola kemitraan sinergis PKBM serta peran masingmasing mitra kerja dapat dideskripsikan sebagai berikut.
Tabel Pola Kemitraan Sinergis PKBM No 1
Lembaga Mitra Instansi Pemerintah Pempus / Pemda
Dinas Pendidikan
246
Pola Kemitraan
Peran Lembaga
Pembinaan dan Dukungan Regulasi Kebijakan, Pendampingan Teknis Perlindungan Hukum, Bantuan Anggaran dll. Dukungan Kebijakan, Perijinan (Administrasi), Anggaran, Dukungan Manajerial, Peningkatan Mutu Pembelajatan, Peningkatan Kompetensi SDM, Fasilitasi dan Pembinaan lainnya.
M. Arief Rizka & Suharyani, Pola Kemitraan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
Dinas Sosial, BKKBN.
Dukungan Implementasi Program, Distribusi Sasaran Program. Dinas Tenaga Kerja Dukungan Penyaluran Output Program PNF ke DU/DI, Data Bursa Kerja. Dinas Koperasi & Dukungan Pelaksanaan Program UKM, Pertanian, PNF khususnya programyang Pariwisata, dan lain-lain terkait dengan kewirausahaan masyarakat sebagai tindak lanjut pelatihan dalam bentuk permodalan dan pembinaan usaha. BP-PAUDNI / BPKBM Penjaminan Mutu dan Pengembangan Model Program, Pengembangan Program Dukungan Manajerial Lembaga, Penyelenggara Diklat atau Bimtek SDM, Penyaluran Anggaran Bansos, Pengembangan Data dan Informasi PKBM, Fasilitasi Pengembangan SDM PKBM.
2
Lembaga DUDI
Swasta
/ Pengelolaan CSR
Penyiapan Tenaga Kerja
Pemasaran (Expo)
3
4
Akademisi Perguruan Tinggi
Konsultan (Expert)
Sekolah, Ponpes
Sharing Sumber Daya
Pengelolaan Program CSR (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan) untuk Warga Belajar Program PNF yang Relevan. Sebagai Tempat Magang atau Menerima Tenaga Kerja Lulusan Program PNF yang Relevan dengan Kebutuhan DUDI. Pameran Bersama untuk Produk dari Program PNF yang Relevan dengan Kebutuhan DUDI. Jasa Konsultasi atau Bimbingan, Nara Sumber, Penelitian dan Pengabdian untuk Pengembangan Program PNF. Sharing Fasilitas (Laboratoium), Nara Sumber Teknis.
Masyarakat Tokoh Masyarakat, Fasilitasi dan Mediasi Budaya, Agama, Pemuda, dan lain-lain.
Dukungan Moril, Modal Sosial, Fasilitasi Pemanfaatan Tempat Pembelajaran, Mediasi Kepada Sasaran Program. Sumber: Dimodifikasi dari Direktorat Pemb. Kursus dan Kelembagaan (2010)
Pola kemitraan sinergis PKBM tersebut memiliki karakteristik kemitraan antara lain; (1) Tindakan Kerja: fleksibel dan berbasis kebutuhan; (2) Sifat Kemitraan: saling
menguntungkan dan bersinergi dalam program; (3) Hubungan Kemitraan: berkesinambungan dan professional dalam menjalankan hak dan kewajiban; (4) Status Kemitraan: legalisasi 247
Jurnal Kependidikan 14 (3): 239-249
dengan MoU; (5) Sistem Kemitraan: berorientasi pada tujuan dan menekankan pada keberhasilan program; (6) Sasaran Program: sesuai dengan karakteristik program; dan (7) Indikator Keberhasilan: kepuasan antar lembaga mitra dan transparansi. (Neni Marlina, 2014). Simpulan dan Saran Simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain: 1. PKBM-PKBM di Kota Mataram dalam menjalin kemitraan sebagian besar dengan instansi-instansi pemerintah dan masih minim pengembangan kemitraan dengan stakeholders lainnya. Pola kemitraan yang dilakukan lebih kepada kegiatan pembinaan, fasilitasi, dan penyediaan pendanaan program PNF yang bersifat insidental. 2. Pola pengembangan kemitraan PKBM yang prospektif dalam meningkatkan sustainabilitas program PNF yakni melalui pola kemitraan sinergis dengan melibatkan stakeholders meliputi lembaga mitra dari pemerintah, swasta/ DUDI, akademisi, dan masyarakat. Pola kemitraan ini dikembangkan dengan konsep multi arah dan mutualis (saling menguntungkan) sehingga dapat saling melengkapi, yang dilandasi dengan prinsip kesamaan visi-misi, kepercayaan, saling menguntungkan, transparansi, efisiensi dan efektivitas, komunikasi timbal balik, dan komitmen bersama. Adapun saran-saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Pengelola PKBM
248
Untuk terus meningkatkan kapasitas internal dan proaktif menjalin komunikasi dengan pihak eksternal dalam upaya mengembangkan akses untuk mendapat jejaring mitra kerja yang lebih prospektif. Kemitraan yang dikembangkan bukan hanya dalam hal bantuan dana yang bersifat insidental, tetapi lebih ke arah pengembangan kapasitas seperti bimbingan teknis, fasilitasi sumber daya manusia, fasilitasi sumber daya teknologi, maupun pendampingan partisipatif yang ditujukan untuk peningkatan kompetensi SDM yang ada di PKBM sehingga berdampak pada keberlanjutan penyelenggaraan programprogram PNF tersebut. 2. Penilik PLS/PNFI Kota Mataram Untuk terus meningkatkan intensitas pendampingan dan pembinaan dengan PKBM-PKBM di Kota Mataram dalam memberikan informasi kepada para Pengelola PKBM terkait dengan peluang-peluang strategis untuk pengembangan kemitraan dengan pihakpihak eksternal seperti lembaga swasta atau DUDI, akademisi, dan elemen masyarakat yang potensial untuk supporting program PNF, serta secara aktif untuk melakukan monitoring serta penjaminan mutu terhadap implementasi dan keberlanjutan program PNF di masing-masing PKBM tersebut. 3. Forum PKBM Kota Mataram Meningkatkan intenstitas pertemuanpertemuan rutin dengan para Pengelola PKBM sebagai upaya untuk mengidentifikasi kekurangan yang dimiliki sekaligus memberikan solusi realistis untuk sustainabilitas program PNF dan
M. Arief Rizka & Suharyani, Pola Kemitraan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
meningkatkan fungsi mediasi untuk memudahkan PKBM-PKBM di Kota Mataram dalam mengakses berbagai informasi dan peluang kerjasama dengan lembaga mitra lainnya. 4. Stakeholders PLS/PNF Untuk lebih memperhatikan dan aktifpartisipatif mendukung penyelenggaraan program PNF yang ada di PKBM melalui koordinasi implementasi program yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan lembaga. Daftar Pustaka BPPNFI Regional VII Mataram. (2010). Deskripsi Analisis Data Pendidikan Non Formal dan Informal Berbasis SIM PNFI. Kemdiknas. Dirjen PNFI. Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan. (2010). Membangun Jejaring Kerja (Kemitraan). Direktorat Jenderal Pendidikan Non Formal dan Informal. Kementerian Pendidikan Nasional. Miles, Matthew B., & Huberman, A. Michael. (2007). Analisis Data Kualitatif. (Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohindi). Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. rev. ed. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mulyana, Dedi. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Neni Marlina. (2014). Manajemen Jejaring Kemitraan untuk Pengembangan PAUD yang Kuat dan Mandiri.
Jurnal Aksara Sriti. BP-PAUDNI Regional V Mataram. Hal.60-95. Rizka, M. Arief dan Wayan Tamba. (2014). Pemetaan Inovasi Program Pendidikan Non Formal (PNF) pada Pusat Kegiaan Belajar masyarakat (PKBM) di Kota Matatram. Laporan Penelitian Internal IKIP Mataram. Tennyson, Ros. (2003). The Parthnering Toolbook. The International Business Leaders Forum (IBLF) and the Global Alliance for Improved Nutrition. Unesco. (2007). Strengthening Community Learning Centre through Linkages and Networks: A Synthesis of Six Country Reports. Bangkok: Unesco Asia and Pasific Regional Bureau for Education.
249