Jejak Langkah PKBM
Prolog
Jejak Langkah PKBM
S
ejarah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) pada prinsipnya tidak lepas dari sejarah lahirnya Republik Indonesia. Di era perjuangan, beberapa saat setelah Republik Indonesia berdiri ketika itu angka buta aksara masih 95 persen dari jumlah penduduk Indonesia yang masih 80 juta.Ketika itu, sejumlah komunitas masyarakat yang ingin membebaskan anak bangsa ini dari belenggu kebodohan membuat sebut saja gerakan semacam community learning center (CLC) yang dibalut dengan gerakan kemerdekaan. Pada tahun 1949 bagian Pendidikan Masyarakat berubah menjadi jawatan Pendidikan Masyarakat pemberantasan buta huruf tetap menjadi salah satu tugas pokoknya. Untuk lebih mengefektifkan pemberantasan buta huruf, pada tahun 1951 disusunlah rencana “Sepuluh Tahun Pemberantasan Buta Huruf” dengan harapan akan menuntaskan dan membebaskan angka penduduk yang buta huruf dalam 10 tahun. Namun ternyata pada tahun 1960, masih terdapat sekitar 40% penduduk Indonesia khususnya orang dewasa yang masih buta huruf (Dit.Dikmas, PBH di Indonesia, 1972).
1
2
Jejak Langkah PKBM
Jejak Langkah PKBM
Pengantar
PKBM Bagian dari Sejarah Pendidikan Nasional tak Terpisahkan
K
emudian pada tahun 1960, dikeluarkan “komando Presiden” untuk menuntaskan buta huruf sampai tahun 1964, dan pada 31 Desember 1964 penduduk Indonesia usia 13 s.d. 45 (kecuali Irian Barat) dinyatakan telah bebas buta huruf. Pengertian bebas buta huruf disini adalah mereka telah dapat menulis dan membaca kalimat-kalimat pendek seperti nama dan alamatnya. Pada tahun 1966-1970 mulai dikembangkan PBH fungsional dengan kampanye gerakan nasional pemberantasan buta huruf yang dilakukan secara besar-besaran untuk menghasilkan aksarawan baru sebanyak-banyaknya, dan secara efektif memilih sasaran kelompok buta huruf yang bekerja di berbagai bidang seperti pekerja pabrik, petani, buruh perkebunan, sehingga dapat memanfaatkan kemampuan keaksaraan untuk meningkatkan produktifitas kerjanya. Sejalan dengan perkembangan dan pemikiran baru tentang layanan pendidikan dan pembelajaran masyarakat, pada tahun 1970an mulai dirintis program kelompok belajar (kejar) Paket A, yaitu program pemberantasan buta huruf dengan menggunakan bahan belajar buku paket yang terdiri dari paket A1-A100. Bagi mereka yang telah menamatkan paket A1-A20 dan ditambah pelajaran
3
4
Jejak Langkah PKBM
matematika dan pengetahuan umum dapat diikutsertakan dalam ujian kesetaraan SD. Sejalan dengan perkembangan sejarah, pemerintah telah beberapa kali melakukan perubahan nomenklatur satuan kerja dilingkungan Kementerian Pendidikan Nasioanal.Akan tetapi Direktorat Pendidikan Nasional sebagai salah satu satuan kerja di lingkunan Kementerian Pendidikan Nasional tetap dipertahankan untuk memberikan layanan dan pemberdayaan masyarakat khususnya kelompok marjinal. Sejalan dengan tuntutan perubahan itu, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, pada awal tahun 2000-an secara bertahap berhasil “memekarkan” lahirnya direktorat baru setingkat eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, yaitu: Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Direktorat kursus dan kelembagaan, dan direktorat Pendidikan Kesetaraan. Pada tahun 2007 Nomenklatur Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah berubah menjadi Direktorat Jenderal Pendidikan Pendidikan Non Formal dan Informal dan pada akhir tahun 2010 belubah lagi menjadi Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Non Formal dan Informal (PAUDNI), meliputi; Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat, Direktorat Pembinaan kursus dan Pelatihan, Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, dan Direktorat Pembinaan Pendidik dan tenaga Kependidikan (P2TK). Apa itu PKBM? PKBM adalah lembaga pemberdayaan masyarakat yang di bentuk oleh Pemerintah di bawah binaan Dinas Pendidikan yang di kelola masyarakat.Dengan segala bentuk kegiatan pembelajaran (pendidikan) yang berbasis dari, oleh dan untuk masyarakat, yang keberadaanya ada di seluruh tanah air. Program kegiatan yang berlangsung didalamnya adalah suatu program kegiatan yang berbasis pada program pengentasan kemiskinan khususnya bergerak
Jejak Langkah PKBM
pada bidang pendidikan, seperti ; pendidikan usia dini, kejar paket, kursus, belajar usaha, kewirausahaan, pemuda produktif, kecakapan hidup (fileskill), produk usaha masyarakat, kemitraan, ketrampilan masyarakat yang berorientasi pada kegiatan pengembangan masyarakat dengan tujuan meningkatkan mutu kualitas hidup. Pelaksanaan program pendidikan nonformal adalah melaksanakan fungsi sebagai Pengganti, Penambah, dan atau Pelengkap pendidikan formal. Pengenalan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat perlu disebar luaskan kepada berbagai lapisan masyarakat. Kita sama maklumi bahwa selama puluhan tahun ini, memang sudah ada. Namun PKBM dianggap hanya sekedar sebuah tempat yang sekedar berkumpulnya mereka yang putus sekolah atau buta huruf. Tapi tidak pernah disimak apa maksud berdirinya PKBM itu. Sebenarnya Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) memang punya andil besar dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Kenapa demikian, karena PKBM adalah berperan sebagai sebuah sekolah dialam jalur formal. Sementara di jalur PLS atau pendidikan nonformal, PKBM merupakan tempat berkumpul mereka yang karena sesuatu dan lain hal pendidikannya belum mendapatkan pendidikan formal. Maka setelah ia dewasa dan sudah tidak layak lagi masuk di sekolah formal apakah sekolah dasar, SLTP ataupun SLTA karena faktot usia. Maka PKBM merupakan wadah untuk mereka yang sadar untuk pemberoleh pendidikan kesetaraan seperti: Paker A setara dengab SD, Paket B setara dengan SLTP dan Paket C setara dengan SLTA. Perlunya kesadaran masyarakat dan pemerintah terhadap PKBM, karena PKBM merupakan wadah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.Bagaimana warga masyarakat kita yang usianya sudah dewasa namun pendidikannya masih tertinggal. Misalnya belum lulus sekolah dasar. Apakah mereka harus masuk SD. Tentu saja tidak. Karena kalau ia masuk SD, mungkin lebih tua murid dari pada guru.
5
6
Jejak Langkah PKBM
Maka PKBM sebenarnya yang merangkul mereka. Nah sementara Undang-Undang Sistem Pendidikan Nisonal nomor 20/2003 secara jelas menyebutkan bahwa setiap warga negara harus ”bebas dari ketuna aksaraan”. PKBM adalah sebagaisolusinya. Masalah PKBM Permasalahan selama ini masyarakat dan pemerintah masih acuh terhadap program pendidikan ini. Padahal PKBM adalah salah satu jalur pendidikan nasional yang di provinsi lain berkembang dengan baik. Karena pemerintah sungguh pasti malu melihat warganya di masyarakat melihat warganya, karena sesuatu dan lain hal masih ada yang buta huruf atau dengan kata lain buta aksara. sebab masih ditemukan asunsi bahwa pemerintah masih belum sepenuh hati dalam nenuntaskan wajib belajar terhadap warganya. Penulis terperanjat dari hasil penelitian pihak Kemendiknas RI, yang di suatu kabupaten selalu dikecurkan dana PKBM, namun setelah mereka monitor ternyata daftar namanya ada di Jakarta. Tapi berapa warga belajarnya, di PKBM ternyata berbagai alasan oleh penyelenggara sulit membuktikan. PKBM tidak hanya sebatas Paket A, B dan C. Tapi di PKBM ada PAUD juga pendidikan kecakapan hidup.Namun karena belum mendapatkan perhatian yang mendalam dan bidang ini tidak diketahui onderdilnya oleh semua sarjana pendidikan.Namun karena ketidak tahuan di tempatkan tenaga kerja yang bukan PLS dan bukan lagi sarjana pendidikan.Maka dunia pendidikan yang satu ini terabaikan oleh kita semua. Sulitnya penyelenggarakan pada bidang PLS atau bidang pendidikan nonformal atau istilah baru lagi bidang PAUDNI ini, adalah pemerintah dalam menempatkan tenaga kerja di Dinas Pendidikan menganggap bidang itu spele.Padahal bidang tersebut adalah teknis. Dan tidak menempatkan sarjana PLS. Sehingga karena asal pasang, akibatnya dalam mereka menjalankan tugas-tugas ke
Jejak Langkah PKBM
PLS-an yang teknis tidak dimengerti. Sehingga jalur pendidikan nonformal ini terabaikan begitu saja.Padahal di Universitas Palangka Raya, setiap wisuda sarjana S-1 dan S-2 selalu meluluskan sarjana PLS. Lahirnya PKBM di Indonesia Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) hadir di Indonesia di tengah-tengah kondisi krisis sosial ekonomi nasional pada tahun 1998.Kehadiran PKBM sebenarnya memiliki latar belakang yang cukup panjang. Fakta menunjukkan bahwa pendidikan formal dan sistem persekolahan ternyata tidak cukup untuk menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.Hal ini dapat dilihat dari masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, tingginya tingkat buta aksara bagi orang dewasa, tingginya tingkat pengangguran, tingginya tingkat kemiskinan dan sebagainya. Di pihak lain, kebijakan pemerintah dalam pembangunan pendidikan sangat menitikberatkan pada pendidikan formal dan sistem persekolahan. Adapun perhatian pada pendidikan non formal masih sangat terbatas.Hal ini dapat dilihat dari alokasi anggaran dan fasilitas maupun berbagai sumberdaya lainnya yang jauh lebih besar dicurahkan bagi pendidikan formal dan sistem persekolahan. Sesungguhnya pendidikan non formal telah dikenal dalam peradaban manusia jauh sebelum adanya pendidikan formal dan sistem persekolahan.Namun pembinaan pendidikan nasional selama ini masih didominasi oleh pendidikan formal.Pembinaan pendidikan non formal dilakukan oleh pemerintah hanya melalui berbagai pendekatan proyek yang bersifat sementara dan kadangkala tidak berkelanjutan. Cakupannyapun masih sangat terbatas pada beberapa jenis kebutuhan pendidikan yang bersifat nasional.Sementara pendidikan non formal yang diselenggarakan oleh masyarakat masih bertumpu
7
8
Jejak Langkah PKBM
pada jenis-jenis pendidikan yang memiliki nilai komersial sehingga dapat ditarik pembayaran dari masyarakat untuk membiayai kegiatan pendidikan tersebut. Untuk meningkatkan efektivitas keberhasilan pendidikan non formal telah dilakukan berbagai evaluasi terhadap kiprah pendidikan non formal selama ini.Negara-negara yang tergabung dalam UNESCO menyimpulkan bahwa pembangunan pendidikan non formal haruslah semaksimal mungkin bersifat partisipatif, dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri dan peran pemerintah sebaiknya diposisikan lebih sebagai fasilitator. Hal ini terlihat dari berbagai naskah deklarasi antara lain deklarasi Jomtien, Dakar, dan sebagainya. Salah satu upaya konkrit untuk mengimplementasikan gagasan tersebut adalah dengan mendorong dan memotivasi terwujudnya Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) atau Community Learning Centre. PKBM bukanlah sepenuhnya merupakan suatu konsep yang baru sama sekali. Sebagai contoh di Jepang PKBM dikenal sejak tahun 1949 dengan nama Kominkan. Kominkan telah turut memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi pembangunan kemajuan masyarakat Jepang.Sampai dengan tahun 2004 diperkirakan ada sekitar 18.000 Kominkan terdapat di seluruh Jepang. Untuk menggerakkan masyarakat agar terwujud PKBM di Indonesia, Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional merumuskan berbagai kebijakan dan program untuk mengidentifikasi dan memotivasi agar masyarakat dengan kesadarannya sendiri membentuk dan mengelola berbagai kegiatan pembelajaran bagi masyarakat sesuai kebutuhan dan potensi masing-masing. Gagasan ini mendapatkan sambutan cukup baik oleh masyarakat sehingga pada awal tahun 1998 mulai dikukuhkan keberadaan berbagai PKBM di berbagai wilayah di seluruh Indonesia. Sebagai contoh PKBM ALPA dan PKBM Buana Mekar di Bandung, PKBM RCC Garuda di Yogyakarta, PKBM Gajah Mada di Cirebon, PKBM Pionir di Solo, PKBM Giri Mukti di Balikpapan, PKBM Dahlia
Jejak Langkah PKBM
di Mataram, dan sebagainya. Sejak itu, PKBM semakin dikenal luas dan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi dari sisi kuantitas. Pada tahun 2004 sudah terdapat lebih dari 3.000 PKBM di seluruh Indonesia.Pada tahun 2006 terdapat hampir dari 5.000 PKBM di seluruh Indonesia. Konsep PKBM Sebagai suatu institusi baru yang bergerak dalam berbagai kegiatan pendidikan non formal di tingkat akar rumput, PKBM berkembang secara dinamis dan belum didukung oleh berbagai pijakan kerangka teoritik dan akademik yang memadai.Pengembangan PKBM sepenuhnya didasarkan atas pengalaman di lapangan yang situasi kondisinya sangat beragam.Dengan sendirinya Konsep PKBM yang berkembangpun sangat bervariasi dari suatu PKBM ke PKBM lainnya. Konsep PKBM yang berkembang sangat umum dan kurang tajam mengungkap secara menyeluruh eksistensi dan karakteristik PKBM itu sendiri. Longgarnya konsep tentang PKBM ini di satu sisi memberikan fleksibilitas yang tinggi bagi inovasi pengembangan PKBM pada tahap awal pengembangannya namun konsep yang terlalu umum ini tidak memadai untuk menjadi pijakan bagi pengembangan PKBM lebih lanjut. Di samping itu, ketidakjelasan konsep tentang PKBM dapat menimbulkan adanya kesimpangsiuran pemahaman tentang PKBM yang dapat mengakibatkan kontra produktif bagi pengembangan PKBM selanjutnya. Adapun konsep tentang PKBM yang tertulis masih sangat terbatas, dan itupun masih sangat kental dipengaruhi perspektif birokratik belum menggambarkan konsep yang lebih utuh. Dengan diakuinya secara eksplisit PKBM sebagai salah satu satuan pendidikan non formal dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menjadi tanggungjawab semua pihak baik pemerintah pusat, pemerintah propinsi, pemerintah
9
10
Jejak Langkah PKBM
kabupaten/kota dan masyarakat luas untuk mengembangkan PKBM dalam rangka mensukseskan tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian keberadaan konsep PKBM yang lebih jelas dan lebih memadai bagi pengembangan PKBM lebih lanjut sangat dibutuhkan. Tanpa adanya konsep PKBM yang jelas dan memadai akan sulit dibangun rencana strategis yang baik dalam pengembangan PKBM selanjutnya baik di tingkat institusi, di tingkat lokal, regional, maupun nasional. Hal ini tentunya akan mengakibatkan tidak adanya sinergi, rendahnya efektivitas dan inefisiensi dalam pengembangan PKBM lebih lanjut. Pengembangan Konsep PKBM Mengingat PKBM merupakan suatu institusi baru, maka pengembangan konsep PKBM sementara ini lebih didasarkan atas hasil observasi yang bersifat umum terhadap berbagai pengalaman PKBM selama ini.Konsep PKBM inipun sedang terus berkembang seiring dengan berbagai inovasi yang muncul dalam pengalaman pengembangan PKBM di lapangan. Di kemudian hari tentunya juga diharapkan pengembangan konsep PKBM ini juga didasarkan atas berbagai hasil kajian dan penelitian akademik yang lebih mendalam, sehingga dihasilkan konsep PKBM yang lebih solid, lebih tajam dan lebih menyeluruh. Pengembangan konsep PKBM haruslah memperhatikan dua faktor secara bersamaan yaitu faktor kemampun konsep dalam menjelaskan secara lengkap dan utuh seluruh eksistensi dan karakteristik PKBM itu sendiri dan faktor kemampuan konsep dalam mengakomodasikan berbagai perkembangan dan keragaman PKBM baik yang telah ada maupun yang akan datang. Atas dasar pertimbangan tersebut maka konsep PKBM yang diuraikan dalam kesempatan ini lebih merupakan konsep yang bersifat generik.Artinya konsep PKBM yang diungkapkan ini adalah konsep yang dapat dikembangkan lebih lanjut ke dalam berbagai
Jejak Langkah PKBM
model-model PKBM yang bervariasi. Pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan konsep PKBM yang akan diuraikan lebih lanjut didasarkan atas pendekatan yang bersifat induktif. Formulasi konsep PKBM ini didasarkan atas pergumulan dan pengalaman praktis dalam membentuk, membangun dan mengembangkan PKBM sehari-hari. Di samping itu, juga melalui pengalaman dalam memperhatikan berbagai inovasi, keberhasilan dan permasalahan yang dihadapi berbagai PKBM yang terungkap dalam berbagai diskusi di pertemuan tingkat nasional tentang PKBM baik dalam kerangka Forum Komunikasi PKBM Indonesia maupun dalam kerangka perumusan dan perbaikan berbagai program dan kebijakan yang bekaitan dengan PKBM oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Depdiknas. Konsep PKBM yang diuraikan ini telah melalui pembahasan oleh Dewan Pengurus Pusat Forum Komunikasi PKBM Indonesia sebagai suatu organisasi nasional yang mewadahi kebersamaan dan persatuan PKBM di seluruh Indonesia.
11
12
Jejak Langkah PKBM
Jejak Langkah PKBM
Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN 1. Lahirnya PKBM di Indonesia 2. PentingnyaKonsep PKBM 3. PengembanganKonsep PKBM BAB II APA DAN BAGAIMANA PKBM? 1. Filosofi PKBM 2. Tujuan PKBM 3. BidangKegiatan PKBM BAB III SUKSES MEMBERDAYAKAN 1. PKBM Al-Wildan, Memberi Jalan untuk Terus Belajar 2. Meretas Asa Bersama PKBM Bina Aksara Pasar Minggu, Jakarta 3. PKBM Dinda Mendapat Order Ribuan Souvenir SEA GAMES 2011 4. PKBM FABERLY Dari Batata menjadi Dodol dan Kecap 5. PKBM InginWasis Bersinergi Ala Desa Temon Wetan 6. PKBM Jelita PKBM Jelita Membangun Desa ala ‘Si Jelita 7. PKBM Kurnia Terus Beraktivitas Meski Tanpa Bansos BAB IV MEREKA CHAMPION DARI PKBM 1. PKBM Lestari Memahami Kebutuhan Warga Termarginalkan 2. PKBM Mandiri Produk KUM-nya Layak Jual 3. PKBM Mitra Lestari Karya Ketrampilannya Sampai Mancanegara 4. PKBM Permatasari Pemberi Cahaya dari Bungoro 5. PKBM Pesisir: Berhasil Kembangkan Potensi Lokal 6. PKBM Petra: Jangan Tanya Soal PKBM, Warga Hanya Ngerti Kaef 7. PKBM Sentra TKI Trimulya Pratam Berkiprah demi ‘Pahlawan Devisa’ 8. PKBM Sandyka Mencerahkan Kaum Marginal
13
14
Jejak Langkah PKBM
BAB V MEMBANGUN KEMANDIRIAN 1. PKBM Sari Arum Membangun Kemandirian 2. PKBM Taruna Jaya: Totalitas, Kunci Keberhasilan PKBM 3. PKBM Tresna Bhakti: Menjembatani Ekspektasi Masyarakat 4. PKBM Tunas Bangsa: Aktivitas dari Pagi sampai malam 5. PKBM UliUlya: Kiat Menciptakan Kemandirian Warga 6. PKBM Widya Pramana Memanfaatkan Dunia Pariwisata BAB VI SISI HUMANISME PKBM 1. PKBM Tunas Harapan Demi Anak Panti Asuhan 2. PKBM TUNAS MUDA: Semangat Dari Pegunungan Menoreh 3. PKBM Serat Bangsa Bertanam Nasionalisme di Negeri Jiran 4. PKBM Putri Nyale Tak Sekadar Membekali TKI 5. TBM Plus Mas Raden Berjualan Jamu untuk Menjamu Tamu 6. TBM Publik Sakila Kerti Membuka Cakrawala dari Terminal 7. Yunita Syahirsyah Pegiat PKBM Dari Batanghari
Lahirnya PKBM di Indonesia
Bab I
Lahirnya PKBM di Indonesia
S
esungguhnya pendidikan non formal telah dikenal dalam peradaban manusia jauh sebelum adanya pendidikan formal dan sistem persekolahan. Namun pembinaan pendidikan nasional selama ini masih didominasi oleh pendidikan formal. Pembinaan pendidikan non formal dilakukan oleh pemerintah hanya melalui berbagai pendekatan proyek yang bersifat sementara dan kadangkala tidak berkelanjutan. Cakupannyapun masih sangat terbatas pada beberapa jenis kebutuhan pendidikan yang bersifat nasional. Sementara pendidikan non formal yang diselenggarakan oleh masyarakat masih bertumpu pada jenis-jenis pendidikan yang memiliki nilai komersial sehingga dapat ditarik pembayaran dari masyarakat untuk membiayai kegiatan pendidikan tersebut. Untuk meningkatkan efektivitas keberhasilan pendidikan non formal telah dilakukan berbagai evaluasi terhadap kiprah pendidikan non formal selama ini.Negara-negara yang tergabung dalam UNESCO menyimpulkan bahwa pembangunan pendidikan non formal haruslah semaksimal mungkin bersifat partisipatif, dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri dan peran pemerintah sebaiknya diposisikan lebih sebagai fasilitator. Hal ini terlihat dari berbagai naskah deklarasi antara lain deklarasi Jomtien, Dakar, dan sebagainya. Salah satu upaya konkrit untuk mengimplementasikan gagasan tersebut adalah dengan mendorong dan memotivasi terwujudnya
15
16
Jejak Langkah PKBM
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) atau Community Learning Centre.PKBM bukanlah sepenuhnya merupakan suatu konsep yang baru sama sekali. Sebagai contoh di Jepang PKBM dikenal sejak tahun 1949 dengan namaKominkan. Kominkan telah turut memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi pembangunan kemajuan masyarakat Jepang.Sampai dengan tahun 2004 diperkirakan ada sekitar 18.000 Kominkan terdapat di seluruh Jepang. Untuk menggerakkan masyarakat agar terwujud PKBM di Indonesia, Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional merumuskan berbagai kebijakan dan program untuk mengidentifikasi dan memotivasi agar masyarakat dengan kesadarannya sendiri membentuk dan mengelola berbagai kegiatan pembelajaran bagi masyarakat sesuai kebutuhan dan potensi masing-masing.Gagasan ini mendapatkan sambutan cukup baik oleh masyarakat sehingga pada awal tahun 1998 mulai dikukuhkan keberadaan berbagai PKBM di berbagai wilayah di seluruh Indonesia. Sebagai contoh PKBM ALPA dan PKBM Buana Mekar di Bandung, PKBM RCC Garuda di Yogyakarta, PKBM Gajah Mada di Cirebon, PKBM Pionir di Solo, PKBM Giri Mukti di Balikpapan, PKBM Dahlia di Mataram, dan sebagainya. Sejak itu, PKBM semakin dikenal luas dan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi dari sisi kuantitas.Pada tahun 2004 sudah terdapat lebih dari 3.000 PKBM di seluruh Indonesia.Pada tahun 2006 terdapat hampir dari 5.000 PKBM di seluruh Indonesia. Pentingnya Konsep PKBM Sebagai suatu institusi baru yang bergerak dalam berbagai kegiatan pendidikan non formal di tingkat akar rumput, PKBM berkembang secara dinamis dan belum didukung oleh berbagai pijakan kerangka teoritik dan akademik yang memadai. Pengembangan PKBM sepenuhnya didasarkan atas pengalaman di lapangan yang situasi kondisinya sangat beragam.Dengan sendirinya Konsep PKBM yang berkembangpun sangat bervariasi dari suatu PKBM ke PKBM lainnya.
Lahirnya PKBM di Indonesia
Konsep PKBM yang berkembang sangat umum dan kurang tajam mengungkap secara menyeluruh eksistensi dan karakteristik PKBM itu sendiri. Longgarnya konsep tentang PKBM ini di satu sisi memberikan fleksibilitas yang tinggi bagi inovasi pengembangan PKBM pada tahap awal pengembangannya namun konsep yang terlalu umum ini tidak memadai untuk menjadi pijakan bagi pengembangan PKBM lebih lanjut. Di samping itu, ketidakjelasan konsep tentang PKBM dapat menimbulkan adanya kesimpangsiuran pemahaman tentang PKBM yang dapat mengakibatkan kontra produktif bagi pengembangan PKBM selanjutnya. Adapun konsep tentang PKBM yang tertulis masih sangat terbatas, dan itupun masih sangat kental dipengaruhi perspektif birokratik belum menggambarkan konsep yang lebih utuh. Dengan diakuinya secara eksplisit PKBM sebagai salah satu satuan pendidikan non formal dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menjadi tanggungjawab semua pihak baik pemerintah pusat, pemerintah propinsi, pemerintah kabupaten/kota dan masyarakat luas untuk mengembangkan PKBM dalam rangka mensukseskan tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian keberadaan konsep PKBM yang lebih jelas dan lebih memadai bagi pengembangan PKBM lebih lanjut sangat dibutuhkan. Tanpa adanya konsep PKBM yang jelas dan memadai akan sulit dibangun rencana strategis yang baik dalam pengembangan PKBM selanjutnya baik di tingkat institusi, di tingkat lokal, regional, maupun nasional. Hal ini tentunya akan mengakibatkan tidak adanya sinergi, rendahnya efektivitas dan inefisiensi dalam pengembangan PKBM lebih lanjut. Pengembangan Konsep PKBM Mengingat PKBM merupakan suatu institusi baru, maka pengembangan konsep PKBM sementara ini lebih didasarkan atas
17
18
Jejak Langkah PKBM
hasil observasi yang bersifat umum terhadap berbagai pengalaman PKBM selama ini.Konsep PKBM inipun sedang terus berkembang seiring dengan berbagai inovasi yang muncul dalam pengalaman pengembangan PKBM di lapangan. Di kemudian hari tentunya juga diharapkan pengembangan konsep PKBM ini juga didasarkan atas berbagai hasil kajian dan penelitian akademik yang lebih mendalam, sehingga dihasilkan konsep PKBM yang lebih solid, lebih tajam dan lebih menyeluruh. Pengembangan konsep PKBM haruslah memperhatikan dua faktor secara bersamaan yaitu faktor kemampun konsep dalam menjelaskan secara lengkap dan utuh seluruh eksistensi dan karakteristik PKBM itu sendiri dan faktor kemampuan konsep dalam mengakomodasikan berbagai perkembangan dan keragaman PKBM baik yang telah ada maupun yang akan datang. Atas dasar pertimbangan tersebut maka konsep PKBM yang diuraikan dalam kesempatan ini lebih merupakan konsep yang bersifat generik.Artinya konsep PKBM yang diungkapkan ini adalah konsep yang dapat dikembangkan lebih lanjut ke dalam berbagai model-model PKBM yang bervariasi. Pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan konsep PKBM yang akan diuraikan lebih lanjut didasarkan atas pendekatan yang bersifat induktif. Formulasi konsep PKBM ini didasarkan atas pergumulan dan pengalaman praktis dalam membentuk, membangun dan mengembangkan PKBM sehari-hari. Di samping itu, juga melalui pengalaman dalam memperhatikan berbagai inovasi, keberhasilan dan permasalahan yang dihadapi berbagai PKBM yang terungkap dalam berbagai diskusi di pertemuan tingkat nasional tentang PKBM baik dalam kerangka Forum Komunikasi PKBM Indonesia maupun dalam kerangka perumusan dan perbaikan berbagai program dan kebijakan yang bekaitan dengan PKBM oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Depdiknas. Konsep PKBM yang diuraikan ini telah melalui pembahasan oleh Dewan Pengurus Pusat Forum Komunikasi PKBM Indonesia sebagai suatu organisasi nasional yang
Lahirnya PKBM di Indonesia
mewadahi kebersamaan dan persatuan PKBM di seluruh Indonesia. Konsep PKBM menjelaskan secara utuh jati diri PKBM, siapa atau apakah PKBM itu, bagaimana PKBM itu berkiprah dan ke arah mana PKBM itu berjalan/berkembang. Konsep PKBM dapat dijelaskan dalam 6 (enam) aspek yang meliputi : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Filosofi PKBM Tujuan PKBM Bidang Kegiatan PKBM Komponen PKBM Parameter PKBM dan Karakter PKBM
Keenam aspek tersebut harus ada dalam konsep PKBM secara utuh. Tanpa salah satu aspek tersebut maka PKBM akan kehilangan jati dirinya. Dengan demikian perencanan, pembangunan, pengembangan dan evaluasi PKBM haruslah mencakup seluruh aspek tersebut secara utuh.
19
20
Jejak Langkah PKBM
Konsep PKBM
Bab II
Konsep PKBM
Y
ang dimaksud dengan Filosofi PKBM adalah suatu formulasi singkat yang menggambarkan idealisasi PKBM itu secara menyeluruh.Sedangkan Tujuan PKBM merupakan formulasi yang menjelaskan arah yang harus dicapai atau visi dari PKBM itu sendiri.Bidang Kegiatan PKBM menggambarkan ruang lingkup kegiatan dan pemasalahan yang digarap oleh PKBM.Komponen PKBM adalah berbagai pihak yang terlibat dalam PKBM.Parameter PKBM adalah ukuran yang digunakan untuk menilai tingkat kemajuan ataupun tingkat keberhasilan suatu PKBM.Sedangkan Karakter PKBM menjelaskan nilai-nilai positif yang harus menjiwai suatu PKBM agar PKBM tersebut dapat mencapai tujuannya secara sehat dan berkelanjutan. II.1 Filosofi PKBM Filosofi PKBM secara ringkas adalah dari, oleh dan untuk masyarakat. Ini berarti bahwa PKBM adalah suatu institusi yang berbasis masyarakat (Community based Institution). Hal ini dapat diuraikan secara lebih rinci sebagai berikut : i. Dari masayarakat berarti bahwa pendirian PKBM haruslah selalu merupakan inisiatif dari masyarakat itu sendiri yang datang dari suatu kesadaran akanpentingnya peningkatan mutu kehidupannya melalui suatu proses-proses transformasional dan pembelajaran.
21
22
Jejak Langkah PKBM
Inisiatif ini dapat saja dihasilkan oleh suatu proses sosialisasi akan pentingnya PKBM dan hal-hal lainnya tentang PKBM kepada beberapa anggota atau tokoh masyarakat setempat oleh pihak pemerintah ataupun oleh pihak lain di luar komunitas tersebut. Dalam hal pendirian suatu PKBM peran pemerintah ataupun pihak lain di luar komunitas tersebut hanyalah berupa proses sosialisasi, motivasi, stimulasi dan pelatihan untuk memperkenalkan PKBM secara utuh dan membuka perspektif serta wawasan dan langkahlangkah yang dapat dilakukan dalam membentuk PKBM serta dalam pengembangan selanjutnya. Proses sosialisasi ini hendaknya tidak mengambil alih inisiatif pendirian yang harus murni datang dari kesadaran, kemauan dan komitmen anggota masyarakat itu sendiri. Hal ini sangat penting demi menjaga kelahiran PKBM itu secara sehat yang di kemudian hari akan sangat menentukan kemandirian dan keberlanjutan PKBM tersebut. ii. Oleh masyarakat berarti bahwa penyelenggaraan dan pengembangan serta keberlanjutan PKBM sepenuhnya menjadi tanggungjawab masyarakat itu sendiri. Ini juga bermakna adanya semangat kemandirian dan kegotongroyongan dalam penyelenggaraan PKBM. Dengan kata lain, penyelenggaraan PKBM tidak harus menunggu kelengkapan ataupun kecanggihan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh suatu masyarakat dan tidak harus menunggu ada atau tidaknya ijin legal dari pemerintah setempat. PKBM dapat saja berlangsung dalam kesederhanaan apapun yang dimiliki oleh suatu masyarakat. Penyelenggaraan PKBM harus didasarkan dan memperhatikan potensi yang dimiliki oleh suatu masyarakat. Penyelenggaraan oleh masyarakat tentunya tidak berarti menutup kemungkinan partisipasi dan kontribusi berbagai pihak lain di luar masyarakat tersebut. Pemerintah, perorangan, lembaga-lembaga usaha, lembaga-lembaga sosial, keagamaan dan sebagainya bahkan perorangan yang berasal dari luar masyarakat itu pun dapat saja turut
Konsep PKBM
berpartisipasi dan berkontribusi.Namun semua bentuk dukungan itu hendaknya harus tetap disertai semangat kemandirian dan komitmen masyarakat itu sendiri untuk membangun dan mengembangkan PKBM tersebut. iii. Untuk Masyarakat berarti bahwa keberadaan PKBM haruslah sepenuhnya demi kemajuan kehidupan masyarakat dimana PKBM tersebut berada. Itu berarti juga bahwa pemilihan programprogram yang diselenggarakan di PKBM harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Hal ini tentunya juga tidak berarti menutup kemungkinan anggota masyarakat di luar masyarakat tersebut untuk dapat turut serta mengikuti berbagai program dan kegiatan yang diselenggarakan oleh PKBM. Kemungkinan tersebut dapat saja diwujudkan sepanjang tidak menghambat pemberian manfaat bagi masyarakat sekitarnya. Prioritas dan fokus pemberdayaan tentunya haruslah tetap tertuju kepada masyarakat sasaran PKBM itu sendiri. Masyarakat bertindak sekaligus sebagai subyek dan obyek dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh PKBM. Secara Akronim PKBM berarti Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat. Pemaknaan nama inipun dapat menjelaskan filosofi PKBM. Hal ini dapat dijelaskan secara lebih rinci sebagai berikut : a. Pusat, berarti bahwa penyelenggaraan PKBM haruslah terkelola dan terlembagakan dengan baik. Hal ini sangat penting untuk efektivitas pencapaian tujuan, mutu penyelenggaraan programprogram, efisiensi pemanfaatan sumber-sumber, sinergitas antar berbagai program dan keberlanjutan keberadaan PKBM itu sendiri. Hal ini juga berkaitan dengan kemudahan untuk dikenali dan diakses oleh seluruh anggota masyarakat untuk berkomunikasi, berkoordinasi dan bekerjasama dengan berbagai pihak baik yang berada di wilayah keberadaan PKBM tersebut maupun dengan berbagai pihak di luar wilayah tersebut misalnya pemerintah, lembaga-lembaga nasional maupun internasional, dan sebagainya.
23
24
Jejak Langkah PKBM
Adanya pelembagaan berbagai kegiatan pembelajaran ini juga merupakan salah satu kelebihan dari keberadaan PKBM dalam suatu kelompok masyarakat tertentu.Pada umumnya, dalam setiap kelompok masyarakat hampir selalu ada berbagai upaya pembelajaran yang bersifat non formal.Namun seringkali berbagai kegiatan dan program tersebut tidak terkelola dan terlembagakan dengan baik dan tidak terpadu sehingga keberlanjutan dan mutu kegiatannya sulit dipertahankan dan ditingkatkan. b. Kegiatan, berarti bahwa di PKBM diselenggarakan berbagai kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat setempat. Ini juga berarti bahwa PKBM selalu dinamis, kreatif dan produktif melakukan berbagai kegiatan-kegiatan yang positif bagi masyarakat setempat. Kegiatan-kegiatan inilah yang merupakan inti dari keberadaan PKBM. Kegiatan-kegiatan ini tentunya juga sangat tergantung pada konteks kebutuhan dan situasi kondisi masyarakat setempat. c. Belajar, berarti bahwa berbagai kegiatan yang diselenggarakan di PKBM haruslah merupakan kegiatan yang mampu memberikan terciptanya suatu proses transformasi dan peningkatan kapasitas serta perilaku anggota komunitas tersebut ke arah yang lebih positif. Belajar dapat dilakukan oleh setiap orang sepanjang hayatnya di setiap kesempatan.Belajar tidak hanya monopoli kaum muda, tetapi juga mulai dari bayi sampai pada orang-orang tua.Belajar juga dapat dilakukan dalam berbagai dimensi kehidupan.Belajar dapat dilakukan dalam kehidupan berkesenian, beragama, berolahraga, adat istiadat dan budaya, ekonomi, sosial, politik dan sebagainya.Dimensi belajar seluas dimensi kehidupan itu sendiri. Dengan demikian PKBM merupakan suatu institusi terdepan yang langsung berada di tengahtengah masyarakat yang mengelola dan mengimplementasikan konsep belajar sepanjang hayat atau Life Long Learning dan Life Long Education serta pendidikan untuk semua atau Education For All.
Konsep PKBM
Penggunaan kata ‘belajar’ dalam PKBM dan bukan kata ‘pendidikan’ juga memiliki makna tersendiri.Belajar lebih menekankan pada inisiatif dan kemauan yang kuat serta kedewasaan seseorang untuk dengan sadar menghendaki untuk mengubah dirinya ke arah yang lebih baik. Belajar lebih menekankan upaya-upaya warga belajar itu sendiri sedangkan peran sumber belajar atau pengajar lebih sebagai fasilitator sehingga lebih bersifat bottom up dan lebih berkesan non formal. Sedangkan pendidikan sebaliknya lebih bersifat top-down, dan lebih berkesan formal, inisiatif lebih banyak datang dari sumber belajar atau pengajar. d. Masyarakat, berarti bahwa PKBM adalah upaya bersama suatu masyarakat untuk memajukan dirinya sendiri secara bersama-sama sesuai dengan ukuran-ukuran idealisasi masyarakat itu sendiri akan makna kehidupan. Dengan demikian ciri-ciri suatu masyarakat akan sangat kental mewarnai suatu PKBM baik mewarnai tujuan-tujuannya, pilihan dan disain program dan kegiatan yang diselenggarakan, serta budaya yang dikembangkan dan dijiwai dalam kepemimpinan dan pengelolaan kelembagaannya. Hal ini juga berarti bahwa dalam suatu masyarakat yang heterogen PKBM akan lebih mencerminkan multikulturalisme sedangkan dalam masyarakat yang relatif lebih homogen maka PKBM juga akan lebih mencerminkan budaya khas masyarakat tersebut. PKBM bukanlah suatu institusi yang dikelola secara personal, individual dan elitis. Dengan pemahaman ini tentunya akan lebih baik apabila PKBM tidak merupakan institusi yang dimiliki oleh perorangan atau kelompok elitis tertentu dalam suatu masyarakat. Tetapi keberadaan penyelenggara maupun pengelola PKBM tentunya mencerminkan peran serta seluruh anggota masyarakat tersebut. Dalam situasi transisi ataupun situasi khusus tertentu peran perorangan atau tokoh-tokoh tertentu atau sekelompok anggota masyarakat tertentu dapat saja sangat dominan dalam penyelenggaraan dan pengelolaan PKBM demi efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan,
25
26
Jejak Langkah PKBM
prakteknya tidaklah menjadi kaku, dapat saja lebih fleksibel. Kata ‘masyarakat’ juga untuk membedakan secara dikotomis dengan pemerintah.Artinya seyogyanya PKBM itu milik masyarakat bukan milik pemerintah.Kontribusi pemerintah adalah dalam mendukung dan memfasilitasi keberlangsungan dan pengembangan PKBM dapat saja jauh lebih besar porsinya dibandingkan kontribusi masyarakat dalam nilai kuantitas tetapi semuanya itu haruslah diposisikan dalam kerangka dukungan bukan mengambil-alih tanggungjawab masyarakat.Hal ini bukanlah mengarah pada seberapa besar proporsi kuantitas, tetapi lebih kepada semangat, kualitas dan komitmen.Tentu saja hal ini harus didasarkan pada konteks dan potensi masing masing masyarakat. Ini juga tidak berarti bahwa mustahil adanya pegawai negeri sipil bekerja dalam suatu PKBM baik sebagai tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan, ataupun ini tidak berarti mustahil adanya alokasi anggaran pemerintah untuk membangun dan meningkatkan sarana dan prasarana PKBM serta dana operasional PKBM. Bahkan sebaliknya, tanggungjawab pemerintah dalam pembangunan dan pembinaan PKBM haruslah tercermin dalam alokasi-alokasi anggaran pemerintah yang signifikan dalam memperkuat penyelenggaraan dan mutu pogram PKBM namun keseluruhannya itu haruslah dikembangkan selaras dengan dukungan bagi penguatan peran dan tanggungjawab masyarakat dalam menyelenggarakan dan mengelola PKBM. Penggunaan kata ‘masyarakat’ juga perlu dipahami secara lebih khusus. Dalam pengertian bahasa Indonesia, kata ‘masyarakat’ dapat dipahami dalam arti yang lebih luas misalnya ‘masyarakat Indonesia’ tetapi dapat juga dipahami dalam arti yang lebih sempit dan terbatas, misalnya ‘masyarakat RT-06 RW 05 Kelurahan Cirangrang Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung’. Kata ‘masyarakat’ dalam PKBM lebih dimaksudkan pada pengertian masyarakat dalam arti lebih sempit dan terbatas. Dalam bahasa Inggris, padanan katanya adalahcommunity, atau diterjemahkan menjadi ‘komunitas’.
Konsep PKBM
Pemahaman ini memberi implikasi bahwa PKBM haruslah merupakan institusi yang dibangun dan dikembangkan dalam suatu masyarakat yang bersifat terbatas dan bersifat setempat, bersifat lokal.Batasan ini dapat dikategorikan dalam batasan geografis maupun batasan karakteristik.Batasan geografis dapat berarti dalam suatu wilayah tertentu seperti suatu Kampung atau Dusun tertentu, suatu Desa atau Kelurahan tertentu ataupun suatu Kecamatan tertentu.Batasan Karakteristik dapat saja mengacu pada suatu kelompok masyarakat yang mengalami suatu persamaan permasalahan tertentu misalnya suatu kelompok masyarakat yang karena permasalahan sosial tertentu sama-sama berada dalam suatu Lembaga Pemasyarakatan tertentu dan sebagainya. Dengan pemahaman ini tentu sulitlah dipahami adanya suatu PKBM yang mengklaim PKBM skala yang terlalu luas wilayah cakupannya misalnya skala propinsi atau skala nasional. II.2 Tujuan PKBM Pada dasarnya tujuan keberadaan PKBM di suatu komunitas adalah terwujudnya peningkatan kualitas hidup komunitas tersebut dalam arti luas.Pemahaman tentang mutu hidup suatu komunitas sangat ditentukan oleh nilai-nilai yang hidup dan diyakini oleh komunitas tersebut. Nilai-nilai yang diyakini oleh suatu komunitas akan berbeda dari suatu komunitas ke komunitas yang lain. Dengan demikian rumusan tujuan setiap PKBM tentunya menjadi unik untuk setiap PKBM. Berbicara tentang mutu kehidupan akan mencakup dimensi yang sangat luas seluas dimensi kehidupan itu sendiri. Mulai dari dimensi spiritual, social, ekonomi, kesehatan, mentalitas dan kepribadian, seni dan budaya dan sebagainya. Ada komunitas yang hanya menonjolkan satu atau dua dimensi saja sementara dimensi lainnya kurang diperhatikan, tetapi ada juga komunitas yang mencoba memandang penting semua dimensi.Ada komunitas yang menganggap suatu dimensi tertentu merupakan yang utama
27
28
Jejak Langkah PKBM
sementara komunitas lainnya bahkan kurang memperhatikan dimensi tersebut. Untuk memperoleh suatu konsep mutu kehidupan yang secara umum dapat diterima oleh berbagai komunitas yang beragam, dikembangkanlah beberapa konsep seperti Human Development Index (Indeks Pembangunan Manusia).Indeks ini menggambarkan tingkatan mutu kehidupan suatu komunitas. Dengan menggunakan indeks ini kita dapat membandingkan tinggi rendahnya mutu kehidupan suatu komunitas relatif dengan komunitas yang lain. Dengan menggunakan indeks ini juga kita dapat memonitor kemajuan upaya peningkatan mutu kehidupan suatu komunitas tertentu secara kuantitatif.Suatu PKBM dapat saja memanfaatkan indeks tersebut sebagai wahana dalam merumuskan tujuannya serta dalam mengukur sudah sejauh mana PKBM tersebut telah efektif dalam memajukan mutu kehidupan komunitas sekitarnya. II.3 Bidang Kegiatan PKBM Selaras dengan tujuan PKBM yaitu terwujudnya peningkatan mutu hidup komunitas, dimana dimensi mutu kehidupan itu sangatlah luas, maka bidang kegiatan yang dicakup oleh suatu PKBM pun sangatlah luas mencakup semua dimensi kehidupan itu sendiri. Untuk memudahkan dalam analisis, perencanaan dan evaluasi, keragaman bidang kegiatan yang diselenggarakan di PKBM ini dapat saja dikelompokkan dalam beberapa kelompok kegiatan yang lebih sedikit namun menggambarkan kemiripan ciri dari setiap kegiatan yang tergolong di dalamnya. Khusus untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia, berdasarkan pengalaman PKBM, seluruh kegiatan PKBM dapat dikelompokkan dalam tiga bidang kegiatan, yaitu bidang kegiatan pembelajaran (learning activities), bidang kegiatan usaha ekonomi produktif (business activities) dan bidang kegiatan pengembangan masyarakat (community development activities).
Konsep PKBM
1. Kegiatan Pembelajaran Yang termasuk dalam bidang kegiatan pembelajaran adalah semua kegiatan yang merupakan proses pembelajaran bagi anggota komunitas dan berupaya melakukan transformasi kapasitas/ kemampuan/kecerdasan intelektual, emosi dan spiritual, watak dan kepribadian meliputi aspek kognisi, afeksi dan psikomotorik. Pembelajaran juga mencakup seluruh kalangan baik dari usia dini sampai lanjut usia, pria dan wanita, dan semua orang tanpa terkecuali. Yang termasuk dalam bidang kegiatan ini antara lain : a. Program Pendidikan Anak Usia Dini. b. Program Pendidikan Kesetaraan SD (Paket A), SMP (Paket B), SMA (Paket C) c. Program Pendidikan Mental dan Spiritual d. Program Pendidikan Keterampilan e. Program Pendidikan Vokasional f. Program Pendidikan Kewarganegaraan g. Program Pendidikan Kerumahtanggaan h. Program Pendidikan Kewirausahaan i. Program Pendidikan Seni dan Budaya j. Program Pendidikan Hobi dan Minat k. Pendidikan Keaksaraan Fungsional l. Dan lain-lain. 2. Kegiatan Usaha/Ekonomi Produktif (Bisnis) Bidang kegiatan usaha ekonomi produktif mencakup semua kegiatan yang berkaitan dengan upaya peningkatan kapasitas/ pemberdayaan ekonomi anggota komunitas. Di dalamnya mencakup semua program antara lain : a. Unit usaha PKBM. b. Kelompok Belajar Usaha. c. Pengembangan usaha warga masyarakat. d. Kerjasama dan jaringan usaha masyarakat.
29
30
Jejak Langkah PKBM
e. Upaya-upaya peningkatan produktivitas masyarakat. f. Penciptaan lapangan kerja baru. g. dan sebagainya. Di dalamnya juga meliputi seluruh aspek usaha mulai dari: • pengembangan permodalan • peningkatan mutu • peningkatan kemampuan manajemen usaha • peningkatan kemampuan inovasi dan perancangan produk • dan sebagainya 3. Kegiatan Pengembangan Masyarakat. Bidang pengembangan masyarakat mencakup berbagai kegiatan dalam rangka penguatan kapasitas komunitas tersebut sebagai suatu kelompok/ komunal. Di dalamnya tercakup berbagai jenis kegiatan seperti : • penguatan sarana/prasarana/infrastruktur baik fisik maupun non fisik • penguatan kohesivitas di antara masyarakat • perbaikan dan pengembangan lingkungan
Sukses Memberdayakan
Bab III
Sukses Memberdayakan
1. PKBM Al-Wildan Memberi Jalan untuk Terus Belajar
M
embelajarkan kewirausahaan menjadi jalan bagi warga masyarakat untuk meningkatkan taraf hidupnya. Ini pula yang ditempuh oleh PKBM Al-Wildan, Polewali Mandar, bahkan dengan mendatangkan ahlinya untuk mengajari peserta didik. Wonomulyo, demikian satu dari 15 kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Ada yang unik di kecamatan ini, yakni terdapatnya sebuah kampung yang bernama Kampung Jawa yang memang sebagian penduduknya warga keturunan Jawa dengan bahasa dan adat-istiadat yang “njawani”. Mereka hidup rukun dengan warga asli setempat. Banyaknya lahan pertanian yang dibuka mengundang suku setempat untuk datang. Mereka adalah suku Mandar, Bugis, dan Toraja. Namun, dominasi Jawa di Wonomulyo tersebut tidak bisa dielakkan. Buktinya, hampir semua infrastruktur bangunan menggunakan filosofi Jawa. Misalnya pendapa kecamatan, kelurahan, dan desa yang bergaya joglo. Rumah-rumah di perkampungan juga banyak yang menyentuh tanah dan beratap genting. Masyarakat asli biasanya dapat dilihat dari rumah panggung dan atap rumah
31
32
Jejak Langkah PKBM
dari daun nipah. Hebatnya, tak pernah terjadi konflik antaretnis di Wonomulyo. Para penduduk saling membaur bahu membahu. Orang-orang berdarah Jawa pun sudah menganggap Wonomulyo sebagai tanah kelahiran sendiri. Pertumbuhan daerah yang tengah mekar itu pun tampak bergeliat. Sebut misalnya salah satu upaya pemerintah daerah dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan SDM melalui pendidikan adalah realisasi program wajib belajar 9 tahun. Pemerintah Polewali Mandar senantiasa berupaya menciptakan masyarakat terdidik. Hal ini dapat diamati, antara lain melalui peningkatan jumlah saran di sekolah tingkat dasar maupun tingkat menengah. Setiap tahun, jumlah murid/siswa dari TK hingga tingkat perguruan tinggi mengalami peningkatan. Dalam konteks itu pula, kepedulian sebagain masyarakat juga begitu terasa. Sebutlah misalnya Siti Asmi, penduduk Desa Sugih Waras yang peduli dengan penduduk di sekitar karena melihat banyak warga usia dini yang tidak bisa masuk ke pendidikan formal. “Saya merasa kasihan melihat mereka tidak bisa belajar karena rata-
Sukses Memberdayakan
rata dari mereka keluarga yang tidak mampu,” katanya. Dari situlah Asmi terinspirasi untuk mendirikan PKBM. Ia pun lantas berinisiatif mengajak masyarakat untuk berembuk mencari solusi bagaimana cara mengatasi masalah yang ada di masyarakat ini. Maka pada tahun 2005, resmilah PKBM Al-Wildan berdiri di Jl. Bangun Karya No.10, Desa Sugih Waras, Wonomulyo, Kab. Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Sebagai langkah awal, Asmi bersama masyarakat membuka kelompok bermain yang diberinama Al-Wildan pada tahun 2005. Program yang dibuka, lanjut Asmi yang lahir pada 21 Agustus 1963 ini, pertama adalah PAUD, kemudian diadakan program Paket B. “Namun, setelah proses belajar berjalan, saya melihat rata-rata orangtua mereka keberaksaraannya rendah dan tingkat ekonomi lemah, saya pun ingin membelajarkan mereka,” kata Asmi. Maka pada tahun 2011 mengajukan bantuan ke Direktorat Pendidikan Masyarakat sehingga terpenuhi dan terbentuklah Program Aksara Kewirausahaan. Peserta didik pun dibelajarkan di PKBM dengan mengambil narasumber yang ahli dibidang wirausaha, “Alhamdulillah selama proses pembelajaran mereka sudah ada yang bisa membuka usaha sendiri (home industry),” ujarnya. Komprehensif Setelah berdirinya PKBM Al-Wildan, ternyata respons masyarakat sangat besar. Mereka bahkan berterima kasih dengan adanya program yang telah diajarkan kepada mereka terutama Aksara Kewirausahaan. Menurut Asmi, sikap masyarakat itu tak lain karena di AlWildan mereka diajarkan bagaimana mereka membuka usaha apalagi umumnya dari mereka dari keluarga tidak mampu dan bermatapencaharian sebagai petani. “Begitupun dengan semangat dari peserta didik, alhamdulliah walaupun pertama-tama mereka masih malu-malu tapi karena dapat dorongan dari keluarga dan dari
33
34
Jejak Langkah PKBM
cara tutor mengajar, akhirnya meraka bersemangat untuk mengikuti program ini,” tutur Asmi. Sebagai program serius, Asmi menegaskan, materi Aksara Kewirausahaan diberikan secara komprehensif. Di antaranya mulai dari cara memproduksi, mengemas produk, hingga berdagang dan memutar keuangannya. Alhasil, sudah banyak hasil-hasil produksi yang mereka kerjakan, seperti makanan bajek atau golla kambu semacam wajik, bolu susu, rempeyek, lontong, keripik pisang, hingga pecel. “Kalau penganan semacam ini kebanyakan pesertanya perempuan, tapi kalau yang laki-laki biasanya menekuni produksi tahu, tempe kursi karet, dan batako,” tambahnya. Meski demikian, bukan berarti Aksara Kewirausahaan menjadi satusatunya program di Al-Wildan, tetapi ada juga beberapa program lain yang dilaksanakan, yakni PAUD, Kesetaraan, Taman Bacaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, dan Kewirausahaan sebagai program yang paling banyak diminati peserta didik. “Sebagian besar peserta didik adalah pekerja tani . Jadi waktu belajar menjadi tantangan tersendiri yang harus pintar-pintar disiasati,” pungkas Asmi.
Sukses Memberdayakan
2. Niken, Tutor Al-Wildan Terenyuh Banyak Tuna-Aksara
M
asih banyaknya masyarakat dengan tingkat keberaksaraan yang rendah membuat jiwa Niken terpanggil untuk menjadi tutor di PKBM Al-Wildan. Niken, demikian nama perempuan berusia 32 tahun ini. Sosoknya menjadi bagian yang tak bisa dinafikan dalam perjalanan PKBM Al-Wildan, Wonomuyo, Polewali Mandar. Dengan kesetiaan dan keikhlasannya terjun dalam pendidikan masyarakat, membuat Niken berperan dalam membuka wawasan masyarakat dalam melihat pentingnya pendidikan. “Saya ngajar di sini karena hati saya terenyuh karena melihat masyarakat masih banyak yang belum bisa menulis dan membaca, tidak hanya wanita tapi juga laki-laki,” demikian alas an mendasar Niken menjadi tutor. Ia juga menjelaskan, ia juga menjadi khawatir takut masyarakat yang tuna-aksara itu gampang tertipu. Maka dari situlah hati Niken berbulat tekad mencoba membantu Siti Asmi (pengelola) untuk memajukan masyarakat di sekitar dengan cara mengajari mereka menulis dan membaca. Keterlibatan Niken pada pendidikan masyarakat sejatinya bukan hal yang baru. Ia telah terjun ke dunia pendidikan sejak akhir 1992. Ia waktu itu pun telah bergabung dengan PKBM meski tidak mendapat honor. “Jadi mengajar pada saat itu betu-betul sukarela,” katanya. Ihwal cara memberikan pelajarannya, Niken cukup kreatif. Untuk mengajari membaca misalnya, ia langsung mengenalkan peserta didik pada kata yang disertai dengan ditunjukannya gambar-gambar yang ada dilingkungan sekitar mereka. “Satu lagi, dalam mengajar kita harus senang sehingga bisa memudahkan dipahami peserta didik,” katanya. Semoga terus semangat ya Bu…!
35
36
Jejak Langkah PKBM
3. Meretas Asa Bersama PKBM Bina Aksara Pasar Minggu Jakarta
S
ore itu, hujan agak deras mengguyur kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Di salah satu sekolah kejuruan di Jalan Palapa Raya aktivitas pendidikan sudah selesai sejak pukul 15.30, namun pada maghrib, sekolah itu memulai aktivitas baru. Satu persatu warga dari berbagai usia memasuki ruangan kelas masing-masing, ada pula yang sembahyang maghrib di mushola atau menyantap makan malam sambil menunggu tutor masuk kelas untuk memulai pelajaran. Suhu yang terasa dingin tidak mengganggu konsentrasi mereka untuk menimba ilmu dan menambah wawasan hingga waktu menunjukkan pukul 20.30 WIB. Setelah itu mereka kembali pulang disertai canda tawa riang penuh keakraban. Itulah sekelumit gambaran aktivitas di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Bina Aksara yang berlokasi di Jalan Palapa Raya No. 2 Pasarminggu Jakarta Selatan. PKBM Bina Aksara didirikan sekitar bulan Juli 2004 dan telah mendapat izin perpanjangan dari Kepala Suku Dinas Pendidikan Menengah Kota Administrasi Jakarta Selatan No. 129/PLSM/IV/JS/2010 sampai dengan tanggal 14 April 2013. Sebagai pimpinan atau penanggungjawab PKBM Bina Aksara adalah Drs Hadi Sutikno. PKBM Bina Aksara didirikan untuk melayani masyarakat yang tidak mempunyai kesempatan untuk sekolah formal dengan berbagai alasan. Alasan biaya yang paling mendominasi mengapa banyak masyarakat yang tidak sempat mengikuti sekolah formal. Adapula karena faktor usia, lokasi yang jauh, harus bekerja, atau karena drop out dari sekolah formal dan alasan-alasan lainnya. PKBM Bina Aksara dapat menjadi solusi memperoleh pendidikan dengan biaya terjangkau, waktu yang fleksibel dan tak terbatas usia. Sejak didirikan tujuh tahun lalu, PKBM Bina Aksara pelan tapi pasti berupaya meningkatkan kualitas pendidikannya. Upaya tersebut
Sukses Memberdayakan
antara lain dengan meningkatkan frekuensi belajar yang sebelumnya dilaksanakan tiga kali dalam seminggu menjadi enam kali atau setiap hari kecuali hari Minggu seperti layaknya sekolah formal. Selain itu, diupayakan untuk diberikan tambahan keterampilan pengetahuan komputer sebagai antisipasi untuk menghadapi perubahan zaman agar lulusan PKBM Bina Aksara mampu mengikuti perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Lokasi belajar PKBM Bina Aksara di SMK Pembangunan Jaya– Yakapi bekerjasama dengan yayasan Akapi hingga tahun 2016, saat ini menyelenggarakan pendidikan kesetaraan Kejar Paket A setara SD atau Mi, Kejar Paket B setara SMP/MTs dan Kejar Paket C setara SMA/MA. Sementara ini waktu PBM (Proses Belajar Mengajar) dilaksanakan di malam hari mulai pukul 18.30 s.d. 20.30 WIB. Namun untuk mengakomodasi masyarakat yang masih banyak belum mendapatkan kesempatan pendidikan formal, PKBM Bina Aksara berencana membuka kelas sore setiap hari dari pukul 15.30 s.d. 17.30 dan kelas Sabtu–Minggu untuk para karyawan atau pegawai yang tidak dapat sekolah di hari-hari kerja. Sejak didirikan tahun 2004, PKBM Bina Aksara telah banyak meluluskan warga belajar dari berbagai jenjang pendidikan. Dalam satu tahun Ujian Nasional Kejar Paket A, B dan C diadakan dua kali, yaitu bulan Juli dan Oktober. Jika dalam sekali ujian terdapat rata-rata 50 orang dari berbagai jenjang, maka tidak terasa selama 7 tahun PKBM Bina Aksara telah meluluskan tidak kurang dari 700 orang sampai saat ini. Maka dari itu PKBM Bina Aksara dianggap turut membantu warga belajar untuk memperbaiki kehidupan mereka di tengah-tengah masyarakat. Mereka seolah-olah telah mendapatkan kesempatan kedua untuk menata kehidupannya kembali. Tak heran jika setelah mengikuti pendidikan di PKBM Bina Aksara dan telah mendapatkan ijazah banyak warga belajar yang mampu meningkatkan karir kepegawaian, punya kesempatan dalam pengangkatan CPNS di lingkungan kantor pemerintahan seperti kelurahan, kecamatan
37
38
Jejak Langkah PKBM
dan lain-lain, serta dapat mengikuti seleksi TNI/POLRI. Untuk meningkatkan kualitas lulusan, PKBM Bina Aksara sering melaksanakan uji coba (try out) Ujian Nasional terutama menjelang Ujian Nasional tahap pertama bulan Juni dan tahap kedua bulan Oktober. Setelah itu diadakan pembahasan-pembahasan soal oleh tutor-tutor yang cukup berpengalaman baik mengajar di PKBM maupun di sekolah formal. Selain itu alumni kejar paket C banyak yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi khususnya di sekitar Jakarta. Alumni PKBM Bina Aksara bertebaran di kampus UNAS, UNINDRA, UTAMA, LP3I, BSI dan sebagainya. Bahkan ada 1 orang yang pernah diterima di UGM. Ijazah pendidikan kesetaraan dapat dipertanggungjawabkan dan dilindungi Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Oleh karena itu ijazah pendidikan kesetaraan dapat dijadikan sebagai persyaratan untuk menjadi calon legislatif baik pusat maupun daerah. Keberadaan PKBM Bina Aksara sejauh ini dapat diterima oleh masyarakat khususnya sekitar Kelurahan Pasarminggu, Jakarta Selatan, walupun warga belajar tidak hanya dari Pasarminggu saja, ada dari Pejaten, Ragunan, Kebagusan, Jagakarsa, Tebet, Jati Padang, Depok bahkan Cibinong dan Bekasi. Bagi warga masyarakat yang belum mempunyai kesempatan belajar di sekolah formal tidak perlu kecewa dan menyesali diri walaupun sudah berumur karena tidak ada kata tua untuk belajar “long life education” (pendidikan sepanjang hayat) berlaku untuk siapa saja. Ataupun bagi masyarakat yang mempunyai masalah-masalah yang berhubungan dengan pendidikan seperti anak di DO dari sekolah karena sikap dan perilaku, punya pembantu rumah tangga yang belum sekolah namun tenaganya dibutuhkan dari pagi hingga sore hari, ataukah ingin meningkatkan karir ataupun ada kesempatan melamar kerja namun tidak punya ijazah dan masalahmasalah lainnya. Kiranya PKBM Bina Aksara dapat menjadi solusi bagi masyarakat untuk memecahkan masalah tersebut.
Sukses Memberdayakan
Untuk itu PKBM Bina Aksara mengajak masyarakat untuk menjadi warga belajar di PKBM BIna Aksara tanpa harus menghawatirkan biaya, usia, status dan kendala-kendala lainnya. Bagi warga masyarakat yang mempunyai kendala tersebut dapat langsung datang ke PKBM Bina Aksara dengan alamat SMK Pembangunan Jaya–Yakapi Jl Palapa Raya No 2 Pasarminggu Jakarta Selatan telepon 021-78833969 (Bpk. Sutarno). Contac Person: 085281989187 (Suwarni, S.Pd.), 08811639571 (Rahmat Ruhiat, S.Pd)
4. PKBM Dinda Mendapat Order Ribuan Souvenir SEA GAMES
D
i sepanjang Jalan Ali Gathmir, Palembang, siapa yang tak kenal PKBM Dinda. Hampir semua mengenal nama itu. Ya, apalagi bagi masyarakat kurang mampu yang tinggal di sepanjang jalan yang berada di pesisirSungai Musi tersebut. PKBM yang berada di Jalan Ali Gathmir Nomor 68, Kelurahan 13 Ilir, Kecamatan Ilir Timur I yang didirikan sejak Agustus tahun 1996 itu memang sudah berhasil meluluskan ratusan peserta didik, baik untuk keaksaraan maupun kesetaraan. Prestasi tersebut tak lain berkat jerih payah dari Hj. Fauziah, Ketua sekaligus Penanggung Jawab PKBM Dinda yang telah dirintisnya sejak16 tahun yang lalu. “Nama ‘Dinda’ sendiri adalah pemberian dari bapak penilik saya pada waktu itu,” kata Hj. Fauziah memulai ceritanya. “Mungkin karena nama yayasan kami adalah Danila, mereka mengusulkan bagaimana kalau PKBM dinamakan Dinda saja. Yasaya tak masalah, namanya juga bagus, enak diucap,” ujar perempuan yang lahir tahun 1948 ini menambahkan lagi. Ya, akhirnya nama tersebut dipakai sampai sekarang, dan terbukti, PKBM ini pun memberikan hasil yang positif bagi masyakarat di sekitarnya. Program kerjajangkapanjang di PKBM inisendiriada 6 program pokok, diantaranya adalah memberikan pelatihan dan bimbingan
39
40
Jejak Langkah PKBM
keterampilan serta membantu warga belajar untuk menyalurkan dan mengembangkan kreativitas dan kemampuannya. Sementara program kerja jangka pendek, diantaranya adalah menanggulangi anak-anak putus sekolah, serta mendidik warga belajar agar terampil dan mandiri. Untuk kegiatan Pendidikan Non-Formal (PNF), lebih dari dua puluh program kegiatan, mulai dari Keaksaraan Funsional (KF), Paket A, Paket B, Paket C, hingga kursus-kursus keterampilan kreatif. Diantaranya seperti menjahit, salon, tata rias pengantin, pembuatan kue-kue tradisional serta membuat suvenir-suvenir khas Palembang. Sudah tak terhitung keberhasilan PKBM Dinda dalam memberdayakan masyarakat disekitarnya. Sebut misalnya keberhasilan masyarakat dalam pembuatan kue-kue langka yang sudah tidak banyak orang bisa membuatnya. Kue ini masih sering digunakan untuk mereka yang akan melakukan upacara-upacara adat maupun acara kenduri-kenduri baik dari pemerintah maupun pihaks wasta. Produk lain pun demikian, seperti selempang hasil tenunan warga belajar PKBM Dinda. Universitas Sriwijaya, yang merupakan universitas terbesar di Sumatera Selatan misalnya, bahkan ikut memesan selempang dari tenun songket untuk kebutuhan wisuda. Dan dari perguruan tinggi tersebut, PKBM Dinda juga mendapatkan bimbingan manajemen terutama pengelolaan keuangan.
Sukses Memberdayakan
Kesuksesan lainnya yang dialami oleh PKBM Dinda, khususnya para warga belajarnya, adalah mendapat order dari panitia Sea Games 2011 untuk membuat ribuan suvenir khas Palembang. Baik berupa syal, kipas, dompet, gantungan kunci, hingga tabung untuk tempat kain songket. Pesanan tersebut berhasil mereka penuhi sesuai jadwal, sehinggai kut mensejahterakan masyarakat sekitar. Nurma, salah seorang warga belajar mengaku, mendapat penghasilan tambahan dengan menjadi peserta didik di PKBM Dinda. “Sekarang saya sudah bisa mendapat penghasilan tambahan, itu semua karena saya belajar di sini. Saya belajar membaca, menulis, berhitung sambil belajar menenun songket,” katanya. Mampu menjalankan program kegiatan yang begitu banyak, tentu semua tak lepas dari dukungan sekitar 13 tutor. Menurut Nurlinda, salahsatututor sekaligus sekretaris di PKBM Dinda, untuk keaksaraan ada 7 tutor, dan kesetaraan ada 6 tutor. Mereka semua berlatar pendidikan beragam, mulai dari lulusan SMA, Diploma, hingga S1. “Pada pendidikan non-formal peserta didiknya terdiri dari begitu banyak profesi masyarakat, dan banyak juga yang usianya sudah melebihi kami. Jadi, lebih ada tantangan dan juga lebih banyak pengalaman yang didapat. Sebenarnya di dalamnya juga ada pelajaran bisnisnya. Jadi sesuai juga dengan ilmu saya yang bisa saya berikan pada mereka,” demikian ujar AlkauthsarZahrah, Tutor Handal Semua pedidikan non formal yang diselenggarakan di PKBM Dinda tanpa dipungut biaya. Bagaimana mereka menghidupi PKBM dan bahkan bisa terus bertahan dan eksis hingga belasan tahun? Selain bantuan dari Pemerintah, mereka mengupayakan sendiri dari hasil penjualan produk-produk kerajinan. “Selebihnya kami mengelola dengan pertolongan Allah SWT danjuga kami amanah dalam bermitra dengan berbagai pihak sehingga PKBM Dinda dapat bertahan dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar,” ujar Hj.
41
42
Jejak Langkah PKBM
Fauziah menegaskan. Hal yang sama juga disampaikan oleh Drs. M Toyib, Kasi Dikmas Disdik Prov. Sumatera Selatan, “Bila menerima pesanan, PKBM Dinda selalu serius menggarapnya, sehingga tak pernah mengecewakan pemesannya. Dan kalau ada pameran kerajinan, mereka antusias untuk ikut, walaupun itu jauh di Jakarta, dan semua atas biaya mereka sendiri.” Memang sebuah keberhasilan itu tak gampang diraih, salah satunya adalah dengan kerja keras terus-menerus dan kemauan yang kuat. Terbukti apa yang sudah dilakukan oleh pengurus PKBM Dinda dan juga para peserta didiknya. Kini, mereka tinggal memetik hasil jerih payah upaya mereka.
5. PKBM Faberly Dari Batata menjadi Dodol dan Kecap
P
otensi kekayaan daerah tidak akan terasa manfaatnya tanpa pemberdayaan nyata. Potensi daerah yang bisa dijadikan vokasi atau wirausaha asli daerah juga hanya akan berkembang jika serius digarap. Pemahaman inilah yang membuat PKBM Faberly berdiri tegak bersama masyarakat turut membangun Kabupaten Minahasa, melalui budidaya ubi jalar dan tomat. Jarak tempuh 90 hingga 120 menit dari Kota Manado, Ibukota Sulawesi Utara, Kabupaten Minahasa berada. Menuju ke sana, pemandangan pegunungan dan bukit menjadi “santapan” penyejuk mata. Melewati Kabupaten Tomohon, tampak Gunung Lokon menjulang. Nah, Kabupaten Minahasa praktis berada di dataran yang tinggi, sehingga udaranya sejuk dan airnya pun dingin. Di Jalan Siswa Jaga III, Desa Tempang Satu, Kecamatan Langowan Utara, sebuah PKBM yang 3 tahun lalu mulai dirintis terlihat begitu mewakili sebuah perhatian seorang wanita bernama Dra. Yenny Palit, SE, sebagai orang asli Minahasa yang peduli terhadap masyarakatnya.
Sukses Memberdayakan
Dalam menjalankan PKBM, Yenny juga serius. Ia misalnya menyiapkan lokasi yang memadai agar masyarakat sekitar desanya tertarik datang dan menjadi warga belajar atau peserta didik di PKBM yang dinamainya Faberly. “Faberly itu nama gabungan dari dua anak lelaki saya, yakni Claudio Alfa Pai (Alfa) dan Beferly Aldeo Pai (Beferly). Supaya mudah diingat saja, begitu ujar Yenny. Awal kegiatan PKBM adalah PAUD , lalu kursus computer, aksara kewirausahaan, serta program kesetaraan paket B dan C, juga ada Taman Bacaan Masyarakat TBM,” tutur Yenny. Saat ini kegiatan PKBM Faberly dikelola oleh masyarakat desanya, yakni orang-orang yang dipercaya mampu membawa PKBM menjadi semakin dekat dengan masyarakat, apalagi kesibukan Yenny lebih banyak di Manado. Namun demikian tenaga dan pikirannya selalu ada untuk PKBM. Buktinya, PKBM mendapatkan bantuan dari Direktorat Bindikmas, Kemdikbud untuk program aksara kewirausahaan. Dan melalui bantuan itu, Yenny mencoba merealisasikan keinginan peserta didik di PKBM yang ingin mengembangkan usaha membuat aneka kue ataupun menghasilkan produk hasil pertanian desanya. Penduduk Kabupaten Minahasa sendiri memang pada umumnya adalah petani. Awalnya, menurut Yenny, ia meminta masukan dari para ibu yang anak-anaknya belajar di PAUD Faberly. “Kebetulan mereka juga raji membaca buku-buku di TBM, terutama yang ada keterampilan membuat kue atau lain-lainnya,” kata Yenny. Dari berbagai masukan dan mengingat tersedia banyak ubi jalar
43
44
Jejak Langkah PKBM
di desa mereka, Yenny dan peserta didik pun sepakat untuk membuat dodol dan kecap. “Ubi jalar atau dalam bahasa Minahasa adalah batata, kami berhasil membuat dodol batata dan kecap batata,” katanya. Sebagai bentuk keberhasilan, lanjut Yenny, produksi dodol batata PKBM Faberly pernah dipasarkan dalam pameran UKM saat hari ulang tahun Kabupaten Minahasa. Dodol batata karya peserta didik pun menjadi salah satu favorit dan laku keras. Bahkan untuk produksi mereka sampai kekurangan tenaga. “Saya rasa jika dipenuhi, tanpa harus ikut pameran, dodol batata yang siap jual bisa laku meski hanya dipasarkan di kampung, malah tidak cukup memenuhi permintaan,” ujarnya. Hal itu disebabkan dodol menjadi penganan khas para petani dengan membawanya ke sawah, sebagai teman minum ketika waktu istirahat. Apalagi di musim panen padi, ketika banyak orang sibuk ke sawah, para wanitanya juga ikut membantu. Karena itu, Yenny pun merasa tertntang untuk bisa lebih canggih dalam memproduksi dodol, termasuk menyelaraskan dengan kondisi masyarakat dengan ritme pertaniannya. Selain dodol, Desa Tempang Satu juga sangat potensial dengan hasil bumi berupa kacang tanah serta tomat. Dan untuk tomat, PKBM Faberly sudah mencoba membuat saus tomat. “Tinggal menunggu saat yang tepat dan modal yang memadai, kami ingin mengembangkan peluang wirausaha dengan bahan baku dari kacang tanah,” papar Yenny. Modal Kebersamaan Yenny mengawali serta terpanggil membangun PKBM ketika dirinya bergelut menjadi pamong belajar. Ketertarikannya pada pendidikan masyaakat juga tak luput dari pengalamannya dahulu ketika ia menjadi guru SMA di Minahasa. Selain itu, Yenny juga melihat kondisi pendidikan penduduk
Sukses Memberdayakan
desa saat ini baru mulai membaik. Meski begitu, lanjut dia, generasi sebelumnya yang memasuki usia 35-40 tahun atau usia di atasnya bahkan lebih banyak yang tidak tuntas belajarnya. “Rata-rata hanya SD atau SMP, kemudian menikah muda. Dan banyak yang seusia saya sudah memiliki cucu. Nah, mereka inilah yang menjadi target program aksara kewirausahaan, apalagi rata-rata mereka ini petani,” jelas istri dari Refly Pai ini optimis. Yenny pun bersemangat untuk lebih mengembangkan kepeduliannya. Apalagi, lanjut perempuan yang punya prinsip “Berani mengambil tindakan untuk suatu perubahan” ini, ada modal penting terkait sikap dan kultur masyarakat di desanya, yakni perihal kerukunan dan keeratan hubungan kemasyarakatannya sangat kuat. Selain itu, masyarakat desa Tempang juga rajin ibadahnya, serta kegiatan keagamaannya pun aktif, sehingga kondisi ini bisa saling menunjang. Yenny juga beruntung karena dirinya juga masih menemukan orang-orang muda yang berdedikasi tanpa pamrih dan tidak berhitung soal bayaran. Alhasil dia pun mempercayakan pengelolaan PKBM pada sejumlah ibu muda yang potensial dan bisa mengerakkan masyarakat, mengembangkan PAUD, juga menjalankan proses belajar-mengajar secara aktif dan tulus ikhlas. Ya, PKBM Faberly memang tampak makin bergairah dengan semangat Yenny bersama masyarakat Tempang Satu, Langowan Utara Kabupaten Minahasa. Niat dan tekadnya untuk berubah bersama menuju ke arah yang lebih baik layak mendapatkan dukungan semua pihak!
6. Bersinergi Ala Desa Temon Wetan
S
inergi antara PKBM, pemerintah desa, dan masyarakat, merupakan suatu resep ampuh untuk meningkatkan kesejahteraan suatu daerah.
45
46
Jejak Langkah PKBM
Pada tahun 2003, jumlah warga masyarakat tuna-aksara dan putus sekolah di Kecamatan Temon masih cukup tinggi. Tingkat perekonomian juga masih rendah dan sebagian besar warga masyarakatnya berprofesi sebagai petani, nelayan, buruh, dan bahkan tenaga kerja Indonesia. Kondisi demikian, tak ayal membuat Drs. Mustar M.Pd, seorang guru yang tergerak hatinya untuk memikirkan bagaimana memfasilitasi warga agar mengalami perubahan. Akhirnya Mustar berinisiatif mendirikan lembaga pendidikan nonformal, PKBM dengan nama Ingin Wasis yang beralamat di Jalan Kaliwangan, Desa Temon Wetan, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, D.I Yogyakarta. “Pada awalnya ruang lingkup PKBM hanya satu desa tapi seiring berjalannya waktu bisa melebar hingga satu kecamatan yang berjumlah 15 desa,” kata Mustar. Pemberian nama “Ingin Wasis” merupakan akulturasi dari bahasa Indonesia (Ingin) dan bahasa Jawa “Wasis”. Kata “Ingin” berarti tekad untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan kata “Wasis” berarti pandai/ terampil. Jadi dapat disimpulkan bahwa “Ingin Wasis” memiliki makna filosofi suatu tekad/ kemauan untuk menjadi lebih pandai/ terampil. “Kami memakai kata “Ingin” karena yang namanya orang hidup untuk menjadi pandai atau terampil harus belajar sepanjang hayat (Long Life Learning),” ungkap Mustar. Peran serta masyarakat, menurut Mustar, sangat besar khususnya dalam program-program yang dijalankan oleh PKBM Ingin Wasis. Bahkan Pemerintah Desa sangat mengapresiasi positif terhadap program pendidikan kemasyarakatan yang dijalankan oleh PKBM Ingin Wasis. Hal ini dibuktikan dengan peran serta aparat Desa yang terjun langsung sebagai Tutor Keterampilan di PKBM Ingin Wasis. Salah satunya adalah Puji Purwaningsih, Kepala Desa Temon Wetan. Menurut Puji, program PKBM Ingin Wasis sangat membantu dalam meningkatkan kualitas SDM masyarakat desa. Selain program keaksaraan ada juga program keterampilan seperti pengolahan
Sukses Memberdayakan
makanan, peternakan unggas, pertukangan dan keterampilan menggunting rambut. “Selaras dengan program desa kami, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ungkap Puji. Jumlah peserta didik yang mengikuti program PKBM terdiri atas beberapa kelompok kegiatan di antaranya, Aksara Kewirausahaan 30 orang, Pengembangan Budaya 20 orang, Pembelajaran TIK 30 orang, Pengembangan Budaya Baca Lebih dari 100 orang, Kegiatan Kesetaraan 150 orang, dan Keaksaraan 110 orang. “Usia peserta 2456 tahun, karena kita memberdayakan masyarakat yang memang masih produktif, untuk yang tua tidak terlalu diikutsertakan karena pertimbangan usia dan kesehatan,” jelas Mustar. Untuk kegiatan kesetaraan diadakan berkelompok di tiap desa dan Kepala Desa sebagai pengampunya, “Demi kelancaran kegiatan saya merangkul semua Kepala Desa yang ada di Kecamatan ini,” ujarnya. Mustar menjelaskan, program keaksaraan juga dibagi per kelompok, ada 11 kelompok. Setiap satu kelompok berjumlah 10 orang dan seminggu sekali bergilir mengadakan kegiatan di PKBM. Selain pembelajaran keaksaraan ada juga praktek tata boga membuat sale pisang, keripik pisang, gula kacang, gula kelapa, dan bakmi nyemek. Program RB3 “Sebagai satu-satunya PKBM yang menyelanggarakan Rintisan Balai Belajar Bersama di Kulon Progo, saya menilai PKBM Ingin Wasis memang memiliki banyak program yang bagus dan memberdayakan masyarakat,” ucap Sri Kholifah, Kabid PNFI Dinas Pendidikan Kulon Progo. Menurut Sri, ini sejalan dengan amanat Bupati terkait pendidikan kemasyarakatan di Kulon Progo yang memfokuskan pemberantasan tuna-aksara, keaksaraan fungsional, dan keterampilan. Sejak tahun 2011 PKBM Ingin Wasis menyelenggarakan
47
48
Jejak Langkah PKBM
program RB3, kegiatan yang saat ini berjalan di antaranya Kegiatan Pengembangan Budaya berdasarkan kearifan lokal (Seni Tari Dolalak & Karawitan), Kegiatan Aksara Kewirausahaan (workshop entrepreneurship & Usaha Bersama Ternak Unggas), Kegiatan Pembelajaran Berbasis TIK (Kursus Software: MS Office, Corel Draw & Networking), dan Kegiatan Peningkatan budaya Baca (Lomba, dll). Mustar menuturkan, perbedaan yang mencolok setelah melaksanakan RB3 adalah PKBM dapat mengangkat kembali budaya lokal yang hampir punah karena tergerus oleh perkembangan zaman. Selain itu, PKBM dapat memberikan apa yang masyarakat butuhkan khususnya dalam bidang kewirausahaan dan bidang pendidikan masyarakat. Kegiatan yang paling diminati pada program RB3, lanjut Mustar, adalah Kegiatan Pembelajaran Berbasis TIK. PKBM Ingin Wasis memberikan pembinaan kepada seluruh lapisan warga masyarakat untuk belajar aplikasi komputer (software) dengan bimbingan tutor. Bahkan PKBM Ingin Wasis dengan pengelola Program PNPM Kecamatan Temon menjalin kerjasama untuk melatih Perangkat Desa yang masih potensial di seluruh Desa Kecamatan Temon
Sukses Memberdayakan
untuk dilatih dalam mengoperasikan komputer. PKBM Ingin Wasis juga memberikan akses internet free hotspot bagi masyarakat di lingkungan PKBM. “Namun kendala yang dihadapi di kegiatan ini adalah jumlah komputer yang hanya 6 buah dan tenaga terampil (tutor TIK) masih kurang dan masih perlu tambahan pelatihan,” ujarnya. Selain itu yang paling banyak diminati masyarakat adalah usaha bersama ternak unggas. “Kegiatan ini diikuti oleh pemuda-pemuda desa yang kesulitan mencari pekerjaan, jadi kami coba berdayakan,” ungkap Mustar. Sebelum mengelola peternakan diadakan terlebih dahulu pelatihan di PKBM tentang peternakan unggas sehingga ketika praktik mereka sudah mengerti pengelolaannya. Pengembangan Program ke depan untuk PKBM Ingin Wasis adalah Program yang menitik beratkan pada pendidikan kemasyarakatan yang dapat mengangkat potensi/ kearifan lokal. Selain itu program yang dijalankan diharapkan dapat memberikan income khususnya bagi PKBM dan Masyarakat. “Hal ini bertujuan untuk melatih kemandirian PKBM agar tidak terus bergantung pada dana yang dialokasikan oleh Pemerintah,” pungkas Muhtar.
7. PKBM Jelita Membangun Desa ala ‘Si Jelita’
S
ebaik dan selengkap apa pun program Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, jika tak terserap oleh masyarakat, yang ada cuma ketersia-siaan. PKBM Jelita berusaha membuat program yang bisa langsung terasa manfaatnya oleh masyarakat. Sempat harus bertanya-tanya dulu untuk sampai ke lokasi pusat kegiatan belajar masyarakat yang satu ini. Setelah melewati gang berliku, dan sempat pula berpapasan, beriringan dengan serombongan anak usia belasan tahun, sampai jualah di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Jelita, yang berlokasi di Jalan
49
50
Jejak Langkah PKBM
Kapten Yusup, Gang Sukma, RT01/11, Kp. Cibogel, Desa Kotabatu, Ciomas, Bogor. Lokasi boleh di gang. Tapi ide, wawasan, bahkan hasil karya, begitu menghampar ketika melihat kegiatan pelaksanaan program yang dimiliki oleh PKBM Jelita. Kesibukan para ibu merangkai payet, di satu ruangan, riuhnya suasana pembelajaran kesetaraan, di ruang lain, seakan-akan mencerminkan betapa bersemangatnya para wajib belajar dan pengelola pusat kegiatan ini dalam menjalankan program pembelajarannya. “Karena keterbatasan tempat, kegiatan di PKBM ini kami sebar di beberapa RW, dengan sistem kelompok. Kami dari sini secara rutin mengirim para tutor dan mengawasi kegiatannya,” ucap R. Irinda Atmawijaya, pengelola PKBM Jelita. Berkarya karena Tuntutan PKBM Jelita, yang secara resmi berdiri pada 2009, hadir karena berbagai tuntutan. Bernaung di bawah Yayasan Sukma Bangsa yang didirikan pada 2006 oleh R. Dede Atmawijaya, S.E. dengan R. Irinda Atmawijaya, AM.d sebagai ketua penyelenggara. Gedung PKBM Jelita berdiri di atas lahan seluas 400 m2 dengan luas bangunan 180 m2, mempunyai program antara lain, kesetaraan, keaksaraan fungsional, PAUD, Pembelajaran kecakapan hidup, dan taman bacaan masyarakat, dengan wilayah garapan Desa Kotabatu, Mekar Jaya, Parakan, dan Desa Ciomas Rahayu. Menurut Irinda, tingkat putus sekolah anak-anak usia sekolah di wilayahnya masih cukup tinggi. Inilah antara lain yang mendorong ibu muda ini mendirikan pusat kegiatan belajar. Dilatarbelakangi rasa kepedulian yang tinggi dan tekad memperbaiki keadaan sekitarnya terutama dalam masalah pendidikan, ia rela melepaskan kariernya demi mengelola PKBM Jelita. Letak Ciomas yang berdekatan dengan kota Bogor, lantas tidak menjamin bahwa kondisi sosial masyarakatnya juga akan segemerlap tetangganya di kota. Masyarakat yang berada di daerah
Sukses Memberdayakan
itu masih banyak yang belum bisa melaksanakan wajar 9 tahun, apalagi melanjutkan sampai kejenjang SMA. Banyak faktor yang mempengaruhi keadaan tersebut seperti masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan, ketidakpedulian terhadap peserta didik, sampai masalah ekonomi yang kerap menjadi momok yang menyeramkan di masyarakat. “Masyarakat lebih memilih anak-anaknya membantu perekonomian keluarga dibandingkan menamatkan pendidikannya,” ujar ibu yang sedang menunggu kelahiran putra keduanya ini. Dengan kondisi masyarakat seperti itu, tertanam di dalam benak Irinda untuk mencoba memperbaiki dan mengarahkan pola pikir masyarakat tentang pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka dan besar pengaruhnya terhadap kemajuan ekonomi keluarganya. “Saya merasa terpanggil dan bertanggung jawab terhadap kondisi masyarakat di sekitar seperti itu,” ungkap Irinda. Sulit tapi Bukan Tidak Bisa Untuk menarik warga belajar agar mau datang dan ikut berpartisipasi aktif banyak cara yang dilakukan PKBM Jelita. Misalnya dengan menjemput warga belajar, mengadakan kegiatan di lokasi warga belajar bermukim, sampai menyediakan seragam sekolah untuk warga belajar agar mereka tidak merasa beda dengan pelajar peserta pendidikan yang formal. “Dengan strategi-strategi seperti itu mungkin yang membuat warga belajar akhirnya tanpa diminta datang sendiri ke PKBM Jelita sampai sekarang,” terang Irinda. Proses pembelajaran Paket A, B, dan C dilaksanakan setiap hari Minggu dan Senin. Pembelajaran di PKBM baru berlangsung pada 3 Mei 2010, karena sebelumnya proses pembelajaran masih menumpang di SDN Kotabatu 5 Kec. Ciomas Kab. Bogor karena gedung PKBM masih dalam proses pembangunan. Untuk sebagian proses Kursus Kewirausahaan Desa (KWD) juga berlangsung di lokasi ini, selebihnya berlokasi di RW 14 Desa Kotabatu. Waktu
51
52
Jejak Langkah PKBM
pembelajarannya adalah hari Senin, Rabu, dan Kamis pukul 13.00 16.00 WIB. Begitu juga dengan sebagian pembelajaran untuk Paket A dan seluruh pembelajaran Keaksaraan Fungsional (KF), dan Kursus Usaha Mandiri (KUM), lokasinya berdekatan dengan kediaman warga belajar. Hal ini guna untuk memudahkan menjaring warga belajar. Sementara itu, karena Desa Kotabatu merupakan sentra pembuatan kerajinan rumahan, KWD yang dijalankan oleh PKBM Jelita mengambil bidang kerajinan kulit ukir, kerajinan seni payet (baju dan tas), pembuatan sandal dan sepatu. Warga belajar diberikan pelatihan atau kursus dari mulai pola, menjahit, mengukir, hingga finishing sehingga produk siap untuk dipasarkan ke khalayak umum. Dengan bekal keyakinan dan ketekunan, akhirnya lambat laun PKBM Jelita bisa dikatakan sukses dalam menyelenggarakan seluruh programnya. “Peran serta seluruh elemen mulai dari dinas pendidikan pusat dan kabupaten, desa dan kelurahan, RT/RW dan masyarakat itu sendiri yang membuat kami bisa seperti sekarang ini,” pungkas Irinda. Betul Bu, berkaryalah selagi muda. Alangkah indahnya hidup ini jika kita bisa memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Peranan PKBM Soal kesetaraan, kami sisir anak yang masih tidak sekolah. Ada beberapa alasan misalnya mereka lebih memilih bekerja membantu orangtuanya di pasar. Nah, di sinilah barangkali peranan PKBM dioptimalkan. Sebab anak itu tetap harus mendapat pendidikan yang layak tanpa mengganggu aktivitas kesehariannya. Jadi ini yang menjadi pekerjaan rumah kita. Ketika mereka disisir ada yang sekolah ke kabupaten, tetapi ternyata ada juga yang tidak melanjutkan. Bagi yang tidak melanjutkan ini kita dorong masuk ke sekolah terbuka, kita paksakan masuk ke kelas jauh kemudian kita paksakan ke kelas jauh smp satu atap, atau kita coba dorong ke program paket. Makanya program paket sekarang mulai banyak muridnya, warga belajarnya
Sukses Memberdayakan
sudah semakin banyak. Jadi intinya, agar wajib belajar tertuntaskan, prioritas tetap ke jalur formal. Tapi, jika usianya sudah melampaui, ya kami salurkan ke paket. Makanya ada kan yang disebut paket regular, ada yang disebut paket swadaya. Ini yang usia-usianya sudah 18 tahun. Sudah jauh-jauh hari diterbitkan peraturan bupati mendahului perda namanya peraturan bupati tentang wajib sekolah. Kenapa sebutannya wajib sekolah? Tidak wajib belajar? Bupati punya pemikiran begini, kalau belajar di mana saja bisa, mau di mol, di pertigaan, di kebun, di rumah bisa belajar tapi yang namanya sekolah itu harus di sekolah. Tidak semua orang belajar pasti sekolah, tapi semua orang sekolah pasti belajar sehingga apa yang dibutuhkan output-nya itu kan dia mendapatkan
53
54
Jejak Langkah PKBM
sertifikat mendapatkan ijazah, kalau tidak sekolah, dia tidak akan mendapatkan ijazah. “Nah untuk mengimplementasikan proyek sekolah ini bupati mengeluarkan lagi tentang satgas wajib sekolah. Mulai dari tingkat kabupaten sampai kecamatan. Satgas wajib sekolah ini yang melakukan pendataan ke masyarakat ke RT ke RW,” papar Didi Kurnia. Fokus berikutnya adalah penuntasan buta huruf. Kami mulai dari tahun 2005. Setiap tahun dilakukan akselerasi percepatan penuntasan sehingga sampai dengan tahun 2010 angka warga Kabupaten Bogor yang masih buta huruf misalkan 8.430. Sampai sekarang ini yang kami jalankan. Nah, yang langsung menangani mereka, ya para penyelenggara pembelajaran nonformal itu. Peran mereka tentu besar karena mereka berhadapan langsung. Kami mengawasi dan menentukan programnya agar tidak melenceng dari sasaran. Untuk pengawasan, “Saya sering turun langsung ke lokasi tanpa pemberitahuan. Sekarang PKBM pada takut karena kepala dinasnya langsung, dan ketika di satu PKBM ditemukan ternyata tidak ada kegiatannya belajarnya, ditegur, kalau perlu dibekukan sementara, pungkas,” Didi Kurnia. Boleh juga Pak! Sering-sering saja sidak, siapa tahu, tanpa sidak pun jadi kebiasaan setiap PKBM menjalankan programnya sesuai dengan ketentuan yang sudah digariskan pemerintah. Melaju dengan Tiga Kebijakan Tidak dibeda-bedakan, semua mendapat perlakuan sama sesuai dengan bidangnya. Demikian kata H. Didi Kurnia, S.H. M.Pd, kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, soal penyelenggaraan pendidikan formal dan nonformal di Kabupaten bogor. “Pada dasarnya, pendidikan formal maupun nonformal merupakan dua jalur yang bisa berkontribusi dan sebagai implementasi amanat UndangUndang, di mana pemerintah menjamin terselenggaranya wajib
Sukses Memberdayakan
belajar sembilan tahun. Sehingga angka partisipasi sekolah tidak bisa serta-merta diselenggarakan melalui jalur formal. Karena itu, baik pendidikan formal maupun nonformal harus berjalan seiring,” ucap Didi Kurnia. Pada 2009, Didi menjelaskan, Dinas Pendidikan Bogor sudah melakukan revisi rencana strategis dengan maksud agar terjadi peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan. Semua dimulai dengan melakukan perubahan yang mendasar terutama dalam menentukan fokus kebijakan. Ada tiga fokus kebijakan Kabupaten Bogor yang dilakukan sejak 2009, yaitu peningkatan layanan akses pendidikan, peningkatan mutu, dan yang ketiga penuntasan tunakasara. Tiga hal ini yang kami fokuskan sampai akhir 2013. Terkait fokus penuntasan tuna-akasara, menurut Didi, Kabupaten Bogor memulainya dari tahun 2005. Setiap tahun dilakukan akselerasi percepatan penuntasan dan sampai dengan sekarang ini masih dijalankan. Nah, yang langsung menangani mereka, ya para penyelenggara pembelajaran nonformal itu. Peran mereka tentu besar karena mereka berhadapan langsung. “Kami mengawasi dan menentukan programnya agar tidak melenceng dari sasaran. Saya bahkan turun langsung, sekarang PKBM pada takut karena kepala dinasnya langsung turun mengawasi mereka. Jika di satu PKBM ditemukan ternyata tidak ada kegiatannya belajarnya, ditegur, kalau perlu dibekukan sementara,” pungkas Didi Kurnia.
8. PKBM Kurnia: Aktivitas Tiada Henti
M
enempati sebuah bangunan seluas 51 x 11 meter, memanjang ke belakang dan dua tingkat, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Kurnia di Kota Pangkal Pinang nampak penuh dengan aktivitas. Bagian depan bangunan merupakan sekretariat PKBM, ada empat orang staf yang mengelola kesekretariatan. Melongok ruang
55
56
Jejak Langkah PKBM
di belakang sekretariat, terdengar ramai celotehan sekitar 6 orang anak balita yang ditemani dua orang baby sitter. “Tempat Penitipan Anak (TPA) yang sebenarnya ada di tempat lain, sekitar 50 meter dari sekretariat PKBM, namun karena di sana penuh, sebagian disimpan di sini, “kata Dra Hajjah Nurmala, Ketua PKBM Kurnia saat ditemui, Senin (5/11) Di belakang ruang TPA tambahan tersebut, nampak ruang pembelajaran pendidikan kesetaraaan Paket A, B, dan C dan ruang pelatihan menjahit. Bila ruang pendidikan kesetaraan saat itu tidak ada aktivitas, maka di ruang pelatihan keterampilan menjahit, nampak sekitar 10 ibu-ibu muda dan paruh baya sibuk dengan aktivitasnya. Sebagian nampak mengukur pola, sebagian menjahit, dan yang lainnya mencoba-coba baju bikinannya. Untuk pelatihan menjahit tersebut, PKBM Kurnia memiliki 10 unit mesin jahit. “Sebagian besar lulusan pelatihan menjahit di sini sudah mampu mencari order sendiri di rumahnya, “kata Hajjah Nurmala. Sekitar 50 meter sebelah kiri sekretariat PKBM Kurnia, nampak bangunan seluas sekitar 16 x 27 meter persegi, juga memanjang ke belakang. Di bangunan tersebut, nampak puluhan anak-anak peserta Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sedang bermain-main, sementara di sebuah ruangan, puluhan anak-anak balita, ditemani baby sitternya dampak juga beraktivitas. Kedua bangunan tersebut merupakan milik Yayasan Kurnia Bangka Belitung sebagai induk dari PKBM Kurnia. Pendiri dan pemilik Yayasan Kurnia Bangka Belitung adalah H Djaelani yang saat ini menjabat Sekretaris Forum Komunikasi PKBM. Menurut Hajjah Nurmala, saat ini terdapat sekitar 121 anak yang dititipkan orang tuanya di TPA Azizah yang dikelola PKBM Kurnia. “Sebagian kebetulan tidak ke sini karena ada orang tuanya, nanti kalau orang tuanya bekerja, baru dibawa ke sini, “katanya. Untuk menitipkan anaknya tersebut, TPA Azizah menarik bayaran Rp450 reibu perbulan/anak.
Sukses Memberdayakan
Saat ini, PKBM Kurnia yang mulai beraktivitas tahun 2001 tersebut juga dipercaya oleh PT Timah dan Dinas Sosial Propinsi Bangka Belitung untuk merawat dan membina sekitar 150 anak balita dari keluarga tidak mampu di Kota Pangkal Pinang. Untuk biaya merawat dan membina itu, PT Timah dan Dinas Sosial memberikan anggaran sebesar Rp1,5 juta/anak/bulan. Selain, pelatihan menjahit, TPA dan PAUD, seperti halnya PKBM lain, maka PKBM Kurnia yang berlokasi di Jalan KH Abdul Hamid Kelurahan Gedung Nasional Kecamatan Taman Sari Kota Pangkal Pinang tersebut juga menyelenggarakan Pendidikan Kesetaraan Paket A, B, dan C. Untuk biaya operasional pendidikan kesetaraan tersebut, PKBM Kurnia memperoleh anggaran Dekon sebesar Rp 30 juta. Masalahnya, dana Dekon tersebut hanya diperuntukan bagi 30 peserta sedangkan peserta yang mengikuti sering lebih, bahkan pernah mencapai 100 orang. Untuk mengatasi masalah tersebut, PKBM Kurnia membebani Rp 40 ribu/bulan pada beberapa siswa yang berasal dari keluarga mampu. “Di Bangka ini, memang yang ikut kesetaraan tidak hanya dari keluarga tidak mampu, tapi ada juga yang putus sekolah karena faktor sosial, salah satunya karena kenalakan remaja, tidak naik kelas dan malu untuk melanjutkan di sekolah formal, “kata Nurmala. PKBM Kurnia juga mewajibkan peserta Paket C untuk juga mengambil pelatihan service elektronik serta diberi kesempatan mengikuti kursus Bahasa Inggris Oxford dengan diskon 50 persen. Kursus Bahasa Inggris Oxford sendiri, walaupun bukan bagian dari kegiatan PKBM Kurnia, tapi dimiliki H Djailani yang juga pendiri dan kini Pembina PKBM Kurnia. Untuk tenaga tutor Paket A, B, dan C serta berbagai pelatihan tersebut, PKBM Kurnia memiliki sebanyak 20 orang dan sekitar 15 orang baby sitter. Untuk menambah pendapatan , PKBM Kurnia juga mengadakan
57
58
Jejak Langkah PKBM
pelatihan seni Qasidah, dan gambus. Tak jarang, peserta pelatihan Qasidah dan gambus tersebut diundang untuk menghibur acara pernikahan atau acara lain di Kota Pangkal Pinang. Honor dari hasil pertunjukkan, dibagi dua antara personil Qasidah atau gambus dengan PKBM. Atas segala kegiatan dan upayanya tersebut, PKBM Kurnia sudah beberapa kali memperoleh penghargaan, antara lain penghargaan nasional untuk manajemen pengelolaan PKBM tahun 2007 dan penghargaan penyelenggaraan pendidikan kesetaraan tahun 2010. Kedua penghargaan itu diberikan oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat. Selain itu, PKBM Kurnia juga sering memperoleh penghargaan tingkat Propinsi Bangka Belitung dan tingkat Kota Pangkal Pinang.