Pemetaan Inovasi Program Pendidikan Non Formal pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di Kota Mataram M. Arief Rizka dan Wayan Tamba Program Studi Pendidikan Luar Sekolah, FIP IKIP Mataram E-mail:
[email protected] Abstrak: Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk; (1) memetakan inovasi program Pendidikan Non Formal pada PKBM di Kota Mataram; dan (2) mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi dalam melaksanakan inovasi program PNF tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah PKBM-PKBM di Kota Mataram yang ditentukan secara purposif. Sumber data dalam penelitian ini yaitu Pengelola PKBM, Penilik PLS/PAUDNI, dan Pengurus Forum Komunikasi PKBM Kota Mataram. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, angket, dan dokumentasi. Analisis data penelitian menggunakan model interaktif yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi atau pengambilan kesimpulan. Teknik keabsahan data dengan menggunakan triangulasi metode dan sumber serta diskusi dengan teman sejawat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Inovasi program yang dikembangkan oleh PKBM-PKBM di Kota Mataram antara lain: (a) Program Pelatihan Keterampilan Asesoris Perahu Nelayan; (b) Program Pemberdayaan Perempuan Melalui Pelatihan Kewirausahaan Berbasis Pengolahan Ikan Laut; (c) Program Pelatihan Kecakapan Hidup Ternak Ikan Lele; (d) Program Kursus Modes Busana Muslim; (d) Program Kelompok Usaha Bersama (KUB) Tata Rias Pengantin; (e) Program Bina Keluarga Sakinah; (f) Program Taman Anak Sejahtera; dan Program Kelompok Belajar Usaha (KBU) Aneka Jajanan Tradisional; dan (2) kendala-kendala yang dihadapi dalam melaksanakan inovasi program PNF tersebut antara lain yakni kapasitas pengelola PKBM dalam manajemen keberlanjutan program, dukungan stakeholders yang parsial, dan keterbatasan dalam mengoptimalkan fungsi-fungsi kemitraan antar lembaga. Kata kunci: Inovasi Program, Pendidikan Non Formal, PKBM.
Pendahuluan Perkembangan IPTEKS (Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni) yang sangat pesat dan dinamis menuntut setiap satuan pendidikan untuk selalu adaftif, responsif, dan kreatif untuk tetap eksis sebagai problem solvers di masyarakat. Realitas di lapangan, berbagai satuan pendidikan belum seluruhnya mengembangkan program-program yang inovatif dalam rangka peningkatan mutu pelayanan pendidikan kepada masayarakat. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan salah satu satuan Pendidikan Non Formal (PNF) yang secara konseptual berbasis masayarakat dan dituntut untuk selalu melakukan inovasi-inovasi untuk melahirkan program-program pemberdayaan masyarakat yang lebih baru, berkarakter transformatif, dan dapat menjadi best
© 2015 PLS FIP IKIP Mataram
practice dengan tidak meninggalkan karakteristik kearifan dan keunggulan lokal sebagai added values untuk mencerdaskan dan sekaligus mensejahterahkan kehidupan masyarakat. Kondisi aktual PKBM mendeskripsikan suatu perkembangan yang positif terkait dengan kuantitas (jumlah) dan respon yang cukup aktif dari masyarakat terhadap eksistensi PKBM sebagai salah satu agen pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan data Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (BPPAUDNI) Regional V Mataram (2010) menunjukkan bahwa jumlah PKBM di wilayah provinsi NTB sebanyak 777 lembaga PKBM yang terdaftar, dengan rincian khusus di Kota Mataram berjumlah 46 lembaga PKBM. Perkembangan jumlah
Jurnal TRANSFORMASI 1 (1): 1-10
lembaga PKBM tersebut tentunya dapat menjadi harapan positif untuk peningkatan pelayanan pendidikan dan pemberdayaan kepada masyarakat. Akan tetapi, PKBM yang berdiri atas dasar inisiasi dari masyarakat pada keadaan sekarang ini belum berbanding lurus dengan capaiancapaian kualitatif dalam konteks pengembangan program Pendidikan Non Formal yang menjadi program primernya. Karakteristik inovasi program yang lebih responsif sebagai jawaban atas kebutuhan belajar masyarakat yang variatif dan kompleks belum terlihat secara berkesinambungan. PKBM masih eksis dengan pola ‘konformitas’ yang di indikasikan dengan program-program yang bersifat homogen dengan turunan program pemerintah melalui mekanisme petunjuk teknis (juknis) dan petunjuk pelaksanaan (juklak). Program-program Pendidikan Non Formal yang inovatif diselenggarakan oleh PKBM masih minim dikembangkan, hal ini nampak dari penyelenggaraan program antar PKBM yang menunjukkan adanya kesamaan pengambilan prioritas keputusan mengenai pelaksanaan program Pendidikan Non Formal yang dicirikan dengan sikap reaktif pengelola program terhadap tawaran pemerintah. Pengelola program di PKBM masih bergantung pada sarana prasarana yang disediakan oleh pemerintah (Suharta, dkk., 2009). Di sisi lain, pengelolaan kelembagaan PKBM yang mencakup fungsi perencanaan program, manajemen sumberdaya, kemampuan evaluasi, pengembangan kapasitas lembaga, dan kemampuan diseminasi produk Pendidikan Non Formal belum dilakukan dengan efektif dan optimal (Tohani, 2010).
2
PKBM sebagai salah satu wadah primer masyarakat dalam pengembangan potensi dan keunggulan lingkungannya melalui program-program PNF, membutuhkan suatu diversifikasi program yang berbasis kebutuhan riil masyarakat dengan tetap menilik eksistensi lingkungan sebagai basis penguatan program. Kondisi perkembangan PKBM yang saat ini masih tendensius terhadap pengadopsian programprogram pemerintah memunculkan sikap reaktif PKBM sebagai sarana pembelajaran berbasis masyarakat. PKBM idealnya harus mampu mandiri dan aktif dalam pengembangan-pengembangan program yang lebih inovatif untuk dapat menjawab segala tantangan kebutuhan belajar masyarakat yang dinamis. Konsep inovasi program PNF pada umumnya sejalan dengan konsep pembaharuan melalui ide-ide, gagasan, serta kreasi-kreasi dalam pengembangan program pendidikan yang memiliki karakteristik transformatif. Huberman dalam Udin Saefudin (2008) menjelaskan bahwa “Innovation is the creative selection, organization and utilization of human and material resources in new and unique ways which will result in the attainment of a hinger level of achievement for the defined goals and objectives. Konsep inovasi tersebut mendeskripsikan bahwa inovasi merupakan suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Inovasi dikembangkan untuk mencapai tujuan tertentu dalam suatu program atau untuk memecahkan suatu masalah. Inbar (1996) menjelaskan dalam konteks inovasi pen-
M. Arief Rizka & Wayan Tamba, Pemetaan Inovasi Program Pendidikan Non Formal
didikan, “innovation is the inducing of functional changes in new ways. It is the reworking of familiar fields of action to new circumstances, and the creation of new ways of perceiving and approaching problems”. Gagasan baru dalam inovasi pendidikan dapat berupa penemuan (invention) dari suatu gagasan pemikiran, ide, sistem, sampai pada kemungkinan gagasan yang mengkristal. Selain itu proses atau jasa merupakan hasil langkah lanjutan dari adanya gagasan baru yang ditindaklanjuti dengan berbagai aktivitas, kajian, penelitian, dan percobaan sehingga melahirkan konsep yang lebih kongkrit dalam bentuk produk atau jasa yang siap dikembangkan dan diimplementasikan termasuk hasil inovasi dibidang pendidikan. Dalam implementasinya, karakteristik inovasi dari suatu program khususnya program Pendidikan Non Formal terdiri dari empat hal (Miles, 1973), yaitu: (1) Memiliki kekhasan, artinya suatu inovasi akan memiliki ciri yang khas dalam arti ide, program, tatanan, sistem, termasuk kemungkinan hasil yang diharapkan; (2) Memiliki ciri atau unsur kebaruan, dalam arti suatu inovasi harus memiliki karakteristik sebagai hasil karya dan pemikiran yang original; (3) Program inovasi dilaksanakan melalui program yang terencana yang lebih sistematis dan dipersiapkan secara matang; dan (4) Inovasi yang digulirkan memiliki tujuan, termasuk arah dan strategi untuk mencapai suatu tujuan dari sistem inovasi yang dilakukan. Penelitian yang berfokus pada pemetaan inovasi program PNF pada PKBM di Kota Mataram ini sangat penting untuk dilakukan agar dapat dijadikan dasar
peningkatan dan pengembangan kapasitas PKBM secara umum untuk dapat menciptakan pembaharuan (inovasi) program PNF yang lebih responsif dan kontekstual. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penggunaan metode deskriptif kualitatif ini berupaya mencatat permasalahan secara seksama, masalah-masalah yang muncul terkait dengan objek yang diteliti, kemudian masalah ini dideskripsikan apa adanya. Metode ini berupaya mendeskripsikan obyek penelitian sesuai dengan kondisi dilapangan (Mulyana, 2001), dalam bentuk kalimat-kalimat berupa keterangan atau proposisi-proposisi dari responden sesuai dengan kenyataan yang ada. Untuk memperoleh data penelitian yang faktual obyektif dan komprehensif, penelitian ini juga didukung oleh data-data kuantitatif untuk mempermudah pemahaman terhadap aspek kualitatif data. Unit analisis dalam penelitian ini adalah lembaga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang berada di Kota Mataram yang ditentukan secara bertujuan atau purposif (purposive sampling). Kriteria penentuan PKBM sebagai subyek penelitian berdasarkan pada kondisi PKBM yang didirikan oleh inisiatif masyarakat, telah berdiri relatif lama (minimal 5 tahun; PKBM Ideal/mandiri), terdaftar pada kantor Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (DIKPORA) Kota Mataram atau terdaftar di data pokok Ditjen PAUDNI, memiliki NILEM (Nomor Induk Lembaga), dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan Forum
3
Jurnal TRANSFORMASI 1 (1): 1-10
PKBM Kota Mataram/Provinsi. Untuk memperoleh informasi yang valid, sumber data penelitian ini adalah Pengelola PKBM, Tutor, Pengurus Forum PKBM, dan Penilik PLS Kota Mataram. Adapun instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrument kunci (key instrument) dengan didukung oleh pedoman wawancara, angket, dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan mengacu pada teknik analisis data kualitatif dengan model interaktif (Miles & Huberman, 2007) yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi/pengambilan kesimpulan. Hasil Penelitian 1. Inovasi Program PNF Inovasi Pogram Pendiidkan Non Formal (PNF) adalah suatu program pendidikan yang diselenggarakan oleh PKBM dengan inisiatif dan perancangan program berbasis pada kebutuhan masyatakat dan potensi lingkungan. Inovasi disini dapat dilihat dari program yang dirancang berbeda dengan program-program pada umumnya (program dari pemerintah). Karakteristik atau indikator dari inovasi program PNF yang diselenggarakan oleh PKBM antara lain, yaitu; (a) Memiliki kekhasan atau ciri tertentu (sesuai dengan potensi lingkungan); (b) Memiliki nilai kreasi; (c) Memiliki perencanaan; dan (d) Memiliki tujuan yang kongkrit. Dalam menyelenggarakan program pendidikan, PKBM dituntut untuk mengembangkan program-program PNF yang inovatif sebagai manifestasi dari
4
eksistensi PKBM yang ingin menjadi bagian strategis dalam pemecahan permasalahan yang ada dimasyarakat. Dalam mengatasi berbagai permasalahan kebutuhan belajar masyarakat tidak cukup hanya bertumpu pada programprogram pendidikan yang bersifat ”instruksionalis’, tetapi sangat penting untuk melakukan upaya-upaya improvisasi program bahkan sampai pada inovasi program yang berbasis pengembangan potensi individu dan lingkungan. Berdasarkan pada data penelitian, inovasi program yang telah dilakukan oleh PKBM-PKBM yang menjadi lokasi penelitian cukup variatif. Hal ini tidak terlepas dari komitmen para pengelola PKBM untuk menjadikan satuan PNF tersebut sebagai wadah penciptaan programprogram pendidikan berbasis masyarakat. Pendekatan yang dilakukan untuk memetakan inovasi program PNF pada PKBM-PKBM yang diteliti dengan mencari informasi melalui data dokumentasi, melakukan wawancara mendalam dengan para pengelola PKBM, dan melakukan pengamatan untuk memperoleh informasi yang relevan dan dapat dipercaya. Selain itu, pendekatan yang dilakukan dalam mengelompokkan inovasi program PNF pada PKBM-PKBM yang diteliti dengan menggunakan kriteria tertentu seperti locus (internal dan eksternal PKBM), focus (terkait dengan proses pelayanan program, peningkatan kapasitas dan kesejahteraan bagi masyarakat), obyektif (efektivitasefisiensi pengelolaann program, penanganan masalah sosial ekonomi masyarakat), dan metode pelaksanaan (melibatkan partisipasi masyarakat atau pengelola program).
M. Arief Rizka & Wayan Tamba, Pemetaan Inovasi Program Pendidikan Non Formal
Inovasi program PNF yang telah dikembangkan oleh PKBM di Kota
Mataram (yang menjadi subyek penelitian) dapat diidentifikasi sebagai berikut.
Tabel 1. Inovasi Program PNF pada PKBM di Kota Mataram Inovasi Program Tahun Sasaran Pelatihan Keterampilan Asesoris 2013 Perempuan Perahu Nelayan Pengangguran Al-Kautsar Pemberdayaan Perempuan Melalui 2013 Ibu-Ibu Rumah Tangga Pelatihan Kewirausahaan Berbasis Pengolahan Ikan Laut Pelatihan Kecakapan Hidup Ternak 2013 Pemuda Pengangguran Ikan Lele Al-Hidayah Kursus Modes Busana Muslim 2011 Perempuan Pengangguran Sinar Harapan Kelompok Usaha Bersama (KUB) 2013 Perempuan Tata Rias Pengantin Pengangguran Bina Keluarga Sakinah 2012 Warga Masyarakat Terampil Taman Anak Sejahtera (TAS) 2013 Anak Balita Kurang Mampu Sintung Kelompok Belajar Usaha (KBU) 2012 Perempuan Aneka Jajanan Tradisional Pengangguran Sumber: Data Penelitian, diolah PKBM
Berdasarkan data penelitian diatas, menunjukkan bahwa terdapat beberapa inovasi program yang telah dikembangkan oleh PKBM-PKBM yang berada di Kota Mataram. Inovasi program PNF yang dikembangkan oleh PKBM tersebut telah dipetakan dengan berdasarkan pada parameter atau kriteria best practice. Kriteria yang dimaksud antara lain programprogram yang dikembangkan tersebut memiliki kekhasan (kerakteristik) dibandingkan dengan program-program PNF
lainnnya, memiliki nilai kreasi (kebaruan), terdapat perancangan program yang sistematis, dan memiliki tujuan yang kongkrit. Selain itu, dalam penelitian ini juga berupaya untuk mendeskripsikan inovasi program yang dikembangkan oleh PKBM di Kota Mataram dengan melihat pada aspek locus, fokus, objektivitas, dan metode pelaksanaannya sehingga penjabaran inovasi program PNF tersebut dapat menjadi lebih relevansif.
Tabel 2. Inovasi Program PNF berdasarkan Parameter Best Practice Locus Fokus Objektif No Nama Program Ekst Int Pel Kap Kesj Ef SosEko 1 Pelatihan Keterampilan Asesoris Perahu Nelayan 2 Pemberdayaan Perempuan Melalui Pelatihan Kewirausahaan Berbasis Pengolahan Ikan 3 Pelatihan Kecakapan Hidup
Metode Parmas Tdk
5
Jurnal TRANSFORMASI 1 (1): 1-10
4 5 6 7 8
Budidaya Ikan Lele Kursus Modes Busana Muslim Kelompok Usaha Bersama (KUB) Tata Rias Pengantin Bina Keluarga Sakinah Taman Anak Sejahtera (TAS) Kelompok Belajar Usaha (KBU) Aneka Jajanan Tradisional Sumber: Data Olahan Peneliti Keterangan: Ekst = Ekternal PKBM Int = Internal PKBM Pel = Pelayanan Kap = Peningkatan Kapasitas Kesj = Peningkatan Kesejahteraan Ef = Efektivitas-Efisiensi SosEko = Penanganan Masalah Sosial Ekonomi Parmas = Partispasi Masyarakat Tdk = Tidak Partisipatif
Inovasi program PNF yang dikembangkan oleh PKBM yang diteliti termasuk dalam tipe inovasi layanan, karena program yang dikembangkan merupakan program baru yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar warga masyarakat. Jika dikaitkan dengan pengembangan pogram PNF, inovasi program yang telah diselenggarakan oleh PKBM tersebut lebih menekankan pada dimensi pendidikan kewirausahaan dengan fokus pengembangan potensi lingkungan berbasis ekonomi kreatif dan pengembangan pendidikan anak serta pendidikan keluarga. Selain itu, dengan mengacu pada penjabaran Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 pasal 26 ayat (3), inovasi program PNF yang dikembangkan oleh PKBM yang diteliti lebih menekankan pada program Pendidikan Keterampilan, Pendidikan Kecakapan Hidup, Pendidikan Anak Usia Dini, dan Pendidikan lain yang berbasis pada kebutuhan masyarakat.
6
2.
Kendala yang Dihadapi dalam Melaksankan Inovasi Program PNF Dalam upaya untuk mengembangkan inovasi program-program PNF di PKBM, tentu tidak terlepas dari adanya kendala-kendala yang dihadapi. Kendala-kendala tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari konsep pengembangan program. Sejauh ini, kendala-kendala yang dihadapi oleh Pengelola PKBM dalam melakukan inovasi program Pendidikan Non Formal (PNF) terdiri dari kendala internal dan eksternal. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Pengelola PKBM, kendala yang dihadapi dalam mengembangkan programprogram PNF yang inovatif lebih kepada keterbatasan kemampuan atau kapasitas sumber daya manusia PKBM untuk dapat membaca peluang-peluang atau potensi sumber daya lokal (masyarakat) untuk dapat dikembang-
M. Arief Rizka & Wayan Tamba, Pemetaan Inovasi Program Pendidikan Non Formal
kan menjadi program pendidikan yang dapat memberikan nilai tambah dan peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. Selanjutnya keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh Pengelola PKBM adalah kemampuan dalam aspek manajerial, yakni kemampuan Pengelola PKBM untuk mengorganisasikan program PNF yang inovatif agar dapat terlaksana dengan prinsip pada mutu dan profesionalitas. Selain itu, kendalakendala lain yang yang dihadapi oleh PKBM-PKBM di Kota Mataram dalam mengembangkan inovasi program PNF yakni masih minimnya mitra kerja PKBM sehingga tidak mampu untuk mendiskusikan program-program yang kreatif dan memiliki nilai kebaruan yang disebabkan keterbatasan dalam menjalin kerjasama. Dengan minimnya jaringan mitra tersebut, menjadikan PKBM hanya mampu untuk menyelenggarakan program yang sudah lazim dilaksanakan oleh PKBM-PKBM lainnya, hal ini dilakukan karena pogram-program PNF yang sudah lazim diselenggarakan dapat dilihat dan dicontoh sehingga dalam pelaksanaan programnya tidak terdapat kendala yang berarti khususnya dalam aspek manajerialnya. Pembahasan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan salah satu satuan Pendidikan Non Formal (PNF) yang secara konseptual berbasis masayarakat dan dituntut untuk selalu melakukan inovasi-inovasi untuk melahirkan program-program pemberdayaan masyarakat yang lebih baru, berkarakter
transformatif, dan dapat menjadi best practice dengan tidak meninggalkan karakteristik kearifan dan keunggulan lokal sebagai added values untuk mencerdaskan dan sekaligus mensejahterahkan kehidupan masyarakat. Dalam menyelenggarakan program pendidikan, PKBM dituntut untuk mengembangkan program-program PNF yang inovatif sebagai manifestasi dari eksistensi PKBM yang ingin menjadi bagian strategis dalam pemecahan permasalahan yang ada dimasyarakat. Dalam mengatasi berbagai permasalahan kebutuhan belajar masyarakat tidak cukup hanya bertumpu pada programprogram pendidikan yang bersifat ”instruksionalis’, tetapi sangat penting untuk melakukan upaya-upaya improvisasi program bahkan sampai pada inovasi program yang berbasis pengembangan potensi individu dan lingkungan. Inovasi program dalam konteks Pendidikan Non Fomal (PNF) menjadi suatu hal yang strategis karena program-program yang dikembangkan tersebut diharapkan dapat menjawab kebutuhan belajar masyarakat sebagai sasaran pembelajaran yang heterogen. Inovasi program yang dikembangkan melalui lembaga PKBM dapat dijadikan sebagai best pactices agar bisa direplikasi oleh satuan PNF lainnya sehingga terjalin sinergisitas dan kesinambungan dalam memecahkan permasalahan yang ada dimasyarakat. Dalam implementasinya, karakteristik inovasi dari suatu program khususnya program Pendidikan Non Formal (PNF) terdiri dari empat hal (Miles, 1973), yaitu: 1. Memiliki kekhasan/khusus, artinya suatu inovasi akan memiliki ciri yang
7
Jurnal TRANSFORMASI 1 (1): 1-10
khas dalam arti ide, program, tatanan, sistem, termasuk kemungkinan hasil yang diharapkan. 2. Memiliki ciri atau unsur kebaruan, dalam arti suatu inovasi harus memiliki karakteristik sebagai hasil karya dan pemikiran yang original. 3. Program inovasi dilaksanakan melalui program yang terencana yang lebih sistematis dan dipersiapkan secara matang. 4. Inovasi yang digulirkan memiliki tujuan, termasuk arah dan strategi untuk mencapai suatu tujuan dari sistem inovasi yang dilakukan. Berdasarkan temuan penelitian ini menunjukkan bahwa PKBM-PKBM di Kota Mataram telah berupaya mengembangkan inovasi program-program PNF. Inovasi program PNF yang dikembangkan tersebut telah berjalan dengan cukup baik. Inovasi program yang dikembangkan oleh PKBMPKBM tersebut sebagai bagian untuk menciptakan program-program yang dapat memberikan manfaat fungsional khususnya bagi warga belajar (sasaran). Dalam mengembangkan program yang inovatif tersebut, PKBM selalu berupaya untuk memperhatikan relevansi dan melakukan identifikasi kebutuhan sehingga memiliki nilai tambah dalam penyelenggaraannya. Inovasi program PNF yang dikembangkan oleh PKBM yang diteliti termasuk dalam tipe inovasi layanan, karena program yang dikembangkan merupakan program baru yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar warga masyarakat. Jika dikaitkan dengan pengembangan program PNF, inovasi program yang telah diselenggarakan oleh PKBM
8
tersebut lebih menekankan pada dimensi pendidikan kewirausahaan dengan fokus pengembangan potensi lingkungan berbasis ekonomi kreatif dan pengembangan pendidikan anak serta pendidikan keluarga. Selain itu, dengan mengacu pada penjabaran UndangUndang nomor 20 tahun 2003 pasal 26 ayat (3), inovasi program PNF yang dikembangkan oleh PKBM yang diteliti lebih menekankan pada program Pendidikan Keterampilan, Pendidikan Kecakapan Hidup, Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Pemberdayaan Perempuan, dan Pendidikan lain yang berbasis pada kebutuhan masyarakat. Dalam mengembangkan inovasi program, PKBM-PKBM di Kota Mataram memiliki strategi tertentu untuk dapat mengkreasikan program PNF yang inovatif. Pengembangan strategi tersebut menjadi salah satu hal penting untuk dapat merancang sekaligus merintis suatu program baru yang memiliki nilai kreasi dan inovasi. Keberhasilan dari PKBM-PKBM tersebut dalam melayani warga masayarakat, tentu tidak terlepas dari upaya-upaya PKBM tersebut untuk terus melakukan inovasi program. Untuk mengembangkan inovasi program tersebut, PKBM-PKBM yang menjadi lokasi penelitian memiliki strategistrategi pengembangan program yang variatif. Namun yang menjadi persamannya adalah para Pengelola PKBM tersebut berupaya untuk menggunakan startegi partisipatif dengan melibatkan sasaran (masyarakat) untuk mendiskusikan programprogram yang akan dikembangkan. Dalam upaya untuk mengembangkan inovasi program PNF, terdapat kendalakendala yang dihadapi oleh Pengelola PKBM baik yang bersifat kendala internal
M. Arief Rizka & Wayan Tamba, Pemetaan Inovasi Program Pendidikan Non Formal
maupun kendala eksternal. Berdasarkan pada temuan penelitian ini, kendala yang dihadapi dalam mengembangkan programprogram PNF yang inovatif lebih kepada keterbatasan kemampuan atau kapasitas sumber daya manusia PKBM dalam membaca peluang-peluang atau potensi sumber daya lokal (masyarakat) untuk dapat dikembangkan menjadi program pendidikan yang dapat memberikan nilai tambah dan peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. Selanjutnya keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh Pengelola PKBM tersebut adalah kemampuan dalam aspek manajerial, yakni kemampuan Pengelola PKBM untuk mengorganisasikan program PNF yang inovatif untuk dapat terlaksana dengan prinsip pada mutu dan profesionalitas. Selain itu, masih minimnya mitra kerja PKBM sehingga kurang mampu untuk mendiskusikan program-program yang kreatif dan memiliki nilai prospektif. Kendala yang dihadapi juga terletak pada masih minimnya partisipasi dari tokoh masyarakat untuk terlibat aktif dalam pengembangan program PNF di PKBM. Partisipasi tokoh masyarakat dalam penyelenggaraan program PNF di PKBM masih terbatas pada partisipasi dalam bentuk moril, belum secara utuh untuk dapat berpartisipasi dalam hal sumbang pemikiran, gagasan-gagasan kreatif, maupun memberikan masukan konstruktif untuk pengembangan eksistensi PKBM secara komprehensif. Dapat diketahui bahwa tokoh masyarakat merupakan bagian kunci dari masyarakat yang memahami dengan baik kondisi, karakteristik, potensi lokal, dan keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh wilayah tersebut sehingga pengetahuan dan pemahaman terhadap pengembangan program yang berbasis pada
keunggulan lokal seharusnya dapat dirancang dan diimplementasikan secara optimal. Selain itu, tokoh masyarakat juga memiliki kapasitas dalam hal memobilisasi ketersediaan sumber daya yang berada disuatu wilayah sehingga dapat dijadikan salah satu faktor pendukung untuk pengembangan program PNF yang inovatif. Disamping masih minimnya partisipasi dari tokoh masyarakat, temuan dalam penelitian ini juga menjelaskan bahwa masih minimnya keterlibatan warga masyarakat (sebagai sasaran program) dalam melakukan perancangan (pengelolaan) program PNF di PKBM secara keseluruhan, sehingga mengakibatkan gagasan-gagasan kreatif yang dimiliki oleh warga belajar dalam membantu mengembangkan suatu program yang inovatif kurang terakomodir dengan baik. Posisi warga belajar (masyarakat) lebih kepada obyek dari penyelenggara program artinya hanya menerima perancangan program yang telah dikembangkan oleh Pengelola PKBM. Simpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah: 1. Inovasi program yang dikembangkan oleh PKBM-PKBM di Kota Mataram antara lain yaitu; (a) Program Pelatihan Keterampilan Asesoris Perahu Nelayan; (b) Program Pemberdayaan Perempuan Melalui Pelatihan Kewirausahaan Berbasis Pengolahan Ikan Laut; (c) Program Pelatihan Kecakapan Hidup Ternak Ikan Lele; (d) Program Kursus Modes Busana Muslim; (d) Program Kelompok Usaha Bersama (KUB) Tata Rias Pengantin; (e) Program Bina Keluarga Sakinah; (f) Program
9
Jurnal TRANSFORMASI 1 (1): 1-10
Taman Anak Sejahtera; dan Program Kelompok Belajar Usaha (KBU) Aneka Jajanan Tradisional. 2. Kendala yang dihadapi dalam melaksanakan inovas program PNF tersebut antara lain keterbatasan kapasitas pengelola PKBM dalam manajemen keberlanjutan program, dukungan stakeholders yang parsial, dan keterbatasan dalam mengoptimalkan fungsi-fungsi kemitraan antar lembaga. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat saran dan masukan konstruktif bagi beberapa stakeholders (pihak yang berkepentingan) antara lain: 1. Pengelola PKBM di Kota Mataram Untuk terus meningkatkan kapasitas internal dalam hal manajemen keberlanjutan program-program PNF yang diselenggarakan melalui peningkatan intensitas pelatihan-pelatihan pengelolaan program PNF. 2. Penilik PLS / PAUDNI Meningkatkan intensitas pendampingan dan pembinaan dengan PKBM-PKBM di Kota Mataram dalam hal manajemen inovasi program PNF. 3. Forum Komunikasi PKBM Kota Mataram Meningkatkan intenstitas pertemuanpertemuan rutin dengan para Pengelola PKBM sebagai upaya untuk mengidentifikasi kekurangan yang dimiliki sekaligus memberikan solusi realistis untuk sustainabilitas inovasi program PNF.
10
Daftar Pustaka BPPNFI Regional VII Mataram. (2010). Deskripsi Analisis Data Pendidikan Non Formal dan Informal Berbasis SIM PNFI. Kemdiknas. Dirjen PNFI. Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-Undang Sisdiknas Tahun 2003. Jakarta: Sinar Grafika Offset. Inbar, Dan E. (1996). Planning for innovation in education. UNESCO: International Institute for Educational Planning. Ishak Abdulhak. (2000). Pelaksanaan Inovasi Pendidikan dalam Pengantar Pendidikan. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Miles, Matthew B., & Huberman, A. Michael. (2007). Analisis Data Kualitatif. (Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohindi). Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Miles, Matthew B. (1973). Innovation in education. New York: Teacher College Press, Columbia University. Mulyana, Dedi. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Suharta, RB., dkk. (2009). Evaluasi Pelaksanaan program-program pendidikan nonformal pada PKBM. Lemlit UNY Yogyakarta Tohani, Entoh. (2010). Evaluasi kelembagaan PKBM di Kabupaten Bantul DIY. Jurnal VISI PTK-PNF Vol. 5 No.2 Desember 2010. Udin Saefudin. (2008). Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.