REPRODUKSI PELANGGARAN PERATURANLALU LINTAS YANG DILAKUKAN OLEH PELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA SURAKARTA (Studi Kasus Pelajar Sekolah Menengah Atas Di Kota Surakarta Yang Mengendarai Kendaraan Bermotor Tanpa Surat Izin Mengemudi ) Muhamad Yusuf Nur Rakhman Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK Muhamad Yusuf Nur Rakhman. NIM K8411049 REPRODUKSI PELANGGARAN PERATURANLALU LINTAS YANG DILAKUKAN OLEH PELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA SURAKARTA (Studi Kasus Pelajar Sekolah Menengah Atas Di Kota Surakarta Yang Mengendarai Kendaraan Bermotor Tanpa Surat Izin Mengemudi ). Skripsi.Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.Maret 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan pelajar melanggar peraturan lalu lintas, respon orang tua dan peran sekolah dalam menyikapi pelanggaran aturan lalu lintas yang dilakukan oleh pelajar.Penelitian ini dilakukan di SMA N 4 Surakarta, SMA N 7 Surakarta, SMA Al Islam 1 Surakarta dan SMA Batik 1 Surakarta. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan Studi kasus.Pengumpulan data berasal dari wawancara.Wawancara dilakukan dengan informan yang terdiri dari 16pelajar, 4 orang tau pelajar dan 4 perwakilan sekolah. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan informan dengan cara purposive. Dalam melakukan uji validitas data, yang dilakukan yaitu dengan metode cara pengumpulan data yang berbeda dan triangulasi sumber. Teknik analisis data menggunakan analisis interaktif yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan serta verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, mendapatkan hasil sebagai berikut: (1) alasan pelajar mengendarai kendaraan bermotor sendiri ke sekolah adalah (a)Kondisi angkutan umum yang kurang memadai, (b)Malu diantar dan dijemput oleh orang tua dan (c) Kesibukan orang tua dan kondisi kesehatan orang tua pelajar. (2) respon orang tuarespon orang tua pelajar dalam menanggapi maraknya pelanggaran peraturan lalu lintas yang dilakukan oleh pelajar. (a) menganggap pelanggaran yang dilakukan oleh pelajar adalah hal yang umum, dan (b) mendukung dalam bentuk pemberian fasilitas kendaraan bermotor. (3) Peran peran sekolah dalam menyikapi pelanggaran peraturan lalu linats yang dilakukan oleh pelajar adalah dengan menghimbau pelajar untuk menaati peraturan yang berlaku. Dalam fenomena pelanggaran peraturan lalu lintas yang dilakukan oleh pelajar, apa yang dilakukan oleh orang tua dan sekolah mementahkan gagasan dan konstruski berpikir Foucault tentang pendisiplinan dan membuat mekanisme pendisiplinan yang dikemukakan oleh Michel Foucault tidak berjalan sama sekali. Dukungan dari orang tua dan sekolah juga menyebabkan mekanisme panopticon yang digunakan oleh pihak kepolisian untuk mendisplinkan pengguna jalan menjadi tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Bukan hanya kondusif, situasi ini sempurna bagi pelajar untuk melanggar peraturan yang berlaku, mengendarai kendaraan bermotor sendiri ke sekolah meskipun belum memiliki surat ijin mengemudi. Kata kunci : Pelanggaran, Disiplin, Pelajar, Kendaraan Bermotor 1
17 tahun. Syarat tersebut berlaku di
PENDAHULUAN Indonesia
merupakan
seluruh wilayah Indonesia.
negara
hukum. Setiap sendi kehidupan diatur oleh
Meskipun aturan mengenai SIM
hukum yang berlaku dinegara ini. Terdapat
sudah jelas, namun masih banyak yang
aturan yang mengatur tentang penggunaan
melanggara aturan tersebut. Termasuk dari
kendaraan bermotor. Salah satu aturan
kalangan pelajar Sekolah Menengah Atas
tersebut
setiap
orang
yang
(SMA). Pada interval bulan Juli sampai
kendaraan
motor
harus
Oktober
adalah
mengendarai
2013
terdapat
total
768
memiliki Surat Ijin Mengemudi (SIM).
pelanggaran lalu lintas yang dilakukan
Berdasarkan Pasal 80 UU No. 22 Tahun
oleh pelajar. Dengan rincian pada bulan
2009, ada 4 golongan SIM, yaitu : SIM A,
Juli terdapat 73 pelanggaran dengan
SIM B1, SIM B2, SIM C, dan SIM D.
barang bukti 73 STNK, pada bulan
Berdasarkan Pasal 81 ayat (2), (3), (4), dan
Agustus terdapat 21 pelanggaran dengan
(5) UU No. 22 Tahun 2009 terdapat
barang bukti 20 STNK dan 1 sepeda
beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk
motor, pada bulan September terdapat 494
mendapatkan SIM. Syarat tersebut antara
pelanggaran dengan barang bukti 374
lain yaitu usia, administratif, kesehatan,
sepeda motor dan 120 STNK, dan pada
dan lulus ujian. Untuk dapat mengendarai
bulan oktober terdapat 180 pelanggaran
sepeda motor harus memiliki SIM C.Usia
dengan barang bukti 158 sepeda motor dan
minimal untuk mendapatkan SIM C adalah
22
17 tahun. Syarat tersebut berlaku di
2013).
STNK
(Soloblitz.com/29
Oktober
Hasil-hasil Penelitian berikut ini
seluruh wilayah Indonesia.
menunjukkan
Berdasarkan Pasal 80 UU No. 22
jenis-jenis
pelanggaran
Tahun 2009, ada 4 golongan SIM, yaitu :
peraturan lalu lintas yang dilakukan oleh
SIM A, SIM B1, SIM B2, SIM C, dan SIM
pelajar. Beberapa hasil penelitian tersebut
D. Berdasarkan Pasal 81 ayat (2), (3), (4),
diantaranya adalah penelitian Putu Willy
dan (5) UU No. 22 Tahun 2009 terdapat
Oki Pratiwi (2014) yang mendapatkan
beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk
hasil : Bentuk pelanggaran lalu lintas yang dilakukan pelajar diantaranya 1) menggunakan jalan dengan cara yang dapat membahayakan ketertiban atau keamanan lalu lintas. 2) Mengemudikan kendaraan bermotor yang tidak dapat
mendapatkan SIM. Syarat tersebut antara lain yaitu usia, administratif, kesehatan, dan lulus ujian. Untuk dapat mengendarai sepeda motor harus memiliki SIM C.Usia minimal untuk mendapatkan SIM C adalah 2
memperlihatkan administrasi, 3) Membiarkan kendaraan bermotor dikemudikan oleh orang lain yang tidak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM).
itu dalam peraturan dan payung hukum
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh
para pelajar yang melakukan pelanggaran
Yogie Pratama hasilnya menunjukkan:
peraturan lalu lintas. Faktanya dari tahun
tersebut
terdapat
tujuannya
pula
mmbuat
sanksi
jera
para
yang pelaku
pelanggaran peraturan lalu lintas, termasuk
Bahwa pada saat mengendarai kendaraan bermotor tidak memiliki SIM atau melanggar UndangUndang Nomor 22 Tahun 2009 tentang LLAJ. Hal terebut menunjukkan bahwa nilai kesadaran hukum bagi anak masih rendah serta tidak adanya upaya orang tua untuk memberikan pengertian yang kontinyu kepada anak tentang kesadaran hukum.
ke tahun kasus pelanggaran peraturan lalu lintas seperti gunung es yang tidak kunjung selesai penanganannya. Kasus pelanggaran peraturan lalu lintas yang dilakukan oleh pelajar ini menjadi menarik karena pelajar merupakan golongan terdidik yang seharusnya tidak sulit
Hasil penelitian lainnya adalah dari Eka
bagi
mereka
untuk
memahami
peraturan yang berlaku. Dimana pelajar
Pebrianti yang hasilnya menunjukkan :
yang
Faktor – faktor yang menyebabkan tingginya pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh anak sekolah yaitu faktor keluarga, faktor pendidikan dan sekolah dan faktor pergaulan atau lingkungan.
belum
memiliki
SIM
dilarang
mengendarai kendaraan bermotor sendiri ke sekolah. Oleh sebab itu, sangat penting untuk mengetahui alasan dan faktor-faktor yang
membuat
pelajar
yang
belum
Data pelanggaran peraturan lalu
memiliki SIM melakukan pelanggaran
lintas yang terungkap dan beberapa hasil
peraturan lalu lintas dengan mengndarai
penelitian di atas merupakan sebuah
kenaraan
kenyataan yang seharusnya membuka mata
sekolah.Pengetahuan alasan dan faktor-
dan pikiran. Bahwa pelanggaran peratuan
faktor yang membuat pelajar melakukan
lalu lintas yang dilakukan oleh pelajar
pelanggaran peraturan lalu lintas sangat
merupakan
yang nyata.
penting bagi orang tua, sekolah dan aparat
Terlebih lagi tidak kunjung ditemukan
penegak hukum agar dalam mengahadapi
solusi
mengurangi
kasus ini, kebijakan dan solusi yang
terdapat
ditawarkan benar-benar efisien dan efektif.
peraturan dan payung hukum yang di
Atas dasar itu, tujuan penelitian ini adalah
dalamnya secara jelas mengatur tentang
mengetahui alasan dan faktor apa saja
penggunaan kendaraan bermotor. Selain
yang membuat pelajar belum memiliki
permasalahan
efektif
pelanggaran
ini.
untuk Padahal
bermotor
sendiri
ke
SIM melakuakn pelanggaran peraturan lalu 3
lintas dengan mengendarai
kendaraan
menguji
bermotor sendiri ke sekolah.
Peneliti
Triangulasi sumber adalah teknik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono. 2013:127).
Penelitian ini dilakukan di SMA N 4 Surakarta, SMA N 7 Surakarta, SMA Al Islam 1 Surakarta dan SMA Batik 1 Dalam
data,
menggunakan triangulasi sumber.
METODE PENELITIAN
Surakarta.
validitas
penyusunan
Teknik
dan
analisis
data
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
pelaporan skripsi, peneliti menggunakan
model interaktif. Analisis dimulai dengan
jenis penelitian kualitatif dan pendekatan
pengumpulan data berikut reduksi data,
studi kasus. Jenis studi kasus yang dipilih
penyajian data serta penarikan kesimpulan
adalah studi kasus intrinsik. Menurut
(verifikasi data).
Denzin dan Lincoln, studi kasus intrinsik
HASIL
adalah:
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
Studi kasus yang fokus pada sebuah kasus tertentu. Jenis ini ditempuh bukan karena suatu kasus mewakili kasus-kasus lain, namun karena dalam seluruh aspek kekhususan dan kesederhanaannya kasus itu menarik minat (Denzin dan Lincoln, 2009:301).
1.
Alasan Dibalik Pelanggaran Aturan Lalu Lintas Yang Dilakukan Oleh Pelajar Dalam kasus yang peneliti angkat, terdapat banyak pelajar yang
Data diperoleh dari dokumen
belum memiliki SIM tetapi sudah
yang berupa data pelanggaran peraturan
mengendarai kendaraan bermotor ke
lalu lintas dari Polantas kota Surakarta.
sekolah sendiri. Apa yang dilakukan
Selain
dari
oleh para pelajar tersebut merupakan
wawancara dengan pelajar SMA N 4
bentuk tindakan indisipliner karena
Surakarta, SMA N 7 Surakarta, SMA Al
melanggar norma dan aturan yang
Islam 1 Surakarta dan SMA Batik 1
berlaku. Fenomena
Surakarta yang belum memiliki SIM tetapi
dalam penelitian ini menunjukkan
mengendarai kendaraan kendaraaan ke
adanya faktor yang menjadi penyebab
sekolah, wawancara dengan orang tua
terjadinya pelanggaran tersebut. Dari
pelajar
keterangan
itu
data
yang
juga
diperoleh
mengendarai
kendaran
para
yang terdapat
informan
ada
bermotor ke sekolah dan wawancara
beberapa faktor yang menjadi dasar
dengan perwakilan sekolah. Data tersebut
mereka
kemudian di triangulasi oleh peneliti untuk 4
memilih
mengendarai
kendaraan
bermotor
sendiri
ke
bermotor
sendiri
ke
sekolah.
sekolah. faktor tersebut yaitu;
Selain sebagai bentuk dorongan,
a) Kondisi angkutan umum yang
hal tersebut juga menunjukkan
kurang
memadai.
Kondisi
orang
tua
tidak
memberikan
angkutan umum di kota Surakarta
pemahaman yang jelas kepada
menurut
anaknya tentang peraturan lalu
pandangan
pelajar
kurang memadai baik dari segi
lintas dan berkendara di jalan.
kuantitas maupun kualitas. Hal ini
Dari
faktor-faktor
dapat kita lihat dari penuturan
dijelaskan
informan
menggunakan
tersebut, terdapat satu unsur penting
angkutan umum maka dia akan
yang menjadi dasar dari faktor-faktor
terlambat masuk sekolah karena
yang dijelaskan oleh informan yaitu
waktu perjalanan yang lama jika
dorongan
dibandingkan
tersebut berbentuk izin dari orang tua
jika
dengan
mengendarai kendaraan bermotor
untuk
sendiri.
bermotor
b) Malu diantar dan dijemput oleh
oleh
para
yang
orang
informan
tua.
mengendarai sendiri
Dorongan
kendaraan dan
fasilitas
kendaraan bermotor yang diberikan
orang tua. Alasan malu tersebut
oleh
menunjukkan jika informan ingin
Dorongan
dipandang sebagai seorang yang
menandakan
mandiri.
pelanggaran aturan lalu lintas sudah
Berangkat
sekolah
sendiri menggunakan kendaraan bermotor
menunjukkan
orang
tua
kepada
pelajar.
orang
tua
tersebut
bahwa
sebenarnya
dikondisikan semenjak dari rumah.
bahwa
Selain karena faktor yang
informan merupakan seseorang
disebutkan di atas, sekolah juga
yang
menjadi
mandiri
dan
tidak
bergantung kepada orang lain.
salah
mendorong
satu
pelajar
faktor yang
yang belum
c) Kesibukan orang tua dan kondisi
memiliki SIM mengendarai kendaraan
kesehatan orang tua pelajar. Dari
bermotor ke sekolah. Dari penuturan
pemaparan
informan,
para informan, sekolah tidak membuat
kesibukan dan kondisi kesehatan
peraturan khusus mengenai larangan
orang tua secara tidak langsung
mengendarai kendaraan bermotor ke
menjadi dorongan dari orang tua
skeolah bagi pelajar yang belum
kepada
memiliki
para
para
informan
untuk
memilih mengendarai kendaraan
SIM.
Seperti
disampaiakn oleh informan RY 5
yang
Gak ada aturan pastine sih mas, ya boleh bawa motor tapi resiko tanggung sendiri mas
aturan lalu lintas yang dilakukan oleh
Tidak adanya peraturan sekolah yang
kendaraan bermotor sendiri kesekolah
melarang pelajar yang belum memiliki
meskipun
SIM
kendaraan
terdapat peran orang tua yang menjadi
bermotor ke sekolah membuat para
faktor terjadinya pelanggaran tersebut.
pelajar,
Para
mengendarai
khususnya
memiliki
SIM
yang
merasa
Dalam fenomena pelanggaran
pelajar, dimana pelajar mengendarai
belum
orang
pelanggaran
diberikan
memiliki
tua yang
SIM
menganggap dilakukan
oleh
mengendarai
pelajar adalah hal yang umum. Para
kendaraa bermotor ke sekolah. Tidak
orang tua juga memiliki alasan yang
adanya peraturan tersebut merupakan
hampir sama, yaitu kesibukan mereka
dorongan dari pihak sekolah kepada
dan angkutan umum yang menurut
para pelajar yang belum memiliki SIM
mereka kurang layak. Menurut para
untuk melakukan tindakan indisipliner
informan kesibukan mereka membuat
dengan melanggar aturan lalu lintas.
mereka tidak bisa terus menerus
kebebasan
untuk
Dari apa yang disampaikan
mengantar dan menjemput anak-anak
oleh para pelajat Sekolah Menengah
mereka. Selain itu, angkutan umum
Atas yang menjadi informan, terdapat
yang ada menurut mereka kurang
dua
layak, dari segi kondisi dan ketepatan
faktor
yang
mendasari
dan
mendukung mereka untuk melakukan
waktu
tindakan
memperkuat
indisipliner
mengendarai
perjalanan
juga
semakin
keputusan
mereka
kendaraan bermotor ke sekolah. Yaitu
mengizinkan anak-anak mereka untuk
dorongan
dari
kelonggaran
tua
dan
mengendarai
dibeikan
oleh
sendiri ke sekolah meskipun hal itu
orang
yang
sekolah. Dua hal tersebut menandakan
merupakan
adanya
hukum
unsur-unsur
mekanisme
kendaraan
tindakan
karena
bermotor
melanggar
anak-anak
mereka
belum memiliki SIM.
pendisiplinan yang tidak berfungsi
Orang
sebagaimana mestinya. 2.
belum
tua
sejatinya
Respon dan Peran Orang Tua
merupakan bagian penting dalam
Dalam Mekanisme Pendisiplinan
proses pendisiplinan pelajar. Karena
Pelajar
orang tua lah yang pertama kali mengenalkan norma dan aturan yang berlaku di masyarakat. Orang tua 6
bertugas mengawasi dan melakukan
pemeriksaan/penyelidikan/ujian yang
normalisasi
seharusnya dilakukan oleh orang tua.
perilaku
pelajar
agar
sesuai dengan harapan, keinginan dan
Melalui
instrumen
aturan yang berlaku di masyarakat.
normalisasi, seorang individu tidak
Izin yang diberikan oleh orang tua
hanya
kepada
kesalahnnya.
pelajar
tersebut
selain
dinilai dari kebaikan dan Tetapi
mereka
juga
menandakan bahwasanya pelanggaran
dibandingkan dengan individu lain
aturan lalu lintas sudah dikondisikan
dengan menggunakan standar tertentu.
sejak dari rumah juga menunjukkan
Standar disini adalah aturan dan
jika orang tua ingin melepaskan
hukum yang berlaku, dimana pelajar
tanggung jawabnya untuk mengawasi
yang belum memiliki SIM tidak
perilaku
ini
diperbolehkan mengendarai kendaraan
proses
bermotor sendiri. Dalam mekanisme
pengawasan perilaku yang seharusnya
pendisiplinan yang kedua ini orang tua
dilakukan oleh orang tua sebagai
seharusnya memberikan pemahaman
mekanisme
kepada anaknya tentang peraturan dan
anaknya.
menunjukkan
Hal
bahwa
pendisiplinan
tidak
berfungsi dengan baik.
hukum yang berlaku dan mengarahkan
Pemberian izin oleh orang tua kepada
anakanya
yang
dan memerintahkan anaknya untuk
belum
mematuhi peraturan dan hukum yang
memiliki SIM untuk mengendarai
berlaku dengan tidak mengendari
kendaraan bermotor sendiri ke sekolah
kendaraan
juga
sekolah, bukan sebaliknya.
menunjukkan
pelanggaran
bahwasanya
sendiri
ke
sudah
Dalam fenomena ini, orang
dikondisikan dari rumah. Hal ini
tua seharusnya menjadi pihak yang
menunjukkan jika orang tua secara
melakukan mekanisme pendisiplinan
sadar mengarahkan anaknya untuk
pemeriksaan, penyelidikan atau ujian.
melakukan
Penyelidikan
dengan
tersebut
bermotor
tindakan
melanggar
indisipliner
mengamati
subyek
lintas. Apa yang dilakukan oleh orang
penilaian
yang
tua
individu. Orang tua
pelajar
adanya
peraturan
tersebut
malfungsi
lalu
digunakan
menandakan
dan
untuk membuat
menormalisasi sebeneranya
mekanisme
mampu mengamati dan melakukan
pendisiplinan yang kedua dan ketiga –
penilaian terhadap anaknya, apakah
normalisasi
anaknya sudah mampu dan pantas
dan
mengendarai 7
kendaraan
bermotor
sendiri dilihat dari segi norma yang
mengendarai kendaraan bermotor ke
berlaku di masyarakat dan hukum
sekolah. Sekolah hanya menghimbau
yang berlaku. Namun berdasarkan
kepada muridnya untuk mematuhi
pemaparan
baik
peraturan lalu lintas. Sekolah juga
informan pelajar maupun orang tua
memfasilitasi pelajar untuk melakukan
pelajar sendiri, para orang tua tidak
pelanggaran.
melaksanakan
mekanisme
peraturan, sekolah juga menyediakan
pendisiplinan yang ketiga ini. Orang
lahan parkir bagi para pelajar. Dari 4
tua bahkan cenderung tidak peduli dan
sekolah
memiliki
sendiri.
penelitian, hanya 1 sekolah yang
Penilaian yang mana jika anaknya
memiliki tempat parkir yang cukup
sudah bisa mengendarai kendaraan
dan layak. Sedangkan 3 sekolah
bermotor sendiri maka dia berhak
lainnya pada dasarnya tidak emmiliki
untuk
kendaraan
lahan parkir yang memadai, namun 3
bermotor sendiri tanpa pengawasan
sekolah tersebut mengubah fasilitas
dan
tua
sekolah seperti lapangan olahraga dan
meskipun belum memiliki SIM. Hal
kelas yang diubah menjadi basement
ini jelas terlihat dari keputusan orang
untuk dijadikan lahan parkir.
para
informan
penilaiannya
menggunakan
pendampingan
orang
tua yang mengizinkan anaknya untuk mengendarai
yang
Dalam
bermotor
tidak
menjadi
dunia
adanya
lokasi
pendidikan,
selain sebagai lembaga pendidikan
sendiri ke sekolah. Bahkan 2 informan
sekolah
sebenarnya
merupakan
pelajar
lembaga
pelatihan,
penyelamat,
sudah
mengendarai
3.
kendaraan
Selain
diizinkan kendaraan
utnutk bermotor
tempat rehabilitasi, penyembuhan dan
sendiri sejak SMP.
pengajaran
Peran Sekolah Dalam Mekanisme
fenomena
Pendisiplinan
sekolah
moral. ini,
Namun
peran
tersebut
dan
tidak
dalam fungsi berjalan
Selain
orang
tua
pelajar,
sebagaimana mestinya. Sama seperti
juga
turut
andil
dalam
orang tua pelajar, dalam fenomena ini
melanggengkan pelanggaran aturan
sekolah juga tidak menjalankan 3
lalu lintas yang dilakukan oleh pelajar.
mekanisme pendisiplinan bagi pelajar.
Peran sekolah dalam melanggengkan
Dari 3 mekanisme pendisiplinan –
pelanggaran tersebut dapat dilihat dari
pengawasan,
tidak adanya peraturan yang melarang
penyelidikan- tidak ada satupun yang
pelajar yng belum memiliki SIM
dijalankan oleh sekolah.
sekolah
8
normalisasi,
dan
Mekanisme tidak
dijalankan
maksimal
pengawasan sekolah
dimana
tentang panopticon, panopticon adalah
dengan
sekolah
sebuah
tidak
bentuk
dilakukan
pengawasan
melalui
yang
pengamatan,
melakukan kontrol terhadap pelajar
dokumentasi dan pem antauan setiap
yang mengendarai kendaran bermotor
tindakan individu oleh atasan atau
ke sekolah tetapi belum memiliki SIM
orang
dan sekolah tidak membuat peraturan
menyebut
yang
pendisiplinan
melarang
penggunanaan
yang
berkuasa. prinsip ini
Foucault mekanisme
dengan
istilah
kendaraan bermotor ke sekolah bagi
panopticism. Dalam fenomena ini,
pelajar yang belum memiliki SIM.
panopticon terhadap pelajar dilakukan
Mekanisme normalisasi juga tidak
oleh orang tua, sekolah dan pihak
dijalankan dengan maksimal oleh
kepolisian selaku penegak hukum.
sekolah.
Dalam
Sekolah
menghimbau
hanya
sebatas
muridnya
untuk
proses
kepolisian
penegakan juga
hukum,
menerapkan
mematuhi peraturan yang berlaku
mekanisme
tanpa adanya tindak lanjut seperti
dalam
mengadakan razia dan hukuman bagi
kepolisian ini berupa polisi yang
pelajar yang mengendarai kendaraan
berpatroli, bangunan pos polisi di
bermotor ke sekolah tetapi belum
persimpangan
memiliki
Mekanisme
Tujuan dari pengawasan bertingkat
penyelidikan dan ujian juga tidak
yang dilakukan oleh pihak kepolisian
dilaksanakan oleh sekolah. Sekolah
adalah
memperbolehkan semua para pelajar
pengendara kendaraan di jalan raya
mengendarai
agar mematuhi peraturan dan hukum
SIM.
kendaraan
bermotor
panopticon.
pelaksanaannya,
untuk
dan
Dimana panopticon
kamera
mengawasi
yang
yang belum memiliki SIM. Sekolah
pengendara yang melanggar maka
seharusnya hanya memperbolehkan
pihak
pelajar
mengetahuinya dengan
SIM
dan
Dan
kepolisian
akan cepat
ada
dapat dan
melarang pelajar yang belum memiliki
segera
SIM mengendarai kendaraan bermotor
hukuman
sendiri ke sekolah.
melanggar peraturan jera dan tidak
Dalam
mekanisme
dapat
jika
setiap
sendiri ke sekolah, termasuk pelajar
yang memiliki
berlaku.
cctv.
agar
melakukan tindakan pengendara
melakukan pelanggaran lagi.
pendisiplinan yang pertama, yaitu pengawasan Foucault menerangkan 9
yang
dengan
PENUTUP Dalam fenomena pelanggaran
segala
menyelesaikan
cara
kasus
untuk
pelanggaran
peraturan yang dilakukan oleh pelajar
peraturan lalu lintas yang menimpa
yang
anaknya.
belum
memiliki
mekanisme
SIM
panopticon
ini, yang
Apa yang dilakukan oleh
dilakukan oleh pihak kepolisian tidak
orang tua dan sekolah mementahkan
berfungsi maksimal. Para pelajar yang
gagasan
belum memiliki SIM ini tidak merasa
Foucault tentang pendisiplinan dan
takut atau merasa terawasi
membuat mekanisme pendisiplinan
oleh
dan
konstruski
keberadaan polisi, pos polisi, dan
yang
kamera cctv. Hal ini dikarenakan para
Foucault tidak berjalan sama sekali.
pelajar sudah diberikan fasilitas untuk
Orang
melanggar
seharusnya
peraturan.
Dengan
dikemukakan
tua
dan
oleh
berpikir
sekolah
menjadi
Michel
yang elemen
diberikannya fasilitas tersebut para
pendisiplinan justru mendukung dan
pelajar mendapat pembenaran dan
melanggengkan tindakan indisipliner
dukungan
yang
pelajar yang melanggar peraturan lalu
mereka lakukan. Selain itu, para
lintas. Dukungan dari orang tua dan
pelajar yang melanggar peraturan
sekolah
tersebut
mekanisme
atas
pelanggaran
mendapat
dukungan
dari
juga
menyebabkan
panopticon
yang
orang tua untuk melawan hukum yang
digunakan oleh pihak kepolisian untuk
berlaku. Dukungan tersebut berupa
mendisplinkan
suap
kepolisian.
menjadi tidak berfungsi sebagaimana
Informasi ini peneletiti dapatkan dari
mestinya. Tidak ada kendala sama
penuturan orang tua pelajar, jika
sekali bagi pelajar untuk melanggar
anaknya terkena razia atau kena tilang,
peraturan. Dukungan dari orang tua
orang tua pelajar lebih
memilih
membuat
menyelesaikan
tersebut
melanggar peraturan. Bukan hanya
memberikan sejumlah uang kepada
kondusif, situasi ini sempurna bagi
polisi yang menilang dengan tujuan
pelajar untuk melanggar peraturan
untuk memebaskan anaknya dari jerat
yang berlaku, mengendarai kendaraan
hukum. Selain melalui suap, jika
bermotor sendiri ke sekolah meskipun
orang tua pelajar memiliki saudara
belum memiliki surat ijin mengemudi.
atau kenalan dari pihak kepolisian
Fenomena pelanggaran peraturan lalu
maka mereka akan meminta tolong
lintas yang dilakukan oleh pelajar
kepada
pihak
masalah
10
para
pengguna
pelajar
jalan
berani
2016, dari http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php /JJPP/article/view/3546
sekolah menengah atas yang belum memiliki SIM ini akan terus terjadi dan
berulang
selama
proses
Patton, M.Q. (2009). Metode Evaluasi Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
dedisiplinisasi yang dilakukan oleh orang
tua
dan
sekolah
terus
Pratama, Yogie. (2012). Diskresi Polisi Terhadap Pelanggaran Lalu Lintas Yang Dilakukan Oleh Anak-Anak. Diakses tanggal 15 Maret 2016, darihttp://jurnal.untan.ac.id/index.php/j mfh/article/view/1823
berlangsung sedangkan mekanisme pendisiplinan
yang
seharusnya
dilakukan oleh orang tua dan sekolah tidak berjalan DAFTAR PUSTAKA
Pebrianti Eka. (2014). Tinjauan Sosiologi Hukum Terhadap Pelanggaran Lalu Lintas Yang Dilakukan Oleh Anak Sekolah Di Kota Makassar. Diakses tanggal 15 Maret 2016, darihttp://repository.unhas.ac.id/handle/12 3456789/9911
Denzin, Norman K. dan Lincoln, Yvonnna S. (2009). Handbook Of Qualitative Research.Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Martono, Nanang. (2014).Sosiologi Pendidikan Michel Foucault: Pengetahuan, Kekuasaan, Disiplin, Hukuman, dan Seksualitas. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Soloblitz (2013, 29 Oktober) Tingkat Pelanggaran Lalu Lintas Oleh Pelajar Di Solo Menurun. Diperoleh 5 Mei 2015 dari http://www.soloblitz.co.id/2013/10/29/ti ngkat-pelanggaran-lalu-lintas-olehpelajar-di-solo-menurun/
Oki Pratiwi, Putu Wili. (2014). Pelanggaran Lalu Lintas Kendaraan Bermotor Roda Dua Yang Dilakukan Oleh Siswa Sekolah Menengah Pertama, (Studi Kasus Pada Wilayah Polres Kabupaten Tabanan, Di Kota Tabanan. Diakses tanggal 15 Maret
Sugiyono. (2013). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA,
11