PUTUSAN NOMOR HK.2010/09/IV/MP.15 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN MAHKAMAH PELAYARAN TENTANG KECELAKAAN KAPAL TUBRUKAN DAN TENGGELAMNYA KM. DEWARUCI JAYA Pada tanggal 4 Januari 2014, pukul 01.10 WIB, KM. DEWARUCI JAYA GT. 659, dengan awak kapal 12 (dua belas) orang, muatan 1.100 Ton semen dalam kemasan, dalam pelayarannya dari Pelabuhan Gresik menuju Pelabuhan Ketapang Kalimantan Barat, telah terjadi tubrukan dengan 2 (dua) kapal yang berlabuh jangkar di rede perairan Pelabuhan Gresik, akibat tubrukan kapal bocor, air masuk ke palka, Nakhoda memutuskan untuk mengkandaskan kapal di pantai, setelah kapal kandas akhirnya tenggelam. Dalam peristiwa tersebut tidak terdapat korban jiwa maupun luka, namun kapal tenggelam beserta muatannya. Direktur Jenderal Perhubungan Laut dengan suratnya Nomor KL.205/3/20/DN-14, tanggal 16 Juni 2014, telah melimpahkan berkas kecelakaan kapal tubrukan dan tenggelamnya KM. Dewaruci Jaya kepada Mahkamah Pelayaran. Berdasarkan Pasal 253 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008, tentang Pelayaran juncto Pasal 17 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1998, tentang Pemeriksaan Kecelakaan Kapal sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2004, juncto Pasal 373 huruf (a) Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD), Mahkamah Pelayaran telah mengadakan Penelitian dan Pemeriksaan Lanjutan Kecelakaan Kapal untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya kecelakaan kapal tersebut dan menentukan ada atau tidak adanya kesalahan atau kelalaian dalam Penerapan Standar Profesi Kepelautan serta menjatuhkan Sanksi Administratif kepada Tersangkut yang terbukti bersalah atau lalai. Berkas–berkas yang diterima oleh Mahkamah Pelayaran, antara lain berupa : 1.
Laporan Kecelakaan Kapal (LKK), Nomor KL.205/01/1/2014, tanggal 06 Januari 2014, dibuat oleh Nakhoda dan diketahui oleh Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Gresik;
2.
Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan (BAPP), tanggal 06 Januari 2014, dibuat oleh Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Gresik, terhadap: a. Nakhoda, Sjamsuddin Djenod; b. Mandor Mesin, La Ode Diolu.
3.
Berita Acara Pendapat (Resume), dibuat oleh Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Pontianak, tanggal 5 Pebruari 2014; 4. Surat . . .
2
4.
Surat-surat Kapal, terdiri dari : a. Surat Laut, Nomor PK.205/4914/SL-PM/DK-13, tanggal 17 September 2013, diterbitkan di Jakarta, oleh Direktur Perkapalan dan Kepelautan; b. Surat Ukur International (1969) No.2330/Ka, dikeluarkan di Surabaya, tanggal 23 April 2008, oleh Administrator Pelabuhan Tanjung Perak, nomor dan tanggal pengesahan Nomor PK.671/23/6/DK.08, tanggal 18 Juni 2008; c. Sertifikat Keselamatan Konstruksi Kapal Barang, Nomor PK.001/189/12/SYB.TPR.2013, tanggal 3 Desember 2013, berlaku sampai dengan tanggal 2 Mei 2014, diterbitkan di Surabaya oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut; d. Sertifikat Keselamatan Perlengkapan Kapal Barang, Nomor PK.001/189/13/SYB.TPR.2013, tanggal 3 Desember 2013, berlaku sampai dengan tanggal 2 Mei 2014, diterbitkan di Surabaya oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut; e. Sertifikat Keselamatan Radio Kapal Barang, Nomor PK.002/85/11/SYB.TPR.2013, tanggal 3 Desember 2013, berlaku sampai dengan tanggal 2 Mei 2014, diterbitkan di Surabaya oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut; f. Sertifikat Internasional Pencegahan Pencemaran oleh Minyak, Nomor PK.402/1609/IOPP/DK-13, tanggal 13 September 2013, berlaku sampai dengan tanggal 26 Juni 2016, diterbitkan di Jakarta oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut; g. Sertifikat Klasifikasi Lambung, Nomor Register 09212, tanggal 26 Nopember 2010, berlaku sampai dengan tanggal 17 Oktober 2015, diterbitkan di Jakarta oleh Biro Klasifikasi Indonesia; h. Sertifikat Klasifikasi Mesin, Nomor Register 09212, tanggal 26 Nopember 2010, berlaku sampai dengan tanggal 17 Oktober 2015, diterbitkan di Jakarta oleh Biro Klasifikasi Indonesia; i. Sertifikat Garis Muat, Nomor 004130, tanggal 26 Nopember 2010, berlaku sampai dengan tanggal 17 Oktober 2015, diterbitkan di Jakarta oleh Biro Klasifikasi Indonesia; j. Dokumen Penyesuaian Manajemen Keselamatan, Nomor PK.401/2141/DOC/DK-12, tanggal 10 Juli 2012, berlaku sampai dengan tanggal 3 April 2017, diterbitkan di Jakarta oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut; k. Daftar . . .
3
k. Daftar Awak Kapal, dibuat oleh PT. Spectra Tirta Segara Line Gresik; l.
Surat Pengoperasian Kapal Tramper di Dalam Negeri, Nomor AL.103/798/19/316/13, diterbitkan oleh Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Direktur Jenderal Perhubungan Laut, tanggal 12 Desember 2013 dan berlaku sampai dengan tanggal 26 Maret 2014;
m. Surat Keterangan Susunan Perwira, Nomor PK.304/10/1/KSOP.Gsk-2014, tanggal 03 Januari 2014, dikeluarkan oleh Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Gresik. n. Surat Persetujuan Berlayar (SPB) No. 02/APII/128/I/2014, tanggal 3 Januari 2014, dikeluarkan oleh Syahbandar Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Gresik. Dari berkas dan keterangan yang diberikan dalam Pemeriksaan Pendahuluan serta keterangan lainnya dapat dikemukakan hal-hal sebagai-berikut : A. Berkas dan keterangan yang diberikan dalam Pemeriksaan Pendahuluan : 1. Data Kapal. Nama : Dewaruci Jaya Jenis : Kapal Motor Bendera / Tanda Panggilan : Indonesia / YHQR Pembuatan / Konstruksi : Tahun 1984 / Baja Isi kotor : GT.659 Isi bersih : NT. 237 Tanda selar : GT 659 No. 2330/Ka Tenaga Penggerak Utama : Mesin Merk Matsui Niigata, 800 PK Ukuran Pokok Panjang : 51,50 meter Lebar : 9,80 meter Dalam : 4,95 meter Sarat Terbesar :Free Board Tropik :Pemilik : PT. Pelayaran Nasional Buton Mamiri Sejati Nakhoda : Sjamsuddin Djenod Awak Kapal : 12 (dua belas) orang 2. Jalannya Peristiwa. a. Pada tanggal 4 Januari 2014, Pukul 01.10 WIB, KM. Dewaruci Jaya berolah gerak berangkat dari dermaga Pelabuhan Gresik Jawa Timur menuju Pelabuhan Ketapang Kalimantan Barat, kapal diawaki oleh 12 (dua belas) orang dengan muatan 1.100 Ton semen dalam kemasan, yang berada di anjungan Nakhoda, jurumudi dan KKM memegang handle telegraph; b. Dalam . . .
4
b. Dalam berolah gerak lepas dari sandar, Nakhoda yang baru naik diatas kapal (belum familiar dengan kapalnya), pada malam hari tidak didampingi oleh pengamat, alat bantu navigasi radar tidak dihidupkan dan tanpa seorang penasehat pandu diatas kapal; c. Setelah kapal berangkat dari dermaga dengan kecepatan kapal maju setengah (a half ahead), kapal bergerak diantara kapal-kapal yang berlabuh jangkar, tanggal 4 Januari 2014, Pukul 01.25 WIB, lambung kiri kapal bertubrukan dengan haluan kapal yang berlabuh jangkar, sekitar 5 menit kemudian lambung kiri kapal bertubrukan lagi dengan haluan kapal lain yang sedang berlabuh jangkar, setelah bertubrukan kapal miring, Tersangkut merubah haluan untuk kembali ke dermaga umum; d. Pukul 02.00 WIB, tanggal 4 Januari 2014 kapal berlabuh jangkar untuk memeriksa kerusakan akibat dari tubrukan, dari pemeriksaan diketahui palka sudah terisi air laut (ada kebocoran di lambung kapal), selanjutnya Tersangkut memerintahkan untuk hibob jangkar; e. Sebelum jangkar naik seluruhnya, Nakhoda berolah gerak mengarahkan kapal menuju pantai dengan kecepatan penuh untuk mengkandaskan kapal, dengan tujuan untuk menyelamatkan kapal dan awak kapal, namun sebelum kapal sampai ke pantai mesin telah mati, dengan sisa laju kapal akhirnya kandas di dekat pintu masuk dermaga talud Pelabuhan Gresik; f.
Setelah kapal kandas, Nakhoda memerintahkan ABK untuk menurunkan life raft dan menggunakan life jacket, namun sebelum ABK naik ke life raft sudah ada perahu nelayan yang mendekat, semua ABK naik perahu nelayan untuk di bawa ke darat dan Nakhoda baru turun dari kapal pada pukul 04.00 WIB dengan kapal polisi perairan di bawa ke kantor polisi perairan untuk dimintai keterangan;
g. Dalam kecelakaan ini tidak ada korban jiwa, maupun luka namun kapal beserta muatannya tenggelam. 3. Dalam peristiwa Tubrukan dan tenggelamnya KM. Dewaruci Jaya, tanggal 4 Januari 2014, pukul 02.30 WIB, di sebelah sisi kanan dermaga umum Gresik, Mahkamah Pelayaran menetapkan Tersangkut dan Saksi-saksi sebagai berikut : a. Tersangkut Nakhoda, Sjamsuddin Djenod. b. Saksi-saksi : 1) Mualim I, Eriek Putra N.; 2) Mualim II, Soetejo Kirono; 3) KKM, Suprijono; 4) Jurumudi Jaga, Heriyanto Efendi; 5) Mandor, La Ode Diolu; 6) Kacab PT Spectra Gresik, I Made Putjaya; 7) Kepala Kantor KSOP Gresik.
B. Dalam . . .
5
B. Dalam upaya untuk memperoleh keterangan lebih lanjut sehubungan dengan Kecelakaan Kapal Tubrukan dan tenggelamnya KM. Dewaruci Jaya, tanggal 4 Januari 2014, pukul 02.30 WIB, di sebelah sisi kanan dermaga umum Gresik, Mahkamah Pelayaran telah memanggil secara patut kepada Tersangkut dan Saksi - saksi guna didengar keterangannya di hadapan Sidang Pemeriksaan Lanjutan Kecelakaan Kapal di Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Gresik pada tanggal 5 Pebruari 2015 dan di Kantor Mahkamah Pelayaran Jakarta pada tanggal 3 Maret 2015 adalah sebagai berikut: 1. Tersangkut Nakhoda, Sjamsuddin Djenod, hadir dan tanpa didampingi oleh penasehat Ahli, dalam Sidang Pemeriksaan Lanjutan Kecelakaan Kapal, keterangan yang diberikan adalah sebagai berikut : a. Lahir di Tgl/Bln/Thn Agama Alamat Pendidikan Umum
: : : :
Bau-bau Buton 29 Nopember 1945 Islam Candi Lontar Utara Blok F / 02 Sambi Kerep Surabaya
: 1) SD, ijazah tahun 1959; 2) SMP, ijazah tahun 1962; 3) SPM, ijazah tahun 1963. Kepelautan : MPT, tahun 1966, di Makasar. Pengalaman berlayar : 1) Nakhoda KM. Tompo tahun 1990 s/d 1996; 2) Nakhoda KM. Ganesa Kerja tahun 1996 s/d 2000; 3) Nakhoda KM. Siompink tahun 2000 s/d 2005; 4) Nakhoda KM. Putra Halmahera tahun 2005 s/d 2008; 5) Mualim I KM. Pan Kurnia tahun 2008 s/d 2011; 6) Nakhoda KM. Mitra Sion tahun 2011 s/d 2013; 7) Nakhoda KM. Dewaruci Jaya tahun 2013 s/d kejadian.
b. Pada tanggal 4 januari 2014, pukul 01.10 WIB, KM. Dewaruci berolah gerak keluar dari dermaga pelabuhan Gresik Jawa Timur menuju Pelabuhan Ketapang Kalimantan Barat, kapal diawaki oleh 12 (dua belas) orang, dengan muatan 1.100 Ton semen dalam kemasan; c. Kapal dilengkapi dengan peralatan bantu navigasi yang memadai, bermesin induk satu unit, baling-baling tunggal, ketika berolah gerak keluar dari dermaga, Tersangkut dibantu KKM memegang handle telegraph dan jurumudi memegang kemudi; d. Tersangkut baru 2 (dua) hari berdinas diatas kapal, tidak serah terima dengan Nakhoda yang digantikan dan tidak familirisasi, sehingga belum familiar dengan karakter kapalnya; e. Ketika berolah gerak Tersangkut yang belum familiar dengan karakter kapalnya tidak didampingi oleh pengamat dan tidak menggunakan jasa pemanduan; f. Setelah . . .
6
f.
Setelah kapal lepas dari dermaga, kapal bergerak dengan maju setengah, pada pukul 01.25 WIB, lambung kiri kapal bertubrukan dengan haluan kapal yang berlabuh jangkar, kapal merubah haluan ke kanan untuk menghindari kapal yang berlabuh jangkar didepannya, namun sekitar 5 menit kemudian lambung kiri kapal bertubrukan lagi dengan haluan kapal lain yang sedang berlabuh jangkar;
g. Setelah kapal bertubrukan yang kedua, kapal miring ke kiri, Tersangkut memutuskan untuk kembali ke dermaga umum, pukul 02.00 WIB kapal berlabuh jangkar 1,5 segel untuk memeriksa kerusakan akibat tubrukan, dari pemeriksaan diketahui palka sudah terisi air laut (ada kebocoran pada lambung kiri) selanjutnya Tersangkut memerintahkan untuk hibob jangkar; h. Sebelum rantai jangkar naik seluruhnya Tersangkut berolah gerak dengan kecepatan penuh menuju ke pantai untuk mengkandaskan kapal, namun sebelum kapal kandas mesin induk telah mati, dengan sisa laju kapal akhirnya kapal kandas di dekat pintu masuk dermaga talud Pelabuhan Gresik; i.
Setelah kapal kandas Tersangkut memerintahkan kepada semua ABK untuk menggunakan life jacket dan menurunkan life raft sebelah kiri, namun sebelum ABK naik ke life raft ada perahu nelayan yang mendekat, semua ABK naik ke atas perahu nelayan, selanjutnya dibawa ke darat, dan Tersangkut baru turun dari kapal setelah badan kapal tenggelam tinggal bagian anjungan yang masih di atas air, Tersangkut dijemput oleh kapal patroli polisi perairan, dibawa ke kantor polisi perairan untuk dimintai keterangan;
j.
Pada saat kejadian, cuaca tidak hujan, laut tenang, angin sepoi-sepoi, jarak pandang baik, arus kuat.
2. Saksi Mualim I, Eriek Putra N., tidak hadir dalam Sidang Pemeriksaan Lanjutan Kecelakaan Kapal, dan tidak dilakukan Pemeriksaan Pendahuluan Kecelakaan Kapal. 3. Saksi Mualim II, Soetejo Kirono, tidak hadir dalam Sidang Pemeriksaan Lanjutan Kecelakaan Kapal, dan tidak dilakukan Pemeriksaan Pendahuluan Kecelakaan Kapal. 4. Saksi KKM, Suprijono, tidak hadir dalam Sidang Pemeriksaan Lanjutan Kecelakaan Kapal, dan tidak dilakukan Pemeriksaan Pendahuluan Kecelakaan Kapal. 5. Saksi Jurumudi Jaga, Heriyanto Efendi, tidak hadir dalam Sidang Pemeriksaan Lanjutan Kecelakaan Kapal, dan tidak dilakukan Pemeriksaan Pendahuluan Kecelakaan Kapal. 6. Saksi . . .
7
6. Saksi Mandor, La Ode Diolu, tidak hadir dalam Sidang Pemeriksaan Lanjutan Kecelakaan Kapal, dan keterangan diambil dari Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan (BAPP), adalah sebagai berikut : a. Lahir di Tgl/Bln/Thn Agama Alamat Pendidikan Umum Kepelautan
: : : :
Buton 12/April/1965 Islam Keting Rt.04/01, Kel. Keting, Kec. Sekaran Lamongan.
: SMP : JMPR tingkat I
Pengalaman berlayar : Mandor tahun 2010 s/d kejadian. b.
Pukul 00.30 WIB selesai bunker, kemudian kapal lepas tali dan Nakhoda memerintahkan menghidupkan mesin. Kapal berolah gerak meninggalkan Pelabuhan Gresik menuju Pelabuhan Ketapang dengan muatan semen.
c.
Saat berolah gerak terdengar suara benturan sampai 2 (dua) kali, dengan jeda ± 5 menit, setelah itu Saksi melihat air masuk ke kamar mesin dari lambung kiri.
7. Saksi Kacab PT Spectra Gresik, I Made Putjaya, tidak hadir dalam Sidang Pemeriksaan Lanjutan Kecelakaan Kapal, dan tidak dilakukan Pemeriksaan Pendahuluan Kecelakaan Kapal. 8. Saksi Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Gresik tidak hadir dalam Sidang Pemeriksaan Lanjutan Kecelakaan Kapal, dan tanpa adanya surat pemberitahuan. C.
Pendapat Mahkamah Pelayaran. Mahkamah Pelayaran atas dasar penelitian dan pemeriksaan lanjutan secara seksama terhadap Tubrukan dan tenggelamnya KM. Dewaruci Jaya, tanggal 4 Januari 2014, pukul 02.30 WIB, di sebelah sisi kanan dermaga umum Gresik, telah sampai pada pendapat sebagai berikut : 1. Tentang Kapal, Surat Kapal dan Awak Kapal. Berdasarkan pemeriksaan atas data-data administratif, dan berdasarkan hasil pemeriksaan lanjutan terhadap para Tersangkut dan para Saksi, maka keadaan kapal, surat kapal, dan Awak Kapal dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Kapal. KM Dewaruci Jaya eks Batu Licin adalah kapal barang konstruksi baja dengan ukuran P X L X D (m3) = 51,50 X 9,80 X 4,95; dengan GT 659 dan NT 237; dibangun di Jepang oleh Katsumi Nakata & Amakusa Zosen . . .
8
Zosen pada tahun 1984 dengan jumlah geladak 2 (dua) dan berbaling-baling tunggal. Kapal ini digerakkan oleh 1 (satu) buah mesin penggerak utama Diesel Matsui Niigata berkekuatan 800 HP, mesin bantu 1 (satu) buah mesin Yanmar berkekuatan 76 HP dan 1 (satu) buah mesin Mitsubishi berkekuatan 159 HP; Dok terakhir 1010-2013 s/d 03-11-2013 di Surabaya dan berlayar untuk daerah pelayaran Lokal dengan Surabaya sebagai pelabuhan pangkal. b. Surat - Surat Kapal. KM Dewaruci Jaya telah memiliki Sertifikat Keselamatan Kapal Barang, Surat Laut, Surat Ukur Internasional, dan surat-surat lainnya yang dipersyaratkan dan masih berlaku. c. Awak Kapal KM Dewaruci Jaya diawaki oleh 12 (dua belas) orang dengan susunan perwira berdasarkan Keterangan Susunan Perwira yang dikeluarkan KSOP Pelabuhan Kelas II Gresik tanggal 03 Januari 2014, adalah sebagai berikut : Bagian Dek Nakhoda : Sjamsudin Djenod berijazah ANT V Tahun 2009 Muallim I : Eriek Putra Negara berijazah ANT V Tahun 2002 Muallim II : Sutejo Kirono berijazah ANT V Tahun 2002 Bagian Mesin KKM Masinis II
: Supriyono : Endy Fatoni
berijazah ATT V Tahun 2002 berijazah ATT V Tahun 2001
Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa KM Dewaruci Jaya pada saat terjadi tubrukan, kandas dan tenggelam di perairan Pelabuhan Gresik memiliki kondisi kapal yang telah memenuhi persyaratan keselamatan akan tetapi diawaki oleh awak kapal yang belum memenuhi persyaratan pengawakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 70 tahun 1998 tentang pengawakan kapal niaga. 2. Tentang Cuaca. Berdasarkan hasil analisis dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, dan berdasarkan keterangan dari Tersangkut dan Saksi, maka mengenai keadaan cuaca pada saat kejadian kecelakaan kapal di lokasi kejadian adalah sebagai berikut : a. Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Stasiun Meteorologi Maritim Klas I Tanjung Priok dengan suratnya tanggal 30 Januari 2015, bahwa keadaan cuaca pada tanggal 4 Januari 2014, pukul 02.30 WIB, di wilayah tersebut adalah sebagai berikut : Cuaca . . .
9
Cuaca : Berawan Sebagian - Berawan Arah dan Kecepatan Angin : Barat 5.9 – 8.4/ 10.0 Knots Arah dan Kecepatan Arus : Timur 11.9 – 12.4/ 27.9 Cm/detik Tinggi Gelombang : Barat Laut 0,2 M – 0,6 M Jarak Penglihatan : 5.0 – 7.0 Mil b. Menurut keterangan Tersangkut Nakhoda dalam Persidangan dan keterangan Saksi dalam BAPP, keadaan cuaca cerah dan angin sepoisepoi, laut tenang, jarak pandang baik, arus kuat. Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa keterangan yang didapat dalam pemeriksaan lanjutan dan keterangan Tersangkut dan Saksi dalam BAPP dapat diterima. 3. Tentang Muatan dan Stabilitas Kapal. Berdasarkan data ukuran kapal, daftar manifest, tata letak bangunan kapal, dan tata letak susunan muatan, maka mengenai keadaan muatan dan stabilitas kapal adalah sebagai berikut : a.
Muatan L x B x H= 51,50m x 9,80m x 4,95m. LT dari garis geladak ke garis muat air laut (LT)= 1139mm=1,139m Sarat Max = 4,950 - 1,139= 3,811 m. Displacement= 51,50 x 9,80 x 3,811 x 0,69 x 1,025= 1360,332 Ton. Light Weight (LWT)= 0,30 x D= 408,096 Ton. Daya Angkut (DWT)= D – 0,30D= 1360,322 – 408,096= 952,236 Ton. Muatan Semen = 1.100 Ton. Ada kelebihan muatan = 1.100 Ton – 952,236 Ton = 147,764 Ton.
b.
Stabilitas Sebelum terjadi tubrukan kondisi kapal tegak stabilitas positif, setelah terjadi tubrukan kapal miring dan tenggelam terjadi perubahan stabilitas.
Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa KM. Dewaruci Jaya mengangkut muatan melebihi kapasitas angkutnya dan stabilitas sebelum kejadian dapat diterima dan setelah kejadian tidak dapat diterima. 4. Tentang Navigasi dan Olah Gerak. Setelah menganalisa tentang kelengkapan alat bantu navigasi, aturanaturan bernavigasi, situasi lingkungan tempat kejadian, dan kebiasaan pelaut yang baik (good seamanship), maka cara bernavigasi dan cara berolah gerak dinilai sebagai berikut : a. Tentang . . .
10
a. Tentang Navigasi. 1) Dalam bernavigasi berangkat dari Pelabuhan Gresik, kapal telah dilengkapi dengan alat bantu navigasi yang memadai, namun tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya serta tidak menempatkan seorang pengamat di anjungan. 2) Dalam berlayar di perairan wajib pandu, Tersangkut Nakhoda tidak menggunakan jasa petugas pandu diatas kapal, sehingga belum sepenuhnya memanfaatkan jasa pemanduan sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan Pasal 344 KUHD jo Pasal 198 ayat (2) Undang-undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran. b. Tentang Olah Gerak. 1) KM. Dewaruci Jaya berolah gerak dengan kecepatan maju setengah, menggunakan kemudi manual, bergerak di antara kapal-kapal yang sedang berlabuh jangkar. 2) Dalam berolah gerak Tersangkut Nakhoda tidak memanfaatkan alat bantu navigasi radar, sehingga tidak mengetahui jarak antar kapal-kapal, tidak menempatkan pengamat dan tidak mengetahui arus yang sedang bergerak dengan kuat dari lambung kanan, sehingga kapal terdorong ke kiri dan berakibat lambung kiri kapal bertubrukan dengan haluan kapal yang sedang berlabuh jangkar, Tersangkut Nakhoda merubah haluan ke kanan untuk lepas dari tubrukan, tetapi karena terdorong arus dari kanan terjadi tubrukan lagi dengan haluan kapal yang di depannya yang sedang berlabuh jangkar pada lambung kirinya. 3) Setelah terjadinya tubrukan, kapal miring ke kiri, Tersangkut merubah haluan menuju ke pantai untuk mengkandaskan kapal, sebelum sampai di pantai KM Dewaruci Jaya berlabuh jangkar untuk mengecek kerusakan, setelah diketahui palka sudah terisi air, Tersangkut Nakhoda memerintahkan hibob jangkar dan berolah gerak dengan kecepatan penuh menuju ke pantai untuk mengkandaskan kapal, sebelum kapal kandas mesin induk mati, dengan sisa laju kapal akhirnya kapal kandas di dekat dermaga talud Pelabuhan Gresik. Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa sebelum terjadi tubrukan cara bernavigasi kurang dapat diterima dan cara berolah gerak Tersangkut Nakhoda tidak dapat diterima, setelah terjadi tubrukan cara berolah gerak dapat diterima. 5. Tentang Sebab Terjadinya Kecelakaan. Setelah menganalisa fakta-fakta dasar, kondisi lingkungan (faktor alam), dokumen, faktor teknis, faktor manusia, dan faktor organisasi mengenai kecelakaan kapal Tubrukan dan tenggelamnya KM. Dewaruci Jaya tersebut, maka penyebab terjadinya adalah sebagai berikut : a. Tersangkut . . .
11
a. Tersangkut baru berdinas sebagai Nakhoda KM. Dewaruci Jaya selama 2 (dua) hari tanpa serah terima dan tanpa familirisasi, belum mengenal karakter kapal, Tersangkut juga tidak mengetahui kondisi pergerakan arus ketika berolah gerak, sehingga ketika kapal berolah gerak di antara kapal-kapal yang berlabuh jangkar, Tersangkut tidak mampu memperkirakan dan mengantisipasi pergerakan kapal yang akibatnya kapal bertubrukan dengan kapal yang berlabuh jangkar. b. Setelah KM. Dewaruci Jaya terbebas dari tubrukan, Tersangkut Nakhoda mengolah gerak kapalnya dengan merubah haluan ke kanan untuk menghindari kapal berlabuh jangkar yang berada di depannya, namun karena dorongan arus dari kanan yang tidak dipahami dan Tersangkut Nakhoda tidak memahami karakter kapalnya maka terjadi tubrukan lagi antara lambung kiri KM. Dewaruci Jaya dengan haluan kapal yang berlabuh jangkar, akibatnya terjadi kebocoran pada lambung kiri, air masuk ke dalam palka dan kapal miring ke kiri. c. Setelah kapal miring, Tersangkut Nakhoda berolah gerak untuk mengkandaskan kapal di pantai, namun sebelum sampai di pantai mesin induk mati karena terendam air, dengan sisa laju kapal akhirnya kapal kandas dan tenggelam dekat pintu dermaga talud Pelabuhan Gresik. d. Tidak adanya petugas pandu di atas kapal, merupakan bagian tidak terpenuhinya jasa pemanduan sehingga Tersangkut Nakhoda tidak mendapatkan informasi dan saran dalam berolah gerak keluar dari Pelabuhan Gresik, namun hal ini tidak mendapat perhatian dari pengawas keselamatan pelayaran. Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa penyebab terjadinya kecelakaan kapal dikarenakan rendahnya pengetahuan Tersangkut Nakhoda dalam berolah gerak, dalam pergerakan arus dan kesalahan sistem organisasi dalam pengawasan keselamatan pelayaran di Pelabuhan Gresik. 6. Tentang Upaya Penyelamatan. Berdasarkan pemeriksaan data dalam Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan, dan berdasarkan hasil pemeriksaan lanjutan, maka mengenai upaya penyelamatan yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Setelah terjadi tubrukan lagi antara lambung kiri KM. Dewaruci Jaya dengan haluan kapal yang berlabuh jangkar, Tersangkut Nakhoda memberikan perintah untuk merubah haluan kapal mendekati Dermaga Umum Gersik untuk berlabuh jangkar guna dilakukan pemeriksaan fisik kapal. b. Dari hasil pemeriksaan fisik kapal, ternyata palka kapal terisi dengan air laut dan terdapat kebocoran pada lambung kiri kapal. Setelah kapal miring kiri, Tersangkut Nakhoda segera berupaya untuk mengkandaskan kapal ke pantai, namun sebelum sampai di pantai mesin kapal mati. c. Setelah . . .
12
c. Setelah mesin kapal mati sendiri tidak lama kemudian kapal kandas dan kapal miring ke kiri, Tersangkut Nakhoda memerintahkan Awak Kapal untuk memakai life jacket dan menurunkan liferaft sebelah kiri kapal, dan akhirnya kapal kandas dan tenggelam dekat pintu dermaga talud Pelabuhan Gresik. d. Sebelum awak kapal naik ke liferaft sudah ada bantuan dari kapal Nelayan yang mendekat dan semua awak kapal naik ke perahu Nelayan untuk dibawa ke pelabuhan terdekat. e.
Dalam peristiwa tersebut tidak ada korban jiwa ataupun luka, namun terdapat kerugian harta benda berupa kapal yang kandas dan tenggelam.
Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa upaya penyelamatan yang dilakukan Tersangkut Nakhoda dapat diterima. 7. Tentang Kesalahan dan Kelalaian Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, dalam kasus kecelakaan kapal Tubrukan dan tenggelamnya KM. Dewaruci Jaya, tanggal 4 Januari 2014, pukul 02.30 WIB, di sebelah sisi kanan dermaga umum Gresik, maka beban tanggung jawab terhadap kesalahan dan kelalaian adalah sebagai berikut: a. KM. Dewaruci Jaya di nakhodai oleh seorang Nakhoda bersertifikat ANT V yang seharusnya untuk ukuran kapal KM. Dewaruci Jaya GT.659 di nakhodai oleh seorang nakhoda bersertifikat ANT IV dan masalah ini merupakan kelalaian dari operator kapal dan regulator yang menyijilkan Nakhoda dan memberikan surat persetujuan berlayar. b. Terjadinya tubrukan dan tenggelamnya KM. Dewaruci Jaya merupakan akibat dari kesalahan Tersangkut Nakhoda yang tidak cakap dalam bernavigasi dan berolah gerak sesuai dengan kebiasaan pelaut yang baik (good seamanship) dan tidak adanya seorang penasehat pandu di atas kapal. Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa: 1) Syahbandar telah memberikan dispensasi kepada KM. Dewaruci Jaya dengan seorang Nakhoda bersertifikat kepelautan ANT V yang seharusnya Nakhoda bersertifikat kepelautan ANT IV, sedangkan kapal berlayar ke pelabuhan kecil yang sulit untuk mendapatkan Nakhoda dengan sertifikat kepelautan ANT IV, serta tidak melakukan pengawasan terhadap KM. Dewaruci Jaya yang berolah gerak keluar dari Pelabuhan Gresik tanpa seorang pandu di atas kapal dan terhadap kelalaian tersebut sesuai ketentuan Pasal 47 ayat 1 (a) Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1998 tentang Pemeriksaan Kecelakaan Kapal dibuatkan rekomendasi kepada Ketua Mahkamah Pelayaran. 2) Tersangkut . . .
13
2) Tersangkut dipersalahkan telah bertindak salah dalam bernavigasi dan berolah gerak dan dinilai telah lalai tidak dapat memenuhi kewajibannya sesuai dengan profesi Nakhoda yang dijabatnya sebagaimana ketentuan Pasal 342 KUHD dan dinilai belum sepenuhnya melaksanakan kewajibannya sesuai ketentuan Pasal 344 KUHD. 8. Tentang Hal – Hal Yang Meringankan dan Yang Memberatkan a.
Hal – hal yang meringankan. Tidak berbelit-belit dalam memberikan keterangan pada persidangan.
b.
Hal – hal yang memberatkan. Tidak ada.
D. Putusan Atas dasar kenyataan-kenyataan tersebut di atas berdasarkan Pasal 373 huruf (a) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) pasal 253 ayat (1) huruf (b), dan ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008, tentang Pelayaran dan Pasal 18 huruf (b) Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1998 tentang Pemeriksaan Kecelakaan Kapal dengan mempertimbangkan hal-hal yang meringankan dan memberatkan, Mahkamah Pelayaran : MEMUTUSKAN : I. Menyatakan bahwa Tubrukan dan tenggelamnya KM. Dewaruci Jaya, tanggal 4 Januari 2014, pukul 02.30 WIB, di sebelah sisi kanan dermaga umum Pelabuhan Gresik karena rendahnya pengetahuan Tersangkut Nakhoda dalam berolah gerak, dalam pergerakan arus dan kesalahan sistem organisasi dalam pengawasan keselamatan pelayaran di Pelabuhan Gresik. II. Menghukum Tersangkut Nakhoda KM. Dewaruci Jaya, Sjamsuddin Djenod, memiliki Sertifikat Keahlian Pelaut ANT-V, Nomor 6200361420N50209, tanggal 21 Januari 2009, dengan mencabut sementara Sertifikat Keahlian Pelaut tersebut, untuk bertugas sebagai Nakhoda di kapal-kapal Niaga berbendera Indonesia selama jangka waktu 5 (lima) bulan. III. Putusan ini mulai berlaku sejak Berita Acara Pelaksanaan Putusan Mahkamah Pelayaran dari Direktur Jenderal Perhubungan Laut diterima oleh Terhukum.
Demikian . . .
14
Demikian Putusan Mahkamah Pelayaran yang dibacakan oleh Ketua Majelis dalam sidang terbuka di Jakarta, pada hari Rabu, tanggal 08 April 2015, dengan dihadiri oleh para Anggota Majelis dan Sekretaris Majelis, tanpa dihadiri oleh Terhukum.
Ketua
: ……………………………….
Capt. Supardi, MM.
Anggota
: ……………………………….
Capt. Gajah Rooseno
Anggota
: ……………………………….
Iswandi, ATT – I.
Anggota
: ……………………………….
Ir. Benny Haryono, MM.
Anggota
: ……………………………….
Asril Pasaribu, SH.
Sekretaris
: ……………………………….
Bambang Sudarmanto, SH., M.Si.