MOTIVASI BERIBADAH DAN PERILAKU SOSIAL JAMAAH LANSIA IPKA (IKATAN PENSIUNAN KEMENTERIAN AGAMA) SALATIGA 2016
SKRIPSI DiajukanGunaMemperolehGelar SarjanaPendidikan (S. Pd)
DisusunOleh: MUHAMMAD SIRRIL WAFA 111-12-026
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016
ŝŝ
Imam Mas Arum, M. Pd Dosen IAIN Salatiga PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal
: PengajuanNaskahSkripsi
KepadaYth. Dekan FTIK IAIN Salatiga di Salatiga
Assalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh Denganhormat,
setelahdilaksanakanbimbingan,
arahandankoreksi,
makanaskahskripsimahasiswa: Nama
: Muhammad Sirril Wafa
NIM
: 111-12-026
Judul
: MOTIVASI BERIBADAH DAN PERILAKU SOSIAL JAMAAH
LANSIA
IPKA
(IKATAN
PENSIUNAN
KEMENTERIAN AGAMA) SALATIGA 2016 DapatdiajukankepadaFakultas
Tarbiyah
dan
Ilmu
Keguruan
IAIN
Salatigauntukditujukandalamsidangmunaqasyah. Demikian
nota
pembimbinginidibuat,
untukmenjadiperhatiandandigunakansebagaimanamestinya. Wassalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh
Salatiga, 7September2016 Pembimbing,
Imam Mas Arum, M. Pd NIP. 19790507 201101 1008
ŝŝŝ
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp. (0298) 323706 Fax. 323433 Kode Pos 50721 Salatiga Website : http://iainsalatiga.ac.ide-mail:
[email protected]
SKRIPSI MOTIVASI BERIBADAH DAN PERILAKU SOSIAL JAMAAH LANSIA IPKA (IKATAN PENSIUNAN KEMENTERIAN AGAMA) SALATIGA 2016
DISUSUN OLEH MUHAMMAD SIRRIL WAFA NIM: 111-12-026
Telah dipertahankan di depan PanitiaDewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal27 September 2016 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana Pendidikan Susunan Panitia Penguji KetuaPenguji
: Dr. Muh. Saerozi, M.Ag.
SekretarisPenguji
: Imam Mas Arum, M.Pd
Penguji I
: Siti Rukhayati, M.Ag
Penguji II
: Hj. Maslikhah, S.Ag., M. Si Salatiga,27 September 2016 Dekan
Suwardi, M.Pd. NIP. 19670121 199903 1 002
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertandatangan di bawahini : Nama
: Muhammad Sirril Wafa
NIM
: 111-12-026
Fakultas
: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakanbahwaskripsi
yang
benarmerupakanhasilkaryasayasendiri, lain.
sayatulisinibenar-
bukanjiplakandarihasilkaryatulis
Pendapatdantemuan
orang
orang lain
yangterdapatdalamskripsiinidikutipataudirujukberdasarkankodeetikilmiah.
Salatiga, 7 September 2016 Penulis
Muhammad Sirril Wafa 111-12-026
v
02772 ÀjW°ÃXTC ¨ X+ØSm|ÚÏ°WDSÁÕ-WcrQ"Wèº×q)]<5×S\FVl¯ XTÄ1ÀIWV»V]E | SÉ ¯I\HÙSÅV8-Q \y§¯¬¨ Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orangorang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan katakata (yang mengandung) keselamatan(Al-Furqon: 63).
vi
PERSEMBAHAN Alhamdulillahirobbil’alamin dengan rahmatdanhidayah Allah SWT skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1.
Ibu dan Bapak atas semua cinta dan kasih sayangnya kepadaku.
2. Keluarga besarku baik yang berasal dari trah Ibu maupun Bapak yang telah memberikan motivasi dan dukungan sampai skripsi ini selesai. 3. Seseorang yang ku sayangi “My”, sahabatku karibku dan teman-teman KKN yang tiada henti-hentinya memotivasi, membantu dan mensuport terhadap penyelesaian skripsi ini. 4. Bapak Ibu guru dan Dosen-dosen saya yang sudah memberikan Ilmu dengan ikhlas sebagai bekal hidup saya. 5. Pembimbing akademik dan pembimbing sekripsi yang dengan penuh tanggung jawab dan tulus ikhlas memberikan bimbingan metodologis dan analisis hingga tersusunnya skripsi ini.
vii
KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi Agung Muhammad Saw yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul“MOTIVASI BERIBADAH DAN PERILAKU SOSIAL JAMAAH IPKA (IKATAN PENSIUNAN KEMENTERIAN AGAMA) SALATIGA 2016”. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1.
Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2.
BapakSuwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
3.
Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
4.
Bapak Imam Mas Arum, M. Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
viii
5.
Bapak H. Agus Suaidi, Lc., M. Ag selaku dosen pembimbing akademik.
6.
Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini. Sekripsi ini merupakan penelitian yang pertama-tama tentang jamaah IPKA Salatiga, dan semoga berguna bagi penulis, jamaah IPKA Salatiga dan semoga, masyarakat Salatiga dan calon peneliti lain yang hendak meneliti IPKA Salatiga. Amin.
Salatiga, 7 September 2016 Penulis
Muhammad Sirril Wafa NIM. 111-12-026
ix
ABSTRAK Wafa, Muhammad Sirril. 2016. “Motivasi beribadah dan perilaku sosial jamaah IPKA Salatiga (Ikatan Pensiunan Kementerian Agama) Salatiga 2016”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum, M. Pd. Kata Kunci: Motivasi Beribadah, Perilaku Sosial, Jamaah IPKA. Latar belakang penelitian ini bertolak pada permasalahan motivasi beribadah dan perilaku sosial pada jamaah IPKA kota Salatiga yang menjadi keutamaan Hablum minallah dan Hablum minnas.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, 1) motivasi beribadah jamaah IPKA Salatiga, 2) perilaku sosial jamaah IPKA Salatiga, 3) faktor pendorong motivasi beribadah jamaah IPKA Salatiga, 4) faktor penghambat motivasi beribadah jamaah IPKA Salatiga, 5) solusi mengatasi faktor penghambat motivasi beribadah jamaah IPKA Salatiga. Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan (field research) dengan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subyek penelitian adalah seluruh jamaah IPKA Salatiga. Temuan penelitian ini adalah penulis mengamati jamaah pengajian lansia IPKA Salatiga dalam kiprahnya mewujudkan peribadatan yang mencakup Hablum minallah dan Hablum minannas. Setelah dianalisis secara mendalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Motivasi beribadah; mengharap ridho Allah dan sebagai ajang silaturrahmi, 2) Perilaku sosial; religius, peduli sosial, dan peduli lingkungan, 3) faktor penghambat dan pendorong motivasi beribadah; meningkatkan amalan ibadah, selalu ingat kematian, mengkaji Al-Qur’an, dan menambah wawasan, 4) solusi mengatasi penghambat motivasi beribadah; semua kegiatan diniatkan untuk beribadah, istirahat yang cukup, dan menyediakan pemateri pengganti.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN BERLOGO ................................................................................. ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING............................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... v MOTTO ........................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii KATAPENGANTAR ...................................................................................... viii ABSTRAK ....................................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Fokus penelitian ............................................................................ 5 C. Tujuan Penelitian........................................................................... 5 D. Penegasan Istilah ........................................................................... 6 E. Kegunaan Penelitian ...................................................................... 7 F. Metode Penelitian .......................................................................... 8 G. Sistematika Penulisan.................................................................... 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 17 A. Motivasi Beribadah dan Perilaku Sosial ........................................ 17 B. Nilai-Nilai Motivasi Beribadah ...................................................... 23
xi
C. Jamaah IPKA Salatiga.................................................................... 26 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN......................... 27 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................. 27 B. Gambaran Informan ...................................................................... 29 C. Temuan Penelitian ......................................................................... 31 BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................ 45 A. Motivasi beribadah pada Jamaah IPKA Kota Salatiga ................. 45 B. Perilaku Sosial Jamaah IPKA Kota Salatiga ................................. 49 C. Faktor-faktor pendorong dan penghambat Motivasi Ibadah Jamaah IPKA Salatiga ................................................................... 56 D. Solusi mengatasi faktor penghambat Motivasi Ibadah Jamaah IPKA Kota Salatiga ....................................................................... 65 BAB V PENUTUP ........................................................................................... 67 A. Kesimpulan.................................................................................... 67 B. Saran .............................................................................................. 68 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 70 LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar SKK 2. Nota Pembimbing Skripsi 3. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian 4. Surat Keterangan Melakukan Penelitian 5. Lembar Konsultasi 6. Instrumen Pengumpulan Data 7. Hasil Wawancara 8. Dokumentasi
xiii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Setiap orang melakukan ibadah karena motivasi-motivasi tertentu yang satu sama lain mungkin berbeda. Seperti yang dikutip oleh al Ghazali dalam Hasan (2000:57) “besok pada akhir zaman orang-orang yang pergi menunaikan haji akan dibagi menjadi empat kelompok”. Pertama, Sabda nabi, yaitu kelompok penguasa atau elit masyarakat yang pergi menunaikan haji karena dorongan untuk melakukan pelesir atau wisata. Kedua, Sabda nabi motivasi orang-orang kaya berangkat haji lebih disebabkan karena tujuan bisnis. Ketiga, kelompok ulama yang berangkat haji dalam mencari popularitas, biar kondang dan punya nilai tambah di mata masyarakat. Keempat, kelompok orang-orang fakir yang berangkat haji karena ingin mencari bantuan, sumbangan atau meringankan beban hidupnya. Pendapat Hasan di atas mengungkapkan, meskipun bentuk ibadah itu satu macam, yakni haji tetapi motivasi orang yang melaksanakannya bisa bermacam-macam. Pada ibadah-ibadah yang lain kemungkinan terjadi perbedaan motivasi pula. Pada hari Jumat, misalnya, orang mengerjakan salat ke masjid jumlahnya terbatas. Akan tetapi, mengapa pada hari raya jumlah jamaah mencapai ratusan ribu bahkan sampai meluber dan tidak tertampung disebuah masjid. Motivasi melaksanakan salat hari raya tidak semata-mata untuk ibadah, tetapi bisa hal yang lain, misalnya, memamerkan pakaian baru,
ϭ
bercengkrama dengan tetangga dan mudik ke kampung halaman.(Hasan, 2000:58) Secara umum motivasi beribadah dalam agama dapat dikelompokan ke dalam dua hal, yakni ibadah karena ikhlas dan karena riya’. Islam berpedoman bahwa ikhlas itulah yang diharapkan oleh agama, semua bentuk ibadah, apakah ibadah adalah aktivitas hati, atau menyangkut aktifitas hati sekaligus ragawi, maupun aktifitas yang berkaitan dengan masalah berdasarkan dorongan suci karena Allah semata.(Hasan, 2000:58) Motivasi inilah yang dimaksud oleh Al-Qur’an al Bayyinah ayat 5 yaitu:
SÉ"ØUÄcXT QQSQ ¡ SÀ-kª ÄcXT XÄ[ÝX=ÄO WÛÏ°G Ä V WÛܦ¡¯ ÙcÉ& TÀiÈØÈXk° Y¯ àTÃpª'Ê W%XT §®¨ °R\-®JjV Ù C À c°j \°VlXT QQS[s 5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.
Perilaku ibadah karena riya’ terjadi perbedaan motivasi, ibadah yang untuk Tuhan pun misalnya salat, zakat, puasa, dan haji juga terjadi tingkattingkat motivasi. Motivasi pertama karena memandang ibadah sebagai suatu kewajiban yang harus dilakukan. Kedua ada kalanya orang melakukan ibadah karena didorong oleh keinginan untuk memperoleh pahala atau imbalan dari Allah Swt. Sedangkan ketiga, motivasi yang lebih tinggi mutunya, yaitu ibadah karena semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah, memperolah ridha Allah, atau ingin agar hubungannya dengan Allah
Ϯ
bertambah dekat. Ketiga motivasi ibadah ini dianggap sebagai ibadah secara ikhlas. Ibadah jenis ini ibarat seorang pemuda yang sedang kasmaran terhadap seorang wanita. Dorongan untuk bertemu bukan karena akan diberi apa-apa atau memperoleh upah, tetapi agar hubungan dengan kekasihnya lebih dekat (Hasan, 2000:59). Menurut Agustian (2001:20) beberapa dekade ini melihat berbagai prinsip hidup yang menghasilkan berbagai tindakan manusia yang begitu beragam. Prinsip hidup yang dianut dan diyakini itu telah menciptakan berbagai tipe pemikiran dengan tujuannya masing-masing. Setiap orang terbentuk sesuai dengan prinsip yang dianutnya. Hasilnya bisa dianggap hebat, mengerikan, bahkan menyedihkan. Paham Peter Drucker dalam Agustian (2001:20) ternyata hanya menghasilkan budak-budak materialis dibidang ekonomi, efisiensi, dan teknologi tetapi hatinya kekeringan dan tidak memiliki ketentraman batin, ada sesuatu yang hilang. Lalu munculah aliran Thaolisme yang mengagungkan ketentraman dan keseimbangan batin, tetapi menghasilkan manusia-manusia yang lari dari tanggung jawab ekonomi. Pemikiran Dale Carnagie dalam Agustian (2001:20) yang sangat mementingkan arti sebuah “penghargaan”, begitu mempengaruhi jutaan orang di dunia dalam bertingkah laku, dan hasilnya adalah mendewakan penghargaan. Hasil pemaparan di atas penulis berpendapat bahwa motivasi beribadah menjadi keutamaan hablum minallahdan hablum minannas setiap individu. Maka dari permasalahan ini penulis mencoba mencari tahu
ϯ
apasajakah yang melatar belakangi motivasi beribadah pada jamaah, dimana mereka termotivasi mengikuti pengajian ini. Jamaah pengajian memang penting di zaman yang modern ini. Selain untuk menimba ilmu agama, pengajian juga diperuntukan untuk mengetahui ajaran agama Islam yang salah dan ajaran yang masih abu-abu. Proses pengajian ini hampir sama dengan pengajian jamaah lain, karena kegiatan dilaksanakan di rumah salah satu jamaah yang minggu sebelumnya telah terpilih melalui undian kertas, pengajian ini dilaksanakan setiap satu bulan sekali dengan pengisi pengajian adalah ustadz yang telah ditentukan dan tidak lupa tema pengajian yang disampaikan, misalnya tema: “keagungan bulan sya’ban (ruwah)”. Di dalam pengajian setiap jamaah mendapatkan satu lembar fotocopy materi dari tema yang akan disampaikan ustadz. Sesama jamaah juga saling akrab satu dengan yang lain, tidak ada keinginan untuk keluar dari jamaah pengajian ini. Semangat pemersatu dan kekeluargaan sangat dijunjung tinggi oleh setiap individu jamaah. Karena ketua jamaahpun menekankan jiwa kebersamaan itu tidak boleh luntur. Pada jamaah pengajian IPKA (Ikatan Pensiunan Kementerian Agama ), pengajian untuk para pensiun. Pengajian diperuntukan untuk saling silaturrahmi antara pensiunan purna tugas. Maka dari itu peneliti akan mengadakan
penelitian
dengan
mengangkat
judul,
“MOTIVASI
BERIBADAH DAN PERILAKU SOSIAL JAMAAH LANSIA IPKA (IKATAN PENSIUNAN KEMENTERIAN AGAMA) SALATIGA 2016” .
ϰ
B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti dapat memfokuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimanakah motivasi beribadah pada jamaah lansia IPKA (Ikatan Pensiunan Kementerian Agama) di Kota Salatiga? 2. Bagaimanakah perilaku sosial pada jamaah lansia IPKA (Ikatan Pensiunan Kementerian Agama) di Kota Salatiga? 3. Apa sajakah faktor pendorong motivasi beribadah pada jamaah lansia IPKA (Ikatan Pensiunan Kementerian Agama) di Kota Salatiga? 4. Apa sajakah faktor penghambat motivasi beribadah pada jamaah lansia IPKA (Ikatan Pensiunan Kementerian Agama) di Kota Salatiga? 5. Bagaimanakah solusi mengatasi faktor-faktor penghambat motivasi beribadah pada jamaah lansia IPKA (Ikatan Pensiunan Kementerian Agama) di Kota Salatiga? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui motivasi beribadah pada jamaah lansia IPKA (Ikatan Pensiunan Kementerian Agama) di Kota Salatiga? 2. Untuk mengetahui perilaku sosial pada jamaah lansia IPKA (Ikatan Pensiunan Kementerian Agama) di Kota Salatiga? 3. Untuk mengetahui faktor pendorong motivasi beribadah pada jamaah lansia IPKA (Ikatan Pensiunan Kementerian Agama) di Kota Salatiga? 4. Untuk mengetahui faktor penghamabat motivasi beribadah pada jamaah lansia IPKA (Ikatan Pensiunan Kementerian Agama) di Kota Salatiga?
ϱ
5. Untuk mengetahui solusi mengatasi fakto-faktor penghambat motivasi beribadah pada jamaah lansia IPKA (Ikatan Pensiunan Kementerian Agama) di Kota Salatiga?
D. Penegasan Istilah Agar tidak ada kesalahpahaman terhadap penafsiran judul, maka penulis perlu adanya penjelasan berkenaan dengan beberapa istilah pokok dalam dalam penelitian ini. 1. Motivasi Ibadah Ibadah dalam terminologi Islam dalam Hasan (2000:1) adalah kepatuhan kepada Tuhan yang didorong oleh rasa kekaguman dan ketakutan. Jadi tahap paling awal ibadah adalah kepatuhan kepada Allah yang didorong rasa kekaguman dan ketakutan.Dalam redaksi lain dapat diartikan “agar mereka melakukan ibadah kepada-Ku”. Jadi Ibadah adalah patuh kepada Allah SWT dengan rasa kagum dan takut, menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Motivasi ibadah adalah dorongan untuk melakukan suatu ibadah. Secara umum motivasi ibadah di dalam agama dapat dikelompokkan dalam dua hal, yakni ibadah karena keikhlasan (karena Allah) dan karena riya’ (hadirnya unsur lain-lain dalam pelaksanaan ibadah). Yang diharapkan oleh agama, semua bentuk ibadah harus berdasarkan dorongan suci karena Allah semata, ikhlas (Hasan, 2000:58). Jadi motivasi ibadah
ϲ
merupakan suatu dorongan untuk melaksanakan ibadah dengan sungguhsungguh ikhlas karena Allah SWT. 2. Perilaku Sosial Menurut
Jalaluddin
Rakhmat
(1992:39)
perilaku
adalah
kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap objek perilaku. Menurut Nashori (2008:84) Perilaku sosial adalah kesadaran individu yang menemukan perbuatan yang nyata terhadap objek sosial atau yang berhubungan dengan pergaulan hidup/lapangan masyarakat.
E. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini dapat dirumuskan menjadi dua, pertama kegunaan teoritik dan kegunaan praktik. 1. Kegunaan Teoritik Penelitian ini diharapkan dapat berguna secara teoritik sekurangkurangnya dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti, masyarakat, khususnya pada jamaah lansia IPKA (Ikatan Pensiunan Kementerian Agama) di Kota Salatiga dalam bidang sosial. 2. Kegunaan Praktik Secara praktik penelitian ini diharapkan dapat membantu menemukan gambaran motivasi hidup pada jamaah IPKA (Ikatan Pensiunan Kementerian Agama) di Kota Salatiga. ϳ
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif , yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar atau fenomena, dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif (J.Moleong, 2004:11). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian fenomenologi, peneliti dalam pandangan fenomenologi berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi-situasi tertentu. Penelitian ini mencoba menjelaskan makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji (J.Moleong, 2004:17). Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Moleong (2008:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
ϴ
2. Kehadiran Penelitian Dalam
pelaksanaan
penelitian,
peneliti
berlaku
sebagai
instrumen utama tanpa mewakilkan kehadirannya pada orang lain. Kehadiran peneliti bertujuan untuk melakukan pengamatan dan wawancara mendalam guna mendapatkan data akurat dari informan yang diperlukan peneliti untuk melengkapi data penelitian. Penelitian dalam hal ini bertindak sebagai instrumen penelitian, yaitu peneliti terjun langsung ke lapangan untuk proses penelitian dan pengumpulan data, adapun karakteristik dalam penelitian ini adalah: Pertama, peneliti menggunakan sistem wawancara tidak berstruktur. Kedua, peneliti mengadakan komunikasi dengan objek, dengan menggunakan bahasa yang sopan santun dan mudah dipahami. Sehingga terjalin suasana yang baik antara peneliti dan informan. Ketiga, peneliti mengumpulkan dan mencatat data secara terperinci berkaitan dengan hal-hal yang barkaitan dengan masalah yang diteliti. 3.
Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di perkumpulan jamaah IPKA Kota Salatiga yaitu di rumah-rumah anggota perkumpulan yang diadakan sebulan sekali disalah satu jamaah yang bertempatan.
4. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan data primer dan data sekunder.
ϵ
a. Data Primer Sumber data primer menurut Arikunto (2010:22) adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya. Data primer dapat diperoleh langsung dari lapangan
yang
dapat
memberikan
gambaran
keadaan,
mengidentifikasi permasalahan, dan menjawab semua pertanyaan dalam penelitian. b. Data Sekunder Sumber data sekunder menurut Arikunto (2010:22) adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, SMS, dan lain-lain), foto-foto, film, rekaman video, dan benda-benda yang dapat memperkaya data primer. Peneliti menggunakan
data
sekunder
ini
untuk
memperkuat
dan
melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara. Data sekunder dapat diperoleh dari buku, jurnal, internet, artikel, majalah atau koran, serta hasil penelitian lainnya. Data primer dapat diperoleh melalui: 1) Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
ϭϬ
(interviewee)
yang
memberikan
jawaban
atas
pertanyaan
(J.Moleong, 2004:186). Wawancara adalah suatu cara menggali data. Hal ini harus dilakukan secara mendalam untuk mendapatkan data yang detail dan valid (Asmani, 2011:122). Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan dengan wawancara terbuka dan terstruktur karena informan atau narasumber mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai dan tahu pula tujuan dari wawancara. Selain itu pada saat wawancara, peneliti sudah menetapkan dan menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang tersusun secara sistematis. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tak berstruktur atau terbuka, yaitu wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
data (J.Moleong,
2004:191).
Wawancara ini
digunakan dalam mencari data dari informan tentang motivasi ibadah dan perilaku sosial pada jamaah lansia IPKA (Ikatan Pensiunan Kementerian Agama) di Kota Salatiga. Serta peneliti juga dapat mengetahui lebih mendalam tentang informan mengenai hal-hal terkait dengan judul, sehingga dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena sesuai dengan yang terjadi. Pengumpulan data pada wawancara dapat dilengkapi dengan catatan lapangan atau observasi.
ϭϭ
2) Catatan Lapangan atau observasi Bogdan dan Biklan dalam J.Moleong (2004:209) catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data, dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Catatan lapangan ini digunakan dalam mencari data tentang motivasi dan perilaku sosial pada jamaah lansia IPKA (Ikatan Pensiunan Kementerian Agama) di
Kota Salatiga
untuk
memperoleh
data
yang
berhubungan dengan gambaran rill dan detail. Observasi
yang
dikutip
Asmani
(2011:23)
adalah
pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Peneliti mengamati dan mencatat gejala yang tampak pada objek penelitian. 3) Dokumentasi Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010:274). Guba dan Lincoln (1981:228) dokumen adalah setiap bahan tertulis atau film. Dokumentasi merupakan materi tertulis yang didasarkan pada catatan dan dokumen-dokumen yang digunakan untuk melengkapi data dalam penelitian. Dokumen-dokumen
ϭϮ
tersebut bisa berupa foto, dokumen mulik informan, dan hasil wawancara yang didapat dari informan. 5. Metode Analisis Analisis data kualitatif (Bogdan dan Biklan, 1982) adalah upaya
yang
dilakukan
mengorganisasikan
data,
dengan
jalan
bekerja
memilah-milahnya,
dengan
data,
mensintesiskannya,
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Analisis data kualitatif prosesnya berjalan sebagai berikut: a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, analisis hendaknya membaca dan mempelajari secara teliti seluruh jenis data yang sudah terkumpul. Data itu diperoleh dari informan ketika melakukan penelitian. b. Mengumpulkan, mengklasifikasikan, memilah-milah sesuai dengan analisis penelitian oleh penulis. c. Berfikir, dengan jalan membuat agar kategori data mempunyai makna, mencari dan menemukan pola. d. Disimpulkan untuk menjawab tujuan penelitian. 6. Pengecekan Keabsahan Data Menurut Moleong (2008:324) ada empat kriteria yang digunakan
yaitu:
kepercayaan
(credibility),
keteralihan
(transferability), ketergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).
ϭϯ
Pada penelitian ini, peneliti memakai kriteria kepercayaan (credibility). Kriteria kepercayaan ini berfungsi untuk melakukan penelaahan data secara akurat agar tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai. Peneliti memperpanjang penelitian dengan melakukan observasi secara terus menerus sampai data yang dibutuhkan cukup. Kemudian peneliti menggunakan teknik triangulasi data yaitu teknik pemerikasaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2008:330). Pada teknik ini peneliti melakukan: a.
Triangulasi teknik yaitu dengan jalan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
b.
Triangulasi sumber yaitu dengan cara membandingkan data hasil wawancara antar narasumber terkait dan membandingkan data hasil dokumentasi antar dokumen.
1. Tahap-Tahap Penelitian Pelaksanaan penelitian terdiri dari empat tahap yaitu: tahap sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, dan tahap penulisan laporan yang ditempuh sebagai berikut: a.
Tahap sebelum ke lapangan Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian paradigma teori, penjajakan alat peneliti, permohonan izin kepada subyek yang diteliti, dan konsultasi fokus penelitian.
ϭϰ
b.
Tahap Pekerjaan Lapangan Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan dengan peran jamaah IPKA dalam pertemuan perkumpulan. Data ini diperoleh dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
c.
Tahap Analisis Data Menurut Miles dan huberman yang dikutip Sugiyono (2011:337) aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. 1)
Mereduksi atau merangkum data, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu.
2)
Penyajian data dalam uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya secara naratif.
3)
Penarikan kesimpulan berupa penemuan baru yang belum pernah ada.
d.
Tahap Penulisan Laporan Tahap ini meliputi kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan, saransaran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna.
ϭϱ
G. Sistematika Penulisan Dalam memahami skripsi ini, maka perlu diketahui urutan-urutan dalam penulisan diantaranya: BAB I PENDAHULUAN, berisi pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian yang meliputi: jenis penelitian, pendekatan penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis dan sistematika penulisan skripsi. BAB II KAJIAN PUSTAKA, berisi tentang kajian teori yang meliputi: pengertian motivasi, pengertian ibadah, pengertian motivasi beribadah, pengertian perilaku, pengertian perilaku sosial, faktor-faktor pendorong dan penghambat motivasi beribadah, dan solusi dalam mengatasi penghambat motivasi beribadah. BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN, berisi tentang paparan data dan temuan penelitian yang menjelaskan tentang: gambaran umum lokasi penelitian, gambaran informasi terdiri dari: sejarah singkat, visi dan misi, data kepengurusan, dan deskripsi hasil temuan penelitian. BAB VI PEMBAHASAN, pembahasan memuat tentang motivasi beribadah dan perilaku sosial jamaah lansia IPKA kota Salatiga, faktor-faktor pendorong dan penghambat motivasi beribadah jamaah IPKA kota Salatiga, dan solusi dalam mengatasi faktor-faktor penghambat motivasi beribadah jamaah IPKA kota Salatiga. BAB V PENUTUP, penutup memuat tentang: kesimpulan dan saran.
ϭϲ
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Motivasi Beribadah dan Perilaku Sosial Segala aktivitas manusia muslim seperti makan, minum, bekerja dan berkarya ada dalam kerangka beribadah, menyembah kepada Allah SWT. Ibadah mencakup kesemestaan akan hidup dan makna hidup sendiri, bahwa aktivitas hidup manusia hanya dan untuk diorientasikan sepenuhnya untuk Tuhan. 1. Motivasi Beribadah Menurut Sardiman (2007:73) Motivasi adalah suatu dorongan untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Sedangkan menurut Donald menyebutkan motivasi sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi adalah daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang telah menjadi aktif. Menurut Islamiyah (2013:15) kata motive memiliki arti “the conscious reason which the individual gives for his behavior” artinya motif atau motivasi adalah alasan secara sadar yang diberikan individu bagi pelakunya. Nico S. Dister mengartikan motivasi adalah penyebab psikologis yang merupakan sumber serta tujuan dari tindakan dan perbuatan seseorang. Jadi motivasi adalah suatu kekuatan yang menjadi sumber serta alasan secara sadar bagi perilaku seseorang.
ϭϳ
Ibadah secara bahasa berarti merendahkan diri serta tunduk, sedangkan menurut syara’ (terminologi) ibadah adalah taat kepada Allah SWT dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya. Motivasi ibadah dalam Hasan (2000:58) adalah dorongan untuk melakukan suatu ibadah. Secara umum motivasi ibadah di dalam agama dapat dikelompokkan dalam dua hal, yakni ibadah karena keikhlasan (karena Allah) dan karena riya’ (hadirnya unsur lain-lain dalam pelaksanaan ibadah). Yang diharapkan oleh agama, semua bentuk ibadah harus berdasarkan dorongan suci karena Allah semata, ikhlas. Motivasi ibadah dalam Islamiyah (2013:15) adalah suatu kekuatan yang menjadi sumber serta alasan bagi seorang mengapa dan untuk apa dia menyakini kebenaran suatu agama dalam beribadah, yang dari keyakinan itu muncul perilaku yang bersifat religius. Adapun motif yang dikemukakan psikolog sebagai penyebab kelakuan beragama, yaitu:Motif intrinsik dan motif ekstrinsik. Pertama, motivasi intrinsik merupakan dorongan yang bersumber dari dalam diri manusia untuk melakukan secara sadar dan sukarela apaapa yang hendak digapai. Motivasi intrinsik ini memiliki potensi membentuk karakter beragama kepada pelakunya adaptatif pada situasi yang melingkupinya baik situasi yang menekan batiniyah maupun situasi yang longgar tanpa memberi tekanan batiniyah kepada pelakunya. Dorongan-dorongan intrinsik sanggup memberi ruang mengatasi frustasi, mengatur dan
ϭϴ
menjaga cacat susila personal dan umum, juga membangun pemikiran, yang selaras dengan nilai-nilai agama. Di samping itu, motvasi intrinsik memberi sumbangsih terhadap upaya-upaya mengeliminasi rasa takut dalam diri seseorang, baik ketakutan yang berobjek (seperti takut terhadap musuh, bencana, kematian, kemiskinan dan lain sejenisnya), dan ketakutan yang tidak berobjek (seperti takut kepada Tuhan, suramnya masa depan, ketidaktahuan antara amal dan kemaksiatan, dan lainlain)(Islamiyah, 2013:15). Motivasi-motivasi intrinsik dalam bidang agama dan peribadatan, meliputi: a. Agama sebagai saran untuk mengatasi frustasi Psikologi mengobservasikan bahwa “keadaan frustasi dapat menimbulkan perilaku keagamaan”. Dalam menjadi aktif dalam perilaku religious setelah mengalami cobaan. Tentu saja perilaku Agama yang dilakukan saat seseorang sedang frustasi hanya akan berfungsi sebagai pembelokan saja dari perasaan frustasi mereka. Ada empat macam frustasi yaitu frustasi karena alam, frustasi sosial, frustasi moral, dan frustasi karena maut(Islamiyah, 2013:16). b. Agama sebagai sarana untuk menjaga kesusilaan dan tata tertib masyarakat. Menggambarkan Agama diabdikan kepada tujuan-tujuan yang bukan religius melainkan bersifat moral dan sosial. Pendidikan Agama
ϭϵ
yang diberikan kepada anak-anak tidak bermotivasikan religius melainkan agar anak-anak menjadi orang yang beriman dan beramal kebaikan, tetapi bermotivasikan moral dan sosial agar anak menjadi orang yang bermoral di tengah-tengah masyarakat (Islamiyah, 2013:17). c. Agama sebagai sarana untuk memuaskan intelek yang ingin tahu. Dalam arti tertentu agama memberikan jawaban atas “kesukaran intelektual kognitif” yaitu oleh keinginan dan kebutuhan manusia akan orientasi dalam kehidupan untuk menempatkan diri secara berarti dan bermakna di tengah-tengah kejadian semesta alam. Bagi mereka yang tidak mengenal Agama, pemikirannya lebih cenderung menganggap kejadian manusia sebagai suatu hal yang biasa dan manusia akan mati secara alami pula (Islamiyah, 2013:19). d. Agama sebagai sarana untuk mengatasi ketakutan. Motivasi ini ada dua macam ketakutan, 1) ketakutan yang berobyek seperti takut pada musuh, takut pada anjing dan lainnya. 2) ketakutan yang tak berobyek, yaitu perasaan takut begitu saja tanpa tahu apa yang ditakutkan. Jenis ketakutan yang kedua ini yang paling penting untuk psikologi agama. Sebetulnya ketakutan yang tak berobyek tersebut secara langsung memang tidak dapat dikatakan sebagai motivasi karena yang dimaksud motivasi adalah dorongan psikologis untuk mengejar suatu keinginan atau kebutuhan yang selalu mempunyai arah. Sedang
ϮϬ
ketakutan justru tidak berarah dan tidak untuk mengejar sesuatu (Islamiyah, 2013:21). Kedua,
motivasi
ekstrinsik
merupakan
dorongan
dan
pengaruh-pengaruh yang berasal dari luar manusia dan memiliki kekuatan mendorong terhadap keinginan dan spirit manusia untuk melakukan ibadah kepada Rabb-Nya. Beberapa bentuk motif yang berasal dari luar dapat berupa: norma atau tata susila dalam kehidupan bermasyarakat; dapat juga berupa motif hukum yang memberi wahana berupa aturan-aturan tentang aturan hidup bermasyarakat; dan dapat pula berupa motif ekonomi yang dapat melatar belakangi semakin maju dan sejahteranya masyarakat; serta motif pemenuhan kebutuhan diluar ekonomi seperti rasa nyaman, damai, selaras dan harmonis. Tersedianya motivasi ekstrinsik pada diri manusia; norma atau tata susila, hukum, ekonomi, dan kebutuhan bahkan keamanan maka menjadi spirit menjalankan ajaran-ajaran agama dan peribadatan memperoleh daya dukung(Islamiyah, 2013:23). Daya dukung terwujudnya ketenangan menjalankan ibadah dipengaruhi beberapa faktor yaitu: 1) Faktor Sosial, faktor ini mencakup seluruh pengaruh sosial dalam perkembangan perilaku keagamaan seperti ajaran-ajaran, orang tua, tradisi, dan opini lingkungan. Faktor sosial adalah salah satu sumber yang terpenting dalam membentuk perilaku agama.
Ϯϭ
2) Faktor Pengalaman, terbagi menjadi tiga macam yaitu pengalaman natural, pengalaman moral, dan pengalaman afektif. 3) Faktor Kebutuhan, beberapa kebutuhan manusia mempengaruhi perilaku religius. Kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan cinta, kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan yang dihasilkan karena adanya kematian yang tidak bisa direlakan. 4) Faktor berfikir, manusia adalah makhluk yang dapat berfikir salah satu dari hasil proses berfikirnya dapat membantu menentukan kepercayaan mana yang dia tolak(Islamiyah, 2013:23-34). Motif, bagaimana dikemukakan oleh Sardiman A.M (2007:24) yang mengatakan bahwa motif diartikan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan, bahwa dapat juga diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal
dari kata
“motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak. Serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang ilmuan dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor luar tetapi motivasi itu tumbuh di dalam diri seseorang.
ϮϮ
2. Perilaku sosial Maio dan Haddock (2009) mendefinisikan perilaku adalah evaluasi menyeluruh terhadap suatu objek berdasarkan informasi kognitif, afektif, dan behavioral. Sedangkan perilaku menurut Eagly & Chaiken (1993) dalam Clayton (2012:3) adalah merupakan penilaian evaluatif multikomponen terhadap suatu objek. Menurut Rakhmat (1992:39) perilaku adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap objek perilaku. Perilaku sosial dalam Nashori (2008:84) adalah kesadaran individu yang menemukan perbuatan yang nyata terhadap objek sosial atau yang berhubungan dengan pergaulan hidup/lapangan masyarakat. B. Nilai-Nilai Motivasi Ibadah Adapun nilai-nilai motivasi ibadah adalah sebagai berikut: 1. Benar dari aspek niatnya, niat atau motivasi berfungsi untuk mengukur atau melakukan apakah suatu pekerjaan itu benar atau tidak. 2. Benar dari aspek pelaksanaan, yaitu bagaimana cara menghasilkan motivasi yang baik sesuai dengan jalan Allah SWT. 3. Dalam Qs. Al Mulk ayat 5 :
©ÛÜ°¼Xk
°L ;%SÄBÃq \IR<Ú \È\BXT \Zj¯_¡\-¯ XkØ5ri XÄ\- =c\w ÕiV VXT §®¨ ¯nm°È ! ] [kWà ×1ÈNP W5ÕiW*ÕÃU XT
Ϯϯ
Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintangbintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala. Bumi yang dimaksud bukan arti bendanya, tetapi lebih pada sumber daya alaminya, kekayaan yang terpendam, maupun aspek-aspek keilmuan yang bisa diperoleh dari hasil penjelajahan atau eksplorasi dari bumi. 4. Kerja keras yang disertai niat ikhlas selain mempunyai nilai ibadah juga akan menghapus dosa-dosa kecil. 5. Ada tujuh aktivitas atau pekerjaan yang pahalanya akan selalu mengalir pada orang yang mengerjakannya meskipun dia sudah berada di Kubur atau setelah meninggal dunia”. 1) orang yang mengajarkan ilmu, 2) orang yang mengalirkan sungai, baik untuk irigasi pertanian atau untuk kepentingan masyarakat sekitarnya, 3) orang yang menggali sumur atau pengadaan air bersih, 4) orang yang menanam kurma atau orang yang menanam buah-buahan, kelestarian lingkungan, obat, makanan sehat dan lainnya yang bermanfaat untuk orang lain, 5) orang yang membangun masjid atau sarana peribadatan, 6) orang yang mewariskan mushaf alQur’an dan juga yang mengajarkannya, 7) orang yang mendidik anak secara baik sehingga saat orang tuanya meninggal dia mendoakannya (Hasan,2000:225). 6. Suatu pekerjaan atau kegiatan yang dijalani harus baik dan halal. Ini sesuai dengan perintah Allah dalam surat Al-Qur’an Al-Mulk ayat 15, yaitu:
Ϯϰ
°O°Ùw®Jq C°% SÉ ÅXT SM©°X=W% r¯Û SÁÙ%VÙ
SWT dan beribadah
kepada-Nya. Nabi Saw bersabda: “sesungguhnya amal-amal perbuatan itu tergantung niat, dan setiap orang akan mendapatkan balasan sesuai dengan apa yang diniatkannya.”(HR Bukhari Muslim) (http://www.sabilulilmi.wordpress.com/) 9. Tidak melalaikan kewajiban kepada Allah. Bekerja dan berorganisasi juga akan bernilai ibadah jika pekerjaan apapun yang kita jalani tidak sampai melalaikan dan melupakan kita dari kewajiban-kewajiban kepada Allah. Sibuk bekerja tidak boleh sampai membuat kita meninggalkan kewajiban, solat misalnya. Ia adalah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim (Haryanto, 2003:6)
Ϯϱ
C. Jamaah IPKA Salatiga Jamaah merupakan wadah bagi umat Islam dalam menjalankan ibadah. Secara etimologi, jamaah berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti berkumpul. Jamaah menurut istilah dapat diartikan sebagai kumpulan sekelompok orang yang hendak melaksanakan ibadah secara bersama-sama yang dipimpin oleh seorang Imam (http://googleweblight.com/?lite_pdf). Jamaah IPKA adalah perkumpulan organisasi Ikatan Pensiunan Kementerian Agamayang dipimpin oleh seorang pemimpin organisasi yang dikelola secara bersama-sama untuk kegiatan beribadah. Tujuan dibentuknya jamaah IPKA Salatiga yaitu untuk menjadikan suatu perkumpulan yang religius bermanfaat dalam mengisi waktu pensiun untuk beribadah, serta menjadi wadah positif bagi jamaah untuk belajar dan saling berbagi ilmu Agama, serta menjalin tali silaturrahim dengan sesama muslim. Jamaah atau organisasi IPKA Salatiga sejak pertamakali didirikan berkiprah dalam bidang kerohanian Islam untuk membina, menuntun, dan beramal nyata membangun kepribadian para pensiunan dan keluarga dekatnya dalam memperkaya atau memperdalam pemahaman Islam yang selaras dengan Al-Qur’an dan Hadits. Jamaah IPKA ini itba atau meniru kepada guru-guru mursyid dan ulama-ulama yang mendahuluinya. Sejak Islam masuk ke Indonseia, para wali songo melaksanakan perintah Allah untuk menjalankan jamaah dalam peribadatan Agama Islam. Raja-raja yang berkuasa pada saat itu, setelah masuk Islam diangkat menjadi Sultan untuk memimpin rakyatnya.
Ϯϲ
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran umum lokasi penelitian 1. Sejarah Singkat Pengajian IPKA(Ikatan Pensiunan Kementerian Agama) Jamaah IPKA (Ikatan Pensiun Kementerian Agama) Salatiga yang merupakan kumpulan pengajian dari pensiunan pegawai negeri, yang dulu bernamakan IPDA (Ikatan Pensiun Departeman Agaman). Perkumpulan pengajian ini berdiri pada tahun 1971 yang dipimpin oleh bapak Bakri, bapak Rusdi dan bapak Handoko di Salatiga. Pengajian jamaah IPKA berdiri
bertujuan
untuk
terjalinnya
kekeluargaan
dari
keluarga
kementerian agama agar tidak pudar, dengan diadakannya organisasi perkumpulan, meskipun pertemuan pengajian IPKA hanya tiga bulan sekali. Tempat pertemuan IPKA adalah dengan sistem anjang sana, yang dahulu dengan diadakannya dana sosial sebesar Rp 3000,- per orang. Dana sosial tersebut digunakan untuk menjamu jamaah pengajian dalam pertemuan, serta untuk fotocopy materi pengajian. Seiring berjalannya waktu sampai sekarang hal tersebut tidak dijalankan, untuk menjamu yang bertempatan ingin bershodaqoh seikhlasnya. Namun dalam pembentukan pengajian IPKA Salatiga ini tidaklah mudah, karena awal terbentuknya IPKA Salatiga masih beranggotakan sedikit, karena yang minat bergabung belum ada keinginan. Setelah banyaknya pensiunan dari kementerian agama yang dulu departemen
Ϯϳ
agama termotivasi untuk mengisi waktu purna tugas dengan mengikuti pengajian IPKA ini. Selanjutnya pensiunan dari kabupaten Semarang dan dari kota Salatiga bergabung menjadi satu perkumpulan pengajian jamaah IPKA Salatiga dan kabupaten Semarang.
2. Visi dan Misi Pengajian IPKA (Ikatan Pensiunan Kementerian Agama) Visi dari pengajian jamaah IPKA Salatiga yaitu: Dakwah dalam bidang keislaman , fiqh, mu’amalah, damai sejahtera. Misi dari pengajian jamaah IPKA Salatiga yaitu: saling silaturrahmi antara purna tugas di bawah kemenag. 3. Data Kepengurusan IPKA (Ikatan Pensiunan Kementerian Agama) Adapun data kepengurusan di jamaah pengajian IPKA kota Salatiga, sebagai berikut: a. Ketua
: Drs. H.M. Syatibi
b. Wakil Ketua
: H. Nasa’i
c. Sekretaris
: H. Rintho Wigoeno R
d. Bendahara
: Hj. Muntariyah Syafi’i
e. Humas
: H. Nur Syahid
Dalam kesempatan kali ini penulis mengadakan wawancara dengan beberapa narasumber yang telah memberikan informasi kepada penulis berkenaan dengan judul penelitian yang diambil. Pada informan tersebut
Ϯϴ
adalah beberapa pengurus IPKA Salatiga dan anggota IPKA Salatiga yang turut andil dalam mensukseskan tujuan IPKA Salatiga. B. Gambaran Informan 1. RN, lahir di kota Salatiga pada 12 Desember 1935, beralamat di Jl. KH Wahid Hasyim RT/RW002/002 Sidorejo lor Salatiga. RN merupakan pengurus IPKA Salatiga yang menjabat sebagai sekretaris. Motivasi beliau ikut pengajian jamaah IPKA kota Salatiga adalah mengisi waktu luang dimasa pensiun beliau, dengan mengumpulkan pengajian-pengajian yang sudah purna tugas. 2. UF, merupakan salah satu anggota pengajian IPKA, lahir di kota Klaten pada 12 Maret 1948, sekarang beralamat di Jurang gunting Salatiga RT/RW 002/005 Ledok Argomulyo. Beliau dulu pernah menjadi guru di MI Kalibening Salatiga, menjadi guru kelas 2. UF ingin selalu memperakrab persaudaraan dan menambah nilai ibadah kepada Allah dengan mengikutin pengajian IPKA dimasa pensiunnya. 3. TW, tinggal di alamat desa Ujung-ujung Salatiga. TW merupakan salah satu anggota pengajian rutin jamaah IPKA yang selalu aktif mengikuti perkumpulan. Dulu TW pernah mengajar di SD N Klumpit. Sehingga beliau memutuskan untuk ikut pengajian jamaah IPKA pada masa pensiunnya, sedangkan saat ini TW mengajak suaminya untuk mengikuti pengajian jamaah IPKA. Beliau termotivasi untuk menambah ilmu dan mendekatkan diri kepada Allah melalui pengajian jamaah IPKA.
Ϯϵ
4. MJ, lahir di Semarang pada 08 Mei 1942, beralamat Krasak ledok Salatiga RT 002\RT 006 Argomulyo. Beliau adalah salah satu pemateri dalam jamaah IPKA dan juga merupakan anggota yang aktif dalan setiap perkumpulan. MJ juga selalu menyampaikan motivasi kepada anggota lain untuk selalu mengikuti pengajian IPKA. 5. NS, lahir di Semarang 1 Oktober 1952, beralamatkan Jl. Argowilis RT 001\ RW 006 Krasak ledok Argomulyo Salatiga. Beliau merupakan pensiunan dari STAIN Salatiga. NS merupakan salah satu pengurus pengajian jamaah IPKA sebagai humas. Para jamaah IPKA diayomi oleh NS untuk selalu mengikuti pengajian, barang siapa ada yang ijin untuk tidak berangkat wajib meminta ijin melalui beliau. 6. MS, yang beralamatkan di Jl. Yudistira Grogol kelurahan Dukuh Salatiga. Beliau merupakan salah satu anggota jamaah pengajian IPKA Salatiga. Beliau mempunyai motivasi beribadah untuk mengikuti pengajian jamaah IPKA karena ingin masuk syurga. Menghimpun dihari tuanya dengan mengikuti jamaah ini. Selain itu MS juga ingin menambah ilmu dan keimanan dengan mengikuti kumpulan ini. 7. TH, yang beralamatkan Jl. Wisnu RT 004 RW 001 Dukuh Krajan Salatiga, beliau juga merupakan anggota dari IPKA Salatiga yang pensiunan dari guru SD N 01 Dukuh Grogol Salatiga, TH selain menjadi guru PAI juga menjadi guru Olahraga. Pada hari tuanya TH ingin menenangkan diri dengan rasa syukur kepada Allah dengan mengikuti pengajian IPKA ini. Salah satu dari anak TH juga bersekolah di IAIN
ϯϬ
Walisongo Semarang, yang sekarang menjadi penghulu di Kudus. TH mempunyai motivasi ingin memperoleh ilmu dunia akhirat dengan bergabung di IPKA. 8. SG, yang beralamatkan Suruh Desa Bonomerto Kabupaten Semarang, merupakan anggota IPKA yang aktif dalam setiap pertemuan. SG pernah menjadi guru di SD Bonomerto 2 Suruh. Sekarang mengikuti IPKA karena ingi bertemu dengan teman-teman di kementerian agama. 9. GZ, yang beralamatkan Tingkir Lor Salatiga. Beliau juga merupakan anggota IPKA Salatiga. Keinginannya untuk menambah ilmu dan saudara membuat GZ selalu berusaha untuk mengikuti pengajian dimanapun tempatnya, walaupun harus sendiri maupun dengan suami. 10. SP, yang beralamatkan di Jl Tegalrejo Permai Argomulyo, Salatiga. Merupakan anggota IPKA yang aktif. SP mengikuti jamaah IPKA karena diajak oleh temannya, setelah SP mengikuti beberapa pengajian ternyata IPKA sesuai dengan dorongan hatinya selamanya. Sehingga sampai saat ini SP selalu rutin mengikuti jamaah dimanapun yang bertempatan. C. Temuan Penelitian 1. Motivasi Beribadah pada Jamaah IPKA Salatiga Hakikat dari motivasi beribadah adalah suatu penyebab seseorang melakukan
perintah
Allah
SWT
melalui
lisan
para
Rasul-Nya.
Penyebabnya adalah rasa semangat, cinta, dan gairah untuk melakukan suatu prasarana peribadahan. Di era sekarang ini sangat diperlukan yang namanya motivasi beribadah, karena banyak sekali orang islam namun
ϯϭ
masih malas dan berleha-leha dalam hal beribadah. Lain halnya pada jamaah IPKA semangat beribadah ini sungguh di perlukan di massa tua mereka, memaknai motivasi beribadah seperti ini diungkapkan oleh MJ. (1) “Setiap kelompok dari individu-individu dapat saling tukar pengalaman, saling mengisinsecara musawarah, saling memberi, sehingga dapat menimbulkan semangat cita-cita untuk beribadah yang lebih sempurna dan benar menurut syariat”.(Wawancara 28 Juli 2016, pukul 08.30 WIB).
Dilanjutkan oleh TW yang menyatakan. (2) “Motivasi ibadah adalah menyembah Allah SWT”(Wawancara 10 Agustus 2016, pukul 14.15 WIB).
Sedangkan menurut UF adalah. (3) “menyembah Allah itu adalah motivasi yang nomer satu dalam hidup, dengan itu bisa buat pesangon kita sehabis mati nanti”(Wawancara 11 Agustus 2016, 15.00).
Dari beberapapenyampaian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi beribadah merupakan hal pokok atau tujuan dari setiap jamaah IPKA yang sangat melekat di hati mereka, karena itulah yang diharapkan oleh agama, semua bentuk ibadah harus berdasarkan dorongan suci karena Allah semata, ikhlas (Hasan, 2000:58). 2. Perilaku Sosial pada Jamaah IPKA Salatiga Perilakusosial yang ada pada jamaah IPKA adalah sebagai tolak ukur bagaimana menghadapi perilaku-perilaku dari tetangga sekitar, masyarakat sekitar, dan lebih lagi kepada keluarga mereka sendiri. Sehingga ada
ϯϮ
beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku sosial pada jamaah IPKA ini supaya berhasil, diantaranya : a. Sopan santun tetangga Para jamaah IPKA kota Salatiga juga menerapkan rukun tetangga dan bahkan saling tolong menolong dalam urusan dunia ataupun urusan agama. Ahmad Mustafa Al-Maragi menambahkan dalam tafsir AlMaragi menafsirkan QS. An-Nisa: 36 sebagai berikut: bahwa tetangga adalah satu macam dari kau kerabat, karena dekatnya tempat. Terkadan, orang lebih cinta kepada tetangga dekatnya dari pada kepada saudaranya seketurunan. Oleh karena itu, hendaknya dua keluarga bertetangga saling tolong-menolong, membina kasih sayang dan kebaikan antar mereka(Al Maragi, 1992:66). b. Menciptakan lingkungan yang bersih, rapi, dan indah Dalam
memaknai
perilaku
sosial
berikutnya
adalah
menciptakan lingkungan sekitar rumah yang bersih, rapi, dan indah untuk orang lain yang numpang lewat di depan rumah para jamaah IPKA Salatiga. Oleh sebab itu, kebersiahan lingkungan diciptakan untuk suasana nyaman bagi diri sendiri dan orang lain. Tentu saja lingkunga yang dalam kondisi bersih serta sehat akan membuat para penghuninya dan para pejalan kaki nyaman, sehingga kesehatan tubuh terjaga dengan baik. Alasan itulah yang
ϯϯ
mengarah pada jamaah IPKA untuk menjaga lingkungan mereka masing-masing. c. Mengayomi keluarga dengan cinta dan kasih sayang Penguatan cinta dan kasih sayang di dalam keluarga merupakan faktor pembangu motivasi sosial di luar rumah, jika di dalam rumah terjalin keharmonisan maka di luar rumah akan ikut harmonis namun jika di dalam rumah saja sudah kacau maka di luar rumahpun akan ikut kacau. Dengan demikian itu menjadi alasan jamaah IPKA untuk selalu mengayomi keluarga terlebih dahulu dari pada hal yang lain. 3. Faktor Penghambat dan Pendorong Motivasi Beribadah pada Jamaah IPKA Salatiga Tak semua yang dilakukan semudah seperti perkiraan rencana untuk melakukan ibadah oleh jamaah IPKA Salatiga yang rata-rata sudah berusia lanjut. Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam melaksanakan ibadah tersebut, diantaranya: a. Faktor internal Faktor internal ini biasanya kecapekan yang dialami jamaah IPKA yang sudah lanjut usia, sebagaiman yang diungkapkan oleh TW. (1) “faktornya adalah apabila badan capek dan kurang sehat, tidak bisa melakukan ibadah sunnah sebanyak hari biasa.(10 Agustus 2016, pukul14.45 WIB). Ditambah oleh UM. (2) “Faktor penghambat dalam beribadah sehari-hari yaitu apabila kondisi badan sedang tidak sehat, karena hal tersebut mengganggu sekali untuk melaksanakan ibadah”(11 Agustus 2016, pukul 15.05 WIB). ϯϰ
TH juga berpendapat tentang faktor penghambat motivasi beribadah: (3) “karena kurangnya mental keagamaan sehingga masih sibuk mengejar kepentingan dunianya”.(27 Agustus 2016, pukul 11.00 WIB) UF, juga berpendapat tentang hal-hal yang menjadi faktor penghambat Pada jamaah IPKA, yakni iklim, dikarenakan tidak seluruh anggota jamaah IPKA memiliki mobil sehingga tatkala musim hujan tiba maka banyak anggota IPKA yang tidak bisa aktif manghadiri pertemuan anjangsana ke rumah teman jamaah yang sedang mendapat jatah ketempatan; terlebih lagi apabila lokasi yang ditempati diwilayah kumpulrejo. Hal demikian itu terasa sangat menghambat dan menjadi penghalang motivasi beribadah jamaah IPKA.
Jelas bahwa kendala yang dia alami oleh jamaah IPKA Salatiga dalam hal internal hampir sama semua,adapun kendala itu ada pada diri individu itu sendiri. MS, dari Grogol Dukuh, Sidomukti, Salatiga juga mendiskripsikan. “Bagaimana seluruh anggota IPKA bisa terdorong aktif mangaji, sementara tiap-tiap akhir bulan kebutuhan finansial para pensiunan sudah habis? Jadi dana juga hal nyata yang ikut menghambat motivasi beribadah pada jamaah. Hanya sekilas 38% jamaah yang dapat dengan tepat membagi penghasilan (pensiunan) sesuai dengan proporsi skala prioritas, dan ternyata dengan minimnya dana, paling kuat menjadi faktor penghambat motivasi ibadah jamaah IPKA Salatiga.(wawancara, 30 Agustus 2016, 16:38)
SG, juga menambahkan tentang faktor penghambat internal yaitu: Pengurus harian kurang gesit atau kurang cekatan menyampaikan informasi-informasi keseluruh jamaah IPKA. Bonomento juga sering tertinggal informasi-informasi aktual dan faktual.
ϯϱ
RN menegaskan, hal yang ikut menghambat: Pertama, kesehatan yang menurun, kedua, banyaknya pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, ketiga, adanya tamu yang datang tidak sesuai waktu mertamu.
MJ menegaskan faktor penghambat motivasi beribadah jamaah IPKA Salatiga adalah: Latar belakang pribadi-pribadi yang berbeda-beda seperti kondisi fisik, umur, ekonomi,pengetahuan, dan kondisi yang mayoritas lanjut usia, kesemua hal tersebut menjadi faktor penghambat motivasi beribadah jamaah IPKA Salatiga. NS menegaskan, faktor penghambat motivasi beribadah yaitu: Satu, ketidakmampuan membagi waktu, dua, tidak optimis dan tiga, kemampuan berkomunikasi rendah. b. Faktor ekternal Untuk faktor eksternal yang menjadi kendala jamaah IPKA, adalah jarak yang jauh untuk pergi mengaji. Seperti yang dikemukakan oleh MJ, bahwa: (1) “Dari latar belakang pribadi-pribadi yang berbeda sehingga kondisi fisik, umur, ekonomi,dan pengetahuan sangat mempengaruhi ibadah. ”(28 Juli 2016).
Dalam hal ini jamaah lain juga mengemukakan faktor penghambat dari motivasi beribadah mereka. Seperti yang dikemukakan oleh TW. (2) Hal-hal yang menghambat motivasi beribadah anggota IPKA Salatiga yaitu kesibukan merawat cucu dan modal berupa pemahaman nilai-nilai ajaran agama yang hanya pas-pasan bahkan sedikit agak rendah bila dibanding pengetahuan yang dipunyai kawan-kawannya, hal ini sering menjadi penghambat eksternal(10 Agustus 2016).
ϯϲ
Dari pengalaman ke dua jamaah di atas jelas bahwa motivasi itu sebenarnya masih dibarengi dengan masalah-masalah yang muncul, namun setelah melakukan wawancara yang mendalam kepada para jamaah jawaban
mereka
akan
faktor
penghambat
ini
bukanlah
apa-apa
dibandingkan dengan motivasi mereka menyembah Allah secara giat dan sempurna di setiap harinya. Selain itu jamaah IPKA juga terjalin perilaku sosial dengan keluarga. Perilaku sosial itu ada tiga yaitu: 1. Perilaku Diri Sendiri Perilaku diri sendiri yaitu mempunyai akhlak terpuji yang diterapkan kepada orang yang lebih tua maupun yang lebih muda, dengan akhlak terpuji maka orang lainpun akan merasa terhormati dan motivasi berbuat baik pun dari orang lain akan muncul. Hal ini telah dicontohkan oleh Rasulullah adalah Rasul yang mempunyai sifat Ustwatun khasanah atau suri tauladan yang baik. Dalam Al-qur’an juga dijelaskan tentang hal tersebut, yaitu Qs. Al Ahzab ayat 21:
W3×SXkÙXT SÄB×mWc WD[ C\-°L ¸RX=_\O ÏQXSÔyÊ ª$SÀyXq r¯Û ×1ÅV WD[ ÕiV §«ª¨
Ayat di atas merupakan contoh perilaku sosial pada diri sendiri dengan menjadi suri tauladan yang baik dalam suatu perkumpulan. Banyak dari golongan jamaah IPKA sudah menerapkan hal ini ϯϳ
dikehidupan sehari-hari, mulai dari merawat cucu, menerima tamu dengan menjamunya, dan menjalankan ibadah sunnah. 2. Perilaku Sosial pada Keluarga Perilaku sosial pada keluarga adalah perilaku yang pertama kali harus dibangun di dalam rumah, mendidik istri, mendidik anak, mendidik cucu dan mendidik keluarga yang lainnya. Hal ini terbentuk dengan jelas ketika besuk anak atau cucu sudah beranjak dewasa barulah akan terlihat perilaku sosialnya dari pendidikan selama ini di dalam keluarga tersebut. Penelitian menunjukkan bahwa jamaah IPKA Salatiga bahwa perilaku sosial di dalam keluarga diajarkan kepada anak dan cucu secara terus menerus, semua perhatian kepada dan cucu banyak diketahui oleh para jamaah baik itu dari ksehatan mental maupun dari kesehatan fisik. Para jamaah IPKA sadar akan pendidikan keluarganya masing-masing sehingga anak cucu mereka menjadi generasi penerus yang berakhlak dan berpendidikan. Dari itulah peneliti memasukkan penemuan ini sebagai salah satu perilaku sosial. Semakin banyaknya keluarga di luar sana yang mengalami banyak kehancuran dari anak dan cucu mereka diakibatkan karena pemberian pendidikan sosial yang salah atau sembarangan oleh ayah atau kakek mereka. Jamaah IPKA tidak mau hal itu terjadi pada keluarga mereka, dengan memberikan pendidikan yang layak jamaah IPKA ingin menjadikan anak keturunnya lebih baik.
ϯϴ
3. Perilaku Sosial pada Lingkungan Perilaku sosial pada lingkungan adalah perilaku yang banyak dipengaruhi
dari
lingkungan
luar.
Perilaku
sebagai
tingkat
kecenderungan yang bersifat positif atau negatif berhubungan dengan objek psikologi. Objek psikologi disinimeliputi, simbol, kata-kata, orang, lembaga dan ide-ide. Penerapan pada jamaah IPKA pada lingkungan adalah ikut berbaur dengan masyarakat, bergotong royong, menjenguk tetangga yang sakit, dan ikut berorganisasi dengan lingkungan sekitar. Penerapan yang sudah dilakukan oleh jamaah IPKA disambut baik oleh masyarakat dan disambut baik pula oleh jamaah yang lainnya. Komunitas jamaah IPKA memiliki beberapa faktor pendorong, diantaranya: a. Meningkatkan Amalan Ibadah Setiap seorang muslim dihadapkan pada sekian banyak amalan yang ingin ia kerjakan semuanya, namun terkadang kesempatan, waktu dan fisik tidak memungkinkannya untuk menuntaskan segala amalan
sholeh
yang
diinginkan.Apalagi
kondisi
sudah
berkeluarga,mempunyai anak, dan mempuyai cucu. Kondisi yang demikian, dipandang perlu agar seorang muslim mengetahui
beberapa
kaidah
dalam
beramal
sholeh
memudahkan dirinya, seperti yang diungkapkan oleh TH.
ϯϵ
untuk
“Meningkatkan amalah-amalan ibadah adalah kewajiban seorang hamba yang nantinya berguna untuk dunia dan akhirat”(Wawancara 27 Agustus 2016, pukul 11.00 WIB).
Pernyataan TH ini menunjukkan bahwa amalan-amalan ibadah haruslah selalu ditingkatkan untuk nanti bekal di kehidupan selanjutnya. Disamping itu, juga tingkatan mengikuti Rasulullah saw dalam beribadah. b. Selalu Ingat Kepada Kematian Semua yang hidup di dunia ini tidaklah selamanya. Akan datang masanya berpisah dengan dunia berikut isinya. Perpisahan itu terjadi saat kematian menjemput, tanpa ada seorang pun yang dapat menghindar darinya. Kematian akan menyapa siapa saja, baik ia orang sholeh atau durhaka, seorang yang turun kemedan perang ataupun yang duduk diam di rumahnya, seorang yang menginginkan negeri akhirat yang kekal ataupun ingin dunia yang fana, seorang yang semangat meraih kebaikan ataupun yang lalai dan malas-malasan. c. Banyak Mengkaji Kajian Al-Qur’an Berdasarkan hasil wawancara dengan SP, mengatakan: Anggota jamaah IPKA tekun membaca dan mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an untuk meningkatkan amal shaleh dan nilai ibadah.
Sedangkan TW berkata: Mengkaji Al-Qur’an dapat mendatangkan hikmah dan ilmu yang selalu bertambah.
ϰϬ
Berdasarkan realitas jamaah IPKA Salatiga sebagian besar hanyalah membaca teks mushaf Al-Qur’an, dan hanya sebagian kecil yang membaca sekaligus mengkaji isi-isi dan kandungan ayat AlQur’an. Akan tetapi baik jamaah yang hanya sebatas membaca saja, maupun
jamaah
yang
membaca
sekaligus
mengkaji
namun
kesemuanya dalam kehidupan sehari-hari tampak bekas-bekas Qur’ani dalam pribadi jamaah IPKA Salatiga. Selanjutnya dalam kehidupan bermasyarakat, anggota jamaah IPKA Salatiga mencerminkan perilaku sosial dan akhlak yang Qur’ani, memandang saudara-saudara dan lingkungan sekitarnya sebagai ladang ibadah. Pembiasaan membaca dan mengkaji Al-Qur’an terkandung secara khusus modal pendidikan yang layak diteladani. Jamaah IPKA Salatiga sebagai umat muslim yang sejati wajiblah memperdalam kajian Al-Qur’an secara sungguh-sungguh dan benar. Perbanyak membaca dan mengkaji kitab Al-Qur’an akan menerangi jalan hidup di dunia, adapun pahala orang yang membaca Al-Qur’an itu berbeda-beda. d. Bersilaturrohmi Silaturrohmi merupakan salah satu cara untuk berhubungan dengan orang lain untuk menciptakan kondisi yang lebih baik dan menciptkan segala keberhasilan yang dilakukan dalam kegiatan sosial. Kebanyakan orang yang melakukan silaturohmi itu akan mendapat
ϰϭ
banyak riski dan memperpanjang umur, sebab mereka selalu berdoa dengan lebih baik. Berdasarkan wawancara, dalam jamaah IPKA Salatiga terangkum pendapat: GZ, mengatakan: Jamaah IPKA Salatiga gemar bersilaturrohmi terutama kepada sesama anggota jamaah, dengan keyakinan akan dapat menambah pertemanan semakin akrab.
UF, menyatakan: Silaturrohmi akan menambah Iman. Realitas dalam jamaah IPKA Salatiga anggota-anggotanya gemar melakukan silaturrohmiyang dapat menambah jalinan keakraban antar sesama anggota jamaah IPKA. Bahkan kebiasaan bagus tersebut dapat menjadi anutan jamaah lain bahkan sangat menginspirasi kaum muda yang masih punya kekuatan fisik untuk bersilatirrohmi. e. Menambah Wawasan Pada setiap pertemuan jamaah IPKA ada kegiatan yang namanya sharing tentang ilmu agama. Sharing ilmu agama ini yaitu berupa tafsir ayat dan membahas tentang hukum Islam. 4. Solusi Mengatasi Faktor-Faktor Penghambat Motivasi Beribadah Pada Jamaah IPKA Salatiga Adapun solusi-solusi yang ditawarkan untuk mengatasi beberapa kendala di atas, menurut UM. ϰϮ
(1) “Untuk mengatasi penghambat dalam motivasi beribadah seperti badan kurang enak yaitu dengan melakukan ibadah dengan perasaan gembira.demikian cara yang paling ampuh agar ibadah tetap terlaksana”(11 Agustus 2016, pukul 15.05 WIB).
Kemudian dilanjutkan menurut MJ adalah: (2) “Kalau setiap dari kita ada yang sakit, capek, atau yang lain maka berniat baik sajalah terhadap kendala itu. Karena setiap niat yang baik itupun sudah merupakan ibadah.”(28 Juli 2016, pukul 08.40 WIB).
Ditambahkan oleh TW. (3) “Kemalasan beribadah itu haruslah dilawan dengan niat yang sungguh-sungguh bahkan tidak boleh malas karena ini perkara ibadah, selain itu kita benar-benar harus meluangkan waktu untuk beribadah itu secara khusus”(10 Agustus 2016, pukul 14.30 WIB).
Kemudian ditambahkan lagi oleh NS. (4) “Mencari itu ya solusi dari masalah yang baru kita hadapi bukannya malah bingung mencari maklum dari orang lain, ya dengan begitu insaallah beribadah jadi lebih khusuk”(19 Agustus 2016, pukul 13.50 WIB).
Dari solusi-solusi yang dinyatakan oleh beberapa pengurus dan anggota jamaah IPKA di atas bahwa setiap individu mengalami masalah yang berbeda untuk menuju beribadah kepada Allah, baik dari masalah yang ada pada diri mereka masing-masing ataupun masalah yang datang menghampiri mereka dari luar. Dari faktor pada diri mereka sendiri solusi yang ditawarkan pun berbeda-beda di antaranya niat yang sungguhsungguh, tidak pernah mengeluh dan selalu semangat, ada pula niat baik itu sudah merupakan sebuah ibadah. Sedangkan faktor dari luar yang menjadi penghambat itu diantaranya merawat cucu, menengok tetangga yang ϰϯ
sedang sakit, badan yang capek, untuk itu solusi yang diberikan adalah meluangkan waktu sebentar, menengok tetangga dan mendoakan biar lekas sembuh dan semangat hati untuk melawan rasa malas pada diri.
ϰϰ
BAB IV PEMBAHASAN A. Motivasi Beribadah Pada Jamaah IPKA Kota Salatiga Motivasi menurut para ahli seperti yang telah disebutkan pada BAB II, telah jalas bahwa motivasi merupakan suatu dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan sesuatu. Motivasi beribadah jamaah IPKA bermacam-macam, seperti pada beberapa informan yang telah diminta melalui wawancara, ada yang mengatakan bahwa motivasi mengharap ridho Allah, ada yang mengatakan sebagai ajang silaturahmi, dan ada pula yang mengatakan motivasi sebagai ajang menambah wawasan. Melalui motivasi seseorang akan mendapatkan semangat yang bermanfaat dan agar seseorang dapat memahami makna hidup selama ini. Selain pada jenjang motivasi yang jamaah IPKA tempuh dalam membentuk ibadah yang sungguh-sungguh, ternyata mereka memiliki perilaku sosial yang diterapkan di masyarakat. Seperti jamaah IPKA juga mempunyai komitmen menghadapi tatanan sosial yang semakin banyak ragamnya, sehingga penguatan solidaritas di lingkungan sekitar semakin kuat. Teori yang dikemukakan oleh Muhammad Tholchah Hasan pada BAB II telah jelas bahwa motivasi adalah suatu dorongan untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Teori-teori tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh jamaah IPKA bahwa motivasi adalah ciri yang pas pada diri setiap orang.
ϰϱ
Teori motivasi yang dikemukakan oleh menurut Donald menyebutkan motivasi sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan sesuai dengan persepsi jamaah IPKA bahwa motivasi beribadah itu harus mempunyai tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT yang tercermin dari akhlak sholeh. Sedangkan teori motivasi menurut Nico S. Dister mengartikan motivasi adalah penyebab psikologis yang merupakan sumber serta tujuan dari tindakan dan perbuatan seseorang juga di benarkan oleh jamaah IPKA. Melalui motivasi ini kondisi psikologis mereka berubah menjadi semangat, menghargai waktu, peduli sosial, peduli lingkungan dan tanggung jawab muncul. Memang secara lahiriyah pengajian jamaah IPKA bertujuan juga untuk khusnul khotimah dengan ditempuh melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya agar diakhir kehidupan meninggal dalam keadaan khusnul khotimah. Motivasi ibadah pada jamaah IPKA sebagian besar adalah ketundukan kepada Allah. Ibadah menurut jamaah IPKA bukan lagi karena paksaan dari luar, melainkan sudah tumbuh dari dalam. Bukan karena takut ancaman atau mengharap imbalan melainkan ingin balas jasa atas segala nikmat karunia Allah kepada dirinya.Juga didorong keyakinan bahwa hikmah dan manfaat ibadah akan kembali kepada diri manusia. Ini sesuai dengan Qs. Al- An’am ayat 162 yaitu:
§ª¯«¨ WÛÜ°+!V \ÈÙ ªD!Xq c¯$\-W%XT \sXkÙV[&XT r¦¾É6XT r¯$Z_ D¯ ×#É
ϰϲ
162. Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Pada tingkat ini jamaah IPKA beribadah tidak lagi untuk balas jasa, apalagi karena tergiur pernak-pernik dunia. Ada kelezatan ibadah yang tiada tara bagi mereka yang memunculkan cinta didada untuk menyembah kepada Sang Maha Segalanya. Kegiatan dalam pengajian IPKA Salatiga yang menjadi motivasi beribadah pada anggota jamaah IPKA, diantaranya: 1. Tahlilan Pada setiap pertemuan pengajian rutin IPKA kegiatan tahlil merupakan kegiatan yang wajib ada disetiap pertemuan. Kegiatan tahlil inilah yang menjadi salah satu kegiatan yang menbuat anggota termotivasi untuk mengikuti setiap pertemuan, karena tahlil adalah lantaran mengirim doa untuk leluhur. Walaupun dari beberapa jamaah ada perbedaan latar belakang, misalnya golongan Muhammadiyah yang tidak mengenal tahlil, namun hal itu tidak menyurutkan niat mereka untuk tetap mengikuti pengajian. 2. Tafsir Ayat Al-qur’an Adalah kegiatan dalam pengajian IPKA yang bertujuan untuk mengetahui makna ayat dalam tema pengajian, dimana penafsiran tersebut adalah penafsiran Ulama terdahulu. Misalnya ayat tentang kembali ke fitroh dalam Qs. Ar Rum ayat 30-31. Inilh salah satu
ϰϳ
contoh tema ayat yang ditafsirkan dalam kegiatan pengajian IPKA Salatiga. Pada sesi penafsiran ayat Al-Qur’an ini pemateri menegaskan isi kandungan secara jelas dan terbuka, sehingga para jamaah yang mendengarkan akan terus paham. Mempelajari kandungan Al-Qur’an (tafsir) adalah suatu hal yang sudah seharusnya dilakukan oleh setiap muslim. Karena dengan mempelajarinya ada banyak kebaikan. 3. Tausiah Tausah merupakan kegiatan inti dari perkumpulan IPKA Salatiga. Juga menjadi kegiatan yang memotivasi jamaah dalam mengikuti setiap perkumpulan, karena tausiah yang diberikan selalu mengena di hati setiap jamaah. Selain tausiah, pematerinya pun juga bisa memberikan motivasi kepada anggota. Kebanyakan anggota berpendapat seperti itu. 4. Anjangsana dan Silaturrahmi Ajangsana dan silaturrahmi dilakukan di rumah-rumah setiap jamaah IPKA Salatiga yang dilakukan secara bergiliran. Hal itu diperuntukkan untuk menambah keakraban antar jamaah, tak lupa ada uang meja dari iuran uang kas untuk tuan rumah. Para jamaah IPKA Salatiga sepakat bahwa dengan silaturrahmi ini dapat mendatangkan rezeki dan memperpanjang umur.
ϰϴ
B. Perilaku Sosial Jamaah IPKA Kota Salatiga Pada perilaku sosial jamaah IPKA Salatiga di lingkungan sekitarnya melahirkan nilai religius, peduli sosial, dan peduli lingkungan. 1. Religius, merupaka perilaku yang patuh dalam melaksanakan perintah agama, toleransi terhadap agama lain dan memaklumi golongan Islam yang lain pula untuk terciptanya hidup rukun. Patuh terhadap perintah Allah SWT inilah yang dilakukan oleh jamaah IPKA Salatiga dengan mengadakan pengajian atau tausiah agama. Perilaku religius yang dipratikkan oleh masing-masing anggota jamaah IPKA memiliki kualitas yang berbeda-beda tetapi menuju kepada muara yang sama yakni terwujudnya modal berorganisasi atau jamaah yang dalam pratik hidup sehari-hari layak menjadi tauladan organisasi lain, termasuk menjadi inspirasi bagi generasi yang lebih. Diantara bentuk atau model perilaku religius yang dipratikkan oleh jamaah IPKA Salatiga meliputi: a. Aktif salat berjamaah lima waktu ke masjid atau mushala terdekat. b. Tadarus Al-Qur’an al karim secara rutin, meskipun hanya mendapat beberapa lembar. c. Terbiasa menunaikan dzikir berupa bacaan tasbih, tahmid, tahlil, dan istighfar terutama sesudah menunaikan salat fardlu. d. Gemar melakukan sedekah finansial maupun material sebagai wujud kepedulian sosial kepada sesama.
ϰϵ
e. Walaupun sudah tua, para jamaah tidak pernah meninggalkan puasa terutama puasa ramadhan bahkan sebagian besar anggota jamaah juga rajin menunaikan ibadah puasa sunnah. f. Anggota jamaah IPKA secara mayoritas mendambakan keluarga, anak cucu dan kesemuanya terpelihara iman dan Islamnya, melalui cara-cara pendidikan yang Islami. g. Dikarenakan mayoritas jamaah IPKA sudah menunaikan ibadah haji maka dalam menjalankan ibadah sehari-hari tampak lebih khusyu’, lebih ikhlas dan lebih menghayati. h. Dalam praktik hidup sehari-hari anggota jamaah IPKA Salatiga tampak hidup damai dan tumakninah sebagai perwujudan perilaku perilaku
yang
menjunjung
tinggi
sebagai
insan
beriman
penyembah Tuhan Yang Maha Esa, dalam tuntunan syari’at yang dibawa oleh Rasul-Nya dan dijalankan dalam praktik berbangsa oleh Ulil amri. Hal-hal tersebut menjadi acuan organisasi atau jamaah lainnya, dan hal-hal tersebut pantas menjadi tuntunan pendidikan yang Islami kepada generasi muda yang diakhir zaman ini sudah mulai terkontaminasi oleh tehnologi, budaya, globalisasi, serta pola pemikiran yang sekular yang cenderung memisahkan urusanurusan agama dengan urusan-urusan duniawi. Perilaku religi diterapkan oleh jamaah IPKA Salatiga tidak berseberangan dengan ajaran agama, bahkan selaras dengan
ϱϬ
tuntunan agama untuk taat kepada Allah, taat kepada Rasul-Nya serta mengikuti tuntunan Ulil Amri diantara mereka; sesuai dengan Qs An-Nisa ayat 59 yaitu:
Ô2 Å =°% ®p×')] r® TÊ XT W$SÀym SÄÈk°»U XT SÄÈk°»U ßSÄ<W%XÄ WÛÏ° SM{iU Wc ¯ WDSÄ=°%ØUÉ" Ø/ÊÅ <Å D¯ ª$SÀymXT rQ¯ ÈPTwjÄmVÙ ÄÔ³[ r¯Û Ø/ÅÊÕÃWsX=V" D¯ VÙ §®²¨ Zc®TÚ V" ÀC_ÕOU XT ¸n×m\\ \°Vl m¦\)[ °4×SXkÙXT 59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benarbenar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Selain itu disebutkan dalam hadits yang berbunyi:
ϡιௌϝϮγέΖόϤγϝΎϗϪϨϋௌϰοέΓήϳήϫϰΑϦϋ ΎϣϪϨϣϮΘΎϓϪΑϢϜΗήϣΎϣϭϩϮΒϨΘΟ Ύϓ ϪϨϋϢϜΘϴϬϧΎϣϝϮϘϳ ϢϬϓϼΘΧϭϢϬϠΎδϣΓήΜϛϢϜϠΒϗϦϣϦϳάϟϚϠϫΎϤϧΈϓϢΘότΘγ έΎΨΒϟϩϭέ ϢϬΎϴΒϧϰϠϋ Dari Abu Hurairoh r.a ia mendengar Rasulullah SAW bersabda: apa yang ku larang bagi kalian hendaklah kalian menghindarinya dan apa yang kuperintahkan kepada kalian maka hendaklah kalian laksanakan semampu kalian. Sesungguhnya kebinasaan orangorang sebelum kalian adalah banyak pertanyaan mereka (yang tidak berguna) dan merekapun banyak menentang nabi-nabi mereka (HR Bukhari) (Riyadhush Shalihin, no:567)
Berdasarkan pada pemaparan tentang salat jamaah, tadarus, berdzikir,
sedekah,
puasa,
dan
sebagainya
penulis
dapat
menyimpulkan dengan dukungan dalil dari ayat Al-Qur’an dan
ϱϭ
hadits Rasulullah bahwa perilaku religi jamaah IPKA Salatiga sudah sesuai dengan syariat Tuhan yang dibawa oleh Rasul-Nya untuk diadikan kebiasaan hidup bahkan pantas dicontoh oleh jamaah-jamaah lainnya terlebih oleh generasi-generasi muda. 2. Peduli sosial, merupakan perilaku yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Kegiatan ini menunjukkan bahwa jamaah IPKA Salatiga juga menjunjung perilaku peduli sosial. Kegiatan ini akan menumbuhkan perilaku tenggang rasa, dan toleransi terhadap sesama. Kegiatan ini tidak hanya mengikuti gotong-royong di desa masing-masing namun juga menjenguk anggota jamaah yang lain ketika sakit dan berangkat haji. Sebagai makhluk sosial yang tidak bisa terlepas dari manusia yang lain maka jamaah IPKA Salatiga selalu memposisikan diri di tengah-tengah masyarakat dengan konsep-konsep dan pedoman organisasi yang tidak memaksakan kepada jamaah yang lainnya. Jamaah IPKA menjaga hubungan pergaulan secara harmonis dan seimbang terhadap jamaah dan masyarakat disekelilingnya sesuai dengan Qs Al-Hujurat ayat 13 yang berbunyi:
#®WVXT >SÄÈÅ ×1 Å R<Ú \È\BXT ³V?5Ê XT m[Vl C°K% ÅR<Ù Q \\ 5¯ à = SM{iU Wc §ª¬¨ ¸nm¯\\ Ï/̯ Wà D¯ ×1ÅV Ù"U \i<°Ã ×ÅW%WmÓU D¯ ßSÉÙqX \ÈW*° 13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ϱϮ
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. Dan kemudian seperti makhluk sosial ia membutuhkan bantuan dari pihak-pihak lain sebagaimana yang termatub dalam Qs Al-Maidah ayat 2 yaitu:
YXT \sÕiRNÚ YXT W3WmSVÙ Wm×M
YXT Xn©\È[ S~ °VÊ% Y SÄ=W%XÄ WÛÏ° SM{iU Wc Vl¯ XT <5XSÕª®qXT ×1®M®Jq C°K% 9ZÕ²VÙ WDSÅÓW*×Wc W3WmSVÙ _0ÙjWÙ WÛÜ°K%XÄ ,YXT \i®Q V Ù ¨CWà ×1ÁTri_ DU $4×SV ÄDWR<[ ×1Å=W%mÙIVf YXT TÀjV¼ÕVÙ Ø/ÅÊÚ Q \O SÈ5XT\ÈV" YXT sXSÙ *XT ¯JnªÙ rQ"Wà SÈ5XT\ÈV"XT TÀiW*ØÈV" DU °4WmSVÙ °iªHÔ\-Ù §«¨ ! ª V °ÈÙ Àic°i[ D¯ SÁ "XT ©DXTÕiÄÈÙXT ª2Ù20_ rQ"Wà 2. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'arsyi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatangbinatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.
Berdasar pada perilaku perilaku dan kebiasaan yang dilakukan jamaah IPKA Salatiga dengan didukung dengan ayat-ayat Al-Qur’an penulis menyimpulkan bahwa jamaah IPKA Salatiga merupakan
ϱϯ
jamaah yang sangat peka sosial dan tanggap terhadap amalan-amalan kebajikkan yang didenarkan menurut tuntunan agama. 3. Peduli lingkungan, merupakan perilaku dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam di sekitarnya, dengan mengupayakan memperbaiki kerusakan yang sudah terjadi. Jamaah IPKA Salatiga sadar akan kebersihan lingkungannya dengan bersihbersih area rumah sehingga tetangga yang lewat dan orang lain merasa nyaman untuk lewat, bahkan jamaah IPKA Salatiga mampu memperhatikan tetangga mereka yang kekurangan dan membutuhkan, kepedulian disadari oleh jamaah IPKA karena hidup ini tidak hanya di dalam kelompok itu sendiri namun masih ada banyak orang-orang diluar sana yang membutuhkan kasih sayang yang cukup. Sebagaiman umat-umat yang lain, jamaah IPKA Salatiga memberi porsi secara proporsional akan keberadaan lingkungan bagi kepentingan umat manusia, dengan tidak merusak tatanan alam yang sudah ada. Jamaah IPKA Salatiga memilih memelihara dan melestarikan agar dapat mendatangkan manfaat kepada manusia. Pada giliran yang lain manusia mengambil manfaat potensi alam untuk kebutuhan hidupnya. Hal demikian selaras dengan Qs Al-‘Araf ayat 56-58 yaitu:
D¯ È\-V»XT ?Ù×S\\ ÈPSÄÃØjXT \I¦UQ Õ¯ \iØÈW ¨º×q)] c¯Û TÀi¦ÙÝÉ" YXT \ZWcJm Ä#¦y×mÄc t° XSÉFXT §®¯¨ WÛÜ°=¦ÔUÀ-Ù |¦°K% ³ cmV _0X+ØSXq
ϱϰ
VW° ÈOR<Ù Ày
\U\y Õ0 VU Vl¯ ³/\O °O°*X+ØSXq Õs\iWc |ÚØÜW /nÕÈ ÀNmÙcÊ8 |^°[k[ °1Wm\-9 ©G#Å C°% °O¯ R<ÕBWmØ\U VÙ XÄ\-Ù °O¯ X=ÙWs5U VÙ 0®Jk% | TÄm[kV" ×1Å \ÈV rW$×S\-Ù ©DÙl¯ ¯ ÈO"É WW5 ÀNÄmÙcVf ½ ®Jk¼ ÁVWÙXT §®°¨ E °0Wc)[ À¯Jn_§È5 \°[k ;i¦W5 Y¯ ÀNÄmÙcVf Y \@È\\ s°XT °O¯PXq §®±¨ WDTÂoÅÕRd 4×SV ° 56. dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. 57. dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, Maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. seperti Itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, Mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. 58. dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.
Dan sabda nabi:
΄ϴϓΎϋέίωέΰϳϭΎγήϏαήϐϳϢϠδϣϦϣΎϣϡιௌϝϮγέϝΎϗ ϯέΎΨΒϟϩϭέ Δϗ ΪλϪΑϪϟϥΎϛϻ·ΔϤϴϬΑϭϥΎδϧ·ϭΪϴρϪϨϣϞϛ Rasulullah SAW bersabda: tidaklah seorang muslim menanam tanaman, kemudian tanaman itu dimakan oleh burung, manusia, ataupun hewan, kecuali baginya dengan tanaman itu adalah shodaqah (HR Bukhari dari Anas)(Riyadhush Shalihin, no:812)
Maksud dari Al-Qur’an dan Hadits di atas adalah tidak membuat kerusakan di bumi yaitu dengan menjaga, merawat, dan lahan secara ϱϱ
maksimal. Perilaku jamaah IPKA Salatiga dalam memperlakukan lingkungan sangatlah besar, suatu cara menanamkan rasa cinta kepada alam dan lingkungan dapat dimulai dari kecil dan dapat dari yang terkecil. Menanamkan rasa cinta kepada lingkungan yang dilakukan jamaah IPKA Salatiga diantaranya: a. Merawat kebersihan badan, pakaian, dan lingkungan. b. Memelihara keseimbangan ekosistem dengan alam. c. Memelihara lingkungan manusia agar mendatangkan kemakmuran dan kesejahteraan. d. Mencoba meningkatkan kualitas kesejahteraan melalui penelitianpenelitian terhadap hewan dan tumbuhan melalui beternak dan bertani maupun berniaga yang sesuai tuntunan syariat. C. Faktor-Faktor Pendorong dan Penghambat Motivasi Ibadah Jamaah IPKA Kota Salatiga Faktor-faktor pendorong motivasi beribadah jamaah IPKA Salatiga banyak sekali, pada usia yang sudah lanjut menjadikan mereka lebih istiqomah dalam hal ibadahnya. Komunitas jamaah IPKA memiliki beberapa faktor pendorong, diantaranya: 1. Meningkatkan Amalan Ibadah Seorang muslim dihadapkan pada sekian banyak amalan yang ingin ia kerjakan semuanya, namun terkadang kesempatan, waktu dan fisik tidak memungkinkannya untuk menuntaskan segala amalan sholeh
ϱϲ
yang diinginkan.Apalagi kondisi sudah berkeluarga,mempunyai anak, dan mempuyai cucu. Kondisi yang demikian, dipandang perlu agar seorang muslim mengetahui
beberapa
kaidah
dalam
beramal
sholeh
untuk
memudahkan dirinya, seperti yang diungkapkan oleh TH. “Meningkatkan amalah-amalan ibadah adalah kewajiban seorang hamba yang nantinya berguna untuk dunia dan akhirat”(Wawancara 27 Agustus 2016, pukul 11.00 WIB).
Pernyataan TH ini menunjukkan bahwa amalan-amalan ibadah haruslah selalu ditingkatkan untuk nanti bekal di kehidupan selanjutnya. Disamping itu, juga tingkatan mengikuti Rasulullah saw dalam beribadah. 2. Selalu Ingat Kepada Kematian Hidup di dunia ini tidaklah selamanya. Akan datang masanya berpisah dengan dunia berikut isinya. Perpisahan itu terjadi saat kematian menjemput, tanpa ada seorang pun yang dapat menghindar darinya. Kematian akan menyapa siapa saja, baik ia orang sholeh atau durhaka, seorang yang turun kemedan perang ataupun yang duduk diam di rumahnya, seorang yang menginginkan negeri akhirat yang kekal ataupun ingin dunia yang fana, seorang yang semangat meraih kebaikan ataupun yang lalai dan malas-malasan. Seperti yang dikatakan oleh UF. “Tidak ada penghambat yang berarti, selalu teringat kematian untuk besuk dapat masuk surga” (11 Agustus 2016, pukul 14.45 WIB). ϱϳ
Pernyataan UF jelas bahwa kepercayaannya akan negeri akhirat sangat-sangat kuat, dengan berharap selalu masuk surga di kehidupan akhirat. Semuanya akan menemui kematian bila telah sampai ajalnya, karena telah disebut dalam Qs. Ar-Rahman ayat 26:
§«¯¨ DVÙ SM×nQ WÆ ÕCW% r#Å 26. semua yang ada di bumi itu akan binasa.
3. Banyak Mengkaji Kajian Al-Qur’an Berdasarkan hasil wawancara dengan SP, mengatakan: Anggota jamaah IPKA tekun membaca dan mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an untuk meningkatkan amal shaleh dan nilai ibadah.
Sedangkan TW berkata: Mengkaji Al-Qur’an dapat mendatangkan hikmah dan ilmu yang selalu bertambah.
Sementara UF mengemukakan : Mengkaji kitab tafsir Al-Qur’an “Al-Ibris” dapat menambah pemahaman kandungan makna Al-Qur’an secara lebih jelas.
Selanjutnya NS berpendapat: Mengkaji Al-Qur’an dapat membuka cakrawala tentang ilmu nahwu, sorof dan ilmu-ilmu makhorijul huruf. (Salatiga, 19 Agustus 2016)
Berdasarkan realitas jamaah IPKA Salatiga sebagian besar hanyalah membaca teks mushaf Al-Qur’an, dan hanya sebagian kecil ϱϴ
yang membaca sekaligus mengkaji isi-isi dan kandungan ayat AlQur’an. Akan tetapi baik jamaah yang hanya sebatas membaca saja, maupun
jamaah
yang
membaca
sekaligus
mengkaji
namun
kesemuanya dalam kehidupan sehari-hari tampak bekas-bekas Qur’ani dalam pribadi jamaah IPKA Salatiga. Selanjutnya dalam kehidupan bermasyarakat, anggota jamaah IPKA Salatiga mencerminkan perilaku sosial dan akhlak yang Qur’ani, memandang saudara-saudara dan lingkungan sekitarnya sebagai ladang ibadah. Pembiasaan membaca dan mengkaji Al-Qur’an terkandung secara khusus modal pendidikan yang layak diteladani. Jamaah IPKA Salatiga sebagai umat muslim yang sejati wajiblah memperdalam kajian Al-Qur’an secara sungguh-sungguh dan benar. Perintah untuk mengkaji Al-Qur’an sudah ada semenjak surat Al-Alaq ayat 1-5 diturunkan kepada nabi Muhammad SAW untuk pertama kalinya, yang berbunyi:
\{XqXT Ú WmÙ §«¨ "Q Wà ÕC°% C ] _60_ WQ \] §ª¨ WQ \] s° \¯PXq ª2Ôy¯ Ú WmÙ §®¨ Ø/V!ØÈWc Ô2V W% C ] _60_ ]2 WÆ §¨ ª2Q V Ù¯ ]2 WÆ s° §¬¨ Ä3WmÙ)] 1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Perbanyak membaca dan mengkaji kitab Al-Qur’an akan menerangi jalan hidup di dunia, adapun pahala orang yang membaca
ϱϵ
Al-Qur’an itu berbeda-beda. Menurut Ali bin Abi Thalib, pahala orang yang membaca Al-Qur’an di dalam salat adalah 50 kebajikan untuk tiap-tiap huruf yang diucapkannya. Pahala orang yang membaca Al-Qur’an di luar salat, tetapi dalam keadaan berwudhu, adalah 25 kebajikan untuk setiap huruf yang dibacanya, dan 10 kebajikan untuk setiap huruf yang dibacanya di luar salat tanpa wudhu. Seperti yang diungkapkan oleh RN. “Menyembah kepada Allah haruslah dengan mengaji, memperkaya amalan-amalan sholeh dengan mengaji, dan mengkaji ilmu penyembahan kepada Allah sebagaimana telah dituntukan oleh Rasulullah” (Wawancara 21 Juli 2016, pukul 13.30 WIB). 4. Bersilaturrohmi Silaturrohmi merupakan salah satu cara untuk berhubungan dengan orang lain untuk menciptakan kondisi yang lebih baik dan menciptkan segala keberhasilan yang dilakukan dalam kegiatan sosial. Kebanyakan orang yang melakukan silaturohmi itu akan mendapat banyak riski dan memperpanjang umur, sebab mereka selalu berdoa dengan lebih baik. Di manapun dapat dilakukan silaturrohmi, di rumah, tempat kerja ataupun di rumah tetangga. Silaturrohmi dapat menyambung riski,
juga
diajarkan
agama
Islam
bahwa
silaturrohmidapat
membendung seluruh dosa yang diperbuat dan dilakukan secara sengaja atau tidak sengaja.
ϲϬ
Setiap orang tentu harus selalu bersilaturrohmi dengan baik kepada sesama. Dengan silaturrohmi merupakan salah satu cara untuk memudahkan hidup ini untuk cepat bahagia dan membentuk keinginan dalam berhubungan sosial. Setiap orang akan membentuk diri supaya lebih akrab dan lebih baik dalam bertindak dan bergotong royong membangun desa agar lebih baik. Seperti yang tertera dalam Qs. An-Nisa: 1, yaitu:
SMØ@°% WQ \\XT Q\i°PXT ÙÝ5 C°K% ÅV Q V] s° Ä1ÅXq SÁ " Ã = SM{iU Wc °O¯ WDSÅXÄ_V" s° SÁ "XT =Ä_¯6XT
Ayat di atas menjelaskan bahwa hubungan silaturrohmi dengan sesama sangat dianjurkan. Begitupun dengan anggota pengajian jamaah IPKA, juga saling menjaga tali silaturrohmi dengan sesama jamaah. Berdasarkan wawancara, dalam jamaah IPKA Salatiga terangkum pendapat: GZ, mengatakan: ϲϭ
Jamaah IPKA Salatiga gemar bersilaturrohmi terutama kepada sesama anggota jamaah, dengan keyakinan akan dapat menambah pertemanan semakin akrab.
TW, berpendapat: Dengan silaturrohmi akan mendapat teman-teman baru dan terbukanya wawasan.
UF, menyatakan: Silaturrohmi akan menambah Iman. SG, berpendapat: Umur akan semakin bermanfaat apabila seseorang rajin dan gemar bersilaturrohmi.
NS, menegaskan: Orang yang gemar bersilaturrohmi akan dikenang bekasbekas kebaikannya juga dikenang nama baiknya sebagaimana para wali yang sudah wafatratusan tahun yang lalu namun masih dikenang oleh generasi berikutnya.
Realitas dalam jamaah IPKA Salatiga anggota-anggotanya gemar melakukan silaturrohmiyang dapat menambah jalinan keakraban antar sesama anggota jamaah IPKA. Bahkan kebiasaan bagus tersebut dapat menjadi anutan jamaah lain bahkan sangat menginspirasi kaum muda yang masih punya kekuatan fisik untuk bersilatirrohmi. 5. Menambah Wawasan Pada setiap pertemuan jamaah IPKA ada kegiatan yang namanya sharing tentang ilmu agama. Kegiatan ini merupakan hal ϲϮ
yang menarik bagi seluruh jamaah. Sharing ilmu agama ini yaitu berupa tafsir ayat dan membahas tentang hukum Islam. Banyak dan hampir seluruh jamaah IPKA senang dengan kegiatan ini karena bagi mereka bisa menambah wawasan agama yang lebih luas. Faktor penghambat dalam melaksanakan ibadah tersebut, diantaranya: a. Faktor internal Faktor internal ini biasanya kecapekan yang dialami jamaah IPKA yang sudah lanjut usia, sebagaiman yang diungkapkan oleh TW. (1) “faktornya adalah apabila badan capek dan kurang sehat, tidak bisa melakukan ibadah sunnah sebanyak hari biasa.(10 Agustus 2016, pukul14.45 WIB). Ditambah oleh UM. (2) “Faktor penghambat dalam beribadah sehari-hari yaitu apabila kondisi badan sedang tidak sehat, karena hal tersebut mengganggu sekali untuk melaksanakan ibadah”(11 Agustus 2016, pukul 15.05 WIB). UF, juga berpendapat tentang hal-hal yang menjadi faktor penghambat Pada jamaah IPKA, yakni iklim, dikarenakan tidak seluruh anggota jamaah IPKA memiliki mobil sehingga tatkala musim hujan tiba maka banyak anggota IPKA yang tidak bisa aktif manghadiri pertemuan anjangsana ke rumah teman jamaah yang sedang mendapat jatah ketempatan; terlebih lagi apabila lokasi yang ditempati diwilayah kumpulrejo. Hal demikian itu terasa sangat menghambat dan menjadi penghalang motivasi beribadah jamaah IPKA.
Jelas bahwa kendala yang dia alami oleh jamaah IPKA Salatiga dalam hal internal hampir sama semua,adapun kendala itu ada pada diri individu itu sendiri. MS, dari Grogol Dukuh, Sidomukti, Salatiga juga mendiskripsikan. ϲϯ
“Bagaimana seluruh anggota IPKA bisa terdorong aktif mangaji, sementara tiap-tiap akhir bulan kebutuhan finansial para pensiunan sudah habis? Jadi dana juga hal nyata yang ikut menghambat motivasi beribadah pada jamaah. Hanya sekilas 38% jamaah yang dapat dengan tepat membagi penghasilan (pensiunan) sesuai dengan proporsi skala prioritas, dan ternyata dengan minimnya dana, paling kuat menjadi faktor penghambat motivasi ibadah jamaah IPKA Salatiga.(wawancara, 30 Agustus 2016, 16:38)
SG, juga menambahkan tentang faktor penghambat internal yaitu: Pengurus harian kurang gesit atau kurang cekatan menyampaikan informasi-informasi keseluruh jamaah IPKA. Bonomento juga sering tertinggal informasi-informasi aktual dan faktual.
RN menegaskan, hal yang ikut menghambat: Pertama, kesehatan yang menurun, kedua, banyaknya pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, ketiga, adanya tamu yang datang tidak sesuai waktu mertamu.
MJ menegaskan faktor penghambat motivasi beribadah jamaah IPKA Salatiga adalah: Latar belakang pribadi-pribadi yang berbeda-beda seperti kondisi fisik, umur, ekonomi,pengetahuan, dan kondisi yang mayoritas lanjut usia, kesemua hal tersebut menjadi faktor penghambat motivasi beribadah jamaah IPKA Salatiga. NS menegaskan, faktor penghambat motivasi beribadah yaitu: Satu, ketidakmampuan membagi waktu, dua, tidak optimis dan tiga, kemampuan berkomunikasi rendah. b. Faktor ekternal Untuk faktor eksternal yang menjadi kendala jamaah IPKA, adalah jarak yang jauh untuk pergi mengaji. Seperti yang dikemukakan oleh MJ, bahwa: ϲϰ
“Dari latar belakang pribadi-pribadi yang berbeda sehingga kondisi fisik, umur, ekonomi,dan pengetahuan sangat mempengaruhi ibadah. ”(28 Juli 2016).
Dalam hal ini jamaah lain juga mengemukakan faktor penghambat dari motivasi beribadah mereka. Seperti yang dikemukakan oleh TW. Hal-hal yang menghambat motivasi beribadah anggota IPKA Salatiga yaitu kesibukan merawat cucu dan modal berupa pemahaman nilai-nilai ajaran agama yang hanya pas-pasan bahkan sedikit agak rendah bila dibanding pengetahuan yang dipunyai kawan-kawannya, hal ini sering menjadi penghambat eksternal(10 Agustus 2016).
D. Solusi Mengatasi Faktor Penghambat Motivasi Ibadah Jamaah IPKA Kota Salatiga Dari faktor-faktor penghambat di atas, pastinya ada solusi-solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasinya, karena setiap masalah yang ada pasti selalu dengan solusi yang diberikan. Alternatif solusi tersebut, diantaranya adalah: 1. Semua kegiatan diniatkan untuk beribadah dan dilakukan dengan senang hati. 2. Istirahat yang cukup bagi jamaah serta menjaga pola makan yang teratur. Bila sakit segera dibawa ke dokter yang bisa mengatasi rasa sakit dibadan. 3.
Untuk mengatasi cuaca yang berubah-ubah dibutuhkan strategi yang tepat ketika berkunjung atau silaturrohmi di rumah jamaah IPKA hendaknya membawa jas hujan atau payung bagi pengendara sepeda motor dan mobil. ϲϱ
4. Menyediakan pemateri pengganti apabila pemateri utama berhalangan untuk hadir. Agar jamaah IPKA tetap termotivasi dan terkondisi.
ϲϲ
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat disimpulkan: 1. Motivasi beribadah jamaah IPKA Salatiga yaitu: mengharap ridho Allah, sebagai ajang silaturrahmi, dan untuk menambah wawasan. 2. Perilaku sosial jamaah IPKA Salatiga di lingkungan sekitar antara lain: a. Religius; Patuh dan taat terhadap perintah Allah SWT dengan diadakannya pengajian agama. b. Peduli sosial;Menjenguk anggota jamaah lain yang sakit dan menjenguk anggota yang akan menunaikan ibadah haji. c. Peduli lingkungan; Mengupayakan memperbaiki kerusakan yang sudah terjadi,seperti kerusakkan moral masyarakat kesenjangan sosial dan lingkungan yang kumuh. 3. Faktor pendorong motivasi beribadah jamaah IPKA Salatiga antara lain: a. Meningkatkan amalan ibadah: seperti salat sunnah, puasa sunnah, sedekah, dan sebagainya. b. Selalu ingat kepada kematian: berziarah kubur dan mengingat leluhur dengan mengamalkan bacaan tahlil. c. Banyak mengkaji kajian Al-Qur’an: bertadarus secara rutin dan mengamalkan kandungan ayat Al-Qur’an.
ϲϳ
d. Bersilaturrohmi antar jamaah dan masyarakat. e. Menambah wawasan:Bertukar fikiran atau sharing tentang ilmu pengetahuan. 4. Untuk solusi mengatasi faktor penghambat motivasi beribadah jamaah IPKA Salatiga adalah: a. Semua kegiatan diniatkan untuk beribadah dan dilakukan dengan senang hati. b. Istirahat yang cukup bagi jamaah serta menjaga pola makan yang teratur. Bila sakit segera dibawa ke dokter yang bisa mengatasi rasa sakit di badan. c. Untuk mengatasi cuaca yang berubah-ubah dibutuhkan strategi yang tepat ketika berkunjung atau silaturrohmi di rumah jamaah IPKA hendaknya membawa jas hujan atau payung bagi pengendara sepeda motor dan mobil. d. Menyediakan
pemateri
pengganti
apabila
pemateri
utama
berhalangan untuk hadir. Agar jamaah IPKA tetap termotivasi dan terkondisi. B. Saran 1. Jamaah IPKA Salatiga hendaknya tetap eksis dan terus beraktivitas dalam bidang sosial dan keagamaan. 2. Lembaga pendidikan agama seperti IAIN Salatiga hendaknya memberikan bantuan berupa bimbingan kepada organisasi atau jamaah yang berkiprah dibidang keagamaan dan pemerintah kota Salatiga
ϲϴ
memberi
dukungan
dan
perlindungan
kepada
jamaah
yang
membangun kedamaian peribadatan seperti IPKA Salatiga ini. 3. Masyarakat hendaknya tetap menghormati anggota jamaah IPKA Salatiga dengan cara memberi peran serta dan tugas-tugas keagamaan yang berlangsung dalam kehidupan bermasyarakat.
ϲϵ
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Ary Ginanjar. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ. Jakarta: Arga. Al Maragi, Ahmad Mustafa. 1992. Tafsir Al Maragi. Semarang: CV. Toha Putra. Al Nawawi, Imam. 2013. Mutiara Riyadhush Shalihin. Bandung: PT Mizan Pustaka. Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktis Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Diva Press. Clayton, Debbie & Jenny Mercer. 2012. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga. Hasan, Muhammad Tholchah. 2000. Dinamika Kehidupan Religius. Jakarta: PT. Listafariska Putra. http://sabilulilmi.wordpress.com/ http://googleweblight.com/?lite_pdf Hariyanto, Sentot. 2003. Terapi Religius Psikologi Shalat. Yogyakarta: Mitra Pustaka. Islamiyah, Djami’atul. 2013. Psikologi Agama. Salatiga: STAIN Salatiga Press. Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nashori, Fuad. 2008. Psikologi Sosial Islami. Bandung: PT. Refika Aditama. Sardiman, Arief. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali pers. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
ϳϬ
ϳϭ
Wawancara di rumah jamaah IPKA
Mengikuti acara IPKA
Logo Jamaah IPKA
Wawancara pertemuan jamaah IPKA
Pertemuan jamaah IPKA di rumah salah satu anggota
Pertemuan jamaah IPKA
Wawancara dipertemuan jamaah IPKA
Menyalami jamaah IPKA
Foto dengan ketua jamaah IPKA
Foto dengan sekretaris jamaak IPKA