MORES: Jurnal Pendidikan (Hukum, Politik, dan Kewarganegaraan), Vol. I, No.2 (Agustus 2014)
PENERAPAN NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM MEMPERTAHANKAN KETAHANAN PANGAN (Studi Etnografi pada Masyarakat Kampung Adat Cireundeu, Kel. Leuwigajah Kec. Cimahi Selatan, Kota Cimahi) Rizka Nurdiani1 ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang masyarakat kampung Cireundeu yang mampu mempertahankan ketahanan pangannya dengan cara mengganti makanan pokok layaknya masyarakat Indonesia, yaitu beras menjadi singkong. Masyarakat kampung Cireundeu juga mampu melestarikan kearifan lokal daerah mereka dengan mempertahankan kebudayaan yang berasal dari nenek moyang mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai nilai-nilai kearifan lokal dalam mempertahankan ketahanan pangan masyarakat kampung adat Cireundeu. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori dari Ayatrohaendi mengenai kearifan lokal sedangkan teori mengenai ketahanan pangan diambil dari Peraturan Pemerintah No. 68 tahun 2002. Metode yang digunakan adalah metode Etnografi kualitatif. Penelitian ini mengungkapkan bahwa bentuk kearifan lokal yang ada dalam masyarakat dapat berupa nilai, norma, kepercayaan, sanksi, dan aturan-aturan khusus, ketahanan pangan yang diperlihatkan warga Cireundeu kerap dijadikan kampung percontohan ketahanan maupun diversifikasi pangan yang berhasil di Jawa Barat, bahkan Indonesia, interaksi sosial yang terjadi antar warga masyarakat Cireundeu berlangsung secara harmonis dengan penataan wilayah yang sangat nyaman, aman, dan damai, masyarakat dan kebudayaan Cireundeu memiliki ciri khas yaitu rasi sebagai makanan pokok dan upacara satu sura. Kesimpulan cara mempertankan pangan kampung adat Cireundeu ini menjadi ciri khas budaya, nilai-nilai budaya yang terkandung didalamnya menjadikan ini sebagai kearifan lokal Kampung Adat Cireundeu. Kata Kunci: Kearifan lokal, Ketahanan pangan, Kampung Adat Cireundeu Kota Cimahi PENDAHULUAN Ketahanan pangan di Indonesia merupakan kebutuhan utama bagi manusia. Di antara kebutuhan yang lainnya, pangan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi agar kelangsungan hidup seseorang dapat terjamin. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang dulu hingga sekarang masih terkenal
dengan mata pencaharian penduduknya sebagia petani atau bercocok tanam. Luas lahan pertanianpun tidak diragukan lagi. Namun, dewasa ini Indonesia justru menghadapi masalah serius dalam situasi pangan dimana yang menjadi kebutuhan pokok semua orang. Pada dasarnya, permasalahan ketahanan pangan di Indonesia sebenarnya tidak perlu menjadi
1 Linda Farida adalah guru PPKN dan alumni Prodi PPKn, Jurusan Pendidikan IPS, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Pasundan, Cimahi.
203
Rizka Nurdiani, Penerapan Nilai-Nilai kearifan Lokal dalam Mempertahankan Ketahanan Pangan (Studi Etnografi pada Masyarakat Kampung Adat Cireundeu, Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Ciamhi)
masalah. Hal ini dikarenakan, Indonesia sebagai negara agraris memiliki lahan yang sangat banyak dan subur, maka seharusnya pangannya terbilang surplus. Namun, yang terjadi adalah ketahanan pangan di Indonesia saat ini menjadi masalah serius Tujuan penelitian ini adalah dalam rangka mencari bahan atau informasi tentang berbagai hal yang berkenaan dengan penerapan nilai-nilai kearifan lokal dalam mempertahankan ketahanan pangan. Sehingga dapat diperoleh suatu gambaran yang dapat dijadikan tolak ukur yang akhirnya bisa menabah berfikir bagi penulis. Serta dapat mengetahui bentuk kearifan lokal sebagai upaya mempertahankan ketahanan pangan masyarakat adat kampung Cireundeu. Dapat mengetahui kehidupan sosial yang terjadi pada masyarakat adat kampung Cireundeu. Dapat mengetahui implementasi kearifan lokal dalam mempertahankan ketahanan pangan masyarakat adat kampung Cireundeu. Dapat mengetahaui penerapan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat adat kampung Cireundeu dalam mempertahankan pangan (http://berita.balihita.com/ desa-cireudeu-akan-jadi-kawasa-panganalternatif.html). Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode etnografi. Metode etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok social (Anonim 2008:135. Etnografi Komunikasi. Bandung: Widya Pajajaran). Peneliti menguji kelompok tersebut dan mempelajari pola perilaku, kebiasaan, dan cara hidup. Etnografi adalah sebuah proses dan hasil dari
sebuah penelitian. Sebagai proses, etnografi melibatkan pengamatan yang cukup panjang terhadap suatu kelompok, dimana dalam pengamatan tersebut peneliti terlibat dalam keseharian hidup responden atau melalui wawancara satu per satu dengan anggota kelompok tersebut. Peneliti mempelajari arti atau makna dari setiap perilaku, bahasa, dan interaksi dalam kelompok. Kajian tentang Masyarakat Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama. Masyarakat bisa berkembang luas, salah satunya menjadi masyarakat adat dan masyarakat tersebut dibagi lagi menjadi beberapa susunan. Lalu setelah itu ada yang disebut komunitas adat. Menurut Siregar, (2002:346) komunitas adat adalah komunitas yang hidup berdasarkan asal usul leluhur, diatas wilayah adat yang memiliki kedaulatan atas tanah dan kekayaan alam, kehidupan sosial yang diatur oleh hukum adat, dan lembaga adat yang mengelola keberlangsungan kehidupan masyarakatnya. Komunitas juga merupakan kelompok sosial budaya yang bersifat lokal dan terpencar serta kurang atau belum terlibat dalam jaringan dan pelayanan, baik sosial ekonomi maupun politik.
Kajian tentang Adat Istiadat Adat Istiadat disebut aneka kelaziman dalam suatu negeri yang mengikuti pasang naik dan pasang surut situasi masyarakat. Adat istiadat semacam ini sangat tergantung pada situasi sosial ekonomi masyarakat.
204
MORES: Jurnal Pendidikan (Hukum, Politik, dan Kewarganegaraan), Vol. I, No.2 (Agustus 2014)
Kajian tentang Kebudayaan Menurut Ayatrohaedi, kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. PEMBAHASAN Bentuk Kearifan Lokal sebagai Upaya Mempertahankan Ketahanan Pangan Masyarakat Kampung Adat Cireundeu Wawancara mendalam yang telah dilakukan dimaksudkan untuk memperlihatkan secara lebih rinci bahwa semua informan dalam penelitian ini secara umum telah sesuai dengan rencana semula penelitian. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap beberapa warga, terungkap bahwa kearifan lokal berupaya mempertahankan ketahanan pangan masyarakat Kampung Adat Cireundeu. Kearifan lokal di Kampung Cireundeu dalam meningkatkan kesejahteraan pangan melalui konsumsi singkong sebagai makanan pokok bermanfaat sebagai contoh dan disosialisasikan di khalayak umum di seluruh wilayah Indonesia. Sehingga harapan dari program ketahanan pangan dapat terwujud. Kampung Adat Cireundeu ini mengajarkan pada kita orang Indonesia tentang nilai-nilai kearifan lokal
melalui filosofis kehidupannya. Mereka mengajarkan kita tentang sifat tidak mau bergantung/selalu mencari alternatif melalui makanan pokoknya. Hal ini dapat dijadikan sebagai contoh yang bisa diimplementasikan di daerah lain sebagai bukti nyata Program Ketahanan Pangan. Kesimpulan dari hasil wawancara kepada informan bahwa masyarakat adat Cireundeu sangat mempertahankan ketahanan pangannya dan melestarikan kearifan lokalnya. Namun disisi lain masyarakat luar yang berpindah wilayah ke Kampung Adat Cireundeu atau bisa disebut pidah rumah masih memakan beras sebagai makanan pokok sehari-hari namun warga Kampung Adat Cireundeu tidak melarang warga tersebut memakan padi dan merubah kepercayaanya dengan mudah. Inilah keunikan dari Kampung Adat Cireundeu bisa hidup sehat, ekonomi terjamin dengan memakan singkong sebagai makanan pokok sehari-hari. Kehidupan Sosial yang Terjadi pada Masyarakat Adat Kampung Cireundeu Masyarakat kampung Cireundeu dari kebiasaan adat yang dimiliki hingga masalah pangan yang secara turun temurun dijalankan oleh masyarakatnya salah satunya masyarakat Cireundeu yang masih mengkonsumsi singkong sebagai makanan pokoknya. Tradisi mengkonsumsi singkong ini terbukti menjadikan masyarakat Cireundeu mandiri dan tidak tergantung pada beras yang menjadi makanan pokok masyarakat Indonesia. Disinilah sisi dari modal sosial masyarakat Cireundeu sangatlah terlihat dimana seperti yang kita lihat sekarang. Keterbataan dan kelangkaan pasokan beras
205
Rizka Nurdiani, Penerapan Nilai-Nilai kearifan Lokal dalam Mempertahankan Ketahanan Pangan (Studi Etnografi pada Masyarakat Kampung Adat Cireundeu, Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Ciamhi)
di Indonesia menjadi permasalahan besar yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia, tidak akan berpengaruh pada keidupan masyarakat Cireundeu. Berdasarkan hasil wawancara, dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat interaksi sosial yang terjadi antar warga masyarakat Cireundeu berlangsung secara harmonis dengan penataan wilayah yang sangat nyaman, aman, dan damai. Mereka saling memperhatikan satu sama lain khususnya dalam masalah kesejahteraan, sehingga masyarakat Cireundeu tidak pernah ada yang mengalami kelaparan. Disamping mereka memiliki solidaritas yang tinggi, saling tolong menolong terhadap sesama, mereka juga memiliki lahan garapan masing-masing yang ditanami singkong sebagai makanan pokok mereka. Sistem gotong royong masih dibina dengan berlandaskan toleransi antar umat beragama sehingga tidak terjadi konflik antar masyarakat. Implementasi Kearifan Lokal dalam Menjaga Ketahanan Pangan Masyarakat Adat Kampung Cireundeu Melalui proses wawancara, terungkap beberapa mengenai bentuk kearifan lokal akan menghasilkan suatu bentuk implementasi dalam menjaga kesejahteraan pangan dan cara masyarakat kampung Cireundeu memperthanakan pangan. Kesimpulan dari hasil wawancara menyimpulkan hasil kearifan lokal dalam menjaga ketahanan pangan di kampung Cireundeu cukup baik dikarenakan kampung ini selalau menjaga ketahanan pangan dan melestarikan kearifan lokalnya sekalipun masyarakat Cireundeu ini berada
diluar wilayahnya akan tetap memakan Rasi sebagai makanan pokok sehari-hari. Nilai-Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Adat Kampung Cireundeu dalam Mempertahankan Ketahanan Pangan Ketahanan pangan yang diperlihatkan warga Cireundeu menarik perhatian pemerintah, baik pusat maupun daerah. Kampung adat Cireundeu kerap dijadikan kampung percontohan ketahanan maupun diversifikasi pangan yang berhasil di Jawa Barat, bahkan Indonesia. Respon pemerintah terhadap tradisi masyarakat Cireundeu ini dapat dilihat sebagai suatu bentuk apresiasi pemerintah pada keberhasilan warga Cireundeu dalam menjaga ketahanan pangannya dengan berlandaskan kearifan lokal. Namun disisi lain, sikap pemerintah selaku pemegang otoritas tertinggi di republik ini kontradiktif bila meninjau kebijakan diskriminatif yang memasung kebebasan masyarakat Cireundeu untuk beragama dan berkeyakinan masih terus dipertahankan hingga era reformasi kini. Terlihat ironis pula bila kita melihat kebijakan pangan pemerintahan saat ini yang masih menghamba pada produk impor, tanpa keseriusan membenahi sektor pertanian negeri ini demi terwujudnya kedaulatan pangan. Sudah selayaknya kita belajar dari mereka yang telah teruji melewati dinamika sejarah tanpa mengabaikan hak-hak mereka guna menyonsong masa depan yang lebih baik, masa depan yang berdaulat. Kesimpulan yang sudah dipaparkan diatas menurut saya Menurut cara mempertahankan pangan di kampung
206
MORES: Jurnal Pendidikan (Hukum, Politik, dan Kewarganegaraan), Vol. I, No.2 (Agustus 2014)
cireundeu sangat bagus masyarakat kampung cireundeu mematuhi peraturan yang ada di kampung Cireundeu tidak berani untuk memakan beras dari padi hanya mengkonsumsi beras singkong saja sebagai makanan pokoknya nasi Rasi itu karena pernah terjadi gagal panen dan warga kampung cireundeu tidak perlu bantuan beras raskin dari pemerintah yang sekarang sedang maraknya warga Indonesia berebutan mencari beras raskin. Jika ada salah satu warga Cireundeu yang melangar aturan misalnya memakan nasi atau memakan ketan-ketan hukumnya dosa seperti orang islam yang melakukan sholat tetapi oranmg islam dihukumnya pada saat diakhirat sedangkan warga Cireundeu yang melangar akan langsung dikenakan sanksi atau mendapat hukuman sesuai yang sudah ditentukan oleh masyarakat kampung Cireundeu. Pembahasan Hasil Penelitian Bentuk Kearifan Lokal sebagai Upaya Mempertahankan Ketahanan Pangan Masyarakat Kampung Adat Cireundeu Hampir setiap bulannya masyarakat Cireundeu menghasilkan singkong. Singkong-singkong tersebut sebagian dipergunakan untuk makanan sehari-hari dan sebagian lagi dipergunakan untuk dijual, baik berupa mentahnya maupun dalam bentuk olahan seperti kue-kue dan makanan lainnya. Jika dilihat dari segi kesehatan, kandungan protein di dalam singkong tidak kalah dengan beras. Singkong dapat menjadikan daya tubuh yang kuat dapat menahan lapar lebih lama dibandingkan dengan beras. Kandungan protein yang lebih kuat menyebabkan
ketahanan tubuh semakin kuat, itu sebabnya masyarkat adat Cireundeu dapat tahan sampai satu kali dalam sehari makan dan juga singkong dapat mengurangi penyakit diabetes. Kampung Adat Cireundeu ini mengajarkan pada kita orang Indonesia tentang nilai-nilai kearifan lokal melalui filosofis kehidupannya. Kearifan lokal di kampung Cireundeu dalam meningkatkan kesejahteraan pangan melalui konsumsi singkong sebagai makanan pokok bermanfaat sebagai contoh dan disosialisasikan di khalayak umum di seluruh wilayah Indonesia, sehingga harapan dari program ketahanan pangan dapat terwujud. Nilai-nilai kearifan lokal kiranya dapat dimanfaatkan sebagai nilai kehidupan masa sekarang dan masa yang akan datang. Ayat-ayat kearifan hidup menjadi nilai untuk direvitalisasi. Kearifan lokal di Kampung Adat Cireundeu sangat kental dengan kearifan lokalnya dan cara mempertahankan ketahanan pangannya terbukti hingga saat ini Kampung Adat Cireundeu membuktikan akan sebuah jati diri kampung adatnya, ini terbukti dengan masih dilakukan adat leluhurnya dan melestarikan tanpa merubah kehidupan di Kampung Adat Cireundeu dari zaman nenk moyang hingga saat ini (http://www.mailachive.com/urangsunda@yahoogrups. com/msg79440.html.). Kehidupan Sosial yang Terjadi pada Masyarakat Adat Kampung Cireundeu Berdasarkan analisis penelitian mengenai kehidupan sosial masyarakat Cireundeu, pengendalian sosial dapat dilakukan oleh individu terhadap individu lainya. Mereka tetap percaya terhadap nilainilai yang sudah ada sejak dulu oleh para
207
Rizka Nurdiani, Penerapan Nilai-Nilai kearifan Lokal dalam Mempertahankan Ketahanan Pangan (Studi Etnografi pada Masyarakat Kampung Adat Cireundeu, Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Ciamhi)
nenek moyangnya atau mungkin dilakukan oleh individu terhadap suatu kelompok sosial (misalnya para pendahulu kampung Cireundeu yang memilah-milah makanan yang cocok untuk di konsumsi anak cucunya sampai sekarang di tentukanlah makanan tersebut yaitu singkong sebagai pengganti nasi). Itu semuanya merupakan proses pengendalian sosial yang dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari, walau sering kali manusia tidak menyadari. Adapun Interaksi sosial yang terjadi antar warga masyarakat Cireundeu berlangsung secara harmonis dengan penataan wilayah yang sangat nyaman, aman dan damai. Mereka saling memperhatikan satu sama lain khususnya dalam masalah kesejahteraan. Sehingga masyarakat Cireundeu tidak pernah ada yang mengalami kelaparan. Perubahan sosial yang terjadi di kampung Cireundeu dari tahun 1918 hingga saat ini, dulu penduduk di kampung Cireundeu masih relatif sedikit dan lahan pun masih luas, penduduk Cireundeu dulu pernah mencoba menanam padi, namun lahan disana tidak cocok untuk ditanami padi, lebih cocok untuk ditanami singkong. Dapat disimpulkan bahwa meskipun kampung Cireundeu dinobatkan sebagai salah satu kampung adat yang ada di Jawa Barat, tetapi mereka tidak pernah menutup diri dari perkembangan teknologi. Bisa dibilang kampung Cireundeu adalah kampung adat yang fleksibel (Ekorisanto, 2009) Implementasi Kearifan Lokal dalam Menjaga Ketahanan Pangan Masyarakat Adat Kampung Cireundeu Dari hasil analisis secara keseluruhan yang telah dikemukakan, peneliti
menyadari bahwa pentingnya keberadaan kebudayaan dalam suatu daerah karena kebudayaan merupakan fakta kompleks yang selain memiliki kekhasan pada batas tertentu juga memiliki ciri yang bersifat universal dan menyangkut semua aspek kehidupan manusia yang disampaikan melalui suatu media ataupun interaksi, tetapi dewasa ini terdapat kecenderungan memudarnya nilai-nilai budaya pada setiap segi kehidupan masyarakat khususnya budaya sunda dalam masyarakat Kampung Adat Cireundeu. Perubahan tersebut wajar terjadi mengingat kebudayaan tidaklah bersifat statis, bahkan selalu berubah tanpa adanya gangguan yang disebabkan oleh masuknya unsur budaya asing sekalipun, suatu kebudayaan akan berubah dengan berlalunya waktu. Salah satu upaya untuk mengurangi atau mengatasi dampak negatif dari perubahan sosial-budaya adalah dengan cara menggali, mengkaji, membina, dan mengembangkan kembali nilai-nilai luhur kebudayaan. Masyarakat adat Cireundeu sangat menjujung tinggi rasa hormat kepada leluhurnya, ini terbukti kebiasaan di Kampung Adat Cireundeu tidak berubah, warga Cireundeu masih mengkomsumsi rasi sebagai makanan pokok sehari- hari dan masih menjalankan ritual satu sura. Keyakinan menurut masyarakat Kampung Adat Cireundeu adalah sesuatu yang sakral tidak boleh dirubah. Kepercayaan yang mereka anut harus sesuai dengan ajaran para leluhurnya, harus ada keseimbangan antara manusia dan yang menciptakan, dan seandainya diputar maka keseimbangan tersebut akan berbentuk bulat yang disimbolkan dengan bumi sehingga menandakan
208
MORES: Jurnal Pendidikan (Hukum, Politik, dan Kewarganegaraan), Vol. I, No.2 (Agustus 2014)
bahwa manusia harus melestarikan bumi. Berdasarkan pembahasan yang diatas telah dipaparkan kebiasaan masyarakat adat Cireundeu dapat disimpulkan bahwa masyarakat Kampung Adat Cireundeu sangant menjunjung tinggi petuah yang diajarkan oleh ajaran Pangeran Madrais yang mengajarkan untuk mengalihkan makanan pokok beras ke singkong dan menjaga kelestarian kearifan lokal di Kampung Adat Cireundeu.
Nilai-nilai Kearifan Lokal dalam Menjaga Ketahanan Pangan Masyarakat Adat Kampung Cireundeu Dilihat dari hasil analisis yang dilakukan mengenai stratifikasi sosial, ternyata di kampung Cireundeu tersebut tidak ditemukannya stratifikasi sosial. Sumber tersebut menyatakan bahwa tidak ada sistem stratifikasi sosial. Dia menyatakan bahwa disana semua masyarakat dianggap sama, terbukti bahwa di tempat bale– balenya pun atau semacam aula yang ada di kampung tersebut, tempat para warga berkumpul, tidak memakai kursi, tetapi hanya memakai alas saja, semacam karpet atau tikar, itu dikarenakan semua orang disana dianggap sama, tidak ada perbedaan. Jadi disana tidak terjadi persaingan yan menunjukan kekayaan, pofesi, dan kedudukan. Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan. Penghargaan yang lebih tinggi terhadap hal-hal tertentu, akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dan hal lainnya. Berdasarkan yang sudah
dijelaskan diatas kampung Cireundeu kental dengan kearifan lokalnya dan kearifan lokal tersebut harus dijaga dan dilestarikan dan ajaran agama sunda wiwitan yang diyakini oleh Kampung Adat Cireundeu yang harus dipertahankan oleh kampung Cireundeu. Kesimpulan Ketahanan pangan yang diperlihatkan warga Cireundeu menarik perhatian pemerintah, baik pusat maupun daerah. Kampung adat Cireundeu kerap dijadikan kampung percontohan ketahanan maupun diversifikasi pangan yang berhasil di Jawa Barat, bahkan Indonesia. Respon pemerintah terhadap tradisi masyarakat Cireundeu ini dapat dilihat sebagai suatu bentuk apresiasi pemerintah pada keberhasilan warga Cireundeu dalam menjaga ketahanan pangannya dengan berlandaskan kearifan lokal. Kebiasaan makan rasi pada masyarakat Cireundeu di latar belakangi oleh adat budaya leluhur yang berdasarkan keyakinan akan sebuah ajaran yang diajarkan oleh panmgeran Madrais dari Cigugur Kuningan yang mengajarkan untuk beralih kesingkong. Upacara yang dilakukan upacara besar keagamaan adalah upacara satu sura, upacara ini merupakan wujud ucapan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa atas segala nikmat yang telah diberikan selama ini. Upacara tersebut diadakan setahun dua kali yang itu bpada tanggal satu Sura dalam tahun 2012 bertembatan pada tanggal 8 Desember 10 Muharam kedua ciri khas tersebut membuktikan bahwa masyarakat adat Cireundeu saat tunduk dan patuh terhadap aturan yang berlaku di msyarakat.Bentuk Kearifan
209
Rizka Nurdiani, Penerapan Nilai-Nilai kearifan Lokal dalam Mempertahankan Ketahanan Pangan (Studi Etnografi pada Masyarakat Kampung Adat Cireundeu, Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Ciamhi)
lokal di Kampung Cireundeu dalam meningkatkan kesejahteraan pangan melalui konsumsi singkong sebagai makanan pokok bermanfaat sebagai contoh dan disosialisasikan dikhalayak umum di seluruh wilayah Indonesia. Bentuk Kearifan lokal di kampung Cireundeu dalam meningkatkan kesejahteraan pangan melalui konsumsi singkong sebagai makanan pokok bermanfaat sebagai contoh dan disosialisasikan di khalayak umum di seluruh wilayah Indonesia. Kehidupan sosial yang terjadi di Kampung Cirendeu terutama bertujuan untuk mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan-perubahan dalam masyarakatnya. Suatu sistem pengendalian sosial bertujuan untuk mencapai keadaan damai melalui keserasian antara kepastian dengan keadilan /keseimbangan. Masyarakat dan kebudayaan Cireundeu memiliki ciri khas yaitu rasi sebagai makanan pokok dan upacara satu sura. Nilai-nilai pendidikan kewarganegaraan masuk kedalam penerapan kebiasaan-kebiasaan masyarakat adat Cireundeu. Dengan adanya kebiasaan dan kebudayaan serta kearifan lokal, maka sifat gotong royong, sopan satun, dan kerjasama itu terlihat dengan jelas di kampung adat Cireundeu. Pengaruh tradisi atau kebiasaan tersebut berpengaruh yang sangat besar sehingga dapat menjadi warga Negara yang cerdas dalam berfikir dan cerdar berprilaku. Implementasi Ketahanan pangan yang diperlihatkan warga Cireundeu menarik perhatian pemerintah, baik pusat maupun daerah. Kampung adat Cireundeu kerap dijadikan kampung percontohan ketahanan maupun diversifikasi pangan yang berhasil
di Jawa Barat, bahkan Indonesia. Respon pemerintah terhadap tradisi masyarakat Cireundeu ini dapat dilihat sebagai suatu bentuk apresiasi pemerintah pada keberhasilan warga Cireundeu dalam menjaga ketahanan pangannya dengan berlandaskan kearifan lokal. Nilai Kearifan lokal di kampung Cireundeu dalam meningkatkan kesejahteraan pangan melalui konsumsi singkong sebagai makanan pokok bermanfaat sebagai contoh dan disosialisasikan di khalayak umum di seluruh wilayah Indonesia. Sehingga harapan dari program ketahanan pangan dapat terwujud. Bentuk kearifan lokal yang ada dalam masyarakat dapat berupa: nilai, norma, kepercayaan, sanksi, dan aturanaturan khusus. Bentuk kearifan lokal akan menghasilkan suatu bentuk implementasi dalam menjaga kesejahteraan pangan. Kearifan lokal ini akan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal dalam proses pelaksanaannya. Ada beberapa saran yang diuraikan penulis sebagai berikut:
akan
1. Aparat pemerintah dapat memperhatikan warga masyarakat adat khususnya dalam mengembangkan budaya adat sehingga masyarakat luas dapat mengetahui adanya suatu kebudayaan ditengah-tengah masyarakat dan memberikan ruang gerak untuk masyarakat dalam melakukan sebuah tradisi kebudayaan. 2. Para Tokoh Cireundeu lebih mempertahankan pangan dan menjaga kearifan lokal yang sudah diturunkan oleh nenek moyang dan bisa dirasakan oleh anak, cucu, buyut secara turun temurun.
210
MORES: Jurnal Pendidikan (Hukum, Politik, dan Kewarganegaraan), Vol. I, No.2 (Agustus 2014)
3. Kepada masyarakat adat kampung Cireundeu dapat terus menjaga kelestarian adat sampai kepada keturunan-keturunanya jangan sampai kebudayaan adat hanya sebatas cerita sepupuh, perlu adanya kemauan dari masyarakat untuk mengembangkan budaya dan pertahankan ketahan pangan supaya menjadi ciri khas. 4. Kepada para pengunjung supaya tidak hanya melihat tetapi mempelajari kebudayaan adat Cireundeu. Dengan mempelajari kebudayaan tersebut maka ikut serta dalam pelestaraian kearifan lokal. 5. Bagi yang akan penelitian di wilayah kampung adat Cireundeu harus lebih dalam meneliti dikampung Cireundeu karena banyak keunikan dikampung ini. REFERENSI Alwasilah, A.C. 2008. Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya Ayatrohaedi. Edt. 1986. Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius). Jakarta, Pustaka Jaya. Anonim 2008. Etnografi Komunikasi. Bandung: Widya Pajajaran. Bungin, Burhan.(2008). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: RajaGrafindo Ekadjati, E. (2009). Kebudayaan Sunda: Suatu Pendekatan Sejarah. Jakarta: Pustaka Jaya Geertz, C. (1973). The Interpretation of Cultures: Selected essay, New Yorl: Basic Books. Koentjaraningrat, (1990) Sejarah Teori Antropologi, Jilid 2, Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi, Jilid 1, Jakarta: Univesitas Indonesia Press. Koentjaraningrat. 1981. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta . Koentjaraningrat. 2004. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan Levi-Strauss, C. 1963. Structural Anthropology. New York: Rinehart. Muhsin, M. Penyebaran Islam di Jawa Barat. Tersedia [online] : http:// pustaka.unpad.ac.id/archives/110783/ [ 30 Oktober 2012]. Pelly, U dan Asih Menanti. (1994). Teori-Teori Sosial Budaya. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi – Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Siregar, B. 2002. Kembali ke Akar: Kembali ke Konsep Otonomi Masyarakat Asli. Forum Pengembangan Partisipasi Masyarakat. Jakarta Siregar, B. 2009. Desa Cireudeu akan menjadi kawasan alternative (Online). http://berita.balihita.com/desacireudeu-akan-jadi-kawasa-panganalternatif.html. Siregar, B. 2009. Sunda Wiwitan versi Cireundeu Cimahi. (Online) http://www.mail-achive. com/
[email protected]/ msg79440.html. Siregar, B. 2009. Keunikan kampung adat Cireundeu Cimahi. (Online) tersedia: http://ekorisanto.blogspot. com/2009/07keunikan-kampungadat-cireudeu-cimahi_19.html. Tn. 2011. Kebangkitan Lokal Menjawab Tantangan Globalisasi :Revitalisasi Nilai-Nilai Budaya Sunda Bagi Penciptaan Local Good Governance Di
211
Rizka Nurdiani, Penerapan Nilai-Nilai kearifan Lokal dalam Mempertahankan Ketahanan Pangan (Studi Etnografi pada Masyarakat Kampung Adat Cireundeu, Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Ciamhi)
Jawa Barat. [Online]. Tersedia: http:// ebookbrowse.com/gdoc.php?id=14623 6920&url=ed54d7c38a9f9806b37bcb7 1a0d33f8d. [28 Oktober 2012]. Tn. 2011. Kebangkitan Lokal Menjawab Tantangan Globalisasi :Revitalisasi Nilai-Nilai Budaya Sunda Bagi Penciptaan Local Good Governance Di Jawa Barat. [Online]. Tersedia: http://repository.upi.edu/operator/ upload/s_bp_054481_chapter2.pdf. [28 Oktober 2012] Tn. 2011. Model Penanaman Nilai-Nilai Kearifan Lokal (Local Genius) Pada Masyarakat Sunda Dalam Membentuk Perilaku Lingkungan Bertanggung Jawab. [Online]. Tersedia: http:// penelitian.lppm.upi.edu/detil/1441/ model-penanaman-nilai-nilai-
kearifan-lokal-%28local-genius%29pada-masyarakat-sunda-dalammembentuk-perilaku-lingkunganbertanggung-jawab-[28 Oktober 2012]. Tn. 2011. Sekilas Pengaruh Islam Terhadap Budaya Sunda. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/ Direktori/FPIPS/JUR._PEND._ GEOGRAFI/196103231986031-R._ GURNIWAN_KAMIL_PASYA/SMI-3. pdf. [28 Oktober 2012]. Unpad. ______. Sosialisasi dan Enkulturasi Tradisi Penganut Madraisme Dalam Keluarga Di Kampung Cireundeu, Kota Cimahi. [Online]. Tersedia : Http://Pustaka. Unpad.Ac.Id/Archives/123282/ [30 Oktober 2012]
212