Training for trainers (TOT) CBDRM
Module 3.1 Community risk assessment Facilitator: Jonatan Lassa/Yus Nakmofa TOT CBDRM HIVOS Aceh Program Sabang Hill, 13 Juni 2007
Sabang Hill, JULY 2007
Tujuan modul ini: • Peserta memahami komponen dari pemetaan
atau assessment resiko bencana secara partisipatif • Peserta mampu melakukan pemetaan atau assessment resiko bencana secara partisipatif • Peserta mengetahui tools dan framework yang bisa digunakan untuk risk assessment
Langkah & proses CBDRM* *. Adapted from ADPC 2003
A
B
C
D
Seleksi komunitas
Memahami konteks komunitas
Participatory community risk assessment
Disaster risk reduction planning
Checklist:
Checklist:
Checklist:
Checklist:
• Sejarah bencana • Frekuensi bencana • Daerah terisolir (spatial poverty region) • Sejarah kerja lembaga/ relasi dengan komunitas • Tingkat kerentanan tinggi • Berpotensi menjadi titik sebar bencana
• Peta kelompok sosial • Budaya setempat • Livelihood sistem • Karakter spasial • Kelompok rentan • EVI/EVG • Conflict history • Sosial analysis
• Hazard assessment • vulnerability assessment • capacity assessment • Persepsi komunitas tentang resiko bencana
• Contingency plan level gampong • PERDES/regulasi tingkat mikro (kontrak sosial) • Pembagian tugas tiap stakeholder • Capacity buiding: training, etc. • Mobilisasi ext. support • Koordinasi & networking plan • Advokasi (bila diperlukan)
E Implementasi DRR oleh komunitas
F Participatory monitoring & evaluation
Checklist:
Checklist:
• Stuktur tetap komite disaster risk mangement tingkat desa • Relawan & COs lokal • Mandat kelembagaan thd bencana • Revisi/adjust target/rencana • Jaringan kerja • Management organisasi komunitas sec. reguler
• Mengukur dampak • Efektivitas & efisiensi struktur & proses implementasi • Perubahan positif & negative yang significant. • Dokumentasi • Lessons learnt • Best practices
Hazard & risk assessment Adopted from Asghar et. al. & * modified by Jonatan Lassa Risk Management
Konteks risiko
Identifikasi Risk
Analisisis Risiko
Evaluasi risiko
Hazard Assessment Exposure Analysis
Perlakuan terhadap risiko intervensi/respon
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Hazard Forecasting
Vulnerability Analysis
Resource Assessment (capacity)
X
X
X
Risk assessment & DM actions Adopted from Asghar et. al. & * modified by Jonatan Lassa Risk Management
Konteks risiko
Identifikasi Risk
Analisisis Risiko
Evaluasi risiko
Perlakuan terhadap risiko
Hazard Assessment Mitigasi
X
Kesiapsiagaan Preparedness
X
X
X
X
X
X
Response
Pemulihan (rehabilitasi & rekonstruksi)*
X
X
X
X
X
*. Basic argumentation: risk manegement is to be mainstreamed in all recovery processes. Recovery in itself is a treatment of risk whose risk in it self.
X
Assessment partisipatif resiko bencana Komponen risk assessment
Kerangka analisis (framework yang digunakan Alat (tools) yang digunakan
Hazard assessment
• Spesialisasi engineering
• Hazard matrix & Hazard map
• Pressure model & release model
• Seasonal Calendar
• Asghar et. al. Hazard & Risk Assessment
• Historical Profile or Time Line • Asghar et. al. Hazard & Risk’ matrix
vulnerability assessment
capacity assessment
• CVA/capacity & vulnerability analysis
• Hazard Map showing elements at risk
• Pressure/Crunch model & release model
• Transect
• BBC Framework
• Seasonal Calendar
• Birkmann/Bogardi Framework
• Historical Profile
• Qualitative & quantitative
• Pressure matriks, etc. PRA tools.
• CVA/capacity & vulnerability analysis
• All tools for vulnerability assessment
Pressure/Crunch model & release model • Sustainable livelihood framework
• Gendered resource mapping & benefit analysis
Persepsi • komunitas tentang resiko bencana
• Pentagon asset etc. • Ranking and Scoring • Mapping
Ilustrasi hubungan hazard, kerentanan & kapasitas (dikopi dari Benson & Twigg, 2007:103) Sektor Sosial
Fisik infrastruktur
Ekonomi
Lingkungan
Kerentanan
Kapasitas
■ Occupation of unsafe areas ■ High-density occupation of sites and buildings ■ Lack of mobility ■ Low perceptions of risk ■ Vulnerable occupations ■ Vulnerable groups and individuals ■ Corruption ■ Lack of education ■ Poverty ■ Lack of vulnerability and capacity analysis ■ Poor management and leadership ■ Lack of disaster planning and preparedness
■ Social capital ■ Coping mechanisms & Adaptive strategies ■ Memory of past disasters ■ Good governance & ■ Ethical standards ■ Local leadership ■ Local non-governmental organisations ■ Accountability ■ Well-developed disaster plans and preparedness
■ Buildings at risk ■ Unsafe infrastructure ■ Unsafe critical facilities ■ Rapid urbanisation
■ Physical capital ■ Resilient buildings and infrastructure that cope with and resist extreme hazard forces
■ Mono-crop agriculture ■ Non-diversified economy ■ Subsistence economies ■ Indebtedness ■ Relief/welfare dependency
■ Economic capital ■ Secure livelihoods ■ Financial reserves ■ Diversified agriculture and economy
■ Deforestation ■ Pollution of ground, water and air ■ Destruction of natural storm barriers (e.g., mangroves) ■ Global climate change
■ Natural environmental capital ■ Biodiversity ■ Creation of natural barriers to storm action (e.g., coral reefs) ■ Natural environmental recovery processes (e.g., forests recovering from fires) ■ Responsible natural resource management
Komunitas terancam, kerentanan tinggi (kapasitas kecil)
Sebelum Bencana Mitigasi Pencegahan
Komunitas yang aman, Kapasitas yang meningkat (kerentanan kecil)
Sewaktu Bencana Emergency Response
Setelah Bencana Rekonstruksi Rehabilitasi
Kesiapsiagaan Peringatan Dini
Dalam kerangka pembangunan berkelanjutan
Case: DAS Benanain, Belu, NTT (Dari PRA Bencana oleh FKPB Kupang di Desa Umatoos & Motaulun, 2003) Tipe ancaman (hazard)
Sektor beresiko
Kondisi rapuh
Driving force
Akar masalah
Sejarah Banjir besar 1939, 1978, 2000, ’01-03 El-nino 1965 & 1998 Gempa Isu Tsunami Kerentanan sosial: konflik: Pengungis Timor Leste
• BENCANA:
• Tempat tinggal adl daerah
• dinamika das (perub.
• Kebijakan kehutanan
• Orang: hilang, mati • Gagal panen
•
• Perahu hilang
•
• Rumah rusak
•
• Gedung sekolah
•
• kantor runtuh • Mangrove rusak
•
• Jalan rusak
•
• Hewan hilang
•
• Pendidikan terga
•
• infrastructure hancur
•
• Penyakit kolera &diare
•
• Jaringan irigasi rusak
•
• Tanggul Jebol
•
• Cadangan bibit hancur
• • • •
luapan benanain Kebun di pinggir kali Elv sungai >> tebing Sumur tidak kedap banjir Ketersediaan air minum minim Penurunan kualitas tanah Partisipasi masyarakat<< Ketergantungan bantuan GO lemah dalam kebijakan &tidak proaktif Malnutrisi GO & LSM project oriented Ketersediaan panen yang rendah Pasrah/fatalis thd banjir Tidak ada kesiapan di tingkat masyarakat Tidak ada early warning system
• • • • • • • • • •
• •
karakter banjir tahunan, sedimentasi ektrim, Pembentukan anak sungai baru, Koofisien aliran permukaan hulu tinggi Perubahan dimensi alur & anak sungai -Sistim tebas bakar -Kebijakan Pangan (PPA)- high cost/risk lahan basah vs kering jalan tanpa drainase Pasar yang tidak berpihak pada petani Solusi pimpong efek – perkuat yang satu jebol yang lain LSM emergency & development oriented Korupsi rumpon
di hulu (HTI, HPH, ‘Taman Nasional’) • Ijin pertambangan masif di daerah hulu • Penanganan pengungsi TimorTimor oleh pemerintah lemah. • Tidak ada agenda DM dari pemerintah karena masih reaktif menunggu bencana baru bereaksi
HCVA: Case Moro, Filipina Analisis Ancaman List of Hazard
Analisis Kerentanan vulnerability
• Kekeringan 1997- • 1998 karena el • nino • • Serangan hama •
tikus • Wabah malaria • • Militerisasi 19951996 – membom • desa. • • • •
• •
Steep terrain Deforestation Tidak ada irigasi Kurangnya peralatan pertanian dan ternak Minimnya pelayanan dasar Satu panen setahun Malnutrisi anak-anak Krisis makanan kronis Tergantung pada teknik tebas bakar Militer mengklaim daerah tersebut sebagai daerah latihan militer Tidak diperhatikan pemerintah Terisolasi dari dunia luar
Analisis Kapasitas Capacity
Persepsi tentang resiko Community perseptions
• Ikatan sosial yang kuat, bisa
• Walaupun militer masih ada
•
•
•
•
•
•
diandalkan dalam masa krisis di wilayah tersebut, tapi Pengetahuan dan keahlian untuk masyarakat menganggap menemukan dan menyiapkan kekeringan sebagai ancaman makanan dari hutan utama. Bahkan dalam kondisi Motivasi tinggi untuk mempelajari normalpun mereka teknik-teknik pertanian baru, beberapa mengalami kekurangan makanan. Kekeringan dan petani mulai pindah ke pertanian menetap dengan membuat teras ancaman sekunder yang Kecuali ada migrasi musiman laki-laki, mengikutinya memperlemah mereka sangat percaya pada OR yang kemampuan survive mereka ada. dimasa mendatang. OR membuat aturan untuk ’tebas • Kekurangan makanan bakar’ supaya menghindari kerusakan diidentifikasi sebagai hutan lebih parah. masalah utama. Setiap Jaringan antar OR kuat untuk ancaman memperburuk mempertahankan tanah melawan kemampuan untuk klaim militer. memulihkan penghidupan. Ada kontak dengan organisasi HAM dan media
Questions?