MODUL PERKULIAHAN MATA KULIAH OPINI PUBLIK BIDANG STUDI PUBLIC RELATIONS
Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana Fakultas
Program Studi
FIKOM PT.Indeks
Humas
Tatap Muka
06
Kode MK
Disusun Oleh
MK10230
Helena Olii, MM Novi Erlita, Sos.M.A
Abstract
Kompetensi
Petunjuk Penggunaan Template Modul Standar untuk digunakan dalam modul perkuliahan Universitas Mercu Buana
Dosen Pengampu dapat menerapkan dan menggunakan template modul standar untuk modul-modul yang akan dipergunakannya
Standarisasi Modul Latar Belakang POKOK BAHASAN : DINAMIKA OPINI PUBLIK PADA KOMUNIKASI
DESKRIPSI : Modul 6 menjelaskan dinamika opini publik dilihat dari hubungan komunikasi dengan opini, proses pembentukan opini publik, kekuatan dari opini publik.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Setelah mempelajari modul 6 ini, mahasiswa diharapkan dapat : 1. Menjelaskan hubungan komunikasi dengan opini 2. Menjelaskan proses pembentukan opini publik 3. Menjelaskan adanya kekuatan dari opini publik.
A. Komunikasi dan Opini Komunikasi adalah penggunaan tanda-tanda yang berarti untuk membina hubungan sosial. Tanda-tanda sangat banyak wujudnya. Namun definisi ini dapat dipersempit ke tanda yang berupa bahasa sebagai rangsangan. Untuk bidang politik, tanda dapat berupa gerak isyarat dan lambang. Menurut Bernard Hennessy, bahasa yang berlaku dalam komunikasi adalah kata-kata lisan atau tulisan mengenai isu kepentingan umum/publik, yang disampaikan oleh pemilik opini melalui hubungan di antara jaringan komunikasi yang besar dan kecil. Contoh : Ada inisiatif penjaga pintu air untuk membuka pintu air manggarai. Jika pintu air tidak dibuka, Jakarta akan banjir lebih besar lagi. Masalahnya, pembukaan pintu air akan menyebabkan air menggenang ke istana. Penjaga pintu air merasa perlu minta izin Presiden. Sementara pihak Istana berpendapat pembukaan pintu air tidak perlu mendapat izin dari Istana. Presiden justru mengeluarkan pernyataan, “Tidak perlu minta izin kalau tindakan itu untuk kepentingan orang banyak, bukan untuk kepentingan seseorang (Presiden).
‘13
2
Nama Mata Kuliah dari Modul Helena Olii, MM Novi Erlita, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
1. Jaringan Komunikasi Komunikasi menciptakan arti sosial melalui tanda-tanda (bahasa) yang dapat dipahami kedua belah pihak. Bentuk yang paling sederhana : si A memberikan tanda yang dimengerti si B, lawan bicaranya. Jadi :
A -------------------- Tanda ------------------- B
Misalnya, si A adalah pengawal. Dia menyadari kehadiran si B dan berseru “Berhenti”. Kemudian si B menyadari peringatan si A dan sadar dia harus berhenti. Jika tidak berhenti, kemungkinan dia akan ditembang. Terjadilah jaringan komunikasi yang sederhana pada tataran individu. Jaringan tersebut berupa percakapan ketika si B berkata “Berhenti”. Pada tatanan yang lebih luas, hubungan sosial yang mempunyai makna terjadi sebagai hasil dari komunikasi. Jaringan komunikasi yang paling sederhana terdiri dari dua orang yang saling bertukar tanda yang mempunyai arti. Meskipun sederhana wujudnya, jaringan komunikasi sangat penting untuk membentuk ulang opini umum atau perorangan. Suami-isteri, orang tua-anak, teman-teman, majikan-buruh, rekan sekerja, semua hubungan antara dua orang tersebut menginformasikan opini masing-masing pihak. Jaringan dua orang itu merupakan (a) sarana untuk menyampaikan opini perorangan, dan (b) menjadi struktur yang menjadi dasar bagi pola komunikasi yang lebih rumit. Kelompok primer dan sekunder, masing-masing mempunyai jaringan komunikasi sendiri. Akibatnya, berbeda-beda opini publiknya.
a. Kelompok primer dan jaringan komunikasi primer Charles H. Cooley merupakan sosiolog yang pertama mengenali perbedaan dasar antara kelompok manusia primer dan kelompok manusia sekunder. Pada tahun 1909, Cooley menggambarkan kelompok primer (primary-group) yang ditandai kerjasama, persatuan, dan tatap muka yang akrab. George Homans membahas perilaku kelompok kecil. Homans menambahkan unsure komunikasi berulang kali (requent communication) ke dalam kelompok primer. Menurut Homans, kelompok primer adalah sejumlah orang yang jumlahnya sedikit, selalu berkomunikasi satu dengan yang lain dalam jangka waktu tertentu, dan bisa berkomunikasi satu dengan lainnya secara tatap muka. Kelompok primer adalah himpunan orang-orang yang berinteraksi sebagai perorangan. Contoh kelompok primer adalah kelompok kerja, klub bridge, kelas yang belajar di sekolah. Persyaratan dari Cooley, yang dikutip Bernard Hennessy bahwa kelompok primer menghendaki para anggota saling bertatap muka, tidak perlu diartikan harafiah. ‘13
3
Nama Mata Kuliah dari Modul Helena Olii, MM Novi Erlita, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Anggota kelompok primer tidak perlu harus bertatap muka di ruangan yang sama. Berbicara melalui telepon menghasilkan kelompok primer dan jaringan komunikasi primer walaupun orang-orangnya terpisah ribuan kilometer jauhnya. b. Kelompok sekunder dan jaringan komunikasi massa Kelompok sekunder (secondary-group) adalah kelompok yang ditandai dengan hubungan yang anggotanya tidak dapat dikenali sebagai perorangan. Menurut Truman, kelompok sekunder adalah kelompok yang dilembagakan (institutionalized group). Kelompok yang dilembagakan, yang mencakup keluarga, organisasi keagamaan, badan hukum, perkumpulan persaudaraan, menunjukkan derajat formalitas dan keseragaman. Kelompok yang bukan tatap muka itu dinamakan kelompok sekunder. Jaringan komunikasi sekunder adalah sistem komunikasi massa, atau secara sederhana komunikasi massa (mass communication). Wright menyatakan komunikasi massa adalah komunikasi jenis khusus yang memiliki kondisi operasi yang berbeda-beda. Di antara contoh yang terpenting adalah pirsawan televisi, pengalaman komunikasi, dan komunikatornya. Media komunikasi massa, pers, radio, televisi, dan film semuanya memenuhi persyaratan pokok anonimitas, umum, dan kelembagaan. Semuanya juga cepat, fana, sekalipun beberapa bagiannya mungkin memerlukan waktu lama untuk persiapannya (umpamanya artikel dalam majalah dan film). 2. Komunikasi dan Pengamatan Langsung sebagai Sumber Opini Pembentukan opini atau perubahan opini tidak selamanya disebabkan oleh komunikasi. Naluri dan pembelajaran tanpa bantuan melalui pengalaman perorangan dapat menghasilkan sikap dan opini mengenai persoalan tertentu. Sikap dan opini lahir dari pembelajaran. Pembelajaran dapat terjadi melalui hubungan sosial, khususnya melalui komunikasi. Jadi, komunikasi sangat penting bagi pembentukan opini. Anggota masyarakat mendapatkan hampir semua pengetahunannya tentang persoalan masyarakat melalui komunikasi. Komunikasi berinteraksi dengan pengamatan pribadi. Pada kondisi tertentu, orang dapat membentuk atau mengubah opini mengenai isu masyarakat tanpa komunikasi dengan orang lain. Pengamatan langsung seseorang dapat menambah, memperkuat, atau memperlemah informasi yang dikomunikasikan. Banyak opini yang dibentuk melalui komunikasi diuji dahulu dengan pengalaman pribadi. Informasi yang diterima dari jaringan primer atau komunikasi massa mungkin dapat memperkuat opini mahasiswa kedokteran, si A dan si B bahwa pelayanan kesejahteraan masyarakat yang lebih luas diperlukan oleh masyarakat mereka.
‘13
4
Nama Mata Kuliah dari Modul Helena Olii, MM Novi Erlita, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Andaikan bahwa si A dan si B mempunyai pengalaman yang berbeda. Si A mempunyai banyak pasien yang miskin dan berpendapatan rendah. Karena itu tidak disangsikan lagi pengalaman tersebut akan memperkuat opini semula. Sebaliknya, pasien si B sebagian besar adalah orang-orang yang mampu mendapatkan pelayanan kesejahteraan pribadi. Pengalaman si B akan memperlemah opini sebelumnya. Karena itu, si B cenderung mengubah opininya. Banyak cara bagi perorangan maupun kelompok untuk mengurangi konflik dan ketidak-selarasan antara komunikasi dan pengamatan. Secara pribadi atau dalam kelompok kita cenderung melihat dan mendengar apa yang kita ingin lihat dan dengar. Karena itu, komunikasi cenderung identik atau sama dengan pengamatan.
3. Dampak Komunikasi pada Opini Publik Beberapa jenis komunikasi tentang isu tertentu mampu menimbulkan perhatian pada isu bersangkutan. Bertrand R. Canfield, yang dikutip Santoso S, menyatakan tujuan dasar public relations adalah membentuk atau memengaruhi opini publik. Untuk itu pelaku public relations
perlu
memahami
opini
publik,
pembentukannya,
sifat
atau
ciri-cirinya,
pengembangannya, dan pengertiannya. Sebelum mengkaji proses pembentukan opini publik, kita perlu mengulas kembali definisi opini publik. Publik adalah sekelompok orang yang mempunyai minat yang sama, sedangkan opini adalah sesuatu yang dipikirkan atau diyakini dan dinyatakan orang tentang sesuatu yang kontroversial. Menurut Santoso Sastropoetro (1990), opini publik dapat didefinisikan sebagai “Apa yang dipikirkan sekelompok orang secara kolektif tentang sesuatu yang bersifat kontroversial” atau “hasil pemikiran sekelompok orang secara kolektif tentang sesuatu hal yang bersifat kontroversial”.
B. Proses Pembentukan Opini Publik 1. Perbedaan Opini George Carslake Thompson, yang dikutip oleh Santoso Sastropoetro (1990), menyatakan ketika publik menghadapi isu, maka timbul perbedaan opini di antara mereka. Perbedaan opini muncul karena : a. perbedaan pandangan terhadap fakta, b. perbedaan perkiraan tentang cara-cara terbaik untuk mencapai tujuan, dan c. perbedaan motif untuk mencapai tujuan.
Opini publik dapat dikaji dari berbagai segi. Ada empat segi untuk mengkajinya :
‘13
5
Nama Mata Kuliah dari Modul Helena Olii, MM Novi Erlita, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
a. Difusi, yaitu apakah opini yang timbul merupakan suara terbanyak atau hanya suara golongan tertentu; b. Persistence, yaitu berapa lama berlangsungnya isu tertentu; c. Intensitas, yaitu seberapa kuat dampak dari isu tertentu; dan d. Reasonableness, yaitu seberapa kuat alasan kemunculan isu tertentu.
2. Terbentuknya Publik Menjelang akhir tahun 2005 sampai tahun 2006, di tanah air kita muncul beberapa masalah yang menimbulkan kontroversial di dalam masyarakat. Pada kurun waktu itu bermunculan berbagai pendapat yang saling bertentangan terhadap sejumlah masalah. Masalah-masalah tersebut meliputi : a. Protes terhadap kenaikkan BBM; b. Protes terhadap impor beras; c. Protes terhadap foto vulgar actor Anjasmara; d. Protes terhadap aparat yang kurang peduli pada kesehatan, khususnya busung lapar di kalangan anak-anak di beberapa daerah, polio dan penyakit flu burung, dan masih banyaknya warga yang diserang demam berdarah; e. Protes terhadap penanganan dan koordinasi yang kurang lancar atas musibah yang silih berganti menimpa tanah air; f.
Protes terhadap majalah Playboy yang suka menampilkan wanita berpakaian minim;
g. Protes terhadap bisa larinya warga Papua ke Australia; h. Protes terhadap kebijakan Ujian Nasional untuk SLTP dan SMU yang menimbulkan kegagalan banyak siswa sehingga tidak dapat melanjutkan pelajarannya ke tingkat lanjutan.
Masalah-masalah tersebut tak henti-hentinya menjadi pembicaraan publik, karena masalah-masalah itu menyangkut kepentingan mereka. Berbagai masalah tersebut memunculkan kelompok-kelompok di masyarakat yang tidak teratur yang memenuhi syarat atau ciri-ciri untuk disebut sebagai publik. Herbert Blumer mengemukakan ciri-ciri publik : a. menghadapi isu tertentu, b. terlibat ke diskusi mengenai isu tertentu., dan c. memiliki perbedaan opini tentang cara mengatasi isu tertentu.
Kelompok-kelompok individu secara kebetulan bertemu mendiskusikan “isu”, sehingga terpenuhi ciri-ciri bahwa :
‘13
6
Nama Mata Kuliah dari Modul Helena Olii, MM Novi Erlita, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
a. kehadiran kelompok tidak direncanakan, tetapi merupakan respons yang bersifat alamiah terhadap isu tertentu; b. kelompok tersebut tidak didirikan secara resmi; c. bertemunya individu-individu ke dalam kelompok karena spontanitas.
Ternyata orang cenderung membicarakan berita-berita yang dikemukakan dalam contoh. Dengan tenang, lambat laun mereka terlibat ke dalam diskusi. Masing-masing mengemukakan pandangan dan saling melemparkan argumentasi. Diskusi tersebut berjalan mengikuti konteks kerangka pengetahuan (frame of reference) dan kerangka pengalaman (frame of experience) masing-masing orang. Masing-masing mengemukakan opini dan menerima masukan yang bermacam-macam yang sering bersifat simpang siur. Akan tetapi, lambat laun arah pembicaraannya makin jelas sehingga akhirnya tercipta satu opini yang bulat.
3. Tahap Pembicaraan dan Pembentukan Opini Secara umum terdapat tiga tahap pembicaraan, yaitu : Tahap I : Pada tahap ini, masukan masih semrawut. Ada sementara ilmuwan menyebutkan sebagai stage of brain stroming. Ferdinand Tonnies menyebutnya sebagai luftartigen position atau sebagai angin. Tahap II : Pada tahap ini, pembicaraan mulai terarah, mulai membentuk opini yang jelas dan menyatu. Tahap ini oleh sebagian ilmuwan disebut sebagai the stage of consolidation. Ferdinand Tonnies menyebutnya fleissigen position. Tahap III : Para ilmuwan menyebut tahap ini sebagai the solid stage. Ferdinand Tonnies menyebutnya festigen position.
Setelah berada di tahap ketiga, hasil diskusi tidak dipertentangkan lagi oleh kelompok yang hadir dalam diskusi. Opini yang telah dinyatakan tidak ditentang lagi, dan itulah yang disebut sebagai “opini publik”. Menurut Emory S. Bogardus, opini yang timbul sebagai akibat interaksi ini disebut opini publik. Kemudian, mereka bubar dan membicarakan masalah lain. Contoh-contoh di atas terbukti selaras dengan definisi Leo Bogart yang menyatakan opini publik tidak timbul dari persetujuan, tetapi dari pertentangan pendapat mengenai nilainilai. Mereka yang menyatakan “pro” dan “kontra” masing-masing mengemukakan penilaian dan pendapatnya serta mengemukakan fakta, prinsip, harapan, ataupun perasaan. Dengan tidak disadari publik terlibat ke proses pembentukan opini publik.
‘13
7
Nama Mata Kuliah dari Modul Helena Olii, MM Novi Erlita, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
4. Opini Publik : Direncanakan vs. Tak Direncanakan Menurut Nurudin (2001), opini publik dapat timbul karena direncanakan dan tidak direncanakan. Opini publik yang tidak mempunyai tujuan dan target tertentu. Kehadirannya sekedar karena ada permasalahan yang harus diketahui masyarakat dan munculnya juga secara alamiah. Tidak diperlukan media penyalur yang efektif agar opini itu menjadi opini public. Contoh : Sejumlah kayu yang hampir menutupi salah satu sungai di Kalimantan dapat disita oleh aparat keamanan. Kayu-kayu itu siap diekspor. Aparat menangkap para perambah hutan yang banyak merugikan Negara. Aparat juga meringkus para pemilik dan pengusaha kayu. Opini publik yang direncanakan memiliki keorganisasian, media, dan target yang jelas. Isu muncul untuk memengaruhi opini publik yang berkembang di masyarakat atau sengaja meng-counter opini publik lain yang sudah diyakini masyarakat. Sebagai contoh : Kasus semburan lumpur panas di desa Siring, kecamatan Porong, kabupaten Sidoarjo (Juni 2006) Jawa Timur. Lumpur panas muncul bagai banjir yang melanda beberapa desa. Sawah penduduk hancur terendam lumpur panas. Kasus lumpur panas belum usai menjadi bahan opini publik, muncul kasus lain yang tidak kalah pentingnya. Ada dugaan kepemilikan sejumlah senjata dan amunisi oleh seorang jenderal. Kasus ini terungkap setelah si Jenderal meninggal dunia. Apakah kasus pertama opini publik “kasus semburan lumpur panas di Sidoarjo” makin mengancam mereka yang berada atau terlibat dalam kasus itu ? Opini publik tidak lagi ke kasus lumpur panas di Jawa Timur, tetapi mengarah ke kasus Jenderal yang memiliki sejumlah senjata dengan berbagai jenis dan bentuk serta sejumlah peluru dan amunisi. Contoh tersebut memberikan bukti bahwa opini publik bisa diciptakan diarahkan, dan direncanakan secara baik.
5. Cara Kerja Opini Publik Menurut Redi Panuju (2002), untuk menjelaskan cara kerja opini publik, terlebih dahulu perlu dibedakan pengertian antara opini publik dan pandangan umum (general opinion). Pandangan umum relatif permanen, sedangkan opini publik tidak bersifat permanen. Sebaliknya, opini publik bersifat dinamis, bergeser, dan berubah sesuai konteksnya. Tafsiran terhadap masalah tertentu berbeda-beda berdasarkan perbedaan status sosial, golongan, etnis, kelompok agama, dan sebagainya. Objek yang semula merupakan pendapat umum bisa menjadi opini publik apabila nilai-nilai atau makna objek tersebut mulai bergeser dan mengundang pro dan kontra. Dalam pendapat umum, anggota sosialnya tidak mengenal keragu-raguan karena anggotanya justru menjaga nilai-nilai atau makna yang tetap utuh dan terpelihara. Sebaliknya, dalam opini publik makna menjadi relatif karena ‘13
8
Nama Mata Kuliah dari Modul Helena Olii, MM Novi Erlita, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
berbagai kepentingan yang mendorong individu memposisikan dirinya berbeda dalam memaknai objek tertentu. Opini publik terbentuk karena adanya aktivitas komunikasi yang bertujuan memengaruhi orang lain atau pihak lain. Dalam prosesnya, terjadi tawar menawar agar pihak lain terpengaruh. Proses ini tidak jarang menggunakan cara-cara penekanan, agitasi (provokasi), atau ancaman (intimidasi). Aktivitas komunikasi ini rentan terhadap munculnya konflik. Konflik terjadi ketika : a. consensus/persetujuan tidak tercapai, b. proses penyesuaian satu sama lain tidak terjadi, dan c. perubahan opini sulit dilakukan.
Untuk mengatasi konflik, berbagai strategi dan taktik penyusunan pesan perlu digunakan secara variatif dengan pola yang berubah sangat cepat mengikuti situasi yang berkembang. Jika konflik tak bisa dihindari, masing-masing pihak akan berusaha melakukan aktivitas komunikasi.
6. Peranan Humas dalam Pembentukan Opini Publik Bagaimana Humas meningkatkan kualitas opini publik ? Humas membentuk opini publik dengan lebih mengarah ke rasio daripada emosi dan naluri (insting). Kemampuan beropini yang rasional dimiliki oleh setiap individu dan kelompok yang cerdas. Tugas hubungan masyarakat adalah mengembangkan opini yang rasional, bukannya yang bersifat emosional, terhadap isu yang kontroversial. Ketika membentuk atau mengubah opini publik tentang hal-hal yang bersifat kontroversial, Humas menyajikan informasi yang relevan tanpa ada yang disembunyikan atau diubah sehingga opini publik yang timbul merupakan produk dari pengetahuan dan pemilihan atas dasar pertimbangan yang rasional. Humas,
broadcasting,
dan
marcom
(marketing
communication)
harus
mengembangkan pikiran yang rasional dengan cara berikut : a. Memberi publik lebih banyak keterangan atau penjelasan (berupa laporan, gambar/foto) untuk menanggapi isu yang kontroversial. b. Memberi perhatian yang lebih besar pada individu-individu sebagai kelompok yang menghadapi isu yang bersifat kontroversial.
Jika humas, broadcasting, dan marcom tidak berbuat seperti yang di atas maka ia akan gagal dalam tugasnya untuk menciptakan opini publik yang mendukung misi tertentu.
‘13
9
Nama Mata Kuliah dari Modul Helena Olii, MM Novi Erlita, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
C. Kekuatan Opini Publik Opini publik atau pendapat publik yang merupakan kesatuan pernyataan tentang isu yang bersifat kontroversial adalah bagian dari penilaian sosial. Karena itu, opini publik memiliki beberapa kekuatan yang perlu diperhatikan :
1. Opini publik dapat menjadi hukuman sosial Opini publik dapat membuat orang atau sekelompok orang malu, merasa dikucilkan, merasa dijauhi, dan merasa rendah diri. Contoh : a. Pak Harto pernah disebut sebagai raja KKN. Tanpa dihukum pun pak Harto secara psikologis mendapat tekanan. Buktinya, pada saat akan diadili, pak Harto selalu sakit. b. Banyak pejabat tinggi yang tersangkut tuduhan korupsi mengalami rasa malu. Anakanak dan keluarga besarnya juga terkena imbas dari tuduhan tersebut. Ruang gerak mereka menjadi terbatas. Semua mata memandang mereka dengan sinis ketiak mereka hadir di pesta. Biasanya, mereka menghindari berada di tengah-tengah orang banyak. c. Seorang gadis yang melakukan pergaulan bebas dengan pacarnya merasa dikucilkan di lingkungannya. 2. Opini publik dapat mendukung keberlangsungan berlakunya norma Contoh norma adalah kesopan-santunan dan kesusilaan antara yang muda dan yang lebih tua, antara yang muda dan orang yang seusia, serta ketika orang berlalulintas. a. Perilaku murid terhadap gurunya. Banyak murid tidak lagi menghargai gurunya. Contohnya, sekalipun berpapasan tidak memberi salam atau tegur sapa. b. Perilaku orang muda terhadap orang tua. Ketika orang tua sedang duduk-duduk, remaja lewat tanpa basa basi, tanpa permisi, atau tanpa member salam. c. Perilaku di bidang lalulintas. Kelazimannya, orang menyusul kendaraan lain dari sebelah kanan. Tetapi sekarang banyak orang menyusul dari sebelah kiri. Demikian pula, para pengemudi angkutan umum sering berhenti di tempat yang tidak seharusnya. Mobil kadang-kadang berhenti di tempat “larangan yang ditentukan oleh tanda lalulintas”
Semua tindakan ini terjadi karena tidak ada yang melarang, yang memperingatkan, atau yang menindaknya sebagai hukuman. Jika dibiarkan, semua tindakan ini dianggap benar dan wajar. Jika opini publik menyatakan semua tindakan ini sebagai hal yang negatif, orang akan terpengaruh oleh opini itu dan berusaha untuk menghindarinya.
‘13
10
Nama Mata Kuliah dari Modul Helena Olii, MM Novi Erlita, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
3. Opini publik dapat mempertahankan eksistensi lembaga dan juga dapat menghancurkan lembaga Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah salah satu lembaga yang melakukan rekonstruksi ulang atas paradigmanya karena pengaruh opini publik. Selama ini, lembaga (yang dahulu bernama ABRI) ini sudah terlalu jauh masuk ke bidang politik. Tentara menjadi kurang berkonsentrasi pada penciptaan keamanan negara. Celakanya, tentara justru melindungi KKN di lembaga lain. Tentara justru membuat masyarakat jadi takut. Ketika reformasi, opini publik terhadap TNI cenderung negatif. Opini publik menuntut agar Dwifungsi ABRI dihapus, wakil mereka di MPR dikurangi bahkan akhirnya dihapuskan. TNI tidak tinggal diam. TNI menanggapi opini publik itu dengan rekonstruksi ulang atas paradigmanya. TNI kembali berkonsentrasi ke pengamanan negara. Opini publik juga menuntut agar Kepolisian independen. Selama ini lembaga Kepolisian merupakan bagian dari TNI. Sebagai tanggapan atas opini publik itu, Kepolisian memisahkan diri dari TNI dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Dua contoh tersebut menunjukkan opini publik mampu mempertahankan atau menghancurkan lembaga.
4. Opini publik dapat mempertahankan atau menghancurkan kebudayaan Opini publik pernah menyuarakan kekhawatirannya terhadap punahnya sejumlah kesenian yang dianggap sebagai bagian dari budaya asli Indonesia. Sebagai tanggapan atas opini publik ini, RRI Jakarta menyelenggarakan lomba keroncong yang diikuti pria dan wanita. Ternyata peminatnya cukup banyak. RRI merasa perlu melestarikan lagu keroncong. Karena itu, RRI Daerah juga ikut mengadakan lomba keroncong. Para juara lomba keroncong di daerah kemudian mengikuti lomba tingkat nasional yang diadakan di Yogyakarta pada Juli 2006. Selain keroncong, kesenian yang menggunakan alat musik tradisional juga perlu dilestarikan. Sejak awal tahun 2006, RRI Jakarta membuka kursus vokal untuk menjadi sinden Jawa dan Sunda. RRI Jakarta juga membuka kursus menabuh gamelan dan kursus memainkan peralatan musik daerah lainnya. Opini publik juga pernah menyatakan kehidupan metropolitan akan menghapuskan sejumlah budaya daerah. Masyarakat metropolitan menanggapi opini publik tersebut dengan sejumlah tindakan nyata. Misalnya, banyak penduduk Jakarta yang berasal dari daerah lain di Indonesia. Dalam pernikahan, setiap pasangan terutama di Jakarta berusaha agar tetap membawa ciri daerahnya masing-masing. Pesta pernikahan sering disertai tarian dan pelaminan mewah yang mengikuti adat daerah tertentu. Tata-cara kedaerahan digunakan untuk mengiringi pengantin memasuki ruangan. Bahasa daerah juga digunakan mengiringi
‘13
11
Nama Mata Kuliah dari Modul Helena Olii, MM Novi Erlita, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
pengantin memasuki ruangan. Bahasa daerah juga digunakan mengiringi pengantin dan keluarganya ke pelaminan.
RANGKUMAN Pembentukan atau perubahan opini tidak selamanya disebabkan oleh komunikasi. Masyarakat dapat berubah opininya karena pengamatan langsung. Pengamatan langsung dapat menambah, memperkuat, atau memperlemah arti informasi yang dikomunikasikan. Ketika menghadapi isu tertentu, masyarakat akan mengalami perbedaan opini. Perbedaan opini ini disebabkan oleh perbedaan sudut pandang terhadap fakta; perbedaan perkiraan tentang cara-cara terbaik untuk mencapai tujuan; perbedaan motif untuk mencapai tujuan. Opini publik merupakan kekuatan yang dapat menjadi hukuman sosial, pendukung bagi kelangsungan berlakunya norma, dan mempertahankan eksistensi lembaga atau menghancurkan lembaga. Opini publik juga dapat mempertahankan dan menghancurkan kebudayaan.
PERTANYAAN LATIHAN 1.
Mengapa penciptaan proses komunikasi menimbulkan opini publik ?
2.
Pengalaman membuktikan bahwa pergeseran opini publik dari satu opini ke opini lain disebabkan oleh beberapa faktor. Sebutkan faktor-faktor tersebut !
3.
Mengapa opini publik muncul melalui diskusi ? Bagaimana menurut Emory S. Bogardus ?
4.
Sebutkan tiga penyebab yang menimbulkan perbedaan-perbedaan pendapat !
5.
Sebutkan contoh-contoh isu yang pernah terjadi di Indonesia yang menimbulkan kontroversi dan memakan waktu sampai berminggu-minggu (3 contoh saja) !
6.
Opini publik dapat menjadikan seseorang terkena hukuman sosial ? Berikan contoh yang Anda ketahui !
7.
Apakah opini publik dapat menghancurkan atau mempertahankan kelangsungan budaya ? Berikan contoh ?
‘13
12
Nama Mata Kuliah dari Modul Helena Olii, MM Novi Erlita, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
CONTOH KASUS Pembentukan opini atau perubahan opini tidak selamanya disebabkan komunikasi. Bantuan melalui pengalaman perorangan dapat menghasilkan sikap dan pandangan mengenai suatu persoalan. Namun, anggota masyarakat mendapatkan semua pengetahuan tentang persoalan yang dihadapi masyarakat melalui komunikasi. Komunikasi berinteraksi dengan pengamatan
pribadi.
Pengamatan
langsung
dapat
menambah,
memperkuat
atau
memperlemah arti informasi yang dikomunikasikan. Informasi yang diterima dari jaringan primer atau komunikasi massa, mungkin dapat meyakinkan mahasiswa kedokteran A dan B, mereka bercita-cita meningkatkan pelayanan masyarakat. Dalam kenyataan mereka menghadapi pengalaman yang berbeda. Dokter A melayani pasien-pasien yang miskin dan berpendapatan rendah, dan tak dapat disangsikan lagi, pengalaman akan memperkuat opini semula, sedangkan pengalaman dokter B yang melayani pasien yang mampu akan menjurus kepada perubahan opini.
‘13
13
Nama Mata Kuliah dari Modul Helena Olii, MM Novi Erlita, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
DAFTAR BACAAN
Hennessy, Bernard (1990), Pendapat Umum, edisi keempat. Jakarta, Erlangga. (hlm. 189192) Sastropoetro, Santoso (1990), Pendapat Publik, Pendapat Umum dan Pendapat Khalayak dalam Komunikasi Sosial, Bandung, Remaja Rosdakarya. (hlm. 106-112) Nurudin (2001), Komunikasi Propaganda. Bandung, Remaja Rosdakarya. (hlm.55-56)
Sumber ilustrasi : http://mediaindonesia.com http://elisabetyas.wordpress.com http://maid-online.blogspot.com
‘13
14
Nama Mata Kuliah dari Modul Helena Olii, MM Novi Erlita, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id