EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2): Studi Lapangan Epidemiologi Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : @ub.ac.id 1. PENDAHULUAN
4. REFERENSI
2. TUJUAN PENELITIAN
5. PROPAGASI
3. KEGIATAN BELAJAR
6. PENDALAMAN
MODUL
1. PENDAHULUAN di lapangan (kebun pertanian), sehingga pendekatannya bersifat alamiah yang untuk itu studi eksperimental agak sulit dilakukan. Atas dasar itu pendekatan yang bersifat hubungan sebab-akibat dengan kaedah-kaedah statistika lebih banyak digunakan, sehingga lebih sederhana demi untuk menjawab mengapa terjadinya ledakan penyakit atau bagaimana seharusnya hal tersebut diatasi. Dalam melaksanakan penelitian di lapangan untuk studi epidemiologi maka diperlukan pengetahuan penunjang khususnya yang berhubungan dengan penggunaan peralatan dan cara menganalisisnya untuk menjadi bagian yang terintegrasi satu dengan yang lainnya. Penggunaan alat penangkap spora disamping peralatan untuk memonitoring kondisi cuaca harian dari waktu ke waktu selalu disempurnakan sehingga pengetahuan dasar yang menjadi titik pangkal mengapa peralatan tersebut harus digunakan sangatlah perlu diperhatikan. Penggunaan penangkap spora model Durham yang sangat sederhana misalnya sekarang telah banyak ditinggalkan dan diganti dengan jenis lain yang lebih berdimensi volumetrik karena kondisi spora di udara dihitung berdasarkan jumlah spora per volume udara. Sementara yang model Durham masih berdimensi non volumetrik yakni jumlah spora per persegi bidang pandang (mm2) sehingga tidak mencerminkan kondisi sesungguhnya spora di udara. Dalam modul ini semua cara pengamatan harian dalam suatu areal pertanaman dipraktekan dan didiskusikan
sehingga
bernuansa alamiah.
mendapatkan
pengetahuan
epidemiologi
yang
SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED)
Studi epidemiologi adalah merupakan studi aplikasi yang umumnya dilakukan
12
Mata Kuliah / MateriKuliah
Brawijaya University
2. TUJUAN PEMBELAJARAN
2013
1. Memberikan pengetahuan dasar mengenai praktek penelitian epidemi penyakit di lapangan yang diusahakan dilakukan pada daerah endemi penyakit tertentu, sehingga kejadian penyakit benar-benar akan muncul pada musim tanam bersangkutan. Dengan demikian mahasiswa akan mendapatkan pengalaman langsung di lapangan dan pengetahuan yang utuh. 2. Mengenalkan lebih detail mengenai jenis peralatan yang umum digunakan dalam studi epidemiologi
dan
belajar
cara
penggunaan
serta
penghitungannya,
disamping
penempatannya di lapangan agar supaya proposional terhadap objek yang menjadi bahan pengamatannya.
Contoh Percobaan Lapangan Epidemi
3. KEGIATAN BELAJAR
Percobaan lapangan selama 24 jam Percobaan ini merupakan observasi dan pengukuran di lapangan. Beberapa diantaranya adalah aspek meteorologi alami, yang sangat penting dalam epidemiologi di lapangan. 1. Suhu -
Suhu diukur dengan thermocouple pada ketinggian yang berbeda (5, 25, 50, 75 dan 150 cm) di atas rumputan. Angka dapat dibaca pad a volt meter. Dua thermocoupla lainnya pada ketinggian 75 cm di atas tanaman di atas rumputan dapat dihubungkan dengan suatu recorder. Pembacaan angka dibuat dalam mV dan dikonversikan ke dalam ˚C. Disamping thermocouple, dua thermohygrograph (Gambar 1) yang mencatat suhu, masing – masing diletakkan dalam pertanaman dan di atas rumputan.
-
Demikian juga satu set termometer dengan panjang 10 cm (thermometer minimum, maksimum dan sesaat) diletakkan di atas rumputan.
2. Kelembaban udara Thermohygrograph tersebut di atas juga digunakan untuk mencatat kelembaban nisbi udara. 3. Kebasahan daun -
Lamanya
kebasahan
daun
dapat
dicatat
dengan
menggunakan
alat
pencatat
kelembaban daun model De Wit atau yang lainnya pada ketinggian 25, 50, 75 dan 150 cm diatas tanaman dan pada ketinggian 25 dan 150 cm di atas rumputan. Dari alat pencatat kelembaban ini dapat dibaca berapa lama kebasahan daun pada tanaman (Gambar 2). -
Selama percobaan berlangsung beberapa daun ya ng terpilih secara acak hendaknya diobservasi secara akurat. Perubahan kebasahan daun harus diketahui pula. Page 2 of 6
Mata Kuliah / MateriKuliah
Brawijaya University
4. Embun -
2013
Embun sangat sulit untuk diukur. Namun dapat dilakukan dengan menggunakan satu set alat yang disebut Duvdevani dew gauges atau jenis lainnya , yang ditempatkan pada ketinggian berbeda (5, 50 dan 150 cm) di atas tanaman dan di atas rumputan (Gambar 3).
-
Pola tetesan pada alat tersebut dibandingkan dengan gambar pada “Album of dew scale standards” Dari Casella, london, dan recorder.
5. Kecepatan angin -
Kecepatan anign diukur dengan menggunakan alat Hastings air - speed meter atau jenis lainnya (Gambar 4). Pembacaan dalam mil per jam (1 mil per jam 0,5 m per detik).
6. Hujan Ada tiga alat yang dapat digunakan untuk mengukur curah hujan: -
KNMI rain gauge yang mengukur hujan dalam mm (dapat dirakit sendiri).
-
Pluvioscope, yang memberikan impresif intensitas hujan dan periode hujan,
-
Recording rain gauge yang mengukur hujan dalam mm dan periode curah hujan.
7. Kerapatan spora -
Kerapatan spora diamati pada ketinggian berbeda (50 dan 150 cm) di atas tanaman dan (150) cm
di atas rumputan. Rotorod spore samplers digunakan untuk menangkap
spora dari udara (Gambar 5). -
Samplers perspex I-type harus diganti pada setiap putaran observasi. Spora pada rod dihitung dan bila mungkin di identifikasi.
Percobaan : Percobaan dapat dilakukan selama 1 atau beberapa hari secara kontinyu. Banyaknya hari tergantung pada jumlah mahasiswa. Observasi dan pengukuran dilakukan pada jam berbeda. Urutan kegiatan adalah sebagai berikut: 0- Letakkan rod I-type pada rotorod samplers dan jalankan samplers selama 30 menit. 0- Bacalah voltase thermocouple dari 1 hingga 10 pada thermo -volt meter. Masukkan pada lembar kerja W1. 0- Bacalah kecepatan angin. Masukkan pada lembar kerja. 0- Periksa termometer dengan panjang 10 cm demikian pula yang maksimum dan minimum. 0- Periksa De Wit leaf- humidity recorders. 0- Periksa electronic leaf-humidity clips. 0- Periksa KNMI rain gauge, bila mungkin ukurlah curah hujan dan masukkan datanya pada lembar kerja. 0- Periksa pluvioscope dan recordign rain gauge. X0- Rubahlah disket pluvioscope (pada jam 15.00). Page 3 of 6
Mata Kuliah / MateriKuliah
Brawijaya University
2013
X0- Periksa dew gauge. Catatlah data observasi pada buku catatan (hanya antara matahari terbit dan terbenam). 0- Amati kebasahan daun pada daun yang diuji. 0- Rubahlah rod perspex I-type pada Rotorods (setelah menit). 0- Hitung jumlah spora pada rod. Kegiatan yang ditandai X dilakukan hanya pada waktu yang telah ditentukan. 1. Setelah percobaan hasil-hasil observasi dan pengukuran dapat didiskusikan. Buatlah grafik dari suhu, kecepatan angin, curah hujan, periode embun, dan kerapatan spora. 2. Gambarkanlah kesimpulan kerapatan spora dalam hubungnannya dengan berbagai data meteorologi yang diamati.
Gambar 1. Lufft quartz thermohygrograph, alat pencatat kelembaban dan suhu udara otomatis (Anonim, 2013).
Gambar 2. Alat pengukur kebasahan daun model Leaf Wetness Dielectric Sensor Decagon Products Australia (Anonim, 2013).
Gambar 3. Alat pengukur embun model Digital Humidity Dew Point Gauge dari Rhino Linings Corporation (Anonim, 2012). Page 4 of 6
Mata Kuliah / MateriKuliah
Brawijaya University
2013
Gambar 4. Alat pengukur kecepatan angin (Anemometer model DQ-826/DQ-836) (Anonim, 2013).
Gambar 5. Alat penangkap spora model rotorod sampler disebelah kiri dan di kanan spora yang tertangkap diamati di bawah mikroskop; (a) Uredospora Puccinia graminis, (b) hifa Cladosporium, dengan spora Alternaria, (c) bermacam spora bepigmen dan Cladosporium, (d) spora Epicoccum purpurascens (Anonim, 2012).
4. REFERENSI Anonim. 2012. Digital humidity dew point gauge. http://buyrhino.com/sendfriend/product/send/id/12/ Anonim. 2013. Lufft quartz thermohygrograph. http://www.meaco.co.uk/images/8147large.jpg Anonim, 2013. Alat pengukur kecepatan angin (Anemometer model DQ-826/DQ-836, buatan China). http://image.made-in-china.com/2f0j00ivhQdLKZSCpw/Anemometer-DQ-826-DQ-836-.jpg. Anonim.
2013. Leaf Wetness Sensor. ICT www.ictinternational.com.au/lws.htm
International
Pty
Ltd
EST
NSW
Australia.
Deacon, J. 2012. the microbial world: airborne microorganisms. http://archive.bio.ed.ac.uk/jdeacon/ microbes/index.htm#choice.
5. PROPAGASI Mahasiswa diminta untuk mengenal dengan benar mengenai peralatan untuk pengamatan lapangan dan cara penggunaannya, untuk itu mereka secara berkelompok pada masing-masing peralatan yang ada melakukan pengamatan langsung di lapangan. Hasil pengamatan kemudian dicatat dan di buat Page 5 of 6
Mata Kuliah / MateriKuliah
Brawijaya University
2013
laporannya untuk didiskusikan di depan kelas. Dosen pengampu memberikan pengarahan dan penjelasnya.
6. PENDALAMAN 1. Apakah gunanya dalam studi epidemiologi dilakukan pengamatan cuaca dan populasi spora di udara yang dilakukan secara harian ditinjau dari aspek epidemiologi. 2. Bagaimana cara saudara melakukan persiapan pelaksanaan untuk penelitian epidemiologi dalam kawasan pertanaman tertentu; buat alur prosedurnya dengan menggunakan modul ini.
Page 6 of 6