MODUL 2 IMPLEMENTASI KURIKULUM Achmad Ridwan
CAPAIAN PEMBELAJARAN Setelah menyelesaikan modul ini, peserta pelatihan memiliki kemampuan: 1.
Menjelaskan apa yang dimaksud dengan implementasi kurikulum
2.
Mengevaluasi model perubahan Lewin
3.
Membedakan tipe-tipe perubahan kurikulum
4.
Menganalisis tipe penolakan orang terhadap perubahan
5.
Mengidentifikasi peran dan tanggung jawab individu yang terlibat dalam implementasi kurikulum
6.
Memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan karakter materi dan karakter mahasiswa
DAFTAR ISI 1.
Pendahuluan
1
2.
Apa yang dimaksud dengan implementasi
2
3.
Implementasi kurikulum sebagai sebuah proses perubahan
4
4.
Tipe-tipe perubahan kurikulum
6
5.
Penolakan terhadap perubahan
7
6.
Individu yang terlibat dalam implementasi kurikulum
9
7.
Implementasi kurikulum di dalam kelas
15
8.
Siklus Implementasi
17
9.
Contoh Format RPKPS
23
10. Pembelajaran Dalam KBK
1|MODUL 2 – IMPLEMENTASI
28
KURIKULUM KBK
1.
Pendahuluan
Pada modul 1 dibahas perubahan dan regulasi apa yang mengharuskan institusi pendidikan tinggi melakukan perubahan kurikulum. Pada modul 2 dibahas tentang teknik perumusan capaian pembelajaran dari capaian pembelajaran universitas atau perdosenan tinggi hingga capaian pembelajaran perkuliahan. Tahap selanjutnya dalam proses pengembangan kurikulum menurut Tyler, Taba dan Alexander serta Saylor adalah rencana pelaksanaan/implementasi kurikulum.. Tujuan akhir dari kurikulum apapun (apakah itu sekolah, perguruan tinggi, universitas atau organisasi pelatihan) adalah peserta didik (mahasiswa) yang terlibat di dalam kelas, dosen, administrator, dan masyarakat. Pelaksanaan/implementasi kurikulum merupakan tahap yang paling penting dan kadang-kadang yang paling sulit dalam tahapan proses pengembangan kurikulum. Mereka yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kurikulum sering mendengar komentar dan kekhawatiran seperti: Apakah dosen sudah kelebihan beban - bagaimana mereka akan menerapkan ide-ide baru. Orang tua dan pengelola pendidikan hanya tertarik pada tingkat kelulusan yang tinggi dalam ujian - bagaimana kampus memasukkan perubahan yang disarankan. Ini adalah bentuk keprihatinan nyata dan lebih diperburuk lagi ketika melaksanakan kurikulum dosen tidak memiliki kejelasan apa yang mereka harap. Silakan tanya pada Dosen, kompetensi apa yang akan dicapai dari mata kuliah yang diampunya, jawabannya seringkali amat mengambang, bahkan ada yang tidak dapat menjawab. Di samping itu, seberapa sering kita mendengar pernyataan, “Rencananya sih bagus tapi penerapannya jelek”. Di sisi lain, jika perencanaan kurikulum tidak dilaksanakan dan tetap sebatas pengetahuan diri dosen saja, maka semua upaya dalam perencanaan akan menjadi sampah belaka. Sebuah kurikulum harus disampaikan dan itu berarti harus dilaksanakan di dalam kelas jika ingin berdampak pada pencapaian kompetensi mahasiswa. Rencana yang baik yang ingin dicapai di kelas jika tidak diimplementasikan dengan baik karena kurangnya perencanaan dan persiapan juga akan sia-sia. Dalam beberapa proyek pengembangan kurikulum, implementasi tidak merupakan sebuah pertimbangan tersendiri, tidak disadari bahwa inovasi membutuhkan perencanaan yang cermat dan pemantauan. Kami melihat bahwa para dosen tidak dipersiapkan dan dilatih dengan tepat sesuai dengan pelaksanaan perubahan di dalam kelas karena waktunya amat singkat.
2|MODUL 2 – IMPLEMENTASI
KURIKULUM KBK
2.
Apa yang dimaksud dengan implementasi Implementasi adalah suatu interaksi antara mereka yang menciptakan program dengan mereka yang dibebankan untuk menyampaikan program. Ornstein dan Hunkins (1998) menyatakan bahwa; o Implementasi mengharuskan pendidik atau dosen untuk beralih dari program yang mereka kenal saat ini pada program baru atau ubahan. o Implementasi melibatkan perubahan dalam pengetahuan, tindakan dan sikap seseorang o Implementasi dapat dilihat sebagai proses pengembangan profesional dan pertumbuhan yang melibatkan interaksi, umpan balik dan pendampingan yang berkelanjutan. o Implementasi adalah proses klarifikasi dimana individu dan kelompok secara bersama berusaha untuk memahami dan mempraktekkan perubahan dalam sikap dan perilaku, sering melibatkan sumber daya baru. o Implemantasi melibatkan perubahan yang membutuhkan usaha yang akan memunculkan sejumlah kecemasan dan cara untuk meminimalkan kecemasan tersebut, hal ini berguna untuk mengatur pelaksanaan/implementasi dalam kegiatan yang dapat dikelola dengan baik dan untuk penetapan tujuan-tujuan yang dapat dicapai. o Implementasi membutuhkan suasana yang mendukung di mana ada kepercayaan dan komunikasi terbuka antara regulator dan dosen, serta pemahaman tentang risiko yang dapat terjadi. Meskipun sejumlah besar uang dihabiskan untuk menerapkan kurikulum baru, sayangnya beberapa upaya telah gagal. Menurut Sarason (1990), alasan utama kegagalan adalah kurangnya pemahaman tentang budaya kampus, baik oleh ahli dari luar sistem kampus maupun dosen yang ada dalam sistem tersebut. Keberhasilan penerapan kurikulum memerlukan pemahaman hubungan kekuasaan, tradisi., peran dan tanggung jawab individu dalam sistem kampus. Pelaksana (apakah mereka menjadi dosen, ketua program studi, pembantu direktur bidang akademik) harus memiliki kefasihan dengan isi kurikulum. Mereka harus memahami betul tujuan, sifat, dan keuntungan nyata dan keuntungan potensial dari inovasi yang dibuat. Sebagaimana dinyatakan oleh Michael Fullan dan Allan Pomfret (1977); "implementasi inovasi yang efektif membutuhkan waktu, interaksi pribadi dan kontak, pelatihan in-service dan bentuk dukungan lain yang berbasis pada orang" (p.391). Implementasi Kurikulum membutuhkan orang-orang yang memiliki waktu cukup untuk melakukannya. Dosen perlu ‘merasa dihargai’ dan pengakuan atas upaya mereka. Beberapa orang mungkin berpendapat bahwa mereka harus diberi imbalan finansial, tetapi ada bukti yang menunjukkan bahwa motivasi eksternal memberikan kontribusi minimal untuk usaha tersebut. Individu memberikan kontribusi bakat terbaik mereka
3|MODUL 2 – IMPLEMENTASI
KURIKULUM KBK
ketika mereka secara internal termotivasi dan memperoleh perasaan yang baik dari keterlibatan mereka.
3.
Implementasi kurikulum sebagai sebuah proses perubahan Implementasi adalah melaksanakan sesuatu atau aplikasi praktis dari metode, prosedur atau tujuan yang diinginkan. Loucks dan Lieberman (1983) mendefinisikan implementasi kurikulum sebagai mencoba praktek baru dan apa yang akan tampak ketika benar-benar digunakan dalam sistem kampus. Contoh, rencana kurikulum yang diintegrasikan dengan penggunaan teknologi diperkenalkan dan Anda ingin tahu apakah apa yang menjadi tujuan dalam perencanaan dapat dilaksanakan di dalam kelas. Tujuan Anda untuk mengembangkan kurikulum adalah untuk membuat perbedaan bagi para peserta didik. Singkatnya, implementasi kurikulum membawa perubahan dan mudah-mudahan perbaikan. Bagaimana Anda membawa perubahan? Dengan kata lain, bagaimana Anda memastikan bahwa kurikulum membawa perubahan yang diinginkan. Sebelum Anda dapat membawa perubahan, Anda perlu tahu apakah perubahan itu. Anda mungkin mengatakan apa masalah sebenarnya?. Kita semua tahu apa perubahan! Anda tahu bagaimana pekerjaan Anda telah berubah. Anda tahu mengapa kebijakan pemerintah berubah. Tapi apa hubungan perubahan dengan kurikulum? Pada dasarnya, perubahan adalah melakukan sesuatu secara berbeda. Perubahan dihasilkan dari pengetahuan baru. Namun demikian, kehadiran pengetahuan baru tidak cukup untuk perubahan. Orang biasanya enggan untuk berubah karena mereka merasa nyaman dengan apa yang mereka sedang lakukan. Jadi, untuk mengubah, mereka harus menyadari kebutuhan untuk berubah. Orang sepertinya lebih menyadari kebutuhan untuk berubah, jika mereka memahami perubahan dan bagaimana cara kerjanya.. Setuju kan? Kurt Lewin (1951), dianggap sebagai bapak psikologi sosial menyarankan penjelasan model (lihat Gambar 1). Menurut dia, semua orang dihadapkan dengan dua kekuatan yang saling bersaing.: Daya Dorong (driving forces): Ini adalah kekuatan yang mengarahkan atau mendorong Anda untuk melakukan sesuatu dan perubahan ke arah tertentu. Daya ini cenderung untuk memulai sebuah perubahan dan menjaga itu terus terjadi. Di tempat kerja, tekanan dari atasan Anda, insentif keuangan dan persaingan untuk promosi mungkin dapat dijadikan contoh untuk daya dorong ini. Daya penahan (restraining force): Ini adalah kekuatan untuk menahan atau mencegah Anda melakukan sesuatu dan perubahan. Di tempat kerja
4|MODUL 2 – IMPLEMENTASI
KURIKULUM KBK
sikap apatis, permusuhan, peralatan yang usang, adalah beberapa contoh daya penahan ini. Kesetimbangan: Ketika dua kekuatan (pendorong dan penahan) memiliki kekuatan yang sama, status quo dipertahankan. Dengan kata lain, tidak ada upaya menuju perubahan dan jadi Anda melakukan hal yang sama seperti yang Anda lakukan sebelumnya. Sebagai contoh, di lingkungan kampus, ketua jurusan atau ketua prodi yang otokratis dan terus-menerus menekan bawahannya mungkin dapat membawa perubahan dalam jangka pendek. Dengan kata lain, kekuatan pendorong telah mengalahkan kekuatan penahan dan ketika hal ini terjadi, perubahan dimulai. Selama kekuatan pendorong lebih kuat daripada kekuatan penahan, perubahan akan terus berlanjut.. Metode yang digunakan oleh ketua jurusan dapat menyebabkan peningkatan permusuhan dan antagonisme dan yang nampak pada diri dosen, dosen menolak untuk bekerja sama dan enggan untuk melakukan lebih dari yang diperlukan. Dengan kata lain, daya penahan nampak lebih kuat dan perubahan perlahan akan berhenti. Lewin menekankan bahwa untuk membawa perubahan, lebih baik mengurangi daya penahan daripada meningkatkan daya pendorong. Ini disebut sebagai unfreezing dimana kekuatan-kekuatan penahan dikurangi untuk merangsang peningkatan kekuatan pendorong. Misalnya, ketua jurusan dapat mendorong lebih banyak diskusi dan pemecahan masalah kelompok dalam upaya untuk menghilangkan permusuhan dan sikap apatis. Jika ada kekhawatiran/ketakutan di kalangan dosen tentang hal yang mereka tidak akan tahu-bagaimana menerapkan perubahan yang terbaik, akan lebih baik jika mereka diberi pelatihan sebelum menerapkan ide-ide baru. KESETIMBANGAN DAYA PENDORONG a. Regulasi pemerintah (UU No. 12/2012) b. Kebutuhan masyarakat c. Perubahan teknologi – pengetahuan/ketrampilan d. Ledakan pengetahuan e. Proses-proses administratif
DAYA PENAHAN a. Ketakutan atas apa yang tidak diketahui b. Ancaman terhadap kekuasaan dan kebiasaan c. Usang d. Nilai-nilai tradisional e. Keterbasasan sumberdaya
Gambar 1. Model Medan Daya (Kurt Lewin)
5|MODUL 2 – IMPLEMENTASI
KURIKULUM KBK
TES MANDIRI 1. Apa saja yang terlibat dalam implementasi kurikulum? 2. Bagaimana model Kurt Lewin menjelaskan tentang perubahan kurikulum?
4.
Tipe-tipe Perubahan Kurikulum Jika Anda bertanggung jawab untuk menerapkan kurikulum, penting bagi Anda untuk memahami sifat perubahan. Memahami proses perubahan merupakan proses yang menantang dan menarik.. Jika Anda tidak memahami kompleksitas perubahan, Anda cenderung seperti memperkenalkan gagasan-gagasan dan tindakan yang dapat mengakibatkan kebingungan dan ketegangan di kampus. Perubahan Kurikulum merupakan proses yang kompleks dan sulit serta membutuhkan perencanaan yang matang, waktu yang cukup, pendanaan, dukungan dan peluang untuk keterlibatan dosen. McNeil (1990) mengkategorikan perubahan kurikulum sebagai berikut: Substitusi: Satu unsur dapat diganti dengan yang lain dari yang sudah ada. Sebagai contoh, menggantikan buku teks baru dengan buku teks lama. Alterasi: ini terjadi ketika perubahan diperkenalkan ke dalam bahan yang sudah ada dengan harapan akan muncul sedikit perubahan, dan dengan demikian akan mudah diadopsi. Misalnya, memperkenalkan konten baru seperti soft skill yang diintegrasikan dalam materi ajar yang lama, penggunaan bahan baru seperti Microsoft excel dan SPSS dalam mata kuliah penelitian. Pertubasi: Ini adalah perubahan yang mengganggu tapi dosen menyesuaikan diri mereka dalam waktu yang cukup singkat. Misalnya, ketua program studi melakukan perubahan jadwal atau jadwal yang memungkinkan waktu mengajar lebih lama lagi. Restrukturisasi: Ini adalah perubahan yang mengarah pada modifikasi sistem secara keseluruhan. Misalnya, pengenalan kurikulum terpadu (integrated curriculum) yang membutuhkan team teaching, atau melibatkan masyarakat setempat dalam memutuskan apa yang akan diajarkan. Orientasi Nilai: Ini adalah pergeseran dalam orientasi nilai-nilai fundamental dari personil kampus. Sebagai contoh, jika dosen yang baru bergabung lebih menekankan pada pertumbuhan pribadi mahasiswa dari pada prestasi akademik, maka orientasi nilai atau filosofi dasar kampus berubah. Perlu disadari bahwa perubahan kurikulum tertentu mungkin tidak benar-benar cocok dan sesuai dengan lima kategori yang diberikan. Tetapi,
6|MODUL 2 – IMPLEMENTASI
KURIKULUM KBK
kategori ini cukup umum untuk membantu Anda merencanakan perubahan dan mengatur sumber daya untuk membawa perubahan. Namun, Anda harus menyadari bahwa perubahan tidak identik dengan perbaikan dan Anda mungkin memutuskan bahwa perubahan tidak perlu dilakukan. TES MANDIRI 2 1. 2.
5.
Apa lima tipe perubahan kurikulum yang diungkap oleh McNeil. Beri contoh setiap kategori selain apa yang tertulis dalam teks Identifikasi tipe-tipe perubahan kurikulum lainnya yang Anda ketahui tetapi tidak cocok dengan yang diberikan.
Penolakan terhadap perubahan Seperti disebutkan sebelumnya, membawa perubahan bukanlah tugas yang mudah. Ada banyak hambatan untuk keberhasilan pengimplementasian kurikulum. Jika Anda diberi tugas melaksanakan kurikulum, apakah itu pada sistem sekolah, perguruan tinggi, universitas atau pusat pelatihan, Anda akan menemukan orang-orang yang menolak perubahan. Membiarkan segala sesuatu seperti yang mereka lakukan selama ini. Banyak orang berpikir bahwa lebih mudah untuk menjaga halhal sebagaimana adanya. Kita sering mendengar orang berkata, "Jika tidak rusak, mengapa memperbaikinya". Orang-orang senang dengan situasi saat ini di lembaga mereka dan merasa bahwa perubahan yang disarankan tidak akan memenuhi tujuan perguruan tinggi atau pusat pelatihan mereka. Status quo cenderung dipertahankan ketika orang-orang yang memperkenalkan perubahan itu sendiri tidak jelas maksudnya dan apa yang dibutuhkan dari program baru. Untuk membuat keadaan menjadi lebih buruk, pelaksanaan program ini tidak direncanakan dengan baik. Dosen sebagai orang menerapkan kurikulum sering melihat perubahan sebagai berarti lebih banyak pekerjaan. Disamping jadwal mereka yang sudah kelebihan beban, tidak ada imbalan tambahan finansial untuk tambahan pekerjaan mereka. Juga, mereka melihat program kurikulum baru akan mengharuskan mereka untuk belajar keterampilan baru dan kompetensi mengajar yang baru, dan ini berarti kembali menghadiri pelatihan atau seminar. Dalam hal ini pun ditemukan bahwa dosen atau praktisi cenderung menolak strategi pedagogis atau metode pengajaran yang berbeda dari apa yang mereka sering gunakan. Mereka enggan untuk mengubah atau memodifikasi strategi pembelajaran mereka saat ini dan pemahaman praktisnya di kelas.
7|MODUL 2 – IMPLEMENTASI
KURIKULUM KBK
Mari kita cermati secara lebih rinci mengapa orang menolak perubahan. Dengan mengetahui mengapa orang menolak perubahan, dimungkinkan untuk merencanakan strategi yang lebih efektif untuk mengatasi hambatan dan meningkatkan penerimaan perubahan. Orang yang diberi tugas mengimplementasikan kurikulum harus memahami bagaimana orang bereaksi terhadap perubahan, dan bagaimana mendorong mereka untuk menjadi reseptif/menerima terhadap perubahan. Berikut ini adalah alasan utama mengapa orang menolak perubahan (Harvey, 1990; Woldring, 1999; Lippitt, 1966). I.
Orang menolak karena mereka tidak mengerti - mereka tidak mengikuti apa yang sedang diperkenalkan atau yang sedang berubah. Mereka tidak mengerti kemana mereka akan pergi. Mereka harus mendapat kejelasan seperti apa yang dituntut dari mereka. Solusi alternatif: Kuncinya adalah komunikasi. Anda harus menjelaskan kepada mereka "Mengapa". Anda memiliki Jawaban untuk pertanyaan, Mengapa, Apa, Kapan, Bagaimana dan Dimana. Ingat, efektivitas komunikasi bukanlah 'pesan terkirim' tapi dari pesan 'diterima'.
II.
Orang-orang menolak karena kurangnya rasa memiliki - Individu tidak akan menerima perubahan jika mereka menganggap hal itu datang dari luar atau dikenakan pada mereka. Sayangnya, upaya reformasi kurikulum kebanyakan diawali dari luar, regulasi UU No. 12 tahun 2012 dan Perpres No. 8 Tahun 2012 untuk tingkat nasional (kementerian) atau tingkat perguruanan tinggi, sebagai contoh. Solusi alternatif: Anda harus meyakinkan para dosen bahwa meskipun berasal dari luar, pandangan dan pendapat mereka telah dipertimbangkan pada tahap perencanaan dan desain pengembangan kurikulum. Libatkan dosen mengeksplorasi relevansi kurikulum baru dan memberi mereka kebebasan untuk mengeksplorasi keterampilan baru yang dibutuhkan untuk menerapkan kurikulum. Hal ini akan membuat mereka merasa bahwa mereka adalah bagian penting dari proses implementasi kurikulum.
III. Orang menolak jika mereka tidak memiliki kompetensi untuk mengatasi perubahan - Adalah wajar bagi orang-orang untuk menolak jika mereka tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk mengatasi perubahan. Tak seorang pun ingin diberitahu bahwa mereka tidak kompeten. Ada kemungkinan bahwa pelaksanaan kurikulum baru
8|MODUL 2 – IMPLEMENTASI
KURIKULUM KBK
terburu-buru diterapkan atau karena keterbatasan anggaran, periode pelatihan telah sangat berkurang dan dosen tidak cukup dilengkapi. Solusi alternatif: Waktu dan sumberdaya yang memadai harus dialokasikan untuk pelatihan dosen yang terlibat dalam pelaksanaan kurikulum baru. IV. Orang-orang menolak jika kurang insentif atau bermanfaat - Jika dosen tidak yakin bahwa program baru akan membuat hal-hal yang lebih baik bagi mahasiswa (dalam hasil belajar) atau diri mereka sendiri (seperti pengakuan, penghormatan, atau penghargaan yang lebih besar), mereka cenderung untuk menolak perubahan yang disarankan. Solusi alternatif: Pastikan bahwa dosen yang terlibat secara aktif dalam perubahan kurikulum lebih dihargai. Penghargaannya tidak perlu uang, namun upayakan mereka diberi pengakuan yang diperlukan. V.
Orang-orang menolak jika mereka tidak punya waktu untuk terlibat dalam perubahan – Dosen memiliki kesulitan dalam menyeimbangkan antara membawa perubahan yang menjadi tanggung jawab mereka dan kenyamanan dalam melakukan apa yang biasa dilakukan saat ini. Memfokuskan energi mereka pada kegiatan perubahan, dapat mengarah pada resiko pengabaian tanggung jawab mereka saat ini. Solusi alternatif: Ringankan beban kerja mereka sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam perubahan. Prioritas ulang pekerjaan mereka. Jangan mengharapkan orang memiliki energi untuk berubah, ketika itu berarti kegagalan bagi tugas-tugas yang menjadi bertanggung jawab mereka.
TES MANDIRI 3 1. Mengapa orang menolak perubahan? 2. Ajukan alasan lain mengapa orang meniolak perubahan
9|MODUL 2 – IMPLEMENTASI
KURIKULUM KBK
7.
Individu-individu yang Terlibat Dalam Implementasi Kurikulum
Menerapkan kurikulum membutuhkan keterlibatan banyak orang yang berbeda. Masing-masing adalah 'pemain kunci' dalam proses perubahan. Tanpa keterlibatan yang terkoordinasi dari orang-orang ini, pelaksanaan program kurikulum akan menghadapi banyak masalah. Di antara para pemain utama yang diidentifikasi adalah: dosen, mahasiswa, ketua jurusan/ketua program studi, pejabat di perguruan tinggi ybs., pengembang kurikulum, akademisi, orang tua, pejabat politik yang tertarik dan warga negara. Dalam sistem terpusat, kurikulum nasional dikembangkan di tingkat nasional dalam hal ini pendidikan tinggi dan diteruskan ke masing-masing perguruanan tinggi untuk dilaksanakan.
6 .1
Dosen
Tanpa diragukan lagi, orang yang paling penting dalam proses implementasi kurikulum adalah dosen. Dengan pengetahuan, pengalaman dan kompetensi, dosen memegang peranan yang amat penting bagi setiap upaya perbaikan kurikulum. Apapun landasan filosofis yang menjadi keyakinan sistem pendidikan yang dianut, tidak dapat disangkal bahwa dosen mempengaruhi mahasiswa. Dosen yang baik akan mendorong pembelajaran yang lebih baik. Dosen yang paling tahu tentang praktek pembelajaran dan bertanggung jawab untuk memperkenalkan kurikulum di dalam kelas. Kunci untuk mendapatkan berkomitmen dosen untuk inovasi adalah meningkatkan pengetahuan mereka tentang program ini. Hal ini berarti dosen perlu dilatih dan lokakarya harus diselenggarakan demi pengembangan profesional. Sayangnya, dalam proses implementasi kurikulum tidak semua dosen akan mendapatkan manfaat dari paparan tersebut. Terlalu banyak jumlah dosen, dan dana yang kurang mencukupi untuk mencapai seluruh dosen. Pendekatan yang paling umum adalah melakukan workshop satu hari yang diberikan oleh para ahli dengan metode ceramah yang merupakan strategi pedagogis yang paling dominan. Diantara faktor-faktor ekstrinsik yang dapat diidentifikasi sebagai pendorong perubahan kurikulum adalah kecukupan sumber daya, waktu, etos kampus dan dukungan profesional. Faktor intrinsik adalah; pengetahuan profesional, kecukupan profesional dan minat profesional serta motivasi. (Lihat tabel 1). Oleh karena itu, pengembangan profesional dosen merupakan faktor penting yang berkontribusi besar bagi keberhasilan implementasi kurikulum.
10 | M O D U L 2 – I M P L E M E N T A S I
KURIKULUM KBK
Sejauh mana program pendidikan dosen diperlukan bagi dosen prospektif untuk mempelajari pengembangan kurikulum? Jika mengajar bagi dosen merupakan profesi, dan jika kesempatan pendidikan bagi peserta didik benar-benar ingin ditingkatkan, tentu saja program pendidikan dosen yang memadai harus mencakup pengembangan kurikulum (baik teori maupun praktik pengembangan kurikulum). Tabel 1.
Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kurikulum di perguruan tinggi.
Faktor Kecukupan sumberdaya
Deskripsi Kecukupan peralatan, fasilitas dan sumber daya umum yang diperlukan untuk menerapkan kurikulum baru
Waktu
Waktu yang tersedia untuk menyiapkan dan menyampaikan persyaratan kurikulum baru. Misalnya; dosen membutuhkan cukup waktu untuk mengembangkan pemahaman mereka sendiri berkenaan dengan mata kuliah yang harus diajarkan. . Keyakinan perguruan tinggi terhadap kurikulum baru. Status kurikulum dari sudut pandang staf dosen, administrator dan masyarakat. Misalnya; sejauh mana administrasi kampus mengakui pentingnya mata kuliah tersebut dalam kurikulum perguruan tinggi tersebut.
Etos kampus
Dukungan Profesional
Dukungan untuk dosen baik dari perguruan tingginya maupun dari luar (kementerian). misalnya kesempatan untuk menerima dukungan kurikulum secara professional yang berkelanjutan.
Kecukupan Profesional
Dosen memiliki kemampuan dan kompetensi sendiri untuk menyampaikan materinya sesuai dengan kurikulum, yaitu kepercayaan diri untuk mengajar.
Pengetahuan profesional
Pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki dosen mengenai kurikulum baru. misalnya metode pembelajaran yang berbeda untuk mendorong mahasiswa belajar dan mencapai prestasi yang lebih tinggi.
Minat dan sikap profesional
Sikap dan minat dosen terhadap kurikulum baru, misalnya ketajaman dan kedalaman dalam mengajarkan suatu mata kuliah.
[Sumber: diadaptasi dari Science Curriculum Implementation Questionnaire (SCIQ). http://home.cc.umanitoba.ca/ ~ lewthwai / introSCIQ.html]
Berikut adalah beberapa topik yang akan dibahas dalam merancang kesempatan pengembangan profesional bagi dosen untuk melaksanakan program baru.
11 | M O D U L 2 – I M P L E M E N T A S I
KURIKULUM KBK
Filosofi Program: Penting bagi dosen untuk memahami baik filosofi di balik program maupun bagaimana program baru dapat mempengaruhi mahasiswa, orang tua, administrator dan para pemangku kepentingan lainnya. Isi/konten: Dosen kerap menemukan di dalam kurikulum dimasukkan konten yang belum terbiasa diajarkan, yang dalam perkuliahan mereka sebelumnya tidak diajarkan dalam beberapa saat, atau konten yang kerap disajikan tetapi dengan cara yang asing bagi mereka. Misalnya, penggunaan pendekatan berbasis pemecahan masalah (problem based learning) dari pada pendekatan berbasis topik. Pendekatan berbasis output (output based learning) yang harus bergeser pada pendekatan berbasis capaian (outcomes based learning) yang amat memperhatikan pengembangan soft skill selain hard skill (konten pembelajaran). Pedagogi/andragogi: Dosen perlu diberi kesempatan untuk akrab dengan pendekatan program pedagogis/andragogis baru. Mereka mungkin perlu mempraktikkan keterampilan mengajar tertentu yang ditekankan dalam program baru, seperti pengajaran karakter, nilai-nilai, atau mungkin untuk terbiasa dengan alat bantu pembelajaran seperti internet. Komponen program: Dosen akan membutuhkan banyak kesempatan untuk belajar tentang komponen program baru di awal tahap implementasi. Sebagai contoh, program baru mungkin memberikan penekanan lebih besar pada penilaian berbasis kelas (classroom based assessment atau school based assessment), sedangkan dosen lebih terbiasa dengan penilaian diakhir perkulihan atau penilaian terpusat/nasional.
KEGIATAN 6.1 Sesuai pendapat Friendenberg, orang yang mengajar cenderung secara alamiah konformis (selalu mengikuti aturan lama) dan enggan berinovasi. Orang-orang tersebut merasa telah berhasil dalam sistem perkuliahan yang ada sekarang. Mereka belajar bermain aman dan tetap bersahaja dalam sistem birokrasi yang berjalan dengan administrasi yang tidak menginginkan gelombang perubahan baru. Mereka memperoleh kesuksesan dan pemenuhan sebagai seorang mahasiswa dan kini sebagai dosen dalam sistem tersebut, dan untuk hal ini terlalu banyak alasan untuk tidak merubahnya. (sumber: Edgar Frienberg, Coming of Age in America, New York Random House)
1. Sejauh mana Anda setuju dengan pandangan Friendenberg perubahan kurikulum. 2. Adakah karakteristik ini pada profesi lainnya
12 | M O D U L 2 – I M P L E M E N T A S I
KURIKULUM KBK
tentang dosen dan
6. 2 Mahasiswa Ada kecenderungan di kalangan pelaksana kurikulum untuk mengabaikan peran mahasiswa sebagai agen perubahan. Semakin meningkat kesadaran bahwa mahasiswa dapat berkontribusi pada perubahan yang bermakna. Mahasiswa harus bersedia untuk berpartisipasi dalam program ini. Jika mahasiswa tidak melihat relevansi program, ada kemungkinan mereka tidak akan termotivasi untuk berpartisipasi atau belajar. Namun, masih belum jelas bagaimana mahasiswa harus terlibat dalam tahap implementasi kurikulum, meskipun mereka adalah penerima utama dari program ini. Mungkin begitu melekat dalam pemikiran dan perilaku mahasiswa bahwa perubahan yang diusulkan dalam kurikulum tidak diterima dengan penuh perhatian. Misalnya, mahasiswa sudah terbiasa menggunakan catatan yang ada dari dosennya sedangkan program baru mengharuskan mereka untuk membuat catatan mereka sendiri dan mengkonstruk pengetahuannya sendiri (constructivism-student centered learning). Beberapa mahasiswa mungkin tidak tahu bagaimana membuat catatan yang efektif dan harus diajarkan bagaimana melakukan hal itu. Bahkan mahasiswa yang diminta untuk berpartisipasi dalam diskusi mungkin tidak dapat melakukannya dengan baik, karena mereka telah terbiasa untuk menjadi penerima informasi secara pasif. Untuk itulah kita perlu mengetahui siapa mahasiswa kita (knowledge of learner kata Lee Sculman) 6. 3 Ketua Jurusan/Ketua Program Studi Ketua jurusan atau ketua program studi adalah pemain penting dalam proses pelaksanaan kurikulum di kampus. Mereka harus memahami perlunya perubahan serta langkah-langkah yang harus diambil sepanjang jalan. Mereka harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang perubahan yang terencana dan proses implementasinya. Mereka harus terbiasa dengan tujuan dan komponen kurikulum dan dapat melihat pergeseran peran dosen peran dalam kelas dan cara dosen berinteraksi dengan mahasiswa. Mereka harus dapat diakses dan berkecenderungan untuk berkomunikasi dengan orang lain yang terlibat dalam proses. Membangun arus informasi dua arah akan menempatkan ketua jurusan atau ketua program studi kesempatan untuk tetap memperoleh isu-isu terkini yang perlu ditangani. Hal ini juga akan memungkinkan ketua jurusan/prodi mengidentifikasi secara langsung masalah-masalah penting atau masalah lain sebelum masalah tersebut menjadi penyebabkan timbulnya frustrasi atau bahkan kemarahan di kalangan dosen. Jalur komunikasi terbaik harus ditetapkan sejak awal untuk mendapatkan informasi dari orang-orang sekitar serta untuk menyediakan sebuah platform di mana mereka dapat menyuarakan
13 | M O D U L 2 – I M P L E M E N T A S I
KURIKULUM KBK
keprihatinan mereka. Informasi yang dikumpulkan dari mendengarkan dan berbicara kepada orang-orang, juga akan membantu ketua jurusan atau ketua program studi untuk memutuskan pada hal apa harus fokus dan membutuhkan perhatian. Mereka harus mampu meyakinkan stake holder tentang manfaat dari kurikulum baru dan bagaimana strategi pedagogis baru dapat menjadi lebih bermakna bagi putra/putri mereka. Misalnya, mereka mungkin perlu untuk berbicara dengan orang tua dan masyarakat mengenai kurikulum baru. Adalah penting untuk memberikan pesan bahwa kita berpikir dengan hati-hati tentang perlunya perubahan, bahwa kita telah mengantisipasi masalah yang akan timbul dan memiliki rencana untuk mengatasi masalah tersebut. Mereka harus diingatkan, bahwa hal terbaik-dalam membuat rencana adalah perencanaan tersebut harus dapat menanggulangi tantangan tak terduga. Misalnya, tidak cukup dosen dalam mata kuliah tertentu karena pengunduran diri, perubahan tak terduga dari program pemerintah (lihat Perpres No 8 tahun 2012 dan UU No. 12 Tahun 2012), kebijakan pemerintah yang tiba-tiba berubah. Untuk alasan ini, rencana implementasi yang fleksibel mungkin diperlukan dan disesuaikan serta ditinjau kembali sepanjang proses perubahan tersebut. Mereka harus berkomitmen untuk perubahan dan mampu menggunakan berbagai strategi kepemimpinan untuk memenuhi kebutuhan dosen seperti, membangun kekuatan staf dosen mereka, bersedia mengambil risiko, berpikir positif tentang perubahan terencana dan menggunakan optimisme ini untuk memotivasi orang lain.
6. 4 Orangtua Di perguruan tinggi mungkin peran orang tua tidak sebesar tingkat pendidikan dasar dan menengah. Namun selain dosen, mahasiswa dan pengelola perguruan tinggi, orang tua juga memainkan peran penting dalam proses implementasi. Misalnya, ketika orang tua melihat materi perkuliahan yang diajarkan dengan cara yang asing bagi mereka, mereka secara alami memiliki pertanyaan tentang apa yang sedang terjadi. Ketika mahasiswa membawa pekerjaan rumah dari kampus bahwa orang tua merasa tidak mampu untuk membantu secara moral dan finansial, mereka merasa bingung dan tersesat. Untuk menjadi sukses, setiap program baru perlu melibatkan orang tua. Salah satu cara untuk menjangkau orang tua adalah dengan mengadakan lokakarya bagi mereka dengan berfokus pada kurikulum baru. Lokakarya harus dirancang untuk membantu orang tua lebih memahami isi dan filosofi dari program baru. Orangtua perlu diberi kesempatan untuk berbagi keprihatinan mereka dan menyuarakan dukungan mereka dalam sebuah forum terbuka. Lokakarya ini sebaiknya dilakukan oleh dosen sehingga mereka dapat menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi di dalam proses perkuliahan.
14 | M O D U L 2 – I M P L E M E N T A S I
KURIKULUM KBK
Pendekatan lain yang dapat dijangkau oleh orang tua adalah membuat informasi yang tersedia tentang perubahan kurikulum di internet. Demikian pula informasi yang berbasis cetak dapat dibuat untuk menginformasikan orang tua tentang perubahan yang sedang berlangsung dengan pengenalan kurikulum baru. TES MANDIRI Menurut Anda: 1. Apa yang harus dilakukan ketua jurusan atau ketua program studi untuk memastikan keberhasilan pelaksanaan kurikulum apapun? 2. Bagaimana seharus mahasiswa terlibat dalam proses implementasi kurikulum?
8.
Implementasi Kurikulum di Dalam Kelas. Tujuan akhir dari kurikulum apapun adalah kelas. Ketika kita memasuki kelas, pengambilan keputusan menjadi tanggung jawab dosen. Hingga titik ini, implementasi kurikulum telah didiskusikan pada tingkat program dan pengambilan keputusan merupakan sifat programatik (meskipun secara singkat didiskusikan mengenai peran dosen). Sekarang di dalam kelas dosen akan mengambil alih dan membuat keputusan yang bersifat metodologis. Mereka akan menjawab pertanyaan seperti: Apa tujuan pembelajaran yang harus dicapai sebagai hasil dari proses pembelajaran? (harus mengacu pada capaian pembelajaran program studi dan capaian pembelajaran institusi) Apa cakupan topik atau konten yang harus saya berikan sesuai dengan capaian pembelajaran perkuliahan? Metode pembelajaran atau strategi apa yang harus saya gunakan agar berlangsungnya pembelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran? (pelibatan pengembangan hard skill dan soft skill) Bagaimana cara mengevaluasi pembelajarani untuk menentukan apakah saya telah berhasil mencapai tujuan atau capaian pembelajaran?
15 | M O D U L 2 – I M P L E M E N T A S I
KURIKULUM KBK
LEARNING OUTCOMES (CAPAIAN PEMBELAJARAN)
MATERI PERKULIAHAN
PENGALAMAN BELAJAR
METODE PEMBELAJARAN
PENILAIAN TUGASTUGAS
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Gambar 2 . Contoh model pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran dalam kelas meliputi penetapan capaian pembelajaran perkulihan atau tujuan pembelajaran, memilih isi, memilih pengalaman belajar dan memilih teknik atau tugas untuk mengevaluasi pencapaian pembelajaran (lihat Gambar 2). Dimana dan bagaimana dosen mulai merencanakan pembelajaran? Mari kita lihat tiga contoh perencanaan pembelajaran ini. Dosen X mengambil buku dan membagi jumlah bab dengan jumlah minggu dalam satu semester berjalan. Misalnya, satu bab dapat diajarkan lebih dari dua atau tiga pokok bahasan. Urutan dan subpokok bahasan dari masing-masing bab menuntun penyajian konten. Dosen dapat mempersiapkan beberapa catatan bagi mahasiswa, untuk mengajukan beberapa pertanyaan selama kuliah berlangsung di kelas (yang mungkin berasal dari buku teks) dan memberikan tugas kelompok untuk memperjelas kajian dalam setiap bab. Dosen Y memilih topik untuk studi selama seminggu atau selama beberapa tatap muka dengan menggunakan segala macam sumber daya yang terkait dengan topik tersebut. Sumber daya dapat mencakup buku teks, buku referensi, website, majalah, dll. Perkulihan ini menggunakan pendekatan pemecahan masalah, dan mahasiswa didorong untuk memperoleh pemecahan masalah melalui berbagai sumber informasi. Dosen Z datang ke kelas tanpa mengetahui apa yang dia akan berikan dalam perkuliahan tersebut. Sebuah tema atau isu yang ditulis di papan
16 | M O D U L 2 – I M P L E M E N T A S I
KURIKULUM KBK
tulis dan mahasiswa diharapkan dapat memberikan kontribusi pemahaman dan interpretasi tentang tema atau isu tersebut. Beberapa pandangan mungkin berpendapat bahwa ini adalah spontanitas, yang lain, kurang direncanakan dengan baik, atau diistilahkan sebagai- tidak terencana.. Ketiga pendekatan ini mungkin ekstrim, tetapi ada banyak dosen yang masuk dalam salah satu kategori ini. Dosen tersebut dapat mengikuti kurikulum atau mengikuti rencana secara umum. Ketiga pendekatan tidak dapat menentukan tujuan pembelajaran secara spesifik atau capaian pembelajaran mahasiswa yang diharapkan dapat dicapai. Pada kebanyakan kasus, dosen banyak mengadopsi pendekatan eklektik, yaitu mereka menggabungkan satu atau lebih metode. Tujuan pembelajaran atau capaian pembelajaran adalah pernyataan yang menunjukkan apa yang Anda inginkan dari mahasiswa untuk diketahui, yang harus dilakukan dan dinilai setelah dan selama melakukan proses pembelajaran. Mengapa harus capaian pembelajaran? Capaian pembelajaran: Memperjelas dosen tentang perubahan apa yang mereka inginkan dicapai oleh mahasiswa. Membantu dalam memilih pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai perubahan atau pembelajaran yang diinginkan Menginformasikan mahasiswa tentang apa yang diharapkan dari mereka Mengindikasikan apa yang penting untuk dinilai dalam pembelajaran, 9.
Siklus Implementasi
Gambar 3. Siklus implementasi kurikulum
17 | M O D U L 2 – I M P L E M E N T A S I
KURIKULUM KBK
9.1
Standar Kompetensi Lulusan
Standar kompetensi lulusan (SKL) suatu jenjang pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional mencakup komponen ketakwaan, akhlak, pengetahuan, ketrampilan, kecakapan, kemandirian, kreativitas, kesehatan, dan kewarganegaraan. SKL dirumuskan pada tingkat program studi karena akan membentuk profil lulusan program studi yang bersangkutan. Sesuai UU No.12 Tahun 2012 Pasal 29 Ayat (2) dinyatakan bahwa KKNI merupakan acuan pokok dalam merumuskan kompetensi lulusan. Sedangkan KKNI termaktub dalam Perpres No. 8 Tahun 2012. Keduanya menjadi acuan utuh dalam penetapan kompetensi lulusan. Dengan adanya SKL, kita memiliki patok mutu, baik evaluasi bersifat mikro seperti kualitas proses dan kualitas produk pembelajaran, maupun evaluasi makro seperti efektivitas dan efisiensi program pendidikan yang diselenggatakan pada tingkat program studi maupun tingkat universitas, sehingga ke depan pendidikan kita akan melahirkan standar mutu yang dapat dipertanggungjawabkan pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan. SKL selanjutnya dijabarkan ke dalam SK atau capaian pembelajaran (learning outcomes) program studi, dan selanjutnya KD atau capaian pembelajaran yang diharapkan (intended learning outcomes) atau capaian pembelajaran perkuliahan (course learning outcomes). Standar Kompetensi (SK), merupakan ukuran kemampuan minimal yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dicapai, diketahui, dan mahir dilakukan oleh mahasiswa pada setiap tingkatan dari suatu materi yang diajarkan. Standar kompetensi juga merupakan capaian pembelajaran yang diharapkan setelah mahasiswa menyelesaikan seluruh perkuliahannya pada program studi tertentu, atau disebut juga sebagai capaian pembelajaran program studi (program learning outcomes). SK adalah pernyataan tentang keterampilan dan pengetahuan serta sikap yang harus dimiliki oleh seseorang untuk mengerjakan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan. Kompetensi Dasar (KD), merupakan penjabaran SK mahasiswa yang cakupan materinya lebih sempit dibanding dengan SK mahasiswa. Jika menggunakan terminologi dalam Perpres No.8 Tahun 2012 tentang KKNI, kompetensi dasar dapat dikategorikan sebagai capaian pembelajaran yang diharapkan (intended learning outcomes) atau capaian pembelajaran perkuliahan (course learning outcomes).
9.2 Kurikulum Berbasis Kompetensi Dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi harus berkaitan dengan tuntutan SKL, SK atau capaian pembelajaran program studi, dan KD atau capaian pembelajaran perkuliahan, organisasi kegiatan pembelajaran,
18 | M O D U L 2 – I M P L E M E N T A S I
KURIKULUM KBK
dan aktivitas untuk mengembangkan dan memiliki kompetensi seefektif mungkin. Proses pengembangan kurikulum berbasis kompetensi menggunakan asumsi bahwa mahasiswa yang akan belajar telah memiliki pengetahuan dan keterampilan awal yang dibutuhkan untuk menguasai kompetensi tertentu. Pendidikan berbasis kompetensi mencakup kurikulum, paedagogi dan
penilaian
Pembelajaran berbasis kompetensi adalah program pembelajaran di mana hasil belajar atau kompetensi yang diharapkan dicapai oleh mahasiswa, sistem penyampaian, dan indikator pencapaian hasil belajar dirumuskan secara tertulis sejak perencanaan dimulai (McAshan, 1989:19). Dalam pembelajaran berbasis kompetensi perlu ditentukan standar minimum kompetensi (mastery level) yang harus dikuasai mahasiswa. Sesuai pendapat tersebut, komponen materi pembelajaran berbasis kompetensi meliputi: (1) kompetensi yang akan dicapai/dikuasai; (2) strategi penyampaian untuk mencapai kompetensi; (3) sistem evaluasi atau penilaian yang digunakan untuk menentukan keberhasilan mahasiswa dalam mencapai kompetensi. Kompetensi yang harus dikuasai oleh mahasiswa perlu dirumuskan dengan jelas dan spesifik. Perumusan dimaksud hendaknya didasarkan atas prinsip “relevansi dan konsistensi antara kompetensi dengan materi yang
dipelajari, waktu yang tersedia, dan kegiatan serta lingkungan belajar yang digunakan” (McAshan, 1989:20).
Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mendapatkan perumusan kompetensi yang jelas dan spesifik, antara lain dengan melaksanakan analisis kebutuhan, analisis tugas, analisis kompetensi, penilaian oleh profesi dan pendapat pakar mata kuliah, pendekatan teoritik, dan telaah buku teks yang relevan dengan materi yang dipelajari (Kaufman, 1982: 16; Bratton, 1991: 263). Konsep pembelajaran berbasis kompetensi menyaratkan dirumuskannya secara jelas kompetensi yang harus dimiliki atau ditampilkan mahasiswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Dengan tolokukur pencapaian kompetensi, maka dalam kegiatan pembelajaran mahasiswa akan terhindar dari mempelajari materi yang tidak perlu yaitu materi yang tidak menunjang tercapainya penguasaan kompetensi. Pencapaian setiap kompetensi tersebut terkait erat dengan sistem pembelajaran. Dengan demikian komponen minimal pembelajaran berbasis kompetensi adalah: a. pemilihan dan perumusan kompetensi yang tepat. b. spesifikasi indikator penilaian untuk menentukan pencapaian kompetensi. c. pengembangan sistem penyampaian yang fungsional dan relevan dengan kompetensi dan sistem penilaian.
19 | M O D U L 2 – I M P L E M E N T A S I
KURIKULUM KBK
Penerapan konsep dan prinsip pembelajaran berbasis kompetensi diharapkan bermanfaat untuk: a. menghindari duplikasi dalam pemberian materi pembelajaran, yang disampaikan dosen harus benar-benar relevan dengan kompetensi yang ingin dicapai. b. mengupayakan konsistensi kompetensi yang ingin dicapai dalam mengajarkan suatu mata kuliah. Dengan kompetensi yang telah ditentukan secara tertulis, siapa pun yang mengajarkan mata kuliah tertentu tidak akan bergeser atau menyimpang dari kompetensi dan materi yang telah ditentukan. c. meningkatkan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, kecepatan, dan kesempatan mahasiswa. d. membantu mempermudah pelaksanaan akreditasi. Pelaksanaan akreditasi akan lebih dipermudah dengan menggunakan tolokukur SK. e. memperbarui sistem evaluasi dan pelaporan hasil belajar mahasiswa. Dalam pembelajaran berbasis kompetensi, keberhasilan mahasiswa diukur dan dilaporkan berdasar pencapaian kompetensi atau subkompetensi tertentu, bukan didasarkan atas perbandingan dengan hasil belajar mahasiswa yang lain, hal ini berarti penilaian harus berbasis pada kriteria (criterion reference test). f. memperjelas komunikasi dengan mahasiswa tentang tugas, kegiatan, atau pengalaman belajar yang harus dilakukan dan cara yang digunakan untuk menentukan keberhasilan belajarnya (rubrik). g. meningkatkan akuntabilitas publik. Kompetensi yang telah disusun, divalidasikan, dan dikomunikasikan kepada publik, sehingga dapat digunakan untuk mempertanggung-jawabkan kegiatan pembelajaran kepada publik. h. memperbaiki sistem sertifikasi. Dengan perumusan kompetensi yang lebih spesifik dan terperinci, perguruan tinggi dapat mengeluarkan sertifikat atau transkrip yang menyatakan jenis dan aspek kompetensi yang dicapai. 9.3 Pemetaan Kurikulum Meskipun para dosen bekerja bersama-sama pada perguruan tinggi yang sama, mereka sering kali kurang memiliki pengetahuan yang lengkap tentang segala yang mereka ajarkan. Dosen-dosen yang serumpun pun kurang memiliki informasi tentang segala yang mereka ajarkan. Meskipun kerangka kerja kurikulumnya mungkin menyebutkan tujuan umum dan standar, tetapi sering kali tidak mengatakan apa pun tentang segala yang dikerjakan dosen dari hari ke hari. Jacobs (1997) menawarkan ide tentang "curriculum maps " (peta kurikulum) sebagai cara untuk memetakan apa yang sedang mereka kerjakan dan membantu memastikan bahwa tidak ada kesenjangan pada
20 | M O D U L 2 – I M P L E M E N T A S I
KURIKULUM KBK
keterampilan-keterampilan yang penting dan tidak terlalu banyak terjadi tumpang-tindih atau pengulangan. Curriculum mapping (pemetaan kurikulum) di mulai dengan masingmasing dosen mendeskripsikan proses dan keterampilan yang ditekankannya, konsep dan topik esensial yang diajarkannya, dan hasil yang diharapkannya dari mahasiswa. Setelah itu, bergantung situasinya, deskripsideskripsi ini saling diinformasikan kepada dosen-dosen di perguruan tinggi tersebut, dan peta kurikulum dikonstruksikan untuk memperlihatkan kurikulum PT, termasuk kesenjangan yang mungkin ada dan topik-topik yang tidak perlu diajarkan lebih dari satu kali. Meskipun para dosen pemula tidak akan diminta memimpin proses ini, dengan memahami bahwa hal tersebut akan membantu mereka masuk ke dalam pemetaan kurikulum dan mendapatkan pemahaman yang lebih jelas tentang apa yang sebenarnya akan terjadi di ruang kelas dan bagaimana hal-hal yang mereka ajarkan dapat dimasukkan dengan tepat ke dalamnya.
9.4 Silabus Silabus disusun berdasarkan Standar Isi, yang setidaknya berisikan: Identitas Mata Kuliah, Standar Kompetensi (SK) atau capaian pembelajaran program studi, dan Kompetensi Dasar (KD) atau capaian pembelajaran yang diharapkan (intended learning ourcomes), Indikator, Materi Pokok, Kegiatan pembelajaran, Alokasi Waktu, Sumber Belajar, dan Penilaian. Dengan demikian, silabus pada dasarnya menjawab permasalahanpermasalahan sebagai berikut. 1. Kompetensi apa saja yang harus dicapai mahasiswa sesuai dengan yang dirumuskan oleh Standar Isi (Program Learning Outcomes dan Course Learning Outcomes). 2. Materi Pokok apa sajakah yang perlu dibahas dan dipelajari mahasiswa untuk mencapai Standar Isi (analisis melalui domain pengetahuan dan capaian pembelajaran yang diharapkan) 3. Kegiatan pembelajaran yang bagaimanakah yang seharusnya diskenariokan oleh dosen sehingga mahasiswa mampu berinteraksi dengan objek belajar baik secara mandiri maupun terbimbing. 4. Indikator apa sajakah yang harus ditentukan untuk mencapai Standar Isi. 5. Bagaimanakah cara mengetahui ketercapaian kompetensi berdasarkan Indikator sebagai acuan dalam menentukan jenis dan aspek yang akan dinilai (indikator penilaian). 6. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai Standar Isi tertentu. 7. Sumber Belajar apa sajakah yang dapat diberdayakan untuk mencapai Standar Isi tertentu.
21 | M O D U L 2 – I M P L E M E N T A S I
KURIKULUM KBK
Prinsip Pengembangan Silabus 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertangungjawabkan secara keilmuan. Relevan Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual mahasiswa. Sistematis Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi. Konsisten Ada hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian. Memadai Cakupan indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapain kompetensi dasar. Aktual dan Kontekstual Cakupan indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi. Fleksibel Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi mahasiswa, pendidikan, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat. Sementara itu, materi ajar ditentukan berdasarkan dan atau memperhatikan kultur daerah masing-masing. Hal ini dimaksudkan agar kehidupan peserta didik tidak tercerabut dari lingkungannya. Menyeluruh Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor). Desentralistik Pengembangan silabus ini bersifat desentralistik. Maksudnya bahwa kewenangan pengembangan silabus bergantung pada PT masingmasing.
8.5 Rencana Pelaksanaan Perkuliahan Dalam perencanaan pembelajaran digunakan Rencana Pelaksanaan Perkuliahan (RPP) atau disebut juga Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS) untuk RPP dalam satu semester. Sebuah
22 | M O D U L 2 – I M P L E M E N T A S I
KURIKULUM KBK
RPP merupakan “garis besar persiapan sebelumnya pembelajaran, dengan demikian waktu dan bahan dapat digunakan secara efisien (Peter, 19 75 hal.194.). Idealnya, pembelajaran yang berbeda membutuhkan rencana pelaksanaan perkulihan yang berbeda dan mahasiswa yang berbeda memerlukan rencana pelaksanaan perkuliahan yang berbeda pula. Berikut ini adalah Rencana Pelaksanaan Perkuliahan generik yang terdiri dari: a) Tujuan b) Pengetahuan prasyarat c) Pengalaman belajar (metode pembelajaran dan kegiatan belajar) d) Alat bantu pembelajaran dan sumber daya e) Tugas-tugas f) Evaluasi tugas atau teknik Para dosen yang kurang berpengalaman akan memiliki rincian lebih lanjut termasuk dalam rencana pembelajaran. Namun, hal ini diperlukan juga bagi para dosen baik berpengalaman dan yang tidak berpengalaman untuk menyiapkan rencana pembelajaran yang lengkap dan sepenuhnya mengkomunikasikan ide-ide mereka. Ini adalah praktek yang umum bagi dosen yang berpengalaman untuk menyederhanakan atau mempersingkat rencana pembelajaran. Sebagai dosen yang kurang pengalaman dosen, kurang detail dalam perencanaan adalah mungkin. Setelah rencana pelajaran dibuat, dosen dapat menunjukkan gaya dan keterampilan mengajarnya. Mengadaptasi pendapat Clark dan Lampert (1986) dinyatakan bahwa perencanaan pembelajaran adalah determinan utama dari apa yang diajarkan. Kurikulum yang dipublikasikan, ditransformasikan, dan diadaptasikan dalam proses perencanaan dengan penambahan, penghapusan, interpretasi, dan keputusan dosen tentang kecepatan, uruturutan, dan penekanan (pengajarannya). Dalam perencanaan pembelajaran termasuk di dalamnya mengalokasikan waktu pembelajaran untuk individuindividu dan kelompok-kelompok mahasiswa; menyusun kelompokkelompok mahasiswa; mengorganisasikan jadwal harian, mingguan, dan triwulanan; dan mengompensasi waktu untuk interupsi di luar kelas dan berkomunikasi dengan dosen pengganti. (Lihat tayangan RPKPS) Di bawah ini salah satu contoh format rencana pembelajaran. Setiap dosen dapat mengembangkan format rencana pembelajarannya sendiri.
23 | M O D U L 2 – I M P L E M E N T A S I
KURIKULUM KBK
CONTOH FORMAT RPKPS
RPKPS1 (RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER) 1. Nama Matakuliah
: ……………………………….
2. Kode/SKS
: …………/… SKS
3. Prasyarat
: (nama mata kuliah yang jadi syarat)
4. Status Matakuliah
: Pilihan/Wajib (coret yang tidak sesuai)
5. Deskripsi singkat matakuliah …………………………………………………………………………………….............................................................................. .............................................................................................................................................................................. ................................................................... Jelaskan secara singkat mengenai amanah kompetensi lulusan yang akan dibangun melalui matakuliah ini, isi mata kuliah, metoda pembelajaran, dan metoda penilaian (cukup satu atau dua paragraf saja). …………………………………………………………………………………….............................................................................. .............................................................................................................................................................................. ................................................................... 6. Tujuan pembelajaran …………………………………………………………………………………….............................................................................. .............................................................................................................................................................................. ................................................................... Jelaskan atau uraikan secara singkat mengenai tujuan umum mata kuliah yang diajarkan. Dalam menyusun tujuan pembelajaran ini harus mengakomodasikan kompetensi lulusan yang akan dibangun melalui matakuliah ini. Ingat dalam perumusan tujuan pembelajaran, sebaiknya mengandung kata kerja yang terukur dan kata benda yang menyatakan pengetahuan yang harus dikuasai oleh mahasiswa. 7. Capaian pembelajaran perkuliahan (Course Learning outcomes - LO) …………………………………………………………………………………….............................................................................. .............................................................................................................................................................................. ................................................................... Bagian ini adalah merupakan bagian terpenting dalam RPKPS. Capaian pembelajaran perkuliahan (Course Learning outcomes, LO) adalah rumusan yang jelas dan ringkas tentang 1
RPKS ini dapat digunakan sebagai acuan minimal, dosen diharapkan menambahkan hal-hal yang dirasa perlu untuk memperkaya pembelajaran.
24 | M O D U L 2 – I M P L E M E N T A S I
KURIKULUM KBK
kemampuan/kompetensi mahasiswa setelah mengikuti proses pembelajaran matakuliah ini. Dalam penulisan hasil pembelajaran perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: Kompetensi ranah KSA (Knowledge atau kognitif, ketrampilan (Skill), Afektif) yang akan dibangun oleh matakuliah ini. Rumusan capaian pembelajaran harus dapat diukur dan diamati, serta SMART (Specific, Measurable, Attainable, Realistic, Timely) Penulisan capaian pembelajaran dari sisi kemampuan yang akan dicapai oleh mahasiswa. Gunakan kalimat aktif dan se-spesifik mungkin. Hindari istilah yang samar seperti ‘ know’ (mengetahui), ‘learn (mempelajari), ‘comprehend’ (memahami) ‘study’ (mempelajari), dan ‘understand’ (memahami).2 Hasil pembelajaran merupakan basis untuk merancang, memonitor, dan mengevaluasi program pembelajaran. …………………………………………………………………………………….............................................................................. .............................................................................................................................................................................. ................................................................... 8.
Materi Pembelajaran atau Pokok Bahasan atau Topik (bisa dipilih terminologi yang sesuai) …………………………………………………………………………………….............................................................................. .............................................................................................................................................................................. ................................................................... 9. Evaluasi yang direncanakan …………………………………………………………………………………….............................................................................. .............................................................................................................................................................................. ................................................................... 10. Bahan, sumber informasi, dan referensi ………………………………………………………………………………….…............................................................................. ..............................................................................................................................................................................
2
Lihat UCE Birmingham Guide to Learning Outcomes: http://www.ssdd.bcu.ac.uk/outcomes/
25 | M O D U L 2 – I M P L E M E N T A S I
KURIKULUM KBK
26 | M O D U L 2 – I M P L E M E N T A S I
KURIKULUM KBK
Gambar 4. Model, Strategi dan Metoda Pembelajaran
27 | M O D U L 2 – I M P L E M E N T A S I
KURIKULUM KBK