Model Sistem Pembangunan.......(Widjajani, Arnia Fajarwati, Elly Retnaningrum)SOSIOHUMANITAS, XVII (2), Agustus 2015
MODEL SISTEM PEMBANGUNAN KEWIRAUSAHAAN DESA SEBAGAI SARANA UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DESA Oleh: Widjajani, Arnia Fajarwati, Elly Retnaningrum Universitas Langlangbuana Bandung Email:
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK Industri Kecil dikenal sebagai motor penggerak ekonomi pedesaan di luar sektor pertanian dan merupakan sumber pendapatan khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Oleh karena itu membangun kewirausahaan desa diharapkan akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Penelitian ini bertujuan untuk membuat model sistem pembangunan kewirausahaan desa sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Model ini dibangun dengan mengadopsi konsep pengembangan klaster industri di mana industri inti desa menjadi driver pengembangan bagi desa secara keseluruhan. Industri desa akan bertindak sebagai lokomotif, sehingga jika industri desa maju maka akan menarik gerbong-gerbong (usaha-usaha ekonomi lainnya) sehingga pada akhirnya akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Metodologi yang digunakan adalah soft system methodology yang menghasilkan model konseptual. Model yang dihasilkan adalah Model Triple Helix Pembangunan Kewirausahaan Desa, di mana tiga komponen sistem desa yaitu sistem pemerintahan desa, sistem industri desa dan sistem pendidikan desa, secara bersama-sama bekerja untuk memajukan dan mengupayakan keberlanjutan industri desa sebagai driver pengembangan desa. Model Triple Helix Desa ini juga dilengkapi dengan peran Stakeholder Desa dalam membangun desa. Model ini terdiri dari model-model aktivitas-aktivitas bertujuan dan harus diimplementasikan ke dalam uji coba ke desa untuk menjadi model operasional. Kata kunci: industri desa, kewirausahaan desa, kesejahteraan desa, soft system methodology, triple helix
ABSTRACT Small industries is known as the motor of the rural economy outside agriculture and is a source of income, especially for low-income communities. Therefore, building an entrepreneurship in a village are expected to improve the welfare of rural communities. This study aims to create a model of rural entrepreneurship development as a means to improve the welfare of rural communities. This model was built by adopting the concept of the development of industrial clusters where the industry act as a driver for the village development as a whole. Village industries will act as a locomotive, so that if the industry has developed, it will pull carriages (other economic enterprises) that will eventually be able to improve the welfare of rural communities. The methodology 110
Model Sistem Pembangunan.......(Widjajani, Arnia Fajarwati, Elly Retnaningrum)SOSIOHUMANITAS, XVII (2), Agustus 2015
used is soft system methodology which is resulted a Triple Helix Model of Rural Entrepreneurship Development, where the three components of the system, namely the village administration system, village industrial system and rural education system jointly working to promote and pursue sustainability of village industries as drivers of rural development. This Rural Triple Helix Model also enhanced by Stake Holder role in village development. This model consists of purposeful activities models and should be implemented to the village as trial to become operational model. Keywords: village industry, rural entrepreneurship, rural welfare, soft system methodology, the triple helix
PENDAHULUAN Kewirausahaan
yang dapat kita manfaatkan dalam berkaitan erat
dengan industri kecil (IK) atau usaha kecil (UK), karena biasanya
usaha
awal yang didirikan oleh seorang wirausaha adalah usaha kecil. IK mempunyai peranan penting, tidak saja di negara-negara berkembang, tetapi juga di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang. Di Indonesia, IK dikenal sebagai motor penggerak pembangunan ekonomi di daerah pedesaan di luar sektor pertanian dan sumber pendapatan khususnya bagi masyarakat
berpenghasilan
rendah.
Walaupun begitu saat ini IK juga berperan sebagai salah satu sumber penting peningkatan ekspor non-migas (Tambunan, 2002). Oleh karena itu keberadaan dan keberhasilan IK dalam meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat merupakan hal penting
usaha pembangunan desa. Suatu IK yang berhasil dan maju di dalam suatu desa akan menjadi driver bagi pengembangan desa. IK yang maju dan berhasil tersebut akan bertindak
sebagai
lokomotif
yang
menarik usaha-usaha lainnya seperti pemasok bahan baku, pemasok energi, subkontraktor, pedagang perantara dan sebagainya (Widjajani, 2008b). Suatu desa yang memiliki masyarakat yang giat berwirausaha diharapkan akan menggerakkan roda perekonomian desa yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Usaha-usaha
menumbuhkan
kewirausahaan desa akan lebih tepat jika dikaitkan dengan potensi desa yang ada. Potensi desa merupakan kondisi alam atau keterampilan masyarakat atau hasil bumi atau sumber daya apapun dari desa yang dapat dijadikan suatu 111
Model Sistem Pembangunan.......(Widjajani, Arnia Fajarwati, Elly Retnaningrum)SOSIOHUMANITAS, XVII (2), Agustus 2015
industri desa. Untuk itu perlu usaha
desa
untuk mengidentifikasikan potensi desa
dirancang
yang
sebagai
holistik agar dapat efisien dan efektif.
industri desa dan bagaimana usaha
Untuk itu perlu dirancang suatu model
komersialisasi dan inovasinya.
pembangunan kewirausahaan desa yang
dapat
dikembangkan
Kewirausahaan berkaitan dengan perilaku
manusia.
kewirausahaan merupakan
Menumbuhkan
masyarakat usaha-usaha
desa
merupakan
hal
sebaik-baiknya
sistem pendidikan desa.
untuk
kepada masyarakat desa. Pola pikir
Tujuan
ditumbuhkan
secara
desa, lembaga pemerintahan desa dan
Tujuan Penelitian
selain
harus
merupakan triple helix antara industri
menumbuhkan pola pikir berwirausaha
tersebut
yang
pada
membuat
penelitian suatu
ini
Model
Sistem
masyarakat desa usia dewasa, juga
Pembangunan
perlu ditanamkan pada masyarakat desa
yang berupa triple helix antara industri
usia sekolah agar dapat menjamin
desa, lembaga pemerintahan desa dan
kelangsungan
sistem pendidikan desa, sebagai sarana
kewirausahaan
desa
tersebut.
untuk
Selain hal-hal yang disebutkan di
Kewirausahaan
adalah
meningkatkan
Desa
kesejahteraan
masyarakat desa.
atas maka usaha untuk membangun kewirausahaan
dan
industri
desa
tersebut membutuhkan dukungan penuh dari lembaga pemerintahan desa. Tanpa dukungan
dan
keputusan-keputusan
yang tepat dari lembaga pemerintahan desa maka industri desa akan sulit berkembang
demikian
juga
kewirausahaan
desa
sulit
akan
dibangun. Setelah memperhatikan hal-hal tersebut di atas, maka dapat dipahami bahwa pembangunan kewirausahaan
STUDI PUSTAKA Model Triple Helix Sistem Triple Helix adalah model inovasi
yang
diperkenalkan
oleh
Etzkowitz dan Leydesdorff (Etzkowitz dan Leydesdorff, 1995) dan telah dikenal secara luas di negara-negara berkembang. Saat ini model tersebut juga sudah mulai diterapkan di negaranegara
yang
sedang
berkembang
(Polenakovik & Pinto 2010; Marques et.al., 2006; Irawati, 2006). Model ini 112
Model Sistem Pembangunan.......(Widjajani, Arnia Fajarwati, Elly Retnaningrum)SOSIOHUMANITAS, XVII (2), Agustus 2015
menggunakan sinergi positif antara
Model Triple Helix ini pada
pemerintah, industri dan universitas
dasarnya
(akademisi).
Model
menganalisis
menggambarkan
peran
tersebut tiga
aktor
sistem
merupakan
model
untuk
dalam
suatu
inovasi
ekonomi
berbasis
bersifat
dinamis
tersebut dalam perkembangan inovasi
pengetahuan,
suatu
akademisi
sesuai dengan dinamika perubahan dan
aktivitas
konteksnya. Taufik (2010) menyatakan
pengembangan berbasis riset, industri
bahwa perkembangan perspektif bentuk
sebagai penyedia kebutuhan konsumen
dan hubungan antar berbagai aktor
berbasiskan aktvitas komersialnya dan
dalam sistem inovasi tidak terjadi
pemerintah sebagai pembuat kebijakan.
begitu saja melainkan terbentuk atau
Model hubungan antara industri,
terbangun dalam evolusi sosial, teknik
daerah,
sebagai
di
pusat
pemerintah
dan
mana dari
akademisi
dan
yang
pada
dan ekonomi dari masyarakat modern
awalnya terdiri dari 3 jenis berdasarkan
yang cenderung mengubah diri mereka
jenis hubungan antara ketiga institusi
dan berinteraksi di antara mereka
yang terkait yaitu (Etzkowitz, 2003):
dengan penataan ulang konfigurasi
1. Model Statis di mana pemerintahan
yang pada gilirannya akan membentuk
mengendalikan
industri
dan
akademisi 2. Model
suatu topologi kemitraan sebagai fungsi komunikasi
laissez-faire
di
mana
dan
koordinasi
antara
lembaga-lembaga terkait.
industri, akademisi dan pemerintah
Pada model statis pemerintah
saling terpisah, berinteraksi hanya
mendominasi kedua pihak lainnya,
jika diperlukan saja
sehingga perkembangan sistem inovasi,
3. Model
Triple
Helix,
mana
kelembagaan
akan
dikendalikan oleh pemerintah. Pada
memelihara hubungan bersama satu
model laizzes faire ketiga lembaga
dengan lainnya.
terpisah dengan garis yang tegas dan
masing-masing
di
institusi
maupun
Ketiga bentuk model tersebut dapat
hubungan
antar
dilihat pada Gambar 1.
terbatas.
Model
kemitraan
lembaga
sangat
Triple
Helix
menggambarkan pola hubungan yang kompleks dan dinamis pada ketiga 113
Model Sistem Pembangunan.......(Widjajani, Arnia Fajarwati, Elly Retnaningrum)SOSIOHUMANITAS, XVII (2), Agustus 2015
lembaga tersebut. lembaga
Hubungan ketiga
tersebut
membentuk
Model Statis
infrastruktur
pengetahuan
berbentuk
spiral yang saling overlapping.
Model laissez-faire
Model Triple Helix
Gambar 1. Tiga Model Hubungan industri-akademisi-pemerintah (Etzkowitz, 2003)
Klaster Industri Kecil dan Desa Industri Klaster
industri
merupakan
yang
sekarang
pemerintah
dicanangkan
(Deperindag,
oleh 2002).
pengelompokan industri dalam satu
Pendekatan klaster ini dapat diterapkan
focal atau core industry yang saling
untuk
berhubungan
industrialisasi
secara
intensif
setiap
tingkat ataupun
skala
kegiatan
pendukung (supporting industry) dan
Pendekatan klaster diharapkan bisa
industri terkait (related industry). Lebih
meningkatkan
lanjut lagi klaster industri juga dapat
menciptakan kekuatan industri nasional
dikatakan sebagai instrumen untuk
dalam bentuk saling ketergantungan,
mengembangkan
keterkaitan,
berdasarkan
keunggulan
yang
komparatif
menjadi keunggulan kompetitif. Pendekatan
klaster
suatu
dari
membentuk partnership dengan industri
industri
ekonomi
proses
daya
dan
saling
wilayah.
saing
dan
menunjang
antara industri hulu, industri hilir, industri pendukung dan industri terkait,
industri
merupakan alternatif kebijakan industri
yang juga berarti dapat mengurangi ketergantungan
sektor
industri 114
Model Sistem Pembangunan.......(Widjajani, Arnia Fajarwati, Elly Retnaningrum)SOSIOHUMANITAS, XVII (2), Agustus 2015
manufaktur terhadap impor barang
seperti
modal, input perantara, bahan baku,
kerajinan, mebel, logam. Dalam usaha
komponen dan suku cadang.
mendukung
Menurut
industri
sepatu,
anyaman,
kebijakan
pemerintah
Departemen
untuk mengembangkan sentra industri
Perdagangan
kecil agar dapat mengarah kepada
Indonesia, klaster industri merupakan
pembentukan klaster dengan segala
pengelompokan industri yang saling
keunggulannya,
berhubungan
dan
pengembangan usaha inti yang dapat
Perindustrian
dan
secara
intensif
maka
diperlukan
merupakan
aglomerasi
perusahaan-
berfungsi sebagai pemimpin trajektori
perusahaan
yang
membentuk
pengembangan sentra. Oleh karena itu
partnership,
industri
pengembangan unit usaha inti yaitu
pendukung maupun industri terkait
dengan membangun usaha inti sehingga
(Purwaningsih, 2003). IK yang berada
berhasil
di dalam klaster diharapkan akan
mengembangkan
mendapatkan keunggulan kompetitif
keseluruhan.
karena
baik
klaster
sebagai
dapat
sentra
secara
memiliki
Konsep pengembangan klaster
manfaat untuk memberikan keunggulan
industri tersebut dapat juga diterapkan
dinamis bagi industri yang tergabung
di desa sebagai lokasi industri atau
didalamnya (Schmitz, 1995; Camagni,
dapat disebut sebagai desa industri.
1991). Di dalam konsep klaster yang
Suatu desa yang telah dikembangkan
menekankan pada kerjasama antara
kompetensi
unsur-unsur
tergabung
masyarakatnya diharapkan akan timbul
didalamnya, usaha inti yang merupakan
industri kecil desa yang berfungsi
produsen produk inti klaster, berperan
sebagai industri inti dalam klaster
sebagai
industri desa. Industri inti desa yang
gerbong
dipercaya
diharapkan
yang
penghela
klaster
(Widjajani, 2008). Di Indonesia, aglomerasi IK yang
kewirausahaan
muncul berdasarkan potensi yang ada di desa
tersebut, dan
kemudian berhasil
dapat
disebut sebagai sentra industri kecil.
berkembang
Sentra industri kecil di Indonesia
hingga
hampir semuanya merupakan sentra
kompetitif
yang berbasis kerajinan (craft base)
Industri inti desa yang berkembang
memperoleh (competitive
bahkan
keunggulan advantage).
115
Model Sistem Pembangunan.......(Widjajani, Arnia Fajarwati, Elly Retnaningrum)SOSIOHUMANITAS, XVII (2), Agustus 2015
tersebut kemudian bertindak sebagai
yang
driver
bagaimana
pengembangan
desa
secara
harus
dapat
menggambarkan
proses
pembangunan
keseluruhan karena akan bertindak
kewirausahaan desa tersebut. Widjajani
sebagai lokomotif yang akan menarik
(2011) mengusulkan penggunaan Soft
gerbong-gerbong usaha lainnya untuk
System
maju dan berkembang. Proses tersebut
memodelkan
pada
dapat
permasalahan proses sosial. Penelitian
kesejahteraan
ini mengadopsi metoda pemodelan
akhirnya
diharapkan
meningkatkan
Methodology
(SSM)
untuk
permasalahan-
masyarakat desa.
yang diusulkan oleh Widjajani (2011).
METODOLOGI
Desain Penelitian
Konsep Dasar Pendekatan Penelitian Penelitian
ini
merupakan
penelitian sosial yang bertujuan untuk merancang
model
diaplikasikan.
yang
Penelitian
sosial
merupakan
istilah
terhadap
penyelidikan-penyelidikan
yang
dirancang
yang
dapat
untuk
digunakan
menambah
khazanah ilmu pengetahuan sosial, gejala
sosial,
atau
praktek-praktek
sosial (Sekaran, 1992). Sedangkan yang dimaksud dengan sosial disini mengacu
Penelitian dilaksanakan dengan tiga metodologi perancangan dari tiga bidang
ilmu
yang
berbeda,
dan
kemudian pada akhirnya akan bersamasama merancang sistem mekanisme keterkaitan mencapai
antar tujuan
bidang
dalam
bersama.
Ketiga
bidang ilmu tersebut ialah: 1. Bidang ilmu industri kecil dan kewirausahaan 2. Bidang ilmu pemerintahan 3. Bidang ilmu pendidikan
pada hubungan-hubungan antara, dan di antara,
orang-orang,
kelompok-
kelompok seperti keluarga, institusi (sekolah, komunitas, organisasi dan sebagainya), dan lingkungan yang lebih
Sistem
dilakukan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1. Survey Pendahuluan yang terdiri dari:
besar (Widjajani, 2011). Model
Metodologi penelitian yang akan
Pembangunan
a. Identifikasi desa
Kewirausahaan Desa merupakan model 116
Model Sistem Pembangunan.......(Widjajani, Arnia Fajarwati, Elly Retnaningrum)SOSIOHUMANITAS, XVII (2), Agustus 2015
b. Penentuan desa terpilih (4 desa
Perancangan Model
lokasi Kabupaten Garut dan
Model dibuat dengan mengikuti
Kabupaten Tasikmalaya)
metodologi
2. Pengumpulan Data untuk Desa
yang
Widjajani
Terpilih
(2011).
dipaparkan SSM
oleh
digunakan
untuk melaksanakan penelitian dengan
a. Data
Sistem
Industri
dan
pendekatan
Kewirausahaan Desa
sistemik
dengan
cara
menggambarkan situasi permasalahan
b. Data Sistem Kelembagaan Desa
secara
c. Data Sistem Pendidikan Desa
model konseptual dan menformulasi
3. Perancangan Model a. Model
Sistem
Sistem
kongkrit, membangun
kesimpulan dari penelitian (Attefalk & Industri
dan
Langervik dalam Widjajani, 2011).
Kewirausahaan Desa b. Model
lebih
Proses SSM dapat dibagi menjadi 4
Kelembagaan
aktivitas utama, seperti yang dapat
Desa
dilihat pada Gambar 2.
c. Model Sistem Pendidikan Desa 4. Perancangan Model Triple Helix
SEJA RAH
SITUASI PERMASALAHAN PADA DUNIA NYATA
??
UJI Tugas2 & Issue2
partisipan dari situasi permasalahan
Holon2 yang relevan
3E Model-Model SITUASI
konseptual
NYATA
BANDINGKAN
1
2
PERBEDAAN MODEL-MODEL
&
DUNIA NYATA
3
PERUBAHAN DAN PERBAIKAN MODEL
MODEL JADI
4
Gambar 2. Model empat aktivitas SSM (Checkland & Scholes dalam Widjajani, 2011)
Seperti
yang
tampak
pada
Dari 4 aktivitas tersebut, aktivitas 1
Gambar 2, proses SSM dapat dibagi
sampai dengan 3 merupakan aktivitas
menjadi 4 aktivitas utama (Checkland
pengumpulan data, pembuatan model
dan Scholes dalam Widjajani, 2011).
konseptual
dan
memformulasi 117
Model Sistem Pembangunan.......(Widjajani, Arnia Fajarwati, Elly Retnaningrum)SOSIOHUMANITAS, XVII (2), Agustus 2015
perubahan fisibel
yang diinginkan.
persepsi mengenai situasi permasalahan
Aktivitas pertama yaitu menemukan
dari sejumlah orang yang terkait.
situasi permasalahan, termasuk aspek
Sebagai
kultural dan politik. Aktivitas kedua
persepsi, maka SSM sangat berguna
memformulasi model-model aktivitas
untuk membuat ekspresi awal dari
bertujuan yang relevan dengan situasi
situasi
permasalahan.
membangun gambaran sekaya mungkin
Bagian
ketiga
alat
untuk mengumpulkan
permasalahan
melakukan diskusi mengenai situasi
yang
permasalahan dengan membandingkan
permasalahan. Metoda yang sering
model-model dengan situasi nyata dan
digunakan
merumuskan
untuk
situasi permasalahan ialah Rich Picture Diagram.
rekomendasi
perubahan-perubahan
yang
dapat
memperbaiki
Tahap
yang
terakhir
situasi.
ialah
dalam
Membangun
dari
situasi
menggambarkan
model-model
tindakan
aktivitas yang bertujuan (purposeful
situasi
activity models) atau model konseptual,
permasalahan. Hal ini dilakukan karena
merupakan representasi dari semua hal
pada dasarnya SSM merupakan action
pada
research sehingga tujuan akhir yang
memperhitungkan konsep-konsep dari
dinginkan adalah perbaikan situasi
aktivitas-aktivitas
permasalahan.
sebenarnya (Widjajani, 2011). Model-
untuk
melakukan
mungkin
dengan
memperbaiki
Dalam
bertujuan
dengan
yang
model aktivitas bertujuan ini berbasis
situasi
pada sudut pandang (worldview) dari
permasalahan, melainkan merancang
orang-orang yang terkait dengan situasi
model yang sesuai dengan situasi
permasalahan (Checkland & Scholes
permasalahan
dalam Widjajani, 2011). Membangun
perbaikan
ini
nyata
tidak
dilakukan
penelitian
situasi
dari
sehingga
dilakukan
penyesuaian yaitu pada tahap ketiga
model-model
dan keempat di mana kata ‘situasi’
pemilihan aktivitas-aktivitas bertujuan
diganti dengan kata ‘model’.
relevan yang dapat diturunkan dari
Menemukan permasalahan,
dimaksudkan
mendapatkan
sebanyak
ini
dimulai
dengan
situasi
tugas-tugas primer atau dari isu-isu
untuk
(Checkland
mungkin
&
Scholes
dalam
Widjajani, 2011). Di sini dibutuhkan 118
Model Sistem Pembangunan.......(Widjajani, Arnia Fajarwati, Elly Retnaningrum)SOSIOHUMANITAS, XVII (2), Agustus 2015
definisi
yang
jelas
aktivitas
transformasi akan menjadi alat Q. R
bertujuan yang akan dimodelkan (root
diasosiasikan dengan tujuan jangka
definition)
dari
panjang pemilik. Hal yang penting
ekspresi aktivitas-aktivitas bertujuan
bahwa alat Q dipilih yang benar-benar
sebagai
bekerja untuk memproduksi output, R
dan
proses
dari
dikonstruksi
Transformasi
(T)
(Checkland dalam Widjajani, 2011).
(Checkland
&
Root definition merupakan deskripsi
Widjajani, 2011).
yang meringkas sifat-sifat dasar dari
Untuk
Scholes
setiap
root
dalam
definition
sistem aktivitas manusia dengan setiap
kemudian diuji kinerjanya dengan uji
deskripsi
3E
dibuat
berdasarkan
pada
(efficacy,
dan
kemudian
dapat
pandangan yang spesifik (Attefalk &
effectiveness)
Langervik dalam Widjajani, 2011).
diorganisasikan
Struktur dari root definition dapat
ketergantungannya
diekspresikan sebagai “suatu sistem
membentuk suatu model. Gambar 3.
untuk
menggambarkan proses pembentukan
melakukan
P
dengan
menggunakan Q untuk dapat mencapai R”.
Pada
definisi
ini
dan
efficiency
dengan
menelusuri
sehingga
dapat
model dari aktivitas-aktivitas.
proses
Gambar 3. Prosedur logikal untuk membangun model-model aktivitas (Checkland dalam Widjajani, 2011) 119
Model Sistem Pembangunan.......(Widjajani, Arnia Fajarwati, Elly Retnaningrum)SOSIOHUMANITAS, XVII (2), Agustus 2015
Pengumpulan Data dan Pembuatan
akhir penelitian instrumen penelitian
Instrumen Penelitian
kemudian
Pengumpulan
data
dilakukan
dapat
direduksi
menjadi
daftar pertanyaan yang relevan saja
dengan wawancara semi terstruktur
dengan
yaitu dengan panduan awal topik-topik
langkah
yang akan ditanyakan yang digali dari
penelitian adalah sebagai berikut:
studi
1. Pembuatan
literatur,
dan
kemudian
hasil
penelitian.
Langkah-
pembuatan
instrumen
panduan
awal
pertanyaan dapat berkembang sesuai
wawancara yang diperoleh dari
dengan
studi
data
yang
ditemukan
di
literatur
agar
materi
lapangan. Walaupun peneliti dapat
pertanyaannya lebih komprehensif
mengatur suatu wawancara dengan ide
dan dapat meningkatkan theoretical
pertanyaan-pertanyaan yang jelas, tetapi
sensitivity
kekuatan khusus dari field research
2. Penentuan desa obyek penelitian
ialah pada fleksibilitas dari bidang yang
dan penentuan informan penelitian
ditanyakan (Widjajani, 2008a). Peneliti
dari masing-masing desa.
harus menanyakan suatu pertanyaan, mendengarkan
jawabannya,
3. Melaksanakan
wawancara
kemudian
sehingga
pertanyaan
dan
data
hasil
mengumpulkan
menginterpretasikan jawabannya dan membentuk
wawancara
secara panduan
snowball wawancara
lainnya baik untuk menggali lebih
kemudian dapat berkembang secara
dalam dari jawaban yang sebelumnya
snowballing
atau mengarahkan kembali perhatian
bertambahnya jumlah responden.
responden ke area yang relevan dengan
Data diambil dari responden satu
pertanyaan awalnya (Babbie dalam
persatu,
Widjajani, 2008a).
terdahulu akan menjadi patokan
Instrumen
penelitian
di
merupakan daftar pertanyaan
sini
awal
bersamaan
hasil
untuk
dengan
responden
penyelidikan
yang
pada
yang
responden
berikutnya,
menjadi panduan untuk melaksanakan
seterusnya
sehingga
pengumpulan
yang
setiap penambahan responden akan
wawancara
memperkaya hasil dari instrumen
mendalam (in-depth interview). Pada
penelitian tersebut. Setelah satu
dilakukan
data, dengan
yaitu
demikian diharapkan
120
Model Sistem Pembangunan.......(Widjajani, Arnia Fajarwati, Elly Retnaningrum)SOSIOHUMANITAS, XVII (2), Agustus 2015
putaran untuk seluruh responden
2. Sistem
Pemerintahan
Desa
maka dibuatlah suatu instrumen
merupakan sistem yang terdiri dari
penelitian yang lengkap. Kemudian
lembaga-lembaga
dilakukan verifikasi hasil instrumen
desa dan aparat yang terkait seperti
lengkap tersebut dengan kembali
Kantor Desa, Kepala Desa dsb.
kepada
responden
pemerintahan
pertama.
3. Sistem Pendidikan Desa merupakan
lagi
sistem yang terdiri dari lembaga
verifikasi satu persatu hingga semua
pendidikan formal maupun non
responden
selesai
dan
data
formal, serta masyarakat yang dapat
mencapai
saturasi
yaitu
tidak
memperoleh pendidikan (generasi
terdapat lagi data baru yang dapat
muda, masyarakat awam, siswa
ditambahkan.
sekolah dan sebagainya)
Selanjutnya
dilakukan
MODEL TRIPLE HELIX DESA
Model
Model Triple Helix Pembangunan Kewirausahaan Desa terdiri dari tiga sistem yang saling terkait (overlapping) satu dengan lainnya (Gambar 4.). Tiga sistem tersebut ialah Sistem Industri Desa, Sistem Pemerintahan Desa dan Sistem
Pendidikan
Desa.
Definisi
Operasional dari ketiga sistem tersebut
1. Sistem Industri Desa merupakan sistem yang terdiri dari Industri Kecil Desa dan supply chain dari
pengusaha
aktivitas
bertujuan kemudian membentuk model Triple Helix
Pembangunan Sistem
Kewirausahaan Desa (lihat Gambar 4.). Model Konseptual Aktivitas Bertujuan Sistem I sampai dengan Sistem IV merupakan bagian yang overlapping dari Sistem Industri Desa, Sistem Pemerintahan
Desa
dan
Sistem
Pendidikan Desa. Model Triple Helix
adalah:
industri
konseptual
tersebut, industri
antara
lain
kecil,
para
Pembangunan merupakan digunakan
Kewirausahaan model
untuk
yang
Desa dapat
mengembangkan
kewirausahaan suatu desa agar desa dapat mandiri dan sejahtera.
pengrajin, pemasok bahan baku, pemasar dan sebagainya.
121
Model Sistem Pembangunan.......(Widjajani, Arnia Fajarwati, Elly Retnaningrum)SOSIOHUMANITAS, XVII (2), Agustus 2015
Gambar 4. Model Triple Helix Sistem Pembangunan Kewirausahaan Desa Bidang-bidang
yang
saling
4. Bidang
overlapping
no
IV
overlapping menggambarkan hubungan
merupakan
bidang
yang
antar ketiganya, yaitu:
menyatakan
sistem
yang
1. Bidang overlapping no I merupakan
menjembatani antara ketiga sistem
bidang yang menyatakan sistem
yaitu Sistem Industri Desa, Sistem
yang menjembatani antara Sistem
Pemerintahan Desa dan Sistem
Industri
Pendidikan Desa.
Desa
dan
Sistem
Pemerintahan Desa. 2. Bidang
overlapping
no
II
Selain itu ada sistem yang berada
merupakan
bidang
yang
di
menyatakan
sistem
yang
kewirausahaan desa tetapi mempunyai
menjembatani
antara
Sistem
peran
dan
Sistem
sistem yaitu stake holder, yaitu antara
Industri
Desa
Pendidikan Desa 3. Bidang
luar
dari
penting
sistem
dalam
triple
helix
keberhasilan
lain:
overlapping
no
III
1. Perguruan
Tinggi,
Lembaga
merupakan
bidang
yang
Penelitian, Lembaga Pendidikan
menyatakan
sistem
yang
2. Lembaga Pemerintahan yang lebih
menjembatani
antara
Sistem
Pemerintahan Desa dan Sistem Pendidikan Desa.
tinggi
(Kecamatan,
Kabupaten,
Propinsi, Pusat) 3. Pengusaha di luar desa
122
Model Sistem Pembangunan.......(Widjajani, Arnia Fajarwati, Elly Retnaningrum)SOSIOHUMANITAS, XVII (2), Agustus 2015
Aktivitas yang dilakukan pada
perijinan, pemasaran, pameran-pameran
bidang overlapping no I (Gambar 5)
dan sebagainya); monitor (misalkan
merupakan
yang
mendata industri desa dan mencatat
dilakukan bersama-sama antara Sistem
status industri desa secara berkala);
Industri Desa dan Sistem Pemerintahan
kontribusi
Desa
berkontribusi
aktivitas-aktivitas
dengan
Industri
tujuan
Desa.
memajukan
Aktivitas-aktivitas
(misalkan
industri
terhadap
kegiatan-
kegiatan desa).
tersebut antara lain kegiatan fasilitasi dan motivasi (misalkan dalam kegiatan
Gambar 5. Model Konseptual Sistem I
Aktivitas yang dilakukan pada bidang
inovasi dari generasi penerus. Tujuan
overlapping
akhir
merupakan
no
II
(Gambar
dari
aktivitas-aktivitas
yang
yang
dilakukan adalah industri desa akan
dilakukan bersama-sama antara Sistem
tetap berkesinambungan bahkan makin
Industri
Sistem
maju
tujuan
muncul.
Pendidikan
aktivitas-aktivitas
6)
Desa Desa
dengan dengan
dengan
inovasi-inovasi
yang
terutama adalah transfer ipteks industri desa dan membangkitkan motivasi dan
123
Model Sistem Pembangunan.......(Widjajani, Arnia Fajarwati, Elly Retnaningrum)SOSIOHUMANITAS, XVII (2), Agustus 2015
Gambar 6. Model Konseptual Sistem II
Aktivitas yang dilakukan pada bidang
mengaplikasikan
overlapping
formal maupun non formal untuk
merupakan
no
III
(Gambar
aktivitas-aktivitas
7)
sistem
pendidikan
yang
Sistem
Pendidikan Desa, misalnya
dilakukan bersama-sama antara Sistem
dalam
bentuk
Pemerintahan Desa
dengan Sistem
kurikulum sekolah formal.
Pendidikan
Desa
dengan
terutama
adalah
muatan
lokal
pada
tujuan
merancang,
mengorganisasikan, melembagakan dan
Gambar 7. Model Konseptual Sistem III 124
Model Sistem Pembangunan.......(Widjajani, Arnia Fajarwati, Elly Retnaningrum)SOSIOHUMANITAS, XVII (2), Agustus 2015
Aktivitas yang dilakukan pada bidang
pada bidang overlapping no V ini
overlapping
seharusnya
no
merupakan
IV
(Gambar
aktivitas-aktivitas
8) yang
dilakukan
melalui
sepengetahuan Sistem
atau
Pemerintahan
dilakukan bersama-sama antara Sistem
Desa sesuai dengan tugasnya sebagai
Industri Desa, Sistem Pemerintahan
regulator,
Desa dan Sistem Pendidikan Desa
kegiatan-kegiatan desa.
dengan tujuan terutama adalah untuk
Stakeholder
fasilitator
dan
desa
motivator
antara
lain
menjalin komunikasi dan keharmonisan
terdiri dari universitas; pedagang yang
hubungan antar ketiganya dan harus
memberi input ke desa (misalnya
dibangun.
yang
pemasok bahan baku dari luar desa);
desa
pedagang yang membantu memberi
untuk
nilai tambah bagi output desa (misalnya
membangun kebersamaan Model yang
distributor); pemerintah yang lebih
menggambarkan
tinggi (kecamatan, kabupaten, propinsi,
Kegiatan-kegiatan
mengikutsertakan
tiga
tersebut
diciptakan
dapat
unsur
keterkaitan
antara
ketiga sistem desa tersebut kemudian
pusat) dan sebagainya.
dapat disebut sebagai Sistem Triple
Universitas
sebagai
sumber
Helix Desa. Sistem Triple Helix Desa
pengetahuan dan teknologi berperan
tidak dapat bekerja sendiri, tetapi ada
antara lain dalam:
stakeholder desa yang ikut memberikan
1. Mengidentifikasikan potensi desa
kontribusinya
dalam
pembangunan
yang dapat dijadikan industri desa
kewirausahaan desa tersebut. Untuk itu
2. Membina industri inti desa agar
Model Sistem Triple Helix Desa juga
dapat maju dan berkembang hingga
dilengkapi dengan bidang overlapping
berkeunggulan kompetitif
no
V
(Gambar
merupakan
9),
yaitu
yang
aktivitas-aktivitas
yang
dilakukan antara triple helix desa dengan stakeholder desa. Aktivitas-
3. Membina
dan
kewirausahaan
menumbuhkan masyarakat
usia produktif 4. Menyiapkan
sistem
kewirausahaan
agar
masyarakat desa usia sekolah.
kerjasama
saling
di
pendidikan
aktivitas yang dilakukan dengan tujuan terjadi
desa
desa
untuk
menguntungkan antara desa dengan stakeholder
desa.
Aktivitas-aktivitas 125
Model Sistem Pembangunan.......(Widjajani, Arnia Fajarwati, Elly Retnaningrum)SOSIOHUMANITAS, XVII (2), Agustus 2015
Gambar 8. Model Konseptual Sistem IV
Gambar 9. Model Konseptual Sistem V
Pemerintahan yang lebih tinggi
kesejahteraan masyarakat desa melalui
juga mempunyai peran yang tidak kalah
industri
pentingnya
model
keterpaduan antara program, kebijakan,
pengembangan triple helix desa industri
dan implementasi maka diharapkan
ini,
pembangunan
dalam
terutama
fasilitator
dan
sebagai
regulator,
motivator
bagi
desa
tersebut.
kewirausahaan
Dengan
desa
dapat berhasil menjadi sarana untuk
terselenggaranya proses pembangunan 125
Model Sistem Pembangunan.......(Widjajani, Arnia Fajarwati, Elly Retnaningrum)SOSIOHUMANITAS, XVII (2), Agustus 2015
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat desa.
untuk
dapat
diadaptasi
dan
diterapkan untuk konteks desa. Model Triple Helix Desa ini terdiri
KESIMPULAN DAN SARAN
dari tiga komponen yaitu Sistem Industri Desa, Sistem Pemerintahan
Kesimpulan 1. Model
Sistem
Pembangunan
Kewirausahaan Desa
merupakan
model aktivitas dengan tujuan untuk meningkatkan masyarakat
kesejahteraan desa
dengan
cara
membangun kewirausahaan desa. 2. Pada Model Sistem Pembangunan Kewirausahaan Desa, pembangunan dilakukan Industri
dengan Desa
penggerak
menggunakan
sebagai
berputarnya
kegiatan
maju maka akan menarik usahausaha lainnya sehingga kegiatan akan
makin
meningkat dan diharapkan dapat membawa
ke
peningkatan
kesejahteraan masyarakat desa 3. Selain Industri Desa, pembangunan kesejahteraan masyarakat desa juga harus mengikutsertakan unsur-unsur lain dari desa yang berperan penting dalam Sistem
proses
tersebut.
yang bekerjasama secara holistik dengan
tujuan
mengusahakan
memajukan
dan
kesinambungan
industri desa. Model Triple Helix Desa ini juga dilengkapi dengan hubungannya kepada stakeholder desa yang memberikan kerjasama saling menguntungkan.
driver
ekonomi desa. Jika Industri Desa
perekonomian
Desa dan Sistem Pendidikan desa
Model
Pembangunan
Kewirausahaan Desa mengadopsi konsep model inovasi triple helix
Saran Penelitian ini merupakan tahap awal dari serangkaian proses penelitian tindakan
(action
research)
dari
perancangan model konseptual hingga pada tahap implementasi. Penelitian ini menghasilkan Model Konseptual awal yang harus disempurnakan lagi dengan melakukan
proses
uji
perbaikan
model
sebelum
akhirnya
dapat
coba
dan pada
diimplementasikan.
Oleh karena itu saran dari penelitian ini adalah melanjutkan penelitian ke proses selanjutnya sehingga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembangunan desa khususnya di Propinsi Jawa Barat. 127
Model Sistem Pembangunan.......(Widjajani, Arnia Fajarwati, Elly Retnaningrum)SOSIOHUMANITAS, XVII (2), Agustus 2015
DAFTAR PUSTAKA Camagni, R. (1991). Local “Milieu”, Uncertainty and Innovation Networks: Towards A New Dynamic Theory of Economic Space, dalam: Camagni, R. (ed.), Innovation Networks: Spatial Perspectives, Belhaven Press, London dan New York. Deperindag, (2002). Kebijakan dan Strategi Umum Pengembangan Industri Kecil Menengah Buku I dan II. Etzkowitz, H. (2003). Innovation in Innovation: The Triple Helix of University-Industry-Government Relations, Social Science Information 42: 293 (http://ssi. sagepub.com/content/42/3/293). Etzkowitz, H., & Leydesdorff, L., (1995). The Triple Helix– University–Industry–Government Relations: A Laboratory for Knowledge-Based Economic Development. EASST Review 14Ž1., 14–19. Gartner, W.B. (1985). A Conceptual Framework for Describing the Phenonema of New Venture Creation. Academy of Management Review, 10, 696-706 Gede Diva, (2009). Mengembangkan UKM melalui Pemberdayaan Peran Pemerintah Daerah Jakarta. Jakarta, Bakrie School of Management” Irawati, D (2006), Understanding The Triple Helix Model from The
Perspective of the Developing Country: A Demand or A Challenge for Indonesian Case Study? MPRA Paper No. 5829 (http://mpra.ub.uni-muenchen.de /5829/) Marques, J.P.C; Caraça, J & Diz, H. (2006), How can universityindustry-government interactions change the innovation scenario in Portugal: - the case of the University of Coimbra, Technovation 26, 534-542. Polenakovik, R. & Pinto, R. (2010), The National Innovation System and Its Relation to Small Enterprises: The Case of The Republic of Macedonia, World Journal of Science, Technology and Sustainable Development, Vol 7, No.1, 91-107. Purwaningsih, I. (2003): Penyusunan Strategi Pengembangan Sentra Industri Kulit dengan Model Diamond Porter, Thesis Program Magister TMI, ITB, Bandung. Schmitz, H. (1995): Collective Efficiency: Growth Path for Small-Scale Industry, Journal of Development Studies, Vol 31, No 4, 529-566. Sekaran, U. (1992). Research Methods For Business: A Skill Building Approach, Second Edition, John Willey & Sons, Inc. New York. Tambunan, T. T. H. (2002): Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia: Beberapa Isu Penting, Salemba Empat, Bandung. Taufik, T.A. (2010), Kemitraan dalan Penguatan Sistem Inovasi Nasional, Dewan Riset Nasional, Jakarta 128
Model Sistem Pembangunan.......(Widjajani, Arnia Fajarwati, Elly Retnaningrum)SOSIOHUMANITAS, XVII (2), Agustus 2015
Widjajani (2008a), Perilaku Strategis Industri Kecil untuk Membangun Keunggulan Kompetitif di Sentra Industri Kecil Kota Bandung dengan Pendekatan Berbasis Sumber Daya, disertasi, Jurusan Teknik dan Manajemen Industri, Institut Teknologi Bandung Widjajani (2008b), Keunggulan Kompetitif Industri Kecil di Sentra Industri Kecil Tradisional dengan Pendekatan Berbasis Sumber Daya (Studi Kasus Pengusaha Kecil Industri Logam Kiara Condong Bandung), Jurnal Teknik Industri, Vol.10.no.1, 5064 Widjajani (2011), Penggunaan Soft System Methodology dalam Penelitian Proses Sosial, Sosiohumanitas, Vol XIII No. 2, Agustus 2011, 190-211
129