perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERANAN KEPALA DESA SEBAGAI MOTIVATOR PEMBANGUNAN DESA Penelitian deskriptif kualitatif mengenai peranan Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri
Disusun oleh:
SEPTIANA NUR UTAMI D0207094
SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Komunikasi
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul: PERANAN KEPALA DESA SEBAGAI MOTIVATOR PEMBANGUNAN DESA Penelitian deskriptif kualitatif mengenai peranan Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri
Adalah karya asli saya dan bukan plagiat baik secara utuh atau sebagian serta belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di institusi lain. Kutipan dari data atau tempat lain sudah disebut sumbernya sesuai dengan ketentuan. Saya bersedia menerima akibat dari dicabutnya gelar sarjana apabila ternyata di kemudian hari terdapat bukti-bukti yang kuat bahwa karya saya tersebut ternyata bukan karya saya yang asli atau sebenarnya.
Surakarta, 12 Oktober 2011 Septiana Nur Utami
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
1. Turn to Allah, He’s never far away, put your trust in Him, raise your hands and pray. (Maher Zain)
2. Hati-hati selalu, jalani semuanya dengan tenang. (Bunda dan Ayah)
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya karena hanya atas kehendak-Nya skripsi dengan
judul
PERANAN
KEPALA
DESA
SEBAGAI
MOTIVATOR
PEMBANGUNAN DESA Penelitian deskriptif kualitatif mengenai peranan Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri dapat selesai dengan baik dan lancar. Penelitian untuk skripsi ini bermula dari ketertarikan penulis terhadap tingginya tingkat swadaya masyarakat di Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri. Padahal, masyarakat desa tersebut rata-rata masih belum berpendidikan tinggi dan berpendapatan minim sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai bagaimana sebenarnya kegiatan komunikasi kepala desa setempat dalam melakukan peranannya sebagai motivator swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di wilayah tersebut. Selama melakukan penelitian di lokasi, peneliti mendapat pengalaman dan pengetahuan baru yang sangat bermanfaat, diantaranya tentang bentuk-bentuk komunikasi dan tahapan-tahapan
strategi
yang
dilakukan
Kepala
Desa
Ngancar
dalam
menyampaikan motivasi swadaya kepada warganya. Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak dan pada kesempatan kali ini penulis hendak mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dra. Prahastiwi Utari, M.Si., Ph.D. selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi yang telah mendukung dan membimbing sejak awal masa perkuliahan. 2. Tanti Hermawati, S.Sos., M.Si. selaku Sekretaris I Jurusan Ilmu Komunikasi dan selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan banyak dukungan dan bimbingan mengenai kegiatan akademik di kampus. 3. DR. H. Widodo Muktiyo, S.E., M.Comm. selaku pembimbing skripsi yang berkenan memberikan dukungan, kemudahan, dan saran demi perbaikan commit to user skripsi. vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Ibu, Ayah, dan Kakak tercinta yang tak henti-hentinya memberikan semangat, dukungan, dan doa di setiap waktu demi kelancaran dan kemudahan proses penyusunan skripsi. 5. H. Sariman, S.Sos., M.M. selaku Camat Giriwoyo atas ijin dan kesempatan untuk melakukan penelitian di Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo. 6. Kepala Desa Ngancar, Mulyatmo, dan segenap jajaran Perangkat Desa Ngancar atas ijin untuk melakukan penelitian dan informasi-informasi yang telah diberikan sangat mendukung kelancaran penyusunan skripsi. 7. Seluruh warga masyarakat Desa Ngancar, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri yang bersedia menjadi teman mengobrol dan memberi informasi yang bermanfaat. 8. Mas Budi selaku TU Jurusan Komunikasi yang dengan sabar memberi pengarahan mengenai administrasi akademik sejak awal perkuliahan. 9. Rekan-rekan dan sahabat-sahabat penulis, seperti Bapak Ahmad Adib, Ucup, Angga, Mas Rahmat, Kalkun, Rani, Nia, dan teman-teman rental Victor.com, seperti Mas Bobit, Mas Jo, Mas Jack, dan Oriza atas dukungan doa dan semangat agar penulis cepat menyelesaikan skripsi. 10. Teman-teman Jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2007 yang telah berjuang bersama selama empat setengah tahun dan segenap kakak dan adik-adik tingkat yang tak henti pula memberi semangat dan doa, serta teman-teman HIMAKOM dan teman-teman Beswan Djarum angkatan 2009/2010 atas sharing dan diskusinya selama ini.
Penulis menyadari akan kurang sempurnanya skripsi ini. Oleh karena itulah, penulis senantiasa mengharap saran dan kritik yang membangun demi perbaikan. Namun, penulis berharap bahwa skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi berbagai pihak.
Surakarta, 12 Oktober 2011 commit to user vii
Septiana Nur Utami
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Septiana Nur Utami, D0207094, PERANAN KEPALA DESA SEBAGAI MOTIVATOR PEMBANGUNAN DESA (Penelitian Deskriptif Kualitatif Mengenai Peranan Kepala Desa Ngancar sebagai Motivator dalam Menggerakkan Swadaya Masyarakat dalam rangka Pembangunan Fisik di Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri), Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, 2011. Penelitian ini berdasarkan pada kenyataan bahwa keberhasilan pembangunan sebuah desa akan sangat ditentukan oleh sosok kepala desa sebagai figur pemimpin pemerintahan desa. Seorang kepala desa harus dapat menggerakkan sumber daya manusia untuk dapat mencapai keberhasilan proses pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan. Oleh karena itu, paradigma pembangunan baru bukan lagi menjadikan masyarakat sebagai obyek pembangunan melainkan menjadi pelaku pembangunan dengan peran kepala desa sebagai motivator dalam menggerakkan partisipasi masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk swadaya. Kegiatan komunikasi yang dilakukan kepala desa dalam menjalankan peranannya sebagai motivator pembangunan serta peran aktif masyarakat sangat menentukan keberhasilan pembangunan fisik di desa. Tujuan penelitan ini adalah mendeskripsikan peranan kepala desa sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri melalui pendekatan kualitatif. Penulis menggunakan metode penarikan sampel purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Proses analisis data meliputi reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan serta verifikasinya. Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan yang dapat diambil adalah: (1) peranan Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar sudah terlaksana cukup baik terlihat dari berbagai kegiatan komunikasi yang dilakukan dan hasilhasil pembangunan fisik yang terpelihara dengan baik dan bermanfaat bagi masyarakat; (2) proses dan strategi komunikasi yang dijalankan Kepala Desa Ngancar berhasil menggerakkan partisipasi masyarakat; dan (3) partisipasi masyarakat Desa Ngancar diwujudkan dalam berbagai bentuk swadaya, yaitu swadaya ide, dana, tenaga, dan material pembangunan. Saran yang diberikan kepada Kepala Desa Ngancar adalah: (1) Kepala Desa Ngancar harus meningkatkan komitmennya dalam memimpin Desa Ngancar sehingga motivasi-motivasi yang diberikan dapat lebih mudah diterima oleh masyarakat, (2) Kepala Desa Ngancar sebaiknya meningkatkan pengetahuannya mengenai teknologi yang ada saat ini demi kelancaran kegiatan pemerintahan Desa Ngancar, dan (3) Kepala Desa Ngancar hendaknya lebih kreatif dalam menumbuhkembangkan swadaya masyarakat. commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Septiana Nur Utami, D0207094, THE ROLE OF THE HEADMAN AS RURAL DEVELOPMENT MOTIVATOR (A Descriptive Qualitative Research About The Role of Ngancar’s Headman as Motivator in Mobilizing Community Self-Supporting Effort in Physical Development at Ngancar, Giriwoyo, Wonogiri), Thesis, Communication Science, Faculty of Social and Political Science, Sebelas Maret University, 2011. This research is based on the reality that a rural development’s success will be very determinated by figure of headman as the leader of rural government. A headman must be able to mobilize the human resources to attain rural development’s success, by planning, actuating, and maintaining its results. Thus, a new development paradigm no longer making the community as the development object, but as the development agent with the headman’s role as motivator in mobilizing community participation which manifested as selfsupporting effort. The communication activity done by the headman in performing his role as development motivator and community active roles are highly determine the success of physical development in the village. This research aims to describe the role of the headman as motivator in mobilizing community self-supporting effort in physical development at Ngancar, Giriwoyo, Wonogiri, through the qualitative approach. This research uses purposive sampling as the sampling technique. The data was obtained from interview, observation, and documentation. The data analysis process include data reduction, data presentation, and conclution drawing with the verification. Based on the result, it can be concluded that: (1) the role of Ngancar’s headman as motivator in mobilizing the community self-supporting effort in physical development at Ngancar are fairly well-done, seen from various communication activities which done and results of the physical development which well-maintained and benefit for the community; (2) the communication process and strategy which held by the Ngancar’s headman are successfully mobilize community participation; and (3) participation of the Ngancar’s villagers were formed in various self-supporting effort, i.e in ideas, fund, power, and building materials. The suggestions for the headman of Ngancar are: (1) the headman must improve his commitment in leading his village, so that the community can accept the motivations easily, (2) it is better to improve his knowledge about nowadays technology for the fluency of governmental activity, and (3) the headman should be more creative in developing the community self-supporting effort.
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman Judul ..........................................................................................................................i Lembar Persetujuan................................................................................................. ii Lembar Pengesahan ............................................................................................... iii Lembar Pernyataan .................................................................................................iv Motto ........................................................................................................................ v Kata Pengantar ........................................................................................................vi Abstrak ................................................................................................................. viii Abstract ...................................................................................................................ix Daftar Isi .................................................................................................................. x Daftar Tabel .......................................................................................................... xii Daftar Bagan ........................................................................................................ xiii BAB I
BAB II
PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH .............................................. 1 I.2 PERUMUSAN MASALAH .......................................................... 7 I.3 TUJUAN PENELITIAN ............................................................... 7 I.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA ............................................. 7 I.5 METODE PENELITIAN ............................................................ 10 I.6 LANDASAN TEORI................................................................... 14 1. Peranan Kepala Desa ............................................................... 15 2. Komunikasi .............................................................................. 21 3. Komunikasi Kepala Desa ......................................................... 47 4. Motivator.................................................................................. 54 5. Partisipasi Masyarakat Desa: Swadaya .................................... 59 6. Pembangunan Fisik Desa ......................................................... 64 I.7 PENELITIAN TERDAHULU..................................................... 68 DESKRIPSI LOKASI II.1 GAMBARAN UMUM DESA NGANCAR.........................71 1. Letak dan Batas Wilayah.....................................................71 2. Keadaan Geografis..............................................................71 3. Keadaan Demografis...........................................................73 4. Keadaan Sosial, Budaya, dan Ekonomi...............................77 II.2 GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN DESA NGANCAR.............................................................................80 to KEBERHASILAN user II.3 GAMBARANcommit UMUM SWADAYA x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MASYARAKAT DI DESA NGANCAR...............................85 BAB III
PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA III.1 PENYAJIAN DATA...........................................................88 1. Deskripsi Objek Penelitian.................................................88 2. Pembangunan Fisik di Desa Ngancar.................................93 3. Kegiatan Komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai Motivator dalam Menggerakkan Swadaya Masyarakat dalam rangka Pembangunan Fisik di Desa Ngancar..........97 III.2 ANALISIS DATA.............................................................101 1. Komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai Motivator dalam Menggerakkan Swadaya Masyarakat dalam rangka Pembangunan Musholla...................................................101 2. Komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai Motivator dalam Menggerakkan Swadaya Masyarakat dalam rangka Pembangunan Gedung TPQ Nurul Huda.........................105 3. Komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai Motivator dalam Menggerakkan Swadaya Masyarakat dalam rangka Renovasi Masjid...............................................................107 4. Komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai Motivator dalam Menggerakkan Swadaya Masyarakat dalam rangka Pembangunan Pos Kamling Dusun..................................110 5. Komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai Motivator dalam Menggerakkan Swadaya Masyarakat dalam rangka Pembangunan Penampungan Air......................................112 6. Proses Komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai Motivator dalam Menggerakkan Swadaya Masyarakat dalam rangka Pembangunan Fisik di Desa Ngancar........115 7. Strategi Komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai Motivator dalam Menggerakkan Swadaya Masyarakat dalam rangka Pembangunan Fisik di Desa Ngancar........121
BAB IV
PENUTUP IV.1 KESIMPULAN...............................................................127 IV.2 SARAN...........................................................................136
Daftar Pustaka...................................................................................................139 Lampiran...........................................................................................................143 commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 1 Pembangunan Fisik Desa Ngancar Tahun Anggaran 2009.........................5 Tabel 2 Pembangunan Fisik Desa Ngancar Tahun Anggaran 2010.........................5 Tabel 3 Keadaan Penduduk Menurut Golongan Usia dan Jenis Kelamin Di Desa Ngancar.....................................................................................................74 Tabel 4 Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Desa Ngancar...........75 Tabel 5 Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Desa Ngancar........76 Tabel 6 Susunan Organisasi Pemerintahan Desa Ngancar.....................................80
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR BAGAN Bagan 1 Proses Analisis Data.................................................................................14 Bagan 2 Alur Proses Komunikasi..........................................................................31 Bagan 3 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Ngancar....................................81 Bagan 4 Alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat pada pembangunan Musholla di Dusun Jetis........................................................................................104 Bagan 5 Alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat pada pembangunan Gedung TPQ Nurul Huda....................................................................................107 Bagan 6 Alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat pada pembangunan renovasi masjid di Dusun Ngancar......................................................................110 Bagan 7 Alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat pada pembangunan pos kamling dusun........................................................................................112 Bagan 8 Alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat pada pembangunan penampungan air....................................................................................115
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah Tujuan nasional sebagaimana ditegaskan dalam pembukaan UndangUndang Dasar 1945 diwujudkan melalui pelaksanaan penyelenggaraan negara yang berkedaulatan rakyat dan demokratis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Penyelenggaraan negara dilaksanakan melalui pembangunan nasional dalam segala aspek kehidupan bangsa bersama-sama segenap rakyat Indonesia diseluruh wilayah Negara Republik Indonesia. Pembangunan Nasional Indonesia pada hakikatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui serangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan, meliputi semua aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang bertujuan mencapai kemakmuran, kesejahteraan dan keadilan. Berdasarkan uraian di atas, pembangunan di Indonesia sejatinya mempunyai sasaran terwujudnya masyarakat Indonesia yang demokratis karena Bangsa
Indonesia
memungkinkan
menyadari
masyarakat
dengan
lebih
keadaan
terbuka
yang
untuk
lebih
demokratis
berpartisipasi
dalam
pembangunan di segala bidang. Dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan nasional, pemerintah memberikan perhatian yang sebesar-besarnya pada pembangunan di pedesaan. commit to user 1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perhatian yang besar terhadap pedesaan itu didasarkan pada kenyataan bahwa desa merupakan tempat berdiamnya sebagian besar rakyat Indonesia, yaitu lebih dari 60% penduduk Indonesia bermukim di pedesaan (Listiani, 2007: iii). Kedudukan desa dan masyarakat desa merupakan dasar landasan kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Pembangunan pedesaan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang bersifat menyeluruh yang keberhasilannya mutlak harus didukung oleh semua stakeholder masyarakat untuk meningkatkan pembangunan desa dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Pembangunan desa sebagai bagian dari pembangunan nasional pada dasarnya merupakan keseluruhan upaya dalam rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara berencana oleh pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari berbagai segala aspek kehidupan baik ekonomi, politik, sosial dan kebudayaan. Di dalam prosesnya, pembangunan desa terdiri dari dua unsur utama yaitu partisipasi atau swadaya masyarakat dan pembinaan pemerintah, atau dengan kata lain ada dua pihak yang terlibat dalam proses pembangunan desa yaitu masyarakat dan pemerintah. Optimalisasi pembangunan sangat dipengaruhi oleh bagaimana fungsi yang dijalankan oleh pihak pemerintah sebagai koordinator pelaksanaan pembangunan. Dalam hal ini pemerintah harus mampu mengkoordinasikan berbagai unit dalam pemerintahan agar dapat mendayagunakan fungsi mereka dengan baik dan memberikan kontribusi yang nyata bagi proses pembangunan. commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah merupakan konsistensi pemerintah dalam upaya terciptanya penyelenggaraan
pemerintahan
yang lebih
baik,
efektif,
responsif dan
bertanggungjawab. Pemerintahan desa merupakan tumpuan segenap pelaksanaan urusan pemerintahan serta memiliki kewenangan mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional. Oleh karena itu, pemerintah menganggap perlu untuk memperkuat kehidupan pemerintahan desa agar mampu menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Berdasarkan Permendagri No. 66 tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa, pembangunan di desa merupakan model pembangunan partisipatif yaitu suatu sistem pengelolaan pembangunan di desa bersama-sama secara musyawarah, mufakat, dan gotong royong yang merupakan cara hidup masyarakat yang telah lama berakar budaya di Indonesia. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 5 Permendagri No. 66 tahun 2007, karakteristik
pembangunan
partisipatif
diantaranya
direncanakan
dengan
pemberdayaan dan partisipatif. Pemberdayaan yaitu upaya untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Partisipatif yaitu keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat secara aktif dalam proses pembangunan. Pembangunan di desa menjadi tanggung jawab kepala desa. Sebagaimana diatur dalam Pasal 14 ayat (1) PP No. 72 tahun 2005 ditegaskan bahwa kepala desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan kemasyarakatan. Lebih lanjut, dijelaskan kewenangan kepala desa dalam pasal 14 ayat (2) PP No. 72 tahun 2005 bagian g, disebutkan salah satu wewenang kepala desa adalah mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif. Dapat dikatakan bahwa keberhasilan pembangunan desa akan sangat ditentukan oleh sosok kepala desa. Selain mengkoordinasikan pembangunan desa, kepala desa juga harus mampu menggerakkan sumber daya manusia dengan cara memberikan dorongan kepada masyarakat untuk ikut serta berpartisipasi dalam pembangunan berhasil mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, hingga tindak lanjut. Dengan demikian, masyarakat bukan lagi menjadi obyek pembangunan tetapi menjadi pelaku pembangunan dengan peran kepala desa sebagai motivator pembangunan. Keikutsertaan masyarakat secara terpadu akan mendorong masyarakat untuk lebih aktif karena masyarakat merasa ikut memiliki hasil-hasil pembangunan. Hal ini akan sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan pembangunan fisik di desa. Desa Ngancar yang terletak di Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu dari sekian banyak desa yang juga menjadi ujung tombak pemerintahan Indonesia. Lebih lanjut, pembangunan Desa Ngancar merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang keberhasilannya juga harus didukung oleh seluruh stakeholder masyarakat dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Partisipasi masyarakat di Desa Ngancar diwujudkan dengan pengembangan swadaya yang mencerminkan kemandirian masyarakatnya. commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
TABEL 1 PEMBANGUNAN FISIK DESA NGANCAR TAHUN ANGGARAN 2009
No. 1. 2.
3.
4. 5. 6.
7.
8.
Jumlah dana Jenis Manfaat Volume Bantuan Swadaya pembangunan pembangunan pemerintah masyarakat Pembuatan Sarana 3 lokal 250.000.000 local/DAK pendidikan Rabat beton Peningkatan 260 m2 43.000.000 11.000.000 jalur transportasi Jembatan Peningkatan 1 unit 75.000.000 jalur transportasi Pembuatan Peningkatan 8x10 m 85.000.000 musholla sarana ibadah Makadam Pengerasan 25.000.000 6.000.000 jalan Pembuatan Peningkatan 8x12 m 65.000.000 gedung TPQ sarana pendidikan Pemugaran Penataan 18 unit 27.000.000 6.500.000 rumah I lingkungan (lantainisasi) Pemugaran Penataan 18 unit 36.000.000 9.000.000 rumah II lingkungan (dinding)
Ket. lokasi SDN Ngancar 1 Dungringin
Jetis
Jetis Karangasem Karangasem
Ngancar, Petir, Jetis Ngancar, Petir, Jetis
TABEL 2 PEMBANGUNAN FISIK DESA NGANCAR TAHUN ANGGARAN 2010 Jenis Manfaat No. pembangunan pembangunan 1.
PPIP/Rabat beton
2.
Pembuatan gedung perpustakaan
3.
Tambahan
Volume
Jumlah dana (rupiah) Ket. Bantuan Swadaya lokasi pemerintah masyarakat 250.000.000 27.000.000 Masingmasing dusun 100.000.000 SDN Ngancar 1
Peningkatan 1.800 m2 jalan transportasi Peningkatan 1 unit saranan pendidikan dan minat baca para siswa commit to user Peningkatan 1 unit 92.000.000
-
Glonggong
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lokal MIM
4.
5. 6. 7. 8.
sarana pendidikan berupa ruang kelas Pos jaga/pos Peningkatan kamling sarana penjagaan keamanan lingkungan Renovasi Peningkatan masjid sarana ibadah Makadam Pengerasan jalan Kamar mandi Peningkatan umum sarana umum Penampungan Kebutuhan air air bersih
8 unit
-
24.000.000
Masingmasing dusun
1 unit
-
45.000.000
Ngancar
150 m2
24.000.000
6.000.000
2 unit
25.000.000
10.000.000
Glonggong
1 unit
-
18.000.000
Glonggong
Kedua tabel di atas berisi tentang jenis-jenis pembangunan fisik yang dilakukan di Desa Ngancar dalam dua tahun terakhir. Dari kedua tabel tersebut dapat kita cermati bahwa tidak sedikit pembangunan yang telah dilaksanakan di Desa Ngancar dan swadaya masyarakat terlihat di hampir setiap pembangunan. Bahkan, beberapa pembangunan berasal dari swadaya masyarakat murni dengan dana yang tidak sedikit seperti pembuatan musholla, pembuatan gedung TPQ, pembuatan pos kamling, renovasi masjid, dan pembuatan penampungan air. Jika swadaya masyarakat lebih besar daripada bantuan, maka hal itu dianggap sebagai bentuk keberhasilan pemerintah menggalang partisipasi masyarakat (Direktorat Pemerintahan Desa dan Kelurahan, 2007:68) Hal ini tentu saja tidak bisa lepas dari upaya-upaya yang senantiasa dilakukan Kepala Desa Ngancar dalam memberikan motivasi atau dorongan positif melalui kegiatan-kegiatan komunikasi yang dilakukannya yang ditujukan commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kepada masyarakat agar terus berpartisipasi aktif dalam pembangunan. Hasilnya, swadaya masyarakat tinggi dan pembangunan pun dapat berjalan dengan baik.
I.2 Perumusan masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu: 1. Bagaimana peranan Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo? 2. Apa saja bentuk-bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam melakukan peranannya sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo?
I.3 Tujuan penelitian Tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui peranan Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo. 2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam melakukan peranannya sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
I.4 Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: I.4.1 Wawancara (interview) Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, dan sebagainya, yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) dan yang diwawancarai (interviewee) (Bungin, 2001:108). Selanjutnya, Koentjaraningrat (dalam Bungin 2001:62) membagi wawancara ke dalam dua golongan besar, yaitu wawancara berencana (baku) dan wawancara tak berencana (tidak baku). Dalam wawancara baku, pewawancara memegang teguh interview guide dan tidak boleh menyimpang dari pertanyaan-pertanyaan
ini.
Sedangkan,
wawancara
tidak
baku
memungkinkan pewawancara dan informan memperoleh keleluasaan dalam proses wawancara (Mulyana, 1996:42). Dengan demikian, terlihat perbedaan kedua golongan wawancara ini yaitu pada keteguhan memegang daftar pertanyaan yang telah disusun sebagai pedoman untuk mewawancarai informan (interview guide). Dalam penelitian kualitatif, wawancara biasanya dilakukan secara mendalam (indepth interview). Wawancara mendalam menjadi alat utama yang dikombinasikan dengan observasi partisipasi di lapangan (Bungin, 2001:108). Sesuai dengan pengertiannya, wawancara mendalam bersifat terbuka (Bungin, 2001:62). Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara mendalam terhadap pemerintah desa dan masyarakat Desa commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ngancar yang berhubungan dengan peranan Kepala Desa Ngancar dalam menggerakkan swadaya masyarakat di lokasi penelitian. I.4.2 Pengamatan (observasi) Lincoln dan Guba dalam Ruslan (2004:33-34) mengklasfikasikan observasi dengan tiga cara. Pertama, pengamat bertindak sebagai partisipan atau nonpartisipan (participant observation). Kedua, observasi dapat dilakukan secara terang-terangan (overt observation) di hadapan responden atau dengan melakukan penyamaran (covert observation) mengenai kehadirannya di hadapan responden. Secara etis sebaiknya pengamat harus tampil terus terang, kecuali untuk keadaan kasus tertentu peneliti melakukan penyamaran. Ketiga, berkaitan dengan latar belakang penelitian, observasi dilakukan secara alami atau dirancang melalui analog dengan wawancara terstruktur (baku) atau tidak terstruktur (tidak baku). Kelebihan metode observasi adalah data yang dikumpulkan pada umumnya tidak terdistorsi, lebih akurat dan rinci, serta bebas dari respon bias. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi partisipasi dan menggunakan wawancara model baku terbuka terhadap pemerintah desa dan masyarakat Desa Ngancar yang berhubungan dengan peranan Kepala Desa Ngancar dalam menggerakkan swadaya masyarakat di lokasi penelitian.
commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
I.4.3 Dokumentasi Dokumentasi
merupakan
kegiatan
menghimpun,
mengolah,
menyeleksi dan menganalisis kemudian mengevaluasi seluruh data, informasi dan dokumen tentang suatu kegiatan, peristiwa atau pekerjaan tertentu yang kemudian disimpan secara teratur dan sistematis. Adapula yang mengartikan dokumentasi sebagai bagian dari kegiatan dan hasil potret (foto), serta kegiatan merekam melalui casset recorder dan video recorder mengenai suatu peristiwa yang dianggap penting untuk diabadikan (Ruslan, 2005:221-222). Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data berupa arsip dan dokumen yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti di lokasi penelitian.
I.5 Metode penelitian I.5. 1 Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan wawancara mendalam (indepth interview). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Menurut Suripan Sadi Hutomo dalam Bungin (2001:56), penelitian kualitatif deskriptif artinya peneliti harus mencatat secara teliti segala gejala (fenomena) yang dilihat, didengar dan dibacanya dan setelah itu peneliti harus mengkombinasikan, mengabstraksikan dan menarik kesimpulan. Pokok permasalahan penelitian ini adalah ingin melihat bagaimana peranan Kepala Desa Ngancar dalam menggerakkan swadaya commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masyarakat sehingga peneliti harus menggali, menemukan fakta-fakta, dan masalah atau kendala yang mungkin dihadapi sekaligus memberikan penjelasan tentang peranan Kepala Desa Ngancar. I.5.2 Lokasi penelitian Penelitian berlokasi di Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri. Lokasi penelitian ini dipilih karena beberapa pertimbangan berikut: a. Pembangunan fisik yang ada di Desa Ngancar dapat terpelihara dengan baik dan memberikan manfaat bagi warga. b. Peneliti menemukan masalah yang menarik untuk diteliti yaitu tingginya tingkat partisipasi dalam bentuk swadaya masyarakat desa Ngancar yang mendukung pembangunan desa. Padahal, desa Ngancar adalah salah satu desa di Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri yang jauh dari kota dan mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai petani, pedagang, dan industri kecil dengan pendapatan yang minim. c. Tersedianya data untuk penelitian ini dan diijinkan oleh instansi yang berwenang. I.5.3 Sumber Data Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu: 1. Data primer Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2009:225). Jadi, data primer commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merupakan data yang diperoleh langsung dari khalayak yang ditetapkan sebagai informan. Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari pemerintah desa dan masyarakat di lokasi penelitian. 2. Data sekunder Data sekunder merupakan data penunjang yang diperoleh dari literatur, artikel, dan catatan-catatan. Sugiyono mengungkapkan bahwa data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2009:225). Dalam penelitian ini data sekunder di dapatkan dari tabel statistik, buku peraturan desa, dokumen-dokumen, dan sebagainya yang ada kaitannya dengan permasalahan yang diteliti di lokasi penelitian. I.5.4 Teknik sampling Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2009:81). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu atau sampel bertujuan. Sampel ini tepat digunakan untuk penelitian kualitatif atau penelitian yang tidak melakukan generalisasi (Sugiyono, 2009:85). Hal yang sama juga dikatakan oleh Pawito bahwa sifat metode sampling dari penelitian kualitatif adalah puposive sampling (Pawito, 2007:88). Dalam penelitian ini, sampel bertujuan untuk mewakili informasi yaitu diambil dari kepala desa, beberapa perangkat dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
masyarakat mengenai kegiatan komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan motivasi swadaya pembangunan fisik di Desa Ngancar. I.5.5 Validitas data Validitas menunjukkan sampai sejauh mana data yang diperoleh telah secara akurat mewakili realitas atau gejala yang diteliti (Pawito, 2007:97). Validitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi data. Bungin mengatakan bahwa triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dan dari berbagai teknik pengumpulan data (Bungin, 2001:96). Pawito (2007:99-100) mengemukakan beberapa macam teknik triangulasi yaitu (a) triangulasi data, (b) triangulasi metode, (c) triangulasi teori, dan (d) triangulasi peneliti. Dari keempat macam triangulasi di atas yang dikemukakan Pawito, hanya triangulasi data yang digunakan dalam penelitian ini. Triangulasi data digunakan untuk mengetahui validitas data yang diperoleh. I.5.6 Teknik analisis data Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan mengumpulkan, menyusun, menganalisis, dan menginterpretasikan suatu data. Setelah itu, data yang telah diperleh dikumpulkan lalu diolah secara kualitatif. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis Miles dan Huberman. Miles dan huberman dalam Bungin commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(2001:99) menguraikan tahapan teknik analisis data yang disebut interactive model yaitu tahap reduksi data, penyajian data, dan verifikasi (penarikan dan pengujian simpulan). Reduksi data merupakan upaya-upaya yang dilakukan peneliti selama proses analisis data dan tidak terpisahkan dari analisis data. Langkah-langkah dalam reduksi data adalah sebagai berikut: (a) editing, pengelompokkan dan meringkas data, (b) peneliti menyusun kode dan catatan mengenai berbagai hal termasuk yang berkaitan dengan aktivitas serta proses sehingga peneliti dapat menemukan tema, kelompok dan pola data (Pawito, 2007:104). Penyajian data meliputi langkah-langkah mengorganisasi data atau mengelompokkan
data.
Sementara pada tahap
verifkasi,
peneliti
mempertimbangkan pola data yang ada dan atau kecenderungan dari data yang telah dibuat. Uraian teknik analisis di atas dapat digambarkan sebagai berikut: Bagan 1 Proses Analisis Data Pengumpulan data
Penyajian data
Reduksi data
Verifikasi: simpulan
I.6 Landasan teori Landasan teori perlu ditegakkan agar penelitian mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar perbuatan yang sifatnya hanya coba-coba (trial and error). Adanya landasan teoritis merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
(Sugiyono, 2003:55). Menurut Hoy dan Miskel dalam Sugiyono (2003:55), teori adalah seperangkat konsep, asumsi, dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi. Berdasarkan rumusan diatas, maka dalam bagian ini penulis akan mengemukakan teori, pendapat, serta gagasan yang akan menjadi titik tolak landasan berfikir dalam penelitian ini, yaitu: I.6.1 Peranan kepala desa Peranan berasal dari kata peran. Peran memiliki makna yaitu seperangkat tingkat diharapkan yang dimiliki oleh yang berkedudukan di masyarakat. Sedangkan, peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989). Adapun peranan seseorang seperti yang dikatakan oleh Levinson (1996:204) meliputi: (1) Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan disini di artikan sebagai rangkaian peraturan yang memimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat; (2) Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi; dan (3) Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting sebagai struktur sosial masyarakat.
Sementara, Veithzal Rivai (2004:148) mengartikan peranan sebagai perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu. Selanjutnya, Ali (2000:304) mengatakan bahwa peranan adalah sesuatu yang menjadi bagian yang memegang pimpinan yang terutama dalam terjadinya suatu peristiwa. Pendapat Ali tersebut mengandung maksud yaitu dengan adanya posisi tertentu maka seseorang yang lebih to user memiliki tanggung jawab commit dalam kehidupan sosial akan lebih besar peran
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
dan tanggung jawabnya dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat yang dipimpinnya. Menurut Covey dalam Kris Yuliani H (2002:6) ada tiga peranan pemimpin dalam kelompok/organisasi, antara lain: a) Pathfinding (pencarian alur), mengandung sistem nilai dan visi dengan kebutuhan pelanggan melalui suatu perencanaan strategis yang disebut the strategic pathway (jalur strategi); b) Aligning (penyelarasan), upaya memastikan bahwa struktur, sistem dan operasional organisasi memberi dukungan pada pencapaian visi dan misi dalam memenuhi kebutuhanpelanggan dan pemegang saham lain yang terlibat; dan c) Empowerment (pemberdayaan), suatu semangat yang digerakkan dalam diri orang-orang yang mengungkapkan bakat, kecerdikan dan kreativitas, untuk mampu mengerjakan apapun dan konsisten dengan prinsip-prinsip yang disepakati untuk mencapai nilai, visi dan misi bersama. Berdasarkan pendapat tersebut di atas dijelaskan bahwa pemimpin mempunyai peranan yang sangat penting dalam organisasi karena yang menjadi fungsi utama kepemimpinan adalah sebagai penggerak dari semua sumber daya manusia, sumber daya alam dan semua dana serta sarana dalam mencapai tujuan tertentu. Seperti yang dikemukakan Kasali dalam Muktiyo (2010:100) bahwa sumber kekuatan sebuah kelompok/organisasi tidak hanya ditentukan oleh knowledge dan expertise setiap anggotanya, tetapi keberhasilan atau kegagalan tersebut lebih ditentukan oleh kemampuan pemimpin dalam kelompok tersebut. Burgoon, Heston, dan McCroskey dalam Muktiyo (2011:366-368) mengemukakan delapan fungsi kepemimpinan, yaitu: a) Fungsi inisiasi, yaitu mengambil prakarsa untuk menciptakan gagasan-gagasan baru dan memberi pengarahan atau menolak gagasan-gagasan yang tidak layak dari anggotanya; b) Fungsi keanggotaan, yaitu pemimpin juga merupakan anggota kelompok sehingga ia harus meleburkan atau melibatkan diri dengan aktivitas-aktivitas kelompoknya dan lebih berinteraksi to user lain; secara informal commit dengan anggota
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
c) Fungsi perwakilan, yaitu sebagai wakil kelompok untuk mempertahankan dan melindungi kelompoknya dari ancaman yang berasal dari luar; d) Fungsi organisasi, yaitu bertanggung jawab terhadap persoalan organisasional, seperti kelancaran roda organisasi dan deskripsi kerja anggota; e) Fungsi integrasi, yaitu mampu menciptakan suasana yang kondusif dan mampu memecahkan atau mengelola konflik yang ada di kelompoknya dengan baik; f) Fungsi manajemen informasi internal, yaitu pemimpin harus memberi sarana agar pertukaran informasi diantara anggotaanggotanya berjalan baik sehingga dapat merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program kerjanya; g) Fungsi penyaringan informasi, yaitu pemimpin berfungsi sebagai penyaring informasi yang keluar dan masuk dalam kelompoknya sebagai usaha untuk mengurangi munculnya konflik internal dan eksternal; dan h) Fungsi imbalan, yaitu pemimpin melakukan evaluasi dan menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap program kerja yang telah dilakukan oleh anggotanya dengan memberi imbalan materi, seperti kenaikan gaji, kenaikan pangkat, dan lain-lain. Kepala desa merupakan penyelenggara pemerintahan desa yang dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang memenuhi syarat dan mendapat dukungan suara terbanyak sebagai pemimpin formal ditingkat desa. Kepala desa harus memiliki kemampuan, bakat, kecakapan, dan sifat kepemimpinan, disamping menjalankan kegiatan-kegiatan, fungsi dan tanggung jawab. Berdasarkan UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, segala yang berhubungan dengan desa diatur dalam pasal 200 sampai 216. Kepala desa adalah pemimpin dari seluruh desa di Indonesia. Kepala desa merupakan pimpinan dari pemerintah desa. Masa jabatan kepala desa adalah 6 (enam) tahun dan dapat di perpanjang lagi untuk satu kali masa jabatan. Kepala desa bertanggung jawab kepada bupati dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
dikordinasikan oleh camat. Jabatan kepala desa dapat disebut dengan nama lain, misalnya Wali Nagari (Sumatra Barat), Pembakal (Kalimantan Selatan), dan Hukum Tua (Sulawesi Utara). Berdasarkan pasal 14 PP no. 72 tahun 2005, tugas, wewenang, kewajiban dan hak kepala desa sebagai berikut: 1) Kepala desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. 2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepala desa mempunyai wewenang: a) Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD; b) Mengajukan rancangan peraturan desa; c) Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD; d) Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD; e) Membina kehidupan masyarakat desa; f) Membina perekonomian desa; g) Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif; h) Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hokum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan i) Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Yang dimaksud dengan “urusan pemerintahan” antara lain pengaturan kehidupan masyarakat sesuai dengan kewenangan desa seperti pembuatan peraturan desa, pembentukan lembaga kemasyarakatan, pembentukan Badan Usaha Milik Desa, dan kerjasama antar desa. Yang dimaksud dengan “urusan pembangunan” antara lain pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan sarana prasarana fasilitas umum desa seperti jalan desa, jembatan desa, irigasi desa, dan pasar desa. Yang dimaksud dengan “urusan kemasyarakatan” antara lain to user pemberdayaan masyarakatcommit melalui pembinaan kehidupan sosial budaya
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masyarakat seperti bidang kesehatan, pendidikan, dan adat istiadat (penjelasan pasal 14 ayat 1 PP 72/2005). Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Pemerintahan Desa bab IV paragraf 2 pasal 14 menyatakan bahwa kepala desa mempunyai peranan sebagai penyelenggara dan penanggung jawab utama di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintah daerah, urusan pemerintahan umum
termasuk
pembinaan
ketentraman
dan
ketertiban.
Untuk
menjalankan tugas tersebut, maka kepala desa mempunyai fungsi yaitu: a) Menggerakkan potensi masyarakat; b) Melaksanakan tugas dari pemerintah atasannya; c) Melaksanakan koordinasi terhadap jalannya pemerintahan desa; dan d) Melaksanakan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya baik di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Dalam melaksanakan fungsinya sebagai penggerak potensi masyarakat,
kepala
menumbuhkan
desa
kegairahan
harus
mempunyai
masyarakat
untuk
kemampuan
untuk
berpatisipasi
dalam
pembangunan. Kemampuan untuk mempengaruhi masyarakat merupakan suatu faktor yang sangat menentukan pembangunan yang ada di daerah kekuasaannya, demikian juga kedudukannya sebagai kepala pemerintahan bertanggung jawab terhadap terselenggaranya pemerintahan dalam pembangunan kemasyarakatan. Dalam hal ini melibatkan para pembantupembantunya, yaitu perangkat desa, dengan aktif sesuai dengan tugas commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masing-masing serta bagaimana memotivasi masyarakat agar mereka mau untuk berperan aktif secara terpadu untuk mencapai keberhasilan pembangunan yang telah diprogramkan. Agar pembangunan desa dapat berjalan dengan baik dituntut adanya keterlibatan masyarakat desa yang bersangkutan sehingga akan timbul partisipasi masyarakat terhadap pembangunan yang telah direncanakan. Fungsi menggerakkan, memotivasi, dan mengarahkan seluruh masyarakat desa untuk melibatkan diri secara aktif dalam proses pembangunan datang dari seorang kepala desa. Fungsi tersebut harus dibarengi dengan komunikasi yang baik sehingga dari komunikasi tersebut muncul adanya suatu dorongan bagi si penerima pesan. Pesan yang disampaikan tentunya adalah pesan-pesan pembangunan desa. Dengan adanya pembangunan, diharapkan akan terjadi suatu perubahan ke arah yang lebih baik dalam masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa dalam melakukan peranannya tersebut seorang kepala desa melakukan kegiatan komunikasi. Di dalam kegiatan komunikasi terdapat proses dan strategi komunikasi. Dalam hal ini, komunikasi yang digunakan adalah komunikasi dengan teknik persuasif dalam bidang pembangunan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
21 digilib.uns.ac.id
I.6.2 Komunikasi a. Pengertian komunikasi Komunikasi adalah salah satu syarat bagi berlangsungnya hubungan antar manusia atau interaksi sosial diantara sesama manusia karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang harus selalu berkomunikasi dengan manusia lain. Seperti yang dikemukakan Peter Zhang dalam jurnal internasionalnya bahwa komunikasi merupakan sebuah ide dalam hubungan antar manusia untuk meraih hidup yang lebih baik sehingga tidak mungkin kita tidak berkomunikasi dengan orang lain (Zhang, 2011:89). Kata atau istilah komunikasi berasal dari bahasa Inggris yaitu communication dan dalam bahasa Latin berasal dari kata communicatio yang artinya sama makna. Dengan demikian, komunikasi yang menunjuk pada suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kesamaan makna. Menurut Onong Uchjana Effendy, komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia. Yang dinyatakan adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya (Effendy,1993:28).
Pada proses interaksi, komunikasi telah menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan vital. Dikatakan mendasar karena setiap manusia, baik yang primitif maupun yang modern, berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan sosial melalui komunikasi. Dikatakan vital karena setiap individu commit to userdengan individu-individu lainnya memiliki kemampuan berkomunikasi
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk bertahan hidup (Rakhmat, 1986:11). Pernyataan Rakhmat tersebut didukung pula oleh Soesanto (1977:2) yang mengatakan bahwa sembilan puluh persen kehidupan manusia dilakukan dengan berkomunikasi. Laswell memberikan definisi bahwa komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa?, mengatakan apa?, kepada siapa?, dan dengan akibat atau hasil apa atau dengan kata lain who, say what, in which channel, to whom, and with what effect (Sendjaja, 2004:11). Carl I. Hovland memberikan definisi bahwa komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap (Sendjaja, 2004: 11).
Edward Depari dalam Muktiyo (2011:340) mengemukakan komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, memiliki arti, dan dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan. Dari berbagai pendapat mengenai pengertian komunikasi di atas, terdapat kesamaan inti dari komunikasi, yaitu suatu proses penyampaian pesan baik verbal dan non verbal yang dapat dimengerti orang lain sehingga akan tercapai kesamaan pengertian.
b. Unsur-unsur komunikasi Menurut
definisi
komunikasi
yang
dikemukakan
Laswell,
komunikasi mengandung lima unsur atau komponen, yaitu : 1) Pengirim, yaitu orang yang menciptakan tindakan komunikatif. Pengirim mengirimkan sebuah pesan dan dengan itu commit to user menimbulkan reaksi;
perpustakaan.uns.ac.id
23 digilib.uns.ac.id
2) Pesan, yaitu berita yang akan dikirimkan. Komponen pesan berada di antara pengirim dan penerima sebagai isi yang telah dirumuskan untuk ditransmisikan. Pesan terdiri dari isi (the content) dan lambang (symbol). Bahasa adalah lambang yang paling banyak digunakan orang untuk berkomunikasi; 3) Saluran, yaitu media yang dipakai untuk mengirimkan pesan. Menurut Josep A. Devito, jarang sekali komunikasi berlangsung melalui satu saluran. Kita mungkin menggunakan dua, tiga, atau lebih saluran untuk berkomunikasi (Devito, 1997:28). Sebagai contoh dalam interaksi tatap muka, selain kita berbicara dan mendengar (saluran bahasa), kita juga memberikan isyarat tubuh dan menerima isyarat secara visual (saluran visual). Bahkan, mungkin kita mencium dan memancarkan bau-bauan (saluran olfaktori); 4) Komunikan, yaitu orang yang dituju, pihak penjawab atau orang yang menerima pesan; dan 5) Efek, dalam bentuk jawaban atau reaksi. Reaksi ini menunjukkan kepada si pengirim bagaimana pesannya itu diterima oleh penerima. Reaksi bisa menguatkan atau membentuk komunikasi selanjutnya (Eilers, 2001:22-23). Josep A. Devito mengungkapkan bahwa komunikasi selalu mempunyai efek atau dampak bagi orang yang terlibat di dalamnya. Efek komunikasi yang pertama adalah efek kognitif (intelektual), yaitu berupa pengetahuan. Kedua, efek afektif, yaitu mengubah sikap, keyakinanm emosi, atau perasaan dan ketiga, adalah efek konatif (psikomotorik), yaitu berupa perubahan tindakan atau perilaku. Kelima unsur komunikasi tersebut merupakan suatu kesatuan yang utuh dan bulat, artinya apabila satu unsur tidak ada maka komunikasi tidak akan terjadi. Masing-masing unsur saling berhubungan dan ada saling ketergantungan. Dengan demikian, keberhasilan suatu komunikasi ditentukan oleh semua unsur tersebut.
c. Tujuan komunikasi Dalam melakukan komunikasi tentu mempunyai tujuan. Menurut Effendy (2003: 55)., tujuan dari komunikasi adalah: (1) Perubahan sikap commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(to change the attitude); (2) Mengubah opini opini/pendapat/pandangan (to change the opinion); (3) Mengubah perilaku (to change the behavior); dan (4) Mengubah masyarakat (to change the society). Untuk lebih memahami tujuan komunikasi, Ruslan menyatakan tujuan komunikasi sebagai berikut: (1) Menjelaskan sesuatu pada orang lain agar orang lain untuk mengerti dan memahami apa yang kita maksud; (2) Agar orang lain menerima dan mendukung gagasan kita. Dalam hal ini, tentu cara penyampaian akan berbeda dengan cara yang dilakukan untuk menyampaikan informasi atau pengetahuan saja; dan (3) Agar orang lain mengerjakan sesuatu atau agar mereka mau bertindak sesuai keinginan kita (Ruslan , 2003: 11).
d. Fungsi komunikasi Pengertian komunikasi dapat kita lihat dalam pengertian luas yang mana komunikasi tidak hanya dapat diartikan sebagai pertukaran berita atau pesan akan tetapi juga sebagai kegiatan individu serta kelompok mengenai pertukaran-pertukaran data, fakta dan ide-ide. Berdasarkan pengertian ini, fungsi komunikasi dalam setiap sistem sosial adalah sebagai berikut: 1) Informasi, yaitu pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data dan gambar, fakta dan pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dengan jelas sehingga orang lain agar dapat menerima pengetahuan/berita yang benar;
2) Sosialisasi, yaitu penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya dan ia dapat aktif dalam masyarakat; 3) Motivasi, yaitu menjelaskan tujuan setiap masyarakat dalam jangka pendek atau jangka panjang, mendorong dalam menentukan pilihannya dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama; 4) Perdebatan dan diskusi, yaitu menyediakan dan saling menukar commituntuk to usermemungkinkan persetujuan atau fakta yang perlu
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5)
6)
7)
8)
penyelesian perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kepentingan bersama, baik tingkat nasional maupun lokal; Pendidikan, yaitu pemberian ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak dan pendidikan keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan; Memajukan kebudayaan, yaitu penyebaran hasil kebudayaan dan seni yang bertujuan untuk melestarikan masa lalu, perkembangan kebudayaan dengan memperluas wawasan pengetahuan budaya seseorang, pembangunan imajinasi dan dorongan kreatifitas; Hiburan, yaitu penyebarluasan sinyal, simbol, suara dan gambar dari drama, tari, kesenian, kesusteraan, musik, olahraga, permainan dan lain-lain untuk rekreasi, kesenangan kelompok dan individu; Integrasi, yaitu menyediakan suatu kesempatan untuk bangsa, kelompok dan individu memperoleh suatu pesan yang mereka perlukan agar mereka saling kenal dan mengerti dan menghargai kondisi, pandangan dan keinginan orang lain (Widjaja, 2000:9-10).
e. Teknik komunikasi Ada empat macam teknik komunikasi yang dikemukakan oleh Pratikto (1987:ix), yaitu teknik informatif, teknik persuasif, teknik instruktif, dan hubungan manusiawi. Komunikasi informatif adalah komunikasi yang bertujuan memberikan informasi. Komunikasi koersif merupakan komunikasi yang dapat menimbulkan ketegangan atau rasa takut karena adanya unsur paksaan. Hubungan manusiawi dapat dikatakan sebagai komunikasi sosial yaitu proses interaksi simbolis yang memungkinkan orang menciptakan kontak dengan tukar menukar pengertian melalui tanda-tanda (Eilers, 2001:16). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
Sementara, komunikasi persuasif adalah tindakan komunikasi yang bertujuan agar khalayak mengadopsi pandangan komunikator tentang suatu hal atau melakukan suatu tindakan tertentu (Ruslan, 2005:27). Beberapa pendapat lain mendefinisikan komunikasi persuasif sebagai komunikasi yang bertujuan mengubah, memodifikasi atau membentuk respon (sikap atau perilaku) penerima. Dengan demikian, dapat dirumuskan tujuan komunikasi persuasif adalah untuk mengubah atau menguatkan keyakinan dan sikap komunikan serta mendorong komunikan untuk melakukan sesuatu tindakan tertentu yang diharapkan oleh komunikator. Menurut Devito dalam Ardianto (2005:21-22) ada beberapa bentuk cara mengkomunikasikan pesan menggunakan teknik persuasif, yaitu sebagai berikut: 1) Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang agar bertindak dengan cara tertentu; 2) Mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang; dan 3) Menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu. Otto Lerbinger dalam Ruslan (2005:40041) mengatakan bahwa ada beberapa model untuk merekayasa persuasif, antara lain: 1) Stimulus respon, yaitu model persuasif yang paling sederhana yaitu berdasarkan konsep asosiasi yaitu berupa slogan; 2) Kognitif, yang berkaitan dengan nalar dan rasio untuk meningkatkan pemahaman sehingga mudah dimengerti dan logis (bisa diterima). Dalam melakukan persuasif pada model ini, komunikator dan komunikan lebih menekankan penjelasan yang rasional dan logis; commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Motivasi, yaitu persuasif dengan membujuk seseorang agar mau mengubah opini, sikap, atau perilakunya; 4) Sosial, yaitu pesan persuasif telah sesuai dengan status sosial komunikan sehingga komunikasi akan lebih mudah dilakukan; dan 5) Personalitas, artinya memperhatikan karakteristik pribadi sebagai acuan untuk melihat respon.
Inti dari komunikasi persuasif adalah bagaimana komunikator mempengaruhi komunikannya sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Dalam hal ini, kunci keberhasilan komunikasi terdapat di tangan komunikator. Agar komunikasi yang dilakukan oleh komunikator menjadi persuasif maka komunikator harus mempunyai kredibilitas yang tinggi. Yang dimaksud dengan kredibel disini adalah komunikator yang mempunyai pengetahuan, terutama tentang apa yang disampaikannya. Ditinjau dari komponen komunikator, untuk melaksanakan komunikasi
yang
berhasil
terdapat
dua
faktor
penting,
yaitu
keterpercayaan sumber (source credibility) dan daya tarik komunikator (source attractiviness). Dua hal tersebut didasarkan pada kebutuhan utama dari seorang komunikan untuk menerima suatu pesan, yang mencakup: 1) Keinginan untuk memperoleh suatu pernyataan yang benar. Jadi, komunikator mendapat kualitas komunikasinya sesuai dengan kualitas sampai dimana dia memperoleh kepercayaan dari komunikan dan apa yang dinyatakannya; dan
commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Keinginan untuk menyamakan dirinya dengan komunikator atau bentuk hubungan
lainnya
dengan
komunikator.
Akan
sukses
dalam
komunikasinya apabilah dia berhasil memikat perhatian komunikan. Kepercayaan kepada komunikator (source credibility) ditentukan dari keahliannya untuk dapat atau tidak dipercaya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan yang besar akan dapat meningkatkan daya perubahan sikap, sedangkan yang kecil akan mengurangi daya perubahan yang positif. Semakin dikenal dan disenanginya komunikator oleh komunikan, semakin cenderung komunikan untuk mengubah kepercayaan ke arah yang dikehendaki komunikator. Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap melalui daya tarik (source atractiveness) jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengan mereka. Misalnya, komunikator dianggap mempunyai kesamaan dengan komunikan sehingga komunikan tunduk kepada pesan yang dikomunikasikan.
f. Proses komunikasi Proses komunikasi merupakan suatu proses penyampaian berita kepada penerima pesan untuk dipahami dan di mengerti maknanya. Suatu proses komunikasi akan terjadi apabila antara pemberi pesan dan penerima pesan terdapat suatu hubungan. Hubungan dalam hal ini adalah penerima pesan mengerti bahwa ia akan menerima suatu berita dan pemberi pesan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
telah siap menyampaikannya. Komunikasi tidak akan terjadi apabila tidak terdapat suatu hubungan antara pemberi pesan dan penerima pesan. Menurut Purwanto (2003: 12) komunikasi memiliki enam tahapan proses, yaitu: 1) Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan Sebelum proses penyimpanan pesan dapat dilakukan, maka pengirim pesan harus menyiapkan ide atau gagasan apa yang ingin disampaikan kepada pihak lain. Ide dapat diperoleh dari berbagai sumber, ide-ide yang ada didalam benak pengirim disaring dan disusun ke dalam suatu memori yang ada didalam pikiran orang yang memiliki peta mental yang berbeda. Hal ini disebabkan karena cara penyerapan berbagai informasi dan pengalaman yang berbeda-beda dari setiap individu. 2) Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan Dalam suatu proses komunikasi, tidak semua ide yang dapat diterima atau dimengerti dengan sempurna. Agar ide dapat diterima dari dimengerti secara sempurna, pengirim pesan harus memperhatikan beberapa hal, yaitu subyek (apa yang ingin disampaikan), maksud (tujuan), penerima pesan gaya personal dan latar belakang budaya. 3) Pengirim menyampaikan pesan Dalam menyampaikan dan mengirim pesan dapat menggunakan berbagai saluran yang ada kepada si penerima pesan. Rantai saluran komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan terkadang commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
relatif pendek, namun ada juga yang cukup panjang. Panjang pendeknya berpengaruh
rantai
saluran
terhadap
komunikas
efektivitas
yang
penyampaian
digunakan pesan.
akan Dalam
menyampaikan pesan dapat digunakan berbagai media komunikasi baik media tulisan maupun lisan. 4) Penerima menerima pesan Komunikasi antar seseorang dengan orang lain akan terjadi bila pengirim mengirimkan suatu pesan dan penerima menerima pesan tersebut. Jika seseorang mengirim sepucuk surat, komunikasi baru akan terjadi bila penerima surat menerima dan memahami isinya. 5) Penerima menafsirkan pesan Setelah penerima menerima suatu pesan, tahap berikutnya adalah bagaimana ia menafsirkan pesan. Suatu pesan yang disampaikan pengirim harus mudah dimengerti dan tersimpan dalam benak pikiran si penerima pesan. 6) Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik ke pengirim Setelah menerima pesan, penerima akan memberi tanggapan dengan cara tertentu dan memberi sinyal terhadap pengirim pesan. Sinyal yang diberikan oleh penerima pesan beraneka ragam, hal ini tergantung dari pesan yang diterimanya. Umpan balik memegang peranan penting dalam proses komunikasi karena ia memberi kemungkinan bagi pengirim untuk menilai efektifitas suatu pesan dan commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
adanya umpan balik dapat menunjukkan adanya faktor-faktor penghambat komunikasi. Bagan 2 Alur Proses Komunikasi
Tahap 1 Pengiriman pesan
SALURAN
Tahap 6 Penerima mengirim ide
Tahap 2 Pengirim mengubah ide manjadi pesan
Tahap 5 Penerima menafsirkan pesan
Tahap 3 Pengirim mengirim pesan
Tahap 4 Penerima menerima pesan
MEDIA
Sumber: Purwanto, 2003:12
Proses komunikasi juga dapat dikategorikan dengan peninjauan dari dua perspektif, yaitu: 1) Proses komunikasi dalam perspektif psikologis Proses komunikasi ini terjadi pada diri komunikator dan komunikan. Ketika komunikator berniat akan menyampaikan suatu pesan kepada komunikan, maka dalam dirinya terjadi suatu proses, yaitu pengemasan isi pesan dan lambang. Isi pesan pada umumnya adalah commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pikiran, sedangkan lambang umumnya adalah bahasa (Effendy, 2003:31). Kemudian pesan tersebut ditransmisikan kepada komunikan. Apabila komunikan mengerti isi pesan atau pikiran komunikator maka dikatakan komunikasi terjadi. Sebaliknya, bilamana komunikan tidak mengerti maka komunikasi pun tidak terjadi. 2) Proses komunikasi dalam perspektif mekanistik Pada proses komunikasi ini dapat diklasifikasikan ke dalam empat tahap, yaitu sebagai berikut: (a) Proses komunikasi secara primer Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media atau saluran. Adapun lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung dapat menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. Pada proses komunikasi secara primer adalah bahasa yang paling banyak digunakan sebab bahasa mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain, apakah itu berbentuk ide, gagasan, informasi atau opini (Effendy, 2002:14). (b) Proses komunikasi secara sekunder Proses
komunikasi
secara
sekunder
adalah
proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Pentingnya peranan media, yakni commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
media
sekunder
dalam
proses
komunikasi
disebabkan
oleh
efisiensinya dalam mencapai sasaran. Proses komunikasi sekunder ini merupakan sambungan dari proses komunikasi primer sehingga dalam menata
lambang-lambang
untuk
memformulasikan
isi
pesan
komunikasi, komunikator harus memperhitungkan ciri-ciri atau sifatsifat media yang digunakan. Proses komunikasi secara sekunder ini dalam menjangkau sasarannya dengan menggunakan media massa yang
mempunyai
sirkulasi
yang
luas
dan
memiliki
daya
keserempakan, seperti surat kabar, televisi siaran, radio, film, leaftlet, brosur, dan lain-lain (Effendy, 2002:15). (c) Proses komunikasi secara linear Istilah linear mengandung makna lurus. Dalam konteks komunikasi, proses secara linear adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal (Effendy, 2003:38). Komunikasi linear ini berlangsung baik dalam situasi komunikasi tatap muka (face-to-face communication) maupun dalam situasi komunikasi bermedia (mediated communication). (d) Proses komunikasi secara sirkular Dalam konteks komunikasi yang dimaksudkan dengan proses sirkular itu adalah terjadinya feed back atau umpan balik yaitu terjadinya arus dari komunikan ke komunikator. Oleh karena itu, ada kalanya feed back tersebut mengalir dari komunikan ke komunikator itu adalah respon atau tanggapan komunikan terhadap pesan yang diterima dari komunikator. Konsep umpan balik ini dalam proses commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
komunikasi amat penting karena dengan terjadinya umpan balik komunikator dapat mengetahui apakah komunikasi itu berhasil atau gagal.
g. Strategi komunikasi Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukan bagaimana taktik operasionalnya. Demikianlah pula strategi komunikasi merupakan paduan dan perencanaan
komunikasi
(communication
planning)
dan
manajemen
komunikasi (communication management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan dalam arti kata bahwa pendekatan bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung dari situasi dan kondisi. Strategi komunikasi merupakan penentu berhasil tidaknya kegiatan komunikasi. R. Wayne Pace, Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnett dalam Effendy (1990:32-33) mengemukakan tujuan sentral sebuah strategi komunikasi, yaitu: (1) To secure understanding, yaitu memastikan bahwa
komunikan mengerti pesan yang disampaikan komunikator; (2) To establish acceptance, yaitu membina pesan yang diterima komunikan; dan (3) To motivate action, yaitu memotivasi kegiatan agar dilakukan. commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Seperti halnya dengan strategi dalam bidang apapun, strategi komunikasi harus didukung oleh teori karena teori merupakan pengetahuan berdasarkan pengalaman yang sudah diuji kebenarannya. Banyak teori komunikasi yang sudah diketengahkan oleh para ahli tetapi untuk strategi komunikasi teori yang memadai baiknya untuk dijadikan pendukung strategi komunikasi ialah apa yang dikemukakan oleh Harold D. Lasswell yaitu cara yang terbaik untuk menerangkan kegiatan komunikasi adalah menjawab pertanyaan “Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?”. Dalam perumusan strategi khalayak memiliki kekuatan penangkal yang bersifat psikologi dan sosial bagi setiap pengaruh yang berasal dari luar diri dan kelompoknya. Di samping itu, khalayak tidak hanya dirangsang oleh hanya satu pesan saja melainkan banyak pesan dalam waktu yang bersamaan. Artinya, terdapat juga kekuatan pengaruh dari pesan-pesan lain yang datang dari sumber (komunikator) lain dalam waktu yang sama, sebelum maupun sesudahnya. Dengan demikian, pesan yang diharapkan menimbulkan efek pada khalayak bukanlah satu-satunya kekuatan, melainkan hanya satu di antara semua kekuatan pengaruh yang bekerja dalam proses komunikasi untuk mencapai efektivitas. Jadi, efek tidak lain dari paduan sejumlah kekuatan yang bekerja dalam keseluruhan proses komunkasi. Pesan sebagai satu-satunya yang
dimiliki oleh komunikator harus mampu mengunguli semua kekuatan yang ada untuk menciptakan efektivitas.
commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Suatu strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan. Jadi dalam merumuskan strategi komunikasi, selain diperlukan perumusan tujuan yang jelas, juga terutama memperhitungkan kondisi dan situasi khalayak.
Menurut AED dalam Nasution (2004:164-168), ada empat strategi komunikasi pembangunan yang telah digunakan selama ini, yaitu: 1) Strategi berdasarkan media, yaitu dengan menentukan media yang paling efektif dan efisien untuk melakukan komunikasi; 2) Strategi desain instruksional, yaitu dengan memfokuskan strateginya pada pembelajaran individu-individu sebagai suatu sasaran yang fundamnetal; 3) Strategi partisipatori, yaitu berprinsip pada kerja sama komunitas dan pertumbuhan pribadi atau pengalaman keikutsertaan, bukan pada berapa banyak informasi yang dipelajari; dan 4) Strategi pemasaran, yaitu fokus pada upaya menjual barang atau jasa dalam kegiatan perekonomian.
Komunikator
harus
mengenali
sasaran
komunikasinya,
menentukan jenis komunikasi yang akan dilakukan, dan menentukan pesan komunikasi (Effendy, 1990:35-37). Apapun strategi komunikasi yang digunakan, tujuan komunikasi tersebut harus dinyatakan secara tegas sebelum komunikasi dilakukan karena menyangkut khalayak sasaran komunikasi yang memiliki ciri khas masing-masing. Adakalanya mungkin pesan yang sama harus disampaikan dengan formulasi yang berbeda dengan mengubah kata-kata yang abstrak bagi komunikan menjadi katakata yang konkret sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka. Dalam hal ini, komunikator dengan kredibilitasnya sangat berperan dalam commityang to user keberhasilan strategi komunikasi dilakukannya.
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam mengenali sasaran komunikasi, Cangara (2005:135-138) mengemukakan bahwa paling tidak ada tiga aspek yang perlu diketahui oleh seorang komunikator, yaitu aspek sosiodemografik, aspek profil psikologis, dan aspek karakteristik perilaku. Aspek sosiodemografik merupakan pengetahuan tentang jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, agama, dan pekerjaan. Aspek profil psikologis meliputi tingkat emosi, pendapat-pendapat komunikan, keinginan yang perlu dipenuhi, dan perasaan kecewa, frustasi, atau semacamnya yang terpendam. Aspek karakteristik perilaku meliputi hobi, nilai dan norma, mobilitas sosial, dan perilaku
komunikasi.
Kesemua
aspek
tersebut
dapat
diketahui
komunikator melalui survei, melihat data potensi atau buku statistik yang ada, dan wawancara.
h. Efektivitas komunikasi Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu telah ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektifitas menurut Hidayat (1986:41) yang menjelaskan bahwa efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya. Adapun pengertian efektifitas menurut Prasetyo Budi Saksono (1984:67) adalah seberapa besar tingkat output yang dicapai dibandingkan dengan output yang diharapkan dari sejumlah input.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
38 digilib.uns.ac.id
Dari pengertian-pengertian efektifitas tersebut dapat disimpulkan bahwa efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Berdasarkan hal tersebut, jika dikaitkan dengan komunikasi maka dapat diartikan bahwa seberapa jauh pencapaian target untuk menyampaikan suatu pernyataan atau pesan oleh seseorang kepada orang lain. Dengan demikian, komunikasi dikatakan efektif apabila penerima memahami dan melaksanakan pesan yang dikirim kepadanya sehingga dari situ akan tercapai kesepahaman antara pengirim dengan penerima. Berikut ini adalah delapan faktor yang berkaitan dengan efektivitas komunikasi di berbagai tipe dan bentuk organisasi, yaitu: 1) Pemimpin harus menyadari pentingnya organisasi; 2) Pemimpin harus memadankan perkataan dengan tindakan; 3) Komitmen pada komunikasi dua arah antara pemimpin dengan anggota; 4) Penekanan pada komunikasi tatap muka secara terus terang dan terbuka; 5) Pemimpin dan jajarannya bertanggung jawab terhadap penyampaian informasi kepada semua anggota; 6) Menangani berita buruk secara terbuka; 7) Merancang pesan yang sesuai dengan audiens komunikasinya; dan 8) Perlakukan komunikasi sebagai sebuah proses yang berkelanjutan (Robbins, 2003:325).
i. Jenis komunikasi Pada penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, terdapat berbagai jenis komunikasi, baik dalam komunikasi umum maupun komunikasi pembangunan, diantaranya sebagai berikut: commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Komunikasi formal dan informal Komunikasi formal mempunyai dua bentuk, yang biasanya dapat berjalan lancar karena komunikasi tersebut merupakan bagian dari pekerjaan, yaitu : a. Lisan, seperti : perundingan, rapat, instruksi dan lain-lain. b. Melalui berbagai media (Tondjowidjojo,2002:21). Sementara, komunikasi informal biasanya tidak dilakukan dalam rapat resmi tetapi melalui pendekatan hobi dan dan kesenangan (Muktiyo, 2010:83). Jenis komunikasi ini memiliki sisi positif dan negatif, yaitu sebagai berikut: a. Dalam suasana pancaroba, komunikasi formal belum mempunyai bentuk yang tepat karena orang mancari jalur pintas yang informal; b. Komunikasi informal berlangsung tanpa beban, jadi sesuai dengan penjajakan; c. Saat dibutuhkan, orang harus memanfaatkan yang informal; dan d. Apabila dua saluran formal ini mengalami hambatan, maka terpaksa harus menempuh saluran yang informal agar dapat berjalan serta dapat lebih fleksibel dan efesien (Tondowijojo, 2002:21). 2) Komunikasi verbal dan nonverbal Tanda-tanda verbal dikelompokkan dalam kata-kata dan katakata ini digunakan dalam kombinasi tertentu sesuai dengan aturan tata bahasa. Edward Sapir dan Benyamin Whorf dalam Eilers (2001:32-33) berpendapat bahwa tanda-tanda verbal tidak saja menunjukkan apa yang kita lihat dan pikirkan, tetapi gambaran kita tentang dunia juga ditentukan
oleh
penggunaan bahasa commit to user
kita.
Bahasa
membantu
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengabstraksikan pemikiran kita dan mengembangkan konsep-konsep yang umumnya tidak dapat dijelaskan oleh tanda-tanda nonverbal. Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas. Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. Ia menekankan dimiliki bersama karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tatabahasa. Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya memberi arti. Cansandra L. Book dalam Cangara (2005:95) mengemukakan bahwa agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu: a. Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja yang menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa lalu sampai pada kemajuan teknologi saat ini; commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul dengan orang lain untuk kesenangan kita, dan atau mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita. Melalui bahasa kita dapat mengendalikan lingkungan kita, termasuk orang-orang di sekitar kita; dan c. Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa memungkinkan kita untuk lebih teratur, saling memahami mengenal diri kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuantujuan kita. Secara sederhana, tanda verbal dapat didefinisikan sebagai unsur bahasa, sedangkan tanda nonverbal menunjukkan ungkapan komunikasi lainnya yang secara tidak langsung juga berkaitan dengan bahasa. Ray L. Birdwhistell dalam Eilers (2001:30) yakin bahwa 65% komunikasi manusia pada kenyataannya adalah komunikasi nonverbal. Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan kode-kode nonverbal atau yang biasa disebut bahasa diam atau bahasa isyarat. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari. commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Mark Knapp dalam Cangara (2005:100) mengemukakan fungsi kode nonverbal dalam komunikasi, yaitu: a. Meyakinkan apa yang diucapkannya (repetition); b. Menunjukkan perasaan dan emosi yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata (substitution); c. Menunjukkan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya (identity); dan d. Melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum sempurna. Kode nonverbal dapat dikelompokkan menjadi beberapa bentuk, yaitu kinesics (gerakan badan seperti mengangguk, tersenyum, mengepalkan tinju ke atas, dan lain-lain); eye gaze (gerakan mata atau pandangan mata); touching (sentuhan badan); paralanguage (irama suara); diam; postur tubuh; warna; bunyi; dan bau (Cangara, 2005:101110). 3) Komunikasi top-down, bottom-up dan horisontal Komunikasi ke atas (bottom-up) berarti bahwa bawahan harus dapat mengungkapkan pendapatnya dan mengembangkan pikiran tentang pekerjaan melalui kelompok kerja, perwakilan atau lain-lain (Widjaja, 2000:55). Komunikasi yang tercipta dalam komunikasi bottom-up ini pada umumnya berbentuk laporan pelaksanaan perintah secara tertulis dan lisan, atau laporan dari hasil pekerjaan, serta sumbang saran dari bawahan kepada pimpinan atau atasan (Widjaja, 2000:55). Kurangnya komunikasi dari bawah ke atas dapat mengakibatkan pimpinan akan kehilangan stimulan dari partisipasi bawahan, ide commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bawahan yang bermanfaat tidak dapat dilaksanakan, pimpinan tidak akan mengetahui dan mengerti masalah dan pendapat bawahan, dan kurangnya informasi yang tepat untuk menilai dan menentukan sesuatu keputusan atau peraturan (Tondowijojo, 2002:25). Sementara, tujuan komunikasi ke bawah (top-down) adalah untuk mengetahui pemahaman dan penerimaan bawahan tentang rencana dan kebijakan sebuah organisasi (Widjaja, 2005:55). Dengan komunikasi yang dilakukan pimpinan ini, akan tercipta suatu hubungan yang harmonis antara pimpinan dengan yang dipimpin. Media yang dipergunakan dapat dalam bentuk komunikasi lisan (perintah atau instruksi) atau tulisan (nota dinas, peraturan, surat edaran, dan lainlain). Apabila komunikasi top-down dan bottom-up merupakan komunikasi vertikal, lain halnya dengan komunikasi yang terjadi di antara para bawahan/ atasan. Tujuan dari komunikasi horisontal ini adalah untuk suatu pencapaian koordinasi dan pemahaman. Komunikasi horisontal berhubungan dengan orang-orang yang memiliki keahlian dan tugas dalam bidang tertentu. Media komunikasi yang dipakai pada umumnya adalah berupa pemberitahuan, pengumuman, sampai kepada penggunaan media humas, yaitu seperti buletin, majalah internal dan news letter (Tondowijojo, 2002:25).
commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
j. Komunikasi dalam teori difusi inovasi Difusi Inovasi adalah teori tentang bagaimana sebuah ide dan teknologi baru tersebar dalam sebuah kebudayaan. Teori ini dipopulerkan oleh Everett Rogers pada tahun 1964 melalui bukunya yang berjudul Diffusion of Innovations. Ia mendefinisikan difusi sebagai proses dimana sebuah inovasi dikomunikasikan melalui berbagai saluran dan jangka waktu
tertentu
dalam
sebuah
sistem
sosial
(http://muh-sahid-
b50108102.blogspot.com/2009/11/teori-difusi-inovasi.html/). Rogers dan Shoemoker (1971) menyatakan bahwa studi difusi mengkaji pesan-pesan yang berupa ide-ide ataupun gagasan baru, termasuk peran komunikasi dalam mengubah masyarakat melalui penyebarserapan ide-ide dan hal-hal baru. Dengan demikian, difusi sebenarnya merupakan suatu bentuk khusus komunikasi. Pesan-pesan yang disampaikan tersebut merupakan hal-hal yang baru sehingga pihak penerima akan memberikan perilaku yang berbeda pada pengirim pesan, dibandingkan jika si penerima berhadapan dengan pesan-pesan biasa yang bukan inovasi. Secara generik, inovasi didefinisikan sebagai adopsi dan difusi terhadap ide atau gagasan baru dalam perusahaan. Penciptaan gagasan baru atau adopsi sesuatu dapat dikatakan sebagai inovasi jika dapat dikomesialisasikan menjadi sebuah produk atau jasa yang diinginkan oleh konsumen (Manurung, 2010:103). commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pendapat lain menyebutkan bahwa inovasi adalah perubahan, penemuan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan, metode, alat, produk, atau hal lainnya (Robbins, 1997:532). Masuknya inovasi ke tengah suatu sistem sosial terutama karena terjadinya komunikasi antara anggota masyarakat ataupun antara masyarakat satu dengan masyarakat yang lain. Dengan demikian komunikasi, merupakan faktor yang penting untuk terjadinya suatu perubahan
sosial.
Melalui
saluran-saluran
komunikasilah
terjadi
pengenalan, pemahaman-penilaian, yang kelak akan menghasilkan penerimaan ataupun penolakan terhadap suatu inovasi. Suatu inovasi biasanya terdiri dari dua komponen, yakni komponen ide dan komponen objek (aspek material atau produk fisik dari ide tadi). Setiap inovasi memiliki komponen ide, namun banyak juga yang tidak mempunyai rujukan fisik. Penerimaann terhadap suatu inovasi yang memliki kedua komponen tersebut memerlukan adopsi yang berupa tindakan. Sedangkan inovasi yang hanya mempunyai komponen ide, penerimaannya pada hakikatnya lebih merupakan suatu putusan simbolik (Nasution, 2005: 125). Rogers (dalam Nasution, 1988: 65) mengemukakan ada 4 elemen pokok difusi inovasi, yaitu : 1. Inovasi yaitu gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep ‘baru’ dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali. 2. Komunikasi adalah suatu proses dimana partisipan menciptakan dan berbagi informasi satu sama lain untuk mencapai suatu pemahaman bersama. Jadi komunikasi dalam proses difusi adalah, upaya mempertukarkan ide baru (inovasi) oleh seseorang atau unit terientu yang telah mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi tersebut kepada seorang atau unit lain to user yang belum commit memiliki pengetahuan dan pengalaman
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengenai inovasi itu melalui saluran komunikasi tertentu. Sedangkan saluran komunikasi adalah ‘alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber harus memperhatikan tujuan diadakannya komunikasi dan karakteristik penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal. 3. Jangka waktu yaitu proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam proses pengambilan keputusan inovasi, keinovatifan seseorang: relatif lebih awal atau lebih lambat dalam menerima inovasi, dan kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial. 4. Sistem sosial yaitu kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama. Anggota system social dapat individu, kelompok-kelompok informal, organisasi, dan sub system yang lain. Proses difusi dalam kaitannya adengan sistem sosial ini dipengaruhi oleh struktur sosial, norma sosial, peran pemimpin dan agen perubahan, tipe keputusan inovasi dan konsekuensi inovasi. Contoh sistem sosial diantaranya petani di pedesaan, dosen dan pegawai di perguruan tinggi, kelompok dokter di rumah sakit dan masih banyak lagi yang lainnya. Dengan demikian maka system social merupakan ikatan bagi anggotanya dalam melakukan kegiatan artinya anggota tentu saling pengertian dan hubungan timbal balik. Jadi system social mempengaruhi proses difusi inovasi, karena proses difusi inovasi terjadi dalam system social, maka jelaslah bahwa individu akan terpengaruh oleh system social dalam menghadapi suatu inovasi. Berbeda sistem sosial akan berbeda pula proses difusi inovasi, walaupun mungkin dikenalkan dan diberi fasilitas dengan cara dan perlengkapan yang sama.
commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Everett M Rogers dan Floyd G. Shoemaker (dalam McQuail, 1985:61). mengemukakan bahwa teori difusi inovasi dalam prosesnya ada 4 (empat) tahap, yaitu pengetahuan, persuasi, keputusan, dan konfirmasi. Pengetahuan merupakan kesadaran individu akan adanya inovasi dan pemahaman tertentu tentang bagaimana inovasi tersebut berfungsi. Persuasi, yaitu bagaimana individu membentuk sikap setuju atau tidak setuju terhadap inovasi. Keputusan, yaitu individu melibatkan diri pada aktivitas yang mengarah pada pilihan untuk menerima atau menolak inovasi. Konfirmasi, yaitu individu mencari penguatan (dukungan) terhadap keputusan yang telah dibuatnya, tapi ia mungkin berbalik keputusan
jika
ia
memperoleh
isi
pernyataan
pernyataan
yang
bertentangan.
I.6.3 Komunikasi kepala desa a. Komunikasi pembangunan Komunikasi dan pembangunan merupakan dua hal yang saling berhubungan erat. Kedudukan komunikasi dalam konteks pembangunan seperti bagian integral dari pembangunan. Muktiyo (2011:37) mengatakan bahwa pembangunan sendiri pada hakekatnya merupakan suatu perubahan terencana yang dinamis, artinya perubahan tersebut menuntut dinamika masyarakat untuk mengantisipasi keadaan di masa mendatang. Dalam
penyelenggaraan
pembangunan,
diperlukan
suatu
komunikasi agar terjalin komunikasi efektif dan memiliki makna yang commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mampu mengarahkan pencapaian tujuan pembangunan. Hal itu perlu sekali dilakukan karena proses pembangunan melibatkan berbagai elemen masyarakat. Seperti yang dikemukakan McAnany dalam jurnalnya bahwa komunikasi yang baik dapat membantu perubahan sosial ke arah yang baik pula (McAnany, 2010:8). McAnany juga berpendapat bahwa ruang lingkup komunikasi pembangunan sangat luas meliputi segenap institusi pembangunan yang ada dalam masyarakat (McAnany, 2010:15). Komunikasi
pembangunan
diarahkan
untuk
mempengaruhi
masyarakat agar mau menerima dan mampu mengembangkan nilai-nilai yang diperlukan bagi perbaikan kesejahteraan masyarakat dan setiap individu yang ada di dalamnya. Komunikasi pembangunan ini harus mengedepankan sikap aspiratif, konsultatif dan relationship karena pembangunan tidak akan berjalan dengan optimal tanpa adanya hubungan yang sinergis antara pelaku dan obyek pembangunan. Apalagi proses pembangunan ke depan cenderung akan semakin mengurangi peran pemerintah, seiring semakin besarnya peran masyarakat. Berikut ini adalah beberapa definisi komunikasi pembangunan, sebagai berikut: 1) Komunikasi yang dirancang khusus untuk mendukung suatu program pembangunan (Erskine Childers dalam Effendy, 1990:83); 2) Unsur pendukung dalam pembangunan sebagai penggerak dinamika masyarakat dalam pembangunan (Pratikto, 1987:84); commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Dorongan psikologis yang memotivasi suatu masyarakat untuk mencapai kemajuan (McClelland dalam Nasution, 2004:112-113); 4) Sarana informasi penyebarluasan pembangunan demi memunculkan partisipasi dan keaktifan masyarakat dalam pembangunan (Schramm dalam Nasution, 2004:116-120); dan 5) Kegiatan mendidik dan memotivasi masyarakat yang dimaksudkan untuk secara sadar meningkatkan pembangunan manusiawi demi perubahan sosial yang berencana (Quebral dan Gomez dalam Nasution, 2004:142-143). 6) Proses interaksi seluruh warga masyarakat untuk tumbuhnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan menggerakkan dan mengembangkan partisipasi masyarakat dalam proses perubahan terencana demi perbaikan
mutu
hidup
segenap
warga
masyarakat
secara
berkesinambungan (Totok Mardikanto dalam Muktiyo, 2011:35-36). Berdasarkan
berbagai
pandangan
di
atas,
komunikasi
pembangunan dapat dirangkum ke dalam dua perspektif pengertian, yaitu dalam arti luas dan dalam arti terbatas. Dalam arti luas, komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik di antara masyarakat dengan pemerintah, dimulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan. Sementara dalam arti terbatas, komunikasi pembangunan merupakan segala upaya dan cara serta teknik penyampaian gagasan dan ketrampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
50 digilib.uns.ac.id
pembangunan dan diwujudkan pada masyarakat yang menjadi sasaran agar dapat memahami, menerima dan berpartisipasi dalam pembangunan (Nasution, 2004:106). Schramm (dalam Nasution, 2004:101-103) merumuskan tugas komunikasi dalam suatu perubahan sosial dalam rangka pembangunan, yaitu: 1) Menyampaikan informasi tentang pembangunan kepada masyarakat agar mereka fokus pada kebutuhan akan perubahan, cara mengadakan perubahan, sarana perubahan, dan cara membangkitkan aspirasi nasional; 2) Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengambil bagian secara aktif dalam proses pembuatan keputusan, memberi kesempatan kepada para pemimpin masyarakat untuk memimpin dan mendengarkan pendapat rakyat, dan menciptakan arus informasi yang berjalan lancar dari bawah ke atas; dan 3) Mendidik tenaga kerja yang diperlukan pembangunan dengan keterampilan-keterampilan teknis. Berdasarkan pendapat Schramm di atas, dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan dasar dari perubahan sosial. Perubahan yang dikehendaki dalam pembangunan tentunya perubahan ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu, peranan komunikasi dalam pembangunan harus dikaitkan dengan arah perubahan tersebut. Artinya, kegiatan komunikasi harus mampu mengantisipasi gerak pembangunan. Jika dilihat dari segi ilmu komunikasi yang juga mempelajari masalah proses, yaitu proses penyampaian pesan seseorang kepada orang lain untuk merubah sikap, pendapat dan perilakunya, pembangunan pada dasarnya melibatkan minimal tiga komponen, yakni komunikator pembangunan, bisa aparat pemerintah ataupun masyarakat, pesan commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembangunan yang berisi ide-ide atau program-program pembangunan, dan komunikan pembangunan, yaitu masyarakat luas, baik penduduk desa atau kota yang menjadi sasaran pembangunan. Dalam
pembangunan,
komunikasi
tetap
dianggap
sebagai
perpanjangan tangan para perencana pemerintah dan fungsi utamanya adalah untuk mendapatkan dukungan masyarakat dan partisipasi mereka dalam pelaksanaan rencana-rencana pembangunan. Dalam komunikasi pembangunan yang diutamakan adalah kegiatan mendidik dan memotivasi masyarakat. Tujuannya untuk menanamkan gagasan-gagasan, sikap mental, dan mengajarkan keterampilan yang dibutuhkan serta mengubah sikap, pendapat, dan perilaku.
b. Relevansi komunikasi pembangunan dengan teori komunikasi Totok Mardikanto (dalam Muktiyo, 2011:35-36) merumuskan komunikasi pembangunan sebagai proses interaksi seluruh warga masyarakat untuk tumbuhnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan menggerakkan dan mengembangkan partisipasi masyarakat dalam proses perubahan terencana demi perbaikan mutu hidup segenap warga masyarakat secara berkesinambungan dengan menggunakan teknoogi atau inovasi yang terpilih. Warga masyarakat yang dimaksud adalah semua stakeholder pembangunan, meliputi aparat pemerintah, tokoh masyarakat, pekerja sosial, kelompok/organisasi sosial, aktivis LSM, dan lain-lain. commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Mencermati pengertian komunikasi pembangunan ini terlihat bahwa interaksi yang terbangun sangat kompleks. Untuk memahami kedalaman dan kompleksitas dinamikanya digunakan perspektif sibernetik dari tradisi sibernetik. Dalam tradisi ini, komunikasi dipahami sebagai bagian yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain, membentuk serta mengontrol sistem, dan menerima keseimbangan dan perubahan. Selain itu, tradisi sibernetik dalam pola hubungan komunikasi merupakan proses interaksi seluruh warga masyarakat yang menunjukkan hubungan yang beragam, seperti misal pada interaksi yang terjadi saat menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan warga masyarakat dalam menggerakkan dan mengembangkan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan. Dalam
proses
pembangunan,
komunikasi
diarahkan
untuk
mempengaruhi masyarakat agar mau menerima dan mengembangkan nilai-nilai bagi perbaikan kesejahteraan masyarakat. Laswell seperti yang dikutip Muktiyo (2011:189) menegaskan bahwa nilai-nilai tersebut tidak hanya menyangkut perubahan
pada aspek kognitif dan psikomotorik,
tetapi juga perubahan afektif. Oleh sebab itulah, komunikasi pembangunan biasanya diartikan sebagai penerapan strategi dan prinsip-prinsip komunikasi dalam pembangunan. Komunikasi pembangunan tidak lagi diartikan sebagai penyampaian informasi, tetapi sebagai proses yang memungkinkan partisipan menciptakan dan berbagai informasi dengan commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang lainnya untuk mewujudkan pemahaman bersama (Rogers dalam Muktiyo, 2011:190). Arti komunikasi pembangunan saat ini sesuai dengan pendekatan pemberdayaan yang partisipatoris karena unsur-unsur yang terlibat dalam proses komunikasi (komunikator dan komunikan) memiliki kesetaraan peran dan posisi. Asumsi pendekatan partisipatif memandang masyarakat sebagai penerima informasi yang memiliki kemampuan untuk membangun dirinya dan lingkungannya dengan segala potensi yang ada (Muktiyo, 2011:220). Pembangunan yang dimaksud merupakan perubahan terencana. Dalam melakukan perubahan terencana perlu upaya pemberdayaan agar masyarakat mau dan mampu mengadakan perubahan. Dalam melakukan pemberdayaan tersebut, seseorang pasti akan melakukan komunikasi dengan orang lain (human relation). Pengertian human relation dalam arti sempit adalah komunikasi persuasif yang dilakukan seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam situasi kerja dan dalam organisasi kekaryaan dengan tujuan untuk meningkatkan semangat bekerja yang produktif. Sementara, human relation dalam arti luas adalah komunikasi persuasif yang dilakukan seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan sehingga menimbulkan kebahagiaan di hati kedua belah pihak (Muktiyo, 2011:292293). commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
I.6.4 Motivator Istilah motivator berkembang dari istilah motif dan motivasi sehingga sebelum menjelaskan konsep motivator ada baiknya memahami tentang motif dan motivasi. Menurut Soewarno Handayaningrat (1986:81), motif adalah suatu pernyataan batin yang berwujud daya kekuatan untuk bertindak atau bergerak secara langsung atau melalui saluran perilaku yang mengarah terhadap sasaran. Definisi motif sebagai keadaan kejiwaan yang mendorong, mengaktifkan, menggerakkan, mengarahkan, dan menyalurkan perilaku seseorang dalam pencapaian tujuan (Siagian, 2000:102). Masih menurut Siagian, dari segi taksonomi, motivasi berasal dari kata “movere” dalam bahasa Latin yang mempunyai arti bergerak. Berbagai hal yang biasanya terkandung dalam berbagai definisi tentang motivasi antara lain adalah kebutuhan, dorongan dan tujuan. Motivasi menurut arti katanya adalah bergerak, dimana “bergerak” tersebut ditimbulkan oleh suatu keadaan atau suasana yang mendorong manusia untuk bergerak. Sementara, motivasi adalah pengertian umum dalam bentuk dorongan, kehendak, kebutuhan, keinginan dan daya kekuatan lain (Handayaningrat, 1986:82). Koontz mengemukakan pengertian motivasi yang dikutip oleh Hasibuan (1996:95) bahwa motivasi mengacu pada dorongan dan usaha untuk kebutuhan atau untuk mencapai suatu tujuan. commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Effendi (1993:69) motivasi adalah kegiatan memberikan dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki. Lebih lanjut, Terry mengemukakan pengertian motivasi yang dikutip oleh Moekijat
(1984:10) sebagai keinginan di
dalam diri seorang individu yang mendorong dia untuk bertindak. Sementara, dari penelitian istilah Manajemen Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (dalam Moekijat, 1994:10) memberikan pendapat bahwa motivasi adalah proses atau faktor yang mendorong orang untuk bertindak atau berperilaku dengan cara tertentu. Berdasarkan berbagai pendapat tentang motivasi di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi atau dorongan adalah suatu kekuatan atau pengaruh yang timbul dalam diri seseorang untuk bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sementara, seseorang disebut sebagai motivator apabila ia mampu mempengaruhi orang lain sehingga menimbulkan kekuatan pada orang lain yang dipengaruhinya dan selanjutnya akan menimbulkan suatu tindakan atau perilaku yang lebih baik demi tercapainya tujuan yang diinginkan. Berkaitan dengan pemimpin, Wijaya (1986:12) mengaitkannya dengan memberikan batasan mengenai motivasi dalam pemerintahan yaitu bahwa motivasi adalah kekuatan seorang pemimpin baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
56 digilib.uns.ac.id
Atau dengan perkataan lain motivasi dapat diartikan sebagai dorongan mental yang datangnya dari pemimpin suatu pemerintahan terhadap perorangan atau orang-orang sebagai anggota kelompok dalam menggapai sesuatu tujuan dalam masyarakat. Motivasi sebagai suatu hal yang penting sehingga sangat perlu untuk dilakukan oleh setiap pimpinan, terutama dalam melaksanakan suatu kebijaksanaan atau kegiatan yang memerlukan adanya dukungan dari bawahan maupun masyarakatnya secara aktif. Hal tersebut memerlukan kemampuan yang matang dari seorang pemimpin terutama dengan mengetahui prinsip-prinsip motivasi. Prinsip motivasi merupakan suatu pedoman pokok yang hendaknya diketahui oleh seseorang pimpinan sebelum melakukan pemberian motivasi agar tujuan pemberian motivasi dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Prinsip-prinsip motivasi seperti yang dikemukakan oleh Hasibuan (1980:185) adalah sebagai berikut : 1. Prinsip Mengikutsertakan Artinya para bawahan diberikan kesempatan untuk ikut serta berpartisipasi dalam keputusan-keputusan sehingga mereka merasa ikut bertanggung jawab atas tercapainya tujuan. 2. Prinsip Komunikasi Artinya motivasi akan cenderung meningkat jika bawahan diberi tahu mengenai apa saja hal-hal yang berpengaruh terhadap sebuah tujuan. Pada dasarnya, semakin banyak seorang bawahan mengetahui hal-hal commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
57 digilib.uns.ac.id
tersebut, semakin banyak pula minat dan perhatiannya terhadap pencapaian tujuan. 3. Prinsip Pengakuan Artinya motivasi akan cenderung meningkat jika bawahan diberi pengakuan atas peran sertanya terhadap hasil-hasil yang dicapai. 4. Prinsip Wewenang yang Didelegasikan Artinya motivasi akan cenderung meningkat jika bawahan diberikan wewenang dan tanggung jawab untuk mengambil keputusan-keputusan sendiri. 5. Prinsip Perhatian Timbal Balik Artinya motivasi akan cenderung meningkat jika seorang pemimpin mengetahui kebutuhan dan keinginan bawahan. Dalam melaksanakan pembangunan nasional pada umumnya dan pembangunan desa khususnya, faktor motivasi merupakan unsur yang penting sebab motivasi merupakan dorongan yang kuat dalam rangka membina mental pembangunan masyarakat untuk kemajuan desa itu sendiri. Dengan memberi motivasi yang tepat, tujuan mencapai masyarakat adil dan makmur tidak mustahil akan terwujud. Demikian halnya dalam pemerintahan, dimana kepala desa pemegang jabatan tertinggi di tingkat desa, harus mampu melaksanakan pembangunan di tingkat desa tersebut. Untuk itulah, kepada desa sebagai pemimpin harus mampu memberikan dorongan atau motivasi kepada masyarakat untuk ikut aktif dalam pembangunan. commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Peran aktif masyarakat merupakan partisipasi yang menurut S.P. Siagian (2000:33) ada 2 bentuk yaitu: (1) Partisipasi yang berbentuk pasif, artinya partisipasi masyarakat yang ditunjukkan dalam bentuk sikap perilaku dan tindakan yang tidak melakukan hal-hal yang dapat menghalangi kelancaran jalannya roda pemerintahan dan pembangunan; dan (2) Partisipasi aktif dalam berbagai bentuk diantaranya kerelaan melakukan pengorbanan yang dituntut oleh pembangunan dengan memberikan sumbangsih demi kepentingan bersama yang lebih luas dan lebih penting.
Agar terlaksananya partisipasi aktif seperti tersebut di atas dengan baik maka diperlukan motivasi kepala desa. Motivasi kepala desa merupakan kegiatan memberikan dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki. Keikutsertaan
masyarakat
secara
terpadu
akan
mendorong
masyarakat untuk lebih aktif melaksanakan pembangunan karena masyarakat merasa ikut memiliki hasil-hasil pembangunan. Dalam hal ini, kepala desa sebagai motivator atau orang yang memberikan dorongan kepada masyarakat agar bersedia berpartisipasi dalam pembangunan. Di dalam suatu organisasi masyarakat yang sedang melaksanakan pembangunan, seorang pemimpin dalam hal ini kepala desa, sebagai motivator harus dapat memegang teguh pelaksanaan motivasi bagi masyarakatnya sesuai dengan proses dan tujuan motivasi. Pelaksanaan proses motivasi meliputi: a) Perlu menetapkan terlebih dahulu tujuan dari pembangunan tersebut; b) Penting mengetahui keinginan masyarakat yang tidak hanya dilihat dari sudut pandang pimpinan dan pembangunan saja; c) Harus dilakukan komunikasi yang baik antara pimpinan dengan masyarakat; commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d) Sebagai pemimpin, penting bagi kepala desa untuk memberikan bantuan kepada masyarakatnya dalam pembangunan; dan e) Pemimpin harus membentuk team work yang sanggup mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Hasibuan, 1980:188).
Sementara, tujuan motivasi dalam pembangunan adalah: (a) Untuk meningkatkan gairah kerja masyarakat; (b) Untuk meningkatkan rasa tanggung jawab masyarakat terhadap kewajibannya dalam pembangunan; dan (c) Untuk memperbesar partisipasi masyarakat dalam pembangunan (Effendy, 1990: 85-88). Berdasarkan uraian tersebut di atas, jelas bahwa dalam pelaksanaan proses dan tujuan motivasi harus dijalankan secara harmonis, baik bagi pemimpin maupun masyarakat atau bawahannya untuk mencapai keseluruhan tujuan.
I.6.5 Partisipasi masyarakat desa: swadaya Berdasarkan Peraturan Menteri nomor 66 tahun 2007 tentang Perencanaan
Pembangunan
Desa,
pembangunan
desa
merupakan
pembangunan partisipatif yaitu suatu sistem pengelolaan pembangunan bersama-sama secara musyawarah, mufakat, dan gotong royong yang merupakan cara hidup masyarakat yang telah lama berakar budaya di wilayah Indonesia. Kata partisipatif berasal dari partisipasi. Menurut Juliantara, (2004:84) partisipasi diartikan sebagai keterlibatan setiap warga negara, baik secara langsung maupun melalui institusi yang mewakili commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
60 digilib.uns.ac.id
kepentingannya, dalam hal kebebasan berbicara dan berpartisipasi secara konstruktif. Partisipasi menurut Paul (dalam Dilla dalam Muktiyo, 2011:221) memiliki empat tingkatan, yaitu: 1) Information sharing. Ini merupakan tingkatan terendah dari partisipasi, dimana para agen perubahan membagi informasi dan memberi pemahaman kepada orang lain. 2) Consultation. Di tingkatan ini, orang lain mempunyai peluang untuk berbagi, bertanya, dan menyimak agen perubahan. 3) Decision making. Di tingkatan ini, orang lain mempunyai peluang untuk berperan dalam menentukan desain dan implementasi dalam perubahan sosial. 4) Initiating action. Ini merupakan tingakatan tertinggi dari partisipasi, dimana orang lain telah mengambil inisiatif dan memutuskan proses perubahan yang diinginkan. Koentjaraningrat (1994:79) mengatakan bahwa partisipasi rakyat terutama rakyat pedesaan dalam pembangunan menyangkut partisipasi dalam aktivitas-aktivitas bersama dalam proyek-proyek pembangunan yang khusus dan partisipasi sebagai individu diluar aktivitas-aktivitas bersama dalam pembangunan. Dalam realitasnya, terutama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, istilah partisipasi ini sering dikaitkan dengan usaha di dalam mendukung program pembangunan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Tjokromidjojo (dalam
Safi’i,
2007:104) partisipasi masyarakat dalam pembangunan dibagi atas tiga tahapan, yaitu: a) Partisipasi atau keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi dan kebijakan pembangunan yang dilakukan pemerintah; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
61 digilib.uns.ac.id
b) Keterlibatan dalam memikul beban dan tanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan; dan c) Keterlibatan dalam memetik dan memanfaatkan pembangunan secara berkeadilan. Berdasarkan uraian di atas, maka partisipasi tidak saja identik dengan keterlibatan secara fisik dalam pelaksanaan pembangunan saja tetapi juga menyangkut keterlibatan diri sehingga akan timbul tanggung jawab dan sumbangan yang besar dan penuh terhadap pembangunan. Dalam hal partisipasi masyarakat di dalam pembangunan desa, Ndraha (1982:82) juga mengemukakan tentang bentuk-bentuk partisipasi yaitu sebagai berikut: a) Partisipasi dalam bentuk swadaya murni dari masyarakat dalam hubungan dengan pemerintah desa, seperti jasa/tenaga, barang maupun uang; b) Partisipasi dalam penerimaan/pemberian informasi; c) Partisipasi dalam bentuk pemberian gagasan; d) Partisipasi dalam bentuk menilai pembangunan; dan e) Partisipasi dalam bentuk pelaksanaan operasional pembangunan. Dari uraian di atas, jelaslah kiranya bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa sangat luas. Pembangunan yang dilakukan di pedesaan harus terpadu dengan mengembangkan swadaya gotong royong. Terpadu di sini dimaksudkan keterpaduan antar pemerintah dan masyarakat, antara sektor yang mempunyai program pedesaan dan antara anggota masyarakat sendiri. Darjono (dalam Sastropoetro, 1988:19) mengatakan bahwa partisipasi masyarakat dilakukan dalam bentuk swadaya gotong royong yang merupakan modal utama dan potensi yang penting dalam commit toakan user tumbuh dan berkembang menjadi pembangunan desa dan selanjutnya
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dasar kelangsungan pembangunan nasional. Swadaya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kekuatan (tenaga) sendiri. Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Dan Otonomi Daerah Nomor 3 Tahun 2001 pasal 1 ayat 8, swadaya masyarakat adalah setiap upaya pengembangan yang dilakukan atas prakarsa, kepedulian dan keiklasan masyarakat baik perorangan maupun kelompok. Sementara, menurut Bambang Ismawan dalam Jurnal Ekonomi Rakyat tahun 2003, keswadayaan adalah suatu kondisi yang memiliki sejumlah kemampuan untuk mengenali kekuatan dan kelemahan diri sendiri,
serta
kemampuan
untuk
memperhitungkan
kesempatan-
kesempatan dan ancaman yang ada di lingkungan sekitar, maupun kemampuan untuk memilih berbagai alternatif yang tersedia agar dapat dipakai untuk melangsungkan kehidupan yang serasi dan berlanjut. Keswadayaan bisa dipahami sebagai ”semangat” yakni upaya yang didasarkan pada kepercayaan kemampuan diri dan berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki. Swadaya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa berdasarkan kemampuan dan potensi sumber daya alam melalui peningkatan kualitas hidup, keterampilan dan prakarsa masyarakat (Adisasmita, 2006:4). Swadaya masyarakat merupakan semangat untuk membebaskan diri dari ketergantungan pada pihak luar atau kekuatan dari atas dengan memanfaatkan sumberdaya yang mereka miliki. Swadaya masyarakat juga dapat
dipahami
sebagai kemampuan commit to user
untuk
memanfaatkan
dan
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengembangkan fasilitas-fasililtas yang telah tersedia sebagai hasil pembangunan yang dilaksanakan pemerintah. Tim Koordinasi Program Pengembangan Kecamatan dalam Petunjuk Teknik Operasional tahun 2007, mengemukakan swadaya adalah kemauan dan kemampuan masyarakat yang disumbangkan sebagai bagian dari rasa ikut memiliki. Swadaya masyarakat merupakan
wujud
partisipasi
masyarakat
dalam
pelaksanaan
pembangunan. Swadaya bisa diwujudkan dengan menyumbangkan tenaga, dana, maupun material pada saat perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan pembangunan. Partisipasi warga masyarakat tidak akan tumbuh dan berkembang tanpa adanya dorongan dari pihak-pihak yang memiliki kelebihan, seperti para pemimpin formal atau pemimpin informal. Untuk menumbuhkan partisipasi diperlukan usaha semaksimal mungkin karena menyangkut proses perubahan sikap manusia. Sudah menjadi kodrat manusia mempunyai dorongan atau motivasi internal dalam mengembangkan diri untuk memenuhi kebutuhan baik kebutuhan rohaniah maupun jasmaniah. Dorongan
tersebut
diperlukan
untuk
memenuhi
kebutuhan
yang
menimbulkan perubahan dan kemajuan. Di samping motivasi internal, juga diperlukan motivasi eksternal sehingga terjadi pembinaan kepada warga masyarakat untuk menumbuhkan partisipasi yang mandiri agar terwujud usaha swadaya yang dilaksanakan secara gotong royong. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
64 digilib.uns.ac.id
Membina swadaya dan gotong royong masyarakat berarti membina unsur-unsur yang membangkitkan swadaya dan gotong royong dalam suatu masyarakat yang dimaksud. Dalam rangka membina warga masyarakat agar berpatisipasi, pendekatan kemasyarakatan merupakan suatu cara yang efektif. Susanto (dalam Sopino, 1998:45) mengemukakan bahwa ada empat teknik kemasyarakatan dari sudut pandang komunikasi yang dapat digunakan sebagai salah satu teknik dalam menumbuhkan partisipasi, yaitu: 1) Teknik persuasi; 2) Teknik pengendalian situasi sedemikian rupa sehingga orang terpaksa secara tidak langsung mengubah; 3) Teknik pengulangan apa yang diharapkan akan masuk dalam bidang bawah sadar seseorang sehingga ia mengubah sikap diri sesuai dengan apa yang dikehendaki (perfation); dan 4) Memaksa secara langsung perubahan sikap (coersion) dengan adanya hukuman fisik maupun materi. Dominannya kepala desa dalam perencanaan program-program pembangunan desa merupakan bentuk pengabaian aspirasi dan partisipasi masyarakat desa yang diwujudkan dalam bentuk swadaya masyarakat. Hal ini dapat menyebabkan matinya kemandirian pembangunan karena prinsip swadaya adalah pembangunan diselenggarakan bukan untuk masyarakat tetapi bersama masyarakat dan sedapat mungkin dilakukan oleh masyarakat itu sendiri.
I.6.6 Pembangunan fisik desa Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu usaha sadar dalam to user serangkaian kegiatan untuk commit mencapai suatu perubahan dari keadaan yang
perpustakaan.uns.ac.id
65 digilib.uns.ac.id
buruk menuju ke keadaan yang lebih baik yang dilakukan oleh masyarakat tertentu di suatu negara. Sondang P. Siagian (1990:21) mendefinisikan pembangunan sebagai suatu usaha atau serangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintahan dalam usaha pembinaan bangsa. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dalam konsep pembangunan terdapat dua syarat yang harus dipenuhi yakni harus ada usaha yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintahnya dan dilaksanakan secara sadar, terarah dan berkesinambungan agar tujuan dari pembangunan itu dapat tercapai. Dari beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam pembangunan tersebut, pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dalam suasana kehidupan yang penuh harmonis. Dalam pembangunan, peran serta seluruh lapisan masyarakat selaku pelaku pembangunan dan pemerintah selaku pembina dan pengarah sangat diperlukan. Antara masyarakat dan pemerintah harus berjalan seiring, saling mengisi, melengkapi dalam satu kesatuan gerak pembangunan guna mencapai tujuan yang diharapkan. Pembangunan harus menyangkut semua pihak yaitu dari tingkat pusat sampai tingkat daerah, pembangunan yang pertama harus dibina dan dikembangkan adalah pembangunan desa. Daeng Sudirwo (1981:63) mendefinisikan pembangunan desa sebagai berikut: “Pembangunan desa adalah proses perubahan yang terus menerus dan commit to user berkesinambungan yang diselenggarakan oleh masyarakat beserta
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin, mateeri dan spiritual berdasarkan pancasila yang berlangsung di desa”. Pembangunan desa merupakan pembangunan yang dilaksanakan di desa. Seperti yang dikemukan oleh H. Sumitro Maskun (1993:21) bahwa pembangunan desa adalah proses pembangunan yang diarahkan kepada masyarakat (people centered), mengutamakan segi kehidupan manusia dan mementingkan aspek-aspek humanisme. Dengan demikian, maka pembangunan desa perlu terus diupayakan karena secara keseluruhan desa merupakan landasan bagi ketahanan nasional seluruh rakyat Indonesia. Selain itu, untuk mencapai tujuan dari pembangunan desa, pembangunan dilaksanakan di berbagai aspek kehidupan baik aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan agama maupun dalam aspek pertahanan dan keamanan. Melalui pembangunan desa, diupayakan agar masyarakat
memiliki
keuletan
dan
ketangguhan
yang
mengandung
kemampuan mengatasi berbagai masalah dalam kehidupan. Pembangunan
desa
dengan
berbagai
masalahnya
merupakan
pembangunan yang menyentuh kepentingan bersama. Desa merupakan titik sentral dari pembangunan nasional Indonesia. Oleh karena itu, pembangunan desa tidak mungkin bisa dilaksanakan oleh satu pihak saja, tetapi harus melalui koordinasi dengan pihak lain baik dengan pemerintah maupun masyarakat secara keseluruhan. Dalam merealisasikan pembangunan desa agar sesuai dengan apa yang diharapkan perlu memperhatikan beberapa pendekatan dengan ciri-ciri khusus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
67 digilib.uns.ac.id
yang sekaligus merupakan identitas pembangunan desa itu sendiri, seperti yang dikemukakan oleh C.S.T Kansil, (1983:251) yaitu: a) Komprehensif multi sektoral yang meliputi berbagai aspek, baik kesejahteraan maupun aspek keamanan dengan mekanisme dan sistem pelaksanaan yang terpadu antar berbagai kegiatan pemerintah dan masyarakat; b) Pemerataan dan penyebarluasan pembangunan keseluruhan pedesaan termasuk desa-desa di wilayah kelurahan; dan c) Menggerakan partisipasi, prakarsa dan swadaya gotong royong masyarakat. Jadi di dalam merealisasikan pembangunan desa itu harus meliputi berbagai aspek, jangan dari satu aspek saja, agar pembangunan desa itu dapat sesuai dengan apa yang diinginkan. Pembangunan desa itu harus meliputi berbagai aspek kehidupan dan penghidupan artinya harus melibatkan semua komponen yaitu dari pihak masyarakat dan pemerintah, serta harus langsung secara terus menerus demi tercapainya kebutuhan pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Proses pembangunan tanpa melalui perencanaan yang matang tidak mungkin terlaksana dengan baik. Demikian pula dengan pembangunan desa. Selain itu, agar gerak langkah dan arah pembangunan desa itu tetap tertuju untuk kepentingan rakyat sehingga berdaya guna, maka perlu memperhatikan perencanaan maupun proses pelaksanaan yang dituangkan ke dalam pokokpokok kebijakan pembangunan desa yang bersangkutan. Adapun pokok-pokok kebijakan pembangunan desa yang dimaksud menurut C.S.T Kansil (1983:255) yaitu: (a) Pemanfaatan sumber manusia dan potensi alam; (b) Pemenuhan kebutuhan esensial masyarakat; (c) Peningkatan prakarsa, commit (d) to user swadaya gotong royong masyarakat; Pengembangan tata desa yang teratur
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan serasi; dan (e) Peningkatan kehidupan ekonomi yang kooperatif berasas kekeluargaan. Dari penjelasan di atas sudah tampak jelas bahwa masyarakat merupakan hal pokok yang eksistensinya harus diakui dalam rangka mendukung pembangunan. Melalui potensi yang dimilikinya setelah dibina dan dikembangkan, diharapkan masyarakat dapat berpartisipasi secara aktif dalam
pembangunan
desa
sekaligus
untuk
menopang
tercapainya
pembangunan nasional. Masyarakat juga diharapkan berpartisipasi dalam pembangunan fisik di desanya. Pembangunan fisik desa memiliki tujuan akhir yaitu untuk memaksimalkan pendapatan masyarakat, misalnya pembangunan infrastruktur jalan aspal akan memudahkan kegiatan
ekonomi masyarakat
yang
menggunakan transportasi darat. Untuk mencapai tujuan pembangunan desa tersebut diperlukan keterlibatan semua pihak yaitu pemerintah dan masyarakat melalui prakarsa dan partisipasinya secara aktif dalam setiap program pembangunan desa. Karena keberhasilan pembangunan desa akan terletak pada pemerintah desa dalam menentukan kebijakannya serta dukungan dari masyarakat malalui prakarsa dan partisipasinya secara aktif dalam kegiatan pembangunan desa.
I.7 Penelitian terdahulu Sampai saat ini telah banyak sekali penelitian tentang desa, terutama tentang kepala desa. Beberapa diantaranya adalah skripsi Hafid Syafriadi tahun commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
69 digilib.uns.ac.id
2009 yang berjudul Peranan Kepala Desa dalam Pembangunan Desa di di Desa Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar tahun 2007. Hasil penelitian skripsi ini adalah berbagai macam peranan yang dapat dilakukan oleh seorang kepala desa dalam pembangunan desa, yaitu sebagai motivator, dinamisator, dan komunikator. Thesis Wahyu Ernistyana tahun 2009 yang berjudul Peranan Kepala Desa dalam Melaksanakan Pembangunan di Desa Senenan Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara memberikan hasil penelitian mengenai peranan-peranan teknis kepala desa dalam pembangunan. Peranan tersebut diantaranya sebagai perencana pembangunan, pengawas pembangunan, pelopor pembangunan, dan dinamisator pembangunan. Hampir sama dengan thesis Wahyu Ernistyana, skripsi Lilis Wahyuningsih yang berjudul Peranan Kepala Desa dalam Pembangunan (Studi di Desa Ketanggung Kecamatan Sudimoro Kabupaten Pacitan) juga menghasilkan peranan teknis kepala desa, terutama pada saat pelaksanaan pembangunan, yaitu sebagai pemimpin, pengkoordinasi, pemantau, dan pengevaluasi pelaksanaan pembangunan. Skripsi Parni tahun 2005 berjudul Peranan Kepala Desa dalam Menggerakkan Partisipasi Masyarakat terhadap Pembangunan Sarana Fisik Desa di Desa Tengger Kecamatan Puhpelem Kabupaten Wonogiri sebenarnya merupakan peneltitian yang terfokus karena sang penulis telah memberikan batasan-batasan penelitian secara jelas. Akan tetapi, dalam skripsi ini tidak menggunakan kaidah ilmu komunikasi. Sang penulis menjabarkan data dan analisis data menggunakan ilmu-ilmu yang sesuai dengan jurusannya yaitu commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Hasil penelitian skripsi ini adalah strategi-strategi seorang kepala desa dalam menggerakkan partisipasi masyarakat untuk turut dalam kegiatan pembangunan yaitu melalui pendekatan kepada warganya, mamahami keadaan kehidupan warganya, memberikan nasehat kepada warganya dan menggali potensi desa. Dalam penelitian ini dikaji mengenai peranan Kepala Desa sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik desa. Kekhususan penelitian ini adalah kajian yang terfokus kepada kegiatankegiatan komunikasi yang dilakukan oleh kepala desa dalam berperana sebagai motivator,
terutama bentuk-bentuk
komunikasi
yang digunakan,
seperti
komunikasi formal, informal, top-down, face to face, bermedia, dan masih banyak lagi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian yang sudah ada sebelumnya karena kajian utama penelitian ini adalah bentuk komunikasi kepala desa dalam menjalankan perannya sebagai motivator swadaya masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II DESKRIPSI LOKASI
II.1 Gambaran Umum Desa Ngancar II.1.1 Letak dan batas wilayah Penelitian ini tepatnya dilakukan di Desa Ngancar, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri. Pemilihan Desa Ngancar sebagai lokasi penelitian adalah berdasarkan pertimbangan beberapa kondisi dan potensi desa. Desa ini memiliki tingkat swadaya yang relatif tinggi. Padahal, sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani dan buruh tani dengan penghasilan yang minim serta termasuk desa dengan peradaban yang tergolong masih rendah. Selain itu, Desa Ngancar mempunyai beberapa potensi yang jika dimanfaatkan dengan baik akan semakin dapat mendukung optimalisasi pembangunan. Secara geografis, Desa Ngancar merupakan desa yang terletak di sebelah paling timur wilayah Jawa Tengah. Desa dengan suhu rata-rata harian 26-320 Celcius ini mempunyai total luas wilayah 666,1215 Ha. Batas wilayah Desa Ngancar adalah sebagai berikut: Batas wilayah sebelah utara : Desa Bumiharjo; Batas wilayah sebelah selatan : Desa Girikikis; Batas wilayah sebelah timur : Desa Bulurejo; dan Batas wilayah sebelah barat : Kelurahan Giriwoyo. commit to user 71
perpustakaan.uns.ac.id
72 digilib.uns.ac.id
Jarak tempuh dari Desa Ngancar ke ibu kota kecamatan terdekat yaitu Kecamatan Giriwoyo adalah sejauh 3 kilometer dengan waktu tempuh selama 10 menit jika ditempuh dengan transportasi umum. Sedangkan, jarak tempuh dari Desa Ngancar ke ibu kota kabupaten terdekat yaitu Kabupaten Wonogiri adalah sejauh 60 kilometer dengan waktu tempuh selama kurang lebih 1 jam. Ketersediaan transportasi umum dari Desa Ngancar menuju Kota Wonogiri cukup memadai, ditambah lagi dengan beberapa armada yang berasal dari arah Pacitan menuju Solo. Sebagai desa yang terletak paling timur, Desa Ngancar relatif berbatasan langsung dengan Kota Pacitan dan memerlukan waktu tempuh selama 15 menit untuk sampai ke batas kota Pacitan. Desa Ngancar terdiri dari 8 dusun yaitu Dusun Karangasem, Dusun Ngancar, Dusun Dungringin, Dusun Dungbendo, Dusun Jetis, Dusun Tapan, Dusun Petir, dan Dusun Glonggong. Total rukun tetangga (RT) Desa Ngancar adalah 21 dengan rincian Dusun Karangasem memiliki 3 RT, Dusun Ngancar 3 RT, Dusun Dungringin 2 RT, Dusun Dungbendo 2 RT, Dusun Jetis 3 RT, Dusun Tapan 3 RT, Dusun Petir 2 RT, dan Dusun Glonggong 3 RT (lihat lampiran 1).
II.1.2 Keadaan geografis Topografi Desa Ngancar sebagian besar adalah dataran dan perbukitan. Wilayahnya mempunyai potensi sumber alam yang terdiri dari 95 Ha persawahan, 100 Ha hutan milik negara, 106 Ha pemukiman commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penduduk, dan 196 Ha ladang tegalan (Sumber: Daftar Isian Potensi Desa dan Tingkat Perkembangan Desa Ngancar Tahun 2010). Desa Ngancar memiliki infrastruktur desa dengan jumlah yang memadai dan dalam keadaan yang terawat dengan baik, diantaranya adalah beberapa bangunan peribadatan, bangunan pendidikan, dan prasarana transportasi berupa jalan desa. Berdasarkan informasi dari Kepala Desa Ngancar, Mulyatmo, jalan distrik di desa ini telah 100% berupa jalan aspal, sedangkan jalan lingkungan telah 80% berupa rabat beton. Jalan di tiga dusun di Desa Ngancar yaitu Dusun Petir, Glonggong, dan Tapan merupakan Jalur Lintas Selatan sebagai jalan pintas antara Propinsi Jawa Tengah dengan propinsi Jawa Timur dan merupakan jalur lalu lintas kendaraan besar seperti truk tronton, bus AKAP, dan lain-lain.
II.1.3 Keadaan demografis a. Jumlah penduduk Saat ini, jumlah penduduk Desa Ngancar tercatat sebanyak 2300 jiwa dengan jumlah penduduk perempuan sebanyak 1180 jiwa dan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1120 jiwa. Jumlah Kepala Keluarga (KK) di Desa Ngancar adalah 724 KK. Dusun Glonggong merupakan dusun dengan jumlah penduduk terbanyak di Desa Ngancar yaitu 364 jiwa, sedangkan Dusun Petir merupakan dusun dengan jumlah penduduk paling sedikit yaitu 185 jiwa. commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Keadaan penduduk menurut umur dan jenis kelamin Berdasarkan data terakhir yang tersedia, yaitu Daftar Isian Potensi Desa dan Tingkat Perkembangan Desa Ngancar, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 jumlah seluruh penduduk adalah 2300 jiwa. Dari jumlah tersebut, dapat digolongkan menurut usia dan jenis kelamin seperti dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3 Keadaan Penduduk Menurut Golongan Usia dan Jenis Kelamin Di Desa Ngancar Jenis kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan 1. 0–4 50 65 115 2. 5– 9 67 67 134 3. 10 – 14 74 71 145 4. 15 – 19 79 79 158 5. 20 – 24 78 81 159 6. 25 – 29 79 83 162 7. 30 – 34 67 68 135 8. 35 – 39 71 77 148 9. 40 – 44 76 79 155 10. 45 – 49 80 82 162 11. 50– 54 79 82 161 12. 55 – 59 77 82 159 13. 60 – 64 76 81 157 14. 65 – 69 77 78 155 15. 70 – 74 78 86 164 16. 75 + 12 19 31 Total jumlah 1120 1180 2300 Sumber: Daftar Isian Potensi Desa dan Tingkat Perkembangan Ngancar Tahun 2010 (diolah) No.
Golongan usia
commit to user
% 5 5,83 6,3 6,87 6,91 7,04 5,87 6,43 6,74 7,04 7 6,91 6,83 6,74 7,13 1,36 100 Desa
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Keadaan penduduk menurut mata pencaharian Seperti halnya daerah lain, penduduk Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri juga memiliki mata pencaharian yang beragam. Tabel 4 Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Desa Ngancar No. Pekerjaan Jumlah % 1. Sektor pemerintahan a. Perangkat desa 14 0,61 b. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 25 1,09 c. Bidan dan paramedis kesehatan 3 0,13 d. Guru swasta 7 0,3 e. TNI/Polri 1 0,04 2. Sektor usaha kecil dan menengah a. Pedagang/wiraswasta/industri 125 5,43 3. Sektor peternakan a. Ternak sapi 4 0,17 4. Sektor pertanian a. Petani 952 41,39 b. Buruh tani 106 4,61 5. Sektor keterampilan a. Tukang batu 37 1,62 b. Tukang kayu 21 0,91 c. Pramuwisma 14 0,61 d. Karyawan swasta 42 1,83 6. Lain-lain 949 41,26 Total Jumlah 2300 100 Sumber: Daftar Isian Potensi Desa dan Tingkat Perkembangan Desa Ngancar Tahun 2010 (diolah)
Tabel di atas menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk Desa
Ngancar
penduduknya
sangat
bervariasi.
mempunyai
Diantaranya
adalah
matapencaharian
5,43% sebagai
pedagang/wiraswasta/industri, 41,39% sebagai petani, 4,61% sebagai commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
buruh tani, dan 2,17% bekerja di sektor pemerintahan seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS), perangkat desa, dan guru. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa
sebagian
besar
penduduk
Desa
Ngancar
bermatapencaharian di sektor pertanian yaitu sebanyak 1058 orang atau 46% dari total jumlah penduduk. d. Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan Dari data yang ada di Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri tingkat pendidikan penduduk memperlihatkan komposisi yang menunjukkan bahwa kesadaran penduduk terhadap pentingnya pendidikan masih rendah. Untuk lebih jelas mengenai hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5 Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Desa Ngancar No. 1. 2. 3.
Tingkat pendidikan Jumlah (orang) % Belum sekolah 182 7,91 Belum tamat (masih sekolah) 154 6,7 Tamat pendidikan umum a. Tamat SD/sederajat 934 40,61 b. Tamat SMP/sederajat 245 10,65 c. Tamat SMA/sederajat 370 16,09 d. Tamat D1 e. Tamat D2 7 0,3 f. Tamat D3 3 0,13 g. Tamat S1 6 0,26 h. Tamat S2 i. Tamat S3 3. Tidak tamat SD/sederajat 399 17,35 Total Jumlah 2300 100 Tabel di atas memberi gambaran bahwa masih banyak commit to user penduduk di Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo yang tidak
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyelesaikan wajib belajar sembilan tahun yang dicanangkan pemerintah. Hampir separuh penduduk Desa Ngancar yaitu 934 orang atau sekitar 40,61% hanya tamat SD, 245 orang lainnya tamat SMP/sederajat atau sekitar 10,65%, 370 orang tamat SMA/sederajat atau sekitar 16,09%, 10 orang tamat diploma atau sekitar 0,43%, dan hanya 6 orang yang tamat perguruan tinggi. Jika dilihat dari tingkat pendidikan pendidikan penduduknya, Desa Ngancar masih termasuk desa tertinggal karena penduduknya banyak yang tidak melanjutkan sekolah dan hanya sedikit yang mendapat kesempatan melanjutkan sekolahnya hingga perguruan tinggi. Tingkat pendidikan yang rendah dalam suatu masyarakat merupakan salah satu dimensi kemiskinan.
II.1.4 Keadaan sosial, budaya, dan ekonomi a. Sosial dan budaya Sebagai daerah pedesaan, Desa Ngancar kondisinya tidak jauh berbeda dengan desa lain yang belum dapat berkembang secara maksimal. Kondisi sosial masyarakat dapat dikatakan tidak terlalu baik. Hal ini terlihat pada sumber daya manusia yang ada di desa tersebut. Sumber daya manusia yang ditemui masih memprihatinkan baik dari segi pendidikan maupun taraf kehidupan sehari-hari. Walaupun aksesibilitas menuju ke Desa Ngancar relatif bagus dan lancar dengan jalan beraspal, tetapi dengan lokasi yang cukup jauh dari commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pusat pemerintahan dan jasa mengakibatkan masyarakat harus mengeluarkan biaya mahal untuk menuju ke Desa Ngancar. Dari segi budaya, masyarakat di Desa Ngancar masih melaksanakan tradisi adat istiadat dan budaya seperti halnya pedesaaan seperti gotong-royong untuk kegiatan bersama. Berdasarkan Daftar Isian Potensi Desa dan Tingkat Perkembangan Desa Ngancar Tahun 2010, tingkat kegotongroyongan penduduk Desa Ngancar tergolong tinggi. Kegiatan gotong royong tersebut dapat dijumpai dalam pembangunan rumah, istilahnya sambatan. Selain itu, terdapat pula gotong royong dalam pembangunan fisik, misal pembangunan jalan desa (Lihat lampiran 2). Masyarakat juga aktif dalam setiap kegiatan sosial, misalnya tradisi keagamaan dan kegiatan-kegiatan arisan. b. Ekonomi Perekonomian Desa Ngancar tidak terlepas dari beberapa kegiatan ekonomi yang dilakukan penduduknya. Potensi sumber daya manusia yang ada di Desa Ngancar ditunjang oleh potensi sumber daya alam yang mendukung. Penduduk Desa Ngancar melakukan kegiatan ekonomi di beberapa bidang, diantaranya di sektor pertanian dengan menanam berbagai tanaman pangan, sektor perkebunan dengan menanam kelapa, cengkeh, dan mete, sektor peternakan, dan menggali beberapa bahan galian dari alam. Untuk sektor tanaman pangan, selain menanam padi dan jagung, mayoritas penduduk Desa Ngancar juga menanam kacang commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kedelai, kacang tanah, dan ubi kayu. Tanaman padi, jagung, kacang kedelai, dan kacang tanah merupakan tanaman pangan dengan masa tanam selama 3 bulan, sedangkan ubi kayu dapat dipanen setelah 6 bulan-12 bulan masa tanam. Mata pencaharian masyarakat Desa Ngancar dipengaruhi oleh kondisi geografis yang berupa daerah perbukitan dengan mata pencaharian utama sebagai petani. Mata pencaharian masyarakat di Desa Ngancar terutama kaum laki-laki tidak hanya satu pekerjaan saja. Artinya, mereka memiliki pekerjaan utama yang sebagian besar sebagai petani. Pekerjaan tambahan mereka berupa pekerjaanpekerjaan informal seperti tukang bangunan, perajin maupun bekerja di industri kecil serta berdagang. Pekerjaan tambahan ini dilakukan saat mereka tidak bertani, yakni pada saat lahan pertanian tidak bisa digarap. Sementara kaum perempuan lebih banyak bekerja sebagai pedagang atau industri kecil. Pekerjaan ini dipilih kebanyakan kaum perempuan agar dapat sembari mengurus anak dan melakukan pekerjaan rumah tangga sehari-hari. Tingkat pendapatan masyarakat Desa Ngancar dipengaruhi oleh mata pencahariannya. Mata pencaharian penduduk setempat sebagai
petani
dengan
kemampuan
bercocok
tanam
terbatas
menyebabkan pendapatan yang diterimanya kecil. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap masyarakat setempat, didapatkan data bahwa pendapatan rata-rata masyarakat per commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hari dari hasil bertani tidak menentu. Oleh karena itu, maka mereka mencari alternatif pekerjaan tambahan selain sebagai petani. Pekerjaan tambahan tersebut meningkatkan pendapatan mereka dengan tingkat pendapatan rata-rata per hari berkisar antara Rp 20.000,- hingga Rp 25.000,-.
II.2 Gambaran Umum Tata Kerja Pemerintahan Desa Ngancar Sesuai dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Desa dan Penjelasan UU tersebut, pemerintahan Desa Ngancar terdiri dari pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Pemerintah Desa Ngancar terdiri atas kepala desa dan perangkat desa. Perangkat Desa Ngancar terdiri dari sekretaris desa, unsur kewilayahan yaitu kepala dusun, dan pelaksana teknis lapangan yaitu kepala urusan (kaur). Pembentukan kepala dusun dan beberapa kepala urusan ini telah sesuai dengan pasal 2 Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 4 tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa dan pasal 12 PP Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa yang menyebutkan bahwa jumlah perangkat desa selain sekretaris desa disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat desa setempat. Tabel 6 Susunan Organisasi Pemerintahan Desa Ngancar No. 1. 2. 3. 4. 5.
Nama Jabatan Teguh Supriyanto Ketua BPD Mulyatmo Kepala desa Darmanto Sekretaris desa Karsidi Kepala urusan pemerintahan commit to user Feri Asmoro Kepala urusan ekonomi dan
Pendidikan S1 SMA SMA SMP SMA
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembangunan Kepala urusan kesejahteraan SMA sosial 7. Nurosidi Kepala urusan keuangan SMA 8. Sutarjo Kepala dusun Ngancar SMA 9. Nurzemi Kepala dusun Karangasem SMA 10. Kasino Kepala dusun Dungringin SD 11. Sakimin Kepala dusun Dungbendo SD 12. Supriyanto Kepala dusun Jetis SMA 13. Marimin Kepala dusun Petir SD 14. Suwarno Kepala dusun Glonggong SMA 15. Juman Kepala dusun Tapan SD Diolah dari: Daftar Isian Potensi Desa dan Tingkat Perkembangan 6.
Muzaini
Desa Ngancar Tahun 2010 Bagan 3 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Ngancar Kepala Desa Mulyatmo
BPD
Sekretaris Desa Darmanto
Kaur Keuangan Nurosidi
Kadus Ngancar Sutarjo Keterangan :
Kadus Karangasem Nurzemi
Kadus Dungringin Kasino
Kaur Pemerintahan Karsidi
Kadus Dungbendo Sakimin
to gariscommit koordinasi garis komando
Kaur Ekonomi dan Pembangunan Feri Asmoro
Kadus Jetis Supriyanto
user
Kadus Petir Marimin
Kaur Kesejahteraan dan Sosial Muzaini
Kadus Glonggong Suwarno
Kadus Tapan Juman
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bagan struktur organisasi pemerintahan Desa Ngancar di atas telah sesuai dengan Lampiran Perda Kabupaten Wonogiri nomor 4 tahun 2007. Dari bagan tersebut dapat digambarkan bahwa Kepala Desa Ngancar harus senantiasa berkoordinasi dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai unsur penyelenggaran pemerintahan desa. Dalam melaksanakan tugasnya, perangkat Desa Ngancar bertanggung jawab kepada kepala desa. Sementara, masing-masing kepala urusan bertanggung jawab kepada kepala desa melalui sekretaris desa (lihat lampiran 3). Jika dilihat secara status, kepala desa dan sekretaris desa berbeda. Kepala desa merupakan pejabat publik yaitu pejabat yang dipilih melalui mekanisme pemilihan umum, sedangkan sekretaris desa merupakan Pegawai Negeri Sipil yang memiliki Nomor Induk Pegawai (NIP) dan diangkat oleh sekretaris daerah atas nama bupati, dalam hal ini Bupati Wonogiri. Fungsi sekretaris desa adalah selaku penyelenggara urusan administrasi pemerintah desa, pengkoordinir kegiatan perangkat desa dan perumus kebijakan penyelenggaraan tugas pemerintah desa, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan. Desa Ngancar memiliki empat orang kepala urusan, yaitu urusan pemerintahan, urusan keuangan, urusan ekonomi dan pembangunan, dan urusan kesejahteraan sosial. Fungsi kepala urusan pemerintahan adalah selaku unsur pembantu dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang meliputi pembinaan wilayah dan kamtibmas, bidang pendapatan, kependudukan dan catatan sipil serta fasilitasi kegiatan BPD. Sementara kepala urusan keuangan commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
adalah sekaligus bendahara desa. Tugasnya adalah mengelola administrasi dan mengendalikan keuangan desa. Fungsi kepala urusan ekonomi dan pembangunan adalah selaku unsur pembantu
dalam
perencanaan
dan
pelaksanaan
pembangunan,
pembinaan/pemberdayaan perekonomian masyarakat dan pertanian. Salah satu tugas kepala urusan ini adalah menyusun program dan melaksanakan kegiatan dalam rangka meningkatkan swadaya dan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan perekonomian dan pelaksanaan pembangunan desa. Fungsi kepala urusan kesejahteraan sosial adalah selaku unsur pembantu dalam pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat dibidang kesejahteraan sosial, pembinaan kehidupan beragama, pendidikan dan organisasi kemasyarakatan. Salah satu tugas kepala urusan ini adalah membantu pelaksanaan pembinaan PKK, Karang Taruna dan Ormas lainnya. Selain kepala urusan, Desa Ngancar memiliki delapan orang kepala dusun sesuai jumlah dusun yang terdapat di desa ini. Masing-masing kepala dusun mempunyai tugas membantu Kepala Desa Ngancar dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kehidupan kemasyarakatan di dalam wilayah kerjanya sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Beberapa fungsi yang dijalankan kepala dusun di Desa Ngancar diantaranya sebagai pelaksana kegiatan pembinaan kemasyarakatan dan kerukunan warga serta peningkatan swadaya gotong-royong. Guna lebih meningkatkan keberhasilan pelaksanaan tugas dalam rangka koordinasi dan pelayanan masyarakat agar terkoordinasi sesuai dengan tugas dan commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
fungsi masing-masing, pemerintah Desa Ngancar rutin mengadakan Rapat Koordinasi Perangkat Desa setiap hari Kamis pukul 10.00 WIB bertempat di kantor Balai Desa Ngancar. Berdasarkan observasi peneliti, rapat koordinasi ini membahas mengenai segala permasalahan yang ada di desa dan laporan-laporan perangkat desa mengenai perkembangan keadaan dusun, perkembangan kegiatankegiatan yang berlangsung di tingkat RT,RW, dusun, dan desa, serta kegiatan pembangunan (lihat lampiran 4). Berkaitan dengan kegiatan pembangunan infrastruktur desa, Kepala Desa Ngancar selalu menekankan kepada perangkat desa akan pentingnya partisipasi dan swadaya masyarakat demi kelancaran pelaksanaan pembangunan. Untuk menunjang pekerjaan, para aparat pemerintahan Desa Ngancar senantiasa memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia. Beberapa sarana pemerintahan desa sengaja diadakan sesuai dengan kebutuhan desa seperti perangkat komputer, printer, dan almari arsip. Beberapa sarana lainnya merupakan sarana pemerintahan desa yang wajib ada, seperti buku-buku administrasi kegiatan dan gedung kantor. Berdasarkan observasi peneliti di Balai Desa Ngancar, sarana dan prasarana pemerintahan Desa Ngancar terawat dengan baik dan dalam jumlah yang cukup yaitu 10 buah meja kerja, 15 kursi kerja, 1 unit komputer lengkap dengan printer, 5 buah lemari arsip, 38 jenis buku administrasi kegiatan, dan 1 unit sepeda motor kendaraan sebagai kendaraan dinas pemerintah desa.
commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
II.3 Gambaran Umum Keberhasilan Swadaya Masyarakat di Desa Ngancar Menurut Kepala Desa Ngancar, masyarakat sudah cukup sadar akan pentingnya swadaya demi kelancaran pembangunan. Hal ini terlihat dari tingginya partisipasi masyarakat dalam setiap pembangunan infrastruktur desa. Swadaya yang diberikan masyarakat pun beragam, mulai dari sumbangan dana, tenaga, hingga material-material bahan bangunan. Seperti yang dikemukakan Kepala Desa Ngancar dalam wawancara dengan penulis bahwa masyarakat Desa Ngancar tidak
semuanya
berkecukupan
materi
sehingga
kebanyakan
mereka
menyumbangkan tenaga dengan ikut bekerja pada saat pelaksanaan pembangunan. Banyak hasil-hasil pembangunan yang berasal dari swadaya masyarakat Desa Ngancar, diantaranya rabat, beton, makadam, pembangunan Taman Pendidikan Qur’an (TPQ), pembuatan musholla, pos kamling (lihat lampiran 5), renovasi
masjid
dan
penampungan
air.
Keberhasilan
program-program
pembangunan di Desa Ngancar tersebut tidak lepas dari upaya para pemerintah desa, termasuk kepala desa, dan tokoh masyarakat setempat. Berdasarkan observasi peneliti, dalam setiap pertemuan lembaga kemasyarakatan di Desa Ngancar, kepala desa tidak secara langsung meminta dan mengajak masyarakat untuk berswadaya. Sebaliknya, kepala desa terlebih dahulu memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang makna swadaya masyarakat desa dalam pembangunan. Setelah itu, baru kemudian Kepala Desa Ngancar memberikan motivasi kepada masyarakat. Hal ini dilakukan agar masyarakat secara sukarela berswadaya tanpa merasa ada paksaan dari pemerintah desa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA
Penelitian ini berjudul “Peranan Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri”. Penyajian data ini diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan informan terpilih. Informan utama dalam penelitian ini adalah Bapak Mulyatmo selaku Kepala Desa Ngancar. Terdapat pula informan-informan lain yang merupakan informan pendukung, diantaranya seperti ketua BPD, ketua karang taruna, ketua TP PKK, ketua LPM, para kepala dusun, panitia pembangunan, tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh masyarakat, dan beberapa warga Desa Ngancar. Proses wawancara dilakukan selama tiga minggu. Pelaksanaan wawancara pertama dengan informan utama, Bapak Mulyatmo, dilakukan di kediaman beliau yaitu di Dusun Karangasem RT 001 RW 002 Desa Ngancar pada tanggal 2 Agustus 2011 pukul 09.00 WIB hingga 12.00 WIB. Setelah itu, peneliti melakukan wawancara dengan para informan pendukung untuk meyakinkan informasi yang diperoleh dari Kepala Desa Ngancar. Peneliti juga melakukan wawancara kembali dengan Kepala Desa Ngancar agar mendapat data dan fakta yang valid. Wawancara dengan para informan tersebut dilakukan di kediaman masing-masing dan berlangsung secara kekeluargaan. commit to user 86
perpustakaan.uns.ac.id
87 digilib.uns.ac.id
Objek observasi peneliti dalam penelitian ini ada tiga hal. Pertama, karakteristik personal Kepala Desa Ngancar. Dalam hal ini, peneliti melakukan pengamatan secara langsung ketika bertemu untuk melakukan wawancara. Kedua, peneliti mengamati kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk mengetahui peranan Kepala Desa Ngancar dengan ikut serta dalam berbagai pertemuan yang dihadiri Kepala Desa Ngancar. Ketiga, sejauh mana hasil-hasil pembangunan fisik di Desa Ngancar yang berasal dari swadaya masyarakat dapat dimanfaatkan dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Untuk mengamati hal ini, peneliti datang langsung ke lokasi-lokasi tempat hasil-hasil pembangunan tersebut dan menggali beberapa informasi dari warga untuk mengetahui pemanfaatan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh masyarakat. Secara keseluruhan, pengamatan berlangsung selama dua minggu. Teknik dokumentasi peneliti gunakan untuk mendukung informasi yang diperoleh dari wawancara dan observasi. Beberapa hal
yang peneliti
dokumentasikan antara lain kegiatan komunikasi yang dilakukan Kepala Desa Ngancar dalam berbagai pertemuan dan hasil-hasil pembangunan fisik di Desa Ngancar. Dalam melakukan peranannya sebagai motivator, Kepala Desa Ngancar melakukan kegiatan-kegiatan komunikasi untuk menunjang peranannya tersebut. Untuk menganalisis data yang diperoleh, digunakan beberapa aspek dalam komunikasi yaitu bentuk atau jenis-jenis komunikasi yang digunakan, proses komunikasi yang berlangsung, dan strategi komunikasi Kepala Desa Ngancar. Dengan demikian, akan dapat diketahui bagaimana sesungguhnya peranan yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
88 digilib.uns.ac.id
dilakukan Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangkan pembangunan fisik di Desa Ngancar.
III.1 Penyajian data III.1.1 Deskripsi objek penelitian a. Profil Kepala Desa Ngancar Selama dua belas tahun Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri dipimpin oleh seorang putera daerah yang bernama Mulyatmo (lihat lampiran 6). Beliau yang lahir pada 8 Juli 1959 ini kini telah berusia 52 tahun. Ayah dua orang puteri ini menghabiskan masa mudanya di Jakarta selama tujuh belas tahun sebagai kontraktor dan konsultan konstruksi sebelum akhirnya memutuskan hijrah ke kampung halaman demi memberikan kontribusi yang lebih untuk kemajuan desanya sendiri. Bapak Mulyatmo memiliki ciri khas dalam setiap tutur katanya dengan selalu menggunakan bahasa yang tegas dan lugas dalam berkomunikasi. Hingga kini, Bapak Mulyatmo yang akrab dipanggil dengan nama panggilan Pak Polo ini memiliki kegemaran beternak sapi selain juga menikmati pekerjaannya dalam membangun dan memimpin Desa Ngancar. Salah satu keahliannya adalah membuat perhitungan rencana biaya dan merancang bangunan sehingga kerap diminta untuk bekerja sama dengan beberapa proyek pembangunan, baik proyek pembangunan desa maupun proyek pembangunan di tempat lain. commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Karakteristik personal Kepala Desa Ngancar Kiprah baik Kepala Desa Ngancar terlihat sejak menjabat di periode pertama yang dinilai sangat mengutamakan perkembangan dan kemajuan desa. Bahkan, beberapa tokoh masyarakat mengatakan bahwa sumbangsih Kepala Desa Ngancar kepada Desa Ngancar sudah ada sejak beliau belum menjabat sebagai kepala desa. Pada saat masih di perantauan, beliau kerap memberikan kontribusi bagi kemajuan tanah kelahirannya tersebut, mulai dari sumbangan dana, ide-ide pembangunan yang beliau sampaikan ketika pulang kampung, hingga memberikan pengarahanpengarahan pembangunan di desa (lihat lampiran 13). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Bapak Mulyatmo sebagai seorang yang dermawan dan peduli terhadap perkembangan dan kemajuan tanah kelahirannya. Berkaitan dengan sosoknya sebagai seorang kepala desa, beberapa pemerintah desa memberikan penilaiannya. Kepala Dusun Ngancar mengatakan bahwa Bapak Mulyatmo merupakan sosok yang memiliki empati yang tinggi terhadap perangkat dan masyarakat sehingga kebijakan-kebijakan yang diambil pun dapat diterima oleh semua pihak. Bapak Mulyatmo juga rutin memberikan informasi kepada masyarakat terkait rencana-rencana pembangunan di desa dan memberikan motivasi agar masyarakat turut serta memberikan partisipasinya demi kesuksesan pembangunan tersebut. Motivasi yang disampaikan adalah dengan meyakinkan
masyarakat
tentang
manfaat
commit to user
pembangunan
sehingga
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masyarakat tergerak untuk berpartisipasi, seperti yang dikatakan Kepala Dusun Ngancar sebagai berikut: “Kepala desa biasanya menanamkan pentingnya kesadaran berswadaya demi terwujudnya pembangunan yang manfaatnya akan dapat dinikmati oleh warga. Kepala desa juga memberikan pandangan-pandangannya mengenai pembangunan sehingga masyarakat yakin bahwa pembangunan ini untuk warga” (wawancara dengan Kepala Dusun Ngancar). Ketua BPD Desa Ngancar mengatakan bahwa roda pemerintahan yang dijalankan oleh Bapak Mulyatmo tergolong lancar. Selain karena sikapnya yang tegas dan disiplin dalam memimpin pemerintahan, beliau merupakan orang yang mudah bergaul dengan semua lapisan masyarakat sehingga memiliki banyak relasi. Menurut Kepala Desa Ngancar, menjalin relasi baik dengan banyak pihak merupakan hal yang penting dilakukan oleh seorang kepala desa, terutama pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan pemerintahan desa seperti camat dan bupati. Relasi dengan atasan tersebut memudahkan langkah kepala desa dalam merealisasikan program-program kerja, terutama
yang
berhubungan
dengan
pembangunan,
seperti
yang
dikemukakan Kepala Desa Ngancar bahwa kepala desa dengan bupati itu hubungannya seperti anak dengan orang tua. Kalau kita mempunyai hubungan baik dengan orang tua, Insya Allah apa keinginan kita dipenuhi oleh orang tua. Kepala Desa Ngancar mengatakan bahwa langkah-langkah yang ia ambil untuk menjalin relasi dengan camat dan bupati adalah dengan commitmisalnya to user sebelum acara-acara dinas di memulai pendekatan personal,
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kecamatan dan kabupaten dimulai, ia kerap mengajak camat atau bupati untuk
sekedar
berbincang
membicarakan
tentang
keadaan
desa,
berkonsultasi, dan membicarakan hal-hal umum lainnya. Atau, Kepala Desa Ngancar juga cukup sering datang ke kediaman atasan untuk membahas permasalahan yang ada di Desa Ngancar dan desa-desa lain yang berkaitan dengan Desa Ngancar (lihat lampiran 7). Cara ini diakui Kepala Desa Ngancar akan membuat atasan mengenal dan dekat dengan sosok kepala desa dan akhirnya peduli terhadap perkembangan desa setempat. Relasi yang baik tidak hanya dijalin secara top-up dengan para atasan saja tetapi juga secara top-down dengan masyarakat. Peneliti mengamati bahwa pelayanan yang dilakukan Kepala Desa Ngancar kepada masyarakat berjalan dengan baik. Walaupun hampir setiap hari tidak berkantor di kantor balai desa, Kepala Desa Ngancar melayani apa yang menjadi kebutuhan masyarakat di rumahnya (lihat lampiran 8). Para warga yang ingin membuat dan memperpanjang Kartu Tanda Penduduk (KTP), mengurus berbagai jenis surat keterangan, membuat dan memperbarui Kartu Keluarga (KK), dan administrasi publik lainnya dilayani dengan cepat dan baik. Setelah selesai pada waktu yang telah dijanjikan, mereka bisa mendatangi rumah beliau lagi untuk mengambilnya. Hal ini merupakan cara Kepala Desa Ngancar untuk menjalin kedekatan secara personal dengan para warga masyarakatnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
92 digilib.uns.ac.id
Relasi top-down yang dibangun Kepala Desa Ngancar tidak hanya dengan memberikan pelayanan baik untuk masyarakat, tetapi juga dengan membaur dalam kehidupan sosial masyarakat. Berdasarkan observasi peneliti, Kepala Desa Ngancar hampir selalu memenuhi undanganundangan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, mulai dari undangan walimahan, tasyakuran warga, takziah, hingga kegiatan organisasi sosial lain yang ada di desa (lihat lampiran 9). Selain itu, Kepala Desa Ngancar dikenal sebagai sosok yang mempunyai pondasi kuat dalam agama yang dianutnya dan rajin melakukan sholat lima waktu di masjid. Salah satu tokoh agama di Desa Ngancar mengatakan bahwa Kepala Desa Ngancar jarang melewatkan sholat lima waktu di masjid terbesar di desa setempat, yaitu masjid Nurul Huda. Untuk membangun hubungan yang semakin baik dengan masyarakat, Kepala Desa Ngancar juga berupaya menjadi problem-solver bagi permasalahan warganya. Tak jarang, dia sengaja mengundang wargawarga yang saling memiliki permasalahan untuk berembug bersama dengan kepala dingin mencari solusi yang terbaik (lihat lampiran 14). Relasi yang baik juga terjalin antara kepala desa dengan perangkat desa lain seperti sekretaris desa, kepala urusan, dan kepala dusun di Desa Ngancar. Berdasarkan wawancara peneliti dengan beberapa perangkat desa lain di Desa Ngancar, mereka kerap datang ke rumah kepala desa dan membahas perkembangan desa (lihat lampiran 10). Menurut sebagian perangkat desa, pertemuan dalam suasana informal seperti itu dirasa lebih commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
efektif karena perangkat desa merasa lebih leluasa mendiskusikan tentang keadaan desa daripada mendiskusikannya di pertemuan Rapat Koordinasi Perangkat Desa. Peneliti mengamati bahwa Kepala Desa Ngancar juga merupakan sosok pemimpin yang berempati dengan perangkat desa lain. Hal ini terlihat dari pertemuan-pertemuan tingkat RT, RW, dan pertemuan lembaga kemasyarakatan yang selalu diadakan pada malam hari. Kepala desa mengetahui bahwa selain menjadi abdi masyarakat, semua perangkat Desa Ngancar juga bekerja sebagai petani sehingga pada pagi hari hingga menjelang sore hari mereka bekerja di sawah. Oleh karena itulah, demi mendapatkan waktu yang tepat untuk semua pihak, Kepala Desa Ngancar memutuskan bahwa pertemuan-pertemuan tersebut dilaksanakan pada malam hari.
III.1.2 Pembangunan fisik di Desa Ngancar a. Tujuan pembangunan fisik di Desa Ngancar Pada hakekatnya, program pembangunan infrastruktur pedesaan bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi produktif di kawasan perdesaan dan meningkatkan permukiman untuk mewujudkan kawasan perdesaan yang layak huni. Sasaran program adalah peningkatan sarana dan prasarana perdesaan. commit to user
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Begitu pula di Desa Ngancar, pembangunan-pembangunan fisik yang selama ini dilakukan pada akhirnya bertujuan meningkatkan kualitas hidup
masyarakat
secara jasmani
dan
rohani.
Sebagai
contoh,
pembangunan musholla yang bertujuan meningkatkan kualitas sarana ibadah untuk menunjang kegiatan keagamaan dan pembangunan gedung Taman Pendidikan Qur’an (TPQ) yang bertujuan untuk menanamkan pondasi agama sejak usia dini sehingga terbentuklah generasi-generasi penerus bangsa yang bagus secara agama. Selain yang bersifat keagamaan, sasaran pembangunan fisik juga untuk yang bersifat kepentingan sosial. Seperti pembangunan pos kamling yang bertujuan menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan di masingmasing dusun di Desa Ngancar. Ada pula pembangunan penampungan air yang berdampak secara langsung kepada warga masyarakat Desa Ngancar bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih. Semua pembangunan fisik tersebut tentunya bertujuan meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.
b. Proses pembangunan fisik di Desa Ngancar Sebuah proses pembangunan dapat dilihat dari alur kegiatannya, mulai dari latar belakang kemunculan ide, sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian hasil pembangunan. Pada pembangunan musholla yang terletak di Dusun Jetis, ide pembangunan berasal dari tokoh agama setempat. Sosialisasi dan perencanaan pembangunan tersebut commit to user
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dilakukan dalam forum pertemuan dusun yang dihadiri oleh Kepala Desa Ngancar dan seluruh warga Dusun Jetis. Pembangunan musholla dilaksanakan selama tiga bulan dan mendapat dukungan penuh swadaya masyarakat. Kegiatan evaluasi pembangunan musholla seluas 96 m2 ini dilakukan oleh panitia pembangunan, Kepala Desa Ngancar, dan takmir masjid. Lain
halnya
dengan
pembangunan
musholla,
perencanaan
pembangunan gedung TPQ Nurul Huda yang terletak di Dusun Karangasem dilakukan dalam forum Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMD). Forum RPJMD berisi pembahasan mengenai program pembangunan sebuah desa dalam jangka waktu lima tahun ke depan yang dihadiri oleh Kepala Desa Ngancar, perangkat desa, ketua BPD dan anggota, LPM, ketua RT RW, lintas tokoh, dan karang taruna (lihat lampiran 11). Sosialisasi pembangunan ini melalui pertemuan dusun yang dipimpin oleh kepala dusun masing-masing. Dalam pelaksanaannya, pembangunan lembaga pendidikan agama ini tidak lepas dari dukungan berbagai bentuk swadaya masyarakat, mulai dari tenaga hingga dana. Evaluasi pembangunan ini juga dilakukan dalam forum RPJMD dengan meninjau ulang proses pembangunan untuk mengetahui kendala yang ada dan menemukan solusinya. Sementara, pada pembangunan pos kamling ide pembangunan datang dari Kepala Desa Ngancar. Perencanaan pembangunan sarana keamanan ini dilakukan pada saat forum Rapat Koordinasi Perangkat Desa commit to user
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ngancar yang rutin dilaksanakan setiap hari Kamis pukul 10.00 WIB di Balai Desa Ngancar. Sosialisasi pembangunan kepada warga masyarakat dilakukan oleh kepala dusun. Karena merupakan pos kamling dusun, warga di masing-masing dusun di Desa Ngancar pun bergotong royong dalam pelaksanaannya sehingga dalam waktu kurang dari satu minggu pembangunan
dapat
selesai.
Evaluasi
pembangunan
ini
kembali
disampaikan dalam Rapat Koordinasi Perangkat Desa Ngancar. Pembangunan-pembangunan fisik hasil swadaya masyarakat Desa Ngancar tersebut pada kenyataannya dapat dimanfaatkan secara optimal dan dipelihara dengan baik oleh masyarakat setempat. Sebagai contoh, pembangunan TPQ. Kondisi fisik TPQ Nurul Huda saat ini dalam keadaan baik dan dapat berfungsi optimal sebagai lembaga pendidikan agama. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan belajar Quran setiap sore hari pukul 15.0017.00 WIB yang berlangsung tertib dan nyaman. Selain itu, kegiatan renovasi masjid di Dusun Ngancar yang dapat memberikan manfaat bagi warga, yaitu dapat melakukan kegiatan agama dengan lebih nyaman. Ada pula pembangunan penampungan air yang dipelihara dengan baik oleh warga melalui pembentukan kelompok-kelompok masyarakat pengelola air. Semua proses pembangunan di atas pada dasarnya bertujuan memberi kesempatan masyarakat Desa Ngancar untuk mandiri. Hal ini dapat dilihat dari adanya swadaya masyarakat dalam setiap proses pembangunan. Dengan demikian, peningkatan standar hidup tidak hanya commit to user
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terjadi dalam segi ekonomi tetapi juga dalam segi sosial, yaitu peningkatan perhatian masyarakat terhadap nilai-nilai pembangunan.
III.1.3 Kegiatan komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar Kegiatan komunikasi yang dilakukan pertama kali oleh Kepala Desa Ngancar adalah memberikan informasi pembangunan baru kemudian memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat. a. Kegiatan memberikan informasi pembangunan Yaitu Kepala Desa Ngancar memberikan informasi secara jelas mengenai akan diadakannya pembangunan-pembangunan di desa kepada warga masyarakat. Sebagai contoh ketika pembangunan musholla yang terletak di Dusun Jetis dan renovasi masjid di Dusun Ngancar, Kepala Desa Ngancar menyampaikan informasi pembangunan tersebut serta manfaatnya bagi masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah dengan cara duduk rembuk dalam forum pertemuan dusun pada malam hari yang merupakan sebuah upaya pendekatan kepada masyarakat. Hal ini dilakukan karena menyesuaikan karakteristik masyarakat pedesaan yang beranggapan bahwa segala sesuatu untuk kepentingan bersama lebih baik dibicarakan secara bersama-sama juga sehingga semua pihak mengetahui dan memahami apa yang akan dilakukan sesuai tujuan, hasil, dan proses yang akan terjadi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
98 digilib.uns.ac.id
Kegiatan yang dilakukan dalam pertemuan tersebut tidak jauh berbeda dengan musyawarah yang diawali dengan pemberian informasi mengenai latar belakang dan manfaat pembangunan. Jika ada pihak yang kurang atau bahkan tidak setuju dengan rencana pembangunan tersebut, maka Kepala Desa Ngancar dibantu tokoh masyarakat, tokoh agama, kepala dusun, dan kepala urusan pembangunan desa setempat memberikan informasi yang lebih menekankan pada nilai-nilai positif dan manfaat yang akan didapatkan dari pembangunan. Berbeda dengan pembangunan kedua sarana ibadah di atas yang penyebaran informasi pembangunannya melalui pertemuan dusun yang rutin dilakukan satu bulan satu kali, pada pembangunan Gedung TPQ Nurul Huda Kepala Desa Ngancar menyebarkan informasi pembangunan kepada seluruh warga desa lewat pengeras suara yang ada di masjid induk. Perencanaan pembangunan gedung TPQ sendiri dilakukan dalam forum RPJMD yang dihadiri oleh Kepala Desa Ngancar, perangkat desa, ketua BPD dan anggota, LPM, ketua RT RW, lintas tokoh, dan karang taruna desa. Pada pembangunan pos kamling dusun, Kepala Desa Ngancar menggunakan peran setiap kepala dusun dalam menyebarkan informasi pembangunan kepada seluruh warga di wilayahnya masing-masing walaupun Kepala Desa Ngancar juga memberikan informasi pembangunan ini kepada warga secara langsung ketika berada di sawah, warung, di jalan, dan pertemuan-pertemuan yang bersifat santai lainnya. Perencanaan commit to user
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembangunan pos kamling dilakukan di Rapat Koordinasi Perangkat Desa Ngancar yang rutin dilakukan setiap hari Kamis pukul 10.00 WIB bertempat di Balai Desa Ngancar. Pada pembangunan penampungan air di Dusun Glonggong, Kepala Desa Ngancar menggunakan peran Kepala Dusun Glonggong dan juga Kepala
Urusan
Pembangunan
dalam
menyebarkan
informasi
pembangunan tersebut. Hal ini karena pada perencanaannya, Kepala Desa Ngancar mengambil keputusan secara mandiri tanpa melibatkan warga dan perangkat desa sehingga Kepala Desa Ngancar berharap dengan peran kepala dusun dan Kepala Urusan Pembangunan warga masyarakat akan bisa menerima keputusan yang telah diambilnya.
b. Kegiatan memberikan motivasi swadaya Setelah dicapai kata sepakat dalam pertemuan-pertemuan yang berisi informasi pembangunan, baru kemudian Kepala Desa membujuk warga masyarakat agar bersedia berswadaya dalam pembangunan yang telah disepakati bersama. Dalam membujuk warga, Kepala Desa Ngancar menyampaikan motivasi-motivasi sehingga masyarakat terdorong untuk berswadaya (lihat lampiran 12). Secara garis besar, motivasi yang disampaikan Kepala Desa Ngancar antara lain memberikan pemahaman bahwa pembangunan apapun di desa tidak akan dapat terwujud tanpa partisipasi dari masyarakat. Terlebih, pembangunan ini merupakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
100 digilib.uns.ac.id
kebutuhan masyarakat demi kepentingan bersama yang mungkin tidak akan mendapat perhatian khusus dari pemerintah pusat. Pada pembangunan penampungan air di Dusun Glonggong Kepala Desa Ngancar melakukan komunikasi secara tertulis dalam bentuk proposal kepada dengan pemerintah Kabupaten Wonogiri. Kepala Desa Ngancar mengatakan bahwa ia tidak berkoordinasi dengan masyarakat dan perangkat yang lain di Desa Ngancar sehingga ia langsung berkomunikasi dengan atasan. Dalam melakukan kegiatan komunikasi tersebut, hampir semua kepala desa pasti memiliki pengalaman permasalahan. Seperti yang diungkapkan Kepala Desa Ngancar bahwa hal yang paling sulit adalah apabila ada warga masyarakat yang masih belum yakin mengenai manfaat pembangunan. Namun, Kepala Desa Ngancar mempunyai solusi untuk mengatasinya. Misalnya dalam pertemuan pembahasan pembangunan musholla, kepala desa Ngancar memberikan pemahaman dan motivasi kepada masyarakat bahwa swadaya juga merupakan ibadah. Oleh karena mayoritas masyarakat Desa Ngancar merupakan masyarakat yang taat agama, nasehat-nasehat yang berkaitan dengan hal keagamaan hampir selalu efektif untuk memotivasi masyarakat. Lain halnya dengan pembangunan musholla, pada pembangunan pos kamling Kepala Desa Ngancar menggunakan tokoh masyarakat dan para kepala dusun sebagai penyampai pesan bagi masyarakat yang masih kurang memahami pentingnya pos kamling. Menurut pendapat Kepala commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
101 digilib.uns.ac.id
Desa Ngancar, mungkin saja warga lebih memahami jika informasi pentingnya pos kamling itu disampaikan bukan oleh Kepala Desa, melainkan oleh Kepala Dusun sehingga upaya tersebut perlu ditempuh. Pada pembangunan penampungan air, Kepala Desa Ngancar memberikan pemahaman secara langsung kepada masyarakat. Seperti yang diungkapkan Kepala Desa Ngancar bahwa ia langsung memberikan informasi pembangunan penampungan air kepada warga dan memberikan imbauan agar masyarakat berswadaya tenaga saja karena pengerjaannya sudah dilakukan pihak ketiga. Pada akhirnya, melalui komunikasi yang baik sesuai tujuan dan rencana serta dukungan semua pihak maka kegiatan komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai motivator swadaya masyarakat dapat berjalan dengan baik, terbukti dengan terwujudnya pembangunan-pembangunan tersebut dari hasil swadaya masyarakat.
III.2 Analisis data III.2.1 Analisis bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan musholla Pembangunan musholla ini dilakukan di Dusun Jetis Desa Ngancar atas prakarsa para tokoh agama di dusun setempat yang melihat kurangnya jumlah sarana ibadah untuk sholat. Pada saat itu, hanya ada satu musholla dan itu pun tidak dapat menampung jamaah sholat sehingga para tokoh agama merasa perlu membangun sebuah musholla lagi. commit to user
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berbagai bentuk komunikasi dilakukan oleh Kepala Desa Ngancar dalam memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat dalam rangka pembangunan musholla. Pertama, komunikasi formal. Komunikasi formal adalah komunikasi yang pelaksanaannya dilakukan melalui mekanisme rapat atau sesuai dengan struktur organisasi. Komunikasi formal dalam pembangunan ini terjadi pada saat perencanaan dimana rencana pembangunannya dilakukan di tingkat dusun melalui forum pertemuan dusun yang dihadiri oleh semua warga Jetis, takmir masjid induk Desa Ngancar, tokoh-tokoh agama, Kepala Dusun Jetis, dan Kepala Desa Ngancar. Pada pertemuan tersebut, Kepala Desa Ngancar menginformasikan pembangunan musholla dan manfaat yang didapatkan dengan pembangunan tersebut. Meski dilakukan secara formal, kegiatan komunikasi informatif ini diselingi obrolan-obrolan ringan sebagai pemanis sehingga suasana kekeluargaan dapat tercipta. Selain itu, terjadi pula komunikasi top-down atau komunikasi dari atas ke bawah. Menurut Purwanto (2006:40) komunikasi top-down memiliki tujuan untuk menyampaikan
informasi,
mengarahkan,
mengkoordinasikan,
memotivasi,
memimpin dan mengendalikan berbagai kegiatan yang ada di level bawah. Komunikasi top-down yang dilakukan Kepala Desa Ngancar bersifat intsruktif dan persuasif. Dalam hal ini, Kepala Desa Ngancar memberikan instruksi dibentuknya panitia pembangunan dan memberikan motivasi kepada warga untuk yakin bahwa pembangunan ini akan berlangsung dengan lancar. Bentuk-bentuk komunikasi tersebut dianggap lebih tepat untuk dilakukan dalam kegiatan komunikasi karena masyarakat akan dengan sendirinya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
103 digilib.uns.ac.id
mengetahui dan memahami apa yang disampaikan oleh Kepala Desa Ngancar. Walaupun agak bersifat instruktif atau memerintah, tetapi masyarakat seolah-olah diajak untuk faham bersama dan menyetujui tanpa paksaan. Pada akhirnya, masyarakat mengetahui apa yang akan mereka dapatkan dengan pemberian informasi mengenai pembangunan musholla, kelebihan, dan kenyamanan yang akan didapat. Kendala Kepala Desa Ngancar dalam memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan musholla ini adalah ada sebagian kecil masyarakat dusun setempat yang belum memiliki kesadaran akan pentingnya swadaya. Solusi yang diambil oleh Kepala Desa Ngancar atas kendala ini adalah memberikan pemahaman dan motivasi kepada masyarakat bahwa swadaya juga merupakan ibadah. Kepala Desa Ngancar juga dibantu oleh tokoh agama dusun setempat untuk menyampaikan motivasi dan pemahaman pembangunan kepada warga melalui informal. Oleh karena mayoritas masyarakat Desa Ngancar merupakan masyarakat yang taat agama, nasehat-nasehat yang berkaitan dengan hal keagamaan hampir selalu mengena di hati masyarakat. Motivasi tersebut bertujuan untuk menanamkan kesadaran masyarakat akan makna pembangunan desa yang tidak bisa lepas dari keterlibatan semua lapisan masyarakat desa. Berkat motivasi tersebut swadaya dapat terkumpul dalam bentuk swadaya tenaga, swadaya material pembangunan dan swadaya uang tunai. Kepala Desa Ngancar tidak menggunakan media cetak dan media elektronik dalam penyampaian motivasi. Memang, pada dasarnya motivasi positif commit to user
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang disampaikan secara langsung lebih efektif. Motivasi secara langsung menuntut motivator untuk mengenali dan memahami sasarannya terlebih dahulu sehingga kemungkinan kesalahan penafsiran pesan motivasi lebih kecil daripada motivasi yang disampaikan secara tidak langsung. Sementara, pertemuan-pertemuan koordinasi kerap dilaksanakan pada malam hari. Hal ini karena mayoritas panitia pembangunan bekerja pada siang hari di sawah sehingga malam hari dirasa merupakan waktu yang tepat untuk melakukan koordinasi. Ini merupakan upaya Kepala Desa Ngancar agar komunikasi yang dilakukannya dapat diterima oleh semua masyarakat. Dari uraian di atas, dapat digambarkan alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat pada pembangunan Musholla Jetis, yaitu sebagai berikut: Bagan 4 Alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat pada pembangunan Musholla Jetis Feedback (kesediaan berswadaya) Kepala Desa Ngancar
Top-down
Face to face Informatif dan persuasif motivasi
Warga masyarakat Dusun Jetis
Tokoh agama
instruktif Kepala Dusun Jetis commit to user
Motivasi informal
perpustakaan.uns.ac.id
105 digilib.uns.ac.id
III.2.2 Analisis bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan gedung TPQ Nurul Huda Taman Pendidikan Qur’an (TPQ) merupakan salah satu lembaga pendidikan agama yang bertujuan untuk menanamkan pondasi agama sejak kecil di masyarakat. TPQ Nurul Huda dibangun untuk memenuhi kebutuhan ruangan belajar para santriwan santriwati karena selama ini para santri melakukan kegiatan belajar di dalam Masjid Nurul Huda yang terletak di Dusun Karangasem. Ide pembangunan TPQ Nurul Huda disampaikan oleh para tokoh agama di Desa Ngancar kepada Kepala Desa Ngancar seusai sholat berjamaah di masjid induk. Kegiatan komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam merespon ide tersebut berbentuk komunikasi informal karena dilakukan bukan dalam mekanisme rapat atau struktur organisasi, melainkan melalui pertemuan yang bersifat kekerabatan dan berlangsung dengan santai di beranda masjid induk Desa Ngancar. Selanjutnya, pada kegiatan perencanaan pembangunan TPQ Kepala Desa Ngancar melakukan komunikasi dalam bentuk komunikasi formal yang bersifat informatif dan persuasif karena perencanaan pembangunan dimusyawarahkan dalam forum RPJMDes yang dihadiri oleh Kepala Desa Ngancar, perangkat desa, ketua BPD dan anggota, LPM, ketua RT RW, lintas tokoh, dan karang taruna. Dikatakan bersifat informatif karena dalam forum tersebut, Kepala Desa Ngancar menjelaskan latar belakang pembangunan TPQ yang merupakan keinginan dan kepentingan bersama. Komunikasi yang bersifat persuasif dapat dilihat pada saat Kepala Desa Ngancar meyakinkan dan membentuk pemahaman commit to user
106 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masyarakat melalui komunikasi yang dilakukan secara berulang-ulang mengenai tujuan dan manfaat pembangunan TPQ. Kepala Desa Ngancar juga melakukan komunikasi yang bersifat informatif tetapi cenderung instruktif pada saat melakukan pembahasan mengenai jadwal pelaksanaan pembangunan dan biaya pembangunannya Sementara, komunikasi top-down antara Kepala Desa Ngancar dengan warga masyarakat dilakukan dengan menggunakan media elektronik tradisional yaitu pengeras suara yang terdapat di masjid induk. Dengan bantuan media ini, Kepala Desa Ngancar menginformasikan pembangunan TPQ sehingga informasi dapat tersebar kepada hampir seluruh warga masyarakat Desa Ngancar. Selain bersifat informatif, komunikasi top-down Kepala Desa Ngancar ini juga bersifat persuasif yaitu mengajak masyarakat untuk bersama-sama gotong royong membangun TPQ. Seperti halnya pada pembangunan musholla di Dusun Jetis, motivasi yang diberikan oleh Kepala Desa Ngancar agar masyarakat mau berswadaya adalah dengan nasehat keagamaan. Motivasi ini disampaikan dengan komunikasi secara langsung oleh Kepala Desa Ngancar kepada warga masyarakatnya. Selain itu, pada pertemuan koordinasi antara ketua panitia, Kepala Desa Ngancar, dan takmir masjid, Kepala Desa Ngancar kerap mengajak para tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk berperan dalam menghimpun dan mengakomodasi swadaya dari masyarakat. Selanjutnya, para tokoh agama dan tokoh masyarakat tersebut memberikan motivasi kepada warga masyarakat melalui pertemuan-pertemuan commit to user
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
informal, seperti pertemuan di warung, di sawah, dan di acara-acara sosial masyarakat lainnya secara langsung (face to face). Dari uraian di atas, dapat digambarkan alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat pada pembangunan gedung TPQ Nurul Huda, yaitu sebagai berikut: Bagan 5 Alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat pada pembangunan Gedung TPQ Nurul Huda Feedback (kesediaan berswadaya) Kepala Desa Ngancar
Warga masyarakat Desa Ngancar
motivasi Top-down Persuasif Informatif
Tokoh agama Tokoh masyarakat
Motivasi dan Informasi
Pengeras suara (media elektronik)
Face to face informal
III.2.3 Bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka renovasi masjid Ide kegiatan renovasi masjid ini berasal dari salah satu tokoh agama dan tokoh masyarakat Dusun Ngancar. Alasannya adalah bangunan awal musholla tersebut sudah tidak layak karena merupakan bangunan kuno dan rencananya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
108 digilib.uns.ac.id
masjid ini akan dijadikan masjid induk kedua setelah masjid induk yang terletak di Dusun Karangasem. Dalam merespon ide pembangunan ini, Kepala Desa Ngancar melakukan komunikasi antar personal yang bersifat instruktif dengan pencetus ide. Kepala Desa Ngancar menginstruksikan agar dilakukan musyawarah dulu dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat lain, kemudian dilakukan pembentukan panitia pembangunan. Selanjutnya, pada perencanaan pembangunan ini Kepala Desa Ngancar melakukan komunikasi dalam bentuk formal dengan teknik informatif dan persuasif. Komunikasi formal karena perencanaan pembangunan ini dilakukan dalam kegiatan trip dusun yang rutin diadakan satu bulan satu kali. Dalam pertemuan yang juga dihadiri oleh kepala dusun, ketua RT, dan para tokoh masyarakat ini, Kepala Desa Ngancar menyampaikan informasi pembangunan mengenai latar belakang dan manfaatnya untuk warga. Kepala Desa Ngancar juga berupaya meyakinkan warga agar tercipta pemahaman bersama sehingga kegiatan renovasi masjid ini dapat terwujud. Pesan persuasif Kepala Desa Ngancar tersebut disampaikan dengan memberikan pemahaman kepada warga bahwa yang namanya mendukung pembangunan itu tidak hanya diwujudkan dengan sumbangan uang, tetapi juga sumbangan tenaga, ide, dan apapun sesuai dengan kemampuan masyarakat. Komunikasi persuasif ini menghasilkan efek positif karena warga masyarakat menyampaikan keinginannya untuk berswadaya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Kepala Desa Ngancar berhasil dalam berkomunikasi topcommit to user
109 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
down dengan warga. Keberhasilan ini tidak lepas dari kredibilitas Kepala Desa Ngancar sebagai komunikator yang memiliki keterpercayaan (source credibility) dan daya tarik (source attractiviness). Dua unsur kredibilitas komunikator ini membuat kepemimpinan Kepala Desa Ngancar diterima oleh masyarakat sehingga pemahaman dan motivasi-motivasi swadaya yang diberikan juga akan mudah diterima walaupun motivasi yang diberikan Kepala Desa Ngancar sebenarnya sebatas memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa setiap pembangunan di desa adalah untuk kepentingan masyarakat sehingga Kepala Desa Ngancar berharap masyarakat turut aktif berpartisipasi dalam pembangunan. Kepala Desa Ngancar juga melakukan komunikasi top-down dengan teknik instruktif yaitu dengan memberikan perintah kepada Kepala Dusun Ngancar dan Ketua RT masing-masing untuk menghimpun dan mengakomodasi segala bentuk swadaya yang diberikan warga melalui pertemuan dusun. Dari semua bentuk komunikasi yang dilakukan Kepala Desa Ngancar dalam kegiatan renovasi masjid ini, semuanya berbentuk komunikasi verbal yang disampaikan secara lisan (oral communication). Dari uraian di atas, dapat digambarkan alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat pada pembangunan renovasi masjid di Dusun Ngancar, yaitu sebagai berikut:
commit to user
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bagan 6 Alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat pada pembangunan renovasi masjid Feedback (kesediaan berswadaya) Kepala Desa Ngancar
Warga masyarakat Dusun Ngancar
motivasi Top-down Instruktif Formal
Kepala Dusun Ngancar
Ketua RT
Motivasi Formal Face to face
III.2.4 Bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan pos kamling dusun Pengadaan pos kamling di sebuah wilayah merupakan upaya masyarakat demi menjaga keamanan lingkungan bersama di wilayah tersebut. Ide pembangunan pos kamling di Desa Ngancar datang dari Kepala Desa Ngancar. Walaupun tidak ada peraturan yang mewajibkan adanya pos kamling di sebuah desa, Kepala Desa Ngancar berkeinginan menjaga dan meningkatkan keamanan dan ketertiban lingkungan di Desa Ngancar. Kepala Desa Ngancar menyampaikan ide pembangunan ini secara formal dalam Rapat Koordinasi Perangkat Desa Ngancar yang rutin dilaksanakan setiap commit to user
111 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hari Kamis pukul 10.00 WIB di Balai Desa Ngancar. Pada penyampaiannya, Kepala Desa Ngancar melakukan komunikasi dengan teknik informatif, persuasif, dan instruktif sekaligus. Teknik informatif, yaitu pada saat Kepala Desa Ngancar memberikan pengetahuan mengenai pentingnya pos kamling di sebuah dusun atau desa sebagai sarana menjaga keamanan desa. Teknik persuasif, yaitu pada saat Kepala Desa Ngancar berupaya meyakinkan perangkat desa yang lain untuk menyetujui pembangunan pos kamling dengan memberikan gambaran kemudahan pelaksanaan pembangunan, terutama dalam hal biaya. Kepala Desa Ngancar memberikan pertimbangannya mengenai pendanaan pembangunan pos kamling ini, diantaranya bisa berasal dari iuran warga, kas dusun, dan swadaya warga. Teknik instruktif, yaitu pada saat Kepala Desa Ngancar menginstruksikan kepada semua kepala dusun untuk membuat satu pos kamling di dusun masingmasing, tentunya setelah dicapai kata sepakat dari semua yang hadir dalam rapat tersebut. Kepala Desa Ngancar juga mengajak para kepala dusun untuk menghimpun
swadaya
dari
warga.
Pada
akhirnya,
kepala
dusun
menginformasikan informasi pembangunan ini pada pertemuan dusun sekaligus menghimpun swadaya. Semua bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam pembangunan pos kamling merupakan komunikasi top-down, yaitu komunikasi Kepala Desa Ngancar kepada para perangkat desa yang lain. Dari uraian di atas, dapat digambarkan alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat pada pembangunan pos kamling dusun, yaitu sebagai berikut: commit to user
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bagan 7 Alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat pada pembangunan pos kamling dusun
Kepala Desa Ngancar
motivasi
Warga masyarakat Desa Ngancar
Motivasi Top-down Instruktif Formal
Kepala Dusun
Formal Face to face Feedback (Kesediaan berswadaya)
III.2.5 Bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam menggerakkan
swadaya
masyarakat
dalam
rangka
pembangunan
penampungan air Kabupaten Wonogiri dikenal sebagai kabupaten yang kekurangan air. Walaupun tidak semua wilayahnya mengalami kekeringan, beberapa desa dan kecamatan yang mempunyai predikat desa kering dan tandus membuat desa-desa lain di Kabupaten Wonogiri dianggap memiliki predikat yang sama. Di Desa Ngancar sendiri, kesulitan air sempat dialami oleh para warga di tiga dusun yang letaknya dekat dengan perbatasan Pacitan, yaitu Dusun Tapan, Dusun Glonggong, dan Dusun Petir. Ketiga dusun ini sebenarnya memiliki sumber air tetapi jumlah airnya bergantung kepada musim. commit to user
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pembangunan penampungan air yang terletak di Dusun Glonggong merupakan keinginan pribadi Kepala Desa Ngancar. Tujuannya adalah agar permasalahan kesulitan air tidak lagi memberatkan para murid Sekolah Dasar yang sebelumnya masih harus mengisi jerigen air sebelum berangkat sekolah. Pada pembangunan ini, Kepala Desa Ngancar melakukan bentuk komunikasi yang berbeda dengan bentuk komunikasi pada pembangunanpembangunan sebelumnya karena tidak adanya koordinasi dengan masyarakat dan perangkat desa yang ada di Desa Ngancar. Oleh karena itulah, Kepala Desa Ngancar berkomunikasi dengan PU Kabupaten Wonogiri secara tatap muka langsung. Selanjutnya, Kepala Desa Ngancar melakukan komunikasi bottom-up secara verbal tertulis (verbal-written communication) dengan PU Kabupaten Wonogiri dalam bentuk proposal bantuan pipanisasi gravitasi. Setelah disetujui oleh PU Wonogiri, melalui perangkat desa lain Kepala Desa Ngancar melakukan komunikasi top-down yang bersifat informatif, yaitu menyampaikan
informasi
pembangunan
pipanisasi
gravitasi
ini
kepada
masyarakat, terutama warga di ketiga dusun tersebut. Kepala Desa Ngancar juga melakukan komunikasi persuasif dengan mengimbau masyarakat agar berswadaya tenaga saja memasangkan pipa-pipa dari sumber ke rumah-rumah warga. Beberapa bulan setelah pembangunan selesai, ternyata kebutuhan air di ketiga dusun tersebut masih dirasakan kurang oleh warga karena delapan dusun dari luar Jawa Tengah memanfaatkan sumber air tersebut tanpa ijin warga. Lagi, Kepala Desa Ngancar melakukan komunikasi verbal secara tertulis dalam bentuk proposal yang kali ini diajukan ke Departemen Geologi Bandung. commit to user
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Setelah proposal tersebut pasti disetujui, Kepala Desa Ngancar menyampaikan informasi pembangunan ini kepada masyarakat melalui peran perangkat desa lain, seperti kepala dusun dan kepala urusan pembangunan, di pertemuan rutin Rapat Koordinasi Perangkat Desa Ngancar setiap hari Kamis. Dengan demikian, dalam hal ini terlihat bahwa Kepala Desa Ngancar melakukan komunikasi top-down secara formal dengan teknik informatif dan instruktif. Selanjutnya, kepala dusun dan kepala urusan pembangunan memberikan informasi pembangunan ini kepada warga melalui pertemuan dusun dan pertemuan-pertemuan informal secara face to face. Pemeliharaan hasil pembangunan tersebut dilakukan warga dengan membentuk beberapa kelompok. Kelompok-kelompok pengelola air ini mengadakan pertemuan yang bersifat konsultatif dengan kepala desa jika ada bagian dari bangunan yang memerlukan perbaikan. Dari uraian di atas, dapat digambarkan alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat pada pembangunan penampungan air, yaitu sebagai berikut:
commit to user
115 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bagan 8 Alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat pada pembangunan penampungan air Feedback (kesediaan berswadaya) Kepala Desa Ngancar
Warga masyarakat Dusun Glonggong
motivasi Top-down Informatif Formal
Kepala Dusun Glonggong
Motivasi
Kepala Urusan Pembangunan
Formal Informal Face to face
III.2.6 Proses komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar Proses komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan kepada penerima untuk dipahami dan dimengerti maknanya. Atau dengan kata lain, proses komunikasi menjelaskan bagaimana sang komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya). commit to user
116 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Enam tahapan proses komunikasi yang dilakukan Kepala Desa Ngancar sesuai uraian Purwanto (2003:12) adalah: a) Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan Sebagai contoh dalam pembangunan penampungan air, setelah mengetahui secara langsung bagaimana keadaan warganya di Dusun Petir, Dusun Tapan, dan Dusun Glonggong yang kesulitan air, Kepala Desa Ngancar memiliki sebuah ide pembangunan yaitu penampungan air untuk masyarakat di ketiga dusun tersebut. Ide pembangunan ini selanjutnya ingin disampaikan kepada masyarakat melalui perangkat desa. b) Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan Kepala Desa Ngancar sadar bahwa ide pembangunan penampungan air tersebut mungkin tidak dapat diterima atau dimengerti dengan sempurna oleh masyarakat. Agar ide dapat diterima dan dimengerti secara sempurna, beliau harus memperhatikan beberapa hal, yaitu subyek (apa yang ingin disampaikan), maksud (tujuan), dan latar belakang budaya serta karakteristik personal masyarakat. Dalam hal ini, Kepala Desa Ngancar betul-betul mempersiapkan apa yang ingin beliau sampaikan kepada masyarakatnya, seperti latar belakang dan tujuan pembangunan. Dalam penyampaiannya, Kepala Desa Ngancar tidak akan menggunakan istilah-istilah asing yang terdapat dalam pembangunan, tetapi menggunakan bahasa sederhana yang commit to user
117 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dapat dengan mudah dimengerti dan dipahami oleh masyarakatnya yang kurang mengetahui bahasa pembangunan. c) Pengirim menyampaikan pesan Setelah mempersiapkan pesan, Kepala Desa Ngancar kemudian menyampaikan pesan informasi pembangunan tersebut kepada masyarakat secara lisan melalui pertemuan-pertemuan langsung yang bersifat informal. Selain disampaikan secara langsung, dalam menyampaikan pesannya Kepala Desa Ngancar juga menggunakan peran perangkat Desa Ngancar sebagai saluran komunikasi melalui pertemuan formal yaitu Rapat Koordinasi Perangkat Desa Ngancar. d) Penerima menerima pesan Pada tahap ini, masyarakat telah menerima pesan Kepala Desa Ngancar mengenai pembangunan tersebut. Pesan mereka terima secara langsung dari Kepala Desa Ngancar dan juga melalui perangkat desa yang lain. Dalam hal ini, masyarakat telah mengetahui informasi pembangunan tersebut, mulai dari latar belakang, manfaat, dan tujuan pembangunan. e) Penerima menafsirkan pesan Tahap selanjutnya adalah bagaimana masyarakat menafsirkan pesan yang dikirim oleh Kepala Desa Ngancar. Setelah masyarakat mendapatkan gambaran mengenai tujuan dan manfaat pembangunan penampungan air dengan bahasa penyampaian yang meyakinkan dari Kepala Desa Ngancar, masyarakat menyimpan pesan tersebut sebagai commit to user
118 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pesan
positif,
yaitu
pembangunan
yang
dapat
meningkatkan
kesejahteraan mereka. f) Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik ke pengirim Setelah masyarakat yakin bahwa pembangunan ini dapat memberikan manfaat, pada akhirnya mereka memberi tanggapan kepada Kepala Desa Ngancar selaku pengirim pesan. Tanggapan yang diberikan masyarakat adalah berupa sikap menyetujui pembangunan penampungan air dan pernyataan bersedia berswadaya untuk mendukung kelancaran pembangunan tersebut. Selain enam tahapan proses komunikasi yang dikemukakan Purwanto di atas, analisis proses komunikasi yang dilakukan Kepala Desa Ngancar dapat diuraikan berdasarkan pendapat Effendy (2003:31-38), yaitu sebagai berikut: a) Proses Komunikasi dalam Perspektif Psikologis Proses komunikasi ini terjadi pada diri komunikator dan komunikan. Terjadi suatu proses dalam diri komunikator, yaitu pengemasan isi pesan dan lambang (bahasa) (Effendy, 2003:31). Komunikasi dikatakan terjadi apabila komunikan mengerti isi pesan atau pikiran komunikator. Sebagai contoh, pada pembangunan gedung TPQ Nurul Huda. Kepala Desa Ngancar menyampaikan pesan berupa informasi pembangunan gedung TPQ termasuk latar belakang dan manfaat pembangunannya secara lisan kepada peserta RPJMD. Pada penyampaian pesannya, Kepala Desa Ngancar menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dipahami sehingga peserta RPJMD dapat mengerti
commit to user
119 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
maksud dari pesan tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa komunikasi terjadi antara Kepala Desa Ngancar dengan peserta RPJMD. b) Proses Komunikasi dalam Perspektif Mekanistik (1) Proses komunikasi secara primer Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran komunikator kepada komunikan dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media atau saluran, seperti bahasa, isyarat, gambar,
dan
menerjemahkan
lain
sebagainya
pikiran
atau
yang
secara
perasaan
langsung
komunikator
dapat kepada
komunikan. Pada perencanaan pembangunan gedung TPQ, Kepala Desa Ngancar menyampaikan gagasannya mengenai latar belakang dan manfaat pembangunan tersebut kepada peserta RPJMD yang hadir secara lisan. Pesan Kepala Desa ini dapat diterima dengan baik oleh peserta RPJMD sehingga menghasilkan respon yang baik pula, yaitu berupa kesepakatan pelaksanaan pembangunan TPQ. (2) Proses komunikasi secara sekunder Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua seperti surat kabar, televisi siaran, radio, film, leaftlet, brosur, dan lain-lain setelah memakai lambang sebagai media pertama. Masih pada perencanaan pembangunan TPQ, setelah
menggunakan
bahasa
sebagai
media
pertama
dalam
komunikasi dengan peserta RPJMD, Kepala Desa Ngancar tidak menggunakan media kedua apapun dalam penyampaian pesannya. commit to user
120 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Akan tetapi, pada kegiatan komunikasi selanjutnya yaitu pada saat menginformasikan pembangunan kepada warga masyarakat Desa Ngancar, Kepala Desa Ngancar menggunakan
media elektronik
tradisional yaitu pengeras suara yang ada di masjid induk desa. (3) Proses komunikasi secara linear Dalam konteks komunikasi, proses secara linear adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal (Effendy, 2003: 38). Proses komunikasi ini terjadi pada saat penyebaran informasi pembangunan TPQ dari Kepala Desa Ngancar kepada masyarakat menggunakan media elektronik. Dengan demikian, pesan dalam proses ini fokus berjalan satu arah yaitu dari Kepala Desa Ngancar kepada masyarakat. (4) Proses komunikasi secara sirkular Dalam konteks komunikasi, yang dimaksudkan dengan proses sirkular itu adalah terjadinya feed back atau umpan balik, yaitu terjadinya arus dari komunikan ke komunikator. Proses ini terjadi pada perencanaan pembangunan TPQ dalam RPJMD. Ketika Kepala Desa Ngancar selaku komunikator menyampaikan gagasan pembangunan tersebut, peserta RPJMD memberikan respon mereka dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan seputar pembangunan yang kemudian dijawab oleh Kepala Desa Ngancar. Selain itu, respon peserta RPJMD terhadap pesan komunikasi dari Kepala Desa Ngancar ada dalam bentuk pernyataan menyetujui pembangunan.
commit to user
121 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa proses komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan motivasi kepada masyarakat telah berjalan baik sesuai tahapan. Proses yang baik akan memberikan hasil yang memuaskan sesuai tujuan komunikasi, yaitu msayarakat memahami pesan motivasi dan gagasan pembangunan, persetujuan dan dukungan terhadap sebuah gagasan, dan tindakan sebagai manifestasi dari persetujuan.
III.2.7 Strategi komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar Strategi komunikasi yang digunakan Kepala Desa Ngancar dalam menggerakkan swadaya masyarakat adalah strategi komunikasi pembangunan. Seperti yang dikemukakan AED dalam Nasution (2004:164-168), ada empat strategi komunikasi pembangunan yang telah digunakan selama ini, yaitu strategi berdasarkan media, strategi desain instruksional, strategi partisipatori, dan strategi pemasaran. Berdasarkan pendapat AED tersebut, strategi Kepala Desa Ngancar dalam menggerakkan swadaya masyarakat termasuk strategi partisipatori, yaitu strategi yang berprinsip pada kerja sama komunitas dan keikutsertaan, bukan pada banyak informasi yang dipelajari. Strategi partisipatori ini sejalan dengan prinsip swadaya
masyarakat
yaitu
pembangunan
diselenggarakan
bukan
untuk
masyarakat tetapi bersama masyarakat dan sedapat mungkin dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
122 digilib.uns.ac.id
Untuk menggerakkan swadaya masyarakat, peranan Kepala Desa Ngancar selaku komunikator sangatlah penting. Kepala Desa Ngancar harus memiliki kemampuan dalam melakukan perubahan sikap, pendapat, dan perilaku masyarakat agar pro-swadaya. Untuk melakukan perubahan tersebut sesuai dengan pendapat Effendy (1990:33), Kepala Desa Ngancar terlebih dahulu mengenali karakterisitik komunikan, kemudian menentukan kegiatan komunikasi yang akan dilakukannya, dan menyusun pesan dengan merumuskan tujuan, rencana, dan pelaksanaan pembangunan secara jelas dan tetap mengutamakan kepentingan masyarakat. Untuk mengenali karakteristik komunikan, Kepala Desa Ngancar tidak melakukan upaya yang terlalu keras karena kepemimpinan beliau selama dua belas tahun terakhir sudah cukup memberikan informasi mengenai karakteristik penduduknya. Akan tetapi, dalam mengenali masyarakat Desa Ngancar yang merupakan sasaran komunikasinya Kepala Desa Ngancar tetap menggali informasi melalui berbagai cara. Yang pertama melalui Daftar Isian Potensi Desa dan Tingkat Perkembangan Desa Ngancar yang merupakan laporan rutin setiap tahun. Laporan ini dapat membantu Kepala Desa Ngancar dalam mengenali aspek sosiodemografik masyarakat, seperti jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, agama, dan pekerjaan warganya. Selain melalui laporan tersebut, Kepala Desa Ngancar juga berupaya mengenali aspek profil psikologis dan aspek karakteristik perilaku masyarakat Desa Ngancar dari para kepala dusun mengenai masyarakat di masing-masing dusun yang dipimpinnya. Penggalian informasi ini dilakukan melalui pertemuan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
123 digilib.uns.ac.id
formal dan informal. Pertemuan formal yaitu misalnya pada Rapat Koordinasi Perangkat Desa Ngancar yang rutin dilakukan setiap hari Kamis. Pertemuan informal, yaitu misalnya pertemuan-pertemuan antara Kepala Desa Ngancar dengan masing-masing kepala dusun di kediaman kepala desa, di sawah, dan di warung yang berlangsung santai. Hasilnya, Kepala Desa Ngancar mengetahui bahwa warga masyarakat Desa Ngancar merupakan warga yang taat agama, terutama di Dusun Ngancar, Dusun Karangasem, Dusun Dungringin, dan Dusun Dungbendo. Sementara, warga di Dusun Jetis, Dusun Tapan, Dusun Petir dan Dusun Glonggong merupakan warga yang memiliki komitmen tinggi terhadap kelangsungan pembangunan desa sehingga akan sangat mudah mendapatkan partisipasi dari mereka. Diketahui pula bahwa seluruh warga masyarakat Desa Ngancar menginginkan pembangunan-pembangunan sarana dan prasarana fisik untuk menunjang kegiatan sosial dan ekonomi mereka. Selanjutnya, Kepala Desa Ngancar menentukan pesan dan jenis komunikasi yang dilakukan dengan mengkaji tujuan dan rencana pembangunan. Terdapat rumusan tujuan yang jelas dari masing-masing pembangunan, yaitu pembangunan musholla dan gedung TPQ untuk meningkatkan sarana kegiatan agama, renovasi masjid untuk meningkatkan kualitas ibadah, pembangunan pos kamling sebagai sarana keamanan lingkungan di setiap dusun di Desa Ngancar, dan pembangunan penampungan air untuk memenuhi kebutuhan air warga di Dusun Tapan, Dusun Petir, dan Dusun Glonggong. Semua tujuan pembangunan ini disampaikan Kepala Desa Ngancar kepada masyarakat secara formal, yaitu melalui rapat-rapat dan pertemuan dusun yang dilakukan secara rutin dan commit to user
124 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
informal, yaitu melalui pertemuan-pertemuan yang bersifat santai dan dan kekerabatan ketika berada di acara pernikahan atau bahkan ketika bercocok tanam di sawah. Rencana pembangunan-pembangunan fisik tersebut juga dilakukan secara jelas dan transparan sehingga seluruh masyarakat mengetahui bagaimana nanti pelaksanaan pembangunannya. Perencanaan pembangunan ini ada yang dilakukan di pertemuan RPJMD, yaitu pembangunan gedung TPQ. Perencanaan pembangunan pos kamling dilakukan pada pertemuan Rapat Koordinasi Perangkat Desa yang rutin setiap hari Kamis di Balai Desa Ngancar. Sementara, perencanaan pembangunan musholla dan renovasi masjid dilakukan di pertemuan trip dusun yang dilakukan pada malam hari. Dengan pelaksanaan perencanaan yang terbuka bagi seluruh warga ini, diharapkan semangat warga masyarakat untuk berpartisipasi semakin besar. Tujuan dan rencana-rencana tersebut disampaikan Kepala Desa Ngancar sesuai dengan karakteristik masyarakat desa. Strateginya adalah mengubah bahasa pembangunan yang penuh dengan istilah asing dan kata-kata yang abstrak menjadi kata-kata yang mudah dipahami masyarakat Desa Ngancar. Sebagai contoh
dalam
pembangunan
sarana
ibadah,
mengubah
kalimat
“demi
pembangunan manusia yang seutuhnya” menjadi “agar masyarakat dapat beribadah dengan tenang sehingga tercapai ketenangan rohani untuk melakukan kegiatan sehari-hari”. Atau dalam pembangunan penampungan air, mengubah kalimat “untuk kesejahteraan rakyat” menjadi “agar masyarakat tidak hidup susah karena kesulitan air”.
commit to user
125 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pembangunan-pembangunan tersebut kemudian dilaksanakan sesuai tujuan dan rencana sesuai yang telah disepakati bersama. Kepala Desa Ngancar memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa pelaksanaan pembangunan sangat terbuka untuk seluruh warga sehingga warga masyarakat antusias dalam berpartisipasi mendukung kelancaran pembangunan tersebut. Tujuan, rencana, dan pelaksanaan pembangunan tersebut merupakan serangkaian strategi komunikasi Kepala Desa Ngancar yang dilakukan secara tatap muka langsung dalam bentuk komunikasi persuasif. Strategi ini dilakukan sebagai upaya untuk membangun motivasi melalui iklim yang kondusif tetapi cenderung menekan, seperti yang dikemukakan Muktiyo (2010:109) bahwa masing-masing anggota dalam sebuah kelompok bisa mengeluarkan potensinya bila dikondisikan dalam situasi yang kondusif dan memungkinkan dia untuk termotivasi. Strategi komunikasi ini dapat dinilai telah berjalan dengan baik sesuai harapan. Terbukti, Kepala Desa Ngancar dapat melakukan perubahan sikap, pendapat, dan perilaku masyarakat, yaitu masyarakat bersedia untuk berswadaya dalam pembangunan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PENUTUP
Desa Ngancar merupakan salah satu desa yang terletak paling timur di Kabupaten Wonogiri yang sama dengan desa-desa lain yang memiliki kebudayaan khas masyarakat desa, yaitu rasa kekeluargaan yang tinggi diantara warga masyarakat. Semangat kekeluargaan ini membuat kehidupan sosial di dalamnya tercipta dengan baik. Di samping itu, semangat kekeluargaan yang tinggi juga membuat masyarakat Desa Ngancar saling membantu dalam berbagai pekerjaan, salah satunya dalam kegiatan pembangunan desa. Adanya berbagai program pembangunan di Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo dilihat sebagai upaya pemerintah pusat untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat pedesaan. Lebih khusus lagi, program-program pembangunan tersebut sebenarnya merupakan upaya pemerintah Desa Ngancar dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Pemerintah Desa Ngancar menjadikan pembangunan-pembangunan tersebut sebagai sarana untuk mengajak dan menggerakkan partisipasi masyarakat dalam bentuk kegiatan swadaya sehingga dapat terwujud warga-warga masyarakat yang sadar pembangunan. Unsur pemerintah Desa Ngancar yang paling mempengaruhi tercapainya tujuan tersebut adalah kepala desa. Kepala Desa Ngancar harus dapat mengkomunikasikan tujuan tersebut secara efektif kepada masyarakat sehingga diperoleh dampak atau respon yang diinginkan. Dalam hal ini, Kepala Desa Ngancar harus dapat memberikan motivasi kepada masyarakat agar mereka commit to user 126
127 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tergerak untuk berswadaya mendukung pembangunan desa melalui kegiatankegiatan komunikasi yang dilakukannya.
IV.1 Kesimpulan IV.1.1
Peranan
Kepala
Desa
Ngancar
sebagai
motivator
dalam
menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar Kepala Desa Ngancar berperan besar sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar besar dan sampai saat ini peranan tersebut telah berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari keberhasilan swadaya masyarakat di Desa Ngancar yang mendukung pembangunan fisik di wilayah tersebut. Sebelum memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat, Kepala Desa Ngancar terlebih dahulu menanamkan kesadaran akan pentingnya peran aktif masyarakat dalam pembangunan. Penanaman kesadaran ini dilakukan Kepala Desa Ngancar secara langsung, artinya secara lisan dan bertatap muka dengan warga masyarakat pada umumnya dan dengan warga masyarakat yang belum memiliki kesadaran berswadaya pada khususnya, melalui berbagai pertemuan, baik formal maupun informal. Dengan disampaikan secara langsung kepada warga masyarakat, pesan-pesan motivasi lebih efektif dan mengena di masyarakat. Motivasi yang diberikan Kepala Desa Ngancar kepada masyarakat ada dua bentuk, yaitu motivasi swadaya berupa nasehat secara umum dan motivasi swadaya berupa nasehat keagamaan. Motivasi swadaya berupa nasehat umum, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
128 digilib.uns.ac.id
yaitu pemahaman kepada masyarakat bahwa pembangunan desa tidak mungkin berjalan tanpa partisipasi dari masyarakat sehingga masyarakat harus mandiri dalam membangun desanya. Kemandirian masyarakat desa ini diwujudkan dalam bentuk swadaya. Sementara, motivasi swadaya berupa nasehat agama dilakukan Kepala Desa Ngancar karena sesuai dengan karakteristik warga masyarakat Desa Ngancar yang taat agama. Nasehat agama ini berupa pemberian pemahaman bahwa yang namanya beribadah itu tidak hanya sholat dan mengaji, tetapi juga saling membantu sesama. Dalam hal ini, saling membantu dalam pembangunan yang berwujud gotong-royong dan swadaya dalam proses pembangunan. Penyampaian motivasi swadaya yang dikemas dalam bentuk nasehat-nasehat agama ini ternyata lebih mudah dipahami oleh masyarakat sehingga efektif dalam menggerakkan swadaya mereka. Penyampaian motivasi Kepala Desa Ngancar kepada masyarakat dilakukan melalui dua cara, yaitu disampaikan secara langsung dan melalui peran pihak lain. Dalam penyampaian secara langsung, Kepala Desa Ngancar menggunakan berbagai kesempatan pertemuan formal, yaitu pada saat pertemuan dusun dan dalam forum RPJMD, dan pertemuan informal yaitu seperti pertemuanpertemuan Kepala Desa Ngancar dengan warga di sawah, warung, dan di acaraacara sosial masyarakat (walimahan, takziah, dan syukuran warga). Kepala Desa Ngancar tidak bekerja sendirian dalam penyampaian motivasi swadaya kepada masyarakat, tetapi bekerja sama dengan berbagai pihak. Secara struktural, pihak-pihak yang membantu Kepala Desa Ngancar melakukan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
129 digilib.uns.ac.id
peranannya sebagai motivator swadaya masyarakat adalah para kepala dusun dan kepala urusan pembangunan. Kedua pihak tersebut membantu Kepala Desa Ngancar dalam menggerakkan swadaya dan mengakomodasi berbagai bentuk swadaya masyarakat dalam suatu pembangunan. Secara informal (non struktural), Kepala Desa Ngancar bekerja sama dengan para tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat. Kerja sama tokoh agama dan tokoh masyarakat ini timbul setelah Kepala Desa Ngancar mengajak mereka untuk bersama-sama mencapai keberhasilan pembangunan desa yang berprinsip pada kemandirian masyarakat dengan menggerakkan berbagai swadaya dari masyarakat.
IV.1.2 Bentuk-bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam melakukan peranannya sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar Dalam melakukan peranannya sebagai motivator swadaya masyarakat, Kepala Desa Ngancar menggunakan berbagai bentuk komunikasi. Hal ini tentu tentu saja untuk mencapai tujuan komunikasi yang dilakukan, yaitu keberhasilan dalam menggerakkan swadaya masyarakat sehingga masyarakat berperan aktif dalam pembangunan desa. Bentuk-bentuk komunikasi yang dilakukan Kepala Desa Ngancar tersebut yaitu sebagai berikut: a) Komunikasi formal Yaitu yang biasanya dapat berjalan lancar karena komunikasi tersebut merupakan bagian dari pekerjaan karena dilaksanakan sesuai struktur organisasi atau dalam melalui mekanisme rapat formal. Sebagai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
130 digilib.uns.ac.id
contoh, pembahasan perencanaan pembangunan gedung TPQ Nurul Huda Desa Ngancar dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMD) dan perencanaan pembangunan pos kamling dalam Rapat Koordinasi Perangkat Desa Ngancar. b) Komunikasi informal Yaitu komunikasi yang biasanya dilakukan sebagai lanjutan dari komunikasi formal. Bentuknya sering merupakan pertemuan kebetulan saja terjadi seperti pembicaraan di kantin, dalam suatu acara santai, dan lain-lain. Sebagai contoh, komunikasi yang terjalin antara Kepala Desa Ngancar dengan para tokoh agama yang berlangsung di beranda masjid seusai Sholat Jumat dalam suasana santai ketika memberikan tanggapan ide pembangunan gedung TPQ Nurul Huda. Komunikasi informal juga dilakukan Kepala Desa Ngancar dengan warga Dusun Petir, Tapan dan Glonggong untuk mengajak masyarakat berswadaya tenaga dalam pembangunan penampungan air melalui pertemuan-pertemuan yang berisi obrolan santai di warung, sawah, atau pada saat acara pernikahan seorang warga. c) Komunikasi top-down Yaitu komunikasi dari atas ke bawah umumnya terkait dengan tanggung jawab dan kewenangannya dalam suatu organisasi. Sebagai contoh, komunikasi yang dilakukan Kepala Desa Ngancar terhadap perangkat Desa Ngancar yang berisi informasi-informasi pembangunan dan instruksi pembentukan panitia pembangunan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
131 digilib.uns.ac.id
d) Komunikasi bottom-up Yaitu komunikasi dari bawah ke atas yang biasanya berisi permintaan untuk diberikan keputusan. Satu-satunya komunikasi bottomup dalam penelitian ini adalah komunikasi yang dilakukan Kepala Desa Ngancar dengan PU Kabupaten Wonogiri ketika berkonsultasi mengenai pembangunan penampungan air di Dusun Glonggong. e) Komunikasi lisan Merupakan bentuk komunikasi verbal yang menggunakan bahasa, yaitu jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. Komunikasi ini hampir selalu dilakukan Kepala Desa Ngancar, yaitu secara lisan dengan menggunakan bahasa pada saat mengajak masyarakat untuk berswadaya dalam berbagai program pembangunan. f) Komunikasi tertulis Merupakan salah satu bentuk dari komunikasi verbal yang menggunakan tulisan sebagai alat penyampai pesan. Satu-satunya komunikasi tertulis dalam penelitian ini adalah dalam bentuk proposal yang diajukan Kepala Desa Ngancar ke PU Kabupaten Wonogiri pada pembangunan penampungan air. g) Komunikasi tatap muka Yaitu melalui pertemuan langsung dengan komunikan tanpa perantara. Sebagai contoh pada rapat RPJMD dan Rapat Koordinasi Perangkat Desa Ngancar yang dilakukan dengan bertatap muka secara commit to user
132 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
langsung antara Kepala Desa Ngancar dengan peserte RPJMD dan perangkat desa. Selain dengan perangkat desa, komunikasi tatap muka juga dilakukan Kepala Desa Ngancar dengan masyarakat melalui pertemuan di tingkat dusun pada pembahasan perencanaan pembangunan musholla dan renovasi masjid. h) Komunikasi bermedia Yaitu komunikasi dengan menggunakan perantara. Seperti pada pembangunan gedung TPQ dimana Kepala Desa Ngancar menyebarkan informasi pembangunan dan menyampaikan ajakan berswadaya melalui pengeras suara yang terdapat di masjid induk. Contoh lain, Kepala Desa Ngancar juga menggunakan peran kepala dusun untuk menginformasikan pembangunan pos kamling kepada warga di setiap dusun. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan akhir bahwa peranan Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri telah berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari berbagai macam bentuk komunikasi yang telah dilakukan dan berbagai cara penyampaian motivasi swadaya kepada masyarakat yang tepat sasaran. Dengan keberhasilan komunikasi ini, pada akhirnya Kepala Desa Ngancar mencapai tujuannya yaitu membentuk warga masyarakat yang mandiri dan berpartisipasi aktif dalam mendukung kelancaran pembangunan melalui berbagai bentuk swadaya, seperti swadaya tenaga, swadaya dana, swadaya ide/gagasan pembangunan, swadaya material pembangunan.
commit to user
133 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Akan tetapi, di dalam sebuah keberhasilan pun pada dasarnya terdapat kekurangan. Kekurangan ini hendaknya ditelusuri secara cermat untuk kemudian mencapai keberhasilan yang sesungguhnya di masa yang akan datang. Demikian halnya dengan keberhasilan Kepala Desa Ngancar di atas yang juga terdapat kelemahan, terutama dalam melakukan kegiatan komunikasi, yaitu: 1. Kepala Desa Ngancar tidak rutin hadir dalam pertemuan dusun. Hal ini mungkin terkait dengan kesibukan beliau yang memiliki jabatan atau pengaruh penting di beberapa organisasi lain. Akibatnya, komunikasi topdown dengan warga masyarakat sedikit terganggu sehingga akan berpengaruh terhadap cepat/lambatnya pengaruh motivasi swadaya yang beliau sampaikan. 2. Dalam melakukan kegiatan komunikasi, terutama pada saat berkoordinasi dengan perangkat, Kepala Desa Ngancar kurang memanfaatkan teknologiteknologi yang ada saat ini, mulai dari radio desa, handy talky, hingga handphone dan laptop. Hal ini mungkin saja karena Kepala Desa Ngancar belum mahir mengoperasionalkan alat-alat tersebut. 3. Dalam melakukan kegiatan komunikasi, terutama pada saat memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat, Kepala Desa Ngancar kurang kreatif dalam hal cara penyampaian. Selama ini yang dilakukan Kepala Desa Ngancar adalah bertemu dengan warga kemudian menyampaikan informasi pembangunan baru menyampaikan motivasi swadaya. Bukan tidak mungkin, seiring berjalannya waktu warga masyarakat akan merasa bosan dengan cara kepala desa tersebut. commit to user
134 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
IV.2 Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, berikut ini adalah beberapa saran untuk Kepala Desa Ngancar demi terlaksananya peranan kepala desa yang lebih baik lagi sebagai motivator swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar, yaitu: 1. Kepala Desa Ngancar hendaknya lebih rutin menghadiri pertemuanpertemuan dusun sebagai wujud komitmennya dalam memimpin warga masyarakat Desa Ngancar. Hal ini juga untuk menumbuhkembangkan rasa simpatik dan kesan positif masyarakat tehadap Kepala Desa Ngancar sehingga relasi diantara keduanya akan terjalin semakin baik dan pada akhirnya motivasi-motivasi swadaya yang disampaikan oleh Kepala Desa Ngancar akan lebih mudah diterima dan dijalankan oleh masyarakat. 2. Kepala Desa Ngancar sebaiknya meningkatkan pengetahuannya mengenai teknologi-teknologi yang ada saat ini. Tidak hanya untuk kepala desa, perangkat
desa
setempat
pun
hendaknya
demikian.
Peningkatan
pengetahuan ini bisa diperoleh misalnya dengan mengadakan pelatihan teknologi informasi untuk pemerintah Desa Ngancar yang nantinya dapat memudahkan dalam sistem koordinasi pemerintahan. 3. Kepala Desa Ngancar harus lebih kreatif dalam menyampaikan motivasi swadaya. Artinya, tidak hanya disampaikan secara langsung, tetapi bisa juga dengan mencoba memanfaatkan berbagai media yang ada saat ini, misalnya spanduk, pamflet, majalah desa dan alat-alat komunikasi. Atau, Kepala Desa Ngancar bisa juga bekerja sama dengan pihak ketiga untuk commit to user
135 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengadakan pembinaan dalam menumbuhkembangkan rasa swadaya masyarakat. Selain itu, terdapat pula saran untuk masyarakat pedesaan pada umumnya, dan masyarakat Desa Ngancar pada khususnya, yaitu: 1. Hendaknya masyarakat pedesaan meningkatkan wawasan akan dunia luar dengan rutin membaca surat kabar atau melihat tayangan berita yang informatif. Semakin banyak informasi yang kita dapat, akan semakin mudah bagi kita untuk menuju pribadi yang terbuka dan pada akhirnya akan semakin dapat menerima perubahan-perubahan sosial yang masih akan terus terjadi. 2. Terkait teknologi yang ada saat ini, masyarakat pedesaan hendaknya proaktif dalam meminta pemerintah desa untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan semacam pengenalan teknologi untuk meningkatkan pengetahun dan keterampilan masyarakat akan teknologi yang pada akhirnya dapat memajukan kehidupan pedesaan. 3. Terkait pembangunan desa, masyarakat desa hendaknya berpartisipasi dalam mendukung kelancaran pembangunan desa. Berpartisipasi pasif dengan cara tidak melakukan hal-hal yang dapat menghalangi dan menghambat jalannya pembangunan. Berpartisipasi aktif dengan cara ikut serta dalam jalannya proses pembangunan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
hingga
pada
pemeliharaan
pembangunan. commit to user
dan
pemanfaatan
hasil
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Buku dan artikel Adisasmita, Rahardjo. 2006. Membangun Desa Partisipatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Ali. 2000. Strategi Penelitian. Bandung: Angkasa. Ardianto, Elvinarno dan Lukiati Komala. 2005. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis Ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. De Vito, Joseph, A, Editor : Agus Maulana. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Professional Book. Effendy, Onong Uchjana. 1990. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. -------. 1993. Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Bakti.
Citra
Aditya
-------. 2002. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. -------. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek Cetakan Kesembilanbelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Eilers, Franz Josef. 2001. Berkomunikasi Dalam Masyarakat: Pengantar Komunikasi Sosial. Flores: Nusa Indah. Gumperz, John J. & Levinson, Stephen C. 1996. Relativity. Cambridge: University Press.
Rethinking Linguistic
Handayaningrat, S. 1986. Pengantar Studi Ilmu Administratsi Manajemen. Jakarta: PT Gunung Agung. Hasibuan. 1980. Manajemen Dasar, Pengertian, Dan Masalah. Jakarta: Gunung Agung. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hidayat. 1986. Teori Efektifitas Dalam Kinerja Karyawan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Juliantara, Dadang. Pembaharuan.
2004.
Pembaharuan
Kabupaten.
Yogyakarta:
Kansil, CST. 1983. Praktek Hukum Peraturan Perundangan di Indonesia. Jakarta: Erlangga. Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Listiani, Heri Kusmanto, dkk. 2007. Desa Tertekan Kekuasaan. Medan: BITRA Indonesia. Maskun, H. Sumitro. 1993. Pembangunan Masyarakat Desa: Asa, Kebijaksanaan, dan Manajemen. Yogyakarta: PT Media Widya Mandala. Moekijat. 1984. Dasar-dasar Motivasi. Bandung: Sumur Bandung. Muktiyo, Widodo. 2010. Menjadi Profesional dan Komunikatif di Kantor. Surakarta: Citra Emas Press. -------
(Eds). 2011. Komunikasi Pembangunan Masyarakat. Karanganyar: Lindu Pustaka.
Untuk
Pemberdayaan
Mulyana, Deddy. 1996. Konteks Komunikasi, Bandung: Remaja Rosda Karya. Nasution. 2004. Komunikasi Pembangunan: Pengenalan, Penerapannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Teori,
dan
Ndraha, Taliziduhu. 1982. Dimensi-dimensi Pemerintah Desa. Jakarta: Bina Aksara. Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara. Pratikto, Riyono. 1987. Berbagai Aspek Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja Karya CV. Purwanto, Djoko. 2003. Komunikasi Bisnis . Jakarta: Gelora Aksara Pratama. Rakhmat, Jalaluddin. 1986. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Karya Nusantara. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen SDM Untuk Perusahaan Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: PT raja Grafindo persada. Robbins. 2003. Perilaku Organisasi Jilid 2. Jakarta: PT INDEKS Kelompok Media. Ruslan, Rosady. 2004. Metode Penelitian PR dan Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. -------.
2005. Metode Penelitian PR dan Komunikasi: Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Konsepsi
dan
Safi’i, M. 2007. Strategi dan Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah Persepektif Teoritik. Malang: Averroes Press. Sastropoetro, Santoso. 1988. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin Dalam Pembangunan Nasional. Bandung: Alumni. Sendjaja, Djuarsa. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Siagian, S.P. 1990. Administrasi Pembangunan. Jakarta: Bumi Aksara. ------- 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Soesanto, Astrid S. 1977. Komunikasi dalam Teori Praktek dan Teori I. Bandung: Bina Cipta. Sudirwo, Daeng. 1981. Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah dan Pemerintahan Desa. Bandung: Angkasa. Sugiyono. 2009. Metode Bandung: Alfabeta.
Penelitian
Kuantitatif,
Kualitatif
dan
R&D.
Tondjowidjojo, John. 2002. Dasar dan Arah Public Relation. Jakarta: Grazindo. Widjaja, H.A.W. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Widjaja. 2005. Peranan Motivasi dalam Kepemimpinan. Jakarta: Akademika Pressindo.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jurnal Bambang Ismawan. 2003. Partisipasi dan Dimensi Keswadayaan: Pengalaman LSM Membangun Keswadayaan Masyarakat. Jurnal Ekonomi Rakyat. McAnany, Emile. 2010. Communication for Development and Social Change: New Millennium Volume 29 No. 3. Gale Education, Religion and Humanities Lite Package. Zhang, Peter. 2011. The Idea of Communication Volume 68 Issue 1. United States: Institute of General Semantics.
Skripsi dan Thesis Ernistyana, Wahyu. 2009. Thesis Peranan Kepala Desa dalam Melaksanakan Pembangunan di Desa Senenan Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara. Parni. 2005. Skripsi Peranan Kepala Desa dalam Menggerakkan Partisipasi Masyarakat terhadap Pembangunan Sarana Fisik Desa di Desa Tengger Kecamatan Puhpelem Kabupaten Wonogiri. Syafriadi, Hafid. 2009. Skripsi Peranan Kepala Desa dalam Pembangunan Desa di Desa Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar tahun 2007. Wahyuningsih, Lilis. 2009. Skripsi Peranan Kepala Desa dalam Pembangunan, Studi di Desa Ketanggung Kecamatan Sudimoro Kabupaten Pacitan.
Dokumen Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1989. Keputusan Menteri Dalam Negeri Dan Otonomi Daerah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Perpustakaan Desa / Kelurahan. Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Desa, disusun oleh Direktorat Pemerintahan Desa Dan Kelurahan, Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia tahun 2007. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 66 tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Daerah. commit to user Desa. Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 2005 tentang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Petunjuk Teknik Operasional Program Pengembangan Kecamatan Untuk Rekonstruksi Dan Rehabilitasi Pulau Nias, disusun oleh Tim Koordinasi Program Pengembangan Kecamatan Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia tahun 2007. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Sumber lain Prasetyo Budi Saksono (1984) dalam Tugas Akhir Ruswati. 2005. Efektivitas Pelayanan Publik. http://www.freewebs.com/lebaran/skripsi.htm.
commit to user