Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
MODEL RECIPROCAL TEACHING (PEMBELAJARAN TIMBAL BALIK) BERPENGARUH TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD GUGUS MAYOR METRA I Dewa Ayu Sudametri Dewi1, I Wyn. Wiarta2, I Gede Meter3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran timbal balik dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Desain. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas V SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara yang berjumlah 332 siswa. Sampel diambil dengan teknik random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 29 Pemecutan yang berjumlah 36 orang sebagai kelompok eksperimen dan SD Negeri 18 Pemecutan yang berjumlah 34 orang sebagai kelompok kontrol. Data hasil belajar Matematika dikumpulkan menggunakan tes hasil belajar jenis tes objektif bentuk pilihan ganda biasa kemudian data dianalisis dengan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran timbal balik dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Hal ini terbukti dari hasil analisis yang diperoleh thitung=4,75 > ttabel=2,00 (dengan db = n1 + n2 - 2 (36 + 34 - 2 = 68 dan taraf signifikansi adalah 5%) dan didukung dengan perbedaan rata-rata hasil belajar Matematika siswa kelas V antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yaitu ( =73,89 > =60,06). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran timbal balik berpengaruh terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara. Kata kunci: Model pembelajaran timbal balik, hasil belajar, Matematika. Abstract This study aims to determine the differences is a significant in mathematics learning outcomes between students taught by using reciprocal teaching model with students taught by using conventional learning on V grade elementary school students of Force Maj. Metra North Denpasar Academic Year 2013/2014. This research is a quasi experimental research or experimental Quasy the research design used was Nonequivalent Control Group Design. The population in this study were all students of class V SD Force Maj. Metra North Denpasar Academic Year 2013/2014. Samples were taken with a random sampling technique. Mathematics learning outcomes data collection carried out by the method of test is Mathematics achievement test , an objective type multiple choice test and then the data were analyzed using the usual statistical analysis uj - t. The average value of the results of learning mathematics fifth grade students that learned using reciprocal teaching model that learned more than students using the conventional learning (73.89 > 60.06). The result of this study shows that there are significant differences in learning outcomes between students' mathematics that learned using reciprocal teaching model to students that learned using conventional learning (of
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) thitung=4,75 : ttabel=2,00). It can be concluded that reciprocal teaching model have a significant effect on learning outcomes of students' fifth grade elementary mathematics Force Maj. Metra North Denpasar. Keywords: reciprocal teaching model, mathematics learning outcomes
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan komponen dasar dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) suatu bangsa. Peningkatan kualitas SDM merupakan hal penting yang harus dipikirkan secara sungguh-sungguh, oleh karena itu pembaharuan-pembaharuan pada sistem pendidikan harus selalu dilakukan. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 14 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan formal dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan merupakan proses sistematik untuk meningkatkan martabat manusia secara holistik yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal (BSNP, 2011:32). Menurut Trianto (2010:1) “pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Ini artinya, proses pendidikan di sekolah bukanlah proses yang dilaksanakan secara asal-asalan dan untung-untungan, akan tetapi proses yang bertujuan sehingga dapat membentuk manusia cerdas yang memiliki kemampuan memecahkan masalah, serta membentuk manusia yang kreatif dan inovatif. Tenaga pendidik yang berperan membelajarkan siswa baik pada pendidikan formal maupun pendidikan non formal adalah guru. Sanjaya (2011:2) menyatakan “guru merupakan komponen yang sangat penting, sebab keberhasilan pelaksanaan proses pendidikan sangat tergantung pada guru sebagai ujung tombak”. Di dalam pembelajaran, guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan efektif,
membelajarkan siswa dengan baik serta memfasilitasi siswa ketika pembelajaran berlangsung. Dengan pembelajaran yang demikian guru dapat melakukan peranannya sebagai fasilitator dan motivator sehingga siswa dapat membangun pemahamannnya sendiri. Oleh sebab itu, sangatlah dibutuhkan peran guru dalam menciptakan kondisi belajar yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan sehingga memungkinkan siswa berprestasi secara optimal. Guru harus berusaha semaksimal mungkin aktif dalam menciptakan suasana belajar yang baik dengan berbagai cara, baik dalam menggunakan strategi-strategi mengajar yang disesuaikan dengan karakteristik siswa maupun dalam hal penyediaan alat belajar ataupun pendekatan lainnya yang diperlukan. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Namun dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas ternyata masih banyak guru yang belum melakukan inovasi (pembaharuan) pendidikan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari cara guru membelajarkan siswa. Selama ini, kebanyakan guru di dalam pembelajarannya masih menerapkan model pembelajaran yang bersifat konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) sehingga cara membelajarkan siswa masih bersifat monoton dan membuat siswa menjadi pasif. Menurut Winataputra, “kurangnya motivasi belajar pada diri siswa sebagai peserta didik disebabkan oleh pembelajaran yang disajikan selama ini cenderung tekstual saja” (Uno, 2011:135). Dalam pembelajaran, guru mengajar dan siswa belajar sehingga para siswa cenderung bosan, diam dan hanya sekedar mendengarkan materi yang diberikan oleh guru tanpa memberikan respon. Pembelajaran yang seperti ini
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) biasanya menekankan pada tingkat menghafal yang tinggi, hal ini menyebabkan kurangnya tingkat pemahaman yang dimiliki oleh siswa. Demikian halnya dengan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD), matematika sulit dipahami karena guru belum mampu menanamkan konsep matematika tersebut dengan baik. Hal tersebut dikarenakan belum diterapkannya pendekatan atau metode pembelajaran yang mengarah kepada terciptanya suasana belajar yang menarik dan menyenangkan. Matematika selain sebagai salah satu bidang studi dalam pendidikan juga merupakan salah satu ilmu yang sangat penting karena keterkaitannya dengan kehidupan seharihari. Matematika merupakan ilmu eksak yang tidak cukup mempelajarinya dengan cara menghafalkan saja melainkan memerlukan suatu proses pemahaman dan cara berpikir serta bernalar. Menurut BSNP (2011:9) “Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia”. Ini artinya, mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada siswa untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir kritis, logis dan mampu bekerja sama di dalam pembelajaran. Guru dalam membelajarkan mata pelajaran matematika tidak hanya sekedar membuat siswa paham dengan konsepnya saja, tetapi mampu memberikan dasar bagi siswa disaat memerlukan konsep-konsep tersebut untuk menyelesaikan permasalahan yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran matematika seringkali tidak disukai oleh siswa, termasuk anak-anak yang duduk di bangku sekolah dasar karena matematika dianggap sulit dipelajari, membosankan, dan menyeramkan. Selain itu, cara guru dalam membelajarkan mata pelajaran matematika di kelas dengan menuntut siswa menghafalkan rumus, mengerjakan tugas kemudian mengumpulkan tugas yang diberikan oleh guru. Sehingga siswa tidak memperoleh kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri. Hal
ini pun akan berpengaruh kepada kurang optimalnya hasil belajar matematika siswa. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan di SD Gugus Mayor Metra pada tanggal 27 November 2013, perolehan hasil belajar Matematika siswa kurang optimal, ini dapat dibuktikan dengan hasil belajar Matematika sebelumnya sekitar 72% siswa masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hasil belajar siswa dikatakan tuntas bila memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65. Penyebab permasalahan dalam kegiatan pembelajaran yang mempengaruhi hasil belajar matematika siswa, yaitu pertama adalah rendahnya minat siswa terhadap pembelajaran matematika karena matematika selalu dianggap sulit. Kedua, guru di dalam pembelajaran belum melakukan inovasi (pembaharuan) sehingga penguasaan siswa terhadap hasil belajar matematika kurang. Tidak hanya dari cara guru dalam membelajarkan siswanya saja. Tetapi terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar matematika siswa, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Dari kedua faktor tersebut, faktor internal yang lebih berpengaruh terhadap hasil belajar matematika. Berkaitan dengan permasalahanpermasalahan dan realitas belajar sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, diujicobakan model pembelajaran timbal balik. Model pembelajaran timbal balik merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada siswa untuk belajar mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui kegiatan belajar mandiri dengan melibatkan partisipasi dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Menurut Palinscar dan Brown (2008), model reciprocal teaching mengacu pada model pembelajaran dimana siswa dilatih untuk belajar mandiri, bisa menyampaikan informasi kepada orang lain dan menjadi pemimpin diskusi yang baik (Putra, 2012:20). Keunggulan dari model reciprocal teaching ini adalah adanya dialog dalam interaksi sosial sebagai dasar pokok sehingga membantu didalam proses pembentukan pengetahuan siswa.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Dengan model pembelajaran timbal balik, guru membelajarkan siswa keterampilan-keterampilan metakognitif dengan menciptakan pengalaman belajar agar siswa tersebut mampu mengembangkan keterampilannya atas usaha sendiri dengan pemberian semangat dan dukungan dari guru. Model pembelajaran timbal balik juga mengutamakan pada prinsip pengajuanpengajuan pertanyaan sehingga dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan menyenangkan karena terjadi pola interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa yang lain dalam satu kelas. Melalui model pembelajaran ini, siswa diharapakan mampu berpikir kritis dan dapat membangun pengetahuannya sendiri sehingga mampu mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Mencermati berbagai permasalahan dan realitas belajar sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian ini diharapkan menjadi langkah awal yang akan diterapkan untuk membelajarkan siswa dan menjadi solusi pemecahan masalah dalam mengoptimalkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Matematika. Untuk mengembangkan kemampuan siswa diperlukan suatu model pembelajaran yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk aktif belajar mandiri, salah satunya adalah model pembelajaran timbal balik. Menurut Echolas (2010:463) Reciprocal diterjemahkan menjadi timbal-balik sedangkan Teaching berarti pembelajaran. Jadi, Reciprocal Teaching jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti Pembelajaran Timbal Balik. Huda (2013:216) menyatakan “Pembelajaran timbal balik yang merupakan terjemahan dari Reciprocal Teaching dikembangkan pertama kali oleh Palincsar (1984), merupakan strategi pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman membaca (reading comprehension). Pembelajaran timbal balik ditujukan untuk mendorong siswa mengembangkan kemampuankemampuan yang dimiliki seperti
merangkum, bertanya, mengklarifikasi, memprediksi, dan merespons apa yang dibaca. Menurut Palincsar dan Brown seperti yang dikutip oleh Slavin (dalam Ibrahim, 2007) bahwa “pembelajaran terbalik adalah pendekatan konstruktivis yang didasarkan pada prinsip-prinsip membuat pertanyaan, mengajarkan keterampilan kognitif melalui pengajaran dan pemodelan oleh guru untuk meningkatkan keterampilan membaca pada siswa berkemampuan rendah”. Penerapan dari model pembelajaran timbal balik yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggali informasi melalui kegiatan membaca, memberikan kesempatan berinteraksi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru, serta memberikan kontribusi positif agar siswa mau belajar aktif, mandiri dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Melalui pembelajaran terbalik siswa dibelajarkan empat strategi pamahaman pengaturan diri spesifik yaitu perangkuman, pengajuan pertanyaan, pengklarifikasian (menjelaskan kembali) dan prediksi (Trianto, 2010:173). Karakteristik dari model pembelajaran timbal balik adalah adanya dialog antara guru dan siswa yang bersifat kerjasama. Guru menciptakan pengalaman belajar dan menciptakan tingkah laku tertentu yang dapat membantu siswa untuk membangun keterampilan-keterampilan kognitif dengan memberikan rangsangan, dukungan dan semangat. Model pembelajaran timbal balik selain membantu siswa dalam memahami isi bacaan juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar memperhatikan pembelajaran di dalam kelas dan memperhatikan pemikiran mereka sendiri. Pembelajaran di kelas dengan menerapkan model pembelajaran timbal balik dapat membentuk karakter mandiri siswa di dalam belajar melalui pengalaman-pengalaman belajar yang dialami oleh siswa. Keunggulan dari pembelajaran timbal balik ini selain menuntut kerja sama siswa dalam pembelajarannya juga menuntut siswa untuk berperan aktif dalam pencarian informasi. Melalui kegiatan merangkum
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) yang dilakukan saat menjalani prosedur model pembelajaran timbal balik ini, dapat melatih siswa untuk menemukan hal-hal penting dari suatu bacaan. Berdasarkan kelebihan tersebut, secara teoritis model pembelajaran timbal balik dapat melatih kemampuan siswa dalam memahami suatu konsep maupun dalam membangun pengetahuannya sendiri terutama dalam mata pelajaran Matematika. Secara empiris dapat dibuktikan melalui penelitian eksperimen, pembelajaran konvensional merupakan pembanding dalam penelitian ini. Pembelajaran konvensional di kelas menitikberatkan kepada terjadinya komunikasi satu arah, yakni antara guru kepada siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Sunarto (2009) pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang lebih banyak berpusat pada guru, komunikasi lebih banyak satu arah dari guru ke siswa, metode pembelajaran lebih banyak menggunakan ceramah dan demonstrasi dan materi pembelajaran lebih pada pengusaan konsep-konsep bukan kompetensi. Pembelajaran konvensional bersifat pasif karena pembelajaran hanya terpusat pada guru (teacher centered). Peran siswa sepenuhnya hanya mendengarkan materi yang dijelaskan oleh guru dan mencatat materi-materi yang diberikan. Sanjaya (2011:261) menyatakan ciriciri model pembelajaran konvensional antara lain: (1) siswa ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif; (2) siswa lebih banyak belajar secara individual dengan menerima, mencatat, dan menghafal materi pelajaran; (3) dalam pembelajaran konvensional tujuan akhir adalah nilai atau angka; (4) guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran; (5) dalam pelaksanaannya pembelajaran hanya terjadi di dalam kelas; (6) keberhasilan pembelajaran hanya diukur dari tes; (7) tindakan atau perilaku individu didasarkan oleh faktor dari luar dirinya, misalnya individu tidak melakukan sesuatu disebabkan takut hukuman atau sekadar untuk memperoleh angka atau nilai dari guru. Pembelajaran yang seperti ini biasanya menekankan pada tingkat
menghafal yang tinggi, hal ini menyebabkan kurangnya tingkat pemahaman yang dimiliki oleh siswa sehingga hasil belajar Matematika kurang dapat dicapai dengan optimal. Pada hakikatnya pembelajaran matematika adalah pembelajaran yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan seseorang (si pelajar) melaksanakan kegiatan belajar matematika (Japa dkk, 2011:2). Menurut Susanto (2013:183) “pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasa yang baik terhadap materi matematika. Pitajeng (2006:45) menyatakan “anak dalam belajar matematika akan lebih dapat memahami jika dibantu dengan manipulasi objekobjek”. Ini artinya, seorang guru harus kreatif dan inovatif dalam merancang suatu rencana pembelajaran dengan memanfaatkan strategi atau pendekatan pembelajaran, media-media pembelajaran maupun lingkungan belajar disekitar siswa. Dengan pembelajaran matematika yang demikian, siswa akan lebih menyenangi pelajaran matematika dan menghapuskan anggapan bahwa matematika tersebut merupakan pelajaran yang menyeramkan. Sehingga guru pun dapat mengoptimalkan hasil belajar matematika siswanya. Hasil belajar matematika adalah kemampuan yang dimiliki siswa yang diperoleh setelah mengalami aktivitas belajar dan menerima pengalaman belajar yang mencerminkan penguasaan siswa terhadap tujuan pengajaran matematika. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui hasil belajar Matematika siswa Kelas V SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014 yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran timbal balik, (2) untuk mengetahui hasil belajar Matematika siswa Kelas V SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran Konvensional, (3) untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara hasil belajar Matematika siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran timbal balik dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran Konvensional pada siswa Kelas V SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014. METODE Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimen semu dengan desain penelitian Nonequivalent Control Group Desain. Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas yaitu model pembelajaran timbal balik dan variabel terikat yaitu hasil belajar matematika siswa kelas V. Pada penelitian ini, yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas V SD di Gugus Mayor Metra, Denpasar Utara sebanyak 332 siswa. Informasi yang diperoleh dari Kepala UPT Dinas Denpasar Utara, bahwa kemampuan siswa kelas V pada keenam SD tersebut terdistribusi ke dalam kelaskelas yang setara secara akademik. Artinya tidak terdapat kelas unggulan dan non unggulan pada keenam SD di gugus tersebut. Darmadi (2011:14) menyatakan bahwa “sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian”. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling. Untuk mendapatkan sampel dilakukan random pada populasi sehingga diperoleh sampel yaitu kelas VA SD Negeri 29 Pemecutan dan kelas VB SD Negeri 18 Pemecutan. Setelah diperoleh dua kelas sebagai sampel penelitian, selanjutnya untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan random dengan teknik undian. Berdasarkan teknik random sampling yang telah dilakukan, kelas VA SD Negeri 29 Pemecutan yang berjumlah 36 orang siswa sebagai kelompok eksperimen dan kelas VB SD Negeri 18 Pemecutan yang berjumlah34 orang siswa sebagai kelompok kontrol. Untuk mengetahui sampel benarbenar setara, dilakukan uji-t kesetaraan
dengan rumus polled varians. Uji kesetaraan dilakukan dengan`memberikan pre-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Data hasil pre-test tersebut dianalisis dengan menggunakan uji-t untuk menentukan kesetaraan dari 2 kelompok sampel, sehingga terlebih dahulu data harus diuji prasyaratnya. Uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Berdasarkan hasil analisis data pre-test tersebut, data pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan homogen. Kemudian setelah dilanjutkan dengan melakukan uji kesetaraan dengan uji-t, didapat bahwa berdasarkan nilai ttabel pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan (dk=36+34–2 = 68) adalah 2,00 dan hasil analisis thitung=1,86. Sehingga thitung < ttabel (1,86 < 2,00) yang menyatakan bahwa kedua kelas tersebut adalah setara. Dengan demikian, penelitian ini dapat dilanjutkan dengan memberikan treatment yaitu model pembelajaran timbal balik pada kelas VA SD Negeri 29 Pemecutan dan yang merupakan kelas kontrolnya yaitu kelas VB SD Negeri 18 Pemecutan. Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan adalah data hasil belajar Matematika. Untuk mengumpulkan data tersebut digunakan tes yaitu jenis tes objektif bentuk pilihan ganda biasa. Sudijono (2011:93) menyatakan “suatu tes hasil belajar dinyatakan sebagai tes yang baik jika tes tersebut bersifat valid, reliabel, objektif dan praktis”. Tes hasil belajar yang akan dipergunakan, terlebih dahulu tes tersebut diuji cobakan untuk menentukan validitas, daya beda, tingkat kesukaran tes, dan reliabilitas. Sudjana (2012:12) menyatakan bahwa “keberhasilan mengungkapkan hasil dan belajar siswa sebagaimana adanya (objektivitas hasil penilaian) sangat bergantung pada kualitas alat penilaiannya di samping pada cara pelaksanaannya”. Ini artinya, instrumen atau alat ukur yang digunakan diuji cobakan terlebih dahulu agar mengetahui kualitas dari alat ukur tersebut sehingga instrumen yang telah disusun oleh peneliti benar-benar dapat mengukur hasil belajar matematika siswa.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas VA SD Negeri 29 Pemecutan dengan model pembelajaran timbal balik adalah =73,89 dengan varian (S2) sebesar 102,67 dan standar deviasi (SD)=10,13. Sedangkan nilai ratarata hasil belajar matematika siswa kelas VB SD Negeri 18 Pemecutan dengan pembelajaran konvensional adalah =60,06 dengan varian (S2) sebesar 195,8 dan standar deviasi (SD)= 13,99. Nilai hasil belajar matematika siswa kelas VA SD Negeri 29 Pemecutandengan model pembelajaran timbal balik menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 90 dari nilai maksimal ideal yang mungkin dicapai oleh siswa adalah 100, sedangkan nilai terendah yang dicapai siswa adalah 50 dari nilai minimal yang mungkin dicapai 0, modus sebesar 80, dan median sebesar 77. Sedangkan nilai hasil belajar matematika siswa kelas VB SD Negeri 18 Pemecutan dengan pembelajaran konvensional menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 87 dari nilai maksimal ideal yang mungkin dicapai oleh siswa adalah 100, sedangkan nilai terendah yang dicapai siswa adalah 30 dari nilai minimal yang mungkin dicapai 0, modus sebesar 67, dan median sebesar 61,5. Berdasarkan data tersebut, menunjukkan bahwa lebih banyak siswa dengan kategori hasil belajar Matematika sangat baik yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran timbal balik daripada yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Sebelum data hasil belajar Matematika dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t. Terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas varian. Uji normalitas data hasil belajar Matematika dilakukan pada kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran timbal balik dan kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan menggunakan
pembelajaran konvensional. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan rumus Chi-kuadrat pada taraf signifikan 5% dan dk (6-1)=5. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Chi-kuadrat diperoleh hasil belajar Matematika kelompok Eksperimen ( ) adalah sebesar 4,29, dan untuk ( pada taraf signifikan 5% dan dk (6-1)=5 maka ( =11,07. Ini berarti bahwa maka data hasil belajar Matematika pada kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan hasil perhitungan Chikuadrat data hasil belajar Matematika kelompok Kontrol ( ) adalah sebesar 1,17 dan untuk ( pada taraf signifikan 5% dan dk (6-1)=5 maka ( =11,07. Ini berarti bahwa maka data hasil belajar Matematika pada kelompok kontrol berdistribusi normal. Uji homogenitas varian dilakukan pada kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran timbal balik dan kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional dengan menggunakan uji F dari Havley. Kriteria pengujian untuk data yang mempunyai varian homogen adalah jika . Jumlah kelompok eksperimen adalah 36 orang siswa dan jumlah kelompok kontrol adalah 34 orang siswa. Berdasarkan pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan (dk pembilang = 36-1 dan dk penyebut = 34-1) adalah 2,34 sedangkan hasil perhitungan diperoleh sebesar 1,91. Ini berarti Fhit = 1,91 < Ftabel = 2,34sehingga data hasil belajar Matematika siswa memiliki varians yang homogen. Data hasil belajar Matematika yang telah di uji prasyarat yaitu dengan uji normalitas dan uji homogenitas diperoleh bahwa hasil data dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan homogen. Berdasarkan hal tersebut, data hasil belajar Matematika dilanjutkan dengan menguji hipotesis. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah uji beda mean (uji-t). Dengan ketentuan pengujian bahwa H0
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) ditolak jika
dan Ha ditolak jika
.
Tabel 1. Uji Hipotesis Kelompok Kelompok eksperimen Kelompok kontrol
Varian 102,67 195,8
Berdasarkan Tabel 1, diperoleh hasil perhitungan sebesar 4,75 dan nilai pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan = 2,00. Dengan demikian nilai sehingga sehingga h0 ditolak dan ha diterima. Berdasarkan analisis dengan menggunakan uji-t diperoleh berarti hipotesis yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran timbal balik dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada taraf signifikansi 0,05 diterima. Dengan demikian model pembelajaran timbal balik memberikan pengaruh terhadap hasil belajar Matematika pada siswa kelas V SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014, hal ini berarti pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran timbal balik memperoleh hasil belajar lebih dari pembelajaran konvensional. Model pembelajaran timbal balik lebih unggul dibandingkan dengan pembelajaran konvensional karena model pembelajaran ini dapat melatih keaktifan dan kemandirian siswa, melatih berpikir kritis siswa, meningkatkan interaksi dan partisipasi siswa, serta dapat menjalin hubungan baik diantara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa lainnya. Karakteristik dari model pembelajaran timbal balik yaitu menuntut siswa untuk selalu aktif dan mandiri dalam pembelajaran. Pembelajaran menggunakan reciprocal teaching harus memperhatikan tiga hal yaitu siswa belajar mengingat, berfikir kritis dan memotivasi diri. Model pembelajaran timbal balik ini tidak hanya membantu siswa dalam memahami isi bacaan tetapi juga
N 36 34
Dk
thitung
ttabel
Simpulan
68
4,75
2,00
Ha = diterima
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar memperhatikan pembelajaran dan pemikiran mereka sendiri. Dalam penerapan model pembelajaran timbal balik guru lebih berperan sebagai model yang menjadi contoh, motivator yang selalu memberikan dukungan dan semangat pada siswa serta sebagai pembimbing yang mengarahkan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Sehingga akan tercipta pembelajaran yang bermakna, efektif dan menyenangkan di dalam kelas yang dapat mengoptimalkan hasil belajar Matematika siswa. Berbeda dengan pembelajaran Matematika yang menggunakan pembelajaran konvensional, selama pembelajaran siswa terlihat kurang aktif. Di dalam pembelajaran cara guru membelajarkan siswa masih bersifat monoton dan membuat siswa menjadi pasif. Selain itu, saat di dalam kelas guru mengajar dan siswa belajar sehingga para siswa cenderung bosan, diam dan hanya sekedar mendengarkan materi yang diberikan oleh guru tanpa memberikan respon. Pembelajaran yang seperti ini biasanya menekankan pada tingkat menghafal yang tinggi, sehingga menyebabkan kurangnya tingkat pemahaman yang dimiliki oleh siswa. Hal ini dapat mengakibatkan hasil belajar siswa kurang optimal. Maka pada penerapan model pembelajaran timbal balik dalam pembelajaran dapat dikatakan memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan penerapan pembelajaran konvensional. Hal ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran timbal
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) balik dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014. Hasil dari penelitian ini memperkuat hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mahardika (2012) yang menyatakan bahwa penerapan reciprocal teaching berbantuan media kartu angka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika siswa kelas VI Semester I SD Negeri 4 Penyaringan. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran timbal balik dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014 yang berarti terdapat pengaruh model pembelajaran timbal balik terhadap hasil belajar Matematika pada siswa kelas V SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis uji hipotesis yaitu thitung>ttab (4,75 > 2,00) dan di dukung oleh perbedaan nilai ratarata yang diperoleh antara siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran timbal balik yaitu 73,89 dan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional yaitu 60,06. Hal ini berarti model pembelajaran timbal balik memberikan pengaruh terhadap hasil belajar Matematika pada siswa kelas V SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014 Bertolak dari hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan, adapun beberapa saran yang dapat diajukan setelah melaksanakan dan memperoleh hasil dari penelitian yaitu sebagai berikut. Bagi guru, dengan diadakan penelitian ini diharapkan dapat memberi pengalaman baru dalam melakukan inovasi (pembaharuan) pembelajaran dan guru diharapkan menggunakan model
pembelajaran timbal balik untuk lebih menambah wawasan maupun pengetahuan mengenai pembelajaran yang efektif, inovatif dan menyenangkan. Bagi siswa, dengan diterapkannya model pembelajaran timbal balik dalam penelitian ini, diharapkan siswa menjadi aktif, kreatif dan mandiri dalam mengikuti pembelajaran serta mampu mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri agar hasil belajar siswa dapat tercapai dengan optimal. Bagi sekolah, diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif dalam hal penciptaan maupun pengembangan kreativitas para guru-guru terkait dengan penerapan model-model pembelajaran yang inovatif. Bagi peneliti lain bahwa penelitian ini hanya terbatas pada pokok bahasan bangun datar dan bangun ruang mata pelajaran Matematika siswa kelas V. Diharapkan peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan mempergunakan model pembelajaran timbal balik disarankan untuk melakukan penelitian dengan mata pelajaran dan pokok bahasan yang lebih beragam untuk memperoleh hasil yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA BSNP. 2011. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional. Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Japa,
I Gusti Ngurah, dkk. 2011. Pendidikan Matematika I. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Pitajeng. 2006. Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Putra, I Gst. Ngr. Diantana. 2012. Pengaruh Model Reciprocal Teaching Terhadap Penguasaan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Konsep IPA Siswa Kelas V SD Di Gugus 7 Kecamatan Penebel Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi (tidak diterbitkan). Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha. Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Sudjana, Nana. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sunarto. 2009. “Pembelajaran Konvensional Banyak Dikritik Namun Paling Disukai”. Tersedia pada http://sunartombs.wordpress.com/20 09/03/02/pembelajarankonvensional-banyak-dikritik-namunpaling-disukai/ (diakses tanggal 14 Desember 2013). Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana. Uno, Hamzah & Nurdin Mohamad. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara.