MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 KADUNGORA KECAMATAN KADUNGORA KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011-2012
MAKALAH Oleh Ricky Firmansyah 1021.0875
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG 2012
MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 KADUNGORA KECAMATAN KADUNGORA KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011-2012 Ricky Firmansyah 1021.0875 Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung 2012
ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Model Pembelajaran Berbicara Dengan Menggunakan Teknik Peta Pikiran Siswa Kelas IX SMPN 1 Kadungora Kabupaten Garut Tahun Ajaran 2011/2012” Berdasarkan latar belakang peneliti ingin melihat hubungan atau pengaruh 'peta pikiran' terhadap peningkatan keterampilan menceritakan kembali isi sebuah cerpen secara lisan. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: 1)Bagaimanakah hasil pembelajaran berbicara sebelum menggunakan teknik peta pikiran (mind mapping) pada siswa kelas IX SMPN 1 Kadungora Kabupaten Garut Tahun Ajaran 2011-2012?;2) Bagaimanakah hasil pembelajaran berbicara setelah menggunakan teknik peta pikiran (mind mapping) pada siswa kelas IX SMPN 1 Kadungora Kabupaten Garut Tahun Ajaran 2011-2012?;3) Adakah perbedaan hasil pembelajaran berbicara siswa sebelum dan sesudah menggunakan teknik peta pikiran (mind mapping) pada siswa kelas IX SMPN 1 Kadungora Kabupaten Garut Tahun Ajaran 2011-2012? Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peningkatan pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA, antara lain sebagai bahan kajian dalam menerapkan Teknik Peta Pikiran untuk pembelajaran menulis paragraf. Tujuan Penelitian ini adalah: 1)Mendeskripsikan hasil pembelajaran berbicara sebelum menggunakan teknik peta pikiran (mind mapping) pada siswa kelas IX SMPN 1 Kadungora Kabupaten Garut Tahun Ajaran 2011-2012) Mendeskripsikan hasil pembelajaran berbicara setelah menggunakan teknik peta pikiran (mind mapping) pada siswa kelas IX SMPN 1 Kadungora Kabupaten Garut Tahun Ajaran 2011-2012) Mendeskripsikan perbedaan hasil pembelajaran berbicara siswa sebelum dan sesudah menggunakan teknik peta pikiran (mind mapping) pada siswa kelas IX SMPN 1 Kadungora Kabupaten Garut Tahun Ajaran 2011-2012. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode ini digunakan dalam proses belajar mengajar keterampilan berbicara dengan menggunakan teknik peta pikiran (mind mapping), terhadap siswa kelas IX SMPN 1 Kadungora Kecamatan Kadungora. Penggunaan metode ini dimaksudkan untuk menguji tingkat efektivitas penggunaan teknik peta pikiran (mind mapping) dalam pengajaran keterampilan berbicara. Kata kunci: berbicara/peta pikiran
PENDAHULUAN Setiap manusia pasti memiliki kemampuan untuk berbicara tetapi tidak semua manusia terampil berbicara, karena untuk dapat terampil berbicara, perlu adanya latihan atau upaya ke arah tersebut. Manusia dalam kegiatannya sehari-hari ternyata selalu dihadapkan dengan kegiatan yang menuntut keterampilan berbicara. Kemampuan berbicara diperlukan hampir dalam seluruh kegiatan manusia sehari-hari. Penelitian membuktikan bahwa 75% waktu bangun manusia berada dalam kegiatan komunikasi. Kita hampir dapat memastikan bahwa sebagian besar kegiatan komunikasi itu dilakukan secara lisan. Carnagie dan Rakhmat (2001 : 2) menyatakan bahwa
bicara bisa menunjukkan bangsa, bicara mengungkapkan apakah Anda orang terpelajar atau bukan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya berbicara. Bahasa dalam kehidupan manusia menduduki fungsi yang utama, yaitu sebagai alat komunikasi. Melalui bahasa, manusia dapat memenuhi salah satu kebutuhannya yaitu bersosialisasi dengan lingkunganya, mengadakan interaksi yang satu dengan yang lainnya. Keterampilan berbicara merupakan kegiatan yang paling sering dilakukan manusia dalam berkomunikasi. Keterampilan berbicara berperan bagi guru untuk menyampaikan ilmu dengan baik, sehingga dapat dipahami siswa. Sedangkan bagi
siswa, keterampilan berbicara berperan untuk mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan, gagasan atau tanggapan. Hal ini sesuai dengan pengertian berbicara menurut (Tarigan, 1981:15) adalah "kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekpresikan, menyatakan pendapat serta pikiran, gagasan dan perasaan". Upaya meningkatkan keterampilan berbicara siswa di sekolah, merupakan satu tantangan yang harus dihadapi oleh guru. Hal ini didasarkan pada esensi pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan kurikulum 2004 maupun 2006 yang menekankan pada empat aspek keterampilan berbahasa. Namun dalam realitas pembelajaran, keterampilan berbicara ini sering kali terabaikan. Guru hanya mampu melakukan penilaian keterampilan berbicara ini pada tataran keberanian siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan. Sementara itu berbagai teknik berbicara seringkali disampaikan hanya sebatas teori saja tanpa praktik berbicara yang memadai. Hal yang berkenaan dengan masalah di atas juga ditemukan pada siswa Sekolah Menengah Pertama. Selama pengamatan, mereka lebih memilih untuk mengobrol ketika proses berdiskusi berlangsung. Tetapi ketika diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan, masukan atau mengajukan sebuah pertanyaan mereka hanya diam, dengan alasan malu, tidak berani, atau takut salah. KAJIAN TEORI DAN METODE Pengertian model pembelajaran Model pembelajaran adalah pola, acuan yang direncanakan dalam melaksanakan suatu proses pembelajaran. Dalam penelitian ini model pembelajaran yang dimaksud adalah penggunaan teknik peta pikiran dalam pembelajaran berbicara pada siswa kelas IX SMPN 1 Kadungora Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut Tahun Ajaran 20112012. Pengertian berbicara Suhendar & Supinah (1992 : 16) mengemukakan bahwa:berbicara sebagai aspek keterampilan berbahasa bukan hanya mengujar, bukan hanya keluarnya bunyi bahasa dari alat ucap, bukan hanya mengucap yang tanpa makna, melainkan berbicara sebagai bahasa, yaitu menyampaikan pikiran atau perasaaan kepada orang lain melalui ujaran, yaitu menyampaikan pikiran atau perasaan kepada orang lain dengan lisan. Pendapat lain dikemukakan Tarigan (1997 : 15). bahwa berbicara adalah “kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran. gagasan dan perasaan”. Sebagai perluasan dari batasan ini dapat kita katakan
bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Lebih jauh lagi, berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial. Pengertian Teknik Peta Pikiran Teknik peta pikiran adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan (DePorter, 2001:153). METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode ini digunakan dalam proses belajar mengajar keterampilan berbicara dengan menggunakan teknik peta pikiran (mind mapping), terhadap siswa kelas IX SMPN 1 Kadungora Kecamatan Kadungora. Penggunaan metode ini dimaksudkan untuk menguji tingkat efektivitas penggunaan teknik peta pikiran (mind mapping) dalam pengajaran keterampilan berbicara. Teknik Pengumpulan Data Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut ini. 1. Studi Literatur Studi ini penulis gunakan untuk mendapatkan data secara teoretis guna memperoleh pendapat para ahli dan teorinya melalui sumber bacaan. Di samping itu teknik ini juga digunakan untuk melengkapi data dari berbagai catatan, dokumentasi, dan arsip-arsip. 2. Observasi Teknik ini penulis pergunakan untuk mengetahui keefektifan dan keefisienan teknik peta pikiran (mind mapping) dalam pembelajaran berbicara. 3. Tes Teknik ini penulis gunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam berbicara. Tes yang diberikan disesuaikan dengan kurikulum dan materi pembelajaran di kelas IX SMP yaitu “menceritakan kembali isi Cerpen secara lisan”. Tes dilakukan dua kali, yaitu prates dan postes. HASIL DAN PEMBAHASAN Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran berbicara dengan menggunakan teknik peta pikiran (Mind Mapping). Kemampuan berbicara ini ditentukan dengan mengukur kemampuan siswa dalam menceritakan kembali sebuah cerpen yang telah dibacanya.
Sementara itu, untuk mengukur keberhasilan pembelajaran dilakukan dengan membandingkan kemampuan siswa dalam menceritakan kembali isi cerpen antara sebelum pembelajaran dan setelah pembelajaran dilakukan. Proses penelitian ini diawali dengan melakukan tes awal sebagai upaya untuk mengetahui bagaimana kemampuan awal siswa dalam berbicara khususnya dalam menceritakan kembali sebuah cerita sebelum pembelajaran dilakukan. Bentuk tes yang dilakukan adalah dengan memanggil siswa satu persatu untuk menceritakan isi sebuah cerpen yang telah dibacanya di depan kelas. Proses pembelajaran dalam penelitian ini dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan dengan melatih dan membimbing siswa untuk membuat peta atau rancangan apa yang akan mereka kemukakan dalam pikirannya. Pertama-tama siswa dilatih untuk menemukan dan memahami isi cerita yang dibacanya. Siswa harus mampu menemukan ide pokok pada setiap paragraf, kemudian memahami pula isi dari seluruh bacaan yang dibacanya. Setelah itu siswa dilatih untuk membuat rancangan dalam pikirannya apa yang akan mereka kemukakan pada saatnya berbicara atau menceritakan kembali isi cerita tersebut. Penelitian ini diakhiri dengan melakukan tes akhir dalam bentuk yang sama seperti tes awal.49 Siswa diberi kesempatan selama limabelas menit untuk membaca sebuah cerpen, dan setelah itu siswa dipanggil seorang-seorang ke depan kelas untuk menceritakan kembali isi cerpen yang dibacanya. Cerpen yang dijadikan tes awal dan tes akhir adalah dua cerpen yang berbeda. Pada saat tes awal cerpen yang digunakan berjudul “Demi Odie” sementara cerpen yang digunakan untuk tes akhir adalah “Sepatu Biru”. Kedua cerpen itu dianggap seimbang dengan isi cerita berkaitan dengan kehidupan para remaja. Di samping itu panjang ceriat pun relatif berimbang. Hasil penelitian sebagaimana telah dideskripsikan dan dianalisis sebelumnya, menunjukkan bahwa hasil pembelajaran dalam bentuk adanya perubahan kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan kembali isi sebuah cerita lebih baik dari sebelum pembelajaran. Pencapaian rata-rata 71,29 dari sebelum pembelajaran 5,86 menunjukkan tetjadi kenaikan kemampuan berbicara siswa sebesar 15,43. Kondisi ini sekaligus menunjukkan bahwa teknik peta pikiran efektif dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Pada awal pembelajaran tanpa kemampuan siswa dalam berbicara menunjukkan kemampuan yang rendah, ditandai pencapaian rata-rata kemampuan berbicara yang hanya mencapai 55,86. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum siswa
masih mengelami hambatan dalam berbicara. Berbagai hambatan yang tampaknya dialami siswa antara lain ftenguasaan lapangan dalam arti bagaimana siswa menguasai audien (pendengar). Bagi pembicara pemula kondisi dan tanggapan audiens sering kali menjadi masalah, perasaan tegang, malu, kurangnya keberanian, takut salah dan lain-lain merupakan factor psikologis utama yang mempengaruhi pembicaraan. Di samping itu penguasaan kebahasaan juga merupakan komponen penting yang menyebabkan rendahnya kemampuan berbicara. Sementara itu, pada akhir pembelajaran menunjukkan kemampuan berbicara siswa yang cukup baik, ditandai pencapaian rata-rata 71,29. Di samping itu apabila diamati dari kemampuan komponen berbicara tampak bahwa kemampuan siswa dalam mengemukakan isi pembicaraan mencapai 72%? lafal dan intonasi 70%, diksi 71% dan kelancaran dalam melakukan pembicaraan mencapai 71%. Ini menunjukkan bahwa secara umum siswa telah memiliki kemampuan berbicara yang lebih baik jika dibandingkan dengan sebelum pembelajaran. Hal ini menunjukkan proses perakuan atau pembelajaran yang dilakukan memberikan dampak positif terhadap keberhsilan pembelajaran. Dengan demikian, secara sederhana dapat dikemukakan bahwa penggunaan teknik peta pikiran mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara. DePorter dalam Quantum Learning mengemukakan beberapa manfaat Peta Pikiran seperti berikut ini. a. fleksibel, yaitu jika seorang pembicara tiba-tiba teringat untuk menjelaskan suatu hal tentang pemikiran, anda dapat dengan mudah menambahkannya di tempat yang sesuai dalam Peta Pikiran anda tanpa harus kebingungan; b. dapat memusatkan perhatian, yaitu anda tidak perlu berpikir untuk menangkap setiap kata yang dibicarakan. Sebaliknya, anda sapat berkonsentrasi pada gagasan-gagasannya; c. meningkatkan pemahaman, yaitu ketika membaca suatu tulisan atau iaporan teknik, Peta Pikiran akan meningkatkan pemahaman dan memberikan catatan tinjauan ulang yang sangat berarti nantinya; d. menyenangkan, yaitu imajinasi dan kreativitas anda tidak terbatas. Dan hal itu menjadikan pembuatan dan peninjauan ulang catatan lebih menyenangkan (2001:172). e. Penggunaan suatu teknik pembelajaran, di samping memberikan manfaat dan keunggulan tersendiri, juga memiliki kelemahan yang harus diantisipasi oleh guru. Begitu pula dengan penggunaan teknik peta pikiran ini. Agar peta pikiran ini dapat mencapai hasil yang maksimal
serta tidak membelenggu ide-ide si pembicara, maka peta pikiran ini harus dilakukan dengan perencanaan yang matang. Si pembicara sebaiknya merencanakan dengan pemikiran yang luas mengenai apa yang akan dikemukakan. Dengan demikian pada saatnya berbicara, pembicara dapat mengemukakan ide-idenya secara jelas dan luas. SIMPULAN Bagian akhir dari tulisan ini, penulis mencoba menarik beberapa simpulan yang didasarkan pada rumusan masalah yang telah dituangkan pada bagian sebelumnya serta dilandasi hasil penelitian. Simpulan yang dapat ditarik dikemukakan di bawah ini. 1.
2.
3.
Kemampuan berbicara sebelum menggunakan teknik peta pikiran (mind mapping) pada siswa kelas IX SMPN 1 Kadungora Kecamatan Kadungoratahun ajaran 2011/2012, menunjukkan kemampuan yang rendah, hal ini ditandai dengan pencapaian rata-rata pemahaman siswa terhadap cerpen yang hanya mencapai 55,86. Beberapa kriteria penilaian dan pencapaian kemampuan berbicara siswa khususnya dalam menceritakan kembali isi sebuah cerita antara lain rata-rata kemampuan siswa dalam mengemukakan isi cerita (52%), lafal dan intonasi (60%), penggunaan diksi (64%). serta kelancaran dalam melakukan pembicaraan (52%). Kemampuan berbicara setelah menggunakan teknik peta pikiran (mind mapping) pada siswa kelas IX SMPN 1 Kadungora Kecamatan Kadungora tahun pelajaran 2011/2012, menunjukkan kemampuan berbicara yang baik. Hal ini ditandai dengan pencapaian rata-rata 71,29. Sementara itu, kemampuan siswa dalam mengungkapka isi cerita dicapai sebesai (72%), lafal dan intonasi (70%), penggunaan diksi (71%), serta kelancaran dalam melakukan pembicaraan (71%). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kemampuan siswa dalam berbicara khususnya dalam menceritakan kembali isi sebuah cerita sebesar 55,86 dan kemampuan berbicara setelah pembelajaran dicapai rata-rata nilai 71,29. Dengan demikian, terjadi kenaikan rata-rata kemampuan berbicara siswa dalam 1
menceritakan kembali isi sebuah cerita sebesar 15,43. Sementara itu, | berdasarkan hasil perhitungan statistik uji t yang dilakukan diperoleh thitung >ttabel (10,23 > 2,444) pada taraf kepercayaan 95%, sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan kembali isi sebuah cerita sebelum pembelajaran dan setelah pembelajaran berbeda. Sementara itu, diamati dari rata-rata kemampuan berbicara siswa menunjukkan bahwa penggunaan teknik peta pikiran efektif dalam meningkatkan kemampuan ( berbicara siswa.) DAFTAR PUSTAKA Ambary, Abdullah. (1983). Intisari Sastra Indonesia. Bandung: Jatnika. Aminuddin. (1995). Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru. Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. De Porter, Bobbi dan Mike Hernacki. (2001). Quantum Learning. Bandung: Mizan Media Utama. Husen. H. Akhlan. (1996). Perencanaan Pengajaran Bahasa. Jakarta: Maidar, G.A (1986). (1984). Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Mulyadiana. (2000). Seni Mengukir Kata. Bandung: MLC. Rakhmat, Jalaludin. (2001). Retorika Modern Pendekatan Praktis. Bandung: PT. Remaja Rosda karya. Rahmanto. B dan P. Hariyanto. (1997). Cerita Rekaan dan Drama. Jakarta: Universitas Terbuka. Rose, Colin dan Malcolm J. Nicholl. (2002). Accelerated Learning for 21st Century. Bandung: Nuansa. Sarani. (2001). Efektivitas Pendekatan Kooperatif Tipe Talking Chips dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas VII SMP. Bandung. Skripsi UPI Bandung. Suhendar. Supinah. (1992). MKDU Bahasa Indonesia, Pengajaran dan Keterampilan Membaca dan Keterampilan Menulis. Bandung: Pionir Jaya. Tarigan, H.G. (1981). Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.