Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
MODEL KEBIJAKAN INDUSTRI HILIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIK 1
Dian Fajarika1, I. K. Gunarta2, dan Erwin Widodo3 Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Jl. ITS Raya, Surabaya, 60111, Indonesia, email:
[email protected] 2, 3 Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ABSTRAK
Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber kelapa sawit mau tidak mau harus memberikan nilai tambah komoditas dan mengurangi ketergantungan terhadap ekspor bahan mentah untuk industri kelapa sawit. Komoditas minyak kelapa sawit merupakan komoditas yang memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia. Saat ini Indonesia merupakan penghasil minyak kelapa sawit terbesar didunia dengan jumlah sebesar 26,5 juta ton pada tahun 2012 dan menyumbangkan devisa negara sebanyak 20.19 milliar dollar AS. Namun komoditas ini belum menghasilkan nilai tambah yang optimal bagi perekonomian negara dikarenakan masih sedikitnya penggunaan minyak kelapa sawit sebanyak 35% untuk industri hilir . Pengembangan industri hilir minyak kelapa sawit merupakan permasalahan yang kompleks dan harus direncanakan dengan cermat. Hal ini dikarenakan minyak sawit disamping untuk pemenuhan kebutuhan nonpangan juga harus memberi prioritas terhadap kebutuhan pangan masyarakat. Kebijakan pemerintah Indonesia untuk penggunaan energi terbarukan seperti biofuel berbasis minyak sawit mentah (crude palm oil) merupakan tantangan dalam mengelola kelapa sawit agar tidak menganggu ketahanan pangan negara. Namun, sampai saat ini pemerintah belum melakukan analisis kebijakan untuk mengantisipasi masalah ini. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi variabel yang sangat berpengaruh terhadap industri hilir kelapa sawit, menganalisis sistem terkait dan merumuskan kebijakan yang komprehensif untuk hilir kelapa sawit berupa minyak goreng dan biodiesel. Selain itu untuk membangun model kebijakan klaster yang sesuai dengan industri hilir kelapa sawit di Indonesia dengan pertimbangan keseimbangan sektor pangan dan non pangan dengan pendekatan sistem dinamik. Model dirancang untuk mengetahui dampak jangka panjang akibat kebijakan industri hilir kelapa sawit yang berlaku dan digunakan dalam memilih alternatif skenario kebijakan yang sesuai dengan industri hilir kelapa sawit. Hasil yang diharapkan berupa keseimbangan alokasi minyak kelapa sawit untuk kebutuhan pangan dan nonpangan serta tumbuhnya industri hilir kelapa sawit melalui kebijakan industri hilir kelapa sawit. Kata kunci: Analisis Kebijakan, Industri Hilir Kelapa Sawit, Sistem Dinamik.
PENDAHULUAN Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan komoditas yang relatif menonjol dari subsektor perkebunan. Prospek industri kelapa sawit kini semakin cerah baik di pasar dalam negeri maupun di pasar dunia. Potensi areal perkebunan Indonesia masih terbuka luas untuk tanaman kelapa sawit. Perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia pada empat dekade terakhir ini cukup pesat, yaitu dari 133,30 ribu ha pada tahun 1970 menjadi 7.51 ha tahun 2009 atau meningkat rata-rata 11,12 % per tahun (Fauzi, 2012). Hal ini ISBN : 978-602-97491-8-2 A-7-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
menunjukkan bahwa sektor perkebunan dan industri kelapa sawit semakin strategis karena berpeluang besar untuk lebih berperan menjadi motor pertumbuhan ekonomi nasional dan penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2012), pemantauan dari 31 kelompok hasil industri migas dan nonmigas, pengolahan kelapa sawit hingga tahun 2011 memiliki nilai ekspor yang tertinggi mencapai 23.179.189.217 ribu US$ dengan trend kenaikan sebesar 18.28% dibandingkan tahun 2010. Sedangkan pada tahun 2012 produksi mencapai 26.5 juta ton dengan kenaikan ekspor menjadi 24 juta ton. Trend penggunaan komoditi berbasis minyak kelapa sawit di pasar global terus meningkat dari waktu ke waktu mengalahkan industri berbasis komoditas vegetable oil lainnya seperti minyak gandum, minyak jagung, minyak kelapa (Bunie, 2013). Pertumbuhan penggunaan minyak sawit itu dipicu oleh peningkatan jumlah penduduk dunia dan semakin berkembangnya trend pemakaian bahan dasar oleochemical pada industri makanan, industri shortening, farmasi (kosmetik). Trend ini berkembang karena produk yang menggunakan bahan baku kelapa sawit lebih berdaya saing dibandingkan minyak nabati dengan bahan baku lainnya. Namun disisi lain, industri kelapa sawit ini belum memiliki daya saing yang optimal untuk nilai tambah (add value) yang memaksimalkan pembangunan ekonomi nasional karena pada kenyataannya, sebagian besar produk kelapa sawit nasional masih diperdagangkan dalam bentuk CPO atau minyak goreng, belum masuk ke dalam tahap industri yang mempunyai nilai tambah besar seperti industri bioenergi dan biosurfactant. Data Direktorat Jenderal Industri Agro Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa pada tahun 2009 penggunaan CPO untuk kebutuhan ekspor sebesar 9.56 juta ton atau sama dengan 50% dari total produksi CPO Indonesia. Tabel 1. Pemanfaatan CPO
Pemanfaatan CPO
Produksi CPO Ekspor CPO CPO untuk dalam negeri Minyak Goreng Biodiesel Oleokimia
2009 19.1 9.6 9.5 8.7 0.3 0.5
Tahun 2015 2020 30 40 11.3 12 18.7 28 11 12 5.7 12 2 4
Sumber: (Direktorat Jenderal Industri Agro, 2009) Kebutuhan CPO didalam negeri ini juga dipengaruhi oleh kebutuhan CPO sebagai bahan baku biodiesel. Peningkatan permintaan biodiesel ini dipengaruhi oleh cadangan minyak bumi yang terus menipis dari tahun 2004 hingga tahun 2012. Pada tahun 2004, cadangan minyak bumi sebesar 8,61 milyar barel termasuk jumlah minyak bumi yang terbukti dan potensial. Cadangan minyak bumi ini mengalami penurunan hingga sebesar 7,40 milyar barel pada tahun 2012 (Ditjen, 2010). Penurunan cadangan minyak bumi ini mendorong pemerintah untuk menetapkan target produksi biofuel berupa biodiesel untuk menyelamatkan kekurangan pasokan energi nabati. Berdasarkan Blue Print Pengelolaan Energi Nasional 2005-2025 (ESDM, 2005), energi alternatif dimasukkan ke dalam program utama ketiga yaitu penerapan tax allowance untuk pengembangan energi alternatif dan program utama ke-8 tentang intensifikasi pencarian sumber energi baru terbarukan. Produksi biodiesel sebagai energi alternatif untuk pembangkit listrik dan transportasi. Pemerintah menargetkan pasokan biodiesel dapat mencapai 5,57 juta kiloliter biodiesel per tahun. Target pasokan biodiesel ini mendukung pembangunan industri ISBN : 978-602-97491-8-2 A-7-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
CPO dalam jangka menengah (2010-2014) dan terbentuknya klaster industri pengolahan CPO dan turunannya di Sumut dan Riau, iklim usaha dan investasi yang kondusif. Sedangkan dalam jangka panjang (2015-2025) diantaranya memperluas pengembangan produk akhir dan terintegrasinya industri turunan kelapa sawit di Kaltim, Kalbar, Kalteng dan Papua. Pengembangan klaster industri kelapa sawit di Riau di kawasan Kuala Enok, Dumai dan Pelintung. Produk yang dihasilkan saat ini meliputi industri minyak goreng, margarine, serta industri bahan-bahan untuk sabun dan kosmetik, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri maupun ekspor (Kemenperin, 2010). Penelitian tentang klaster sebelumnya dilakukan oleh (Jan, Chan, & Teng, 2012) mengenai industri software di Dalian, Cina. Penelitian tersebut menganalisis kebijakan untuk industri software sehingga didapatkan elemen-elemen utama berupa kemampuan industri, teknologi, modal dan pasar. Elemen tersebut merupakan aspek yang berpengaruh dalam pembentukan klaster industri software di Dalian, Cina. Penelitian tentang kelapa sawit sebelumnya pernah diteliti oleh Arti (2011) yang menitikberatkan pada perkebunan kelapa sawit dan industri hulu sawit. Industri sawit ini juga memiliki kebijakan berupa pajak ekspor minyak mentah sawit yang pernah diteliti oleh ( Josep, 2009). Industri hilir kelapa sawit berupa biodiesel pernah diteliti oleh (Abdullah,dkk, 2009) yang menitikberatkan pada strategi implementasi industri biodiesel. Sistem dinamik pernah diteliti oleh (Jeffers, 2013) yang digunakan untuk menganalisis kebijakan energi terbarukan yang berdampak pada kebutuhan biomassa. Dalam bidang pertanian sistem dinamik pernah dilakukan dalam mencari keseimbangan antara manfaat ekologi dan ekonomi akibat aktivitas pertanian di Cina oleh Li (2012). Dalam bidang energi, sistem dinamik membantu menganalisis model manajemen keamanan energi di Cina yang diteliti oleh (Shin, et al, 2013). Kebijakan klaster industri hilir kelapa sawit perlu dilakukan analisis lebih lanjut dengan mempertimbangkan target peningkatan kebutuhan minyak goreng dan biodiesel yang berbahan baku kelapa sawit ini, membutuhkan suatu metode pendekatan untuk memodelkan kebijakan dan aturan yang dapat mendorong pencapaian target industri hilir kelapa sawit. Perubahan perilaku dalam sistem merupakan dampak perubahan dari kebijakan penggunaan minyak sawit mentah untuk produk hilir berupa pangan dan kebijakan pemanfaatan bahan bakar nabati berbasis minyak sawit. Skenario yang dibuat berdasarkan target yang ingin dicapai oleh masing masing pihak pihak yang berkepentingan dan kejadian yang diperkirakan muncul dimasa mendatang. Skenario tersebut bertujuan untuk mencari porsi yang ideal mengenai penggunaan CPO untuk sektor pangan dan nonpangan. Kebijakan pemerintah tentang pengembangan industri hilir kelapa sawit pernah diteliti (Arti, 2011) yang menganalisis sistem penunjang keputusan pengembangan agroindustri kelapa sawit untuk perekonomian daerah. Dari analisis tersebut didapatkan faktor-faktor dan aktor yang berpengaruh terhadap industri kelapa sawit. Identifikasi faktor dan aktor tersebut membantu dalam menyusun strategi untuk pengembangan industri kelapa sawit. Namun penelitian ini masih berfokus pada perkebunan dan industri hulu kelapa sawit belum menyinggung industri hilir kelapa sawit. Celah penelitian ini yaitu menganalisis kebijakan yang terkait dengan industri hilir kelapa sawit dari kebijakan klaster industri kelapa sawit dan kebijakan pemanfaatan bahan bakar nabati yang berbasis kelapa sawit. Batasan masalah pada penelitian ini adalah: Obyek amatan yang dipilih adalah industri hilir kelapa sawit sampai level 2 meliputi industri minyak sawit mentah, minyak goreng sawit dan biodiesel berbasis sawit. Kebijakan yang dianalisis adalah kebijakan tentang industri kelapa sawit dari sektor pertanian, perindustrian dan sumber daya energi terbarukan.
ISBN : 978-602-97491-8-2 A-7-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
Asumsi yang digunakan pada penelitian ini sebagai berikut: Tidak ada permasalahan di tingkat hulu seperti ketersediaan lahan sawit, perizinan kebun dan sebagainya. Industri hulu dapat memberikan input yang dapat diprediksi. Jumlah bahan baku CPO (crude palm oil) tidak mempertimbangkan kondisi tak terduga seperti bencana kebakaran hutan, umur tanaman, dan sebagainya. Umur panen tanaman kelapa sawit dianggap sama. METODE Langkah langkah penelitian yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: Perumusan Masalah: 1. Pemodelan kebijakan industri hilir kelapa sawit. 2. Peningkatan pertumbuhan ekonomi 3. Pemanfaatan sumber daya alam yang berkesinambungan 4. Keseimbangan antara kebutuhan pangan dan nonpangan
Pengumpulan Data Pengumpulan data sekunder melalui kajian pustaka, internet, dan data dari lembaga terkait
Identifikasi Variabel Identifiksi variabel yang berkaitan dengan kebijakan klaster industri hilir dan pangan
Konseptualisasi Model Pembuatan kerangka logis dan causal loop diagram
Formulasi Model Simulasi - Pembuatan Stock and Flows - Formulasi model simulasi dinamik
Verifikasi Model dan Validasi Model Proses pengecekan model dengan software dan expert
Valid Ya Running Simulasi dan interpretasi hasil eksisting
Perancangan Skenario -Perancangan skenario untuk industri biodiesel dan minyak goreng -Perbandingan hasil simulasi skenario
Analisis dan Interpretasi -Analisis dan interpretasi hasil running simulasi - Analisis dan interpretasi hasil penerapan skenario
Rekomendasi Kebijakan
Kesimpulan dan Saran
Gambar 1. Diagram Alir Metode Penelitian ISBN : 978-602-97491-8-2 A-7-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
HASIL DAN PEMBAHASAN Tahap perancangan model dalam penelitian ini sebagai berikut: Konseptualisasi Model Pada tahap ini dibangun kerangka logis model (logical framework of modeling) dengan yang mewakili kondisi nyata industri hilir dan penentuan variabel utama dalam sistem kebijakan industri hilir kelapa sawit. Dibangun pula aliran keterkaitan antar variabel dan dampak terhadap aspek apa saja yang akan diteliti.
Gambar 2. Kerangka Logis
Selain itu dirancang diagram sebab akibat untuk melihat keterkaitan antar variabel seperti gambar berikut: Biodiesel policy OP import
Household consumption
+ PCO domestic consumption
Industrial consumption
+
-
PCO consumption +
+
+
Seed quality
CPO productivity
+ + +
Palm age Palm land area
Number of FFB
+ +
Percent harvest area
+
Biodiesel stock -
+ CPO export tax
Plant capacity of CPO
Biodiesel domestic consumption
-
+
CPO production
+
+
+
-
+
+
-
+
-
-
+
CPO stock
CPO price +
CPO consumption +
Domestic CPO consumption
Percent substitution biodiesel for transportation
+
-
+
-
-
Biodiesel export
-
Export rate +
+ Biodiesel price
+
Biodiesel production +
+
+
-
CPO fraction for biodiesel
Percent export biodiesel
Saving of devise
+
Petroleum diesel stock
+
+
+
+ +
+ +
+
+ Biodiesel consumption
+ Petroleum diesel price
CPO export
+
Percent substitution biodiesel for industrial & comercial
+ +
+ -
PCO production
PCO price
+
+
-
+ CPO growth
-
+
Percent substitution biodiesel for power plant
-
Oleochemical stock
+
-
CPO fraction for cooking oil
+
PCO stock
+
PCO import
FFB productivity
+
OP Consumption
+
+
+
+
+ -
+
+
PCO export
+
OP production
-
Plant capacity of Biodiesel +
Gambar 3. Causal Loop Diagram Model Kebijakan Industri Hilir Minyak Sawit
Submodel untuk menganalisa kebutuhan CPO pada industri minyak goreng, industri biodiesel dan oleokimia. ISBN : 978-602-97491-8-2 A-7-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
Crude Palm Oil Alocation Model
Palm Plantation Model percent dom cons
Initial Consumption
~
current CPO Domestic consumption Consumption growth
CPO growth
FFB productivity
Initial CPO
~
CPO stock
CPO productivity
palm land area
export rate
Graph 3
FFB production
CPO consumption
CPO production
Initial CPO
Number of FFB
CPO rate Percent export biodiesel
Percent harvest area Cpo export
Graph 2
Biodiesel Production Model
Palm Cooking Oil Production Model ? ?
Industrial consumption
CPO stock
?
? ?
Household consumption
percent substitution 1
Industrial consumpt
?
CPO fraction for PCO
Diesel stock
percent substitution 2
?
PCO domestic consumption
CPO stock
?
?
?
?
Transportation consumption
CPO fraction for biodiesel
?
percent substitution 3
Power plant consumption
PCO export
?
Domestic biodiesel cons Biodiesel stock
PCO Stock ?
? ?
PCO production
?
? ?
PCO consumption
Biodiesel consumption
Biodiesel production
?
?
percent consumption 1
percent expot biodiesel
?
PCO import
?
Export biodiesel
PCO import percent
Gambar 4. Stock Flow Diagram Submodel Model Kebijakan Industri Hilir Kelapa Sawit
Pada gambar diagram sebab akibat diatas, garis biru menunjukkan hubungan sebab akibat positif, sedangkan untuk warna merah menunjukkan hubungan sebab akibat yang negatif. Variabel yang dimasukkan ke dalam leveel yaitu CPO stock, PCO (Palm Cooking Oil Stock) dan Biodiesel stock. Ketiga level tersebut dipengaruhi oleh beragai variabel yang saling berkaitan membentuk causal loop. Formulasi model Formulasi dalam model dapat dilihat dari stock flow diagram. Hasil running sementara untuk jumlah tandan buah segar yang dihasilkan selama 12 tahun kedepan akan terus mengalami peningkatan. 1: Number of FFB 1: 2:
2: Initial CPO
300000000 400000000
1
1: 2:
2
150000000 200000000
1
1
2
2 1: 2:
0 0
1 0.00
2 3.00
6.00 Y ears
Page 1
9.00 12.00 6:50 AM Mon, Oct 28, 2013
Untitled
Gambar 5. Simulasi Awal Lahan Sawit dan Jumlah CPO Awal
ISBN : 978-602-97491-8-2 A-7-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
Data yang dipakai untuk running simulasi awal adalah data historis dari tahun 2001 hingga tahun 2013. Pada kurva diatas dapat diketahui bahwa luas lahan kelapa sawit terus mengalami peningkatan hingga 12 tahun kedepan, demikian juga dengan hasil CPO yang dihasilkan. 1: CPO stock 1: 2: 3:
2: Cpo export
3: CPO consumption
50000000 200000000 1 3 1 3
1: 2: 3:
25000000 100000000 0
1
2
1 2
1: 2: 3:
0 0 0
2 1 0.00
2
3
3 3.00
6.00 Y ears
Page 1
9.00 12.00 7:14 AM Mon, Oct 28, 2013
Untitled
Gambar 6. Simulasi Awal Jumlah CPO, Konsumsi Dalam Negeri dan Ekspor CPO
Data yang digunakan untuk running simulasi awal ini adalah data penggunaan CPO dan ekspor CPO dari tahun 2001 hingga tahun 2012. Berdasarkan kurva menunjukkan bahwa jumlah CPO stock yang dihasilkan terus mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan luas lahan sawit. Sedangkan konsumsi CPO dalm negeri (CPO consumption) pada awalnya masih dikalahkan dengan jumlah ekspor CPO, kemudian naik pada kondisi 5 tahun kedepan hingga melampau jumlah ekpor CPO. 1. Perancangan skenario Perancangan skenario yang dibangun: 1. Skenario untuk jumlah peningkatan CPO per tahun 2. Skenario pajak ekspor CPO 3. Skenario untuk persentase penggunaan biodiesel Hipotesa penelitian: 1. Peningkatan jumlah CPO meningkatkan luas lahan sawit 2. Perubahan pada jumlah pajak ekspor berpengaruh pada jumlah CPO yang digunakan untuk produk hilir dalam negeri 3. Persentase penggunaan biodiesel berpengaruh terhadap jumlah CPO untuk ekspor, minyak goreng serta industri oleokimia KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan kebutuhan CPO yaitu luas lahan, produktivitas tandan buah segar, kebutuhan dalam negeri dan ekspor. Kebutuhan dalam negeri yang sangat berpengaruh terhadap alokasi CPO (minyak mentah sawit) adalah minyak goreng dan biodiesel. Kebijakan penggunaan biodiesel berpengaruh terhadap alokasi CPO untuk kebutuhan dalam negeri dan ekspor. Hasil running simulasi awal akan dilanjutkan dalam pembuatan skenario dengan variabel yang berhubungan dengan industri minyak goreng dan biodiesel. Saran dalam penelitian ini adalah masih harus dibuat skenario untuk membuktikan hipotesis dalam model sistem dinamik dan dilanjut validasi model.
ISBN : 978-602-97491-8-2 A-7-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, A. Z., Salamatinia, B., Mootabadi, H., & Bhatia, S. (2009). Current status and policies on biodiesel industry in Malaysia as the world's leading producer of palm oil. Energy Policy, 37(12), 5440-5448. doi: http://dx.doi.org/10.1016/j.enpol.2009.08.012 Arti, D. B. (2011). Analisis Strategi Kebijakan Pemerintah terkait dengan Perkembangan Industri Kelapa Sawit Nasional (Studi Kasus di PTPN IV Medan Sumatera Utara). Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Bunie. (2013). Sawit Pendorong Ekonomi Indonesia. Info Sawit, 2. Ditjen. (2010). Statistik Minyak Bumi (M. d. Gas, Trans.). Jakarta: Departemen Minyak dan Gas ESDM, K. (2005). Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2005-2025. www.esdm.go.id. Fauzi, Y. (2012). Kelapa Sawit, Budi Daya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisi Usaha dan Pemasaran. Jakarta Penebar Swadaya. Jan, C. G., Chan, C. C., & Teng, C. H. (2012). The effect of clusters on the development of the software industry in Dalian, China. Technology in Society, 34(2), 163-173. doi: http://dx.doi.org/10.1016/j.techsoc.2012.01.002 Kemenperin. (2010). Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit. Jakarta: Menteri Perindustrian Republik Indonesia. www.kemenperin.go.id Retrieved from www.kemenperin.go.id. Obando Josep, S. Y., Siregar Hermanto. (2009). The Impact of Export Tax Policy on The Indonesian Crude Palm Oil Industry. Robert F Jeffers, J. J. J., Erin M. Searcy. (2013). Dynamic analysis of policy drivers for bioenergy commodity markets Energy Policy, 52. Shin, J., Shin, W.-S., & Lee, C. (2013). An energy security management model using quality function deployment and system dynamics. Energy Policy, 54(0), 72-86. doi: http://dx.doi.org/10.1016/j.enpol.2012.10.074
ISBN : 978-602-97491-8-2 A-7-8