MODEL BELAJAR EFEKTIF MENURUT K.H. MUHAMMAD IDRIS JAUHARI (ANALISIS PEMIKIRAN PENGASUH PONDOK PESANTREN AL-AMIEN PRENDUAN SUMENEP MADURA)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Disusun Oleh : Ach. Hidayatul Wahyudi 106011000050
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M
MODEL BELAJAR EFEKTIF MENURUT K.H. MUHAMMAD IDRIS JAUHARI (ANALISIS PEMIKIRAN PENGASUH PONDOK PESANTREN AL-AMIEN PRENDUAN SUMENEP MADURA) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh : Ach. Hidayatul Wahyudi 106011000050
Di Bawah Bimbingan
Bahrissalim, M.Ag. NIP. 19680307 199803 1 002
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
: Ach. Hidayatul Wahyudi
No. Induk Mahasiswa
: 106011000050
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Alamat
: d/a MI. Nurul Ummah RT 15/08 Ellak Daya. Kec. Lenteng. Kab. Sumenep Madura. 69461
Judul Skripsi
: Model Belajar Efektif Menurut K.H. Muhammad Idris Jauhari (Analisis Pemikiran Pengasuh Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN Sumenep Madura)
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan karya asli saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 17 Maret 2011
Ach. Hidayatul Wahyudi
ABSTRAK
Nama NIM Judul
: Ach. Hidayatul Wahyudi : 106011000050 : Model Belajar Efektif Menurut K.H. Muhammad Idris Jauhari (Analisis Pemikiran Pengasuh Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN Sumenep Madura)
Tiga hal yang melatar belakangi penulis melakukan penelitian ini, pertama: penulis ingin mengetahui lebih mendalam tentang konsep belajar efektif yang dikembangkan oleh K.H. Muhammad Idris Jauhari dan penggunaannya dalam pembelajaran, kedua: penulis juga ingin melihat ketokohan beliau di masyarakat Madura dan peran beliau dalam dunia pendidikan, ketiga: penulis ingin memperkenalkan pemikiran beliau tentang belajar efektif. Adapun masalah dalam penelitian ini adalah Pemikiran K.H. Muhammad Idris Jauhari tentang Model Belajar Efektif. Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN dengan metode kualitatif, yaitu mencari kedalaman informasi melalui data-data yang ditemukan dari berbagai literatur dan melakukan wawancara mendalam dengan K.H. Muhammad Idris Jauhari dan beberapa Kiyai yang ada di Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN. Dari data-data yang penulis temukan, penulis melakukan analisis data tersebut dan menjelaskan dengan metode deskriptif. Pemikiran K.H. Muhammad Idris Jauhari dalam pendidikan sejalan dengan penjelasan tokoh-tokoh yang berkompeten di bidang pendidikan, dalam pemikirannya tentang belajar efektif beliau berpendapat bahwa belajar efektif merupakan belajar yang meninggalkan hasil yang banyak, dengan waktu yang cepat dan biaya murah. Untuk mencapai hasil belajar tersebut, ada dua persiapan yang harus ada, yaitu: pertama, kesiapan mental yang berkenaan dengan kemauan, kemampuan, usaha dam orientasi belajar. Kedua, persiapan metode pembelajaran.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan kekuatan lahir dan batin kepada diri penulis, sehingga setelah melalui proses yang cukup panjang, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beriring salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. Selanjutnya, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa dorongan moril maupun materil, karena penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, M.A, beserta seluruh staffnya. 2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Bapak Bahrissalim, M.Ag yang sekaligus membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Bapak Drs. Sapiuddin Shidiq. M.A beserta seluruh staffnya. 3. Dosen Penasehat Akademik penulis Bapak Prof. Dr. Abd. Rahman Ghazaly, M.A. 4. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah ikhlas berbagi pengalaman dan pengetahuan. 5. Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis haturkan dengan rendah hati dan rasa hormat kepada kedua Orang Tua penulis yang tercinta, Ayahanda H. Asmar dan ibunda Hj. Siti Aqidah serta keluarga penulis atas segala pengorbanan dan jasa-jasa mereka yang tak pernah penulis lupakan. Doa restu, nasihat dan petunjuk
dari
mereka berdua kiranya
merupakan dorongan moril yang sangat efektif bagi kelanjutan studi penulis hingga saat ini.
i
6. Kepada
Seluruh
civitas
akademika
Pondok
Pesantren
AL-AMIEN
PRENDUAN Sumenep Madura, yang telah bekerjasama dan membantu penulis melakukan penelitian. 7. Bapak pimpinan beserta para staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakulatas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, atas segala kemudahan yang diberikan kepada penulis untuk mendapatkan referensi yang mendukung penyelesaian skripsi ini. 8. Kedua saudara tercinta Sulis Amaliatul Afifah dan Ahmad Mishbahus Shurur. 9. Teman-teman PAI B 2006, yang selalu memberikan support dan pecutanpecutan untuk bergerak. 10. Teman-teman
ARVEZHASTY
angkatan
16:30
TMI
AL-AMIEN
PRENDUAN. 11. Teman-teman spesial (Erika, Nervi, Lulu, Indah, Ghoni, Mas Arief Mahmudi, Deden Supriadi, Ali Mudassir, Thile, Junet, Encung, Booy, Anank, Haekal, Sholeh, Sobri, Ansori, Mahbub, Alan, Zhero, Isma, Ipeh, Nana, Una, Toan Mujib) dan yang lainnya yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu. 12. Teman-teman kosan (Bos Retno, Apang, Cicink Deddy, Jhoe, Yuan, Joung, Cuple’, Bule’) yang selalu membuat penulis tersenyum dan menambah kekuatan untuk lebih giat lagi bekerja walaupun sering kali diajak ngopi dan bergadang sampai pagi. Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan pahala dari rahmat Allah SWT. Semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin ya Rabbal alamin.
Jakarta
Ach. Hidayatul Wahyudi
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Abstraks .............................................................................................................. i Kata Pengantar .................................................................................................. ii Daftar Isi ............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 9 C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................................... 9 D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................. 10 E. Metodologi Penelitian .............................................................................. 11 a. Obyek Penelitian .......................................................................... 11 b. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................... 11 c. Metode Penelitian ......................................................................... 11 d. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 12 e. Teknik Analisa Data ..................................................................... 12
BAB II KAJIAN TEORI ................................................................................... 14 A. Hakekat dan Pengerian Belajar ................................................................ 14 B. Ciri-ciri Belajar ........................................................................................ 15 C. Prinsip-prinsip Belajar ............................................................................. 16 D. Unsur-unsur Belajar ................................................................................. 17 E. Teori Belajar ............................................................................................. 18 F. Belajar Efektif .......................................................................................... 21 G. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar .................................. 22
iv
a. Faktor Internal .............................................................................. 22 b. Faktor Eksternal ........................................................................... 22 H. Kriteria Keberhasilan Belajar ................................................................... 25
BAB III OTOBIOGRAFI K.H.MOHAMMAD IDRIS JAUHARI ............... 26 A. Latar Belakang Keluarga .......................................................................... 26 B. Latar Belakang Pendidikan ...................................................................... 27 C. Kontribusi dalam Bidang Pendidikan ...................................................... 29 D. Karya K.H. Muhammad Idris Jauhari ...................................................... 30 E. Kepemimpinan K.H. Muhammad Idris Jauhari di Pondok Pesantren ALAMIEN PRENDUAN .............................................................................. 35
BAB IV MODEL BELAJAR EFEKTIF MENURUT K.H. MUHAMMAD IDRIS JAUHARI ........................................................... 37 A. Hakekat Belajar ........................................................................................ 37 B. Belajar Efektif Efisien dan Akseleratif .................................................... 38 1. Pengertian Belajar Efektif ............................................................ 39 2. Pengertian Belajar Efisien ............................................................ 39 3. Pengertian Belajar Akseleratif ..................................................... 40 C. Pendidikan dan Pembelajaran .................................................................. 41 D. Persiapan-persiapan Siswa Sebelum Belajar ........................................... 42 E. Metode- metode Dasar Belajar Efektif .................................................... 43 1. Pelajaran Hapalan ......................................................................... 44 2. Pelajaran Ingatan .......................................................................... 47 3. Pelajaran Pikiran .......................................................................... 49 4. Pelajaran Bahasa .......................................................................... 51 5. Pelajaran Keterampilan ................................................................ 53 F. Proses Pembelajaran ................................................................................. 54 G. Faktor-faktor Belajar ................................................................................ 60
v
BAB V KESIMPULAN ...................................................................................... 61 A. Kesimpulan .............................................................................................. 61 B. Saran ......................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 63 LAMPIRAN
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalahs Pendidikan merupakan upaya sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka1. Pendidikan juga merupakan proses mengembangkan potensi dirinya guna memiliki kekuatan kecerdasan (intelektual, emosional dan spiritual), berupaya membentuk akhlak mulia dan menumbuhkan keterampilan-keterampilan yang diperlukan, baik untuk dirinya, masyarakat ataupun lingkungan di mana mereka berada. Sejalan dengan itu, sistem pendidikan pendidikan nasional yang telah berupaya menjawab dan mengendalikan peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan sesuai dengan tuntutan perkembangan zamannya. Di samping itu juga, sistem pendidikan berupaya mengendalikan pemerataan kesempatan pendidikan yang sesuai dengan apa yang diinginkan masyarakat serta seimbang. Sistem pendidikan nasional tersebut direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan pada amanat Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yakni Pemerintah Negara Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
1
Muhibin Syah. Psikologi Belajar, 2003, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada hal. 1
1
2
dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial2. Dewasa ini, sudah banyak perbaikan yang terjadi di dunia pendidikan, mulai dari sistem pendidikan, kurikulum dan berbagai aspek pendidikan yang lain. Tahun 2004 kita mengenal Kurikulum Berbasis Kompetensi atau KBK yaitu kurikulum yang memberikan kebebasan pengelolaan pendidikan atau demokratisasi pendidikan3. Di dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pihak institusi diberikan kebebasan untuk mengembangkan pendidikan sehingga hasil keluaran dari KBK adalah terciptanya para lulusan yang menghargai keberagaman.
Tahun
ajaran
2007/2008
Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan atau yang dikenal dengan KTSP mulai diterapkan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dengan mangacu pada Standar Isi (SI), Standar Kompensi Lulusan (SKL), Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no 22 Tahun 2006 dan no 23 Tahun 2006 serta dan didasari oleh Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh BNSP4. Kurikulum ini disebut-sebut sebagai kurikulum terbaik yang cocok diterapkan dalam kegiatan pendidikan saat ini, karena dalam kurikulum ini, tidak hanya dituntut untuk siswa aktif dalam belajar, tetapi guru juga aktif dalam mengawasi, membimbing dan memberikan kompetensi kepada siswa. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, siswa tidak hanya dituntut untuk mampu mendalami materi tetapi siswa dituntut untuk memiliki kompetensi sebagaimana yang tercantum dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jadi tidak hanya ranah kognitif yang dituju tetapi ranah afektif dan psikomotorik juga menjadi tujuan dari kurikulum KTSP. Ketiga ranah diatas berkaitan dengan penilaian yang dilakukan di dalam proses pendidikan. Dengan sistem nilai inilah dapat dibedakan antara pendidikan umum dengan pendidikan Islam. Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani-rohani berdasarkan hukum-hukum Agama Islam menuju 2
http://www.indonesia.go.id/id/files/UUD45/satunaskah.pdf Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran. Hal 120 4 http://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_Tingkat_Satuan_Pendidikan diakses pada hari selasa 26 Oktober 2010. 3
3
kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran islam5. Jadi, dapat kita fahami bahwa pendidikan Islam merupakan kegiatan bimbingan jasmani dan sekaligus rohani setiap orang untuk belajar dan memahami kehidupan yang akan datang dengan nilai-nilai yang berlaku di dalam Agama Islam. Pendidikan selalu menuntut untuk belajar, karena dengan belajar manusia dapat memperoleh berbagai informasi dan pengetahuan. Banyak sekali macam kegiatan yang dapat digolongkan sebagai kegiatan belajar, seperti mencari arti sebuah kata dalam kamus, mengingat dan menghafal puisi, mengoperasikan mesin ketik, membaca pelajaran, membuat latihan pekerjaan rumah, mendengarkan penjelasan guru, menelaah ulang apa yang sudah dipelajari di sekolah, meringkas, berdiskusi, dan lain sebagainya. Robert M. Gagne dalam bukunya “Essential of Learning for Instruction” memberikan definisinya tentang belajar atau yang dikenal dalam istilah lain dengan Learning. “Learning is a process of which certain kind of living organisms are capable-many animals, including human beings, but not plants. It is a process which enable these organisms to modify their behavior fairly rapidly in a more or less permanent way, so that the same modification does not have to occur again and again in each new situation”6. Dari paparan Robert M. Gagne diatas, dapat difahami bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh mahluk hidup, kecuali tumbuhan, yang dengan proses itu diharapkan adanya perubahan pada perilaku dan tindakan sehingga mereka siap untuk kehidupan yang baru. Di dalam pendidikan Islam banyak sekali orang-orang yang berperan dalam mengembangkan Pendidikan Islam. Al-Ghazali dan Al-Zarnuji merupakan salah satu tokoh Islam yang peduli dan menyumbangkan pemikirannya tentang aktivitas belajar. Menurut al-Ghazali, belajar adalah usaha orang untuk mencari ilmu7. Belajar sangat berkaitan dengan ilmu, karena dalam proses belajar ada tujuan yang ingin dicapai oleh si-pembelajar 5
D. Marimba Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, PT. Al-Ma‟arif Bandung 1989 hal 23 6 Robert M.Gagne, Essential of Learning for Instruction. 1974. Dryden Press. Hal . 5 7 H. Baharuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, hal 42
4
dan tujuan itu adalah ilmu, lebih jauh al-Ghazali menerangkan bahwa pendekatan
belajar
dalam
mencari
ilmu
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan pendekatan ta‟lim insani dan ta‟lim rabbani. Lebih lanjut alGhazali menerangkan bahwa ta‟lim insani adalah belajar dengan bimbingan manusia8, yaitu pendekatan yang umum dipakai di dalam proses pendidikan, baik dilingkungan pendidikan formal ataupun dilingkungan pendidikan nonformal. Sedangkan ta‟lim rabbani yaitu proses belajar dengan bimbingan Tuhan9. Dalm proses ini dilakukan dengan Tafakkur, yaitu membaca realitas dalam berbagai dimensi kehidupan spiritual. Selain al-Ghazali yang banyak dikenal sebagai praktisi dan pemikir pendidikan dalam Islam, kita juga mengenal Burhanuddin al-Islam al-Zarnuji. Beliau adalah pengarang kitab “Ta‟lim al-Muta‟allim Thuruq al-Ta‟allum”. Di dalam kitab tersebut, Al-Zarnuji membagi ilmu dalam empat kategori. Pertama, ilmu fardu „ain, yaitu ilmu yang wajib dipelajari. Kedua, ilmu fardu kifayah, yaitu ilmu yang dibutuhkan hanya pada saat-saat tertentu saja. Ketiga, ilmu haram, yaitu ilmu yang tidak diperbolehkan untuk dipelajari, karena ditakutkan hanya dipakai untuk menipu dan berbuat jahat. Keempat, ilmu jawaz, yaitu ilmu yang boleh dipelajari karena bermanfaat bagi manusia10. Di dunia pendidikan Barat kita banyak mengenal tokoh-tokoh yang berperan di dalam pendidikan. Dari tokoh-tokoh inilah kemudian lahir berbagai definisi dari belajar. E.R. Hilgard dan D.G. Marquis (dalam buku Conditioning and Learning) mendefinisikan belajar sebagai sebuah proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran dan sebaginya, sehingga terjadi perubahan dalam diri. Dalam buku Succesfull Teaching James L. Mursell berpendapat bahwa belajar adalah upaya yang dilakukan dengan mengalami sendiri, menjelajahi, menelusuri sendiri dan
8
H. Baharuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, hal. 44 H. Baharuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, hal .48 10 H. Baharuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, hal. 53 9
5
memperoleh sendiri11. Lebih jauh penulis menafsirkan belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri sisiwa karena adanya interaksi antara individu yang satu dengan individu yang lainnya, yaitu antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa lainnya dan siswa dengan materi pelajaran yang sedang dipelajarinya. Berbagai definisi tentang belajar dari bermacam-macam tokoh dengan latar belakang yang berbeda-beda. Tetapi ada beberapa ciri yang dapat diidentifikasikan sebagai kegiatan belajar yaitu: Bahwa belajar itu membawa perubahan pada diri orang yang belajar, bahwa belajar itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru yang berlaku untuk jangka waktu yang lama, bahwa perubahan itu terjadi karena ada usaha12. Untuk mencapai tujuan belajar, banyak cara atau model belajar yang bisa diterapkan oleh siswa, cara-cara tersebut harus disesuaikan dengan mata pelajaran yang sedang dipelajari karena setiap materi pelajaran tidak sama isinya. Ada pelajaran yang memfokuskan pada kegiatan membaca, menghafal, mengingat dan juga melakukan hal nyata. Disinilah seorang guru harus tahu karakteristik pelajaran yang sedang diajarkan kepada siswa dan juga harus tahu karakter tiap-tiap siswanya. Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh guru dan siswa, siswa dan siswa secara berkesinambungan. Tanpa komunikasi yang baik proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik pula, karena pesan dari materi yang akan diajarkan harus disampaikan dengan benar, hal itu membutuhkan komunikasi yang baik dan benar. Dalam hal ini kita mengenal keterampilan dasar mengajar bagi guru, keterampilan dasar ini penting agar seorang guru dapat melaksanakan perannya dalam pengelolaan proses pembelajarannya dapat berjalan secara efektif dan efisien. Setidaknya ada lima keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh guru, yaitu : Keterampilan dasar bertanya, Keterampilan dasar memberikan penguatan, Keterampilan dasar memberikan variasi stimulus, 11
H. Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran. 2003 UHAMKA Press.
12
Darwyan Syah. dkk, Strategi Belajar Mengajar, 2009 Diadit Media,hal 37-38
Hal 29
6
Keterampilan dasar membuka dan menutup pelajaran, dan Keterampilan dasar mengelola kelas13. Di dalam kelas, tentunya terdapat berbagai macam siswa dengan kemampuan dan potensi yang berbeda-beda, inilah yang dikenal dengan pluralitas siswa. Seorang guru dituntut untuk memahami berbagai karakter siswa agar kebutuhan dari tiap siswa dapat terpenuhi. Mempelajari sesuatu itu memerlukan proses yang panjang. Seseorang tidak dapat mengerti suatu ilmu hanya dalam waktu yang singkat. Umumnya mereka membutuhkan waktu untuk membaca, mengamati, mendengar, memahami, mempraktikan, hingga tingkat mengembangkan. Seperti yang diterangkan oleh Dr. M. Quraish Shihab dalam bukunya “Membumikan alQuran” tentang falsafah dasar Iqra‟, bahwa perintah membaca merupakan perintah yang paling berharga, karena membaca merupakan jalan yang mengantar manusia mencapai derajat kemanusiaan yang sempurna14. Awal mula perintah Allah dalam wahyu pertamanya adalah ditandai dengan isyarat Iqra‟ (bacalah) dalam surat al-„Alaq yang berisi perintah terhadap hambanya untuk selalu membaca, yang mana perintah membaca sudah tentu pula selalu diiringi dengan menulis sebagai adanya bahan yang akan dibaca, berikut dalam firman Allah:
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam [Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca]. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-„Alaq: 1-5) 13
Wina Sanjaya, Starategi Pembelajaran : Berorientasi Standar Proses Pendidkan,
14
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, hal 170
hal 32.
7
Islam sebagai agama rahmah lil al-„alamin sangat mewajibkan umatnya untuk belajar. Bahkan Allah mengawali menurunkan al-Quran sebagai pedoman hidup manusia dengan ayat yang memerintahkan Nabi Muhamamd Saw untuk membaca dan membaca (iqra‟), karena Iqra‟ merupakan salah satu perwujudan dari aktivitas belajar15. Dalam arti yang luas Iqra‟ berarti mengembangkan pengetahuan dan memperbaiki kehidupan. Kegiatan belajar siswa sangat beragam, untuk itu di dalam proses pembelajaran juga diperlukan keragaman metode, strategi dan pendekatan. Beberapa pendekatan pembelajaran yang dikembangkan saat ini dan dipergunakan di sekolah-sekolah seperti Active Learning dan Contextual Teaching and Learning. Active Learning yang dimaksud adalah cara untuk membuat peserta didik aktif sejak awal melalui aktifitas-aktifitas yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu yang singkat mereka berpikir tentang materi pelajaran16. Contextual Teaching Learning adalah sebuah sistem belajar yang di dasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna akademis yang mereka terima17. Pendekatan ini merupakan pendekatan pembelajaran yang menghubungkan materi dengan realita yang dialami oleh siswa. Dalam pengembangan pendidikan, banyak tokoh yang mempunyai peran penting untuk peningkatan belajar siswa, di dunia Barat kita mengenal Edward L. Thorndike, Ivan Petrovich Pavlov, dan yang lainnya. Di Dunia Islam Indonesia kita mengenal KH. Hasyim Asy‟ari, seorang tokoh fenomenal dalam Dunia Pendidikan Islam Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dengan kegiatan pendidikan di pesantren yang digunakan untuk menjaga budaya dan moral bangsa dari penetrasi budaya Barat18. Di dalam pesantren 15
H. Baharuddin, dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajran, Ar-Ruzz Media, 2009 hal 29 16 Melvin L. Silberman, Active Learning, Pustaka Insan Madani, 2007, hal. xxii 17 Elaine B. Jahnson, Contextual Teaching Learning, hal 14 18 Lathiful Khuluq, Fajar Kebangkitan Ulama : Biografi KH. Hasyim Asy‟ari, hal 91.
8
yang dikembangkan, tidak hanya tradisi Islam murni yang terus dijaga, tetapi juga pengembangan pola pikir untuk mengimbangi pendidikan Barat yang berkembang saat itu. Kita juga mengenal seorang tokoh pembaharu atau yang dikenal dengan sebutan “Sang Pencerah” dialah KH. Ahmad Dahlan, beliau banyak dikenal dengan pembaharuan dan pemurnian pola pikir. Selain itu berkat pemikiran dan perjuangannya di dunia pendidikan saat ini kita banyak menemui sekolah-sekolah bahkan di beberapa daerah nama Beliau juga dijadikan simbol dari sekolah tinggi. Hal ini sebagai penghormatan kepada perjuangan dan perhatian KH. Ahmad Dahlan terhadap dunia Pendidikan. Di Pulau Madura, tepatnya di Kabupaten Sumenep, kita mengenal sebuah Pesantren besar yaitu Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN. Setelah wafatnya KH. Tijani Djauhari, MA pada Tahun 2008 pesantren ini dipimpin oleh KH. Muhammad Idris Jauhari. Memang nama Beliau belum banyak dikenal dan mungkin masih asing di kalangan praktisi pendidikan Islam Indonesia. Tetapi bagi masyarakat Madura beliau adalah sosok pendidik yang elegan, dengan gagasan pendidikan yang selalu berkembang. Hal itu diwujudkan dalam berbagai perubahan sisitem pendidikan di Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN Sumenep Madura. Sejak berdirinya Pondok Pesantren tersebut sampai saat ini beliau mempunyai peran besar dalam proses pendidikan di dalamnya. Sebagai tokoh dan praktisi pendidikan banyak hal yang sudah beliau lakukan untuk pendidikan di pesantren tersebut dan untuk Indonesia. Selain aktif dalam kegiatannya sebagai pengasuh, beliau juga cukup produktif menerbitkan karya-karya dalam bentuk karya tulis yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan. Buku Cara Belajar Efektif Efisien dan Akseleratif merupakan salah satu dari karya KH. Muhammad Idris Jauhari. Di dalam buku ini diterangkan tentang bagaimana proses belajar agar menjadi efektif dan efisien, buku ini merupakan buku panduan belajar santri (di dalam istilah di Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN disebut buku “Kepondokan”) yang harus dimiliki oleh santri di Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN. Sekilas buku ini sangat sederhana, namun pesan yang ingin beliau sampaikan cukup kompeten
9
untuk di gunakan dalam kegiatan belajar kita. Meskipun kecil dengan judul yang seakan-akan hanya membahas cara belajar saja, sebenarnya esensi buku ini juga mencakup prinsip, tujuan dan strategi belajar pada moral religius. Masalah ini
menarik untuk ditelusuri lebih dalam dan lebih
mendetail, sehingga mendapatkan hasil yang maksimal untuk kepentingan pendidikan Islam di Indonesia. Setelah melalui studi pendahuluan dan pertimbangan yang cukup panjang serta berdasarkan latar belakang di atas, penulis berkeinginan untuk menulis karya ilmiah dengan judul “MODEL BELAJAR
EFEKTIF
MENURUT
K.H.
MUHAMMAD
IDRIS
JAUHARI” (Analisis Pemikiran Pengasuh Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN Sumenep Madura).
B. Identifikasi Masalah Dalam penelitian ini, penulis mencoba mengidentifikasi berbagai permasalahan yang sekiranya akan timbul berkenaan dengan penelitian yang penulis laksanakan, yaitu : 1. Konsep belajar menurut KH. Muhammad Idris Jauhari. Yang di dalamnya mencakup: Kedudukan siswa dan guru, Orientasi Belajar dan Pola interaksi dalam belajar. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam belajar 3. Kriteria belajar efektif. 4. Pendekatan strategis, metode dan teknik belajar efektif. 5. Model-model belajar efektif. 6. Pengelolaan dan strategi pembelajaran efektif.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah Agar tidak menjadi bias dan penelitian ini terfokus, penulis membatasi masalah yang akan diteliti sebagai berikut : 1. Model belajar efektif menurut K.H. Muhammad Idris Jauhari. a. Persiapan-persiapan yang harus dilakukan agar proses belajar menjadi efektif.
10
b. Kriteria belajar efektif. c. Persiapan untuk belajar 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola belajar siswa / santri. Adapun rumusan masalah yang akan penulis teliti yaitu : 1. Bagaimanakah konsep belajar efektif menurut K.H. Muhammad Idris Jauhari? 2. Apa persiapan yang harus dilakukan siswa sebelum belajar menurut K.H. Muhammad Idris Jauhari? 3. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam belajar menurut K.H. Muhammad Idris Jauhari?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Dari perumusan masalah di atas, semakin mempertegas bahwa penelitian ini bertujuan untuk : 1. Memberikan gambaran dan penjelasan konsep model belajar efektif Menurut K.H. Muhammad Idris Jauhari 2. Memberikan gambaran tentang ketokohan K.H. Muhammad Idris Jauhari dalam dunia Pendidikan. Sedangkan kegunaan penelitian ini yaitu : 1. Kegunaan bagi penulis adalah untuk memperkaya dan menambah wawasan keilmuan dalam bidang pendidikan, khususnya dalam persiapan menjadi guru yang sesungghnya. 2. Bagi para pembaca, penelitian ini dijadikan sebagai salah satu bahan rujukan dalam mengembangkan pendidikan Islam di Indonesia. 3. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, penelitian ini dapat memperkaya khazanah keilmuan dalam bidang pendidikan Islam.
11
E. Metodologi Penelitian a.
Obyek Penelitian Obyek adalah perkara atau hal yang menjadi pokok masalah19, sedangkan obyek penelitian adalah pokok masalah dalam sebuah penelitian. Obyek dalam penelitian ini adalah pemikiran K.H. Muhammad Idris Jauhari tentang model belajar efektif.
b. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang menunjuk pada makna, kedalaman konsep, definisi, ciri, metafora, lambang dan deskripsi sesuatu20. Di dalam penelitian ini penulis menelaah beberapa bahan kepustakaan berupa buku, yang berkaitan dengan judul penelitin ini, disamping itu penulis juga melakukan wawancara mendalam dengan KH. Muhammad Idris Jauhari. Adapun tujuannya adalah sebagai landasan dan acuan teoritis yang akan dikembangkan dengan penelitian lapangan seperti melakukan observasi dan wawancara mendalam tentang obyek penelitian yang sedang penulis kaji.
c.
Metode Penelitian 1.
Penelitian ini sifatnya penelitian dasar atau teori dasar (grounded theory) yaitu penelitian yang diarahkan pada penemuan atau penguatan terhadap suatu teori21.
2.
Sumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil wawancara mendalam dengan K.H. Muhammad Idris Jauhari, Buku Cara Belajar Efektif, Efisien dan Akseleratif, Mabadi‟u Ilmu At-Ta‟lim, Ilmu Jiwa 19
Pius A Partanto dan M. Dahlan Al- Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya : Arkola, tt. Hal 531 20 Conny R. Semiawan, Catatan Kecil tentang Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan, Jakarta : Kencana Media Group, 2007, hal 27. 21 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosydakarya, 2006, hal. 64
12
Pendidikan, Khutuwat At-Tadris Al-Mufasshalah karya K.H. Muhammad Idris Jauhari sebagai sumber primer, sedangkan sumber sekundernya adalah buku-buku tentang belajar dan pembelajaran, psikolgi belajar dan buku-buku tentang pendidikan.
d. Teknik Pengumpulan Data 1.
Studi Dokumen dan Literatur. yaitu teknik pengumpulan data melalui buku-buku, makalah-makalah, rekaman dan literatur-literatur lainnya agar memperoleh data yang lengkap. Adapun dokumen dalam penelitian ini adalah buku Cara Belajar Efektif, Efisien dan Akseleratif, Mabadi‟u Ilmu At-Ta‟lim, Ilmu Jiwa Pendidikan, Khutuwat At-Tadris Al-Mufasshalah karya K.H. Muhammad Idris Jauhari.
2.
Interviu
mendalam,
yaitu
interviu
yang
dilakukan
dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang memungkinkan responden memberikan jawaban yang luas, adapun perntanyaan dalam interviu ini diarahakan untuk mengungkap konsep, persepsi berkenaan dengan fokus yang diteliti22. Dalam penelitian ini obyek interviu adalah K.H. Muhammad Idris Jauhari.
e.
Teknik Analisa Data 1.
Metode analisis data a) Analisis isi atau dokumen (content or document analysis) yaitu ditujukan untuk menghimpun dan menganalisis dokumendokumen resmi berupa buku-buku baik yang bersifat teoritis maupun empiris. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui makna, konsep, untuk selanjutnya mengetahui manfaat atau hasil dari hal-hal tersebut23.
22 23
Nana Syaodih Sukmadinata, 2006, hal. 112 Nana Syaodih Sukmadinata, 2006, hal 81-82
13
b) Metode deskriptif yaitu mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang sifatnya alamiah atau rekayasa manusia24.
24
Nana Syaodih Sukmadinata, 2006, hal 72
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Hakekat dan Pengertian Belajar Sebelum kita memahami belajar dari pendapat berbagai tokoh, kita harus mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan belajar. Di dalam Kamus Besar Psikologi yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Aminudin Rasyad, belajar dikaitkan antara belajar dan mengetahui. Belajar (to learn) adalah memperoleh ilmu penegetahuan atau penguasaan ilmu melalui pengalaman, mengingat, mengalami dan mendapatkan informasi. Sedangkan mengetahui (to know) adalah menyerap segala sesuatu secara langsung melalui alat indera atau jiwa1. Menurut Higlar dan Bower dalam bukunya Theories of Learning yang dikutip dari buku Evaluasi Pengajaran karya M. Ngalim Purwanto menyatakan bahwa belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan sespon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang. Sejalan dengan paparan di atas, Muhibin Syah mengemukakan bahwa belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif2.
1
H. Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran. 2003, Jakarta : UHAMKA Press. hal 24 2 Darwyan Syah, Strategi Belajar Mengajar, 2009, Jakarta : Diadit Media,hal 35
14
15
Jamal Ma’mur Asmani dalam bukunya Jurus-jurus Belajar Efektif untuk SMP dan SMA merumuskan bahwa belajar adalah proses kontinu yang tidak pernah berhenti pada tanggungjawab intelektual dengan semangat menguasai dan mengembangkan ilmu, ada tanggungjawab moral dalam rangka mengamalkan ilmu yang dikuasai, dan ada tanggungjawab sosial dalam arti memberikan keteladanan yang baik kepada masyarakat3. Menurut al-Ghazali, proses belajar yang dilakukan seseorang adalah usaha orang tersebut untuk mencari ilmu, karena itu belajar itu sendiri tidak lepas dari ilmu yang akan dipelajarinya4. Dalam pengertian lain, belajar adalah membentuk hubungan-hubungan dalam susunan urat syaraf sebagai hasil dari sambutan-sambutan yang diberikan terhadap perangsang-perangsang5. Pernyataan di atas pada dasarnya mementingkan aspek psikologis si pelaku, meskipun hal itu dilakukan dengan samar-samar tetapi belajar merupakan perbuatan yang menyertakan berbagai bagian organisme si pelaku.
B. Ciri-ciri Belajar Dalam kegiatan belajar, tentunya ada perubahan yang terjadi kepada orang yang belajar, apakah perubahan itu sifatnya sementara ataupun permanen. Adapun ciri-ciri perubahan tingkah laku yang terjadi dalam belajar sebagai berikut (Slameto : 2003): 1. Perubahan terjadi secara sadar, yaitu bahwa orang yang belajar benarbenar menyadari dan merasakan perubahan yang terjadi dalam dirinya. 2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional, artinya perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berla ngsung secara berkesinambungan, dan selalu berhubungan dnegan perubahanperubahan selanjutnya.
3
Jamal Ma’mur Asmani, Jurus-jurus Belajar Efektif untuk SMP dan SMA, 2009, Diva Press, hal 20-21 4 H. Baharuddin.dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran 2009 hal 42 5 H.C. Witherington dkk, Teknik-teknik Belajar dan Mengajar, Penerbit Jemmars Bandung 1986, hal 9.
16
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif – aktif, yaitu perubahan yang terjadi bermanfaat, sesuai dengan harapan, adapun perubahan aktif artinya tidak datang dengan sendirinya, melainkan dengan proses yang dilakukan oleh orang yang belajar6. 4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. Dalam kegiatan belajar, perubahan yang terjadi bersifat menetap atau permanen bahkan akan berkembang kalau hal itu dipergunakan dan dilatih7. 5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. Yaitu capaian yang diinginkan memang sudah ditetapkan sebelum belajar. Dengan demikian perbuatan belajar sengaja diarahkan untuk mencapai apa yang sudah ditetapkan. 6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Seluruh dari tahapan tingkah laku akan dialami oleh seseorang setelah proses belajar.
C. Prinsip-prinsip Belajar Soekamto dan Winataputra, 1997 yang dikutip oleh Drs. H. Bahatuddin, M.Pd.I dan Esa Nur Wahyuni, M.Pd menerangkan bahwa dalam proses belajar mengajar seorang guru perlu memperhatikan prinsip belajar berikut8. a.
Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar dan bukan orang lain.
b.
Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
c.
Agar siswa belajar dengan baik, diperlukan penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.
d.
Penguasaan yang sempurna dalam setiap langkah pembelajaran.
e.
Siswa diberikan tanggung jawab dan kepercayaan penuh. Untuk meningkatkan motivasinya dalam belajar.
Lebih jauh Slameto menjelaskan dalam buku “Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya” (2003) bahwa di dalam pembelajaran tentunya ada
6
Muhibin Syah, M.Ed. Psikologi Belajar, , hal. 119 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, hal. 5 8 H. Baharuddin. dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran 2009 hal. 16 7
17
perinsip-prinsip yang dapat dilaksanakan dalma situasi dan kondisi yang berbeda. Prinsip-prinsip belajar tersebut dikategorikan sebagai berikut. a. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar. 1.
Partisipasi aktif setiap siswa dalam belajar.
2.
Adanya
penguatan
dan
motivasi
untuk
mencapai
tujuan
instruksional. 3.
Lingkungan yang dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam melakukan eksplorasi.
4.
Adanya interaksi siswa dengan lingkungannya.
b. Sesuai hakikat belajar. 1.
Dilakukan bertahap.
2.
Belajar merupakan sebuah proses adaptasi, organisasi, eksplorasi dan discovery.
3.
Adanya hubungan antara satu pengertian dengan pengertian lain, sehingga apa yang menjadi tujuan instruksional benar-benar tercapai.
c. Sesuai materi / bahan yang harus dipelajari. 1.
Bersifat keseluruhan, dan materi yang disajikan memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga mudah dipahami.
2.
Dapat mengembangkan kemampuan tertentu seuai dengan tujuan instruksional.
d. Syarat keberhasilan belajar 1.
Sarana yang memadai, untuk membantu ketenangan belajar siswa.
2.
Penguatan, pengulangan sehingga pengertian, sikap, keterampilan itu mendalam pada siswa.
D. Unsur-unsur Belajar Cornbach dalam Nana Shaodih Sukmadinata yang dikutip oleh Dr. M. Sobri Sutikno (2009) mengemukakan adanya tujuh unsur utama dalam belajar. a. Tujuan. Belajar dimulai karena adanya sesuatu tujuan yang ingin dicapai. Tujuan ini muncul untuk memenuhi kebutuhan.
18
b. Kesiapan. Untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik, anak atau individu perlu memiliki kesiapan, baik kesiapan fisik atau psikis, kesiapan yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu, maupun penguasaan pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang mendasarinya. c. Situasi. Kegiatan belajar berlangsung dalam situasi belajar. Di dalam situasi ini terlihat tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari, orang-orang yang turut tersangkut dalam kegiatan belajar serta kondisi orang yang belajar. d. Interpretasi. Dalam menghadapi situasi belajar, individu mengadakan interpretasi, yaitu melihat hubungan diantara komponen-komponen situasi belajar. e. Respons. Respon yang diberikan oleh individu yang berpegang pada hasil interpretasi yang dilakukan tantang tercapai atau tidaknya tujuan. f. Konsekuensi. Setiap usaha pasti ada hasilnya. Entah itu baik atau buruk, itulah konsekuensi yang akan diterima dalam belajar, apakah akan membuahkan hasil yang maksimal atau sebaliknya. g. Reaksi terhadap kegagalan. Selain keberhasilan yang diperoleh, kegagalan juga merupakan kemungkinan yang akan diterima, apakah reaksi terhadap kegagalan tersebut bersifat positif atau bersifat Negatif.
E. Teori Belajar Secara terperinci teori belajar sudah dikembangkan oleh berbagai tokoh baik dari Tokoh barat dan Tokoh Islam. Beberpa tokoh dengan konsepnya dalam metode belajar sebagai berikut. 1.
Konsep belajar melalui imitasi, sejak awal adanya manusia Allah mengajarkan manusia untuk belajar dengan cara meniru, yaitu meniru apa yang sudah ada. Hal ini diterangkan dalam Al-Quran surah AlMaidah ayat 31, yaitu peristiwa pembunuhan Habil oleh saudaranya Qabil, pada saat Qabil bingung bagaimana mengurus jenazah
19
saudaranya, Allah mengirim burung gagak yang menggali tanah uantuk mengubur burung gagak yang lain9. 2.
Pendekatan belajar menurut al-Ghazali yang dikutip oleh Drs H. Baharuddin, M.Pd.I (2009) dapat dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan Ta’lim insani dan ta’lim rabbani. Ta’lim Insani adalah belajar dengan bimbingan manusia, pendekatan ini adalah cara umum yang dilakukan orang dan biasanya dilakukan dengan menggunakan alat-alat inderawi yang diakui oleh orang yang berakal. Proses ini dibagi menjadi dua proses, yaitu proses eksternal melalui belajar mengajar layaknya disekolah dan di kelas-kelas, dan proses tafakkur yang merupakan kegiatan membaca realitas dalam berbagai dimensi wawasan spiritual dan pengetahuan-pengetahuan hikmah. Adapun Ta’lim Rabbani adalah belajar dengan bimbingan Tuhan. Seseorang akan mendapatkan penegtahuan dengan bimbingan langsung dari Allah jika kondisi jiwanya suci dan tidak tercemar dari perbuatan dosa dan nista. Dalam pendekatan ini Allah sendiri yang akan menjadi guru dan membimbing batin seseorang dalam belajar10.
3.
Teori
Koneksionisme
(connectionism)
yang
ditemukan
dan
dikembangkanoleh Edward L. Thorndike (1874-1949) bedasarkan eksperimen yang ia lakukan pada kucing untuk mengetahui fenomena belajar. Seekor kucing yang lapar ditempatkan di dalam sangkar berbentuk kotak berjeruji yang dilengkapi dengan perlatan seperti pengungkit, grendel pintu, dan tali yang menghubungkan grendel dengan pengungkit tersebut. Peralatan ini ditata sedemikian rupa sehingga memungkinkan kucing tersebut memeproleh makanan yang tersedia di depan sangkar tersebut. Keadaan belajar di dalam sangkar ini disebut puzzle box yang merupakan stimulus yang merangsang kucing untuk melepaskan diri dan memperoleh makanan yang ada di depan pintu. Berdasarkan eksperimen yang dilakukan, Thorndike 9
H. Baharuddin, dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, 2009 hal. 35 H. Baharuddin, dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran. hal. 49
10
20
berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon yang saling berkaitan satu sama lain11. 4.
Teori Belajar Kondisioning Klasik (Clasical Conditioning) yang dipelopori oleh Ivan Pavlov adalah teori yang menjadi inpirasi bagi Thorndike, Teori ini diawali dengan eksperimen yang dilakukan oleh Pavlov kepada seekor anjing. Jika daging diletakkan di dekat mulut anjing yang lapar, maka anjing akan mengeluarkan air liur, menurut hasil eksperimen yang dilakukan, Pavliv berpendapat bahwa ada stimulus yang tidak terkondisikan yaitu daging yang didekatkan kepada anjing yang sedang lapar yang akan menghasilkan respon yang tidak dikondisikan yaitu keluarnya air liur anjing. Stimulus respon ini sudah lumrah terjadi pada anjing. Dalam eksperimen ini Pavlov mengganti dengan stimulus baru yaitu sebuah bel yang merupakan stimulus netral. Jika bel dipasangkan dengan daging dan dilakukan secara berulang-ulang maka bel akan menjadi stimulus yang terkondisikan12.
5.
Francis P. Robinson yang ditelaah dalam buku psikologi belajar karangan Muhibin Syah, M.Ed, mengembangkan metode belajar yang dikenal dengan SQ3R. Metode ini adalah singkatan dari beberapa langkah
belajar
yaitu
:
Survey,
memeriksa,
meneliti
atau
mengidentifikasi seluruh teks yang akan dipejari, Question yaitu menyususn daftar pertanyaan yang relevan dengan apa yang akan dipelajari, Read yaitu membaca secara aktif, Recite yaitu menghafal jawaban dari pertanyaan tersebut, dan yang terakhir Review yaitu meninjau ulang seluruh jawaban atas pertanyaan yang tersusun pada langkah question diatas. Disamping itu Jhon R. Anderson dalam buku Cognitive Psychology and Its Implication yang juga dikutip oleh Muhibin Syah mengembangkan teori belajar yang dikenal dengan PQ4R yaitu langkah-langkah berurutan yang mesti dilalui oleh si 11 12
Muhibin Syah, M.Ed, 2003 hal 93 H. Baharuddin, dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran. hal 58
21
pembelajar, langkah tersebut adalah Priview, Question, Read, Reflect, Recite, and Review13. 6.
Teori Belajar Sosial, atau yang lebih dikenal dengan observational learning, teori ini dipelopori oleh Albert Bandura, seorang psikolog pada Universitas Stanford Amerika Serikat. Bandura memandang bahwa tingkah laku manusia bukan semata-mata refleks otomatis atas stimulus, melainkan juga akitab reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antar lingkungan dengan skema kognitif manusia sendiri. Dalam teori ini yang menjadi adalah peniruan dan pembiasaan merespon14.
F. Belajar Efektif a. Pengertian Efektif dan Efisien 1.
Di dalam Kamus Ilmiah Populer, efektif mempunyai arti tepat; manjur; mujarab; tepat guna; berhasil. Sedangkan Efisien mempunyai arti rapi; cermat; paling sesuai dan tepat; hemat waktu (biaya dan tenaga)15. Jika dikaitkan dengan belajar, dapat difahami bahwa belajar efektif dan efisien merupakan belajar yang tepat dan hemat waktu sehingga apa yang diinginkan dari belajar tersebut dapat tercapai dengan baik atau dapat dikatakan berhasil.
2.
Belajar
efektif
yaitu
belajar
yang
membantu
meningkatkan
kemampuan si pembelajar yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai16. Efektif berarti tepat guna, atau dikatakan berhasil melakukan suatu hal, dalam hal belajar dapat diartikan ketepatan waktu dan keberhasilan dalam belajar17.
13
Muhibin Syah, M.Ed, 2003 hal. 140. Muhibin Syah, M.Ed, 2003 hal. 106. 15 Pius A Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, 1994, hal 128-129 16 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, 2003, hal 74. 17 Jamal Ma’mur Asmani, Jurus-jurus Belaajr Efektif untuk SMP dan SMA, 2009. Hal 14
108.
22
3.
Belajar Efisien adalah usaha yang digunakan untuk mendapat hasil belajar yang memuaskan dengan pendekatan dan strategi yang efisien18.
G. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Belajar merupakan seragkaian kegiatan atau perbuatan yang berhubungan dengan banyak faktor. Dua faktor utama dalam belajar, yaitu faktor Internal yang berhubungan dengan diri individu, dan faktor eksternal yang berada di luar individu. a. Faktor Internal 1. Faktor Jasmaniah Faktor fisiologis atau keadaan jasmani sangat berpengaruh terhadap proses maupun prestasi belajar anak19. Adapun faktor jasmani yang mempengaruhi seseorang dalam belajar adalah: Kesehatan; agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkna ketentuan-ketentuan tentang belajar, istirahat, pola makan, olehraga dan Ibadah. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu. Catat Tubuh; keadaan cacat tubuh juga mempegaruhi belajar individu, orang yang cacat belajarnya akan terganggu. 2. Faktor Psikologis Ada beberapa faktor psikologis yang dapat mempengaruhi proses belajar siswa20. 1) Intelegensi. Intelegensi merupakan kecakapan yang terdiri atas tiga jenis, yaitu: kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan dengan situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui / menggunakan konsep-konsep
yang abstrak secara efektif,
mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat21. 18
Muhibin Syah, Psikologi Belajar, 2003, hal 134. M. Sobry Sutikno.... 2009 hal 16 20 M. Sobry Sutikno.... 2009 hal 16 21 M. Sobry Sutikno.... 2009 hal 16 19
23
2) Motif. Yaitu merupakan daya penggerak atau pendorong untuk berbuat22. 3) Minat.
Merupakan
kecenderungan
yang
tetap
untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat juga dapat diartikan rasa lebih suka dan rasa ketertarikan kepada hal atau aktivitas tanpa menyuruh23. 4) Emosi. Kedalaman emosi sangat mempengaruhi seseorang dalam belajar. Emosi yang cukup akan menambah konsentrasi belajar seseorang24. 5) Bakat. Bakat adalah kemampuan, orang yang mempunyai bakat akan lebih mudah belajarnya dibandingkan orang yang belum memiliki bakat25. 6) Kematangan. Yaitu alat-alat tubuh yang sudah siap menerima kecakapan baru26. 7) Kesiapan. Yaitu kesediaan untuk memberi respon terhadap apa yang dipelajari27. 3. Faktor Kelelahan Faktor kelelahan dibagi menjadi dua28, yaitu kelelahan jasmani yang terlihat pada lemah lunglainya badan dan kecenderungan untuk membaringkan tubuh, kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kebosanan sehingga minat untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini bisa timbul kerena kebosanan menghadapi sesuatu yang terus-menerus tanpa istirahat atau bisa saja timbul karena menghadapi hal-hal yang selalu sama tanpa ada variasi.
22
M. Sobry Sutikno.... 2009 hal 16 M. Sobry Sutikno.... 2009 hal 16 24 M. Sobry Sutikno.... 2009 hal 16 25 M. Sobry Sutikno.... 2009 hal 16 26 M. Sobry Sutikno.... 2009 hal 16 27 M. Sobry Sutikno.... 2009 hal 16 28 M. Sobry Sutikno.... 2009 hal 17 23
24
b. Faktor Eksternal Faktor eksternal atau faktor dari luar individu adalah faktor yang sifatnya dari luar individu yang melakukan kegiatan belajar. Hal ini juga berpengaruh terhadap individu tersebut dalam belajar. Faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga29. a) Faktor Keluarga Seseorang yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga, yaitu : Pertama Cara orang tua mendidik, akan ada beda yang sangat jauh antara orang tua yang memeperhatikan pendidikan dan mendidik anak dengan baik dalam belajar dibandingkan dengan orang tua yang acuh tak acuh dalam mendidik anak. Kedua Relasi antar anggota keluarga. Yang terpenting dari relasi antar anggota keluarga adalah relasi antara orang tua dan anak, dan relasi anak dengan saudara dan anggota keluarga yang lain. Ketiga Suasana rumah. Suasan rumah yang dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan belajar30. b) Faktor Sekolah Sekolah merupakan salah satu tempat seseorang melakukan belajar, walaupun semua tempat juga bisa dijadikan temapt belajar, namun secara formal individu belajar di sekolah dengan kurikulum dan tingkatan yang bermacam-macam. Sekolah juga mempengaruhi belajar seseorang. Dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar seseorang di dalam sekolah adalah: Metode Mengajar guru, Kurikulum, Relasi Guru dan siswa, Relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung sekolah, metode belajar, tugas rumah31.
29
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, 2003, hal 61 Slameto,…. 2003, hal 61 31 Slameto,…. 2003, hal 62 30
25
c) Faktor Masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh tersebut terjadi karena individu berada di dalam
masyarakat.
Adapaun
faktor-faktor
masyarakat
yang
mempengaruhi belajar seseorang adalah : Media Massa, Teman Bergaul dan Bentuk kehidupan masyarakat32.
H. Kriteria Keberhasilan Belajar Keberhasilan yang dimaksud adalah tercapainya tujuan pembelajaran khusus dari materi yang telah dipelajari selama individu tersebut belajar. Adapun cara mengetahui apakah tujuan pembelajaran itu sudah terctapai adalah dengan melakukan tes. Hal ini bisa dilakukan di sekolah dimana individu tersebut belajar. Tes tersebut harus mempunyai tolak ukur yang baik. Tolak ukur keberhasilan proses belajar, indikatornya adalah33: Penguasaan materi pelajaran yang dipelajari mencapai prestasi tinggi dan dapat diserap baik oleh individu, adanya perubahan perilaku yang ditampilkan oleh individu dari hasil belajarnya. Ukuran keberhasilan belajar adalah penguasaan suatu bahan ajar yang telah dipelajari. Sedangkan dalam pembelajaran ukuran keberhasilannya adalah pengasaan suatu bahan ajar yang dinyatakan tujuan pembelajaran khusus dan memiliki kontribusi bagi tujuan diatasnya. Yaitu dengan ciri-ciri34 : a. Daya serap terhadap bahan pembelejaran mencapai prestasi tinggi. b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran khusus telah dicapai c. Terjandinya proses pemahaman materi yang secara sekuensial mengantarkan materi tahap berikutnya.
32
Slameto,…. 2003, hal 62 M. Sobry Sutikno, ... 2009. hal 25 34 M. Sobry Sutikno, ... 2009. hal 161-162 33
BAB III PROFIL K.H. MUHAMMAD IDRIS JAUHARI
A. Latar Belakang Keluarga K.H. Muhammad Idris Jauhari dilahirkan di Prenduan pada tanggal 28 Nopember 1950, sebuah desa yang terletak di kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep. Desa yang secara geografis berada di pinggir pesisir selatan kabupaten sumenep juga mendekati perbatasan antara kabupaten Sumenep dengan kabupaten pamekasan. K.H. Muhammad Idris Jauhari adalah putera kedua dari tiga bersaudara, yang pertama adalah K.H. Moh. Tidjani Djauhari MA, dan yang ketiga K.H. Maktum Djauhari MA. Ayahnya bernama K.H. Achmad Djauhari Chotib. Ibunya bernama Nyai Maryam. K.H. Achmad Djauhari Chotib adalah pendiri Pendok Pesantren ALAMIEN yang letaknya kurang lebih 150 meter sebelah utara masjid jami’ Prenduan yang saat ini dikenal dengan nama Masjid Gemma Prenduan. Beliau merupakan seorang pejuang di bidang pendidikan, hal ini dapat dilihat dari perkembangan lembaga pendidikan yang didirikannya terus berkembang yaitu dengan dua lembaga tingkat dasar. Kedua lelmbaga tersebut adalah Mathlabul Ulum untuk putra dan Tarbiyatul Banat untuk putri. Dilihat dari silsilah keluarga, K.H. Muhammad Idris Jauhari memang memiliki gen yang mempunyai semangat di bidang pendidikan. Mulai dari kakek beliau, K. Achmad Chotib dan ayah beliau K.H. Achmad Djauhari Chotib adalah praktisi pendidikan yang senantiasa mendedikasikan kehidupannya untuk pendidikan. Maka tidak mengherankan lagi jika K.H. Muhammad Idris Jauhari
26
27
juga mempunyai semangat yang tinggi untuk mengembangkan pendidikan khususnya di Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN.
B. Latar Belakang Pendidikan Seperti halnya anak-anak lainnya, pada umur 7 tahun K.H. Muhammad Idris Jauhari memasuki jenjang pendidikan dasar (SD) pada pagi hari, dan di siang harinya mengikuti Pendidikan Madrasah Ibtida'iyah (MI) yang penyelenggaraan pendidikannya dilaksanakan setelah setelah dhuhur. Untuk itu K.H. Muhammad Idris Jauhari sejak di jenjang pendidikan dasar telah mengenal dasar-dasar pendidikan dan ilmu pengetahuan agama Islam di samping ilmu pengetahuan umum, ini mencerminkan semangat keilmuan dan keagamaannya yang mendapatkan akar dukungan yang kuat dalam tradisi lingkungannya. Dan semangat itu pula yang mendorongnya untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu ke Pondok Pesantren pada tahun 1965, adapun pesantren yang menjadi tempat beliau belajar adalah Pondok Pesantren Modern Gontor Ponorogo yang tergolong sebagai pondok pesantren yang memiliki popularitas Nasional bahkan Internasional. Hal ini sesuai dengan pemikiran dan pandangan ayahnya yang menginginkan putra-putranya untuk menuntut ilmu dalam rangka mempersiapkan diri menjadi kader-kader penerus perjuangannya dalam lapangan pendidikan. Agar nantinya pondok pesantren yang didirikannya menjadi pondok pesantren yang representatif serta mampu menjawab tantang zaman dan tuntutan umat. Di pondok pesantren Gontor ini,
K.H.
Muhammad Idris Jauhari nyantri selama 6 tahun mulai dari tahun 1965 sampai tahun 1970, dengan memasuki lembaga pendidikan Kulliyatul Mu'alimin AlIslami (KMI) dengan masa jenjang pendidikan 6 tahun dari kelas satu sampai dengan kelas enam. Lembaga pendidikan
Kulliyatul Mu’alimin Al-Islami (KMI) setingkat
dengan Madrasah Tsanawiyah sampai dengan Madrasah Aliyah (MTs - MA) atau Sekolah Menengah Pertama sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMPSMA). Perbedaannya hanya terletak pada isi atau kurikulum yang dipakai. Kurikulum yang dipakai di lembaga ini mengaksentuasikan pada pengajaran ilmu
28
pengetahuan agama Islam serta ilmu alat. Oleh karena itu alumni dari pondok pesantren ini oleh kalangan pondok pesantren sendiri sering dinilai lebih berkualitas secara intelektual apabila dibanding dengan sekolah agama yang dikelola oleh pemerintah. Selama belajar di pondok pesantren Darussalam Gontor inilah K.H. Muhammad Idris Jauhari mempunyai atau memiliki kegemaran membaca kitab kuning. Di saat semangatnya menggebu-gebu dalam rangka menambah ilmu pengetahuannya, K.H. Muhammad Idris Jauhari dipanggil pulang
untuk
meneruskan pimpinan pondok pesantren Tegal. Karena K.H. Ahmad Djauhari ayahnya dipanggil pulang ke rahmatullah (wafat). Sebenarnya tampuk kepemimpinan
pondok pesantren Al-Amien Prenduan setelah wafatnya K.H.
Ahmad Djauhari dipegang oleh putra pertama yaitu K.H. Tidjani Djauhari, akan tetapi pada saat itu K.H. Tidjani Djauhari sedang menuntut ilmu di Makkah, maka untuk sementara K.H. Muhammad Idris Jauhari yang memegang kepemimpinan pondok Pesantren yang ditinggalkan ayahnya. Pada awal kepemimpinannya inilah dibentuklah sebuah lembaga pendidikan pondok pesantren dengan memakai nama yang pernah dipakai oleh almarhum ayahnya K.H. Ahmad Djauhari (1960) yaitu Tarbiyatul Mu'alimin AlIslamlyah (TMI) yang menempati lokasi baru seluas ±6 Ha. Dan pada awal kepemimpinannya pula masyarakat masih banyak yang kurang memberikan keparcayaan penuh karena masyarakat mempunyai asumsi bahwa K.H. Muhammad Idris Jauhari akan merubah tatanan atau tradisi yang ada secara revolusioner, di samping rasa tidak percaya akan kemampuan atau kualitas keilmuan yang dimiliki oleh K.H. Muhammad Idris Jauhari, alasan masyarakat pada saat itu juga beliau masih berusia 18 tahun (menurut mereka terlalu muda). Sehingga beliau lebih banyak berjalan-jalan atau kalau dalam bahasa Jawa disebut dengan "Dulanan" dibanding mengurusi pondok, akan tetapi setelah mendapat mandat dari K.H. Zarkasyi (Pengasuh pondok pesantren Modern Gontor Ponorogo) kebiasaan tersebut sedikit demi sedikit berkurang dan mulai mencoba mengurus santri yang kemudian menjadi sebuah hobi.
29
C. Kontribusi dalam Bidang Pendidikan Sebagai seorang pendidik yang banyak bergelut di bidang pendidikan, tentunya beliau mempunyai andil besar dalam pengembangan pendidikan, terutama dalam mengembangkan pendidikan di Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN semenjak masa pengembangan kedua sampai saat ini. Masa awala pengembangan Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN dapat dibagi dalam dua masa pengembangan. Masa pertama merupakan masa perintisan pondok pesantren AL-AMIEN PRENDUAN oleh K.H. Ahmad Djauhari Chotib, saat itu masih berbentuk congkop dengan fasilitas yang sangat minim dan terbatas. Pada masa pengembangan kedua dibentuklah lembaga pendidikan dengan nama Tarbiyatul Muallimin Al-Islamiyah kemudian disusul dengan
dibukanya
Sekolah
Tinggi
Agama
Islam
(STAI)
AL-AMIEN
PRRENDUAN yang saat ini diganti namanya dengan Institut Dirasat Islamiyah Al-Amien (IDIA) dan Ma’had Tahfidz Al-Quran AL-AMIEN PRENDUAN1. Pada awala pengembangan kedua, tepatnya pada tahun 1971, K.H Muhammad Idris Jauhari mulai membuka lahan baru untuk lembaga pendidikan yang kemudian dikenal dengan TMI (Tarbiyatul Muallimin Al-Islamiyah). Semenjak
berdirinya
TMI,
K.H.
Muhammad
Idris
Jauhari
betul-betul
mendedikasikan seluruh kehidupannya untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN. Hal itu dapat dilihat dari perkembangan Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN khususnya TMI Putra dan TMI Putri. Selama mengurus pondok pesantren Al-Amien, K.H. Muhammad Idris Jauhari lebih banyak memperhatikan pengembangan pondoknya. Dari pengajaran dan pendidikan yang berikan kepada santrinya dengan harapan bahwa kelak kemudian hari santrinya bisa menggantikan kedudukannya sebagai praktisi pendidikan dimana dia kelak menjalani kehidupannya. Di samping itu K.H. Muhammad Idris Jauhari beranggapan bahwa mendidik santri adalah merupakan suatu tugas yang mulia. Oleh krenanya mendidik santri sudah merupakan suatu
1
http://al-amien.ac.id/selayang-pandang/periode-pengembangan.
30
hobi pada dirinya. Untuk itu K.H. Muhammad Idris Jauhari lebih memfokuskan perhatiannya kepada pendidikan dan pengembangan pondoknya. Sejak pertama perintisan TMI AL-AMIEN PRENDUAN yang berlokasi di sebelah barat Pondok Tegal AL-AMIEN PRENDUAN yang juga dikenal dengan AL-AMIEN
I
beliau
betul-betul
mendedikasikan
kehidupannya
untuk
mengembangkan pesantren tersebut, beliau juga tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, hal itu berbeda dengan kedua saudara beliau yang duaduanya melanjutkan pendidikan sampai mendapatkan gelar Magister. Disinilah dapat dilihat kontribusi K.H. Muhammad Idris Jauhari dalam bidang pendidikan, yaitu dengan mengembangkan pesantren yang dibinanya. Sesekali beliau juga pernah menjadi pembicara dalam seminar-seminar yang diadakan di Madura. Tahun 2010 beliau mendapat kesempatan untuk menjadi nara sumber dalam seminar pendidikan di Jakarta, namun karena kesehatan belaiu yang tidak memungkinkan untuk berangkat ke Jakarta, beliau digantikan oleh Ahmadi Thaha dengan mempresentasikan artikel yang ditulis oleh K.H. Muhammad Idris Jauhari dengan judul Tipologi Pesantren. K.H. Muhammad Idris Jauhari begitu produktif dalam kegiatan tulis menulis, kurang lebih ada enam puluh tiga judul buku yang sudah diterbitkan, dari sini kita bisa melihat kepedulian beliau dalam bidang pendidikan, hampir seluruh buku yang beliau tulis berkenaan dengan pendidikan dan keagamaan. Begitu juga beberapa buku yang digunakan sebagai Buku Pelajaran di Pondok Pesantren ALAMIEN PRENDUAN juga merupakan hasil goresan tinta beliau.
D. Karya K.H. Muhammad Idris Jauhari K.H. Muhammad Idris Jauhari merupakan pimpinan Pondok Pesantren yang sangat produktif dalam mengembangkan bakatnya, terutama dalam bidang tulis menulis. Beliau adalah orang yang istimewa, tekun membaca dan menulis. Adapun hasil karya K.H. Muhammad Idris Jauhari baik berupa buku atau renungan ceramah yang berbentuk Kaset dan VCD. Adapun beberapa karya beliau yang berkaitan dengan pemikiran dan pendidikan sebagai berikut:
31
1.
Karya Tulis K.H. Muhammad Idris Jauhari yang berbentuk buku: a. Cara Belajar Efektif, Efisien dan Akseleratif Buku ini merupakan buku yang harus dimiliki oleh santri-santri Pondok Psesantren AL-AMIEN PRENDUAN, di kalangan santri buku ini dikenal dengan buku “kepondokan”. Buku ini berisi tentang cara-cara belajar yang efektif sehingga dapat membantu pembaca untuk belaajr dengan baik. Di dalam buku ini dijelaskan tentang pengertian belajar, macam-macam pelajaran dan cara mempelajarinya. b. Mabadi’u Ilm al-Tarbiyah al-Juzu al-Awwal Buku ini merupakan buku pelajaran untuk kelas VI di Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN, yaitu setara dengan kelas III Aliyah atau SMA dan yang sederajat. Buku yang diterbitkan oleh Mutiara Press ini berisi seputar pendidikan yaitu mulai dari pengertian tentang pendidikan, pendidik, anak didik, tri pusat pendidikan, ala-alat dalam pendidikan. Buku ini menggunakan Bahasa Arab fushah atau yang banyak dikenal dengan Bahasa Arab ala al-Quran. Karena di Pondok Pesantren AL-AMEIN PRENDUAN bahasa sehari-harinya menggunakan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris. c. Khutuwatu at-Tadris al-Mufashsholah Buku ini merupakan buku pedoman mengajar untuk guru-guru (asatidz), di dalam buku ini terdapat beberapa rumpun pelajaran yang dikelompokmkan sebagai berikut, yaitu : Durusu al-Maharot alLughawiyah (Pelajaran Bahasa) yang di dalamnya terdapat beberapa materi yang berkenaan dengan kebahasaan, yaitu Al-Istima’, alMuthala’ah, al-Muhadatsah, al-Insya’, at-Tarjamah, at-Tamrinat alLughawiyah. Durusu al-Hifdzu wa al-Istidhhar (Pelajaran Hafalan). Durusu fahmi al-Kutubi wa al-Muqarrarat (Pelajaran Pemahaman Kitab dan Artikel), Durusu istinbati al-Qawaid aw al-Ahkam (Pelajaran Intisari Kaidah-kaidah atau Hukum). Durusu al-Amaliyat (Pelajaran Tugastugas) di dalamnya termasuk Ta’limu al-kitabati li al-Mubtadi’in, al-
32
Imla’, al-Khattu. Dan yang terakhir rumpun pelajaran Durusu alMaharot al-Quraniyah (Pelajaran Keterampilan Al-Quran) yaitu atTilawati wa Ilm at-Tajwidi, Tahsinu Makhariju al-Khuruf. Begitu rinci pedoman-pedoman mengajar yang telah di susun oleh K.H. Muhamamd Idris Jauhari, hal ini benar-benar untuk mempersiapkan guru-guru yang professional. Menurut Ust. H. A. Tijani Syadzily, Lc. Selaku Wakil Direktir TMI AL-AMIEN PRENDUAN dan asisten Guru Master Ilmu Pendidikan di TMI metode-metode yang sudah digariskan wajib digunakan oleh seluruh guru-guru dalam proses belajar mengajar di Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN. Tetapi tidak dibatasi untuk mengembangkan sendiri, paling tidak khutuwat tersebut tidak boleh dikurangi sedikitpun2. d. Ilmu Jiwa Pendidikan Buku ini juga merupakan buku pelajaran bagi santri kelas VI TMI AL-AMIEN PRENDUAN. Buku yang diterbitkan oleh Mutiara Press dan dicetak oleh AL-AMIEN Printing membahas tentang ilmu psikologi pendidikan. Secara garis besar buku ini terdiri dari lima bab, yaitu Bab Pertama yang membahas definisi Psikologi, Pendidikan dan Psikologi, Pokokpokok Bahasan dalam Psikologi Pendidikan. Bab Kedua dalam buku ini membahas tentang Tingkah laku dan gejala-gejala umum kejiwaan. Dalam pembahasan ini ada tiga poin penting yang menjadi sorotan, yaitu Empat jenis gelaja kejiwaan, perbedaan-perbedaan kemampuan, dan sumber-sumber perbedaan. Bab Ketiga dalam buku ini dibahas tentang Upaya Mengenal Anak Didik. Bab Keempat membahas tentang Pertumbuhan dan Perkembangan Anak, dengan sub bahasan sebagai berikut. Manusia dan Perubahan, Pertumbuhan dan Perkembangan, Ciriciri
Perkembangan,
Prinsip-prinsip
Perkembangan,
Aspek-aspek
Perkembangan, Periodisasi Perkembangan Manusia. Di dalam bab ini 2
Hasil wawancara dengan Ust. H. A. Tijani Syadzily, Lc. Pada tanggal 27 Desember 2010 jam 16.10 – 17.20 WIB.
33
dijelaskan secara khusus tentang Perkembangan anak pada masa kandungan (pra-natal) dan Perkembangan anak setelah kelahiran (posnatal). Bab Kelima dalam buku ini membahas tentang Belajar dengan sub pembahasan Hakekat Belajar dan Macam-macam Aktifitas Belajar. e. Sekitar Masalah Shalat Jama’ah Buku ini diterbitkan oleh Mutiara Press Al-Amien Printing, cetakan pertama pada bulan November 2008. Isi buku ini antara lain: Fadhilah shalat jama’ah, Hukum shalat jama’ah, Di mana kita berjama’ah, Shalat jama’ah untuk kaum muslimat, Pengaturan shaf shalat jama’ah, Hal-hal yang perlu diperhatikan imam, Tata cara pelaksanaan Shalat Jama’ah, Dzikir dan doa Jama’i setelah shalat jama’ah. f. Alumni Pesantren Sebagai Perekat Umat Buku ini diterbitkan oleh Mutiara Press Al-Amien Printing, cetakan pertama pada bulan Agustus 2005. Isinya yaitu, Mukaddimah, Perekat umat sebagai Terminologi Qur’ani, Perekat umat sebagai Muta’arif atau pelaksana misi ta’aruf baynan nas dan lain sebagainya. g. Anak Muda Menjadi Sufi Mengapa Tidak Buku ini diterbitkan oleh Mutiara Press Al-Amien Printing, cetakan pertama pada bulan Agustus 2003. Isinya yaitu, Mukaddimah, tasawuf Islami, Hidup, Ibadah dan Tasawuf, Tasawuf sebagai Ilmu, Taswuf dan kehidupan Sosial, Tasawuf dan anak muda, Bagaimana bertasawuf, Ilustrasi sederhana tentang bertasawuf. h. Hakekat Pesantren dan Kunci Sukses Belajar Di Dalamnya Buku ini diterbitkan oleh Mutiara Press Al-Amien Printing, cetakan pertama. Isinya yaitu, Riwayat timbulnya Pondok Pesantren, Nilai-nilai dasar pondok pesantren, Panca Jiwa pondok pesantren, Tradisi dan sunnah-sunnah pondok pesantren, Fungsi dan misi pondok pesantren, Kunci Sukses belajar di pesantren i. Berjasa Berkembang Mandiri Sebuah Falsafah Hidup Untuk Para Santri
34
Buku ini diterbitkan oleh Mutiara Press Al-Amien Printing, cetakan pertama pada bulan November 1999. Isinya yaitu, Mukaddimah, Berjasa dan Berkembang mana yang harus didahulukan, Mandiri dan berkepribadian, Dakwah dan Indzarul Qoum, Proses Azamta sebelum Tawakkal, Falsafah K.Husnul K.Hotimah. j. Sistem
Pendidikan
Pesantren,
Mungkinkah
menjadi
Sistem
Pendidikan Nasional Buku ini diterbitkan oleh Mutiara Press Al-Amien Printing, cetakan pertama pada bulan Mei 2002. Buku ini berisi, Mukaddimah, Tinjauan historis pondok pesantren, Tinjauan Filosofis Edukatif, Kesimpulam. k. Adab Sopan Santun Buku ini diterbitkan oleh Mutiara Press Al-Amien Printing, cetakan ke-VII pada bulan Februari tahun 2009. Isinya yaitu Pengertian Akhlak, Sopan santun berpakaian, Berpakaian khusus untuk kaum wanita, Sopan santun dalam pertemuan, Sopan santun berbicara, Sopan santun bergurau, Sopan santun bepergian, sopan santun bertamu atau berpapasan, sopan santun berjabat tangan, Sopan santun berkunjung dan bertamu, Sopan santun makan bersama, dan kumpulan dalil-dalil dari Al-Quran dan Hadis.
2.
Karya K.H. Muhammad Idris Jauhari dalam bentuk VCD dan Kaset Karya K.H. Muhammad Idris Jauhari yang berbentuk VCD dan kaset berupa dzikro renungan lima belas menit, yang selalu disampaikan oleh K.H. Muhammad Idris Jauhari kepada santri Al-Amien menjelang tidur malam, yang dikenal dalam kalangan santri sebagai Tafakkur Menjelang Tidur. Kemudian didokumentasikan dalam sebuah VCD dan kaset yang dikemas dalam tema-tama pilihan, sebagai berikut: a.
Renungan Lima Belas Menit, Tema Sikap Keberagaman Kaset dan VCD Ceramah Islami K.H. Muhammad Idris Jauhari, Penerbit MutiaraPress. Isinya yaitu, Islam merupakan Agama Samawi yang terakhir, Bagaimana kita seharusnya beragama, Bagaimana
35
seharusnya bersikap kita bersikap terhadap Islam, Bagaimana kita melaksanakan kerja-kerja keberagamaan, Pekerjaan dan keyakinan. b. Kaset LBM Vol 2 Antara Ijabah dan Istijabah Kaset dan VCD Ceramah Islami K.H. Muhammad Idris Jauhari, Penerbit MutiaraPress. Isinya yaitu, Doa yang berhubungan dengan Islam, Doa ma’tsuroh Rosul, Doa Sapu jagat, Doa Rosul Dalam surat Al-Hujurat.
E. Kepemimpinan K.H. Muhammad Idris Jauhari di Pondok Pesantren ALAMIEN PRENDUAN Pondok pesantren AL-AMIEN PRENDUAN saat ini dipimpin oleh Badan Wakaf yang disebut Majlis Kiyai Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN. Dengan K.H. Muhammad Idris Jauhari sebagai ketua Badan Wakaf Tersebut. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa kepemimpinannya di dalam pesantren ini merupakan kepemimpinan kolektif, hal ini senada dengan yang disampaikan oleh K.H. Makhtum Jauhari, MA dalam wawancara dengan penulis, bahwa kepemimpinan di Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN menggunakan kepemimpinan kolektif. Adapun dewan ri’asah tersebut terdiri dari tujuh orang, yaitu: K.H. Muhammad Idris Jauhari sebagai Ketua, K.H. Makhtum Jauhari,MA sebagai Wakil Ketua, KH. Moh. Khoiri Husni, S.Pd.I sebagai Bendahara, KH. Zainullah Rois, Lc sebagai Sekretaris, K.H. Fauzi Rosul, Lc sebagai Anggota, K.H. Bahri As’ad, S.Pd.I sebagai Anggota dan K.H. A. Fauzi Tidjani, MA sebagai anggota3. Sudah bukan zamannya lagi sebuah pesantren dipimpin oleh hanya seorang Kiyai, zaman telah berubah, begitupun model kepemimpinan yang diterapkan di Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN juga berubah, hal ini untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang begitu kompleks dan akan dihadapi oleh Pondok Pesantren.
3
2010
Warkat Pondok Presantren AL-AMIEN PRENDUAN Tahun Ajaran 1429-1430/2009-
36
Salah satu alasan terpenting terciptanya model kepemimpinan kolektif Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN adalah karena ajaran Islam tentang syura atau musyawarah. Selain itu, keterlibatan lebih banyak unsur juga mempermudah mengatasi problem-problem yang begitu kompleks bagi Pondok Pesantren4. Dalam memimpin Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN, K.H. Muhammad Idris Jauhari selalu mengikuti apa yang sudah digariskan dalam kepemimpinan di Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN. Dengan itu untuk memutuskan suatu permasalahan beliau selalu mengambil jalan musyawarah dengan Majlis Kiyai yang ada di Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN. Hal ini dapat dibuktikan dengan apa yang dikatakan oleh K.H. Makhtum Jauhari, MA bahwa K.H. Muhammad Idris ketika ingin memutuskan suatu masalah dalam keadaan tertentu beliau sempatkan untuk memberitahukan kepada beberapa Majlis Kiyai. Kita bisa melihat bahwa kepemimpinan kolektif yang dijalankan oleh Majlis Kiyai Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN dan K.H. Muhammad Idris Jauhari sebagai komando utama betul-betul dijalankan, sehingga sangat membantu perkembangan Pesantren ini.
4
2010
Warkat Pondok Presantren AL-AMIEN PRENDUAN Tahun Ajaran 1429-1430/2009-
BAB IV MODEL BELAJAR EFEKTIF MENURUT K.H. MUHAMMAD IDRIS JAUHARI
A. Hakekat Belajar Hampir setiap waktu kita sering mendengarkan kata “belajar” bahkan belajar seakan tidak pernah lepas dari kehidupan kita sehari-hari, bahkan dari manusia lahirpun banyak menggunakan istilah belajar, seperti belajar mengunyah, belajar tengkurep, belajar merangkak, belajar berjalan, belajar berbicara dan seterusnya. Di dalam buku “Cara Belajar Efektif, Efisien, Akseleratif” K.H. Muhammad Jauhari menjelaskan seraya mengacu kepada apa yang dijelaskan oleh Howard L Kingsley, bahwa belajar merupakan sebuah proses bukan produk. Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan manusia1. Lebih jauh beliau menerangkan bahwa manusia tidak berhak dikatakan sebagai mahluk berbudaya, sebab hanya dengan belajar manusia mampu melakukan perubahan-perubahan pada dirinya baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Dengan belajar manusia berusaha untuk melakukan berbagai perubahanperubahan dalam dirinya sehingga pribadinya bisa berkembang menuju ke arah kesempurnaan2. Masih mengenai seputar belajar, K.H. Muhammad Idris Jauhari juga menjelaskan tentang belajar dalam wawancara penulis dengan K.H. Muhammad Idris Jauhari, bahwasanya belajar merupakan proses 1
KH. Muhammad Idris Jauhari, Cara Belajar Efektif, Efisien, Akseleratif, 1997, tp, hal.
01 2
KH. Muhammad Idris Jauhari, Ilmu Jiwa Pendidikan untuk kelas VI, Mutiara Press, 2009, hal. 65
37
38
transformasi ilmu pengetahuan dari orang lain atau dari sumber ilmu pengetahuan kepada kita. Hal ini berkaitan dengan wilayah kognitif3. Artinya, belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri manusia di dalam kehidupannya, baik perubahan itu sifatnya perubahan pada pemikiran, kepribadian, ataupun perubahan-perubahan yang terjadi pada fisik manusia. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses belajar, paling tidak, harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut4: 1.
Dilakukan dengan sengaja dan penuh kesadaran.
2.
Memiliki tujuan yang jelas dan terarah.
3.
Berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan.
4.
Menumbuhkan perubahan yang lebih baik dan positif, dalam hal : -
Moralitas keagamaan (Ranah Keimanan)
-
Sikap Mental (Ranah Afektif)
-
Wawasan Ilmu Pengetahuan (Ranah Kognitif)
-
Keterampilan (Ranah Psikomotorik)
B. Belajar Efektif, Efisien dan Akseleratif Banyak sekali orang yang belajar, tetapi membutuhkan waktu yang sangat lama, membutuhkan biaya yang tinggi, tetapi hasil yang didapat dari belajar tersebut tidak maksimal, bahkan tidak menghasilkan apa-apa, hal ini dimungkinkan cara belajarnya yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan tipe atau model dia belajar. Disini, K.H. Muhammad Idris Jauhari menjelaskan tentang belajar efektif, efisien dan akseleratif. Penjelasan beliau sebenarnya bukan merupakan teori, tetapi hasil empiris dari pengalaman beliau dalam belajar, baik semenjak beliau sebagai santri di Ponok Pesantren Modern Darussalam Gontor sampai beliau menekuni belajar otodidak sampai saat ini.
3 4
01-02
Wawancara Penulis dengan K.H. Muhammad Idris Jauhari tanggal 29 Desember 2010 KH. Muhammad Idris Jauhari, Cara Belajar Efektif, Efisien, Akseleratif, 1997, tp, hal.
39
1. Pengertian Belajar Efektif Berbicara masalah efektif, berkenaan dengan hasil dari apa yang dilakukan, begitu juga dalam belajar, menurut K.H. Muhammad Idris Jauhari belajar efektif merupakan belajar yang meninggalkan bekas atau ada hasilnya5. Artinya dalam mengukur efektifitas belajar seseorang dengan mengukur seberapa banyak bekas dari orang tersebut belajar, atau seberapa banyak hasil yang diperoleh orang tersebut dalam belajar. semakin banyak hasil yang di dapat, semakin berbekas apa yang dipelajarinya semakin efektif cara orang tersebut belajar. Hasil atau bekas tidak hanya pada ranah kognitif saja, tetapi juga harus dibuktikan dengan kegiatan-kegiatan dan juga menjadi sikap dalam kesehariannya. Ktiga ranah pembelajaran secara bersamaan membekas dan menghasilkan apa yang telah dipelajari. Dr. M. Sobry Sutikno Menjelaskan tentang pembelajaran efektif ialah merupakan pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapat tujuan pembelajaran sesuai dengan harapan6.
2. Pengertian Belajar Efisien Tidak jauh dari pengetian efektif, K.H. Muhammad Idris Jauhari menjelaskan bahwa belajar efisien merupakan belajar yang cepat, mudah dan murah7. Yaitu dengan waktu belajar yang relatif cepat, cara belajar mudah, biaya murah tetapi mendapatkan hasil maksimal. Cepat disini dapat dipahami proses dalam bejar tersebut tidak memakan waktu yang lama, sedangkan mudah dalam pengertian ini berkenaan dengan cara dalam belajar, yaitu cara-cara yang dilakukan dalam proses belajar mudah dilakukan oleh siapapun, dan Murah dalam pengertian ini berkenaan dengan biaya hang hasrus dikeluarkan dalam proses belajar tidak menjadi beban, sehingga orang dalam proses belajar 5
Wawancara Penulis dengan K.H. Muhammad Idris Jauhari tanggal 29 Desember 2010 M. Sobry Sutikno, Belajar dan Pembelajaran, 2009, Prospect, Bandung, hal 176. 7 Wawancara Penulis dengan K.H. Muhammad Idris Jauhari 29 tanggal Desember 2010 6
40
tidak disibukkan dengan memikirkan biaya yang tinggi sehingga mengganggu konsentrasi belajarnya. Efisien sebagaimana yang dijelaskan oleh The Liang Gie di dalam buku Psikologi belajar yang ditulis oleh Muhibin Syah, M.Ed. yaitu menghasilkan sesuatu yang banyak tanpa mengeluarkan biaya, tenaga dan waktu yang banyak8. Ada dua macam efisien dalam belajar, yaitu: Pertama. Efisiensi Usaha Belajar, adalah suatu proses belajar yang mencapai tujuan dengan usaha yang minimal. Kedua, Efisiensi Hasil Belajar yaitu merupakan sebuah kegiatan belajar
yang dengan usaha tertentu
memberikan prestasi belajar yang tinggi.
3. Pengertian Belajar Akseleratif Akseleratif dalam pengertian K.H. Muahammad Jauhari adalah cepat dan hasilnya banyak9. Yaitu dalam proses belajar memerlukan waktu yang singkat dan hasil yang diproleh dari proses tersebut banyak. Brian Tracy menjelaskan bahawa otak manusia sangat luar biasa dalam menerima informasi apapun, semakin banyak otak manusia berkatifitas semakin banyak pula sel otak yang berkembangan dan membuat jaringan dalam otak manusia. Sel otak mirip gurita mini, selnyabterletak di tengah dan memiliki cabang-cabang berupa benangbenang kecil sebagai penghubung kepada informasi yang telah ada10. Untuk menumbuhkan dan mengembangkan otak yang sangat luar biasa itu, Bobbi Deporter lewat Quantum Learning menjelaskan cara belajar dan mengajar interaktif dengan TANDUR 11, akronim dari: Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan. Ketiga hal tersebut diatas sebenarnya merupakan mata rantai yang tidak bisa dipisahkan, karena ketiga hal tersebut (Efektif, efisien dan
8
Muhibin Syah, M.Ed, Psikologi Belajar, 2009, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal
134 9
Wawancara Penulis dengan K.H. Muhammad Idris Jauhari 29 tanggal Desember 2010 Colin Rose, dkk, Super Accelerated Learning, 2007, Penerbit Jabal, Bandung, hal 13. 11 Colin Rose, dkk, Super Accelerated Learning, 2007, Penerbit Jabal, Bandung, hal. 27 10
41
Akseleratif) dalam proses belajar merupakan salah satu kunci untuk mencapai sukses dalam belajar. K.H. Muhammad Idris Jauhari sangat berharap santri-santri di Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN mampu belajar dengan efektif.
C. Pendidikan dan Pembelajaran Suatu proses pendidikan tidak pernah lepas dari proses pembelajaran, tetapi pendidikan lebih luas cakupannya dari pembelajaran. Di dalam buku mabadi’u ilm al-tarbiyah yang ditulis oleh K.H. Muhammad Idris Jauhari dijelaskan tentang cakupan pendidikan dan pembelajaran, atau yang biasa disebut di dalam buku ini dengan al-tarbiyah dan al-ta’lim. Secara bahasa al-tarbiyah merupakan kata yang berasal dari kata rabba– yurobbi
yang
dapat
diartikan
dengan
mengasuh,
mendidik
dan
12
membudayakan . K.H. Muhammad Idris Jauhari juga menjelaskan al-tarbiyah atau pendidikan dalam pengertian epistemologi dengan dua pengertian13. Pertama, dengan pengertian umum: yaitu segala apa-apa yang membekas dalam diri manusia sejak lahir sampai akhir hayat, baik yang dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja. Kedua, dengan pengertian khusus: yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik secara sengaja dengan menyiapkan manusia untuk kehidupan yang baik. Sedangkan pembelajaran atau al-ta’lim dalam pengertian bahasa berasal dari kata `allama – yu’allimu yang mempunyai arti mengajar. Namun di dalam pengertian yang lain banyak di samakan antara al-ta’lim dan al-tarbiyah. Dalam pengertian secara epistemologi atau istilah, al-ta’lim merupakan proses transformasi ilmu pengetahuan dan informasi kepada peserta didik14.
12
K.H. Muhammad Idris Jauhari, Mabadiu Ilm Al-Tarbiyah, 2008, Al-Amien Printing,
hal. 7 13
K.H. Muhammad Idris Jauhari, Mabadiu Ilm Al-Tarbiyah, 2008, Al-Amien Printing,
hal. 7 14
hal. 8
K.H. Muhammad Idris Jauhari, Mabadiu Ilm Al-Tarbiyah, 2008, Al-Amien Printing,
42
K.H. Muhammad Idris Jauhari memandang berbeda antara al-tarbiyah dan al-ta’lim, beliau memandang bahwa al-tarbiyah lebih luas cakupannya dari pada al-ta’lim, karena aal-tarbiyah merupakan kegiatan mempersipakan manusia untuk kehidupan yang lebih baik, hal itu menjadi keharusan memfokuskan kepada kegiatan mengasuh, mendidik, dan membudayakan. Ketiga kegiatan ini mempersiapkan manusia menuju kematangan fisik, intelektual dan hati.
D. Persiapan-persiapan Siswa Sebelum Belajar Membicarakan belajar efektif dan efisien tidak bisa lepas dari membicarakan tentang “cara atau metode” belajar, cara tidak selamanya pernah sama dan seragam pada semua kondisi, efektif atau tidaknya cara belajar tergantung pada kesesuaian cara yang dipergunakan dengan situasi-situasi khusus yang ada. Selain itu juga ada pra-syarat tertentu yang harus dipenuhi oleh seseorang yang berhasrat untuk belajar. Di dalam buku Cara Belajar Efektif Efisien dan Akseleratif karya K.H. Muhammad Idris Jauhari dijelaskan empat pra-syarat yang harus dipenuhi oleh orang yang berhasrat untuk belajar. 1. Memiliki kemauan dan kesipan (will and readiness) untuk belajar. Hal ini berhubungan dengan niat dan motivasi belajar. 2. Berorientasi pada pencapaian hasil belajar yang optimal (achievement oriented). Hal ini menyangkut semangat dan etos belajar. 3. Memiliki kemampuan dan tradisi-tradisi intelektual yang positif, baik yang menyangkut kecerdasan ataupun yang berhubungan dengan sikap dan perilaku dalam belajar. 4. Berusaha menciptakan suasana lingkungan belajar yang kondusif; baik lingkungan fisik (lahiriyah) ataupun lingkungan psikis (bathiniyah). Syarat-syarat seseorang sebelum melakukan proses belajar juga dijelaskan oleh Al-Ghazali secara terperinci. Syarat-syarat tersebut adalah15 : 15
H. Baharuddin, dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pemebelajaran, 2009 ArRuzz Media, Yogyakarta, hal. 45
43
1. Mendahulukan kebersihan jiwa dari akhlak yang rendah. Kebersihan yang dimaksud adalah kebersihan hati, karena hati merupakan bagian dari tubuh manusia yang sangat sentral dan sangat berpengaruh terhadap perilaku manusia. Al-Ghazali juga menjelaskan bahwa lupa itu terjadi karena dua hal. Pertama, karena manusia yang mempunyai sifat dasar lupa. Kedua, karena hati menjadi keras yang disebabkan seringnya melakukan dosa dan kesalahan. 2. Mengurangi kesenangan-kesenangan duniawi agar hati terpusat pada Ilmu Allah. 3. Sederhana dalam makanan dan jangan berlebihan dalam hal makanan, karena akan menyebabkan mengantuk dan mudah lelah. 4. Bersikap rendah hati dan tidak boleh meremehkan pada orang lain. 5. Belajar dengan bertahap. 6. Belajar ilmu sampai tuntas. 7. Mengenal nilai-nilai dalam ilmu pengetahuan yang dipelajari. 8. Memperioritaskan ilmu keagamaan sebelum menyelami ilmu duniawi. 9. Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, yaitu ilmu yang bermanfaat, membahagiakan, mensejahterakan, dan memberi keselamatan dunia dan akhirat. 10. Merasa satu bangunan dengan sesama murid. 11. Menjauhkan diri dari mempelajari banyak pendapat sehingga menimbulkan kekacauan berpikir.
E. Metode-metode Dasar Belajar Efektif Cara belajar sangat tergantung kepada siapa yang belajar, dan situasi yang melingkupi seseorang yang belajar. adapun situasi-situasi tersebut adalah16: jenis pelajaran yang akan dipelajari, dimana tempat kita belajar, kapan waktu belajar, dengan siapa belajar, mengapa atau untuk apa belajar.
16
hal. 03
K.H. Muhammad Idris Jauhari, Cara Belajar Efektif, Efisien dan Akseleratif, 1997 tp.
44
lima hal inilah yang harus diketahui lebih dahulu oleh seseorang yang ingin belajar. Di dalam buku Cara Belajar Efektif Efisien dan Akseleratif yang ditulis oleh K.H. Muhammad Idris Jauhari dijelaskan cara-cara dasar belajar berdasarkan pengalaman beliau dalam belajar. cara tersebut dijelaskan berdasarkan pembagian jenis pelajaran atau pengetahuan. Dan masing-masing memiliki cara belajar yang berbeda satu-sama lain. 1.
Pelajaran Hapalan a. Pengertian Menghapal merupakan kegiatan memproduksi kesan-kesan yang ada dalam memori dengan ungkapan yang harus persis sama dengan teks17. b. Jenis Hapalan Ada dua jenis hapalan yang biasa dilakukan oleh seseorang. Yaitu: 1) Hapalan Tanpa Pemahaman Lebih Dahulu. Adalah hapalan yang biasanya diajarkan kepada anak-anak atau santri-santri pemula, seperti menghapal surat-surat pendek dalam al-quran, menghapal bacaan sholawat / dzikir, menghapal nyanyian dan sebagainya. Anak atau santri tidak harus memahami terlebih dahulu yang akan dihapalkan. 2) Hapalan yang Harus Didaahului dengan Pemahaman Yaitu hapalan yang biasanya dilakukan oleh santri-santri tingkat menengah, tiangkat atas, dan orang yang sudah mempunyai dasar berbahasa. Seperti menghapal ayat-ayat al-Quran dengan memahami tarjamahnya, Hadits-hadits, Do’a-do’a, Peribahasa / AlAmtsal / Proverbs, Kata-kata mutiara / Al-Hikam / Wiseword, puisi / sajak dan lain sebaginya. c. Cara Belajar 17
hal. 04
K.H. Muhammad Idris Jauhari, Cara Belajar Efektif, Efisien dan Akseleratif, 1997 tp.
45
1) Hapalan Tanpa Pemahaman Santri atau siswa langsung dibimbing oleh seorang guru atau tutor, dengan cara membaca dan menghapal berulang-ulang sampai mereka benar-benar hapal di luar kepala18. 2) Hapalan Dengan Pemahaman
Sebelum memulai menghapal, pahami benar-benar arti maksud teks yang akan dihapalkan.
Bacalah seluruh teks dan lafadzkan dengan baik, benar dan fasih. Jangan mulai menghapal sebelum yakin dengan benarnya (validitas)
bacaan dan ucapan yang diingat,
menghapal satu teks yang salah, berarti akan selalu salah terusmenerus dan sulit diperbaiki.
Bagilah teks yang akan dihapalkan menjadi beberapa “frase” atau kalimat sempurna yang menjadi bagian dari sebuah teks. Ingat, yang harus dihapalkan adalah “frase”, bukan kalimat yang terpotong yang bisa merusak artinya. Usahakan agar frase tersebut tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek. Sesuaikkan dengan tingkat kemampuan. Apabila frase tersebut terlalu panjang, bagilah menjadi sub-sub frase yang pendek tetapi tidak sampai merusak artinya.
Mulailah
menghapal
frase
pertama,
dengan
cara
mengcapkannya berulang-ulang sampai dua atau tiga kali. Ucapkan frase dengan jelas, benar dan suara yang keras, jangan ragu-ragu dan jangan terburu-buru, jika diulang dua sampai tiga kali belum hapal, ulangi lagi sampai empat atau lima kali dan jangan putus asa.
Setelah benar-benar hapal frase pertama, pindahlah ke frase kedua dan hapalkan dengan cara seperti yang diterangkan
18
Hal 04
K.H. Muhammad Idris Jauhari, Cara Belajar Efektif, Efisien dan Akseleratif, 1997 tp.
46
diatas. Dalam menghapal usahakan menciptakan “asosiasiasosiasi” tertentu di dalam memori, sehingga mudah diingat.
Setelah hapal frase kedua, ulangi lagi dari frase pertama. Jangan lagsung pindah ke frase ketiga.
Setelah hapal frase pertama dan kedua, barulah pindah ke frase ketiga, dan hapalkan dengan cara yang sama. Kemudian ulangi lagi menghapal dari prase pertama, kedua sampai frase ketiga. Lakukan sampai benar-benar hapal ketiga frase tersebut.
Demikianlah seterusnya sampai seluruh frase benar-benar dihapalkan dengan lancara dan baik. Dalam hapalan yang paling penting adalah “prinsip pengulangan”. Semakin banyak mengulang suatu hapalan, semakin kuat hapalan itu melekat dalam memori.
d. Catatan Penting Menghapal sebaikya dilakukan dengan suara keras agar lidah terlatih dengan pengucapan yang benar, dan jika salah, segera bisa diperbaiki oleh orang lain. Apabila lupa suatu frase, janganlah terburuburu membuka buku atau melihat frase tersebut. Usahakan untuk mengingatnya dengan konsentrasi yang tinggi dan dengan mengingat asosiasi-asosiasi yang telah diciptakan sebelumnya. Dengan demikian, kemampuan daya ingat semakin terlatih. Cara menghafal diatas mirip dengan apa yang disampaikan oleh Dr. Abdul Muhsin Al Qasim (Imam dan Khatib masjid Nabawi) bahwa untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam menghafal hendaknya dilakukan dengan menghafal sedikit-demi sedikit dan diulang-ulang19.
19
quran.
http://abuubaidah.wordpress.com/2008/07/21/cara-praktis-menghafal-al-
47
2.
Pelajaran Ingatan a. Pengertian Mengingat adaah kegiatan mereproduksi kesan-kesan yang ada di dalam memori dengan ungkapan yang “tidak harus sama” dengan teks, kesan-kesan tersebut biasanya diserap oleh memori melalui kegiatan penginderaan atau mengamatan, seperti mendengarkan, melihat, membaca, dan sebaginya20. Hampir seluruh mata pelajaran yang memakai “buku pegangan” termasuk dalam pelajaran ingatan, seperti : Pelajaran Sejarah, Geografi, Teori-teori Ilmu Pendidikan, Ilmu Jiwa, Filsafat, Hukum, Tatanegara, Sosiologi, Tauhid, Adyan, dan sebagainya. Mata pelajaran diatas merupakan pelajaran ingatan, dimana dalam belajarnya hendaknya mengikuti cara-cara berikut. Ingatan juga merupakan sesuatu yang membentuk jati diri manusia dan membedakan manusia dari mahluk lainnya. Ingatan member manusia titik-titik rujukan pada masa lalu dan pikiran pada masa depan21. b. Cara Belajar Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam pelajaran ingatan, setidaknya seseorang menempuh cara-cara belajar sebagi berikut:
Pertama kali, dengarkanlah informasi apapun yang disampaikan dengan penuh perhatian dan kensentrasi. Perhatikan apapun yang sedang diamati dengan cermat, teliti dan penuh perhatian. Atau bacalah bahan-bahan bacaan apapun dengan cara membaca yang benar. Membaca, mendengarkan, atau memperhatikan adalah kegiatankegiatan untuk menyerap data-data yang harus dilakukan dengan serius dan dengan cara-cara yang benar.
20
K.H. Muhammad Idris Jauhari, Cara Belajar Efektif, Efisien dan Akseleratif, 1997 tp.
Hal 07 21
30
Colin Rode, dkk. Super Accelerated Learning, 2007, Bandung : Penerbit Jabal, hal.
48
Buatlah resume atau catatan-catatan penting apa yang didengarkan, dibaca atau diamati. Resume atau catatan penting harus dibuat sedemikian rupa sehingga mudah diingat. Sebaiknya berbentuk skema-skema.
Apabila mendapat kesulitan memahami suatu bagian dari obyek yang sedag dipelajari, usahakan untuk segera bertanya kepada yang lebih berkompeten. Jika tidak memungkinkan barilah “tanda khusus” pada bagian tersebut untuk ditanyakan pada kesempatan lain. Jangan biasa membiarkan “ketidakmengertian” menguasai dalam waktu yang lama, segera bertanya atau berkonsultasi.
Usahakan agar mempunya kesempatan untuk mereproduksi atau mengungkapkan kembali “resume atau catatan penting” tersebut; baik dengan lisan, maupun lewat tulisan. Kagiatan ini termasuk dalam prinsip pengulangan, semakin sering sebuah kesan direproduksi, semakin kuat pula kesan tersebut bertahan di dalam memori.
Diskusikanlah dengan teman atau guru.
c. Catatan Penting Mengingat tidak perlu dengan suara keras, dan sebaiknya dilakukan secara berkelompok, yaitu melalui diskusi atau saling bertanya antar teman secara bergantian. Dengan demikian data-data yang masuk ke dalam memori akan semakin banya direproduksi, sehingga semakin kuat melekat dalam memori. Colin Rose di dalam bukunya, menjelaskan ada tujuh prinsip dasar dalam mengingat, yaitu: keterkaitan pribadi, konsentrasi, persepsi multi-inderawi, kondisi ketergantungan, Menemonik, Suasana hati dan sikap, dan organisasi mental22.
22
Colin Rode, dkk. 2007, Bandung : Penerbit Jabal, hal. 37
49
3.
Pelajaran Pikiran a. Pengetian Yang dimaksud dengan pelajaran pikiran adalah pelajaran yang membutuhkan kemampuan menyerap dan menalar, seperti analisis, sintesis, kesimpulan, dan sebagainya23. Dalam pelajaran ini terdapat kaidah-kaidah, aksioma, rumus, atau dalil-dalil yang memerlukan “pembuktian dan penerapan” dalam bentuk contoh-contoh atau percobaan-percobaan. Karenanya pelajaran ini biasa disebut pula dengan “pelajaran Kaidah”. Teori van Hiele yang dikembangkan oleh dua pendidik berkebangsaan Belanda, Pierre Marie van Hiele dan Dina van HieleGeldof, menjelaskan perkembangan berpikir siswa dalam belajar geometri. Menurut teori van Hiele, seseorang akan melalui lima tahap perkembangan berpikir dalam belajar geometri. Kelima tahap perkembangan berpikir van Hiele tersebut adalah tahap 0 (visualisasi), tahap 1 (analisis), tahap 2 (deduksi informal), tahap 3 (deduksi), dan tahap 4 (rigor)24. b. Jenis Pelajaran Pikiran atau Pelajaran Kaidah 1) Kaidah-kaidah ilmiah yang bersifat empiris (baik dalam ilmu-ilmu alamiah ataupun dalam ilmu-ilmu Humaniora dan Sosial), seperti: Rumus-rumus Fisika, Matematika, Biologi, Logika, Teori-teori Ilmu Sosial dan sebagainya. 2) Kaidah-kaidah Bahasa, seperti: Nahwu, Shorrof, Balaghah, Grammar dan Tata Bahasa Indonesia. 3) Kaidah-kaidah Agama, seperti: Ushul al-Fiqh, Faroidl, Ushul alDin, Qawaid al-Fiqhiyah, al-Tajwid, Mushtolah al-Hadits, dan sebaginya. 23
K.H. Muhammad Idris Jauhari, Cara Belajar Efektif, Efisien dan Akseleratif, 1997 tp.
Hal 09 24
http://abdussakir.wordpress.com/2009/05/05/pengalaman-belajar-sesuai-teoriberpikir-van-hiele/
50
c. Cara Belajar Berikut beberapa cara yang bisa ditempuh untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam pelajaran pikiran.
Pahami benar-benar maksud atau pengertian dari kaidah atau rumus yang sedang dipelajari, dan segala aspeknya.
Buatlah hubungan-hubungan yang logis dan sistematis antara satu aspek dengan aspek lainnya dalam kaidah tersebut, atau antara kaidah tersebut dengan kaidah-kaidah lain yang sudah diketahui sebelumnya. Membuat hubungan-hubungan dalam pelajaran pikiran ini sangatlah penting, karena hampir seluruh kaidah atau rumus dalam suatu disiplin ilmu selalu berhubungan satu sam lainnya. Tidak berdiri sendiri.
Aplikaiskan kaidah atau rumus yang dipelajari dalam berbagai bentuk aplikasi yang memungkinkan. Anatara lain : -
Untuk kaidah-kaidah ilmiah, dengan malakukan percobaanpercobaan langsung (di laboratorium atau di lapangan), atau dengan latihan-latihan memecahkan soal.
-
Untuk kaidah-kaidah bahasa, dengan membuat contoh kalima yang beraneka ragam atau dengan mempelajari kedudukan suatu kata dalam kalimat (i’rob, ijro, mengurai).
-
Untuk kaidah-kaidah agama, dengan membuat contoh masalah yang beraneka ragam, atau dengan latihan memecahkan masalah-masalah sosial berdasarkan kaidah-kaidah tersebut.
d. Catatan Penting Mempelajari kaidah atau rumus tertentu bukan sekedar untuk menghapalkannya, tapi yang paling penting adalah bagaimana mengaplikasikannya dalam berbagai situasi. Karena itu, selain berusaha menghubungkan suatu kaidah dengan kaidah yang lain, latihan mengaplikasikannya harus dilakukan dengan sunggh-sungguh dan terus-menerus.
51
4.
Pelajaran Bahasa a. Pengetian Bahasa merupakan sebuak keterampilan yang bisa dipelajar siapapun, dan kapanpun waktunya, asalkan mempunyai kemauan dan motivasi dalam belajarnya. Yang dimaksud dengan pelajaran bahasa dalam pembahasan ini adalah pelajaran tentang keterampilan berbahasa (Maharot Lughowiyah / Language Skills)25 yang meliputi beberpa jenis keterampilan. Mempelajari bahasa sangat erat dengan ketekunan untuk melatih, karena bahasa merupakan skill yang harus selalu dilatih untuk mendapatkan hasil yang maksimal. b. Jenis Keterampilan Bahasa
Keterampilan Mendengarkan (Al-Istima’ / Listening)
Keterampilan Berbicara (Al-Muhadatsah / Conversation)
Keterampilan Membaca (Al-Muthola’ah / Reading)
Keterampilan Menulis (Al-Kitabah / Writing)
Keterampilan Mengarang (At-Ta’lif / Composation)
Keterampilan Menerjemahkan (At-Tarjamah / Translation)
c. Cara Belajar Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam pelajaran keterampilan berbahasa ini, cobalah untum menempuh cara-cara belajar sebagai berikut:
Menumbuhkan sikap positif (qobiliyah ijabiyah / positive attitude) terhadap bahasa yang akan dipelajari. Usahakan sikap positif tersebut tetap tinggi, walaupun saat menemukan kesulitan-kesulitan dalam belajar. Sikap positif meliputi berbagai hal, seperti: hobi, rasa tertarik, motivasi, kemauan yang keras. Sikap positif ini merupakan kunci utama kesuksesan belajar bahasa apapun. Jika tidak memiliki sikap
25
Hal 11
K.H. Muhammad Idris Jauhari, Cara Belajar Efektif, Efisien dan Akseleratif, 1997 tp.
52
positif terhadap suatu bahasa, lebih baik memilih untuk belajar bahasa lainnya.
Pelajari dan perhatikan sungguh-sungguh Bahasa Dasar (lughoh asasiyah / basic language) dan bahasa yang sedang dipelajari, sampai benar-benar menguasainya. -
Bahasa Dasar artinya adalah “kata-kata dan struktur kalimat” yang paling mendasar dari suatu bahasa.
-
Penguasaan Bahasa Dasar artinya menguasai dengan sungguhsungguh pengertiannya, yaitu : Cara mengucapkannya (intonasi dan artikulasi), Cara menulisnya (validitasa dan keindahannya), Perubahan-perubahan yang terjadi dalam kata tersebut (tashrif, inflektion dan morfologi), Cara mempergunakannya dalam kalimat (syntax).
-
Upaya menguasai Bahasa Dasar harus dilakukan, sebab tanpa menguasai Bahasa Dasar mustahil seseorang bisa memiliki keterampilan berbahasa.
Usahakan agar menambah perbendaharaan kata (mufrodat / vocabulary) minimal lima buah setiap hari. Tetapi harus menguasainya sebagai Bahasa Dasar.
Perhatikan dengan cermat guru-guru atau teman-teman (yang baik) ketika mereka sedang mempraktekkan keterampilan berbahasa, kemudian cobalah tiru mereka dengan sungguh-sungguh.
Lakukan latihan / tamrin / drill secara terus menerus. Tetapi yang lebih penting mintalah tolong kepada siapapun untuk “mengoreksi” latihan
tersebut
sehingga
bisa
melakukan
perbaikan
dan
penyempurnaan. Latihan tanpa koreksi atau evaluasi adalah kesiasiaan.
53
5.
Pelajaran Keterampilan a. Pengertian Pelajaran keterampilan atau yang dikenal denga al-maharot yaitu jenis kegiatan yang menuntut adanya keterampilan-keterampilan khusus untuk melakukannya26. b. Jenis Keterampilan Setidaknya, ada tiga jenis keterampilan yang bisa dipelajari 1) Keterampilan Tangan, seperti: Menjahit, Menyulam, Memasak, Mengetik,
Menggambar,
Kaligrafi,
Pertukangan,
Pertanian,
Elektronik dan Permesinan. 2) Keterampilan Praktis, seperti: Keterampilan Memimpin, Mengajar, Berdagang, Berolahraga, Mengelola Oraganisasi, Sekolah dan Perusahaan. 3) Keterampilan Kesenian, seperti: Musik, Drama, Teater dan Puisi. c. Cara Belajar Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam pelajaran keterapilan ini, cobalah untuk menempuh cara-cara belajar sebagai berikut:
Pusatkan perhatian hanya pada satu keterampilan saja, jangan terlalu ambisius untuk menguasai beberapa keterampilan dalam waktu yang bersamaan.
Perhatikan dengan sungguh-sungguh bagaimana guru-guru dan teman-teman
terutama
para
ahli
(prosesinal)
melakukan
keterampilan yang akan dipelajari. Kaji dan teliti segala aspeknya dan cari rahasianya.
Cobalah meniru apa yang mereka lakukan, sesuai dengan hasil perhatian dan pengkajian yang dialkukan. Lakukan dengan sungguh-sungguh.
26
Hal 13
K.H. Muhammad Idris Jauhari, Cara Belajar Efektif, Efisien dan Akseleratif, 1997 tp.
54
Pelajari teori-teori yang berhubungan dengan keterampilan yang sedang dipelajari, dan hubung-hubungkan dengan apa yang dilihat.
Lakukan latihan terus-menerus dengan tetap berpijak pada teoriteori yang dipelajari dari hasil pengamatan yang dilakukan.
Jangan malu bertanya atau berkonsultasi kepada mereka yang dianggap berkompeten baik dalam situasi biasa ataupun ketika mendapat kesulitan. Mintalah “koreksi dan kristik” setiap waktu.
F. Proses Pembelajaran Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif, perlu adanya guruguru yang profesional dan memahmi pembelajaran. Begitupun juga di Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN, seorang guru atau Ustadz harus mempunyai basic mengajar yang baik, sehingga proses pembelajaran yang dilakukan menjadi efektif. Pimpinan dan Pengasuh Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN dalam menerapkan pembelajaran efektif efisien dan akseleratif dengan guruguru yang siap mengajar dengan baik. Untuk menopang itu ada buku acuan mengajar bagi guru. Menurut Ust. H. A. Tijani Syadzili, Lc. Para Ustadz di Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN dalam mengajar wajib mengikuti khutuwat-khutuwat yang telah digariskan di Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN. Khutuwat-khutuwat tersebut secara prinsip tidak boleh dikurangi sedikitpun,
tetapi
boleh
dikembangkan
dengan
metode-metode
yang
berkmbang27. Khutuwat yang dimaksud oleh K.H. Muhammad Idris Jauhari dalam pengertian penulis adalah perencanaan atau persiapan mengajar yang dilakukan oelh guru sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Prof. Dr. H. Oemar Hamalik menjelaskan, ada sepuluh persiapan mengajar harian yang harus dilakukan oleh guru28. Yaitu: merumuskan tujuan dengan jelas, memilih dan menyususn secara baik-baik bahan instruksional yang digunakan dalam 27
Hasil Wawancara degan Ust. H. A. Tijani Syadzily, Lc. 27 Desember 2010. H. Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, 2008, Bandung : Remajar Rosydakarya. Hal. 221. 28
55
mencapai tujuan, memilih metode mengajar dengan variatif, petunjuk waktu untuk setiap bagian pelajaran, aplikasi berbagai bahan di sekolah, daftar bacaan bagi guru dan murid, evaluasi, dan saran untuk revisi. Secara terperinci di dalam Buku Khutuwat al-Tadris al-Mufasshalah, yang dituis oleh K.H. Muhammad Idris Jauhari dijelaskan metode-metode yang digunakan dalam proses pembelajaran sesuai dengan mata pelajaran yang akan diajarkan. Ada enam kelompok besar mata pelajaran yang dijelaskan di dalam buku tersebut. 1.
Durusu al-Maharot al-Lughawiyah (Pelajaran Keterampilan Bahasa). Ada enam Mata Pelajaran yang masuk dalam kelompok mata pelajaran ini. Yaitu: al-Istima’ (Pendengaran), al-Muthola’ah (Membaca), al-Muhadtsah (Percakapan), al-Insya’ (Mengarang), al-Tarjamah (Terjemah), alTamrinat al-Lughowiyah (Latihan-latihan bahasa, seperti latihan pelajaran Nahwu, Shorrof, Balaghah)29. a) Metode Pemeblajarannya
Al-Muqaddimah (Pembukaan) -
Pembukan pelajaran
-
Mengulang pelajaran yang lalu
-
Membawa pemahaman siswa ke dalam materi baru
-
Menjelaskan tujuan pemeblajaran khusus
Al-‘Ardu wa Al-Robtu wa Al-Istinbat -
Pembekalan kosa kata dan istilah dalam pelajaran
-
Penjelasan isi pelajaran secara rinci
-
Tanya jawab antara siswa dan guru
-
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menulis, memahami pelajaran, dan melakukan diskusi bersama teman.
29
Al-Tathbiq (Penerapan) -
Mengulang penjelasan
-
Memberikan pertanyaan seputar pelajaran yang dipelajari
-
Mengoreksi jawaban dengan berseling diantara siswa
K.H. Muhammad Idris Jauhari, Khutuwat At-Tadris Al-Mufasshalah, tt, tp. Hal 3
56
2.
Penutup
Durusu al-Hifdzu wa al-Istidhar (Pelajaran Menghafal)30 a) Metode Pembelajarannya
Al-Muqaddimah (Pembukaan) -
Pembukan pelajaran
-
Mengulang pelajaran yang lalu
-
Membawa pemahaman siswa ke dalam materi baru
-
Menjelaskan tujuan pemeblajaran khusus
Al-‘Ardu wa Al-Robtu wa Al-Istinbat -
Pembekalan kosa kata dalam pelajaran
-
Mencatat poin-poin penting
-
Melafdzkan bersama-sama dengan siswa
-
Menulis di papan tulis dengan di dekte oleh siswa
-
Mengarahkan siswa untuk menyimpulkan
-
Meberikan kesempatan kepada siswa untuk menulis, berdiskusi dan memahami pelajaran.
Al-Tathbiq (Penerapan) -
Menanyakan arti kata dalam kalimat
-
Menanyakan
isi
pelajaran
dan
meminta
untuk
menjelaskannya
3.
-
Latihan menghafal
-
Mencoba siswa untuk menghafalkan.
-
Penutup
Durusu Fahmi al-Kutubi wa al-Muqarrarat (Pelajaran Pemahaman Kitabkitab dan Buku Penduan)31. a) Metode Pembelajarannya
30 31
Al-Muqaddimah (Pembukaan) -
Pembukan pelajaran
-
Mengulang pelajaran yang lalu
K.H. Muhammad Idris Jauhari, Khutuwat At-Tadris Al-Mufasshalah, tt, tp. Hal 13 K.H. Muhammad Idris Jauhari, Khutuwat At-Tadris Al-Mufasshalah, tt, tp. Hal 14
57
-
Membawa pemahaman siswa ke dalam materi baru
-
Menjelaskan tujuan pemeblajaran khusus
Al-‘Ardu wa Al-Robtu wa Al-Istinbat -
Pembekalan kosa kata dalam pelajaran
-
Menyimpulkan poin-poin penting dalam materi
-
Meberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dan memahami pelajaran.
Al-Tathbiq (Penerapan) -
Menanyakan arti kata dalam kalimat
-
Menanyakan
isi
pelajaran
dan
meminta
untuk
menjelaskannya 4.
Penutup
Durusu Istinbati al-Qawaid aw al-Ahkam (Pelajaran Inti Kaidah-kaidah atau Hukum-hukum, seperti Kaidah Bahasa, Hukum Fikih dan lain sebaginya)32. a) Metode Pembelajarannya
Al-Muqaddimah (Pembukaan) -
Pembukan pelajaran
-
Mengulang pelajaran yang lalu
-
Membawa pemahaman siswa ke dalam materi baru
-
Menjelaskan tujuan pembelajaran khusus
Al-‘Ardu wa Al-Robtu wa Al-Istinbat -
Pembekalan kosa kata dalam pelajaran
-
Memaparkan contoh, istilah dan masalah-masalah sesuai dengan apa yang diplajari
-
Membantu dan mengarahkan siswa untuk menyimpulkan kaidah-kaidah.
-
Menulis kaidah-kaidah yang terlah disimpulkan oleh siswa dengan di dekte.
32
K.H. Muhammad Idris Jauhari, Khutuwat At-Tadris Al-Mufasshalah, tt, tp. Hal 15
58
-
Menjelaskan cara meng-i’rob, dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
-
Meberikan kesempatan kepada siswa untuk menulis, berdiskusi dan memahami pelajaran.
5.
Al-Tathbiq (Penerapan) -
Menanyakan kaidah-kaidah dalam pelajaran
-
Meminta mencontohkan kaidah atau hukum
-
Penutup
Durusu al-Amaliyat (Pelajaran Keterampilan) ada tiga jenis Mata pelajaran yang termasuk dari pelajaran keterampilan. Yaitu: Pembelajaran Menulis untuk Pemula, Al-Imla’, Al-Khattu (Kaligrafi)33. a) Metode Pembelajaran Menulis Untuk Pemula
Al-Muqaddimah (Pembukaan) -
Pembukan pelajaran
-
Mengulang pelajaran yang lalu
-
Menjelaskan tujuan pemeblajaran khusus
Al-‘Ardu wa Al-Robtu wa Al-Istinbat -
Identifikasi awal kemampuan siswa dalam menulis
-
Mencontohkan menulis di depan siswa
-
Menyuruh siswa untuk menulis kata dan kalimat
-
Memeriksa hasil tulisan siswa
-
Perbaikan dan pengarahan tentang menulis bersama-sama
-
Penutup
b) Metode Pembelajaran Al-Imla’
33
Al-Muqaddimah (Pembukaan) -
Pembukan pelajaran
-
Menjelaskan tujuan pemeblajaran khusus
Al-‘Ardu wa Al-Robtu wa Al-Istinbat -
Identifikasi awal kemampuan siswa dalam menulis
-
Menyiapkan alat-alat menulis
K.H. Muhammad Idris Jauhari, Khutuwat At-Tadris Al-Mufasshalah, tt, tp. Hal 17
59
-
Mendekte artikel dan menyuruh siswa untuk menulis
-
Memeriksa hasil tulisan di papan tulis
-
Memeriksa hasil tulisan di buku siswa
-
Menanyakan pemilik buku dan jumlah kesalahan tulisan
-
Penutup
c) Metode Pembelajaran Al-Khatt (Kaligrafi)
6.
Al-Muqaddimah (Pembukaan) -
Pembukan pelajaran
-
Mengulang pelajaran yang lalu
-
Menjelaskan tujuan pemeblajaran khusus
Al-‘Ardu wa Al-Robtu wa Al-Istinbat -
Identifikasi awal kemampuan siswa dalam menulis
-
Mencontohkan menulis di depan siswa
-
Menyiapkan alat-alat utuk menulis
-
Meyuruh siswa untuk menulis satu baris
-
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
-
Perbaikan bersama-sama di papan tulis
-
Menyuruh siswa untuk menulis lebih banyak kalimat
-
Penutup
Durusu al-Maharot al-Quraniyah (Pelajaran Keterampilan Al-Quran) dalam pelajaran ini mencakup Mata Pelajaran Ilm al-Tajwid dan Tahsin Makharij al-Huruf34. a) Metode Pembelajarannya
Al-Muqaddimah (Pembukaan) -
Pembukan pelajaran
-
Mengulang pelajaran yang lalu
-
Membawa pemahaman siswa ke dalam materi baru
-
Menjelaskan tujuan pemeblajaran khusus
Al-‘Ardu wa Al-Robtu wa Al-Istinbat wa al-Tathbiq -
34
Identifikasi awal kemampuan siswa dalam membaca
K.H. Muhammad Idris Jauhari, Khutuwat At-Tadris Al-Mufasshalah, tt, tp. Hal 23
60
-
Mencontohkan membaca
-
Mendekte kalimat dan meminta untuk menuliskannya
-
Membantu siswa menyimpulkan kaidah hukum tajwid
-
Menanyakan kaidah-kaidah tajwid
-
Meminta membaca sebuah ayat, dan menjelaskan hukum tajwidnya.
-
Penutup
G. Faktor-faktor Belajar Tidak jauh berbeda dengan apa yang dirumuskan oleh para ahli pendidikan, K.H. Muhammad Idris Jauhari juga membagi faktor-faktor yang mempengaruhi sisiwa dalam belajar ke dalam dua bagian35. Pertama, Faktor Internal. Yaitu faktor yang terdapat dalam diri siswa dalam belajar. diantaranya adalah Motivasi, Kemauan, Kesiapan belajar dan Kemampuan. Kedua, Faktor Eksternal. Yaitu Strategi Pembelajaran, Sarana Prasarana pendidikan, Situasi dan kondisi dalam belajar. Sejalan dengan apa yang dijelaskan oleh M. Sobry Sutikno bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi proses belajar, yaitu faktor internal yang meliputi faktor jasmaniah yang di dalamnya terdapat faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh. Faktor psikologis. Faktor kelelahan. Kedua, adalah faktor eksternal yang meliputi faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat36.
35 36
Wawancara dengan K.H. Muhammad Idris Jauhari, 30 Desember 2010 M. Sobry Sutikno, Belajar dan Pembelajaran, 2009, Bandung : Prospect. Hal 14 - 24
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1.
Belajar efektif merupakan belajar yang selalu meninggalkan bekas, dengan waktu yang singkat dan biaya yang murah, hal ini dapat ditempuh dengan cara-cara belajar yang dikembangkan oleh K.H. Muhammad Idris Jauhari yang disesuaikan dengan kelompok pelajaran.
2.
Dua persiapan yang harus ada bagi seseorang yang belajar, yaitu: persiapan mental yang berkenaan dengan kemauan, kesiapan, kemampuan dan orientasi belajar. Persiapan teknis pembelajaran yang berkenaan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dikenal dengan I’dad AtTadris
3.
Dua faktor yang mempengaruhi seseorang dalam belajar, yaitu: faktor internal yang berkaitan dengan motivasi, kesiapan dan kemampuan, dan faktor lingkungan yang berkenaan dengan strategi pembelajaran, sarana dan prasarana pendidikan, serta situasi dan kondisi dalam belajar.
4.
K.H. Muhammad Idris Jauhari yang hanya mengenyam pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo mampu mengembangkan konsep pendidikan yang tidak kalah actual dengan berbagai konsep pendidikan yang dikembangkan oleh berbagai pakar pendidikan.
61
62
B. Saran 1.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan efektif dalam belajar, hendaknya memilih cara belajar yang sesuai dengan kecenderungan dalam belajar
2.
Seseorang dalam proses pembelajaran harus memperhatikan persiapn mental dan persiapan teknis pembelajaran.
3.
Sarana dan prasarana pendidikan juga harus dimaksimalkan, meskipun tidak selamanya sarana yang elit berpengaruh, tetapi bagaimana guru memanfaatkan sarana tersebut sehingga mencapai tujuan dari proses belajar mengajar tersebut.
4.
Tidak ada salahnya bagi praktis pendidikan untuk mencoba menerapkan model belajar efektif yang dikembangkan oleh K.H. Muhammad Idris Jauhari.
63
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin, H.Drs.M.Pd.I, dan Esa Nur Wahyuni, M.Pd. Teori Belajar dan Pembelajaran, 2009, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Bell, Judith. Alih Bahasa Jacobus Embu Lato, Melakukan Proyek Penelitian Secara Mandiri, 2005 Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia. Chatib. Munif, Sekolahnya Manusia. 2009, Bandung: Penerbit Kaifa PT. Mizan Pustaka. Fry. Ron, Belajar Lebih Cerdas, Bukan Llebih Keras, 2008, Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. Hamalik, Oemar. H. Prof. Dr, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, 2008, Bandung: Remajar Rosydakarya. Jauhari. KH. Muhammad Idris, Cara Belajar Efektif, Efisien dan Akseleratif, 1997 ______, Mabadi Ilmu At-Tarbiyah Al-Juz’u Al-Awwal, 2008 : AL-AMIEN PRENDUAN : Mutiara Press. ______, Khutuwat At-Tadris Al-Mufasshalah, tt,tp. Nazir, Moh. Ph.D, Metode Penelitian, 2005, Bogor : Ghalia Indonesia, Cet. Ke VI Uno. Hamzah B, Dr. M.Pd, Perencanaan Pembelajaran, 2006, Jakarta: PT. Bumi Aksara. Partanto. Pius A. dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, 1994, Surabaya : Penerbit Arkola. Rakhmat, Jalaluddin.
Metode Penelitian Komunikasi, 2002, Bandung: Rosda
Karya, Rasyad. H. Aminuddin, Prof. Dr. Teori Belajar dan Pembelajaran. 2003, Jakarta : UHAMKA Press. Samples. Bob, Revolusi Belajar untuk Anak, 2002, Bandung : Penerbit Kaifa. Shihab. M. Quraisy, Dr. M.A, Membumikan Al-Quran, 1992, Bandung: Penerbit Mizan. Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, 2003, Jakarta : PT. Rieneka Cipta.
64
Sukmadinata, Nana Syaodih. Prof. Dr. Metode Penelitian Pendidikan, 2006, Bandung : PT. Remaja Rosydakarya. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, 2009, Bandung: Alfabeta. Surachmad, Winarno. Prof. Dr. M.Sc.Ed, Dasar dan Tehnik Research, 1975 Bandung : CV. Tarsito. Sutikno. M. Shobry, Dr. Belajar dan Pembelajaran, 2009 Bandung. Penerbit Prospect. Syah. Darwyan, Drs. M.Pd. M.Si. dkk, Strategi Belajar Mengajar, 2009, Jakarta: Diadit Media. Syah. Muhibin, M.Ed, Psikologi Belajar, 2003,Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Witherington. H.C. dkk, Teknik-teknik Belajar dan Mengajar, 1986, Bandung: Penerbit Jemmars. Warta Singkat (WARKAT) Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN Tahun Ajaran 1429 - 1430 H / 2009 – 2010. http://al-amien.ac.id/selayang-pandang/periode-pengembangan. www.sma_Negeri_1_Banda_Neira»Blog Archive»MetodeBelajarEfektif.htm http://abuubaidah.wordpress.com/2008/07/21/cara-praktis-menghafal-al-quran. http://abdussakir.wordpress.com/2009/05/05/pengalaman-belajar-sesuai-teoriberpikir-van-hiele Rekaman Wawancara bersama K.H. Muhammad Idris Jauhari. Rekaman Wawancara bersama K.H. Makhtum Jauhari, MA. Rekaman Wawancara bersama K.H. Moh. Khoiri Husni, S.Pd.I. Rekaman Wawancara bersama Ust. A. Tidjani Syadzily, Lc.
Lampiran 1 A. Transkip Hasil Wawancara dengan K.H. Muhammad Idris Jauhari
1. Menurut Bapak Kiyai, apa yang dimaksud dengan belajar? Belajar itu sebuah proses transformasi ilmu dari orang lain kepada kita, belajar berkanaan dengan kognitif doamin. 2. Saya membaca buku Bapak Kiyai tentang Cara Belajar Efektif Efisien dan Akseleratif, menurut Bapak Kiyai, apa yang dimaksud dengan Belajar Efektif? Efektif itu meninggalkan bekas, atau ada hasil. Dari efek yang berarti berbekas. Efisien adalah cepat, mudah dan murah, sedangkan Akseleratif adalah Cepat dan menghasilkan banyak. 3. Apa landasan teori belajar efektif yang bapak kiyai kembangkan? Itu bukan pemikiran saya, tapi pengalaman saya selama saya mengajar. 4. Apa kriteria belajar efektif? Sukses belajar, rasa cinta terhadap ilmu, tertarik kepada ilmu, bisa menghafal, belajar dengan waktu yang singkat, kuat melekat di dalam pikiran, cepat, mudah dan diaplikasikan. 5. Usaha apa yang dilakukan Bapak Kiyai dalam mewujudkan belajar efektif di Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN? Guru, dengan menyiapak guru-guru yang profesional 6. Apa saja Faktor-faktor yang mempengaruhi santri atau siswa dalam belejar, hal ini berkaiatan dengan faktor yang mendukung dan faktor yang menghambat Sama seperti pada umumnya, faktor internal diri seseorang yang belajar, dan faktor eksternal yang berkaitan dengan lingkungan.
7. Setiap orang mempunyai cara atau tipe belajar yang beragam, seperti auditorial, viasual, memorizing dan lain sebagaimanya, bagaimana menjadikan belajar mereka efektif? Sangat tergantung dengan situasi. 8. Dampak belajar efektif terhadap prestasi santri? Bisa menghafal dengan baik, mengingat dengan baik, singkat, kuat dan bisa diaplikasikan oleh santri. 9. Bagaimana meaksimalkan proses belajar efektif? Itu tadi, guru sebagai salah satu sumber ilmu, metode yang dipakai, program yang ada di pesantren. 10. Dari tokoh-tokoh pendidikan yang banyak sekai kita kenal, siapa yang paling meng inspirasi Bapak Kiyai, sehingga Bapak Kiyai tekun dengan Belajar Otodidak yang Bapak Kiyai lakukan. Ayah saya. K.H. Ahmad Djauhari Chotib Guru saya, K.H. Imam Zarkasy Nabi Muhammad SAW.
B. Transkip Wawancara dengan Majlis Kiyai dan Orang-orang yang Begitu Dekat dengan K.H. Muhammad Idris Jauhari 1. K.H. Makhtum Jauhari, MA. Beliau adalah wakil Majlis Kiyai Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN, Rektor Institut Dirasat Islamiyah AlAmien (IDIA), Saudara Kandung K.H. Muhammad Idris Jauhari. Berikut beberpa pertanyan dalam wawancara. Bagaimana kepemimpinan K.H. Muhammad Idris Jauhari di Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN? Di pondok ini memakai kepemimpinan kolektif, K.H. Muhammad Idris menurut saya sangat terbuka dalam memimpin, sering beliau menelfon saya untuk memutuskan suatu permasalahan yang berkenaan dengan kegiatan di
Pesantren ini. Beliau sangat-sangat terbuka kepada siapapun, beliau juga ikut bekerja, melakukan pengawasan dan memberikan arahan-arahan kepada tiaptiap pengurus yang ada di pesantren. Tentunya Bapak Kiyai sangat mengenal K.H. Muhammad Idris Jauhari, apa yang Bapak Kiyai kagumi dari sosok beliau? Beliau itu contoh yang masih hidup dalam bidang otodidak, karena beliau tidak pernah lagi melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tingga, beliau hanya nyantri di Gontor. Beliau memang sangat tekun dalam membaca buku, saya yakin beliau bisa seperti sekarang ini karena hasil dai membaca beliau. Beliau buat saya selain kakak, saya menganggap beliau itu ayah buat saya, bukannya beliau tidak punya keinginan untuk melanjutkan kuliah setelah tamat dari Gontor, tetapi beliau mengikuti saran K. Imam Zarkasy untuk membina masyarakat prenduan, dan memberikan kesempatan kepada saya untuk kuliah sampai saya mendapat gelar Magister. Bagaimana Bapak Kiyai memandang Pemikiran K.H. Muhammad Idris Jauhari? Dari hasil membaca inilah kemudian beliau melakukan perubahan-perubahan, melakukan pengembangan-pengembangan, mengganti sesuatu yang lama dengan yang baru dan lebih bermanfaat, tetapi beliau tidak serta-merta meninggalkan budaya-budaya lama, beliau juga menjaga budaya-budaya, pemikiran yang lama yang sesuai dan baik. Saya kira pemikiran beliau hususnya tentang pendidikan selalu berkembang, hal ini bisa dilihat dari perkembangan-perkembangan kurikulum dan pembelajaran, kami selalu melakukan evaluasi kurikulum bersama-sama untuk menemukan formula yang pas untu Pesantren ini. Satua kata untuk K.H. Muhammad Idris Jauhari Luar Biasa!. Salah satu contoh keagungan Alah.
2. K.H. Moh. Khoiri Husni, S.Pd.I. Beliau adalah Direktur TMI Al-Amien Prenduan, Juga sebagai Bendahara Badan Wakaf atau Majlis Kiyai Pondok
Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN. Selain itu beliau juga merupakan santri dari K.H. Muhammad Idris Jauhari di TMI AL-AMIEN PRENDUAN. Berikut beberapa pertanyaan dalam wawancara. Bagaimana Bapak Kiyai mengenal K.H. Muhammad Idris Jauhari? Saya mengenal beliau sejak Pondok Pesantren AL-AMIEN di asuh oleh K.H. Ahmad Jauhari Chotib, saat itu saya sebagai salah satu santri ayah beliau. Semenjak K.H. Muhammad Idris Jauhari tamat dari Gontor dan TMI ALAMIEN PRENDUAN mulai dirintis, saya nyantri di TMI yang dirintis oleh K.H. Muhammad Idris Jauhari, sambil lalu saya juga sekolah di SMPI Prenduan tahun 1970 Bapak kiyai adalah murid pertama K.H. Muhammad Idris Jauhari, apa yang berbeda dari K.H. Muhammad Idris Jauhari masa-masa awal pendirian TMI dibandingkan saat ini? Saya kira tidak banyak berbeda, beliau tetap konsisten dalam arti tetap peduli terhadap
pendidikan,
tetapi
sejalan
dengan
berkembangnya
Ilmu
pengetahuan, pemikiran beliau juga berkembang, hal itu dapat dilihat dari kurikulum TMI yang selalu berkembang dari tahun ke tahun. Bagaimana kepemimpinan K.H. Muhammad Idris Jauhari di Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN? Beliau dalam kepemimpinannya, terutama di Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN sangat demokratis, mungkin bisa dibilang pemimpin yang demokratis, dalam hal ini dilihat dari fungsionaris yang ada di Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN, pengasuh tidak turun temurun, seperti saya pribadi, saya bukan saudara atau keluarga pengasuh AL-AMIEN PRENDUAN, tetapi saya diberikan kesempatan untuk menjadi Direktur TMI AL-AMIEN
PRENDUAN.
Selain
itu
adanya
regenerasi
dalam
kepemimpinan. Jadi, fungsionaris di Pesantren ini tidak selalu sama atau tidak menetap. Selalu ada perubahan-perubahan untuk tujuan regenerasi, bahkan di tataran kepengurusan di dalam kegiatan Santri-pun dilakukan regenerasi setiap periode. K.H. Muhammad Idris juga dalam memberikan kesempatan untuk melaksanakan tugas kepemimpinan, beliau melakukan bimbingan
terus-menerus sampai benar-benar maksimal apa yang dilakukan oleh orang diberikan kepercayaan. Bagaimana pemikiran K.H. Muhammad Idris Jauhari? Dalam pendidikan yang diterapkan di Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN, K.H. Muhammad Idris Jauhari sangat berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan
yang
tidak
terjadi.
Beliau
serta-merta
dalam
memutuskannya
memeutuskan sendiri,
kebijakan
tetapi
beliau
menggunakan hasil dari musyawarah para pimpinan yang ada di Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN. Adapun perkembangan kurikulum tetap mengacu kepada garis besar kurikulum, yaitu “kurikulum hidup dan kehidupan” yang selalu berubah hanya pada tataran teknis pelaksanaan di lapangan. Yang berkaitan dengan kompetensi dasar. Dan kompetensi pilihan. Saat ini di Pondok Pesantren ALAMIEN PRENDUAN ada tiga kompetensi pilihan yang di siapkan untuk santri. Yaitu : DIA (Dirasat Islamiyah dan Arobiyah), IPSI (Ilmu Pengetahuan Sosial dan Inggris), MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam), BSI (Bahasa dan Sastra Indonesia). Kompetensi Pilihan inilah yang menentukan arah dan keinginan serta kecenderungan santri. Selain kompetensi dasar dan kompetensi pilihan ada bagian dari kurikulum yang juga menjadi bagian terpenting, yaitu penataan adabi dan ilmi. Satu kata yang mewakili K.H. Muhammad Idris Jauhari menurut Bapak Kiyai? Beliau orang tua bagi kami.
3. Ust. H. A. Tidjani Syadzily, Lc. Beliau adalah Wakil Direktur TMI ALAMIEN PRENDUAN. Wakil Guru Master Pendidikan di TMI AL-AMIEN PRENDUAN. Berikut beberpa pertanyaan dalam wawancara. Bagaimana K.H. Muhammad Idris Jauhari menerapkan pendidikan di TMI AL-AMIEN PRENDUAN?
TMI marupakan lembaga pendidikan formal yang ada di Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN, karena orientasi dari lembaga ini merupakan terbentuknya santri yang mampu menjadi pendidik yang baik, maka di dalam kurikulum yang diberlakukan ditekankan terhadap pembelajaran metodemetode pembelajaran. Di kelas tiga sampai kelas empat diajarkan materi Didaktik Metodik, dilanjutkan dengan Ilmu Mengajar di kelas lima. Menurut Ustadz, apa yang dipahami dari Belajar Efektif yang dimaksud oleh K.H. Muhammad Idris Jauhari? Belajar efektif versi K.H. Muhammad Idris Jauhari yang saya fahami adalah belajar yang mencapai sasaran. Paling tidak ada lima kriteria dari belajar efektif yang bisa saya tangkap dari pemikiran K.H. Muhammad Idris Jauhari. Yaitu: Bisa menyerap ilmu yang banyak dan cepat, Melekat kuat, Bisa diamalkan, Bisa dikembangkan, dan bisa menambah iman dan takwa. Saai ini apa yang dilakukan oleh K.H. Muhammad Idris Jauhari dalam mengembangkan belajar efektif? Memaksimalkan gur dalam mengajar, yaitu dengan diberikan workshopworkshop mengajar, di dalam mengajar guru wajib mengikuti khutuwat attadris al-mufashholah yang disusun oleh K.H. Muhammad Idris Jauhari. Khutuwat ini tidak boleh dikurangi sedikitpun tapi bisa di kembangkan oleh guru-guru yang ada di Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN.