POLA KEPEMIMPINAN PENGASUH PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN FORMAL DI PONDOK PESANTREN DARUL AMANAH KABUNAN SUKOREJO KENDAL
SKRIPSI Disusun Untuk Syarat Dalam Memperoleh Gelar Strata Satu (S1) Program Studi Kependidikan Islam (KI)
Oleh:
KHADIQ MUAKROM (063311042)
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012
i
ABSTRAK Khadiq Muakrom (063311042) Pola Kepemimpinan Pengasuh Pondok Pesantren Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Formal Di Pondok Pesantren Darul Amanah Kabunan Sukorejo Kendal 2012. Tujuan dari penelitian ini adalah 1). Untuk mengetahui Bagaimana Pola Kepemimpinan Pengasuh Pondok Pesantren Darul Amanah Dalam Meningkatkan Kualitas Input Pendidikan, 2). Untuk mengetahui Bagaimana Pola Kepemimpinan Pengasuh Pondok Pesantren Darul Amanah Dalam Meningkatkan Kualitas proses Pendidikan, 3). Untuk mengetahui Bagaimana Pola Kepemimpinan Pengasuh Pondok Pesantren Darul Amanah Dalam Meningkatkan Kualitas output Pendidikan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menghasilkan data berbentuk uraian deskriptif. Metode pengumpulan data dengan menggunakan: observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi. Teknik analisis data yang peneliti gunakan ialah analisis deskriptif kualitatif, yaitu analisis data yang berupa kata-kata, gambar dan bukan angka. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: Dalam meningkatkan kualitas input pendidikan, pengasuh pondok pesantren Darul Amanah menggunakan dua pola kepemimpinan, yaitu pola kepemimpinan demokratis dan pola kepemimpinan kharismatik. Pola kepemimpinan demokratisnya dituangkan dalam pembentukan sebuah kepanitiaan di setiap pelaksaan kegiatan. Seperti pelaksaan kegiatan rekrutmen/penerimaan santri baru, perekrutan tenaga pengajar, dalam merumuskan kurikulum dan dalam memutuskan segala keputusan dengan bermusyawarah. Dengan kharisma seorang pengasuh pondok pesantren Darul Amanah, menjadikan hubungan yang cukup baik dengan lingkungan dan masyarakat sekitar. Hal ini dikarenakan pengasuh pondok pesantren menjalin hubungan kerja sama yang timbal balik dengan lingkungan dan masyarakat sekitar. Dalam meningkatkan kualitas proses pendidikan formal, pengasuh pondok pesantren Darul Amanah juga menggunakan pola kepemimpinan kharismatik dan pola kepemimpinan demokratis. Hal ini dituangkan dalang menghadapi dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan para guru/ asatidz, seperti dalam menjalankan rutinitas para guru dan bawahannya yaitu mulai dari diadakannya briefing bagi guru-guru di setiap pagi hari 15 menit sebelum mengajar dan dilanjutkan dengan evaluasi oleh pengasuh pondok pesantren sendiri.Dalam hal meningkatkan kualitas output pendidikan formalnya-pun masih menggunakan pola kepemimpinan demokratis yang berakar pada pola kepemimpinan kharismatik. Dengan adanya musyawarah guru, musyawarah wali kelas dan musyawarah orang tua murid serta melibatkan masyarakat setempat dalam menciptakan lulusan santri yang berkualitas dan berwawasan luas, itu mencerminkan bahwa pola dan karakter yang terpancar dari seorang pengasuh pondok pesantren Darul Amanah itu adalah pola yang demokratis Selanjutnya, semoga penelitian ini diharapkan menjadi khazanah dan masukan bagi Pondok Pesantren Darul Amanah Kabunan Sukorejo Kendal, bahan informasi bagi civitas akademika dan semua pihak yang membutuhkan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. ii
iii
Semarang marang, 30 Mei 2012 NOTA PEMBIMBIN BING
Kepada Yth. Dekan Fakultas ltas Tarbiyah T IAIN Walisongo di Semarang
Assalamu ’alaikum wr. wr wb. Dengan ini diberitahu ritahukan bahwa saya telah melakukan bimbinga bingan, arahan, dan koreksi naskah skripsi kripsi dengan : Judul
: Pola Pol Kepemimpinan Pengasuh Pondok k Pesantren Pesa Dalam Men Meningkatkan Kualitas Pendidikan Forma ormal Di Pondok Pesa Pesantren Darul Amanah Kabunan Sukorejo rejo K Kendal.
Nama
: Khadiq Kh Muakrom
NIM
: 063311042 06
Jurusan
: Tarbiyah Ta
Program Studi
: Kependidikan Ke Islam
Saya memandang g bahwa bah naskah skripsi tersebut sudah dapat pat diajukan di kepada Fakultas Tarbiyah h IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang ang Munaqasyah. M Wassalamu ‘alaikum m wr. w wb.
Pembimbing I
Drs. Wahyudi, udi, M M.Pd. NIP. 19680314 314 199503 19 1 001
iv
Semarang marang, 30 Mei 2012 NOTA PEMBIMBIN BING
Kepada Yth. Dekan Fakultas ltas Tarbiyah T IAIN Walisongo di Semarang
Assalamu ’alaikum wr. wr wb. Dengan ini diberitahu ritahukan bahwa saya telah melakukan bimbinga bingan, arahan, dan koreksi naskah skripsi kripsi dengan : Judul
: Pola Pol Kepemimpinan Pengasuh Pondok k Pesantren Pesa Dalam Men Meningkatkan Kualitas Pendidikan Forma ormal Di Pondok Pesa Pesantren Darul Amanah Kabunan Sukorejo rejo Kendal.
Nama
: Khadiq Kh Muakrom
NIM
: 063311042 06
Jurusan
: Tarbiyah Ta
Program Studi
: Kependidikan Ke Islam
Saya memandang g bahwa bah naskah skripsi tersebut sudah dapat pat diajukan di kepada Fakultas Tarbiyah h IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang ang Munaqasyah. M Wassalamu ‘alaikum m wr. w wb.
Pembimbing II
Dr. Fahrurrozi, ozi, M.Ag. M NIP .19770816 16 200 2005 01 1003
v
PERNYATAAN Penulis menyatakan dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran orang lain, kecuali yang terdapat dalam referensi yang dijadikan sebagai bahan rujukan.
Semarang, 21 Juni 2012 Yang Menyatakan
Khadiq Muakrom NIM. 063311042
vi
PERSEMBAHAN Skripsi ini Penulis Persembahkan Kepada: 1. Ayahanda H. Rohmad, Ibu dan Ibunda Hj. Siti Khapsah dan Wahniyah tercinta yang penuh kasih sayang setiap waktu, selalu memberikan motivasi dan do’a restunya kepada ananda. 2. Saudara- saudaraku tercinta yang turut memberikan motivasi dan dukungan. Semoga kalian semua dapat meraih cita-cita yang setinggi mungkin dan buatlah kedua orang tua bangga.
vii
KATA PENGANTAR Assalammu’alaikum Wr. Wb. Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, bahwa atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Pola Kepemimpinan Pengasuh Pondok Pesantren Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Formal Di Pondok Pesantren Darul Amanah Kabunan Sukorejo Kendal” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Fakultas Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam (KI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang. Dalam penyusunan skripsi ini peneliti banyak mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu peneliti menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Dr. Sudja’i, M.Ag. 2. Dosen Pembimbing I Drs. Wahyudi, M.Pd. dan Dosen Pembimbing II Dr. Fahrurrozi, M.Ag. Yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 3. Para Dosen Pengajar di lingkungan Fakultas Tarbiyyah IAIN Walisongo, yang telah membekali berbagai bekal disiplin ilmu pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi. 4. Pimpinan Pondok Pesantren Darul Amanah (KH. Mas’ud Abdul Qodir) yang telah memberikan ijin penelitian, segenap jajran guru dan Asatidz serta pihakpihak terkait dan keluarga besar Pondok Pesantren Darul Amanah yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya skripsi ini. 5. Ayahanda (H. Rohmad) Ibu dan Ibunda (Hj. Siti Khapsah) (Wahniyah) yang telah memberikan motivasi dan do’a restunya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
viii
6. Pujaan hati tercinta Neeat Ingsun yang setia menemani perjalanan kehidupan ini dengan penuh cinta, kasih sayang dan selalu memberikan dukungan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi. 7. Saudara- saudaraku yang memberikan dorongan dan motivasi. dan semoga mereka semua mampu meraih cita- citanya setinggi mungkin. 8. Segenap Sahabatku di BPI L-7 dan Segenap jajaran, Sahabat KI 06 yang selalu memberikan support, semangat dan dukungannya untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. 9. Berbagai pihak yang secara langsung atau tidak langsung telah membantu baik moral maupun materi dalam penyusunan skripsi ini. Kepada mereka semua peneliti tidak dapat memberi apa-apa. Semoga amal kebaikan dan keikhlasan yang telah diberikan akan mendapat balasan dari Allah SWT berlipat ganda. Amiin. Akhirnya peneliti menyadari bahwa penelitian skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dalam penyusunan kata, landasan teori, dan beberapa aspek inti di dalamnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dalam penyempurnaan penelitian berikutnya. Semoga apa yang tertulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya kepada para pembaca yang budiman, Amin. Wassalammu’alaikum Wr. Wb.
Semarang, 21 Juni 2012 Peneliti
Khadiq Muakrom NIM. 063311042
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
ABSTRAKSI ...................................................................................................
ii
PENGESAHAN ...............................................................................................
iii
NOTA PEMBIMBING ...................................................................................
iv
PERNYATAAN ...............................................................................................
vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii DAFTAR ISI ....................................................................................................
x
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...............................................................
1
B. Rumusan Masalah ........................................................................
5
C. Fokus dan Manfaat Penelitian ......................................................
6
BAB II. KONSEP KEPEMIMPINAN DAN KUALITAS PENDIDIKAN A. Kajian Pustaka .............................................................................
8
B. Konsep Kepemimpinan ................................................................
9
1. Pengertian Pola Kepemimpinan ............................................. 10 2. Gaya Kepemimpinan ............................................................. 13 3. Suksesi Kepemimpinan Pesantren ......................................... 21 4. Model Pengambilan Keputusan ............................................. 23 C. Konsep Kualitas Pendidikan ........................................................ 28 1. Pengertian Mutu Terpadu ...................................................... 28 2. Standar Kualitas Pendidikan .................................................. 31 3. Model Sistem Manajemen Mutu ............................................ 34 4. Upaya- upaya dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan ..... 36
BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ............................................................................. 44
x
B. Objek Penelitian ........................................................................... 45 C. Jenis dan Sumber Data ................................................................. 45 D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 46 E. Teknik Analisis Data..................................................................... 47 F. Alokasi Waktu dan Tempat Penelitian ......................................... 48
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Pondok Pesantren Darul Amanah ...................................... 49 1. Sejarah dan Masa Pendirian serta Perkembangan .................. 49 2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Darul Amanah ................... 50 B. Hasil Penelitian ............................................................................. 51 1.
Pola Kepemimpinan Pengsuh Pondok Pesantren dalam Meningkatkan Kualitas Input Pendidikan Formal ................ 51
2.
Pola Kepemimpinan Pengsuh Pondok Pesantren dalam Meningkatkan Kualitas Proses Pendidikan Formal .............. 56
3.
Pola Kepemimpinan Pengsuh Pondok Pesantren dalam Meningkatkan Kualitas Output Pendidikan Formal ............. 63
C. Pembahasan ................................................................................... 67 1.
Pola Kepemimpinan Pengsuh Pondok Pesantren dalam Meningkatkan Kualitas Input Pendidikan Formal ................ 67
2.
Pola Kepemimpinan Pengsuh Pondok Pesantren dalam Meningkatkan Kualitas Proses Pendidikan Formal .............. 70
3.
Pola Kepemimpinan Pengsuh Pondok Pesantren dalam Meningkatkan Kualitas Output Pendidikan Formal ............. 74
BAB V. PENUTUP A. Simpulan ...................................................................................... 78 B. Saran ............................................................................................ 81
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN
xi
Lampiran Biodata Penulis Lampiran Pedoman Wawancara Lampiran Transkip Wawancara Lampiran Identitas Lembaga Lampiran Struktur Organisasi Lampiran Personalia Yayasan Lampiran Dokumentasi Lampiran Lain-lain
xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesantren merupakan lembaga pendidikan dan lembaga sosial yang banyak tumbuh di pedesaan dan perkotaan. Sebagai kerangka sistem pendidikan Islam tradisional, pesantren telah mengakar dalam kultur masyarakat Indonesia. Dalam konteks ini, pesantren mempunyai dua tipologi yakni pesantren salafi yang menggunakan sistem klasik dan tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik sebagai inti pendidikan pesantren. Dimana pesantren salaf itu mempunyai ciri tertutup, esotris, dan ekslusif. Yang kedua adalah pesantren khalafi yang telah memasukkan pelajaran-pelajaran madrasah yang dikembangkannya.1 Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, kepala sekolah memiliki gaya kepemimpinan masing-masing. Kegagalan dan keberhasilan sekolah banyak ditentukan oleh kepala sekolah, karena kepala sekolah merupakan pengendali dan penentu arah yang hendak ditempuh oleh sekolah menuju tujuannya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Siagian (1994:49) sebagai berikut. Arah yang hendak ditempuh oleh organisasi menuju tujuannya harus sedemikian rupa sehingga mengoptimalkan pemanfaatan dari segala sarana dan prasarana yang tersedia. Arah yang dimaksud tertuang dalam strategi dan taktik yang disusun dan dijalankan oleh organisasi. Perumus dan penentu strategi dan taktik tersebut adalah pimpinan dalam organisasi tersebut.2 Pondok Pesantren Darul Amanah adalah institusi pendidikan yang telah berdiri sejak tanggal 23 Mei 1990, yang dipimpin oleh seorang kyai alumni PM Gontor tahun 1975 dan alumni Pondok Pesantren Kedondong Mangkang tahun 1969 dan pernah menjadi kepala MTs Penawaja Pageruyung Kendal, beliau adalah KH. Mas’ud Abdul Qodir, lahir di Kendal, 20 Juli 1949. Secara
1
Tim penyusun Pustaka Aset, Leksikon Islam II, (Jakarta, 1998), hlm. 588. E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Professional, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007), hlm. 158-159. 2
1
2
geografi Pondok Pesantren Darul Amanah terletak di atas tanah wakaf seluas 5 hektar di tepi Jalan raya jalur Provinsi Sukorejo- Pekalongan adalah Filial Pesantren Darunnajah Jakarta juga Pesantren Alumni Pondok Modern Gontor Jawa Timur dan satu-satunya di Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Pada awal berdirinya Pesantren Darul Amanah hanya menempati Tanah wakaf dari H. Sulaiman dan Ibu Hj. Aisyah Ngadiwarno seluas 6.000 m2, sejalan dengan bertambahnya waktu hingga saat ini telah berkembang dengan luas 5 hektar, baik wakaf dari orang-perorang, maupun wakaf bersama. diawali dengan membuka sekolah formal berupa Madrasah Aliyah (MA) dengan membangun gedung permanen secara mandiri sebanyak 6 lokal yang diperuntukkan sebagai Ruang kelas, Kantor, sekaligus asrama bagi santri yang bermukim di Pesantren. Pada tahun pelajaran awal yaitu 1990/1992 berhasil merekrut santri sebanyak 70 santri, dan sekarang pada tahun pelajaran 2010/2011, jumlah santri, baik MTs, MA, maupun SMK mencapai 1.416 santri, dengan menempati kampus seluas 2 hektar dari tanah keseluruhan 5 hektar. Pondok Pesantren Darul Amanah merupakan salah satu Pondok Pesantren yang menggunakan perpaduan kurikulum, yaitu antara perpaduan kurikulum PM Gontor, Depag dan Pesantren Salafiyah, yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Tarbiyatul Mu’alimin Al-Islamiyah (TMI), dengan lama pendidikan 6 (enam) tahun, pada tahun ke-3 mengikuti Ujian Nasional (UN) Tingkat Menengah Pertama (MTs/SMP), pada tahun ke-6 mengikuti Ujian Nasional (UN) Tingkat Menengah Atas (MA/SMA/SMK). 2. Madrasah Aliyah (MA), Program Pendidikan IPA dan IPS, terakreditasi A. 3. Madrasah Tsanawiyah (MTs), Terakreditasi A. 4. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Program Keahlian Busana Butik (BB) dan Teknik Komputer Jaringan (TKJ). Program TMI dengan lama pendidikan 6 tahun, tahun ke-3 mengikuti ujian MTs dan mereka tidak keluar dan selesai di Darul Amanah, tetapi masih melanjutkan naik ke kelas IV (1 MA) atau kelas (1 SMK Program Tata
3
Busana, Teknik Komputer Jaringan, dan pertanian/Agree culture) tanpa dikenakan biaya sebagaimana santri baru, seperti uang pangkal, uang pendaftaran, serta tidak ada perpisahan kelas 3 TMI (3 MTs). Dengan demikian program TMI ini menonjolkan Pesantrennya bukan MTs, MA atau SMK-nya sehingga istilah yang dipakai kelas I sampai 6 TMI. Raport dan STTB santrinya ada 2 macam yaitu Negeri dan TMI. Pelajarannya merupakan perpaduan antara kurikulum Gontor, Depag dan pesantren salafiyah. Perpaduan kurikulum tersebut (pelajaran agama 100 % dan pelajaran umum 100 %), sehingga biayanya relatif lebih mahal sedikit daripada sekolahan/lembaga pendidikan lain, namun pada kenyataannya justru relative lebih murah karena pelajarannya lebih lengkap, ekstranya lebih banyak seperti; ketrampilan menjahit, sablon, bengkel, Komputer dan internet, kajian kitab amstilati, kitab kuning, Qiroati, Al Qur’an, seni Baca Al Qur’an, Tahfidzul Qur’an, seni bela diri Tae Kwon do, pidato tiga bahasa (Arab, Inggris, Indonesia), keorganisasian, marchingband/drum band, rebana modern, dan lain-lain. Tenaga pengajarnya tidak ada perbedaan antara guru/Ust di MTs, MA/SMK, yang ada hanya guru/Ust kelas 1 sampa 6 TMI Pondok Pesantren Darul Amanah. Untuk
dapat
memainkan
peran
edukatifnya
dalam
penyediaan
sumberdaya manusia yang berkualitas mensyaratkan pesantren terus meningkatkan mutu sekaligus memperbaharui model pendidikannya. Sebab model pendidikan pesantren yang mendasarkan diri pada sistem konvensional atau klasik tidak akan banyak cukup membantu dalam penyediaan sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi intregratif baik dalam penguasaan pengetahuan agama, pengetahuan
umum, dan kecakapan
teknologis. Sedangkan ketiga hal ini merupakan prasyarat yang tidak bisa diabaikan untuk konteks perubahan sosial akibat modernisasi. Kyai/ulama adalah penentu langkah pergerakan pesantren dimana posisi kyai dalam lembaga
4
pesantren sangat menentukan, kemana arah perjalanan pesantren (kebijakan dan orientasi program pesantren) ditentukan oleh kyai. Ia sebagai pemimpin masyarakat, pengasuh pesantren dan sekaligus sebagai ulama. Sebagai ulama, kyai berfungsi sebagai pewaris para nabi yakni mewarisi apa saja yang dianggap sebagai ilmu oleh para Nabi, baik dalam bersikap, berbuat, dan contoh-contoh atau teladan baik mereka.3 Dapat dilihat bahwa kultur pesantren salafiah adalah nilai ketaatan seluruh warga pesantren untuk melaksanakan semua aturan yang telah disepakati. Sehingga setidaknya pesantren salafiah harus memelihara dan mengembangkan nilai kultur inti pesantren, yang meliputi: kemandirian, pemberdayaan, kepercayaan, sinergi, dan tanggung jawab. Hal ini untuk memperkokoh citra pesantren yang telah berjasa besar bagi pendirian Negara Republik Indonesia. Pastinya hal ini menjadi tantangan bagi pengasuh pesantren untuk mengembangkannya di pesantren yang mereka pimpin.4 Pengasuh atau lebih sering dikenal dengan istilah kyai merupakan sosok yang paling penting (key person) dan menentukan dalam pengembangan dan manajemen pondok pesantren. Sehingga seorang kyai dituntut mampu atau pandai dalam menerapkan strategi kepemimpinan demi kemajuan pesantren atau lembaga pendidikan yang dipimpinnya. Strategi tindakan pengasuh pesantren hendaknya berkaitan dengan kurikulum pesantren, pendekatan belajar mengajar, struktur dan proses perencanaan, pemecahan masalah, pembuatan keputusan dan evaluasi, dan pendayagunaan berbagai layanan baik secara individual maupun institusional. Model kepemimpinan yang diharapkan bagi dunia pesantren saat ini adalah kepemimpinan yang mampu memegang prinsip nilai lokal, dan cakap berinteraksi menghadapi nilai-nilai global. Sejalan dengan adanya deregulasi di bidang pendidikan, penyetaraan pendidikan yang juga diarahkan pada pesantren yang bisa mendapatkan status
3
Rofiq A.dkk, Pemberdayaan Pesantren: Menuju Kemandirian dan Profesionalisme santri dengan Metode Dauroh Kebudayaan, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), hlm. 7. 4 H.M. Sulthon, Moh. Khusnuridho, Manajemen Pondok Pesantren dalam Perspektif Global, (Yogyakarta: LaksBang PRESSindo, 2006 ), hlm47-48.
5
(sertifikasi) dengan persyaratan penambahan mata pelajaran yaitu pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika dan IPA dalam kurikulumnya. Terlebih dari itu, Pondok Pesantren Darul Amanah disamping mempelajari kitab-kitab kuning juga sudah menambahkan pelajaran-pelajaran umum kedalam Pondok Pesantren, selain itu juga ditambahkan pula pelajaran-pelajaran ekstrakurikuler, yang meliputi: Ketrampilan menjahit, sablon, bengkel, Komputer, internet, seni bela diri Tae Kwon do, pidato tiga bahasa (Arab, Inggris, Indonesia), keorganisasian, marchingband/drum band, rebana modern, dan lain-lain. Sehubungan dengan adanya misi meningkatkan pengetahuan santri dibidang Iptek Pondok Pesantren Darul Amanah mendirikan Madrasah Tsanawiyyah, Madrasah Aliyah dan saat ini telah didirikan SMK dengan target santri mampu menguasai berbagai disiplin ilmu, baik ilmu ke-Islaman maupun ilmu non ke-Islaman sebagai bekal mereka saat terjun kedalam masyarakat, dan mengingat peranan beliau sebagai pimpinan agama dan pimpinan masyarakat, beliau harus mampu memenuhi keinginan masyarakat sesuai dengan perkembangan zaman tanpa harus menghilangkan nilai-nilai agama.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana Pola Kepemimpinan Pengasuh Pondok Pesantren dalam Meningkatkan Kualitas Input Pendidikan Formalnya? 2. Bagaimana Pola Kepemimpinan Pengasuh Pondok Pesantren dalam Meningkatkan Kualitas Proses Pendidikan Formalnya? 3. Bagaimana Pola Kepemimpinan Pengasuh Pondok Pesantren dalam Meningkatkan Kualitas Output Pendidikan Formalnya?
6
C. Fokus dan Manfaat Penelitian 1. Fokus Penelitian a. Untuk mendeskripsikan bagaimana pola kepemimpinan pengasuh Pondok Pesantren dalam meningkatkan kualitas input pendidikan formalnya di Pondok Pesantren Darul Amanah. b. Untuk mendeskripsikan bagaimana pola kepemimpinan pengasuh Pondok Pesantren dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran pendidikan formalnya di Pondok Pesantren Darul Amanah. c. Untuk mendeskripsikan bagaimana pola kepemimpinan pengasuh Pondok Pesantren dalam meningkatkan kualitas output pendidikan formalnya di Pondok Pesantren Darul Amanah. 2. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. a. Secara teoritis hasil penelitian ini dapat memberi manfaat sebagai: 1) Sebagai khasanah ilmu pengetahuan tentang pola kepemimpinan pengasuh pendidikan
pondok
pesantren
formalnya,
yang
dalam
meningkatkan
mencakup
muali
kualitas
dari
input
pendidikan, proses pembelajarannya dan output pendidikannya. 2) Sebagai wawasan dan pengetahuan bagi peneliti tentang pola yang seperti apa yang digunakan oleh pengasuh pondok pesantren dalam meningkatkan kualitas pendidikan formalnya. 3) Sebagai bahan penelitian atas pola kepemimpinan pengasuh pondok pesantren dalam meningkatkan kualitas pendidikan formal di pondok pesantren Darul Amanah Kabunan Sukorejo Kendal. b. Secara praktis hasil penelitian ini dapat memberi manfaat bagi: 1) Bagi penulis, sebagai persyaratan menempuh gelar Strata Satu (SI) Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang 2012.
7
2) Bagi pembaca, Sebagai barometer interdisipliner dan kualitas mahasiswa dalam bidang kepemimpinan pendidikan. 3) Bagi lembaga, Sebagai
tambahan wawasan pengetahuan bagi
Pondok Pesantren Darul Amanah dalam meningkatkan kualitas pendidikan formalnya dan Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para pengasuh sebuah lembaga pendidikan pada umumnya dalam meningkatkan
kualitas
pendidikan
formalnya
serta
menambah perbendaharaan kepustakaan Fakultas Tarbiyah
Untuk
BAB II KONSEP KEPEMIMPINAN DAN KUALITAS PENDIDIKAN A. Kajian Pustaka Untuk memahami beberapa permasalahan dalam penelitian yang berjudul
“Pola
Kepemimpinan
Pengasuh
Pondok
Pesantren
dalam
Meningkatkan Kualitas Pendidikan Formal di Pondok Pesantren Darul Amanah Kabunan Sukorejo Kendal”, maka penulis melakukan penelaahan terhadap beberapa sumber sebagai bahan pertimbangan skripsi ini antara lain: 1. Zeny Rahmawati (D04205027) Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya (2009) “Pola Kepemimpinan KH. Maimoen Zubair dalam Mengelola Pengembangan Lembaga Pendidikan di Pondok Pesantren Al Anwar Sarang Rembang Jateng”. Dalam skripsi ini disimpulkan bahwa: Dalam kepemimpinannya di Pondok Pesantren Al Anwar KH. Maimoen Zubair menerapkan gaya kepemimpinan kharismatik yang diwarnai dengan kepemimpinan demokratik akan tetapi gaya kepemimpinan kharismatik lebih mendominasi dari kepemimpinan demokratiknya, menggunakan sistem partisipatif dan brainstorming dalam memutuskan hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa, tetapi dalam hal yang berskala besar masih berpusan pada keputusan kyai, penerapan pada pola suksesi kepemimpinan dengan sistem keturunan serta menerapkan kaderisasi sistem modern dengan menyekolahkan putera-putera beliau sesuai dengan kemampuan masing-masing.1 2. Muhammad Hamdhan (D03205056) Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya (2009) “Peran Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Managemen Kesiswaan di Madrasah Aliyah Negeri Lamongan”. Yang berkesimpulkan bahwa: Kepala Madrasah Aliyah Negeri Lamongan selaku pimpinan di madrasah tersebut menjalankan perannya sesuai dengan ruang lingkup kerjanya, merencanakan, mengarahkan, membimbing dan 1
Zeny Rahmawati, Skripsi “Pola Kepemimpinan KH. Maimoen Zubair dalam Mengelola Pengembangan Lembaga Pendidikan di Pondok Pesantren Al Anwar Sarang Rembang Jateng” (Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan Ampel Surabaya. 2009).
8
9
mengadakan pengawasan terhadap bawahannya secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Dalam kepemimpinannya selama ini kepala madrasah telah berusaha sekuat mungkin untuk meningkatkan out put sekolah, mutu pendidikan maupun kepemimpinannya. Sehingga Madrasah Aliyah Negeri Lamongan ini telah diakui oleh masyarakat luas pada umumnya.2 3. Ayun Sundawati (D06205064) Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya (2010) “Analisis Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kinerja Guru di SMA N 1 Kota Mojokerto”. Yang berkesimpulan bahwa: Gaya kepemimpinan kepala sekolah di SMA N 1 kota Mojokerto lebih dominan menggunakan gaya kepemimpinan demokratis dan dalam pengambilan keputusan yang mendesak, gaya kepemimpinan yang digunakan adalah gaya kepemimpinan otokratis atau otoriter.3 Berdasarkan penelitian skripsi di atas, penelitian yang sekarang penulis lakukan itu berbeda dengan penelian sebelumnya, baik itu yang berkaitan dengan judul, tema, lokasi maupun isinya. Sesuai dengan judul maka penelitian ini lebih menekankan pada bagimana pola-pola kepemimpinan pengasuh Pondok Pesantren Darul Amanah dalam meningkatkan kualitas pendidikan formal mulai dari input, proses dan output pendidikannya. B. Konsep Kepemimpinan Masalah kepemimpinan merupakan pembahasan yang paling menarik, karena menyangkut maju mundur, berkembang dan tidaknya suatu organisasi. Memang banyak faktor bagi suatu organisasi atau lembaga untuk dapat mencapai tujuannya, diantaranya sumber permodalan yang mencukupi, sumber daya manusia yang handal, struktur organisasi yang tertata, sekalipun semua faktor tersebut sangat mempengaruhi terhadap berkembang tidaknya sebuah organisasi namun kepemimpinan juga patut untuk diperhitungkan
2
Muhammad Hamdhan, Skripsi “Peran Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Managemen Kesiswaan di Madrasah Aliyah Negeri Lamongan” (Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan Ampel Surabaya. 2009). 3 Ayun Sundawati , Skripsi “Analisis Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kinerja Guru di SMA N 1 Kota Mojokerto” (Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan Ampel Surabaya. 2010).
10
sebab tanpa kepemimpinan yang baik, maka organisasi tidak bisa berjalan dengan baik. Dengan kata lain, kepemimpinan dalam suatu organisasi atau lembaga mempunyai peranan yang sangat vital. Model kepemimpinan yang diterapkan sangat menentukan intensitas keterlibatan anggotanya dalam kegiatan yang direncanakan. Bagaimana model keterlibatan anggota dalam kegiatan akan mempengaruhi gerak langkah organisasi dalam mencapai tujuannya. Oleh karena itu, perlu disadari bahwa meskipun semua anggota terlibat dalam kegiatan, faktor kepemimpinan masih tetap merupakan faktor penentu bagi efektifitas dan efisiensi kegiatan organisasi.4 1. Pengertian Pola Kepemimpinan Pola adalah model, cara kerja, atau sistem. Kepemimpinan adalah suatu proses, perilaku atau hubungan yang menyebabkan suatu kelompok dapat bertindak secara bersama-sama atau secara bekerja sama atau sesuai dengan aturan atau sesuai dengan tujuan bersama.5 Kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk di dalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa.6 Menurut M. Karyadi dalam bukunya yang berjudul kepemimpinan menyatakan, Kepemimpinan adalah memproduksi dan memancarkan pengaruh terhadap kelompok-kelompok orang-orang tertentu sehingga mereka bersedia (willing) untuk berubah fikiran, pandangan, sikap, kepercayaan, dan sebagainya.7
4
Sukamto, Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren, cet I ( Jakarta: PT. Pustaka LP3ES, 1999),
hlm 20.
5
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial: Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm 40. 6 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan,Cet XVI (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006), hlm 26. 7 M. Karyadi, Kepemimpinan, (Bandung: Karya Nusantara, 1989), hlm. 3.
11
Menurut DR. Hadari Nawawi didalam bukunya yang berjudul Kepemimpinan Menurut Islam mengatakan, Kepemimpinan adalah sebagai perihal memimpin berisi kegiatan menuntun, membimbing, memandu, menunjukkan jalan, mengepalai, melatih agar orang-orang yang dipimpin dapat mengerjakan sendiri.8 Menurut Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto dalam bukunya yang berjudul Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapai tujuan dari kelompok itu yaitu tujuan bersama.9 Menurut
Wahdjosumidjo
dalam
bukunya
yang
berjudul
Kepemimpinan dan Motivasi, Kepemimpinan adalah:10 a) Sesuatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa sifatsifat tertentu seperti: Kepribadian (personality), Kemampuan (ability), dan Kesanggupan (capability). b) Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan (activity) pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan (posisi) serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri. c) Kepemimpinan adalah sebagai proses antar hubungan antar interaksi antara pemimpin, bawahan dan situasi. Dari berbagai pakar tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan
adalah
sebuah
proses
kegiatan
mempengaruhi,
mengorganisasi, menggerakkan, mengarahkan, membimbing, mengajak orang lain untuk melaksanakan sesuatu dalam rangka mencapai tujuan bersama yang ditetapkan mencakup: a. Keterlibatan orang lain atau kelompok orang dalam mencapai tujuan. b. Adanya faktor tertentu yang ada pada pemimpin sehingga orang lain bersedia digerakkan atau dipengaruhi.
8
Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta: Gajah Mada Universiti Press, 1993), hlm. 28. 9 Hendiyat Soetopo dan Wasti Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hlm. 1. 10 Wahjosumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1987), hlm. 26.
12
c. Adanya usaha untuk mengarahkan dan mempengaruhi perilaku orang lain Pola atau gaya kepemimpinan adalah cara atau teknik seseorang dalam
menjalankan
suatu
kepemimpinan.11
Dengan
berusaha
mempengaruhi perilaku orang-orang yang dikelolanya.12 Sedangkan Menurut Mulyasa dalam bukunya yang berjudul Menjadi Kepala Sekolah Profesional bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja pegawai untuk meningkatkan produktivitas kerja demi mencapai tujuan Dalam kaitannya dengan peranan gaya kepemimpinannya dalam meningkatkan kinerja pegawai. Perlu dipahami bahwa setiap pemimpin bertanggung jawab mengarahkan apa yang baik bagi pegawainya. Sebagai pemimpin harus memiliki kemampuan diantaranya yang berkaitan dengan: a). Pembinaan disiplin, b). Pembangkitan Motivasi, c). Penghargaan. Sedangkan Mastuhu mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu seni memanfaatkan seluruh daya (dana, sarana, dan tenaga) pesantren untuk mencapai tujuan pesantren. “Seni” memanfaatkan daya tersebut adalah cara menggerakkan dan mengarahkan unsur pelaku pesantren untuk berbuat sesuai dengan kehendak pemimpin pesantren dalam rangka mencapai tujuan pesantren.13 Menurut beberapa penelitian ada 5 (lima) praktek mendasar pemimpin yang memiliki kualitas kepemimpinan unggul, yaitu: a. Pemimpin yang menantang proses b. Memberikan inspirasi wawasan bersama c. Memungkinkan orang lain dapat bertindak dan berpartisipasi d. Mampu menjadi penunjuk jalan e. Memotivasi bawahan. 2. Gaya Kepemimpinan
11
Ngalim Purwanto, Ibid., hlm. 48. Agus Darma, Managemen Supervisi, Petunjuk Praktis Bagi Para Supervisor, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 144. 13 Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm 105. 12
13
Gaya kepemimpinan pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin yang menyangkut kemampuannya
dalam
memimpin.
Perwujudan
tersebut
biasanya
membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Hersey dan Blanchard berpendapat bahwa gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan, serta situasi dimana proses kepemimpinan tersebut diwujudkan.14 Allah SWT berfirman:
Çtã 4‘sS÷Ζtƒuρ 4†n1öà)ø9$# “ÏŒ Ç›!$tGƒÎ)uρ Ç≈|¡ômM}$#uρ ÉΑô‰yèø9$$Î/ ããΒù'tƒ ©!$# ¨βÎ) ∩⊃∪ šχρã©.x‹s? öΝà6‾=yès9 öΝä3ÝàÏètƒ 4 Äøöt7ø9$#uρ Ìx6Ψßϑø9$#uρ Ï!$t±ósxø9$# “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebaikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepada mu agar kamu dapat mengerti”. (QS. An-Nahl: 90)
LOMINQ WEXUهU TUKM VUM TUKM SMIN LQQ اLMINOPM GHIJK EF S]^Q اLMQI LQQم اN[\ا “Tiada seorang manusia pun yang diserahkan Allah tugas memimpin rakyat yang meninggal dunia pada hari kematiannya, padahal dia seorang penipu rakyat melainkan Allah mengharamkan surge baginya”. (Bukhari dan Muslim) Pengertian pemimpin (ar ra’i) adalah bahwa sesungguhnya Allah SWT menyerahkan kepada seseorang urusan pemerintahan rakyat, dengan tugas menjalankan pemerintahan untuk kemaslahatan mereka dan memberikan kepadanya kekuasaan mengendalikan urusan mereka. 14
http://aparaturnegara.bappenas.go.id/data/Kajian/Kajian2003/Dimensi%20&%20Dinamik a %20KEPIM%20ABAD%2021.doc.
14
Pemimpin adalah pemelihara yang diberi kepercayaan untuk mengurus urusan rakyat.15 Munculnya seorang pemimpin dapat dijelaskan dengan teori yang ada. Paling tidak terdapat tiga teori tentang kemunculan pemimpin, yaitu teori genetis, sosial dan ekologis/sintesis. Ketiga teori munculnya pemimpin tersebut dapat diringkas dalam tabel berikut.16 Tabel I: Teori munculnya pemimpin Teori Munculnya Pemimpin Teori Genetis
Teori Sosial
Pemimpin itu tidak dibuat, Pemimpin tetapi lahir jadi pemimpin
disiapkan,
oleh bakat-bakat yang luar
dibentuk,
biasa sejak lahir.
begitu saja.
Dia
ditakdirkan
Teori Ekologis/ Sintesis
itu
harus Seorang
dididik tidak
dan terlahir
menjadi
akan
pimpinan,
bila
sejak lahirnya dia telah memiliki
lahir Setiap orang bisa menjadi
sukses
bakat-bakat
kepemimpinan, dan bakat-
menjadi pemimpin dalam
pemimpin, melalui usaha
bakat
situasi
penyiapan dan pendidikan,
dikembangkan
serta
pengalaman
dan
usaha
pendidikan,
juga
sesui
dan
tertentu.
kondisi
didorong
oleh
kemauan sendiri.
dengan
ini
sempat melalui
tuntutan
lingkungan ekologisnya.
Berikut ini adalah beberapa teori tentang kepemimpinan yang dirangkum oleh Kartini Kartono dari G.R. Terry. 1) Teori otokratis dan pemimpin otokratis Kepemimpinan dalam teori ini didasarkan atas perintah-perintah, paksaan, dan tindakan-tindakan yang arbitrer (sebagai wasit). Ia melakukan pengawasan yang ketat, agar semua pekerjaan berlangsung secara efisien. Kepemimpinannya berorientasi pada stuktur organisasi dan tugas-tugas. Pemimpin tersebut pada dasarnya selalu mau berperan sebagai pemain orkes tunggal dan berambisi untuk merajai situasi. Karena itu, dia disebut otokrat keras. Pada intinya otokrat keras itu 15
Ibnu Hamzah Al Husaini Al Hanafi Ad Damsyiqi, Asbabul Wurud, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005). hlm. 242. 16 Ara Hidayat, Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan (Konsep, Prinsip dan Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah), (Bandung: Pustaka Educa, 2010), hlm. 85.
15
memiliki sifat-sifat tepat, seksama, sesuai dengan prinsip, namun keras dan kaku. Pemimpin tidak akan pernah mendelegasikan otoritasnya. Lembaga atau organisasi yang dipimpinnya merupakan a one-man show. Dengan keras ia menekankan prinsip-prinsip “business is business”, “waktu adalah uang” untuk bisa makan, orang harus bekerja keras, yang kita kejar adalah kemenangan mutlak. Sikap dan prinsipnya sangaat konservatif. Pemimpin hanya akan bersikap baik terhadap orang-orang yang patuh serta loyal dan sebaliknya, dia akan bertindak keras dan kejam terhadap mereka yang membangkang. 2) Teori psikologis Teori ini menyatakan bahwa fungsi seorang pemimpin adalah memunculkan dan mengembangkan sistem motivasi terbaik, untuk merangsang kesediaan bekerja para pengikut dan anak buah. Pemimpin merangsang bawahan agar mereka mau bekerja, guna mencapai sasaran-sasaran organisatoris dan untuk memenuhi tujuan-tujuan pribadi. Oleh karena itu, pemimpin yang mampu memotivasi orang lain akan sangat mementingkan aspek-aspek psikis manusia, seperti pengakuan (recognizing), martabat, status sosial. Kepastian emosional, memperhatikan keinginan dan kebutuhan pegawai, kegairahan kerja, minat, suasana dan hati. 3) Teori sosiologis Kepemimpinan dianggap sebagai usaha-usaha untuk melancarkan antarrelasi dalam organisasi dan sebagai usaha untuk menyelesaikan setiap konflik organisatoris antara para pengikutnya. Agar tercapai kerja sama yang baik, pemimpin menetapkan tujuan-tujuan, dengan menyertakan para pengikut dalam pengambilan keputusan terakhir. Selanjutnya juga mengidentifikasi tujuan, dan kerap kali memberikan petunjuk yang diperlukan bagi para pengikut untuk melakukan setiap tindakan yang berkaitan dengan kepentingan kelompoknya. 4) Teori laissez faire
16
Kepemimpinan laissez faire ditampilkan seorang tokoh “ketua dewan” yang sebenarnya tidak mampu mengurus dan dia memyerahkan tanggung jawab serta pekerjaan kepada bawahan atau kepada semua anggota. Pemimpin adalah seorang “ketua” yang bertindak sebagai simbol. Pemimpin semacam ini biasanya tidak memiliki keterampilan teknis. 5) Teori kelakuan pribadi Kepemimpinan jenis ini akan muncul berdasarkan kualitaskualitas pribadi atau pola-pola kelakuan para pemimpinnya. Teori ini menyatakan bahwa seorang pemimpin selalu berkelakuan kurang lebih sama, yaitu tidak melakukan tindakan-tindakan yang identik sama dalam setiap situasi yang dihadapi. Pemimpin dalam kategori ini harus mampu mengambil langkah-langkah yang paling tepat untuk suatu masalah. Sedangkan masalah sosial itu tidak akan pernah identik sama di dalam runtutuan waktu yang berbeda. 6) Teori sifat orang-orang besar Cikal bakal seorang pemimpin dapat di prediksi dan dilihat dengan melihat sifat, karakter dan perilaku orang-orang besar yang terbukti sudah sukses dalam menjalankan kepemimpinannya. Sehingga ada beberapa ciri unggul sebagai predisposisi yang diharapkan akan dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu memiliki intelegensi tinggi, banyak inisiatif, energik, punya kedewasaan emosional, memiliki daya persuasif dan keterampilan komunikatif, memiliki kepercayaan diri, peka kreatif, mau memberikan partisipasi sosial yang tinggi. 7) Teori situasi Teori situasi berpandangan bahwa munculnya seorang pemimpin bersamaan masa pergolakan, kritis seperti revolusi, pemberontakan dan lain-lain. Pada saat itulah akan muncul seorang pemimpin yang mampu mengatasi persoalan-persoalan yang nyaris tidak dapat diselesaikan oleh orang-orang biasa. Pemimpin semacam ini muncul sebagai
17
penyelamat dan cocok untuk situasi tertentu. Dalam bahasa lain biasa dikenal dengan “satrio peningit”, orang pilihan atau “imam mahdi”.17 Gaya/tipe artinya sikap, gerakan, tingkah laku, sikap yang elok, gerak-gerik yang bagus, kekuatan, kesanggupan untuk berbuat baik. Berikut adalah beberapa gaya/tipe kepemimpinan, antara lain: 1) Tipe kepemimpinan karismatik Dalam kepemimpinan karismatik memiliki energi, daya tarik dan pembawa yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawalpengawal yang bisa dipercaya. Sampai sekarang pun orang tidak mengetahui benar sebab-sebabnya mengapa seseorang itu memiliki karisma besar. Dia dianggap mempunyai kekuatan ghaib (supernatural power)
dan
kemampuan-kemampuan
yang
superhuman,
yang
diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Dia banyak memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepribadian pemimpin itu memancarkan pengaruh dan daya tarik yang teramat besar. 2) Tipe kepemimpinan paternalistik Yaitu tipe kepemimpinan kebapakan, dengan sifat-sifat amtara lain sebagai berikut: a) Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak-anak sendiri yang perlu dikembangkan. b) Bersikap terlalu melindungi. c) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri. d) Hamper-hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif. e) Tidak
memberikan
kesempatan
kepada
mengembangkan imajinasi dan kreativitasnya. f) Selalu bersikap maha-tahu dan maha benar. 17
Ibid., hlm. 88.
bawahan
untuk
18
3) Tipe kepemimpinan otoriter Kepemimpinan ini mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak dan harus dipenuhi. Pemimpin selalu mau berperan sebagai pemain tunggal. Pada a one-man show, dia sangat berambisi untuk merajai situasi. Setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahannya. Anak buah tidak pernah diberi informasi mendetail mengenai rencana dan tindakan yang harus dilakukan. Semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi pemimpin sendiri.18 Dalam kepemimpinan yang otokratis, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Baginya memimpin
adalah
menggerakkan
dan
memaksa
kelompok.
Penafsirannya sebagai pemimpin tidak lain adalah menunjukkan dan memberi perintah. Kewajiban anggota atau bawahan hanyalah mengikuti dan menjalankan tidak boleh membantah atapun mengajukan saran. Seorang pemimpin dapat dikategorikan pada tipe otokratik, antara lain: 1) Menganggap organisasi sebagai milik pribadi 2) Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi 3) Menganggap bawahan sebagai alat semata 4) Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat 5) Terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya 6) Dalam
tindakan
penggerakannya
sering mempergunakan
approach yang mengandung unsur paksaan dan punitif (bersifat menghukum)19 4) Tipe kepemimpinan demokratis Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia, dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada 18
Ibid., hlm. 90. Ngalim Purwanto, Ibid., hlm. 48.
19
19
rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerja sama yang baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis ini bukan terletak pada “person atau individu pemimpin”, tetapi kekuatan justru terletak pada partisipasi aktif dari setiap kelompok. Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu dan mendengarkan nasihat dan sugesti bawahan. Juga bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing, mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat. Kepemimpinan demokratis sering disebut sebagai kepemimpinan group developer. Pemimpin
yang
bertipe
demokratis
menafsirkan
kepemimpinannya bukan sebagai diktator, melainkan sebagai pemimpin ditengah-tengah anggota kelompoknya. Pemimpin yang demokratis selalu berusah menstimulasi anggota-anggotanya agar bekerja secara kooperatif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam tindakan dan usahausahanya, ia selalu berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangkan kesanggupan serta kemampuan kelompoknya. Pemimpin yang demokratis dalam melaksanakan tugasnya, ia mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan saran-saran dari kelompoknya. Juga kritik-kritik yang membangun dari para anggota diterimanya sebagai umpan balik dan dijadikan bahan pertimbangan dalam tindakan-tindakan berikutnya. Ia juga mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan menaruh kepercayaan pula pada anggota-anggotanya bahwa mereka mempunyai kesanggupan bekerja dengan baik dan bertanggung jawab. Diantara sifat-sifat atau ciri-ciri pemimpin yang demokratik adalah:20 a) Dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia. b) Selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi para bawahannya 20
Sondang Siagian, Ibid., hlm. 36.
20
c) Ia senang menerima saran, pendapat, bahkan kritik dari bawahannya d) Selalu berusaha mengutamakan kerja sama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan e) Dengan ikhlas memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berani bertindak meskipun mungkin berakibat pada kesalahan yang kemudian dibimbing dan diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, akan tetapi lebih berani untuk bertindak di masa depan f) Selau berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses dari padanya g) Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin. 5) Tipe kepemimpinan Laissez faire Pada tipe kepemimpinan laissez faire ini sang pemimpin praktis tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semau sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompokya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahan sendiri. Dia merupakan pemimpin simbol, dan biasanya tidak memiliki keterampilan teknis sebab duduknya sebagai direktur atau pemimpin-ketua dewan, komandan, atau kepala biasanya diperoleh melalui penyogokan, suapan atau sistem nepotisme.21 Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan pimpinan. Tipe ini diartikan sebagai membiarkan orangorang berbuat sekehendaknya. Pemimpin yang termasuk tipe ini sama sekali tidak memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan anggota- anggotanya. Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan kepada angota-anggota kelompok, tanpa petunjuk atau saran-saran dari pimpinan. Kekuasaan dan tanggung jawab bersimpang siur, berserakan diantara anggota-anggota kelompok, tidak merata. Tingkat keberhasilan organisasi atau lembaga yang dipimpin dengan gaya laissez faire 21
Ara Hidayat, Imam Machali, Ibid., hlm. 90.
21
semata-mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok, dan bukan karena pengaruh dari pimpinannya. Sifat kepemimpinan dalam tipe ini tidak tampak, anggota kelompok bekerja menurut kehendaknya masing-masing tanpa adanya pedoman kerja yang baik. Di sini seorang pemimpin mempunyai keyakinan bahwa dengan memberikan kebebasan yang seluas-luasnya terhadap bawahan, maka semua usahanya akan dapat berhasil.22 3. Suksesi Kepemimpinan Pesantren Perkembangan sebuah pesantren bergantung sepenuhnya kepada kemampuan pribadi kyainya. Kyai merupakan elemen yang paling pokok dari sebuah pesantren. Itulah sebabnya kelangsungan hidup sebuah pesantren sangat bergantung pada pesantren tersebut untuk memperoleh seorang kyai pengganti yang berkemampuan cukup tinggi pada waktu ditingal mati kyainya. Kepemimpinan pesantren selama ini pada umumnya bercorak alami. Baik pengembangan pesantren maupun proses pembinaan calon pimpinan yang akan menggantikan pimpinan yang ada, belum memiliki bentuk yang teratur dan menetap. Kebanyakan
orang
menyimpulkan
bahwa
lembaga-lembaga
pesantren mempunyai kelemahan dalam mendidik pemimpin penerus, hal ini bisa dibenarkan karena terbukti dari sejarah jarang sekali pesantren dapat bertahan lebih dari satu abad. Namun para kyai menyadari akan adanya hal ini, seorang kyai selalu memikirkan kelangsungan hidup pesantrennya sendiri setelah ia meninggal. Sarana para kyai yang paling utama dalam usaha melestarikan tradisi pesantren ialah membangun solidaritas dan kerjasama sekuat-kuatnya antara sesama mereka. Cara praktis yang ditempuh diantaranya: mengembangkan suatu tradisi bahwa keluarga yang terdekat harus menjadi calon kaut pengganti kepemimpinan pesantren, mengembangkan suatu 22
Hendiyat Soetopo, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hlm. 8.
22
jaringan aliansi perkawinan endogamous antara keluarga kyai, dan mengembangkan tranmisi pengetahuan dan rantai tranmisi intelektual antara sesama kyai dan keluarganya.23 a. Pola suksesi kepemimpinan pesantern Pergantian
kepemimpinan
dalam
pesantren,
estafeta
kepemimpinannya adalah dari-ke: pendiri-anak-menantu-cucu-santri senior. Artinya ahli waris I, adalah anak laki-laki pendiri pondok pesantren dan dianggap cocok oleh masyarakat untuk menjadi kiai, baik dari kesalehan maupun kedalaman ilmu agamanya.24 Pola pergantian pimpinan dalam pesantren kebanyakan masih bersifat alami seperti meninggalnya pimpinan pesantren, pergantian pimpinan berlangsung tiba-tiba dan tidak direncanakan. Pola pergantian pemimpin yang berlangsung secara tiba-tiba atau mendadak ini sering kali membawa perbedaan pendapat dan saling berlawanan diantara calon-calon pengganti. Upaya untuk mengatasi perbedaan pendapat itu sering kali mengambil waktu sangat panjang, hingga tegaknya kepemimpinan kharismatik yang baru.25 b. Kaderisasi pesantren Kaderisasi pondok pesantren merupakan syarat yang harus ada pada setiap organisasi termasuk pondok pesantren. Kaderisasi ini harus benar-benar diperhatikan karena banyak pondok pesanren yang kegiatannya menjadi mati, dikarenakan wafatnya pimpinan pondok pesantren. Hal ini dikarenakan yang dapat diturunkan kepada penerusnya adalah ilmu sedangkan kharisma pimpinan pondok pesantren tidak dapat diwariskan, maka upaya kaderisasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah kaderisasi modern dalam pesantren antara lain melalui tahapan aktivitas sebagi berikut:
23
Zamarkhasi Dhofier, Tradisi Pesantren. (Jakarta: LP3ES), hlm. 61- 62. Mastuhu, Ibid., hlm. 123. 25 Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi Esai-esai Pesantren, (Yogyakarta: LKiS, 2001), hlm. 135. 24
23
1) Seleksi kader potensial sejak dini. Seleksi ini menyangkut, baik kemampuan
akademis,
maupun
kualitas
kepribadian,
dan
kemampuan komunikasi sosialnya. 2) Pendidikan umum dan pendidikan khusus yang menunjang kebutuhan kader untuk melaksanakan tugas di masa yang akan dating di pesantren. 3) Evaluasi bertahap, baik yang menyangkut kemampuan personal akademik maupun sosialnya. 4) Pendidikan
remedial
bagi
santri
kader
yang
mengalami
ketertinggalan dalam proses pendidikan yang ditargetkan. 5) Praktek magang, untuk mempraktekkan hasil-hasil pendidikan kader yang telah diterima. 6) Sertifikasi kader untuk menentukan apakah seorang kader telah memenuhi target ditetapkan atau masih belum.26 4. Model pengambilan keputusan Pengambilan putusan merupakan kegiatan yang selalu kita jumpai dalam setiap kegiatan kepemimpinan. Bahkan dapat juga dikatakan, bagaimana cara pengambilan putusan yang dilakukan oleh seorang pemimpin menunjukan bagaimana gaya kepemimpinannya. Dengan demikian, pengambilan putusan merupakan fungsi kepemimpinan yang turut menentukan proses dan tingkat keberhasilan kepemimpinan itu sendiri. Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap suatu masalah yang dihadapi. Pendekatan yang sistematis itu menyangkut pengetahuan tentang hakikat masalah yang dihadapi itu, pengumpulan fakta dan data yang relevan dengan masalah yang dihadapi, analisis masalah dengan mempergunakan fakta dan data, mencari alternative pemecahan, menganalisis setiap alternatif yang paling rasional, dan penilaian dari hasil yang dicapai sebagai akibat yang diambil.
26
Sulthon, Ibid., hlm. 66.
24
Sehingga menjadi syarat bagi seorang pemimpin untuk mempunyai keberanian dalam mengambil keputusan secara cepat, tepat, praktis dan rasional serta memikul tanggung jawab atas akibat dari keputusan yang diambil. Keberanian itu dapat timbul jika: a) Pemimpin mempunyai kemampuan analisis yang tinggi b) Pemimpin mengetahui pengaruh dari faktor lingkungan tempat organisasi yang dipimpinnya bergerak c) Secara teknis mengetahui apa yang hendak dicapai oleh organisasi yang dipimpinnya d) Pemimpin yang bersangkutan memiliki pengetahuan yang mendalam tentang
dirinya
sendiri,
kekuatan-kekuatan
dan
kelemahan-
kelemahannya e) Pemimpin mendalami tentang perilaku bawahan, karena dalam rangka kepemimpinan perilaku bawahan itu sangat besar pengaruhnya dalam berhasil tidaknya organisasi mencapai tujuan yang ditetapkan27. Karena kepemimpinan pesantren itu bersifat unik, berbeda dari pembuatan keputusan dalam lembaga pendidikan formal yang cenderung rasional ilmiah, maka teknik pembuatan keputusan di dalamnya lebih bersifat emosional-subyektif. Para kyai tidak akan tergesa-gesa dalam mengambil keputusan terhadap suatu masalah. Mereka tidak hanya mempertimbangkan secara nalar, namun diikuti oleh gerakan hati nuraninya yang paling dalam dan tidak lupa menyandarkan secara vertikal munajat untuk beristikharoh kepada Allah. Gaya pengambilan keputusan ini lebih mendasarkan kepada budaya khas pesantren dan masih melekat dalam kyai pesantren di tanah air. Diantara model pengambilan keputusan yang dilakukan dalam pesantren adalah: 1) Model Klasik Model
klasik
berasumsi
bahwa
keputusan
harus
dibuat
sepenuhnya secara rasional melalui optimalisasi strategi untuk mencari alternatif terbaik dalam rangka memaksimalisasi pencapaian tujuan dan 27
Sondang Siagian, Ibid., hlm. 38-39.
25
sasaran lembaga. Langkah-langkahnya meliputi a) masalah di identifikasi, b) tujuan dan sasaran ditetapkan, c) semua alternatif yang mungkin di inventarisasi, d) konsekuensi dari masing-masing alternatif dipertimbangkan, e) semua alternatif dinilai, f) alternatif terbaik dipilih, dan g) keputusan dilaksanakan dan dievaluasi. Dalam
model
klasik ini menuntut a) tersedianya sumber
daya intelektual yang berlatar akademik b) langkah-langkah ilmiah yang kaku dan c) terlalu terspesialisasi secara profesional.28 2) Model Administratif Dalam pengambilan keputusan model administratif ini berasumsi dasar sebagai berikut: a) Proses pembuatan keputusan merupakan siklus peristiwa yang mencakup identifikasi dan diagnosis terhadap suatu kesulitan, prakarsa terhadap rencana, dan penilaian terhadap keberhasilannya. b) Esensi administrasi pendidikan terletak pada kinerja proses pembuatan keputusan yang melibatkan individu atau kelompok dalam organisasi. c) Berpikir yang sempurna dalam pembuatan keputusan adalah hal yang mustahil d) Fungsi utama penyelengaraan pendidikan adalah menyiapkan lingkungan yang kondusif bagi setiap anggota organisasi pendidikan untuk terlibat dalam pembuatan keputusan. e) Proses pembuatan keputusan merupakan pola tindakan yang umum terjadi dalam penyelenggaraan semua bidang tugas dan fungsi lembaga. f) Proses
pembuatan
keputusan
berlangsung
dengan
bentuk
generalisasi yang sama dalam organisasi yang komplek.29 3) Model partisipatif (participative decision making)
28
M. sulthon. Moh. Khusnuridlo, Manajemen Pondok Pesantren dalam Perspektif Global (Yogyakarta: LaksBang PRESSindo, 2006), hlm. 52. 29 Ibid., hlm. 52- 53.
26
Participative decision making adalah cara pengambilan putusan dengan mengikutsertakan bawahan. Cara pengambilan putusan dengan cara ini dapat meningkatkan keefektifan organisasi. Salah satu tolak ukur utama yang biasa digunakan untuk mengukur efektivitas kepemimpinan seseorang yang menduduki jabatan pimpinan dalam suatu organisasi ialah kemampuan dan kemahirannya dalam mengambil keputusan. Partisipasi bawahan dalam pembuatan keputusan di pesantren dianggap penting karena, partisipasi akan meningkatkan komunikasi antar guru dan administrator sekaligus meningkatkan kualitas pembuatan keputusan pendidikan pesantren. Kedua, partisipasi akan dapat memberi kontribusi terhadap mutu kerja mereka. Dan ketiga, partisipasi
dapat
mendorong
profesionalisasi
pendidikan
dan
demokratisasi lembaga pesantren. Tetapi ada beberapa syarat untuk menentukan perlu tidaknya bawahan diikutsertakan atau berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, yaitu: a) Relevansi: apakah ada relevansi antara masalah yang dipecahkan dengan kepentingan bawahan. b) Keahlian: apakah bawahan cukup mempunyai pengetahuan tentang masalah yang akan dipecahkan c) Jurisdiksi: apakah bawahan mempunyai hak secara legal untuk ikut serta mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan. d) Kesediaan: apakah bawahan mempunyai kemauan dan bersedia untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan.30 Adapun tujuan akhir dari proses pembuatan keputusan partisipatif dalam pesantren adalah dihasilkan lulusan santri berkualitas melalui peningkatan proses pendidikan dan pengajaran pesantren yang bermutu. Dasar pemikiran ini dapat dipertegas oleh model berikut:31 30
Ngalim Purwanto, Ibid., hlm. 71. Sulthon, Ibid., hlm. 55.
31
27
Pembuatan keputusan partisipatif
Mekanisme: pengendalian motivasi belajar
Peningkatan mutu pendidikan
Lulusan santri
Bagan 1. Model analisis hasil pendidikan pesantren melalui pembuatan keputusan partisipatif . Para pemimpin organisasi khususnya lembaga pendidikan harus mampu bekerja sama dengan atau melalui stafnya untuk membuat keputusan yang inovatif dalam rangka mencapai tujuan tertentu secara efektif, efisien, dan akuntabel. Keputusan organisasi yang dimaksudkan idealnya menampilkan sosok sebagai berikut:32 a) Keputusan yang baru Keputusan
yang
dibuat
seharusnya
mampu
membawa
organisasi kepada perubahan dan inovasi baru yang memungkinkan organisasi pendidikan berjalan lebih dinamis dan produktif. b) Keputusan berbasis informasi Keputusan yang dibuat didasari atas informasi yang bermutu, dengan demikian tidak diambil dari satu sudut tinjauan saja. Data atau informasi yang diperlukan dalam kerangka pembuatan keputusan harus baru dan inovatif. c) Keputusan yang realistis Keputusan yang realistis memiliki arti bahwa keputusan tersebut disesuaikan dengan daya dukung sumber daya organisasi untuk merealisasikannya. d) Keputusan yang fleksibel Keputusan yang fleksibel mengandung makna dimungkinkan dilakukan dekontinuitas, manakala ada gagasan baru, perubahan situasi, atau keputusasaan dalam implementasinya.
32
Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 241- 242.
28
e) Keputusan yang diterima dan mendapatkan dukungan penuh oleh pihak- pihak yang Berkepentingan tanpa didukung oleh SDM yang ada, sehebat apapun keputusan yang dibuat tidak akan ada maknanya di tingkat praktis. Pengambilan keputusan sangat berpengaruh dalam kemajuan dan pengembangan sebuah organisasi terutama lembaga pendidikan, seorang pimpinan harus mempunyai strategi keputusan.33 Diantaranya keahlian dalam perancangan strategi, seorang pemimpin harus mampu memusatkan perhatian pada tujuan, tidak terperangkap dengan hal detail, kemampuan merasakan apa yang terjadi didalam dan diluar organisasi, kemampuan merespon secara tepat sasaran dan kemampuan untuk menentukan pendekatan terbaik dalam mencapai tujuan organisasi dan tujuan personal. C. Konsep Kualitas Pendidikan 1. Pengertian mutu terpadu Arti dasar dari kata kualitas menurut Dahlan Al-Barry dalam Kamus Modern Bahasa Indonesia adalah “kualitet”, “mutu, baik buruknya barang”.34 Seperti halnya yang dikutip oleh Quraish Shihab yang mengartikan kualitas sebagai tingkat baik buruk sesuatu atau mutu sesuatu.35 Sedangkan kalau diperhatikan secara etimologi, mutu atau kualitas diartikan dengan kenaikan tingkatan menuju suatu perbaikan atau kemapanan. Sebab kualitas mengandung makna bobot atau tinggi rendahnya sesuatu. Jadi dalam hal ini kualitas pendidikan adalah pelaksanaan pendidikan disuatu lembaga, sampai dimana pendidikan di lembaga tersebut telah mencapai suatu keberhasilan.36 Menurut Supranta kualitas adalah sebuah kata yang bagi penyedia jasa merupakan sesuatu 33
Fachmi Basyaib, Teori Pembuatan Keputusan, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2006), hlm. 11- 12. 34 M. Dahlan Al Barry, Kamus Modern Bahasa Indonesia, Arloka, (Yogyakarta, 2001), hlm. 329. 35 Quraish. Shihab, Membumikan Al-Quran, Mizan, (Bandung, 1999), hlm. 280. 36 Jurnal Ilmu Pendidikan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar Di Daerah Diseminasi oleh A. Supriyanto, November 1997, Jilid 4, IKIP, 1997, hlm. 225.
29
yang harus dikerjakan dengan baik.37 Sebagaimana yang telah dipaparkan oleh Guets dan Davis dalam bukunya Tjiptono menyatakan kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.38 Kualitas pendidikan menurut Ace Suryadi dan H.A.R Tilaar merupakan kemampuan lembaga pendidikan dalam mendayagunakan sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan kemampuan belajar seoptimal mungkin.39 Di dalam konteks pendidikan, pengertian kualitas atau mutu dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dari konteks “proses” pendidikan yang berkualitas terlibat berbagai input (seperti bahan ajar: kognitif, afektif dan, psikomotorik), metodologi (yang bervariasi sesuai dengan kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif. Dengan adanya manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi mensingkronkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar, baik antara guru, siswa dan sarana pendukung di kelas atau di luar kelas, baik dalam konteks kurikuler maupun ekstra-kurikuler, baik dalam lingkungan substansi yang akademis maupun yang non akademis dalam suasana yang mendukung proses belajar pembelajaran. Kualitas dalam konteks “hasil” pendidikan mengacu pada hasil atau prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu (apakah tiap akhir cawu, akhir tahun, 2 tahun atau 5 tahun, bahkan 10 tahun). Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan (student achievement) dapat berupa hasil test kemampuan akademis, misalnya ulangan umum, EBTA atau UN. Dapat pula prestasi dibidang lain seperti di suatu cabang olah raga, seni atau keterampilan tambahan tertentu. Bahkan prestasi
37 38
51.
39
Supranta. J, Metode Riset, PT Rineka Cipta, (Jakarta, 1997), hlm. 288. Tjiptono, Fandy, Manajemen Jasa Edisi I Cet II, Andi Offcet, (Yogyakarta, 1995), hlm.
Ace Suryadi dan H.A.R Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar, PT.Remaja Rosdakarya, (Bandung, 1993), hlm. 159.
30
sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible) seperti suasana disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan dan sebagainya.40 Selain itu kualitas pendidikan merupakan kemampuan sistem pendidikan dasar, baik dari segi pengelolaan maupun dari segi proses pendidikan, yang diarahkan secara efektif untuk meningkatkan nilai tambah dan factor-faktor input agar menghasilkan output yang setinggitingginya. Jadi pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan dasar untuk belajar, sehingga dapat mengikuti bahkan menjadi pelopor dalam pembaharuan dan perubahan dengan cara memberdayakan sumber-sumber pendidikan secara optimal melalui pembelajaran yang baik dan kondusif. Pendidikan atau sekolah yang berkualitas disebut juga sekolah yang berprestasi, sekolah yang baik atau sekolah yang sukses, sekolah yang efektif dan sekolah yang unggul. Sekolah yang unggul dan bermutu itu adalah sekolah yang mampu bersaing dengan siswa di luar sekolah. Juga memiliki akar budaya serta nilai-nilai etika moral (akhlak) yang baik dan kuat.41 Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang mampu menjawab berbagai tantangan dan permasalahan yang akan dihadapi sekarang dan masa yang akan datang. Dari sini dapat disimpulkan bahwa kualitas atau mutu pendidikan adalah kemampuan lembaga dan sistem pendidikan dalam memberdayakan sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan kualitas yang sesuai dengan harapan atau tujuan pendidikan melalui proses pendidikan yang efektif. Kualitas (mutu) pendidikan pada dasarnya mencakup keseluruhan proses pendidikan, yaitu: input, proses dan output pendidikan. Untuk menghasilkan input, proses dan output yang bermutu harus dilakukan dengan manajemen yang baik, dengan penerapan manajemen yang benar 40
Umaedi, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Direktur Pendidikan Menengah dan Umum, April, 1999, hlm. 4. 41 Abdul Chafidz, Sekolah Unggul Konsepsi dan Problematikanya, MPA No. 142, Juli 1998, hlm. 39.
31
dan baik akan berdampak pada efisiensi pelaksanaan program dan meningkatnya kualitas dan mutu pendidikan.42 Firman Allah SWT.
4 ©!$# (#θà)¨?$#uρ ( 7‰tóÏ9 ôMtΒ£‰s% $¨Β Ó§øtΡ öÝàΖtFø9uρ ©!$# (#θà)®?$# (#θãΖtΒ#u šÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ ∩⊇∇∪ tβθè=yϑ÷ès? $yϑÎ/ 7Î7yz ©!$# ¨βÎ) “Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri manusia memperhatikan hal-hal apa yang hendak dilaksanakan bagi hari esok. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Hasyr : 18)
SrGs LFQepq نFQ LFQen وm^ وlI LQQاjQ إShNi LFQeO Jfg VQeQوا اFQeO LQهz نpl VQeQ واSegNQ واxNyQ اvwUF jg Lh[Esh mlupQ VQet اJوا vMhرQ }ا.ةN|\ واEp]GQاjg “Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza Wa Jalla, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sodaqoh. Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan orangnya dalam kedudukan terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya ahlinya di dunia dan di akhirat. (HR. Ar-rabii’).43 2. Standar kualitas pendidikan Standar atau parameter adalah ukuran atau barometer yang digunakan untuk menilai atau mengukur sesuatu hal. Ini menjadi penting untuk kita ketahui, apalagi dalam rangka mewujudkan suatu pendidikan yang berkualitas. Kalau kita mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP.) No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Standar nasional pendidikan diatas, ada delapan (8) hal yang harus diperhatikan untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, yaitu:44 42
Ara Hidayat, Imam Machali, Ibid., hlm. 324. Muhammad Faiz Almath, Qobasun Min Nuri Muhammad SAW, (Damsyik- Syiria, Daarul Kutub Alarabiyyah), hlm. 206 44 Peraturan Pemerintah (PP.) No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab I, Pasal 1. 43
32
a) Standar isi, adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. b) Standar proses, adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. c) Standar pendidik dan tenaga kependidikan, adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. d) Standar sarana dan prasarana, adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. e) Standar pengelolaan, adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional, agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. f) Standar pembiayaan, adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selam satu tahun. g) Standar penilaian pendidikan, adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Standar nasional pendidikan ini berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan, pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.45 Juga bertujuan untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.46 Salah satu standar diatas yang paling penting untuk diperhatikan yaitu standar pendidik dan kependidikan. Dimana seorang pendidik harus memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini,
45
Ibid., pasal 3. Ibid., pasal 4.
46
33
yaitu :47 kompetensi peadagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Ada empat (4) standar kualitas pendidikan dalam urutan prioritasnya adalah sebagai berikut : guru, kurikulum, atmosfer akademik, dan sumber keilmuan.48 Berikut ini uraian dari standar kualitas diatas : a) Guru Mutu pendidikan amat ditentukan kualitas dan komitmen seorang guru. Profesi guru menjadi tidak menarik di banyak daerah karena tidak menjanjikan kesejahteraan finansial dan penghargaan profesional. Oleh karena itu, dengan dirumuskannya jenjang profesionalitas yang jelas, maka kualitas guru-guru dapat dijaga dengan baik. Tentunya hal ini juga berkaitan dengan penghargaan profesionalitas yang didapat dalam setiap jenjang tersebut. b) Kurikulum Kurikulum di sini bukan sekedar kumpulan aktivitas saja, ia harus koheren antara aktivitas yang satu dengan yang lain. Dalam kurikulum, juga harus diperhatikan bagaimana menjaga agar materi-materi yang diberikan dapat menantang siswa sehingga tidak membuat mereka merasa bosan dengan pengulangan-pengulangan materi saja. Tentu saja hal ini bukan berarti mengubah-ubah topik yang ada tetapi lebih kepada penggunaan berbagai alternatif cara pembelajaran untuk memperdalam suatu topik atau mengaplikasikan suatu topik pada berbagai masalah riil yang relevan. Kurikulum juga harus memuat secara jelas mengenai cara pembelajaran dan cara penilaian yang digunakan di dalam kelas. Cara pembelajaran yang dijalankan harus membuat siswa memahami dengan benar mengenai hal-hal yang mendasar. Pemahaman ini bukan hanya berdasarkan hasil dari pengajaran satu arah dari guru ke siswa, tetapi lebih merupakan pemahaman yang muncul dari keaktifan siswa dalam 47
Ibid., pasal 28. www.sigmetris.com / artikel=21.html, Standar Kualitas Pendidikan Metris By. Alexander
48
Agung.
34
membangun pengetahuannya sendiri dengan merangkai pengalaman pembelajaran di kelas dan pengetahuan yang telah dimilikinya sebelumnya. c) Atmosfer akademik Atmosfer akademik bertujuan untuk membentuk karakter siswa terutama berkaitan dengan nilai-nilai akademik utama yaitu sikap ilmiah dan kreatif. Atmosfer ini dibangun dari interaksi antar siswa, dari interaksi antara siswa dengan guru, interaksi dengan orang tua siswa dan juga suasana lingkungan fisik yang diciptakan. Guru memegang peran sentral dalam membangun atmosfer akademik ini dalam kegiatan pengajarannya di kelas dan berlaku untuk semua yang terlibat dalam sistem pendidikan. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana membangun sikap ilmiah dan kreatif ini dalam kegiatan operasional pendidikan sehariharinya? Untuk membangun Sikap Ilmiah perlu ditanamkan nilai kejujuran, dan nilai kekritisan. Sedangkan untuk membangun sikap kreatif perlu ditanamkan nilai ketekunan (perseverence), dan nilai keingintahuan (curiosity). d) Sumber keilmuan Sumber Keilmuan disini adalah berupa prasarana dalam kegiatan pengajaran, yaitu buku, alat peraga dan teknologi. Semua hal ini harus dapat dieksploitasi dengan baik untuk mendukung setiap proses pengajaran dan juga dalam membangun atmosfer akademik yang hendak diciptakan. Apalagi pengajaran menganut pendekatan yang kongkrit, maka guru harus dapat menggunakan hal-hal yang umum disekitar kita seperti: mata uang dan jam, sebagai alat peraga. 3. Model sistem manajemen mutu Mutu memiliki pengertian yang bervariasi. Seperti yang dinyatakan Nomi Pfeffer dan Anna Coote setelah mereka berdiskusi tentang mutu dalam jasa kesejahteraan, bahwa “mutu merupakan konsep yang licin”.
35
Mutu mengimplikasikan hal-hal yang berbeda pada masing-masing orang. Tak dapat dipungkiri bahwasanya setiap orang setuju terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan. Mutu dapat digunakan sebagai suatu konsep yang relatif. Pengertian ini digunakan dalam TQM. Definisi relatif tersebut memandang mutu bukan sebagai suatu atribut produk atau layanan, tetapi sesuatu yang dianggap berasal dari produk atau layanan tersebut. Mutu merupakan sebuah cara yang menentukan apakah produk terakhir sesuai dengan standar atau belum. Produk atau layanan yang memiliki mutu, dalam konsep relatif ini tidak harus mahal dan eksklusif. Produk atau layanan tersebut tidak harus spesial,tapi ia harus asli, wajar dan familiar. Sekolah dikatakan bermutu apabila memang telah memenuhi standar. Sehingga mutu harus mengerjakan apa yang seharusnya ia kerjakan, dan mengerjakan apa yang diinginkan pelanggan. Dengan kata lain ia harus sesuai tujuannya.49 a) ISO (International Standardization Organization) ISO atau Organisasi Standarisasi Internasional adalah organisasi non-pemerintah yang beranggotakan badan-badan standarisasi nasional dari beberapa Negara. ISO secara teknis dibentuk pada tahun 1987 dengan nama Technical Committee 176 (TC176) atau lebih dikenal sebagai ISO/TC176, dan telah berhasil menyusun seri standar yang dapat diterima secara internasional. Versi terbaru dari ISO 9001 adalah versi 2008 yang merupakan versi ke-4. Bila dibandingkan dengan versi 2000, ISO 9001:2008 merupakan penyesuaian terhadap standar yang ada dan bukan perbaikan menyeluruh. Versi 2008 ini juga mengklarifikasi persyaratan yang ada dalam ISO 9001:2000. Sampai saat ini, ISO 9001:2000 dianggap sebagai standar internasional terbaik untuk mengelola sistem manajemen mutu, 49
Edward Sallis, Total Quality Management, (Jogjakarta: IRCiSoD, 2008), hlm. 49-54.
36
sehingga paling banyak diadopsi oleh berbagai organisasi termasuk lembaga pendidikan. b) BS5750 BS5750 dipublikasikan perttama kali pada tahun 1979 dengan nama Quality System. Pada mulanya ia adalah sistem yang diterapkan menteri pertahanan dan NATO, yang dikenal sebagai AQAP “Allied Quality Assurance Procedures” (prosedur jaminan mutu sekutu). BS5750 mengatur standar bagi sistem mutu dan tidak mengatur standar yang harus dicapai oleh institusi atau pelajarnya.50 c) Malcolm Baldrige Malcolm Baldrigeadalah sebuah sistem manajemen kualitas yang diterapkan untuk menjadikan lembaga unggul atau excellence. Sistem ini pertama kali diciptakan oleh US Congress pada tahun 1987 dibawah public law 100-107, sebagai penghormatan kepada Malcolm Baldrige, Commerce Department Secretary, yang meninggal pada kecelakaan rodeo pada bulan Juli 1987. Baldrige sangat mendukung manajemen kualitas sebagai kunci dari kemakmuran Negara dan sebagai kekuatan jangka panjang. Baldrige adalah salah seorang yang membuat konsep awal pengendalian kualitas. Sebagai bentuk penghormatan, kongres menetapkan namanya sebagai nama penghargaan tahunan di bidang peningkatan kualitas.51 4. Upaya-upaya dalam meningkatkan kualitas pendidikan Pengembangan organisasi atau lembaga adalah suatu cara untuk melakukan perubahan-perubahan terencana dalam organisasi. Pesantren dengan segala keunikan yang dimilikinya masih diharapkan menjadi penopang berkembangnya sistem pendidikan di Indonesia. Keaslian dan kekhasan pesantren di samping sebagai hazanah tradisi budaya bangsa juga merupakan kekuatan penyangga pilar pendidikan untuk memunculkan pemimpin bangsa yang bermoral. Oleh sebab itu, arus globalisasi 50
Ibid., hlm. 121-125. Ara Hidayat, Imam Machali, Ibid., hlm. 322-323.
51
37
mengandalkan tuntutan profesionalisme dalam mengembangkan sumber daya manusia yang bermutu. Realitas inilah yang menuntut adanya manajemen pengelolaan lembaga pendidikan sesuai tuntutan zaman. Signifikasi profesionalitas manajemen pendidikan menjadi sebuah keniscayaan di tengah dahsyatnya arus industrialisasi dan perkembangan teknologi modern.52 Karena merupakan sistem terbuka, organisasi atau lembaga pendidikan berinteraksi terus menerus dengan lingkungannya, maka setiap perubahan yang terjadi pada lingkungannya sistem itu mau tak mau harus menyesuaikan diri.
Penyesuaian diri terhadap perubahan lingkungan itu
dimaksudkan agar sirkulasi input-output dapat berjalan terus menerus sehingga kelangsungan hidup sistem itu dapat terpelihara.53 Permasalahan pengembangan model pendidikan pondok pesantren sehubungan dengan pengembangan sumber daya manusia menjadi perbincangan dikalangan pesantren. Hal ini tidak terlepas dari realitas empirik akan keberadaan pesanntren yang dinilai kurang mampu mengoptimalisasikan potensi yang dimilikinya. Keberadaan pesantren lekat dengan adanya kyai sebagi figur sentral, otoritatif, dan pusat seluruh kebijakan dan perubahan. Hal ini menjadikan ciri
umum
pesantren,
yaitu:
Pertama,
kepemimpinan
pesantren
tersentralisasi pada individu yang bersandar pada charisma serta hubungan yang bersifat paternalistik. Kebanyakan pesantren menganut pola “serba mono”, mono manajemen dan mono administrasi sehingga tidak ada delegasi kewenangan ke unit-unit kerja yang ada dalam organisasi. Kedua, kepemilikan pesantren bersifat individual atau keluarga. Otoritas individu kyai sebagai pendiri sekaligus pengasuh pesantren sangat besar dan tidak bisa diganggu gugat. Faktor nasab juga kuat sehingga kyai bisa
52
Ainurrafiq Dawam, Ahmad Ta’arifin, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren, (Yogyakarta: Lista Fariska Putra, 2005), hlm. 18. 53 Napa. J. Awat, Manajemen Strategi: Suatu Pendekatan Sistem, (Yogyakarta: Liberty, 1989), hlm. 11.
38
mewariskan kepemimpinan pesantren kepada anak yang dipercaya tanpa ada komplen pesantren yang berani memprotes.54 Sejalan dengan penyelenggaraan pendidikan formal, ada beberapa pesantren yang mengalami perkembangan pada aspek manajemen, organisasi, dan administrasi pengelolaan keuangan. Pengaruh sistem pendidikan formal menuntut kejelasan pola hubungan dan pembagian kerja diantara unit-unit kerja. Sehingga sudah ada pesantren yang membentuk badan pengurus harian yang khusus mengelola dan menangani kegiatankegiatan pesantren, meskipun tetap saja kyai memiliki pengaruh yang sangat kuat. Untuk meningkatkan kualitas lembaga pendidikan diperlukan upayaupaya, diantaranya adalah: a. Peningkatas kualitas guru Guru yang memiliki posisi yang sangat penting dan strategi dalam pengembangan potensi yang dimiliki peserta didik. Pada diri gurulah kejayaan dan keselamatan masa depan bangsa dengan penanaman nilainilai dasar yang luhur sebagai cita-cita pendidikan nasional dengan membentuk kepribadian sejahtera lahir dan bathin, yang ditempuh melalui pendidikan agama dan pendidikan umum. Oleh karena itu harus mampu mendidik diberbagai hal, agar ia menjadi seorang pendidik yang profesional. Sehingga mampu mendidik peserta didik dalam kreativitas dan kehidupan sehari-harinya. Untuk meningkatkan profesionalisme pendidik dalam pembelajaran, perlu ditingkatkan melalui cara-cara sebagai berikut: 1) Mengikuti penataran Menurut para ahli bahwa penataran adalah semua usaha pendidikan dan pengalaman untuk meningkatkan keahlian guru menyelarasikan pengetahuan dan keterampilan mereka sesuai dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dalam
54
H.M. Sulthon, Ibid., hlm. 30.
39
bidang-bidang masing-masing.55 Sedangkan kegiatan penataran itu sendiri di tujukan: a) Mempertinggi mutu petugas sebagai profesinya masing-masing. b) Meningkatkan efesiensi kerja menuju arah tercapainya hasil yang optimal. c) Perkembangan kegairahan kerja dan peningkatan kesejahteraan.56 Jadi penataran itu dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja, keahlian dan peningkatan terutama pendidikan untuk menghadapi arus globaliasi. 2) Mengikuti kursus-kursus pendidikan Hal ini akan menambah wawasan, adapun kursus-kursus biasanya meliputi pendidikan bahasa arab dan bahasa inggris serta komputer. 3) Memperbanyak membaca Menjadi guru professional tidak hanya menguasai atau membaca dan hanya berpedoman pada satu atau beberapa buku saja, guru yang berprofesional haruslah banyak membaca berbagai macam buku untuk menambah bahan materi yang akan disampaikan sehingga sebagai pendidik tidak akan kekurangab pengetahuanpengetahuan dan informasi-informasi yang muncul dan berkembang di dalam mayarakat. 4) Mengadakan kunjungan ke-sekolah lain (studi komparatif) Suatu hal yang sangat penting seorang guru mengadakan kunjungan antar sekolah sehingga akan menambah wawasan pengetahuan, bertukar pikiran dan informasi tentang kemajuan sekolah. Ini akan menambah dan melengkapi pengetahuan yang dimilikinya
serta
mengatai
permasalahan-permasalahan
dan
kekurangan yang terjadi sehingga peningkatan pendidikan akan bisa tercapai dengan cepat. 55
115.
56
Jumhur An Surya, Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah, (Jakarta, Rajawali Pres), hlm.
Ibid, hlm. 116.
40
5) Mengadakan hubungan dengan wali siswa Mengadakan pertemuan dengan wali siswa sangatlah penting sekali, karena dengan ini guru dan orang tua akan dapat saling berkomunikasi, mengetahui dan menjaga peserta didik serta bisa mengarahkan pada perbuatan yang positif. Karena jam pendidikan yang diberikan di sekolah lebih sedikit apabila dibandingkan jam pendidikan di dalam keluarga. b. Peningkatan kualitas materi Dalam rangka peningkatan pendidikan maka peningkatan materi perlu sekali mendapat perhatian karena dengan lengkapnya meteri yang diberikan tentu akan menambah lebih luas akan pengetahuan. Hal ini akan
memungkinkan
peserta
didik
dalam
menjalankan
dan
mengamalkan pengetahuan yang telah diperoleh dengan baik dan benar. Materi yang disampaikan pendidik harus mampu menjabarkan sesuai yang tercantum dalam kurikulum. Pendidik harus menguasai materi dengan ditambah bahan atau sumber lain yang berkaitan dan lebih actual dan hangat. Sehingga peserta didik tertarik dan termotivasi mempelajari pelajaran. c. Peningkatan kualitas metode Metode merupakan alat yang dipakai untuk mencapai tujuan, maka sebagai salah satu indikator dalam peningkatan kualitas pendidikan perlu adanya peningkatan dalam pemakaian metode. Yang dimakud dengan peningkatan metode disini, bukanlah menciptakan atau membuat metode baru, akan tetapi bagaimana caranya penerapannya atau penggunaanya yang sesuai dengan materi yang disajikan, sehingga mmperoleh hasil yang memuaskan dalam proses belajar mengajar. Pemakaian metode ini hendaknya bervariasi sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga peserta didik tidak akan merasa bosan dan jenuh atau monoton. Untuk itulah dalam penyampaian metode pendidik harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a) Selalu berorientasi pada tujuan, b) Tidak hanya terikat pada suatu alternatif saja, c)
41
Mempergunakan berbagai metode sebagai suatu kombinasi, misalnya: metode ceramah dengan tanya jawab. Jadi usaha tersebut merupakan upaya meningkatkan kualitas pendidikan pada peserta didik diera yang emakin modern. d. Peningkatan sarana Sarana adalah alat atau metode dan teknik yang dipergunakan dalam rangka meningkatkan efektivitas komunikasi dan interaksi edukatif antara pendidik dan peserta didik dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.57 Dari segi sarana tersebut perlu diperhatikan adanya usaha meningkatkan sebagai berikut: 1) Mengerti secara mendalam tentang fungsi atau kegunaan media pendidikan 2) Mengerti pengunaan media pendidikan secara tepat dalam interaksi belaja mengajar 3) Pembuatan media harus sederhana dan mudah 4) Memilih media yang tepat sesuai dengan tujuan dan isi materi yang akan diajarkan. Semua sekolah meliputi peralatan dan perlengkapan tentang sarana dan prasarana, ini dijelaskan dalam buku “Admitrasi Pendidikan” yang disusun oleh Tim Dosen IP IKIP Malang menjelaskan:
sarana
sekolah
meliputi
semua
peralatan
serta
perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah, contoh: gedung sekolah (school building), ruangan meja, kursi, alat peraga, dan lain-lainnya. Sedangkan prasarana merupakan semua komponen yang secara tidak langung menunjang jalannya proses belajar mngajar atau pendidikan di sekolah, sebagai contoh: jalan menuju sekolah, halaman sekolah, tata tertib sekolah dan semuanya yang berkenaan dengan sekolah.58 e. Peningkatan kualitas belajar 57 58
Roestiyah N.K, Masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: Bina Aksara), hlm. 67. Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang, hlm. 135.
42
Dalam setiap proses belajar mengajar yang dialami peserta didik selamanya lancar seperti yang diharapkan, kadang-kadang mengalami kesulitan atau hambatan dalam belajar. Kendala tersebut perlu diatasi dengan berbagai usaha sebagai berikut: 1) Memberi Rangsangan Minat belajar seseorang berhubungan dengan perasaan seseorang. Pendidikan harus menggunakan metode yang sesuai sehingga merangsang minat untuk belajar dan mempelajari baik dari segi bahasa maupun mimic dari wajah dengan memvariasikan setiap metode yang dipakai. Dari sini menimbulkan yang namanya cinta terhadap bidang studi, sebab pendidik mampu memberikan ransangan terhadap peserta didik untuk belajar, karena yang disajikan benar-benar mengenai atau mengarah pada diri peserta didik yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya setelah peserta didik terangsang terhadap pendidikan maka pendidik tinggal memberikan motivasi secara kontinew. Oleh karena itu pendidik atau lembaga tinggal memberikan atau menyediakan sarana dan prasarana saja, sehingga peserta didik dapat menerima pengalaman yang dapat menyenangkan hati para peserta didik sehingga menjadikan peserta didik belajar semangat. 2) Memberikan Motivasi Belajar Motivasi adalah sebagai pendorong peserta didik yang berguna untuk menumbuhkan dan menggerakkan bakat peserta didik secara integral dalam dunia belajar, yaitu dengan diambil dari sisitem nilai hidup peserta didik dan ditujukan kepada penjelasan tugas-tugas. Motivasi merupakan daya penggerak yang besar dalam proses belajar mengajar, motivasi yang diberikan kepada peserta didik dapat berupa: a) Memberikan penghargaan. Usaha-usaha meyenangkan yang diberikan kepada peserta didik yang berprestasi yang bagus, baik berupa kata-kata, benda,
43
simbul atau berupa angka (nilai). Penghargaan ini bertujuan agar peserta didik selalu termotivasi untuk lebih giat belajar dan mampu bersaing dengan teman-temannya secara sehat, karena dengan
itu
pendidik
akan
mudah
meningkatkan
kualita
pendidikan. b) Memberikan hukuman. Pemberian hukuman ini bersifat mendidik artinya bentuk hukuman itu sendiri berkaitan dengan pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki kesalahan. c) Mengadakan kompetisi dan lomba. Pengadaan ini dipergunakan untuk meningkatkan prestasi peserta didik untuk membantu peserta didik dalam pembentukan mental yang tangguh selain pembentukan pengetahuan.untuk membantu proses pengajaran yang selalu dimulai dari hal-hal yang nyata bagi siswa.
BAB III METODE PENELITIAN Dalam suatu penelitian, metode menjadi sangat penting bagi seorang peneliti. Ketepatan dalam menggunakan suatu metode akan dapat menghasilkan data yang tepat pula dan dapat dipertanggungkan jawabkan secara ilmiah.1 Adapun metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yaitu mengadakan penelitian pada konteks dari suatu kebutuhan sebagaimana adanya (alami) berdasarkan fakta empiris tanpa dilakukan perubahan dan intervensi oleh peneliti. A. Jenis Penelitian Ketepatan menggunakan metode dalam penelitian adalah syarat utama dalam pengumpulan data. Apabila seseorang mengadakan penelitian kurang tepat, metode penelitiannya tentu akan mengalami kesulitan, bahkan tidak akan mendapatkan hasil yang baik sesuai yang diharapkan. Berkaitan dengan persoalan diatas, Winarno Surahmad mengatakan bahwa “metode merupakan cara utama yang digunakan dalam mencapai tujuan”.2 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif, metode ini diharapkan dapat menghasilkan suatu deskripsi yang utuh tentang pola kepemimpinan pengasuh Pondok Pesantren Darul Amanah dan cara pengambilan keputusan yang digunakan. Penelitian deskriptif yaitu berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri.3 Sehingga jenis penelitian yang
1
Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta, Rake Sarasin, 1989), hlm. 11. Winarno Surahmad, Pengantar Penelitian Ilimiah; Dasar, Metode dan Tehnik, (Bandung: Tarsito Rimbun, 1995), hlm. 121. 3 Husaini Usman, Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 81. 2
44
45
peneliti gunakan adalah deskriptif kualitatif yaitu berusaha memberikan dengan sistematis dan cermat fakta-fakta aktual dan sifat populasi tertentu.4 B. Objek Penelitian Adalah seseorang atau lapangan yang akan dijadikan penelitian dan dalam penelitian ini yang dijadikan obyek adalah Pondok Pesantren Darul Amanah yang tepatnya terletak di Desa Ngadiwarno, Kabunan, Sukorejo, Kendal. Yang melibatkan KH. Mas’ud Abdul Qodir beserta Dzuriahnya sebagai pengasuh dan pimpinan lembaga pendidikan di Pondok Pesantren Darul Amanah, pengurus, santri, dan alumni Pondok Pesantren Darul Amanah. C. Jenis dan Sumber Data Jenis data adalah hasil pencatatan penelitian baik yang berupa fakta ataupun angka yang dijadikan bahan untuk menyusun informasi.5 Dalam hal ini, jenis data yang dipakai penulis adalah data kualitatif yaitu data yang tidak berbentuk angka. Penelitian ini akan menggali dan menggabungkan dari dua sumber data yang tersedia yaitu: a. Sumber Data Primer Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukur atau alat pengambil data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari.6 Maka yang menjadi sumber data utama atau primer adalah kepala sekolah dan pengajar di Pondok Pesantren Darul Amanah dan pendidikan formalnya. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitian.7 Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia. 4
S. Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004 ), hlm. 8. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 96. 6 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), hlm. 91. 5
46
Adapun sebagai data sekunder penulis mengambil dari buku-buku, pengumpulan dokumentasi, majalah, peraturan, notulen rapat, catatan harian, serta mengadakan wawancara langsung dengan pihak-pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara, sesuai dengan sifat dan kelompok data: a) Observasi Metode observasi adalah “metode penelitian dengan pengamatan yang dicatat dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki”.8 Peneliti melakukan observasi ke pondok pesantren dan lembaga pendidikan yang lainnya untuk mengetahui dan mendalami berbagai fenomena yang ada, seperti hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin, kuatnya kekuasaan pimpinan. Juga untuk mendapatkan gambaran yang mendalam tentang pondok pesantren, khususnya data yang berkenaan dengan suasana lingkungan Pondok Pesantren dan data lainnya yang berkenaan untuk kepentingan analisis yang bersifat kualitatif. b) Wawancara Metode wawancara atau interview yaitu: Proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara
dengan
responden
atau
yang
diwawancarai
dengan
menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).9 Dan wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terpimpin atau interview guide. Controlled interview atau structured interview yaitu wawancara yang menggunakan panduan pokok-pokok masalah yang 7 8
Ibid, hlm. 93. Cholid Narbuko, Metodologi Riset, (Semarang: Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo, 1986), hlm.
48. 9
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), hlm. 194.
47
akan diteliti.10 Wawancara difokuskan untuk mengetahui tata nilai dan latar belakang kyai, kitab-kitab yang dipelajari. Wawancara tersebut dilakukan dengan kyai, pengurus pondok pesantren, para guru, sebagian santri dan alumni. c) Dokumentasi Metode dokumentasi adalah “mencari data mengenai hal-hal/variable yang berupa transkip, catatan, buku, surat, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya yang ada kaitannya dengan data yang dibutuhkan”.11 Sebagai aplikasi penggunaan
metode ini penulis menggunakan buku-buku,
arsip-arsip yang dimiliki oleh pondok pesantren, kitab-kitab yang digunakan dalam pengajian sehari-hari, notulen, catatan harian dan lain sebagainya. Dokumentasi ini digunakan untuk mengetahui data-data yang berupa catatan atau tulisan yang berkaitan dengan objek penelitian, yaitu pondok pesantren Darul Amanah dan pendidikan formalnya, yang meliputi : Tujuan umum obyek penelitian, profil sekolah/lembaga, visi, misi, dan tujuan Sekolah/lembaga pendidikan yang akan diteliti. E. Teknik Analisis Data Data mentah yang telah dikumpulkan oleh peneliti tidak akan ada gunanya jika tidak dianalisis. Analisis merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisislah, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian.12 Pada umumnya penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis.13 Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman 10
Cholid Narbuko, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), hlm.
84. 11
Sutrisno Hadi, Statistik, Jilid II, Andi Offset, (Yogyakarta, 1995), hlm. 294. Moh Nadzir, Op., Cit, hlm. 346. 13 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, Op., Cit., hlm. 245. 12
48
penelitian tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut, analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna (meaning).14 Untuk menganalisa data yang telah diperoleh dari hasil penelitian, penulis menggunakan analisa deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang mewujudkan bukan dalam bentuk angka melainkan dalam bentuk lapangan dan uraian deskriptif. Adapun cara pembahasan yang digunakan untuk menganalisa data dalam hal ini, yaitu dengan mengunakan pola pikir induktif. Yaitu berangkat dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang bersifat empiris kemudian temuan tersebut dipelajari dan dianalisis sehingga bisa dibuat suatu kesimpulan dan generalisasi yang bersifat umum.15 Kemudian dianalisis dengan data yang ada, dengan analisis seperti ini akan diketahui apakah Pola kepemimpinan yang diterapkan di pondok pesantren Darul Amanah sudah sesuai dengan konsep atau belum. kemudian upaya apa saja yang telah ditempuh pengasuh dalam meningkatkan kualitas pendidikan formalnya. Adapun tujuan membuat deskripsi (gambaran/lukisan) secara sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan fenomena yang diselidiki. Analisis ini dilakukan ketika peneliti berada di lapangan dengan cara mendeskripsikan segala data yang telah didapat lalu di analisis sedemikian rupa secara sistematis, cermat, dan berakurat. F. Alokasi Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 Maret sampai dengan tanggal 5 April 2012 di Pondok Pesantren Darul Amanah yang beralamatkan di Desa Ngadiwarno, kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Kode Pos 51363.
14
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996), hlm.
15
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, jilid 1 (Yogyakarta: Andi Offset, 2001), Cet. XXXII,
104. hlm. 42.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Pondok Pesantren Darul Amanah 1. Sejarah dan dan masa pendirian serta Perkembangan Pondok Pesantren Darul Amanah Pada mulanya ada seorang kyai, kemudian datang para santri yang ingin menuntut ilmu pada kyai tersebut. Hari demi hari bertambahlah yang datang, dan akhirnya tak tertampung lagi dirumah kyai. Maka dibuatlah pondok-pondok disekitar rumah kyai dan dibuatlah sebuah masjid atau mushola untuk berjama’ah atau kegiatan para santri. Pondok-pondok itu dibuat oleh para santri sendiri dengan dukungan orang banyak, terutama orang tuanya sendiri, dan akhirnya berdirilah sebuah Pondok Pesantren Darul Amanah.1 Pondok pesantren Darul Amanah pada mulanya memiliki tanah wakaf dari bapak H. Sulaiman seluas 6000 m2 yang di ikrarkan pada tanggal 22 Pebruari 1990 di rumah bapak H. Sulaiman, Kabunan, Ngadiwarno, Sukorejo, Kendal. Hingga saat ini tanah yang di miliki pesantren seluas -+45.000 m2 (4,5 hektar) hasil jerih payah dan perjuangan dari pimpinan pesantren, pengurus dan para guru yang ikut andil dalam perluasan ini. Juga tanah tambahan tersebut didapat dari wakaf H. Yasykur, Hj. Hasanah Jakarta, serta wakaf para wali murid yang di lelang permeter persegi, termasuk pula hasil pembelian pihak pesantren sendiri. Setelah pembentukan yayasan Darul Amanah pada tanggal 24 Pebruari 1990, maka berdirilah pesantren Darul Amanah yang di pelopori: a) KH. Jamhari Abdul Jalal, LC (Cipining, Bogor) b) KH. Mas’ud Abdul Qodir (Pes. Darul Amanah, Ngadiwarno, Sukorejo, Kendal) c) Bpk. Slamet Pawiro (Parakan, Sebaran, Pageruyung) d) Ust. Junaidi Abdul Jalal (Parakan, Sebaran, Pageruyung) 1
Dokumentasi, Khutbatul Arsy, Pondok Pesantren Darul Amanah, hlm. 3.
49
50
Adapun sebagai pimpinan pesantren Darul Amanah adalah KH. Mas’ud Abdul Qodir, alumni PM. Gontor tahun 1975. Pondok pesantren Darul Amanah Ngadiwarno Sukorejo Kendal Jawa Tengah adalah filial pesanten Darunnajah Jakarta, karena pesantren Darunnajah Jakarta membuka 28 filial, dan pesantren Darul Amanah yang berdiri pada tahun 1990 adalah filial pesantren Darunnajah Jakarta yang ke-10 dari 28 pondok pesantren filial. Di samping itu pondok pesantren Darul Amanah merupakan pesantren alumni Gontor dan merupakan sausatunya pesantren alumni Gontor di Kabupaten Kendal. Karena pondok pesantren Darul Amanah kurikulumnya, disiplinnya, tata tertib dan pengelolaannya mengacu pada PM. Gontor, termasuk pula pimpinannya adalah alumni PM. Gontor. Jumlah pesantren alumni Gontor di seluruh Indonesia adalah sebanyak 200 pesantren dan satu-satunya pesantren alumni Gontor di Kabupaten Kendal adalah pondok pesantren Darul Amanah Kabunan Sukorejo Kendal.2 2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Darul Amanah a. Visi Visi yang diemban pesantren adalah mencetak santri menjadi ulama’ yang intelek yang mampu memberikan fatwa tentang masalahmasalah yang dihadapi dalam mayarakat pada masanya. Oleh karena itu santri tidak cukup hanya belajar selama 6 tahun, tapi harus bertahuntahun. b. Misi Misi
pondok
pesantren
adalah
sebagai
tempat
untuk
menggembleng generasi muda agar menguasai ilmu agama sekaligus menguasai ilmu umum. Setiap santri yang dididik minimal mampu memahami dan mengamalkan ilmunya untuk dirinya dan keluarganya, serta berdakwah di masyarakat.3
2 3
Dokumentasi, Ibid., hlm. 9. Dokumentasi, Pondok Pesantren Darul Amanah.
51
B. Hasil Penelitian 1. Pola kepemimpinan pengasuh pondok pesantren dalam meningkatkan kualitas input pendidikan formal Dalam meningkatkan kualitas input pendidikan, pengasuh pondok pesantren Darul Amanah menggunakan dua pola kepemimpinan yaitu kepemimpinan demokratis dan kepemimpinan kharismatik. Namun untuk pola kepemimpinan demokratisnya lebih dominan dari pada pola kepemimpinan kharismatiknya.4 a. Dalam perekrutan santri baru yaitu dengan menyebarkan brosur-brosur penerimaan santri baru, memasang spanduk penerimaan santri baru di pinggir jalan di beberapa daerah dan kota, memasang iklan penerimaan santri baru lewat radio, internet dan surat kabar. Di samping itu juga melalui guru, yaitu setiap guru diwajibkan mencari santri minimal 2 dan juga melalui santri yang lulus, yaitu setiap santri yang lulus di wajibkan membawa minimal 1 santri pada pengambilan ijazah. Adapun untuk seleksinya adalah dengan memberikan dua ujian kemampuan, yaitu ujian kemampuan tertulis yang meliputi soal matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dan ujian kemampuan wawancara yang meliputi BTA (baca tulis Al-qur’an) dan Bahasa Arab. Adapun standar seleksinya adalah para santri harus lulus 2 ujian kemampuan tersebut dan unggul dalam penguasaan Bahasa Arab, Bahasa Inggris dan BTA (baca tulis Al-qur’an).5 Dalam hal ini, Pengasuh pondok pesantren Darul Amanah beserta jajarannya bermusyawarah bersama dalam perekrutan santri baru dan seleksinya. Dari musyawarah perekrutan santri baru dan seleksinya dibentuk sebuah tim, namanya tim 9 yang terdiri dari kepala sekolah MTs, kepala sekolah MA, kepala sekolah SMK, kepala TU, kepala sarpras sekretaris, bendahara, guru dan pimpinan pondok pesantren bermusyawarah dan memutuskan bersama
4
Wawancara dengan Pengasuh Pondok Pesantren Darul Amanah, Kamis 8 Maret 2012. Wawancara dengan Ust, Zaianl Abidin, S.Pd.I Bagian kesiswaan MA darul Amanah. Rabu, 7 Maret 20112. 5
52
untuk bagaimana perekrutan dan seleksi santri barunya dilaksanankan.6 Keadaan santri pondok pesantren Darul Amanah yang tercantum saat ini adalah sebagai berikut: Tabel II
:Data keadaan santri Pondok Pesantren Darul Amanah berdasarkan kelasnya.
No. 1.
Keadaan Santri Pondok Pesantren Darul Amanah
Putra
Keadaan Santri Pondok Pesantren Darul Amanah
Lajo
Mukim
Lajo
221
109
355
106
330
Keadaan Santri Pondok Pesantren Darul Amanah
Putra
Mukim
Lajo
141
65
221
68
206
289
Teknik Komputer Jaringan (TKJ) Putra
Putri
Lajo 23
Mukim
Lajo
86
32
198
118
316
Perguruan Tinggi Putra
Putri
Mukim
Lajo
Mukim
Lajo
31
27
28
19
58 JUMLAH TOTAL
6
495
SMK (Tata Busana)
Jumlah
Jumlah
Putri Lajo
175
Keadaan Santri Pondok Pesantren Darul Amanah
791
Mukim
Mukim
4.
461 MA
Jumlah 3.
Putri
Mukim
Jumlah 2.
Jumlah
MTs
47
105 1.707
Wawancara dengan pengasuh pondok pesantren darul amanah, hari sabtu 26 Mei 2012.
53
b. Dalam perekrutan tenaga pengajar (ustadz), di pondok pesantren Darul Amanah tidak diadakan perekrutan tenaga pengajar, yang ada hanya orang memasukan lamaran mengajar. Diterima atau tidaknya tergantung kebutuhan pesantren. Untuk tes dan seleksinya termasuk yang memutuskan lulus atau tidaknya hanya satu yaitu oleh pengasuh pondok pesantren Darul Amanah.7 Untuk kinerja dan profesionalisme para asatidz (gurunya), di pondok pesantren Darul Amanah belum semuanya sesuai dengan standarnya. Namun sebagian besar sudah memenuhi standar untuk mengajar sesuai bidangnya dan berstrata satu (S1), dan sebagian lainya sedang dalam tahap penyesuaian di bidangnya dengan mengikutkan mereka ke-seminar-seminar, diklat, sertifikasi guru, dan musyawarah guru mata pelajaran. Dalam hal ini pengasuh pondok pesantren sudah berusaha dalam memberdayakan para tenaga pengajar yang ada dengan memaksimalkan dan mengefisienkan tenaga kependidikan.8 Keadaan tenaga pengajar pondok pesantren Darul Amanah yang tercantum saat ini adalah: Tabel III :Data keadaan tenaga pengajar dan andministrarif Pondok Pesantren Darul Amanah.9 No. 1.
2.
Keadaan Tenaga Pengajar/Ustadz Pondok Pesantren Darul Amanah Jumlah Keadaan Tenaga Administratif/TU Pondok Pesantren Darul Amanah Jumlah
Ustadz
Ustadzah
Mukim
Lajo
Mukim
Lajo
39
38
28
11
77
39
Ustadz
Ustadzah
Lajo
Mukim
Lajo
4
2
3
1
JUMLAH TOTAL 7
116
Mukim
6
4
Jumlah
10 126
Wawancara Dengan Drs. Istanto Selaku Kepala Sekolah SMK Darul Amanah. Sabtu, 26 Mei 2012. 8 Wawancara Dengan Drs. Istanto Selaku Kepala Sekolah SMK Darul Amanah. Selasa, 6 Maret 2012. 9 Dokumentasi, Laporan Tahunan Pondok Pesantren Darul Amanah, hlm 6-7.
54
c. Sarana dan prasarana serta perlengkapan pembelajaran di pondok pesantren Darul Amanah sangat lengkap dan sudah memenuhi kebutuhan pembelajaran.10 Namun dalam sistem kelas belum memenuhi standar
pembelajaran,
hal
ini
dikarenakan
berkaitan
dengan
tempat/kelas-kelas tersebut digunakan untuk mengaji para santri tiap sore dan malam harinya, namun untuk instrumennya sudah lengkap, bahkan ada satu kelas yang di dalamnya dilengkapi dengan LCD, Proyektor, dan Salon/speaker. Bahkan untuk penggemblengan bahasa sudah menggunakan Lab Bahasa, Lab Multimedia, Lab Komputer, bahkan pelatihan ekstrakurikuler santri sudah dilengkapi sarana dan fasilitas yang cukup memadai.11 Dalam urusan sarana dan prasarana (sarpras), di pondok pesantren Darul Amanah biasanya bagian sarana dan prasarana berkeliling melihat dan mengontrol kondisi sarana yang ada, bila ada yang rusak atau hilang maka bagian sarpras hanya melaporkan kepada pengasuh pondok pesantren. Dan yang memutuskan untuk di ganti atau di perbaiki adalah keputusan dari pimpinan pesantren. Dalam hal ini, pengasuh pondok pesantren tidak mengadakan musyawarah dengan jajaran dan bawahannya, dalam hal ini merupakan keputusan mutlak dari pimpinan karena bersangkutan dengan keuangan pesantren.12 d. Berkaitan dengan lingkungkuan sekitar, pondok pesantren mempunyai hubungan yang relatif baik dengan lingkungan sekitar.13 Namun tidak menutup kemungkinan ada hubungan yang kurang baik atau pro dan kontra antara pihak pesantren dengan lingkungan sekitar. Dengan kharismanya pengasuh pondok pesantren dalam hal ini sudah mengantisipasi akan adanya hal buruk yang tidak diinginkan tersebut, 10
Wawancara dengan Ust. Mahfud Shodiq Selaku Bagian Sarpraas dan Pembangunan, Hari Kamis, 22 Maret 2012. 11 Wawancara dengan Drs. Istanto Selaku Kepala Sekolah SMK Darul Amanah. Selasa, 6 Maret 2012. 12 Wawancara dengan Ust. Mahfud Shodiq Selaku Bagian Sarpras Pondok Pesantren Darul Amanah, Hari Rabu, 7 Maret 2012. 13 Observasi Lingkungan Sekitar Pondok Pesantren Darul Amanah, Hari Rabu, 7 Maret 2012.
55
yaitu dengan menjalin kerjasama dengan lingkungan sekitar. Hubungan kerjasama antara pesantren dengan lingkungan sekitar antara lain, pengasuh pondok pesantren Darul Amanah mengadakan kegiatankegiatan yang melibatkan santri dengan lingkungan sekitar, yaitu setiap malam jum’at ada 40 santri yang dikirim ke desa setempat yang sedang mengadakan acara tahlilan rutin setiap malam jum’at, setiap 40 hari sekali pesantren mengundang warga setempat untuk mengikuti pengajian di pesantren, warga sekitar bekerjasama dalam jual beli jajanan dan makanan ringan yang dijual dikantin pesantren, dan lain sebagainya yang pada intinya ada hubungan timbal balik antara pesantren dengan masyarakat dengan menjalin kerja sama dalam bidang koperasi, penyuluhan, ketrampilan, seminar dan pendidikan. Dengan demikian
hubungan
antara
pesantren
dengan
lingkungan
dan
masyarakat sekitar yang kurang baik dapat diminimalisasikan. Dalam hal ini pengasuh pondok pesantren Darul Amanah beserta jajarannya dan para petinggi desa atau tokoh masyarakat bermusyawarah bersama dalam segala pengambilan keputusan dalam pelaksaan kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan dan masyarakat sekitar.14 e. Sedangkan kurikulum pondok pesantren
Darul Amanah
yaitu
perpaduan antara kurikulum PM. Gontor, kurikulum kementerian agama, kurikulum kementerian pendidikan ditambah pelajaran kitab kuning. Sedangkan bahasa pengantar didalam kelas adalah bahasa arab untuk pelajaran-pelajaran agama dan bahasa inggris untuk pelajaran umum selainnya memakai bahasa Indonesia. Perpaduan kurikulum tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) MTs
= SMP + Kurikulum KEMENAG, Terakreditasi A
2) MA
= SMA + Kurikulum KEMENAG (Prog. IPA & IPS),
Terakreditasi A 3) SMK 14
= SMK + Kurikulum KEMENAG, Prog. Keahlian; Busana
Wawancara dengan Ust. Junaidi Abdul Jalal Selaku Bagian Pusat Informasi Sekaligus Sebagai Kepala Sekolah MTs Darul Amanah, Rabu 7 Maret 2012.
56
4) Butik (BB), Teknik komputer jaringan (TKJ), dan Pertanian (Agriculture) 5) TMI
= MTs/MA/SMK+ Gontor+ Kemenag+ Dinas+ Dikpora+
Pesantren salafiyah (Ijazah setara MA/ SMK).15 Dalam hal perumusan kurikulum, pengasuh pondok pesantren Darul Amanah dan jajarannya bermusyawarah bersama di setiap akhir tahun untuk merumuskan kurikulum.16 Baik itu yang berkaitan dengan kurikulum kepesantrenan maupun yang berkaitan dengan pendidikan formalnya. Entah itu pengurangan atau penambahan kurikulum lama dengan kurikulum yang baru. 2. Pola kepemimpinan pengasuh pondok pesantren dalam meningkatkan kualitas proses pendidikan formal Dari hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, peneliti melihat suasana yang nyaman dan tenang serta menyenagkan dalam setiap pembelajaran, baik itu pembelajaran di dalam kelas maupun pembelajaran di luar kelas.17 Kemudian peneliti bertanya pada salah satu ustadz/guru, pembelajaran yang seperti apa yang diterapkan disini? Jawabnya adalah pembelajaran yang lebih mementingkan keaktifan dan kreatifitas santri. Para guru hanya memandu, mengawasi jalannya proses pendidikan serta mengevaluasinya.18 Kemudian menggunakan pola kepemimpinan apa pengasuh pondok pesantren ini? Kemudian peneliti dipertemukan dengan ustadz Junaidi Abdul Jalal selaku kepala sekolah MTs Darul Amanah. Jawabnya, pola yang dikembangkan dan diterapkan oleh pengasuh pondok pesantren Darul Amanah adalah dua pola kepemimpinan yaitu pola
15
Dokumentasi, Pondok Pesantren Darul Amanah Wawancara dengan Drs. Istanto selaku Kepala Sekolah SMK Darul Amanah, Hari Sabtu 26 Mei 2012. 17 Observasi Peneliti Pada Proses Pembelajaran, Hari Senin, 5 Maret 2012 18 Wawancara dengan Salah Satu Ustadz yang Sedang Mengajar di dalam Kelas, Hari Senin, 5 Maret 2012 16
57
kepemimpinan
demokratis
dan
pola
kepemimpinan
kharismatik.
Kepemimpinannya fleksibel disesuaikan dengan situasi dan kondisi.19 a. Pola dasar pendidikan dan program kerja yang ditawarkan di pondok pesantren darul amanah antara lain: 1) Panca jiwa a) Berjiwa ikhlas b) Berdikari c) Sederhana d) Ukhuwah islamiyah e) Bebas merdeka 2) Panca bina a) Pembinaan taqwa kepada Allah SWT b) Pembinaan akhlaq mulia c) Pembinaan kesehatan fisik d) Pembinaan wawasan ilmu yang luas e) Pembinaan kreatifitas dan ketrampilan 3) Panca darma a) Ibadah b) Kemasyarakatan c) Kader umat d) Dakwah islamiyah e) Cinta tanah air 4) Panca jangka a) Peningkatan mutu pendidikan 1. Memantapkan dan menyempurnakan kurikulum 2. Memasukan pelajaran kitab-kitab kuning pada jam formal (resmi). b) Pembangunan fisik Memperbaiki dan merawat gedung-gedung yang ada 19
Wawancara Dengan Ust Junaidi Abdul Jalal Selaku Bagian Pusat Informasi Sekaligus Kepala MTs Darul Amanah. Hari Selasa 6 Maret 2012.
58
c) Penggalian dana dan pengembangannya Pemasukan dana dari unit-unit usaha, koperasi, biaya pendidikan, kiostel, dapur umum, USP dan usaha lainnya. d) Pengkaderan Diperlukan kader-kader untuk mengelola pesantren dimasa mendatang, baik dari guru-guru atau tenaga ahli. e) Pengabdian masyarakat Diharapkan dari santri kelas enam pada tahun-tahun yang akan datang ada kegiatan pengabdian masyarakat.20 b. Program pendidikan yang ditawarkan di pondok pesantren Darul Amanah adalah: (TMI, MTs, MA dan SMK). Program TMI lama belajar 6 tahun, tahun ke-3 mengikuti ujian MTs dan mereka tidak keluar dan selesai di darul amanah, tetapi masih melanjutkan naik ke kelas IV (1 MA) atau kelas (1 SMK Program tata busana, teknik komputer jaringan, dan pertanian/ agree culture) tanpa dikenakan biaya sebagaimana santri baru, seperti uang pangkal, uang pendaftaran, serta tidak ada perpisahan kelas 3 TMI (3 MTs). Dengan demikian program TMI ini menonjolkan pesantrennya bukan MTs, MA atau SMK-nya sehingga istilah yang dipakai kelas 1– 6 TMI. Raport dan STTB santrinya ada 2 macam yaitu Negeri dan TMI. Dalam hal merumuskan program pendidikan, pengasuh pondok pesantren Darul Amanah beserta jajarannya dan para tokoh masyarakat bermusyawarah bersama dalam merencanakan program pendidikan baik itu MTs, MA dan SMK, namun yang mempunyai gagasan awal adalah pengasuh pondok pesantren itu sendiri dan dalam merumuskan dan merencanakan tetap bermusyawarah dengan jajaran pengusrus dan tokoh masyarakat.21 Untuk sistem pembelajaran di pondok pesantren Darul Amanah lebih mengacu pada model pembelajaran yang digunakan oleh para 20
Dokumentasi, Pondok Pesantren Darul Amanah. Wawancara dengan Drs. Istanto Selaku Kepala SMK Pondok Pesantren Darul Amanah, Sabtu 26 Mei 2012. 21
59
guru masing-masing karena sarana dan fasilitasnya sudah mendukung pembelajarannya, misalnya seperti penggunaan lab bahasa digunakan untuk penggenblengan pelajaran bahasa arab dan inggris, lab IPA digunakan untuk mata pelajaran IPA, dan begitu pula dengan lab IPS dan perpustakaan. Dengan sarana dan fasilitas yang memadai, guru hanya perlu memandu dan mengarahkan siswa agar siswa lebih pro aktif seperti yang dianjurkan oleh KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan), pertimbangannya adalah 60% untuk siswa dan 40% untuk guru. Guru juga dianjurkan untuk memberikan umpan balik terhadap siswa berkaitan dengan debat bahasa inggris dan bahasa arab.22 Berhubungan dengan hal ini pengasuh pondok pesantren Darul Amanah telah memberikan briefing kepada setiap guru mata pelajaran dan mengontrol
jalannya
pelaksanaan
pembelajarannya.
Mulai
dari
pengawasan kelas ke kelas, lab ke lab dan sebagainya. Dalam hal ini pengasuh pondok pesantren terjun sendiri dan dibantu oleh sebagian guru dalam pengawasan dan pengontrolan pembelajaran. c. Program pendidikan dan pengelolaan para santri dilakukan selama 24 jam, dilakukan oleh para assatidz dan assatidzah yang berasal dari tamatan
PM.
Gontor,
beserta pesantren
alumninya, pesantren
Darunnajah Jakarta dan perguruan tinggi seperti: UNNES, UNDIP, UNY, UNTAG, UIN dan perguruan tinggi lainnya. Dalam hal ini, pengasuh pondok pesantren Darul Amanah bermusyawarah bersama dengan segenap jajaran guru dan asatidz untuk saling bahu membahu dan kerja sama serta bergiliran dan rolling dalam pengelolaan dan pengawasan
santrinya.
Dengan
demikian
diharapkan
dengan
pengelolaan dan penggemblengan selama 24 jam ini mampu menghasilkan santri-santri yang berkualitas, santri yang intelektual, santri yang mampu menguasai ilmu agama dan ilmu sosial serta santri
22
2012.
Wawancara Dengan Drs. Istanto Selaku Kepala SMK Darul Amanah, Senin 12 Maret
60
yang berwawasan luas. Berikut ini adalah jadwal kegiatan harian santri pondok pesantren Darul Amanah: Tabel IV: Jadwal kegiatan harian santri pondok pesantren Darul Amanah. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
JAM 04.00 – 04.30 04.30 – 05.00 05.00 – 05.45 05.45 – 07.00 07.00 – 07.15 07.15 – 13.15 13.15 – 13.30 13.30 – 14.00 14.00 – 14.30 14.30 – 14.45 14.45 – 15.30 15.30 – 15.40 15.40 – 16.15 16.15 – 16.45 16.45 – 17.15 17.15 – 17.30 17.30 – 18.00 18.00 – 19.30 19.30 – 20.00 20.00 – 20.10 20.10 – 20.45 20.45 – 22.00 22.00 – 22.10 22.10 – 04.00
KEGIATAN Bangun pagi dan persiapan sholat Shubuh Sholat Shubuh berjama’ah Pelajaran bahasa Arab dan bahasa Inggris Mandi, makan padi dan sarapan Persiapan masuk kelas (MTs, MA, SMK) Kegiatan belajar mengajar di kelas Persiapan jama’ah sholat Dhuhur Jama’ah sholat Dhuhur Makan siang Persiapan kegiatan ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler Persiapan jama’ah sholat Ashar Jama’ah sholat Ashar Olah raga Mandi sore dan persiapan sholat Maghrib Membaca Al- Qur’an bersama di Masjid Jama’ah sholat Maghrib Kajian Qiroati, Al- Qur’an, Kitab Kuning dan Amsilati Makan malam Persiapan jama’ah sholat Isya’ Jama’ah sholat Isya’ Belajar malam wajib Absen malam Tidur malam
Sedangkan untuk jadwal kegiatan mingguan santri pondok pesantren Darul Amanah adalah: Tabel V: Jadwal kegiatan mingguan santri pondok pesantren Darul Amanah. NO
HARI
KEGIATAN
1
Sabtu
Persida, Upacara bendera 3 bahasa
2
Ahad
Kursus bahasa Arab dan bahasa Inggris
3
Senin
Seni baca Al- Qur’an dan Marching band
4
Selasa
Kursus bahasa Arab dan bahasa Inggris
5
Rabu
Pramuka dan Marching band
61
6
Kamis
Olah raga, latihan pidato bahasa Indonesia, Arab dan Inggris
7
Jum’at
Pembersihan umum, cuci – mandi, olah raga dan istirahat
d. Dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di semua tingkatan pendidikan (MTs, MA, SMK), baik itu pembelajaran di dalam atau di luar kelas, termasuk untuk pendidikan ekstrakurikuler, pengasuh pondok pesantren Darul Amanah mengadakan supervisi pendidikan di setiap harinya, menjalankan rutinitas harian bagi para guru dan bawahannya, yaitu setiap 15 menit sebelum masuk kelas semua asatidz/guru sudah hadir dikantor untuk di briefing dan di evaluasi oleh pengasuh pondok pesantren, di dalamnya membahas kejadian-kejadian hari sebelumnya dan persiapan hari yang akan datang dalam mengajar, seperti jam pelajaran yang kosong, suasanan pembelajaran yang tidak kondusif dan metode pembelajarannya sudah benar atau belum, dan hal ini sudah berjalan selama 5 tahun, dan Alhamdulillah hasilnya positif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Kemudian disetiap pagi hari di adakan amaliyah tadris untuk para guru untuk bagaimana dia mengajar pada santri dengan menggunakan dua bahasa (arab dan inggris), dan itu dilaksanakan dihadapan pengasuh pondok pesantren langsung. Di pondok pesantren Darul Amanah tidak dikenal pengambilan bizaroh/honor asatidz perorangan, melainkan diambilan pada saat kumpulan bulanan. Dikumpul bulanan tersebut diadakan juga rapat mengenai metode yang digunakan oleh semua guru sudah benar atau belum, kemudian dalam mengajar absensi berapa kali dalam sebulan dan ada penggantinya atau tidak, serta diadakan juga musyawarah guru. Dengan adanya rutinitas harian dan bulanan bagi para guru serta musyawarah guru yang mana di dalamnya membahas berbagai macam soal pembelajaran dan peningkatannya, hal ini dirasa sudah cukup utuk meningkatkan proses pendidikan di pondok pesantren Darul Amanah.
62
Untuk hubungan antara santri dengan para guru dari dulu hingga sekarang pesantren mempunyai tradisi yang baik, yaitu sopan santun dan ramah tamah terhadap semua orang termasuk kepada para guru dan masyarakat setempat. Sedangkan hubungan santri dengan pengasuh adalah hubungan yang sentralistik, yaitu terpusat pada pengasuh pondok pesantren itu sendiri. Untuk sarana pendukung dikelas atau diluar kelas sudah memenuhi kebutuhan pembelajaran. Di pondok pesantren Darul Amanah setiap kegiatan santri dilengkapi dengan sarana dan fasilitas. Seperti olah raga, seni (seni musik dan seni kaligrafi), seni bela diri (taekwondo), dan lain-lain. Dalam hal ini, pengasuh pondok pesntren Darul Amanah telah memberi kepercayaan penuh terhadap bagian sarpras (sarana dan prasarana) untuk melengkapi segala fasilitas dan apa-apa yang dibutuhkan dalam setiap kegiatan pembelajaran termasuk kegiatan ekstrakurikuler, namun yang memutuskan segala macam pembelian atau perbaikan sarana dan fasilitas yang ada adalah pimpinan pesantren sendiri.23 e. Dalam memberikan pelajaran ekstrakurikuler, pengasuh pondok pesantren tidak mau ketinggalan zaman dalam hal ekstrakurikuler, dalam artian selalu mengikuti perkembangan zaman. Bakat dan minat santri dalam hal ekstrakurikuler sudah tertampung dan tersalurkan. Dalam hal ini pengasuh pondok pesantren Darul Amanah beserta jajarannya dan guru yang bersangkutan bermusyawarah bersama dalam menentukan dan memutuskan pelajaran ekstra yang seperti apa dan bagaimana pelaksanaanya. Adapun untuk kegiatan ekstrakurikulernya antara lain: 1. Wajib mengikuti: a) Qiro’ati (metode: cara cepat membaca Al-qur’an) b) Amstilati (metode: cara cepat membaca kitab kuning) 23
Wawancara dengan Ust. Mahfud Shodiq Selaku Bagian Sarpras dan Pembangunan Pondok Pesantren Darul Amanah, Sabtu 26 Mei 2012.
63
c) Belajar Al-qur’an dan kajian kitab kuning d) Mufrodat (kosa kata bahasa arab dan bahasa inggris) e) Komputer dan internet f) Muhadloroh (pidato) tiga bahasa g) Upacara tiga bahasa h) Pramuka i) Seni bela diri (tae kwon do) j) Mujahadah k) PHBI dan PHBN l) Keputrian/ nisaiyah 2. Tidak wajib mengikuti: a) Pelatihan bengkel sepeda motor b) Menjahit c) Tahfidhul Qur’an d) Club bahasa e) Rebana modern f) Marching band g) Seni baca Al-qur’an h) Olah raga 3. Pola kepemimpinan pengasuh pondok pesantren dalam meningkatkan kualitas output pendidikan formal a. Berdasarkan dari hasil wawancara, pengasuh pondok pesantren Darul Amanah menggunakan pola kepemimpinan yang fleksibel yaitu pola kepemimpinan demokratis yang berakar pada pola kepemimpinan kharismatik.24 Untuk pola kepemimpinan demokratisnya dituangkan dalam momen sebelum kelulusan yaitu dengan bermusyawarah dengan segenap jajaran asatidz/guru, yaitu dengan menyuruh para guru untuk memberikan pelajaran tambahan atau yang sering disebut dengan pemadatan materi, mengadakan try out mata pelajaran dari depag, try 24
2012.
Wawancara dengan Pengasuh Pondok Pesantren Darul Amanah, Hari Selasa 13 Maret
64
out mandiri atau mata pelajaran dari pesantren dan bedah soal. Kemudian pengasuh pondok pesantren juga memanggil para wali studi untuk memberikan dorongan dan motivasi terhadap siswa-siswanya agar mereka memiliki sikap mental yang kuat dalam menghadapi ujian Nasional.25 Di samping itu, pengasuh pondok pesantren juga mengadakan rapat wali santri yang isinya agar setiap wali santri memberikan perhatian yang lebih pada anak-anaknya dan tetap memberi motivasi untuk giat belajar dan berdo’a kepada anak-anaknya. Dalam
hal
ini,
pengasuh
pondok
pesantren
Darul
Amanah
bermusyawarah dan bekerja sama dengan segenap jajarannya termasuk dengan guru mata pelajaran, wali kelas, wali santri dan orang tua serta juga melibatkan masyarakat setempat. b. Mengenai
standar
kelulusannya,
pengasuh
pondok
pesantren
menerapkan 2 standar, yaitu standar kelulusan dari depag yang mencakup ujian Nasional dan standar dari pondok pesantren yang mencakup ujian mata pelajaran pondok pesantren. Ijazah dari pondok pesantren itu sendiri dapat digunakan untuk tes masuk perguruan tinggi. Untuk prosentase kelulusan tiap tahunnya, Alhamdulillah dalam kurun waktu 2 tahun terakhir pondok pesantren Darul Amanah siswa-siswinya lulus 100%, yaitu pada tahun ajaran 2009/2010 dan tahun ajaran 2010/2011. Dalam hal ini pengasuh pondok pesantren beserta jajarannya (guru, komite sekolah, kepala sekolah dan bagian kurikulum) bermusyawarah bersama dalam menentukan standar kelulusan dan pengambilan tersebut.
26
keputusannyapun
diambil
dari
hasil
musyawarah
Untuk output pendidikannya adalah 30% melanjutkan ke
perguruan tinggi, 15% melanjutkan ke pondok pesantren lagi dan
25
Wawancara Dengan Ust, Zainal Abidin Selaku Bagian Pengajaran MTs Darul Amanah Pada Hari Senin 12 Maret 2012. 26 Wawancara dengan Ust. Junaidi Abdul Jalal Selaku Bagian Pusat Informasi Sekaligus Kepala Sekolah MTs Pondok Pesantren Darul Amanah, Selasa 13 Maret 2012.
65
sisanya belum terdeteksi oleh pesantren, entah ada yang kerja atau mengabdi di masyarakat.27 c. Sedangkan untuk persaingan kelulusan dengan sekolah lain sedang di usahakan oleh pihak pesantren dalam hal untuk masuk ke perguruan tinggi Negeri. Namun dalam hal agama dan kemasyarakatan jelas lebih diunggulkan dari pada sekolah lain, karena santri-santri pondok pesantren Darul Amanah sebelum lulus dan keluar dari pesantren sudah dibekali hal itu, seperti keahlian berorganisasi, keahlian imam dan tahlil, keahlian mengajar (Amaliyah Tadris), keahlian berwirausaha, life skill dan lain-lain sebagai bekal kelak dimasyarakat. Hal ini dilakukan oleh pengasuh pondok pesantren Darul Amanah dan jajarannya agar kelak santri-santri yang telah lulus dari pesantren tidak menjadi sampah masyarakat atau pengangguran. Melainkan
mampu dan dapat
mengamalkan apa-apa yang telah diperolehnya semasa belajar di pondok pesantren Darul Amanah. Tabel VI: Grafik kelulusan santri pondok pesantren Darul Amanah dalam persen (%).28 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Th
01 02 03 04 05 06
07 08 09 10
Keterangan: Tahun Ajaran Jumlah Lulusan 27
99/ 00
00/ 01
01/ 02
02/ 03
03/ 04
04/ 05
05/ 06
06/ 07
07/ 08
08/ 09
09/ 10
10/ 11
127
127
143
149
152
112
120
148
136
124
188
150
Wawancara Dengan Drs. Istanto Selaku Bagian Pendidikan dan Kepala Sekolah Pondok Pesantren Darul Amanah, Senin, 12 Maret 2012. 28 Dokumentasi, laporan tahunan pondok pesantren Darul Amanah
66
d. Sedangkan berkaitan dengan prestasi yang telah dicapai oleh santrisantri pondok pesantren Darul Amanah cukup membanggakan di berbagai bidang kejuaraan. Santri-santri pondok pesantren Darul Amanah mulai dari kelas 1 (satu) MTs hingga kelas 6 (enam) Aliyah telah memperoleh dan mengoleksi tropi dari berbagai macam kejuaraan, mulai dari kejuaraan tingkat Kecamatan, tingkat Kabupaten, tingkat Propinsi dan tingkat Nasional.29 Tabel VII: Sebagian dari prestasi yang telah di raih dan dicapai oleh santri-santri pondok pesantren Darul Amanah dalam berbagai kejuaraan dan perlombaan. No. Jenis Kegiatan 1. A. Bidang Keagamaan MTs
2.
3.
4. 5. 29
1) MTQ Putra dan Putri 2) MTQ POSPEDA Pa & Pi 3) MTQ B. Bidang Keagamaan MA 1) MTQ Putra & Putri 2) MTQ POSPEDA Pa & Pi 3) MTQ 4) MTQ Putra & Putri A. Bidang Kesenian MTs 1) Kaligrafi Putra & Putri 2) Kaligrafi Putra & Putri 3) Kaligrafi 4) Pidato Bahasa Arab 5) Pidato Bahasa Inggris B. Bidang Kesenian MA 1) Kaligrafi Putra & Putri 2) Pidato 3) Pidato Bahasa Arab 4) Kaligrafi Putra & Putri 5) Drumband (HUT RI Ke- 62) A. Bidang Pramuka MTs 1) Jambore Ranting Sukorejo 2) Pramuka Tergiat B. Bidang Pramuka MA 1) Jamboree Ranting Sukorejo 2) Perkemahan Santri Nusantara Cibubur Jakarta 3) Perkemahan se Jawa Madura di Darunnajah Bogor Bidang Studi English Contest A. Bidang Olahraga MTs
Tingkat
Tahun
Prestasi
Kabupaten Kabupaten Kabupaten
2001 & 2004 2010 2002 & 2009
Juara I Juara II Juara III
Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kawedanan
2009 2010 2008 2005
Juara I Juara I
Kabupaten Propinsi Kabupaten Kabupaten Kabupaten
1996 1996 1999 2008 2008
Juara I Juara I & II Juara III Juara I Juara I
Kabupaten Kecamatan Propinsi Propinsi Kawedanan
1996 1996 1999 1996 2007
Juara III Juara II Juara II Juara I & II Juara III
Kecamatan Kecamatan
2008 1997
Juara I Juara II
Kecamatan Nasional
2005 2006
Nasional
2006
Juara I Juara I Bid. Kekompakan Juara Favorit
Kabupaten
2002
Juara II
Juara I & III Juara III & II
Wawancara dengan Ust, Zainal Abiding Selaku Bagian Kesiswaan MTs Darul Amanah pada Hari selasa, 27 Maret 2012.
67
1) Taekwondo Popda Pa & Pi 2) Taekwondo Kelas Fine Putra 3) Taekwondo Kelas Fine Putra B. Bidang Olahraga MA 1) Sepak Bola 2) Taekwondo Piala Wali Kota 3) Taekwondo Open Cup Gubernur Jateng 4) Taekwon Kelas Heavy 5) Lompaat Jauh Pa & Pi 6) Lari 800 m (POSPEDA) 7) Tenis Meja (POPDA)
Kabupaten Kateng- DIY Kabupaten
2009 2009 2010
Juara II & III Juara II Juara I
Kawedanan Propinsi Propinsi
2000 2008 2008
Juara I
Jateng- DIY Kabupaten Kabupaten Kabupaten
2009 2009 2009 2009
Juara III Juara I Juara I Juara III
3 Prak,4 Pruggu
Peserta
C. Pembahasan 1. Pola kepemimpinan pengasuh pondok pesantren dalam meningkatkan kualitas input pendidikan formal Dari hasil pengolahan data diatas, dapat di analisa oleh penulis bahwa: Pengasuh pondok pesantren Darul Amanah menggunakan dua pola kepemimpinan
yaitu
pola
kepemimpinan
kharismatik.
kepemimpinan Seorang
demokratis
dan
pengasuh/pemimpin
pola harus
melibatkan para bawahannya untuk turut serta dalam pengembangan dan peningkatan lembaga pendidkan. Partisipasi dan kerjasama para bawahan sangat menentukan kualitas input pendidikan yang di dalamnya mencakup: santri/siswa, tenaga pengajar/guru, lingkungan sekitar, sarana dan prasarana termasuk kurikulum dan program pendidikannya. Dalam meningkatkan kualitas input pendidikan, upaya yang telah dilakukan oleh pengasuh pondok pesantren antara lain dengan melakukan seleksi terhadap santri-santri yang akan masuk ke pesantren, menyediakan program pendidikan yang bermacam-macam mulai dari TMI, MTs, MA, dan SMK, melengkapi sarana dan prasaran serta perlengkapan pembelajaran. Disamping itu, pengasuh pondok pesantren juga telah menyelenggarakan pemberdayaan terhadap masyarakat sekitar dengan berbagai macam kegiatan di pesantren. Kepemimpinan demokratis KH. Mas’ud Abdul Qodir terlihat dalam memutuskan
segala
sesuatu
yang
berkaitan
dengan
pengelolaan
pendidikan pondok pesantren Darul Amanah diputuskan dengan
68
musyawarah bersama yang melibatkan segenap jajarannya dan tokoh masyarakat, hal ini terwujud dengan adanya musyawarah sebagai bentuk kepemimpinan beliau yang demokratis. Hal ini sesuai dengan teori yang penulis sajikan di bab II, menurut Ngalim Purwanto, bahwa gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah sebagai seorang pemimpin lebih mementingkan kepentingan bersama dari pada kepentingan sendiri sehingga terciptalah hubungan dan kerja sama yang baik dan harmonis, saling membantu di dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan akan tercipta suasana kerja yang sehat.30 Kemudian untuk hubungan pesantren dengan lingkungan dan masyarakat sekitar cukup baik. Seperti yang telah penulis paparkan diatas bahwa pesantren menjalin hubungan yang timbal balik dengan lingkungan dan masyarakat sekitar dengan kerja sama dibidang pendidikan, penyuluhan, ketrampilan, koperasi dan kantin. Hal ini sesuai dengan teori yaitu: “sekolah dan masyarakat memiliki hubungan timbal balik untuk menjaga kelestarian dan kemajuan masyarakat itu sendiri. Sekolah diselenggarakan untuk dapat menjaga kelestarian nilai-nilai positif masyarakat, dengan harapan sekolah dapat mewariskan nilai-nilai yang dimiliki masyarakat dengan baik dan benar. Sekolah juga berperan sebagai agen perubahan (agent of change) dimana sekolah dapat mengadakan perubahan nilai-nilai dan tradisi sesuai dengan kemajuan dan tuntutan masyarakat dalam kemajuan dan pembangaunan”.31 Pola
kepemimpinan
demokratis
dengan
efektivitas
dalam
menjalankan tugas kepala sekolah tidak terlepas dari rasa seorang pemimpin yang lebih mementingkan kepentingan bersama dari pada kepentingan sendiri. Akan tetapi kepala sekolah/pemimpin juga harus menciptakan hubungan dan kerjasama yang baik dan harmonis, serta saling membantu di dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Kyai sebagai pemimpin sekaligus pengasuh, dalam mengelola pondok pesantren 30
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 52. 31 Rohiat, Managemen Sekolah, (Bandung: PT Refika Aditama 2009), hlm. 28.
69
berdasarkan atas kesepakatan bersama anggota lain dalam struktur kepemimpinan. Hal ini dapat dilihat pada berbagai program yang telah diselenggarakan, seperti halnya peningkatan kualitas sumber daya yang dimiliki, pengembangan gedung-gedung dan fasilitas pondok pesantren yang lain, pengembangan pemantapan kurikulum, program studi yang bermacam-macam dan sebagainya. Dan ternyata di pondok pesantren Darul Amanah, pengasuhnya sudah melakukan usaha pemberdayaan terhadap guru-guru (ustadzn) dengan seminar-seminar, studi banding, workshop, musyawarah guru mata pelajaran dan sertifikasi guru. Kemudian untuk gedung dan sarana serta fasilitasnya sudah cukup memadai untuk setiap pelaksaan kegiatan santri-santrinya. Terlepas dari itu, kurikulum yang diterapkan di pondok pesantren Darul Amanah adalah perpaduan antara kurikulum PM. Gontor, kurikulum Kemenag dan kurikulum kemendiknas serta ditambah dengan pelajaran-pelajaran kitab kuning. Dengan pemantapan kurikulum sedemikian rupa yang lebih mengacu pada PM. Gontor diharapkan santri-santri dapat terbina dan terdidik dengan baik sehingga kelak menjadi santri yang intelektual yaitu santri yang menguasai ilmu agama dan ilmu sosial serta berwawasan luas. Hal ini sesuai dengan teori yaitu: Sebenarnya sampai saat ini belum ada rumusan kurikulum yang baku yang dipakai di semua pesantren (seperti kurikulum baku yang ada di pendidikan formal). Bila bicara kurikulum pesantren maka yang terjadi dan dilaksanakan di pesantren mulai dari pagi hingga malam ituulah kurikulum pesantren. Hal ini sesuai dengan pengertian kurikulum bahwa: kurikulum adalah sejumlah pengalaman bagi peserta didik. M. Habib Chirzin mengatakan: “Istilah kurikulum tidak ditemukan dalam kamus sebagian pesantren terutama pada masa sebelum perang walaupun materinya ada di dalam praktek pengajaran, bimbingan rohani dan latihan kecakapan dalam kehidupan sehari-hari di pesantren, yang merupakan kesatuan dalam proses pendidikan di pesantren. Ini di sebabkan memang pondok pesantren lama mempunyai kebiasaan untuk tidak merumuskan dasar dan tujuannya secara eksplisit, ataupun
70
meruncingkan secara tajam dalam bentuk kurikulum dengan rencana pelajarannya dan masa belajarnya”.32 Dengan demikian, pola kepemimpinan demokratis yang berakar pada kharismatik seorang pemimpin mampu meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan pola kepemimpinan demokratis, para bawahan akan leluasa mengembangkan kreativitas dan potensi yang dimiliki serta kerja sama para bawahan yang menjadi acuan dalam setiap kegiatan guna mencapai tujuan bersama tanpa mementingkan kepentingan individu pribadi. Dengan pola kepemimpinan kharismatik, para bawahan akan selalu siap sedia dalam mengerjakan segala sesuatunya tanpa merasa keberatan karena semua bawahan akan mempunyai rasa patuh dan taat pada pengasuh yang mempunyai kharisma dan wibawa. Manajemen atau pengelolaan terhadap sumber daya yang ada, dapat dipahami dan dirumuskan sebagai proses pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya, terutama yang terfokus bagaimana pola kepemimpinan kyai secara efektif dan efisien. Efektif dalam arti mampu memilih tujuan yang hendak dicapai dengan menggunakan kemampuan yang dimiliki, untuk memperoleh
hasil
yang
memuaskan.
Sedangkan
efisien
berarti
menggunakan segenap kemampuan yang ada dengan cara yang baik dan benar. 2. Pola kepemimpinan pengasuh pondok pesantren dalam meningkatkan kualitas proses pendidikan formal Telah diketahui bahwa pengasuh pondok pesantren Darul Amanah menggunakan dua pola kepemimpinan yaitu pola kepemimpinan demokratis yang berakar pada pola kepemimpinan kharismatik. Pola demokratisnya
lebih
dominan
dan
fleksibel
dalam
menghadapi
permasalahan para asatidznya, dengan pola kepemimpinan demokratis, para bawahan dapat bekerja sama dan saling membantu dalam setiap penyelesaian tugas sehari-hari tanpa mementingkan kepentingan individu 32
M. Habib Chirzin, Agama dan Ilmu dalam Pesantren, dalam M. Dawam Rahardjo (ed), Pesantren dan Pembaharuan, (Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia, 1995), Cet. V, hlm. 86.
71
pribadi guru. Dengan pola kepemimpinan kharismatiknya, para bawahan dapat melaksanakan dan mengerjakan tugas-tugasnya dengan lancar dan taat pada pengasuh tanpa adanya sikap indisipliner dari para bawahan, karena dengan kharismanya seorang pemimpin, para bawahan akan memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh pemimpin dan mengerjakannya tanpa adanya paksaan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa: Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan dsb) dilakukan secara harmonis, sehingganya
mampu
menciptakan
situasi
pembelajaran
yang
menyenangkan (joyful learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik.33 Sebuah pondok pesantren yang maju sangat memperhatikan mutu pendidikan dan pengajaran yang diterapkan di dalamnya. Sistem pendidikan dan pengajaran yang ada di pondok pesantren Darul Amanah dibagi menjadi dua bagian. Yang pertama adalah pendidikan formal yaitu: Tarbiyatul Muallimin Al Islamiyah (TMI) dengan mengikuti ujian Tsanawiyah Negeri dan Aliyah Negeri. Dan yang kedua adalah pendidikan non formal sebagai penunjang pendidikan formal, yang dilaksanakan diluar jam formal, seperti kegiatan ekstrakurikuler, kegiataan ngaji malam dan lain-lain. Di pondok pesantren Darul Amanah, Penggemblengan dan pengajaran serta pengelolaan para santrinya dilakukan selama 24 jam agar lebih memudahkan pengawasan dan pengontrolan terhadap santri. Santri santri di pondok pesantren Darul Amanah di pagi hari mengikuti pendidikan formal hingga siang hari kemudian dilanjutkan dengan pendidikan non formal di pesantren. Dengan demikian para santri jelasnya lebih banyak mendapatkan pendidikan dari dari sekolah-sekolah lain dan kemungkinan besar santri-santri pondok pesantren darul amanah lebih berkualitasa di banding sekolah-sekolah lain. Dalam pengelolaannya, 33
Sondang Siagian, Filsafat Administrasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003). hlm. 36.
72
pengasuh pondok pesantren Darul Amanah menekankan pada para guru untuk kerja sama dan bahu menbahu serta bergiliran dan bergantian dalam melakukan pengawasan dan pengontrolan kepada seluruh santrinya. Menyikapi kebijakan desentralisasi pendidikan dalam konteks otonomi daerah yang bergulir bersamaan dengan era globalisasi sekarang ini yang ditandai dengan kompetisi global yang sangat ketat dan tajam, perlu dilakukan perubahan paradigma kepemimpinan pendidikan, terutama dalam pola hubungan atasan dan bawahan yang semula bersifat hierarkis/ komando menuju kearah kemitraan bersama. Dalam hubungan atasan dan bawahan yang bersifat hierarkis sering kali menempatkan bawahan sebagai objek. Pemaksaan kehendak dan pragmatis merupakan sikap dan perilaku yang kerap mewarnai kepemimpinan tersebut, yang pada akhirnya berakibat fatal terhadap terbelenggunya sikap inovatif dan kreatif setiap bawahan. Dengan kondisi demikian, pada akhirnya akan sulit dicapi kinerja yang unggul dan produktif.34 Sesuai dengan teori dan data di atas, pola kepemimpinan pengasuh pondok pesantren Darul Amanah menggunakan pola kepemimpinan demokratis yang berakar pada pola kepemimpinan kharismatik, yang mana pola kepemimpinan demokratis disini lebih mementingkan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi. Hal ini diwujudkan oleh pengasuh pondok
pesantren
Darul
Amanah
dalam
memberdayakan
para
asatidz/bawahannya dan masyarakat sekitar. Pemimpin atau pengasuh merupakan motor penggerak bagi sumber yang ada di pesantren terutama pada tenaga pendidiknya atau asatidz. Pemimpin mempunyai peran penting dalam memberdayakan para tenaga pendidik, karena pemimpin memegang tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang berkenaan dengan mutu di pesantren, sehingga menghasilkan lulusan atau output yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan pendidikan. Oleh sebab itu pemimpin mengambil langkah34
E. Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: PT Bumi Aksara. 2011), hlm. 47- 48.
73
langkah dengan meningkatkan mutu pesantren dengan meningkatkan kualitas tenaga pendidiknya agar mereka mampu mendidik dan membina para santri dengan kompetensi dan ketrampilan yang dimilikinya agar dapat menghasilkan lulusan yang intelektual, yaitu lulusan yang mampu menguasai ilmu agama dan ilmu sosial serta berwawasan luas. Langkah awal yang dilakukan pengasuh pondok pesantren Darul Amanah dalam meningkatkan kualitas tenaga pendidiknya adalah dengan mengadakan pembinaan kompetensi professional para tenaga pendidiknya dan pembinaan kompetensi kepribadian para tenaga pendidiknya, kemudian juga mengadakan pemberian apresiasi terhadap tenaga pendidik yang mempunyai prestasi baik selama
mengajar, seperti memberikan
kenaikan pangkat pada guru yang paling berprestasi dalam hal pembelajaran bidang studi tertentu, atau denga memberikan hadiah berupa materi tertentu bagi guru yang berprestasi. Dengan manajemen atau pengelolaan terhadap sumber daya yang ada, dapat dipahami dan dirumuskan sebagai proses pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya, terutama yang terfokus bagaimana pola kepemimpinan kyai secara efektif dan efisien. Hal ini sesuai dengan teori bahwasannya seorang guru memiliki posisi yang sangat penting dan strategi dalam pengembangan potensi yang dimiliki peerta didik. Pada diri gurulah kejayaan dan keselamatan masa depan bangsa dengan penanaman nilai-nilai dasar yang luhur sebagai citacita pendidikan nasional dengan membentuk kepribadian sejahtera lahir dan bathin, yang ditempuh melalui pendidikan agama dan pendidikan umum. Oleh karena itu harus mampu mendidik diberbagai hal, agar ia menjadi seorang pendidik yang proporsional. Sehingga mampu mendidik peserta didik dalam kreativitas dan kehidupan sehari-harinya.35 Pemimpin mempunyai tanggung jawab yang besar baik itu secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang 35
hlm. 113.
Jumhur An Surya, Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah, (Jakarta: Rajawali Pres),
74
dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak setiap orang mempunyai kesamaan didalam menjalankan kepemimpinannya. Begitu pula dengan kemampuan serta keahlian seorang pimpinan menjadi penentu keberhasilan pengembangan ataupun kemajuan dari lembaga atau organisasi yang dipimpinnya. 3. Pola kepemimpinan pengasuh pondok pesantren dalam meningkatkan kualitas output pendidikan formal Berdasarkan dari hasil data penelitian diatas, telah diketahui bahwa pola kepemimpinan pengasuh pondok pesantren Darul Amanah adalah pola kepemimpinan demokratis yang berakar pada pola kepemimpinan kharismatik. Dan Pola kepemimpinan kharismatik-lah yang menjadikan pondok pesantren Darul Amanah besar dan banyak santrinya serta mampu bertahan dan bersaing dengan sekolah-sekolah lain sampai sekarang. Sedangkan pola kepemimpinan demokratis-lah yang menjadikan pondok pesantren Darul Amanah maju dan berkembang dalam menciptakan santrisantri yang intelektual, santri yang mampu menguasai ilmu agama dan menguasai ilmu sosial serta berwawasan luas. Pondok pesantren Darul Amanah merupakan pondok pesantren yang bisa dibilang sudah modern. Hal ini bisa dilihat dari kitab-kitab yang diajarkan, serta sistem pembelajaran dan kurikulum yang digunakan merupakan perpaduan antara PM. Gontor, kemenag, kemendiknas dan pesantren salaf. Tidak banyak berbeda dari pondok-pondok modern yang lainnya, pola atau gaya kepemimpinan pengasuh pondok pesantren Darul Amanah ini pun masih kental dengan corak kharismatik namun sudah di kolaborasikan dengan pola kepemimpinan demokratis. Tetapi seberapa pandai seorang pimpinan atau kyai sebuah pondok pesantren mampu memanfaatkan
kharisma
yang
dimiliki
tersebut
untuk kemajuan
lembaganya. Perkembangan dan eksisnya pondok pesantren Darul Amanah banyak dinilai disebabkan oleh kharisma yang dimiliki oleh pimpinannya yang merupakan figur sentral yaitu KH. Mas’ud Abdul
75
Qodir. Dalam upaya meningkatkan kualitas output pendidikan, seperti halnya dengan pembelajaran, pengasuh pondok pesantren Darul Amanah juga melakukan upaya yang sama yaitu dengan memberdayakan para tenaga pengajarnya lebih dulu kemudian menyiapkan para santrinya dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan tambahan bagi santri yang akan melaksanakan ujian untuk persiapan awal, seperti try out-try out dan mata pelajaran tambahan untuk persiapan materi ujian. termasuk didalamnya juga diadakan istighosah bersama untuk menyiapkan mental yang kuat pada santri/peserta ujian. Kemudian pengasuh pondok pesantren dalam meningkatkan kualitas output pendidikan juga melibatkan orang tua santri, yaitu dengan mengadakan rapat tahunan bagi wali santri, didalamnya membahas yang pada intinya agar orang tua tetap memberi motivasi dan dukungan kepada anak agar belajar dengan rajin. Dan dalam menciptakan santri yang intelektual, santri yang mampu mengetahui ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan sosial, pengasuh pondok pesantren Darul Amanah menerapkan tiga sistem manajemen mutu pendidikan, yaitu 90 % mengacu pada PM. Gontor, untuk mengimbangi ujian nasional, mengacu dan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan, untuk ujian madrasah PAI dan Bahasa Arab mengacu dan bekerja sama dengan Depag. Banyak yang mengatakan bahwa corak kepemimpinan kharismatik dapat mengancam kemajuan suatu lembaga atau pesantren namun disisi lain kharisma kyai dalam pesantren mampu menjadi lembaga strategis penggerak pembangunan pedesaan. Pesantren juga berperan strategis sebagai pembentuk kader pembangunan yang memiliki Imtaq dan Iptek yang tinggi. Karena pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam sangat ditentukan oleh figur kyainya, maka kelangsungan tetap memerlukan figur kyai dengan tingkatan kharisma tradisional atau kharisma yang diperoleh dari keturunan yang memiliki kharisma sebelumnya. Semakin kharismatik kyai-nya, semakin besar kecenderungan masyarakat mempersepsi kebesaran pesantren tersebut. Melalui gaya kepemimpinan kharismatik ini pula instruksi dari kyai dapat begitu lancar
76
dijalankan oleh para Ustadz atau santrinya tanpa hambatan psikologis seperti tindakan indisipliner. Dengan kharismatik ini pula pondok pesantren Darul Amanah mempunyai daya pikat tersendiri yang membuat pesantren menjadi terkenal dan dikunjungi oleh calon santri dari berbagai penjuru. Di sisi kualitas, cukup banyak para alumninya yang berhasil meraih gelar sarjana dari berbagai strata setelah melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, baik di dalam maupun di luar negeri. Para santrinya pun banyak yang berprestasi di bidang olah raga, seni dan pramuka, karena di pondok
pesantren
Darul
Amanah
diajarkan
banyak
kegiatan
ekstrakurikuler. Penyelenggaraan pendidikan di Pondok Pesantren Darul Amanah merupakan komunitas tersendiri di bawah kepemimpinan KH. Mas’ud Abdul Qodir. Bentuk kepemimpinannya fleksibel, dengan menggunakan pola kepemimpinan demokratik yang diwarnai corak kharismatik. Seiring dengan perkembangan zaman, dengan banyaknya pesantrenpesantren yang unggul dalam segala bidang dan mampu menciptakan lulusan yang intelektual, mengantarkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi untuk bekal hidup di masyarakat. Menuntut peran kepemimpinan yang aktif dan tanggap terhadap kemajuan tidak terkecuali dengan lembaga pendidikan pesantren yang telah lama berdiri di tengah-tengah masyarakat. Sehingga bukan hanya peran kharisma saja yang dibutuhkan tetapi juga kemampuan dalam menerapkan kepemimpinannya untuk tetap menjadikan pondok pesantren tetap eksis di era kemajuan zaman seperti sekarang ini. Hal ini sesuai dengan teori bahwa, Kepemimpinan karismatik memiliki energi, daya tarik dan pembawa yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Seorang yang
memiliki
kharisma
dianggap
mempunyai
kekuatan
ghaib
(supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Dia banyak
77
memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepribadian pemimpin itu memancarkan pengaruh dan daya tarik yang teramat besar.36 Gaya kepemimpinan karismatik adalah gaya kepemimpinan yang bersandar pada kepercayaan santri atau masyarakat umum sebagai jamaah, bahwa kyai yang merupakan pemimpin pesantren yang mempunyai kekuasaan yang berasal dari Tuhan yang mana apabila kepemimpinan ini dikaitkan dengan kyai dalam pesantren merupakan tipe kepemimpinan yang khas meski dengan kadar yang berbeda-beda sesuai dengan perbedaan paradigma penyelenggaraan pendidikannya, kepemimpinan karismatik tetap menjadi gaya yang paling dominan dianut para pengasuh pesantren.37 Di mata masyarakat sekitar, pengasuh pondok pesantren Darul Amanah mempunyai kewibawaan dan kharisma yang tinggi. Dengan kharisma yang dimiliki oleh pengasuh pondok pesantren, hampir sebagian besar masyarakat dan lingkungan sekitar banyak yang membutuhkan kehadirannya di tengah-tengah masyarakat.dan hampir sebagian besar masyarakat menjadi pengikutnya, dan kebanyakan pula anak-anaknya bersekolah disitu. Walaupun kepemimpinan kharismatik memiliki kekurangan, tetapi tidak serta merta hal ini harus dihilangkan karena kenyataannya pesantren eksis hingga sekarang juga dengan kepemimpinan kharismatik tersebut. Yang dibutuhkan adalah penerapan pola kepemimpinan yang lebih direncanakan dan dipersiapkan sebelumnya. Kharisma yang ada, dengan demikian akan diperkuat dengan beberapa sifat baru yang akan mampu menghilangkan kerugian dari kepemimpinan kharismatik.
36
Ara Hidayat, Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan (Konsep, Prinsip dan Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah), (Bandung: Pustaka Educa, 2010), hlm. 86. 37 Ngalim Purwanto, Ibid., hlm 34.
BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang peneliti lakukan tentang Pola Kepemimpinan Pengasuh Pondok Pesantren dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Formal di Pondok Pesantren Darul Amanah, dapat diambil kesimpulan yaitu: 1. Untuk meningkatkan kualitas input pendidikan, pengasuh pondok pesantren Darul
Amanah
menggunakan
dua
pola
kepemimpinan,
yaitu
pola
kepemimpinan demokratis dan pola kepemimpinan kharismatik. Pola kepemimpinan demokratisnya dituangkan dalam pembentukan sebuah kepanitiaan di setiap pelaksaan kegiatan. Seperti pelaksaan kegiatan rekrutmen/ penerimaan santri baru. Kepanitiaan ini bertujuan agar setiap kegiatan yang dilaksanakan dapat berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan. Seperti kegiatan pelaksaan penerimaan santri baru yang bertujuan untuk merekrut/ menerima sekaligus menyeleksi santri- santri yang akan masuk ke pesantren benar- benar calon santri yang berkualitas. Namun terlepas dari hal itu, dalam perekrutan tenaga pengajarnya sangat bertolak belakang dengan perekrutan santri barunya. Di pondok pesantren Darul Amanah tidak diadakan perekrutan tenaga pengajar, melainkan yang ada hanya orang memasukan lamaran. Dan pengasuh pondok sendiri yang menguji dan memutuskan diterima atau tidak. Dengan kharisma yang dimiliki oleh seorang pengasuh pondok pesantren Darul Amanah, lingkungan dan masyarakat sekitar sebagian besar mendukung setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh pesantren. Dalam hal ini hubungan antara pesantren dengan lingkungan dan masyarakat sekitar relatif baik. Hubungan yang dilakukan adalah hubungan yang timbal balik/ saling menguntungkan dua pihak, yaitu seperti yang telah terpapar di Bab IV.
78
79
Program pendidikan pesantren Darul Amanah adalah: TMI (Tarbiyatul Mualimin Al Islamiyah) dengan lama belajar 6 tahun, MTs, MA, SMK (tata busana, teknika komputer jaringan dan pertanian). Kurikulumnya adalah perpaduan antara kurikulum pondok pesantren Gontor dengan kurikulum kementrian agaman dan kurikulum kementrian pendidikan. Untuk sarana dan prasarananya sudah lengkap dan memenuhi kebutuhan yang diperlukan. 2. Untuk meningkatkan kualitas proses pendidikan formal, pengasuh pondok pesantren Darul Amanah juga menggunakan dua pola kepemimpinan di atas. Hal ini dituangkan dalang menghadapi dan menyelesaikan permasalahanpermasalahan para guru/ asatidz, seperti dalam menjalankan rutinitas para guru dan bawahannya yaitu mulai dari diadakannya briving bagi guru-guru di setiap pagi hari 15 menit sebelum mengajar dan dilanjutkan dengan evaluasi oleh pengasuh pondok pesantren sendiri. Dan dalam faktanya proses pembelajaran di pondok pesantren Darul Amanah mengalami peningkatan yang cukup baik sehingga mampu menciptakan santri yang intelektual, berkualitas dan berwawasan luas. Mengenai sistem pembelajaran yang ada di pondok pesantren Darul Amanah lebih mengacu pada model pembelajaran para guru masing- masing, hal ini dikarenakan sarana dan fasiltas yang sudah memadai dalam pembelajaran yang lebih mementingkan keaktifan siswa dalam bidang studi tertentu seperti mata pelajarang jurusan IPA dan IPS sudah menggunakan lab IPA dan lab IPS, begitu pula untuk mata pelajaran bahasa sudah menggunakan lab bahasa. Jadi disini tugas guru hanya memandu, mengarahkan dan mengawasi pembelajarannya saja dan siswa disini lebih proaktif dalam pembelajaran. Program pendidikan dan pengelolaan santi di pondok pesantren Darul Amanah dilakukan selama 24 jam, mulai dari jam 07.00 sampai jam 13.00 para santri belajar di pendidikan formalnya dan selebihnya mengikuti pelajaran pondok pesantren. Untuk profesionalisme para guru, di pondok
80
pesantren Darul Amanah memang belum sepenuhnya memenuhi standar mengajar, namun pengasuh pondok pesantren Darul Amanah sudah berusaha dengan mengadakan pemberdayaan bagi para tenaga pengajarnya yang belum sepenuhnya memenuhi standar untuk mengajar yaitu dengan mengikut sertakan mereka ke dalam kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan seperti yang telah dipaparkan di Bab IV. 3. Sama seperti untuk meningkatkan kualitas input dan kualitas proses pendidikan formalnya, dalam hal meningkatkan kualitas output pendidikan formalnya-pun masih menggunakan pola kepemimpinan demokratis yang berakar pada pola kepemimpinan kharismatik. Dengan adanya musyawarah guru, musyawarah wali kelas dan musyawarah orang tua murid serta melibatkan masyarakat setempat dalam menciptakan lulusan santri yang berkualitas dan berwawasan luas, itu mencerminkan bahwa pola dan karakter yang terpancar dari seorang pengasuh pondok pesantren Darul Amanah itu adalah pola yang demokratis, yaitu pola yang membuat dan menjadikan santri-santri di pondok pesantren Darul Amanah berkualitas dan berwawasan luas. Namun bila melihat sosok asli seorang pengasuh pondok pesantren Darul Amanah yang mampu memikat masyarakat luas agar anak-anaknya mau belajar di pondok pesantren Darul Amanah dan mampu menyatukan seluruh jajaran guru dan bawahannya agar patuh dan taat para segala perintahnya tanpa melakukan tindakan indisipliner, tentu tak lain itu karena pola kepemimpinan kharismatik seorang kyai, yaitu pola yang mampu menjadikan pondok pesantren Darul Amanah bisa bertahan dan berkembang dengan banyak pengikut dan santrinya sampai sekarang ini. Dan dalam faktanya pondok pesantren Darul Amanah, santri-santrinya dalam pendidikan formal lulus 100% dalam kurun waktu dua tahun ajaran terakhir dan santri-santrinyapun banyak yang mendapatkan prestasi dari berbagai macam kejuaraan dan perlombaan.
81
B. Saran Sebagai akhir dari penulisan skripsi ini, dengan mendasarkan pada penelitian yang peneliti lakukan, maka peneliti ingin memberikan saran yang kiranya dapat bermanfaat bagi Pondok Pesantren Darul Amanah, yaitu: 1. Hendaknya untuk meningkatkan kualitas input pendidikan, pengasuh pondok
pesantren Darul Amanah menciptakan suasana yang lebih demokratis lagi, agar setiap guru dan bawahanya dapat mengeluarkan inspirasi dan ide- idenya serta mengekspresikan kreativitasnya untuk kemajuan dalam pendidikan. Karena dengan suasana demokratis akan tercipta pula suasana kerja yang nyaman dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas demi kepentingan bersama. 2. Hendaknya untuk meningkatkan kualitas proses pendidikan, pengasuh pondok pesantren Darul Amanah lebih kepada pemberdayaan tenaga pendidiknya dan tenaga pendidik hendaknya lebih meningkatkan fungsi-fungsi manajemen secara menyeluruh, dengan harapan, maksud dan tujuan agar dapat mencapai hasil yang lebih maksimal dalam pendidikan. 3. Hendaknya untuk meningkatkan kualitas output pendidikan, dengan kharisma
yang dimiliki oleh seorang kyai, di padukan dengan pola-pola kepemimpinan yang di dalamnya mengandung unsur- unsur managemen modern, jadi seorang pengasuh tidak terpaku dengan satu atau dua pola kepemimpinan saja, melainkan mampu menggabungkan dan mengkolaborasikan dari berbagai pola kepemimpinan.
DAFTAR PUSTAKA Al Husaini Ibnu Hamzah Al Hanafi Ad Damsyiqi, Asbabul Wurud, Jakarta: Kalam Mulia, 2005. An Surya, Jumhur, Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah, Jakarta, Rajawali Pres. Arikunto, Suharsimi , Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002. A Rofiq.dkk, Pemberdayaan Pesantren: Menuju Kemandirian dan Profesionalisme santri dengan Metode Dauroh Kebudayaan, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005. Awat, Napa. J., Manajemen Strategi: Suatu Pendekatan Sistem, Yogyakarta: Liberty, 1989. Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997. Chirzin, M. Habib, Agama dan Ilmu dalam Pesantren, dalam M. Dawam Rahardjo (ed), Pesantren dan Pembaharuan, Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia, 1995. Basyaib, Fachmi, Teori Pembuatan Keputusan, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2006. Chafidz, Abdul, Sekolah Unggul Konsepsi dan Problematikanya, MPA No. 142, Juli 1998. Dahlan, M., Al Barry, Kamus Modern Bahasa Indonesia, Arloka, Yogyakarta, 2001. Danim, Sudarwan, Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik, Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Darma, Agus, Managemen Supervisi, Petunjuk Praktis Bagi Para Supervisor, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004. Dawam, Ainurrafiq, Ahmad Ta’arifin, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren, Faiz, Muhammad Almath, Qobasun Min Nuri Muhammad saw, DamsyikSyiria, Daarul Kutub Al arabiyyah, Yogyakarta: Lista Fariska Putra, 2005. Dhofier, Zamarkhasi, Tradisi Pesantren. Jakarta: LP3ES.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, jilid 1 (Yogyakarta: Andi Offset, 2001). ---------, Statistik, Jilid II, Andi Offset, (Yogyakarta, 1995). Hamdhan, Muhammad, Skripsi “Peran kepemimpinan kepala Madrasah dalam managemen kesiswaan di Madrasah Aliyah Negeri Lamongan” Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan Ampel Surabaya. 2009. Hidayat, Ara, Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan (Konsep, Prinsip dan Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah), Bandung: Pustaka Educa, 2010. http://aparaturnegara.bappenas.go.id/data/Kajian/Kajian2003/Dimensi%20&%20Dina mika %20KEPIM%20ABAD%2021.doc. Jurnal Ilmu Pendidikan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar Di Daerah Diseminasi oleh A. Supriyanto, November 1997, Jilid 4, IKIP, 1997. Karyadi, M., Kepemimpinan, Bandung: Karya Nusantara, 1989. Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2004 . Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999. Moh. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003. Muhajir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif Yogyakarta, Rake Sarasin, 1989. Mulyasa, E., Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: PT Bumi Aksara. 2011. ---------, Menjadi Kepala Sekolah Professional, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007. Nawawi, Hadari, Kepemimpinan Menurut Islam, Yogyakarta: Gajah Mada Universiti Press, 1993. Narbuko, Cholid, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, 1997.
Jakarta: Bumi Aksara,
---------, Metodologi Riset, Semarang: Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo, 1986. Peraturan Pemerintah (PP.) No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab I, Pasal 1.
Purwanto, Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan,Cet XVI, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006. Rahmawati, Zeny, Skripsi “Pola kepemimpinan KH. Maimoen Zubair dalam mengelola pengembangan lembaga pendidikan di Pondok Pesantren Al Anwar Sarang Rembang Jateng” Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan Ampel Surabaya. 2009. Roestiyah N.K, Masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: Bina Aksara. Rohiat, Managemen Sekolah, Bandung: PT Refika Aditama 2009. Sallis, Edward, Total Quality Management, Jogjakarta: IRCiSoD, 2008. Shihab, Quraish., Membumikan Al-Quran, Bandung: Mizan, 1999. Siagian, Sondang, filsafat Administrasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Soetopo, Hendiyat dan Wasti Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, Jakarta: Bina Aksara, 1988. Sukamto, Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren, cet I, Jakarta: PT. Pustaka LP3ES, 1999. Sulthon, H.M., Moh. Khusnuridho, Manajemen Pondok Pesantren dalam Perspektif Global, Yogyakarta: LaksBang PRESSindo, 2006. Sundawati, Ayun, Skripsi “Analisis gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam peningkatan kinerja guru di SMA N 1 kota Mojokerto” Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan Ampel Surabaya. 2010. Supranta. J, Metode Riset, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1997. Surahmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilimiah; Dasar, Metode dan Tehnik, Bandung: Tarsito Rimbun, 1995. Suryadi, Ace dan H.A.R Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar, PT.Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993. Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang. Tim penyusun Pustaka Aset, Leksikon Islam II, Jakarta, 1998. Tjiptono, Fandy, Manajemen Jasa Edisi I Cet II, Andi Offcet, Yogyakarta, 1995.
Umaedi, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Direktur Pendidikan Menengah dan Umum, April, 1999. Usman, Husaini, Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial Jakarta: Bumi Aksara, 1996. Wahid, Abdurrahman, Menggerakkan Tradisi Esai-esai Pesantren, Yogyakarta: LKiS, 2001. Wahjosumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1987. Wirawan, Sarlito Sarwono, Psikologi Sosial: Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan, Jakarta: Balai Pustaka, 2005. www.sigmetris.com / artikel=21.html, Standar Kualitas Pendidikan Metris By. Alexander Agung. Data Dokumentasi: Dokumentasi, Laporan Tahunan Pondok Pesantren Darul Amanah. Dokumentasi, Pondok Pesantren Darul Amanah. Dokumentasi, Khutbatul Arsy, Pondok Pesantren Darul Amanah. Data Observasi: Observasi Lingkungan Sekitar Pondok Pesantren Darul Amanah. Observasi Peneliti Pada Proses Pembelajaran. Data Wawancara: Wawancara dengan Pengasuh Pondok Pesantren Darul Amanah. Wawancara dengan Drs. Istanto Selaku Kepala Sekolah SMK Darul Amanah. Wawancara dengan Drs. Junaidi Abdul Jalal Selaku Kepala Sekolah MTs. Wawancara dengan Ust. Mahfud Shodiq Selaku Bagian Sarpraas dan Pembangunan. Wawancara dengan Ust, Zaianl Abidin, S.Pd.I Bagian kesiswaan MA darul Amanah. Wawancar dengan Salah Satu Ustadz yang Sedang Mengajar di dalam Kelas.
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Biodata Penulis Lampiran 2 Pedoman Wawancara Lampiran 3 Transkip Wawancara Lampiran 4 Identitas Lembaga Lampiran 5 Struktur Organisasai Pondok Pesantren Darul Amanah Lampiran 6 Personalia Yayasan Lampiran 7 Dokumentasi Lampiran 8 Lain- lain
PEDOMAN WAWANCARA No.
FOKUS PENELITIAN
No.
PERTANYAAN PENELITIAN
1.
Bagaiman pola kepemimpinan pengasuh pondok pesantren dalam meningkatkan kualitas input pendidikan formal di pondok pesantren Darul Amanah?
1.
a) Bagaimana pola kepemimpinan pengasuh pondok pesantren dalam proses penerimaan santri barunya? b) Bagaimana Proses seleksi penerimaan santri barunya? c) Bagaimana pola kepemimpinan pengasuh pondok pesantren dalam manajemen muridnya? d) Bagaimana dengan standar seleksi penerimaan santri barunya? e) Bagaimana pola kepemimpinan pengasuh pondok pesantren dalam menghadapi lingkungan dan masyarakat sekitar? f) Hubungan sosial dengan masyarakat sekitar bagaimana? g) Bagaimana pola kepemimpinan pengasuh pondok pesantren dalam sistem manajemen mutu pendidikannya? h) Bagaimana dengan kurikulum pembelajarannya? i) Fasilitas, sarana- prasarana serta perlengkapan pembelajarannya bagaimana? j) Bagaimana pola kepemimpinan pengasuh pondok pesssantren dalam upaya meningkatkan kualitas input pendidikan?, langkah-langkah apa saja yang sudah ditempuh?
2.
Bagaimana pola kepemimpinan pengasuh pondok pesantren dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran pendidikan formal di pondok pesantren Darul Amanah?
2.
a) Bagaimana pola kepemimpinan pengasuh pondok pesantren dalam meningkatkan proses pembelajaran dikelas? b) Proses pembelajarannya seperti apa? c) Bagaimana dengan sistem pembelajarannya? d) Bagaimana metode pembelajarannya? e) Suasa pembelajarannya bagaimana?
f) Keaktifan santri di kelas bagaimana? g) Hubungan antara siswa dengan guru, siswa dengan kepala sekolah dan guru dengan kepala sekolah bagaimana? h) Sarana pendukung pembelajaran dikelas/ di luar kelaaasnya bagaimana? i) Bagaimana pola kepemimpinan pengasuh pondok pesantren dalam memberikan pelajaran ekstrakurikuler? j) Bagaimana pola kepemimpinan pengasuh pondok pesantren dalam meningkatkan kinerja guru dan profesionalisme gurunya? k) Bagaimana pola kepemimpinan pengasuh pondok pesantren dalam upaya meningkatkan kualitas proses pembelajaran?, langkah-langkah apa saja yang sudah ditempuh? 3.
Bagaimana pola kepemimpinan pengasuh pondok pesantren dalam meningkatkan kualitas output pendidikan formal di pondok pesantren Darul Amanah?
3.
a) Bagaimana pola kepemimpinan pengasuh pondok pesantren dalam meningkatkan output pendidikannya? b) Bagaimana pola kepemimpinan pengasuh pondok pesantren dalam menentukan standar kelulusannya? c) Bagaimana pencapaian prestasi pendidikannya, baik itu akademik maupun non akademik? d) Bagaimana prosentase kelulusan pada tiap tahunnya? e) Apakah output pendidikannya sudah siap terjun kemasyarakat atau melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi? f) Apakah lulusannya mampu bersaing dengan lulusan dari sekolah lain? g) Bagaimana pola kepemimpinan pengasuh pondok pesantren dalam upaya meningkatkan kualitas output pendidikan?, langkah-langkah apa saja yang sudah ditempuh?
TRANSKIP WAWANCARA A. Wawancara dengan KH. Mas’ud Abdul Qodir Selaku Pimpinan Pondok Pesantren Darul Amanah. Pada hari Kamis 8 dan 13 Maret 2012. PERTANYAAN
JAWABAN
1. Bagaimana pola kepemimpinan Dalam pengasuh
pondok
perekrutan
santri
barunya
pesantren dengan langkah menyebarkan brosur-
dalam perekrutan santri baru dan brosur, spanduk-spanduk di jalan, lewat radio dan internet. Di samping juga
seleksinya?
melalui guru dan santri yang akan lulus, yaitu setiap guru di wajibkan mencari santri
minimal
2
di
setiap
ada
pendaftaran santri baru dan setiap santri yang akan lulus di wajibkan membawa minimal 1 santri ketika mengambil ijazah. Sedangkan seleksinya adalah dengan
mengikuti
dua
ujian
kemampuan, yaitu ujian kemampuan tertulis
dan
ujian
kemampuan
wawancara 2. Bagaimana pola kepemimpinan Dalam perekrutan tenaga Pengajarnya, pengasuh
pondok
pesantren di pondok pesantren Darul Amanah
dalam perekrutan tenaga pengajar tidak dan seleksinya?
diadakan
pengajar,
yang
perekrutan ada
hanya
tenaga orang
memasukan lamaran, dan yang menguji sekaligus adalah pimpinan pesantren langsung.
3. Bagaimana pola kepemimpinan Dalam pengasuh
pondok
merumuskan
pesantren pengasuh
dalam merumuskan kurikulum?
Amanah
kurikulum,
pondok
pesantren
beserta
jajarannya
Darul dan
pengurus serta komite dan bagian kurikulum bermusyawarah bersama di akhir
tahun
merumuskan menambah
pelajaran kurikulum,
atau
untuk baik
itu
mengurangi
isi
kurikulum. 4. Bagaimana Pola kepemimpinan Dalam meningkatkan kualitas output pengasuh pondok pesantren Darul pendidikan, pengasuh pondok pesantren Amanah
dalam
meningkatkan Darul Amanah dan segenap jajarannya
kualitas output pendidikan?
serta melibatkan guru mata pelajaran, wali kelas, wali santri dan masyarakat sekitar untuk bersama-sama dan kerja sama dalam menciptakan lulusan yang intelektual, yaitu dengan pemadatan materi, mengadakan try out Nasional dan try out mandiri, les dan kursus mata pelajaran UAN, dan mengadakan rapatrapat
dengan
mendukung
pihak
terkait
sepenuhnya
untuk
sekaligus
memberikan motivasi kepada santrisantri yang akan ujian.
B. Wawancara dengan Drs. Istanto Selaku Kepala Sekolah SMK Pondok Pesantren Darul Amanah. Pada hari Selasa 6 Maret dan 26 Mei 2012 PERTANYAAN 1. Apa yang melatar belakangi berdirinya MTs, MA dan SMK serta siapa yang mempunyai gagasan berdirinya lembaga pendidikan tersebut?
JAWABAN Awal mula berdirinya pondok pesantren hanya memiliki MA saja kemudian tahun berikutnya didirikan MTs karena keinginan pengasuh mendidik santri dari kecil dan berkelanjutan tetap di pondo pesantren Darul Amanah, kemudian didirakan SMK sebab tuntutan masyarakan akan dunia kerja dan modernitas. Yang memiliki gagasan didirikannya lembaga tersebut adalah pimpinan pondok pesantren Darul Amanah, namun dalam merencanakan dan pelaksanaannya tetap bermusyawarah dengan jajarannya dan pengurus serta melibatkan sebagian masyarakat dan tokoh masyarakat. 2. Bagaimanan pola kepemimpinan Dalam menentukan standar kelulusan, pengasuh dalam menentukan pengasuh pondok pesantren Darul Amanah dan segenap jajarannya serta standar kelulusan? melibatkan guru, kepala sekolah (MTs, MA dan SMK), komite dan bagian kurikulum. Yaitu standar Nasional harus lulus mata pelajaran UAN dan standar pondo pesantren harus lulus mata pelajaran pesantren. C. Wawancara dengan Ust. Junaidi Abdul Jalal Selaku Kepala MTs Pondok Pesantren Darul Amanah. Pada hari Rabu 7 Maret 2012 PERTANYAAN JAWABAN 1. Menggunakan pola Pada dasarnya pola yang dianut oleh kepemimpinan apa pengasuh pimpinan pondok pesantren Darul pondok pesantren Darul Amanah Amanah adalah pola kepemimpinan
dalam meningkatkan pendidikan?
kualitas kharismatik. Namun untuk meningkatkan kualitas pendidikan, pimpinan pondok pesantren telah mengkolaborasikan pola kepemimpinan kharismatik tersebut dengan pola kepemimpinan demokratis, pola kepemimpinannya fleksibel. sebab tidak cukup hanya terpaku dengan satu pola kepemimpinan saja dalam meningkatkan kualitas pendidikan keseluruhan. 2. Bagaimana pola kepemimpinan Pengasuh pondok pesantren Darul pengasuh pondok pesantren Amanah dalam mengatur hubungan dalam berhubungan dengan antara pesantren dengan lingkungan dan masyarakat sekitar adalah dengan masyarakat dan lingkungan menjalin kerja sama di segala bidang, sekitar? baik itu di bidang pendidikan, penyuluhan, perkoperasian dan kantin. Yang pada intinya hubungan antara pesantren dengan lingkungan bisa dibilang cukup baik. Sebab di dalamnya ada hubungan yang timbal balik dan saling menguntungkan. D. Wawancara dengan Ust. Zainal Abidin Selaku Bagian Kesiswaan Pondok Pesantren Darul Amanah. Pada hari Rabu 7 Maret dan 26 Mei 2012 PERTANYAAN 1. Bagaimana pola kepemimpinan pengasuh pondok pesantren dalam meningkatkan kualitas pembelajaran?
JAWABAN Dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, pengasuh pondok pesantren menjalankan rutinitas harian para guru yaitu: setiap pagi 15 menit sebelum masuk kelas, para guru dikumpulkan dikantor untuk di briving oleh pengasuh pondok pesantren mengenai kejadian hari kemarin dan persiapan hari yang akan datang dalam mengajar. Setiap pagi juga diadakan amaliyah tadris (cara mengajar) para
guru oleh pengasuh pondok pesantren. 2. Bagaimana pola kepemimpinan Di pondok pesantren Darul Amanah, pengasuh pondok pesantren pengelolaan santrinya selama 24 jam. dalam pengelolaan santri- Di pagi harinya santri- santri mengikuti santrinya? pelajaran di sekolah hingga siang hari dan di siang harinnya mengikuti kegiatan di pondok pesantren hingga malam hari. Yang mengelola dan mengawasi santri- santrinya adalah para ustadz dan ustadzah pondok pesantren Darul Amanah secara bergantian/ bergilir dan saling kerja sama dalam memantau santri- santrinya. E. Wawancara dengan Ust. Mahfud Shodiq Selaku Bagian Sarpras dan Pembangunan Pondok Pesantren Darul Amanah. Pada hari Kamis 22 Maret 2012 PERTANYAAN 1. Bagaimana pola kepemimpinan pengasuh pondok pesantren dalam mengatur dan mengurus masalah srana dan prasarana?
JAWABAN Biasanya bagian sarana dan prasarana (sarpras) berkeliling ke seluruh penjuru pondok pesantren untuk melihar kondisi dan keadaan sarana dan fasilitas yang ada, bila ada kerusakan atau mungkin hilang, bagian sarpras hanya melaporkan keadaan tersebut. Yang memutuskan untuk diganti atau diperbaiki adalah pimpinan pondok pesantren Darul Amanah sendiri. Tanpa adanya musyawarah dengan jajarannya, karena hal ini berkaitan dengan keuangan pesantren maka berkaitan pula dengan keluar masuk barang.
STRUKTUR ORGANISASI PONDOK PESANTREN DARUL AMANAH KABUNAN SUKOREJO KENDAL PERIODE 2008-2013 YAYASAN DARUL AMANAH
PIMPINAN PESANTREN
PUSAT INFORMASI
Bag. Pendidikan
Bag. Keuangan
PERSIDA
OSDA
SEKRETARIS
Bag. Pengasuhan
Bag. Pembangunan
Bag. Pengkaderan
Bag. Da’wak/Humas
PRAMUKA
KARYAWAN
ANAK ASUH
MASYARAKAT
ORG. OTONOMI LAIN 1. PS. DARUL AMANAH 2. IKSADA
TMI
MTs
MA
SMK
LPK
SETIA WS
PUSADA
KAJIAN KITAB KUNING
SANTRI PONDOK PESANTREN DARUL AMANAH
PERSONALIA YAYASAN DARUL AMANAH PERIODE 2007/ 2012 A. PENASEHAT 1. Kyai. As’ary 2. Muhammad Maksum 3. Zaini Maksum 4. H. Damiri Rahmat 5. H. Masyhuri 6. Wahyono 7. Nasihudin 8. Hasan Bisri 9. H. Agus Muhson 10. Rohadi Sumarto 11.Nur Yasin, SH B. PEMBINA 1. KH. Jamhari Abdul Djalal, LC 2. KH. Mas’ud Abdul Qodir 3. Drs. Junaidi Abdul Djalal C. PENGURUS 1. Ketua
: Saib, BA
2. Sekretaris Umum
: H. Muhammad Adib, LC
3. Bendahara Umum
: Lukman, SS
Bendahara I
: Muhammad Fatwa
D. PENGAWAS 1. Ketua Pengawas
: H. Abdul Haris Qodir
2. Pengawas
: Ridha Makky, S.Pd.I
SUSUNAN PENGURUS HARIAN PONDOK PESANTREN DARUL AMANAH PERIODE 2011/2012
1.
Pimpinan Pesantren/ Direktur TMI : KH. Mas’ud Abdul Qodir
2.
Sekretaris Pesantren
: Mansyur, S.Pd.I
3.
Pusat Informasi Pesantren
:Drs. Junaidi Abdul Djalal
4.
Bagian Pengajaran
: Drs. Istanto
5.
Bagian Keuangan
: Nur Kholifah, B.Sc
6.
Bagian Pengasuhan Putra
: H. M. Nasirudin, Anif Hanafi, S.Pd.I Badrudin, S.Pd.I, Muhlisin, S.Pd.I
7.
Bagian Pengasuhan Putri
: Fitri Indana Y, S.Pd.I, Asih Suryani, S.Pd, Zuhana Taufiqoh
8.
Bagian Pembangunan
: Saib, BA
9.
Bagian Pengkaderan
: Hj. Nur Halimah
10. Bagian Dakwah/ Humas
: Drs. Asro Ali
11. Kepala Madrasah Tsanawiyah (MTs) : Drs. Junaidi Abdul Djalal 12. Kepala Madrasah Aliyah (MA)
: KH. Mas’ud Abdul Qodir
13. Kepala SMK (TB, TKJ, AC)
: Drs. Istanto
14. Koordinator Setia WS Kampus V
: Drs. Junaidi Abdul Djalal
15. Koordinator Tata Usaha (TU)
: Mansyur, S.Pd.I
16. Bagian Aktivitas Santri/ Kesiswaan (OSDA) : Nur Kholifah, B.Sc, Samsi, A.Ma, Karmini, S.Pd.I 17. Bagian Perpustakaan : Edi Wibowo, Rudiyansyah, Labibatuzzahroh 18. Bagian Sarana Prasarana
: H. Mahfud Shodiq, S.Pd.I Badrudin, S.Pd.I
19. Kepramukaan Putra Kepramukaan Putri 20. Ketua OSDA Putra
: Muhlisisn, S.Pd.I, Nur Mahmudi, : Fitri Indana Yulfa, S.Pd.I : Syarifudin
Ketua OSDA Putri
: Nurul Hasanah
21. Ketua Alumni/ IKSADA
: Mansyur, S.Pd.I
22. Bagian Koperasi Putra
: Khotim Sohih, Zainul Ihsan
Bagian Koperasi Putri 23. Bagian Penatu Putra Bagian Penatu Putri 24. Bagian Taekwondo Putra Bagian Taekwondo Putri 25. Bagian Penabungan Putra Bagian Penabungan Putri
: Muzaroah, Mufidah, Indana Yulfa : Edy Wibowo, Rudiyansyah : Ira Rahmawati, Nova Hestiana : Laroibafi, S.Pd.I, Nur Wahid : Nova Hestiana, Anisatul Fuadiyah : Muhlisin, S.Pd.I : Evi Ismawati
IDENTITAS LEMBAGA A. Nama lembaga
: Pondok Pesantren Darul Amanah
B. Nomor statistik pesantren
: 512332402011
C. Nama pimpinan pesantren
: KH. Mas’ud Abdul Qodir
D. Nama yayasan
: Yayasan Darul Amanah
E. SK nomor badan hukum
: Sri Widyiati Hasil, SH No. 80 tahun 1990
F. SK nomor badan hukum perubahan
: Ahmad Natsir, SH No. 62 tahun 2008
G. Luas tanah
: ±50.000 m2
H. Status tanah
: Hak milik (tanah wakaf)
I. Surat ijin mendirikan bangunan
: Nomor:605.1/102/IMB/V/2009
J. Alamat
Jalan
: Sukorejo- Plantungan KM. 4
Desa
: Ngadiwarno
Kecamatan : Sukorejo Kabupaten
: Kendal
Propinsi
: Jawa Tengah
Kode Pos
: 51363
Telp/Faks
: (0294) 452473
DATA DAN PROGRAM PENDIDIKAN
A. MTs Darul Amanah 1) Nama Madrasah
: MTs Pondok Pesantren Darul Amnanah
2) NSM
: 121233240006
3) Status
: Swasta
4) Akreditasi
: Terakreditasi “A”
5) Alamat
: Pondok Pesantren Darul Amanah
6) Nama kepala sekolah
: Junaidi Abdul Jalal, S.Pd.I
B. MA Darul Amanah 1) Nama Madrasah
: MA Pondok Pesantren Darul Amnanah
2) NSM/NSS/NDS
: 131233240007
3) Status
: Swasta
4) Akreditasi
: Terakreditasi “A” (sangat baik)
5) Alamat
: Pondok Pesantren Darul Amanah
6) Nama kepala sekolah
: KH. Mas’ud Abdul Qodir
C. SMK Darul Amanah 1) Nama Sekoklah
: SMK Pondok Pesantren Darul Amnanah
2) NSM/NSS/NDS
: 322032403507
3) Status
: Swasta
4) Program keahlian
: Tata Busana, Teknik Komputer Jaringan,
5) Akreditasi
: Terakreditasi “B”
6) Alamat
: Pondok Pesantren Darul Amanah
7) Nama kepala sekolah
: Drs. Istanto
SARANA DAN PRASARAN PONDOK PESANTREN DARUL AMANAH A. Asrama (putra/ putri) B. MCK (putra/ putri) C. 2 dapur (putra/ putri) D. 2 masjid (putra/ putri) E. Laboratorium menjahit dengan peralatan yang lengkap F. 4 laboratorium Komputer, Internet, dan Hotspot (komputer 100 unit) G. Ruang Perpustakaan H. Ruang Lab IPA (Fisika, Biologi, dan Kimia) I. Laboratorium Bahasa J. 2 set Marching Band & Rebana Modern (putra/ putri) K. 2 Sumur Bor, Air Bersih PDAM dan Mata air L. Minimarket “SME’sCo Mart” M. Bengkel Sepeda Motor N. Ruang belajar elektronik berbasis jaringan O. Ruang TPKU (Tempat Pelatihan dan Ketrampilan Usaha) Santri P. 2 ruang komunikasi (putra/ putri) Q. Wartel Putra & Wartel Putri R. 4 Kantin Putra & Kantin Putri S. 2 Toko pelajar T. Balai Kesehatan/ klinik U. Lapangan olah raga; Sepak Bola, Volley Ball, Bulu Tangkis, Tenis Meja, Bola Basket, Futsal, dll.
DAFTAR TENAGA EDUKATIF DAN ADMINISTRATIF PONDOK PESANTREN DARUL AMANAH NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
NAMA KH. Mas’ud Abdul Qodir Drs. Junaidi Abdul Jalal Nur Kholifah, B.Sc Drs. Sukanto M. Najib Nasikhudin Hasan Bisri H. Mahfud Shodiq, S.Pd.I Umdanah Drs. H. Asro Ali Bisri Suhri Nur Yasin Karmini, S.Pd.I Muhlisin Ahmad Mudzakir H. Abdul Munif Khamami, S.Pd.I Drs. Istanto Mansyur, S.Pd.I Taufiqurrohman, S.Ag. Suwardi, S.Pd.I Samsi, A.Ma. Sholeh Saifudin, S.A.g. Kardi, S.Ag. Ahmad Fandil, S.Pd.I Drs. Saifudin Tamam Zainurrofiqin Moch. Nashokha, S.Ag. Damami, S.Pd.I Ir. Supriyadi Bowo L Andi Maksum, SP Ahmad Sholeh, SE Mudrik Khoeron H. Muhammad Adib Asih Suryani, S.Pd.I M. Adib Muhlisin Suparmi Andika Ziat Sobri, SS Arif Jananto M. La Roibafih Muzaroah Masrurkh HM. Fatwa Fitri Indana Zulfa Siti Zulaikha, S.Pd.I Fatmawati, S.Pd Siti Aminatun Edy Wibowo, A.Md
MULAI TUGAS 17 Juli 1990 17 Juli 1990 17 Juli 1990 17 Juli 1990 17 Juli 1990 17 Juli 1990 17 Juli 1990 18 Juli 1991 18 Juli 1991 18 Juli 1991 18 Juli 1991 18 Juli 1991 18 Juli 1991 18 Juli 1991 20 Juli 1992 20 Juli 1992 17 Juli 1996 17 Juli 1996 21 Juli 1997 20 Juli 1998 20 Juli 1998 19 Juli 1999 19 Juli 1999 19 Juli 1999 19 Juli 1999 19 Juli 1999 19 Juli 1999 19 Juli 2000 19 Juli 2000 14 Juli 2003 14 Juli 2003 19 Juli 2004 19 Juli 2004 18 Juli 2005 18 Juli 2005 18 Juli 2005 17 Juli 2006 17 Juli 2006 17 Juli 2006 17 Juli 2006 16 Juli 2007 16 Juli 2007 16 Juli 2007 16 Juli 2007 16 Juli 2007 16 Juli 2000 16 Juli 2005 16 Juli 2007 16 Juli 2007
PENDIDIKAN TERAKHIR KMI Gontor Ponorogo (IPD/ISID) KMI Gontor Ponorogo, SETIA WS Smg AA. YPKN Yogyakarta IKIP Yogyakarta Pes. Luhur Semarang Pes. Babakan Slawi Tegal Pes. API Tegalrejo Magelang PP API Tegalrejo Mgl, SETIA WS Smg TMI Ngabar Ponorogo IAIN Semarang Pes. Luhur Semarang KMI Gontor Ponorogo TMI Lampung Sumatra, SETIA WS Smg Pes. API Tegalrejo Magelang Pes. API Tegalrejo Magelang KMI Gontor Ponorogo SETIA WS Semarang UNTAG Semarang TMI Darul Amanah, SETIA WS Smg UN Darul Ulum Jombang Jawa Timur UNCOK Yogyakarta TMI Darul Amanah, SETIA WS Smg IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta TMI Darul Amanah, IIWS Semarang TMI Darunnajah Jakarta, SETIA WS Smg UNISSULA Semarang TMI Darul Amanah, SETIA WS Smg STAIN Salatiga TMI Darul Amanah, SETIA WS Smg UPN Veteran Yogyakarta UN Muria Kudus UN Muhammdiyah Magelang Pes. API Tegalrejo Magelang TMI Darunnajah Jakarta, Al Azar Kairo Mesir
IKIP Semarang TMI Darun Amanah TMI Darul Amanah TMI Darul Amanah UNAKI Semarang TMI Darul Amanah TMI Darul Amanah TMI Darul Amanah TMI Darul Amanah KMI Gontor, TMI Al Amin TMI Darul Amanah TMI Darul Amanah, SETIA WS IKIP PGRI Semarang TMI Darunnajah Bogor Politeknik PPKP Yogyakarta
ALAMAT Sukorejo Pageruyung Sukorejo Bawang Pageruyung Pageruyung Pageruyung Sukorejo Weleri Pageruyung Pageruyung Sukorejo Sukorejo Sukorejo Sukorejo Gemuh Pageruyung Patean Pageruyung Sukorejo Pageruyung Sukorejo Pageruyung Pageruyung Pageruyung Pageruyung Plantungan Sukorejo Sukorejo Patean Plantungan Bawang Sukorejo Sukorejo Pekalongan Bawang Batang Batang Kendal Gemuh Pekalongan Pekalongan Boja Sukorejo Weleri Pageruyung Plantungan Pageruyung Temanggung
50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103
Anif Hanafi Edy Wibowo Muh Ahkam M. Zulfanimatin Q Syarif Hidayat Zainal Mustofa Eva Indriyani Mufidah Nova Hestiana Indana Zulfa Zuhana Taufiqoh Zaenal Abidin, S.Pd.I Izzatul Millah, S.Pd Vina Nihayatul M, S.H.I Arum Ulisttiowati Zainurrohib, A.Ma Rubiyanro Slamet Wiyono Didik Tri Hartadi Ira Rahmawati Evi Ismawati Dewi Umayah HM. Nasirudin Novan Andriyanto, S.Pd.I Muh Rofi’I, ST Fathunnajah, S.Pd.I Nur Laela Hikmah Urifat Ida Prasojo, S.Kom Teguh Sugeng H, A.Md Tri Ernawati, S.Pd Zarkasi, S.Pd.I Syaikhurijal Ali Yafi Risky wijanarko Nur Wahid Rudiyansyah Maskurin Mahdhonatul Asyari Dwi Novianto Khotim Shohih Zainul Ihsan Nur Mahmudi Uma Farida Listia Irmayanti Labibatuzzahroh Vina Niamiatul M Anisatul Fuadiyah Istianah Laily Isrofiyah Lina Wahyuningsih, S.Pd.I Ariyatun, S.Pd.I Fikriyah, S.Pd.I Lukman Hakim Al Hafidz
16 Juli 2007 14 Juli 2008 14 Juli 2008 14 Juli 2008 14 Juli 2008 14 Juli 2008 14 Juli 2008 14 Juli 2008 14 Juli 2008 14 Juli 2008 14 Juli 2008 14 Juli 2008 14 Juli 2008 14 Juli 2008 14 Juli 2008 14 Juli 2008 14 Juli 2008 13 Juli 2009 13 Juli 2009 13 Juli 2009 13 Juli 2009 13 Juli 2009 13 Juli 2009 13 Juli 2009 13 Juli 2009 13 Juli 2009 13 Juli 2009 13 Juli 2009 13 Juli 2009 13 Juli 2009 13 Juli 2009 12 Juli 2010 12 Juli 2010 12 Juli 2010 12 Juli 2010 12 Juli 2010 12 Juli 2010 12 Juli 2010 12 Juli 2010 12 Juli 2010 12 Juli 2010 12 Juli 2010 12 Juli 2010 12 Juli 2010 12 Juli 2010 12 Juli 2010 12 Juli 2010 12 Juli 2010 12 Juli 2010 12 Juli 2010 12 Juli 2010 12 Juli 2010 12 Juli 2010 12 Juli 2010
Ponpes Darul Falah Jepara TMI Darul Amanah TMI Darul Amanah TMI Darul Amanah TMI Darul Amanah TMI Darul Amanah TMI Darul Amanah TMI Darul Amanah TMI Darul Amanah TMI Darul Amanah TMI Darul Amanah STAI Qomarudin Gresik IKIP PGRI Semarang TMI Darul Amanah, IAIN Walisongo Smg SMK Semarang KMI Gontor TMI Darul Amanah, VICO Semarang TMI Darul Amanah TMI Darul Amanah TMI Darul Amanah TMI Darul Amanah TMI Darul Amanah TMI Darunnajah Jakarta IKIP PGRI Semarang TMI Darul Amanah, UNDIP Semarang ISID Gontor TMI Darul Amanah TMI Darul Amanah AMIKOM Yogyakarta STIMIK Cikarang UNY Yogyakarta TMI Darul Amanah, SETIA WS TMI Darul Amanah TMI Darul Amanah TMI Darul Amanah TMI Darul Amanah TMI Darul Amanah TMI Darul Amanah TMI Darul Amanah TMI Darul Amanah TMI Darul Amanah TMI Darul Amanah TMI Darul Amanah TMI Darul Amanah TMI Darul Amanah TMI Darul Amanah TMI Darul Amanah TMI Darul Amanah TMI Darul Amanah TMI Darul Amanah IAIN Walisongo Semarang IAIN Walisongo Semarang TMI Darul Amanah, SETIA WS Semarang TMI Darul Amanah, Pes. Al Qur’an Wonodadi
Demak Batang Pageruyung Pekalongan Plantungan Pageruyung Sukorejo Pageruyung Sukorejo Bawang Sukorejo Sukorejo Wonotunggal Sukorejo Temanggung Gemuh Semarang Patebon Pemalang Plantungan Subah Pemalang Banten Weleri Plantungan Sukorejo Plantungan Pageruyung Patean Pageruyung Sukorejo Pageruyung Bawang Pemalang Wonotunggal Pageruyung Jakarta Pageruyung Rowosari Rowosari Pekalongan Plantungan Bandar Pageruyung Patebon Pemalang Plantungan Jambi Pageruyung Rowosari Patebon Weleri Sukorejo Plantungan
RUTE PONDOK PESANTREN DARUL AMANAH Keterangan Jarak: Weleri – Sukorejo
: 18 Km
Sukorejo – Kabunan
: 4 Km
Weleri – Kabunan Via Pageruyung
: 20 Km
Semarang – Darul Amanah Via Weleri
: 60 Km
Pekalongan – Darul Amanah Via Limpung
: 59 Km
BIODATA PENULIS Nama
: Khadiq Muakrom
Tempat, tanggal lahir
: Pekalongan, 25 Pebruari 1987
Alamat
: Ds. Mojokarang Kulon, Kalimojo Sari Rt 04 Rw 14 Kec. Doro, Kab. Pekalongan
Phone/ HP
: 08562674088
Nama Orang Tua Ayah
: H. Rohmad
Ibu
: Hj. Siti Khapsah
Riwayat Pendidikan Formal Pendidikan Formal
Pendidikan Non Formal
:TK-KB Wonosari
(1993-1994)
SDN 02 Kalimojo Sari
(1994-2000)
MTs Syahid Doro
(2000-2003)
MA Darul Amanah Sukorejo
(2003-2005)
MA Futuhiyyah Mranggen
(2005-2006)
S1 IAIN Walisongo Semarang
(2006-2012)
Pondok Pesantren Darul Amanah Sukorejo Kendal Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Semarang, 21 Juni 2012 Yang Menyatakan
Khadiq Muakrom NIM. 063311042