Komunike, Volume 7, No. 1, Juni 2015
POLA KOMUNIKASI PIMPINAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT (Study Kasus Di Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim Praya)
Hasan Asgar
Fakultas Dakwah dan Komunikasi Institut Agama Islam Negeri IAIN Mataram Email:
[email protected] Abstrak Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan untuk menginformasikan, mengubah sikap, pendapat, dan perilaku, baik verbal maupun non verbal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi pimpinan Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim, dalam meningkatkan partisipasi masyarakat. Penelitian ini menyimpulkan bahwa partisipasi masyarakat cukup apresiatif dengan kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan pondok pesantren Darul Ulum Beraim Praya Tengah. Pola komunikasi yang dilakukan oleh pimpinan pondok pesantren dengan masyarakat berjalan secara dialog. Pola kepemimpinan pimpinan Pondok Pesantren juga selalu mengedepankan kebersamaan dan kekeluargaan, musyawarah dengan para ustadz, para guru, tokoh masyarakat, dan memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengeluarkan pendapat, ide, dan gagasan demi kemajuan Pondok Pesantren. Diantara bentuk partisipasi masyarakat terhadap Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim dengan cara memberikan uang, menyumbangkan sebagian hartanya untuk kepentingan Ponpes, menyumbangkan buah pikiran, dan berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Oleh karenanya, pola komunikasi, dan partisipasi pimpinan ponpes Darul Ulum Beraim dengan masyarakat dapat menciptakan hubungan yang baik dengan melibatkan para alumni, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, dan pemerintah. Kata Kunci: Pola Komunikasi, Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim, Peningkatan Partisipasi Masyarakat.
80
Pola Komunikasi Pimpinan Pondok Pesantren...
Komunike, Volume 7, No. 1, Juni 2015
A. Pendahuluan Istilah pondok berasal dari pengertian asrama-asrama para santri yang disebut pondok atau tempat tinggal yang dibuat dari bambu atau berasal dari bahasa Arab yaitu pundug, yang berarti hotel atau asrama. Sedangkan pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe-dan ahiran-an yang berarti tempat para santri. Selanjutnya kata pondok dan kata pesantren digabungmenjadi satu sehingga membentuk pondok pesantren. Pondok pesantren menurut Arifin adalah suatu lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar dengan sistem asrama (komplek) dimana santri- santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dari leadership seorang atau beberapa orang Tuan Guru (TGH) dengan ciri-ciri khas yang bersifat karismatik serta independent dalam segala hal.1 Pada dasarnya pesantren ter bentuk sebagai perwujudan dari dua keinginan yang bertemu keinginan orang yang ingin menimba ilmu sebagai bekal hidup (santri) dan Arifin, Kajian Mengenai Pondok Pesantren: Manajemen Perubahan di Pondok Pesantren (Depok Sleman Yogyakarta,2014), h.111. 1
keinginan orang yang secara ikhlas mengajarkan ilmu dan pengalamannya kepada umat (Tuan Guru (TGH). Sehingga secara pisik pondok pesantren adalah lembaga yang memadukan dua keinginan tersebut. Dalam pondok pesantren terdapat santri yang tidak menginap di pondok atau asrama, namun mereka pulang dan setiap waktu mulai mengaji mereka sudah siap, mereka dinamakan santri desa atau santri kalong. Pondok pesantren awal mulanya diidentifikasi sebagai ”gejala desa”. Gejala desa artinya pondok pe santren merupakan institusi pen didikan Islam tradisional yang kehadirannya bukan untuk me nyiapkan pemenuhan tenaga kerja terampil atau professional sebagaimana tuntutan masyarakat modern sekarang ini.Pondok pesantren didirikan oleh perorangan yakni Tuan Guru(TGH).Lembaga pendidikan ini dimaksudkan untuk mengajari para santri belajar agama mulai dari tingkat dasar sampai tingkat lanjut. Tuan Guru (TGH) adalah sentral utama berdirinya pondok pesantren.Tidak pernah ada pesantren tanpa Tuan Guru (TGH). Otoritas kepemimpinan pesantren sepenuhnya berada pada Tuan Guru
Hasan Asgar
81
Komunike, Volume 7, No. 1, Juni 2015
(TGH) oleh Karena itu, keberadaan dan perkembangan pesantren di tentukan oleh kekuatan Tuan Guru (TGH) yang bersangkutan. Jika Tuan Guru (TGH) wafat, maka secara otomatis akan di teruskan oleh para keturunan atau keluarga dekat Tuan Guru (TGH) yang bersangkutan Dalam tradisi pesantren, menurut Nurkholis Madjid, terdapat empat kata (istilah jawa) yang dominan digunakan didalamnya, antara lain: santri, Tuan Guru (TGH), ngaji dan njenggoti.2Istilah-istilah tersebut sangat akrab dan melekat di pondok pesantren, bahkan dikalangan Tuan Guru (TGH), dan para peneliti pondok pesantren. Istilah ngaji dan njenggoti inilah yang menjadikan statement dan tesis bahwa pesantren itu mengembangkan dan mewariskan tradisi, bukan hanya mewariskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan saja. Dhofier mengemukakan bahwa, terdapat tiga alasan utama mengapa sebuah pesantren harus mempunyai asrama bagi para santri. Pertama, kemasyhuran seorang Tuan Guru (TGH), kedalaman pengetahuannya tentang Islam menarik santri-santri jauh.Untuk dapat menggali ilmu dari Tuan Guru (TGH) tersebut 2
82
Ibid., h. 113.
secara teratur dan dalam waktu yang lama, para santri tersebut harus meninggalkan kampung halamannya dan menetap didekat kediaman Tuan Guru (TGH). Kedua, hampir semua pesantren berada di desa-desa dimana tidak tersedia perumahan yang cukup untuk dapat menampung santri-santri, dengan demikian perlu sebuah asrama yang khusus. Ketiga, ada sikap timbal balik antara Tuan Guru (TGH) dan santri dimana para santri-santri menganggap Tuan Guru (TGH)nya seolaholah bapaknyasendiri, sedangkan Tuan Guru (TGH) menganggap santri sebagai titipan Tuhan yang senantiasa harus dilindungi.Sikap ini menimbulkan perasaan tanggung jawab dari seorang Tuan Guru (TGH) kepada santri, sehingga Tuan Guru (TGH) membangun sebuah asrama untuk menampung para santrinya tersebut.3 Di Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim, masyarakat cukup apresiatif dengan kegiatan dan program yang ada, contohnya setiap hari ahad, ada pengajian umum yang disampaikan oleh pimpinan pondok pesantren yaitu TGH Mukhsin Bukhary. Masyarakat berbondongbondong dating untuk menghadiri acara pengajian tersebut, dengan 3
Pola Komunikasi Pimpinan Pondok Pesantren...
Ibid., h. 124.
Komunike, Volume 7, No. 1, Juni 2015
membawa tikar dari rumahnya masing-masing sebagai alas tempat duduknya. Dan yang paling penting juga adalah masyarakat Desa Beraim rata-rata perekonomiannya rendah, pekerjaanya sebagai buruh tani dan petani,tidak sedikit anak-anaknya mau melanjutkan pendidikannya ke sekolah-sekolah negeri yang kurang pelajaran agamanya seperti SMP dan SMA, supaya hidup bebas, bisa keluar kemana-mana. Masyarakat Desa Beraim tidak mau melihat anak-anaknya hidup bebas berkeliaran, yang bisa membuat perilaku dan tutur katanya menjadi tidak sopan kayak anak-anak remaja yang tidak sekolah. Oleh karena itu, mereka menyadari bahwa pendidikan Islam itu sangat penting dan menjadi kebutuhan hidupnya, sehingga memondokkan anaknya untuk menimba ilmu agama dengan harapan bisa berperilaku baik dan bisa membimbing keluarga kearah yang lebih baik dengan bernuansa agama. TGH Mukhsin Bukhary telah mampu menarik perhatian masyarakat dengan retorika dakwahnya dan gaya komunikasinya yang simple yakni menggunakan bahasayang mudah dipahami dan dimengerti oleh masyarakat dan santri sehingga komunikasi antara pimpinan pondok pesantren dengan
masyarakat dan santri bisa berjalan dengan efektif dan efisien. Hubungan Pimpinan ponpes dengan masyarakat juga terlihat dalam kegiatan-kegiatan. Pertama, pengajian mingguan yang dikoordinir langsung oleh masyarakat, seperti penyajian tikar dan terop. Kedua, melibatkan alumnidan memberikan pengajian kepada santri (pengajian kitab kuning dan latihan muhadharah. Ketiga, melibatkan masyarakat kalau ada proyek pembangunan ponpes seperti pengecoran madrasah dan pembangunan pondok. Disamping itu, masyarakat sekitar Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim ikut andil mengawasi santri dalam melaksanakan segala aktifitas pembelajaran yang ada di pondok pesantren tersebut, serta mengantarkan makanan dan minuman kepada santriwan santriwati sebagai bentuk partisipasinya, serta keamanan pondok sehingga santriwan santriwati merasa nyaman dalam kegiatan belajar baik di pondok maupun di madrasah. Karena masyarakat itu pada hakikatnya juga sebagai stakeholder pondok pesantren.Untuk mewujudkan hal tersebut, Tuan Guru (TGH) harus mampu menjalin kerja sama yang baik, harmonis, dan efektif dengan
Hasan Asgar
83
Komunike, Volume 7, No. 1, Juni 2015
keluarga dan masyarakat, serta mampu mempertanggung jawabkan (acountability) kepemimpinannya kepada keluarga dan masyarakat.
2. Pesan : Pernyataan yang didukung oleh lambing
B. Pengertian Komunikasi Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan untuk menginformasikan, mengubah sikap, pendapat, dan perilaku, baik secara verbal maupun non verbal. Dalam definisi tersebut terdapat tujuan untuk memberi tahu atau mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion), dan perilaku (behavior). Jika ditinjau dari segi penyampaian, maka komunikasi bersifat informatik dan persuasif. Komunikasi persuasif lebih sulit dari pada komunikasi informatif karena memang tidak mudah untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang atau sejumlah orang.4
4. Media: Sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikasi jauh tempatnya atau banyak jumlahnya
Adapun komponen-komponen serta hal-hal yang harus ada dalam proses komunikasi yakni: 1. Komunikator: Orang menyampaikan pesan
yang
Onong Uchjana Efendy, Pengertian Komunikasi : Dinamika komunikasi (Penerbit PT Remaja Rosda Karya-Bandung, 1986), h. 5. 4
84
3. Komunika: Orang yang me nerima pesan
5. Efek: Dampak sebagai pengaruh dari pesan Teknik komunikasi adalah cara atau “seni” penyampaian suatu pesan yang dilakukan seorang komunikator sedemikian rupa, sehingga menimbulkan dampak tertentu pada komunikan. Pesan yang disampaikan komunikator adalah pernyataan sebagai paduan pikiran dan perasaan, dapat berupa ide, informasi, keluhan, keyakinan, imbauan, dan anjuran. Pernyataan tersebut dibawakan oleh lambang bahasa. Dikatakan lambang, karena bahasa pada umumnya digunakan untuk me nyalurkan pernyataan itu, sebab ada juga lambang lain yang di pergunakan, antara lain gerakan anggota tubuh, gambar, warna, me lambaikan tangan, mengedipkan mata, mencibirkan bibir atau menganggukkan kepala. Oleh karenanya, lambang merupakan cara untuk menunjukkan perasaan
Pola Komunikasi Pimpinan Pondok Pesantren...
Komunike, Volume 7, No. 1, Juni 2015
atau pikiran seseorang. Demikian pula warna, seperti pada lampu lalu lintas : merah berarti berhenti, kuning berarti siap, dan hijau berarti jalan; kesemuanya itu lambang yang dipergunakan polisi lalu lintas untuk menyampaikan instruksi kepada para pemakai jalan.5 Maka dari itu, dalam komunikasi juga terdapat faktor-faktor penghambat. C. Faktor-Faktor Penghambat
Komunikasi 1. Hambatan sosio-antro psiko logis Proses komunikasi berlangsung dalam konteks situasional. Ini berarti bahwa komunikator harus memperhatikan situasi ketika ko munikasi dilangsungkan, sebab situasi amat berpengaruh terhadap kelancaran komunikasi, ter utama situasi yang berhubungan dengan faktor-faktor sosiologisantropologis-psikologis. Hambatan sosiologis Seorang sosiolog Jerman ber nama Ferdinand Tonnies mengklasi fikasikan kehidupan manusia dalam masyarakat menjadi dua jenis pergaulan yang ia namakan Gemeinschaft dan Gesellschaft. Gemeinschaft adalah pergaulan 5
Ibid., h. 6.
hidup yang bersifat pribadi, statis, dan tak rasional, seperti dalam kehidupan rumah tangga. Sedang Gesellschaft adalah pergaulan hidup yang bersifat tak pribadi, dinamis, dan rasional, seperti pergaulan di kantor atau dalam organisasi. Berkomunikasi dalam Gemein schaft dengan istri atau anak tidak akan menjumpai banyak hambatan karena sifatnya personal atau pribadi sehingga dapat dilakukan dengan santri; adalah lain dengan komunikasi dalam Geselschaft. Masyarakat terdiri dari berbagai golongan dan lapisan yang menimbulkan perbedaan dalam status sosial, agama, ideology, tingkat pendidikan, tingkat kekayaan dan sebagainya, yang kesemuanya dapat menjadi hambatan bagi kelancaran komunikasi. 2. Hambatan antropologis Komunikasi akan berjalan lancar jika suatu pesan yang di sampaikan komunikator diterima oleh komunikan secara tuntas, yaitu diterima dalam pengertian received atau secara inderawi, dan dalam pengertian accepted atau secara rohani. Seorang pemirsa televise mungkin menerima acara yang disiarkan dengan baik karena gambar yang tampil pada pesawat televise amat terang dan suara yang keluar amat jelas, tetapi mungkin
Hasan Asgar
85
Komunike, Volume 7, No. 1, Juni 2015
ia tidak dapat menerima ketika seorang pembicara pada acara itu mengatakan bahwa daging babi lezat sekali, si pemirsa tadi hanya menerimanya dalam pengertian accepted. Jadi teknologi komunikasi tanpa dukungan kebudayaan tidak akan berfungsi. 3. Hambatan psikologis Faktor psikologis seringkali men jadi hambatan dalam komunikasi. Hal ini umumnya disebabkan si komunikator sebelum melancarkan komunikasinya tidak mengkaji dirinya sebagai komunikan. Komunikasi sulit untuk berhasil apabila komunikan sedang sedih, bingung, marah, merasa kecewa, merasa iri hati, dan kondisi psikologis lainya.6 4. Peranan komunikator Keefektifan komunikasi ditentu kan oleh etos komunikator. Etos adalah nilai diri seorang yang merupakan paduan darikognisi, afeksi dan konasi. Kognisi adalah proses memahami yang bersangkutan dengan pikiran; afeksi adalah perasaan yang ditimbulkan oleh prangsang dari luar; konasi adalah aspek psikologis yang berkaitan dengan upaya atau perjuangan. Etos tidak timbul pada seseorang dengan 6
86
Ibid., h. 11-12.
begitu saja, tetapi ada faktor-faktor tertentu yang mendukungnya. Faktor-faktor tersebut adalah: a) Kesiapan Seorang komunikator yang tampil di mimbar harus menunjukkan kepada khalayak, bahwa ia muncul didepan forum dengan persiapan yang matang. b) Kesungguhan Seorang komunikator yang berbicara dan membahas suatu topik dengan menunjukkan kesungguhan, akan menimbul kan kepercayaan pihak komunikan kepadanya. Banyak orator politik yang berhasil menyisipkan suatu humor kedalam pidatonya, tetapi dengan hati-hati mereka menghindarkan diri dari julukan sebagai pelawak. c) Ketulusan Seorang komunikator harus membawakan kesan kepada khalayak, bahwa berhati tulus dalam niat dan perbuatannya. 5. Teknik Komunikasi Persuasif Komunikasi bersifat informatif dan persuasif, bergantung kepada tujuan komunikator. Dibandingkan dengan komunikasi informatif, komunikasi persuasif lebih sulit, jika
Pola Komunikasi Pimpinan Pondok Pesantren...
Komunike, Volume 7, No. 1, Juni 2015
komunikasi informatif bertujuan hanya untuk memberi tahu. Sedangkan komunikasi persuasif bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku. Istilah persuasi (persuasion) bersumber pada perkataan latin persuasion, dan kata kerjanya adalah persuadere yang berarti membujuk, mengajak atau merayu. Para ahli komunikasi sering kali menekankan bahwa persuasi adalah kegiatan psikologis. Maka dari itu, harus ada pe rencanaan komunikasi persuasif agar komunikasi persuasif itu mencapai tujuan dan sasarannya, maka perlu dilakukan perencanaan yang matang. Perencanaan dilakukan berdasarkan komponen-komponen proses komunikasi. Komponen komunikasi adalah komunikator, pesan, media dan komunikan. Bagi seorang komunikator, suatu pesan yang akan dikomunikasikan sudah jelas isinya, tetapi yang perlu dijadikan pemikiran ialah pengelolaan pesan. Pesan harus ditata sesuai dengan diri komunikan yang akan dijadikan sasaran. Dalam hubungan ini komunikator harus terlebih dahulu melakukan komunikasi intrapersonal, berkomunikasi dengan diri sendiri, bertanya kepada diri sendiri untuk dijawab oleh diri sendiri.
a) Teknik asosiasi Teknik asosiasi adalah penyajiaan pesan komunikasi dengan cara menumpangkannya pada suatu objek atau peristiwa yang sedang menarik perhatian khalayak. Teknik ini sering dilakukan oleh kalangan bisnis atau kalangan politik. b) Teknik integrasi Yang dimaksud dengan integrasi disini adalah kemampuan komunikator untuk menyatukan diri secara komunikatif dengan komunikan. Ini berarti bahwa, melalui katakata verbal atau nirverbal, komunikator menggambarkan bahwa ia “senasib”dan karena itu menjadi satu dengan komunikan.7 D. Pola Komunikasi Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat 1. Dialog Dari hasil wawancara dan observasi di lapangan bahwa komunikasi yang dilakukan Tuan Guru (TGH) Muhsin Bukhary adalah dialog antara dua orang atau lebih dengan masyarakat 7
Ibid, h.23.
Hasan Asgar
87
Komunike, Volume 7, No. 1, Juni 2015
terkait dengan masalah apa yang ingin dibicarakan atau ditanyakan secara pribadi antara masyarakat dengan Tuan Guru (TGH) dalam rangka meningkatkan pemahaman keagamaan masyarakat. Kegiatan dialog yang dilakukan oleh Tuan Guru (TGH) di sini adalah secara tertutup, karena banyak masyarakat yang menceritakan perilaku-perilaku atau keperibadiannya sendiri, dan kegiatan dialog agak lebih nyaman karena apa yang menjadi permasalahan masyarakat itu secara langsung diterima dan diberikan solusinya oleh Tuan Guru (TGH). Oleh sebab itu, peneliti berbicara langsung dengan beliau yang mengatakan:
Seperti yang dikatakan oleh Khotim tokoh pemuda di sana mengatakan lebih lanjut.
“adalah hal yang tepat untuk langsung bertanya masalah agama yang memang tidak masyarakat pahami, dan bagaimana cara masyarakat menyikapi permasala han tersebut dengan keadaan zaman yang semakin maju, bahwa Tuan Guru (TGH) tempat kami bertanya dan mencari jalan keluar terkait masalah yang ditanyakan tersebut sesuai dengan solusi yang ditawarkan agama islam untuk masalah yang berkembang dimasyarakat”.8
Dialog yang dilakukan Tuan Guru (TGH) disini salah satunya adalah masalah haji atau ketidak tahuan masyarakat dalam tata cara mengerjakan ibadah haji sehingga banyak masyarakat Desa Beraim menanyakan permasalahanpermasalahan yang ada pada ibadah haji, dan ini sering dilakukan antara Tuan Guru (TGH) dan masyarakat sehubung Tuan Guru (TGH) sangat paham tata cara melakukan ibadah haji.10
TGH. Muhsin Bukhary, Wawancara, Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim, tgl 10 Maret 2015.
Khotim, Wawancara,Tokoh Pemuda, tgl 10 Maret 2015. 10 Ibid, tgl 10 Maret 2015.
8
88
Komunikasi dialog yang dilakukan Tuan Guru (TGH) secara langsung berhadapan dengan masyarakat sehingga dapat meresap hati audiennya dalam merubah sikap dan pola fikir masyarakat itu sendiri, karena masyarakat diberikan masukan terkait permasalahan agama dan sosial kehidupan yang dijalaninya. Kegiatan inilah yang rutin dilakukan Tuan Guru (TGH) apabila dalam kondisi yang memang sehat dan siap menerima tamu yang datang kerumahnya untuk dialog terkait masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat. 9
9
Pola Komunikasi Pimpinan Pondok Pesantren...
Komunike, Volume 7, No. 1, Juni 2015
Dalam komunikasi dialog dilakukan oleh Tuan Guru (TGH), bagaiman Tuan Guru (TGH) menghargai masyarakat dengan mendengarkan secara mendalam atas apa yang disampaikan oleh masyarakat agar topik yang dibicarakan mudah dimengerti. Dialog yang dilakukan oleh Tuan Guru (TGH) bersifat sepontan atau tidak pandang waktu dan terjadi secara kebetulan, seperti yang dikatakan oleh H. Tohri Abbas : “Bahwa banyakkeperibadian masyarakat kurang dalam memahami isi dari agama islam itu sendiri sehingga masyarakat datang tidak melihat waktu, kadang datang secara kebetulan”. Dan kegiatan dialog ini sering dilakukan oleh Tuan Guru (TGH) ketika masyarakat datang ke rumahnya, untuk membahas permasalahan yang tidak dapat masyarakat pecahkan, sehingga Tuan Guru (TGH) memberikan masukan terhadap masyarakat guna memberikan jalan keluar atau keputusan yang lebih baik.11
Dalam komunikasi dialog yang dilakukan oleh Tuan Guru (TGH), bagaimana tuan gurumenghargai masyarakat dengan mendengarkan secara mendalam atas apa yang
disampaikan oleh masyarakat agar topik yang dibicarakan mudah dimengerti.12 Begitu pula dialog yang dilakukan oleh Tuan Guru (TGH) bagaimana beliau ingin mengajarkan masyarakat apa yang mereka tidak ketahui dalam normanorma keagamaan seperti Allah Swt mengajarkan Nabi Adam As yang ia tidak ketahui yang ada di Langit dan Bumi.13 2. Majlis Ta’lim Dari hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan di lokasi penelitian, dan kegiatan majlis ta’lim ini dilakukan pada hari jum’at, namun dalam kegiatan ini tidak terlalu banyak jamaah pengajian yang hadir dalam majlis ini. Dan kegiatan ini Tuan Guru (TGH) sendiri yang mengadakan tanpa ada musyawarah dengan masyarakat Beraim. Adapun kegiatan-kegiatan dakwah yang dilakukan oleh Tuan Guru (TGH) Muhsi Bukhary yang berupa majlis ta’lim, dan dalam kegiatan majlis ta’lim ini jamaah pengajian yang hadir hanya beberapa orang yaitu kurang lebih 10 sampai dengan 14 orang dan dan dalam penyampaian pesan dakwahnya Ibid, tgl 19 Maret 2015. TGH. Muhsin Bukhary, Wawancara, Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim, tgl 21 Maret 2015. 12 13
H. Tohri Abbas, Wawancara,Tokoh Masyarakat, tgl 19 Maret 2015. 11
Hasan Asgar
89
Komunike, Volume 7, No. 1, Juni 2015
dapat timbal balik antara Tuan Guru (TGH) dengan jamaah pengajian dalam memecahkan masalah sehingga jamaah pengajian bisa langsung menanyakan pesan yang tidak dimengerti kepada Tuan Guru (TGH). Dan dalam kegiatan ini pesan-pesan yang akan disampaikan tidak ditentukan oleh Tuan Guru (TGH) melainkan para jamaah yang menentukan permasalahan apa yang akan disampaikan oleh Tuan Guru (TGH).14 Dalam majlis ta’lim, penyampaian dakwah yang dilakukan oleh Tuan Guru (TGH) sebelum memulai atau berhenti, Tuan Guru (TGH) membuka konteks pertanyaan apa yang akan disampaikan dalam dakwahnya sesuai keinginan masyarakat, sehingga memudahkan masyarakat dan memberikan peluang bagi masyarakat yang belum mengerti dari isi dakwah yang disampaikan sebelumnya. Adapun majlis ta’lim yang dilakukan oleh Tuan Guru (TGH) juga membuka majlis ta’lim di rumanya sendiri bagi masyarakat yang tidak sibuk, dan dalam kegiatan ini masyarakat berinteraksi langsung dengan Tuan Guru (TGH) secara tatap muka, sehingga masyarakat
luas untuk bertanya diluar konteks dakwah, guna bertukar fikiran antara audiens dengan Tuan Guru (TGH).15 Dalam kegiatan lain seperti diskusi dan musyawarah dalam menyelesaikan masalah atau konflik, Tuan Guru (TGH) sangat berperan penting dalam menentukan pendapat-pendapat yang dikeluarkan masyarakat, sehingga tidak terjadi kesalahan-kesalahan pendapat antara masyarakat dengan masyarakat lainnya, seperti salah satu contoh pemilihan kepala dusun, Tuan Guru (TGH) sangat perlu dihadirkan sebagai saksi karena sehubung Tuan Guru (TGH) adalah penghulu Desa Beraim, jika Tuan Guru (TGH) tidak dihadirkan, maka akan terjadi kesalah pahaman masyarakat yang satu dengan yang lain seperti yang terjadi sebelumnya, masyarakat bertengkar mempertahankan pen dapat mereka masing-masing sehingga terjadi pertengkaran antara masyarakat yang satu dengan lainya sehingga tidak bisa diselesaikan, namun setelah Tuan Guru (TGH) dihadirkan, masyarakat sebagai saksi
Observasi, Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim, tgl 30 Maret 2015. 15
14
90
Ibid, tgl 21 Maret 2015.
Pola Komunikasi Pimpinan Pondok Pesantren...
Komunike, Volume 7, No. 1, Juni 2015
pertengkaran tersebut tidak terulang kembali.16 Kegiatan lain yang dilakukan Tuan Guru (TGH) dalam komunikasi kelompok lain, dapat memecahkan permasalahan yang ada pada masyarakat baik dari segi psikologis maupun dalam kehidupan sosial, dengan bertukar pikiran antara audien yang satu dengan yang lain guna mencapai tujuan yang sama walaupun berbeda-beda pendapat, namun Tuan Guru (TGH) bisa menyikapi semua pendapat-pendapat masyarakat dengan perkataan yang lemah lembut. Dan dalam menyikapi pendapatpendapat masyarakatyang berbeda terlebih dahulu Tuan Guru (TGH) memberikan satu-persatu diantara masyarakat untuk mengeluarkan pendapat mereka masing-masing sehingga Tuan Guru (TGH) mudah dalam mengambil keputusan atau membenarkan pendapat masyarakat yang kurang baik menjadi lebih baik, dengan arahan-arahan atau nasehat dengan perkataan yang baik. Dan Tuan Guru (TGH) dalam penyampaian pesan dakwahnya mengkritik masyarakat secara terangterangan dengan menggunakan Ustadz Khairuman, Wawancara, Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim, tgl 4 April 2015 16
pesan-pesan yang membangun atau dalam arti informasi yang disampaikan mendidik masyarakat.17 Adapun dalam majlis ta’lim yang diadakan oleh Tuan Guru (TGH) selalu membangun dan mendidik masyarakat tapi juga bisa menjalin hubungan yang harmonis antara Tuan Guru (TGH) dengan masyarakat sehingga masyarakat terbiasa dalam menanyakan sesuatu yang tidak dimengerti dalam melakukan ibadah sholat atau berperilaku yang baik dalam hubungan sesama masyarakat. Sebagaimana yang dikatakan oleh Fikri selaku jamaah pengajian; bahwa kebanyakan dari masyarakat ketika ingin menyampaikan sesuatu kepada Tuan Guru (TGH) sebagian masyarakat masih gugup atau malu dalam menanyakan sesuatu yang mereka tidak pahami dalam agama Islam; .18 Dengan demikian dalam majlis ta’lim atau komunikasi kelompok yang dilakukan oleh Tuan Guru (TGH), terlebih dahulu Tuan Guru (TGH) mengumpulkan semua pertanyaan atau pendapat masyarakat sehingga Tuan Guru (TGH) dapat membandingkan mana pendapat yang baik berguna bagi kelompok Ibid, tgl 4 April 2015. Fikri, Wawancara, Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim, tgl 7 April 2015. 17 18
Hasan Asgar
91
Komunike, Volume 7, No. 1, Juni 2015
dan mana pendapat yang tidak baik, sehingga merubahpendapat serta sikap masyarakat yang berbeda.19 3. Pengajian Umum Dari hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan di Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim adalah pengajian mingguan yang dilaksanakan pada hari ahad pagi, dan ini adalah hasil kesepakatan dari hasil musyawarah antara Tuan Guru (TGH) dan masyarakat, dengan demikian Tuan Guru (TGH) tidak bingung dalam menentukan pesan apa yang akan disampaikan kepada masyarakat sehingga Tuan Guru (TGH) bisa menelaah kembali dakwah yang akan disampaikan. Adapun tempat Tuan Guru (TGH) Muhsin Bukhary menyampaikan pengajian yaitu di halaman Madrasah Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim.20Dalam kegiatan pengajian yang dilakukan oleh Tuan Guru (TGH).Muhsin Bukhary sebelum memulai para jamaah pengajian membaca sholawat guna menunggu kedatangan Tuan Guru (TGH) selaku komunikator atau penyampai pesan, adapun tujuan dari pembacaan sholawat yang dilakukan oleh jamaah pengajian Ibid, tgl 7 April 2015. Observasi, Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim, tgl 9 April 2015. 19 20
92
ingin mendapatkan safaat Nabi Saw. Dan pembacaan sholawat ini sering dilakukan ketika ada acara pengajian yang dipimpin oleh salah satu dari jamaah pengajian kemudian jamaah lainnya menyambut atau mengikuti pimpinan pembacaan sholawat.21 Begitu pula yang dikatakan oleh Ustadz Hamdan yaitu “pesan-pesan yang disampaikan oleh Tuan Guru (TGH) dalam pengajian antara lain yaitu bagaimana cara seseorang hidup dalam masyarakat saling tolong- menolong antara masyarakat yang satu dengan yang lain, dan kebanyakan pesan-pesan yang disampaikan dapat mempengaruhi pola hidup masyarakat.22 Adapun materi-materi yang di sampaikan oleh Tuan Guru (TGH). Muhsin Bukhary yaitu: 1) Rubu’ul Ibadah 2) Rubu’ul Munakahah 3) Rubu’ul Jinayah 4) Rubu’ul Muamalah Jamaah yang hadir dalam mengikuti kegiatan pengajian begitu banyak sehingga Tuan Guru (TGH) tidak bisa memberikan Evi, Wawancara, Pesantren Darul Ulum 2015 22 Ustadz Hamdan, Pesantren Darul Ulum 2015. 21
Pola Komunikasi Pimpinan Pondok Pesantren...
Santriwati Pondok Beraim, tgl 11 April Wawancara, Pondok Beraim, tgl 11 April
Komunike, Volume 7, No. 1, Juni 2015
semua jamaah kesempatan untuk bertanya ketika jamaah pengajian tidak paham dengan pesan-pesan yang disampaikan oleh Tuan Guru (TGH) karena waktu yang diberikan sangat terbatas karena banyaknya jamaah pengajian, akan tetapi Tuan Guru (TGH) memberikan jamaah pengajian untuk bertanya ketika pengajian sudah selesai sehingga memiliki waktu panjang untuk menjawab pertanyaan jamaah pengajian.23
yang harus banyak berbicara didepan jamaah sehingga interaksi antara Tuan Guru (TGH) dengan jamaah pengajian terbatas, karena banyaknya jamaah yang bertanya jika diberikan peluang untuk bertanya kepada semua jamaah pengajian akan menimbulkan pertentangan antara Tuan Guru dengan jamaah pengajian, sehingga mengakibatkan acara tidak akan selesai dan memperpanjang waktu dan mengganggu konsentrasi Tuan Guru (TGH) dalam menyampaikan dakwahnya.24
Adapun cara Tuan Guru (TGH) dalam menyampaikan pengajian, diantaranya yakni menceritakan atau melukiskan kisah-kisah yang menarik ketika pesan dakwahnya berhubungan dengan kisah tersebut sehingga jamaah pengajian gembira dan senang atas apa yang disampaikan, namun ada hal lain ketika pesan dakwahnya menakutkan Tuan Guru (TGH) menggambarkan kisah-kisah para Nabi yang menakutkan.
Akan tetapi, materi yang disampaikan oleh Tuan Guru (TGH) kebanyakan menggunakan bahasa halus atau bahasa Sasak sehingga jamaah dengan mudah untuk memahaminya dan alat yang digunakan oleh Tuan Guru (TGH) dalam menyampaikan pengajian yaitu alat pengeras suara, karena jumlah jamaahnya banyak, dengan demikian para jamaah tidak terganggu dengan jamaah lainnya yang berbisik-bisik karena Tuan Guru (TGH) menggunakan alat pembesar suara. Dan juga jamaah pengajian terfokus karena berhadapan langsung secara tatap muka antara jamaah dengan Tuan Guru (TGH), namun perhatian jamaah hanya seketika itu diwaktu acara itu sedang berlanjut,
Dalam hal ini peneliti me nanyakan langsung kepada bapak Abbas mengatakan: “Bahwa penyampaian pesan pengajian agak terbatas dan waktu yang diberikan oleh jamaah pengajian juga terbatas, dengan demikian Tuan Guru (TGH)
Bapak Abbas, Wawancara, Masyarakat, tgl 15 April 2015. 24
23
Ibid, tgl 11 April 2015.
Hasan Asgar
93
Komunike, Volume 7, No. 1, Juni 2015
namun setelah acara itu selesai, pesan-pesan yang disampaikan Tuan Guru (TGH) tidak terlalu dihiraukan lagi oleh jamaah.25 Adapun efek yang ditimbulkan dalam pengajian seperti yang peneliti tanyakan kepada TGH Muhsin Bukhary adalah efek yang terjadi yaitu sebagian jamaah pengajian kurang memperhatikan pesanpesan yang disampaikan oleh Tuan Guru (TGH) karena jamaah lainya ada yang melakukan aktivitas lain seperti jamaah yang ada pada barisan belakang berbicara dengan jamaah lainnya.26 Adapun pengajian umum yang dilakukan oleh Tuan Guru (TGH) menggunakan podium atau diatas mimbar masjid, agar masyarakat atau jamaah pengajian bisa melihat Tuan Guru (TGH) secara tatap muka antara masyarakat dengan Tuan Guru (TGH). 4. Arisan Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim dalam rangka membantu masyarakat dalam memenuhi ke butuhan maka berinisiatif membuat arisan dalam bentuk barang yang Wawancara tgl 15 April 2015. TGH. Muhsin Bukhary, Wawancara, Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim, tgl 19 April 2015.
angggotanya adalah masyarakat Pondok Pesantren, sebagaimana yang disampaikan oleh Lukmanul Hakim selaku ketua arisan Pondok Pesantren: “Bahwa arisan ini beranggotakan masyarakat sekitar Ponpes dengan jumlah anggota 50 orang, diawal anggota arisan ini mengeluarkan dana sebesar 300 ribu per orang lalu dana tersebut dipakai untuk membeli barang alat-alat dapur yang bisa dipakai nantinya pada acara masyarakat dan acara forum di Ponpes”.27
E. Pola Komunikasi Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim Sebagaimana telah peneliti kemukakan di atas bahwa pola komunikasi pimpinan Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim dapat memberikan motivasi pada santri dan masyarakat.Yang dimaksud dengan pola komunikasi adalah representasi suatu fenomena, baik nyata ataupun abstrak, dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting fenomena tersebut. Komunikasi adalah sesuatu yang urgen dalam kehidupan
25 26
94
Ustadz Lukmanul Hakim, Wawancara, Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim, tgl 20 April 2015. 27
Pola Komunikasi Pimpinan Pondok Pesantren...
Komunike, Volume 7, No. 1, Juni 2015
manusia. Oleh karenanya, ke dudukan komunikasi dalam Islam mendapat tekanan yang cukup kuat bagi manusia sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk Tuhan. Terekam dengan jelas bahwa tindakan komunikasi tidak hanya dilakukan terhadap sesama manusia dan lingkungan hidupnya saja, melainkan juga dengan Tuhannya. Selain itu, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk merubah sikap, pendapat, perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tidak langsung melalui media.28 Pola komunikasi pimpinan Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim dalam meningkatkan partisipasi masyarakat yaitu : 1. Dialog Dari hasil wawancara dan observasi di lapangan bahwa komu nikasi yang dilakukan Tuan Guru (TGH) Muhsin Bukhary adalah berdialog antara dua orang atau lebih atau sekelompok masyarakat dalam jumlah kecil dengan masyarakat Desa Beraim, terkait masalah apa yang ingin dibicarakan
secara pribadi antara masyarakat dengan Tuan Guru dalam rangka membangun komunikasi yang baik dengan masyarakat dan santri.29 Dalam perspektif ilmu komunikasi dialog atau komunikasi antar pribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan diantara dua orang atau diantara sekelompok orang dengan berbagai efek dan umpan balik.30 Sebagaimana yang dikatakan oleh Khotim, selaku tokoh pemuda adalah: Komunikasi dialog yang dilakukan oleh TGH. Muhsin Bukhary adalah komunikasi secara langsung berhadapan dengan masyarakat sehingga dapat meresap hati audiennya dalam merubah sikap, perilaku dan pola fikir masyarakat itu sendiri, karena masyarakat diberikan masukan terkait permasalahan agama dan sosial kehidupan yang dijalaninya.Kegiatan inilah yang rutin dilakukan oleh TGH. Muhsin Bukhary, apabila dalam kondisi yang memang sedang sehat dan siap menerima tamu yang datang kerumahnya untuk dialog terkait TGH. Muhsin Bukhary,Wawancara, Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim, tgl 10 Maret 2015. 30 Widjaja, Ilmu Komunikasi, ( Jakarta : PT Rineka Cipta Anggota Ikapi, 2000), h. 122 29
Onong Uchana Efendi, Dinamika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2008)h.5. 28
Hasan Asgar
95
Komunike, Volume 7, No. 1, Juni 2015
masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat.31
guna memberikan jalan keluar atau keputusan yang lebih baik.33
Dari kondisi di atas, dialog atau komunikasi antar pribadi adalah rangkaian tindakan, kejadian dan kegiatan yang terjadi secara terusmenerus.Dalam komunikasi antar pribadi selalu dalam keadaan yang berubah dan perubahan ini tidak disadari atau tidak diperhatikan, namun yang jelas selalu terjadi perubahan.32 Dengan demikian dialog yang dilakukan oleh TGH. Muhsin Bukhary bersifat spontan atau tidak pandang waktu dan terjadi secara kebetulan, seperti yang dikatakan oleh ustadz Dezy :
Dalam teori Bernlund mendefinisikan komunikasi antar pribadi sebagai pertemuan antara dua, tiga orang, atau mungkin empat orang yang dilakukan secara kebetulan atau spontan dan tidak berstruktur.34Dengan demikian, komunikasi dialog merupakan proses komunikasi kecil dimana para peserta dapat mengatakan atau mendengarkan sesuatu yang tidak dipahami sebelumnya, dan dari situlah tumbuh perubahan saling memberi atau menerima diantara mereka. Dialog merupakan salah satu pendekatan dalam komunikasi yang menekankan sikap dan perilaku, mendengarkan, belajar, berbicara secara pribadi dengan orang lain dalam meningkatkan pemahaman keagamaan.35
Bahwa banyak keperibadian masyarakat kurang dalam “memahami isi dari agama islam itu sendiri sehingga masyarakat datang tidak melihat waktu, kadang datang secara kebetulan”. Dan kegiatan dialog ini sering dilakukan oleh TGH. Muhsin Bukhary ketika masyarakat datang ke Rumahnya, untuk membahas permasalahan yang tidak dapat masyarakat pecahkan, sehingga TGH. Muhsin Bukhary memberikan masukan terhadap masyarakat Khotim, Wawancara,Tokoh Pemuda, tgl 10 Maret 2015. 32 Ibid, tgl 10 Maret 2015. 31
96
Dalam kegiatan dialog dilakukan oleh Tuan Guru (TGH), bagaimana menghargai masyarakat dengan men dengarkan secara mendalam atas apa yang disampaikan oleh masyarakat
Ustadz Dezy, Wawancara, Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim, tgl 19 Maret 2015. 34 Wiryanto, Ilmu Komunikasi…..h, 13 35 Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, ( Jakarta : Kencana, 2011), h, 397. 33
Pola Komunikasi Pimpinan Pondok Pesantren...
Komunike, Volume 7, No. 1, Juni 2015
agar topik yang dibicarakan mudah dimengerti.36 Dalam buku Liliweri me ngatakan bahwa, dialog merupakan komunikasi dimana para pihak mengemukakan pandangan dalam komunikasi untuk saling menghargai atau mendengarkan secara mendalam, dimana dialog mencoba agar para pendengar dapat mendengarkan pembicaraan dan eksplorasi mental terhadap suatu topik tertentu dari seorang pembicara agar mudah dimengerti.37 Dan sudah jelas diterangkan kegiatan dialog dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat: 33
Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan. (Al-Bakaqah ayat : 33). Begitu pula dialog yang dilakukan oleh TGH. Muhsin Bukhary adalah bagaimana beliau ingin mengajarkan masyarakat apa yang mereka tidak ketahui dalam norma-norma keagamaan seperti Allah swt mengajarkan kepada Nabi Adam as yang ia tidak ketahui yang ada di Langit dan Bumi.38 2. Majlis Ta’lim
Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini”. Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman : “bukankah sudah
Komunikasi kelompok adalah proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih yang berlangsung secara tatap muka dalam kelompok tersebut anggota berinteraksi satu sama lain.39Adapun pengajian kelompok yang dilakukan oleh TGH. Muhsin Bukhary adalah selain menyampaikan dakwah di Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim, beliau juga membuka majlis ta’lim di Rumahnya sendiri bagi masyarakat yang tidak sibuk, dan dalam kegiatan ini masyarakat berinteraksi langsung dengan Tuan
Ibid Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna...h, 399.
TGH. Muhsin Bukhary, Wawancara, Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim, tgl 21 Maret 2015. 39 Wiryanto, Ilmu Komunikasi,…h.44
سائِ ِه ْم فَلَ َّما َ ْقَا َل يَا آ َد ُم أَنْبِئْ ُه ْم بِأَ م سائِ ِه ْم قَا َل أَمَلْ أَقُ ْل لَ ُك ْم َ ْأَنْبَأَ ُه ْم بِأَ م َ ِ الس َما َو ض َ ْإِنِّي أَ ْعلَ ُم َغي َّ ب ِ ات َو أْال ْر َوأَ ْعلَ ُم َما تُبْ ُدو َن َو َما ُكنْتُ ْم تَ ْكتُ ُمو َن )33(
38
36 37
Hasan Asgar
97
Komunike, Volume 7, No. 1, Juni 2015
Guru (TGH) secara tatap muka sehingga masyarakat luas bisa bertanya diluar konteks dakwah guna bertukar fikiran antara audien dengan Tuan Guru (TGH).40 Kehidupan kelompok merupa kan sebuah naluri manusia sejak ia dilahirkan, naluri ini yang men dorong untuk selalu menyatukan hidupnya dengan orang lain dalam kelompok. Naluri berkelompok itu juga yang mendorong manusia untuk menyatukan dirinya dengan kelompok yang lebih besar dalam kehidupan manusia lain disekelilingnya bahkan mendorong manusia dengan alam fisiknya. Untuk memenuhi naluriah ini manusia, maka setiap manusia saat melakukan proses keterlibatannya dengan orang lain dan lingkungannya, proses ini dinamakan adaptasi.41 Sebagaimana yang dikatakan TGH.Muhsin Bukhary adalah salah satu langkah untuk mempengaruhi kehidupan masyarakat, dan menge tahui kesalahan-kesalahan yang ada pada kelompok masyarakat secara luas dengan beradaptasi sehingga TGH. Muhsin Bukhary, Wawancara, Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim, tgl 21 Maret 2015. 41 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, ( Jakarta : PT Prenada Media Group, 2007), h. 43.
memudahkan dalam penyampaian dakwahnya.42 Dalam kegiatan komunikasi kelompok seperti diskusi dan musyawarah dalam menyelesaikan masalah atau konflik Tuan Guru (TGH) mediasi diantara kedua belah pihak dalam meluruskan pendapatpendapat yang dikeluarkan masyarakat sehingga tidak terjadi kesalahan-kesalahan pendapat antara kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya seperti salah satu contoh : pemilihan kepala dusun, Tuan Guru (TGH) sangat perlu dihadirkan sebagai saksi karena sehubung Tuan Guru (TGH) adalah penghulu Desa Beraim, jika Tuan Guru (TGH) tidak dihadirkan banyak terjadi salah paham antara kelompok masyarakat yang satu dengan kelompok yang lain seperti yang terjadi sebelumnya. Kelompok masyarakat yang satu dengan yang lain bertengkar mempertahankan pendapat mereka masing-masing sehingga terjadi pertengkaran antara kelompok-kelompok yang satu dengan lainnya, namun setelah Tuan Guru (TGH) dihadirkan
40
98
TGH. Muhsin Bukhary, Wawancara, Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim, tgl 3 Mei 2015. 42
Pola Komunikasi Pimpinan Pondok Pesantren...
Komunike, Volume 7, No. 1, Juni 2015
sebagai saksi pertengkaran tersebut tidak terulang kembali.43 Dalam komunikasi kelompok ini Tuan Guru (TGH) menggunakan perkataan-perkataan yang mem bangun masyarakat dalam arti memberikan kritikan atau informasi yang mendidik secara benar dan jelas dengan perkataan yang baik dan lemah lembut. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 70 yang berbunyi :
َّين آ َمنُوا اتَّ ُقوا ه اللَ َوقُولُوا َ يَا أَيُّ َها الَّ ِذ )70( قَ ْولاً َس ِدي ًدا Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah perkataan yang baik. (QS. Al-Ahzab: 70). Seperti halnya yang dilakukan TGH. Muhsin Bukhary dalam menyikapi pendapat-pendapat masyarakat yang berbeda terlebih dahulu TGH. Muhsin Bukhary memberikan satu-persatu diantara masyarakat untuk mengeluarkan pendapat mereka masing-masing, sehinggaTGH. Muhsin Bukhary mudah dalam mengambil keputusan atau meluruskan pendapat masyarakat yang kurang baikmenjadi Ustadz Khairuman, Wawancara, Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim, tgl 4 April 2015. 43
baik, dengan arahan-arahan atau nasehat dengan perkataan yang baik, dalam penyampaian pesan dakwahnya mengkritik masyarakat secara terang-terangan dengan menggunakan pesan-pesan yang membangun.44 Dalam majlis ta’lim atau komunikasi kelompok yang dilaku kan oleh TGH. Muhsin Bukhary, terlebih dahulu mengumpulkan semua pertanyaan atau pendapat masyarakat sehingga dia dapat membandingkan mana pendapat yang baik berguna bagi kelompok dan mana pendapat yang tidak baik, sehingga merubah pendapat serta sikap masyarakat yang berbeda.45 Dalam teori Festinger, komu nikasi kelompok kecil timbul karena adanya kebutuhan individu-individu untuk membandingkan pendapat, sikap, keyakinan dan kemampuan mereka sendiri dengan orang lain.46 Pengajian Umum Komunikasi publik biasa disebut komunikasi pidato, komunikasi Ustadz khairuman, Wawancara, Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim, tgl 4 April 2015. 45 Fikri, Wawancara, Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim, tgl 7 April 2015. 46 Alvin A. Goldberrg, Komunikasi Kelompok ( Jakarta : PT Universitas Indonesia, ui-press, 2006), h.52. 44
Hasan Asgar
99
Komunike, Volume 7, No. 1, Juni 2015
kolektif, komunikasi retorika, dan komunikasi khalayak. Komunikasi publik menunjukkan suatu proses dimana pesan-pesan yang disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka didepan khalayak yang lebih besar. Dalam komunikasi publik penyampaian pesan berlangsung secara kontinu, dapat diidentifikasi siapa yang berbicara dan siapa pendengarnya, interaksi antara sumber dan penerima pesan sangat terbatas, sehingga tanggapan balik juga terbatas.Hal ini disebabkan karena waktu yang digunakan sangat terbatas, dan jumlah khalayak relatif besar.Sumber sering kali tidak dapat mengidentifikasi satu-persatu pendengarnya.47 Kondisi tersebut terjadi juga dalam pengajian yang dilaksanakan Bapak Abbas : “Bahwa penyampaian pesan pengajian agak terbatas dan waktu yang diberikan oleh jamaah pengajian juga terbatas, dengan demikian Tuan Guru (TGH) harus banyak berbicara didepan jamaah sehingga interaksi antara Tuan Guru (TGH) dengan jamaah pengajian terbatas, dan pertanyaan yang Hafied Changara, Pengantar Ilmu Komunikasi ( Jakarta : PT Grarfindo Persida, 2007), h. 35. 47
diberikan kepada jamaah pengajian terbatas, karena banyaknya jamaah yang bertanya jika diberikan peluang untuk bertanya kepada semua jamaah pengajian akan menimbulkan pertentangan antara Tuan Guru (TGH) dengan jamaah pengajian, sehingga mengakibatkan acara tidak akan selesai dan memperpanjang waktu dan mengganggu konsentrasi Tuan Guru (TGH) dalam menyampaikan dakwahnya.48
Adapun dalam kegiatan pengajian yang dilakukan oleh TGH. Muhsin Bukhary sebelum memulai, para jamaah pengajian membaca sholawat guna menunggu kedatangan Tuan Guru (TGH) selaku komunikator atau penyampaian pesan dakwah, adapun tujuan dari tujuan pembacaan sholawat yang dilakukan oleh jamaah pengajian ingin mendapatkan syafaat Nabi Saw. Dan pembacaan sholawat ini sering dilakukan ketika ada acara pengajian, yang dipimpinoleh salah satu dari jamaah pengajian kemudian jamaah lainnya menyambut atau mengikuti pemimpin pembacaan sholawat.49
Bapak Abbas, Wawancara, Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim, tgl 15 April 2015. 49 Evi, Wawancara, Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim, tgl 11 April 2015. 48
100 Pola Komunikasi Pimpinan Pondok Pesantren...
Komunike, Volume 7, No. 1, Juni 2015
Penutup Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, bahwa hubungan antara pimpinan Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim dengan masyarakat berjalan dengan efektif, sehingga terdapat pola-pola yang di tawarkan. 1) Mampu membangun pola komunikasi antara pimpinan Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim dengan masyarakat dalam membangun dialog antara dua orang atau lebih dengan masyarakat, terkait masalah apa yang ingin dibicarakan atau ditanyakan secara pribadi antara masyarakat dengan TGH. Muhsin Bukhary. 2) Pola kepemimpinan pimpinan Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim selalu mengedepankan kebersamaan dan kekeluargaan, musyawarah dengan para ustadz, para guru, tokoh masyarakat, dan
memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengeluarkan pendapat, ide, dan gagasan demi kemajuan Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim. Tidak hanya itu, bentuk partisipasi masyarakat terhadap Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim adalah: partisipasi dalam memberikan uang, partisipasi dengan menyumbangkan sebagian hartanya untuk kepentingan Ponpes, Partisipasi menyumbangkan ide dan pikirannya, partisipasi dalam proses pengambilan keputusan. 3) Pola hubungan pimpinan Pondok Pesantren Darul Ulum Beraim dengan masyarakat terjalin dengan efektif dengan melibatkan para alumni, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, dan pemerintah.
Hasan Asgar
101
Komunike, Volume 7, No. 1, Juni 2015
Daftar Pustaka Arifin, Kajian Mengenai Pondok Pesantren: Manajemen Perubahan Di Pondok Pesantren, (Yogyakarta: Depok Sleman, 2014)
Qur’aniyah Batukuta Narmada Lombok Barat, (Skripsi IAIN MATARAM, 2014)
Bungin Burhan, Sosiologi Komunikasi, ( Jakarta : PT Penada Media Group), 2007.
Idris, Pola Komunikasi Tgh Sarafudin Dalam Menyampaikan Dakwah Di Dusun Nyiur Lembang Desa Jembatan Gantung Kecamatan Lembar Lombok Barat (Skeripsi IAIN MATARAM, 2014)
Changara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, ( Jakarta : PT Grarfindo Persida, 2007)
Liliweri, Alo, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, ( Jakarta : Kencana, 2011)
Chaplin, P James, Kamus Lengkap Psikologi ( Jakarta: PT Raja Grapindo Persada)
Mashud, Musta’in, Metode Penelitian Sosial : Berbagai Alternatif Pendekatan ( Jakarta : Kencana, 2004)
Efendy, Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008) _______Pengertian Komunikasi: Dina mika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1986) Goldberrg, A Alvin, Komunikasi Kelompok, ( Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2006) H
Khairudin, Pembangunan Masyarakat Tinjau Aspek Sosiologi, Ekonomi, dan Perencanaan (Yogyakarta : Liberty Yogyakarta, 1992)
Ibrahim, Lalu Bilal, Pesantren dan Kerja Sama Dengan Masyarakat: Studi Pada Pondok Pesantren
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011) Mulyana, Dedy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (PT : Remaja Rosdakarya, 2011) Putra, Wijaya, Pola Dakwah Pondok Pesantren Al-Hafiziah Dalam Meningkatkan Pemahaman Agama Pada Masyarakat Di Masjuring Bonder Lombok Tengah, (Skripsi IAIN MATARAM, 2009) Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013)
102 Pola Komunikasi Pimpinan Pondok Pesantren...
Komunike, Volume 7, No. 1, Juni 2015
Widjaja, Ilmu Komunikasi, ( Jakarta : PT Rineka Cipta Anggota Ikapi, 2000) www.id.mar aqitc aban g b ayan . blogspot.com. Peran dan Fungsi pondok pesantren dalam membangun dunia pendidikan, diambil 28 januari 2015 pukul 20.06.
Zamakhsari, Tradisi Pesantren-studi Tentang Pandangan Hidup Tuan Guru (TGH), ( Jakarta : LP3ES, 1994)
Hasan Asgar
103