PENGARUH MODAL SOSIAL DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU) PROVINSI BANTEN SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh Resty Nani Yustini NIM 6661110277
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG, November 2015
PERNYATAAN ORI S INALITA
S
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama
Resty Nani Yustini
NIM
666t110277 Ciamis, 23 Maret T993 Ilmu Administrasi Negara
Tempattanggat lahir Program Studi
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PENGARUH MODAL SOSIAL DAN
BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERIA KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU) PROVINSI BANTEN adalah hasil karya saya sendiri, dan seluruh sumber yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Apabila dikemudian hari skripsi ini terbukti mengandung unsur plagiat maka gelar kesarjaanaan saya bisa dicabut.
Serang, November 2015
Resty Nani Yustini
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama
Resty Nani Yustini
NIM
666rT10277
Judul Skripsi
PENGARUH MODAL SOSIAL DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KOMISI PEMILIHAI\ UMUM (KPU) PROVINSI BANTBN
Serang, November 2015
Skripsi Ini Telah Disetujui untuk Diujikan Menyetujui,
Pembimbing
I
NrP. 1 9720 4A72A081D1002
NrP. I 98009082006041002
Mengetahui dan Ilmu
NIP. 1 9710824200501002
Politik
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI RESTY NANI YUSTINI 66611n277
Nama
NIM Judul Skripsi
PENGARUH MODAL SOSIAL DAN BUDAYA ORGA}{ISASI TEruIADAP KINER}A KOMISI PEMILIHAN IJMUM (KPTI) PROVINSI BANTEN
Telah Diuji
di
Hadapan Dewan Penguji Sidang Skripsi November 2015 dan dinyatakan LULUS
di
Serang, tanggal 2
Serang,2 November20t5 Ketua Penguji: Ismanto, S.Sos., MM NrP. 197408072005011001 Anggota: Ipah Ema Jumiati, S.IP., M.Si NrP. 197501312005012004 Anggota:
Anis Fuad, S.Sos., M.Si NIP. 198009082006041002 Mengetahui, Studi Negara
NrP. 1971082424054rc42
NrP. 197905252005012001
Alhamdulillahi robbil’alamin Sujud syukur kepadamu ya Allah… Dari sini aku belajar, bahwa kesehatan itu sangat mahal dan penting adanya… Kerena seseungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan pasti ada kemudahan (Asy-Syarh ayat 5 dan 6) Man Jadda Wajada…
Skripsi ini kupersembahkan untuk Mama dan Aa, terima kasih untuk semua yang telah kalian berikan kepada hidup ku. Semoga persembahan sederhana ini menjadi sesuatu yang berharga…
ABSTRAK Resty Nani Yustini. NIM. 6661110277. Skripsi. Pengaruh Modal Sosial dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Pembimbing I: Anis Fuad, S.Sos., M.Si dan Pembimbing II: Deden M Haris, S.Sos., M.Si Penelitian dilatarbelakangi adanya kecemburuan terkait beban pekerjaan, pegawai tidak masuk lebih dari 108 hari, ketidakpercayaan bawahan pada atasan, disfungsi pejabat struktural, SDM tidak ahli dalam bidang IT, pegawai tidak mengetahui sepenuhnya tupoksi. Tujuan penelitian mengetahui pengaruh modal sosial dan budaya organisasi terhadap kinerja organisasi sehingga metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitaif dengan metode asosiatif. Penentuan sampel menggunakan probability sampling dengan teknik sampling jenuh sebanyak 41 orang. Berdasarkan penelitian diperoleh R square=0,305 (30,5%) artinya modal sosial dan budaya organisasi berpengaruh 30,5% terhadap kinerja organisasi dengan nilai korelasi (R)=0,512 sehingga terdapat hubungan dengan kategori kekuatan hubungan sedang antara ketiga variabel dan dari hasil regresi linier berganda diperoleh persamaan regresi Y’=26,704+0,002X1+0,384X2. Dari perhitungan signifikansi, terdapat pengaruh signifikan antara modal sosial dan budaya organisasi secara bersama sama terhadap kinerja organisasi. Modal sosial berpengaruh langsung ke kinerja organisasi dan berpengaruh tidak langsung yaitu dari modal sosial ke budaya organisasi sebagai intervening lalu ke kinerja organisasi. Besarnya pengaruh langsung adalah 0,002 sedangkan besarnya pengaruh tidak langsung 0,511 atau total pengaruh modal sosial ke kinerja organisasi adalah 0,512. Sehingga terdapat mediasi yang signifikan sebesar 51,1%. Saran membina hubungan baik antara pegawai atau komisioner, meningkatkan kualitas pelayanan pada stakeholder, diadakan pelatihan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Kata Kunci: Modal Sosial, Budaya Organisasi dan Kinerja Organisasi
ABSTRACT Resty Nani Yustini. NIM. 6661110277. Thesis. The Influence Of Social Capital And Organizational Culture On Performance In The General Election Commission (KPU) Banten Province. 1st advisor: Anis Fuad, S.Sos., M.Si and 2nd advisor: Deden M Haris, S.Sos., M.Si
Research backdrop of jealousy-related workload, employees absent from work more than 108 days, mistrust of subordinates to superiors, official structural dysfunction, lack of understanding of human resources in IT field, employees are not fully aware of the duties. This study purposes to aim the influence of social capital and organizational culture on organizational performance so that the research method used is quantitative approach with associative method. Sampling determination using probability saturated sampling technique to 41 peoples. Based on research obtained R square = 0.305 (30.5%) means that social capital and organizational culture affects 30.5% of the organization's performance with the correlation value (R) = 0.512 means that there is a relationship with the category of strength of the relationship was between the three variables and the results of the regression multiple linear regression equation Y’ = 26.704 + 0,002X1 + 0,384X2. Results of calculation of significance, there is significant influence between social capital and organizational culture together to organizational performance. Social capital can affect directly to the performance of the organization and can affect not directly to the culture of the organization as an intervening and to the performance of the organization. The amount of direct influence is 0.002, while the magnitude of the indirect effect 0.511 or total social capital influence to the performance of the organization is 0.512. So there is a significant mediation amounted to 51.1%. Suggestions fostering good relations between employees or commissioners, improve the quality of service to stakeholders, held some training to improve the quality of human resources.
Keywords: Social Capital, Organizational Culture and Organizational Performance
KATA PENGANTAR Puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-NYA yang telah diberikan kepada kita semua. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammaad SAW, kepada keluarga serta sahabatnya. Alhamdullilah berkat rahmat, karunia dan ridho-Nya pula peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada pihak pihak yang telah banyak memberikan pengajaran, bantuan serta dukungan moral dan material dalam upaya penyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Modal Sosial dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten”. Penelitian ini tentu tak lepas dari bantuan banyak pihak yang selalu mendukung peneliti secara moril dan material. Untuk itu peneliti sampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 2. Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sekaligus merupakan Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa memberikan arahan dan motivasi selama proses perkuliahan. 3. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 4. Mia Dwiana Widyaningtyas, M.Kom., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
i
5. Ismanto, S.Sos., MM., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 6. Rahmawati, S.Sos., M.Si., Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 7. Ipah Ema J, S.IP., M.Si., Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 8. Anis Fuad, S.Sos., M.Si., Dosen Pembimbing I Skripsi yang senantiasa ramah memberikan semangat dan motivasi, memberikan ilmu dan pengajaran selama proses penyusunan. 9. Deden M Haris, S.Sos., M.Si., Dosen Pembimbing II Skripsi yang senantiasa memberikan semangat dan motivasi kepada peneliti selama proses penyusunan. 10. Seluruh Dosen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah memberikan ilmu kepada peneliti. 11. Mohamad Rukbi, SE, MM, Kepala
Sub Bagian Organisasi dan
Sumber Daya Manusia yang telah membantu selama proses penelitian dan juga telah memberikan ilmu dan pengajaran selama penelitian berlangsung. 12. Ismail, SH, Kepala Sub Bagian Hukum yang telah membantu dan meluangkan waktu selama penelitian berlangsung di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
ii
13. Hendro Sulstyo, S.Sos. M.Si, Kepala Sub Bagian Umum dan Logistik yang telah membantu selama penelitian berlangsung 14. Dra. Hj. Enan Nadia, anggota komisioner yang telah membantu dan bersedia meluangkan waktu untuk membantu proses penelitian berlangsung. 15. Syaeful Bahri, MM, anggota komisioner yang telah membantu dan memberikan ilmu dan pemahaman terkait penelitian di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten 16. Kepada seluruh pegawai sekertariat dan anggota komisioner di Komisi Pemilihan
Umum
(KPU)
Provinsi
Banten
yang
membantu
memberikan informasi dan data yang dibutuhkan peneliti selama proses penelitian. 17. Mama yang selalu memberikan motivasi, semangat dan doa selama menyelesaikan penelitian ini. 18. Ahmad Bandaniji yang telah memberikan motivasi, semangat dari awal masuk kuliah hingga lulus dan menjadi teman diskusi selama menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih untuk perjuangan yang tidak kenal lelah. 19. Sahabat ladies, Dita Marsela Sufitri, Rizki Parhani, Fitri Maliani Nugraha, Nurul Fitri Sugiharto, Metta Miftahul Jannah, Ika Dewi Safitri, Nella Hani Rosa, Ayu Fitri Lestari, Ita Mafrohati, Anita yang telah memberikan semangat dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
iii
20. Bestari Ratna Martasari dan teman teman KKM 44 lainnya yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam proses penyusunan skripsi ini. 21. Keluarga Cemara Green House yang telah memberikan dukungan, semangat dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 22. Teman teman seperjuangan Ilmu Administrasi Negara angkatan 2011. 23. Kepada semua pihak yang telah membantu peneliti mulai dari awal penelitian hingga penyusunan skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan yang semata-mata muncul karena keterbatasan wawasan peneliti. Untuk itu demi kesempurnaan skripsi ini, dengan senang hati peneliti bersedia menerima segala kritik dan saran pembaca sepenuhnya. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi mereka yang membacanya.
Wassalamualaikum wr.wb
Serang, November 2015
Resty Nani Yustini
iv
DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR DIAGRAM
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1
1.2 Identifikasi Masalah
15
1.3 Batasan Masalah
15
1.4 Rumusan Masalah
16
1.5 Tujuan Penelitian
16
1.6 Manfaat Penelitian
17
1.6.1 Aspek Teoritis
17
1.6.2 Aspek Praktis
17
BAB II DESKRIPSI TEORI 2.1 Deskripsi Teori
18
2.1.1 Modal Sosial
18
2.1.2 Budaya Organisasi
27
2.1.3 Kinerja Organisasi
34
2.2 Penelitian Terdahulu
46
2.3 Kerangka Berpikir Penelitian
51
2.4 Hipotesis Penelitian
52
v
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
55
3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian
56
3.3 Lokasi Penelitian
56
3.4 Variabel Penelitian
56
3.4.1 Definisi Konsep
56
3.4.2 Definisi Operasional
61
3.5 Instrument Penelitian
63
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian
65
3.7 Teknik Pengolahan dan Teknik Analisis Data
66
3.7.1 Metode Analisis Data
67
3.7.1.1 Uji Instrument
67
a. Uji Validitas
67
b. Uji Reliabilitas
69
3.7.1.2 Uji Normalitas
70
3.7.2 Uji Korelasi Product Moment
71
3.7.3 Uji Korelasi Ganda
72
3.7.4 Uji Analisis Regresi Linear Sederhana
72
3.7.5 Uji Analisis Regresi Linear Berganda
73
3.7.6 Uji Parsial (Uji t)
74
3.7.6.1 Uji Hipotesis Pertama (Uji t)
74
3.7.6.1 Uji Hipotesis Kedua (Uji t)
75
3.7.7 Uji Simultan (Uji F) 3.7.7.1 Uji Hipotesis Ketiga (Uji t) 3.8 Jadwal Penelitian
77 77 78
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian
79
4.1.1 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten
79
4.1.2 Kedudukan dan Tugas
82
4.2 Pengujian Persyaratan Statistik
93
4.2.1 Hasil Uji Validitas Instrumen
93
4.2.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
98
vi
4.2.3 Hasil Uji Normalitas 4.3 Deskripsi Data
101 102
4.3.1 Identitas Responden
102
4.3.2 Tanggapan Responden Atas Kuesioner
107
4.3.2.1 Analisis Item Pernyataan Variabel Modal Sosial (X1)
108
4.3.2.2 Analisis Item Pernyataan Variabel Budaya Organisasi (X2)
132
4.3.2.3 Analisis Item Pernyataan Variabel Kinerja Organisasi (Y) 4.4 Pengujian Hipotesis
175 205
4.4.1 Hasil Uji Korelasi Product Moment
205
4.4.2 Hasil Uji Korelasi Ganda
207
4.4.3 Hasil Uji Regresi Linier Sederhana
209
4.4.4 Hasil Uji Regresi Linier Berganda
213
4.4.5 Hasil Uji Parsial
216
4.4.5.1 Uji Hipotesis Pertama (Uji t)
216
4.4.5.2 Uji Hipotesis Kedua (Uji t)
218
4.4.6 Hasil Uji Simultan
219
4.4.6.1 Uji Hipotesis Ketiga (Uji F) 4.4.7 Analisis Jalur (Path Analysis)
219 221
4.5 Interpretasi Hasil Penelitian
227
4.6 Pembahasan
235
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan
262
5.2 Saran
264
DAFTAR PUSTAKA
266
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL Tabel 1.1
Halaman Hasil Evaluasi Kinerja Organisasi Sekertariat Komisi Pemilihan Umum
9
2.1
Acuan Penelitian Terdahulu
46
3.1
Operasionalisasi Variabel Modal Sosial
61
3.2
Operasionalisasi Variabel Budaya Organisasi
61
3.3
Operasionalisasi Variabel Kinerja Organisasi
62
3.4
Skoring/Nilai
64
3.5
Jadwal Penelitian
78
4.1
Hasil Uji Validitas Modal Sosial (X1)
95
4.2
Hasil Uji Validitas Budaya Organisasi (X2)
96
4.3
Hasil Uji Validitas Kinerja Organisasi (Y)
97
4.4
Hasil Uji Reliabiltas Modal Sosial (X1)
98
4.5
Hasil Uji Reliabiltas Budaya Organisasi (X2)
99
4.6
Hasil Uji Reliabiltas Kinerja Organisasi (Y)
100
4.7
Hasil Uji Normalitas
102
4.8
Tanggapan Responden Secara Keseluruhan Variabel Modal Sosial (X1)
4.9
199
Tanggapan Responden Secara Keseluruhan Variabel Budaya Organisasi (X2)
4.10
200
Tanggapan Responden Secara Keseluruhan Variabel Kinerja Organisasi (X2)
4.11
203
Hasil Uji Korelasi Product Moment Modal Sosial (X1) terhadap Kinerja Organisasi (Y)
4.12
206
Hasil Uji Korelasi Product Moment Budaya Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y)
4.13
Hasil Uji Korelasi Ganda Modal Sosial (X1) dan Budaya Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y)
4.14
207
208
Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Sederhana Modal Sosial (X1) terhadap Kinerja Organisasi (Y)
viii
210
4.15
Hasil Uji Koefisien Determinasi Modal Sosial (X1) terhadap Kinerja Organisasi (Y)
4.16
211
Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Sederhana Budaya Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y)
4.17
Hasil Uji Koefisien Determinasi Budaya Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y)
4.18
212
213
Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda Modal Sosial (X1) dan Budaya Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y) 214
4.19
Hasil Uji Koefisien Determinasi Modal Sosial (X1) dan Budaya Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y)
4.20
Hasil Uji Parsial (Uji t) Modal Sosial (X1) terhadap Kinerja Organisasi (Y)
4.21
217
Hasil Uji Parsial (Uji t) Budaya Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y)
4.22
218
Hasil Uji Simultan (Uji F) Modal Sosial (X1) dan Budaya Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y)
4.23
216
220
Analisis Jalur (Path Analysis) Hasil Uji Signifikasi Parameter Individual Modal Sosial (X1) Terhadap Budaya Organisasi (M) 223
4.24
Hasil Uji Koefisien Determinasi Modal Sosial (X1) terhadap Budaya Organisasi (M)
4.25
224
Analisis Jalur (Path Analysis) Hubungan Tidak Langsung Modal Sosial (X1) terhadap Kinerja Organisasi (Y), Melalui Budaya Organisasi (M)
4.26
4.27
224
Hasil Uji Koefisien Determinasi Modal Sosial (X1) dan Budaya Organisasi (M) terhadap Kinerja Organisasi (Y)
224
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung
226
ix
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
2.1
Komponen Modal Sosial
25
2.2
Kerangka Berpikir Pengaruh Modal Sosial dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
52
4.1
Lokasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
81
4.2
Panel Hubungan Langsung Modal Sosial (X1) Mempengaruhi Kinerja Organisasi (Y)
4.3
Panel
Hubungan
Mempengaruhi
221
Tidak
Kinerja
Langsung Organisasi
Modal (Y)
Sosial
Melewati
(X1)
Budaya
Organisasi (M)
221
4.4
Model Analisis Jalur (Path Analysis)
222
4.5
Hasil Model Analisis Jalur (Path Analysis)
225
x
DAFTAR DIAGRAM Diagram
Halaman
4.1
Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
103
4.2
Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Usia
104
4.3
Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
105
4.4
Identitas Responden Berdasarkan Masa Kerja
106
4.5
Tanggapan Responden Terkait Jaringan Sosial/Kerja Kuat Terjalin Diantara Pegawai
4.6
109
Tanggapan Responden Terkait Hubungan Kerjasama Pegawai Dengan Rekan Kerja
4.7
Tanggapan
Responden
110 Terkait
Motivasi
Pegawai
Memperkuat Jaringan Sosial/Kerja Dengan Pihak Luar 4.8
112
Tanggapan Responden Terkait Informasi Pencapaian Kinerja Tiap Bagian Tersebar Merata Pada Seluruh Lapisan Pegawai
4.9
Untuk
103
Tanggapan Responden Terkait Pegawai Melakukan Kegiatan Informal Untuk Meningkatkan Hubungan Kedekatan Antar Rekan Kerja
4.10
115
Tanggapan Responden Terkait Pegawai Memberikan Ide dan Gagasan Dalam Mengembangkan Jaringan Sosial/Kerja
4.11
Tanggapan Responden Terkait Setiap Pegawai Saling Percaya Dengan Pegawai Lain
4.12
118
Tanggapan Responden Terkait Antara Pegawai Saling Percaya Dengan Anggota Komisioner
4.13
116
Tanggapan
Responden
119
Terkait
Saling
Membantu
Dalam
Menyelesaikan Pekerjaan Merupakan Gambaran Kepercayaan Yang Cukup Tinggi 4.14
121
Tanggapan Responden Terkait Saling Percaya Antara Pegawai Menyebabkan Rasa Kekeluargaan Diantara Anggota Organisasi 122
4.15
Tanggapan
Responden
Terkait
Kepercayaan
Meminimalisir Konflik Horizontal Antara Pegawai
xi
Mampu 124
4.16
Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Memiliki Peraturan Tertulis Untuk Mengatur Aktivitas Pegawai
4.17
125
Tanggapan Responden Terkait Pegawai Mematuhi Peraturan Di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
4.18
127
Tanggapan Responden Terkait Peraturan Di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Diterima Baik Oleh Seluruh Pegawai
4.19
128
Tanggapan Responden Terkait Kepatuhan Pegawai Pada Peraturan Mampu Menjaga Sistem Yang Terbangun Di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
4.20
130
Tanggapan Responden Terkait Kepatuhan Pegawai Pada Peraturan Mempermudah Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Memiliki Tata Kelola Organisasi Yang Baik
4.21
131
Tanggapan Responden Terkait Pegawai Memiliki Cara Efektif Untuk Menyelesaikan Pekerjaan Secara Optimal
133
4.22 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Memiliki Inovasi Untuk Mengembangkan Cara Kerja Yang Baik 4.23
135
Tanggapan Responden Terkait Pegawai Diberi Kesempatan Untuk Menyelesaikan
Masalah Pekerjaan
Sendiri
Peraturan 4.24
Sesuai
Dengan 136
Tanggapan Responden Terkait Pegawai Bersedia Bertanggung Jawab Atas Resiko Yang Dihadapi Saat Menyelesaikan Pekerjaan 138
4.25
Tanggapan Responden Terkait Pegawai Selalu Memperhatikan Setiap Rincian Pekerjaannya
4.26
139
Tanggapan Responden Terkait Pegawai Pegawai Menekankan Ketelitian Dalam Menyelesaikan Pekerjaan
4.27
141
Tanggapan Responden Terkait Pegawai Melakukan Pekerjaan Sesuai Dengan Prosedur Yang Telah Ditetapkan
xii
142
4.28
Tanggapan Responden Terkait Kompetensi Kerja Pegawai Merupakan Hal Utama di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
4.29
144
Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten Membuat Target Kerja Sebagai Panduan Bagi Pekerja 145
4.30
Tanggapan Responden Terkait Pegawai Bekerja Dengan Sungguh Sungguh Untuk Menyelesaikan Pekerjaan Sesuai Dengan Waktu Yang Ditetapkan
4.31
147
Tanggapan Responden Terkait Satuan Perangkat Kerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Telah Menghasilkan Kualitas Hasil Kinerja Sesuai Dengan Target Yang Ditentukan 148
4.32
Tanggapan Responden Terkait Pegawai Diberi Kebebasan Memilih Cara Yang Dilakukan Untuk Mencapai Hasil Kinerja Yang Diharapkan
4.33
Tanggapan
Responden
150 Terkait
Pegawai
Mematuhi
Keputusan Yang Diambil Dari Dasil Rapat Pleno 4.34
Tanggapan
Responden
Terkait
Pegawai
Yang
Setiap 151
Melanggar
Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten dikenakan Sanksi Yang Tegas 4.35
153
Tanggapan Responden Terkait Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Berpengaruh Positif Terhadap Pembinaan Karakter Pegawai
4.36
154
Tanggapan Responden Terkait Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Mempertimbangkan Kondisi Setiap Satuan Kerja Pegawai
4.37
156
Tanggapan Responden Terkait Pegawai Tim Kerja Telah Bekerja Sama Dengan Baik Dengan Rekan Kerja Lain di Komisi Pemilihan Umum Provinsi (KPU) Banten
xiii
157
4.38
Tanggapan Responden Terkait Hubungan Kerja Rekan Kerja di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Berdasarkan Rasa Saling Menghormati
4.39
159
Tanggapan Responden Terkait Pegawai di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Bekerja Dengan Mementingkan Kepentingan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Diatas Segalanya
4.40
160
Tanggapan Responden Terkait Pegawai Bertanggung Jawab Atas Beban Kerja Yang Dibebankan
4.41
Tanggapan Responden Terkait Pegawai Bekerja Dengan Memiliki Kemauan Untuk Menyelesaikan Pekerjaan Dengan Baik
4.42
163
Tanggapan Responden Terkait Pegawai Mencari Cara Yang Efesien Untuk Melakukan Pekerjaan Lebih Baik Lagi
4.43
162
165
Tanggapan Responden Terkait Pegawai Dapat Memberikan Saran Dan Solusi Untuk Menyelesaikan Suatu Masalah Dalam Pekerjaan 166
4.44
Tanggapan Responden Terkait Pegawai Memiliki Kepedulian Terhadap Anggota Organisasi Lain Apabila Mengalami Kesulitan Pekerjaan
4.45
168
Tanggapan Responden Terkait Stabilitas Kegiatan Di Lingkunngan Kerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Tercapai Karena Lingkungan Kerja Yang Harmonis
4.46
169
Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Melakukan Evaluasi Kinerja Setelah Program Kerja Berlangsung
4.47
171
Tanggapan Responden Terkait Pegawai Menjunjung Tinggi Nilai Nilai Budaya Organisasi Yang Diterapkan di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
4.48
172
Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Menjaga Dan Mewariskan Budaya Organisasi Internal Yang Baik Dari Tiap Generasi
xiv
174
4.49
Tanggapan Responden Terkait Pegawai Berusaha Memberikan Pelayanan Demi Kepuasan Stakeholders
4.50
176
Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Telah Melakukan Sosialisasi Pemilu Secara Berkesinambungan
4.51
178
Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Telah Memiliki Pedoman Teknis Terkait Penyelenggaraan Pemilu
4.52
179
Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten
Selalu
Mengacu
Pada
Petunjuk
Pelaksanaan/Petunjuk Teknis Terkait Penyelenggaraan Pemilu 181 4.53
Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Melaksanakan Kegiatan Penyelenggaraan Pemilu Berdasarkan Waktu Yang Telah Ditentukan
4.54
182
Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Mendistribusikan Logistik Pemilu Dengan Tepat Waktu
4.55
184
Tanggapan Responden Terkait Pegawai Merasa Puas Dengan Pembagian Beban Kerja Yang Ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
4.56
185
Tanggapan Responden Terkait Pegawai Merasa Puas Dengan Pencapaian Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
4.57
187
Tanggapan Responden Terkait Anggota Organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Telah Mengakases Semua Infromasi Yang Dibutuhkan
4.58
188
Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Memberikan Pelatihan Terlebih Dahulu Bila Ada Sistem Baru di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten 190
xv
4.59
Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Mengadakan Pendidikan Pelatihan Untuk Meningkatkan Kualitas Pelayanan Secara Reguler
4.60
191
Tanggapan Responden Terkait Pengadaan Barang Dan Jasa Terkait Pemilu Yang Dibutuhkan Oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Telah Memakai Sistem E-Procurement
4.61
193
Tanggapan Responden Terkait Sistem E-Procurement Yang Telah Diterapkan Meningkatkan Kinerja Organisasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
4.62
194
Tanggapan Responden Terkait Relialisi Penggunaan Anggaran Telah Sesuai Dengan Perencanaan Yang Dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
4.63
Tanggapan
Responden
Pertanggungjawaban
Terkait
Penggunaan
196 Penyusunan
Anggaran
Yang
Laporan Telah
Dilakukan Sesuai Dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) 197
xvi
DAFTAR LAMPIRAN 1 Permohonan Ijin Mencari Data 2 Pemberian Ijin Mencari Data 3 Struktur Organisasi Sekertariat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Bulan Februari 2015 4 Struktur Organisasi Sekertariat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Bulan Mei 2015 5 Struktur Organisasi Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Periode 2013 s/d 2018 6 Kuesioner Pengaruh Modal Sosial dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten 7 Hasil Input Kuesioner Modal Sosial (X1) 8 Hasil Input Kuesioner Budaya Organisasi (X2) 9 Hasil Input Kuesioner Kinerja Organisasi (Y) 10 Hasil Uji Validitas Modal Sosial (X1) 11 Hasil Uji Validitas Budaya Organisasi (X2) 12 Hasil Uji Validitas Kinerja Organisasi (Y) 13 Hasil Uji Reliabilitas Modal Sosial (X1) 14 Hasil Uji Reliabilitas Budaya Organisasi (X2) 15 Hasil Uji Reliabilitas Kinerja Organisasi (Y) 16 Hasil Uji Normalitas 17 Hasil Uji Korelasi Product Moment Modal Sosial (X1) Terhadap Kinerja Organisasi (Y) 18 Hasil Uji Korelasi Product Moment Budaya Organisasi (X2) Terhadap Kinerja Organisasi (Y) 19 Hasil Uji Korelasi Ganda Modal Sosial (X1) dan Budaya Organisasi (X2) Secara Bersama Sama Terhadap Kinerja Organisasi (Y) 20 Hasil Uji Regresi Sederhana Modal Sosial (X1) Terhadap Kinerja Organisasi (Y) 21 Hasil Uji Regresi Sederhana Budaya Organisasi (X2) Terhadap Kinerja Organisasi (Y)
xvii
22 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Modal Sosial (X1) dan Budaya Organisasi (X2) Secara Bersama Sama Terhadap Kinerja Organisasi (Y) 23 Hasil Uji Parameter Individual Modal Sosial (X1) Terhadap Budaya Organisasi (M) 24 Table F Statistics 25 Table t Statistics 26 Table Chi Square Statistics 27 Table r (Korelasi Product Moment) Statistics 28 Table d (Durbin-Watson) Statistics 29 Daftar Hadir Pegawai Negeri Sipil Daerah Sekertariat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten bulan Maret s/d Desember 2014 30 Daftar Hadir Bimbingan 31 Dokumentasi 32 Curiculum Vitae
xviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Banten merupakan provinsi baru hasil pemekaran dari Jawa Barat, yang berbatasan dengan DKI Jakarta. Provinsi Banten sebagai unsur penanggungjawab untuk mewujudkan semua program semaksimal mungkin dalam setiap melaksanakan tugasnya. Agar semua dapat terlaksana dengan maksimal diperlukan kinerja dari semua komponen terkait, termasuk kinerja organisasi agar menjadi handal dan optimal sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan. Suatu organisasi dapat dikatakan efektif apabila tujuan organisasi atau nilai-nilai yang ditetapkan dalam visinya tercapai. Nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai yang disepakati bersama antara stakeholders dari organisasi yang bersangkutan. Akan tetapi seringkali visi organisasi dapat tercapai namun bukan secara sengaja atau sebagaimana direncanakan sehingga diperlukan nilai pengembanan misi organisasi dan keterkaitannya dengan pencapaian misi. Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2011 pasal 1 ayat (1) Pemilihan Umum, selanjutnya disingkat Pemilu, adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
1
2
Penyelenggara Pemilu adalah lembaga yang menyelenggarakan Pemilu yang terdiri atas Komisi Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu sebagai satu kesatuan fungsi penyelenggaraan Pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat, serta untuk memilih gubernur, bupati, dan walikota secara demokratis. Berdasarkan Undangundang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum pada pasal 1 ayat (6) Komisi Pemilihan Umum selanjutnya disingkat KPU, adalah lembaga Penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri yang bertugas melaksanakan Pemilu. Sedangkan berdasarkan pasal 1 ayat (7) Komisi Pemilihan Umum Provinsi selanjutnya disingkat KPU Provinsi, adalah Penyelenggara Pemilu yang bertugas melaksanakan Pemilu di provinsi dan pada pasal 1 ayat (8) Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, selanjutnya disingkat KPU Kabupaten/Kota, adalah Penyelenggara Pemilu yang bertugas melaksanakan Pemilu di kabupaten/kota Komisi Pemilihan Umum (KPU) merupakan lembaga hirarkies, dimana Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia merupakan lembaga regulator pembuat peraturan perundang-undangan terkait penyelenggaraan pemilu. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi merupakan koordinator dan supervisi sedangkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten/Kota merupakan implementator. Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai organisasi melakukan interaksi dan hubungan antar pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan. Hubungan dan
3
interaksi yang baik antar pegawai merupakan hal penting karena akan mempengaruhi eksistensi modal sosial pegawai. Eksistensi modal sosial pegawai menjadi penting karena mempengaruhi kinjerja pegawai yang pada gilirannya mempengaruhi kinerja organisasi (Akdere, 2005). Selain itu modal sosial yang dimiliki oleh pegawai tersebut akan membentuk budaya organisasi, budaya organisasi merupakan norma-norma dan nilai-nilai yang mengarahkan perilaku anggota organisasi (Luthans, 1998). Pencapaian hasil kerja atau kinerja dapat dinilai menurut pelaku, yaitu kinerja yang diraih individu (kinerja individu), oleh kelompok (kinerja kelompok), oleh institusi (kinerja organisasi) dan oleh suatu program atau kebijakan (kinerja program/kebijakan). Kinerja individu menggambarkan sampai seberapa jauh seseorang telah melaksanakan tugas pokoknya sehingga dapat memberikan hasil yang ditetapkan oleh kelompok atau institusi. Kinerja kelompok menggambarkan hasil yang ditetapkan sampai seberapa jauh suatu kelompok telah melaksanakan kegiatan kegiatan pokoknya sehingga mencapai hasil sebagaimana ditetapkan oleh institusi. Kinerja institusi berkenaan dengan sampai seberapa jauh suatu institusi telah melaksanakan semua kegiatan pokok sehingga mencapai visi atau misi institusi. Sedangkan kinerja program atau kebijakan berkenaan dengan sampai seberapa jauh kegiatan-kegiatan dalam program atau kebijakan telah dilaksanakan sehingga dapat mencapai tujuan program atau kebijakan tersebut. Kinerja organisasi merupakan gambaran mengenai hasil kerja organisasi dalam mencapai tujuannya yang tentu saja akan dipengaruhi oleh sumber daya yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Sumber daya yang dimaksud dapat berupa
4
fisik seperti sumber daya manusia maupun nonfisik seperti peraturan, informasi, dan kebijakan. Konsep kinerja organisasi juga menggambarkan bahwa setiap organisasi publik memberikan pelayanan kepada masyarakat dan pengukurannya dapat dilakukan dengan menggunakan indikator-indikator kinerja yang ada untuk melihat apakah organisasi tersebut sudah melaksanakan tugasnya dengan baik dan untuk mengetahui tujuannya sudah tercapai atau belum. Kinerja organisasi merupakan produk dari banyak faktor, termasuk struktur organisasi, pengetahuan, sumber daya bukan manusia, posisi strategis dan proses sumber daya manusia. Kinerja memerlukan strategi, tujuan dan integritas. Strategi merupakan integritas rencana tindak sangat luas untuk mencapai tujuan organisasi. Sementara itu, yang dimaksud dengan tujuan adalah memperbaiki produktivitas sumber daya manusia. Karena strategi bersifat terintegritas, semua faktor atau variabel saling berhubungan dan memberikan kontribusi pada kinerja. Sementara itu, integritas tidak hanya diperlukan untuk menghadapi keadaan, tetapi lebih penting lagi untuk proses perubahan yang perlu dilakukan untuk menghadapi masa depan organisasi. Konsep modal sosial (social capital) sedang berkembang saat ini. Berkembangnya konsep ini didasari pemahaman bahwa modal sosial akan berpengaruh pada kinerja. Hal ini didukung beberapa riset yang menunjukkan adanya pengaruh modal sosial pada beberapa ukuran kinerja seperti: bukti dari urban publik school (Leana and Frits, 2006), modal sosial terhadap kinerja tenaga medis RSUD Talaud (Yosua, Haris dan Hosea, 2013), kinerja dosen berbasis
5
modal sosial dan organisasional (Fauzan, 2012) dan pengaruh modal sosial terhadap kinerja anggota organisasi (Prayogo, 2003). Nahapiet dan Ghoshal (1998) membagi modal sosial menjadi tiga dimensi yang meliputi dimensi struktural, dimensi relasional, dan dimensi kognitif. Dimensi struktural merupakan pola hubungan antar orang dan interaksi sosial yang ada dalam organisasi. Dimensi struktural memiliki makna bahwa posisi seseorang dalam struktur interaksi akan memberinya keuntungan tertentu. Dengan demikian, seseorang yang memiliki interaksi yang baik dengan rekan kerjanya akan berkinerja dengan lebih baik. Adanya interaksi yang baik akan sangat kondusif untuk kerjasama yang baik antara anggota organisasi. Interaksi yang baik akan mengakibatkan intensitas hubungan kerja yang semakin baik dan menumbuhkan kedekatan antar karyawan. Dengan demikian, seseorang akan lebih mudah mendapatkan bantuan dan dukungan dari rekan kerjanya, misalnya seseorang akan bisa saling mengakses sumberdaya dan informasi dengan sesama rekan kerja. Hal ini akan memperlancar proses kerja anggota organisasi, yang akan membuat anggota organisasi tersebut berkinerja dengan lebih baik. Dimensi relasional merupakan asset yang diciptakan dan tumbuh dalam hubungan antar anggota organisasi yang mencakup kepercayaan (trust) dan kelayakan dipercaya (trustworthiness). Kepercayaan adalah atribut yang melekat dalam suatu hubungan. Kelayakan dipercaya merupakan atribut yang melekat pada individu yang terlibat dalam hubungan tersebut. Makin tinggi tingkat kepercayaan antar rekan kerja dalam suatu organisasi, orang-orang dalam organisasi tersebut dikatakan memiliki tingkat kelayakan dipercaya yang tinggi.
6
Dalam kondisi saling mempercayai yang tinggi, orang akan lebih mampu bekerja dengan lebih baik dalam suatu social exchange dalam bentuk kerja sama dengan orang lain. Dengan demikian, dimensi relasional juga akan mempengaruhi proses kerja seseorang, sehingga akan membuat orang bekerja dengan lebih baik. Dimensi kognitif merupakan sumber daya yang memberikan representasi dan interpretasi bersama, serta menjadi sistem makna (system of meaning) antar pihak dalam organisasi. Nahapiet dan Ghoshal (1998) mendefinisikan dimensi ketiga ini sebagai shared languages (codes), shared narratives dan shared vision yang memfasilitasi pemahaman tentang tujuan kolektif dan cara bertindak dalam suatu sistem sosial. Shared languages (codes) dan shared narratives merupakan sarana orang berdiskusi dan bertukar informasi dalam menjalankan proses kerjanya. Jika ada shared languages (codes) dan shared narratives, komunikasi antara anggota organisasi akan lebih baik dan terbuka. Shared languages (codes) dan shared narratives juga akan mempengaruhi persepsi anggota organisasi. Adanya shared languages (codes) dan shared narratives akan menciptakan persepsi yang sama antar anggota organisasi yang akan mempercepat proses komunikasi untuk menunjang kinerja. Umumnya dimensi kognitif dalam bentuk shared languages (codes) dan shared narratives akan mengarah ke pemahaman yang sama tentang tujuan organisasi (shared vision). Jika anggota organisasi memiliki pemahaman yang sama tentang tujuan organisasi mereka akan bisa bekerja dengan lebih baik. Pada dasarnya modal sosial dalam organisasi tercipta dengan adanya interkasi yang terjadi pada individu-individu dalam organisasi yang berasal
7
kepercayaan antara individu baik dengan atasan, dengan bawahan atau sasama pegawai. Dalam hal ini kepercayaan merupakan modal penting untuk membina hubungan interaksi yang baik, selain itu bentuk modal sosial lainnya adalah jaringan sosial/kerja yang tercipta ketika kerja sama dalam menyelesaikan tujuan yang dalam hal ini adalah visi dan misi dalam organisasi dan terakhir adalah bentuk modal sosial berupa kepatuhan terhadap norma yang bisa berbentuk aturan atau kebijakan dalam organisasi. Modal sosial yang ada dalam organisasi merupakan hal penting dalam membentuk perilaku individu yang ada dalam organisasi. Untuk menggambarkan keterkaitan antara modal sosial dan budaya organisasi, pada dasarnya budaya organisasi merupakan suatu pemahaman terhadap nilai dan norma yang ada dalam lingkup organisasi yang dipahami dan dipatuhi oleh anggota organisasi. Budaya organisasi terbentuk oleh perilaku individu, sedangkan perilaku individu tersebut dibawa oleh modal sosial anggota organisasi. Dalam kinerja organisasi merupakan sebuah produk yang dipengaruhi oleh kinerja pegawai. Modal sosial yang dibawa oleh pegawai akan mempengaruhi kinerja pegawai yang secara langsung juga akan mempengaruhi kinerja organisasi. Salah satu hal yang mempengaruhi kinerja organisasi adalah produktivitas pegawai. Hal ini berkaitan dengan bagaimana pegawai tersebut mengerjakan pekerjaan. Setiap pekerjaan dalam organisasi dilakukan dengan bekerjasama antara satu dengan lainnya sehingga visi dan misi dapat tercapai. Dalam bekerja sama ada banyak hal yang dimanfaatkan oleh pegawai salah
8
satunya adalah modal sosial, apabila modal sosial yang ada sudah dimanfaatkan dengan baik oleh anggota organisasi akan secara tidak langsung mempermudah kerjasama dalam menyelesaikan pekerjaan yang dalam hal ini bila sudah tercapai akan mempengaruhi kinerja organisasi. Dalam proses berorganisasi setiap individu akan memanfaatkan modal sosial yang mereka miliki untuk dapat diterima dan menyesuaikan diri dengan budaya organisasi ditempat mereka bekerja. Budaya organisasi ini dapat terlihat ketika anggota organisasi telah mematuhi peraturan, kebijakan atau keputusan tertinggi dalam organisasi tersebut. Organisasi yang baik ditandai dengan adanya rasa percaya antara baik kepada atasan, bawahan atau anggota organisasi lain, yang jika ini sudah terpenuhi maka akan mempermudah interaksi dalam menyelesaikan pekerjaan. Sejalan dengan Program Reformasi Birokrasi yang dicanangkan oleh Pemerintah, maka sejak Tahun 2013 Sekretariat Jenderal KPU sebagai KPU Pusat telah menetapkan program reformasi menjadi bagian dari program dan kegiatan prioritas lembaga. Berkenaan dengan kondisi organisasi birokrasi, Sekretariat Jenderal KPU telah melakukan evaluasi organisasi untuk menilai kondisi organisasi. Hasil dari penilaian kinerja organisasi tersebut menunjukkan gambaran kondisi organisasi yang dinilai dari 5 (lima) aspek yang dinilai yaitu: struktur organisasi, manajemen sumber daya manusia, tata kerja, sarana dan prasarana, komunikasi dan koordinasi organisasi. Pada prosesnya Sekretariat Jenderal KPU telah melakukan evaluasi kinerja organisasi di lingkungan organisasi dengan mengevaluasi kelembagaan Sekertariat Jenderal KPU dan
9
evaluasi kondisi kinerja pegawai Sekertariat Jenderal KPU dengan cara kaji diri (self assessment) untuk menilai kondisi birokrasi di Sekertariat Jenderal KPU. Hasil evaluasi kinerja organisasi Sekertariat Jenderal KPU dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1.1 Hasil Evaluasi Kinerja Organisasi Sekertariat Komisi Pemilihan Umum Hasil Survei Sesuai Tidak Sesuai
No
Aspek
1
Struktur Organisasi a. Struktur Organisasi b. Tugas dan Fungsi Sumber Daya Manusia a. Jumlah Personel b. Kompetensi c. Penghargaan Terhadap Prestasi Tata Kerja a. Tumpang Tindih Tanggung Jawab b. Tugas Belum Tertampung Struktur Organisasi c. Hambatan Dalam Melaksanakan Tugas Sarana dan Prasarana a. Sarana Utama b. Sarana Pendukung b.1 meja, kursi, lemari, komputer dan telepon b.2 sarana transportasi Komunikasi dan Koordinasi Organisasi a. Hubungan Antara KPU Dengan Instansi Terkait b. Hubungan Kerja Sekertariat KPU Dengan Komisioner KPU c. Hal-hal Lain Yang Berhubungan Dengan KPU
2
3
4
5
62,96% 61,11%
37,04% 38,89%
22,22% 53,70%
77,78% 46,30% 62,96%
77,78% 50% 38,89%
22,22% 50% 61,11%
51,85%
48,15%
38,89% 29,63%
61,11% 70,37%
92,13% 81,84%
7,87% 18,52%
77,16%
22,84%
Sumber: kpu.go.id Komisi
Pemilihan
Umum
(KPU)
Provinsi
Banten
merupakan
penyelenggara pemilu yang bertugas melaksanakan pemilu Provinsi Banten. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten terintegrasi dan membawahi KPU Kabupaten/Kota. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten berkedudukan di ibu kota provinsi. Dalam menjalankan tugasnya Komisi
10
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten terdiri dari lima orang anggota komisioner dan untuk mendukung pekerjaan dan tugasnya dibantu oleh sekertariat. Dalam pengambilan keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten menggunakan asas kolektif kolegial artinya semua anggota organisasi mempunyai kedudukan yang sama dan setiap keputusan atau kebijakan di musyawarahkan dalam rapat pleno. Keputusan rapat pleno merupakan keputusan tertinggi. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten sebagai lembaga yang bergerak sebagai koordinator juga merupakan organisasi yang di dalamnya terdapat pegawai yang melakukan interaksi atau hubungan baik dengan atasan, bawahan atau sesama pegawai. Setiap pegawai di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten memanfaatkan modal sosial untuk dapat diterima di organisasi dan dapat menyesuaikan diri dengan budaya organisasi. Pegawai di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten dituntut untuk melakukan kinerja yang maksimal agar kinerja organisasi dapat berjalan sesuai dengan visi dan misi yang telah ditentukan. Beberapa hal yang secara tidak langsung tetapi komprehensif untuk mengetahui sehat-tidaknya suatu organisasi diantaranya tingkat absen, intensitas administrasi (kegiatan manajemen), tingkat otonomi, sentralisasi, komitmen, komunkasi, kompleksitas, pelanggaran konflik, koordinasi, departementasi, keadilan distributif, efektivitas, formalisasi, training umum, ideologi, inovasi, mekanisasi, motivasi, kuatnya hubungan (nilai-nilai kerja dari pegawai), stratifikasi upah/ gaji, basis kekuasaaan, stratifikasi prestasi, produktivitas,
11
rutinitas, kepuasan, besarnya organisasi, standarisasi, pergantian karyawan, kohesi kelompok dan beban kerja. Dalam penelitian ini terdapat beberapa fakta masalah yang ditemukan, pertama dalam interaksi antara individu terdapat kecemburuan sosial terkait bobot pekerjaan yang dibebankan. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu anggota komisioner, pada bagian program dan data adalah bagian yang sangat sulit sementara individu yang mengerjakan tidak banyak yang berkemampuan sedangkan pada bagian hukum adalah bagain yang sifatnya musiman yang dalam artinya apabila ada permasalahan hukum baru ditindaklanjuti. Dalam hal ini bobot pekerjaan antara satu bagian berbeda, ada yang memang cenderung sulit karena berhubungan dengan teknologi informasi dan tidak didukung dengan sumber daya yang memiliki kemampuan, namun ada pula bagian yang sifatnya musiman, seperti bagian hukum yang bekerja lebih apabila terjadi permasalahan hukum. Kedua, terdapat pegawai yang melanggar kode etik yakin melanggar peraturan dengan tidak masuk kerja selama lebih dari 108 hari. Pegawai tersebut adalah Kepala Bagian Keuangan, Umum dan Logislitik yang sejak pemilu legislatif dan pemilu eksekutif sudah tidak masuk bekerja. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 pasal 1 ayat (1) Displin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil unutk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang diperlukan dalam peraturan perundangan-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin, selanjutnya pada pasal 1 ayat (4)
12
dijelaskan bahwa hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada PNS karena melanggar disiplin PNS. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi terdiri dari lima orang komisioner dan dibantu oleh sekertariat yang terdiri dari Pegawai Organik, Pegawai Daerah dan Pegawai Kontrak. Pegawai Organik adalah pegawai yang berasal dari pegawai negeri sipil di Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI. Pegawai Daerah adalah pegawai yang berasal dari daerah Provinsi Banten sedangkan pegawai kontrak adalah pegawai non-PNS. Pegawai yang melanggar aturan dengan tidak masuk kerja selama lebih dari 108 adalah pegawai yang berasal dari daerah. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu anggota komisioner, pegawai tersebut telah mendapatkan teguran dalam rapat pleno namun tetap tidak menghiraukan teguran tersebut. Dalam rapat pleno merupakan keputusan tertinggi dalam organisasi ini, namun pegawai tersebut tetap tidak menghiaraukan apa yang telah menjadi keputusan bersama. Saat ini pegawai tersebut telah dikenai sanksi pelanggaran disiplin oleh Badan Kepegawaian Daerah. Komisioner sangat menaruh kepercayaan kepada staf walaupun ada staf yang nakal. Minimal ada 4 staf yang nakal dengan menggelapkan uang, mencari keuntungan pribadi dan main trik. Ketiga, adanya atasan yang tidak masuk kerja tersebut menimbulkan ketidakpercayaan dari bawahan kepada atasan. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu anggota komisioner, mengatakan bahwa pegawai dari daerah pada level kepala sub bagian memang kurang dalam segi kinerja, sehingga
13
anggota organisasi lain tidak terpengaruh dengan kehadiran atasan tersebut karena pekerjaan dilaksanakan oleh staf. Pegawai tersebut hanya menandatangani hal yang berkaitan dengan administrasi tanpa memahami pekerjaan tersebut. Padahal semakin tinggi posisi seorang pegawai dalam organisasi tersebut semakin besar kepercayaan yang diberikan kepadanya. Keempat, adanya disfungsi peran pejabat struktural dalam struktur organisasi. Berdasarkan struktur organisasi yang diterbitkan pada Februari tahun 2015 di Sekertariat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten terdapat pegawai yang ada di dalam struktur organisasi namun tidak melaksanakan fungsinya. Berdasarkan Struktur Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten bagian yang mengalami disfungsi peran dalam struktur organisasi adalah Bagian Keuangan, Umum dan Logistik, Sub Bagian Program dan Data, Sub Organisasi dan SDM, Sub Bagian Umum dan Logistik dan Sub Bagian Teknis dan Hupmas. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu anggota komisioner, struktur dan pembagian tugas dan pembinaan dilakukan top-down artinya pembagian tugas dilakukan dari atas ke bawah. Namun kendala yang dihadapi adalah pada level kapala sub bagian mengalami disfungsi. Padahal level kepala sub bagian adalah ujung tombak dalam melakukan pembinaan kepada staf terkait. Kelima, tidak ada sumber daya manusia yang ahli terutama dalam bidang IT. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu anggota komisioner, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten membutuhkan sumber daya manusia
14
yang ahli programmer terutama dalam membuat program, desain web untuk mempermudah akses. Sejauh ini sumber daya yang ada hanya sebatas pelaksana. Saat ini website Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten masih bekerja sama dengan pihak ketiga untuk membuat program website. Keenam, terdapat hambatan dimana para pegawai tidak mengetahui sepenuhnya terkait tugas, pokok dan fungsi pekerjaannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu anggota komisioner, dalam melaksanakan pekerjaan, hambatan yang dihadapi oleh pegawai adalah tidak memahami sepenuhnya tugas, pokok dan fungsi pekerjaannya mereka sehingga tujuan cenderung tidak tercapai. Selain itu hambatan lain yang terjadi adalah hubungan pegawai dan stakeholder dalam hal penyelenggaraan pemilu personel tidak memahami sepenuhnya peraturan yang ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU), dalam hal ini peraturan seolah olah hanya difokuskan kepada komisioner. Dalam penyelanggaraan pemilihan umum, Komisi Pemilihan Umum (KPU) sering membuat peraturan terkait penyelanggaraan pemilihan umum misalnya peraturan terkait pencalonan, namun pegawai tidak mau untuk belajar mengetahui dan memahami peraturan tersebut kendati telah ada sosialisasi yang dilakukan komisioner. Berdasarkan fakta dan permasalahan di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti “Pengaruh Modal Sosial dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten”
15
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Dalam interaksi antara individu terdapat kecemburuan sosial terkait beban pekerjaan yang dibebankan 2. Terdapat pegawai yang melanggar kode etik yakin melanggar peraturan dengan tidak masuk kerja selama lebih dari 108 hari 3. Adanya
atasan
yang
tidak
masuk
kerja
tersebut
menimbulkan
ketidakpercayaan dari bawahan kepada atasan 4. Adanya disfungsi peran pejabat struktural dalam struktur organisasi 5. Tidak ada sumber daya manusia yang ahli terutama dalam bidang IT 6. Terdapat hambatan dimana para pegawai tidak mengetahui sepenuhnya terkait tugas, pokok dan fungsi pekerjaannya
1.3 Batasan Masalah Dari identifikasi masalah terpapar gambaran dimensi permasalahan yang begitu luas. Namun menyadari adanya keterbatasan waktu dan kemampuan maka penulis memandang perlu memberi batasan masalah secara jelas dan terfokus. Selanjutnya masalah yang menjadi objek penelitian dibatasi menjadi Pengaruh Modal Sosial dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten.
16
1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang ditetapkan diatas, selanjutnya perumusan masalah dalam penelitian ini diajukan dengan pertanyaan penelitian (research question) sebagai berikut: 1) Bagaimana pengaruh antara Modal Sosial terhadap Kinerja Organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten? 2) Bagaimana pengaruh antara Budaya Organisasi terhadap Kinerja Organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten? 3) Bagaimana pengaruh antara Modal Sosial dan Budaya Organisasi secara bersama sama terhadap Kinerja Organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten?
1.5 Tujuan Penelitian Berkenaan dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1) Mengetahui pengaruh Modal Sosial terhadap Kinerja Organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten 2) Mengetahui pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten 3) Mengetahui pengaruh Modal Sosial dan Budaya Organisasi secara bersama sama terhadap Kinerja Organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
17
1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Aspek Teoritis Penelitian ini berguna untuk mengetahui pengaruh modal sosial dan budaya organisasi terhadap kinerja di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Ditinjau dari prespektif Perilaku Organisasi, penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui perilaku pegawai yang ditinjau dari aspek modal sosial dan budaya organisasi yang berkembang yang kemudian mempengaruhi kinerja organisasi. Sedangkan ditinjau dari Manajemen Pelayanan Publik, bermanfaat untuk mengetahui dan mempelajari kinerja suatu organisasi apakah sudah sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan. Selain itu dapat digunakan sebagai sumber reverensi ilmu pengetahuan bila melakukan penelitian menggunakan variabel yang sama.
1.6.2 Aspek Praktis Penelitian ini berguna bagi masyarakat luas khususnya citivas akademika untuk : 1. Mengetahui interaksi yang terjalin dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh modal sosial dan budaya organisasi. 2. Mengetahui tingkah laku, kebiasaan dan kebudayaan yang berkembang dalam suatu organisasi. 3. Mengetahui bentuk solidaritas antara anggota organisasi dalam menjaga keutuhan dan kerjasama antara anggota organisasi.
BAB II DESKRIPSI TEORI
2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Modal Sosial Modal sosial adalah salah satu konsep baru yang digunakan untuk mengukur kualitas hubungan dalam komunitas, organisasi, dan masyarakat. Pengertian modal sosial yang berkembang selama ini lebih banyak didasarkan pada pandangan tiga orang ilmuwan sosial, yaitu Pierre Bourdieu, James Coleman, dan Robert Putnam. Menurut Bourdieu modal sosial adalah: “social capital is the aggregate of the actual or potential resources which are linked to possession of a durable network of more or less institutionalized relationships of mutual acquaintance recognition - or in other words, to a membership in a group - which provides each of its members with the backing of the collectivity - owned capital.” Modal sosial adalah kumpulan dari sumber daya nyata atau potensial yang dihubungkan pada pemilikan dari suatu jaringan yang kurang lebih melembagakan hubungan tentang pengenalan dan kenalan timbal balik.
James Coleman mendefinisikan modal sosial sebagai: “a variety of entities having two characteristic in common: they all consist of some aspect of a social structure and they facilitate certain actions of individuals who are within the structure,…social capital inheres in the structure of relations between person and among persons. It is lodged neither in individuals nor in physical implements of production.” Berbagai entitas memiliki dua karakteristik yang sama: mereka semua terdiri dari beberapa aspek struktur sosial dan mereka memfasilitasi tindakan tertentu dari individu yang berada dalam struktur,...modal sosial melekat dalam struktur hubungan antara orang dan di antara orang-orang. Hal ini diajukan baik dalam individu maupun dalam alat fisik produksi.
Sementara Robert Putnam mendefinisikan modal sosial dalam perspektif berbeda:
18
19
“features of social life - networks, norms, and trust - that enable participants to act together more effectively to pursue shared objectives.” Fitur kehidupan sosial - jaringan, norma, dan kepercayaan - yang memungkinkan para peserta untuk bertindak bersama-sama lebih efektif untuk mencapai tujuan bersama.
Konsep modal sosial menurut Bourdieu berfokus pada individu dan bagaimana individu dapat keuntungan melalui afiliasi mereka dengan sebuah jaringan atau kelompok. Sedangkan James Coleman berfokus pada kelompok, teori James Coleman memiliki dua unsur mendasar: 1) itu tertanam dalam struktur sosial yang padat, dan 2) memfasilitasi tindakan pelaku dalam struktur sosial. Sementara Robert Putnam modal sosial diperluas, berfokus pada masyarakat bahkan tingkat nasional regional atau, dengan komunitas dan individu dan bermanfaat bagi peningkatan partisipasi. Pierre Bourdiue berpendapat bahwa modal sosial mengacu pada keuntungan dan kesempatan yang didapatkan seseorang di dalam masyarakat melalui keanggotaannya dalam entitas sosial tertentu (paguyuban, kelompok arisan, asosiasi tertentu seperti jama’ah pengajian-majelis ta’lim). Modal sosial didefinisikan sebagai institusi sosial yang melibatkan jaringan (networks), normanorma (norms), dan kepercayaan sosial (social trust) yang mendorong pada sebuah kolaborasi sosial (koordinasi dan koperasi) untuk kepentingan bersama. James Coleman menjelaskan modal sosial adalah kemampuan masyarakat untuk bekerjasama demi mencapai tujuan tujuan bersama di dalam berbagai kelompok/organisasi. Indikatornya adalah jaringan sosial/kerja, kepercayaan antar sesama dan ketaatan terhadap norma.
20
Robert D. Putnam merupakan salah seorang yang banyak mengkaji tentang modal sosial, Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai suatu nilai mutual trust antara anggota masyarakat dan masyarakat terhadap pemimpinnya. Trust ini dapat dilihat dari beberapa hal, antara lain (1) seberapa tinggi tingkat partisipasi
masyarakat
terhadap
keberanian
untuk
berpendapat
dengan
pemimpinnya; dan (2) seberapa banyak warganegara yang menggunakan kesempatan tersebut untuk menyalurkan aspirasinya. Indikatornya adalah kepercayaan/trust (kejujuran, sikap egalilter, toleransi dan kemurahan hati), jaringan sosial/social networks (partisipasi, resipositas, solidaritas dan kerjasama), dan norma/norms (nilai-nilai bersama, norma dan sangsi/aturan). Modal sosial dapat didefinisikan sebagai serangkaian nilai dan norma informal yang dimiliki bersama diantara para anggota suatu kelompok masyarakat yang memungkinkan terjadinya kerjasama diantara mereka (Francis Fukuyama, 2002). Norma-norma informal dapat mendorong kerjasama antara dua atau beberapa orang. Norma-norma yang mengandung modal sosial memiliki ruang lingkup yang cukup luas, mulai dari nilai-nilai resiprokal antara teman, sampai dengan yang sangat kompleks dan mengandung nilai-nilai keagamaan. Cox (1995) mendefinisikan modal sosial sebagai suatu rangkaian proses hubungan antar manusia yang ditopang oleh jaringan, norma norma, dan kepercayaan sosial yang memungkinkan efesien dan efektifitas koordinasi dan kerjasama untuk keuntungan dan kebajikan bersama. Sejalan dengan Fukuyama dan Cox, Partha dan Ismail S. (1999) mendefinisikan modal sosial sebagai hubungan hubungan yang tercipta dan
21
norma-norma yang membentuk kualitas dan kuantitas hubungan sosial dalam masyarakat dalam spectrum yang luas, yaitu sebagai perekat sosial (social glue) yang menjaga kesatuan anggota kelompok secara bersama-sama. Pada jalur yang sama Solow (1999) mendefinisikan modal sosial sebagai serangkaian nilai-nilai dan norma-norma yang diwujudkan dalam perilaku yang dapat mendorong kemampuan dan kapabilitas untuk bekerjasama dan berkoordinasi untuk menghasilkan konstribusi besar terhadap keberlajutan produktivitas. Adapun menurut Cohen dan Prusak L. (2001) modal sosial adalah setiap hubungan yang terjadi dan diikat oleh suatu kepercayaan (trust), saling pengertian (mutual understanding), dan nilai nilai bersama (shared value) yang mengikat anggota kelompok untuk membuat memungkinkan aski bersama dapat dilakukan secara efesien dan efektif. Senada dengan Cohen dan Prusak L., Hasbullah (2006) menjelaskan modal sosial sebagai segala sesuatu hal yang berkaitan dengan kerjasama dalam masyarakat atau bangsa untuk mencapai kapasitas hidup yang lebih baik, ditopang oleh nilai-nilai dan norma yang menjadi unsur-unsur utama seperti trust (rasa saling mempercayai), ketimbal-balikan, aturan-aturan kolektif dalam suatu masyarakat atau bangsa dan sejenisnya Tiga unsur utama dalam modal sosial adalah trust (kepercayaan), reciprocal (timbal balik) dan interaksi sosial (Fukuyama, 2002). Trust (kepercayaan) dapat mendorong seseorang untuk dapat bekerjasama dengan orang lain untuk memunculkan aktifitas ataupun tindakan bekerja yang produktif. Trust merupakan produk dari norma norma sosial cooperation yang sangat penting yang kemudian memunculkan modal sosial.
22
Fukuyama (2002), menyebutkan trust sebagai harapan harapan terhadap keteraturan, kejujuran, perilaku kooperatif yang muncul dalam sebuah komunitas yang didasarkan pada norma norma yang dianut berdasarkan sebuah komunitaskomunitas itu. Trust bermanfaat bagi pencipta ekonomi tunggal karena bisa diandalkan untuk menguragi biaya (cost), hal ini melihat dimana dengan adanya trust tercipta ketersediaan seseorang untuk menempatkan kepentingan kelompok diatas kepentingan individu. Adanya high-trust akan terlahir solidaritas kuat yang mampu membuat masing masing individu bersedia mengikuti aturan, sehingga ikut memperkuat rasa kebersamaan. Bagi masyarakat low-trust diaggap lebih inferior dalam perilaku ekonomi kolektifnya. Jika low-trust terjadi dalam suatu masyarakat, maka campur tangan negara perlu dilakukan guna memberikan bimbingan. Unsur kedua modal sosial adalah reciprocal (timbal balik), dapat dijumpai dalam bentuk saling memberi, saling menerima dan saling membantu yang dapat muncul dari interkasi sosial. Unsur ketiga adalah interaksi sosial. Interaksi yang semakin meluas akan menjadi semacam jaringan sosial yang lebih memungkinkan semakin meluasnya lingkup kepercayaan dan lingkup hubungan timbal balik. Jaringan sosial merupakan bentuk modal sosial, jaringan sosial yakni sekelompok orang yang dihubungkan oleh persamaan simpati dan kewajiban serta oleh norma pertukaran dan civic engagement. Jaringan ini bisa dibentuk karena berasal dari daerah yang sama, kesamaan kepercayaan politik atau agama, hubungan genealogis, dll. Jaringan sosial tersebut diorganisasikan menjadi sebuah institusi yang
23
memberikan perlakukan khusus terhadap mereka yang dibentuk oleh jaringan untuk mendapatkan modal sosial dari jaringan tersebut. Dilihat dari tindakan ekonomi, jaringan adalah sekelompok agen individual yang berbagi nilai nilai dan norma-norma informal melampaui nilai nilai dan norma-norma yang penting untuk transaksi pasar. Melalui pemahaman ini, modal sosial dapat bermanfaat bukan hanya aspek sosial melainkan ekonomi. Dalam penelitian ini teori modal sosial yang digunakan adalah Teori Coleman, karena Coleman lebih menjelaskan dimensi modal sosial yang bersifat mengaitkan (lingking social capital) yang memungkinkan individu-individu untuk menggali dan mengelola sumber sumberdaya, ide, informasi, dan pengetahuan dalam suatu komunitas atau kelompok pada level pembentukan dan partisipasi dalam organisasi formal. Hal ini releven dengan penelitian ini karena menggambarkan bentuk modal sosial yang sifatnya relasi antar anggota di dalam organisasi atau yang disebut modal sosial internal. Pada tataran organisasi, modal sosial menggambarkan bentuk dan sifat relasi antar anggota di dalam organisasi disebut modal sosial internal (internal social capital) sedangkan modal sosial yang menggambarkan relasi antara organisasi itu sendiri dengan para stakeholder eksternal (eksternal stakeholders), pesaing dan partner kerjanya disebut modal sosial eksternal (eksternal modal sosial). Baik modal sosial internal maupun eksternal sama-sama fokus pada sifat dan kekuatan sebuah relasi serta aliran komunikasi baik organisasi maupun individu di dalamnya.
24
Penelitian ini menggunakan Teori Coleman sehingga yang menjadi indikator modal sosial adalah jaringan sosial/kerja, kepercayaan antar sesama dan ketaatan terhadap norma. Pada unsur pertama, jaringan sosial/kerja merupakan bentukan dari insfrastruktur modal sosial itu sendiri. Jaringan tersebut menjadi fasilitator dalam mendukung terjadinya interaksi
yang kemudian akan
menumbuhkan kepercayaan dan kerja sama yang kuat. Semakin kuat jaringan sosial yang terbentuk maka akan memperkuat modal sosial yang terbentuk. Modal sosial tidak dibangun hanya oleh satu individu, melainkan akan terletak pada individu individu yang tumbuh dalam suatu kelompok untuk bersosialisasi sebagai bagian penting dari nilai-nilai yang melekat. Modal sosial yang ada tergantung pada kapasitas kelompok untuk membangun sejumlah asosiasi beserta jaringanya yang tujuannya adalah untuk menciptakan hubungan sosial. Unsur kedua adalah kepercayaan antar sesama, kepercayaan merupakan nilai yang ditunjukan oleh adanya perilaku jujur, teratur dan kerja sama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama. Pada dasarnya kepercayaan harus dimiliki dan menjadi bagian yang kuat untuk membentuk modal sosial yang baik, yang dapat ditandai dengan kuatnya lembaga-lembaga sosial yang menciptakan kehidupan yang harmonis dan dinamis. Unsur ketiga adalah ketaatan terhadap norma, norma merupakan susunan dari pemahaman terhadap nilai-nilai kehidupan serta harapan yang diyakini dan dijalankan oleh sekelompok orang. Norma yang terbentuk dapat didasari oleh nilai-nilai agama, nilai budaya, maupun nilai-nilai yang dari kehidupan sehari-hari yang dibuat menjadi aturan untuk ketertiban kehidupan berbangsa dan bernegara.
25
Norma juga merupakan modal sosial kerena muncul dari kerjasama di masa lalu yang kemudian diterapkan untuk kehidupan bersama. Norma-norma sosial akan sangat berperan dalam mengontrol bentuk-bentuk perilaku yang tumbuh dalam masyarakat atau kelompok. Dalam pandangan Uphoff (Soetomo, 2006: 90), modal sosial dapat dilihat dua kategori, fenomena struktur dan kognitif. Kategori struktural merupakan modal sosial yang terkait dengan beberapa bentuk organisasi sosial khusus peranan, aturan, precedent dan prosedur yang dapat membentuk jaringan luas bagi kerjasama dalam bentuk tindakan bersama yang saling menguntungkan. Modal sosial dalam kategori kognitif diderivasi dari proses mental dan hasil pemikiran yang diperkuat oleh budaya dan ideologi khususnya norma, nilai dan sikap, kepercayaan yang memberikan kontribusi bagi tumbuhnya kerjasama khususnya dalam bentuk tindakan bersama saling menguntungkan. Bentuk bentuk akutualisasi modal sosial fenomena struktural maupun kognitif itulah yang perlu digali dalam kehidupan masyarakat selanjutnya dikembangkan dalam usaha peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan. Komponen modal sosial dapat digambarkan secara ringkas sebagai berikut: Gambar 2.1 Komponen Modal Sosial Nilai, Kultur, Persepsi
Institusi Sumber: Soetomo, 2006
Mekanisme
26
Gambar tersebut menjelaskan, pada level nilai, kultur, kepercayaan, dan persepsi modal sosial bisa berbentuk simpati, rasa berkewajiban, rasa percaya, resiprositas dan pengakuan timbal balik. Pada level institusi bisa berbentuk keterlibatan umum sebagai warga negara (civil engagement), asosiasi jaringan. Pada level mekanisme, modal sosial berbentuk kerjasama, tingkah laku, dan sinergi antar kelompok. Tampak jelas bahwa modal sosial bisa memberikan kontribusi tersendiri bagi terjadinya integritas social (Soetomo, 2006). Woolcock (1998) mengajukan tiga dimensi dari modal sosial, yaitu: bonding, bridging dan linking. Menurut Woolcock: (1) Modal sosial yang bersifat mengikat (bonding social capital) merujuk pada hubungan antarindividu yang berada dalam kelompok primer atau lingkungan ketetanggaan yang saling berdekatan. Komunitas-komunitas yang menunjukkan kohesi internal yang kuat akan lebih mudah dan lancar dalam berbagi pengetahuan. (2) Modal sosial yang bersifat menjembatani (bridging social capital) adalah hubungan yang terjalin di antara orang-orang yang berbeda, termasuk pula orang-orang dari komunitas, budaya, atau latar belakang sosial-ekonomi yang berbeda. Individu-individu dalam komunitas yang mencerminkan dimensi modal sosial yang bersifat menjembatani akan mudah mengumpulkan informasi dan pengetahuan dari lingkungan luar komunitasnya dan tetap memperoleh informasi yang aktual dari luar kelompoknya. Tipe modal sosial ini menunjuk pada hubungan antarindividu yang memiliki kekuasaan atau akses pada bisnis dan hubungan sosial melalui kelompok-kelompok sekunder. (3) Modal sosial yang bersifat mengaitkan (linking social capital) memungkinkan individu-individu untuk menggali dan mengelola sumber sumberdaya, ide, informasi, dan pengetahuan dalam suatu komunitas atau kelompok pada level pembentukan dan partisipasi dalam organisasi formal.
Richard Enfield (2008: 6) ada empat aspek negatif dari modal sosial diantaranya yaitu: (1) Pengecualian atau pembatasan luar dari kelompok sosial atau jaringan. Jaringan biasanya sangat tinggi dalam kepercayaan dan timbal balik,
27
semua pada mengesampingkan orang lain. Contoh adalah kelompok etnis mengendalikan sektor ekonomi suatu masyarakat, sehingga tidak mungkin bagi orang lain untuk mendapatkan lampu hijau atau masuk ke pasar dalam komunitas tersebut. (2) Potensi modal sosial kelebihan klaim pada anggota jaringan, yang dapat dilihat sebagai bagian depan dari dampak negatif pertama. Sebagai contoh, seorang pengusaha sukses dalam ketat merajut jaringan yang tinggi dalam ikatan modal sosial menerima beberapa permintaan dari orang lain dalam jaringan untuk pinjaman dan pekerjaan, sehingga menghentikan atau memperlambat kemajuan ekonomi individu. (3) Permintaan untuk kesesuaian atau pembatasan kebebasan individu. Mengidentifikasi beberapa situasi di mana individu dihubungkan bersama di peran yang berbeda dalam tumpang tindih jaringan sosial (disebut jaringan multipleks); permintaan intens untuk kepatuhan terhadap normanorma sosial kemudian menyebabkan penurunan privasi dan otonomi. Kadang-kadang kepatuhan yang kuat untuk norma-norma sosial adalah dampak yang diinginkan, tapi konsekuensi negatif yang mungkin harus diingat (Portes, 1998). (4) Terkait erat dengan pembatasan kebebasan individu, adalah gagasan tentang norma meratakan bawah. Dalam menggambarkan situasi ini, Portes mengatakan "Dalam hal ini, kisah sukses individu melemahkan kohesi kelompok karena yang terakhir ini justru didasarkan pada dugaan ketidakmungkinan kejadian tersebut. Hasilnya adalah norma meratakan bawah yang beroperasi untuk menjaga anggota kelompok tertindas di tempat ...“ (1998, hal. 12). Richard Enfield (2008: 10) menjelaskan modal sosial bermanfaat bagi implikasi pemuda, dimana modal sosial dapat memfasilitasi hasil yang positif terhadap anak-anak dan kesejahteraan anak muda, termasuk mengurangi kehamilan remaja, kenakalan, kegagalan akademik, dan penganiayaan anak. Modal
sosial
membantu mereka
untuk
mencapai
tujuan
mereka dan
mempersiapkan mereka untuk transisi menjadi dewasa.
2.1.2 Budaya Organisasi Budaya organisaasi merupakan bagian dari manajemen sumber daya manusia dan teori organisasi. Istilah budaya berasal dari kata bahasa latin colere
28
yang berarti mengolah, mengerjakan. Kemudian dalam bahasa Inggris disebut culture. Sedangkan organisasi adalah tempat atau wadah orang-orang berkumpul bekerja sama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali dalam memanfaatkan sumber daya organisasi secara efesien dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Budaya dalam konteks komunitas manusia, baik dalam bentuk kelompok, organisasi, suku bangsa atau negara memiliki fungsi yang strategis, yaitu sebagai pengikat atau perekat hingga membentuk satu kesatuan yang utuh sebagai suatu kelompok, organisasi, suku, bahkan negara. Peter F. Drucker dalam Umam (2010: 128) mendefinisikan budaya organisasi adalah pokok penyelesaian masalah-masalah ekternal dan internal yang pelaksanaanya dilakukan secara konsisten oleh suatu kelompok yang kemudian mewariskan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan dan merasakan terhadap masalah-masalah terkait. Sementara Phithi Sithi Amnuai mendefinisikan budaya organisasi adalah seperangkat asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota-anggota organisasi, kemudian dikembangkan dan diwariskan guna mengatasi masalahmasalah adaptasi eksternal dan masalah masalah integritas internal. Edgar H. Schein dalam Umam (2010: 128) mendefinikan budaya organisasi mengacu pada suatu sistem makna bersama, dianut oleh anggotaanggota yang membedakan organisasi itu terhadap organisasi lain. Sejalan dengan Edgar H. Schein, Daniel R. Denison mendefinisikan budaya organisasi adalah nilai-nilai, keyakinan dan prinsip-prinsip dasar yang merupakan landasan bagi
29
sistem dan praktik-praktik manajemen serta perilaku yang meningkatkan dan menguatkan prinsip prinsip tersebut. Robbins dalam Umam (2010: 129) mendefinisikan budaya organisasi dimaknai sebagai filosofi dasar yang memberikan arahan bagi kebijakan organisasi dalam pengelolaan karyawan. Robbins menyatakan bahwa sebuah sistem makna bersama dibentuk oleh para warganya yang sekaligus menjadi pembeda dengan organisasi lain. Sistem pemaknaan bersama merupakan seperangkat karakter kunci dari nilai nilai organisasi. Robbins (2001) memberikan karakteristik budaya organisasi sebagai berikut: (1) Inovasi dan keberanian mengambil risiko (Inovation and risk taking), adalah sejauh mana organisasi mendorong para karyawan bersikap inovatif dan berani mengambil resiko. Selain itu bagaimana organisasi menghargai tindakan pengambilan risiko oleh karyawan dan membangkitkan ide karyawan; (2) Perhatian terhadap detil (Attention to detail), adalah sejauh mana organisasi mengharapkan karyawan memperlihatkan kecermatan, analisis dan perhatian kepada rincian; (3) Berorientasi kepada hasil (Outcome orientation), adalah sejauh mana manajemen memusatkan perhatian pada hasil dibandingkan perhatian pada teknik dan proses yang digunakan untuk meraih hasil tersebut; (4) Berorientasi kepada manusia (People orientation), adalah sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil-hasil pada orang-orang di dalam organisasi; (5) Berorientasi tim (Team orientation), adalah sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-tim tidak hanya pada individu-individu untuk mendukung kerjasama; (6) Agresifitas (Aggressiveness), adalah sejauh mana orang-orang dalam organisasi itu agresif dan kompetitif untuk menjalankan budaya organisasi sebaik-baiknya; (7) Stabilitas (Stability), adalah sejauh mana kegiatan organisasi menekankan status quo sebagai kontras dari pertumbuhan. Budaya organisasi merupakan sistem nilai yang diyakini dan dapat dipelajari, diterapkan dan dikembangkan secara terus menerus. Budaya organisasi
30
juga berfungsi sebagai perekat, pemersatu, identitas, citra, brand, motivator, pengembangan yang berbeda dengan organisasi lain yang dapat dipelajari dan diwariskan. Selain itu dapat dijadikan acuan perilaku manusia dalam organisasi yang berorientasi pada pencapaian tujuan atau hasil/target yang ditetapkan. Dalam penelitian ini teori untuk mengukur budaya organisasi adalah Teori Robbins karena budaya organisasi dalam penelitian ini bersifat proses integrasi internal, dimana para anggota organisasi dapat bersatu, sehingga mereka akan mengerti bagaimana berinteraksi satu dengan yang lain hal ini pula berkaitan dengan teori modal sosial Coleman yang menggambarkan bentuk modal sosial yang sifatnya relasi antar anggota di dalam organisasi atau yang disebut modal sosial internal. Setiap organisasi harus menyelesaikan permasalahan integrasi internal dan adaptasi eksternal. Permasalahan internal dan eksternal saling berkaitan, sehingga harsu dihadapi secara stimulant. Oleh sebab itu fungsi utama budaya organisasi adalah
membantu
memahami
lingkungan
dan
menentukan
bagaimana
meresponnya, sehingga dapat mengurangi kecemasan, ketidakpastian dan kebingungan. Budaya organisasi memiliki dua fungsi utama, yaitu: (1) Sebagai proses integrasi internal, dimana para anggota organisasi dapat bersatu, sehingga mereka akan mengerti bagaimana berinteraksi satu dengan yang lain. Fungsi integrasi internal ini akan memberikan seseorang dan rekan kerja lainnya identitas kolektif serta memberikan pedoman bagaimana seseorang dapat bekerjasama secara efektif; (2) Sebagai proses adaptasi eksternal, dimana budaya organisasi akan menentukan bagaimana organisasi memenuhi berbagai tujuannya dan
31
berhubungan dengan pihak luar. Fungsi ini akan memberikan tingkat adaptasi organisasi dalam merespon perubahan zaman, persaingan, inovasi dan pelayanan terhadap konsumen. Budaya organisasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan lingkungan internal organisasi, karena keragaman budaya ada dalam organisasi sama banyaknya dengan jumlah individu yang ada dalam organisasi tersebut. Budaya organisasi dipengaruhi oleh internal organisasi. Budaya organisasi adalah nilai-nilai yang menjadi pegangan sumber daya manusia dalam menjalankan kewajiban dan perilakunya di dalam organisasi. Nilai nilai tersebut akan memberi jawaban apakah suatu tindakan benar atau salah dan apakah suatu perilaku dianjurkan atau tidak sehingga berfungsi sebagai landasan untuk berperilaku. (Susanto dalam Sudaryono, 2014: 36). Dalam suatu organisasi ada dua aspek penting perangkat, yaitu aspek fisik dan aspek hard yang tampak dalam struktur, kebijakan, peraturan-peraturan, teknologi dan keuangan yang pengukurannya mudah dan dapat dikuantifikasikan serta dikontrol secara kasat mata. Aspek yang bersifat psikologis atau soft yang menyangkut sisi manusiawi dari organisasi seperti nilai-nilai, kepercayaan, keyaninan, budaya dan norma-norma perilaku adalah aspek yang tidak mudah mengukurnya, tetapi sangat berperan dalam memacu organisasi menuju arah yang diinginkan. Aspek manusia dalam organisasi peran penting yang membuat, mengkreasi, menggerakan, mengontrol dan mengevalusi struktur kinerja lembaga. Dalam proses tersebut, manusia melakukan interaksi antar individu sesuai dengan peran dan fungsinya. Hal ini terus dalam waktu yang cukup panjang yang
32
akhirnya membentuk suatu pola budaya tertentu yang unik antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. Budaya organisasi memiliki dua atribut yang berbeda, pertama adalah intensitas, yaitu batas-batas atau tahap tahap ketika para organisasi atau unit sepakat atas norma-norma, nilai-nilai atau isi budaya lain yang berhubungan dengan organisasi unit tersebut. Kedua adalah integritas, yaitu batas-batas atau tahap ketika unit yang ada dalam suatu organisasi ikut serta memberikan batasan yang umum (Rousseau dalam Sudaryono, 2014: 38). Dua artibut tersebut menjelaskan adanya budaya yang diciptakan organisasi mempengaruhi perilaku karyawan dan pelaksanaan budaya organisasi yang dipengaruhi oleh budaya yang dibawa pribadi-pribadi dalam organisasi. Budaya organisasi merupakan perpaduan nilai-nilai, keyakinan, asumsiasumsi, pemahaman dan harapan yang diyakini oleh anggota organisasi atau kelompok serta dijadikan pedoman bagi perilaku dan pemecahan masalah yang mereka hadapi (Hodge and Anthony dalam Sudaryono, 2014: 38). Unsur-unsur yang ada dalam budaya organisasi digali dari persepsi, kepercayaan dan nilai yang ada dalam budaya pada sumber daya manusia di dalam organisasi. Implementasi budaya organisasi didukung oleh sumber daya manusia yang terlibat langsung untuk mencapai tujuan. Dalam budaya organisasi terdapat nilai inti yang merupakan dasar filosofi organisasi yang menjadi karakter organisasi (Ismail Nawawi dalam Sudaryono, 2014: 39). Dari berbagai konsep budaya organisasi, ditemui sebuah uraian budaya organisasi sebagai suatu pola dan model yang terdiri atas kepercayaan, dan nilai-
33
nilai yang memberikan arti bagi anggota suatu organisasi dan aturan bagi anggota untuk berperilaku di organisasi (Sudaryono, 2014). Ada tiga tipe budaya organisasi (Kreitner dan Kinicki, 2005) yaitu (1) Budaya konstruktif, adalah budaya dimana para karyawan didorong untuk berinteraksi dengan individu lain serta mengerjakan tugas dan proyeknya dengan cara yang akan membantu mereka memuaskan kebutuhannya untuk tumbuh dan berkembang. Tipe budaya ini mendukung keyakinan normatife yang berhubungan dengan pencapaian tujuan akan akutualisasi diri, penghargaan dan persatuan; (2) Budaya
pasif-defensif,
adalah
budaya
ini
bercirikan
keyakinan
yang
memungkinkan karyawan berinteraksi dengan karyawan lain dengan cara yang tidak mengancam keamanan sendiri. Budaya ini mendorong keyakinan normatif yang berhubungan dengan persetujuan, konvesional, ketergantungan dan penghindaran; (3) Budaya agresif-defensif, budaya ini mendorong karyawan mengerjakan tugas-tugas dengan keras untuk melindungi keamanan kerja dan status mereka. Tipe budaya ini bercirikan keyakinan normative yang mencerminkan oposisi, kekuasaan, kompetitif dan perfeksionis. Sementara itu Wallach membagi tipe budaya organisasi menjadi tiga (Wallach, 2012: 228) yaitu (1) Budaya birokratis ditandai dengan adanya lingkungan kerja yang terstruktur, tertib, teratur, berurutan dan memiliki regulasi yang jelas. Dalam budaya ini pengawasan dilakukan dengan katat dalam bentuk penetapan standar atau aturan baku. Garis batas tanggung jawab serta otoritas jelas dan tegas. Wewenang dan tanggung jawab diturunkan berdasarkan level hierarki; (2) Budaya inovatif ditandai dengan adanya lingkungan kerja yang penuh
34
tantangan, memberikan tugas-tugas yang beresiko dan membutuhkan kretaivitas untuk menyelesaikannya. Semua anggota organisasi diberi tekanan dan stimuli untuk berkarya sekreatif mungkin. Pengendalian dilakukan melalui supervise dan konsultasi; (3) Budaya suportif menempatkan manusia sebagai titik sentral dalam organisasi. Budaya ini ditandai dengan adanya lingkungan kerja yang lebih bersahabat, peduli terhadap sesama, saling percaya dan adil. Budaya ini merupakan lingkungan yang penuh dengan kehangatan, ramah tamah dan saling memberikan kebebasan individu, sehingga oleh Wallach disebut sebagai budaya ‘fuzzy places to work’.
2.1.3 Kinerja Organisasi Kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi. Konsep kinerja pada dasarnya dapat dilihat dari dua segi yaitu kinerja pegawai (perindividu) dan kinerja organisasi. Kinerja pegawai adalah hasil kerja perseorangan dalam suatu organisasi. Sedangkan kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja yang dicapai suatu organisasi. Kinerja pegawai dan kinerja organisasi memiliki keterkaitan yang sangat erat. Tercapainya tujuan organisasi tidak bisa dilepaskan dari sumber daya yang dimiliki oleh organisasi yang digerakan atau dijalankan pegawai yang berperan aktif sebagai upaya pelaku dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
35
Kata kinerja dalam pengertian bahasa inggris adalah performance yang berarti prestasi kerja atau hasil suatu pekerjaan atau kemampuan kita melakukan perkerjaan. Beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian kinerja: Menurut Moeheriono kinerja adalah: “hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi baik secara kuantatif maupun kualitatif, sesuai dengan kewenangan dan tugas tanggung jawab masing masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika” Menurut Prawirosentono mengatakan bahwa: “kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh pegawai atau sekelompok pegawai dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika” Sedangkan menurut Timpe kinerja dikatakan bahwa: “kinerja adalah prestasi, yang ditentukan oleh faktor lingkungan dan perilaku menajemen hal tersebut menunjukan bahwa lingkungan kerja yang menyenangkan begitu penting untuk mendorong tingkat kinerja pegawai yang paling efektif dan produktif dalam interaksi social organisasi akan senantiasa terjadi adanya harapan bawahan terhadap atasan dan sebaliknya”
Menurut Armstrong dan Baron (1998) dalam Wibowo (2007: 2) kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi. Hikman (1990) dalam Usman (2009: 456) menyatakan kinerja merupakan tanda keberhasilan suatu organisasi dan orang orang yang telah dicapai seseorang dalam bidang tugasnya. Stephen Robbins (1989) dalam Pasolong (2010: 176)
36
menjelaskan kinerja adalah hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai dibandingkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Kemudian menurut Sinambela (2006) dalam Pasolong (2010: 176), kinerja pegawai adalah kemampuan pegawai dalam melalakukan sesuatu dengan keahlian tertentu. Menurut John W Atkinson dalam Wibowo (2007: 75) kinerja merupakan fungsi motivasi dan kemampuan. Dengan demikian, model persamaan kinerja fungsi dan kemampuan. Menurut Hersley dan Blanchard (1993) dalam Rivai (2005: 15) mengemukakan bahwa : “Kinerja merupakan fungsi dari motivasi dan kemampuan untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan, seseorang harus memiliki derajat kesedian dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya” Menurut Bacal (2001) dalam Makmur (2008: 198) kinerja merupakan sebuah proses komunikasi yang berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan antara seseorang karyawan dan penyelia langsungnya. Menurut Lyman Porter dan Edward Lawler dalam Wibowo (2007: 75) kinerja merupakan : “Fungsi dari keinginan melakukan pekerjaan, keterampilan yang perlu untuk menyelesaikan tugas, pemahaman yang jelas atas apa yang dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Dengan demikian, dapat dirumuskan model persamaan kinerja yaitu fungsi keinginan untuk melakukan pekerjaan, keterampilan, pemahanan apa dan bagaimana melakukan” Menurut Salim Peter (1991) dalam Usman (2009: 457), kinerja digunakan apabila seseorang menjalankan tugas atau proses dengan terampil sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang ada. Menurut Ningsih (2002) dalam Ihyaul (2009: 19) yang menyatakan bahwa:
37
“kinerja merupakan aktivitas atau proses yang mengubah input menjadi output kemudian menjadi outcome, misalnya kesesuaian program atau aktivitas dengan hukum, peraturan dan pedoaman yang berlaku atau standar proses yang telah ditetapkam” Menurut Otley (1999) dalam Mahmudi (2005: 6) kinerja mengacu pada sesuatu yang terkait denga kegiatan melakukan pekerjaan, dalam hal ini meliputi hasil yang dicapai kerja tersebut. Kinerja merupakan suatu konstruk yang bersifat multidimensional pengukurannya juga bervariasi tergantung pada kompleksitas faktor faktor membentuk kinerja. Menurut Murphy dan Cleveland (1995) dalam Pasolong (2010: 175) kinerja adalah kualitas perilaku yang berorientasi pada tugas dan pekerjaan. Menurut Wibawa (1992) dalam Pasolong (2010: 176) mengemukakan bahwa : “kinerja organisasi adalah sebagai efektivitas organisasi secara menyeluruh untuk kebutuhan yang ditetapkan dari setiap kelompok yang berkenaan melalui usaha usaha yang sistemik dan meningkatkan kemampuan organisasi secara terus menerus untuk mencapai kebutuhan secara efektif”
Definisi kinerja organisasi yang dikemukakan oleh Bastian dalam Hessel Nogi (2005: 175) sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi, dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi tersebut. Senada dengan pendapat Bastian dalam Hessel Nogi tersebut, Encyclopedia of Public Administration and Public Policy Tahun 2003 dalam Yeremias T. Keban (2004: 193), juga menyebutkan kinerja dapat memberikan gambaran tentang seberapa jauh organisasi mencapai hasil ketika dibandingkan dengan pencapaian tujuan dan target yang telah ditetapkan.
38
Dalam Yeremias T. Keban (2004: 203) untuk melakukan kajian secara lebih mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas penilaian kinerja di Indonesia, maka perlu melihat beberapa faktor penting sebagai berikut: (1) Kejelasan tuntutan hukum atau peraturan perundangan untuk melakukan penilaian secara benar dan tepat. Dalam kenyataannya, orang menilai secara subyektif dan penuh dengan bias tetapi tidak ada suatu aturan hukum yang mengatur atau mengendaikan perbuatan tersebut. (2) Manajemen sumber daya manusia yang berlaku memiliki fungsi dan proses yang sangat menentukan efektivitas penilaian kinerja. Aturan main menyangkut siapa yang harus menilai, kapan menilai, kriteria apa yang digunakan dalam sistem penilaian kinerja sebenarnya diatur dalam manajemen sumber daya manusia tersebut. Dengan demikian manajemen sumber daya manusia juga merupakan kunci utama keberhasilan sistem penilaian kinerja. (3) Kesesuaian antara paradigma yang dianut oleh manajemen suatu organisasi dengan tujuan penilaian kinerja. Apabila paradigma yang dianut masih berorientasi pada manajemen klasik, maka penilaian selalu bias kepada pengukuran tabiat atau karakter pihak yang dinilai, sehingga prestasi yang seharusnya menjadi fokus utama kurang diperhatikan. (4) Komitmen para pemimpin atau manajer organisasi publik terhadap pentingnya penilaian suatu kinerja. Bila mereka selalu memberikan komitmen yang tinggi terhadap efektivitas penilaian kinerja, maka para penilai yang ada dibawah otoritasnya akan selalu berusaha melakukakan penilaian secara tepat dan benar. Menurut Soesilo dalam Hessel Nogi (2005: 180), kinerja suatu organisasi dipengaruhi adanya faktor-faktor berikut : (1) Struktur organisasi sebagai hubungan internal yang berkaitan dengan fungsi yang menjalankan aktivitas organisasi; (2) Kebijakan pengelolaan, berupa visi dan misi organisasi; (3) Sumber daya manusia, yang berhubungan dengan kualitas karyawan untuk bekerja dan berkarya secara optimal; (4) Sistem informasi manajemen, yang berhubungan dengan pengelolaan data base untuk digunakan dalam mempertinggi kinerja organisasi; (5) Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan penggunaan teknologi bagi penyelenggaraan organisasi pada setiap aktivitas organisasi. Selanjutnya Yuwono dkk. dalam Hessel Nogi (2005: 180) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dominan mempengaruhi kinerja suatu organisasi
39
meliputi upaya manajemen dalam menerjemahkan dan menyelaraskan tujuan organisasi, budaya organisasi, kualitas sumber daya manusia yang dimiliki organisasi dan kepemimpinan yang efektif. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi baik publik maupun swasta. Secara detail Ruky dalam Hessel Nogi (2005: 180) mengidentifikasikan faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap tingkat pencapaian kinerja organisasi sebagai berikut : (1) Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang digunakan untuk menghasilkan produk dan jasa yang dihasilkan oleh organisasi, semakin berkualitas teknologi yang digunakan, maka akan semakin tinggi kinerja organisasi tersebut; (2) Kualitas input atau material yang digunakan oleh organisasi; (3) Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja, penataan ruangan, dan kebersihan; (4) Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada dalam organisasi yang bersangkutan; (5) Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota organisasi agar bekerja sesuai dengan standard dan tujuan organisasi; (6) Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek kompensasi, imbalan, promosi, dan lain-lainnya.
Menurut Atmosoeprapto, dalam Hessel Nogi (2005: 181) mengemukakan bahwa kinerja organisasi dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal, secara lebih lanjut kedua faktor tersebut diuraikan sebagai berikut : a. Faktor eksternal, yang terdiri dari : 1) Faktor politik, yaitu hal yang berhubungan dengan keseimbangan kekuasaan Negara yang berpengaruh pada keamanan dan ketertiban, yang akan mempengaruhi ketenangan organisasi untuk berkarya secara maksimal. 2) Faktor ekonomi, yaitu tingkat perkembangan ekonomi yang berpengaruh pada tingkat pendapatan masyarakat sebagai daya beli untuk menggerakkan sektor-sektor lainya sebagai suatu sistem ekonomi yang lebih besar.
40
3) Faktor sosial, yaitu orientasi nilai yang berkembang di masyarakat, yang mempengaruhi pandangan mereka terhadap etos kerja yang dibutuhkan bagi peningkatan kinerja organisasi. b. Faktor internal, yang terdiri dari : 1) Tujuan organisasi, yaitu apa yang ingin dicapai dan apa yang ingin diproduksi oleh suatu organisasi. 2) Struktur organisasi, sebagai hasil desain antara fungsi yang akan dijalankan oleh unit organisasi dengan struktur formal yang ada. 3) Sumber Daya manusia, yaitu kualitas dan pengelolaan anggota organisasi sebagai penggerak jalanya organisasi secara keseluruhan. 4) Budaya Organisasi, yaitu gaya dan identitas suatu organisasi dalam pola kerja yang baku dan menjadi citra organisasi yang bersangkutan.
Kinerja organisasi merupakan gambaran mengenai hasil kerja organisasi dalam mencapai tujuannya yang tentu saja akan dipengaruhi oleh sumber daya yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Sumber daya yang dimaksud dapat berupa fisik seperti sumber daya manusia maupun nonfisik seperti peraturan, informasi, dan kebijakan. Konsep kinerja organisasi juga menggambarkan bahwa setiap organisasi publik memberikan pelayanan kepada masyarakat dan pengukurannya dapat dilakukan dengan menggunakan indikator-indikator kinerja yang ada untuk melihat apakah organisasi tersebut sudah melaksanakan tugasnya dengan baik dan untuk mengetahui tujuannya sudah tercapai atau belum. Indikator kinerja merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan organisasi yang diwujudkan dalam ukuran ukuran tertentu. Indikator kinerja digunakan untuk menggambarkan capaian yang diperoleh oleh suatu organisasi publik. Indikator kinerja sangat penting digunakan karena untuk mengetahui apakah suatu aktivitas atau program telah dilakukan secara efesien dan efektif.
41
Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah teori kinerja Balanced Scorecard.
Balanced Scorecard terdiri atas dua kata, yaitu (1) kartu skor
(scorecard) dan (2) berimbang (balanced). Balanced scorecard ditemukan dan digunakan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton tahun 1992 dalam artikel mereka di Harvard Business Review yang berjudul The Balances Scorecard Measures That Drives Performance. Dalam artikel ini disebutkan bahwa balanced scorecard merupakan suatu alat akuntansi manajemen yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan yang ditinjau dari perspektif finansial (financial perspective) dan perspektif non finansial (Customer Perspective, Internal Business Process Perspective, dan Learning and Growth Perspective) secara seimbang. Balance scorecard dapat menuntun manajemen dan anggota organisasi dalam menterjemahkan visi, misi serta strategi organisasi kedalam tindakantindakan nyata. Selain mempertimbangkan aspek finansial, balance scorecard juga mempertimbangkan aspek non finansial. Balance scorecard tidak hanya mengukur hasil akhir, tetapi juga aktivitas-aktivitas penentu hasil akhir. Aplikasi balance scorecard juga mencakup aktivitas pertumbuhan dan pembelajaran, yang dapat memberikan kontribusi pada proses bisnis internal. Oleh karena itu, balanced scorecard dinilai sesuai untuk diterapkan pada organisasi sektor publik. Kaplan dan Norton menggunakan konsep Balance Scorecard sebagai alat ukur kinerja administrasi yang dikaji dari empat perspektif yang saling mempengaruhi antara yang satu dengan yang lain yaitu yakni financial, customer focus, internal process dan learning and growth yang bersumbu pada visi dan
42
strategi organisasi. Balance scorecard merupakan contoh dari pengukuran kinerja organisasi bersifat internal. Balanced Scorecard merupakan suatu kerangka yang dapat digunakan sebagai alat pengukuran kinerja suatu organisasi. Pada awal perkembangannya, balanced scorecard merupakan kartu skor yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja eksekutif. Melalui kartu skor, skor yang hendak diwujudkan dimasa depan dibandingkan dengan hasil kinerja sesungguhnya. Balanced scorecard menjadi demikian popular karena fungsinya sebagai strategi korporasi, lebih dari sekedar pengukur kinerja semata. Keunggulan dibandingkan dengan konsep pengukuran lain adalah keterkaitan antara empat persektif balanced scorecard itu sendiri. Dengan menggunakan data sekunder terkini, kajian dilakukan untuk menjelaskan bagaimana pengalaman korporasi menggunakan balanced scorecard sehingga lebih mampu memberikan manfaat lebih dari ukuran kinerja lainnya. Bahkan, balanced scorecard oleh berbagai akademis diintegrasikan terhadap konsep lain untuk memperoleh alat yang sinergi dalam pengembangan korporasi. Penerapan balanced scorecard di organisasi publik juga tidak sama dengan apa yang dilakukan di organisasi bisnis. Perbedaan tersebut antara lain adanya perubahan framework dimana yang menjadi pemicu dalam balanced scorecard untuk organisasi publik adalah misi untuk melayani masyarakat, perubahan posisi perspektif financial dan perspektif pelanggan, perspektif customer focus menjadi perspektif customer and stakeholder, serta perubahan
43
perspektif learning and growth menjadi perspektif employee’s and organization capacity. Beberapa perubahan yang diperlukan atas jenis ukuran dalam kerangka kerja balanced scrorecard untuk organisasi publik akan dijelaskan sebagai berikut (Moeheriono, 2012: 171) dan sekaligus menjadi dasar teori dalam penelitian ini : 1) Perspektif Stakeholder menjelaskan cara-cara bagaimana penciptaan nilai untuk stakeholders serta bagaimana nilai tersebut akan dipenuhi sehingga tercapai tujuan organisasi. Keberhasilan dalam perspektif stakeholder itu diperoleh dari keberhasilan organisasi mengelola mitra kerja. Oleh karena itu, sasaran kegiatan dalam persfektif mitra kerja organiasi harus diarahkan mengacu pada persfektif ini. Hal penting lainnya yang mempengaruhi adalah perubahan kebijakan pemerintah yang kemungkinan akan mengubah tujuan dan stakeholder organisasi. 2) Perspektif Proses Internal merupakan analisis utama proses internal organisasi. analisis ini mencangkup identifikasi tugas pokok dan fungsi serta kegiatan yang diperlukan untuk mendukung pencapaian prespektif stakeholder serta sumber daya dan kapabilitas yang dibutuhkan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya. 3) Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran memungkinkan organisasi melakukan pembaharuan kapasitas sumber daya manusia, informasidan lingkungan kerja yang kondusif untuk meningkatkan, baik efesiensi maupun produktivitasnya dalam mendorong terwujudnya proses internal yang akan memberikan kepuasan dan memenuhi harapan mitra kerja. 4) Perspektif Keuangan pada organisasi publik, perspektif anggaran bukan menjadi tujuan utama, namun lebih bersifat efektivitas alokasi sumber dana agar dapat mendorong pencapaian sasaran stategik organisasi. oleh sebab itu, alokasi dana harus diarahkan untuk mencapai sasaran dari kegiatan dan program perspektif lain.
Balanced scorecard merupakan suatu alat yang mempunyai tiga elemen, yaitu sistem pengukuran (measurement system), sistem manajemen stratejik (strategic management system), dan alat komunikasi (communication tool). Balanced Scorecard menekankan pengukuran keuangan dan non keuangan yang harus menjadi bagian dari sistem informasi bagi semua pekerja yang harus
44
mengerti dengan konsekuensi keuangan atas keputusan dan tindakan yang mereka lakukan. Keberhasilan
implementasi
balanced
scorecard
sebagai
sistem
peningkatan organisasi kinerja pada instansi pemerintahan tergantung pada beberapa faktor penting, yaitu : (1) Komitmen Pimpinan. Kepemimpinan yang kuat adalah unsur kuat yang terpenting dalam menciptakan iklim organisasi yang positif bagi upaya mendorong peningkatan kinerja pegawai, kedudukan kepemimpinan dan pimpinan tertinggi sangat penting bagi seluruh proses pengukuran dan peningkatan kinerja. (2) Partisipasi Karyawan. Manfaat balanced scorecard membentuk partisipasi dan komunikasi sehubungan dengan visi, misi dan strategi organisasi. oleh karena itu, partisipasi khususnya oleh pejabat menengah, diperlukan dalam proses penyusunan ukuran kinerja dan implementasinya sebagai sebuah sistem peningkatan kinerja. (3) Hambatan Organisasi. Untuk mengatasi ketakukan tak berdasar tentang anggapan buruk dan efek pengukuran dan peningkatan kinerja, pemakaian resmi dari balanced scorecard harus dijelaskan kepada pejabat dan seluruh pegawai. Para pegawai itu harus diberitahu bahwa pengukuran kinerja adalah pada tingkat organisasi dan bahwa data yang diperoleh akan digunakan untuk meningkatkan penilaian dan perbaikan organisasi. (4) Budaya Organisasi. Penggunaan balanced scorecard dapat mempengaruhi setiap orang yang ada di suatu organisasi, maka mereka harus berhadapan dengan budaya organisasi. banyak organisasi pemerintah, khususnya kantor pemerintah memiliki budaya sinisme dan arogansi terhadap pegawainya. Sangat penting untuk menghilangkan dan mencegah sikap seperti ini mempengaruhi mereka. (5) Kejelasan dan Konsistensi Indikator Kinerja. Penetapan indikator kinerja harus jelas didefinisikan sehingga nantinya dapat dipahami oleh setiap orang dalam berorganisasi. Hal ini penting, terutama bagi organisasi besar dengan beberapa visi. (6) Kebutuhan Nyata untuk Perbaikan. Kebutuhan untuk perbaikan harus ditunjukan secara nyata agar hasil pengukuran kinerja memiliki efek pengaruh yang positif. Hasil kinerja masa lalu atau ancaman di masa depan dapat digunakan untuk menunjukan adanya kebutuhan perbaikan. (7) Cakupan Kegiatan. Jika kegiatan balanced scorecard terlalu luas dan melibatkan orang banyak, maka hal ini akan menjadi rumit dan sulit dikelola. Karena pada situasi seperti ini, mungkin lebih praktis untuk memulai dengan satu bagian organisasi dan kemudian memperluas ke bagian lain pada saat pimpinan dan pegawai telah memperoleh pengalaman cukup.
45
(8) Ketersediaan Informasi Kinerja. Keberhasilan sistem pengukuran kinerja scorecard ini tergantung pada ketersediaan informasi relevan. Seperti yang diuangkapkan sebelumnya, pada tahap awal balanced scorecard, informasi yang dibutuhkan untuk menghitung beberapa indicator kerja mungkin tidak tersedia. Sistem informasi yang costeffective harus dibangun untuk menghasilkan informasi tersebut. (9) Imbalan dan Penghargaan. Sistem pengukuran kinerja yang tidak diimbangi oleh sebuah sistem intensif atas kinerja yang mengikat, lamakelamaan dapat menghancurkan sistem pengukuran kinerja itu sendiri. Hal tersebut terjadi karena komitmen yang diperoleh pada saat awal pengukuran tidak terpelihara dengan baik. Oleh karena itu, sistem imbalan dan penghargaan diperlukan untuk mendorong adanya tim yang terintegritas dan lintas fungsional sehingga momentum peningkatan kinerja dapat dijaga.
Darwanto (2009) Balanced scorecard memberi manfaat bagi organisasi dalam beberapa cara yaitu menjelaskan visi organisasi, menyelaraskan organisasi untuk mencapai visi itu, mengintegrasikan perencanaan strategis dan alokasi sumber daya dan meningkatkan efektivitas manajemen dengan menyediakan informasi yang tepat untuk mengarahkan perubahan. Balanced scorecard membuat organisasi, termasuk organisasi publik, berfokus pada strategi, karena penerapan balanced scorecard memungkinkan semua unit dalam organisasi memberikan kontribusi secara terukur pada pelaksanaan strategi organisasi. Balanced scorecard dikembangkan oleh setiap organisasi pemerintah untuk mempertajam perannya dalam menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, sehingga membedakannya dengan organisasi pemerintah lain. Perumusan balanced scorecard bukan suatu pekerjaan sekali jadi, melainkan tugas yang terus menerus, dengan setiap saat ada proses penyempurnaan dan yang terpenting adalah dapat dimanfaatkan untuk mencapai visi dan misi organisasi.
46
2.2 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu menjadi acuan penelitian telah dirangkum dalam table sebagai berikut: Table 2.1 Acuan Penelitian Terdahulu No 1
2
3
Peneliti
Judul Penelitian
Variabel yang diteliti Yosua Jaya Pengaruh Modal Modal Sosial, Edy, Haris Sosial dan Budaya Maupa, Budaya Organisasi dan Hosea Jaya Organisasi Kinerja Edy (2013) Terhadap Kinerja Tenaga Medis Di RSUD Kabupaten Kepulauan Talaud Mohamad Pengaruh Pelatihan, Rukbi Pelatihan dan Motivasi dan (2015) Motivasi Kinerja Terhadap Kinerja Dengan Pendekatan Balanced Scorecard di Komisi Pemilihan Umum Banten Wisnu Pengaruh Modal Modal Sosial, Prayogo Sosial Pada Kinerja In-Role (2003) Kinerja Anggota Performance dan Organisasi Kinerja Extra(Kasus Untuk Role Karyawan Performance Setingkat Staf Pada Sebuah Perusahaan Otomotif Di Jawa Tengah)
Hasil Penelitian Modal Sosial berpengaruh secara kuat terhadap peningkatan kinerja aparatur tenaga medis. Budaya Organisasi berpengaruh secara kuat terhadap peningkatan kinerja aparatur tenaga medis Pelatihan berpengaruh langsung terhadap kinerja. Motivasi berpengaruh langsung terhadap kinerja. Pelatihan dan Motivasi secara bersama sama berpengaruh terhadap kinerja. Ada pengaruh langsung dengan signifikansi yang sangat kuat dimensi kognitif modal sosial pada kinerja yang diukur dengan in-role performance. Ada pengaruh langsung dengan signifikansi yang sangat kuat dimensi relasional modal sosial pada kinerja yang diukur dengan extra-role performance. Riset ini juga menemukan pengaruh dengan
47
4
Ahmad Bandaniji (2012)
Pengaruh Social Capital dan Intellectual Capital Terhadap Akuntabilitas Organisasi Mahasiswa (Ormawa) di Untirta.
signifikansi lemah dimensi relasional modal sosial pada in-role performance. Social Capital, Modal Sosial tidak Intellectual berpengaruh dalam Capital dan pelaporan dan penyajian Akuntabilitas pertanggungjawaban mahasiswa. Modal Intelektual mempengaruhi Akuntabilitas penyajian laporan pertanggungjawaban mahasiswa
Sumber: Peneliti 2015 Dalam penelitian pertama, Jurnal Ilmiah Farmasi - Universitas Sam Ratulangi Vol. 2 No. 03 Agustus 2013 yang berjudul Pengaruh Modal Sosial dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Tenaga Medis Di RSUD Kabupaten Kepulauan Talaud karya Yosua Jaya Edy, Haris Maupa, Hosea Jaya Edy tahun 2013. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa (1) Modal Sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja tenaga medis di RSUD Kabupaten Kepulauan Talaud, (2) Budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja tenaga medis di RSUD Kabupaten Kepulauan Talaud. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah proportional sampling dengan jumlah sampel sebanyak 100 orang. Dalam analisis data menggunakan teknik Structural Equation Modelling (SEM), dengan menggunakan program AMOS (Analysis of Moment Structure) 20. Pada penelitian ini persamaan pada jurnal tersebut adalah pada variabel independen yakni modal sosial dan budaya organisasi, sedangkan perbedaan dengan penelitian ini adalah pada variabel dependen, lokus penelitian dan alat
48
analisis yang digunakan. Dalam jurnal tersebut variabel dependen adalah kinerja individu sedangkan penelitian ini menggunakan variabel dependen adalah kinerja organisasi. Lokus penelitian dalam jurnal tersebut adalah di RSUD Kabupaten Kepulauan Talaud, berbeda dengan penelitian ini dimana lokus dalam penelitian adalah di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Selain itu perbedaan lainnya adalah pada alat analisis dimana dalam jurnal tersebut alat analisis yang digunakan adalah Structural Equation Modelling (SEM), dengan menggunakan program AMOS (Analysis of Moment Structure) 20. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan Statistic Program Social Science (SPSS) versi 19.0. Dalam penelitian kedua, Jurnal Studia Akuntansi & Bisnis - La Tansa Mashiro Vol. 2 No. 1, (2014-2015) yang berjudul Pengaruh Pelatihan dan Motivasi Terhadap Kinerja Dengan Pendekatan Balanced Scorecard di Komisi Pemilihan Umum Banten karya Mohamad Rukbi tahun 2015. Penelitian ini dilakukan di KPU sekretariat dengan menggunakan metode survei dengan korelasional diterapkan dalam pengujian hipotesis. Lima puluh peserta terpilih sebagai sampel dengan membosankan sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi kerja tugas dipengaruhi langsung oleh motivasi memiliki pengaruh terbesar. Berdasarkan temuan dapat disimpulkan bahwa variasi kinerja telah dipengaruhi oleh variasi pelatihan dan motivasi. Oleh karena itu, pelatihan dan motivasi dengan pendekatan balance scorecard harus dimasukkan ke dalam pertimbangan dalam mengembangkan prestasi kerja. Dalam penelitian ini persamaan pada jurnal tersebut adalah pada lokus penelitian yaitu Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Sedangkan
49
perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel independen, variabel dependen, konsep penggunaan balanced scorecard dan alat analisis. Pada jurnal tersebut variabel independen yang digunakan adalah pelatihan dan motivasi sedangkan dalam penelitian ini adalah modal sosial dan budaya organisasi. Dalam jurnal tersebut variabel dependen adalah kinerja pegawai sedangkan dalam penelitian ini adalah kinerja organisasi. Konsep penggunaan balanced scorecard pun dalam jurnal tersebut ditujukan untuk mengukur kinerja personal sedangkan dalam penelitian ini konsep penggunaan balanced scorecare digunakan untuk mengukur kinerja organisasi. Sedangkan alat analisis yang digunakan pada jurnal tersebut adalah menggunakan Statistic Program Social Science (SPSS) versi 20.0 berbeda dengan penelitian ini baru menggunakan versi 19.0. Dalam penelitian ketiga, merupakan Jurnal Akuntansi Manajemen (JAM) STIE YKPN Yogyakarta Edisi Agustus 2003 yang berjudul Pengaruh Modal Sosial Pada Kinerja Anggota Organisasi (Kasus Untuk Karyawan Setingkat Staf Pada Sebuah Perusahaan Otomotif Di Jawa Tengah) karya Wisnu Prayogo tahun 2003. Dalam penelitian ini variabel yang dijelaskan (dependent variable) dalam penelitian ini adalah kinerja anggota organisasi yang diukur dengan in-role performance dan extra-role performance. Variabel penjelas (independent variable) dalam penelitian ini adalah modal sosial yang akan diukur dengan tiga dimensi modal sosial seperti yang dikemukakan Nahapiet dan Ghoshal (1998) yaitu dimensi struktural, dimensi relasional, dan dimensi kognitif. Dalam penelitian ini persamaan pada jurnal tersebut adalah pada variabel independen yaitu modal sosial. Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini adalah
50
penggunaan teori modal sosial, konsep pengukuran kinerja yang digunakan, lokus penelitian. Dalam jurnal tersebut teori modal sosial yang digunakan adalah menurut Nahapiet dan Ghoshal sedangkan dalam penelitian ini menggunakan teori modal sosial menurut James Coleman. Konsep pengukuran kinerja dalam penelitian tersebut adalah kinerja anggota organisasi yang diukur dengan in-role performance dan extra-role performance sedangkan penelitian ini adalah kinerja organisasi. Lokus dalam jurnal tersebut adalah pada perusahaan otomotif di Jawa Tengah sedangkan penelitian ini adalah di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Dalam penelitian keempat, merupakan skripsi di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa berjudul Pengaruh Social Capital dan Intellectual Capital Terhadap Akuntabilitas Organisasi Mahasiswa (Ormawa) di Untirta karya Ahmad Bandaniji tahun 2012 dijelaskan bahwa Modal Sosial tidak berpengaruh dalam pelaporan dan penyajian pertanggungjawaban mahasiswa. Modal Intelektual mempengaruhi Akuntabilitas penyajian laporan pertanggungjawaban mahasiswa. Dalam skripsi ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dan dijelaskan bahwa modal sosial (social capital) dapat didefinisikan sebagai kemampuan masyarakat untuk bekerjasama, demi mencapai tujuan tujuan bersama, diberbagai kelompok dan organisasi. Indikator modal sosial yang digunakan adalah jaringan sosial/kerja, kepercayaan antara sesama, ketaatan terhadap norma. Dalam penelitian ini persamaan pada skripsi tersebut adalah pada variabel independen modal sosial yang sama sama menggunakan teori modal sosial James Coleman. Sedangkan perbedaan pada penelitian ini adalah pada variabel
51
independen lain variabel dependen dan lokus penelitain. Dalam jurnal tersebut variabel independen lain adalah intellectual capital sedangkan penelitian ini adalah budaya organisasi. Selain itu variabel dependen yang digunakan adalah akutanbilitas sedangkan dalam penelitian ini adalah kinerja organisasi. Untuk lokus penelitian pada skripsi tersebut adalah di Ormawa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sedangkan pada penelitian ini adalah di Komisi Pemilihan Umum(KPU) Provinsi Banten.
2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian Uma Sekaran dalam bukunya Business Reseacrh (1992) dalam (Sugiyono, 2008:60) mengemukakan bahwa kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah penting. Kerangka berfikir dalam suatu penelitian perlu dikemukaan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Seorang peneliti harus menguasai teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasu dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi objek permasalahan (Suriasumantri, 1986). Menurut Sugiyono (2008) kerangka berpikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Berdasarkan teori teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa
52
tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis.
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Pengaruh Modal Sosial dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Modal Sosial (X1), menurut Coleman (1999) 1. Jaringan sosial/kerja 2. Kepercayaan antar sesama 3. Ketaatan terhadap norma Budaya Organisasi (X2), menurut Robbins (2001)
Kinerja Organisasi (Y), menurut Moeheriono (2012) 1. Perspektif stakeholder 2. Perspektif proses internal 3. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran 4. Perspektif keuangan
1. Inovasi dan keberanian mengambil risiko (Inovation and risk taking) 2. Perhatian terhadap detil (Attention to detail) 3. Berorientasi kepada hasil (Outcome orientation) 4. Berorientasi kepada manusia (People orientation) 5. Berorientasi tim (Team orientation) 6. Agresifitas (Aggressiveness) 7. Stabilitas (Stability) Sumber: Peneliti Tahun 2015
2.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
53
pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono 2008:64). Berdasarkan
kepada
kerangka
pemikiran
yang
dijelaskan,
dapat
dirumuskan hipotesies penelitan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah dan hipotesis penelitian yang akan diuji dalam penelitian, penulis merumuskan sebagai berikut: 1. H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial terhadap kinerja organisasi 2. H2 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi terhadap kinerja organisasi 3. H3 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial dan budaya organisasi secara bersama sama terhadap dan kinerja organisasi Selain itu dalam penelitian ini terdapat hipotesis statistik yaitu sebagai berikut: 1. Pengujian pengaruh antara X1 terhadap Y a. H0 :
1=
0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial
terhadap kinerja organisasi b. H1
:
1
≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial
terhadap kinerja organisasi 2. Pengujian pengaruh antara X2 terhadap Y a. H0
:
2
= 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya
organisasi terhadap kinerja organisasi
54
b. H2 :
2
≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi
terhadap kinerja organisasi 3. Pengujian pengaruh antara X1 dan X2 terhadap Y a. H0 :
1 :
2
= 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara modal
sosial dan budaya organisasi secara bersama sama terhadap dan kinerja organisasi b. H3 :
1:
2
≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial
dan budaya organisasi secara bersama sama terhadap dan kinerja organisasi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian Motodologi adalah pengetahuan tentang berbagai cara kerja yang disesuaikan dengan objek studi ilmu ilmu yang bersangkutan (Koentjaraningrat, 1991: 7-8). Sedangkan metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan (Sugiyono, 2008: 2). Pada penelitian yang berjudul “Pengaruh Modal Sosial dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten” menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian asosiatif. Pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistic dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2008: 8). Metode penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2008: 36). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga variabel yaitu modal sosial (variabel independen), budaya organisasi (variabel indepanden) dan kinerja organisasi (variabel dependen).
55
56
3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menfokuskan materi penelitian yang berkaitan dengan Pengaruh Modal Sosial dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten.
3.3 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten di Jalan Syekh Nawawi Al Batani, Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang. Kota Serang adalah sebuah kota di Provinsi Banten, Indonesia. Serang merupakan ibukota Provinsi Banten. Serang berada tepat di sebelah Utara Provinsi Banten. Terdiri dari 6 kecamatan yaitu, Kecamatan Serang, Kecamatan Cipocok Jaya, Kecamatan Curug, Kecamatan Kasemen, Kecamatan Taktakan dan Kecamatan Walantaka. Adapun alasan memilih lokasi penelitian di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten karena Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi merupakan koordinator dan supervisi yang membawahi KPU Kabupaten/Kota.
3.4 Variabel Penelitian 3.4.1 Definisi Konsep Modal sosial didefinisikan sebagai kemampuan masyarakat untuk bekerjasama demi mencapai tujuan tujuan bersama di dalam berbagai kelompok/organisasi (James Coleman, 1999). Coleman (1999) menyebutkan tiga
57
unsure utama dalam modal sosial adalah jaringan sosial/kerja, kepercayaan antar sesama dan ketaatan terhadap norma 1) Jaringan sosial/kerja merupakan bentukan dari insfrastruktur modal sosial itu sendiri. Jaringan tersebut menjadi fasilitator dalam mendukung terjadinya interaksi yang kemudian akan menumbuhkan kepercayaan dan kerja sama yang kuat. Semakin kuat jaringan sosial yang terbentuk maka akan memperkuat modal sosial yang terbentuk. Modal sosial tidak dibangun hanya oleh satu individu, melainkan akan terletak pada individu individu yang tumbuh dalam suatu kelompok untuk bersosialisasi sebagai bagian penting dari nilai-nilai yang melekat. Modal sosial yang ada tergantung pada kapasitas kelompok untuk membangun sejumlah asosiasi beserta jaringanya yang tujuannya adalah untuk menciptakan hubungan sosial. 2) Kepercayaan antar sesama. Kepercayaan merupakan nilai yang ditunjukan oleh adanya perilaku jujur, teratur dan kerja sama berdasarkan normanorma yang dianut bersama. Pada dasarnya kepercayaan harus dimiliki dan menjadi bagian yang kuat untuk membentuk modal sosial yang baik, yang dapat ditandai dengan kuatnya lembaga-lembaga sosial yang menciptakan kehidupan yang harmonis dan dinamis. 3) Ketaatan terhadap norma. Norma merupakan susunan dari pemahaman terhadap nilai-nilai kehidupan serta harapan yang diyakini dan dijalankan oleh sekelompok orang. Norma yang terbentuk dapat didasari oleh nilainilai agama, nilai budaya, maupun nilai-nilai yang dari kehidupan sehari-
58
hari yang dibuat menjadi aturan untuk ketertiban kehidupan berbangsa dan bernegara. Norma juga merupakan modal sosial kerena muncul dari kerjasama di masa lalu yang kemudian diterapkan untuk kehidupan bersama. Norma-norma sosial akan sangat berperan dalam mengontrol bentuk-bentuk perilaku yang tumbuh dalam masyarakat atau kelompok. Robbins (2001: 129) mendefinisikan budaya organisasi dimaknai sebagai filosofi dasar yang memberikan arahan bagi kebijakan organisasi dalam pengelolaan karyawan. Robbins menyatakan bahwa sebuah sistem makna bersama dibentuk oleh para warganya yang sekaligus menjadi pembeda dengan organisasi lain. Sistem pemaknaan bersama merupakan seperangkat karakter kunci dari nilai nilai organisasi. Robbins (2001) memberikan karakteristik budaya organisasi sebagai berikut: 1) Inovasi dan keberanian mengambil risiko (Inovation and risk taking), adalah sejauh mana organisasi mendorong para karyawan bersikap inovatif dan berani mengambil resiko. Selain itu bagaimana organisasi menghargai tindakan pengambilan risiko oleh karyawan dan membangkitkan ide karyawan 2) Perhatian terhadap detil (Attention to detail), adalah sejauh mana organisasi mengharapkan karyawan memperlihatkan kecermatan, analisis dan perhatian kepada rincian 3) Berorientasi kepada hasil (Outcome orientation), adalah sejauh mana manajemen memusatkan perhatian pada hasil dibandingkan perhatian pada teknik dan proses yang digunakan untuk meraih hasil tersebut
59
4) Berorientasi kepada manusia (People orientation), adalah sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil-hasil pada orang-orang di dalam organisasi 5) Berorientasi tim (Team orientation), adalah sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-tim tidak hanya pada individu-individu untuk mendukung kerjasama 6) Agresifitas (Aggressiveness), adalah sejauh mana orang-orang dalam organisasi itu agresif dan kompetitif untuk menjalankan budaya organisasi sebaik-baiknya 7) Stabilitas (Stability), adalah sejauh mana kegiatan organisasi menekankan status quo sebagai kontras dari pertumbuhan. Kinerja menurut (Moeherione, 2012: 96) kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi baik secara kuantatif maupun kualitataif, sesuai dengan kewenangan dan tugas tanggung jawab masing masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Balanced Scorecard terdiri atas dua kata, yaitu (1) kartu skor (scorecard) dan (2) berimbang (balanced). Balanced scorecard ditemukan dan digunakan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton tahun 1992. Balanced scrorecard untuk organisasi publik akan dijelaskan oleh (Moeheriono, 2012: 171) sebagai berikut : 1) Perspektif Stakeholder menjelaskan cara-cara bagaimana penciptaan nilai untuk stakeholders serta bagaimana nilai tersebut akan dipenuhi sehingga
60
tercapai tujuan organisasi. Keberhasilan dalam perspektif stakeholder itu diperoleh dari keberhasilan organisasi mengelola mitra kerja. Oleh karena itu, sasaran kegiatan dalam persfektif mitra kerja organisasi harus diarahkan mengacu pada persfektif ini. Hal penting lainnya yang mempengaruhi adalah perubahan kebijakan pemerintah yang kemungkinan akan mengubah tujuan dan stakeholder organisasi. 2) Perspektif Proses Internal merupakan analisis utama proses internal organisasi. Analisis ini mencangkup identifikasi tugas pokok dan fungsi serta kegiatan yang diperlukan untuk mendukung pencapaian prespektif stakeholder serta sumber daya dan kapabilitas yang dibutuhkan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya. 3) Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran memungkinkan organisasi melakukan pembaharuan kapasitas sumber daya manusia, informasi dan lingkungan kerja yang kondusif untuk meningkatkan, baik efesiensi maupun produktivitasnya dalam mendorong terwujudnya proses internal yang akan memberikan kepuasan dan memenuhi harapan mitra kerja. 4) Perspektif Keuangan pada organisasi publik, perspektif anggaran bukan menjadi tujuan utama, namun lebih bersifat efektivitas alokasi sumber dana agar dapat mendorong pencapaian sasaran stategik organisasi. Oleh sebab itu, alokasi dana harus diarahkan untuk mencapai sasaran dari kegiatan dan program perspektif lain.
61
3.4.2 Definisi Operasional Untuk memudahkan peneliti dalam proses pengumpulan data maka peneliti membuat pengembangan instrument berupa kisi-kisi instrument sebagai acuan dalam mengumpulkan data di lapangan sebagai berikut: Table 3.1 Operasionaliasasi Variabel Modal Sosial (X1) Variabel (X1) Modal Sosial (X1), menurut Coleman (1999)
Dimensi 1. Jejaring Sosial/Kerja
2. Kepercayaan antar sesama 3. Ketaatan terhadap norma
Indikator 1. Kerelaan membangun jaringan kerjasama antara pegawai 2. Keterbukaan dalam melakukan hubungan atau jaringan sosial/kerja dengan siapapun 3. Keaktifan dalam memelihara dan menggembangkan hubungan atau jaringan sosial/kerja yang lebih baik 1. Tingkat kepercaayan yang terjalin antara anggota organisasi 1. Bentuk peraturan yang ada di organisasi 2. Kepatuhan pada peraturan yang berlaku di organisasi 3. Manfaat kepatuhan peraturan bagi tujuan organisasi
Item 1,2 4,5
5,6
7,8,9 10,11,12 13,14 15,16 17,18
Sumber: Peneliti Tahun 2015
Table 3.2 Operasionaliasasi Budaya Organisasi (X2) Variabel (X2) Budaya Organisasi (X2), menurut Robbins (2001)
Dimensi 1. Inovasi dan keberanian mengambil risiko (Inovation and risk taking) 2. Perhatian terhadap detil (Attention to detail) 3. Berorientasi kepada hasil (Outcome
Indikator 1. Inovasi dalam menyelesaikan pekerjaan 2. Inisiatif dalam menyelesaikan masalah pekerjaan 1. Perhatian terhadap rincian pekerjaaan 2. Kecermatan dalam bekerja
Item 19,20
1. Perhatian terhadap hasil yang ditetapkan oleh program kerja
27,28
21,22 23,24 25,26
62
orientation) 4. Berorientasi kepada manusia (People orientation) 5. Berorientasi tim (Team orientation)
6. Agresifitas (Aggressiveness)
7. Stabilitas (Stability)
2. Kualitas hasil program kerja 1. Kepatuhan pada keputusan organisasi 2. Efek keputusan organisasi bagi anggota organisasi 1. Kerjasama yang dilakukan dengan tim kerja 2. Tanggung jawab terhadap kegiatan kerja 1. Kemampuan dalam menjalankan nilai organisasi 2. Kepedulian terhadap pekerjaan yang ada 1. Stabilitas kegiatan organisasi 2. Kemampuan mempertahankan nilai nilai dalam organisasi
29,30 31,32 33,34 35,36 37,38 39,40 41,42 43,44 44,46
Sumber: Peneliti Tahun 2015
Table 3.3 Operasionaliasasi Kinerja Organisasi (Y) Variabel Y Kinerja Organisasi (Y), menurut Moeheriono (2012)
Dimensi 1. Perspektif Stakeholder
Indikator 1. Ukuran efesiensi 2. Manfaat jangka panjang kepada masyarakat 2. Perspektif Proses 1. Kualitas teknis yang terkait Internal dengan standar internal 2. Ketepatan waktu 3. Kepuasan pegawai 3. Perspektif 1. Pemanfaatan Pertumbuhan dan peningkatan akses dari teknologi Pembelajaran informasi 2. Pelatihan dan peningkatan keahlian pegawai 3. Proses aturan baru untuk meningkatkan pelayanan jasa 4. Perspektif Keuangan 1. Realisasi biaya operasional Sumber: Peneliti Tahun 2015
Item 47,48 49,50 51,52 53,54 55,56 57,58
59,60 61,62 63,64,65
63
3.5 Instrumen Penelitian Instrumen Penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2008: 102). Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti dan diukur dari indikator-indikator variabel yang diberikan oleh peneliti. Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial mupun alam. Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat kalau dinamakan membuat laporan dari pada melakukan penelitian. Namun demikian dalam skala yang paling rendah laporan juga dapat dinyatakan sebagai bentuk penelitian (Emory, 1985). Dalam penelitian ini pengukuran yang digunakan oleh peneliti untuk meneliti adalah skala pengukuran instrument dengan menggunakan Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2008: 102). Dengan Skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item item instrument berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrument yang menggunakan Skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata kata yaitu :
64
Tabel 3.4 Skoring/Nilai Jawaban Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS) Sumber: Sugiyono, 2008
Skoring/Nilai 4 3 2 1
Penelitian kuantitaif sangat berbeda dengan penelitian kualitatif, dimana dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri, sedangkan dalam penelitian kuantitaif umumnya peneliti menggunakan instrumen sebagai alat ukur untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa kuisoner, studi dokumentasi dan pengamatan/observasi. a. Kuisioner/Angket Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara member seperangkat pertanyaan atau peryataan tertulis kepada responden untuk dijawab dengan alternatif jawaban yang telah tersedia. Sehingga responden tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan aspirasi, persepsi, sikap, keadaan atau pendapat pribadinya. Data yang akan diperoleh akan lebih efesian apabila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan. b. Studi Dokumentasi Pengumpulan data diperoleh melalui pengumpulan peraturan Undang Undang, laporan laporan, catatan serta dokumen dokumen yang relevan mengenai masalah penelitian ini.
65
c. Studi Literatur atau Studi Kepustakaan Pengumpulan data diperoleh dari berbagai referensi yang relevan mengenai penelitian ini berdasakan teks books maupun jurnal ilmiah. d. Pengamatan/Obeservasi Pengumpulan data diperoleh dengan mengamati lingkungan tempat penelitian ini dilakukan. Selain itu ada pula beberapa sumber data yang dipakai dalam penelitian ini yaitu : a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya (sampel/responden) dengan menggunakan teknik pengumpulan data tertentu. Data primer dalam penelitian ini didapatkan dari hasil kuisoner dan wawancara tidak terstuktur. b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua, yang dapat berbentuk buku buku ilmiah, dokumen administrasi, atau bahan lain yang sudah merupakan data hasil olahan yang digunakan sebagai data awal maupun data pendukung dalam penelitian
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kulitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008: 81).
66
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini seluruh pegawai di Komisi Pemilihan (KPU) Provinsi Banten. Penentuan sampel menggunakan Probability Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau angota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Adapun teknik yang digunakan adalah Sampling Jenuh yaitu teknik penentuan sampel yang semua anggota populasi dijadikan sampel. Hal ini dilakukan karena jumlah populasi relatif kecil. Sehingga jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 41 sampel yang terdiri dari 5 anggota komisioner dan 36 pegawai sekertariat.
3.7 Teknik Pengolahan dan Teknik Analisis Data Pengolahan data merupakan awal dari proses analisis data dan merupakan tahapan tahapan dimana data dipersiapkan, diklasifikasikan dan diformat menurut aturan untuk keperluan proses berikutnya. Apabila pengumpulan data sudah dilakukan, maka data yang sudah terkumpul harus diolah dan dianalisis. Setelah data diolah, kemudian dilakukan analisis terhadap data yang sudah terkumpul. Analisis data merupakan upaya peneliti untuk menyederhanakan dan menyajikan data dengan mengelompokan dalam suatu bentuk yang berarti sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan oleh penguji dan pembaca. Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah: mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data
67
tiap variabel yang diteliti, melakukan penghitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistika inferensial. Statistik inferensial
adalah statistik
yang digunakan
untuk
menganalisis data dengan membuat kesimpulan yang berlaku umum. Ciri analisis data inferensial adalah digunakannya rumus statistic tertentu (misalnya uji t, uji F) dan sebagainya. Hasil dari perhitungan rumus statistik inilah yang menjadi dasar pembuatan generalisasi dari sampel bagi populasi. Dengan demikian, statistik inferensial berfungsi untuk menggeneralisasi hasil penelitian sampel bagi populasi. Sesuai dengan fungsi tersebut, maka statistik inferensial cocok untuk penelitian sampel. (Suharsimi Arikunto, 1993: 388) Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis data kuantitatif, dimana diperlukan perhitungan matematis atau teknik statistik sebagai alat bantu analisis, untuk menguji hipotesis penelitian ini menggunakan Teknik Pengolahan dan Analisis Data sebagai berikut :
3.7.1 Metode Analisis Data 3.7.1.1 Uji Instrumen a. Uji Validitas Validitas menurut Arikunto (2002) adalah suatu ukuran yang menujukan tingkat kesahihan suatu instrument penelitian. Suatu instrument penelitian yang valid mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Validitas menunjuk pada persesuaian alat
68
pengukur dengan tujuan pengukuran. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2008: 121). Pengujian validitas pada penelitian ini menggunakan bantuan piranti lunak Statistic Program Social Science (SPSS) versi 19.0. Adapun Rumus untuk mengukur validitas adalah : = Keterangan :
∑
− ∑
∑
{ ∑ ² − (∑ ) ²}{ ∑ ² − (∑ )²}
r
: Koefisien Korelasi Product Moment
∑
: Jumlah skor dalam sebaran X
∑
: Jumlah hasil kali skor X dan Y yang berpasangan
∑ ²
: Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y
∑
: Jumlah skor dalam sebaran Y
∑ ²
: Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X
N
: Jumlah sampel Untuk penentuan apakah suatu item layak digunakan atau tidak, caranya
dengan melakukan uji signifikasi koefisien korelasi pada taraf signifikasi 0,05 yang artinya suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan dengan skor item. Bisa juga melakukan penilaian langsung terhadap koefisien korelasi seperti yang diungkapkan Azwar (1999), yaitu dengan menggunakan batas nilai minimal korelasi 0,30. Menurut Azwar (1999) semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan.
69
Uji validitas dengan metode Korelasi Pearson merupakan analisis dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total dengan tanpa melakukan koreksi terhadap Spurious Overlap (nilai koefisien korelasi yang overstimasi). Skor total item adalah penjumlahan dari keseluruhan item. Keputusan untuk uji validitas adalh apabila r hitung > r tabel, maka dikatakan valid namun apabila r hitung < r tabel maka dikatakan tidak valid
b. Uji Reliabilitas Reliabilitas berasal dari kata dalam bahasa Inggris rely, yang berarti percaya dan reliable yang berarti dapat dipercaya. Dengan demikian reliabilitas dapat diartikan sebagai kepercayaan. Suatu alat pengukuran dikatakan reliable bila alat itu dalam mengukur suatu gejala pada waktu yang berlainan senantiasa menunjukan hasil yang sama. Instrumen yang valid dan reliable merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliable. Dalam penelitian ini pengujian menggunakan rumus Alpha Croncbach. Pengujian relibilitas kuisoner pada penelitian ini menggunakan bantuan piranti lunak Statistic Program Social Science (SPSS) versi 19.0. Adapun rumus Alpha Croncbach adalah : = Keterangan :
. 1−
∑
: Koefisien Reliabilitas Internal seluruh item k
: Banyaknya item
Si
: Jumlah varians skor tiap-tiap item
70
St
: Varians total Menurut Uma Sekaran (Sekaran, 2003) pengambilan keputusan uji
reliabilitas sebagai berikut:
Cronbach’s alpha < 0,6 = reliabilitas buruk
Cronbach’s alpha 0,6 – 0,79 = reliabilitas diterima
Cronbach’s alpha 0,8 = reliabilitas baik
Sedangkan menurut Nunnally seperti yang dikutip oleh Imam Ghazali (2005), alat ukur dapat dikatakan reliable jika nilai reliabilitas > 0,600 dimana 0,600 adalah standariasi nilai relibilitas menurut pernyataan dari Nunnally.
3.7.1.2 Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk melihat tingkat kernoamalan data yang digunakan, apakah berdistribusi normal atau tidak. Tingkat kenormalan data sangat penting karena dengan data yang terdistribusi normal, maka data tersebut dianggap dapat mewakili populasi. Uji normalitas data menjadi syarat pokok dalam analisis parametric seperti korelasi Pearson, uji perbandingan rata rata, analisis varian dan sebagainya karena data-data yang akan dianalisis parametric harus terdistribusi normal. Salah satu cara untuk menguji kenormalan sebaran data adalah dengan uji normalitas residual. Uji normalitas residual digunakan untuk menguji apakah data residual terdiatribusi secara normal atau tidak. Residual merupakan nilai sisa atau selisih antara variabel dependen (Y) dengan variabel dependen hasil analisis
71
regresi (Y’). Model regresi yang baik adalah yang memiliki data terdistribusi normal. Kriteria pengujian uji normalitas ini adalah:
Jika nilai signifikasi (Asym Sig 2 tailed) > 0,05 maka data berdistribusi normal
Jika nilai signifikasi (Asym Sig 2 tailed) < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal
Pengujian uji normalitas pada penelitian ini menggunakan metode One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan piranti lunak Statistic Program Social Science (SPSS) versi 19.0.
3.7.2 Uji Korelasi Product Moment Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Data yang digunakan berskala interval atau rasio. Nilai korelasi (r) adalah 0 sampai 1 atau 0 sampai -1 (untuk hubungan negatif), semakin mendekati 1/-1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat. Sebaliknya, nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah. Rumus korelasi product moment yang dikutip oleh Sugiyono (2008: 183) adalah: = Keterangan :
{ ∑
(∑
) − (∑ ∑ )
− (∑ )²}{ ∑
− (∑ )²}
r
= Koefisien korelasi product moment
N
= Jumlah sampel
72
= Jumlah faktor korelasi variabel independen = Jumlah faktor korelasi variabel dependen
3.7.3 Uji Korelasi Ganda Uji korelasi ganda dipergunakan (multiple correlation) merupakan angka yang menunjukan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel independen secara bersama-sama atau lebih dengan variabel dependen (Sugiyono, 2008: 182). Dalam penelitian ini variabel yaitu modal sosial (variabel independen), budaya organisasi (variabel indepanden) dan kinerja organisasi (variabel dependen). Adapun rumus korelasi ganda yang dikutip oleh Sugiyono (2008: 191) adalah sebagai berikut: =
Dimana :
1−
= Korelasi antara variabel x1 dan x2 secara bersamaan dengan variabel y = Korelasi product moment antara x1 dengan y = Korelasi product moment antara x2 dengan y = Korelasi product moment antara x1 dengan x2
3.7.4 Uji Analisis Regresi Linier Sederhana Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Analisis ini juga
73
untuk memprediksikan nilai variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan dan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah positif atau negatif. Secara umum persamaan regresi linier sederhana dirumuskan sebagai berikut: ′
Keterangan :
=
+
Y’
: Variabel dependen yang dipresiksikan
X
: Variabel independen
a
: Nilai konstanta
b
: Koefisien regresi
3.7.5 Uji Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara dua atau lebih variabel independen dengan satu variabel dependen. Perbedaan dengan regresi linier sederhana yaitu terletak pada jumlah variabel independennya, dimana regresi linier sederhana hanya menggunakan satu variabel independen, sedangkan regresi linier berganda menggunakan dua atau lebih variabel independen yang dimasukan dalam model regresi. Analisis ini juga untuk memprediksikan nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan, dan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing masing variabel
74
independen berhubungan positif atau negatif. Persamaan regresi linier berganda adalah: Y’ = a+ b1 X1+ b2 X2 Keterangan : Y’ = Variabel dependen yang diprediksikan X1 = Variabel independen X2 = Variabel independen a = Nilai konstanta b1 = Koefisien regresi b2 = Koefisien regresi
3.7.6 Uji Parsial (Uji t) 3.7.6.1 Uji Hipotesis Pertama (Uji t) Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (modal sosial) secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen (kinerja organisasi). a. Kriteria Pengujian Hipotesis -
H0 :
1=
0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial
(X) terhadap kinerja organisasi (Y) -
H1 :
1
≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial (X)
terhadap kinerja organisasi (Y) b. Menentukan t hitung Nilai t hitung diperoleh berdasarkan output perhitungan pada analisis regresi linier berganda
75
c. Menentukan t tabel Nilai t tabel diperoleh berdasarkan tabel distribusi t dicari pada α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 (n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel independen). Dengan pengujian 2 sisi (singnifikasi = 0,025). d. Kriteria penerimaan hipotesis Kriteria penerimaan hipotesis adalah sebagai berikut: -
H0 diterima jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel
-
H0 ditolak jika –t hitung < -tabel atau t hitung > t tabel
e. Membuat kesimpulan Apabila nilai t hitung > t tabel maka H0 ditolak, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial terhadap kinerja organisasi. Namun apabila nilai t hitung < t tabel maka H0 diterima, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial terhadap kinerja organisasi.
3.7.6.2 Uji Hipotesis Kedua (Uji t) Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (budaya organisasi) secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen (kinerja organisasi). a. Kriteria Pengujian Hipotesis -
H0
:
2
= 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya
organisasi (X) terhadap kinerja organisasi (Y)
76
-
H2 :
2
≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi
(X) terhadap kinerja organisasi (Y) b. Menentukan t hitung Nilai t hitung diperoleh berdasarkan output perhitungan pada analisis regresi linier berganda c. Menentukan t tabel Nilai t tabel diperoleh berdasarkan tabel distribusi t dicari pada α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 (n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel independen). Dengan pengujian 2 sisi (singnifikasi = 0,025) d. Kriteria Penerimaan Hipotesis Kriteria penerimaan hipotesis adalah sebagai berikut: -
H0 diterima jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel
-
H0 ditolak jika –t hitung < -tabel atau t hitung > t tabel
e. Membuat kesimpulan Apabila nilai t hitung > t tabel maka H0 ditolak, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi terhadap kinerja organisasi. Namun apabila nilai t hitung < t tabel maka H0 diterima, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi terhadap kinerja organisasi.
77
3.7.7 Uji Simultan (Uji F) 3.7.7.1 Uji Hipotesis Ketiga (Uji F) Uji ini digunakan untuk menguji apakah variabel modal sosial (X1) dan budaya organisasi (X2) bersama-sama berpengaruh terhadap variabel kinerja organisasi (Y). a. Kriteria Pengujian Hipotesis -
H0 :
1 :
2
= 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara modal
sosial dan budaya organisasi secara bersama sama terhadap dan kinerja organisasi -
H3 :
1:
2
≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial
dan budaya organisasi secara bersama sama terhadap dan kinerja organisasi b. Menentukan F hitung Nilai F hitung diperoleh berdasarkan output perhitungan pada analisis regresi linier berganda c. Menentukan F tabel Nilai t tabel diperoleh dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, α = 5%, df 1 diperoleh dengan (jumlah variabel-1) atau 3-1=2, df 2 (n-k-1) dengan n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel independen. d. Kriteria Penerimaan Hipotesis Kriteria penerimaan hipotesis adalah sebagai berikut: -
H0 diterima jika F hitung ≤ F tabel
-
H0 ditolak jika F hitung > F tabel
78
e. Membuat kesimpulan Apabila nilai F hitung > F tabel maka H0 ditolak artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial dan budaya organisasi secara bersama sama terhadap kinerja organisasi. Namun apabila nilai F hitung < F tabel maka H0 diterima artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial dan budaya organisasi secara bersama sama terhadap kinerja organisasi.
3.8 Jadwal Penelitian Penelitian mengenai Pengaruh Modal Sosial dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten dilakukan pada bulan Maret 2015 hingga September 2015. Adapun jadwal penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : Tabel 3.5 Jadwal Penelitian Bulan/Minggu Ke N O
Kegiatan
Maret 1
3
4
5 6
7 8
2 3
April 4 1
2 3
Membuat dan Bimbingan BAB I Membuat dan Bimbingan BAB II Membuat dan Bimbingan BAB III Penelitian Lapangan Membuat dan Bimbingan BAB IV dan V Acc Sidang Skripsi
Sumber: Peneliti Tahun 2015
Mei 4 1
2 3
Juni 4 1
2 3
Juli 4 1
Agustus
2 3 4 1 2 3 4 1
September 2 3
4
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten Komisi Pemilihan Umum (KPU) adalah Lembaga Penyelenggara Pemilu yang bertugas melaksanakan Pemilu. Dalam menyelenggarakan Pemilu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) bebas dari pengaruh pihak manapun berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan wewenangnya. Pelaksanaan tugas Komisi Pemilihan Umum (KPU) berlandaskan pada Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum. Komisi Pemilihan Umum (KPU) mempunyai fungsi menyelenggarakan Pemilu untuk memilih Anggota DPR, DPD, DPRD, Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat, serta untuk memilih Gubernur, Bupati dan Walikota secara demokratis. Komisi Pemilihan Umum adalah lembaga negara yang bersifat hirarkis dimana masing-masing hirarki memiliki wewenang dan tanggung jawab yang berbeda. Komisi Pemilihan Umum pusat berfungsi sebagai regulator yang menentapkan aturan-aturan turunan dari Undang Undang yang harus diikuti oleh seluruh KPU provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia. Sedangkan KPU Provinsi berfungsi sebagai supervisor dan koordinator bagi KPU Kabupaten/Kota yang berada di bawahnya. KPU provinsi harus mampu menterjemahkan regulasi yang dikeluarkan KPU pusat dan memastikan bahwa KPU Kabupaten/Kota memahami dan melaksanaknnya. Kemudian KPU Kabupaten/Kota berfungsi sebagai
79
80
implementator yang bertugas untuk melaksanakan secara operasional seluruh tahapan yang sudah ditetakan oleh KPU RI. Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten dibentuk sebagai konsekwensi dari lahirnya Provinsi Banten sebagai daerah otonomi baru hasil pemekaran dari Provinsi
Jawa
Barat.
Sesuai
dengan
cakupan
wilayah
yang
menjadi
kewenangannya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten membawahi 8 (delapan) KPU Kabupaten/Kota sebagai berikut yaitu, KPU Kabupaten Lebak, KPU Kabupaten Pandeglang, KPU Kota Cilegon, KPU Kabupaten Serang, KPU Kota Serang, KPU Kabupaten Tanggerang, KPU Kota Tanggerang, KPU Kota Tanggerang Selatan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten memiliki visi yaitu terwujudnya Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara Pemilihan Umum yang memiliki integritas, profesional, mandiri, transparan dan akuntabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Adapun misi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten yaitu: a. Membangun lembaga penyelenggara Pemilihan Umum yang memiliki kompetensi, kredibilitas dan kapabilitas dalam menyelenggarakan pemilihan umum; b. Menyelenggarakan Pemilihan Umum untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Kepala Daerah dan
81
Wakil Kepala Daerah secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil, akuntabel, edukatif dan beradab; c. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemilihan umum yang bersih, efisien dan efektif; d. Melayani dan memperlakukan setiap peserta Pemilihan Umum secara adil dan setara, serta menegakkan peraturan Pemilihan Umum secara konsisten sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; e. Meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam pemilihan umum demi terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang demokratis. Dari awal berdirinya hingga sekarang, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah mengalami tiga kali pergantian komisioner, yaitu periode 2003-2007, periode 2008-2013 dan sekarang periode 2013-2018. Komisi Pemilihan Umum (KPU) saat ini berlokasi di Jalan Syekh Muhammad Nawawi Al Bantani No. 7A, Banten. Gambar 4.1 Lokasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
Sumber: https://www.google.com/maps
82
4.1.2 Kedudukan dan Tugas Berdasarkan
Undang-Undang
Nomor
15
Tahun
2011
tentang
Penyelenggaran Pemilihan Umum, berikut adalah Kedudukan, Tugas dan Fungsi dari KPU Provinsi adalah : 1. Kedudukan Pada Pasal 1 ayat 7 menyebutkan bahwa Komisi Pemilihan Umum Provinsi, selanjutnya disingkat KPU Provinsi, adalah Penyelenggara Pemilu yang bertugas melaksanakan Pemilu di provinsi. 2. Tugas Pada Pasal 9 menyebutkan bahwa tugas KPU Provinsi adalah : a. Tugas dan wewenang KPU Provinsi dalam penyelenggaraan Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah meliputi : 1) Menjabarkan
program
dan
melaksanakan
anggaran
serta
menetapkan jadwal Pemilu di provinsi; 2) Melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan Pemilu di provinsi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; 3) Mengoordinasikan,
menyelenggarakan,
dan
mengendalikan
tahapan penyelenggaraan Pemilu oleh KPU Kabupaten/Kota; 4) Menerima daftar pemilih dari
KPU Kabupaten/Kota dan
menyampaikannya kepada KPU; 5) Memutakhirkan data pemilih berdasarkan data kependudukan yang disiapkan dan diserahkan oleh Pemerintah dengan memperhatikan
83
data Pemilu dan/atau pemilihan gubernur, bupati, dan walikota terakhir dan menetapkannya sebagai daftar pemilih; 6) Menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan suara Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi berdasarkan hasil rekapitulasi di KPU Kabupaten/Kota dengan membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat hasil penghitungan suara; 7) Melakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Anggota Dewan Perwakilan Daerah di provinsi yang bersangkutan dan mengumumkannya berdasarkan berita acara hasil rekapitulasi penghitungan suara di KPU Kabupaten/Kota; 8) Membuat berita acara penghitungan suara serta membuat sertifikat penghitungan suara dan wajib menyerahkannya kepada saksi peserta Pemilu, Bawaslu Provinsi, dan KPU; 9) Menerbitkan keputusan KPU Provinsi untuk mengesahkan hasil Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan mengumumkannya; 10) Mengumumkan calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi terpilih sesuai dengan alokasi jumlah kursi setiap daerah pemilihan di provinsi yang bersangkutan dan membuat berita acaranya;
84
11) Menindaklanjuti dengan segera rekomendasi Bawaslu Provinsi atas temuan dan laporan adanya dugaan pelanggaran Pemilu; 12) Mengenakan
sanksi
administratif
dan/atau
menonaktifkan
sementara anggota KPU Kabupaten/Kota, sekretaris KPU Provinsi, dan pegawai sekretariat KPU Provinsi yang terbukti melakukan tindakan
yang
penyelenggaraan
mengakibatkan Pemilu
berdasarkan
terganggunya rekomendasi
tahapan Bawaslu
Provinsi dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan; 13) Menyelenggarakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu dan/atau yang berkaitan dengan tugas dan wewenang KPU Provinsi kepada masyarakat; 14) Melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu; dan 15) Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh KPU dan/atau yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
b. Tugas dan wewenang KPU Provinsi dalam penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden meliputi : 1) Menjabarkan
program
dan
melaksanakan
anggaran
serta
menetapkan jadwal di provinsi; 2) Melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan di provinsi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
85
3) Mengoordinasikan,
menyelenggarakan,
dan
mengendalikan
tahapan penyelenggaraan oleh KPU Kabupaten/Kota; 4) Memutakhirkan data pemilih berdasarkan data kependudukan yang disiapkan dan diserahkan oleh Pemerintah dengan memperhatikan data Pemilu dan/atau pemilihan gubernur, bupati, dan walikota terakhir dan menetapkannya sebagai daftar pemilih; 5) Menerima daftar pemilih dari
KPU Kabupaten/Kota dan
menyampaikannya kepada KPU; 6) Melakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden di provinsi
yang bersangkutan dan
mengumumkannya berdasarkan hasil rekapitulasi penghitungan suara di KPU Kabupaten/Kota dengan membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat hasil penghitungan suara; 7) Membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat hasil penghitungan suara serta wajib menyerahkannya kepada saksi peserta Pemilu, Bawaslu Provinsi, dan KPU; 8) Menindaklanjuti dengan segera rekomendasi Bawaslu Provinsi atas temuan dan laporan adanya dugaan pelanggaran Pemilu; 9) Mengenakan
sanksi
administratif
dan/atau
menonaktifkan
sementara anggota KPU Kabupaten/Kota, sekretaris KPU Provinsi, dan pegawai sekretariat KPU Provinsi yang terbukti melakukan tindakan
yang
mengakibatkan
terganggunya
tahapan
86
penyelenggaraan
Pemilu
berdasarkan
rekomendasi
Bawaslu
Provinsi dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan; 10) Melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu dan/atau yang berkaitan dengan tugas dan wewenang KPU Provinsi kepada masyarakat; 11) Melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu; dan 12) Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh KPU dan/atau peraturan perundang-undangan.
c. Tugas dan wewenang KPU Provinsi dalam penyelenggaraan pemilihan gubernur meliputi: 1) Merencanakan program, anggaran, dan jadwal pemilihan gubernur; 2) Menyusun dan menetapkan tata kerja KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan KPPS dalam pemilihan gubernur dengan memperhatikan pedoman dari KPU; 3) Menyusun dan menetapkan pedoman teknis untuk setiap tahapan penyelenggaraan pemilihan gubernur berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; 4) Mengoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua tahapan
penyelenggaraan
pemilihan
gubernur
berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan pedoman dari KPU;
87
5) Menerima daftar pemilih dari KPU Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan pemilihan gubernur; 6) Memutakhirkan data pemilih berdasarkan data kependudukan yang disiapkan dan diserahkan oleh Pemerintah dengan memperhatikan data Pemilu dan/atau pemilihan gubernur, bupati, dan walikota terakhir dan menetapkannya sebagai daftar pemilih; 7) Menetapkan calon gubernur yang telah memenuhi persyaratan; 8) Menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan suara
pemilihan
gubernur
berdasarkan
hasil
rekapitulasi
penghitungan suara di KPU Kabupaten/Kota dalam wilayah provinsi yang bersangkutan dengan membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat hasil penghitungan suara; 9) Membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat hasil penghitungan suara serta wajib menyerahkannya kepada saksi peserta pemilihan, Bawaslu Provinsi, dan KPU; 10) Menetapkan dan mengumumkan hasil pemilihan gubernur berdasarkan hasil rekapitulasi penghitungan suara pemilihan gubernur dari seluruh KPU Kabupaten/Kota dalam wilayah provinsi yang bersangkutan dengan membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat hasil penghitungan suara; 11) Menerbitkan keputusan KPU Provinsi untuk mengesahkan hasil pemilihan gubernur dan mengumumkannya;
88
12) Mengumumkan calon gubernur terpilih dan membuat berita acaranya; 13) Melaporkan hasil pemilihan gubernur kepada KPU; 14) Menindaklanjuti dengan segera rekomendasi Bawaslu Provinsi atas temuan dan laporan adanya dugaan pelanggaran pemilihan; 15) Mengenakan
sanksi
administratif
dan/atau
menonaktifkan
sementara anggota KPU Kabupaten/Kota, sekretaris KPU Provinsi, dan pegawai sekretariat KPU Provinsi yang terbukti melakukan tindakan
yang
mengakibatkan
terganggunya
tahapan
penyelenggaraan pemilihan berdasarkan rekomendasi Bawaslu Provinsi dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan; 16) Melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan pemilihan gubernur dan/atau yang berkaitan dengan tugas dan wewenang KPU Provinsi kepada masyarakat; 17) Melaksanakan pedoman yang ditetapkan oleh KPU; 18) Memberikan pedoman terhadap penetapan organisasi dan tata cara penyelenggaraan pemilihan bupati/walikota sesuai dengan tahapan yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan; 19) Melakukan evaluasi dan membuat laporan penyelenggaraan pemilihan gubernur; 20) Menyampaikan laporan mengenai hasil pemilihan gubernur kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Presiden, gubernur, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi; dan
89
21) Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh KPU dan/atau peraturan perundang-undangan. d. KPU Provinsi dalam Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, serta pemilihan gubernur, bupati, dan walikota berkewajiban: 1) Melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan Pemilu dengan tepat waktu; 2) Memperlakukan peserta Pemilu, pasangan calon presiden dan wakil presiden, calon gubernur, bupati, dan walikota secara adil dan setara; 3) Menyampaikan semua informasi penyelenggaraan Pemilu kepada masyarakat; 4) Melaporkan pertanggungjawaban penggunaan anggaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 5) Menyampaikan laporan pertanggungjawaban semua kegiatan penyelenggaraan Pemilu kepada KPU; 6) Mengelola, memelihara, dan merawat arsip/dokumen serta melaksanakan penyusutannya berdasarkan jadwal retensi arsip yang disusun oleh KPU Provinsi dan lembaga kearsipan Provinsi berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh KPU dan ANRI; 7) Mengelola barang inventaris KPU Provinsi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
90
8) Menyampaikan
laporan
periodik
mengenai
tahapan
penyelenggaraan Pemilu kepada KPU dan dengan tembusan kepada Bawaslu; 9) Membuat berita acara pada setiap rapat pleno KPU Provinsi yang ditandatangani oleh ketua dan anggota KPU Provinsi; 10) Menyediakan dan menyampaikan data hasil Pemilu di tingkat provinsi; 11) Melaksanakan keputusan DKPP; dan 12) Melaksanakan kewajiban lain yang diberikan KPU dan/atau yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam menjalankan tugas dan pokok, sedangkan KPU Provinsi dibantu oleh Sekretariat KPU Provinsi. Sekertariat KPU Provinsi dipimpin oleh Sekretaris yang bertanggungjawab kepada Ketua KPU Provinsi. Sesuai dengan Pasal 67 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2011 terkait tugas dan wewenang Sekretariat KPU Provinsi yaitu: a. Sekretariat KPU Provinsi bertugas: 1) Membantu penyusunan program dan anggaran Pemilu; 2) Memberikan dukungan teknis administratif; 3) Membantu pelaksanaan tugas KPU Provinsi dalam menyelenggarakan Pemilu; 4) Membantu pendistribusian perlengkapan penyelenggaraan Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan
91
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah serta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden; 5) Membantu perumusan dan penyusunan rancangan keputusan KPU Provinsi; 6) Memfasilitasi penyelesaian masalah dan sengketa pemilihan gubernur; 7) Membantu penyusunan laporan penyelenggaraan kegiatan dan pertanggungjawaban KPU Provinsi; dan 8) Membantu pelaksanaan tugas-tugas lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. b. Sekretariat KPU Provinsi berwenang: 1) Mengadakan
dan
mendistribusikan
perlengkapan
penyelenggaraan
pemilihan gubernur berdasarkan norma, standar, prosedur, dan kebutuhan yang ditetapkan oleh KPU; 2) Mengadakan
perlengkapan
penyelenggaraan
Pemilu
sebagaimana
dimaksud sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan 3) Memberikan layanan administrasi, ketatausahaan, dan kepegawaian sesuai dengan peraturan perundang-undangan. c. Sekretariat KPU Provinsi berkewajiban: 1) Menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan; 2) Memelihara arsip dan dokumen Pemilu; dan 3) Mengelola barang inventaris KPU Provinsi.
92
4) Sekretariat KPU Provinsi bertanggung jawab dalam hal administrasi keuangan serta pengadaan barang dan jasa berdasarkan peraturan perundang-undangan. Sesuai Peraturan KPU Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekertariat Jendral KPU, Sekretariat KPU Provinsi dan Sekretariat KPU Kab/Kota, Sekertariat KPU Provinsi terdiri dari: 1. Bagian Program, Data, Organisasi dan Sumber Daya Manusia, terdiri atas: a. Subbagian Program dan Data mempunyai tugas mengumpulkan dan mengolah bahan program, pengolahan data, monitoring dan evaluasi program. b. Subbagian Organisasi dan Sumber Daya Manusia mempunyai tugas mengumpulkan dan mengolah bahan organisasi dan pengadaan sumber daya manusia, mutasi dan disiplin pegawai, pendidikan dan latihan, organisasi, dan tata laksana. 2. Bagian Keuangan, Umum dan Logistik, terdiri atas: a. Subbagian Keuangan mempunyai tugas mengumpulkan dan mengolah bahan penyusunan anggaran, verifikasi, akuntansi dan pelaporan keuangan, serta perbendaharaan. b. Subbagian Umum dan Logistik mempunyai tugas pelaksanaan urusan tata usaha bagian, persidangan, rumah tangga, dan pengadaan logistik Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, serta distribusi Pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD,
93
Presiden dan Wakil Presiden, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. 3. Bagian Hukum, Teknis, dan Hubungan Partisipasi Masyarakat, terdiri atas: a. Subbagian Hukum mempunyai tugas melakukan sosialisasi hukum, verifikasi faktual, serta administrasi keuangan, dan dana kampanye peserta Pemilu, dana kampanye, penyelesaian sengketa dan bantuan hukum. b. Subbagian Teknis dan Hubungan Partisipasi Masyarakat mempunyai tugas melakukan pendaftaran pemilih, penyusunan jadwal kampanye, pemungutan dan perhitungan suara, penetapan hasil Pemilu dan penggantian antar waktu anggota DPRD Provinsi, pengisian anggota DPRD Provinsi pasca Pemilu, penetapan daerah pemilihan dan pencalonan, dan penetapan calon terpilih Pemilu anggota DPRD Provinsi, dan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, serta melakukan dokumentasi pelaksanaan pendidikan pemilih, dan fasilitas pemantau Pemilu.
4.2 Pengujian Persyaratan Statistik 4.2.1 Hasil Uji Validitas Instrumen Pada penelitian ini, analisis data yang pertama kali dilakukan yaitu dengan melakukan uji validitas instrument. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas
94
digunakan untuk mengetahui seberapa tepat suatu instrument atau alat ukur yaitu kuesioner untuk mampu melakukan fungsinya. Instrument penelitian yang baik tentu saja instrumen yang valid, sehingga dapat digunakan untuk pengukuram dalam rangka pengumpulan data. Kevalidan instrument menggambarkan bahwa suatu instrument benar-benar mampu mengukur variabel yang akan di ukur dalam penelitian serta mampu menunjukan tingkat kesusuaian antara konsep dan hasil pengukuran. Di dalam uji validitas instrument, peneliti mengambil 41 responden secara keseluruhan. Adapun kriteria item pernyataan yang digunakan adalah dimana jika r hitung > r tabel maka item tersebut dinyatakan “valid”. Namun apabila r hitung < r tabel maka item tersebut dinyatakan “tidak valid”. Apabila dari sampel tersebut tidak valid dan tidak mewakili indikator yang ada, maka instrument tersebut diganti dengan instrument baru sebagai pengganti instrument yang tidak valid. Tetapi apabila ditemukan hasil sampel yang tidak valid namun tetap mewakili indikator, maka instrument tersebut dapat dihapus dan dapat dilanjutkan tanpa mempertanyakan instrument yang tidak valid. Adapun rumus yang dugunakan oleh peneliti dalam penelitian mengenai pengaruh modal sosial dan budaya organisasi terhadap kinerja organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten yaitu menggunakan statistic korelasi product moment dengan bantuan SPSS statistik versi 19 dan tabel pembanding menggunakan r tabel dari jumlah data (n) = 41 atau df = 39 pada signifikasi 0,05 dengan uji 2 sisi, maka di dapat r tabel sebesar 0,308.
95
a. Uji Validitas Modal Sosial (X1) Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Modal Sosial (X1) Item Pernyataan (No Instrumen) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
rhitung
rtabel (0,05)
Keterangan
0,673 0,634 0,340 0,525 0,682 0,677 0,697 0,488 -0,294 0,643 0,650 0,586 0,445 0,195 0,638 0,551 0,474 0,707
0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak valid Valid Valid Valid Valid Tidak valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa dari 18 item pernyataan, ada 2 instrumen yang tidak valid yaitu instrument nomor 9 dan 14. Dikatakan tidak valid karena r hitung lebih kecil dari (<) r tabel. Kedua item instrument tersebut dapat dihilangkan dan tidak perlu diganti karena indikator sudah terukur dari instrument lainnya karena peneliti membuat pernyataan dalam kuesioner tersebut satu indikator lebih dari satu pernyataan.
96
b. Uji Validitas Budaya Organisasi (X2) Tabel 4.2 Hasil Uji Budaya Organisasi (X2) Item Pernyataan (No Instrumen) 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
rhitung
rtabel (0,05)
Keterangan
0,588 0,525 0,436 0,566 0,677 0,630 0,618 0,424 0,581 0,739 0,709 0,353 0,585 0,526 0,744 0,569 0,747 0,761 0,435 0,533 0,590 0,684 0,500 0,531 0,751 0,415 0,639 0,892
0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa dari 28 item pernyataan, semua item dinyatakan valid. Dikatakan valid karena r hitung lebih besar dari (>) r tabel. Semua item instrument tersebut dapat digunakan dalam penelitian ini karena indikator sudah terukur.
97
c. Uji Validitas Kinerja Organisasi (Y) Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Kinerja Organisasi (Y) Item Pernyataan (No Instrumen) 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65
rhitung
rtabel (0,05)
Keterangan
0,082 0,309 0,771 0,120 0,772 0,633 0,657 0,779 0,680 0,422 0,225 0,522 0,443 0,680 0,854 0,854 0,773 0,113 0,733
0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308 0,308
Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa dari 19 item pernyataan, ada 4 instrumen yang tidak valid yaitu instrument nomor 47, 50, 57 dan 64. Dikatakan tidak valid karena r hitung lebih kecil dari (<) r tabel. Keempat item instrument tersebut dapat dihilangkan dan tidak perlu diganti karena indikator sudah terukur dari instrument lainnya karena peneliti membuat pernyataan dalam kuesioner tersebut satu indikator lebih dari satu pernyataan.
98
4.2.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Setelah melakukan uji validitas, maka tahap selanjutnya adalah uji reliabilitas. Reliabilitas digunakan untuk menjaga kehandalan dari sebuah instrument atau alat ukur. Dengan dilakukan uji reliabilitas ini, maka akan menghasilkan suatu instrument yang benar benar tepat dan akurat. Dalam uji reliabilitas item yang tidak valid tidak dimasukan dalam uji reliabilitas. Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan menggunakan teknik Alpha Cronbach, adapun Uma Sekaran (Sekaran, 2003) pengambilan keputusan uji reliabilitas sebagai berikut:
Cronbach’s alpha < 0,6 = reliabilitas buruk
Cronbach’s alpha 0,6 – 0,79 = reliabilitas diterima
Cronbach’s alpha 0,8 = reliabilitas baik
Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS versi 19. Berikut adalah hasil dari perhitungannya: Tabel 4.4 Uji Reliabilitas Modal Sosial (X1) Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .879
16
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Berdasarkan hasil tabel 4.4 diketahui bahwa nilai reliabilitas (Alpha Cronbach’s) untuk variabel modal sosial (X1) adalah 0,879. Untuk mengetahui uji reliabilitas ini, peneliti mengacu pada Nunnally yang dikutip oleh Imam Ghazali (2005) dimana alat ukur reliabel jika nilai reliabilitas > 0,600. Berdasarkan nilai
99
tersebut maka 0,879 > 0,600 sehingga alat ukur variabel modal sosial (X1) adalah reliable. Selain itu berdasarkan kategori kriteria pengambilan keputusan uji reliabilitas peneliti mengacu pada Uma Sekaran, dimana nilai Alpha Cronbach variabel modal sosial (X1) adalah 0,879 termasuk kategori reliabilitas baik. Pada tabel 4.4 diatas tertera banyaknya item pernyataan adalah 16 bukan 18. Hal tersebut dilakukan karena dari 18 pernyataan 2 diantaranya tidak valid. Sehingga dalam uji reliabilitas, item pernyataan yang tidak valid tersebut tidak dihitung. Tabel 4.5 Uji Reliabilitas Budaya Organisasi (X2) Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .930
28
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Berdasarkan hasil tabel 4.5 diketahui bahwa nilai reliabilitas (Alpha Cronbach’s) untuk variabel budaya organisasi (X2) adalah 0,930. Untuk mengetahui uji reliabilitas ini, peneliti mengacu pada Nunnally yang dikutip oleh Imam Ghazali (2005) dimana alat ukur reliabel jika nilai reliabilitas > 0,600. Berdasarkan nilai tersebut maka 0,930 > 0,600 sehingga alat ukur variabel budaya oragnisasi (X2) adalah reliable. Selain itu berdasarkan kategori kriteria pengambilan keputusan uji reliabilitas peneliti mengacu pada Uma Sekaran, dimana nilai Alpha Cronbach variabel budaya organisasi (X2) adalah 0,930 termasuk kategori reliabilitas baik.
100
Tabel 4.6 Uji Reliabilitas Kinerja Organisasi (Y) Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .916
15
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Berdasarkan hasil tabel 4.6 diketahui bahwa nilai reliabilitas (Alpha Cronbach’s) untuk variabel kinerja organisasi (Y) adalah 0,916. Untuk mengetahui uji reliabilitas ini, peneliti mengacu pada Nunnally yang dikutip oleh Imam Ghazali (2005) dimana alat ukur reliabel jika nilai reliabilitas > 0,600. Berdasarkan nilai tersebut maka 0,916 > 0,600 sehingga alat ukur variabel kinerja organisasi (Y) adalah reliable. Selain itu berdasarkan kategori kriteria pengambilan keputusan uji reliabilitas peneliti mengacu pada Uma Sekaran, dimana nilai Alpha Cronbach variabel kinerja organisasi (Y) adalah 0,916 termasuk kategori reliabilitas baik. Pada tabel 4.6 diatas tertera banyaknya item pernyataan adalah 15 bukan 19. Hal tersebut dilakukan karena dari 19 pernyataan 4 diantaranya tidak valid. Sehingga dalam uji reliabilitas, item pernyataan yang tidak valid tersebut tidak dihitung. Dari hasil uji reliabilitas diatas didapat tiga output dari yang pertama adalah variabel modal sosial (X1), kedua variabel budaya organisasi (X2) dan ketiga adalah kinerja organisasi (Y). Dari output tersebut didapat nilai Alpha Cronbach’s yakni variabel modal sosial (X1) 0,879, variabel budaya organisasi (X2) 0,930 dan ketiga adalah kinerja organisasi (Y) 0,916. Karena nilai ketiga
101
variabel tersebut diatas 0,600 maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur dalam penelitian ini adalah reliabel.
4.2.3 Hasil Uji Normalitas Uji normalitas adalah pengujian untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari kegiatan penelitian mempunyai distribusi (sebaran) yang normal ataukah tidak. Data yang baik dan layak adalah data yang memiliki distribusi normal. Uji normalitas dilakukan untuk melihat tingkat kenormalan data yang digunakan, apakah data terdistribusi normal atau tidak. Tingkat kenormalan data sangat penting karena dengan data yang terdistribusi normal maka data tersebut dapat mewakili populasi. Kemudian dalam rangka mempoleh gambaran yang lebih jelas tentang data hasil penelitian ini, maka peneliti melakukan pengujian uji normalitas menggunakan metode One Sample Kolmogorov-Smirnov. Kriteria pengujian uji normalitas ini adalah:
Jika nilai signifikasi (Asym Sig 2 tailed) > 0,05 maka data berdistribusi normal
Jika nilai signifikasi (Asym Sig 2 tailed) < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS versi 19. Berikut adalah hasil dari perhitungannya:
102
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
41 a,b
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000 5.26266533
Absolute
.111
Positive
.101
Negative
-.111
Kolmogorov-Smirnov Z
.709
Asymp. Sig. (2-tailed)
.696
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Bersadarkan tabel 4.7 dari output dapat diketahui bahwa signifikasi (Asym.Sig 2-tailed) sebesar 0,696 karena signifikasi lebih besar (>) dari 0,05 sehingga disimpulkan bahwa residual terdistribusi normal.
4.3 Deskripsi Data 4.3.1 Identitas Responden Penelitian mengenai pengaruh modal sosial dan budaya organisasi terhadap kinerja organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten menggunakan sampel sebanyak 41 orang. Peneliti menentukan jumlah sampel dari populasi berdasarkan sampel jenuh. Pada sampel jenuh ini terdiri dari 36 Pegawai Negeri Sipil dan 5 anggota komisioner yang dijadikan responden. Untuk memudahkan penelitian dalam mengolah data penelitian, maka peneliti mengelompokan data dengan membuat diagram-diagram yang berisi
103
berbagai item mulai dari identitas reponden sampai pada jawaban dari kuesioner yang diajukan oleh peneliti kepada responden yang ditentukan. Adapun identitas responden yang akan membantu peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan dan masa kerja. Diagramnya adalah sebagai berikut: Diagram 4.1 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
34% (14 responden) 66% (27 responden)
Laki Laki Perempuan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.1 diatas, maka dapat diketahui jumlah responden terdiri dari 27 responden laki laki dan 14 responden perempuan. Jumlah laki di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten lebih banyak dari perempuan, data ini termasuk jumlah pegawai dan anggota komisioner. Pengambilan sampel ini berdasarkan sampel jenuh yang artinya dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Berdasarkan data ini dapat disimpulkan bahwa terdapat
4
anggota komisioner berjenis kelamin laki laki dan 1 perempuan. Selain itu terdapat 23 pegawai laki laki dan 13 pegawai perempuan.
104
Diagram 4.2 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Usia
12% (5 responden) 32% (13 responden) 56% (23 responden)
21-30 tahun 30-40 tahun diatas 40 tahun
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.2 diatas untuk memudahkan peneliti dalam mengelola data, tingkat usia dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok usia 21-30 tahun, 30-40 tahun dan diatas 40 tahun. Dari data hasil pengelolaan 41 sampel diketahui bahwa rentang usia 21-30 tahun sebanyak 12% atau 5 responden, rentang usia 31-40 tahun sebanyak 56% atau 23 responden dan rentang usia diatas 40 tahun sebanyak 32% atau 13 responden. Dari data tersebut rentang usia 31-40 memayoritasi tingkat usia di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten yakni sebanyak 56% atau 23 responden. Rentang usia antara 21-40 tahun adalah usai yang relatif muda dan tergolong usia produktif untuk berkerja sehingga dapat memudahkan proses pekerjaan menjadi lebih cekatan dan memiliki inovasi baru dalam menyelesaikan pekerjaan. Sedangkan usia diatas 40 tahun umumnya adalah anggota komisioner, kepala
105
bidang dan kepala sub bidang yang memiliki jam terbang dan pengalaman yang tinggi dalam bidang pemerintahan. Diagram 4.3 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 0% (0 responden)
20% (8 responden)
32% (13 responden)
2% (1responden) SMA D1/D2/D3 S1
46% (19 responden)
S2 S3
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.3 diatas untuk memudahkan peneliti dalam mengelola data, tingkat pendidikan dibagi menjadi lima kelompok yaitu tingkat pendidikan SMA, tingkat pendidikan D1/D2/D3, tingkat pendidikan S1, tingkat pendidikan S2 dan tingkat pendidikan S3. Dari hasil pengelolaan 41 sampel diketahui bahwa tingkat pendidikan SMA sebanyak
20% atau 8 responden,
tingkat pendidikan D1/D2/D3 sebanyak 2% atau 1 responden, tingkat pendidikan S1 sebanyak 46% atau 19 responden, tingkat pendidikan S2 sebanyak 32% atau 13 responden dan untuk tingkat pendidikan S3 adalah 0% atau nihil. Dari data tersebut disimpulkan bahwa tingkat pendidikan S1 memayoritasi pegawai di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten sehingga apabila dikaji dan dihubungkan dengan kinerja, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
106
Banten memiliki sumber daya yang cukup potensial. Pada level ini umumnya diduduki oleh staf pelaksana. Pada tingkat pendidikan S2 diduduki oleh anggota komisioner, kepala bidang dan kepala sub bidang yang bila dikaji dengan kinerja akan memberi ilmu, pengetahuan wawasan, pengalaman kepada pegawai dengan tingkat pendidikan dibawahnya. Pada tingkat pendidikan SMA atau D1/D2/D3 pegawai umumnya memiliki masa kerja lebih dari 5 tahun. Dalam perekrutan pegawai Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten didasari oleh kebutuhan akan pegawai dengan kompetensi pendidikan tertentu yang diarahkan dalam suatu jabatan dalam formasi. Dalam hal ini lebih diprioritaskan bagi seseorang yang memiliki ijazah S1 kerena danya tuntutan zaman yang mengharuskan pengawai lebih meningkatkan kemampuannya melalui pendidikan formal. Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki akan mempengaruhi kapabilitas kinerja pegawai yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi kinerja organisasi. Diagram 4.4 Identitas Responden Berdasarkan Masa Kerja 5% (2 2% responden) (1 responden)
12% (5 responden) Kurang dari 1 tahun 1-2 tahun
54% (22 responden)
2-3 tahun 4-5 tahun 27% (11 responden)
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
lebih dari 5 tahun
107
Berdasarkan diagram 4.4 diatas untuk memudahkan peneliti dalam mengelola data, tingkat pendidikan dibagi menjadi lima kelompok yaitu masa kerja kurang dari 1 tahun, masa kerja 1-2 tahun, 2-3 tahun, 4-5 tahun dan lebih dari 5 tahun. Dari hasil pengelolaan 41 sampel diketahui bahwa masa kerja kurang dari 1 tahun sebanyak 5% atau 2 responden, masa kerja 1-2 tahun sebanyak 2% atau 1 responden, masa kerja 2-3 tahun sebanyak 12% atau 5 responden, masa kerja 4-5 tahun sebanyak 27% atau 11 responden dan masa kerja lebih dari 5 tahun 54% atau 22 responden. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa masa kerja yang memayoritasi pegawai di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten adalah lebih dari 5 tahun dengan persentase 54% atau 22 responden. Untuk pegawai dengan masa kerja lebih dari 5 tahun diduduki oleh kepala bagian dan sub bagian sedangkan untuk anggota komisioner umumnya memiliki masa kerja 2-3 tahun. Pegawai di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten terdiri dari pegawai organik atau pegawai yang berasal dari pusat sebanyak 29 orang, yang berasal dari daerah sebanyak 6 orang dan pegawai honor sebanyak 1 orang. Untuk pengisian jabatan sekertaris dilakukan dengan lelang jabatan sedangkan untuk anggota komisioner dilakukan pergantian setiap 5 tahun.
4.3.2 Tanggapan Responden Atas Kuesioner Selanjutnya peneliti akan mendeskripsikan data hasil obsevasi peneliti melalui penyebaran kuesioner kepada responden di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten untuk mengetahui tanggapan responden mengenai
108
bagaimana pengaruh modal sosial dan budaya organisasi terhadap kinerja organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Dalam kuesioner yang disebarkan terdiri dari 59 butir pernyataan dengan 4 alternatif jawaban yakni sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Dalam 59 butir pernyataan itu terdapat indikator yang dijadikan alat ukur dalam penelitian ini. Untuk variabel modal sosial (X1) terdiri dari jaringan sosial/kerja, kepercayaan antara sesama dan ketaatan terhadap norma. Pada variabel budaya organisasi (X2) terdiri inovasi dan keberanian mengambil resiko, perhatian terhadap detail, berorientasi kepada hasil, berorientasi kepada manusia, berorientasi kepada tim, agresifitas, stabilitas. Sedangkan kinerja organisasi (Y) terdiri dari perspektif stakeholder, perspektif proses internal, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran dan perspektif keuangan.
4.3.2.1 Analisis Item Pernyataan Variabel Modal Sosial (X1) Dalam variabel modal sosial (X1), peneliti mengajukan 16 pernyataan kepada 41 responden. Pernyataan tersebut disusun berdasarkan sub indikator dari indikator
indikator
yang
terdapat
dalam
grand
teory
pada
Bab
II.
Untuk menjabarkan hasil jawaban dari para responden tersebut, peneliti menguraikan dalam bentuk diagram disertai pemaparan dan kesimpulan berdasarkan pernyataan pernyataan yang telah peneliti susun sebelumnya yang dituangkan dalam bentuk kuesioner. Adapun diagram dari pernyataaan-pernyataan tersebut adalah sebagai berikut:
109
4.3.2.1.1 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-1 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait jaringan sosial/kerja yang kuat telah terjalin di antara pegawai. Diagramnya adalah sebagai berikut: Diagram 4.5 Tanggapan Responden Terkait Jaringan Sosial/Kerja Kuat Terjalin Diantara Pegawai
10% (4 responden)
0% (0 responden) 24% (10 responden)
Sangat Setuju Setuju
66% (27 responden)
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.5 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait jaringan sosial/kerja yang kuat telah terjalin diantara pegawai, dapat disimpulkan bahwa 10 responden menyatakan sangat setuju, 27 responden menyatakan setuju, 4 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 37 orang. Hal ini menunjukan bahwa bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Hubungan sosial/kerja di Komisi Pemilihan Umum
110
(KPU) Provinsi Banten dilandaskan rasa saling percaya dan dilandaskan aturan kerja yang normatif. Terdapat peraturan yang mendasari hubungan sosial/kerja mereka seperti sharing komando terhadap sekertaris, kepala bagian, kepala sub bagian dan terhadap komisioner. Akan tetapi ada 4 responden yang tidak setuju dengan pernyataan ini, hal ini dikarenakan mereka beranggapan bahwa masih terdapat pegawai yang tidak menjalin hubungan sosial/kerja berdasarkan aturan kerja karena terdapat pegawai yang melanggar aturan, sehingga hubungan kerja yang terjalin belum sepenuhnya kuat terjalin.
4.3.2.1.2 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-2 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait hubungan kerjasama pegawai dengan rekan kerja. Diagramnya adalah sebagai berikut: Diagram 4.6 Tanggapan Responden Terkait Hubungan Kerjasama Pegawai Dengan Rekan Kerja
0% 7% (0 responden) (3 responden)
17% (7 responden) Sangat Setuju Setuju
76% (31 responden)
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
111
Berdasarkan diagram 4.6 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai telah melakukan hubungan kerjasama yang baik antara rekan kerja, dapat disimpulkan bahwa 7 responden menyatakan sangat setuju, 31 responden menyatakan setuju, 3 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 38 orang. Hal ini menunjukan bahwa bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Hubungan kerja sama yang baik yang dilakukan ditandai dengan pegawai yang melakukan kerjasama dalam hal pekerjaan, ini ditunjukan dengan adanya kerja sama antara atasan dan bawahan. Koordinasi antara pegawai merupakan wujud kerja sama karena pekerjaan di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten selalu mengacu pada waktu. Selain itu apabila ada pegawai yang berhalangan hadir dengan alasan yang jelas maka pegawai lain akan menolong pegawai tersebut untuk menyelesaikan pekerjaannya karena hal yang dilihat adalah dari sisi pencapaian kinerja institusi. Akan tetapi ada 3 responden yang tidak setuju dengan pernyataan ini karena responden merasa masih terhadap gap atau batasan antara atasan, bawahan dan komisioner sehingga tidak memungkinkan untuk menjalin hubungan kerja sama yang baik antara pegawai. Batasan ini muncul karena adanya keterbatasasn komunikasi, untuk pegawai sendiri yang merupakan pegawai negeri sipil selalu ada di kantor berbeda dengan komisioner yang sifatnya tentatif ada di kantor. Hal ini menyebabkan responden tidak bisa melalukan kerja sama yang baik.
112
4.3.2.1.3 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-3 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait motivasi pegawai untuk memperkuat jaringan sosial/kerja dengan pihak luar. Diagramnya adalah sebagai berikut: Diagram 4.7 Tanggapan Responden Terkait Motivasi Pegawai Untuk Memperkuat Jaringan Sosial/Kerja Dengan Pihak Luar
17% (7 responden)
0% (0 responden)
15% (6 responden) Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju
68% (28 responden)
Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.7 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai memiliki motivasi pegawai untuk memperkuat jaringan sosial/kerja dengan pihak luar, dapat disimpulkan bahwa 6 responden menyatakan sangat setuju, 28 responden menyatakan setuju, 7 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 34 orang. Hal ini menunjukan bahwa bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. hubungan kerja sama
113
dengan pihak luar adalah hal penting untuk Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten karena institusi ini harus melakukan sosilisasi pemilu terhadap masyarakat, membina hubungan baik dengan partai politik dan institusi terkait yang mendukung berjalannya penyelenggaran pemilu. Akan tetapi ada 7 responden yang tidak setuju dengan pernyataan ini karena responden merasa terdapat pegawai yang belum bisa melakukan komunikasi publik sehingga sulit melakukan hubungan dengan pihak luar.
4.3.2.1.4 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-4 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait informasi pencapaian kinerja tiap bagain tersebar merata pada seluruh lapisan pegawai. Diagramnya adalah sebagai berikut: Diagram 4.8 Tanggapan Responden Terkait Informasi Pencapaian Kinerja Tiap Bagian Tersebar Merata Pada Seluruh Lapisan Pegawai
15% (6 responden)
7% (3 responden)
2% (1 responden)
Sangat Setuju Setuju 76% (31 responden)
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
114
Berdasarkan diagram 4.8 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait informasi pencapaian kinerja tiap bagian tersebar merata pada seluruh lapisan pegawai, dapat disimpulkan bahwa 3 responden menyatakan sangat setuju, 31 responden menyatakan setuju, 6 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 34 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Dalam pencapaian informasi kinerja tiap bagian merata kepada seluruh pegawai hal ini dikarenakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten bekerja sesuai dengan tahapan dan waktu yang telah di tetapkan sehingga kerjasama dan komunikasi akhirnya tersebar secara merata pada seluruh pegawai. Kerjasama yang dilakukan tiap bagian baik bagian program data organisasi dan sdm, bagian keuangan umum dan logistik, bagian hukum, teknis dan humas dalam penyelengaraan pemilu berdasarkan tugas, pokok dan fungsi. Akan tetapi jika dikumulatifkan terdapat 7 responden yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju dengan pernyataan ini, hal ini dikarenakan ada pegawai yang acuh tak acuh dan tidak mau menjalin kerja sama dan komunikasi dengan bagian lain. Pegawai juga merasa masih terdapat gap atau batasan antara kepala bagian, kepala sub bagian dan komisioner. Sehingga terdapat informasi yang tidak diketahui oleh beberapa pegawai yang ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten.
115
4.3.2.1.5 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-5 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai melakukan kegiatan informal (rekreasi, makan siang di luar) untuk meningkatkan hubungan kedekatan antara rekan kerja. Diagramnya adalah sebagai berikut: Diagram 4.9 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Melakukan Kegiatan Informal Untuk Meningkatkan Hubungan Kedekatan Antar Rekan Kerja
3% (1 responden)
17% (7 responden)
34% (14 responden)
Sangat Setuju 46% (19 responden)
Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.9 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai melakukan kegiatan informal untuk meningkatkan hubungan kedekatan antara rekan kerja, dapat disimpulkan bahwa 7 responden menyatakan sangat setuju, 19 responden menyatakan setuju, 14 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 26 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Kegiatan ini dilakukan untuk
116
membina hubungan kekeluargaan yang di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Hasil dari kegiatan ini adalah membangkitkan semangat kinerja pegawai. Contoh lain kegiatan yang dilakukan adalah dengan ikut berpartisipasi dalam kegiatan futsal yang mengikutsertakan pegawai Komisi Pemilihan Umum (KPU) daerah lain. Akan tetapi jika dikumulatifkan terdapat 15 responden yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju dengan pernyataan ini karena responden merasa tidak ada dana untuk kegiatan seperti itu.
4.3.2.1.6 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-6 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai memberikan ide dan gagasan dalam mengembangkan jaringan sosial/kerja. Diagramnya adalah sebagai berikut: Diagram 4.10 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Memberikan Ide dan Gagasan Dalam Mengembangkan Jaringan Sosial/Kerja
5% (2 responden)
2% (1 responden) 27% (11 responden)
66% (27 responden)
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
117
Berdasarkan diagram 4.10 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait terkait pegawai memberikan ide dan gagasan dalam mengembangkan jaringan sosial/kerja, dapat disimpulkan bahwa 11 responden menyatakan sangat setuju, 27 responden menyatakan setuju, 2 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 38 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Responden merasa diberi kebebasan untuk mengembangkan ide ataupun gagasan untuk membina hubungan sosial/kerja baik dalam sisi internal di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten maupun dengan stakeholder terkait seperti masyarakat untuk mensosialisasikan penyelenggaraan pemilu atau data pemilih, dengan hubungan dengan partai politik atau pun hubungan dengan intansi terkait seperti bawaslu selama tidak bertentangan dengan aturan yang ada. Akan tetapi jika dikumulatifkan terdapat 3 responden yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju dengan pernyataan ini hal ini dikarenakan pegawai merasa tidak diberi kebebasan untuk mengembangkan ide, gasasan komunikasi atau hubungan dengan secara terbuka dengan pihak lain.
4.3.2.1.7 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-7 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait setiap pegawai saling percaya dengan pegawai lain. Diagramnya adalah sebagai berikut:
118
Diagram 4.11 Tanggapan Responden Terkait Setiap Pegawai Saling Percaya Dengan Pegawai Lain
15% (6 responden)
0% (0 responden)
19% (8 responden) Sangat Setuju Setuju
66% (27 responden)
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.11 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait terkait setiap pegawai saling percaya dengan pegawai lain, dapat disimpulkan bahwa 8 responden menyatakan sangat setuju, 27 responden menyatakan setuju, 6 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 35 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Responden merasa percaya dengan pegawai lain karena pegawai melakukan hubungan yang rutin dan komunikasi yang baik sehingga terjalin kepercayaan satu sama lain. Dalam hal pekerjaan kepercayaan yang timbul adalah dengan memberikan kepercayaan untuk menjalankan tugas atau
119
pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan kompetensi yang telah dimiliki oleh pegawai. Akan tetapi terdapat 6 responden yang menjawab tidak setuju dengan pernyataan ini hal ini dikarenakan responden merasa masih terdapat pegawai yang melanggar aturan dan tidak melaksanakan pekerjaan dengan baik sehingga muncul rasa tidak percaya dengan pegawai lain.
4.3.2.1.8 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-8 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait antara pegawai saling percaya dengan anggota komisioner. Diagramnya adalah sebagai berikut: Diagram 4.12 Tanggapan Responden Terkait Antara Pegawai Saling Percaya Dengan Anggota Komisioner 0% (0 responden)
7% (3 responden)
29% (12 responden)
Sangat Setuju 64% (26 responden)
Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
120
Berdasarkan diagram 4.12 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait antara pegawai saling percaya dengan anggota komisioner, dapat disimpulkan bahwa 3 responden menyatakan sangat setuju, 26 responden menyatakan setuju, 12 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 29 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Responden merasa percaya dengan komisioner menunjukan telah terjalin komunikasi yang baik antara pegawai dengan komisioner. Baik antara pegawai dan komisioner membuka diri untuk saling percaya, bekomunikasi dan bekerja sama dalam hal pekerjaan. Sehingga pegawai dengan komisioner dapat bekerja sama untuk mencapai visi dan misi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Akan tetapi terdapat 12 responden yang menjawab tidak setuju dengan pernyataan ini hal ini dikarenakan komisioner yang tentatif tidak berada dikantor setiap hari sehingga ada batasan komunikasi terhadap bawahan. Komisioner lebih sering berhubungan dan berkomunikasi dengan sekertaris, kepala bagian dan kepala sub bagian.
4.3.2.1.9 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-10 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait saling membantu dalam menyelesaikan pekerjaan merupakan gambaran kepercayaan yang cukup tinggi. Diagramnya adalah sebagai berikut:
121
Diagram 4.13 Tanggapan Responden Terkait Saling Membantu Dalam Menyelesaikan Pekerjaan Merupakan Gambaran Kepercayaan Yang Cukup Tinggi
12% (5 responden)
0% (0 responden)
15% (6 responden)
Sangat Setuju Setuju 73% (30 responden)
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.13 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait saling membantu dalam menyelesaikan pekerjaan merupakan gambaran kepercayaan yang cukup tinggi, dapat disimpulkan bahwa 6 responden menyatakan sangat setuju, 30 responden menyatakan setuju, 5 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 36 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Dalam hal pekerjaan apabila ada pegawai yang kesulitan untuk melakukan pekerjaan maka pegawai lain akan membantu untuk mengajari dan memberikan ilmu kepada pegawai lain. Selain itu apabila pegawai ada yang berhalangan hadir karena alasan yang jelas maka pegawai lain akan membantu
122
untuk menyelesaikan pekerjaannya. Hal ini dilakukan agar kinerja institusi tidak terbengkalai karena kinerja di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten berpacu berdasarkan tahapan waktu. Akan tetapi terdapat 5 responden yang menjawab tidak setuju dengan pernyataan ini hal ini dikarenakan responden merasa beban pekerjaan yang ada tidak pernah dibantu oleh pegawai lain sehingga gambaran kepercayaan belum cukup tinggi.
4.3.2.1.10 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-11 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait saling percaya
menyebabkan
rasa
kekeluargaan
diantara
anggota
organisasi.
Diagramnya adalah sebagai berikut: Diagram 4.14 Tanggapan Responden Terkait Saling Percaya Antara Pegawai Menyebabkan Rasa Kekeluargaan Diantara Anggota Organisasi
0% 5% (0 responden) (2 responden)
56% (23 responden)
39% (16 responden)
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
123
Berdasarkan diagram 4.14 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait saling percaya menyebabkan rasa kekeluargaan diantara anggota organisasi, dapat disimpulkan bahwa 16 responden menyatakan sangat setuju, 23 responden menyatakan setuju, 2 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 39 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Responden setuju sikap saling percaya yang ditunjukan anggota organisasi akan membuat rasa kekeluargaan yang terjalin di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Rasa kekeluargaan ini juga membuat pegawai dengan mudah melakukan kerja sama dalam hal menyelesaikan pekerjaan karena akan ada saling membantu apabila pegawai mengalami kesulitan dalam bekerja. Akan tetapi terdapat 2 responden yang menjawab tidak setuju dengan pernyataan ini hal ini dikarenakan responden merasa tidak percaya dengan pegawai lain sehingga rasa kekeluargaan, hubungan dan komunikasi belum terjalin antara anggota organisasi.
4.3.2.1.11 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-12 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait kepercayaan mampu meminimalisir konflik horizontal antara pegawai. Diagramnya adalah sebagai berikut:
124
Diagram 4.15 Tanggapan Responden Terkait Kepercayaan Mampu Meminimalisir Konflik Horizontal Antara Pegawai
7% (3 responden)
0% (0 responden) 25% (10 responden)
Sangat Setuju
68% (28 responden)
Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.15 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait kepercayaan mampu meminimalisir konflik horizontal antara pegawai, dapat disimpulkan bahwa 10 responden menyatakan sangat setuju, 28 responden menyatakan setuju, 3 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 38 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Responden setuju dengan adanya kepercayaan yang terjalin antara pegawai di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten dapat meningkatkan
komunikasi,
hubungan
yang
terjalin.
Kepercayaan
dapat
meminimalisir konflik horizontal karena hubungan yang terjalin, namun apabila
125
memang ada konflik yang terjalin itu sifatnya hanya sementara dan akan diselesaikan dalam forum. Kepercayaan yang ada juga dapat mempermudah pekerjaan, karena pegawai merasa diberi kepercayaan untuk mengerjakan sesuatu sesuai dengan skill atau kemampuan mereka. Akan tetapi ada 3 responden yang tidak setuju dengan pernyataan ini hal ini dikarenakan menurut responden kepercayaan belum sepenuhnya terjalin di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten.
4.3.2.1.12 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-13 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten memiliki peraturan tertulis untuk mengatur aktivitas pegawai. Diagramnya adalah sebagai berikut: Diagram 4.16 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Memiliki Peraturan Tertulis Untuk Mengatur Aktivitas Pegawai
5% 3% (2 responden) (1 responden) 29% (12 responden) 63% (26 responden)
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
126
Berdasarkan diagram 4.16 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten memiliki peraturan tertulis untuk mengatur aktivitas pegawai, dapat disimpulkan bahwa 12 responden menyatakan sangat setuju, 26 responden menyatakan setuju, 2 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 38 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Peraturan tertulis yang ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten diantaranya adalah peraturan terkait pegawai negeri sipil, peraturan terkait penyelenggaraan pemilu, pertauran kode etik dll. Itu semua merupakan pertaturan tertulis yang harus dipatuhi baik oleh pegawai ataupun bagi komisioner. Akan tetapi ada 3 responden jika dikumulatifkan menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju pada pernyataan ini hal ini dikarenakan meskipun memiliki peraturan tertulis masih ada pegawai yang melanggar peraturan sehingga aturan yang ada hanya sebatas aturan dan tidak ada sangsi yang tegas apabila melanggar peraturan tersebut.
4.3.2.1.13 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-15 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai mematuhi peraturan di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Diagramnya adalah sebagai berikut:
127
Diagram 4.17 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Mematuhi Peraturan Di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten 2% (1 responden)
10% (4 responden)
5% (2 responden) Sangat Setuju Setuju
83% (34 responden)
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.17 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai mematuhi peraturan di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten, dapat disimpulkan bahwa 2 responden menyatakan sangat setuju, 34 responden menyatakan setuju, 4 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 36 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Responden merasa pegawai sudah mematuhi peraturan yang ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Selain itu responden juga menjalankan peraturan terkait penyelenggaran pemilihan umum sesuai
128
dengan undang undang kendati perubahan regulasi penyelenggaran pemilihan umum berubah sangat cepat. Akan tetapi terdapat 5 responden yang jika dikumulatifkan menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju dengan pernyataan ini karena perubahan peraturan atau regulasi terkait penyelenggaraan pemilu yang cepat membuat sebagian pegawai belum memahami aturan tersebut, sehingga ada pagawai yang melanggar aturan karena ketidakpahaman atas peraturan tersebut.
4.3.2.1.14 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-16 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait peraturan di Komisi Umum Provinsi (KPU) Provinsi Banten diterima baik oleh seluruh pegawai. Diagramnya adalah sebagai berikut: Diagram 4.18 Tanggapan Responden Terkait Peraturan Di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Diterima Baik Oleh Seluruh Pegawai
12% 7% 3% (5 responden) (3 responden) (1 responden)
Sangat Setuju Setuju 78% (32 responden)
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
129
Berdasarkan diagram 4.18 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait peraturan di Komisi Umum Provinsi (KPU) Provinsi Banten diterima baik oleh seluruh pegawai, dapat disimpulkan bahwa 5 responden menyatakan sangat setuju, 32 responden menyatakan setuju, 3 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 37 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Pada umumnya peraturan dapat diterima baik oleh pegawai, pegawai mematuhi dan melaksanaan peraturan terkait penyelenggaraan pemilu kendati perubahan pada peraturan atau regulasi tersebut berubah dengan cepat. Akan tetapi ada 4 responden yang jika dikumulatifkan menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju dengan pernyataan ini. Pegawai merasa tidak diberi kesempatan untuk mendalami regulasi, internalisasi regulasi dan konsolidasi regulasi karena di saat yang bersamaan pegawai dan komisioner harus mengimplementasikan regulasi atau peraturan atas perubahan penyelenggaraan pemilu sehingga perlu waktu untuk menerima dan memahami peraturan atau regulasi yang ada.
4.3.2.1.15 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-17 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait kepatuhan pegawai pada peraturan mampu menjaga sistem yang terbangun di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Diagramnya adalah sebagai berikut:
130
Diagram 4.19 Tanggapan Responden Terkait Kepatuhan Pegawai Pada Peraturan Mampu Menjaga Sistem Yang Terbangun Di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
3% (1 responden)
0% (0 responden)
7% (3 responden)
Sangat Setuju Setuju 90% (37 responden)
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.19 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait kepatuhan pegawai pada peraturan mampu menjaga sistem yang terbangaun di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten, dapat disimpulkan bahwa 3 responden menyatakan sangat setuju, 37 responden menyatakan setuju, 1 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 40 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Pada umumnya kepatuhan pegawai pada peraturan mampu menjaga sistem yang terbangun di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Pegawai dan komisioner bekerja sama untuk mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. Peraturan yang ada mampu menjaga stabilitas agar kinerja
131
pegawai dapat sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan. Dari peraturan ini pula tercipta sistem kerjasama baik antara pegawai ataupun pegawai dengan komisioner di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi. Akan tetapi ada 1 responden yang menjawab tidak setuju dengan pernyataan ini hal ini dikarenakan masi ada pegawai yang tidak mematuhi pertaturan sehingga sistem kerjasama yang terbangun belum berjalan dengan baik.
4.3.2.1.16 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-18 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait kepatuhan pegawai pada peraturan mempermudah Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten memiliki tata organisasi yang baik. Diagramnya adalah sebagai berikut: Diagram 4.20 Tanggapan Responden Terkait Kepatuhan Pegawai Pada Peraturan Mempermudah Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Memiliki Tata Kelola Organisasi Yang Baik
7% (3 responden)
0% (0 responden)
20% (8 responden) Sangat Setuju
73% (30 responden)
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
132
Berdasarkan diagram 4.20 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait kepatuhan pegawai pada peraturan mempermudah Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten memiliki tata organisasi yang baik, dapat disimpulkan bahwa 8 responden menyatakan sangat setuju, 30 responden menyatakan setuju, 3 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 38 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Kepatuhan pegawai pada peraturan mampu mengelola organisasi karena dari aturan tersbut akan tercipta hubungan dan kerja sama yang terjalin antara semua anggota organisasi. Apabila semua mematuhi peraturan akan mempermudah untuk mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. Akan tetapi ada 3 responden yang menjawab tidak setuju dengan pernyataan ini hal ini dikarenakan masih terdapat pegawai yang belum mematuhi peraturan sehingga tata kelola organisasi belum sepenuhnya berjalan. Masih terdapat pegawai yang melanggar aturan menyebabkan pegawai tersebut tidak melakukan tugas dan fungsi pokok dari pekerjaannya.
4.3.2.2 Analisis Item Pernyataan Variabel Budaya Organisasi (X2) Dalam variabel budaya organisasi (X2), peneliti mengajukan 28 pernyataan kepada 41 responden. Pernyataan tersebut disusun berdasarkan sub indikator dari indikator indikator yang terdapat dalam grand teory pada Bab II.
133
Untuk menjabarkan hasil jawaban dari para responden tersebut, peneliti menguraikan dalam bentuk diagram disertai pemaparan dan kesimpulan berdasarkan pernyataan pernyataan yang telah peneliti susun sebelumnya yang dituangkan dalam bentuk kuesioner. Adapun diagram dari pernyataaan-pernyataan tersebut adalah sebagai berikut:
4.3.2.2.1 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-19 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai memiliki cara efektif untuk menyelesaikan pekerjaan secara optimal. Diagramnya adalah sebagai berikut: Diagram 4.21 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Memiliki Cara Efektif Untuk Menyelesaikan Pekerjaan Secara Optimal
5% (2 responden)
2% (1 responden)
15% (6 responden) Sangat Setuju Setuju
78% (32 responden)
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.21 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai memiliki cara efektif untuk
134
menyelesaikan pekerjaan secara optimal, dapat disimpulkan bahwa 6 responden menyatakan sangat setuju, 32 responden menyatakan setuju, 2 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 38 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Pegawai diberi kebebasan cara untuk menyelesaikan pekerjaannya mereka secara optimal selama tidak bertentangan dengan peraturan yang ada. Pekerjaan pegawai juga dikoreksi oleh kepala bagian atau kepala sub bagian. Pekerjaan pegawai juga selalu berpacu dengan waktu karena kinerja di Komisi
Pemilihan
Umum
(KPU)
selalu
berkaitan
dengan
tahapan
penyelenggaraan pemilu. Akan tetapi terdapat 3 responden yang jika dikumulatifkan tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan pegawai tidak diberi kebebasan untuk memilih cara yang efektif sesuai dengan kemauannya padahal pekerjaan mereka selalu berhubungan dengan waktu dan tahapan dalam penyelenggaraan
pemilihan
umum.
Sehingga
pegawai
merasa
tidak
menyelesaikan pekerjaan dengan optimal.
4.3.2.2.2 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-20 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai memiliki inovasi untuk mengembangkan cara kerja yang baik. adalah sebagai berikut:
Diagramnya
135
Diagram 4.22 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Memiliki Inovasi Untuk Mengembangkan Cara Kerja Yang Baik 2% (1 responden) 10% 5% (4 responden) (2 responden)
Sangat Setuju Setuju 83% (34 responden)
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.22 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai memiliki inovasi untuk mengembangkan cara kerja yang baik, dapat disimpulkan bahwa 4 responden menyatakan sangat setuju, 34 responden menyatakan setuju, 2 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 38 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Pegawai umumnya memiliki inovasi sendiri untuk mnyelesaikan pekerjaan selama tidak bertentangan dengan sop atau aturan dalam pekerjaan. Pegawai dalam mengerjakan pekerjaan selalu sesuai dengan rencana dan target kerja, misalnya apabila sebuah pekerjaan dituntut untuk selesai selama
136
2 hari maka tidak akan tambahan hari untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Sehingga inovasi untuk mengembangkan cara kerja yang baik itu sangat diperlukan. Akan tetapi terdapat 3 responden yang jika dikumulatifkan tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan pegawai memiliki keterbatasan kemampuan dalam mengembangkan cara kerja untuk lebiih baik lagi.
4.3.2.2.3 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-21 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalah pekerjaan sendiri sesuai dengan peraturan yang berlaku. Diagramnya adalah sebagai berikut: Diagram 4.23 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Diberi Kesempatan Untuk Menyelesaikan Masalah Pekerjaan Sendiri Sesuai Dengan Peraturan
17% (7 responden)
2% (1 responden)
15% (6 responden)
Sangat Setuju Setuju 66% (27 responden)
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
137
Berdasarkan diagram 4.23 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai pegawai diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalah pekerjaan sendiri sesuai dengan peraturan yang berlaku, dapat disimpulkan bahwa 6 responden menyatakan sangat setuju, 27 responden menyatakan setuju, 7 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 33 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Pegawai umumnya diberi kebebasan untuk menyelesaikan pekerjaan mereka sendiri karena kinerja di Komisi Pemilihan Umum (KPU) selalu berkaitan dengan waktu, jadi selama pekerjaan itu selesai dan tidak bertentangan dengan aturan maka pegawai diberi kebebasan cara untuk menyelesaikan masalah pekerjaan mereka. Akan tetapi terdapat 8 responden yang jika dikumulatifkan tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan adanya keterbatasan pegawai untuk memahami pekerjaan sehingga apabila terdapat masalah maka pegawai akan berdiskusi dengan atasan untuk mencari solusi bersama atas masalah pekerjaan tersebut.
4.3.2.2.4 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-22 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai bersedia bertanggung jawab atas resiko yang dihadapi saat menyelesaikan pekerjaan. Diagramnya adalah sebagai berikut:
138
Diagram 4.24 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Bersedia Bertanggung Jawab Atas Resiko Yang Dihadapi Saat Menyelesaikan Pekerjaan
17% (7 responden)
0% (0 responden)
22% (9 responden) Sangat Setuju Setuju
61% (25 responden)
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.24 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai bersedia bertanggung jawab atas resiko yang dihadapi saat menyelesaikan pekerjaan, dapat disimpulkan bahwa 9 responden menyatakan sangat setuju, 25 responden menyatakan setuju, 7 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 34 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Umumnya pegawai bersedia bertanggung jawab atas resiko pekerjaan yang dihadapi karena mengacu pada aturan atau perintah yang ada dari atasan. Tanggung jawab pegawai atas pekerjaan merupakan hal penting untuk mencapai visi dan misi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
139
karena pada isntitusi ini memiliki pekerjaan dengan waktu atau tahapan penyelenggaran pemilihan umum yang sudah pasti, jadi tanggung jawab pegawai dan unsur terkait atas resiko pekerjaan sangat diperlukan. Akan tetapi terdapat 7 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan masih terdapat pegawai yang melanggar aturan dan tidak bertanggung jawab atas pekerjaan mereka karena keterbatasan kemampuan atau skill yang dimiliki.
4.3.2.2.5 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-23 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai selalu memperhatikan setiap rincian pekerjaannya. Diagramnya adalah sebagai berikut: Diagram 4.25 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Selalu Memperhatikan Setiap Rincian Pekerjaannya
10% 2% (4 responden) (1 responden)
7% (3 responden) Sangat Setuju Setuju
81% (33 responden)
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
140
Berdasarkan diagram 4.25 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai selalu memperhatikan setiap rincian pekerjaannya, dapat disimpulkan bahwa 3 responden menyatakan sangat setuju, 33 responden menyatakan setuju, 4 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 36 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Umumnya pegawai di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten selalu memperhatikan rincian pekerjaan, contohnya adalah pada tahapan pendaftaran calon peserta pemilihan umum
yang diharusakan
menyertakan fotocopy ijazah, pegawai memperhatikan rincian tersebut dengan cara mengharuskan fotocopy ijazah dengan stampel basah, tidak hanya sekedar fotocopy ijazah biasa agar keaslian ijazah tersebut terjamin. Akan tetapi terdapat 5 responden yang jika dikumulatifkan tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan masih terdapat pegawai yang belum sepenuhnya memahami peraturan atas pekerjaan yang hadapinya, sehingga tidak jarang pegawai tidak memperhatikan rincian pekerjaan mereka.
4.3.2.2.6 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-24 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai menekankan ketelitian dalam menyelesaikan pekerjaan. Diagramnya adalah sebagai berikut:
141
Diagram 4.26 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Menekankan Ketelitian Dalam Menyelesaikan Pekerjaan 10% (4 responden) 10% 0% (4 responden) (0 responden)
Sangat Setuju Setuju 80% (33 responden)
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.26 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai menekankan ketelitian dalam menyelesaikan pekerjaan, dapat disimpulkan bahwa 4 responden menyatakan sangat setuju, 33 responden menyatakan setuju, 4 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 37 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Ketelitian dalam pekerjaan dalam pekerjaan adalah hal penting untuk menghasilkan hasil kerja yang sesuai dengan target dan output yang baik. Pegawai ada tahap pelaksana mengerjakan pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan inovasi mereka dalam bekerja selama tidak bertentangan dengan
142
aturan. Kemudain pekerjaan mereka akan diperiksa secara rinci oleh Kepala Sub Bagian atau Kepala Bagian. Akan tetapi terdapat 4 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan masih terdapat pegawai yang tidak teliti dalam menyelesaikan pekerjaan kerena pegawai tidak memahami tugas fungsi dan pokok dari pekerjaan yang mereka hadapi. Selain itu terdapat keterbatasan kemampuan pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan.
4.3.2.2.7 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-25 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Diagramnya adalah sebagai berikut: Diagram 4.27 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Melakukan Pekerjaan Sesuai Dengan Prosedur Yang Telah Ditetapkan
7% (3 responden)
0% (0 responden) 27% (11 responden)
66% (27 responden)
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
143
Berdasarkan diagram 4.27 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, dapat disimpulkan bahwa 11 responden menyatakan sangat setuju, 27 responden menyatakan setuju, 3 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 38 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Pegawai memiliki sop dan aturan yang tegas dan jelas untuk menyelesaikan pekerjaan, apabila pegawai dituntut menyelesaikan pekerjaan dalam 2 hari maka pekerjaan itu harus sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Pekerjaan yang sesaui prosedur inilah yang kemudian dipahami dan dan menjadi nilai bersama untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Akan tetapi terdapat 3 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan pegawai mengangap aturan dan prosedur itu hanya sesuatu yang ada tanpa dipahami oleh seluruh pegawai yang ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Jadi masih menurut responden masih ada pegawai yang tidak bekerja sesuai dengan prosedur yang ditetepkan.
4.3.2.2.8 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-26 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait kompetensi kerja pegawai merupakan hal utama di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Diagramnya adalah sebagai berikut:
144
Diagram 4.28 Tanggapan Responden Terkait Kompetensi Kerja Pegawai Merupakan Hal Utama di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
17% (7 responden)
0% (0 responden) 29% (12 responden)
54% (22 responden)
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.28 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait kompetensi kerja pegawai merupakan hal utama di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi, dapat disimpulkan bahwa 12 responden menyatakan sangat setuju, 22 responden menyatakan setuju, 7 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 34 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Kompetensi atau kemapuan pegawai merupakan hal penting yang ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten sehingga untuk meningkatkan kompetensi yang dimiliki pegawai melakukan diklat atau pendidikan pelatihan yang diadakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI
145
yang secara regular bergilir dengan pegawai yang belum memenuhi kompetensi. Contoh pelatihan untuk meningkatkan kompetensi adalah pelatihan untuk peranan sistem informasi data pemilih atau pelatihan manejerial. Akan tetapi terdapat 7 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan masih banyak pegawai yang bekerja tidak sesuai dengan kompetensi sehingga meskipun sudah diadakan pelatihan masih terdapat pegawai yang sepenuhnya memahami fungsi dan tugas pokok pekerjaannya.
4.3.2.2.9 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-27 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten membuat target kerja sebagai panduan bagi pekerja. Diagramnya adalah sebagai berikut: Diagram 4.29 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Membuat Target Kerja Sebagai Panduan Bagi Pekerja
10% (4 responden)
0% (0 responden)
10% (4 responden) Sangat Setuju Setuju
80% (33 responden)
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
146
Berdasarkan diagram 4.29 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten membuat target kerja sebagai panduan bagi pekerja, dapat disimpulkan bahwa 4 responden menyatakan sangat setuju, 33 responden menyatakan setuju, 4 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 37 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten membuat target kerja dan tahapan bagi pegawai untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Target kerja itu merupakan hal penting karena Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten memiliki tahapan dan kepastian waktu yang jelas untuk menyelenggarakan pemilihan umum. Target kerja itulah yang kemudian yang menjadi acuan dalam bekerja. Akan tetapi terdapat 4 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan masih terdapat pegawai yang bekerja tidak sesuai dengan target kerja sehingga tidak jarang pekerjaan menjadi tidak sesuai target yang ditetapkan.
4.3.2.2.10 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-28 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai bekerja dengan sungguh sungguh untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Diagramnya adalah sebagai berikut:
147
Diagram 4.30 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Bekerja Dengan Sungguh Sungguh Untuk Menyelesaikan Pekerjaan Sesuai Dengan Waktu Yang Ditetapkan
12% (5 responden)
0% (0 responden)
7% (3 responden) Sangat Setuju Setuju
81% (33 responden)
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.30 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai bekerja dengan sungguh sungguh untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditetapkan, dapat disimpulkan bahwa 3 responden menyatakan sangat setuju, 33 responden menyatakan setuju, 5 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 36 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Pegawai dituntut untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditetapkan karena di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten tahapan pencalonan ataupun penyelenggaran pemilihan umum memiliki batas waktu dan target penyelenggaran yang jelas. Sehingga tidak jarang
148
pegawai dan anggota komisioner bekerja di luar waktu kerja untuk menyelesaikan pekerjaan akan selesai dengan tepat waktu. Akan tetapi terdapat 5 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan masih ada pegawai yang tidak memiliki kemampuan yang cukup baik sehingga tidak jarang pekerjaan tidak selesai dengan tepat waktu.
4.3.2.2.11 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-29 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait satuan perangkat kerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah menghasilkan kualitas hasil kinerja sesuai dengan target yang ditentukan. Diagramnya adalah sebagai berikut: Diagram 4.31 Tanggapan Responden Terkait Satuan Perangkat Kerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Telah Menghasilkan Kualitas Hasil Kinerja Sesuai Dengan Target Yang Ditentukan
15% (6 responden)
7% 0% (0 responden) (3 responden)
Sangat Setuju Setuju 78% (32 responden)
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
149
Berdasarkan diagram 4.31 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait satuan perangkat kerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah menghasilkan kualitas hasil kinerja sesuai dengan target yang ditentukan, dapat disimpulkan bahwa 3 responden menyatakan sangat setuju, 32 responden menyatakan setuju, 6 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 35 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Pekerjaan yang dilakukan pegawai selain berpacu dengan waktu yang ditetapkan juga dituntut untuk menghasilkan kualitas pekerjaan sesuai dengan standar target yang ditetapkan karena kepuasan stakeholder baik masyarakat, partai politik atau instansi terkait dalam penyelenggaaraan pemilihan umum merupakan hal utama dan tercantum dalam visi dan misi. Akan tetapi terdapat 6 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan masih ada pegawai yang tidak memiliki kompetensi dalam pekerjaan sehingga menghasilkan kualitas pekerjaan yang tidak sesaui dengan standar target yang telah ditetepkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten.
4.3.2.2.12 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-30 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai diberi kebebasan memilih cara yang dilakukan untuk mencapai hasil kinerja yang diharapkan. Diagramnya adalah sebagai berikut:
150
Diagram 4.32 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Diberi Kebebasan Memilih Cara Yang Dilakukan Untuk Mencapai Hasil Kinerja Yang Diharapkan 3% (1 responden) 29% (12 responden)
5% (2 responden)
Sangat Setuju 63% (26 responden)
Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.32 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai diberi kebebasan memilih cara yang dilakukan untuk mencapai hasil kinerja yang diharapkan, dapat disimpulkan bahwa 2 responden menyatakan sangat setuju, 26 responden menyatakan setuju, 12 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 28 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Pegawai diberi kebebasan cara untuk menyelesaikan pekerjaan selama tidak bertentangan dengan aturan dan sop yang telah di tetapkan. Kebebasan ini membuat pegawai memiliki cara efektif untuk menghasilkan kinerja yang diharapkan oleh organisasi, kebebasan ini pula yang
151
membuat
pegawai
memiliki
inovasi
dan rasa tanggung jawab
untuk
menyelesaikan pekerjaan. Akan tetapi terdapat 13 responden yang jika dikumulatifkan tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan adanya target dan tahapan penyelenggaraan pemilu yang rinci membuat pegawai harus mematuhi aturan sehingga tidak diberi kebebasan untuk menyelesaikan pekerjaan secara bebas.
4.3.2.2.13 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-31 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai mematuhi setiap keputusan yang diambil dari hasil rapat pleno. Diagramnya adalah sebagai berikut: Diagram 4.33 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Mematuhi Setiap Keputusan Yang Diambil Dari Dasil Rapat Pleno
3% (1 responden) 7% (3 responden)
22% (9 responden) Sangat Setuju
68% (28 responden)
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
152
Berdasarkan diagram 4.33 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai mematuhi setiap keputusan yang diambil dari hasil rapat pleno, dapat disimpulkan bahwa 9 responden menyatakan sangat setuju, 28 responden menyatakan setuju, 3 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 37 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten apabila terdapat masalah yang belum diatur dalam undang undang atau peraturan maka akan dilakukan rapat pleno. Hasil dari rapat pleno itu merupakan sebuah produk hukum yang mengikat yang harus dipatuhi oleh pegawai ataupun komisioner. Keputusan tersebut akan mempunyai dampak positif bagi yang merasa diuntungkan dan akan memiliki dampak negatif bagi yang tidak diuntungkan. Akan tetapi terdapat 4 responden yang jika dikumulatifkan tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan terkadang masih ada pegawai yang melanggar atau tidak mematuhi hasil dari rapat pleno tersebut.
4.3.2.2.14 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-32 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai yang melanggar keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten dikenakan sanksi yang tegas. Diagramnya adalah sebagai berikut:
153
Diagram 4.34 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Yang Melanggar Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Dikenakan Sanksi Yang Tegas
22% (9 responden)
3% (1 responden)
7% ( 3 responden)
Sangat Setuju 68% (28 responden)
Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.34 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai yang melanggar keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten dikenakan sanksi yang tegas, dapat disimpulkan bahwa 3 responden menyatakan sangat setuju, 28 responden menyatakan setuju, 9 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 31 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Pegawai yang melanggar aturan akan dikenakan sanksi yang tegas hal ini dibuktikan saat ada pegawai yang tidak masuk dan kemudian dilakukan mosi. Selain itu komisioner apabila ada pegawai yang tidak mematuhi
154
peraturan akan ditegur keras di depan publik. Selain itu dalam rapat pleno pegawai tersebut juga akan ditegur. Akan tetapi terdapat 10 responden yang jika dikumulatifkan tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan tidak ada sangsi yang tegas karena pegawai dan komisioner mempunyai kedudukan yang sama.
4.3.2.2.15 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-33 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten berpengaruh positif terhadap pembinaan karakter pegawai. Diagramnya adalah sebagai berikut: Diagram 4.35 Tanggapan Responden Terkait Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Berpengaruh Positif Terhadap Pembinaan Karakter Pegawai
10% 2% 10% (4 responden) (1 responden) (4 responden)
Sangat Setuju Setuju 78% (32 responden)
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
155
Berdasarkan diagram 4.35 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten berpengaruh positif terhadap pembinaan karakter pegawai, dapat disimpulkan bahwa 4 responden menyatakan sangat setuju, 32 responden menyatakan setuju, 4 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 36 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Keputusan yang diambil berpengaruh kepada pembinaan pegawai karena akan menunjang kinerja pegawai tersebut sehingga sesuai dengan hasil yang diharapkan. Misalkan keputusan untuk pegawai mengikuti pelatihan atau diklat secara begiliran akan memberikan pemahaman terkait kinerja kinerja pegawai tersebut. Akan tetapi terdapat 5 responden yang jika dikumulatifkan tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan keputusan tersebut tidak berpengaruh terhadap kinerja yang dilakukan oleh pegawai, misalkan keputusan untuk pegawai mengikuti pelatihan tersebut justru terhalang kemampuan dari pegawai sehingga tidak memberi dampak positif.
4.3.2.2.16 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-34 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten mempertimbangkan kondisi setiap satuan kerja pegawai. Diagramnya adalah sebagai berikut:
156
Diagram 4.36 Tanggapan Responden Terkait Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Mempertimbangkan Kondisi Setiap Satuan Kerja Pegawai
24% (10 responden)
2% (1 responden)
15% (6 responden)
Sangat Setuju 59% (24 responden)
Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.36 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten mempertimbangkan kondisi setiap satuan kerja pegawai, dapat disimpulkan bahwa 6 responden menyatakan sangat setuju, 24 responden menyatakan setuju, 10 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 30 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Keputusan yang ada mempertimbangkan kondisi satuan pegawai yang ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provisni Banten, pegawai melakukan perkerjaan sesuai dengan aturan sop atau peraturan yang ada sehingga keputusan tersebut harus dipatuhi karena merupakan bagian dari tantangan kerja
157
yang harus dihadapi dalam kondisi apapun. Akan tetapi terdapat 11 responden yang jika dikumulatifkan tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan pegawai hanya mematuhi perintah atasan yakni sekertaris, sehingga pegawai tidak menganggap komisioner atasan karena itu adalah jabatan politis. Sehingga ada pegawai yang tidak mematuhi keputusan yang dibuat oleh komisioner.
4.3.2.2.17 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-35 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait tim kerja telah bekerja sama dengan baik dengan rekan kerja lain di Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten. Diagramnya adalah sebagai berikut: Diagram 4.37 Tanggapan Responden Terkait Tim Kerja Pegawai Telah Bekerja Sama Dengan Baik Dengan Rekan Kerja Lain di Komisi Pemilihan Umum Provinsi (KPU) Banten
15% (6 responden)
0% 14% (0 responden) (6 responden)
Sangat Setuju Setuju 71% (29 responden)
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
158
Berdasarkan diagram 4.37 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait tim kerja pegawai telah bekerja sama dengan baik dengan rekan kerja lain di Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten, dapat disimpulkan bahwa 6 responden menyatakan sangat setuju, 29 responden menyatakan setuju, 6 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 35 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Pegawai telah bekerja sama dengan baik dengan rekan kerja lain ditunjukan dengan adanya koordinasi terkait pekerjaan. Pegawai pelaksana menyelesaikan pekerjaan, kemudian pekerjaan tersebut diperiksa secara rinci oleh Kepala Bagian atau Kepala Sub Bagian yang terkoordinsai langsung oleh staff terkait. Akan tetapi terdapat 6 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan responden merasa kerja sama belum terjalin dengan baik di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten dibuktikan dengan tidak meratanya beban kerja yang ada. Selain itu terdapat pegawai yang tidak memliki kemampuan yang baik sehingga kerja sama belum terjalin baik.
4.3.2.2.18 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-36 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait hubungan kerja rekan kerja di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten berdasarkan rasa saling menghormati. Diagramnya adalah sebagai berikut:
159
Diagram 4.38 Tanggapan Responden Terkait Hubungan Kerja Rekan Kerja di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Berdasarkan Rasa Saling Menghormati
12% (5 responden)
0% (0 responden)
10% (4 responden)
Sangat Setuju Setuju 78% (32 responden)
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.38 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait hubungan kerja rekan kerja di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten berdasarkan rasa saling menghormati, dapat disimpulkan bahwa 4 responden menyatakan sangat setuju, 32 responden menyatakan setuju, 5 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 37 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Hubungan kerja yang terjalin di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten berdasarkan kedekatan kekeluargaan dan saling menghormati antara satu dengan yang lainnya. Selain itu apabila terdapat masalah pekerjaan yang tidak dipahami maka pegawai lain yang lebih memiliki
160
pengalaman dan ilmu akan memberikan pengetahuannya tersebut kepada pegawai yang mengalami kesulitan dalam menghadapi pekerjaaan. Akan tetapi terdapat 5 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan responden merasa hubungan yang terjalin belum dilandaskan saling menghormati antara satu dengan yang lainnya.
4.3.2.2.19 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-37 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten bekerja dengan mementingkan kepentingan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten diatas segalanya. Diagramnya adalah sebagai berikut: Diagram 4.39 Tanggapan Responden Terkait Pegawai di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Bekerja Dengan Mementingkan Kepentingan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Diatas Segalanya
15% (6 responden)
2% (1 responden)
2% (1 responden) Sangat Setuju
81% (33 responden)
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
161
Berdasarkan diagram 4.39 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten bekerja dengan mementingkan kepentingan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten diatas segalanya, dapat disimpulkan bahwa 1 responden menyatakan sangat setuju, 33 responden menyatakan setuju, 6 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 34 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Baik pegawai ataupun komisioner selalu mementingkan kepentingan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten dibandingkan segalanya, hal ini ditunjukan dengan adanya jam kerja yang tidak terbatas karena pekerjaan selalu dibayangi dengan waktu dan tahapan penyelenggaraan pemilihan umum. Akan tetapi terdapat 7 responden yang jika dikumulatifkan tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan masih ada pegawai yang belum memiliki totalitas untuk bekerja demi kepentingan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten.
4.3.2.2.20 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-38 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai bertanggung jawab atas beban kerja yang dibebankan. Diagramnya adalah sebagai berikut:
162
Diagram 4.40 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Bertanggung Jawab Atas Beban Kerja Yang Dibebankan
0% 10% (0 responden) (4 responden) 24% (10 responden) 66% (27 responden)
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.40 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai bertanggung jawab atas beban kerja yang dibebankan, dapat disimpulkan bahwa 10 responden menyatakan sangat setuju, 27 responden menyatakan setuju, 4 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 37 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Umumnya pegawai bertanggung jawab atas beban pekerjaan yang telah dibebankan hal ini ditunjukan dengan banyak pegawai yang mencari inovasi ataupun cara efisien untuk dapat sesegera mungkin menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan tahapan, target dan waktu yang telah ditentukan.
163
Pegawai merasa beban pekerjaan yang ada merupakan tantangan yang harus dihadapi dalam pekerjaan. Akan tetapi terdapat 4 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan pegawai merasa beban pekerjaan yang mereka tanggung sangat tidak adil. Ada kondisi dimana beban pekerjaan pegawai disalah satu bagian lebih berat dan dibandingkan bagian lain sehingga ada sebagian pegawai yang justru tidak bertanggung jawab atas beban tersebut.
4.3.2.2.21 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-39 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai bekerja dengan memiliki kemauan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Diagramnya adalah sebagai berikut: Diagram 4.41 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Bekerja Dengan Memiliki Kemauan Untuk Menyelesaikan Pekerjaan Dengan Baik
0% 12% (0 responden) (5 responden)
7% (3 responden)
Sangat Setuju Setuju 81% (33 responden)
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
164
Berdasarkan diagram 4.41 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai bekerja dengan memiliki kemauan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik, dapat disimpulkan bahwa 3 responden menyatakan sangat setuju, 33 responden menyatakan setuju, 5 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 36 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Pegawai umumnya memiliki kemauan untuk bekerja dengan baik menyelesaikan pekerjaan, ditandai dengan adanya kemauan pegawai untuk memahami peraturan penyelenggaran pemilihan umum yang sering berubah. Contoh lainnya, terdapat pegawai yang merupakan satuan pengaman yang diangkat menjadi pegawai honor hingga menjadi cpns karena adanya kemauan untuk belajar dari pegawai tersebut. Akan tetapi terdapat 5 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan masih adanya pegawai yang tidak memiliki kemauan untuk memahami tugas pokok dan fungsi pekerjaannya sehingga tidak jarang menurunkan kinerja pegawai tersebut.
4.3.2.2.22 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-40 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai mencari cara yang efesien untuk melakukan pekerjaan lebih baik lagi. Diagramnya adalah sebagai berikut:
165
Diagram 4.42 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Mencari Cara Yang Efesien Untuk Melakukan Pekerjaan Lebih Baik Lagi
12% (5 responden)
0% (0 responden)
15% (6 responden)
Sangat Setuju Setuju 73% (30 responden)
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.42 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai mencari cara yang efesien untuk melakukan pekerjaan lebih baik lagi, dapat disimpulkan bahwa 6 responden menyatakan sangat setuju, 30 responden menyatakan setuju, 5 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 36 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Umumnya pegawai mencari cara yang efesien untuk menyelesaikan suatu pekerjaan selama tidak bertentangan dengan aturan yang telah ditetapkan. Cara yang efesien ini bermanfaat untuk pegawai agar menghemat waktu dan bekerja sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
166
Pekerjaan yang telah diselesaikan kemudian diperiksa atau dikoreksi oleh atasan yang pada bagian terkait. Akan tetapi terdapat 5 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh pegawai tersebut sehingga pegawai tersebut tidak memungkinkan untuk mencari cara yang efesien untuk menyelesaikan pekerjaan.
4.3.2.2.23 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-41 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai memberikan saran dan solusi untuk menyelesaikan suatu masalah dalam pekerjaan. Diagramnya adalah sebagai berikut: Diagram 4.43 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Memberikan Saran Dan Solusi Untuk Menyelesaikan Suatu Masalah Dalam Pekerjaan
0% (0 responden) 7% (3 responden)
15% (6 responden) Sangat Setuju Setuju
78% (32 responden)
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
167
Berdasarkan diagram 4.43 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai memberikan saran dan solusi untuk menyelesaikan suatu masalah dalam pekerjaan, dapat disimpulkan bahwa 6 responden menyatakan sangat setuju, 32 responden menyatakan setuju, 3 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 38 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Umumnya pegawai dapat memberikan saran dan solusi yang diberikan oleh pegawai lain untuk menyelesaikan pekerjaan atau apabila ada masalah pekerjaan. Diskusi atau masukan tersebut bisa terjadi diantara atasan dengan bawahan atau sebaliknya. Pegawai di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten bekerja sesuai dengan tahapan dan berpacu dengan waktu, sehingga masukan apabila ada masalah pekerjaan merupakan hal yang penting. Akan tetapi terdapat 3 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan terdapat pegawai merasa tidak dapat memberikan saran dan solusi untuk menyelesaikan masalah pekerjaan yang dihadapinya sehingga tidak ada masukan dari pegawai lain.
4.3.2.2.24 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-42 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai memiliki kepedulian terhadap anggota organisasi lain apabila mengalami kesulitan pekerjaan. Diagramnya adalah sebagai berikut:
168
Diagram 4.44 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Memiliki Kepedulian Terhadap Anggota Organisasi Lain Apabila Mengalami Kesulitan Pekerjaan
15% (6 responden)
2% 5% (1 responden) (2 responden)
Sangat Setuju 78% (32 responden)
Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.44 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai memiliki kepedulian terhadap anggota organisasi lain apabila mengalami kesulitan pekerjaan, dapat disimpulkan bahwa 1 responden menyatakan sangat setuju, 32 responden menyatakan setuju, 6 responden menyatakan tidak setuju dan 2 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 33 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Umumnya pegawai memiliki kepedulian terhaadap anggota organisasi lain apabila mengalami kesulitan pekerjaan hal ini dibuktikan dengan adanya pegawai yang saling membantu untuk menyelesaikan pekerjaan karena
169
pekerjaan yangada ditargetkan berdasarkan waktu yang telah ditentukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Akan tetapi terdapat 8 responden yang jika dikumulatifkan tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan masih terdapat pegawai yang merasa kesulitan namun pegawai lain tidak membantu.
4.3.2.2.25 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-43 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait stabilitas kegiatan di lingkunngan kerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten tercapai karena lingkungan kerja yang harmonis. Diagramnya adalah sebagai berikut: Diagram 4.45 Tanggapan Responden Terkait Stabilitas Kegiatan Di Lingkunngan Kerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Tercapai Karena Lingkungan Kerja Yang Harmonis
12% 0% (5 responden) (0 responden) 24% (10 responden) 64% (26 responden)
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
170
Berdasarkan diagram 4.45 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait stabilitas kegiatan di lingkunngan kerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten tercapai karena lingkungan kerja yang harmonis, dapat disimpulkan bahwa 10 responden menyatakan sangat setuju, 26 responden menyatakan setuju, 5 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 36 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Lingkungan kerja yang harmonis dapat meningkatkan kinerja karena pegawai merasa nyaman dengan kondisi atau budaya kerja yang ada. Pegawai di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten umumnya nyaman dengan lingkungan kerja karena pegawai yang ada saling tolong menolong, bekerja sama dan berkomunikasi dengan baik dengan pegawai lain. Lingkungan kerja yang harmonis pula tercipta dari kepercayaan, hubungan dan kepatuan pegawai terhadap peraturan. Akan tetapi terdapat 5 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan pegawai belum merasakan lingkungan harmonis di lingkungan kerja yang ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten.
4.3.2.2.26 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-44 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten melakukan evaluasi kinerja setelah program kerja berlangsung. Diagramnya adalah sebagai berikut:
171
Diagram 4.46 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Melakukan Evaluasi Kinerja Setelah Program Kerja Berlangsung
12% 0% (5 responden) (0 responden)
15% (6 responden)
Sangat Setuju Setuju 73% (30 responden)
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.46 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten melakukan evaluasi kinerja setelah program kerja berlangsung, dapat disimpulkan bahwa 6 responden menyatakan sangat setuju, 30 responden menyatakan setuju, 5 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 36 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten melakukan evalusi kinerja dengan pegawai atau komisioner. Hal ini lakukan untuk mengevaluasi kinerja apakah sudah sesuai dengan target atau tidak. Evaluasi yang
172
dilakukan ini juga dilakukan guna untuk memperbaiki kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten di kemudian hari. Akan tetapi terdapat 5 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan evaluasi terhadap program kerja yang dilakukan tidak memberikan manfaaat bagi perbaikan kinerja organisasi kedepannya.
4.3.2.2.27 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-45 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai menjunjung tinggi nilai nilai budaya organisasi yang diterapkan di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Diagramnya adalah sebagai berikut: Diagram 4.47 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Menjunjung Tinggi Nilai Nilai Budaya Organisasi Yang Diterapkan di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
12% (5 responden)
0% 7% (0 responden) (3 responden) Sangat Setuju Setuju 81% (33 responden)
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
173
Berdasarkan diagram 4.47 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai menjunjung tinggi nilai nilai budaya organisasi yang diterapkan di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten, dapat disimpulkan bahwa 3 responden menyatakan sangat setuju, 33 responden menyatakan setuju, 5 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 36 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Pegawai umumnya menjunjung tinggi nilai nilai budaya organisasi yang ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten seperti bekerja sesuai dengan waktu yang ditetapkan, tranparasi informasi publik, kolektif kolegial dan manjemen kinerja yang demokratis. Kepatuhan anggota organisasi pada nilai nilai inilah yang membuat lingkungan kerja menjadi harmonis. Akan tetapi terdapat 5 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan masih adanya anggota organisasi yang tidak menjunjung nilai nilai dari budaya organisasi yang telah diterapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten.
4.3.2.2.28 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-46 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten menjaga dan mewariskan budaya organisasi internal yang baik dari tiap generasi. Diagramnya adalah sebagai berikut:
174
Diagram 4.48 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Menjaga Dan Mewariskan Budaya Organisasi Internal Yang Baik Dari Tiap Generasi
2% 15% 12% (1 responden) (6 responden) (5 responden) Sangat Setuju Setuju 71% (29 responden)
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.48 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten menjaga dan mewariskan budaya organisasi internal yang baik dari tiap generasi, dapat disimpulkan bahwa 6 responden menyatakan sangat setuju, 29 responden menyatakan setuju, 5 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 35 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Anggota organisasi baik pegawai ataupun komisioner di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten mewariskan budaya organisasi dengan cara menyamakan persepsi yang dilakukan melalui pendidikan pelatihan ataupun kebersamaan. Sehingga nilai nilai budaya organisasi dapat terus
175
dikembangkan demi kemajuan dari organisasi itu sendiri. Nilai nilai ini juga melekat dan membedakan organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten dengan organisasi lain. Nilai nilai tersebut diantaranya seperti bekerja sesuai dengan waktu yang ditetapkan, tranparasi informasi publik, kolektif kolegial dan manjemen kinerja yang demokratis. Akan tetapi terdapat 6 responden yang jika dikumulatifkan tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan masih terdapat pegawai yang belum sepenuhnya menjunjung tinggi nilai nilai budaya organisasi.
4.3.2.3 Analisis Item Pernyataan Variabel Kinerja Organisasi (Y) Dalam variabel kinerja organisasi (Y), peneliti mengajukan 15 pernyataan kepada 41 responden. Pernyataan tersebut disusun berdasarkan sub indikator dari indikator indikator yang terdapat dalam grand teory pada Bab II. Untuk menjabarkan hasil jawaban dari para responden tersebut, peneliti menguraikan dalam bentuk diagram disertai pemaparan dan kesimpulan berdasarkan pernyataan pernyataan yang telah peneliti susun sebelumnya yang dituangkan dalam bentuk kuesioner. Adapun diagram dari pernyataaan-pernyataan tersebut adalah sebagai berikut:
4.3.2.3.1 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-48 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai berusaha memberikan pelayanan demi kepuasan stakeholder. Diagramnya adalah sebagai berikut:
176
Diagram 4.49 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Berusaha Memberikan Pelayanan Demi Kepuasan Stakeholder
15% (6 responden)
0% (0 responden)
12% (5 responden)
Sangat Setuju Setuju 73% (30 responden)
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.49 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai berusaha memberikan pelayanan demi kepuasan stakeholder, dapat disimpulkan bahwa 5 responden menyatakan sangat setuju, 30 responden menyatakan setuju, 6 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 35 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Pegawai atau komisioner berusaha memberikan pelayanan yang terbaik demi kepuasan stakeholder. Hal ini pun ada dalam salah satu misi yang ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten yaitu melayani dan memperlakukan peserta penyelenggaraan pemilu secara adil, dan meningkatkan kesadaran politik masyarakat. Ada beberapa hal yang dimaksud stakeholder di
177
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten, pertama bila ditinjau dari publik servis maka Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten melayani masyarakat dengan melakukan sosialisasi data pemilih atau sosialisasi pemilihan umum. Kedua ditinjau dari stakeholder yang berkaitan dengan instansi yang terkait dalam penyelenggaraan pemilihan umum yaitu pemerintah daerah, kesbangpol atau pihak keamanan yang menjaga langsung ketertiban pemilu. Ketiga stakeholder yang merupakan partai politik yang menjadi peserta pemilu dengan melakukan sosialisasi terkait mengikuti pemilihan umum yang sesuai aturan, selektif untuk memilih calon peserta, mengadakan tes kesehatan bagi calon peserta atau hal lain yang berkaitan dengan persayarata. Ketiga stakeholder ini merupakan komponen yang harus dijaga dengan baik hubungannya oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Selain itu tranparansi infromasi publik dilakukan dengan membina hubungan baik dengan media dan hal ini sangat penting. Akan tetapi terdapat 6 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan pegawai atau komisioner belum memberikan pelayanan prima terhadap stakeholder terkait sehingga responden merasa perlu meningkatkan kinerja untuk memperbaiki kualitas layanan yang akan diberikan.
4.3.2.3.2 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-49 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah melakukan sosialisasi pemilu secara berkesinambungan. Diagramnya adalah sebagai berikut:
178
Diagram 4.50 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Telah Melakukan Sosialisasi Pemilu Secara Berkesinambungan
7% (3 responden)
49% (20 responden)
0% (0 responden) 44% (18 responden)
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.50 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah melakukan sosialisasi pemilu secara berkesinambungan, dapat disimpulkan bahwa 18 responden menyatakan sangat setuju, 20 responden menyatakan setuju, 3 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 38 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Apabila ada penyelenggaraan pemilihan umum, maka Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten akan melakukan sosialisai secara berkesinambungan baik kepada masyarakat terkait kegiatan pemilihan umum ataupun kepada partai politik yang merupakan peserta pemilihan umum yang
179
sosialisasinya terkait peraturan kpu syarat pencalonan atau hal administratif lainnya. Kegiatan sosialisasi ini merupakan hal penting untuk meningkatkan pastisipasi masyarakat untuk aktif dalam pemilihan umum. Akan tetapi terdapat 3 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan menurut responden Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten belum melalukan sosialisasi secara aktif sehingga masyarakat yang tidak ikut dalam kegiatan pemilihan umum juga masih tergolong banyak.
4.3.2.3.3 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-51 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah memiliki pedoman teknis terkait penyelenggaraan pemilu. Diagramnya adalah sebagai berikut: Diagram 4.51 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Telah Memiliki Pedoman Teknis Terkait Penyelenggaraan Pemilu 0% (0 responden) 5% (2 responden)
54% (22 responden)
41% (17 responden)
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
180
Berdasarkan diagram 4.51 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah memiliki pedoman teknis terkait penyelenggaraan pemilu, dapat disimpulkan bahwa 17 responden menyatakan sangat setuju, 22 responden menyatakan setuju, 2 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 39 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Pedoman teknis yang dimiliki Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten diantaranya yaitu pedoman terkait tata cara pemuktahiran data dan daftar pemilih dalam pemilu kepada daerah atau wakil kepala daerah, dan pedoman terkiat pelakasanaan pemungutan, perhitungan suara. Pedoman tersebut merupakan acuan untuk menyelenggarakan pemilihan umum yang harus dipatuhi dan dijalankan agar kegiatan pemilihan umum berjalan dengan baik. Akan tetapi terdapat 2 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan menurut responden masih terdapat hal hal yang dilaksanakan tidak sesuai dengan pedoman.
4.3.2.3.4 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-52 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten selalu mengacu pada petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis terkait penyelenggaraan pemilu. Diagramnya adalah sebagai berikut:
181
Diagram 4.52 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Selalu Mengacu Pada Petunjuk Pelaksanaan/Petunjuk Teknis Terkait Penyelenggaraan Pemilu
0% (0 responden)
54% (22 responden)
2% (1 responden) 44% (18 responden)
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.52 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten selalu mengacu pada petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis terkait penyelenggaraan pemilu, dapat disimpulkan bahwa 18 responden menyatakan sangat setuju, 22 responden menyatakan setuju, 0 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 40 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Petunjuk teknis/petunjuk pelaksana merupakan acuan penting dalam kegiatan penyelenggaraan pemilihan umum karena hal ini akan berhubungan dengan sosialisasi yang akan dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Pedoman ini juga merupakan peraturan untuk
182
menyamakan persepsi dangan Komisi Pemilihan Umum (KPU) daerah lain agar berjalan sesuai dengan standarisasi yang ditetapkan. Akan tetapi terdapat 1 responden yang sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan menurut responden masih terdapat hal hal yang dilaksanakan sesuai petunjuk pelaksana/petunjuk teknis.
4.3.2.3.5 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-53 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait Komisi Pemilihan
Umum
(KPU)
Provinsi
Banten
melaksanakan
kegiatan
penyelenggaraan pemilu berdasarkan waktu yang telah ditentukan. Diagramnya adalah sebagai berikut: Diagram 4.53 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Melaksanakan Kegiatan Penyelenggaraan Pemilu Berdasarkan Waktu Yang Telah Ditentukan
0% (0 responden)
51% (21 responden)
0% (0 responden) 49% (20 responden)
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
183
Berdasarkan diagram 4.53 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten melaksanakan kegiatan penyelenggaraan pemilu berdasarkan waktu yang telah ditentukan, dapat disimpulkan bahwa 20 responden menyatakan sangat setuju, 21 responden menyatakan setuju, 0 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 41 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Bagi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten merupakan hal penting untuk melaksanakan kegiatan penyelnggaraan pemilihan umum sesuai dengan waktu yang ditetapkan karena hal ini sudah ada dalam tugas dan wewenang instansi. Tidak heran maka Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten selalu bekerja sesuai dengan target dan tahapan penyelegaraan pemilihan umum, hal ini dilakukan agar tidak menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap instansi. Selain itu tidak ada responden yang tidak setuju dengan pernyataan ini, hal ini menunjukan bahwa Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah melaksanakan pemilihan umum sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
4.3.2.3.6 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-54 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten mendistribusikan logistik pemilu dengan tepat waktu. Diagramnya adalah sebagai berikut:
184
Diagram 4.54 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Mendistribusikan Logistik Pemilu Dengan Tepat Waktu
5% (2 responden)
54% (22 responden)
2% (1 responden) 39% (16 responden)
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.54 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten mendistribusikan logistik pemilu dengan tepat waktu, dapat disimpulkan bahwa 16 responden menyatakan sangat setuju, 22 responden menyatakan setuju, 2 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 38 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Pendistribusian logistik penyelenggaraan pemilihan umum dilakukan dengan tepat waktu hal ini untuk meminimalisir kecurangan ataupun keterlambatan penyelenggaraan pemilihan umum. Pendistribusian logistik pemilu dilakukan kurang lebih 15 hari. Mekanisme pengiriman logistik telah diatur
185
berdasarkan satuan kerja baku atau SOP sehingga satuan kerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten dapat melakukan pendistribusian dengan baik. Pendistribusian ini juga dibantu oleh pihak ketiga yaitu pihak espedisi, pengamanan dari TNI atau Polri serta masyarakat yang membantu pendistribusian tersebut. Akan tetapi terdapat 3 responden yang jika dikumulatifkan tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan pendistribusian belum merata karena faktor sosial masyarakat dan kondisi alam atau cuaca.
4.3.2.3.7 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-55 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai merasa puas dengan pembagian beban kerja yang ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Diagramnya adalah sebagai berikut: Diagram 4.55 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Merasa Puas Dengan Pembagian Beban Kerja Yang Ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
24% (10 responden)
3% (1 responden) 24% (10 responden)
Sangat Setuju Setuju
49% (20 responden)
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
186
Berdasarkan diagram 4.55 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai merasa puas dengan pembagian beban kerja yang ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten, dapat disimpulkan bahwa 10 responden menyatakan sangat setuju, 20 responden menyatakan setuju, 10 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 30 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Umumnya pegawai merasa puas dengan pembagian kerja yang ada karena pegawai dapat dan merasa mampu untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut sesuai dengan keahliannya. Akan tetapi terdapat 11 responden yang jika dikumulatifkan tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan masih terdapat pegawai yang lulusan SMA sehingga pegawai lain merasa terbebankan karena pegawai lain tidak mempunyai kapabilitas. Selain itu terdapat bagain yang beban kerjanya rutin ada pekerjaan setiap hari seperti bagian program data namun ada juga yang beban pekerjaannya kontemporer sesuai dengan tahapan pelaksanaan yaitu bagian hukum.
4.3.2.3.8 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-56 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai merasa puas dengan pencapaian kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Diagramnya adalah sebagai berikut:
187
Diagram 4.56 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Merasa Puas Dengan Pencapaian Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten 0% (0 responden) 15% (6 responden)
0% (0 responden)
Sangat Setuju 85% (35 responden)
Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.56 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai merasa puas dengan pencapaian kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi, dapat disimpulkan bahwa 0 responden menyatakan sangat setuju, 35 responden menyatakan setuju, 6 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 35 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Umumnya pegawai merasa puas dengan hasil pencapaiam kinerja organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten, pegawai merasa telah memberikan semua kemapuan dan kapabilitas yang dimiliki untuk menyelenggarakan pemilihan umum sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
188
Sealin itu pegawai juga merasa puas telah menyeleksi calon peserta pemilihan umum yang amanah dan kredibel dalam kemampuannya. Akan tetapi terdapat 6 responden yang sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan masih banyak hal yang harus diperbaiki seperti disiplin pegawai sekertariat dan pendistribusian logistik pemilu sesuai waktu.
4.3.2.3.9 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-58 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait anggota organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah mengakases semua infromasi yang dibutuhkan (ex: Sistem Infromasi Logistik (SILOG), Sistem Infromasi Data Pemilih (SIDALIH)). Diagramnya adalah sebagai berikut: Diagram 4.57 Tanggapan Responden Terkait Anggota Organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Telah Mengakases Semua Infromasi Yang Dibutuhkan
19% (8 responden)
0% 15% (0 responden) (6 responden)
Sangat Setuju Setuju 66% (27 responden)
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
189
Berdasarkan diagram 4.57 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait anggota organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah mengakases semua infromasi yang dibutuhkan (ex: Sistem Infromasi Logistik (SILOG), Sistem Infromasi Data Pemilih (SIDALIH)), dapat disimpulkan bahwa 6 responden menyatakan sangat setuju, 27 responden menyatakan setuju, 8 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 33 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. umumnya pegawai telah dapat mengakses informasi yang dibutuhkan terkait penyelengaaraan pemilihan umum karena terintegrasi dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI. Selain itu diadakan pelatihan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI sehingga pegawai pada tingkat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten dapat memahami. Akan tetapi terdapat 8 responden yang sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan masih terbatasnya kemampuan pegawai untuk memahami akses informasi terkait penyelnggaraan pemilihan umum.
4.3.2.3.10 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-59 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten memberikan pelatihan terlebih dahulu bila ada sistem baru di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Diagramnya adalah sebagai berikut:
190
Diagram 4.58 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Memberikan Pelatihan Terlebih Dahulu Bila Ada Sistem Baru di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
7% (3 responden)
0% (0 responden)
15% (6 responden)
Sangat Setuju Setuju 78% (32 responden)
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.58 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten memberikan pelatihan terlebih dahulu bila ada sistem baru di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten, dapat disimpulkan bahwa 6 responden menyatakan sangat setuju, 32 responden menyatakan setuju, 3 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 38 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Kegiatan pelatihan adalah yang yang penting untuk menunjang kinerja di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Pelatihan itu diadakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI kemudian pegawai secara
191
bergilir mengikuti pelatihan tersebut. kendati pegawai tidak sepenuhnya memahami sistem baru tersebut minimal pegawai tersebut mampu untuk mengunakan atau mengakses sistem baru tersebut. Akan tetapi terdapat 3 responden yang sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan tidak semua pegawai dapat mengikuti pelatihan yang ada.
4.3.2.3.11 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-60 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten mengadakan pendidikan pelatihan untuk meningkatkan kualitas pelayanan secara reguler. Diagramnya adalah sebagai berikut: Diagram 4.59 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Mengadakan Pendidikan Pelatihan Untuk Meningkatkan Kualitas Pelayanan Secara Reguler
15% (6 responden)
0% (0 responden) 36% (15 responden)
49% (20 responden)
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
192
Berdasarkan diagram 4.59 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten mengadakan pendidikan pelatihan untuk meningkatkan kualitas pelayanan secara reguler, dapat disimpulkan bahwa 15 responden menyatakan sangat setuju, 20 responden menyatakan setuju, 6 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 35 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Pendidikan pelatihan penting untuk diadakan agar kualitas pelayanan dapat ditingkatkan. Hal ini dibuktikan dengan adanya pelatihan manajerial pada level kepala sub bagian. Level kepala sub bagain merupakan ujung tombak karena berkaitan dengan pegawai pelaksana sehingga pendidikan pelatihan amat diperlukan. Akan tetapi terdapat 6 responden yang sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan tidak semua pegawai dapat mengikuti pendidikan pelatihan yang ada sehingga ada pegawai yang mendapatkan pengetahuan dari atasan.
4.3.2.3.12 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-61 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pengadaan barang dan jasa terkait pemilu yang dibutuhkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah memakai sistem e-procurement. Diagramnya adalah sebagai berikut:
193
Diagram 4.60 Tanggapan Responden Terkait Pengadaan Barang Dan Jasa Terkait Pemilu Yang Dibutuhkan Oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Telah Memakai Sistem E-Procurement
20% (8 responden)
0% (0 responden) 24% (10 responden)
Sangat Setuju Setuju
56% (23 responden)
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.60 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait pengadaan barang dan jasa terkait pemilu yang dibutuhkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah memakai sistem e-procurement, dapat disimpulkan bahwa 10 responden menyatakan sangat setuju, 23 responden menyatakan setuju, 8 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 33 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Sistem e-procurement merupakan sistem pengadaan barang dan jasa menggunakan media elektronik atau jaringan internet. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengadaaan barang dan jasa di
194
lingkungan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Selain itu bermanfaat untuk memonitoring dan mengaudit pengadaan secara efesien dan efektif yang membutuhkan infromasi yang akurat. Akan tetapi terdapat 8 responden yang sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan menurut responden masih bisa menimbulkan penyalahgunaan bila tidak diawasi dengan ketat.
4.3.2.3.13 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-62 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait sistem eprocurement yang telah diterapkan meningkatkan kinerja organisasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Diagramnya adalah sebagai berikut: Diagram 4.61 Tanggapan Responden Terkait Sistem E-Procurement Yang Telah Diterapkan Meningkatkan Kinerja Organisasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
20% (8 responden)
0% (0 responden) 24% (10 responden)
Sangat Setuju Setuju
56% (23 responden)
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
195
Berdasarkan diagram 4.61 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait sistem e-procurement yang telah diterapkan meningkatkan kinerja organisasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten, dapat disimpulkan bahwa 10 responden menyatakan sangat setuju, 23 responden menyatakan setuju, 8 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 33 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Penerapan sistem e-procurement dapat meningkatkan kinerja di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten karena proses pengadaan barang/jasa dapat menghemat waktu dan lebih transparan penggunaanya. Penerapan sistem e-procurement menungkinkan antara Komisi Pemilihan Umum (KPU) daerah untuk bertukar infromasi melalui media elektronik. Akan tetapi terdapat 8 responden yang sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan menurut responden sistem seperti ini membutuhkan keahlian dan kemampuan dari pegawai padahal kondisi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten belum memungkinkan.
4.3.2.3.14 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-63 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait relialisi penggunaan anggaran telah sesuai dengan perencanaan yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Diagramnya adalah sebagai berikut:
196
Diagram 4.62 Tanggapan Responden Terkait Relialisi Penggunaan Anggaran Telah Sesuai Dengan Perencanaan Yang Dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
0% 12% (0 responden) (5 responden) 32% (13 responden) 56% (23 responden)
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.62 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait relialisi penggunaan anggaran telah sesuai dengan perencanaan yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten, dapat disimpulkan bahwa 13 responden menyatakan sangat setuju, 23 responden menyatakan setuju, 5 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 36 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Penggunaan anggaran yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah sesuai dengan perencanaan. Hasil capaian realisasi satuan kerja seprovinsi Banten mencapai 41,51% hal ini terungkap saat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten menggelar rapat monitoring dan
197
evaluasi capaian output anggaran TA. 2015. Selain itu pegawai juga memiliki semangat untuk menggelola dengan lebih baik pengelolaan anggaran sehingga menjadi lebih baik. Akan tetapi terdapat 5 responden yang sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan menurut responden merasa penggunaan anggaran belum sesuai dengan perencanaan yang dilakukan.
4.3.2.3.15 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-65 Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait penyusunan laporan pertanggungjawaban penggunaan anggaran yang telah dilakukan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Diagramnya adalah sebagai berikut: Diagram 4.63 Tanggapan Responden Terkait Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Anggaran Yang Telah Dilakukan Sesuai Dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
0% 0% (0 responden) (0 responden)
61% (25 responden)
39% (16 responden)
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
198
Berdasarkan diagram 4.63 di atas memberikan gambaran atas jawaban responden. Peneliti menanyakan terkait penyusunan laporan pertanggungjawaban penggunaan anggaran yang telah dilakukan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), dapat disimpulkan bahwa 16 responden menyatakan sangat setuju, 25 responden menyatakan setuju, 0 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan ada 41 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Penyusunan laporan pertanggungjawaban penggunaan anggaran telah dilakukan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) digunakan sebagai acuan dalam menyusun laporan keuangan pemerintah terdiri dari prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan. Berdasarkan UndangUndang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam Pasal 32 mengamanatkan bahwa bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Selain itu tidak ada responden yang tidak setuju dan sangat tidak setuju dengan pernyataan ini, hal ini menunjukan bahwa Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah menyusun laporan pertanggung jawaban penggunaan anggaran sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah atau SAP.
199
Secara keseluruhan tanggapan responden atas kuesioner untuk variabel modal sosial (X1), budaya organisasi (X2) dan kinerja organisasi (Y) dapat dilihat dalam tabel dibawah ini: Tabel 4.8 Tanggapan Responden Secara Keseluruhan Variabel Modal Sosial (X1) No 1
2
3
4
5
6
7
8
10
11
Tanggapan Responden
Sangat Setuju
Setuju
A. Indikator Jaringan Sosial/Kerja Tanggapan responden terkait 24% 66% jaringan sosial/kerja yang kuat telah (10 responden) (27 responden) terjalin di antara pegawai Tanggapan responden terkait 17% 76% hubungan kerjasama pegawai (7 responden) (31 responden) dengan rekan kerja lain Tanggapan responden terkait 15% 68% motivasi pegawai untuk (6 responden) (28 responden) memperkuat jaringan sosial/kerja dengan pihak luar Tanggapan responden terkait 7% 76% informasi pencapain kinerja tiap (3 responden) (31 responden) bagian tersebar secara merata pada seluruh lapisan pegawai Tanggapan responden terkait 17% 46% pegawai melakukan kegiatan (7 responden) (19 responden) informal untuk meningkatkan hubungan kedekatan antar rekan kerja Tanggapan responden terkait 27% 66% pegawai memberikan ide dan (11 responden) (27 responden) gagasan dalam mengembangkan jaringan sosial/kerja B. Indikator Kepercayaan Antar Sesama Tanggapan responden terkait setiap 19% 66% pegawai saling percaya dengan (8 responden) (27 responden) pegawai lain Tanggapan responden terkait antara 7% 64% pegawai saling percaya dengan (3 responden) (26 responden) anggota komisioner Tanggapan responden terkait saling 15% 73% membantu dalam menyelesaikan (6 responden) (30 responden) pekerjaan merupakan gambaran kepercayaan antara anggota organisasi yang cukup tinggi Tanggapan responden terkait saling 39% 56% percaya antara pegawai (16 responden) (23 responden) menyebabkan rasa kekeluargaan di antara anggota organisasi
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
10%
0%
(4 responden)
(0 responden)
7% (3 responden)
0% (0 responden)
17%
0%
(7 responden)
(0 responden)
15% (6 responden)
2% (1 responden)
34%
3%
(14 responden)
(1 responden)
5% (2 responden)
2% (1 responden)
15%
0%
(6 responden)
(0 responden)
29%
0%
(12 responden)
(0 responden)
12% (5 responden)
0% (0 responden)
5%
0%
(2 responden)
(0 responden)
200
12
13
15
16
17
18
Tanggapan responden terkait 25% 68% kepercayaan mampu meminimalisir (10 responden) (28 responden) konflik horizontal antara pegawai C. Indikator Ketaatan Terhadap Norma Tanggapan responden terkait 29% 63% Komisi Pemilihan Umum (KPU) (12 responden) (26 responden) Provinsi Banten memiliki peraturan tertulis untuk mengatur aktivitas pegawai Tanggapan responden terkait 5% 83% pegawai mematuhi peraturan yang (2 responden) (34 responden) ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Tanggapan responden terkait 12% 78% peraturan yang ada di Komisi (5 responden) (32 responden) Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten dapat diterima dengan baik oleh seluruh pegawai Tanggapan responden terkait 7% 90% kepatuhan pegawai pada peraturan (3 responden) (37 responden) mampu menjaga sistem yang terbangun di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Tanggapan responden terkait 20% 73% kepatuhan pegawai terhadap (8 responden) (30 responden) peraturan yang berlaku mempermudah Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten memiliki tata kelola organisasi yang baik
7% (3 responden)
2% (1 responden)
5%
3%
(2 responden)
(1 responden)
10%
2%
(4 responden)
(1 responden)
7% (3 responden)
3% (1 responden)
3%
0%
(1 responden)
(0 responden)
7% (3 responden)
0% (0 responden)
Tabel 4.9 Tanggapan Responden Secara Keseluruhan Variabel Budaya Organisasi (X2) No 19
20
21
22
Sangat Tidak Setuju A. Indikator Inovasi dan Keberanian Mengambil Resiko (Inovation and Risk Taking) Tanggapan responden terkait 15% 78% 5% 2% pegawai memiliki cara efektif untuk (6 responden) (32 responden) (2 responden) (1 responden) menyelesaikan pekerjaan secara optimal Tanggapan responden terkait 10% 83% 5% 2% pegawai memiliki inovasi untuk (4 responden) (34 responden) (2 responden) (1 responden) mengembangkan cara kerja yang baik Tanggapan responden terkait 15% 66% 17% 2% pegawai diberi kesempatan untuk (6 responden) (27 responden) (7 responden) (1 responden) menyelesaikan masalah pekerjaan sendiri sesuai dengan peraturan yang berlaku Tanggapan responden terkait 22% 61% 17% 0% pegawai bersedia bertanggung (9 responden) (25 responden) (7 responden) (0 responden) Tanggapan Responden
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
201
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
jawab atas resiko yang dihadapi saat menyelesaikan pekerjaan B. Indikator Perhatian Terhadap Detil (Attention to detail) Tanggapan responden terkait 7% 81% 10% pegawai selalu memperhatikan (3 responden) (33 responden) (4 responden) setiap rincian pekerjaannya Tanggapan responden terkait 10% 80% 10% pegawai menekankan ketelitian (4 responden) (33 responden) (4 responden) dalam menyesaikan pekerjaan Tanggapan responden terkait 27% 66% 7% pegawai melakukan pekerjaan (11 responden) (27 responden) (3 responden) sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan Tanggapan responden terkait 29% 54% 17% kompetensi kerja pegawai (12 responden) (22 responden) (7 responden) merupakan hal utama di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten C. Indikator Berorientasi Kepada Hasil (Outcome Orientation) Tanggapan responden terkait 10% 80% 10% Komisi Pemilihan Umum (KPU) (4 responden) (33 responden) (4 responden) Provinsi Banten membuat target kerja sebagai panduan bagi pegawai Tanggapan responden terkait 7% 81% 12% pegawai bekerja dengan sungguh (3 responden) (33 responden) (5 responden) sungguh untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditetapkan Tanggapan responden terkait satuan 7% 78% 15% perangkat kerja Komisi Umum (3 responden) (32 responden) (6 responden) Pemilihan (KPU) Provinsi Banten telah menghasilkan kualitas hasil kinerja sesuai dengan target yang ditentukan Tanggapan responden terkait 5% 63% 29% pegawai diberi kebebasan memilih (2 responden) (26 responden) (12 responden) cara yang dilakukan untuk mencapai hasil kinerja yang diharapkan D. Indikator Berorientasi Kepada Manusia (People Orientation) Tanggapan responden terkait 22% 68% 7% pegawai mematuhi setiap (9 responden) (28 responden) (3 responden) keputusan yang diambil dari hasil rapat pleno Tanggapan responden terkait 7% 68% 22% pegawai yang melanggar keputusan (3 responden) (23 responden) (9 responden) Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten dikenakan sanksi yang tegas Tanggapan responden terkait 10% 78% 10% keputusan yang diambil di Komisi (4 responden) (32 responden) (4 responden) Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten berpengaruh positif terhadap pembinaan karakter pegawai
2% (1 responden) 0% (0 responden) 0% (0 responden)
0% (0 responden)
0% (0 responden) 0% (0 responden)
0% (0 responden)
3% (1 responden)
3% (1 responden) 3% (1 responden)
2% (1 responden)
202
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
Tanggapan responden terkait 15% 59% 24% keputusan yang diambil oleh (6 responden) (24 responden) (10 responden) Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten mempertimbangkan kondisi setiap satuan kerja pegawai E. Indikator Berorientasi Tim (Team Orientation) Tanggapan responden terkait tim 14% 71% 15% kerja pegawai telah bekerja sama (6 responden) (29 responden) (6 responden) dengan baik dengan rekan kerja lain di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Tanggapan responden terkait 10% 78% 12% hubungan kerja antara rekan kerja (4 responden) (32 responden) (5 responden) di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten berdasarkan rasa saling menghormati Tanggapan responden terkait 2% 81% 15% pegawai di Komisi Pemilihan (1 responden) (33 responden) (6 responden) Umum (KPU) Provinsi Banten bekerja dengan mementingkan kepentingan di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten diatas segalanya Tanggapan responden terkait 24% 66% 10% pegawai bertanggung jawab atas (10 responden) (27 responden) (4 responden) beban kerja yang dibebankan F. Indikator Agresifitas (Aggressiveness) Tanggapan responden terkait 7% 81% 12% pegawai bekerja dengan memiliki (3 responden) (32 responden) (5 responden) kemauan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik Tanggapan responden terkait 15% 73% 12% pegawai mencari cara yang efesien (6 responden) (30 responden) (5 responden) untuk melakuan pekerjaan lebih baik lagi Tanggapan responden terkait 15% 78% 7% pegawai dapat memberikan saran (6 responden) (32 responden) (3 responden) dan solusi untuk menyelesaikan suatu masalah dalam pekerjaan
2% (1 responden)
Tanggapan responden terkait 2% 78% pegawai memiliki kepedulian (1 responden) (32 responden) terhadap anggota organisasi lain apabila mengalami kesulitan pekerjaan G. Indikator Stabilitas (Stability) Tanggapan responden terkait 24% 64% stabilitas kegiatan di lingkungan (10 responden) (26 responden) kerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten tercapai karena lingkungan kerja yang harmonis Tanggapan responden terkait 15% 73% Komisi Pemilihan Umum (KPU) (6 responden) (30 responden)
15% (6 responden)
5% (2 responden)
12%
0%
(5 responden)
(0 responden)
12% (5 responden)
0% (0 responden)
0% (0 responden)
0% (0 responden)
2% (1 responden)
0% (0 responden)
0% (0 responden) 0% (0 responden)
0% (0 responden)
203
45
46
Provinsi Banten melakukan evaluasi kinerja setelah program kerja berlangsung Tanggapan responden terkait pegawai menunjung tinggi nilai nilai budaya organisasi yang diterapkan di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Tanggapan responden terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten menjaga dan mewariskan budaya organisasi internal yang baik dari tiap generasi
7%
81%
12%
0%
(3 responden)
(33 responden)
(5 responden)
(0 responden)
15% (6 responden)
71% (29 responden)
12% (5 responden)
2% (1 responden)
Tabel 4.10 Tanggapan Responden Secara Keseluruhan Variabel Kinerja Organisasi (Y) No 48
49
51
52
53
54
55
Tanggapan Responden
Sangat Setuju
Setuju
A. Indikator Perspektif Stakeholder Tanggapan responden terkait 12% 73% pegawai berusaha memberikan (5 responden) (30 responden) pelayanan demi kepuasan stakeholder Tanggapan responden terkait 44% 49% Komisi Pemilihan Umum (KPU) (18 responden) (20 responden) Provinsi Banten telah melakukan sosialiasi pemilu secara berkesinambungan B. Indikator Perspektif Proses Internal Tanggapan responden terkait 41% 54% Komisi Pemilihan Umum (KPU) (17 responden) (22 responden) Provinsi Banten telah memiliki pedoman teknis terkait penyelenggaraan pemilu Tanggapan responden terkait 44% 54% Komisi Pemilihan Umum (KPU) (18 responden) (22 responden) Provinsi Banten selalu mengacu pada petujuk pelaksanaan/petunjuk teknis terkait peyelenggaraan pemilu Tanggapan responden terkait 49% 51% Komisi Pemilhan Umum (KPU) (20 responden) (21 responden) Provinsi Banten melaksanakan kegiatan penyelenggaraan pemilu berdasarkan waktu yang telah ditentukan Tanggapan responden terkait 39% 54% Komisi Pemilihan Umum (KPU) (16 responden) (22 responden) Provinsi Banten mendistribusikan logistik pemilu dengan tepat waktu Tanggapan responden terkait 42% 49%
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
15% (6 responden)
0% (0 responden)
7% (3 responden)
0% (0 responden)
5% (2 responden)
0% (0 responden)
0% (0 responden)
2% (1 responden)
0% (0 responden)
0% (0 responden)
5% (2 responden)
2% (1 responden)
24%
3%
204
56
58
59
60
61
62
63
65
pegawai merasa puas dengan (10 responden) (20 responden) (10 responden) pembagian beban kerja yang ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Tanggapan responden terkait 0% 85% 15% pegawai merasa puas dengan (0 responden) (35 responden) (6 responden) pencapaian kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten C. Indikator Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran Tanggapan responden terkait 15% 66% 19% anggota organisasi di Komisi (6 responden) (27 responden) (8 responden) Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah mengakses semua informasi yang dibutuhkan Tanggapan responden terkait 15% 78% 7% Komisi Pemilihan Umum (KPU) (6 responden) (32 responden) (3 responden) Provinsi Banten memberikan pelatihan terlebih dahulu bila ada sistem baru di Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten Tanggapan responden terkait 36% 49% 15% Komisi Pemilihan Umum (KPU) (15 responden) (20 responden) (6 responden) Provinsi Banten mengadakan pendidikan pelatihan untuk meningkatkan kualitas pelayanan secara regular Tanggapan responden terkait 24% 56% 20% pengadaan barang dan jasa terkait (10 responden) (23 responden) (8 responden) pemilu yang dibutuhkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah memakai sistem e-procurement Tanggapan responden terkait sistem 24% 56% 20% e-procurement yang diterapkan (10 responden) (23 responden) (8 responden) telah meningkatkan kinerja organisasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten D. Indikator Perspektif Keuangan Tanggapan responden terkait 32% 56% 12% realisasi penggunaan anggaran telah (13 responden) (23 responden) (5 responden) sesuai dengan perencanaan yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Tanggapan responden terkait 39% 61% 0% penyusunan laporan (16 responden) (25 responden) (0 responden) pertanggungjawaban penggunaan anggaran yang telah dilakukan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
(1 responden)
0% (0 responden)
0% (0 responden)
0% (0 responden)
0% (0 responden)
0% (0 responden)
0% (0 responden)
0% (0 responden)
0% (0 responden)
205
4.4 Pengujian Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka akan dijawab melalui hipotesis yang dihitung dari data yang terkumpul. Pengujian stastistik ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian yang telah diduga. Dalam pengujian hipotesis ini, peneliti melakukan uji korelasi product moment, uji korelasi ganda, uji regresi sederhana, uji regresi ganda, uji t dan uji F.
4.4.1 Hasil Uji Korelasi Product Moment Analisis korelasi product moment digunakan untuk mengetahui hubungan antara satu variabel dengan variabel lain secara linear. Data yang digunakan berskala interval atau rasio. Nilai korelasi (r) adalah 0 sampai 1 atau 0 sampai -1 (untuk hubungan negatif), semakin mendekati 1/-1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat. Sebaliknya, nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah. Menurut Sugiyono (2010) pedoman untuk menginterpretasikan hasil koefisien korelasi sebagai berikut:
0,00 – 0,199 = sangat rendah
0,20 – 0,399 = rendah
0,40 – 0,599 = sedang
0,60 – 0,799 = kuat
0,80 – 1,000 = sangat kuat
Peneliti ingin melakukan analisis korelasi product moment untuk mengetahui hubungan modal sosial (X1) terhadap kinerja organisasi (Y) di Komisi
206
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten, dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS versi 19. Berikut adalah hasil perhitungannya: Tabel 4.11 Hasil Uji Korelasi Product Moment Modal Sosial (X1) terhadap Kinerja Organisasi (Y) Correlations
Modal Sosial (X1)
Pearson Correlation
Modal Sosial
Kinerja
(X1)
Organisasi (Y) 1
Sig. (2-tailed) N Kinerja Organisasi (Y)
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.417
**
.007 41
41
**
1
.417
.007 41
41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Dari output diatas dapat diketahui bahwa terdapat hubungan positif sebesar 0,417 antara variabel modal sosial (X1) terhadap kinerja organisasi (Y) di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Nilai korelasi product moment tersebut menurut Sugiyono (2010) berada di range 0,40 – 0,599 maka disimpulkan bahwa hubungan antara modal sosial (X1) dengan kinerja organisasi (Y) adalah sedang. Selanjutnya peneliti ingin melakukan analisis korelasi product moment untuk mengetahui hubungan budaya organisasi (X2) terhadap kinerja organisasi (Y) di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten, dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS versi 19. Berikut adalah hasil perhitungannya:
207
Tabel 4.12 Hasil Uji Korelasi Product Moment Budaya Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y) Correlations
Budaya Organisasi (X2)
Pearson Correlation
Budaya
Kinerja
Organisasi (X2)
Organisasi (Y)
1
.552
Sig. (2-tailed) N Kinerja Organisasi (Y)
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
**
.000 41
41
**
1
.552
.000 41
41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Dari output diatas dapat diketahui bahwa terdapat hubungan positif sebesar 0,552 antara variabel budaya organisasi (X2) terhadap kinerja organisasi (Y) di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Nilai korelasi product moment tersebut menurut Sugiyono (2010) berada di range 0,40 – 0,599 maka disimpulkan bahwa hubungan antara budaya organisasi (X2) dengan kinerja organisasi (Y) adalah sedang.
4.4.2 Hasil Uji Korelasi Ganda Uji korelasi ganda dipergunakan (multiple correlation) merupakan angka yang menunjukan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel independen secara bersama-sama atau lebih dengan variabel dependen. Peneliti ingin melakukan analisis korelasi ganda untuk mengetahui hubungan modal sosial (X1) dan budaya organisasi (X2) terhadap kinerja organisasi (Y) di Komisi Pemilihan
208
Umum (KPU) Provinsi Banten, dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS versi 19. Berikut adalah hasil perhitungannya: Tabel 4.13 Hasil Uji Korelasi Ganda Modal Sosial (X1) dan Budaya Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y) Correlations
Modal Sosial (X1)
Modal
Budaya
Sosial (X1)
Organisasi (X2)
Organisasi (Y)
1
**
.417
Pearson Correlation
.755
Sig. (2-tailed) N Budaya Organisasi (X2)
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
**
.000
.007
41
41
41
**
1
.755
.000
N Kinerja Organisasi (Y)
Kinerja
.552
**
.000
41
41
41
**
**
1
.417
.552
.007
.000
41
41
41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Berdasarkan nilai koefisien korelasi antara variabel diatas, maka nilai koefisien korelasi ganda atau
= = =
adalah:
1−
(0.417) + (0.552) − 2. (0.417)(0.552)(0.755) 1 − (0.755)² .
= 0.512
.
.
.
209
Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa terdapat hubungan positif sebesar 0,512 antara variabel modal sosial (X1) dan budaya organisasi (X2) secara bersama sama terhadap kinerja organisasi (Y) di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Nilai korelasi ganda tersebut menurut Sugiyono (2010) berada di range 0,40 – 0,599 maka disimpulkan bahwa hubungan antara modal sosial (X1) dan budaya organisasi (X2) secara bersama sama dengan kinerja organisasi (Y) adalah sedang.
4.4.3 Hasil Uji Regresi Linier Sederhana Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen, analisis ini juga untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan dan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen positif atau negatif. Peneliti melakukan uji regresi linier sederhana untuk mengetahui persamaan regresi modal sosial (X1) terhadap kinerja organisasi (Y). Rumus regresi linier sederhana sebagai berikut: ′
Keterangan:
=
+
Y’ = Variabel dependen nilai yang diprediksikan (Kinerja Organisasi) X = Variabel independen (Modal Sosial) a = Nilai Konstanta (nilai Y’ apabila X = 0) b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)
210
Dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS versi 19. Berikut adalah hasil perhitungannya: Tabel 4.14 Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Sederhana Modal Sosial (X1) terhadap Kinerja Organisasi (Y) Coefficients
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
1
(Constant) Modal Sosial (X1)
a
Std. Error
31.770
9.489
.513
.179
Beta
t
.417
Sig.
3.348
.002
2.867
.007
a. Dependent Variable: Kinerja Organisasi (Y)
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Berdasarkan output diatas maka di dapat hasil persamaan regresi linier sederhana antara modal sosial (X1) terhadap kinerja organisasi (Y) sebagai berikut: Y’ = 31,770 + 0,513X Keterangan: Y’ = Kinerja Organisasi X = Modal Sosial a
= Konstanta sebesar 31,770 artinya jika modal sosial nilainya 0, maka tingkat kinerja organisasi (Y) nilainya positif 31,770
b = Koefisien regresi sebesar 0,513 artinya jika modal sosial (X) mengalami kenaikan 1, maka kinerja organisasi mengalami peningkatan sebesar 0,513 Selanjutnya dalam output spss tersebut terdapat output Model Summary yang merupakan hasil analisis determinasi yang dapat digunakan untuk
211
mengetahui persentase sumbangan pengaruh modal sosial (X1) terhadap kinerja organisasi (Y). Berikut adalah hasil perhitungannya: Tabel 4.15 Hasil Uji Koefisien Determinasi Modal Sosial (X1) terhadap Kinerja Organisasi (Y) Model Summary
Model 1
R .417
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.174
.153
5.808
a. Predictors: (Constant), Modal Sosial (X1)
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Berdasarkan output diperoleh angka R Square sebesar 0,174 atau (17,4%). Hal ini menunjukan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen modal sosial (X1) mempengaruhi variabel dependen kinerja organisasi (Y) sebesar 17,4%. Atau variasi variabel bebas yang digunakan mampu menjelaskan sebesar 17,4% variasi variabel dependen. Selanjutnya peneliti melakukan uji regresi linier sederhana untuk mengetahui persamaan regresi budaya organisasi (X2) terhadap kinerja organisasi (Y). Rumus regresi linier sederhana sebagai berikut: ′
Keterangan:
=
+
Y’ = Variabel dependen nilai yang diprediksikan (Kinerja Organisasi) X = Variabel independen (Budaya Organisasi) a = Nilai Konstanta (nilai Y’ apabila X = 0) b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)
212
Tabel 4.16 Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Sederhana Budaya Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y) Coefficients
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
1
(Constant)
a
Std. Error
26.739
7.814
.385
.093
Budaya Organisasi (X2)
Beta
t
.552
Sig.
3.422
.001
4.133
.000
a. Dependent Variable: Kinerja Organisasi (Y)
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Berdasarkan output diatas maka di dapat hasil persamaan regresi linier sederhana antara budaya organisasi (X2) terhadap kinerja organisasi (Y) sebagai berikut: Y’ = 26,739 + 0,385X Keterangan: Y’ = Kinerja Organisasi X = Budaya Organisasi a
= Konstanta sebesar 26,739 artinya jika budaya organisasi nilainya 0, maka tingkat kinerja organisasi (Y) nilainya positif 26,739
b = Koefisien regresi sebesar 0,385 artinya jika budaya organisasi (X) mengalami kenaikan 1, maka kinerja organisasi mengalami peningkatan sebesar 0,385 Selanjutnya dalam output spss tersebut terdapat output Model Summary yang merupakan hasil analisis determinasi yang dapat digunakan untuk
213
mengetahui persentase sumbangan pengaruh budaya organisasi (X2) terhadap kinerja organisasi (Y). Berikut adalah hasil perhitungannya: Tabel 4.17 Hasil Uji Koefisien Determinasi Budaya Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y) Model Summary
Model 1
R .552
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.305
.287
5.330
a. Predictors: (Constant), Budaya Organisasi (X2)
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Berdasarkan output diperoleh angka R Square sebesar 0,305 atau (30,5%). Hal ini menunjukan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen budaya organisasi (X2) mempengaruhi variabel dependen kinerja organisasi (Y) sebesar 30,5%. Atau variasi variabel bebas yang digunakan mampu menjelaskan sebesar 30,5% variasi variabel dependen.
4.4.4 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara dua atau lebih variabel independen dengan satu variabel dependen. Perbedaan dengan regresi linier sederhana yaitu terletak pada jumlah variabel independennya, dimana regresi linier sederhana hanya menggunakan satu variabel independen, sedangkan regresi linier berganda menggunakan dua atau lebih variabel independen yang dimasukan dalam model regresi. Analisis ini juga untuk memprediksikan nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalamai kenaikan atau penurunan, dan untuk mengetahui arah hubungan
214
antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing masing variabel independen berhubungan positif atau negatif. Peneliti melakukan uji regresi berganda untuk mengetahui persamaan regresi modal sosial (X1) dan budaya organisasi (X2) terhadap kinerja organisasi (Y). Rumus regresi linier berganda sebagai berikut: Y’= a+ b1 X1+ b2 X2 Keterangan: Y’ = Variabel dependen nilai yang diprediksikan (Kinerja Organisasi) X1, X2 = Variabel independen (Modal Sosial dan Budaya Organisasi) a = Nilai Konstanta (nilai Y’ apabila X = 0) b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan) Tabel 4.18 Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda Modal Sosial (X1) dan Budaya Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y) Coefficients
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
a
Std. Error
26.704
9.022
Modal Sosial (X1)
.002
.253
Budaya Organisasi (X2)
.384
.144
Beta
t
Sig.
2.960
.005
.002
.008
.994
.551
2.670
.011
a. Dependent Variable: Kinerja Organisasi (Y)
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Berdasarkan output diatas maka di dapat hasil persamaan regresi linier berganda antara modal sosial (X1) dan budaya organisasi (X2) terhadap kinerja organisasi (Y) sebagai berikut:
215
Y’ = 26,704 + 0,002X1 + 0,384 X2 Keterangan: Y’ = Kinerja Organisasi X1 = Modal Sosial X2 = Budaya Organisasi a
= Konstanta sebesar 26,704 artinya jika modal sosial (X1) dan budaya organisasi (X2) nilainya 0, maka tingkat kinerja organisasi (Y) nilainya positif 26,704
b1 = Koefisien regresi variabel modal sosial (X1) sebesar 0,002; artinya jika modal sosial (X1) mengalami kenaikan 1, maka kinerja organisasi mengalami peningkatan sebesar 0,002 dengan asumsi variabel independen lain bernilai tetap b2 = Koefisien regresi variabel budaya organisasi (X2) sebesar 0,384; artinya jika budaya organisasi (X2) mengalami kenaikan 1, maka kinerja organisasi mengalami peningkatan sebesar 0,384 dengan asumsi variabel independen lain bernilai tetap Selanjutnya dalam output spss tersebut terdapat output Model Summary yang merupakan hasil analisis determinasi yang dapat digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh modal sosial (X1) dan
budaya
organisasi (X2) terhadap kinerja organisasi (Y). Berikut adalah hasil perhitungannya:
216
Tabel 4.19 Hasil Uji Koefisien Determinasi Modal Sosial (X1) dan Budaya Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y) Model Summary
Model
R
1
.552
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.305
.268
5.399
a. Predictors: (Constant), Budaya Organisasi (X2), Modal Sosial (X1)
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Berdasarkan output diperoleh angka R Square sebesar 0,305 atau (30,5%). Hal ini menunjukan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen modal sosial (X1) dan budaya organisasi (X2) mempengaruhi variabel dependen kinerja organisasi (Y) sebesar 30,5%. Atau variasi variabel bebas yang digunakan mampu menjelaskan sebesar 30,5% variasi variabel dependen. Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam model penelitian ini.
4.4.5 Hasil Uji Parsial 4.4.5.1 Uji Hipotesis Pertama (Uji t) Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen, modal sosial (X1) secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen, kinerja organisasi (Y). Berikut adalah kriteria pengujian hipotesis: -
H0 :
1=
0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial
(X1) terhadap kinerja organisasi (Y) -
H1 :
1
≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial (X1)
terhadap kinerja organisasi (Y)
217
Tabel 4.20 Hasil Uji Parsial (Uji t) Modal Sosial (X1) dan Budaya Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y) Coefficients
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
a
Std. Error
26.704
9.022
Modal Sosial (X1)
.002
.253
Budaya Organisasi (X2)
.384
.144
Beta
t
Sig.
2.960
.005
.002
.008
.994
.551
2.670
.011
a. Dependent Variable: Kinerja Organisasi (Y)
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Berdasarkan output diatas diperoleh t hitung sebesar 0,008. Kemudian nilai t tabel di cari berdasarkan tabel distribusi t pada α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 41-2-1 = 38 (n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel independen). Dengan pengujian 2 sisi (signifikasi = 0,025%) hasil diperoleh untuk t tabel adalah sebesar +2,024 / -2,024. Kriteria pengujian adalah bila H0 diterima jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel. Sedangkan bila H0 ditolak jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel. Berdasarkan output diatas maka nilai t hitung < t tabel (0,008 < 2,024) maka H 0 diterima dan H1 ditolak. Nilai t hitung < t tabel (0,008 < 2,024) maka H0 diterima, artinya bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial (X1) terhadap kinerja organisasi (Y). Sehingga dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara signifikan modal sosial tidak berpengaruh terhadap kinerja organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten.
218
4.4.5.2 Uji Hipotesis Kedua (Uji t) Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen, budaya organisasi (X2) secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen, kinerja organisasi (Y). Berikut adalah kriteria pengujian hipotesis: -
H0
:
2
= 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya
organisasi (X2) terhadap kinerja organisasi (Y) -
H2 :
2
≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi
(X2) terhadap kinerja organisasi (Y) Tabel 4.21 Hasil Uji Parsial (Uji t) Modal Sosial (X1) dan Budaya Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y) Coefficients
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
a
Std. Error
26.704
9.022
Modal Sosial (X1)
.002
.253
Budaya Organisasi (X2)
.384
.144
Beta
t
Sig.
2.960
.005
.002
.008
.994
.551
2.670
.011
a. Dependent Variable: Kinerja Organisasi (Y)
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Berdasarkan output diatas diperoleh t hitung sebesar 2,670. Kemudian nilai t tabel di cari berdasarkan tabel distribusi t pada α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 41-2-1 = 38 (n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel independen). Dengan pengujian 2 sisi (signifikasi = 0,025%) hasil diperoleh untuk t tabel adalah sebesar +2,024 / -2,024.
219
Kriteria pengujian adalah bila H0 diterima jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel. Sedangkan bila H0 ditolak jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel. Berdasarkan output diatas maka nilai t hitung > t tabel (2,670 > 2,024) maka H 0 ditolak dan H2 diterima. Nilai t hitung > t tabel (2,670 > 2,024) maka H0 ditolak, artinya bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi (X2) terhadap kinerja organisasi (Y). Nilai t hitung positif, artinya pengaruh yang terjadi adalah positif atau dapat diartikan semakin tinggi atau baik budaya organisasi, maka makin meningkatkan kinerja organisasi. Sehingga dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara signifikan budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten.
4.4.6 Hasil Uji Simultan 4.4.6.1 Uji Hipotesis Ketiga (Uji F) Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen, modal sosial (X1) dan budaya organisasi (X2) secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen, kinerja organisasi (Y). Berikut adalah kriteria pengujian hipotesis: -
H0 :
1 :
2
= 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara modal
sosial dan budaya organisasi secara bersama sama terhadap dan kinerja organisasi
220
-
H3 :
1:
2
≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial
dan budaya organisasi secara bersama sama terhadap dan kinerja organisasi Tabel 4.22 Hasil Uji Simultan (Uji F) Modal Sosial (X1) dan Budaya Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
485.296
2
242.648
Residual
1107.826
38
29.153
Total
1593.122
40
F 8.323
Sig. .001
a
a. Predictors: (Constant), Budaya Organisasi (X2), Modal Sosial (X1) b. Dependent Variable: Kinerja Organisasi (Y)
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Berdasarkan output diatas diperoleh F hitung sebesar 8,323. Kemudian nilai F tabel di cari berdasarkan tabel distribusi F pada tingkat keyakinan 95%, α = 5%, df 1 (jumlah variabel-1) atau 3-1 = 2 dan df 2 (n-k-1) atau 41-2-1 = 38 diperoleh hasil F tabel sebesar 3,245. Kriteria pengujian adalah bila H0 diterima jika F hitung ≤ F tabel. Sedangkan H0 ditolak bila F hitung > F tabel. Berdasarkan output diatas maka nilai F hitung > F tabel (8,323 > 3,245) maka H0 ditolak dan H3 diterima. Nilai F hitung > F tabel (8,323 > 3,245) maka H0 ditolak, artinya bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial (X1) dan budaya organisasi (X2) secara bersama sama terhadap kinerja organisasi (Y). Sehingga dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara signifikan modal sosial dan budaya
221
organisasi secara bersama sama berpengaruh terhadap kinerja organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten.
4.4.7 Analisis Jalur (Path Analysis) Untuk menguji pengaruh variabel intervening digunakan metode analisis jalur (path analysis). Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi linier berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antara variabel (model casual) yang telah ditetapkan. Analisis jalur sendiri tidak dapat menentukan hubungan sebab-akibat dan juga tidak dapat digunakan sebagai substitusi bagi peneliti untuk melihat hubungan kausal antar variabel. Hubungan kausalitas antar variabel telah dibentuk dengan model berdasarkan landasan teori. Gambar 4.2 Panel Hubungan Langsung Modal Sosial (X1) Mempengaruhi Kinerja Organisasi (Y) X1 (Modal Sosial)
c
Y (Kinerja Organisasi)
Sumber: Peneliti,2015 Gambar 4.3 Panel Hubungan Tidak Langsung Modal Sosial (X1) Mempengaruhi Kinerja Organisasi (Y) Melewati Budaya Organisasi (M) M (Budaya Organisasi)
a X1 (Modal Sosial)
Sumber: Peneliti,2015
b
c’
Y (Kinerja Organisasi)
222
Pada gambar 4.2 variabel Modal Sosial (X1) berpengaruh langsung terhadap Kinerja Organisasi (Y) atau sering disebut direct effect, sedangkan pada gambar 4.3 menggambarkan bentuk mediasi sederhana yaitu pengaruh tidak langsung Modal Sosial (X1) ke Kinerja Organisasi (Y), lewat Budaya Organisasi (M) sebagai variabel moderator. Hubungan sederhana antara Modal Sosial (X1) ke Kinerja Organisasi (Y) sering disebut total effect (pengaruh total) dengan nilai koefisien total effect c (lihat gambar 4.2). Koefisien c ini berbeda dengan koefisien c’ yang merupakan koefisien pengaruh langsung (direct effect) Modal Sosial (X1) ke Kinerja Organisasi (Y) setelah mengendalikan Budaya Organisasi (M). Berikut ini merupakan model analisis jalur (Path Analysis): Gambar 4.4 Model Analisis Jalur (Path Analysis) e1
p2 X1 (Modal Sosial)
M (Budaya Organisasi)
p1
p3 Y (Kinerja Organisasi)
e2
Sumber: Peneliti,2015 Berdasarkan model jalur diajukan hubungan berdasarkan teori bahwa Modal Sosial (X1) mempunyai hubungan langsung dengan Kinerja Organisasi (Y) atau p1. Namun demikian Modal Sosial (X1) juga mempunyai hubungan tidak langsung ke Kinerja Organisasi (Y) yaitu dari Modal Sosial (X1) ke Budaya Organisasi (M) atau p2 baru kemudian ke Kinerja Organisasi (Y) atau p3.
223
Diagram jalur memberikan secara eksplisit hubungan kausalitas antara variabel berdasarkan pada teori. Anak panah menunjukan hubungan antara variabel, seperti dijelaskan di bawah ini: 1. Pengaruh Langsung Modal Sosial (X1) ke Kinerja Organisasi (Y) = p1 2. Pengaruh Tak Langsung Modal Sosial (X1) ke Budaya Organisasi (M) ke Kinerja = p2 x p3 Organisasi (Y) 3. Total Pengaruh korelasi Modal Sosial (X1) ke Kinerja Organisasi (Y) = p1 + (p2 x p3) Maka persamaan tersebut adalah: Budaya Organisasi = α + p2Modal Sosial + e1
(1)
Kinerja Organisasi = α + p1Modal Sosial + p3Budaya Organisasi + e2
(2)
Dalam penelitian ini untuk mengetahui analisis jalur Modal Sosial (X1) berpengaruh langsung ke Kinerja Organisasi (Y) dan dapat juga berpengaruh tidak langsung yaitu dari Modal Sosial (X1) ke Budaya Organisasi (M) lalu ke Kinerja Organisasi (Y) menggunakan bantuan piranti lunak Statistic Program Social Science (SPSS) versi 19.0. Tabel 4.23 Analisis Jalur (Path Analysis) Hasil Uji Signifikasi Parameter Individual Modal Sosial (X1) Terhadap Budaya Organisasi (M) Coefficients
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant) Modal Sosial (X1)
a
Std. Error
13.188
9.819
1.330
.185
a. Dependent Variable: Budaya Organisasi (M)
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Beta
t
.755
Sig.
1.343
.187
7.185
.000
224
Persamaan regresi yang diperoleh dari hasil pengujian tersebut adalah: Modal Sosial = 13,188 + 1,330p2 + e Tabel 4.24 Hasil Uji Koefisien Determinasi Modal Sosial (X1) terhadap Budaya Organisasi (M) Model Summary
Model 1
R .755
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.570
.559
6.011
a. Predictors: (Constant), Modal Sosial (X1)
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Hasil output SPSS tabel 4.23 memberikan nilai standardized beta Modal Sosial (X1) pada persamaan sebesar 1,330 dan signifikan pada 0,000 yang berarti Modal Sosial (X1) mempengaruhi Budaya Organisasi (M). Nilai koefisien beta merupakan nilai path atau p2. Besarnya nilai e1 = 1 − 0,570 = 0,655
Tabel 4.25 Analisis Jalur (Path Analysis) Hubungan Tidak Langsung Modal Sosial (X1) Terhadap Kinerja Organisasi (Y), Melalui Budaya Organisasi (M) Coefficients
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
a
Std. Error
26.704
9.022
Modal Sosial (X1)
.002
.253
Budaya Organisasi (X2)
.384
.144
Beta
t 2.960
.005
.002
.008
.994
.551
2.670
.011
a. Dependent Variable: Kinerja Organisasi (Y)
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Persamaan yang diperoleh dari hasil pengujian tersebut adalah: Kinerja Organisasi = 26,704 + 0,002p1 + 0,384p3 + e
Sig.
225
Tabel 4.26 Hasil Uji Koefisien Determinasi Modal Sosial (X1) dan Budaya Organisasi (M) terhadap Kinerja Organisasi (Y) Model Summary
Model
R
1
R Square
.552
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.305
.268
5.399
a. Predictors: (Constant), Budaya Organisasi (M), Modal Sosial (X1)
Sumber: Peneliti, 2015 Pada output SPSS tabel 4.25 memberikan nilai standardized beta untuk Modal Sosial (X1) 0,002 dan tidak signifikan. Nilai standardized beta untuk Budaya Organisasi (M) 0,384 dan signifikan. Nilai standardized beta untuk Modal Sosial (X1) 0,002 merupakan jalur path p1 dan nilai standardized beta untuk Budaya Organisasi (M) 0,384 merupakan path p3. Besarnya nilai e2 = 1 − 0,305 = 0,833
Dalam menggambarkan diagram jalur yang perlu diperhatikan adalah anak
panah berkepala satu merupakan hubungan regresi dan anak panah berkepala dua adalah hubungan korelasi. Berikut ini merupakan model analisis jalur pada penelitian berdasarkan hasil perhitungan yang telah diperoleh. Gambar 4.5 Hasil Model Analisis Jalur (Path Analysis) e1=0,655
p2= 1,330 X1 (Modal Sosial)
Sumber: Peneliti, 2015
M (Budaya Organisasi)
p1=0,002
p3=0,384 Y (Kinerja Organisasi)
e2=0,883 3
226
Hasil analisis jalur menunjukan bahwa Modal Sosial (X1) dapat berpengaruh langsung ke Kinerja Organisasi (Y) dan dapat juga berpengaruh tidak langsung yaitu dari Modal Sosial (X1) ke Budaya Organisasi (M) sebagai intervening lalu ke Kinerja Organisasi (Y). Besarnya pengaruh langsung adalah 0,002 sedangkan besarnya pengaruh tidak langsung harus dihitung dengan mengalikan koefisien tidak langsungnya yaitu (1,330) x (0,384) = 0,51072 atau total pengaruh Modal Sosial (X1) ke Kinerja Organisasi (Y) = 0,002 + (1,330 x 0,384) = 0,51272. Secara rinci dijelaskan dibawah ini: Tabel 4.27 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung 1. Pengaruh Langsung Modal Sosial (X1) ke Kinerja Organisasi (Y) = 0,002 2. Pengaruh Tak Langsung Modal Sosial (X1) ke Budaya Organisasi = 1,330 x 0,384 = 0,51072 (M) ke Kinerja Organisasi (Y) 3. Total Pengaruh Korelasi Modal Sosial (X1) ke Kinerja Organisasi (Y) = 0,002 + (1,330 x 0,384) = 0,51272 Sumber: Peneliti, 2015 Pengaruh mediasi yang ditunjukan oleh perkalian koefisien (p2 x p3) yaitu (1,330) x (0,384) = 0,51072. Signifikan atau tidak, diuji dengan Sobel test sebagai berikut: Hitung standar eror dari koefisien indirect effect (sp2p3) Sp2p3 =
3
2 + 2
3 +
2
3
Sp2p3 = (0,384) (0,185) + (1,330) (0,144) + (0,185) (0,144) Sp2p3 = (0,0050466816) + (0,0366799104) + (0,0007096896) Sp2p3 = √0,0424362816 Sp2p3 = 0,206
227
Berdasarkan hasil Sp2p3 ini kita dapat menghitung nilai t statistic pengaruh mediasi dengan rumus sebagai berikut:
t=
=
,
,
= 2,480
Oleh karena nilai t hitung = 2,480 lebih besar dari t tabel dengan tingkat signifikasi 0,05 yaitu sebesar 1,96 maka dapat disimpulkan bahwa koefisien mediasi 0,51072 signifikan yang berarti ada pengaruh mediasi. Sehingga besar pengaruh mediasi adalah 0,51072 atau 51,072% yang dibulatkan menjadi 51,1%.
4.5 Interpretasi Hasil Penelitian Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti akan menginterpretasikan hasil penelitian berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukan sebelumnya. Dalam penelitian ini, peneliti akan menjawab tiga rumusan masalah yaitu pertama, bagaimana pengaruh antara modal sosial (X1) terhadap kinerja organisasi (Y) di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Untuk mengetahui hubungan antara satu variabel dengan variabel lain secara linear dilakukan uji korelasi product moment. Dari hasil output uji korelasi product moment, diketahui bahwa terdapat hubungan positif sebesar 0,417 antara variabel modal sosial (X1) dengan kinerja organisasi (Y) di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Nilai korelasi product moment tersebut menurut Sugiyono (2010) berada di range 0,40 – 0,599 maka disimpulkan bahwa hubungan antara modal sosial (X1) dengan kinerja organisasi (Y) adalah sedang.
228
Selanjutnya dilakukan analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Berdasarkan uji tersebut di dapat hasil persamaan regresi linier sederhana antara modal sosial (X1) terhadap kinerja organisasi (Y) yaitu Y’ = 31,770 + 0,513X. Dimana Y’ adalah kinerja organisasi sedangkan X adalah Modal Sosial. Konstanta sebesar 31,770 artinya jika modal sosial nilainya 0, maka tingkat kinerja organisasi (Y) nilainya positif 31,770. Sedangkan koefisien regresi sebesar 0,513 artinya jika modal sosial (X) mengalami kenaikan 1, maka kinerja organisasi mengalami peningkatan sebesar 0,513. Selanjutnya dalam output spss uji regresi linier sederhana, terdapat output Model Summary yang merupakan hasil analisis determinasi yang dapat digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh modal sosial (X1) terhadap kinerja organisasi (Y). Berdasarkan output diperoleh angka R Square sebesar 0,174 atau (17,4%). Hal ini menunjukan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen modal sosial (X1) mempengaruhi variabel dependen kinerja organisasi (Y) sebesar 17,4%. Atau variasi variabel bebas yang digunakan mampu menjelaskan sebesar 17,4% variasi variabel dependen. Selanjutnya untuk menguji hipotesis dilakukan analisis uji regresi linier berganda, dalam hipotesis ini dilakukan uji parsial (uji t). Berdasarkan output uji regresi linier berganda diperoleh t hitung sebesar 0,008. Kemudian nilai t tabel di cari berdasarkan tabel distribusi t pada α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 41-2-1 = 38 (n adalah jumlah data dan k adalah
229
jumlah variabel independen). Dengan pengujian 2 sisi (signifikasi = 0,025%) hasil diperoleh untuk t tabel adalah sebesar +2,024 / -2,024. Kriteria pengujian adalah bila H0 diterima jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel. Sedangkan bila H0 ditolak jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel. Berdasarkan output tersebut maka nilai t hitung < t tabel (0,008 < 2,024) maka H 0 diterima dan H1 ditolak. Nilai t hitung < t tabel (0,008 < 2,024) maka H0 diterima, artinya bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial (X1) terhadap kinerja organisasi (Y). Sehingga dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara signifikan modal sosial tidak berpengaruh terhadap kinerja organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Kemudian dalam penelitian ini, peneliti akan menjawab rumusan masalah yang kedua, bagaimana pengaruh antara budaya organisasi (X2) terhadap kinerja organisasi (Y) di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Untuk mengetahui hubungan antara satu variabel dengan variabel lain secara linear dilakukan uji korelasi product moment. Dari hasil output uji korelasi product moment, diketahui bahwa terdapat hubungan positif sebesar 0,552 antara variabel budaya organisasi (X2) dengan kinerja organisasi (Y) di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Nilai korelasi product moment tersebut menurut Sugiyono (2010) berada di range 0,40 – 0,599 maka disimpulkan bahwa hubungan antara budaya organisasi (X2) dengan kinerja organisasi (Y) adalah sedang.
230
Selanjutnya dilakukan analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Berdasarkan uji tersebut di dapat hasil persamaan regresi linier sederhana antara budaya organisasi (X2) terhadap kinerja organisasi (Y) yaitu Y’ = 26,739 + 0,385X. Dimana Y adalah kinerja organisasi sedangkan X adalah budaya organisasi. Konstanta sebesar 26,739 artinya jika modal sosial nilainya 0, maka tingkat kinerja organisasi (Y) nilainya positif 26,739. Koefisien regresi sebesar 0,385 artinya jika budaya organisasi (X) mengalami kenaikan 1, maka kinerja organisasi mengalami peningkatan sebesar 0,385 Selanjutnya dalam output spss tersebut terdapat output Model Summary yang merupakan hasil analisis determinasi yang dapat digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh budaya organisasi (X2) terhadap kinerja organisasi (Y). Berdasarkan output diperoleh angka R Square sebesar 0,305 atau (30,5%). Hal ini menunjukan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen budaya organisasi (X2) mempengaruhi variabel dependen kinerja organisasi (Y) sebesar 30,5%. Atau variasi variabel bebas yang digunakan mampu menjelaskan sebesar 30,5% variasi variabel dependen. Selanjutnya untuk menguji hipotesis dilakukan analisis uji regresi linier berganda, dalam hipotesis ini dilakukan uji parsial (uji t). Berdasarkan output uji regresi linier berganda diperoleh t hitung sebesar 2,670. Kemudian nilai t tabel di cari berdasarkan tabel distribusi t pada α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 41-2-1 = 38 (n adalah jumlah data dan k adalah
231
jumlah variabel independen). Dengan pengujian 2 sisi (signifikasi = 0,025%) hasil diperoleh untuk t tabel adalah sebesar +2,024 / -2,024. Kriteria pengujian adalah bila H0 diterima jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel. Sedangkan bila H0 ditolak jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel. Berdasarkan output diatas maka nilai t hitung > t tabel (2,670 > 2,024) maka H 0 ditolak dan H2 diterima. Nilai t hitung > t tabel (2,670 > 2,024) maka H0 ditolak, artinya bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi (X2) terhadap kinerja organisasi (Y). Nilai t hitung positif, artinya pengaruh yang terjadi adalah positif atau dapat diartikan semakin tinggi atau baik budaya organisasi, maka makin meningkatkan kinerja organisasi. Sehingga dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara signifikan budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Kemudian dalam penelitian ini, peneliti akan menjawab rumusan masalah yang ketiga, bagaimana pengaruh antara modal sosial (X1) dan budaya organisasi (X2) secara bersama sama terhadap kinerja organisasi (Y) di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Untuk mengetahui hubungan antara dua variabel independen dan satu variabel dependen dilakukan uji korelasi ganda. Dari hasil output uji korelasi ganda dapat diketahui bahwa terdapat hubungan positif sebesar 0,512 antara variabel modal sosial (X1) dan budaya organisasi (X2) dengan kinerja organisasi (Y) di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Nilai korelasi ganda tersebut menurut Sugiyono (2010) berada di range 0,40 – 0,599 maka disimpulkan
232
bahwa hubungan antara modal sosial (X1) dan budaya organisasi (X2) secara bersama sama dengan kinerja organisasi (Y) adalah sedang. Selanjutnya dilakukan analisis uji regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara dua atau lebih variabel independen dengan satu variabel dependen. Berdasarkan uji tersebut di dapat hasil persamaan regresi linier berganda antara modal sosial (X1) dan budaya organisasi (X2) terhadap kinerja organisasi (Y) yaitu Y’ = 26,704 + 0,002X1 + 0,384X2. Dimana Y’ adalah kinerja organisasi, X1 adalah modal sosial dan X2 budaya organisasi. Konstanta sebesar 26,704 artinya jika modal sosial (X1) dan budaya organisasi (X2) nilainya 0, maka tingkat kinerja organisasi (Y) nilainya positif 26,704. Koefisien regresi variabel modal sosial (X1) sebesar 0,002; artinya jika modal sosial (X1) mengalami kenaikan 1, maka kinerja organisasi mengalami peningkatan sebesar 0,002 dengan asumsi variabel independen lain bernilai tetap. Koefisien regresi variabel budaya organisasi (X2) sebesar 0,384; artinya jika budaya organisasi (X2) mengalami kenaikan 1, maka kinerja organisasi mengalami peningkatan sebesar 0,384 dengan asumsi variabel independen lain bernilai tetap. Selanjutnya dalam output spss tersebut terdapat output Model Summary yang merupakan hasil analisis determinasi yang dapat digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan. Berdasarkan output diperoleh angka R Square sebesar 0,305 atau (30,5%). Hal ini menunjukan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen modal sosial (X1) dan budaya organisasi (X2) mempengaruhi variabel dependen kinerja organisasi (Y) sebesar 30,5%. Atau variasi variabel bebas yang digunakan mampu menjelaskan sebesar 30,5% variasi
233
variabel dependen. Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam model penelitian ini. Selanjutnya untuk menguji hipotesis dilakukan analisis uji regresi linier berganda, dalam hipotesis ini dilakukan uji simultan (uji F). Berdasarkan output uji regresi linier berganda Berdasarkan output diatas diperoleh F hitung sebesar 8,323. Kemudian nilai F tabel di cari berdasarkan tabel distribusi F pada tingkat keyakinan 95%, α = 5%, df 1 (jumlah variabel-1) atau 3-1 = 2 dan df 2 (n-k-1) atau 41-2-1 = 38 diperoleh hasil F tabel sebesar 3,245. Kriteria pengujian adalah bila H0 diterima jika F hitung ≤ F tabel. Sedangkan H0 ditolak bila F hitung > F tabel. Berdasarkan output diatas maka nilai F hitung > F tabel (8,323 > 3,245) maka H0 ditolak dan H3 diterima. Nilai F hitung > F tabel (8,323 > 3,245) maka H0 ditolak, artinya bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial (X1) dan budaya organisasi (X2) secara bersama sama terhadap kinerja organisasi (Y). Sehingga dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara signifikan modal sosial dan budaya organisasi secara bersama sama berpengaruh terhadap kinerja organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Kemudian dilakukan analisis jalur (path analysis) yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel intervening, analisis ini juga merupakan perluasan dari analisis regresi linier berganda yang digunakan untuk menganalisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antara variabel (model casual) yang telah ditetapkan. Peneliti ingin mengetahui variabel Modal Sosial (X1) berpengaruh langsung Kinerja Organisasi (Y) dan bentuk mediasi sederhana pengaruh tidak
234
langsung Modal Sosial (X1) ke Kinerja Organisasi (Y), lewat Budaya Organisasi (M) sebagai variabel moderator. Bersadarkan hasil penelitian diketahui bahwa persamaan hubungan langsung antara Modal Sosial (X1) terhadap Kinerja Organisai (Y) adalah Modal Sosial = 13,188 + 1,330p2 + e. Sedangkan persamaan hubungan tidak langsung antara Modal Sosial (X1) Terhadap Kinerja Organisasi (Y), Melalui Budaya Organisasi (M) adalah Kinerja Organisasi = 26,704 + 0,002p1 + 0,384p3 + e. Dari hasil penelitian diketahui bahwa nilai p1 = 0,002, nilai p2 = 1,330, nilai p3 = 0,384. Besarnya nilai e1 = 0,655 sedangkan besarnya nilai e2 = 0,833 Hasil analisis jalur menunjukan bahwa Modal Sosial (X1) dapat berpengaruh langsung ke Kinerja Organisasi (Y) dan dapat juga berpengaruh tidak langsung yaitu dari Modal Sosial (X1) ke Budaya Organisasi (M) sebagai intervening lalu ke Kinerja Organisasi (Y). Besarnya pengaruh langsung adalah 0,002 sedangkan besarnya pengaruh tidak langsung harus dihitung dengan mengalikan koefisien tidak langsungnya yaitu (1,330) x (0,384) = 0,51072 atau total pengaruh Modal Sosial (X1) ke Kinerja Organisasi (Y) = 0,002 + (1,330 x 0,384) = 0,51272. Besarnya pengaruh mediasi yang ditunjukan oleh perkalian koefisien (p2 x p3) yaitu (1,330) x (0,384) = 0,51072. Signifikan atau tidak, diuji dengan Sobel test, sehingga nilai t hitung yang diperoleh adalah 2,480 sedangkan t tabel adalah 1,96. Oleh karena nilai t hitung = 2,480 lebih besar dari t tabel dengan tingkat signifikasi 0,05 yaitu sebesar 1,96 maka dapat disimpulkan bahwa koefisien
235
mediasi 0,51072 signifikan yang berarti ada pengaruh mediasi. Sehingga besar pengaruh mediasi adalah 0,51072 atau 51,072% yang dibulatkan menjadi 51,1%.
4.6 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dideskripsikan sebelumnya tentang pengaruh modal sosial dan budaya organisasi terhadap kinerja organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten didapatkan hasil penelitian bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial terhadap kinerja organisasi, terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi terhadap kinerja organisasi dan terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial dan budaya organisasi secara bersama sama terhadap kinerja organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Uraian pembahasan akan dijelaskan sebagai berikut: Modal sosial adalah salah satu konsep yang digunakan untuk mengukur kualitas hubungan dalam komunitas, organisasi dan masyarakat. Menurut James Coleman modal sosial adalah kemampuan masyarakat untuk bekerjasama demi mencapai tujuan bersama di dalam berbagai kelompok atau organisasi. indikatornya adalah jaringan sosial/kerja, kepercayaan antar sesama dan ketaatan terhadap norma. Berdasarkan data yang diperoleh, skor ideal yang yang diperoleh dalam variabel modal sosial (X1) adalah 4x16x41=2624 sedangkan skor minimal adalah 1x16x41=656. Jumlah skor yang diperoleh dalam variabel modal sosial (X1)
236
adalah 2165, rata rata skor seluruh instrument adalah 2165:2624x100%=83%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa modal sosial dalam penelitian ini adalah 83%. Pada indikator pertama, jaringan sosial/kerja jumlah skor ideal dalam indikator ini adalah 4x6x41=984 sedangkan skor minimal adalah 1x6x41=246. Jumlah skor yang diperoleh dalam indikator ini adalah 740, rata rata skor seluruh instrument adalah (740:984)x100%=75%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh jaringan sosial/kerja pada variabel modal sosial adalah 75%. Pada indikator kedua, kepercayaan antar sesama jumlah skor ideal dalam indikator ini adalah 4x5x41=820 sedangkan skor minimal adalah 1x5x41=205. Jumlah skor yang diperoleh dalam indikator ini adalah 630, rata rata skor seluruh instrument adalah (630:820)x100%=77%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh kepercayaan antar sesama pada variabel modal sosial adalah 77%. Pada indikator ketiga, ketaatan terhadap norma jumlah skor ideal dalam indikator ini adalah 4x5x41=820 sedangkan skor minimal adalah 1x5x41=205. Jumlah skor yang diperoleh dalam indikator ini adalah 626, rata rata skor seluruh instrument adalah (626:820)x100%=76%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh ketaatan terhadap norma pada variabel modal sosial adalah 76%. Dalam indikator jaringan sosial/kerja bentukan dari insfrastruktur modal sosial dan merupakan pola hubungan antara orang dan interaksi yang ada di dalam organisasi. Jaringan sosial/kerja akan menjadi fasilitator untuk mendukung terjadinya interkasi yang kemudian akan menumbuhkan kepercayaan dan kerjasama yang kuat. Jaringan sosial/kerja memiliki makna bahwa posisi seseorang dalam struktur interaksi akan memberikan keuntungan tertentu.
237
Seseorang yang memiliki interaksi yang baik dengan rekan kerjanya akan berkinerja dengan baik. Adanya interaksi yang baik akan sangat kondusif untuk kerjasama antara anggota organisasi. Interaksi yang baik akan mengakibatkan hubungan kerja semakin baik dan menumbuhkan kedekatan antara karyawan atau pegawai, jadi seseorang akan lebih mudah mendapatkan bantuan dan dukungan dari rekan kerjanya, misalnya bisa saling mengakses sumber daya dan informasi dengan sesama rekan kerja. Hal ini akan memperlancar proses kerja anggota organisasi dan membuat kinerja anggota organisasi itu menjadi lebih baik. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah memiliki jaringan sosial/kerja yang kuat yang kemudian hubungan ini akan membantu pegawai untuk melakukan kerja sama untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Jaringan sosial/kerja di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten juga tidak hanya ditandai dengan hubungan sesama pegawai atau komisioner hal ini juga dibuktikan dengan terbinanya hubungan jaringan sosial/kerja dengan stakeholder terkait yang merupakan unsur penting yang akan menikmati pelayanan dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten seperti masyarakat, instansi terkait yang ikut andil dalam keberhasilan penyelenggaraan pemilihan umum dan partai politik yang ikut menjadi peserta dalam penyelenggaraan pemilihan umum. Selain itu dengan adanya hubungan jaringan sosial/kerja yang baik membuat pencapain informasi pekerjaan menjadi tersebar merata kepada seluruh bagian, hal ini membuktikan bahwa telah terjadi interaksi yang kemudian membuat pegawai atau komisioner mengetahui pencapaian kinerja atau target kerja di waktu mendatang. Untuk membina hubungan kedekatan yang terjalin
238
antara rekan kerja, pegawai juga melakukan kegiatan informal seperti makan siang, rekreasi atau kegiatan futsal sehingga intensitas interaksi menjadi lebih rutin karena terciptanya kedekatan antara anggota organisasi. Pegawai juga umumnya dapat memberikan ide dan gagasan untuk mengembangkan hubungan interaksi atau hubungan jaringan/sosial kerja dengan pegawai lain hal ini dimaksudkan agar hubungan tersebut menjadi lebih kondusif atau lebih baik. Namun dalam membina hubungan interaksi atau jaringan sosial/kerja, pola hubungan ini tidak terlepas landasan aturan. Sehingga kendati terjalin hubungan kedekatan antara pegawai, tidak membuat pegawai melupakan aturan kerja yang ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten seperti aturan masuk kerja dan kode etik penyelenggaraan pemilihan umum. Manfaat dari terbinanya hubungan jaringan sosial/kerja yang kuat adalah terjalin hubungan yang baik antara atasan dan bawahan. Dalam indikator kepercayaan terhadap sesama, kepercayaan merupakan nilai yang ditunjuk oleh adanya perilaku jujur, teratur dan kerja sama berdasarkan norma norma yang dianut bersama. Kepercayaan harus dimilili dan menjadi bagian yang kuat untuk membentuk modal sosial yang baik dan dapat ditandai dengan kuatnya lembaga lembaga sosial yang harmonis dan dinamis. Kepercayaan merupakan asset yang tumbuh dari hubungan jaringan sosial/kerja yang mencangkup kepercayaan itu sendiri dan kelayakan dipercaya. Kepercayaan ini merupakan atribut yang melekat dalam suatu hubungan, sedangkan kelayakan dipercaya merupakan atribut yang melekat pada individu yang terlibat dalam hubungan tersebut. makin tinggi kepercayaan antara rekan kerja dalam suatu
239
organisasi, maka orang orang dalam organisasi tersebut memiliki kelayakan dipercaya yang tinggi. Dalam kondisi saling mempercayai yang tinggi, orang akan mampu bekerja dengan baik dalam suatu social exchange, dalam bentuk kerja sama dengan orang lain. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah memiliki kepercayaan yang tinggi baik antara pegawai ataupun pegawai dengan komisioner. Kepercayaan antara pegawai ditunjukan dengan adanya kelayakan dipercaya berupa memberikan kepercayaan untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan kemapuan yang dimiliki oleh individu tersebut. Selain itu dalam kondisi kepercayaan yang tinggi ini ditunjukan dengan adanya koreksi pekerjaan yang dilakukan oleh Kepala Bagian atau Kepala Sub Bagian sehingaa terciptanya kerjasama antara pegawai pelaksana. Kepala Bagian dan Kepala Sub Bagian. Dalam membina kepercayaan antara pegawai dan komisioner terjadi kepercayaan yang timbul karena interkasi yang dilakukan. Komisioner umumnya selalu berinteraksi dan membina hubungan kerja yang baik antara Sekertaris, Kepala Bagian dan Kepala Sub Bagian sehingga timbul kepercayaan dan kelayakan dipercaya dalam hubungan ini. Berbeda dengan level pegawai pelaksana yang tidak sering berinteraksi dengan komisioner, dalam hubungan ini kepercayaan belum terjalin baik karena kurangnya interaksi antara komisioner dengan pegawai pelaksana karena komisioner yang jarang ada di lingkungan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten, hal ini dibuktikan pula dengan kuesioner dimana dari 41 responden terdapat 12 orang yang menjawab tidak setuju ketika diajukan pertanyaan antara pegawai saling percaya dengan anggota
240
komisioner. Namun dari hasil keseluruhan hubungan kepercayaan antara pegawai dengan pegawai dan antara pegawai dengan komisioner sangat baik dibuktikan dengan responden yang menjawab setuju ketika diajukan pernyaatan ini. Hasil ini membuktikan bahwa semakin sering anggota organisasi melakukan interkasi, hubungan atau jaringan sosial/kerja akan menumbuhkan kepercayaan dan kelayakan dipercaya. Kepercayaan yang terjalin antara pegawai di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten diwujudkan pula dengan adanya saling membantu antara pegawai apabila mengalami keusilitan pekerjaan, hal ini merupakan efek dari terbinanya hubungan baik yang terjalin. Kepercayaan dan kelayakan dipercaya juga menyebabkan rasa kekeluargaan yang terjalin di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Hubungan jaringan sosial/kerja yang kuat dan kepercyaan yang terjalin antara anggota organisasi membuat lingkungan kerja menjadi dinamis dan harmonis sehingga dapat mampu meminimalisir konflik konflik horizontal yang terjadi antara pegawai. Dalam indikator ketaatan terhadap norma, merupakan susunan dari pemahaman terhadap nilai nilai yang kehidupan serta harapan yang diyakini dan dijalankan oleh sekelompok orang. Ketaatan terhadap norma juga merupakan sumberdaya yang memberikan representasi dan interprestasi bersama yang menjadi sistem makna bersama antara pihak organisasi. Nahapiet dan Ghoshal (1998) menjelaskan shared languanges (codes), shared narratives dan shared vision yang memfasilitasi pemahaman tentang tujuan kolektif dan cara bertindak dalam suatu sistem sosial.
241
Shared languages (codes) dan shared narratives merupakan sarana orang berdiskusi dan bertukar informasi dalam menjalankan proses kerjanya. Jika ada shared languages (codes) dan shared narratives, komunikasi antara anggota organisasi akan lebih baik dan terbuka. Shared languages (codes) dan shared narratives juga akan mempengaruhi persepsi anggota organisasi. Adanya shared languages (codes) dan shared narratives akan menciptakan persepsi yang sama antar anggota organisasi yang akan mempercepat proses komunikasi untuk menunjang kinerja. Umumnya dimensi kognitif dalam bentuk shared languages (codes) dan shared narratives akan mengarah ke pemahaman yang sama tentang tujuan organisasi (shared vision). Jika anggota organisasi memiliki pemahaman yang sama tentang tujuan organisasi mereka akan bisa bekerja dengan lebih baik. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten memiliki peraturan tertulis untuk mengatur aktivitas pegawai agar kegiatan yang dilakukan dalam bekerja sesuai dengan pemahaman bersama sehingga tujuan organisasi yang terdapat dalam visi dan misi organisasi dapat tercapat. Peraturan tertulis tersebut dapat berupa undang undang terkait penyelenggaraan pemilu, peraturan terkait pegawai
negeri
sipil
atau
peraturan
komisi
pemilihan
umum
terkait
penyelenggaraan pemilihan umum. Dari hasil aturan aturan itulah kemudian muncul suatu pemahaman bersama untuk bertindak, berkomunikasi dan berinteraksi. Pegawai ataupun anggota komisioner di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten dituntut cepat untuk memahami peraturan atau regulasi. Hal ini dikarenakan perubahan peraturan yang cepat terkait penyelanggaraan pemilihan
242
umum. Ini merupakan bagain dari tantangan kerja di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Pegawai dan anggota komisioner tidak diberi kesempatan untuk mendalami regulasi, intrnalisasi regulasi, konsolidasi regulasi karena disaat yang bersamaan pegawai ataupun anggota komisioner di Komisi Pemilihan Umum (KPU) dituntut untuk mengimplementasikan regulasi atau aturan tersebut. Seihingga dalam hal ini diperlukan shared languages (codes) dan shared narratives merupakan sarana orang berdiskusi dan bertukar informasi dalam menjalankan
proses
kerjanya
karena
kendati
menghadapi
peraturan
penyelenggaraan pemilihan umum yang berubah dengan cepat, baik pegawai atau komisioner dapat berdiskusi dan bertukar informasi sehingga tetap berjalan pada tujuan organisasi (shared vision) yang sama. Secara umum, pegawai mampu menerima peraturan yang ada dengan baik karena kepatuhan pegawai pada peraturan dapat menjada sistem yang terbangun di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten berjalan sesuai dengan misi dan visi yang telah ditetapkan. Kepatuhan pegawai terhadap peraturan juga dapat mempermudah tata kelola organisasi menjadi dinamis dan harmonis karena anggota organisasi berjalan pada persepsi yang sama. Budaya organisasi merupakan bagian dari manajemen sumber daya manusia dan teori organisasi. Robbins mendefinisikan budaya organisasi sebagai filosofi dasar yang memberikan arahan bagi kebijakan organisasi dalam pengelolaan karyawan. Robbins juga menyatakan budaya organisasi sebagai sistem makna bersama yang dibentuk oleh warganya yang sekaligus menjadi pembeda dengan organisasi lain. Sistem pemaknaan bersama merupakan
243
seperangkat karakter kunci dari nilai nilai organisasi. Ada berbagai karakteristik budaya organisasi diantaranya yaitu inovasi dan keberanian mengambil resiko (innovation dan risk taking), perhatian terhadap detail (attention to detail), berorientasi kepada hasil (outcome orientation), berorientasi kepada manusia (people orientation), berorientasi kepada tim (tim orientation), agresifitas (aggressiveness) dan stabilitas (stability). Berdasarkan data yang diperoleh, skor ideal yang yang diperoleh dalam variabel budaya organisasi (X2) adalah 4x28x41=4592 sedangkan skor minimal adalah 1x28x41=1148. Jumlah skor yang diperoleh dalam variabel budaya organisasi (X2) adalah 3420, rata rata skor seluruh instrument adalah 3420:4592x100%=74%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi dalam penelitian ini adalah 74%. Pada indikator pertama, inovasi dan keberanian mengambil resiko jumlah skor ideal dalam indikator ini adalah 4x4x41=656 sedangkan skor minimal adalah 1x4x41=164. Jumlah skor yang diperoleh dalam indikator ini adalah 493, rata rata skor
seluruh
instrument
adalah
(493:656)x100%=75%.
Sehingga
dapat
disimpulkan bahwa pengaruh inovasi dan keberanian mengambil resiko pada variabel budaya organisasi adalah 75%. Pada indikator kedua, perhatian terhadap detail jumlah skor ideal dalam indikator ini adalah 4x4x41=656 sedangkan skor minimal adalah 1x4x41=164. Jumlah skor yang diperoleh dalam indikator ini adalah 502, rata rata skor seluruh instrument adalah (502:656)x100%=77%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh perhatian terhadap detail pada variabel budaya organisasi adalah 77%.
244
Pada indikator ketiga, orientasi kepada hasil jumlah skor ideal dalam indikator ini adalah 4x4x41=656 sedangkan skor minimal adalah 1x4x41=164. Jumlah skor yang diperoleh dalam indikator ini adalah 475, rata rata skor seluruh instrument adalah (475:656)x100%=72%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh orientasi kepada hasil pada variabel budaya organisasi adalah 72%. Pada indikator keempat, orientasi kepada manusia jumlah skor ideal dalam indikator ini adalah 4x4x41=656 sedangkan skor minimal adalah 1x4x41=164. Jumlah skor yang diperoleh dalam indikator ini adalah 480, rata rata skor seluruh instrument adalah (480:656)x100%=73%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh orientasi kepada manusia pada variabel budaya organisasi adalah 73%. Pada indikator kelima, orientasi kepada tim jumlah skor ideal dalam indikator ini adalah 4x4x41=656 sedangkan skor minimal adalah 1x4x41=164. Jumlah skor yang diperoleh dalam indikator ini adalah 490, rata rata skor seluruh instrument adalah (490:656)x100%=75%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh orientasi kepada tim pada variabel budaya organisasi adalah 75%. Pada indikator keenam, agresifitas jumlah skor ideal dalam indikator ini adalah 4x4x41=656 sedangkan skor minimal adalah 1x4x41=164. Jumlah skor yang diperoleh dalam indikator ini adalah 485, rata rata skor seluruh instrument adalah (485:656)x100%=74%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh agresifitas pada variabel budaya organisasi adalah 74%. Pada indikator ketujuh, stabilitas jumlah skor ideal dalam indikator ini adalah 4x4x41=656 sedangkan skor minimal adalah 1x4x41=164. Jumlah skor yang diperoleh dalam indikator ini adalah 495, rata rata skor seluruh instrument
245
adalah (495:656)x100%=75%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh stabilitas pada variabel budaya organisasi adalah 75%. Dalam indikator inovasi dan keberanian mengambil resiko ialah sejauh mana organisasi mendorong pegawai untuk bersifat inovatif dan berani mengambil resiko, selain itu juga bagaimana organisasi menghargai tindakan pengambilan resiko dan membangkitkan ide pegawai. Di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten pegawai umumnya memiliki cara yang efektif dan memiliki inovasi untuk menyelesaikan pekerjaan, hal ini agar pekerjaan dapat dilakukan sesuai dengan waktu dan aturan yang telah ditetapkan. Kendati memiliki cara efektif dan berinovasi namun pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan tidak mengabaikan aturan dan prosedur pekerjaan yang telah ditetapkan. Selain itu pegawai juga diberi kebebasan untuk menyelesaikan masalah pekerjaan dan bertanggung jawab atas resiko dalam menyelasaikan pekerjaan. Sehingga apabila Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten menuntut pekerjaan selesai dalam 2 hari maka pegawai diberi kebebasan untuk berinovasi, bekerja secara efektif untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut sesuai dengan peraturan yang ditetapkan dan bertanggung jawab atas resiko pekerjaan yang dihadapi. Dalam indikator perhatian terhadap detail merupakan sejauh mana organisasi mengharapkan pegawai memperhatikan kecermatan, analisis pekerjaan kepada rincian. Di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten pegawai memperhatikan rincian pekerjaan, selalu teliti dan bekerja sesuai dengan aturan atau prosedur yang telah ditetapkan. Selain itu di Komisi Pemilihan Umum (KPU)
246
Provinsi Banten, hal ini dilakukan untuk membuat pelayanan kepada stakeholder menjadi puas. Misalnya dalam pemilihan calon peserta pemilihan umum ialah dalam penyeleksian dokumen yang dalam aturan disebutkan melampirkan ijazah, maka dengan memperhatikan kecermatan, ketelitian dan rincian pekerjaan ijazah yang dilampirkan tidak hanya fotocopy ijazah namun dengan fotocopy ijazah dengan stampel basah. Hal ini dilakukan agar tidak ada kesalahan dalam proses pencalonan. Dalam indikator berorientasi kepada hasil merupakan suatu proses dimana manajemen memusatkan perhatian pada hasil dibandingkan perhatian pada teknik dan proses yang digunakan untuk meraih hasil tersebut. Di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten ada target waktu dan tahapan yang pasti untuk pegawai menyelesaikan pekerjaan hal ini merupakan acuan dan panduan bagi pegawai. Dengan adanya tahapan dan waktu yang pasti maka pegawai bekerja dengan sungguh sungguh untuk menghasilkan kualitas kerja yang sesuai dengan target tersebut dan pegawai pun diberi kebebasan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut selama pekerjaan tersebut sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Dalam indikator berorientasi kepada manusia merupakan sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil hasil pada orang dalam organisasi. Keputusan dalam rapat pleno merupakan keputusan tertinggi dan produk tertinggi yang ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Apabila ada masalah yang belum diatur dalam pertauran maka dilakukan rapat pleno dari limaorang anggota komisioner. Pegawai di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten mematuhi keputusan tersebut karena merupakan
247
keputusan tertinggi. Keputusan tersebut berpengaruh positif bagi pegawai dan juga mempertimbangkan kondisi satuan kerja pegawai di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Dalam indikator berorientasi tim ialah sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim tim dan tidak hanya individu untuk mendukung kerjasama. Di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah melakukan kerjasama yang baik sesama pegawai dengan pegawai atau pegawai dengan komisioner. Kerjasama ini muncul karena hubungan saling menghormati, adanya kepercayaan dan hubungan jaringan sosial/kerja yang kuat sehingga kerjasama ini ada dan kerjasama ini berlandaskan aturan yang berlaku. Dengan adanya kerjasama antara seluruh anggota organisasi maka pegawai akan mementingkan kepentingan di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten karena pegawai merasa bertanggung jawab atas beban kerja yang diberikan. Dalam indikator agresifitas ialah sejauh mana orang di dalam organisasi itu agresif dan kompetitif untuk menjalankan budaya organisasi.
Di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten pegawai umumnya memiliki kemauan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan lebih baik dengan cara mencari cara yang efektif dan efesien untuk melakukan pekerjaan. Selain itu pegawai juga diberikan kebebasan untuk memberikan saran atau solusi dalam menyelesaikan pekerjaan dan pegawai memiliki kepedulian apabila pegawai lain mengalami kesulitan pekerjaa. Hubungan ini tercipta kerena hubungan jaringan sosial/kerja yang kuat terjalin sehingga memungkinkan pegawai untuk bekerja sama dan memiliki kemauan kuat dan bertanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaannya.
248
Dalam indikator stabilitas ialah sejauh mana kegiatan organisasi menekankan status quo sebagai kontras dari pertumbuhan. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten memiliki lingkungan kerja yang harmonis sehingga menciptakan stabilitas kegiatan dalam bekerja. Hal ini tumbuh karena adanya hubungan yang baik dengan rekan kerja lain. Nilai nilai budaya organisasi diterapkan di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten karena merupakan sebuah sistem makna bersama yang terbentuk dari pegawai dan menjadi pembeda dengan organisasi lain. Selain itu pegawai juga menjada nilai budaya organisasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten seperti transparansi informasi publik. Kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan stategis suatu organisasi, kinerja dapat diketahui dan diukur jika individu atau sekelompok karyawan telah mempunyai kriteria atau standar keberhasilan tolak ukur yang ditetapkan oleh organisasi. Oleh karena itu, jika tanpa tujuan dan target yang ditetapkan dalam pengukuran, maka kinerja seseorang atau kinerja organisasi tidak mungkin dapat diketahui bila tidak ada tolak ukur keberhasilannya. Menurut Moeheriono kinerja atau performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi baik secara kuantatif maupun kualitatif sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawab
249
masing masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum sesuai dengan moral atau etika. Balanced Scorecard terdiri dari dua kata yaitu, kartu skor (scorecard) dan berimbang (balanced). Balanced Scorecard merupakan suatu alat akutansi manajemen yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan yang ditinjau dari perspektif finansial dan non finansial secara berimbang. Menurut Moeheriono dalam penerapan balanced scorecard untuk organisasi publik yaitu perspektif stakeholder, perspektif proses internal, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, perspektif keuangan. Berdasarkan data yang diperoleh, skor ideal yang yang diperoleh dalam variabel kinerja organisasi (Y) adalah 4x15x41=2460 sedangkan skor minimal adalah 1x15x41=615. Jumlah skor yang diperoleh dalam variabel kinerja organisasi (Y) adalah 2413, rata rata skor seluruh instrument adalah 2413:2460x100%=98%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja organisasi dalam penelitian ini adalah 98%. Pada indikator pertama, perspektif stakeholder jumlah skor ideal dalam indikator ini adalah 4x2x41=328 sedangkan skor minimal adalah 1x2x41=82. Jumlah skor yang diperoleh dalam indikator ini adalah 260, rata rata skor seluruh instrument adalah (260:328)x100%=79%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh perspektif stakeholder pada variabel kinerja organisasi adalah 79%. Pada indikator kedua, perspektif proses internal jumlah skor ideal dalam indikator ini adalah 4x6x41=984 sedangkan skor minimal adalah 1x6x41=264. Jumlah skor yang diperoleh dalam indikator ini adalah 739, rata rata skor seluruh
250
instrument adalah (739:984)x100%=81%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh perspektif proses internal pada variabel kinerja organisasi adalah 81%. Pada indikator ketiga, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran jumlah skor ideal dalam indikator ini adalah 4x5x41=820 sedangkan skor minimal adalah 1x5x41=205. Jumlah skor yang diperoleh dalam indikator ini adalah 629, rata rata skor
seluruh
instrument
adalah
(629:820)x100%=77%.
Sehingga
dapat
disimpulkan bahwa pengaruh perspektif inovasi dan pembelajaran pada variabel kinerja organisasi adalah 77%. Pada indikator keempat, perspektif keuangan jumlah skor ideal dalam indikator ini adalah 4x2x41=328 sedangkan skor minimal adalah 1x2x41=82. Jumlah skor yang diperoleh dalam indikator ini adalah 270, rata rata skor seluruh instrument adalah (270:328)x100%=82%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh perspektif keuangan pada variabel kinerja organisasi adalah 82%. Dalam indikator prespektif stakeholder menjelaskan cara cara bagaimana penciptaan nilai untuk stakeholder serta bagaimana nilai tersebut akan dipenuhi sehingga tercapai tujuan organisasi. Keberhasilan dalam perspektif stakeholder itu diperoleh dari keberhasilan organisasi mengelola mitra kerja. Oleh karena itu, sasaran kegiatan dalam persfektif mitra kerja organiasi harus diarahkan mengacu pada persfektif ini. Hal penting lainnya yang mempengaruhi adalah perubahan kebijakan pemerintah yang kemungkinan akan mengubah tujuan dan stakeholder organisasi. Di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten memiliki misi diantaranya yaitu, meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemilihan umum yang
251
bersih, efesien dan efektif, melayani dan memperlakukan peserta pemilihan umum secara adil dan meningkatkan kesadaran politik masyarakat. Pegawai di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah berusaha untuk memberikan pelayanan demi kepuasan stakeholder Ada beberapa hal yang di maksud stakeholder di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten, pertama bila ditinjau dari publik servis maka Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten melayani masyarakat dengan melakukan sosialisasi data pemilih atau sosialisasi pemilihan umum. Kedua ditinjau dari stakeholder yang berkaitan dengan instansi yang terkait dalam penyelenggaraan pemilihan umum yaitu pemerintah daerah, kesbangpol atau pihak keamanan yang menjaga langsung ketertiban pemilu. Ketiga stakeholder yang merupakan partai politik yang menjadi peserta pemilu dengan melakukan sosialisasi terkait mengikuti pemilihan umum yang sesuai aturan, selektif untuk memilih calon peserta, mengadakan tes kesehatan bagi calon peserta atau hal lain yang berkaitan dengan persyartan. Ketiga stakeholder ini merupakan komponen yang harus dijaga dengan baik hubungannya oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Selain itu tranparansi infromasi publik dilakukan dengan membina hubungan baik dengan media dan hal ini sangat penting. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten juga telah melakukan sosialisasi penyelenggaraan secara berkesinambungan baik kepada masyarakat terkait kegiatan pemilihan umum ataupun kepada partai politik yang merupakan peserta pemilihan umum yang sosialisasinya terkait peraturan kpu syarat pencalonan atau hal administratif lainnya. Kegiatan sosialisasi ini meruapakan hal
252
penting untuk meningkatkan pastisipasi masyarakat untuk aktif dalam pemilihan umum. Keberhasilan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten dalam melakukan kinerjanya terletak apabila seluruh tahapan penyelenggaraan pemilihan umum berjalan sesuai dengan tahapan atau waktu yang telah ditetapkan, tahapan yang sesuai dengan waktu tersebut tidak melanggar regulasi, undang undang, pertauran kpu dan keputusan dari hasil rapat pleno, dan yang terakhir adalah tidak menimbulkan reaksi negatif dari publik, kandidat dan stakeholder terkait. Dalam indikator perspektif proses internal merupakan analisis utama proses internal organisasi. Analisis ini mencangkup identifikasi tugas pokok dan fungsi serta kegiatan yang diperlukan untuk mendukung pencapaian prespektif stakeholder serta sumber daya dan kapabilitas yang dibutuhkan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah memiliki pedoman teknis terkait penyelenggaraan pemilihan umum diantaranya yaitu pedoman terkait tata cara pemuktahiran data dan daftar pemilih dalam pemilu kepada daerah atau wakil kepala daerah, dan pedoman terkait pelakasanaan pemungutan, perhitungan suara. Pedoman tersebut merupakan acuan untuk menyelenggarakan pemilihan umum yang harus dipatuhi dan dijalankan agar kegiatan pemilihan umum berjalan dengan baik. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten juga melakukan penyelenggaran pemilihan umum sesuai dengan waktu yang terlah ditentukan hal ini dilakukan agar tidak menimbulkan ketidakpercayaan
253
kepada instansi, sehingga baik pegawai atau komisioner selalu berkerja sesuai dengan tahapan dan waktu yang ditentukan. Secara umum pembagian beban kerja di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten merata untuk seluruh pegawai, namun Komisi Pemilihan Umum gara(KPU) Provinsi Banten terdapat bagain yang memang memiliki beban pekerjaan yang sifatnya rutin setiap hari dikerjakan seperti bagian program data tetapi ada pula yang bagian yang sifatnya musiman yaitu ada pekerjaan yang datangnya bila hanya ada suatu kegaiatan penyelenggaraan pemilihan umum, seperti bagian hukum. Dalam
indikator
perspektif
pertumbuhan
dan
pembelajaran
memungkinkan organisasi melakukan pembaharuan kapasitas sumber daya manusia, informasidan lingkungan kerja yang kondusif untuk meningkatkan, baik efesiensi maupun produktivitasnya dalam mendorong terwujudnya proses internal yang akan memberikan kepuasan dan memenuhi harapan mitra kerja. Di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten pegawai telah dapat mengakses informasi yang dibutuhkan terkait penyelengaaraan pemilihan umum karena terintegrasi dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI. Selain itu diadakan pelatihan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI sehingga pegawai pada tingkat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten dapat memahami. Pendidikan dan pelatihan sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan, pelatihan tersebut diantaranya dapat berupa pelatihan manajerial, pelatihan apabilada sistem informasi baru.
254
Dalam indikator perspektif keuangan pada organisasi publik, perspektif anggaran bukan menjadi tujuan utama, namun lebih bersifat efektivitas alokasi sumber dana agar dapat mendorong pencapaian sasaran stategik organisasi. oleh sebab itu, alokasi dana harus diarahkan untuk mencapai sasaran dari kegiatan dan program perspektif lain. Relialisasi penggunaan anggaran di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah sesuai dengan perencanaan yang dilakukan. Selain itu penyusunan laporan pertanggungjawaban penggunaan anggaran telah dilakukan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) digunakan sebagai acuan dalam menyusun laporan keuangan pemerintah terdiri dari prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan.Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam Pasal 32 mengamanatkan bahwa bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Dalam hasil penelitian ini diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial terhadap kinerja organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Pada dasarnya modal sosial tidak hanya dibangun oleh satu individu, melainkan akan terletak pada kecenderungan yang tumbuh dalam suatu kelompok untuk bersosialisasi sebagai bagian penting dari nilai-nilai yang melekat. Modal sosial memiliki dua unsur mendasar yaitu pertama tertanam dalam struktur sosial yang padat dan kedua memfasilitasi tindakan pelaku dalam struktur sosial (Coleman, 1999).
255
Modal sosial akan tergantung pada kapasitas yang ada dalam kelompok untuk membangun sejumlah hubungan. Modal sosial hanya dapat dibangun ketika tiap individu belajar dan mau mempercayai individu lain sehingga mereka mau membuat komitmen yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mengembangkan bentuk-bentuk hubungan yang saling menguntungkan (Putman, 1995). Adler dan Kwon (2002) melakukan sintesis atas konsep modal sosial yang berasal dari berbagai perspektif dan memberikan definisi modal sosial sebagai berikut: “Social capital is the goodwill available to individuals or groups. Its source lies in the structure and content of the actor’s social relations. Its effects flow from the information, influence, and solidarity it makes available to the actor”. Ada tiga hal yang dapat ditekankan dari definisi tersebut. Pertama, modal sosial bisa dimiliki oleh individu maupun kelompok. Kedua, sumber modal sosial terletak pada hubungan sosial yang dimiliki oleh individu maupun kelompok. Ketiga, efek modal sosial berkaitan dengan informasi, pengaruh, dan solidaritas yang dimiliki individu atau kelompok yang memungkinkan individu atau kelompok tersebut mendapat keunggulan tertentu dan dapat berkinerja dengan lebih baik. Dari hasil pendapat Coleman (1999), Putman (1995) dan Adler dan Kwon (2002) diketahui bahwa modal sosial tidak hanya dibangun dari satu individu melainkan terletak dan tumbuh pada suatu kelompok untuk bersosialisasi sebagai bagian penting dari nilai yang melekat. Selain itu sumber modal sosial terletak pada hubungan sosial yang dimiliki oleh individu maupun kelompok. Jadi modal
256
sosial yang dimiliki individu tersebut harus tumbuh pada suatu hubungan sosial untuk memungkinkan individu tersebut bekerja dengan lebih baik. Dalam hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi terhadap kinerja organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Ruky dalam Hessel Nogi (2005) mengidentifikasikan faktor yang berpengaruh langsung terhadap tingkat pencapaian kinerja organisasi yaitu, teknologi, kualitas input atau material yang digunakan dalam organisasi, kualitas lingkungan fisik, budaya organisasi, kepemimpinan dan pengelolaan sumber daya manusia. Budaya organisasi merupakan pola tingkah laku dan pola kerja yang ada di dalam organisasi bersangkutan. Sejalan dengan Atmosoeprapto dalam Hesel Nogi (2005) menjelaskan bahwa kinerja organisasi dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal terdiri dari faktor politik, faktor ekonomi dan faktor sosial. sedangkan faktor internal terdiri dari tujuan organisasi, struktur organisasi, sumber daya manusia dan budaya organisasi. Budaya organisasi merupakan gaya dan identitas suatu organisasi dalam pola kerja yang baku dan menjadi citra organisasi yang bersangkutan. Moeheriono (2012) menjelaskan bahwa keberhasilan penerapan kinerja sistem balance scorecard pada instansi pemerintah dipengaruhi beberapa faktor diantaranya, komitmen pimpinan, partisipasi karyawan, hambatan organisasi, budaya organisasi, kejelasan dan konsistensi indikator kinerja, kebutuhan nyata untuk perbaikan, cakupan kegaiatan, ketersediaan informasi kinerja, imbalan dan pennghargaan.
257
Proses penggunaan balance scorecard dapat mempengaruhi setiap orang yang ada disuatu organisasi, sehingga mereka harus berhadapan dengan budaya organisasi. Pelaksanaan balance scorecard dengan memberikan keterbukaan yang lebih besar atas visi, misi dan strategi organisasi dapat memberikan pemahaman kepada pegawai yang lebih baik tentang pekerjaan mereka. Hal ini akan memberdayakan pegawai sehingga mampu memperbaiki cara melakukan tugasnya. Dari hasil pendapat Ruky (2005), Atmosoeprapto (2005) dan Moeheriono (2012) terkait faktor yang memperngaruhi kinerja organisasi dan keberhasilan penerapan sistem balance scorecard diketahui bahwa budaya organisasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi dan keberhasilan
penggunaan
sistem
balance
scorecard.
Budaya
organisasi
merupakan filosofi dasar yang memberikan arahan bagi kebijakan organisasi dalam mengelola pegawai dan juga sebuah sistem makna bersama yang dibentuk pegawai yang membedakan dengan organisasi lain. Dalam hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial dan budaya organisasi secara bersama sama terhadap kinerja organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Modal sosial memiliki dua unsur mendasar yaitu pertama tertanam dalam struktur sosial yang padat dan kedua memfasilitasi tindakan pelaku dalam struktur sosial (Coleman, 1999). Diketahui bahwa modal sosial tidak hanya dibangun dari satu individu melainkan terletak dan tumbuh pada suatu kelompok untuk bersosialisasi
258
sebagai bagian penting dari nilai yang melekat. Selain itu sumber modal sosial terletak pada hubungan sosial yang dimiliki oleh individu maupun kelompok. Sudayono (2014) menjelaskan budaya organisasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan lingkungan internal organisasi, karena keragaman budaya yang ada di organisasi sama banyaknya dengan jumlah individu yang ada pada organisasi tersebut. Sehingga budaya organisasi pada umumnya dipengaruhi oleh internal organisasi. Dari hasil pendapat tersebut dijelaskan bahwa budaya organisasi tidak dapat dipisahkan dari lingkungan internal organisasi, dimana keberagaman budaya berasal dari individu yang ada dalam organisasi tersebut. Individu dalam organisasi memiliki modal sosial yang kemudian tumbuh dalam organisasi tersebut untuk bersosialisasi dan melakukan hubungan sosial sebagai bagian penting dari nilai yang melekat. Berdasarkan analisis jalur (path analysis) diketahui bahwa modal sosial dapat berpengaruh langsung ke kinerja organisasi dan dapat juga berpengaruh tidak langsung yaitu dari modal sosial ke budaya organisasi sebagai intervening lalu ke kinerja organisasi. Artinya modal sosial dapat berpengaruh langsung terhadap kinerja organisasi, namun dapat juga berpengaruh tidak langsung karena didalam budaya organisasi terbentuk modal sosial dari pegawai yang ada akhirnya akan mempengaruhi kinerja organisasi. Unsur-unsur yang ada dalam budaya organisasi digali dari persepsi, kepercayaan dan nilai yang ada dalam budaya pada sumber daya manusia di dalam organisasi. Implementasi budaya organisasi didukung oleh sumber daya
259
manusia yang terlibat langsung untuk mencapai tujuan. Dalam budaya organisasi terdapat nilai inti yang merupakan dasar filosofi organisasi yang menjadi karakter organisasi (Ismail Nawawi dalam Sudaryono, 2014: 39). Berdasarkan pendapat tersebut dijelaskan bahwa budaya organisasi terdiri dari unsur dari persepsi, kepercayaan dan nilai yang ada dalam budaya pada sumber daya manusia di dalam organisasi. Unsur tersebut merupakan modal sosial yang terbangun diantara pegawai. Sudaryono (2014) menjelaskan uraian budaya organisasi sebagai suatu pola dan model yang terdiri dari atas kepercayaan, nilai-nilai yang memberikan arti bagi anggota suatu organisasi dan aturan bagi anggota untuk berperilaku di organisasi. Dari hasil pendapat ini dapat diketahui bahwa individu dalam organisasi memiliki modal sosial seperti kepercayaan, kepatuhan pada norma atau aturan dan hubungan sosial/kerja yang merupakan modal dasar individu dalam melakukan hubungan sosial. Dalam modal sosial yang dimiliki individu tersebut kemudian menjadi modal dasar untuk melakukan hubungan sosial. Hubungan sosial tersebut kemudian ada menjadi budaya organisasi yang pada dasarnya dalam budaya organisasi setiap individu harus berusaha menyesuaikan diri agar diterima dalam organisasi tersebut. Jadi ketika budaya organisasi terbentuk dalam suatu organisasi dan menjadi ciri khas yang membedakan dengan organisasi lain, individu yang ada dalam lingkungan internal organisasi memanfaatkan modal sosial yang mereka miliki untuk menjalin hubungan dengan anggota organisasi lain, menumbuhkan kepercayaan dan menaati peraturan yang ada dalam organisasi tersebut.
260
Organisasi mulai menyadari pentingnya interaksi serta hubungan yang baik antar pegawai didalam pekerjaan. Eksistensi modal sosial pegawai menjadi penting
karena
mempengaruhi
kinjerja
pegawai
yang
pada
gilirannya
mempengaruhi kinerja organisasi (Akdere, 2005). Modal sosial dalam organisasi sangat penting untuk membina hubungan yang terjalin di antara pegawai. Dengan memanfaatkan modal sosial yang mereka miliki maka akan terjalin hubungan atau interaksi yang baik di antara pegawai. Seseorang yang memiliki interkasi yang baik akan sangat kondusif untuk melakukan kerjasama dengan pegawai lain dan mengakibatkan hubungan kerja semakin baik. Selain itu kedekatan pun akan terjalin dan sesorang akan mudah mendapatkan batuan dan dukungan dari pegawai lain untuk mengakses sumber daya dan informasi dengan pegawai lain. Dalam organisasi dengan kondisi saling mempercayai yang tinggi, pegawai akan mudah bekerja dan bekerja sama dengan orang lain karena terdapat kepercayaan dan kelayakan dipercaya. Kepatuhan pegawai pada aturan akan membantu pegawai untuk memahami filosofi dasar dan tujuan bersama dari organisasi. Dengan adanya modal sosial yang kuat dalam suatu organisasi akan mempermudah pula pegawai untuk beradaptasi dengan budaya organisasi yang ada, karena pada dasarnya budaya organisasi merupakan suatu pola dan model yang terdiri dari atas kepercayaan, nilai-nilai yang memberikan arti bagi anggota suatu organisasi dan aturan bagi anggota untuk berperilaku di organisasi. Modal sosial ini akan mengarahkan individu untuk memahami sistem makna bersama yang ada di organisasi. Ketika individu telah memiliki modal sosial yang kuat dan
261
ada pada hubungan sosial budaya organisasi maka akan memperngaruhi kinerja pegawai. Pegawai akan melakukan kerjasama dan hubungan yang baik dengan berlandaskan pada sistem makna bersama pada organisasi tersebut sehingga akan mempengaruhi kinerja organisasi.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan mengenai Pengaruh Modal Sosial dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten, maka pada bab ini peneliti akan mengambil kesimpulan yaitu: 1. Terdapat hubungan positif dan sedang sebesar 0,417 antara variabel modal sosial (X1) terhadap kinerja organisasi (Y). Berdasarkan hasil analisis determinasi diketahui bahwa persentase sumbangan pengaruh modal sosial (X1) terhadap kinerja organisasi (Y) sebesar 17,4%. Selain itu tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial (X1) terhadap kinerja organisasi (Y) dengan nilai t hitung < t tabel (0,008 < 2,024). Sehingga dalam hal maka H0 diterima dan H1 ditolak. 2. Terdapat hubungan positif dan sedang sebesar 0,552 antara variabel budaya organisasi (X2) terhadap kinerja organisasi (Y). Berdasarkan hasil analisis determinasi diketahui bahwa persentase sumbangan pengaruh modal sosial (X2) terhadap kinerja organisasi (Y) sebesar 30,5%. Selain itu terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi (X2) terhadap kinerja organisasi (Y) dengan nilai t hitung > t tabel (2,670 > 2,024). Sehingga dalam hal maka H0 ditolak dan H2 diterima.
262
263
3. Terdapat hubungan positif dan sedang sebesar 0,512 antara modal sosial (X1) dan budaya organisasi (X2) secara bersama sama terhadap kinerja organisasi (Y). Berdasarkan analisis determinasi diketahui bahwa persentase sumbangan pengaruh modal sosial (X2) dan budaya organisasi (X2) secara bersama sama kinerja organisasi (Y) sebesar 30,5%. Sedangkan sisanya 69,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam model penelitian ini seperti
komitmen
pimpinan, partisipasi karyawan, hambatan organisasi, kejelasan dan konsistensi indikator kinerja, kebutuhan nyata untuk perbaikan, cakupan kegaiatan, ketersediaan informasi kinerja, imbalan dan pennghargaan. Selain itu terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial (X1) dan budaya organisasi (X2) secara bersama sama terhadap kinerja organisasi (Y) dengan nilai F hitung > F tabel (8,323 > 3,245). Sehingga dalam hal maka H0 ditolak dan H3 diterima. Dari hasil penelitian diketahui bahwa modal sosial (X1) dapat berpengaruh langsung ke kinerja organisasi (Y) dan dapat juga berpengaruh tidak langsung yaitu dari modal sosial (X1) ke budaya organisasi (M) sebagai intervening lalu ke kinerja organisasi (Y). Besarnya pengaruh langsung adalah 0,002 sedangkan besarnya pengaruh tidak langsung 0,51072 atau total pengaruh modal sosial (X1) ke kinerja organisasi (Y) adalah 0,51272. Pada analisis jalur (path analysis) diketahui nilai t hitung = 2,480 lebih besar dari t tabel dengan tingkat signifikasi 0,05 yaitu sebesar 1,96 maka dapat disimpulkan bahwa koefisien mediasi
264
0,51072 signifikan yang berarti ada pengaruh mediasi. Sehingga besar pengaruh mediasi adalah 0,51072 atau 51,072% yang dibulatkan menjadi 51,1%.
5.2 Saran Berdasarkan penelitian dan pembahasan mengenai Pengaruh Modal Sosial dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten, maka pada bab ini peneliti akan menyampaikan saran atau sumbangan pemikiran yang kiranya dapat dipertimbangkan sebagai bahan masukan bagi kinerja organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten yaitu sebagai berikut: 1. Ditinjau dari variabel modal sosial, untuk meningkatkan kinerja organisasi maka Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten perlu memperhatikan hubungan jaringan sosial/kerja kerana indikator tersebut memiliki pengaruh paling kecil bagi variabel modal sosial yaitu 75%. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten dapat membina hubungan yang baik antara sesama pegawai atau antara pegawai dengan komisioner. Hubungan yang baik ini nantinya akan menimbulkan kedekatan dan tidak menimbulkan batasan baik antara pegawai ataupun komisioner. 2. Ditinjau dari variabel budaya organisasi, untuk meningkatkan kinerja organisasi maka Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten perlu memperhatikan orientasi kepada hasil kerana indikator tersebut
265
memiliki pengaruh paling kecil bagi variabel budaya organisasi yaitu 72%. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten perlu memperhatikan kualitas pelayanan penyelenggaraan pemilihan umum sehingga baik stakeholder yang ditinjau masyarakat mengetahui sosialisasi terkait pemilihan umum, stakeholder yang ditinjau peserta pemilihan
umum
mengetahui
aturan
terkait
pencalonan
dan
stakeholder yang ditinjau instansi yang ikut terkait dalam mengetahui transparansi informasi penyelenggaraan pemilihan umum. 3. Ditinjau dari variabel kinerja organisasi, untuk meningkatkan kinerja organisasi maka Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten perlu memperhatikan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran kerana indikator tersebut memiliki pengaruh paling kecil bagi variabel budaya organisasi yaitu 77%. Pegawai di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan melakukan pelatihan atau pendidikan untuk menunjang kinerja organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten.
266
DAFTAR PUSTAKA BUKU Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Coleman. 2011. Dasar Dasar Teori Sosial. Bandung: Nusa Media. Fukuyama, Francis. 1992. The End Of History And The Last Man. New York: The Free Press. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Keban, T. Yeremias. 2004. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik. Jakarta: Gaya Media. Koentjaraningrat. 1991. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Mahmudi, 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN. Makmur, Syarif. 2008. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektifitas Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Moeheriono. 2012. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Muhidin, Sambas Ali dan Maman Abdurahman. 2007. Analisis Korelasi, Regresi dan Jalur Dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia. Pasolong, Harbani. 2010. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta. Priyatno, Duwi. 2012. Mandiri Belajar Analisis Data Dengan SPSS. Yogyakarta: Mediakom. Riduwan. 2007. Skala Pengukuran Variabel Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. Rivai, Veitnzal, dkk. 2005. Performance Appraisal. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
267
Sudaryono. 2014. Budaya dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Lentera Ilmu Cendekia Perkatoran Sentra. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tangkilisan, Hessel Nogi. 2005. Manajemen Publik.. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Ulum, Ihyaul. 2009. Audit Sektor Publik. Jakarta: Bumi Aksara. Umum, Khaerul. 2010. Perilaku Organisasi. Bandung: Pustaka Setia. Usman, Husaini. 2009. Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Wibowo. 2011. Manajemen Kinerja. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Wirawan. 2007. Budaya dan Iklim Organisasi. Jakarta: Salemba Empat. Yustika, Ahmad Erani. 2006. Ekonomi Kelembagaan. Malang: Bayumedia.
JURNAL Chapman C, A. Hopwood, and M. Shields (eds.). 2009. Conceptual Foundations Of The Balanced Scorecard Robert. S Kaplan. Handbook Of Management Accounting Research, Vol. 3 No. 10 pp. 1-37. Coffe, Hilde dan Benny Geys. 2005. Institutional Performance And Social Capital: An Application To The Local Government Level. Journal Of Urban Affairs, Vol. 27 No. 5 pp. 485-501. Edy, Yosua Jaya, Haris Maupa dan Hosea Jaya Edy. 2013. Pengaruh Modal Sosial Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Tenaga Medis Di RSUD Kabupaten Kepulauan Talaud. Jurnal Ilmiah Farmasi, Vol. 2 No.3 pp. 1923. Fauzan, Mohammad. 2012. Peningkatan Kinerja Dosen Berbasis Modal Sosial Dan Dukungan Organisasional Di PTS Kota Semarang. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 19 No.2 pp. 188-202. Leana, R. Carrie dan Frits K. Pil. 2006. Social Capital And Organizational Performance Evidence From Urban Public Schools. Organization Science, Vol. 17 No.3 pp. 353-366.
268
Nahapiet, Janine dan Sumantra Ghoshal. 1998. Social Capital, Intellectual Capital And The Organizational Advantage. Academy Of Manajemen Review, Vol. 23 No.2 pp. 242-266. Prajogo, Wisnu. 2003. Pengaruh Modal Sosial Pada Kinerja Anggota Organisasi (Kusus Untuk Karyawan Setingkat Staf Pada Sebuah Perusahaan Otomotif Di Jawa Tengah. Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. 14 No.2 pp. 1322. Rukbi Mohamad. 2015. Pengaruh Pelatihan Dan Motivasi Terhadap Kinerja Dengan Pendekatan Balanced Scorecard. Jurnal Studia Akuntansi dan Bisnis, Vol.2 No.1 pp. 43-62. Sidu, Dasmin dan Basita G. Sugihen. 2007. Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan Lindung Jompi Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Penyuluhan, Vol. 3 No. 7 pp. 11-17. Soedjono. 2005. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Organisasi dan Kepuasan Kerja Karyawan Pada Terminal Penumpang Umum Di Surabaya. Jurnal Manajeman dan Kewirausahaan, Vol. 7 No.1 pp. 22-47.
ARTIKEL LAIN Andayani, Rizki. 2013. Analisis Pengaruh Karakteristik Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja Karyawan Pada Unit Kerja Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia. Institut Pertanian Bogor: Skripsi. Atmoko, Tjipto, dkk. 2008. Pemetaan Dan Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Penanggulangan Kemiskinan Di Jawa Barat. Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran: Laporan Akhir. Aziz, Azhari. 2008. Kinerja Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Dengan Pendekatan Systems Thinking Dan Systems Dinamics. Universitas Indonesia: Disertasi. Balanced Scorecard Untuk Organisasi Pemerintah http://bappenas.go.id/files/2613/5029/2123/herry__20091015094658__22 94__0.doc diakses Minggu, 26 April 2015 Jam 19.02 WIB. Bandaniji, Ahmad. 2012. Pengaruh Social Capital Dan Intellectual Capital Terhadap Akuntabilitas Organisasi Mahasiswa (Ormawa) Di Untirta. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa: Skripsi.
269
Enfield, Richard. 2008. Social Capital And Implications For Positive Youth Development. University Of California: Monograph. Hanugrah, Sri. 2012. Kelompok Mina Mawar Sebagai Bentuk Kemandirian Sosial Masyarakat Pasca Erupsi Merapi (Studi Kasus Di Kelompok Mina Mawar, Dusun Kuwang, Agromulyo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta). Universitas Negeri Yogyakarta: Skripsi. Hasil Evaluasi Kinerja Organisasi Sekertariat Komisi Pemilihan Umum http://kpu.go.id/koleksigambar/ROADMAP_RB_2013_rev28314ver20031300.pdf diakses Senin, 2 Maret 2015 Jam 20.49 WIB. Lampiran tabel uji statistik http://duwiconsultant.blogspot.com/2011/12/tabel-f.html diakses Senin, 7 September 2015 Jam 16.14 WIB. Laporan Kinerja Akuntabilitas Komisi Pemilihan Umum Tahun 2013. http://www.kpu.go.id/koleksigambar/LAKIP_2013.pdf diakses Selasa, 19 Mei 2015 Jam 19.21 WIB. Laporan Kinerja Akuntabilitas Komisi Pemilihan Umum Tahun 2014. http://www.kpu.go.id/koleksigambar/Lakip_KPU_Tahun_2014_proof_3_ 22Juni2015.pdf diakses Jumat, 14 Agustus 2015 Jam 15.56 WIB. Lokasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten https://www.google.com/maps/search/lokasi+kpu+banten/@6.1311931,106.1804788,15z diakses Rabu, 29 Juli 2015 Jam 15.06 WIB Modal Sosial dan Kebijakan Publik http://www.policy.hu/suharto/Naskah%20PDF/MODAL_SOSIAL_DAN_ KEBIJAKAN_SOSIA.pdf diakses Senin, 27 April 2015 Jam 20.45 WIB Visi dan Misi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten http://kpu-bantenprov.go.id/tentang-kpu/sample-page/ diakses Selasa, 28 Juli 2015 Jam 20.07 WIB Rukbi, Mohammad. 2012. Pengaruh Pelatihan Dan Motivasi Terhadap Kinerja Dengan Pendekatan Balanced Scorecard. STIE La Tansa Mashiro Rangkasbitung: Tesis yang tidak dipublikasikan. Saragih, Putri Ramadhani. 2012. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Modal Sosial Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Bogor. Institut Pertanian Bogor: Skripsi.
270
Sidu, Dasmin. 2006. Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan Lindung Jompi Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara. Institut Pertanian Bogor: Disertasi. Supadmo, Agus. 2014. Pengaruh Bimbingan Teknis Dan Pemberian Penghargaam Terhadap Kinerja Anggota Komisi Pemilihan Umum Se Provinsi Banten. Universitas Muhammadiyah Jakarta: Tesis yang tidak dipublikasikan.
SUMBER DOKUMEN Undang Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Pola Karier Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Sekertariat Jenderal Komisi Pemilihan Umum, Sekertariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten, Sekertariat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 04 Tahun 2010 Tentang Uraian Tugas Staf Pelaksana Pada Sekertariat Jenderal Komisi Pemilihan Umum, Sekertariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten, Sekertariat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 05 Tahun 2008 Tentang Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 06 Tahun 2008 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Sekertariat Jenderal Komisi Pemilihan Umum, Sekertariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten, Sekertariat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 22 Tahun 2008 Tentang Perubahan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 06 Tahun 2008 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Sekertariat Jenderal Komisi Pemilihan Umum, Sekertariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten, Sekertariat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota.
Kg 1{ ENTE
RLA.
N
PEI\}I
B
t
K''tF{ BAN KEBU}AYA A
r'',1
UNTVERSTTAS SULTAN AGENG TIRTAYASA FAI{L}LTAS I[,MU SOSIAT, DAN ILMU POLITIK Pr*rrarp Stu$i: 1. fimu Adlyii*istrasi Negara ?" lirnu kamu*ikasi Jalan Jtava Jaka*:r Kl,!..t Fhone 1lt2-r:11 l8*i-t* Ext. I ?S. F*x. *154-:8 i l4-i ilai-upatan Sera*g Ba*tr-:n *rl: irttp:l.r*'rlra.-.fisip-u*tirta"ac"id. !l:n:rii: k*e1ak:iifisip+t*tifia.ac"id
Ncn:or :
15$ /tll\.43.6.I1PC/2&15
Lanrpiran
:
-
Perihal
: Permohonan Ijin Mencari Data
21
April2015
Kepada Yth.
KPU Provinsi Banten di Tempat
Dengan Honnat,
Sehubungan dengan diselenggarakannya kegiatan riset mahasiswa karni di llmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirlayasa, maka kami yang bertanda tangan di bawah ini memberikan tugas kepada mahasiswa berikut ini untuk mencari data yang dibutuhkan, Nama
:RestyNani Yustini
NIM
:6661,110277
Senrester
VIII
Mata Kuliah Judul
SKRIPSI
Data diperlukan
Pengaruh Modal Sosial dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Organisasi di KPU Pror.insi Banten - Struktur Organisasi Komisioner - Struktur Organisasi Sekertariat - Profil KPU Provinsi Banten
Untuk itu kami berharap dan memohon kepada Bapak/Ibu unfuk dapat memberikan izin guna mencari data yang dibutuhkan mahasiswa tersebut-
Demikian surat
ini kami sampaikan.
Atas perhatian dan kerjasamanya, kami
mengucapkan terima kasih.
Studi Negara
NrP. 197905252005012001
KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI BANTEN Jl. Syekh Nawawi Al-Bantani No. 7A Banjar Agung Cipocok Jaya Kota Serang - Banten TelplFax. (0254) 216106, Email :
[email protected], Website : kpu-bantenprov.go.id
Nomor Sifat Lamp. Perihal
I 6$ 75.rrrov.01 5/VI/20
1
5
Serang,B Juni 2015 Kepada:
i.*b".iuo Ijin
Mencari Data
Yth. Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
di-
Serang Menindaklanjuti Surat Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, nomor 559/UN.43 .6.llPcl20l5, tanggat 2l Aprll 20 I 5, perihal Permohonan Ij in Mencar i D ata untuk kegiatan riset pada dasarnya kami tidak berkeberatan memberikan rjin kepada mahasiswa: Resty Nani Yustini 6661110277
Nama
NIM Mata Kuliah Judul
Skripsi
Modal Sosial dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Organisasi di KPU Provinsi Banten. Pengar,uh
untuk melakukan penelitian dan pengumpulari data informasi di KPU Provinsi Banten sebagai bahan penyusunan skripsi
'
Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih,
I
,.
T embus
ah dis amp aikan
1, Ketun
WU
k eP a d
a Yth :
Prooinsi Banten, di Serang.
010
!8
6;
:R :E fR p; :I
E
=N
oa
TE
JE dz
s9
6g
;tr
E*
LZ
tz
3c
LZ
h
o o
o
d N
'!- < tb *Y
e
'i
N
@
N
o
e
z >R
OP
!d
5F
=d
tz
LZ
!-
q
z
zrd t-
a o o 1
{
F -d ua.
z
vz {> 9a 5S
z
ul
ui=
l-= xlll =a.tA l(a=
t9 AL
fisE
F
o a o F ,, IJJ
z
;o
N
i5 ;R
d L
d
o.
z
Y
IF LJ
I
Ll
U)
o8
:5
!E
:6 FN !o
;3
=€ LZ
E
o o
LZ
LZ
::
=
F
F
=
=
z o o
N
o
Iz (9
u o
{F o
t' E
o o tL
N N
cz 6!
>H
5c tz
4
:
I ;8 ;T
54 LZ
ui
j 4
i8
\o !N .=o !N c6
EE o
d
z
1
Io
I
ots i. 1ul. - 1@ (,:
o-t9 7l= s
eif ol g
o=
N
Fl= rt -g:!
lE3 fit3:c
qE
>o iN -EO E6 ^d8
.-! EX
9-: @;B 1a eE OrN 6=N lo 'Eg{ <55 o;@ iE t6 oFB 95p lc oiig lo tro d-.cd 6o uLz o E= if LZ otz l=
g
El Ho o o N N
! N N
o o 6
si:
z
;
-E
o o @
!o
o 3qEq -tz
iN
cz 1
o o
I I
N
rt : (/)l = J\
I
a
:s? niU)
t)-
ts
Eo
N
*s
El EI
QO
6==
EQ
l2l ^o : o
o: o-=
d tsi N1U) ;lq 9lo );tJ
d3
c.E zid.
2 rd
od
2 {o o
uio 4Cqi ui
2Z {p EB o2
c4 bf 5Ei.l l.a. LA-
z9 {UO * '1 CF
GQ OH Eo o oB
]N
s5
CN o@ co
u.l
F
z
3; t
bZ
pl vu Hrf o.
v
o E f o E o
=N
s3
;F .=En
LZ
o
0:
=@
z
=5 €3
ctB
o?
i/ C! oo EO
*
N
63
f
bg
-
o o @ o
(L!
o:E
6=9 i=F 5t^ 4LZ
EE9 E =ao <=9 ci@ ;fr9 c9 c9-. f 5iE trEq @a=
E6 g; EP 5e
-N
s;:
i5 f!is
tr5
eg oo
N
NI
<&
E* ER o9 tr
N
dlQ
E=E =eI <-z
@
tr o o 6
o (9 c b E o d
u = <
6.1
3 =l R 81 u?|.3
c z
i
(/,l
s&
E]E
{F
El€
:IE ol-
lrt
&
5
5
=o =c;! i=:
3
i
UJ:; @-;K
a ?tz =l
Ll
UI
zl
z
=
o
o>
6 t!)
z
-o
t6 oE
o
f, tr
o o to-
o o
o;* Ldz
:l6l
o6 o: 'ad
N= )io gE
q8
o=:;
Ei
No
>o ir Ed 6O [!o r
z
-1
?sC
21
at tz
2
lit# o
zA
?5 o=
dr<
)t oO o t IL
)
ll,l,li
c::::;ii
*ll,:* o* i(o :OE N:
N o:- r,5 N:::? ilo. q
rt
s U,
: da @=H
E
=: <3
9= r o_(\ .=-q9 6+! G -\ "EEE tr6y 5Es o P^ oLz UGZ
o ^-
ur,cE U)= N .\ E!A >i
E: az U't rq <'a
da
F
I
N
ci
uJ
OF
N
IJJ
o',=
-
5i
F
9;K
Y=F 6tiEc
trl
E
>l
5 o9 dpx
E
I
U9 a:
^
o1 oi Ni
-:c
> E; ;
.: 9E.
o c
6gi .E-59
-:
.9
O o
I
ts
F
d--
ojFd
o
:EE oeP E5x o6:
<3=
E:E r;-r ztz
o o
oo
Br
<5
.sl o->H
oEB E 3: bEd
oLz
5
N N
o N
rH -E
lEe q=8 o 5E
irEi <x2
N
o o F o
d
.g
T'
G'
o (, (J
z
z
tr
o
c
tr,
ni
o
I
vl
F
o (9 (?
z
d, !u
z ovaa
E J
(h
E !
o =
:
oo
2=-o
-J
95E: -z?\
3i=s ?=ET (, trt S 5*pr d=cL=
rrr
=2 FO :z !a
.a (o
(o >-
.-:
6r)
rLz 1A
vt J
bD
ilcL IJJ
d ,Jl
t,
F
o E
o (9
E' (o
z
vl
(9
CL
)
6
hD
L ru
co
)
KUESIONER
Pengaruh Modal Sosial Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Dengan Hormat, Saat ini saya sedang melakukan penyusunan Skripsi sebagai syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana yang diselenggarakan oleh Program Sarjana Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam rangka penelitian Pengaruh Modal Sosial dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten, saya mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi kuesioner berikut. Kuesioner diisi berdasarkan kondisi riil yang ada (yang dirasakan), bukan kondisi ideal (yang diharapkan). Hasil kuesioner ini akan dijaga kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk kepentingan akademis semata. Hormat saya, RESTY NANI YUSTINI 6661110277 1. Formulir-1 (Identitas Responden) Nama : Jenis Kelamin : [ ] Laki Laki Usia
[ ] Perempuan
: [ ] 21 - 30 tahun [ ] 30 - 40 tahun [ ] diatas 40 tahun
Pendidikan
: [ ] SMA [ ] (D1/D2/D3)
Masa Kerja
[ ] S1 [ ] S2
: [ ] Kurang dari 1 tahun [ ] 1 - 2 tahun
[ ] S3
[ ] 4 - 5 tahun [ ] lebih dari 5 tahun
[ ] 2 - 3 tahun Jabatan
:
2. Formulir-2 (Petunjuk Pengisian) a. Berilah Tanda (√) pada kolom jawaban yang telah tersedia b. Keterangan : SS : Sangat Setuju S : Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju 1
A. Modal Sosial No
Pernyataan
A. Jaringan Sosial/Kerja SS S TS STS 1 Jaringan sosial/kerja yang kuat telah terjalin di antara pegawai 2 Pegawai telah melakukan hubungan kerjasama yang baik antara rekan kerja lain 3 Pegawai memiliki motivasi untuk memperkuat jaringan sosial/kerja dengan pihak luar 4 Semua informasi pencapain kinerja tiap bagian tersebar secara merata pada seluruh lapisan pegawai 5 Pegawai melakukan kegiatan informal (rekreasi, makan siang di luar) untuk meningkatkan hubungan kedekatan antar rekan kerja 6 Pegawai secara terbuka memberikan ide dan gagasan dalam mengembangkan jaringan sosial/kerja yang lebih baik B. Kepercayaan Antar Sesama SS S TS STS 7 Setiap pegawai saling percaya dengan pegawai lain 8 Antara pegawai saling percaya dengan anggota komisioner 9 Terjadi penyalahgunaan wewenang kepercayaan di antara pegawai 10 Setiap pegawai saling membantu dalam menyelesaikan pekerjaan merupakan gambaran kepercayaan antara anggota organisasi yang cukup tinggi 11 Saling percaya antara pegawai menyebabkan rasa kekeluargaan di antara anggota organisasi 12 Kepercayaan mampu meminimalisir konflik horizontal antara pegawai C. Ketaatan Terhadap Norma SS S TS STS 13 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten memiliki peraturan tertulis untuk mengatur aktivitas pegawai 14 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten memiliki peraturan tidak tertulis untuk mengatur pegawai 15 Pegawai mematuhi peraturan yang ada di Komisi Pemilihan Umum Provinsi 16 Peraturan yang ada di Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten dapat diterima dengan baik oleh seluruh pegawai 17 Kepatuhan pegawai pada peraturan mampu menjaga sistem yang terbangun di Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten 18 Kepatuhan pegawai terhadap peraturan yang berlaku mempermudah Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten memiliki tata kelola organisasi yang baik
2
B. Budaya Organisasi No
Pernyataan
A. Inovasi dan Keberanian Mengambil Resiko (Inovation and Risk Taking) 19 Pegawai memiliki cara efektif untuk menyelesaikan pekerjaan secara optimal 20 Pegawai memiliki inovasi untuk mengembangkan cara kerja yang baik 21 Pegawai diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalah pekerjaan sendiri sesuai dengan peraturan yang berlaku 22 Pegawai bersedia bertanggung jawab atas resiko yang dihadapi saat menyelesaikan pekerjaan B. Perhatian Terhadap Detil (Attention to detail) 23 Pegawai selalu memperhatikan setiap rincian pekerjaannya 24 Pegawai menekankan ketelitian dalam menyesaikan pekerjaan 25 Pegawai melakukan pekerjaan sesaui dengan prosedur yang telah ditetapkan 26 Kompetensi kerja pegawai merupakan hal utama di Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten C. Berorientasi Kepada Hasil (Outcome Orientation) 27 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten membuat target kerja sebagai panduan bagi pegawai 28 Pegawai bekerja dengan sungguh sungguh untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditetapkan 39 Satuan perangkat kerja Komisi Umum Pemilihan Provinsi Banten telah menghasilkan kualitas hasil kinerja sesuai dengan target yang ditentukan 30 Pegawai diberi kebebasan memilih cara yang dilakukan untuk mencapai hasil kinerja yang diharapkan D. Berorientasi Kepada Manusia (People Orientation) 31 Pegawai mematuhi setiap keputusan yang diambil dari hasil rapat pleno 32 Pegawai yang melanggar keputusan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten dikenakan sanksi yang tegas 33 Keputusan yang diambil di Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten berpengaruh positif terhadap pembinaan karakter pegawai 34 Keputusan yang diambil oleh Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten mempertimbangkan kondisi setiap satuan kerja pegawai E. Berorientasi Tim (Team Orientation) 35 Tim kerja telah bekerja sama dengan baik dengan rekan kerja lain di Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten 36 Hubungan kerja antara rekan kerja di Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten berdasarkan rasa saling menghormati 37 Pegawai di Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten bekerja dengan mementingkan kepentingan di Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten diatas segalanya 38 Pegawai bertanggung jawab atas beban kerja yang dibebankan
SS S TS STS
SS S TS STS
SS S TS STS
SS S TS STS
SS S TS STS
3
F. Agresifitas (Aggressiveness) SS S TS STS 39 Pegawai bekerja dengan memiliki kemauan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik 40 Pegawai mencari cara yang efesien untuk melakukan pekerjaan lebih baik lagi 41 Pegawai memberikan saran dan solusi untuk menyelesaikan suatu masalah dalam pekerjaan 42 Pegawai memiliki kepedulian terhadap anggota organisasi lain apabila mengalami kesulitan pekerjaan G. Stabilitas (Stability) SS S TS STS 43 Stabilitas kegiatan di lingkungan kerja Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten tercapai karena lingkungan kerja yang harmonis 44 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten melakukan evaluasi kinerja setelah program kerja berlangsung 45 Pegawai menunjung tinggi nilai nilai budaya organisasi yang diterapkan di Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten 46 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten menjaga dan mewariskan budaya organisasi internal yang baik dari tiap generasi
C. Kinerja Organisasi No
Pernyataan
A. Perspektif Stakeholder SS S TS STS 47 Setiap pekerjaan di Komisi Pemilih Umum Provinsi Banten mengacu kepada keinginan dari stakeholders 48 Pegawai berusaha memberikan pelayanan demi kepuasan stakeholders 49 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten telah melakukan sosialiasi pemilu secara berkesinambungan 50 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten telah memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk aktif dalam pemutakhiran data pemilih B. Perspektif Proses Internal SS S TS STS 51 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten telah memiliki pedoman teknis terkait penyelenggaraan pemilu 52 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten selalu mengacu pada petujuk pelaksanaan/petunjuk teknis terkait peyelenggaraan pemilu 53 Komisi Pemilhan Umum Provinsi Banten melaksanakan kegiatan penyelenggaraan pemilu berdasarkan waktu yang telah ditentukan 54 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten mendistribusikan logistik pemilu dengan tepat waktu 55 Pegawai merasa puas dengan pembagian beban kerja yang ada di Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten 56 Pegawai merasa puas dengan pencapaian kinerja Komisi pemilihan Umum Provinsi Banten C. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran SS S TS STS 57 Komisi Pemilihan Umum Provinsi telah menghubungkan semua 4
bagian dalam sistem jaringan (Local Area Network, Wide Area Network) 58 Anggota organisasi di Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten telah mengakses semua informasi yang dibutuhkan (ex: Sistem Informasi Logistik (SILOG), Sistem Informasi Data Pemilih (SIDALIH) dll) 59 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten memberikan pelatihan terlebih dahulu bila ada sistem baru di Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten 60 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten mengadakan pendidikan pelatihan untuk meningkatkan kualitas pelayanan secara reguler 61 Pengadaan barang dan jasa terkait pemilu yang dibutuhkan oleh Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten telah memakai sistem eprocurement 62 Sistem e-procurement yang diterapkan telah meningkatkan kinerja organisasi Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten D. Perspektif Keuangan SS S TS STS 63 Realisasi penggunaan anggaran telah sesuai dengan perencanaan yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten 64 Sisa anggaran yang ada di Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten cenderung menurun setiap tahunnya 65 Penyusunan laporan pertanggungjawaban penggunaan anggaran yang telah dilakukan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) TERIMA KASIH
5
1. Hasil Input Kuesioner Modal Sosial (X1) No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
1
2 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3
4 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 2 3 4 4 3 3 3
5 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3
6 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 2 2 2 2 4 4 2 2 2
7 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 2 3 3 4 4 3 3 3
4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3
Pernyataan 8 10 11 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 2 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
12 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3
13 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3
15 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
16 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3
17 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
18 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Total Skor 56 63 58 56 59 53 54 54 52 54 60 55 53 49 54 57 52 50 43 51 56 51 52 52 52
Jaringan Sosial/Kerja Total 740 Maksimal 984 Minimal 246 75% Kepercayaan Antar Sesama Total 630 Maksimal 820 Minimal 205 77% Ketaatan Terhadap Norma Total 626 Maksimal 820 Minimal 205 76% Modal Sosial Total 2165 Maksimal 2624 Minimal 656 83%
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 Total Mean Standar Deviasi Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total Responden
2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 4 4 1 3 3 3 2 3 3 3 1 1 1 3 2 2 3 3 4 1 1 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 4 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 2 3 4 4 3 4 3 2 3 2 3 3 3 3 4 2 4 4 3 2 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 129 127 122 118 114 130 125 114 124 137 130 131 119 123 125 128 3.1 3.1 3.0 2.9 2.8 3.2 3.0 2.8 3.0 3.3 3.2 3.2 2.9 3.0 3.0 3.1 0.6 0.5 0.6 0.6 0.8 0.6 0.6 0.6 0.5 0.6 0.5 0.6 0.5 0.5 0.3 0.5 10 7 6 3 7 11 8 3 6 16 10 12 2 5 3 8 27 31 28 31 19 27 27 26 30 23 28 26 34 32 37 30 4 3 7 6 14 2 6 12 5 2 3 2 4 3 1 3 0 41
0 41
0 41
1 41
1 41
1 41
0 41
0 41
0 41
0 41
0 41
1 41
1 41
1 41
0 41
0 41
47 43 45 47 42 49 56 52 53 52 52 51 48 64 64 54 2165
2. Hasil Input Kuesioner Budaya Organisasi (X2) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
19 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
21 4 3 3 4 4 2 4 2 2 2 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3
22 4 3 3 4 4 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3
24 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3
25 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3
26 4 4 4 4 4 2 2 2 3 2 4 3 3 2 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3
27 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
28 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Pernyataan 29 30 31 4 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 2 4 3 2 4 3 2 4 3 2 4 3 2 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
32 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
33 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3
34 4 4 4 4 4 3 3 3 2 3 4 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
35 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
36 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3
37 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
38 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4
39 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
40 4 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 Total Mean Standar Deviasi Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total Responden
2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 1 3 4 3 4 4 4 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 4 4 3 2 3 2 4 4 3 3 3 3 3 2 3 1 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 1 1 1 1 2 2 2 3 3 3 2 2 3 1 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3 2 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 2 2 3 3 4 3 3 3 3 2 4 3 3 2 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 2 3 2 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 125 123 120 125 120 123 131 128 123 121 120 111 127 115 121 117 123 122 116 129 121 124 3.0 3.0 2.9 3.0 2.9 3.0 3.2 3.1 3.0 3.0 2.9 2.7 3.1 2.8 3.0 2.9 3.0 3.0 2.8 3.1 3.0 3.0 0.5 0.5 0.6 0.6 0.5 0.4 0.6 0.7 0.4 0.4 0.5 0.6 0.6 0.6 0.5 0.7 0.5 0.5 0.5 0.6 0.4 0.5 6 4 6 9 3 4 11 12 4 3 3 2 9 3 4 6 6 4 1 10 3 6 32 34 27 25 33 33 27 22 33 33 32 26 28 28 32 24 29 32 33 27 33 30 2 2 7 7 4 4 3 7 4 5 6 12 3 9 4 10 6 5 6 4 5 5 1 41
1 41
1 41
0 41
1 41
0 41
0 41
0 41
0 41
0 41
0 41
1 41
1 41
1 41
1 41
1 41
0 41
0 41
1 41
0 41
0 41
0 41
Pernyataan
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
41 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2
42 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
43 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 2
44 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3
45 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
46 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2
Total Skor 96 92 87 93 92 83 85 83 86 82 101 86 84 75 90 84 85 84 76 84 90 84 84 87 85 62
Inovasi dan Keberanian Mengambil Resiko Total 493 Maksimal 656 Minimal 164 75% Perhatian Terhadap Detail Total 502 Maksimal 656 Minimal 164 77% Berorientasi Kepada Hasil Total 475 Maksimal 656 Minimal 164 72% Berorientasi Kepada Manusia Total 480 Maksimal 656 Minimal 164 73% Berorientasi Kepada Tim Total 490 Maksimal 656 Minimal 164 75%
Total
Agresifitas 485
27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 Total Mean Standar Deviasi Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total Responden
3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 4 4 4 3 3 2 2 2 2 2 3 1 2 3 2 1 3 1 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 126 114 128 124 121 122 3.1 2.8 3.1 3.0 3.0 3.0 0.5 0.6 0.6 0.5 0.4 0.6 6 1 10 6 3 6 32 32 26 30 33 29 3 6 5 5 5 5 0 41
2 41
0 41
0 41
0 41
1 41
72 73 82 61 58 89 88 86 81 84 82 77 102 83 82 3420
Maksimal Minimal
656 164
74%
Stabilitas Total 495 Maksimal 656 Minimal 164
75%
Budaya Organisasi Total 3420 Maksimal 4592 Minimal 1148
74%
3. Hasil Input Kuesioner Kinerja Organisasi (Y) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
48 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3
49 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4
51 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4
52 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4
53 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4
54 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4
Pernyataan 55 56 58 3 3 2 3 3 2 3 3 2 4 3 4 3 3 2 4 3 3 4 3 3 4 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3
59 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3
60 2 4 2 3 2 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4
61 3 3 3 3 2 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4
62 3 3 3 3 2 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4
63 2 3 2 4 2 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4
65 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4
Total Skor 58 64 54 68 53 66 66 66 60 66 64 61 57 56 61 58 67 57 54 55 59 57 67 66 67
Perspektif Stakeholder Total 260 Maksimal 328 Minimal 82
79%
Perspektif Proses Internal Total 793 Maksimal 984 Minimal 246 81% Perspektif Inovasi dan Pembelajaran Total 629 Maksimal 820 Minimal 205 77% Perspektif Keuangan Total 270 Maksimal 328 Minimal 82
82%
Kinerja Organisasi Total 2413 Maksimal 2460 Minimal 615
98%
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 Total Mean Standar Deviasi Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total Responden
2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 1 3 1 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 4 3 3 3 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 2 2 2 3 2 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 2 2 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 122 138 138 139 143 135 121 117 121 126 132 125 125 131 139 3.0 3.4 3.4 3.4 3.5 3.3 3.0 2.9 3.0 3.1 3.2 3.0 3.0 3.2 3.4 0.5 0.6 0.6 0.6 0.5 0.7 0.8 0.4 0.6 0.5 0.7 0.7 0.7 0.6 0.5 5 18 17 18 20 16 10 0 6 6 15 10 10 13 16 30 20 22 22 21 22 20 35 27 32 20 23 23 23 25 6 3 2 0 0 2 10 6 8 3 6 8 8 5 0 0 41
0 41
0 41
1 41
0 41
1 41
1 41
0 41
0 41
0 41
0 41
0 41
0 41
0 41
0 41
48 48 51 64 55 51 66 64 59 57 54 47 45 64 56 57 2413
A. Hasil Uji Validitas Modal Sosial (X1) Correlations
item1
Pearson
item1
item2
1
.571
item3 item4
item5
item7
item8
**
.330
**
.241
.293
.000
.129
.063
.006
.081
41
41
41
41
1
*
*
.261
.018
.042
.100
.005
41
41
41
41
.148
**
*
-.071
.421
**
item6
item9
item10
item11
item12
item13 .533
*
-.299
.238
.224
.239
.001
.035
.058
.134
.159
41
41
41
41
41
**
**
**
-.277
.380
*
.000
.004
.080
.014
41
41
41
-.094
.276 .497
item14 item15 item16 item17 item18
**
.121
.132
.000
.453
.008
.042
.015
.000
.000
41
41
41
41
41
41
41
41
41
**
**
.256
-.026
.353
*
.093
.131
.251 .634
.008
.009
.106
.870
.024
.563
.413
.113
.000
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
-.168
.337
*
.179
.014
.150
-.072
-.009
.160
.007
.011
.340
.408
**
.319
*
.378
*
.537
**
Y .673
**
Correlation Sig. (2-tailed) N item2
Pearson
41 .571
**
.367
.320
.431
.589
.436
.411
.405
**
Correlation Sig. (2-tailed) N item3
Pearson
.000 41
41
.241
.367
*
.129
.018
41
41
.293
.320
1
.450
.361
*
Correlation Sig. (2-tailed) N item4
Pearson
.355
.003
.020
.660
.560
.295
.031
.263
.932
.348
.655
.957
.317
.966
.948
.029
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
*
.148
1
.290
**
-.276
.353
*
.212
.153
-.002
.188
**
.246
.035
.318
.063
.042
.355
41
41
41
.418
**
.323
*
.465
.414
*
.525
**
Correlation Sig. (2-tailed) N item5
Pearson
.421
**
.261 .450
41
**
.290
.066
.006
.039
.002
.080
.023
.184
.339
.992
.239
.007
.121
.828
.043
.000
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
1
**
.248
.001
**
**
**
.275
.296
.097
**
**
.257
**
.000
.118
.993
.001
.003
.002
.082
.060
.548
.008
.000
.104
.003
.000
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
1
*
.107
**
**
**
*
.101
-.036
**
**
.211
**
.045
.505
.024
.528
.823
.001
.185
.762
-.493
.454
.463
.412
.541
.459
.682
**
Correlation Sig. (2-tailed) N item6
Pearson
.006
.100
.003
.066
41
41
41
41
41
.276
**
*
**
**
.431
.361
.418
.762
.314
-.429
.443
.457
.352
.461
.508
.480
.677
**
Correlation Sig. (2-tailed)
.081
.005
.020
.006
.000
.005
.004
.003
.002
.002
.000
N item7
Pearson
41
41
41
41
41
41
**
**
-.071
.323
*
.248
.314
*
.001
.000
.660
.039
.118
.045
41
41
41
41
41
41
*
**
.497
.589
41
41
41
41
41
41
1
**
-.170
**
**
*
.000
.288
.009
.000
41
41
41
41
1
*
*
*
.285
.627
.401
.540
41
41
.239
.139
**
.019
.133
.386
41
41
.364
41
41
41
.232
.258
**
.000
.144
.103
.002
.000
41
41
41
41
41
41
.120
.129
**
.080
.202
.180 .488
.536
41
.479
41 .697
**
Correlation Sig. (2-tailed) N item8
Pearson
.330
.436
-.094 .465
41
**
.001
.107 .627
**
-.315
.353
.387
.458
**
Correlation Sig. (2-tailed) N item9
Pearson
.035
.004
.560
.002
.993
.505
.000
41
41
41
41
41
41
41
41
**
**
-.170
-.315
*
-.493
-.429
.045
.024
.013
.071
.455
.423
.003
.619
.206
.259
.001
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
1
*
*
.039
-.171
.220
**
-.295
-.114
-.079
-.294
.047
.015
.808
.285
.166
.003
.061
.479
.624
.062
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
*
1
*
.134
-.006
**
.298
.270 .643
.002
.032
.402
.969
.001
.004
.058
.088
.000
41
41
41
41
41
41
41
41
41
1
**
.290
-.002
.299
.238
.323
*
.000
.066
.991
.058
.134
.040
.075
.000
41
41
41
41
41
41
41
41
*
-.299
-.277
-.168
-.276
-.312
-.376
.058
.080
.295
.080
.001
.005
.288
.045
41
41
41
41
41
41
41
41
.238
.380
.134
.014
.031
.023
.003
.004
.009
.024
.047
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
.224
**
.179
.212
**
**
**
*
*
**
.159
.008
.263
.184
.002
.003
.000
.013
.015
.002
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
.239
**
.014
.153
.275
.352
*
*
.285
.039
.336
*
**
.132
.009
.932
.339
.082
.024
.019
.071
.808
.032
.000
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
-.449
Correlation Sig. (2-tailed) N item10
Pearson
*
.337
*
.353
*
.454
**
.443
**
.401
**
.353
*
-.312
.470
**
.336
.496
**
.436
**
Correlation Sig. (2-tailed) N item11
Pearson
.411
.463
.457
.540
.387
-.376
.470
.689
.281 .650
**
Correlation Sig. (2-tailed) N item12
Pearson
.405
.364
.689
1
.284 .586
**
.189
.121
.158
.168
.392
.236
.451
.324
.294
.011
.072
.000
41
41
41
41
41
41
41
Correlation Sig. (2-tailed) N
41
item13
Pearson
**
.256
.150
-.002
.296
.101
.239
.120
-.171
.134
.290
.189
.000
.106
.348
.992
.060
.528
.133
.455
.285
.402
.066
.236
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
.121
-.026
-.072
.188
.097
-.036
.139
.129
.220
-.006
-.002
.453
.870
.655
.239
.548
.823
.386
.423
.166
.969
41
41
41
41
41
41
41
41
41
.533
1
*
.445
**
.098
.142
.071
.201
.384
.544
.377
.658
.208
.013
.004
41
41
41
41
41
41
41
.121
.098
1
-.154
-.242
-.162
.142
.195
.991
.451
.544
.336
.127
.311
.376
.223
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
**
.299
.158
.142
-.154
1
Correlation Sig. (2-tailed) N item14
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
item15
Pearson
.408
**
.353
*
-.009 .414
**
.412
**
.461
**
.536
**
.458
**
-.449
**
.496
.745
**
.358
*
.549
**
.638
**
Correlation Sig. (2-tailed) N item16
Pearson
.008
.024
.957
.007
.008
.002
.000
.003
.003
.001
.058
.324
.377
.336
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
**
**
.232
.080
-.295
**
.238
.168
.071
-.242
**
.000
.021
.000
.000
41
41
41
41
1
**
**
*
.093
.160
.246
.042
.563
.317
.121
.000
.001
.144
.619
.061
.004
.134
.294
.658
.127
.000
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
*
*
.201
-.162
.358
*
**
.319
.541
.508
.436
.745
.438
.537
.551
**
Correlation Sig. (2-tailed) N item17
Pearson
.004
.000
.000
41
41
41
1
**
*
.131
.007
.035
.257
.211
.258
.202
-.114
.298
.323
.015
.413
.966
.828
.104
.185
.103
.206
.479
.058
.040
.011
.208
.311
.021
.004
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
*
**
**
**
.180
-.079
.270
.281
.284
.384
*
.142
**
**
**
.378
.392
.438
.590
.474
**
Correlation Sig. (2-tailed) N item18
Pearson
.000
.002
41
41
**
.251
.011
.318
.000
.113
.948
.043
.003
.002
.002
.259
.624
.088
.075
.072
.013
.376
.000
.000
.000
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
**
**
*
**
**
**
**
**
-.294
**
**
**
**
.195
**
**
**
**
1
.537
.459
.480
.479
.549
.537
.590
1 .707
**
Correlation Sig. (2-tailed) N Y
Pearson Correlation
.673
.634
.340
.525
.682
.677
.697
.488
.643
.650
.586
.445
.638
.551
.474
.000
.707
Sig. (2-tailed)
.000
.000
.029
.000
.000
.000
.000
.001
.062
.000
.000
.000
.004
.223
.000
.000
.002
.000
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
N
41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
B. Hasil Uji Validitas Budaya Organisasi (X2) Correlations item1
item2
item3
item4
item5
item6
item7
item8
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
item 1 1
item 2 .733*
item 3 .081
41 .733
.000 41 1
**
*
.000
item 5 .366*
item 6 .102
item 7 .461*
item 8 .051
item 9 .307
item 10 .629*
item 11 .406*
item 12 .197
item 13 .426*
.614 41 .077
item 4 .080 .620 41 .159
.019 41 .385*
.524 41 .000
.002 41 .179
.751 41 .074
.051 41 .112
.000 41 .787*
.009 41 .534*
.217 41 .332*
.006 41 .160
.631
.322
.013
.262
.647
.486
.000
.000
.034
.317
41 1
41 .499*
41 .207
1.00 0 41 .259
41 .110
41 .362*
41 .173
41 .248
41 .229
41 .264
.195 41 .393*
.102 41 .532*
.495 41 .114
.020 41 .395*
.280 41 .355*
.118 41 .455*
.150 41 .351*
.011 41 1
.000 41 .646*
.476 41 .569*
.011 41 .168
.023 41 .323*
.003 41 .526*
.000 41 1
.000 41 .601*
.294 41 .165
.039 41 .375*
.000
.303
41 1
41 .332*
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
41 .081
41 .077
.614 41 .080 .620 41 .366
.631 41 .159
41 .499*
.001 41 1
.322 41 .385*
.001 41 .207
41 .393*
.019 41 .102
.013 41 .000
.195 41 .259
.011 41 .532*
41 .646*
.524
.102
.000
.000
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
41 .461
1.00 0 41 .179
41 .110
41 .114
41 .569*
41 .601*
.002 41 .051
.262 41 .074
.495 41 .362*
.476 41 .395*
.000 41 .168
.000 41 .165
*
**
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
item 14 .047 .773 41 .000
item 15 .260
item 16 .019
item 17 .418*
item 18 .488*
item 19 .309*
item 20 .377*
item 21 .423*
item 22 .346*
item 23 .279
item 24 .276
item 25 .669*
item 26 .433*
item 27 .629*
item 28 .603*
Y .588**
.100 41 .275
.904 41 .072
.006 41 .274
.001 41 .528*
.049 41 .000
.015 41 .349*
.006 41 .675*
.027 41 .191
.077 41 .107
.080 41 .000
.000 41 .584*
.005 41 .382*
.000 41 .675*
.000 41 .490*
.000 41 .525**
.082
.653
.083
.000
.000
.232
.507
.014
.000
.001
.000
41 .366*
41 .211
41 .238
41 .097
41 .421*
41 .374*
41 .265
1.00 0 41 .294
.000
41 .273
1.00 0 41 .272
.025
41 .152
41 .500*
41 .436**
.572 41 .356*
.085 41 .443*
.019 41 .533*
.185 41 .290
.133 41 .423*
.085 41 .107
.546 41 .257
.006 41 .544*
.016 41 .526*
.094 41 .411*
.062 41 .169
.342 41 .248
.315 41 .187
.001 41 .522*
.004 41 .566**
.024 41 .389*
.287 41 .330*
.476 41 .485*
.022 41 .194
.004 41 .605*
.000 41 .178
.066 41 .440*
.006 41 .603*
.504 41 .339*
.105 41 .373*
.000 41 .418*
.000 41 .374*
.008 41 .228
.289 41 .366*
.118 41 .431*
41 .142 .376 41 .155 .333 41 .191
41 .161
.095 41 .170
41 .044 .786 41 .115
1.00 0 41 .091
.241 41 .418*
.000 41 .545*
.000 41 .677**
.000 41 .377*
.012 41 .239
.035 41 .372*
.001 41 .537*
.225 41 .279
.000 41 .615*
.265 41 .323*
.004 41 .408*
.000 41 .708*
.030 41 .226
.016 41 .390*
.007 41 .377*
.016 41 .427*
.151 41 .358*
.018 41 .392*
.005 41 .280
.007 41 .252
.000 41 .457*
.000 41 .630**
.016
.015
.133
.017
.000
.077
.000
.039
.008
.000
.156
.012
.015
.005
.022
.011
.077
.233 41 .107 .507
.113
.003
.000
41 .332*
41 .401*
41 .342*
41 .343*
41 .100
41 .590*
41 .266
41 .443*
41 .011
41 .655*
41 .397*
41 .214
41 .143
41 .140
41 .411*
41 .231
41 .452*
41 .525*
41 .411*
41 .443*
41 .527*
41 .618**
.034 41 1
.009 41 .412*
.029 41 .186
.028 41 .265
.534 41 .212
.000 41 .030
.093 41 .428*
.004 41 .422*
.945 41 .359*
.000 41 .337*
.010 41 .087
.179 41 .011
.372 41 .305
.382 41 .103
.008 41 .414*
.146 41 .207
.003 41 .006
.000 41 .393*
.008 41 .132
.004 41 .103
.000 41 .369*
.000 41 .424**
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
item9
item1 0
item1 1
item1 2
item1 3
item1 4
item1 5
item1 6
item1 7
item1 8
item1 9
item2 0
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.751 41 .307
.647 41 .112
.020 41 .173
.011 41 * .355
.294 41 * .323
.303 41 * .375
.034 41 * .401
41 * .412
.007 41 1
.244 41 .252
.094 41 .239
.183 41 .279
.851 41 * .447
.005 41 * .372
.006 41 * .512
.021 41 * .404
.031 41 .306
.587 41 * .354
.946 41 .226
.053 41 .195
.521 41 .252
.007 41 * .534
.193 41 .119
.969 41 .294
.011 41 * .373
.410 41 .213
.521 41 .252
.018 41 * .548
.006 41 ** .581
.051 41 .629
.486 41 .787*
.280 41 .248
.023 41 .455*
.039 41 .526*
.016 41 .377*
.009 41 .342*
.007 41 .186
41 .252
.113 41 1
.133 41 .583*
.078 41 .319*
.003 41 .288
.017 41 .151
.001 41 .402*
.009 41 .302
.052 41 .513*
.023 41 .707*
.156 41 .302
.221 41 .520*
.113 41 .747*
.000 41 .435*
.457 41 .258
.062 41 .252
.016 41 .586*
.180 41 .220
.113 41 .620*
.000 41 .639*
.000 41 .739**
.000 41 .406
.000 41 * .534
.118 41 .229
.003 41 * .351
.000 41 * .389
.015 41 .239
.029 41 * .343
.244 41 .265
.113 41 .239
41 * .583
.000 41 1
.042 41 .099
.068 41 .281
.347 41 * .570
.009 41 * .377
.055 41 * .429
.001 41 * .779
.000 41 * .442
.055 41 .160
.000 41 * .320
.000 41 * .343
.005 41 * .619
.104 41 * .481
.111 41 * .499
.000 41 * .477
.167 41 * .517
.000 41 * .463
.000 41 * .517
.000 41 ** .709
.009 41 .197
.000 41 * .332
.150 41 .264
.024 41 .170
.012 41 * .330
.133 41 * .372
.028 41 .100
.094 41 .212
.133 41 .279
.000 41 * .319
41 .099
.536 41 1
.075 41 .078
.015 41 * .412
.005 41 .075
.028 41 * .506
.000 41 .182
.002 41 .240
.001 41 .252
.000 41 * .353
.078 41 .447*
.042 41 .288
.536 41 .281
41 .078
.629 41 1
.007 41 .601*
.642 41 .208
.001 41 .515*
.733 41 .378*
.001 41 .108
.255 41 .375*
.536 41 .342*
.131 41 .435*
.001 41 .056 .728 41 .298
.002 41 * .413
.183 41 .030
.001 41 .188 .239 41 .231
.001 41 .099
.534 41 .590*
.317 41 .004 .980 41 .217
.041 41 .055
.017 41 .537*
.000 41 .076 .637 41 .438*
.004 41 * .500
.035 41 .485*
.000 41 .162 .312 41 .452*
.217 41 .426
.034 41 .160
.287 41 .115
.006 41 .047 .773
.317 41 .000
.095 41 .044 .786 41 .091
.007 41 .378*
.112 41 .464*
.023 41 .585**
.476 41 .356*
.001 41 .194
.000 41 .279
.000 41 .266
.851 41 .428*
.003 41 .372*
.068 41 .151
.075 41 .570*
41 .452*
.003 41 1
.000 41 .504*
.193 41 .652*
.004 41 .608*
.001 41 .246
.173 41 .137
.015 41 .230
.146 41 .407*
.029 41 .237
.005 41 .345*
.058 41 .413*
.015 41 .057
.002 41 .395*
.000 41 .526**
.022
.225
.077
.093
.005
.017
.347
.000
.001
.000
.000
.120
.392
.147
.503 41 .037 .821
.016 41 .333*
.572
.629 41 .162 .312
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
41 .260
1.00 0 41 .275
.033
.008
.136
.027
.007
.723
.011
.000
41 .273
41 .443*
41 .605*
41 .615*
41 .443*
41 .422*
41 .512*
41 .402*
41 .377*
41 .412*
41 .601*
41 .504*
41 1
41 .511*
41 .418*
41 .576*
41 .154
41 .263
41 .299
41 .442*
41 .308
41 .366*
41 .477*
41 .267
41 .402*
41 .670*
41 .744**
.100 41 .019
.082 41 .072
.085 41 .366*
.004 41 .533*
.000 41 .178
.000 41 .323*
.004 41 .011
.006 41 .359*
.001 41 .404*
.009 41 .302
.015 41 .429*
.007 41 .075
.000 41 .208
.001 41 .652*
41 .511*
.001 41 1
.006 41 .330*
.000 41 .447*
.338 41 .436*
.096 41 .434*
.057 41 .383*
.004 41 .355*
.050 41 .343*
.018 41 .170
.002 41 .225
.092 41 .079
.009 41 .058
.000 41 .523*
.000 41 .569**
.904 41 .418
.653 41 .274
.019 41 .211
.000 41 .290
.265 41 .440*
.039 41 .408*
.945 41 .655*
.021 41 .337*
.009 41 .306
.055 41 .513*
.005 41 .779*
.193 41 .438*
.000 41 .608*
.001 41 .418*
41 .330*
.035 41 1
.003 41 .385*
.004 41 .369*
.005 41 .319*
.013 41 .103
.023 41 .523*
.028 41 .585*
.288 41 .640*
.157 41 .609*
.623 41 .610*
.721 41 .411*
.000 41 .597*
.000 41 .747**
.006 41 .488
.083 41 .528*
.185 41 .238
.066 41 .423*
.004 41 .603*
.008 41 .708*
.000 41 .397*
.031 41 .087
.052 41 .354*
.001 41 .707*
.000 41 .442*
.642 41 .076 .637 41 .500*
.004 41 .515*
.000 41 .246
.006 41 .576*
.035 41 .447*
41 .385*
.013 41 1
.018 41 .302
.042 41 .566*
.523 41 .707*
.000 41 .405*
.000 41 .346*
.000 41 .165
.000 41 .539*
.000 41 .103
.008 41 .588*
.000 41 .602*
.000 41 .761**
.001 41 .309
.000 41 .000
.133 41 .272
.006 41 .107
.000 41 .339*
.000 41 .226
.010 41 .214
.023 41 .226
.000 41 .302
.004 41 .160
.120 41 .137
.000 41 .154
.003 41 .436*
.013 41 .369*
41 .302
.055 41 1
.000 41 .531*
.000 41 .188
.009 41 .209
.027 41 .163
.304 41 .483*
.000 41 .240
.521 41 .113
.000 41 .075
.000 41 .481*
.000 41 .435**
.085
.504
.030
.156
.179
.156
.055
.317
.173
.392
.338
.004
.018
.055
.000
.238
.189
.309
.001
.130
.482
.642
.001
.004
41 .377
1.00 0 41 .349*
.001 41 .004 .980
.001 41 .217
.049
.587 41 .011 .946
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
41 .097
41 .257
41 .373*
41 .390*
41 .143
41 .195
41 .520*
41 .320*
41 .055
41 .378*
41 .230
41 .263
41 .434*
41 .319*
41 .566*
41 .531*
41 1
41 .520*
41 .154
41 .239
41 .330*
41 .383*
41 .154
41 .323*
41 .510*
41 .533**
.015
.025
.546
.105
.016
.012
.372
41 .305 .053
.221
.000
.041
.733
.015
.147
.096
.005
.042
.000
.000
.000
.335
.133
.035
.013
.335
.039
.001
.000
**
**
**
**
**
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
.003
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
item2 1
item2 2
item2 3
item2 4
item2 5
item2 6
item2 7
item2 8
Y
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
41 .423
41 * .675
41 * .421
41 * .544
41 * .418
41 * .377
41 .140
41 .103
41 .252
41 * .747
41 * .343
41 * .506
41 .108
.006 41 .346
.000 41 .191
.006 41 .374*
.000 41 .526*
.007 41 .374*
.015 41 .427*
.382 41 .411*
.521 41 .414*
.113 41 .534*
.000 41 .435*
.028 41 .619*
.001 41 .182
.027 41 .279
.232 41 .107
.016 41 .265
.000 41 .411*
.016 41 .228
.005 41 .358*
.008 41 .231
.007 41 .207
.000 41 .119
.005 41 .258
.000 41 .481*
.077 41 .276
.507 41 .000
.094 41 .294
.008 41 .169
.151 41 * .366
.022 41 * .392
.146 41 * .452
.193 41 .006
.457 41 .294
.104 41 .252
.001 41 * .499
.255 41 .188 .239 41 .099
.080
.062
.289
.018
.011
.003
.969
.062
.111
.001
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
41 .669
1.00 0 41 * .584
41 .152
41 .248
41 * .431
41 .280
41 * .525
41 * .393
41 * .373
41 * .586
.000 41 .433
.000 41 .382*
.011 41 .132
.016 41 .213
.233 41 .418*
.077 41 .107 .507 41 .252
.000 41 .411*
.014 41 .675*
.118 41 .155 .333 41 .187
.005 41 .191
.005 41 .629
.342 41 .142 .376 41 .161
.008 41 .443*
.410 41 .103
.000 41 .603
.000 41 .490*
.315 41 .500*
.241 41 .522*
.007 41 .545*
.113 41 .457*
.004 41 .527*
.000 41 .588
.001 41 .525*
.001 41 .436*
.000 41 .566*
.000 41 .677*
.003 41 .630*
.000 41
.000 41
.004 41
.000 41
.000 41
.000 41
**
*
**
**
**
**
**
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
41 .299
41 * .383
41 .103
41 * .707
41 .188
41 * .520
.503 41 .375*
41 .037 .821 41 .333*
.057 41 .442*
.013 41 .355*
.523 41 .523*
.000 41 .405*
.238 41 .209
.016 41 .231
.033 41 .407*
.004 41 .308
.023 41 .343*
.000 41 .585*
.009 41 .346*
.146 41 * .342
.008 41 .237
.050 41 * .366
.028 41 .170
.000 41 * .640
.536
.029
.136
.018
.288
41 * .477
41 .240
41 * .435
41 * .345
41 * .477
.000 41 .220
.002 41 .517*
.005 41 .298
.027 41 .413*
.180 41 .252
.167 41 .620*
.001 41 .463*
.131 41 .056 .728 41 .413*
.058 41 .378*
.521 41 .369*
.113 41 .548*
.000 41 .639*
.002 41 .517*
.007 41 .252
.000 41 .618*
.018 41 .424*
.000 41 .581*
.000 41 .739*
.001 41 .709*
.000 41
.006 41
.000 41
.000 41
.000 41
*
*
*
*
*
*
*
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
41 1
41 * .327
41 .018
41 .055
41 * .398
.000 41 .154
41 .327*
.037 41 1
.913 41 .502*
.731 41 .520*
.189 41 .163
.335 41 .239
.037 41 .018
41 .502*
.001 41 1
.027 41 .165
.309 41 * .483
.133 41 * .330
.913 41 .055
.001 41 * .520
41 .249
.000
.304
.001
.035
.731
.000
.117
41 .225
41 * .609
41 * .539
41 .240
41 * .383
41 * .398
41 * .388
41 * .412
.002 41 .267
.157 41 .079
.000 41 .610*
.000 41 .103
.130 41 .113
.013 41 .154
.012 41 .089
.007 41 .057
.092 41 .402*
.623 41 .058
.000 41 .411*
.521 41 .588*
.482 41 .075
.335 41 .323*
.010 41 .102 .525 41 .620*
.015 41 .464*
.723 41 .395*
.009 41 .670*
.721 41 .523*
.008 41 .597*
.000 41 .602*
.642 41 .481*
.039 41 .510*
.112 41 .353*
.002 41 .585*
.011 41 .526*
.000 41 .744*
.000 41 .569*
.000 41 .747*
.000 41 .761*
.001 41 .435*
.023 41
.000 41
.000 41
.000 41
.000 41
.000 41
.000 41
.004 41
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
41 * .620
41 * .547
41 ** .590
.010 41 .388*
41 .102 .525 41 .089
.000 41 .435*
.000 41 .548*
.000 41 .684**
.000 41 .249
.012 41 .412*
.580 41 .196
.005 41 .138
.000 41 .442*
.000 41 .500**
.117 41 1
.007 41 .226
.219 41 .269
.391 41 .252
.004 41 * .486
.001 41 ** .531
.155
.089
.111
.001
.000
41 .226
41 1
41 * .627
41 * .679
41 * .690
41 ** .751
.007 41 .196
.155 41 .269
41 .627*
.000 41 1
.000 41 .435*
.000 41 .392*
.000 41 .415**
.580 41 .435*
.219 41 .138
.089 41 .252
.000 41 .679*
41 .435*
.005 41 1
.011 41 .547*
.007 41 .639**
.000 41 .547*
.005 41 .548*
.391 41 .442*
.111 41 .486*
.000 41 .690*
.005 41 .392*
41 .547*
.000 41 1
.000 41 .892**
.001 41 .533*
.000 41 .590*
.000 41 .684*
.004 41 .500*
.001 41 .531*
.000 41 .751*
.011 41 .415*
.000 41 .639*
41 .892*
.000 41 1
.000 41
.000 41
.000 41
.001 41
.000 41
.000 41
.007 41
.000 41
.000 41
41
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
C. Hasil Uji Validitas Kinerja Organisasi (Y) Correlations item1 item1 Pearson
1
item2 -.170
item3 item4 item5 -.110 -.165
-.239
item6
item7
-.135 -.366
item8
item9
item10 item11 item12 item13 item14 item15 item16 item17 item18 item19
*
-.184
-.185
.077
.107
.533
Y
**
.271
.144
.056
.056
.126
-.083
-.030
.082
Correlation Sig. (2-tailed) N item2 Pearson
.287
.493
.304
.132
.399
.019
.249
.246
.633
.506
.000
.086
.368
.726
.726
.433
.608
.855
.609
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
-.170
1
.335
*
.241
.112
.182
**
.231
.306
.114
-.022
-.085
.211
.015
.146
.146
.015
.226
.038
.309
.032
.128
.485
.255
.006
.146
.052
.478
.893
.598
.185
.925
.362
.362
.928
.156
.815
.049
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
.266
**
**
**
**
**
*
-.175
.186
**
**
**
**
**
.045
**
.423
*
Correlation Sig. (2-tailed) N item3 Pearson
.287 41
41
-.110
.335
*
.493
.032
41
41
1
.588
.649
.530
.686
.402
.358
.420
.449
.676
.676
.506
.662
.771
**
Correlation Sig. (2-tailed) N item4 Pearson
41
.092
.000
.000
.000
.000
.009
.021
.274
.244
.006
.003
.000
.000
.001
.778
.000
.000
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
*
-.033
.120
-.165
.241
.266
1
.304
.128
.092
41
41
41
-.239
.112
**
.094
.132
.485
.000
.561
41
41
41
41
-.135
.182
**
-.115
.094
-.115
.180
.146
-.106
.095
-.033
.240
.023
-.114
-.128
-.128
-.100
.353
.561
.475
.260
.363
.511
.555
.838
.131
.885
.477
.425
.425
.535
.024
.838
.454
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
1
**
**
**
**
.264
.213
.272
.358
*
**
**
**
**
-.099
**
Correlation Sig. (2-tailed) N item5 Pearson
.588
41
.764
.738
.735
.597
.481
.596
.596
.475
.535
.772
**
Correlation Sig. (2-tailed) N item6 Pearson Correlation
.649
.000
.000
.000
.000
.096
.182
.085
.021
.001
.000
.000
.002
.538
.000
.000
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
**
1
*
-.155
-.015
**
.303
-.280
.764
.566
**
.604
**
.349
*
.372
.496
**
.490
**
.549
**
.549
.464
**
.633
**
Sig. (2-tailed) N item7 Pearson
.399
.255
.000
.475
.000
41
41
41
41
41
41
*
**
**
.180
**
**
-.366
.423
.530
.738
.566
.000
.000
.025
.017
.332
.927
.001
.001
.000
.000
.054
.076
.002
.000
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
1
**
**
.266
.081
-.002
.267
**
**
**
*
-.010
**
.000
.000
.093
.616
.990
.091
.009
.004
.004
.044
.949
.006
.000
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
1
**
**
-.005
.286
.245
.286
**
**
**
.122
**
.001
.001
.975
.070
.123
.070
.000
.000
.000
.448
.000
.000
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
.245
**
.159
.010
**
**
**
**
-.083
.379
*
.123
.003
.320
.950
.004
.000
.000
.000
.607
.015
.000
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
*
*
.128
.064
.331
*
.592
.701
.402
.445
.445
.316
.420
.657
**
Correlation Sig. (2-tailed) N item8 Pearson
.019
.006
.000
.260
.000
.000
41
41
41
41
41
41
41
-.184
.231
**
.146
**
**
**
.249
.146
.000
.363
.000
.000
.000
41
41
41
41
41
41
41
41
-.185
.306
**
-.106
**
*
**
**
.246
.052
.009
.511
.000
.025
.000
.001
41
41
41
41
41
41
41
41
.077
.114
.358
*
.095
.264
.372
*
.266
**
.245
.633
.478
.021
.555
.096
.017
.093
.001
.123
41
41
41
41
41
41
41
41
41
.107
-.022
-.175 -.033
.213
-.155
.081
-.005
.506
.893
.274
.838
.182
.332
.616
41
41
41
41
41
41
41
.686
.735
.604
.592
.504
.489
.682
.682
.554
.545
.779
**
Correlation Sig. (2-tailed) N item9 Pearson
.402
.597
.349
.701
.504
1
.452
.443
.585
.585
.575
.680
**
Correlation Sig. (2-tailed) N item1 Pearson 0
N item1 Pearson
.344
.422
**
-.190
.084
.215
.133
.344
.234
.602
.178
.406
.028
.028
.427
.689
.034
.006
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
**
-.190
1
**
-.225
.215
.103
.103
.359
*
-.115
-.103
.225
.975
.003
.234
.001
.157
.176
.520
.520
.021
.474
.520
.157
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
**
.104
.273
.387
*
*
**
.110
.325
*
.519
.084
.013
.013
.000
.493
.038
.000
41
41
41
41
41
41
41
41
.452
.514
Correlation Sig. (2-tailed) N
item1 Pearson 2
1
Correlation Sig. (2-tailed)
1
.489
41
**
-.085
.186
.240
.272
-.015
-.002
.286
.159
.084
.000
.598
.244
.131
.085
.927
.990
.070
.320
.602
.001
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
.533
.514
1
.387
.621
.522
**
Correlation Sig. (2-tailed) N
41
item1 Pearson 3
N item1 Pearson
N item1 Pearson
N item1 Pearson
N item1 Pearson
N item1 Pearson
.245
.010
.215
-.225
.104
.885
.021
.001
.091
.123
.950
.178
.157
.519
41
41
.144
.015
**
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
-.114
**
**
**
.286
**
.133
.215
.273
**
.368
.925
.003
.477
.001
.001
.009
.070
.004
.406
.176
.084
.001
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
.056
.146
**
-.128
*
.103
.387
*
.228
.726
.362
.000
.425
.000
.000
.004
.000
.000
.028
.520
.013
.152
.000
41
41
41
41
41
41
41
.056
.146
**
-.128
**
**
**
41
41
41
41
41
41
41
41
**
**
*
.103
.387
*
.228
**
**
.726
.362
.000
.425
.000
.000
.004
.000
.000
.028
.520
.013
.152
.000
.000
41
41
41
41
41
41
41
.126
.015
**
-.100
**
.303
.316
*
41
41
41
41
41
41
41
41
41
**
**
.128
.359
*
**
.118
**
**
**
.433
.928
.001
.535
.002
.054
.044
.000
.000
.427
.021
.000
.463
.000
.000
.000
41
41
41
41
41
41
*
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
-.099
-.280
-.010
.122
-.083
.064
-.115
.110
.067
-.112
.031
1
**
.228
.228
.118
.067
.306
.001
.152
.152
.463
.677
.052
.004
41
41
41
41
41
41
41
1
**
**
**
-.112
**
.491
.443
**
.449
.481
.490
.402
.443
.491
.572
.572
.579
.623
.680
**
.676
.596
**
.549
**
.445
**
.682
**
.585
**
.344
41 .572
**
.000
.000
.000
.484
.000
.000
41
41
41
41
41
41
**
.031
.000
.000
.846
.000
.000
41
41
41
41
41
1
**
.031
**
.000
.846
.000
.000
41
41
41
41
.064
**
1 1.000
**
.735
.698
**
.854
**
.676
.596
.549
.445
.682
.585
.344
.572
1.000
.735
.698
.854
**
.506
.475
.554
.575
.621
.579
.735
.735
1
.701
.773
**
.692
.000
.000
41
41
41
41
.031
.064
1
.078
.113
.626
.484 41
-.083
.226
.045
.353
.608
.156
.778
.024
.538
.076
.949
.448
.607
.689
.474
.493
.677
.484
.846
.846
.692
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
.038
**
-.033
**
**
**
**
*
*
-.103
*
.306
**
**
**
**
.078
1
Correlation Sig. (2-tailed) N
item1 Pearson 9
.267
Correlation Sig. (2-tailed)
8
.006
41
**
.496
Correlation Sig. (2-tailed)
7
.185
.086
*
Correlation Sig. (2-tailed)
6
.358
.420
Correlation Sig. (2-tailed)
5
.023
.211
Correlation Sig. (2-tailed)
4
**
.271
Correlation
-.030
.662
.535
.464
.420
.545
.379
.331
.325
.623
.698
.698
.701
.733
**
Sig. (2-tailed) N Y
Pearson
.855
.815
.000
.838
.000
.002
.006
.000
.015
.034
.520
.038
.052
.000
.000
.000
.000
.626
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
.082
.309
*
**
.120
**
**
**
**
**
**
.225
**
**
**
**
**
**
.113
**
1
.609
.049
.000
.454
.000
.000
.000
.000
.000
.006
.157
.000
.004
.000
.000
.000
.000
.484
.000
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
.771
.772
.633
.657
.779
.680
.422
.522
.443
.680
.854
.854
.773
.000
.733
Correlation Sig. (2-tailed) N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
41
D. Hasil Uji Reliabilitas Modal Sosial (X1) Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 41
100.0
0
.0
41
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .879
16
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
item1
3.15
.573
41
item2
3.10
.490
41
item3
2.98
.570
41
item4
2.88
.557
41
item5
2.78
.759
41
item6
3.17
.629
41
item7
3.05
.590
41
item8
2.78
.571
41
item10
3.02
.524
41
item11
3.34
.575
41
item12
3.17
.543
41
item13
3.20
.641
41
item15
2.90
.490
41
item16
3.00
.548
41
item17
3.05
.312
41
item18
3.12
.510
41
E. Hasil Uji Reliabilitas Budaya Organisasi (X2) Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 41
100.0
0
.0
41
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .930
28
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
item19
3.05
.545
41
item20
3.00
.500
41
item21
2.93
.648
41
item22
3.05
.631
41
item23
2.93
.519
41
item24
3.00
.447
41
item25
3.20
.558
41
item26
3.12
.678
41
item27
3.00
.447
41
item28
2.95
.444
41
item29
2.93
.469
41
item30
2.71
.602
41
item31
3.10
.625
41
item32
2.80
.601
41
item33
2.95
.545
41
item34
2.85
.691
41
item35
3.00
.548
41
item36
2.98
.474
41
item37
2.83
.495
41
item38
3.15
.573
41
item39
2.95
.444
41
item40
3.02
.524
41
item41
3.07
.469
41
item42
2.78
.571
41
item43
3.12
.600
41
item44
3.02
.524
41
item45
2.95
.444
41
item46
2.98
.612
41
F. Hasil Uji Reliabilitas Kinerja Organisasi (Y) Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 41
100.0
0
.0
41
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .916
15
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
item48
2.98
.524
41
item49
3.37
.623
41
item51
3.37
.581
41
item52
3.39
.628
41
item53
3.49
.506
41
item54
3.29
.680
41
item55
2.95
.773
41
item56
2.85
.358
41
item58
2.95
.590
41
item59
3.07
.469
41
item60
3.22
.690
41
item61
3.05
.669
41
item62
3.05
.669
41
item63
3.20
.641
41
item65
3.39
.494
41
G. Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
41 a,b
Mean
.0000000
Std. Deviation Most Extreme Differences
5.26266533
Absolute
.111
Positive
.101
Negative
-.111
Kolmogorov-Smirnov Z
.709
Asymp. Sig. (2-tailed)
.696
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
H. Hasil Uji Korelasi Product Moment Modal Sosial (X1) Terhadap Kinerja Organisasi (Y) Correlations
Modal Sosial (X1)
Pearson Correlation
Modal Sosial
Kinerja
(X1)
Organisasi (Y) 1
Sig. (2-tailed) N Kinerja Organisasi (Y)
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
.417
**
.007 41
41
**
1
.417
.007 41
41
I. Hasil Uji Korelasi Product Moment Budaya Organisasi (X2) Terhadap Kinerja Organisasi (Y) Correlations
Budaya Organisasi (X2)
Budaya
Kinerja
Organisasi (X2)
Organisasi (Y)
1
.552
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.000
N Kinerja Organisasi (Y)
**
Pearson Correlation
41
41
**
1
.552
Sig. (2-tailed)
.000
N
41
41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
J. Hasil Uji Korelasi Ganda Modal Sosial (X1) dan Budaya Organisasi (X1) Secara Bersama Sama Terhadap Kinerja Organisasi (Y)
Correlations
Modal Sosial (X1)
Pearson Correlation
Modal Sosial
Budaya
(X1)
Organisasi (X2) 1
Sig. (2-tailed) N Budaya Organisasi (X2)
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Kinerja Organisasi (Y)
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Kinerja
.755
**
Organisasi (Y) .417
**
.000
.007
41
41
41
**
1
.755
.000
.552
**
.000
41
41
41
**
**
1
.417
.552
.007
.000
41
41
41
K. Hasil Uji Regresi Linier Sederhana Modal Sosial (X1) Terhadap Kinerja Organisasi (Y) Variables Entered/Removed Variables
Variables
Entered
Removed
Model 1
b
Method
Modal Sosial
. Enter
(X1) a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Kinerja Organisasi (Y)
Model Summary
Model 1
R
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square
.417
a
.174
.153
5.808
a. Predictors: (Constant), Modal Sosial (X1)
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
277.395
1
277.395
Residual
1315.727
39
33.737
Total
1593.122
40
F
Sig.
8.222
.007
a
a. Predictors: (Constant), Modal Sosial (X1) b. Dependent Variable: Kinerja Organisasi (Y)
Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) Modal Sosial
Std. Error
31.770
9.489
.513
.179
(X1) a. Dependent Variable: Kinerja Organisasi (Y)
Coefficients Beta
t
.417
Sig.
3.348
.002
2.867
.007
L. Hasil Uji Regresi Linier Sederhana Budaya Organisasi (X2) Terhadap Kinerja Organisasi (Y) Variables Entered/Removed Variables
Variables
Entered
Removed
Model 1
b
Method
Budaya
. Enter
Organisasi (X2) a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Kinerja Organisasi (Y)
Model Summary
Model 1
R
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square
.552
a
.305
.287
5.330
a. Predictors: (Constant), Budaya Organisasi (X2)
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
485.294
1
485.294
Residual
1107.828
39
28.406
Total
1593.122
40
F
Sig.
17.084
.000
a
a. Predictors: (Constant), Budaya Organisasi (X2) b. Dependent Variable: Kinerja Organisasi (Y)
Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) Budaya Organisasi (X2)
a. Dependent Variable: Kinerja Organisasi (Y)
Std. Error
26.739
7.814
.385
.093
Coefficients Beta
t
.552
Sig.
3.422
.001
4.133
.000
M. Hasil Uji Regresi Linier Berganda Modal Sosial (X1) dan Budaya Organisasi (X1) Secara Bersama Sama Terhadap Kinerja Organisasi (Y) Variables Entered/Removed
b
Variables Model
Variables Entered
1
Budaya
Removed
Method . Enter
Organisasi (X2), Modal Sosial (X1) a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Kinerja Organisasi (Y)
Model Summary
Model
R
1
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square
.552
a
.305
.268
5.399
a. Predictors: (Constant), Budaya Organisasi (X2), Modal Sosial (X1)
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
485.296
2
242.648
Residual
1107.826
38
29.153
Total
1593.122
40
F
Sig.
8.323
.001
a. Predictors: (Constant), Budaya Organisasi (X2), Modal Sosial (X1) b. Dependent Variable: Kinerja Organisasi (Y)
Coefficients
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
a
Std. Error
26.704
9.022
Modal Sosial (X1)
.002
.253
Budaya Organisasi (X2)
.384
.144
a. Dependent Variable: Kinerja Organisasi (Y)
Beta
t
Sig.
2.960
.005
.002
.008
.994
.551
2.670
.011
a
N. Hasil Uji Parameter Individual Modal Sosial (X1) Terhadap Budaya Organisasi (M)
Variables Entered/Removed Variables
Variables
Entered
Removed
Model 1
b
Method
Modal Sosial
. Enter
(X1) a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Budaya Organisasi (M)
Model Summary
Model
R
1
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square
.755
a
.570
.559
6.011
a. Predictors: (Constant), Modal Sosial (X1)
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
1864.966
1
1864.966
Residual
1408.985
39
36.128
Total
3273.951
40
F
Sig.
51.621
.000
a
a. Predictors: (Constant), Modal Sosial (X1) b. Dependent Variable: Budaya Organisasi (M)
Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) Modal Sosial (X1)
Std. Error
13.188
9.819
1.330
.185
a. Dependent Variable: Budaya Organisasi (M)
Coefficients Beta
t
.755
Sig.
1.343
.187
7.185
.000
Table F Statistics (Signifikan Level 0.05) Df 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
1 161.446 18.513 10.128 7.709 6.608 5.987 5.591 5.318 5.117 4.965 4.844 4.747 4.667 4.600 4.543 4.494 4.451 4.414 4.381 4.351 4.325 4.301 4.279 4.260 4.242 4.225 4.210 4.196 4.183 4.171 4.160 4.149 4.139 4.130 4.121 4.113 4.105 4.098
2 199.499 19.000 9.552 6.944 5.786 5.143 4.737 4.459 4.256 4.103 3.982 3.885 3.806 3.739 3.682 3.634 3.592 3.555 3.522 3.493 3.467 3.443 3.422 3.403 3.385 3.369 3.354 3.340 3.328 3.316 3.305 3.295 3.285 3.276 3.267 3.259 3.252 3.245
3 215.707 19.164 9.277 6.591 5.409 4.757 4.347 4.066 3.863 3.708 3.587 3.490 3.411 3.344 3.287 3.239 3.197 3.160 3.127 3.098 3.072 3.049 3.028 3.009 2.991 2.975 2.960 2.947 2.934 2.922 2.911 2.901 2.892 2.883 2.874 2.866 2.859 2.852
Df1
4 5 224.583 230.160 19.247 19.296 9.117 9.013 6.388 6.256 5.192 5.050 4.534 4.387 4.120 3.972 3.838 3.688 3.633 3.482 3.478 3.326 3.357 3.204 3.259 3.106 3.179 3.025 3.112 2.958 3.056 2.901 3.007 2.852 2.965 2.810 2.928 2.773 2.895 2.740 2.866 2.711 2.840 2.685 2.817 2.661 2.796 2.640 2.776 2.621 2.759 2.603 2.743 2.587 2.728 2.572 2.714 2.558 2.701 2.545 2.690 2.534 2.679 2.523 2.668 2.512 2.659 2.503 2.650 2.494 2.641 2.485 2.634 2.477 2.626 2.470 2.619 2.463
6 233.988 19.329 8.941 6.163 4.950 4.284 3.866 3.581 3.374 3.217 3.095 2.996 2.915 2.848 2.790 2.741 2.699 2.661 2.628 2.599 2.573 2.549 2.528 2.508 2.490 2.474 2.459 2.445 2.432 2.421 2.409 2.399 2.389 2.380 2.372 2.364 2.356 2.349
7 236.767 19.353 8.887 6.094 4.876 4.207 3.787 3.500 3.293 3.135 3.012 2.913 2.832 2.764 2.707 2.657 2.614 2.577 2.544 2.514 2.488 2.464 2.442 2.423 2.405 2.388 2.373 2.359 2.346 2.334 2.323 2.313 2.303 2.294 2.285 2.277 2.270 2.262
8 238.884 19.371 8.845 6.041 4.818 4.147 3.726 3.438 3.230 3.072 2.948 2.849 2.767 2.699 2.641 2.591 2.548 2.510 2.477 2.447 2.420 2.397 2.375 2.355 2.337 2.321 2.305 2.291 2.278 2.266 2.255 2.244 2.235 2.225 2.217 2.209 2.201 2.194
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80
4.091 4.085 4.079 4.073 4.067 4.062 4.057 4.052 4.047 4.043 4.038 4.034 4.030 4.027 4.023 4.020 4.016 4.013 4.010 4.007 4.004 4.001 3.998 3.996 3.993 3.991 3.989 3.986 3.984 3.982 3.980 3.978 3.976 3.974 3.972 3.970 3.968 3.967 3.965 3.963 3.962 3.960
3.238 3.232 3.226 3.220 3.214 3.209 3.204 3.200 3.195 3.191 3.187 3.183 3.179 3.175 3.172 3.168 3.165 3.162 3.159 3.156 3.153 3.150 3.148 3.145 3.143 3.140 3.138 3.136 3.134 3.132 3.130 3.128 3.126 3.124 3.122 3.120 3.119 3.117 3.115 3.114 3.112 3.111
2.845 2.839 2.833 2.827 2.822 2.816 2.812 2.807 2.802 2.798 2.794 2.790 2.786 2.783 2.779 2.776 2.773 2.769 2.766 2.764 2.761 2.758 2.755 2.753 2.751 2.748 2.746 2.744 2.742 2.739 2.737 2.736 2.734 2.732 2.730 2.728 2.727 2.725 2.723 2.722 2.720 2.719
Sumber: Function Statistical Microsoft Excel
2.612 2.606 2.600 2.594 2.589 2.584 2.579 2.574 2.570 2.565 2.561 2.557 2.553 2.550 2.546 2.543 2.540 2.537 2.534 2.531 2.528 2.525 2.523 2.520 2.518 2.515 2.513 2.511 2.509 2.507 2.505 2.503 2.501 2.499 2.497 2.495 2.494 2.492 2.490 2.489 2.487 2.486
2.456 2.449 2.443 2.438 2.432 2.427 2.422 2.417 2.413 2.409 2.404 2.400 2.397 2.393 2.389 2.386 2.383 2.380 2.377 2.374 2.371 2.368 2.366 2.363 2.361 2.358 2.356 2.354 2.352 2.350 2.348 2.346 2.344 2.342 2.340 2.338 2.337 2.335 2.333 2.332 2.330 2.329
2.342 2.336 2.330 2.324 2.319 2.313 2.308 2.304 2.299 2.295 2.290 2.286 2.283 2.279 2.275 2.272 2.269 2.266 2.263 2.260 2.257 2.254 2.251 2.249 2.246 2.244 2.242 2.239 2.237 2.235 2.233 2.231 2.229 2.227 2.226 2.224 2.222 2.220 2.219 2.217 2.216 2.214
2.255 2.249 2.243 2.237 2.232 2.226 2.221 2.216 2.212 2.207 2.203 2.199 2.195 2.192 2.188 2.185 2.181 2.178 2.175 2.172 2.169 2.167 2.164 2.161 2.159 2.156 2.154 2.152 2.150 2.148 2.145 2.143 2.142 2.140 2.138 2.136 2.134 2.133 2.131 2.129 2.128 2.126
2.187 2.180 2.174 2.168 2.163 2.157 2.152 2.147 2.143 2.138 2.134 2.130 2.126 2.122 2.119 2.115 2.112 2.109 2.106 2.103 2.100 2.097 2.094 2.092 2.089 2.087 2.084 2.082 2.080 2.078 2.076 2.074 2.072 2.070 2.068 2.066 2.064 2.063 2.061 2.059 2.058 2.056
Table t Statistics 1 sisi (Signifikasi 0,05) dan 2 sisi (Signifikasi 0,025) Signifikan Level 0.025 0.05 12.706 6.314 1 4.303 2.920 2 3.182 2.353 3 2.776 2.132 4 2.571 2.015 5 2.447 1.943 6 2.365 1.895 7 2.306 1.860 8 2.262 1.833 9 2.228 1.812 10 2.201 1.796 11 2.179 1.782 12 2.160 1.771 13 2.145 1.761 14 2.131 1.753 15 2.120 1.746 16 2.110 1.740 17 2.101 1.734 18 2.093 1.729 19 2.086 1.725 20 2.080 1.721 21 2.074 1.717 22 2.069 1.714 23 2.064 1.711 24 2.060 1.708 25 2.056 1.706 26 2.052 1.703 27 2.048 1.701 28 2.045 1.699 29 2.042 1.697 30 2.040 1.696 31 2.037 1.694 32 2.035 1.692 33 2.032 1.691 34 2.030 1.690 35 2.028 1.688 36 2.026 1.687 37 2.024 1.686 38 2.023 1.685 39 2.021 1.684 40 Sumber: Function Statistical Microsoft Excel Df
Df 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80
Signifikan Level 0.025 0.05 2.020 1.683 2.018 1.682 2.017 1.681 2.015 1.680 2.014 1.679 2.013 1.679 2.012 1.678 2.011 1.677 2.010 1.677 2.009 1.676 2.008 1.675 2.007 1.675 2.006 1.674 2.005 1.674 2.004 1.673 2.003 1.673 2.002 1.672 2.002 1.672 2.001 1.671 2.000 1.671 2.000 1.670 1.999 1.670 1.998 1.669 1.998 1.669 1.997 1.669 1.997 1.668 1.996 1.668 1.995 1.668 1.995 1.667 1.994 1.667 1.994 1.667 1.993 1.666 1.993 1.666 1.993 1.666 1.992 1.665 1.992 1.665 1.991 1.665 1.991 1.665 1.990 1.664 1.990 1.664
Chi Square Table Statistics (Signifikan Level 0.05) Signifikan Level Signifikan Level Df 0.05 0.05 3.841 56.942 1 41 5.991 58.124 2 42 7.815 59.304 3 43 9.488 60.481 4 44 11.070 61.656 5 45 12.592 62.830 6 46 14.067 64.001 7 47 15.507 65.171 8 48 16.919 66.339 9 49 18.307 67.505 10 50 19.675 68.669 11 51 21.026 69.832 12 52 22.362 70.993 13 53 23.685 72.153 14 54 24.996 73.311 15 55 26.296 74.468 16 56 27.587 75.624 17 57 28.869 76.778 18 58 30.144 77.930 19 59 31.410 79.082 20 60 32.671 80.232 21 61 33.924 81.381 22 62 35.172 82.529 23 63 36.415 83.675 24 64 37.652 84.821 25 65 38.885 85.965 26 66 40.113 87.108 27 67 41.337 88.250 28 68 42.557 89.391 29 69 43.773 90.531 30 70 44.985 91.670 31 71 46.194 92.808 32 72 47.400 93.945 33 73 48.602 95.081 34 74 49.802 96.217 35 75 50.998 97.351 36 76 52.192 98.484 37 77 53.384 99.617 38 78 54.572 100.749 39 79 55.758 101.879 40 80 Sumber: Function Statistical Microsoft Excel
Df
Table r (Pearson Product Moment) Uji 1 sisi dan 2 sisi pada taraf signifikan 0.05 1-tailed 2-tailed 0.988 0.997 3 0.900 0.950 4 0.805 0.878 5 0.729 0.811 6 0.669 0.755 7 0.622 0.707 8 0.582 0.666 9 0.549 0.632 10 0.521 0.602 11 0.497 0.576 12 0.476 0.553 13 0.458 0.532 14 0.441 0.514 15 0.426 0.497 16 0.412 0.482 17 0.400 0.468 18 0.389 0.456 19 0.378 0.444 20 0.369 0.433 21 0.360 0.423 22 0.352 0.413 23 0.344 0.404 24 0.337 0.396 25 0.330 0.388 26 0.323 0.381 27 0.317 0.374 28 0.312 0.367 29 0.306 0.361 30 0.301 0.355 31 0.296 0.349 32 0.291 0.344 33 0.287 0.339 34 0.283 0.334 35 0.279 0.329 36 0.275 0.325 37 0.271 0.320 38 0.267 0.316 39 0.264 0.312 40 0.261 0.308 41 0.257 0.304 42 Sumber: Microsoft Excel 2007
N
N 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80
1-tailed 0.261 0.257 0.254 0.251 0.248 0.246 0.243 0.240 0.238 0.235 0.233 0.231 0.228 0.226 0.224 0.222 0.220 0.218 0.216 0.214 0.213 0.211 0.209 0.207 0.206 0.204 0.203 0.201 0.200 0.198 0.197 0.195 0.194 0.193 0.191 0.190 0.189 0.188 0.186 0.185
2-tailed 0.308 0.304 0.301 0.297 0.294 0.291 0.288 0.285 0.282 0.279 0.276 0.273 0.270 0.268 0.265 0.263 0.261 0.258 0.256 0.254 0.252 0.250 0.248 0.246 0.244 0.242 0.240 0.239 0.237 0.235 0.233 0.232 0.230 0.229 0.227 0.226 0.224 0.223 0.221 0.220
Table d (Durbin-Watson) Pada taraf signifikan 0.05 k’ = 1 n
dL
k‘ = 2
dU
6
0.61
1.4
7
0.7
8
dL
k’ = 3
dU
dL
k’ = 4
dU
dL
k ’= 5
dU
dL
dU
-
-
-
-
-
-
-
-
1.356
0.467
1.896
-
-
-
-
-
-
0.763
1.332
0.559
1.777
0.368
2.287
-
-
-
-
9
0.824
1.32
0.629
1.699
0.455
2.128
0.296
2.588
-
-
10
0.879
1.32
0.697
1.641
0.525
2.016
0.376
2.414
0.243
2.822
11
0.927
1.324
0.658
1.604
0.595
1.928
0.444
2.283
0.316
2.645
12
0.971
1.331
0.812
1.579
0.658
1.864
0.512
2.177
0.379
2.506
13
1.01
1.34
0.861
1.562
0.715
1.816
0.574
2.094
0.445
2.39
14
1.045
1.35
0.905
1.551
0.767
1.779
0.632
2.03
0.505
2.296
15
1.077
1.361
0.946
1.543
0.814
1.75
0.685
1.977
0.562
2.22
16
1.106
1.371
0.982
1.539
0.857
1.728
0.734
1.935
0.615
2.157
17
1.133
1.381
1.015
1.536
0.897
1.71
0.779
1.9
0.664
2.104
18
1.158
1.391
1.046
1.535
0.933
1.696
0.82
1.872
0.71
2.06
19
1.18
1.401
1.074
1.536
0.967
1.685
0.859
1.848
0.752
2.023
20
1.201
1.411
1.1
1.537
0.998
1.676
0.894
1.828
0.792
1.991
21
1.221
1.42
1.125
1.538
1.026
1.669
0.927
1.812
0.829
1.964
22
1.239
1.429
1.147
1.541
1.053
1.664
0.958
1.797
0.863
1.94
23
1.257
1.437
1.168
1.543
1.078
1.66
0.986
1.785
0.895
1.92
24
1.273
1.446
1.188
1.546
1.101
1.656
1.013
1.775
0.925
1.902
25
1.288
1.454
1.206
1.55
1.123
1.654
1.038
1.767
0.953
1.886
26
1.302
1.461
1.224
1.553
1.143
1.652
1.062
1.759
0.979
1.873
27
1.316
1.469
1.24
1.556
1.162
1.651
1.084
1.753
1.004
1.861
28
1.328
1.476
1.255
1.56
1.181
1.65
1.104
1.747
1.028
1.85
29
1.341
1.483
1.27
1.563
1.198
1.65
1.124
1.743
1.05
1.841
30
1.352
1.489
1.284
1.567
1.214
1.65
1.143
1.739
1.071
1.833
31
1.363
1.496
1.297
1.57
1.229
1.65
1.16
1.735
1.09
1.825
32
1.373
1.502
1.309
1.574
1.244
1.65
1.177
1.732
1.109
1.819
33
1.383
1.508
1.321
1.577
1.258
1.651
1.193
1.73
1.127
1.813
34
1.393
1.514
1.333
1.58
1.271
1.652
1.208
1.728
1.144
1.808
35
1.402
1.519
1.343
1.584
1.283
1.653
1.222
1.726
1.16
1.803
Sumber: N.E. Savin and K.J White, The Durbin-Watson Test for Serial Correlation with Extreme Small Samples or Many Regressor," Econometrica, vol.45, November 1977 Keterangan: n = Jumlah data dan k = Jumlah variabel independen
jr
xr )
B.
;lii'
r l:r,'i
:..nt,:f
I
I I
.t
:
'
.:..
, ;r il
irrru,ltl:ii
,Nii 6 : .,,1
rr\:il' Lflll:ili
L,,rlJ
sJ
)=J .'l
:,'
,.:
J5. l
,'ll' :''.:,ll
*
ca):, I
\r HA
\
}J
\*
A
.)
\
6,
\
'S(f
,"l.r,rlll,1
I I
,i.1:1
X
C.l
,i'
I
J
J.
(f O N
O
Z.
f
:E
o)
F T.= q. L! rl-
ca
lrl z
4.7
nt
\
_\
)
l
J
)
J
<-/\
.F
q V ft f # b,/ \"d
)
(n-{-
-\
I
J P
_-)
fr /fl\ fq 5# }C {-"r \r \n G
*
\*
\
\
) )
)
-\
(k)
I
-\
)
EA ,l
H
crc LtJ
64
LT a-
LU*
Z> <1 e *:>
u-
rt
-)
t5+ uJ <.
tr4
c.)
y
N
Tt-
rl <{- \l
v\r
)
t,
)
)
A
-l^ 6.-/t\
Ia
qA,
r
I
\d
\|
t
\r'
{
\
)
tfY -4
\Y(. L)t
)
)
) .A
$_/
!.-L
>
)
?
\t
J
) )
x.6 :{5 r- L-
\
$
.',
t)Z cl lu
"
)
\-l
zt
)
F-
r(,r) w-
-2,
)
l--
r.'l
,4
\
J A
)
)
)8h;
tf\.
hLdj,*"
F._
\
CT
a (J
{
VLr)
i-Lil
ff.
q
\l t!
r!
Lr^)
.a 12<
(>.
Ch
€
o_
Z
= Z
LO
O
j-
c)a 1. (O :CO Nlr
= = ui
Lo
a_
(-r)O (! .'.^ Z-A O) -; .lli .-
Nr
ur 0-
'C..
J
:@ ()
f-
c.t
(r)
'lAO .o
(\
CJ@ >^ C) (O (,)
\o,
'-
=
:.
c)
Fo) aa
:l (\ -7 (,)
-
9ur
c't
LU (\ ^,
2 -i;C) aa
,i-
(o -I(D Ct) 01_-
a f\ O O
rr
i.r
rr9 u) r-..
LL^ (I (, U)r
r!l
O O N
t\
N
O'r
(o
o)
(r)
o rf, l\
fllo
a._
-c
0-
6
_)
Cil !?
jr Cr,
co
III
r"t
z ;. i.i
O
cn
'-i o)
O-)
t1i ',1
'-
:
vO
ca
ltr)
Cr) o) Lr-
'; il. ([-
C.J
T
,-'t
.: Lo ff(c) CCD COr U)n l"-
crl C)i
tO
c.)
o
O O
.; (-r I LlJ c') r lu)Y {cr I g6(I) 6-0) aC) ! cOc.rlig
ODN
1-l () =(\l!(D
c0: ot9 TU)
-oo I ^.-l
O
I
uaol-Xc'r i1!XcO i r
U
:l.>or r- i mto I -ol
5r!: I
a-'' c)
CDO
CN lJ rr
-;-
.: )*
t.
,,il: '
.,iri., ,::: tr
.e,itu
a
a q)
Yro >-
o-
2 a
{/
e &
E
z
LO
O
,.Acj
1(=
l!C
(f)
.O LU C\ LD r'.t
!^ 2
f\ zqO :.O
c) (r l
(,
LL
Ed) c0 \-
l:^
l) ul
',: LL
U)
c) O
C!
(/)
u)a (r) o) .: o) .o) 1i o-l :.O
0r: . cc) --(o -le ICO .r) a ao> Nr _- '+:]Nc) Z^ .01 r .Lr 0c) Nr o@ (,.)l: >'o S.o (u ol /l g1 (U; -c () o_ -t(r)
ac)
(v)
(0c)
-C nr
cr)
O
O)
o_ o)
a^(_l
\' Q
(o
N
O O
O O
-- cf Lr L! (. (,.)N O U)N c) c) r
O
CO
r: ul
co
(i)
iN
(\ (U Cr) 0.a LU/n C\ ._ (o
(u o)
:I-
l-t
z!)
ll)
,(f o)o CN
Q
c'r
\=r (!r lY rr 4C) z- 61 >..- ..-j Lr) *- c.J L ai, c0-() (o I (u(() La) <() o) (11 o) co) O-> U) o) C c:9) (Ur CDr r4'.. () ,.: CA rr (I l f. o-
qr
I
ro
c\J
O
O
C)
c9i O. OI N
co
LO
(f O
C) C)
N
C\ cr)
(\
(o
C\
O
co
C)
O
(\
0- .._o CD.. C{ r\ (Aa (o
N
c\l
OJ
c\]
c)l O] Ni
O C) N tr) ol c! c! L1J I- LUV O O N
I I
o-)l
O]
I
col
a;) aat\ skl +i-*bi -o)l-- -;- O) >o) L tt) ([ (t) an ro) =d (\l En LLI 'vr ll -o A' ! ri >.Y
'
I
u_r
I
i
i
._
I
I
:i
l
:i: . :ili:.
'
r,
.4
,'.::
.:.,'
i@
J
o (J
z F
a
U)
OJ
o-
2
t3 F{
? n
< +
Yro 2O i(l) a
LO
O 1. c) =c/) ICO
e3 ao) _-
= z
s; -L ;
',9 O-r
ao_
.(r)_ !; t- o) ol:I]
2
[\ C)
:.O uJ_O LII N CD crt
+c) :t (\ Z^ .;N (g@
=(\ :.O
Fo) (Da O) ..
ui> >'o ocD J-
_c(r) u.-
>\r
co
O
:O
aa o^, (/) "
O
Ac)
O
C!
(n
(')
.-_i'o') (U U)
c,'l
clo* o)
nr _" -C L:: ,
cr)
(Dr
aN -U
{o
(i) 56 6o) -t u) c0 U) t,= z^ (l Cn
N (O
co O-)
>ar icc)
ILO
Aa
c, O
ro
O_c! Cf) U)N LIJ aa o0 NQl_ ..o \(-J CU) mL, ruo) o)o :r CN iN
(\
(\
(Y)
_O U
O
(o
O O
?*
O
o O
(o @
o)
c.)
O O
cr)
O
c\
(\
N
N
N O O N
O O
O O
O O
c.l
LO
C\
(o 0_ro Q c.l r\ CD c..1 , o.J :O ._o LUT UO ..1'- ul rgg Crl ._ (o _{) C(J (tr^ a9 ,a (1 or >-Y r(o t\ 9) ,-n .t Lr) 1 (rl ^ r'-+f\ ()q? o(o :J (c) La) *.j E9 (j) LU) ca) ro) >o) )-1 c$ >. \rc\* (,J r ,.= C LN rr rcL -(J - c)- co^ Ll, rn t' fl)=
(\
(0c) ",O
(\
$
O
CJ
CO
(\ C]f
N
LU=1
ac)t\ mr-
O O
(\ C\'l
o) O (o
=o-) CI, fur 6r) Cn Cn
l)
\$'
r{
Ci
fl!
)
Z
) \.
-r_?-
-J
{
(,
zl-ti\
LJ
J_ e
\
fr) i
Lft *
J
\
--:F
\
F
L;*ii
i, ! .,--, \-' L:-
lt; *,"
qi]
*
""=i
--7
*
{- *!i .lL .d
)-r
L-i {-: 4i
L1J L
_-1,
I
tr; : r*:
i
a-,
l
{--i\ di
#r'ltl
x
lii
,
I
{)
i
ill
,lf sl q,r
|
l\
€-,
)
ra \#'
\r' &l
)
,l !l ,,,-:,
ri
a
r;i ,--."
l
i*i i'll i';- ?(1 ;; \l
:
U)
:i
() a
L.r)
i
L
;
.L-l
i-l I lr-\ !^ /-.-l Y
i I
tJ
d
\
J] C,i
'9 $-i ,'<
ao
|
2 >3 (l)
<(o =O ! t-it
Nll_ --(\l 1.:: ,Jlf
I
)
0i
:.
d_)
=-o
() CJ
LUN
C)
ul ...,
u) oL ui .:rl c .,-
,:Q(l) o) co o)
(' rN<{-
2!
(D (,
(U;x
ruo)
; rol
01 0) i
2
(U1-
-,r\l
c> (D
(rl >\ fJ
:,5
-C
aal
(-)
o(Jl_:
5 :O U)O
o^,
U).
(rl
(,/)O
--
o)
ft. ()) (tl O .c r-t
[)-
aa z- Gt
GC,)
-o)
U) JV
.u,
:.
rrr
(O
C) C)
$ O O
--- c)
c^)
(\
r.q
a/)
(T)
O (I)
o_ o)
rJ)
C)
-() l-
(D
ac)
(Urr CI) )ro Lt) ot
o_lrr
(u
LU 0D
.-
c\1
.: Lo -o ro (s r-
C'l
{-r (-'l
$cc Ct t:: --
01
i-(- )
\-
C]
O O
C)
-a_
( \!,
(a)
C'.j
Ul
co
a a) co) nr t]r
C)
C)
C0
o) L)
:r ?* (\ l;
m
(lJ
gn
to
C
Cll
L-
(.
(u.
r6,
co)\(r
C.l
a-" ,.O
(_) (o I
.''
\--
J
F J
4)l
O
4;+,
(r)
--,\.-)
z F
a tn
:.
0)
V
Lr;
rJ)
2c) :_ a <.o 1.
) _)
I
O
=-.O LU C\ CD c.t
,.a)
t\ O O
a ;
2\r
:O aO
LU.. .9 u' irn
:c)
e'r
O
O
O U)
(,
c,)
AO 'j o)
o) '- ao) -ul yt3 a) -()o) e-,rl -, c) C) ,. Lo) 60) lc! >\r -1' CD
'-/
-
'(!
:r
0a
Nr
Sio ru)
v
.-
(lD
a^ -/ ,€ (\ N>< (sO
q!,:
t!)
co co >O au (r)
-C
LD l-J-
!- to o_ )(oo) c) :.D ra,
)'
--
u)
<-
nt
J:
aol CJ)
(o
v
c, O O c!
C)
(\ (o
@ O)
C\l
6L(!
O
EO
O-C.J
f_A=
rnuCrJ
-6 Nco
0D-
Lr)
(\
r.)
O
O O
c.)
O
N
NI
(\
13
O (f
O
O O
C)
C)
C\
(,
UJ(. O,N 0c) (/) ,.o r: a) t) 619
L
l))
6-
O (o
@ ())
C'O
:-_l*
oao ._ (o 9"; -L (D .J u) nr (O =c\ E!? ;r-z o') LU_ 99 c\
co) A .v'.- (ua>
N
\\
m^, o!: LO or o(o T(f) :=
(o
._o f(()
>(, C
O
(\ C! C)
O N
0--
U) c\
.. t-_ rna X' c\l *co LO)
C) o.l Lr)
C\
UJ frrr o ",a it\
cu o)
(U-
co
O O N N
O O
(\\
C\
O O N
of
O)
O (o
C\.1
Lr_.1
$
a? l\
iI!
cu)
=(l
cu) cl-
A €
J
?
F
1r\
\
..>
*
\
\
q/\
\
-/. o) F (\
)
\< \
J \
+
)
)
\
\
-+
)< )
.\
)
a -l rTr -vl ql
o-l i
ti
{:
a
i
OJ
O
.-l
Z E 7
.)l
a.$-
<: o) 1.. c) =Q '-. (f) '(T)
.u) o;
aa Nr _{-2.* .=- r\t r i.D C)
ui rl .Pr
(c: :Lo .o) cO) lz(J rus C- r^ :l Lr.
/Pl
>,1 :
rf Z
(n
()
c.l
O O
:.O LlJ N
9u) ol .-co :c) ?;
C) ''_ lC\ "7
.;N fli rtj
oJ
C(-
(T)
C_
AZ "-- a_z r-J
(\)
T\
r-
(/)
(J)
:.O
ac)
co.' . c.)
c.)
c! /n (\
U)a
o) 'j' (! !
cD UJ
ft-r L.) (\j
o*
^
(Dr >\_ 4 c.L LCO o- .(o ]LO t\ o) (!o) ao) Aa U)r Jr Y) '.= E^ (- :-- -t! (U--(L
7_Z La
@
o) (1)
.-
C)
(o O)
Lt-l
ODN
._.. rr) -o(() col (or
I
CY.
L=
LO
r
n..
Z
gru'<) CrJ ftC/) (Y c)
_(o
O O
C) LLJ
O O N .o
o) LON
ao IU)
:-
CD O)
J.r
U)r C,)O c (-,1 m .-, rr !l
HCO
(\
()
(,)
O
C) (] -_c) o_\-
O (./)
(o
C\
C)
.. cr)
^(, () ^.-()
s'
C) C)
C)
O
ia O O
ol
(\
O O
O
tIr (\j Ll_l r'-
iC
L()
O O
C\.J
N
a
C!
O O
co
o)
C.l
:!
<{
-() r, r1J=
-/f
Ol
.:;
90. L)Z J)Z !l
()
(\ (\
O (l
(J
(\J
C\J
o-._o (D.f\ (o
=\c-l orrn C) i:,- (O -- o) j(o rnO ,., n C\J (j I'- (, ro *l6p =N *co -a co) T (-) >(> 4 al) cu o) 0: l^
a.)
O (l ('!
(:
UZ
- {l'=-
ILZ d
",
ru-
t;:
a:)
(\
(.1)
[] .r a'3t\ =.) i7 .it O> CU) c ir) fii.lln
uz. .:l
!-::. L.
)
:
(*^
( rl
o N
z )
-L
t-
TZ (
trt
e#h
uz
&F
Oco l-
=Lh O-z _G
\J1
> EO ud. g) L
2> -) s> 5= 4n
te'2 ut= o-J ,n3 LL-
.Ffi
o>
5o-
e,6
fl= lJ- ,-\
a
a
a
Ltr)
F lJ.t
d.
3 td
s)
q
z a z.
z
ro O
j-5 a. go
9E Nr
Nb
La .(I, !r
,;^
>3 _-- (o I@ aa :r
.9Nr {r
9U EOr (Er €o-
>a) U.l c'r
U)N
ur= fN
ZO (sCo >.o (gO)
t\
o O
!o. FO
U)E L'(ul -co o-Y (,r:
_c (o
LI f_
L^'
.:. .9 CN
(Eo.r
rZ
a E.O.x'
ca
O
o
aO O^r
U); AO .;
O)
(sc)
-cN Z-N m(O
E'O, :J :1 C^
)-
N co
O
o)
o l-Lo) @o
.--: cr, (u
C'co f u>a r-c)
:< l1 tu-
.
o o
N
o
!o O_r
(o
o o
UJ cr) d: (/)3 )^ ;o) i6o, ER $c) ?s c{ do LUI ._(o HU U): r(o ER ._i Lr) E(o 5B PE co) (tr l: (Sr o11
N o (o o tt)
Ad
:l^ r:n 3 .(7
cf)
o
O
q:
Q)r -O 6DO cc! Q c.t -!'l t- -r-l (or
PE &r
Eq Eg DZ 6z
.J
b.
ef
J IJ
.]+!q
a CJ
Vro
0-
z
S
!
S)
= Z
:5 .--
cD. ca
<(a =O
a3 Nr
LO
Aa :r
9o 6r
.oINr ?
)-
-O) $r
,Lr
-z- ca) g1 'O) ALL L_
5_
2O .O O LII N U) crt :(O rr= lM
5s .=?
t--
O O
H ".r '(a '-o Fo) aa
<<" =
o^,
(/) ..'
(D3
(o N cr) $ O C) O O O :oo O r Ir c! rA c.t LIJ Cf) ODN
O
:O AQ
N (f 13N
cr)
=o) .o_
cg o)
A-
N o O N N N
O O N
ce
o (o
l= l)) co >!1 ^o O) (!::.,] O) o GU) (,O C! CN _c (\ :r (! nr (o O-N o c.) fw l-ll r dO ; !^'t _ox ._o g)N ,-(o bO r.ODN (6 - () .-- tr) =nr r(o (!r !(c) :f (c) rn (O o(o -.if CCD -'o) ro) >o) z-a Ao) co) or (ur )-:r (,::
.i cD !; a') ^O) 6
r (oO @^ .;: N Xo -C nr .-i cr) $@ \ -t.^ (ur >O >\1AN oo) ico o_f, 'O c (c) CD (O ftr)
45
ao A-
(O
-
ro
L^
r=
i::
(u=o-
@
;5
A^
eo-
En
E^
0)=
'=L
r.o
c')
O
c/)
O o
N
r N
O O N
O O c!
O o N
N O O c!
tr)
co
o.)
o
N N o N u.l $ '= (o a) o ao L= (o ttO) g'5 -o u,
g
oI: iOn L-
x>
.cL
6@
J
o (, Z F (n.
a
a
0)
Ytr> 2O
rO
>5 .c)
l---,
2*1
CD
,O o o uio L!? .io^, c\ N ao sco LIJ (,/) c.t >; U); c.) :c) u)a O =O :(O o.) Fo) (/)= .--i Ico O) AU aa 'o l'a3 EO O) 60) LO) aa Nr f c\j o-f :r >.r
sl-
O O
(o
C{
o ]f,o O_r
o O
o O r
tr)
O
o C{
N O O N N
tr)
o O
C9
o O
r
N
o o
N N cr) 00N r o ao (o (J) N r C\] r= O C) O co O L)) .O co o (.)) O o) (! O) fuO CDO (\ O N N N :cc{ iN \N ao (o O-tr) @ ZO o Q c.r $c) cr) lw N .0(/) N .-L r C{ N c\l :o r to 'r= N -co Xo € c.t (or LLI AO {rNr Ul rf EO ,-O - t- TU\ gj <\ ._ (o (o;N@ (Ds) =.f, o- >,Y PR (/)3 4O >o q01 () r(o =(,) t\ .i U) ^ ocD o_f, z- C\, z- g'1 J t-(c) o(o >o) >-: .O) Pco -c (o (UOr orI :1 lr) 1f, =cc) L O') (go) g'5 !u, Cm 2O) =co Ao) PE tr o) ro) \o, A- CU) (oT: o\_ )-r !C:: (uor :loll ([ :' t. oCn En 'cL EI LL '{= L Ai -;' lz:. rr,O- _c ([* 5n Eg )O= 3LL )- ao- az ^' (u>= Es >zuz 6Z UZ uz =LL t-z tz ZZ OZ 2z T.Z ,
L_
4s
N grj O
c.t
UJ
cr)
I
s3
-E
t2
.ii,l.t
rhi;k
@ed \n@ " .r.r;.r
r \
r
$'ri
,.
d
,>
Q'
< 1":'
)
r
d
,)
d
a
rr
)
"+
J
l
)
,o
4(.,
,o
c0., ll:
z
,{, 'Z'' IlJ,
Ai::
tll z':
)
dd
#1ft
@wqH
F
-iffit-
!w{"
J
1
(o
-q!ffir,
!
)
) \ \
)
\
)
\
I
rJ \\-\l
bJ J
Y\
J4
-\
\
-f
J
J
J
j
-\
\
J
J
r{)
b*
,d
:)
)-
$
r t>
=, z (,
d
)
.-)
a --i
ttrl,
#
tuq
)
l
J
)
)
)
)
)
)
)
)
)
J
)
)
B -6
&
Bq
\
)
J.
;&*
L.
S
tr"(9i"ilrl[:r
2 }''
%d
M
x
:'.lIJ,
J
J
,)
)
C
&,
\
)
N
)
\
r
M#
c?
.J
,E :111
o-
&''
{ /
)
Med# hmffie
,,',[lrl;ir,,,&,',
M:,
tu4%
"*r4"
.J
'' &,, l-,
<.
J-
C
\
{
o)
I
.). :fr:',ioi
%
cS
E '2,' ,{: : Lul,: Jr o-
J
l
Z.
o:
*_
)
N
o r
,(\rl',
.#r
k#A @
l
rl'
C']
'
ddq#d
I
ac
'
''!A!
q
z\cr
t--;
\
) -)
t
F,, lJ.1 (: o
o,F
-*--ddMfir
ffiryEP
ffi% w
M
.fr*
Eqd
cf)
o o
$ o o
c.)
(\
QFq
E
a
E,
2
a
:.
o)
F LLI
)
E,<<-r \ Tt!i (, a N ^o
2O
0-
.ia. cr)
=
a- (o =O
E
z a;
J
YI
tr)
.e3 Nr
g;o z-
v)
;O) 2r
(/)OL-
O
sa-Ocr) ---: (O _L6
aa :r .ONr
2O =-,O Ll] N U) c.t
ui=
'=
c)
=N za
{-
(0O
X(o
-c
to)r '(o
54
>'o oo, (c)
.o_
t-
.oo Uz ,r', :c) Fo) u)a (,J
d'Xo ^
CfJ
4s o_F (g0) (nr .EA
a s<<.
:O (/)O
o^, v). ,o Aa
,j O) (s ul
>r ocl t crt z- c{ m(O CUJ Jr C n'
)-
N
O
o)
iO f'-
o-(,)
a^ .;-
(!-
ca
}E
=lr) (ra -:< .ELll
O (o co o) N ll-l s
ODN
._i -o u) (c) CCD (Er O^
(\
O .Ifo Ir
6j
crr
-\_ >. \:
,EH (g Cr) Ea ._ (o =o 2 Cl) (/):: l^
CO
O
o Ltl
u)aca -io) {o o) f* ;N
HCO +O r(o
P3 or
oA'
ODN (J) r
_o
C,)O
CN
(o^,
E5 or o(o ro) :90-
:t
li
i.{l[L.
N
a
F.,
iT :
t\ N
:'r
* (
.1",t,..::
.D, i:.:i":'
@ C!
to o{
J &
;tiil,
r:llll
J
tC\t 2S
eo
N
d
J G a_ J
)
/\
\.
lr\
x
A
v.
c5
d J &
%
&d
c\ N
:U
\
J.\)
J .&
,:,,l,l,ili
l::r;:iii,i
J/\ JA)
*- w
W
I
CSI
+=J
d d
.)
J J J b AS c>
\
d
_J
G
)
J
)
-\
d
-_)
J\
/h
-t\
*) ,)s\ )
J
*ry'
AT
(r] c{
%-
r#G--q
tu
ffi
%
J x
l
)
l
&J
)
I
)
& N J /.\J _)as)
A-
l )
J
t
%d
/\._)
J
r\_)
J J
&
ffi ffi
fitr*
-tu
r,
ffi'
CI
z1 ,&
-w
-d
Grs d
F o N
\
\
)
) )
o)
)
5
rq::=
@
'F-
s-
J
)
& b
1 )
a\O
_)
5 r
)
/\)
I
,J
J h
)
)
\
*
)
p)
C<
)
J
)
)
J
J &
)
J
)
)
J
J
)
\
)
)
J (5J
d
(*\
A
dd
d A)J
A
?at
f d I b 2A) \\ ) J A d b
J
-J
J
)
/<'\ \.-j
.5
J
/s
%
*qfr
'qq$l
ryTfi#F
c
J
\
J
) )
J J
2a ,,\
%
EE1muF
elg. a a
.
0)
Ylr)
'3Y'
\
l\j
..-< L*
)
L
>o e .iz a. c9
z=
tr)
o
>5 ,o LUN
.< Cf) CDN z-O
1=O lo .; CO .Yl o) Ico Nr .( \N .9r .!r AQ (rNe
q5 aa :- zo
Sm Z- g'1 ;CD 2r aA-
E3 t o',
.;O =N
N@
>O oG) (c) -c :o)
(Er -7'.€o- -. o-
a 2a. o .O .O uio H ..r - ct) u)o Fo) aao) >r o-'r 6o -co Foc) c.t )\o =\f, 4-s a(\ o_f, =a olI oo) (rr CU) f.-
co
o O
3;
'= :(L
$ O O
N
o O) CO
:o
f'-
o_ o)
u)o
N O
(o @ q)
(o
cr)
o C)
lr)
o o
N
c') (,: LU ao := i(J -O)o) fr'o 1i :EN (!co =* tro (o .* vo ?s J- (o
N
(9
c{
00N A-_o
C\
N
o !o fur
O O
cDo CN Q c.i
J]o to o.--,: u) -E Eo) =N :1 Lr) o(o o)9 55 aa EE CU) I o") (Ur (gtnI vl: =- '=n A^ a= :4 *o- Ho- EA' '.=- co
(sr
C\,1
LUr O?N
o (o
o o
N o co O O) N (o O-r
LO
co
U O
o O
(\
N
O O N N
o O
O O N
O O N
(\
rO
(\ O)
o (a ao C:: U)3 PR {-i lt- ,:N t-<-l\ =(o *@ z' o;) (oO) cv) 6'o, >o) ).r ).r '13 n cn F_r 'c O- !LL
.-o
YO
cDcv F-
C\
Lll lt-
N
LIJ S
".
,a
a
a
0)
:ltr)
>-5 $:
Z' =
z
.--l r
u).
co
SO .;@ Nr q'N .!r
>b .o UJN
0)
o.t
f--
c)
>$
aa gR q; o^, z c.,
.:-c) U)O
cr)
c!
aa
z.
-c
!-
o)
oOL_
AZ
O)
O')
.J::
N
o@ >O
4s 4(\ -E oo) fro (c) o-f, m(O (oo) E'ot aa (/) =o) '=.- =- -:< '-= ll
zi f2
Lo_
.< 2
5s ZZ
n
l- z-
N O -O [_r
O O
a)
o O
N .A c.t Lll co CiD N O (o !)r a0) @ --r ^O
O
FO) .--: e= aa E f'r ,io) o) fN r >.- 00-a^ za ,.co oc) Xo €N
v)
o O
a C)
O)
ao h5 :r i c.r to)
Is-
CDO
cN
lr) o O N co
C)
(o
@
O)
r.) N oce .^ ( \ ._o LLl - ffO *co LO $;ODN !o r(o E(!- o') >Y .i u)
P9 (Or A^
N O N N N O N
o
O-U)N
0)=
(f,
c/) o O
N r
c{
o o c!
o o N
l.r)
@
o
UZ GZ
N
c.) o o
N N N
r
N uv (/)R PR aa {j l.|t.-
o(o >o) = (c) =oo Z-A 2o) PE ro) )r (!(,:: .o A' ln OEo-
=_ Eq =*
tr)
o o N O) o (o
Lrl F$(,) )r
E'B oI
EoSs Tuz
Ny)
il; .c
rL
==
)
'qf,,:,
r-l i,
)
i'
O.
N
ir:.:i ro-.
!'5
S,= 5"= 4tg'a rJ=!
,O.lvl, J
o>
,&,ln 5
-ll
rfl=
t9 o:F
s&,
a a 0) :
F F \ LU
E,
l! .a
a CJ
,(
Ji
tu
o-
2
E
z
:5
o
z^
e3 Nr -<.Lr
aa (! 'oo z-a 'o) !ui L_
O-
>b ,O LTJ
(D.
$
a
: Lo
4-O =c)
J(o rco
oD o)
:r
.oNr
{-
PU tr o)
(o-c t-L ^' =
N
CDN
(,:
f--
O O
o.r S a cr) :c) Fo) aao) L'-
<s:O tno
3; ao
o92
Eo) i([c)
o@ >O (so) _c (o
4s Lf,
=sf z-N =o
zi .---
:,
zo
C{
:o)
'T'2
.C
c.t
ocD (r-
'-i
P'3 2r1
/f7
77
)-
-u
.f O
cf)
O
co
LU co
aor ;o, to) eK $ c.) I .rEo (o TS .*o Vo
99 f\
=N
ro)
o
o
go Lr
fr)
C'l
ODN
co
i= >, !?
N
o O) iO I'Lo)
ao .dg (o'
}E
O (o O) Lrl
a
N N ro (o
f rf) u)a
!
Eg ,7
a ol
:< Ti
c(s
O)
ff 7
(o
o o
N
C)
r
.-L (o
orQ cL,
o o (/) ^o cDo c c\t Q c.t :O
LO or =o) 0-)(o
r (!r oIl =b Eo)eo
a a
(,
:a
>-5 0-
.ir
a
:,
u)
Lo
O
>O .O LI-]
N
r-- 4
H 2
o o
e.r
rd'
:O AQ o^, "1 co
c/) C)
c\
cn z a. scD (D cv '- (r)Ct Ao sO O a- (o a-A(O O) o, loir -: .i O) ! f'I@ AU aa e3 q= O (tr uJ Lo) Aa -o) Nr = .r z .!r .o- zo $c) ao o92 -c ';N c{ Nr g= {- (o@ (g>.o =$ ,O 4u lio (oo) o-F a(\ -E za aI gdi :f Lf) -c (c) (sO) .(I) Aa tro.) \o) (/) r PE !(!JYT: EL U)O- -c A' ao- EA (ES -:z 'r2 i2 7'7 t- -7
(0 a') N $ o O O O a !o Q_r N Qrj N UJ cD ODN O aor (J) (o -ir co i,q -o) -oo) 16 o) C,,o CN €H Q e.r N G cr) lv !^
O
LU
X.o
N ,-@ :o ui =N €N C z.a
o a f ft'
Ol
q
3[ <1 7
gn
c9) or
Eq A7
C)
N N N C) O N
cf)
o (o
@ O)
(o ._o TS Eo (tr)t:o (0x
r(o(o
N O
tr)
O O N
}V J
O--
(/) N _
f.-
lr)
a)
co
o O
O O
(\
N
o N
O O N
(f N N N O O N
@
O)
r O ro
N tll l"
(/)3 PR *co {j l\
uJ U)
N .f O N
f.-
O
(o
69
(1)(o o) o) -rOCD E CD 6'o) >CD z-a lr )(tr .' c .o :' roi !o- ._ LLL o- .E oC u;=rf7 tl 7 n7 TZ ul 2 (c)
gs
\l\
,s
igg+=
a. a
a
-.
0)
o-
2 5
z
Ytr) >O .ia.
co
a8 q3 Nr .!: r AO
qb z-A
)r
.o)
ui L-
O-
az
20 .o
Ul
(D
c.t c.t
t--
O LU
>!'
cr)
O O
:O o aO
3;
N cr) O
'(o:C) AO
qs ,=o aao) .i6oO) :l e{ L^- >,r zo OO Fo>
!
o)
f'.Lo) ao
o O O
(o @
C{ nl .--: cr) lll e 'j= N ru 92 -C LGO c0' ODN >o 5o ;d 4(\ .-i u) Go) o_5 :o(o
-6
N a EO Ir
(o
c.)
(f O
LO
O'N (./) i= aa -o'io) .fiO 6g o) o)o CN
c)
(/)l
O ()
Lll
co
:
o")
co
o)
Qcv l-t !o ._o to .- (o -c{ ij3 bo Gr fir .:,
(o 0-r
_ t-.
r(o Eo) >,Y PR l'* o)(o fC') Z-A )r
(r)
c\I
N
r
-o o e!
C!
g)N
o o
rO
o o N (\ N o O
o (o
sN o c/)
ILO t\ orQ CCD $o) CUJ Aa (Ut(rJ:< zd '=LN :3 .ELI. (,.\ (/): Gr l= (E3,q o* Es T.Z
_c (o
N
O O N
ro
o o o c{ @
N N Lll F- LlJ tt CDR
aa .jl-
(oO) hr
O= Eg Ss uz TZ uz CA
O
P5 o1l
c, O O N N N
o N o o
(o
hP
>\ r-E9l
Po- .c o_ WZ
==
-t
+:' '. rJl ' ,' rll ,.
1..l,
I I
C):,,''
N-1
r'
2",t,,
,'
:: : : lr'li:
d.
rn
<= t-1 LL^
I
a
&,
a (l.) Ylr) 20
F lr'l
o-
d.
Z
:l
lrJ
VI
=
z
r-l o N
q l
P q l
o,
a. ro
O
,-i
U). -cr>
<. (o =O .,i @
.=
N-
o)
.!r
LIJ
4-o =c.) (o -_ rco Aa :r .@_ Nr
99 {gb !2 r1.r')
;O) 2r coOL_
o o
Lrl
Y(o to) (U-
a
N N
a f
o o o.l =l Z o 'a N
(g @ (E
(o O) = r
_c L
z :' 5q .--
LL
o u^,o |t-
.-a)
:c)
Fo> u) o) -o) Lr -cr) iip
oE o_5 l\ (sO)
(/) '= r
>$
C.)
tv
O
3g
(.)
.- u,
O) N-
C,O
C)
N
$O €N
@
o)
ao ([r
P3 :, l:
aa .zI 'EL ru-
Cn
o
rc o-o)
=*tr 4o a(\ :f=
N (o
o
Ao
60) >.r
C)
}E :ltr)
u-l
a
r N
C\
-.j Lo -o (o c O) $ ,
o)
:l
g
c{
.ooO Q_r .A cll
>,Y
EK cu co to ._ (o =
c\j
2o) oIl :f^
u)*
(o
cr)
o O
O
o
LLI cf)
ao r:o) 1g o) :Ivc\t
ftea r(o cn (o go)
(uLJN (o=
ODN .r (/)
f
-o (,)o cc{ m^, to (!r 0)P
rv/
'On
)-
o0
N
t, C.l (o o{
J ),
J
c{
%EEl
N:
wcb
J'
)
'-;v
),
5
@
ffi
r$*'
).
H
P
-_Rfi
F-
)
)
,::i
)
\
J
>
)
)
4
)
,.ftr
#
"A 'H%e
lrr il
-\
\
)
*fit\o.
r
rl:
:
)
\j
),
c,
\
%# %
\
\
\
),
)
> x.
N
ro
-\
\ )
L
q{
(
Y
) ) )
S?tu
!q4
Msffi
IF
Sffi
J N N
CI
\ X
CI
z
N
i x
'ol
?
)
I
)
)
)
\
)
\
\
4\
\
l: a/
(7 ,li
l
X
)
\
co f
*@
: ,'i
\
\
-\
)
\
v )
J
)
c #
) )
\
\
i#ise
.l ,i;i.tlr
)
\
)
)
i1 \
\
v1
\
\
\
\
),
\ \
\
\
)
\
)
)
qsn
N
\
J
J -\
\
J
)
A
)
)
C
\
1 H
qhil
I
:.
,:l'r,
G
)
'tJ)
-
6
,)
) C\
)
)
) ) \ G Cr
)
\
\ \ C\
\
I
\ r1
@
a
a
()
Yl.r) G.
4_ (o
z
>5 .O
a8 :(O
U,/ C!
>O .i-
z a.o E
ro O
,; CO ,', o) Nr 1N .!r aa ico z-@ .o)
I@
aa :r .QNr
{9U tcl)
u-l N Yla d5 lN
c) ,,,O
c.'
-co = :, c) F()
aao)
<s:O AQ o^, q; Ao .--:
cD
O O N
co
O o.), ro f'r
4s
>\\_ 4(\ (go) ico f rf) -c (c) o_[ ([0) orQ CU) Aa
.:LA (t)
Jr 5LL
N
CO
Hot Lo) !r (oO ao ZO a.r - cr) SN 't=N XO (o@ =s (trr >'o
!(or =o) aA- 5e Z:' .LL L_
f--
.
+
co-l-I
O O U EO
O O r
cr)
o
,O r O_r N ODN t! c'l ODN O (/) r (o lf @ >.? .jo) -o (tr e, CDO O) :r CN Q c.t N o cr) :)+ Y c\t !^ l[r (o tO 61 N ._ r(o (!= .iL() 'io (o =N o(o CcD =F:tr ct)
aa
EX to
oAa
)-
t()
O
o
cf)
N
o (o co O)
(o
c\I
o o
1r)
o O
N
.-
c, O O
c{
N r r
N
N
o C} (\
O-r
cl O O N N C.l
o o N
(v
O N
tr)
@
CD
N c{ ._o U) e.l N ul$ (s .:- - f.- LII 53 (/)3 a? >Y PR t\ fo) lr (oo:: (/):: PE - C^ )..-LI ;' g_t On oA q)ao'2
O
(o
x>
Ea,
.E
o-
Lf'€s
a ,;U) ,(),
U)
t
Yut
'tt
jj'5
tt)
r o
A.o s c/) ZC) >-8 :(O I6 ,CB aa Nr
>bl .ol -t LLl N or sl
I
.rl
f--
O O
>v .O uio
$^ .f;"'. :C)
q b] Fo) aao) EO
c.r
ca
I
AZ
>Z T.Z
O
N co O
(\ $ O O DO N O (6
0_r qr:
U
cr)
O
o Lll
co
U)O
(\
a
O
O
o
ol
f-
C'.r
oDN
(/) r fi@ ,--: o) c l-.o) cDo O) 1d'o o- o) Ynt ii CN l* (0 Q c.t (sc) cr) N +lo X.o .__i Cr) LLI f (o Lo gj c\ ._ O)
fN o_- - 69 >o 5o gb (o0) o-f, .z- c{ z-a gU -c (o m(g *o) Go) (.I)r E',o) L=P f(0rO) j-.z-.. JT Cn .o_ lcdo- €oEg -r
s3
CO
O
-o
co
O
(o
O
I
oo
rO o O
O O N N N
r N
o O
O o N
N (o O-(\
CD o o
c.l
N c!
O
c\ O
U N
o N
O) r() ao O (\ (, ._o (o It- uJs 6il ^I-- ilt (/)R E? (l)3 ftr E3 a?. or X'N }E L'@ ,--: u) =N r(o o(o >Y f(c) z-a (oo) XB f t-o c(o orQ E,b TO) >B CU' >3 >r (s:: u)a ccD cl: ).r (!c (trr 'E Sq 90- .E oll A^ o11 :< 'F 61 3 €q E* Es (s- )- =^ uz 3z ZZ t-Z EZ
@
C\]
i^
.PI\
O_
O_
L-
,
n?rili.TF r : ,' ;iri::.,.i rt:i,i, r , ',,r
'',,
, I
t:,:;:rl r',
iji:rit
',,,.. .:::::,| i|:!:
qF
t.:i:;;ir
.:t.
:,
:.:ri
:',.1
,,.',,,
ffi
c*.
#
:: t::'
: l 'i''
il
)
:t-
).
o
)
+
-
r c), N'
l
z
lJ
5-
-+ r
)i
-l
I
)
t). ,( ;)
I
,d.r,
_5
)
o,
i
\
l-: l<
T,
I
lo F
"tJ.t
Io
cri
lz
ttl -a-7
l*
EO U=
I
E
F@
M
(o
@
.fh
:;
,}
)
V
)
)
\
)
a
\
\
)
\
s{
) #
)
',".
fu.-di
\
) 'iJ
(
)
a
#
e{m
W
<2
<
@ ffGF
)-tll:
si c)>
Y
,t< O-i,,I
-Pr
5
)
--l )l
\
;
l|1:L
<(' 'u-l O-
'r
\
\[
e. v)
Ss nl r>r \
<)
)
d(
)
)
I
1-y']
6
\
)
c
!
4
\
)
\
)
()
EN,$t
0
I
H4 F
E
Yro
q
lr)
5-5
o-
z
Jq.
-i
a
a (U
FO
il\ vr
'€4
)
#- "".w
s> 5=
.\./
-.)
J
,"J) tr\
'llL9,:rO-
G,
)
\
I
rEt>
o:-
)
lo
(/,
LL,1 -4 91 \.v
i
)
I
_-€af
}
.'i f
,J
I
J
#
ilE#
,*,r
r
=
z
a. c, =O
(]
.<
U]..N (r) (O
eB Nr
-: I@
.!r
,9Nr
qao z-.o) v) 2c
,ri n'
aa :r {qid to) (or _c
>b .O
;'
ll
(/) c'l
q5 .;O fN ..=N
za
o@ >'o $ ct, -c (o
=o) L:' LL
f--
o o
{-.co ".r
:. CI
f- o) aao) L'c.) -Xo
4x o-[
$o) '= :' rLL
o o CD
'-Q ==f u)a
3; AO .r
.-i o) o) ts ;r (oc) .CN 4a =$ 4(\
?E J-
N
O
o) !Fo_ o)
ao ,: (U
-E ftr)
C/)or
:
o c) N
o (o
@
o)
N l-[ r g9N .-j tr) !(o c(Erct)
4q
C\
O
!o O-r
U): i=
ES (g cr)
E.O ._ (o VO
3 .4, o)
=N r--
oll
3o-
€)
o o
el-
uplr: io) I -o
ifr -::-o) II cDo cc{
.3: l8l SBIE= .r-(O IEO)
P'E I + 3 6:. I I:.
EslSs
|
:ll,
' co
"m
N
il;:
:
::.
,rr . r':l
--,d ffiF
*I
E
ffi
)l )l iI\l rl"lT-T-51 il __J
-l-;+
-s-l
I
*l,:J __t kl \l I
:l
-1-f
d::\.-
fr .?l)l
I
I
\t
5 I '}l
\
I
.t
I
I
:
.5
5
)
\
,
__t
\l ;
I
0(
l
F
)
c)
N
')
)
K
)
)
(9 ol
)
)
), (
c.{
J
)
5
a5
>
)
j
)
)
{a
)
)
t_
J
\
}
\
> > )
)
)
G
J]
.'
:
)
_)
q
J
)
(:,
7 .N
;l
e4
i:Lj
F
EflH T
Fr
& c{
I
@
-1 8l
,-
I
K
@
t-
(o
-
ro
li
b( ,
\
\ I
I
-t
)l
)l )l )l I
-}
)
i
)
5
5 5 T 5
X
)
,)
J J
)
)
lT*r *l \.1
;)
y-
,
-t --1 >l t\
\l
I
\
l/
)
)
5
\ )
)
\l--\-
I
\4
\
(
\
"l
_i-l --l --t I
)
)
-l
,l -rr
) )
)
)
)
6.
a 0) )ltr )l
e
aE;l -l
z
..? 5 >b r
E-1 tO o O oa t-
LUN {a,ca ".r U)N
3; AO
N col . !: F
(o
O
co
o o
rO
o o
N
c\tl
cCrl tl
c\Jl
Lo
O
o -N -r cc
Co
o O
CN
o o
c\ N .rl -l n r cC O c)l @ =-E:lr cc qb -O, o )l C O) U. (U c' d3 C! .rl c\ O) 6o.) -: EC o a lrc\ c r EH rl Nr :la >.I :r .c € a.r (o O--l o Qet Oa: =t$ >rY o9 iICD K l>'c oY oI fu qb rc 14 c\ -. col.Cl+-f* >\L lNo O,L Ou =o (c c)(c o-i Ll Lr)l! or( =(c l-c ( Dlo o ClJ l-c lorE = >(, g, PIE g cu :fo __(iIE E l:o GO ICU )-s -l),r oY t)(4r l=tn 1- $r CN l$r =5 LL rlS q E,q (u- Ea E; O= =^ 9o r'l{. n lzo go l=o E o-lE ?-
ls z a.(il= il
=
a.
rr)
E (o
--o Fo> (rJC')
5l
LLI
CC
u)c
g9N (ft -o cDo c!
f
cr)
o (o
c\
r
o\|
Jr
(, o
F
cq
,o o c9 =:-eA
)
V
)
K
z F
o)
c{
= =
lY to .i=5 a.
\
)
-)
)
)
\
"+
5
co
z_ (g
O
a3 r(O
I6 d3 Ne u)a :r
z
>b u.l (D
5
a
c.r e.t
f.*
O
AO
N g () o rfoo z fur
cr) o o
:O AO
o^, ER (,; =ca
o= Fo) aa -(J Ec) _o) fc!
zo '€N
>.t
N
tlJ 0rs a o (o -ir
N
co
O o)
! l'oo 6o >r
@
O)
;.e (tru
gN
-c
_$
o cr) = (o Qo ao .-- co lll N r (.o -o Xo {-N AO (o@ 9_? {.-(o N (gr (Uc) 6,9 >o =$ 4s lY o c\I }E ._- ro ER ro') o-f, z' =o z-Aco eu) (c) f,l.r) !rc) co -c P ct) ;O) )! 5h tro, :o) GO) Aa CCD PE 2r (Dr OOr Jr -7r hP oT: .. I '= -:z En :l^ ui o* 5s .o_ bo_ 5s Eo_ 3o- U'_ !u o) az >z TZ
Lr
^CY)
L_
o
z
F{
N
aO
\
\
:
)
>
)
:
(o (o o)
0.
:
()
J
2$
$ N O
U) < I
lq. IU o-
\
.
u")
(.o
It-
@
O)
c9
O
o
c{
ODN .-
(f)
@ O)
(o
Q c.r :o
._o to (5)(g= >.:i :\ J (c) o(o >o) ro) t6' 6rr 6Z uz o -i
N N r
o (o
Ar ^o o)o CN
el r{
u) o o
C! o o
LO
o o
o (:)
o o
N O-(,N
(f)
r c! r
c\t
o o
N
c!
CA
o o N c\I
o o N
N rO N
o o
(\l o)
@
o (o
N
llJ r.- tlj $
(/)3 aoF- '=o PR Eg) 5co +jN ^N
z-a (oo) E'5 e6 Xr )r (g :: (!;' (Ju Eo- .cL EL IJ. Z
N F{
fz uz .O
ri
rl
=2 ra rl
#
',ri
,
ll' .i: . 'l
;l ':,:11';'
;
J
}ll
. .
,,l
o&
it;iil,l,,
.
"irrir,
''E
ry.
,,ri,' i)',;i,; t;l:rl'r
';]
qf-i i,::.'.:,
' :
t{,'
o
O,:i 6,11,
Z:.
i'
,.
JI
q
X
,\
q
IY
\
*
o)
F
*z \+
6
lJ.I
r-
G.
Lui
.;
<2
GH tri;. :
,A l-l ,ilrt -,
i,N:
I
)
(o
iEO LIJ az
(,t IJ.I
z>-tl-
b e#@
--\
)
)
F;,.]:;-E
f
\
J
J
\
-\
\
q
{44
)
)
\
%l*
%n
) )<
A
!.._
& %
.)
\
x
J )€
)
@
_) )=
t(
^a
k:]l'W -&
)
-\
bq'
(/) -- :-
")
)
"\.
;v)
)
-\ (\
)
"'q
lmllF
Miruhd
;::.
J I
J
-41
,,1 r,
J:l*n;,,.11
t*
\
i
Y
)
-. 'e- E
tu
a\
%*
<=l
-
(r
<= =<
fle o-:E
c?
63 6,E
#
)
n
dln@il
ffi-
\
&
'q
>6/
&
c{
cF{- -t*
M,t
'+!M
.-
\
-e
\
.\
*a
-\
,a
-\
i..
#5l'l
M
lJa,
-{
\
V d"r1
I til.
c{
o
a.
E,
a
F tu
Yto
o)
I
E, V
2
IIt (n
=
z st
4- CD =o
43 Nr
O
>b .o LIJ
4_O =co ---: (O I@
Aa :r
.!aC)
.@Nr (r
aA
9co Lo) (!r
N
U)N (/)E
-U ,iO =N .FN
za
$co >O (EcD _c (o :o) .z-..
'* o O
E ..t z() :O
Fo) (/) o) _o o-r
o
o
z
rl
(\
ro
a -: 29 .- c) oa
u)o .j o, 6o) >r
(o
co
cn (o
JC n' f=
ZZ Ln
r N
CA
c.t
c0)
sl
o O)
O
N
(oc)
$o)
,.
o
! r-o- o) ao
F -4o ={aN
/)r '= LA
o o
.--i
(Er
-6 ftr)
Aa -v 11 fro-
lz
(o
o
co O)
c{ Lll o0 c{ .--i 'rf, u) (o
CoD
(or
q
co'
(,s
UI
ODN .r
oo Q-r J:
>. !2
EH (Eco 0ao .-@
=(\ (,:: =b f^
3s
E.Z N
r
o
c!
$
c.)
3g
4s
^cf) XO
€A' .o_ cg az 2z TZ
o
c
Q
,">
;Or 2f
OJ
-a
r!
55 .i-
5;
rl O N
lr)
O (o (o o)
co
Z U)
-c _(s
f
(o -o @a (EO
rr I c.)
O
o Ar_o (f, o CN
Q o.r +ro Eo oEo)
o(o
bP -o) iO.n 8e Emz _o-
Or
o r-l
\
N @ O (.o
a.
(o
a
o.
)< CL
2
ro,
20 .ia.a .
ro
=co
;(O I@
.e3 Nr aa :r
.:
2r
o-)
9ro to) (!r
O)
@.
1
S
>b ,o
f.-
=
3;
co
O
o
sO o 1)o 2 O_N U)s ul O U) (o t:@ >, !f i O) o
N { c'.r c.) -co :c) U)a o 4b Fo: O) :o I\ aa .-,io Lo) -OJ ([e, :]N o-r >\r aa za oc) N '+:: N ro!? € o.t l-ll r oco (!69N >o s-s =O 4(\ ._i }E o o> -o u) o-f, :l (c) cc) u-) -c coD Aa NO) P.,E (!r (/) e =o) '= J'7 :zT: '. (,ll)n 'j= f.f.t e.l c.t
0)
O")
-l
(\ roO
5B (,::
ro (f
o
(f)
CO
c{
N
N o (f r N (o O-r ._o c0N - t-
o ()
N r r
N N r N
O o N CO O (o
O
o
ODN @c
-o
CDO
CN EK oco _o Q c.r (o {fo = to ._(o oo (!C) to ([r =c!
o o
t()
co
C\
o o
N
@
(},
c{
lr) N
LLI r'.-
o o N
o O ell
o)
co
O N tu\f '=o aor.- @
!Yo PR CD8 lf4a. {-i l'- .-: R o(o >o) O)m TO) = (c, =@ (I,o) ZA Eb, !o hr )-r (Ur .. (tr;' (s:: c
o o
x>
E9l
.E oHO- 'E cjs :o- C=*A. CU-oEq eo- 9o !U wz Gz TZ Eo[lr @z uz AZ >z T-2
ooL_
=LL
o".
OJ
qJ-
O_
j@
c?)
\
z
o)
F. N
\
\
\
(,
o oce \
)
&,
"Y ) +/ \
\
\
)
)
\
\ \
\
\
\
\
\
u ,\
\
\
)
)
)
\
\
\
\
\
.t
,; 5
U)
Z
\
.iu). cn .=o 1_ (o
tr)
r
O
a3 ;(O IO
>b ,O LUN 0) e.t .r
l\
>$
cr)
o aA :O
ro
o
o
0D.r c{
cr)
O
o ]3o z
O
ER fr3 3g AO
co
N oo
O
N
fl_r
co C)
C\,I
rl
Fo,(D' q.5 (/)
o (o
o)
(,s
LLI
(/)
c{
N
r
N N N
o (0
()
(r)
o
o o
c\
N r
ro
o o
O
c.)
o o
N N
N
zn cn
>Y
5h
5q tsz
U)-
(\
:R
45
az >z o z
(o
o")
:rr -C cD ! f'@ >(J o O o -O ,to o) '-i O) O) o NO o No o C{ o aa Io 60) s CDO fN :- za a.r >r N CN (o O-.9cr) (oO aa tf) N (oco l (o Q o.r @ O) .EN ^Xo Nr c.t .-i cr) UJ- M.O -o {Jo .-o (,N 5 N c{ o aa (- oco (o ._ uls (trr EO r-CO Lrl O'N vo oo Or (tr;- -F'=o >,o =s 5o 0Do u.^ CD3 -'E 4N rr .J() oo) PR Fz-A Pco _c Eo) (o o-f, =(\ P c"l o(oo) f (cf z-a J$o)r..=o) =tr) E(c) ;O (U0) ccD tr O) Aa >o) =co E'5 :E 2- O(Or (/) r PE 5r )(/j:: (g: fr jr Il r< '=. (o;' :. -c ;' A^ CA C^ aa=^-* ci( on -. -U Eo- cilr :(Jn LboLJ or o= Eo_ :l* TZ L-l r fiz tz AZ U.Z TZ
2E Nr z .!:
(o @.
:.
0)
o-
N @ O
rn
rO
ei;
uz
t-
oo
O')
r'l
11
N ri
ao
rl
rl
=2 Ln
rl
)l)
ffi
,F.+, 43. . .r-:;r
?i t
k l$Al'l
r-.
.i,;: i;.-: .::1,
l)
;: .tit :r tfi: fr :
!ir,,
t2 Ji-r'
,n5 EO tIJ; E.., (nl&,i:
zz:)L' -., (>, lr I
-
=r.
5,) 4'.-.' ffi'ft"
,ELi,;Ii
'
'8,f, *6.E { ttt iE o, Eth
fl= IJ. F\
sffi,
a o)
t" tu u, \7
o-
IJ.J
a
z
qt
E $ rl
o N L OJ
-o E OJ
z
\ltr) 20 .ia.o sO 1- <0
ro
O
q = = ro o tu N
a c,o(o aa
a r.*
.o o =-f uia
o^, eR q;
co
O
o
N
N o o rooo Q_r
erl
N
o o
lf, O
cf)
c\I
N r
c{
N orj :c) Aa o o ao ODN (o l: Ar o) Fo) @ >:< io) .--: o.) io l.T @ r+f o (/) o) -o dE s)o o) o) 6o Lo to a^ o) 5 o Nr CN c{ eK r $co Is Qe.r oc) ao c) ,i co [! N do ?s +l -r fiI N@ P3 SN LO (U' a N 9o g's +o ct=$ o 4O gb 4nt ,j (, o) -E tr) =8 r(o Eo) z-A E(E rJ) (o =N fLO 1(, o(o (o !L (o o-f, f 55 (oO) ;O) E o) J o) (Dr PE u)a o O) PE Io, r (Er (s Jr oI l: Z -O^ -:e In a aA- _c.l o- ps 5s '.= (D= .n= f g 3,9 EA. N
CO
o o
t()
$
LU
cr)
o (o o o)
N r N
o o al
o
(o
o o
(f)
r
(\
c{
N N
o o e{
o O
N
o o o O N
ro co o) &o c! ._o U) C\ (o Ltl$ _ttlj (6 .:. (rg >Y PR a O (o k e', :f *, f-Z.A =@ o o) Ph e6 >o) r )r (o: (u C^ Eo- g g E^ .cL O=
(o
C\t
F.-
cc)
L-
\.
J
o
,6
'i a o YLO
q
Z
=
z
iE
U)
|{) C)
=
f--
o O
O
o
N a.e a N ! '^ ".r >3 c) <^ (o =o ol h ---: (O a I@ aao) f O .a3 o u)a Nr :r
(f)
e? !6 j) aLo (u (o .O) co
!r
eo-
-
(,
l--
2a'o
U;O
3; AO ,-:
o)
60) >ocI F o.t
N
co
o O)
E f.-
Lo) aa '€P tU a
=$ o =cJ zN o o) :f ro (o o-E O) (!0) PE aa Eo) (!r a? fr z= cn :ZI '{=
€s
q Es )-
rf N o o .Ifoo
o o CO
-E
(tr-O-
,i
E C
co
o o
o o
r N 0dN Lll c.) gjN O ao (/) r (o ir)^ @
O)
io) -o G'R 6o) CDO CN oco ?.t {lo Q c.t t-a .-(o ES EO \U
!.-
N N tr)
to
(o =Gl O)
$ r a o-
)
(o
(g+U J- (o EO'
>E PE aY. o: =n cn!
d)(o
'r
O)
O
N (f
N
c!
ro
o
o
N r GI O o c{
(f)
o (o 6
O)
(o O-r (/)N ;-O _F(5;^
LO
o o
co
a-)
N t: r
c{
N N N
o O
r.Il
(,R
>Y PR a _\ t= (c) =co z-a ".' o O) g'5 >o) r (o: r !r
E;' Ho- EA' o)=
.-LL .l'
i7-
o p .r
o o c!
o o
N N rr) 6 c{ N [rJ$ l'O (0
o (f
o o
o- En
ttt 2
Cr)
o (o C!: (oyr >r:u, io
.5
o-
<7
,,i: I
r:,,
..'
'i l': !,
-@.
l.:i!'
a. a ()
o-
z a
E
z
Ytr) >O .i-
a. q9
a. rf,
O
>8
>b .o
LUN
g)
F--
uJ
e.r
o O N
cr)
>$ .O oO o^,
q;
Ao o .r o) o) '-'r o) o) i6o, :- zo >r o- =N c) =s o 40 z-N (o0) o$co zA E3 -c (o = t; O) to) E'E 2r (gr =o) ,9,$ o) 2,'',.. - f: (O q5 Fa Ico .=o ,nB -: u)a Nr
CO
a')
o O N
co
o
(o co N o C) O o o EO Lr N CD} U-l cr) ODN O ao (/) (o -ido -o@ (t) ?6 0) cDo
o ()
(\
lo
co
N
N
o o o)
C\
r N r
r N r
rO
o O CO
o (f c{
o ()
o o
d)
O O N N N O o N
o o C! CN EH o) tr, o P e.t ._o O-N o cr) is o c{ N U) c.l # c\t :O (o 'E cr) Lll r to bo (tr;-F- r.x \ tU't g9N .- (o '=o (! (,R ([r (/)3 E3 r va r(o >Y EO, :f rc) PR *j flr) -E =o) :o (o =(\ xx o(o >C') z:l ro .-i o) GO) E'5 -a v) 55 =co PE Ao) CcD ro) )r )-r oI (,:: (or I Or .-L[I :' €e -:< .E o:EN qtu o.)
lCN
Lo) ao
CO
r: (o
o (f (\
o o c{
F-
U)
2
&,
0.
:
F LrJ
tr)
O
&,
0-
2
LU
>_3
(O --: -L@
a
$ rl
o
N L
OJ
-o E &{
=
z
ao) :r .u) r Nr {r
E3 tro) (!-
_c A'
>b .o
f.-
O
o.t U.r iu (,N z -, o 4s (so) -c (c, o-t (tr0)
r(/)r
=o 'E n'
7
>$ .(f
uio
,A:
.t N o o 'ooO
o () CO
N
N
cf)
o (o
o o) 'i O) p l-Lo) Eo) >r u)o (oO
-c c! .i cr) (o' =$ z-N .; =a 5lr)
3E:. Aa :e Tl LN
'.E n
@
O)
r N N r
tU U) .i tr)
c
(o
o o)
a n
ro O
N
N Lr co Lll(f) ODN dC.r u)o o (o r (,f) J@ io) -(f, o, cDo 6o CN EH (o ([co I.r Q e.t {fo .-o Eo i;i! EO .-(o (o\- (E >Y)-. ER -L (o =o) (l)(o
N N
(o
o o
c.)
o o
o
o o
c{
o o c.l
O-r (,N - r.tnO
o o
(o
c{ N r ,,r r r
c{
ro
o o
CO
o o
-
N
o o C{
o o N
N
rO
@
o)
o O
c!
O N N (o l.rl$ tu '=o (DR :o) o s3 a (o X'N rz- o) rio ltO) g'h eS =d >(') PE ro) r oI )-r or (u =B '= n- ]f, o- ?o- ,g o:lollo- 9o- p0-
4igh
r@a
{
CI
L)
@.
fr
ro
0-
g
2 a
s
E
z
E \)
D,(
#i
I
r.--
>
ri.
cY)
O :O O =-^() LU9 o 2O aO o N LLI N 2 a.l 3g scO (D.r e.r -(\ <^o :cr Ao O (O Fo) ---: o, o= Ico .- ul o r.ALJ Ao) Ao) Eo o.o) -o) Eo) J(\ :r >r L- (oO ao ,@- zo CO
Nr (r 9Lo
.i cr) (gco P3 S (or g's >,o 4a =$ (oo) o-s AN .; :, F(o (oO) '.= N
!(o Lo) =o) (/) r (!r €o- Z.o-", '=
o.J
PE
Jr
O-
LO
U) 6)
l<::
.f
(o
cf) N C) O o o o O o roo r Ir N @s LLl cr) ODN o aor (/).-r (o == >, !l -i or -o O) oo) o)o CN EH (o^, oco N f.t €ti ll-l r to .-(o 00N EA to J- (o (oi: .jl-l) =o E16 (l)(o =o) =N € r'* t- oD z. G) PE (or tn:- (g- ro
A^
5a
:on
ro o C)
N
(f)
o (o
o
N
-O
o o N
@
O)
O-r .-o@ g)N (tr;- .N >,:l PR :'J
>or Ea
c)
N N N
C!
J(O
|r)
o o
5co +a )r .EL
o N LO
(f)
o o
r
c{ F
a ii
(u
o ()
@
,(oo '=o
N r.- uJ+ O (o UDO l'-
(!
Fo) o-
N N N
o o N C\,1
uJ
(a
o o
N
o)
PB 6'o) o:: -r !o_ sI
sqhg i!;
(r)
i
I
{
lidi
:9-.'
o {
z
<:
l-'
6t c{
S
5
d>
+_ 1 :-
-J\
(9. co
u(
J
S
br \
"r x'
YN \-{ r*5-
:
+6
$
\
# \Q
.\.
v
k> _d
$ I\ w \*l
r\q
\
s \\
..J
:
\
@.
(n.
: r O
>b .o
sco 1^A
U,, N
tr)
L
z a
t v
.$ Y
F
N
t
O loJ
-h \E
+ { \il
E a>i
=
z
r.-
H z ,-r c.) :c) (O Fo) --: q5 I@ .Eo aa aa -o) lLr =N za .9o!2 'j= N Nr (r oco qE >o (Eo, o-[ EU -c (o (oo) o') \o) L O'7 '.. Aao- Eo5s L2z TZ
>.f
c.)
._o o O oO
3; Ao .-;
Ot
6o, >-
o Eo nr
o O
cr)
N orj N uJ
o) o)
@
c!
O
rO f'-
o-
(o
N
o O
o o
cr)
cr)
ggN @-
r
aor
o')
o o
-:o) ^o (!(J) o)o Cc\I
|r)
o o
N
rO
o o
co o O
N
o o N
c.)
c\I
N
N
o o N
o o N
ro
co
o (o
@
o,
,(\ o o GI
ER fs (6^, (o O-r (Uc) ao N o cr) -:: N €fi ._o (/) N .-.i €N Lll r to LO .-(o ^tji 3 (!r >v PR 0oN 4o =s iTr a(\ ,-_j rO ER -L (o -E =o) 0)(o =rcl =6 :f ro ! Z.A 5b P3 10r >o, U) o', ccD PE (!r !r :' oo 1. :fr :z ll U)^ tsn .€i' LtI C^' 'F 0_ aouEtr (s; )riz uz tz.
cc)
N
c.{
cf)
o o N N N O
o N o) o (o
uls '=o AOr{j l'o)\ $o) >\- (oT:
Lll f'-
a3 (U :' OLL
-C)n t_LTJ
Z
5; .cL
32
G-
v1
>1 d
F
-.
5
AJ d
,q
,
<-
.rI
e
-1
7
.!
r-
(\p \N
(F ?
=r+r ci, t)
(t, S' .-
cl
\-\
I=- L=\T J[
&.--\-
I,
+
?-
Q. .Cr
(5
.\
Til trtrr I
t_
^.lr f L ".tr
iE i
-t-
v
<_
z
q, >
-
"F
o
o
F
o =
\ l
cs
a <-)
o
!
r0
N 'e A
_\>- \ CA F-erN
-\
\T
)L $FY NN *Y l'yl ryD i, ;
I \
<^.
a'v
,:\ {:il
N\
\-, T-:
$,'f, t
+,
kq 1:-.. t\'
-\-L
o
-q-a
I
'*l
\
z c
= o A
\ -\-
$
);" A
.o,
R-
F F E
z
tJ
a9
:.*
Nt
€ JI
|J
, 6 lg ,
c\ g
L
4
irTST$IF srsi+ '\' Ft+ tl: I 1,'t{ E' F L$ ff,iu
\
$+ A\
g
t i.i v!tl':s
f i'i,^ lri* r ljF--L nj*;; p J :'f $
+i Z
di *-s.
3
-f.t.$
3
a
h$ +
,o
)",( \'
3 a. 7
.!
iF
aa
o -l
z
0am
o o
r
.Ol :6:r^
.*,a9
o -l
: flD :<:Q>
a
z o
o a
,:,:.. w7 ..J\
E
z !
::n
n1
?
z
c0
= 2
o
il"Fjs
it
f
o> r> Za
F
(
r
.:B
6
>\\ -ts
+:+_
€ .} (\_J /O
F,\
e
I
\ q*
t: Fi(
z
o
\r \t
sF* F :Bd F F Effi* \r't: {'- F( J*'l? hJts
{i
r-\ ts
.t r ==:) tr\ tr" "',i
O\
I
F..l
-.N
\r" ; :r _^ l. g -^
*-s,
I
o \)
3.
t F )-.-
L_Jl=,
{
'Aq* F:r r
IF )t*
^Er .i,L'
*] 7_
o o T
o ! *l
z o V, t
E 7.
z g
z
o
i
<-)o> |j,7
-\\
(
Za,
p
teq(s
i ra
= 'f,
E
z
-DtrtV.\o
&
n' *Y
+i
Bq
s
7
a
\J
W-
;s
o. "*
At
€
e
@
f; TI F \'(>t. { i_i.'.
+
i)$-
^) (, ::t \r r<
-r
1 *r
f,
.f -->
'f I'f
= !r o O
r
S{
a
\
N
t
3 a
9
o
ifl
9
\ o .-l
\
\
,l
z o
z lrl ?
\u'
.-i
z
1r\ F,
z
o
J
:\ \-'-.-
rd
r
\,
+
LS
-
\>- :)vrr.
?( +i\
l.t \?
o o
(:.Ja .,
{E I i1t. fcN rp{ ----J PE-(
T.
z
r1.
},s s
7^
.-Fn
"J
\
l}\ n-s
L ---? -FS
Jtl*a
a
_N
V
e
-..-*-<
C4
=r-J "\.$.
O> qts h> Za
z
o
-n
-i
. $. \P
B -
-l
:==' -trq &-
Q\ -B*$T-
z o
o
-
T -v*x, s t': rt \-)f^ .q5 \F\
=tr {-^
:tr F
S,
q-}
\-1s---\
a !
a
z o o @ fi
z ! d ?
T\ $ }.*
E
z
g
1\r
z
a
}
rr.
-i
cv V.F
DOKUMENTASI
Sumber: Foto Kuesinoner Penelitian/Dok. Peneliti
CURICULUM VITAE A. Biodata Diri 1. Nama
: Resty Nani Yustini
2. Jenis Kelamin
: Perempuan
3. Tempat/Tanggal Lahir
: Ciamis/23 Maret 1993
4. Golongan Darah
:O
5. Kebangsaan
: Indonesia
6. Status
: Belum Menikah
7. Agama
: Islam
8. Alamat
: Kp. Cipayung RT/RW 01/04 Cipayung Girang. Megamendung. Kabupaten Bogor.
9. Nomor Handphone
: 08567868622
10. Email
: [email protected]
11. Hobby
: Membaca Buku
12. Motto
: Man Jadda Wajada…
B. Riwayat Pendidikan 1. TK
: TK Bani Adam, Bekasi. 1998-1999
2. SD
: SDN Cisarua 1, Bogor. 1999-2005
3. SMP
: SMPN 4 Tambun Selatan, Bekasi. 2005-2008
4. SMA
: SMAN 1 Tambun Selatan, Bekasi. 2008-2011
5. Perguruan Tinggi
: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Prodi Ilmu Administrasi Negara, 2011-2015
C. Pengalaman Organisasi 1. Sekertaris IT Club SMAN 1 Tambun Selatan, 2009-2010 2. UKM Jurnalistik, 2011-2013 3. Badan Eksekutif Mahasiswa, 2013