MINYAK LEMAK, SALAH SATU POTENSI HASIL HUTAN BUKAN KAYU YANG PERLU DIKEMBANGKAN Oleh: Ary Widiyanto dan Mohamad Siarudin Balai Penelitian Teknologi Agroforestry, Jl Raya Ciamis-Banjar KM 4, Ciamis Email:
[email protected] Makin terbatasnya jumlah dan ijin eksploitasi kayu, maka produk non kayu terus dikembangkan, baik oleh pemerintah maupun swasta. Dalam perkembangannya, beberapa produk bukan kayu, atau lebih dikenal sebagai Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) termyata memiliki nilai ekonomis yang tinggi, seperti gaharu, damar, rotan, tengkawang, kemiri, kluwek (picung) dan nyamplung. Definisi HHBK berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan nomor: P.35 / Menhut-II/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani beserta produk turunan dan budidayanya kecuali kayu yang berasal dari hutan. Salah satu HHBK yang potensial untuk dikembangkan adalah minyak lemak. Berdasarkan pemanfaatannya minyak lemak terbagi menjadi lima kategori, yaitu bahan makanan, obat, energi, kosmetik dan material lainnya. Berdasarkan asal bagian tumbuhan yang diambil, terbagi menjadi tiga bagian utama: biji, buah dan daun. Berdasarkan tumbuhan penghasilnya, terdapat 19 jenis tumbuhan, yaitu: balam, bintaro, buah merah, croton, kelor, kemiri, kenari, ketapang, ketiau, lena/wijen, macadamia, mimba, nyamplung, nyatoh,picung, saga pohon, seminai, suntai dan tengkawang. 1. BALAM (Palaquium walsurifolium), Famili: Sapotaceae Balam adalah jenis tumbuhan langka asli Indonesia yang tersebar di semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan Timur. Jenis ini dikenal dengan nama: balam, suntai, balam putih, dan balam suntai, beitis, margetahan, nyato, nyatoh dan nyatoh jangkar.
1
Gambar 1. Biji Balam
(sumber: kabarmingguan.blogspot.com) Biji balam mengandung minyak lemak 30-45% tergantung dari teknik pengolahannya. Lemak dari biji balam oleh masyarakat tradisional di Bengkalis dimanfaatkan sebagai bahan bakar obor. 2. BINTARO (Cerbera manghas), Famili: Apocynaceae Bintaro tersebar secara alami di daerah tropis. Jenis ini memiliki beberapa sinonim, yaitu: Cerbera venenifera, Tanghinia venenifera, dan Odollamia manghas (L.) Raf. Sylva Telluriana. Di Indonesia, bintaro tersebar di berbagai daerah mulai dari Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Maluku. Jenis ini juga dikenal dengan berbagai nama daerah antara lain kanyeri putih (Bali), bilutasi (Timor), wabo (Ambon), goro-goro guwae (Ternate), madangkapo (Minangkabau), bintan (Melayu), lambuto (Makasar) dan goro-goro (Manado).
Gambar 2. Buah Bintaro (sumber: fobi.web.id)
Biji bintaro mengandung minyak dengan kadar yang tinggi yaitu 54,33%. Kandungan minyak tersebut merupakan potensi yang cukup baik untuk biodiesel. Setiap 1 kg minyak Bintaro dapat dihasilkan dari kurang lebih 2,9 kg biji bintaro yang berasal dari 36,4 kg buah bintaro tua (Anonim, 2013). Pemanfaatan buah bintaro disarankan pada buah tua untuk mengurangi efek racun dari getahnya. Pohon bintaro yang sudah dewasa dapat menghasilkan kurang lebih 300 kg buah setiap tahun. Dari setiap kilogram buah bintaro tua dihasilkan sekitar 79,7 gram biji.
2
Selain itu, cangkang buah bintaro dapat dimanfaatkan menjadi arang dan briket arang Heyne, 1987). 3. BUAH MERAH (Pandanus conoideus), Famili: Pandanaceae Buah merah berasal dari Papua, tersebar di daerah Baliem, Wamena, Talikora, pegunungan Bintang, Yahukimo, Jayapura, Sorong dan Manokwari. Buah merah saat ini telah dikembangkan di beberapa wilayah di Maluku, Sulawesi, Kalimantan, Jawa dan Sumatera.
Gambar 3. Buah Merah (sumber: indonesiaprofile-s.blogspot.com)
Bagian daging biji buah merah menghasilkan minyak lemak hingga 51% per berat kering kernel. Pada 3 jenis buah merah yang unggul, yaitu mbarugum, maler dan magari, ekstrak minyak yang dihasilkan cukup tinggi dengan rata-rata 120 ml/kg buah atau rendemen minyak 15%. Berdasarkan produktifitasnya, ketiga jenis buah merah ini dapat memproduksi 5-10 buah per rumpun, dengan ukuran diameter 10-15 cm dan panjang 60110 cm. Buah merah berbuah dalam umur 3-5 tahun dengan masa panen 3-4 bulan. Ekstrak buah merah dapat dimanfaatkan sebagai obat, makanan suplemen dan pewarna alami. Hasil penelitian yang dilakukan beberapa ahli kesehatan dan gizi menunjukkan bahwa ekstrak buah merah mengandung antioksidan dan senyawa lain penangkal terbentuknya radikal bebas dalam tubuh. Minyak buah merah dapat mengobati penyakit seperti kanker, HIV, malaria, kolesterol dan diabetes. Selain itu minyak buah merah juga dapat dimanfaatkan sebagai penyedap masakan (mengandung beta-karoten), dan dimanfaatkan sebagai pewarna alami yang tidak mengandung logam berat (Hadad dan Octivia, ……..) Ekstraksi minyak pada buah merah dilakukan dengan teknik sederhana, yaitu dengan menumbuk biji. Sebelumnya biji buah merah dipisahkan dari empulurnya, sehingga diperoleh daging biji buah merah yang mengandung minyak. Setelah ditumbuk, 3
daging biji buah merah diberi air secukupnya kemudian disaring dan direbus dengan menambah air dan diaduk terus menerus. Setelah air mendidih Minyak akan terbentuk, selanjutnya dilakukan penyaringan 3-4 kali hingga diperoleh minyak bersih. 4. CROTON (Croton argyratus), Famili: Euphorbiaceae Croton merupakan salah satu tanaman yang dikenal di wilayah bagian barat Indonesia. Di Pulau Jawa, jenis ini ditemukan di daerah dataran rendah. Croton juga dikenal dengan beberapa nama daerah seperti jarakan (Banjarmasin), kayu bulan (Palembang), Ki jahe, calik angin (Sunda), prakosa, tapen, walik angin (Jawa), dan paskapasan (Madura).
Gambar 4. Buah Croton (sumber: www.flickr.com)
Informasi mengenai pemanfaatan minyak croton masih sulit didapatkan, namun masyarakat Banten jaman dahulu telah menggunakannya untuk lampu bakar. 5. KELOR (Moringa oleifera), Famili: Moringaceae Kelor merupakan tanaman asli dari bagian barat Himalaya dan banyak dibudidayakan di daerah tropis, seperti Aceh, Kalimantan, Makassar dan Kupang. Minyak lemak kelor dapat digunakan sebagai bahan bakar nabati. Pohon kelor mulai berbuah pada umur 1 tahun setelah penanaman dan pada umur 3 tahun dapat menghasilkan 400600 polong/tahun. Pohon dewasa dapat menghasilkan sekitar 1600 polong per tahun.
Gambar 6. Buah Kelor (sumber: www.zimbio.com)
Minyak kelor dihasilkan dari bijinya dengan rendemen berkisar antara 21,38% 35,83%. Berat jenis minyak 0,89-0,91 gr/ml dengan kandungan asam lemak bebas 4
(%FFA) 2,07-4,78%, nilai angka penyabunan 8,56-107,54 mgKOH/g, bilangan asam 0,040-0,095 mgKOH/g, dan viskositas 29,36-54,99 cst (Nasir et al., 2009). Selain sebagai minyak bakar, biji kelor dapat digunakan sebagai penjernih air dengan cara menumbuk biji menjadi serbuk dan memanfaatkan koagulan alami dalam pengolahan air bersih. Biji kelor dengan dosis 6 biji/Liter dapat menurunkan kekeruhan hingga 90,46% dan menurunkan jumlah bakteri Coliform hingga 87,65%. (Retnaningtyas, 2009). 6. KEMIRI (Aleurites moluccana), Famili: Euphorbiaceae Kemiri merupakan tanaman yang secara alami tersebar di Asia Tenggara, Polinesia, Asia Selatan dan Brazil. Di Indonesia tanaman ini tersebar hampir di seluruh daerah mulai Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Papua. Kemiri telah menjadi nama perdagangan tumbuhan ini dengan nama local: kameri (Bali), anoi (Papua), keminting (Kalimantan), engas (Ambon), sakete (Ternate), hagi (Buru), kereh (Aceh), hambiri (Batak), kemling (Lampung), buah koreh (Minangkabau) dan sapiri (Makassar).
Gambar 6. Buah Kelor Sumber: heart-waterlily.blogspot.com
Biji kemiri mengandung minyak sekitar 60%. Setiap pohon kemiri dapat memproduksi 30-80 kg biji kemiri. Minyak kemiri dapat dimanfaatkan untuk mengawetkan kayu, bahan cat dan pernis, pelapis kertas, dan bahan sabun (Anonim, 2008). Selain potensi minyak lemak, pohon kemiri yang memiliki umur produktif 25-40 tahun ini mempunyai beragam kegunaan seperti daunnya dapat digunakan oleh masyarakat di Sumatera untuk obat sakit kepala dan gonnorhea. Masyarakat Ambon dan Jawa menggunakan korteknya (bagian tumbuhan yang terletak antara kulit luar dengan silinder pusat) sebagai obat anti tumor, diare, sariawan dan desentri. Buah kemiri dimanfaatkan oleh masyarakat luas sebagai bumbu masak yang memiliki kandungan gizi dan minyak yang tinggi (Darmawan dan Kurniadi, 2012)’ 5
7. KENARI (Canarium odoratum), Famili: Burseraceae Kenari merupakan tanaman tropis yang banyak tumbuh di wilayah Asia Tenggara terutama Indonesia, Malaysia dan Filipina. Di Indonesia, pohon kenari banyak terdapat di Maluku, dan beberapa daerah lain seperti Kangean, Bawean, Flores, Timor, Wetar, Tanimbar dan Sulawesi. Kenari terdapat juga di beberapa kota seperti Bogor, Medan dan Mataram sebagai pohon peneduh di pinggir jalan. Satu pohon kenari dewasa menghasilkan sekitar 50 kg biji per tahun. Biji kenari mengandung 60-70% minyak, tergantung pada varietas, tempat tumbuh
dan
pemeliharaannya. Keping biji kenari mengandung 60-70% lemak, 8% karbohidrat dan 11,5-13,9% protein (Anonim 2013c)
Gambar 7. Kenari Sumber: organicfarm.net
Pohon kenari mempunyai beragam kegunaan diantaranya, getah putih dari kulit batangnya dapat dimanfaatkan untuk industri parfum atau pewangi sabun secara tradisional. Minyak resin ini juga dapat dimanfaatkan untuk pembersih rambut, bahan pembuatan dupa, dan obat gosok untuk mengobati gatal-gatal. Selain itu, pemanfaatan getah kenari adalah untuk bahan plaster farmasi dan salep serta pelapis akhir dalam varnishing kayu. Manfaat lain dari biji kenari adalah mencegah kanker prostat, memperlambat dan menghentikan pertumbuhan tumor, meningkatkan kinerja arteri, mengurangi kolesterol buruk, meningkatkan pertumbuhan otot dan imunitas tubuh, serta mengoptimalkan fungsi sel-sel otak. Biji kenari mengandung asam alpha-linolenic (ALA) yang merupakan salah satu tipe asam lemak omega 3. Kandungan ALA dalam kenari lebih tinggi dari kedelai, biji rami, ikan laut dan beberapa sayuran hijau.
6
8. KETAPANG (Terminalia catappa), Famili: Combretaceae Ketapang merupakan tumbuhan asli Asia Tenggara termasuk Indonesia, dan telah dikembangkan di Australia Utara, Polinesia, Pakistan, India, Afrika Timur dan Barat, Madagaskar dan dataran rendah Amerika Selatan dan Tengah. Di Indonesia, tanaman ini tersebar secara alami hampir diseluruh wilayah Indonesia kecuali Sumatera dan Kalimantan. Beberapa nama lokal tanaman ini yang dikenal antara lain hatapang (Batak), katafa (Nias), katapieng (Minangkabau), lahapang (Simeulue), ketapas (Timor), atapan (Bugis), talisei, tarisei, salrise (Sulawesi Utara), tiliso, tiliho, ngusu (Maluku Utara), sarisa, sirisa, sirisal, sarisalo (Maluku), lisa (Rote), dan kalis, kris (Papua).
Gambar 8. Buah Ketapang Sumber: fbaugm.wordpress.com
Biji ketapang mengandung minyak dan dapat dimakan dengan rasa yang mirip dengan kacang almond dan berpotensi menggantikan biji almond sebagai bahan pembuat kue. Biji ketapang mengandung minyak 50% dari bobot biji kering. Minyak biji ketapang berwarna kuning dengan kandungan asam-asam lemak seperti palmitat (55,5%), asam oleat (23,3%), asam linoleat, asam stearat, asam miristat, serta berbagai macam asam amino. (Ahira, 2013) Bagian lain dari pohon ketapang juga memiliki manfaat yang beragam yaitu kulit batang dan daunnya dapat dimanfaatkan sebagai penyamak kulit dan pewarna alami. Daunnya juga dapat digunakan sebagai obat rematik. Kulit batang dan daun mengandung tannin yang dapat dimanfaatkan sebagai astrigen pada disentri dan sariawan, sebagai diuretic dan kardiotonik dan juga sebagai obat luar pada kulit yang luka. 9. KETIAU (Ganua motleyana), Famili: Sapotaceae Ketiau tumbuh secara alami di Malaysia dan Indonesia. Di Malaysia jenis ini dikenal dengan nama Nyatoh Katiau. Di Indonesia, Ketiau secara alami tersebar di Sumatera dan Kalimantan.
7
Gambar 9. Biji dan Buah Ketiau Sumber: www.asianplant.net
Biji ketiau mengandung minyak 51,3% dengan aroma yang kuat dan memiliki rasa seperti mentega dan telah lama dikonsumsi masyarakat Banjarmasin. Getah ketiau dari Banjarmasin telah dikenal dalam perdagangan Internasional sejak tahun 1910. Getah ketiau dilaporkan mengandung 16,27% gutta, 75,43% damar dan 8,3% air. Pohon ketiau setinggi 20 m dengan diameter batang 55 cm dapat menghasilkan getah sekitar 2 kg, yang diambil dari bagian kulitnya. Di Kalimantan Tengah, getah ini dikenal dengan istilah “getah nyatu”, yang menjadi bahan baku kerajinan. 10. LENA (Sasanum orientale), Famili: Pedaliaceae Lena tumbuh di daerah dan sub tropis seperti Laut Tengah, Amerika Serikat bagian selatan dan Mansyuria. Di Indonesia, jenis ini telah diperdagangkan sejak lama di Jawa, Madura, dan Sulawesi Selatan. Dalam perdagangan tanaman ini lebih dikenal sebagai tanaman Wijen.
Gambar 10. Tanaman Pengasil Wijen Sumber: vegetablegardendjp.blogspot.com
Tanaman lena dikenal sebagai penghasil biji wijen yang dapat dipanen pada umur 5 bulan. Seperti salah satu varietas unggul wijen (Sumberrejo I) memiliki potensi produksi 1-1,6 ton/ha dengan kadar minyak 56,10% pada umur panen 90-110 hari. (Mardjono et al., 2006). 8
Biji wijen dari tanaman lena banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan, dengan kandungan minyak 35-63%, protein 20%, 7 jenis asam amino, lemak jenuh 14%, lemak tak jenuh 85,8%, fosfor, kalium, kalsium, natrium, besi, vitamin B dan E, antioksidan dan alanin atau lignin. Biji wijen dipercaya dapat memulihkan stamina badan yang lemah setelah sakit. Selain itu masyarakat juga memanfaatkan rebusan biji wijen untuk mengobati sakit batuk. Sementara itu bagian daun dapat dimanfaatkan untuk obat sakit kepala dan demam dengan cara digiling dan ditempelkan pada dahi (Mardjono et al., 2006). Minyak yang dihasilkan dari biji wijen dapat dimanfaakan untuk minyak salada, minyak goreng, dan minyak rambut (setelah dicampur dengan bahan pewangi), minyak lampu dan bahan pembuatan sabun. Minyak wijen juga dapat dimanfaatkan untuk obat gosok Selain itu, minyak wijen dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk industri plastik, margarin, sabun, kosmetik dan pestisida. 11. MAKADAMIA (Macadamia sp.), Famili: Proteaceae Makadamia (Macadamia sp.) berasal dari Australia, Kaledonia Baru dan Indonesia.. Di Indonesia, makadamia(M.hildebrandii) banyak terdapat di Sulawesi Tengah dan Sumatera Utara, dan dikenal sebagai “buah tahan api”. Di Sulawesi, makadamia dikenal dengan nama perande, tinapu, kayu balomatoa, dan kanjole.
Gambar 11. Biji macadamia Sumber: www.macadamia.net.au/
Dalam keadaan baik, pohon dewasa menghasilkan 136,36 kg biji/tahun dan dalam keadaan kurang mendukung seperti cuaca berangin menyebabkan banyak bunga rusak sehingga hanya dapat menghasilkan antara 22,73 – 90,91 kg biji/tahun (Anonim, 2011). Minyak makadamia merupakan bahan makanan yang digunakan dalam industri makanan karena memiliki nilai gizi baik dengan kadar protein tinggi. Berkat rasanya yang manis, lembut dan berlemak, makadamia dapat digunakan sebagai campuran sajian penutup (dessert), maupun dipercikkan secara langsung di atas hidangan ikan atau sayuran.
9
Kacang makadamia mempunyai kandungan lemak sehat 70% dan protein 8%. Kacang makadamia mengandung pati, kalsium, zat besi, fosfor, magenesium, dan tiamin. Minyak makadamia sering digunakan untuk terapi alami pemulihan orang yang kecanduan alkohol, pemulihan gangguan hati, gangguan anemia dan membersihkan saluran pembuluh nadi jantung. Hasil studi menunjukan, mengonsumsi 40 gr kacang makadamia (setara 305 kalori), dapat menurunkan kolesterol jahat (LDL) hingga 9% dalam waktu 5 minggu. 12.
MIMBA (Azadirachta indica), Famili: Meliaceae Mimba (Azadirachta indica) tumbuh alami di berbagai daerah di Indonesia dan telah
dibudidayakan , khususnya di Jawa dan Bali. Nama lain mimba yaitu: membha, mempheuh (Madura), mimb dan intharan (Bali). Di Inggris dan Belanda, mimba dikenal dengan nama margosier, margosa tree.
Gambar 12. Buah dan Biji Mimba Sumber: blogsumberinformasigratis.blogspot.com/
Pada saat pembuahan pertama, tanaman ini menghasilkan 9 kg buah/pohon, kemudian tahun-tahun berikutnya meningkat menjadi 30 - 50 kg buah/pohon. Dari 30 kg buah mimba, dapat diperoleh 6 kg minyak mimba dan 24 kg bahan kering, dengan rendemen minyak sebesar 20%. Minyak biji mimba digunakan sebagai obat penyakit kulit. Minyak biji mimba berupa cairan yang tidak mengering berwarna kuning tua, berbau kurang enak seperti bawang putih dan berasa pahit. Kegunaan minyak ekstrak biji mimba adalah sebagai obat luar untuk mengobati penyakit kulit, dan bahan pembuatan sabun kesehatan, karena mengandung belerang sebesar 0,4%. Namun, proses ekstraksi minyak mimba lama dan menimbulkan bau tidak enak. Bagian pohon mimba mempunyai beragam kegunaan, diantaranya rebusan kulit batangnya menjadi obat demam. Getah dari kulit mimba, yang berbentuk gumpalan bening berwarna coklat muda berfungsi sebagai obat penyakit lambung dan perekat. Daunnya sangat pahit tapi bisa digunakan sebagai makan ternak. Selain itu rebusan daun mimba ini dapat 10
digunakan sebagai pembangkit selera makan dan obat malaria. Ekstrak daun mimba biasa digunakan sebagai campuran pestisida alami untuk mengawetkan kayu (Arjentinia, 2001) 13.
NYAMPLUNG (Callophyllum inophyllum), Famili: Guttiferaceae Pohon nyamplung tumbuh di Asia Tenggara, India, Afrika, Australia dan negara
lainnya. Di Indonesia pohon nyamplung tumbuh alami di Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara Timur dan Papua. Pohon ini memiliki nama daerah: bintangur (Sumatera), nyamplung, soulatri (Jawa), bentangur (Kalimantan), bintula (Sulawesi), pataule, bitaur (Maluku), bentango, samplong (NTT).
Gambar 13. Buah dan biji nyamplung Sumber: kebumen.aribicara.com/
Biji nyamplung segar mengandung minyak sekitar 40 - 55%, sedang biji kering 70 – 73%. Bahan aktif yang terkandung pada biji adalah Inophylum A-E, Calophylloide dan Acid calophynic. Kandungan lain dalam jumlah kecil antara lain, 7-beksahidro-1, 6 dimetil-4 (1metilletil) naftalin, cubebene, selinene, calerene, farnesene, scadinene, bourbonene, zingiberene, copaene, murelene, sesquiphellandrene, octadecanal, heksadecane, farmesol. Berat jenis 0,941 - 0,945; angka iodium 82 - 98; angka penyabunan 192 - 202, titik leleh 8°C. Komposisi asam lemak (%-b) : oleat 48 - 53, linoleat 15 - 24, palmitat 5 - 18, stearat 6 - 12. (Anonim, 2013b). Minyak nyamplung berwarna hijau gelap atau kuning kebiru-biruan, mengandung komponen aktif yang mempercepat kesembuhan luka atau pertumbuhan kulit (cicatrization) dan obat kurap. Selain itu, minyak ini sangat potensial untuk dikembangkan sebagai bahan bakar alami atau biodiesel. 14.
NYATOH (Palaquium javense), Famili: Sapotaceae Nyatoh (Palaquium javense) merupakan tanaman yang tumbuh di banyak tempat di
Indonesia. Nyatoh ditanam oleh masyarakat di berbagai daerah, khususnya Jawa, Kalimantan
11
dan Bali. Pohon ini memiliki nama daerah: kawang, nyatu (Jawa), nyatoh (Madura), klesi (Bali).
Gambar 14. Buah Nyatoh Sumber: www.flickr.com/
Minyak nyatoh bisa digunakan untuk minyak bakar seperti memasak dan bahan bakar lampu minyak untuk penerangan. Pohon nyatoh mempunyai beragam kegunaan. Bijinya bisa menghasilkan minyak yang dapat diperoleh dengan cara memasak/merebus bijinya. 15. PICUNG (Pangium edule), Famili: Flacourtiaceae Picung (Pangium edule) adalah tanaman buah yang tumbuh di banyak negara tropis khususnya Malaysia dan Indonesia. Nama lain picung adalah kepayang (Indonesia) dan pangi (Malaysia). Di Indonesia, picung ditanam oleh masyarakat di berbagai daerah mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Nama daerah untuk tanaman ini adalah: pangi, hapesong (Sumut), pucung (Jakarta), kapayang, kapeunceung, kapecong, simaung (Sumbar), kayu tuba buah (Lampung), pacung, picung (Jabar), pakem, pucung (Jatim/Jateng), pakem (Madura), pangi (Bali), kalowa (NTB/Sulsel).
Gambar 15. Buah Picung Sumber: floranegeriku.blogspot.com/
Pohon ini berbuah setelah berumur 15 tahun dan jatuh pada awal musim hujan dengan jumlah rata-rata diatas 300 buah per pohon. Biji picung dapat mengeluarkan minyak, dengan cara direbus dalam air selama 2-3 jam kemudian dikupas dan dibuang noda-noda hitam yang ada di bagian inti biji. Kemudian inti biji yang sudah bersih direndam dalam air selama 24 12
jam. Inti biji kemudian dijemur sampai mengeluarkan minyak jika dipijit. Jika kondisi seperti ini maka minyak bisa diekstrak dengan cara dikempa/tekan. Minyak biji picung mengandung asam sianida dengan dosis tinggi, yang dapat berfungsi sebagai antiseptik, pemusnah hama dan pencegah parasit yang baik. Minyak biji picung bisa dipakai sebagai pengganti minyak kelapa, dengan berbagai penggunaan, seperti menggoreng, memasak, penerangan pada lampu minyak, pengobatan beberapa penyakit, khususnya encok dan penyakit kulit. Penyimpanan yang baik pada botol yang tertutup rapat memperpanjang keawetan minyak dan mencegah minyak berbau tengik, seperti pada minyak kelapa (Partomihardjo dan Rugayah, 1989). Pohon picung juga mempunyai beragam kegunaan. Kulit kayu dan daun pohon picung juga bisa dipakai sebagai racun/tuba ikan yang dipakai dengan cara meremas dan menaburkannya. Daunnya juga bisa dipakai sebagai pestisida nabati yang cukup efektif dan tidak meninggalkan bau atau rasa apapun. Untuk mencegah infeksi pada luka, ekstrak daun ini bisa picung dapat dibalurkan pada luka manusia maupun binatang. Daunnya juga berfungsi sebagai pengawet daging, yaitu dengan cara membungkus daging dengan daun picung (Saputra, 2001). 16.
SAGA POHON (Adenanthera povinina), Famili: Leguminosae Saga pohon (Adenanthera povinina) adalah tanaman yang tumbuh di berbagai daerah
di Indonesia, di India dan beberapa negara koloni Perancis. Di Indonesia tanaman ini banyak ditemui pantai utara pulau Jawa. Di Indonesia, saga pohon dikenal dengan nama saga utan (Bangka), ki toke laut (Sunda), segawe sabrang (Jawa), ghak saghakan (Madura), sagha nal (Kangean) dan bibilaka (Alor). Di India saga pohon dikenal dengan nama Koraalboom, Bois de corail, Condori commun, Koral lenbaum, Bead tree dan Coral pea tree. Minyak biji saga pohon mengandung lemak tinggi, yaitu sebesar 35%. Minyak digunakan sebagai bahan makanan, memasak dan menggoreng. Selain itu. biji saga pohon memiliki banyak manfaat, diantaranya sebagai pemurni dan pematri emas,
dengan cara
menghancurkannya menjadi tepung (aci), kemudian dicampur dengan bahan patri. Selain itu juga bisa digunakan sebagai bahan makanan, dari daging bijinya dengan cara dipanggang dan ditumbuk dimakan sebagai lauk, rasanya mirip kedelai (Sutandi, 2002).
13
Gambar 16. Biji saga pohon Sumber: matoa.org/
Kulitnya kayunya, baik dalam kondisi segar maupun kering bisa digunakan untuk membersihkan rambut dan mencuci pakaian. Ini dikarenakan kulit kayu saga pohon mengandung saponin, zat kimia yang banyak digunakan sebagai pembersih meskipun tidak berbuih/berbusa. 17. SEMINAI (Madhuca utilis) , Famili: Sapotaceae Seminai (Madhuca utilis) merupakan tanaman yang tumbuh di banyak negara Asia Tenggara khususnya Malaysia dan
Indonesia yaitu di Sumatera bagian timur meliputi
Kampar-kiri, Pelawan dan Tapungs (Siak).
Gambar 17. Biji saga pohon Sumber: www.kcpremierroofing.com/
Minyak dari pohon ini digunakan untuk memasak sebagai pengganti minyak kelapa. 18. SUNTAI (Palaquium burckii), Famili: Sapotaceae Suntai (Palaquium burckii) merupakan tanaman yang hanya dijumpai di Indonesia, khususnya daerah Sumatera bagian timur yang meliputi daerah Bengkalis dan pulau Karimun (Riau).
14
Gambar 18. Buah dan Biji Suntai Sumber: fr.wikipedia.org
Biji yang menghasilkan minyak diperoleh dengan dua cara, yaitu dikupas dengan menggunakan pisau, setelah kering biji dibakar di atas api dan selanjutnya digiling. Tepung atau hasil gilingan kemudian disaring. Tepung suntai kemudian direbus dan dituangkan ke dalam plat/cetakan besi dan diberi tekanan (pressing) sampai keluar cairan lemak. Minyak lemak ini kemudian ditampung dalam cetakan/wadah kayu dan siap untuk digunakan atau dijual. Minyak dari biji ini bisa digunakan sebagai bahan memasak, sebagai pengganti minyak kelapa (Heyne, 1987)’ 18. TENGKAWANG (Shorea seminis; S. pinanga; S.sp ) Famili: Dipterocarpaceae Tengkawang (Shorea spp) merupakan tanaman khas Indonesia dan tersebar diseluruh wilayah Kalimantan serta di beberapa wilayah Sumatera seperti Palembang (Sumatera Selatan) dan Minangkabau (Sumatera Barat). Nama lain tengkawang adalah melebekan (Palembang), maranti beras, maranti jawi (Minangkabau), tengkawang majau, t.salungsung, t.sungkasuwu (Kalbar), kalang tanggui, kalapis danum, kalepek danum, kekawang, majau, mengkabang, tengkawang asu, t.pasir, t.tanggui (Kalsel), kenuar, lampong meranti, menkabang, mesap (Kaltim).
Gambar 19. Biji Tengkawang (sumber: http://massurono.com/) Pohon tengkawang yang baru berbuah akan menghasilkan 50 – 100 kg biji kering. Hasil rata-rata pohon tengkawang selam panen raya berkisar antara 250 – 800 kg biji kering. Di luar waktu panen raya hanya menghasilkan sekitar 50 – 100 kg biji. Minyak tengkawang diperoleh dari biji yang telah dijemur atau disalai hingga kering, yang kemudian ditumbuk dan dikempa. 15
Secara tradisional, minyak tengkawang dimanfaatkan untuk memasak, sebagai penyedap makanan dan ramuan obat-obatan. Dalam dunia industri, minyak tengkawang digunakan sebagai bahan pengganti lemak coklat, bahan farmasi dan kosmetika serta cocok digunakan pada industri margarin, coklat, sabun, lipstik dan obat-obatan; karena memiliki keistimewaan, yaitu titik lelehnya yang tinggi berkisar antara 34 – 39°C juga sebagai penambah campuran minyak coklat agar mutunya menjadi lebih baik dan tahan disimpan pada suhu panas . . Selain untuk pangan, prospek yang baik dari minyak tengkawang yang dikenal dengan nama vegetable thallow atau illip nut, dapat dipakai sebagai minyak pelumas mesin, pembuatan sabun, peti kemas, bahan baku pembuatan lilin, stearine, dan palmitat. DAFTAR PUSTAKA Ahira,
A. 2013. Mengenal Pohon Ketapang dan Manfaatnya. http://www.anneahira.com/ketapang.htm. Diakses 30 Januari 2013. Anonim. 2008. Budidaya Kemiri. Direktorat Budidaya Tanaman Tahunan. Direktorat Jendral Perkebunan. Departemen Pertanian. Anonim. 2011. Minyak makadamia: Minyak Sehat. www.litbang.deptan.go.id. Diakses 31 Januari 2013. Anonim. 2013. Tanaman Bintaro (Cerbera manghas http://fasula.blogspot.com/2011/06/tanaman-bintaro-cerbera-manghas.html. Diakses tanggal 7 Januari 2013. Anonim. 2013b. http://sains.kompas.com/read/2008/09/23/14552488/ Nyamplung. Potensi.Baru .Biofuel. Diakses tgl 8 Januari 2013. Anonim. 2013c. Tinjauan Pustaka Buah Kenari. http://lib.uinmalang.ac.id/thesis/chapter_ii/04520005-rohaini-kinanggi.ps. Diakses tgl 8 Januari 2013. Arjentinia, I.P.G.Y. 2001. Efektifitas Ekstrak Daun Selasih (Ocimum gratissimum L.) dan Ekstrak Daun Mimba (Azadirachta indica A.JUSS) sebagai insektisida Nabati Alternatif Pada Nyamuk Aedes aegypti L. Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Tidak Dipublikasikan. Darmawan S. dan R Kurniadi. 2012.Studi Pengusahaan Kemiri di Flores, NTT dan Lombok, NTB. www.forda-mof.org. Diakses tanggal 17 Desember 2012. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta. Hadad, M dan T.Octivia. Eksplorasi dan Konservasi Tanaman Buah Merah (Pandanus conideus) dalam Upaya Pengelolaan Sumberdaya Genetik yang Berkelanjutan. Makalah disampaikan pada Lokakarya nasional Pengelolaan dan Perlindungan Sumberdaya Genetik di Indonesia: Manfaat Ekonomi untuk Mewujudkan Ketahanan Nasional. Kusuma, R.D. 2003. Pengaruh Perlakuan Pendahuluan Terhadap Keutuhan Biji dan Rendamen Minyak Kemiri (Aleurites moluccana Wild). Skripsi Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak Dipublikasikan.
16
Mardjono, R, Suprijono dan Hadi Sudarmo, 2006. Galur-galur baru untuk pengembangan wijen di Indonesia. Makalah disampaikan pada sidang komisi pelepasan varietas, di Direktorat Jenderal Perkebunan, Jakarta. Nasir, S., D. Pratiwi, dan D.F. Soraya. 2009. Pemanfaatan Ekstrak Biji Kelor sebagai Bahan Bakar Nabati. Prosiding Seminar Avoer 2009. Fakultas Teknik Unsri, Palembang. ISBN 979-587-340-7 Partomihardjo, T. dan Rugayah 1989. Pangi (Pangium edule Reinw.) dan Potensinya Yang Mulai Terlupakan. Media Konservasi Vol II (2), Januari 1989. Hal 45-50. Retnaningtyas, A., 2009. Efisiensi Proses Ekstraksi Minyak Biji Kelor (Moringa oleifera). Universitas Brawijaya, Malang Saputra, T.K. 2001. Potensi Daging Biji Picung (Pangium edule Reinw) Sebagai Fungisida Botani Terhadap Fusarium solani Secara In-Vitro. . Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Tidak Dipublikasikan. Sutandi, A. 2002. Karakteristik Isolat Saga Pohon (Adenanthera povinina) Tanpa Kulit. Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Tidak Dipublikasikan.
17