Mewujudkan Wilayah Sumatera, sebagai Sentra Supply Chain Industri Perkebunan Kelas Dunia
SUPPLY CHAIN • Pengertian Jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-perusahaan tersebut meliputi pemasok, pabrik, distributor, ritel, serta perusahaanperusahaan pendukung seperti penyedia jasa logistik. • Ada 3 macam aliran yang harus dikelola: • aliran barang (flow of products); • aliran uang (flow of funds); dan • aliran informasi (flow of information).
CONTOH SUPPLY CHAIN
Supplier
Manufacturer
flow of products flow of funds flow of information
Distributor
Retailer
Customers
Sumber: World Economic Forum
Tahun 2016, peringkat Indonesia turun menjadi ke-37 dari sebelumnya di tahun 2015 peringkat ke-34. Peringkat ini secara regional Asia juga masih berada dibawah Singapura (2), Malaysia (18), China (28) dan Thailand (32).
PERINGKAT DAYA SAING GLOBAL 2014 - 2015 DARI 144 NEGARA BERDASARKAN WORLD ECONOMIC FORUM (WEF) NAMA NEGARA ASEAN URAIAN
SINGAPURA
MALAYSIA
RANGKING
2
LEMBAGA PEMERINTAH
THAILAND
INDONESIA
PHILIPINA
VIETNAM
LAOS
KAMBOJA
MYANMAR
20
31
34
52
68
93
95
134
3
20
84
53
67
92
63
119
136
2
25
48
56
91
81
94
107
137
LINGKUNGAN MAKRO EKONOMI
15
44
19
34
26
75
124
80
116
KESEHATAN DAN PENDIDIKAN
3
33
66
74
92
61
90
91
117
PENDIDIKAN TINGGI DAN PELATIHAN
2
46
59
61
64
96
110
123
135
1
7
30
48
70
78
59
90
130
2
19
66
110
91
49
34
29
72
PENGEMBANGAN PASAR KEUANGAN
2
4
34
42
49
90
101
84
139
KESIAPAN TEKNOLOGI
7
60
65
77
69
99
115
102
144
UKURAN PASAR
31
26
22
15
35
34
121
87
70
KECANGGIHAN BISNIS
19
15
41
34
46
106
79
111
140
INOVASI
9
21
67
31
52
87
84
116
138
INFRASTRUKTUR
EFISIENSI PASAR BARANG EFISIENSI PASAR TENAGA KERJA
BRUNAI
Dapat dilihat bahwa Indonesia memiliki keunggulan dalam aspek ukuran pasar dibandingkan Negara ASEAN lainnya namun masih relatif lemah dalam hal efisiensi pasar tenaga kerja, kesiapan teknologi, dan infrastruktur. Tentu saja hal ini menjadi prioritas arah kebijakan pemerintah ke depannya.
6
15
16.05
15.23
2 0
10 5
0
3.57
4
20
-2
2.14
0.12
0
-5
-0.01
0
0
0
-1.01
-4 -6
-2.07
-8.2
-10
-8.2
-7.08
-8
27.85
30 25
25 19.99
20 15
20 12.45 12.27
15
10
0 -5
0.78
11.31
10
6.12
5
0
2.41
5 -0.02
-0.02
0 -5
1.59 -0.23
-0.47
-0.41
-0.01
-0.01
Sumber: BKF 2014
PERTUMBUHAN PDB SEKTOR PERTANIAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014-2016 (TRIWULAN II) No 1.
2.
Lapangan Usaha
Tahun (%)
2014
2015
2016 (TW.III)
Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa
3,85
3.31
2,48
a. Tanaman Pangan
0,06
3,48
1,64
b. Tanaman Hortikultura
5.15
2,49
4,96
c. Tanaman Perkebunan
5,94
3,54
1,78
d. Peternakan
5,52
3,09
4,12
e. Jasa Pertanian dan Perburuan
2,95
3,87
2,38
Perikanan
7,35
8,37
5,77
Sumber: BPS, 2016
8
KONDISI SEKARANG
Bapak Menko Perekonomian menargetkan Indonesia sebagai pemasok minyak sawit terbesar di dunia, dengan porsi 48 persen pada 2020.
Prediksi konsumsi meningkat dari 56 juta metrik ton (MT) menjadi 80 juta MT, dan pertumbuhan 8,5 persen / tahun.
Indonesia menuju produsen dengan porsi produksi mencapai48% , berasal dari perkebunan besar dan petani mandiri.
Harus ada perbaikan pola tanam sawit sistem pertanian keberlanjutan. Produksi perkebunan rakyat mencapai 44% dari total lahan 10 juta ha.
KONTRIBUSI SAWIT
1,6% GDP Indonesia. Membuka 16 juta tenaga kerja tidak langsung.
Ekspor produk sawit sd. Nov 2015 USD15,4 Milyar. Share 13% terhadap total ekspor non-migas USD121 Milyar .
Menghijaukan areal bekas hutan. Berperan menyerap CO2 dan mengurangi emisi karbon, berfungsi memperbaiki lingkungan.
Penggerak pembangunan daerah. Memunculkan pertumbuhan ekonomi baru . Mempercepat kemajuan daerah terpencil.
0,75 juta ha (PBN) 6,6%
4,58 juta ha (PR) 40,5%
5,97 juta ha (PBS) 52,8%
11,3 juta ha 0,922 juta ha (plasma)
3,657 juta ha (swadaya)
Produktivitas : 3,22 Ton CPO/ha/th (swadaya) dan 5,98 Ton CPO/ha/th (perusahaan) Produksi palm oil 37 juta ton : 33,4 juta ton CPO & 3,6 juta ton CPKO Ekspor CPO, CPKO dan produk turunannya 28,4 juta ton senilai US$16,95 Milyar, setara Rp.228,8 Trilyun Menyumbang ekspor hingga US$19 miliar pada 2015, lebih tinggi dari devisa ekspor migas yang bernilai sekitar US$12 miliar. Data 2015, diolah dari Kementan dan Kemendag
KEBERLANJUTAN SAWIT INDONESIA
Indonesia pengekspor sawit terbesar di dunia dan telah memanfaatkannya untuk produk kosmetik hingga bioenergi. Kebijakan mandatory BBN untuk produk biodoesel yang saat ini mencapai 20% guna mengurangi impor BBM sekaligus meningkatkan nilai tambah sawit. Kampaye negatif sawit harus dilihat dari sisi geopolitik dan persaingan perdagangan global.
Kelapa sawit Indonesia telah melaksanakan praktik pengelolaan kelapa sawit secara berkelanjutan (sustainability).
Per hektar pohon sawit mampu menyerap sekitar 12 ton CO2 equivalent per tahun. Seluruh perkebunan sawit telah menyerap sekitar 136,8 juta ton CO2 equivalent serta menyumbangkan 438 juta ton oksigen.
CADANGAN ENERGI
OVERVIEW TAHUN 2015
Produksi CPO dan turunannya, biodiesel dan oleochemical, mencapai 32,5 juta ton. Meningkat 3% dibandingkan 2014 dengan 31,5 juta ton.
Pertumbuhan ekspor CPO dan produk turunannya mencapai 26,4 juta ton, naik 21% dibandingkan 2014 sebanyak 21,76 juta ton.
Ekspor minyak sawit membukukan angka US$18,64 miliar, menyusut 11,67% dibandingkan 2014 senilai US$21,1 miliar.
Volume ekspor ke : (1) INDIA 5,8 juta ton, naik 15% dibanding 2014 sebanyak 5,1 juta ton, (2) UNI EROPA 4,23 juta ton, naik 2,6% dibandingkan 2014, (3) CHINA bertambah 64%, penjualan mencapai 3,99 juta ton.
SAWIT DAN IKLIM
Berdasarkan data Kementerian ESDM, bahwa sawit penyebab perubahan iklim itu merupakan black campaign, karena untuk penyerapan B20 pemerintah tidak meminta membuka lahan baru tapi meningkatkan produktifitasnya.
Limbah cair dan cangkang dimanfaatkan sebagai energi listrik. Pelaku industri sawit tertarik memanfaatkannya karena kebijakan tarif yang menguntungkan. Tidak ada lagi sampah yang dihasilkan dari sawit yang menjadi penyebab perubahan iklim.
Peningkatan produktifitas yang berkelanjutan dapat dilakukan dengan konsep intensifikasi ekologi (penggunaan bibit unggul dan perbaikan tata kelola perkebunan, serta pupuk yang baik dan tepat waktu).
• Diperkirakan meningkat menjadi 169 jenis pada Tahun 2015. Target Indonesia kelak hanya ekspor produk hilir dalam negeri.
• Tahun 2012 komposisi 56% produk turunan CPO dan 44% CPO, pada 2011 sekitar 65% adalah CPO dan sisanya produk turunannya.
• Pada 2013 persentase produk turunan sekitar 68% sementara CPO hanya 32%.
PERCEPATAN HILIRISASI
• Ekspor hilir sawit Juli s/d Desember 2015 mencapai 2 kali lebih besar dibandingkan produk CPO. Produk hilir sawit dari 54 jenis tahun 2011, menjadi 149 jenis pada awal tahun 2014.
PRODUK TURUNAN
DATA BPDP SAWIT
HILIRISASI SAWIT
• Percepatan Hilirisasi Nasional Kelapa Sawit Indonesia sekaligus penerapan B-20 dan B-30 tahun 2020 serta terciptanya petani kelapa sawit yang sejahtera menjadi tujuan utama pembangunan nasional kelapa sawit Indonesia.
PROGRAM B20
Indonesia menjadi negara pertama yang mengimplementasikan kelapa sawit untuk bahan bakar biodiesel. 20% minyak sawit akan dicampur dengan solar untuk menciptakan energi terbarukan (B20). Keuntungan progran B20 dapat menghemat impor BBM hingga 6,9 juta KL per tahun.
Kementerian ESDM sebagai regulator menegakkan kebijakan mandatori B20 bersama Pertamina dan BPDP Sawit, baik untuk peningkatan konsumsi dalam negeri maupun promosi ke luar negeri.
Tahun 2015 tidak ada subsidi APBN untuk biodeiesel, dan realisasi penyerapan biodiesel mencapai 863 ribu KL, dengan rata-rata 72 ribu KL per bulan. Mulai Agustus 2015 dimulai dukungan dana sawit, dan dalam 3 bulan terakhir 2015 rata-rata serapan biodiesel mencapai 117 ribu KL.
PENINGKATAN DAYA SAING SAWIT MELALUI DIPLOMASI DAN PROMOSI
Diplomasi Sawit
• Proaktif: Merespon secara aktif rumor/isu di negara tujuan yang akan berdampak terhadap produk ekspor Indonesia melalui upaya diplomasi perdagangan dan penggalangan pressure group. • Ofensif: Aktif membawa kasus tuduhan dumping, subsidi dan safeguard serta kebijakan yang berpotensi menghambat ekspor sawit ke DSB-WTO.
Promosi Sawit
• Promotif: Mempromosikan produk Indonesia yang sudah memenuhi ketentuan/standar Internasional terkait dengan isu lingkungan maupun kesehatan untuk mendapatkan premium price (isu sustainability Produk sawit) dengan berperan serta pada Paris COP21 yang memfokuskan pada kesiapan melakukan ekspor sustainable palm oil. • Pemanfaatan peluang dalam misi dagang • Pemanfaatan Group on Promotion of Trade and Investment (WGTI)
PENINGKATAN DAYA SAING DENGAN PENGUATAN ISPO Isu eksternal
1.
Minyak kelapa sawit tidak sehat
2. 3.
Merusak lingkungan Terjadinya deforestasi
4. 5.
Penyebab kekeringan Penyebab terpinggirkannya indegeneous people
6.
Penurunan keanekaragaman hayati Pemanasan global dan terjadinya perubahan iklim
7. 8.
Isu internal Perbaikan tata kelola/peningk atan daya saing
ISPO diperkuat - Kredibiltas - Akseptibillitas
- Kepemilikan
Kebakaran hutan dan lahan
20
LANGKAH-LANGKAH PENGUATAN ISPO Melakukan pelatihan pemahaman prinsip dan kriteria ISPO kepada beberapa staf yang dipersiapkan sebagai tim internal. Melakukan analisa kesenjangan (Gap Analysis) oleh para personel yang terlatih untuk menguji tingkat pemenuhan perusahaan terhadap ISPO pada tahap awal.
Perusahaan melakukan perbaikan berdasarkan prioritas yang ditetapkan.
Perusahaan mengajukan sertifikasi kepada badan sertifikasi sesuai pilihannya.
FOKUS PENGUATAN ISPO
1
Memperkuat kelembagaan, standard dan mekanisme ISPO sehingga menjadi payung kebijakan yang lebih kuat untuk menggerakan lintas sektoral dan para pihak.
2 3 4
Menyempurnakan substansi keberlanjutan dari ISPO dengan pendekatan Sustainable Agriculture baik lingkungan, bentang alam (Landscape) maupun pendekatan sosial ekonomi (Lifescape Approaches)
Pengembangan Sistem dengan aplikasi IT untuk memperbaiki tatakelola dan rantai pasok berkelanjutan.
Memastikan peningkatan keberterimaan untuk Indonesia di pasar internasional.
STRATEGI JANGKA PENDEK (AGUSTUS-DESEMBER 2016)
1
• Telaah ulang kebijakan dari ISPO, dengan mendasari Pengelolaan Berkelanjutan melalui Sustainable Landscape Approach (SLA).
2
• Melibatkan para pihak dalam melakukan re-design, melalui kerja kelompok kecil yang continue; konsultasi publik dan membangun mutual trust dan mutual respect para pihak.
3
• Mencari “champions” dari setiap komponen para pihak (pemerintah, akademisi, petani, industri dan NGOs), yang mampu dan konsisten dalam sebuah kelompok kecil.
4
• Membangun knowledge management dan strategi komunikasi kepada publik dari proses yang sedang dibangun.
5
• Membenahi kebijakan dan membangun Lisence Information Unit (LIU seperti di SVLK), yang paralel dengan peningkatan sumberdaya manusia di setiap simpul sistem.
6
• Menyiapkan “high call” pada internasional atau buyers countries untuk mendorong pembenahan ISPO sebagai sistem pembenahan yang mandatory. 23
TAHAPAN KERJA PENGUATAN ISPO
Terbentuknya Tim Kerja yang mengawal keseluruhan proses, dengan target yang terukur.
Adanya series workshop untuk memulai dan menjalankan enam langkah strategis, dengan fokus diskusi sesuai dengan empat fokus area.
Pelaksanaan Seminar Nasional dan / atau Konferensi Internasional sebagai strategi untuk mendapatkan masukan dan public awareness.
24
PENINGKATAN DAYA SAING DENGAN PEREMAJAAN (REPLANTING)
Tujuan Peremajaan Kelapa Sawit :
Peningkatan produktivitas tanaman perkebunan kelapa sawit; Menjaga luasan lahan perkebunan kelapa sawit; Menjaga keberlanjutan kesejahteraan petani rakyat.
PENINGKATAN DAYA SAING DENGAN PEREMAJAAN (REPLANTING)
Kegiatan yang akan dibiayai :
02
01 Pembiayaan sebagian investasi dan modal kerja peremajaan kebun melalui KUR
03
Bantuan bunga kredit melalui KUR
04 Jasa Konsultan/ Kontraktor Independen
Pembayaran premi penjaminan pinjaman kredit
05 Kegiatan lain yang ditetapkan pemerintah sebagai bagian kegiatan peremajaan
PENINGKATAN DAYA SAING DENGAN PROGRAM KEMITRAAN
Partnership for Indonesia’s Sustainable Agriculture (PISAgro) : inisiasi dari KADIN
Cocoa Sustainability Partnership(CSP) : inisiasi dari gabungan stakeholders kakao (industri, NGO, para pakar dan peneliti)
27
KEMITRAAN OLEH PISAGRO
R&D ED-Fa
Ilmu Tanaman
Nestle R&D ICCRI
KEMAMPUA
N PETANI
PASCA PANEN
EFISIENSI
PASAR
Kemampuan Petani
Efisiensi ke Akses Petani
Swiss Contact Nestle Agri Serv
BT Cocoa Armajo
28