MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT
KULIAH 2: STRATEGI SUPPLY CHAIN By: Rini Halila Nasution, ST, MT
DEFINISI
Strategi merupakan kumpulan berbagai keputusan dan aksi yang dilakukan oleh suatu organisasi atau oleh beberapa organisasi secara bersama-sama. Berbagai keputusan dan aksi ini dilakukan untuk mencapai tujuan jangka panjang yang telah ditentukan. Dalam konteks supply chain, keputusan ini bisa berupa pendirian pabrik baru, penambahan kapasitas produksi, penggabungan dua fasilitas produksi, perancangan produk baru, pengalihan tanggung jawab pengelolaan persediaan ke supplier, dan lain-lain.
RINI HALILA NASUTION
Operation strategy (Slack & Lewis, 2001) is : “The pattern of strategic decisions and actions which set the role, objectives, and activities of the operation”. Mengacu pada definisi di atas, dapat dianalogikan untuk strategi supply chain. Hanya saja, domain keputusan dan aksi pada sebuah supply chain tidak lagi terbatas pada kegiatan operasi sebuah perusahaan. Strategi operasi banyak terkait pada keputusan dan aksi internal seperti penentuan kapasitas produksi, penetapan jenis layout, strategi persediaan, strategi pengembangan produk, dan strategi teknologi.
RINI HALILA NASUTION
Strategi supply chain mencakup hal yang lebih luas dan keluar dari batas internal perusahaan. Mencakup keputusan strategis tentang jaringan pasokan (supply network) yang menyangkut keputusan tentang supplier mana yang akan dipilih, supplier mana yang akan diajak menjadi mitra jangka panjang, dimana saja lokasi gudang dan pusat distribusi didirikan, dan sebagainya. Semua pihak pada supply chain harus sadar bahwa mereka semua tergantung sepenuhnya dengan pemakai akhir dari produk yang mereka buat sehingga kata pasar dalam konteks supply chain mengacu pada end customers.
RINI HALILA NASUTION
Contoh, pabrik chips tidak akan bertahan lama kalau produk komputer yang dihasilkannya tidak disukai di pasar. Pasar bagi pabrik chips bukanlah pabrik perakit komputer yang membeli chips tersebut melainkan adalah pelanggan akhir yang akan menggunakan komputer tersebut. Dengan demikian, strategi supply chain dapat didefinisikan sebagai: “Kumpulan kegiatan dan aksi strategis di sepanjang supply chain yang menciptakan rekonsiliasi antara apa yang dibutuhkan pelanggan akhir dengan kemampuan sumber daya yang ada pada supply chain tersebut”.
RINI HALILA NASUTION
TUJUAN STRATEGIS PADA SUPPLY CHAIN
Mampu menghasilkan produk yang: Murah Berkualitas Tepat waktu Bervariasi Tingkat kepentingan untuk masing-masing tujuan di atas berbeda-beda untuk tiap jenis produk dan segmen pasar. Tujuan-tujuan di atas dapat dicapai apabila memiliki kemampuan untuk: Beroperasi secara efisien Menciptakan kualitas Cepat Fleksibel Inovatif
RINI HALILA NASUTION
Kemampuan SC • Beroperasi secara efisien • Menciptakan kualitas • Cepat • Fleksibel • Inovatif
Aspirasi Pelanggan
• • • •
Murah Berkualitas Tepat waktu Bervariasi
RINI HALILA NASUTION
KARAKTERISTIK PRODUK DAN PASAR
Fisher (Harvard Business Review, 1997) membagi produk menjadi dua kategori yaitu produk fungsional dan produk inovatif. Produk fungsional adalah produk dengan siklus hidup panjang, memiliki sedikit variasi, kebutuhan pelanggan dari waktu ke waktu tidak berubah, permintaan relatif stabil sehingga mudah untuk diramalkan dan tingkat akurasi yang relatif tinggi. Contoh: kertas HVS A4 80 gram, paku payung, compact disk, lampu pijar, dan pensil. Produk inovatif contohnya: industri komputer dan elektronik lainnya.
RINI HALILA NASUTION
STRATEGI SUPPLY CHAIN: EFISIEN ATAU RESPONSIF Responsif Tidak Cocok
Tidak Cocok
Efisien
Fungsional
Inovatif RINI HALILA NASUTION
Menciptakan kesesuaian antara karakteristik produk (pasar) dengan strategi supply chain sangatlah penting. Kesesuaian ini disebut juga sebagai strategic fit, akan menyebabkan supply chain bertahan atau unggul di pasar. Area strategic fit adalah daerah dimana terjadi kesesuaian antara karakteristik produk/pasar dan strategi supply chain. Terlihat bahwa strategi efisien cocok untuk produk fungsional sedangkan strategi responsif cocok untuk produk inovatif. Area strategic fit terletak di tengah-tengah menunjukkan bahwa tidak semua produk ada pada kategori murni fungsional atau murni inovatif, sehingga strategi supply chain juga tidak selalu harus murni berfokus pada efisiensi atau kecepatan respon. RINI HALILA NASUTION
KESESUAIAN ANTARA STRATEGI SUPPLY CHAIN DENGAN KEBIJAKAN TAKTIS
Komponen keputusan taktis untuk mendukung strategi supply chain: Lokasi fasilitas Sistem produksi Persediaan Transportasi Pasokan Pengembangan produk
RINI HALILA NASUTION
Keputusan Taktis
Efisien
Responsif
Lokasi fasilitas
Tempatkan pabrik di negara yang ongkos tenaga kerjanya murah
Cari lokasi dekat pasar, punya akses tenaga terampil dan teknologi memadai
Sistem produksi
Tingkat utilitas sistem produksi harus tinggi
Sistem produksi harus fleksibel
Persediaan
Perlu upaya meminimisasi tingkat persediaan
Diperlukan persediaan pengaman yang cukup di lokasi yang tepat
Transportasi
Pengiriman TL/Cl atau subkontrakkan ke pihak ketiga
Diperlukan transportasi cepat. Bila perlu tetapkan kebijakan LTL/LCL
Pasokan
Pilih supplier dengan harga dan kualitas sebagai kriteria utama
Pilih supplier berdasarkan kecepatan, fleksibiliktas, dan kualitas
Pengembangan produk
Fokus ke minimisasi ongkos
Gunakan modular design dan tunda differensiasi produk sebisa mungkin
RINI HALILA NASUTION
DECOUPLING POINT
Decoupling Point adalah titik temu sampai dimana suatu kegiatan bisa dilakukan atas dasar ramalan (tanpa menunggu permintaan dari pelanggan) dan darimana kegiatan harus ditunda sampai ada permintaan yang pasti. Konfigurasi dan cara pengelolaan sistem produksi sebelum dan sesudah decoupling point tentunya akan berbeda. Bagian di hulu dari decoupling point lebih ke arah efisiensi karena vasriasi produk atau material sedikit, masing-masing tipe diproduksi dengan volume yang cukup besar sehingga ketidakpastian permintaan relatif rendah.
RINI HALILA NASUTION
Sedangkan di bagian hilir dari decoupling point lebih tepat dikerjakan setelah ada permintaan definitif karena variasi produk banyak dan masing-masing variasi kebutuhannya relatif sedikit. Tingkat ketidakpastian untuk masing-masing variasi produk relatif tinggi sehingga jika pada bagian ini produksi dilakukan sebelum ada permintaan maka perusahaan akan menyimpan persediaan dalam jumlah dan jenis yang sangat banyak. Sistem produksi di sebelah hulu lebih tepat menggunakan sistem flow shop atau batch, sedangkan di bagian hilir sistem produksi diatur berdasarkan proses dan model job shop atau proyek lebih cocok diterapkan di bagian ini.
RINI HALILA NASUTION
PERBEDAAN POSISI DP PADA SUPPLY CHAIN
Proses produksi secara umum diklasifikasikan menjadi empat bagian utama, yaitu perancangan produk, fabrikasi komponen atau pembuatan sub assembly, perakitan menjadi produk akhir, kemudian pengiriman ke pelanggan. Sistem produksi yang secara umum dikenal: Make to stock (MTS) Assembly to order (ATO) Make to order (MTO) Engineer to order (ETO)
RINI HALILA NASUTION
MTS adalah sistem dimana DP berada pada proses terakhir yaitu pengiriman ke pelanggan. Produk akhir dibuat berdasarkan ramalan. ATO adalah sistem dimana hanya kegiatan perakitan yang menunggu pesanan dari pelanggan, sedangkan kegiatan fabrikasi komponen atas dasar ramalan. MTO kegiatan fabrikasi komponen tidak bisa dikerjakan tanpa menunggu pesanan dari pelanggan karena setiap pesanan mungkin membutuhkan jenis komponen yang berbeda-beda. ETO memiliki DP di awal proses perancangan produk. Artinya produk baru dirancang setelah ada pesanan dari pelanggan.
RINI HALILA NASUTION