Mewujudkan Ketahanan Energi Nasional Oleh: Widjajono Partowidagdo
Terdapat beberapa anggapan yang keliru mengenai energi di Indonesia diantaranya: 1. Indonesia adalah Negara yang kaya minyak, padahal tidak. Kita lebih banyak memiliki energi lain seperti batubara, gas, CBM ((Coal Bed Methane), ), panas bumi, air, BBN (Bahan Bakar Nabati) dan sebagainya, 2. harga BBM (Bahan Bakar Minyak) harus murah sekali tanpa berpikir bahwa hal ini menyebabkan terkurasnya dana Pemerintah untuk subsidi harga BBM, ketergantung ketergantungan an kita kepada BBM yang berkelanjutan serta kepada impor minyak dan BBM yang makin lama makin besar serta makin sulitnya energi lain berkembang, 3. investor akan datang dengan sendirinya tanpa perlu kita bersikap bersahabat dan memberikan iklim investasi yyang baik, 4. peningkatan kemampuan Nasional akan terjadi dengan sendirinya tanpa keberpihakan Pemerintah. Potensi Energi Nasional 2008 (Sumber: ESDM 2009) diberikan pada Tabel 1 yang terdiri dari energi fosil dan energi non fosil. Terlihat bahwa cadangan terbukti minyak Indonesia tinggal 3,7 milyar barel. Justru, kita lebih banyak memiliki energi non minyak. Tabel 1 Potensi Energi Nasional 2008
*) Hanya di Kalan – West Kalimantan Sumber ESDM 2009
Indonesia memproduksi minyak sebesar 357 juta barel, mengekspor minyak mentah sebesar 146 juta barel, mengimpor minyak mentah sebesar 93 juta barel dan Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar 153 juta barel pada tahun 2008 (Sumber ESDM 2009) dan mengkonsumsi 457 barel. Terdapat defisit sebesar 100 juta barel per tahun. Cadangan terbukti minyak kita hanya 3,7 milyar barel atau 0,3 % cadangan terbukti dunia. Sebagai Negara net importer minyak dan yang tidak memiliki cadangan terbukti minyak yang banyak, kita tidak b bijaksana ijaksana apabila mengikuti harga BBM murah di Negara-negara negara yang cadangan minyaknya melimpah (Tabel 2).1
1
Tabel 2 Harga Bensin dan Cadangan Terbukti Minyak Cadangan Terbukti Minyak Miliar Barel 01-01-2009
Produksi 2007 Ribu BPD
Konsumsi 2007 Ribu BPD
US$/L (95 RON)
Date of price
Australia
1.14
2010-01-24
1.5
Brazil Canada
1.41 1.01
2010-06-30 2010-06-30
12.6
1833
2192
178.1
3309
2303
China India
0.946 1.00
2010-04-24 2009-08-21
16 5.6 3.9
3743 801 969
7855 2748 1157 1621
Country
Indonesia
561
935
0.59/0.45
2009-07-16
Iran Kuwait
0.40 0.224
2009-06-28 2010-06-30
136.2
4401
104
2626
276
Malaysia
0.54
2009-09-01
Mexico (Mexico City) Nigeria (Lagos) Norway
0.56 0.44 2.02
2009-07-13 2009-12-25 2010-06-30
4 10.5
755 3477
514 2024
Russia (Moscow)
0.798
2010-01-11
36.5 6.7 60
2356 2556 9978
221 2699
Saudi Arabia (Riyadh)
0.16
2008-07-31
Thailand UAE United Kingdom
0.95 0.37 1.74
2010-02-03 2009-12-30 2010-06-21
266.7 0.4
10413 309
2154 911
97.8 3.4
2915 1636
450 1696
United States
0.734
2010-06-30
21.3
6879
20698
Venezuela
0.023
2009-12-12
2613
596
Vietnam
0.83
2010-06-23
99.4 0.6
Sumber: Harga Bensin dari Wikipedia 2010, Cadangan Terbukti dari CIA November 2009, Produksi dan Konsumsi dari BP Statistical 2008. Catatan: Di Indonesia harga Pertamax adalah Rp. 5975/liter dan harga premium adalah Rp. 4.500/ liter (Kurs Rp. 10.130/USD).
Indonesia mengekspor batubara dan gas yang kalau jadi listrik biayanya sekitar 8 sen US Dolar/kWh, sedikit menggunakan panasbumi (Indonesia terkaya di Dunia) yang biayanya sekitar 9 sen USD/kWh serta air (banyak sekali di luar Jawa) yang biayanya 8 sen USD/kWh dan akibatnya masih cukup banyak menggunakan diesel yang biaya listiknya 25 sen USD/kWh (tiga kali lipat). Sehingga apabila diesel dapat diganti dengan energi lain maka akan dihemat Rp 4.000 per liter (l). Di Indonesia transportasi menggunakan bensin yang biayanya Rp 6.000/ l, padahal kalau pakai BBG (Bahan Bakar Gas) harganya yang wajar Rp 3.500/liter setara premium (Dengan harga gas di kepala sumur USD 6,84/MMBTU) yang direncanakan di Surabaya dan Palembang. Di Jakarta masih terdapat dua harga yaitu dari Pertamina : Rp 2.562/lsp (USD 3,97/MMBTU) dan dari PGN: Rp 3.600/lsp (USD 7,15/MMBTU). Perlu disadari bahwa USD 7/MMBTU setara dengan USD 42/ barel setara minyak (1 BSM= 6 MMBTU) dan hanya 60 persen dari harga minyak $70/ barel. Biaya produksi gas dan panasbumi makin mahal karena biaya pemboran makin mahal akibat naiknya harga minyak. Lebih baik kalau Harga Gasnya Rp. 3.500 /lsp seragam di seluruh Indonesia asal dipastikan oleh Peraturan Pemerintah karena TransJakarta (DKI) sebetulnya tidak keberatan (Bandingkan dengan Premium Rp. 4.500 per liter dan
2
Pertamax Rp. 6.000 per liter) hanya takut kalau beli yang lebih mahal menjadi Temuan KPK. Kita berhasil mengganti sebagian minyak tanah Rp 6. 000/l dengan LPG Rp 6.000/kg atau Rp 3.500/ setara liter minyak tanah karena 1 kg LPG setara 1,7 slmt. Seharusnya LPG tabung 3 kg gasnya tidak perlu disubsidi (Rp 4.250/kg atau Rp 2.500/ slmt) karena sudah murah, yang perlu disubsidi tabungnya saja sehingga tidak dioplos. Akan lebih hemat lagi kalau untuk memasak memakai Gas Kota atau BBG (100% gas) yang lebih murah (dan tidak perlu mengimpor) dari LPG (C3 dan C4 yang hanya 20% gas). Saat ini (2010) impor LPG Indonesia (2288 ribu metrik ton) sudah melebihi pasokan domestik (2200 ribu MT). Tidak heran kalau subsidi energi 2010 sekitar 140 trilyun rupiah. Kenapa pasar domestik gas, panasbumi dan batubara tidak berkembang? Dulu gas ditawar $3/MMBTU, PLT Panasbumi 5 sen USD per kWh dan PLTU Batubara lebih murah lagi. Penawaran tersebut didasarkan pada Harga Finansial yaitu harga yang dihitung berdasarkan produksi, biaya, pendapatan Pemerintah dan IRR tertentu (misal: 20%). Padahal harga bisa dihitung berdasarkan Net Back yaitu harga yang dihitung berdasarkan harga komoditi lain. Misal: Harga ekspor gas dihitung berdasarkan 80% harga minyak. Akibatnya banyak gas dan batubara sudah dikontrak untuk ekspor. Kenapa tidak membelinya pada harga pasar?. Harga pasarnya (8-9 sen per kWh) pun jauh lebih murah dari PLT Diesel yang 25 sen USD (yang tiga kali lipat). Investor tidak mempersoalkan ekspor atau domestik tetapi kalau harga domestik jauh lebih rendah tentunya mereka keberatan. Kenapa harga domestik dan ekspor tidak disamakan saja?. Syarat pemakaian gas domestik harus ada LNG receiving terminal di Jawa, yang baru dimulai dibangun. Bahkan kalau perlu kita mengimpor gas dan batubara karena lebih murah dari impor Minyak dan BBM yang sekarang sudah diatas 600.000 barel per hari. Tetangga kita, Australia, mempunyai batubara serta gas banyak sekali dan penduduknya sedikit. Indonesia seharusnya: mengganti minyak tanah untuk memasak dengan LPG dan CNG, bahkan untuk Kota-kota Besar dibuat pipa untuk Gas Kota; mengganti premium (bersubsidi) dengan BBG dan bagi mereka yang ingin menggunakan bensin dapat memakai pertamax (yang tidak disubsidi); menetapkan harga BBG untuk transportasi adalah Rp 3.500 per lsp untuk seluruh Indonesia; mengganti sebagian diesel untuk listrik dengan gas; tidak mengekspor gas untuk penemuan baru dan hanya menggunakannya untuk kebutuhan domestik tetapi harus tersedia LNG receiving terminal dan harga gas yang menarik misal $ 7/MMBTU yang hanya setara dengan $ 42/barel minyak dan kalau perlu mengimpor gas yang lebih murah dari impor minyak dan BBM serta memaksimalkan penggunaan batubara, panasbumi dan air serta energi baru dan terbarukan lainnya Apabila Indonesia bisa memakai energi yang lebih murah sebagai pengganti BBM (yang mahal) maka dapat dihemat paling tidak seratus trilyun rupiah. Pada tahun 2009 BBM untuk transportasi 37,2 milyar liter (l), rumah tangga 4,7 milyar l, industri 9,8 milyar l, listrik 8,9 milyat l dan ABRI 0,5 milyar l. Kalau bisa mengganti 80% transportasi dengan BBG akan menghemat Rp 2.500 per l atau Rp 74,4 trilyun. Kalau bisa mengganti semua memasak dengan LPG menghemat Rp 2.500 per l atau 11,8 tilyun 3
dan kalau dengan Gas Kota di Kota-kota besar akan lebih menghemat lagi. Kalau bisa mengganti listrik dengan energi lain akan menghemat Rp 4.000/l atau 35,6 trilyun. Tabel 3 memperlihatkan Belanja Pemerintah Pusat 2007 – 2010. Tabel 3 Belanja Pemerintah Pusat 2007 – 2010 (miliar rupiah) Uraian
2007
2008
LKPP
LKPP
2009 APBN
2010
RAPBN-P
APBN-P
RAPBN
APBN
1. Belanja Pegawai
90.425,0
112.829,9
143.555,7
133.709,2
133.709,2
161.735,6
160.364,3
2. Belanja Barang
54.511,4
55.963,5
77.687,6
87.004,0
85.464,0
100.169,6
107.090,1
3. Belanja Modal
64.288,7
72.772,5
93.801,6
74.280,7
73.381,5
76.893,1
82.175,5
4. Pembayaran Bunga Utang
79.806,4
88.429,8
101.657,8
110.050,9
109.590,1
115.594,6
115.594,6
150.214,4
275.291,5
16 896.701,6
159.950,7
158.117,9
144.355,1
157.820,3
116.865,9
223.013,2
103.568,6
102.461,7
99.938,9
99.409,3
106.526,7
33.348,6
52.278,2
63.133,0
57.489,0
58.179,0
44.945,8
51.293,6
-
-
-
31,6
31,6
34,4
7.192,0
5. Subsidi A. Energi B. Non Energi 6. Belanja Hibah
Memang harga BBM untuk industri tidak disubsidi tetapi kalau industri memakai BBG akan menghemat Rp 2.500 per l atau 24,5 trilyun sehingga akan meningkatkan daya saing industri kita. Sebaiknya industri didorong untuk beroperasi di luar Jawa karena disana energi berlimpah. Penulis pernah ke Sulawesi Tengah yang mempunyai Danau Poso dengan potensi PLTA 900 MW yang belum dikembangkan (kalau dikembangkan biayanya dibawah 8 sen USD/kWh) dan Sulawesi Tengah memakai diesel dengan biaya Rp 3.500/kWh untuk 90 MW. Indonesia punya potensi Tenaga Air 75,67 GW, Panasbumi 27,51 GW, Mini/Micro Hydro 0,5 GW, Biomas 49,8 GW, Tenaga Surya 4,8 kWh/m2/hari dan Tenaga Angin 9,3 GW. Perlu subsudi dan peningkatan kualitas transportasi umum. Perlu diimplementasikan penghematan BBM misal insentif untuk peralatan, mobil serta perilaku hemat energi dan disinsentif untuk yang tidak hemat energi. Permasalahan panasbumi adalah biaya produksi lebih tinggi dari harga jual listrik. Investor hanya akan mengembangkan panasbumi apabila pemerintah menentukan harga panasbumi yang memberikan keuntungan yang wajar. Peraturan Menteri ESDM nomor 32 Tahun 2009 tentang Harga Patokan Pembelian Tenaga Listrik oleh PT PLN (Persero) dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi dengan menetapkan harga patokan tertinggi sebesar 9,70 sen US$/kWh untuk pembelian tenaga listrik untuk PT PLN (Persero) diharapkan dapat memaksimalkan pengembangan Panas Bumi. Dengan catatan selisih biaya listrik panasbumi dan tarif listrik di subsidi Pemerintah. Perlu insentif untuk pengembangan Energi Terbarukan seperti PLTA (Pembangkit Listik Tenaga air), biofuel, biomass (misal dari cangkang sawit), matahari, angin dan microhydro. Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor : 31 Tahun 2009 Tentang Harga Pembelian Tenaga Llstrlk Oleh PT PLN (Persero) Dari
4
Pembangkit Tenaga Llstrlk Yang Menggunakan Energi Terbarukan Skaia Kecll Dan Menengah Atau Kelebihan Tenaga Llstrlk yaitu Rp 656/kWh x F, jika terinterkoneksi pada Tegangan Menengah dan Rp 1.004/kWh x F, jika terinterkoneksi pada Tegangan Rendah ( Jawa dan Bali, F = 1 ; Sumatera dan Sulawesi, F = 1,2; Wilayah Kalimantan, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, F = 1,3; Wilayah Maluku dan Papua, F = 1,5). Diharapkan Peraturan Menteri diatas dapat memaksimalkan pengembangan energi terbarukan untuk listrik. Dengan catatan selisih harga listrik energi terbarukan dan tarif listrik disubsidi Pemerintah. Untuk memenuhi kebutuhan listrik perdesaan dengan menggunakan energi terbarukan setempat seperti biofuel, biomass, matahari, angin dan microhydro, maka pemerintah bisa memberikan insentif pengembangannya sendiri atau oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dengan pinjaman berbunga rendah. Di Amerika Serikat Rural Electrification Administration (REA) tersebut dikelola oleh Departemen Pertanian, bukan oleh perusahaan listrik, supaya tidak terjadi konflik kepentingan. Untuk mempertahankan pemasokan energi diperlukan biaya yang dibutuhkan sektor tersebut. Biaya tersebut dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas informasi bagi penawaran konsesi-konsesi migas baru, termasuk melakukan survai geologi dan geofisik (gravity dan seismik) pendahuluan, infrastruktur migas (seperti LNG receiving terminal, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas atau SPBG, pipa transportasi gas, pipa gas kota) untuk pendidikan, pelatihan dan penelitian, pengembangan energi terbarukan dan energi perdesaan serta peningkatan kemampuan nasional. Sebagai perbandingan, untuk mempertahankan kelestarian hutan orang menggunakan dana reboisasi dari royalty yang besarnya secara teoritis dihitung berdasarkan biaya yang dibutuhkan untuk menanam kembali setiap pohon yang ditebang. Untuk mempertahankan pemasokan energi dapat digunakan Depletion Premium. Menurut Asian Development Bank (ADB), 2007 depletion premium dapat dihitung dari net present value selisih harga sumberdaya alam tak terbarukan (misal: migas) pada saat dia tidak kita produksikan lagi (sehingga kita harus mengimpornya) dan biaya memproduksikannya. Dana depletion premium dari energi tak terbarukan yang untuk migas diperkirakan sekitar 7-8 persen dari equity to be split (revenue dikurangi recoverable cost).3 Khusus Migas6 Tabel 4 memperlihatkan Produksi & Cadangan, Revenue, Cost Recovery, R/C dan Penerimaan Negara Migas (Sumber: BP Migas 2007). Dapat dilihat bahwa penemuan cadangan minyak sedikit sekali mulai tahun 2003, Akibatnya, produksi kita turun menjadi dibawah 1 juta barel per hari. Memang biaya (Cost Recovery) meningkat dari tahun ke tahun berikutnya, tetapi Harga Minyak, Gross Revenue, Revenue to Cost Ratio dan Penerimaan Negara juga meningkat dari tahun ke tahun berikutnya.
5
Tabel 4 Produksi & Cadangan, Revenue, Cost Recovery, R/C dan Penerimaan Negara Migas Tahun
Produksi Gas (MMSCFD)
2006 2005 2004 2003 2002 2001
Produksi Minyak Bumi dan Kondensat (BOPD) 1.005.985 1.062.120 1.095.980 1.146.592 1.252.111 1.341.434
Penemuan Cadangan Gas Oil (MMBOE) (MMBOE)
8.280 8.250 8.358 8.533 8.276 7.562
73 49 647 691 855 774
335 132 402 359 1517 1457
408 181 1049 1050 2372 2231
2000
1.415.306
7.066
1427
1329
2756
Total
Harga Minyak (US$/ Barrels) 64,28 53,40 37,58
Gross Revenue (MMUS$)
Cost Recovery (MMUS$)
R/C
Penerimaan Negara (MMUS$)
32.108 29.351 22.050 18.208 16.350
5.922 5.619 5.326 5.044 4.338
5,4 5,2 4,1 3,6 3,8
23.146 19.992 13.471 10.845 9.633
Cadangan dan produksi minyak yang turun tidak dapat diinterpretasikan dengan minyak kita sudah habis atau prospek eksplorasi di Indonesia rendah, karena di Malaysia telah ditemukan prospek Kikeh di laut dalam dengan cadangan 1 Milyar BOE (Barrel of Oil Equivalent) sehingga laut dalam di Indonesia terutama selat Makasar menjadi perhatian perusahaan-perusahaan raksasa. Proyek-proyek raksasa LNG di Australia yang sedang dikembangkan adalah Evans Shoal, Gorgon, Ichthys, Pluto, Browse dan Bay Undan, sedangkan di Indonesia hanya Tangguh. Perlu dicatat bahwa Australia termasuk low risk dan Malaysia adalah medium risk. Informasi ini diperoleh dari Top 135 Projects yang diterbitkan oleh GSRI, 2007.9 Tingginya resiko di Indonesia mengakibatkan perusahaan-perusahaan migas hanya berkonsentrasi pada mempertahankan produksi lapangan-lapangan yang sudah ada, akibatnya produksi turun. Perlu usaha untuk memperbaiki keadaan tersebut guna meningkatkan cadangan dan produksi migas di Indonesia. Pada UU Migas Nomor 8 Tahun 1971 konsentrasi ada di Pertamina. Sesudah berlakunya UU Migas Nomor 22 Tahun 2001 terdapat badan-badan DESDM, BP Migas, BPH dan Pertamina. Kita mempunyai pilihan untuk kembali ke UU Migas Nomor 8 Tahun Tahun 1971 serta mempelajari kenapa Petronas lebih berhasil melaksanakannya sehingga perlu membuat Undang Undang baru. Pilihan lain adalah melakukan revisi UU Migas Nomor 22 Tahun 2001 apabila kita ingin meningkatkan kemampuan nasional di bidang Migas. Mengundang investor adalah seperti mengundang pelanggan untuk rumah makan. Seseorang akan menjadi pelanggan apabila dia tahu, sehingga promosi penting. Promosi saja tidak cukup karena pelanggan tersebut tidak akan datang lagi apabila yang dipromosikan tidak sesuai dengan kenyataan. Rumah makan hanya akan laku apabila makanannya enak, harganya bersaing, pelayanannya dan lingkungannya baik. Perlu Peningkatan Kualitas informasi untuk wilayah kerja yang ditawarkan, dengan seismik serta studi geofisika dan geologi yang lebih baik. Harga bersaing dapat dianalogikan dengan sistem fiskal yang menarik. Kontrak bagi hasil dan Kontrak lainnya akan bermasalah apabila tidak dijiwai kemitraan (partnership) atau pelayanannya tidak baik. Perlu sistem fiskal yang fleksibel dan lebih menjamin keuntungan atau mengurangi resiko kontraktor dengan memberikan Bagian Pemerintah atau GT (Government Take) 6
yang kecil untuk R/C (Revenue/Cost) yang kecil dan GT yang besar untuk R/C yang besar yang berlaku untuk minyak, gas dan CBM (Coal Bed Methane) supaya Kontraktor lebih bersemangat untuk mengembangkan prospek perminyakan biaya tinggi seperti daerah terpencil dan laut dalam, proyek EOR dan lapangan-lapangan yang menengah dan kecil seperti di Malaysia dan Negara-negara lain.8 Pada masa lalu sistem fiskal yang Bagian Pemerintahnya tetap berapapun keuntungannya tidak mempunyai masalah karena kegiatan-kegiatan dilakukan di daratan dan laut dangkal, primary recovery dan lapangan yang relatif besar. Kontrak Bagi Hasil memerlukan perlakuan lex specialist karena Pemerintah mendapat 85 persen untuk minyak dan 70 persen untuk gas dari Pendapatan Bersih. Sebaiknya, tidak dikenakan pungutan-pungutan tambahan. Cost recovery adalah untuk meningkatkan produksi dan dibayar oleh pendapatan dari produksi yang juga berlaku di pajak biasa. Membatasi cost recovery membatasi produksi. Eksplorasi belum tentu menemukan minyak. Mengenakan pajak pada waktu eksplorasi akan menurunkan peringkat investasi Indonesia. Perlu peningkatan untuk Penawaran Wilayah Kerja dan POD Pertama serta untuk Persetujuan WP&B dan POD. Perlu diatasi permasalahan- permasalahan yang terdapat di daerah operasi, yaitu: 1. Pembebasan Tanah (sebaiknya dilakukan oleh Lembaga pemerintah). 2. Tumpang tindih dengan kehutanan (perlu peraturan yang lebih fleksibel), 3. Masalah perijinan (penyederhanaan birokrasi), 4. Permasalahan Pusat-Daerah dan antar Daerah. Perlu peningkatan kualitas aturan hukum, stabilitas politik, kepastian regulasi, sistem birokrasi dan informasi di lingkungan ESDM dan koordinasi antar institusi terkait (Kementerian Keuangan, Kementerian ESDM, Bappenas, Kementerian Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Dalam Negeri dan lain lain) serta antar Pusat dan Daerah dan antar Daerah di bidang migas Peningkatan Kemampuan Nasional migas akan terjadi apabila terdapat keperpihakan pemerintah misalnya untuk kontrak-kontrak migas yang sudah habis maka pengelolaannya diutamakan untuk perusahaan nasional dengan mempertimbangkan program kerja, kemampuan teknis dan keuangan. Tidak tertutup kemungkinan tetap bekerjasama dengan Operator sebelumnya. Hal lain yang perlu dilakukan adalah pinjaman dari bank nasional untuk membiayai kegiatan produksi energi nasional dengan kehati-hatian. Perlu ditingkatkan partisipasi Indonesia untuk kegiatan migas Internasional. Lapangan-lapangan yang sudah ditemukan tetapi tidak mulai dikembangkan dalam waktu tertentu (misal: 5 tahun) dikembalikan kepada pemerintah. Hal ini mempertegas Peraturan Menteri ESDM Nomor 03 Tahun 2008 yang meminta kontraktor untuk melepaskannya (carved out) lapangan yang tidak diproduksikan dan kemudian dioperasikan oleh perusahaan terpilih yang bersedia memproduksikannya. Perlu diketahui bahwa di Indonesia banyak terdapat lapangan yang tidak dikembangkan, bukan karena tidak ekonomis tetapi karena tidak masuk prioritas (portofolio) perusahaan. Padahal lapangan tersebut kalau dikerjakan oleh perusahaan lain
7
(terutama nasional) masih sangat menguntungkan. Hal ini akan meningkatkan produksi migas kita dan meningkatkan kemampuan nasional. Perlu dijajagi kemungkinan Kerjasama Energi di Luar Negeri, misal dengan Iran yang memiliki cadangan gas nomor dua terbesar di dunia yaitu 982 TCF, Algeria 159 TCF, Nigeria 187 TCF sedangkan Indonesia mempunyai pengalaman memproduksikan gas dan LNG lebih dari 30 tahun. Dengan membantu memproduksikan gas dan LNG dari Iran, Algeria, Nigeria dan negara-negara lain. maka Indonesia bisa mendapatkan Bagi Hasilnya sehingga dapat mengimpor gas. Lebih baik mengimpor gas daripada mengimpor minyak dan BBM karena harganya lebih murah. Perlu dicatat Negara tetangga kita, Australia, mempunyai cadangan gas 89 TCF dengan penduduk sedikit. Kontrak Karya seyogyanya tidak diberikan pada pihak asing dan hanya diberikan untuk membantu peningkatan kemampuan BUMN, BUMD, swasta nasional, dan koperasi. Dihilangkan monopoli di sektor hilir hendaknya tidak menyebabkan lemahnya kontrol pemerintah atas pemasokan bahan bakar minyak untuk kepentingan masyarakat misalnya dengan peraturan bahwa paling tidak 51% pemasokannya masih dilakukan oleh BUMN dan dengan peraturan yang mendukung peningkatan kemampuan nasional di sektor tersebut. Hal ini perlu dilakukan supaya tidak terjadi monopoli sektor hilir oleh pihak asing. Perlu adanya keberpihakan yang adil bagi swasta nasional penunjang kegiatan migas. Persyaratan lelang yang diskriminatif (misalnya harus dalam skala ekonomi yang besar) dalam pengadaan jasa dan barang dapat mengakibatkan hambatan untuk ikut (barrier to entry) untuk mereka yang lebih baru atau lebih kecil modalnya yang biasanya adalah swasta nasional Energi Baru dan Terbarukan serta Konservasi Energi Biaya energi untuk Energi Terbarukan seperti Energi Surya, Energi Angin, Panasbumi, Arus Laut dan Hidrogen akan turun di masa depan, sedangkan Pembangkit Listrik Tenaga Tenaga Air (PLTA) akan naik (walaupun masih tetap rendah). Energi Tak Terbarukan seperti Minyak, Gas, Batubara dan Nuklir akan naik di masa depan. Batubara bisa lebih bersih lingkungan, konsekuensinya biayanya lebih mahal. Batubara bisa dibuat cair (Coal To Liquid atau CTL) atau dijadikan gas. Gas bisa dibuat cair (Gas To Liquid atau GTL). Gas bisa diperoleh dari Gas Alam (Potensi 335 TCF), dari CBM (Potensi 454 TCF), Shale Gas dan dari Methane Hydrate (Potensi 625 TCF) . Nuklir dari Uranium dan Thorium (Fisi) adalah Tak Terbarukan. Tidak benar kalau energi nuklir sangat aman karena disamping Chernobyl dan Three Mile Island, di Amerika Serikat 27 dari 104 reaktor nuklirnya pernah bocor (Tobi Raikkonen, 12 Maret 2010). Menurut USA Today 17 Juli 2007 di Jepang terjadi kebocoran nuklir 1997-2007 sebanyak 8 kali. Banyak Negara2 Eropa yang menutup PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) nya 2020. Waktu penulis ke Kedutaan Perancis, mereka sambil tertawa bilang jadi kita (Perancis) bisa jualan listrik ke Negara2 yang menutup PLTN nya tersebut (termasuk
8
Jerman). Perancis juga mengembangkan PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) Batubara yang lebih bersih dan Tenaga Angin di lepas pantai. Penanganan dan penyimpanan limbah Uranium yang benar adalah mahal dan kalau tidak benar berbahaya. Perancis bisa membantu memproses limbah Uranium tetapi limbah terakhirnya tetap dikirim ke Negara asal yang mempunyai PLTN. Konsorsium Uni Eropa, Jepang, Cina, India, Korsel, Rusia dan Amerika Serikat membiayai Pengembangan Nuklir FUSI yaitu ITER (International Thermonuclear Experimental Reactor) TOKAMAK di Perancis Selatan. (ITER) TOKAMAK tersebut diharapkan bisa dikembangkan secara komersial pada tahun 2020 an (atau lebih cepat) dan dibuat dari reaksi FUSI antara Detrium dan Tritium yang limbahnya relatif aman (dibandingkan Uranium). Indonesia sebaiknya fokus pada FUSI. Bahkan, Direktur National Ignition Facility (NIF) Ed Moses menyatakan tentang hasil percobaan Fusi pada 2 November 2010 di NIF ( the world's largest and highest-energy laser system di Lawrence Livermore National Laboratory atau LLNL), California dan mengharapkan hasil dua tahun lagi: "The results of all of these experiments are extremely encouraging and they give us great confidence that we will be able to achieve ignition conditions in deuterium-tritium fusion targets. NIF researchers expect to achieve a self-sustaining fusion burn reaction with energy gain within the next two years." Andaikata Nuklir FISI ingin dikembangkan segera maka paling cepat dioperasikan pada 2021 karena memerlukan 10 tahun untuk merealisasikan PLTN seperti di Malaysia. Sebaiknya Indonesia bekerjasama dengan Singapura dan Malaysia (lebih baik bila juga dengan Negara2 Asean lainnya). Lokasi pembangkitannya bisa di Pulau kosong di Indonesia dekat Singapura. Makin banyak Negara2 yang mengawasi diharapkan makin aman dan makin banyak Negara2 yang memakai makin murah. Urutan Global Innovation Index (Maret 2009) dari beberapa Anggota Asean dan Negara Maju adalah sebagai berikut: 1. Singapore, 2. South Korea, 8. US, 9. Japan, 15. UK, 19. Germany, 20. France, 21. Malaysia, 27. China, 44. Thailand, 46. India, 49. Russia, 71. Indonesia. Tidak benar kalau nuklir adalah energi yang paling murah. Menurut Keystone Center 2007 biaya listrik dari Nuklir sekitar $ 8-11 cents/kWh berarti tidak lebih murah dari PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air), batubara, gas dan panasbumi saat ini. Makin lama (kalau memakai Uranium) makin mahal karena bahannya makin langka. Australia sendiri yang mempunya tambang Uranium terbesar tidak mempunyai PLTN. Penulis mendapat informasi dari Kedutaan Australia di Jakarta. Kita masih bisa menutupi kekurangan energi sampai 2025 dengan mengimpor gas atau mengusahakan migas di luar negeri serta mengembangkan Kemampuan Nasional untuk memproduksikan Energi Terbarukan dan Konservasi Energi. Diharapkan Pertamina dan Perusahaan-perusahaan Nasional Migas lain dapat meningkatkan produksi migasnya baik di dalam dan di luar negeri seperti Petronas. Terobosan Teknologi (Nano) menyebabkan Energi Terbarukan lebih murah dimasa depan. Konservasi atau Penghematan Energi mengurangi Pemakaian dan Pasokan energi serta mengurangi Polusi. 9
Berikut adalah informasi mengenai Pemanfaatan Kemiri Sunan salah satu bahan untuk Biodiesel, Pemanfaatan Arus Laut di Indonesia dan Mobil Irit ITS. Kemiri Sunan: http://www.slideshare.net/bram1811/ Berdasarkan penelitian Balitri Departemen Pertanian pemakaian biodiesel untuk generator pompa air: 1 liter solar beroperasi 1 jam, 1 liter jarak 1,5 jam, 1 liter kemiri sunan 3 jam, sehingga untuk kebutuhan 18.000 KL solar cukup menggunakan 6000 KL kemiri Sunan. Bilamana harganya sama Rp. 8.000/liter mka dapat dihemat Rp. 96 miliar. Kemiri sunan pohonnya besar (jarak tanam 5 meter) sehingga bagus dipakai untuk penghijauan dan menahan air dan buahnya kalau sudah matang jatuh sendiri sehingga tidak perlu dipetik sehingga menghemat ongkos serta tidak bisa dimakan (beracun). Permasalahannya adalah butuh waktu 5 tahun sebelum produktif sehingga sebelumnya dapat diselingi jarakuntuk menghasilkan energi yang dapat digunakan untuk keperluan setempat. Listrik Arus Laut (wawancara Kepala UPT-BPPH, Erwandi 22-9-10): bppt.go.id Sejak tahun 2006, tim perekayasa dari UPT BPPH BPPT telah melakukan pemetaan potensi energi arus laut di Indonesia dengan menggunakan teknik simulasi numerik. Hasil pemetaan, menunjukkan bahwa potensi daya listrik dari arus laut di Indonesia bagian tengah hingga timur cukup besar. Salah satunya yaitu potensi daya listrik dari arus laut di Selat Larantuka, Nusa Tenggara Timur yang mencapai 6000 MW. Selanjutnya tahun 2007 BPPT mulai melakukan proses rancang bangun PLTAL. Dalam proses pengkajian diperoleh jenis turbin PLTAL yang cocok untuk perairan Indonesia adalah turbin arus laut poros vertikal tipe Darrieus dengan tiga bilah turbin. Turbin tipe ini konstruksinya sederhana, mudah pembuatannya, mudah pemeliharaannya, dan murah. Model uji bilah turbin yang lurus memanjang dan berpenampang bentuk foil, seperti sayap pesawat terbang, berbahan aluminium, dapat dibuat dengan mudah di pabrik pengecoran velg sepeda motor di Surabaya. Prototipe PLTAL dibuat pada tahun 2008. Hampir seluruh komponen dalam pembuatan prototipe tersebut adalah komponen dalam negeri, hanya generator dan inverter yang dibeli dari luar negeri. PLTAL yang dikembangkan UPT BPPH didesain untuk arus laut rendah tapi menghasilkan arus listrik tinggi. Uji coba PLTAL yang pertama dilakukan di Selat Larantuka pada akhir Maret dan Juni 2010 yang menghasilkan daya listrik sebesar 1900 watt. Selanjutnya delakukan uji coba PLTAL dengan kapasitas yang lebih besar yaitu 10 KW di selat ini dan listrik yang dihasilkan direncanakan akan disalurkan untuk menerangi dermaga dan sebagian penduduk dusun Tanah Merah Adonara yang selama ini belum mendapat aliran listrik. 2010-2015 direncanakan sampai 40 KW, 2016-2020 sampai 500 KW, 2021-2050 sampai 2-3 MW. Dari 1 Selat dapat dipanen energi sebesar 300 MW dengan jumlah turbin 100 buah @ 3 MW., maka untuk 10 selat akan didapat 3000 MW. Korea Selatan 2009 membuat 3 dan 10 MW. 10
Mobil Irit ITS: tempointeraktif.com tempointeraktif.com/hg/uji_produk/ 2010/ Karya mahasiswa Teknik Mesin Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menjadi juara pertama kompetisi mobil irit Shell Eco Eco-Marathon Marathon (SEM) Asia 2010 yang digelar di Sirkuit Internasional Sepang, Malaysia, 8 8-10 10 Juli 2010. Tim ITS 2 dengan mobil Sapu Angin 2 mencatat rekor mobil teririt dengan jarak tempuh 236,6 kilometer setiap satu liter bensin (Siaran pers ITS, 12 Juli 2010). Inovasi semacam mobil irit ITS ini perlu dibantu dikembangkan baik oleh Pemerinta Pemerintah, h, BUMN maupun Swasta. Inovasi dan Konservasi Inovasi di Energi Terbarukan (Angin, Matahari, Microhydro, Bio Energy, Energi Laut dan lain-lain lain serta Konservasi Energi baik untuk peralatan industri maupun listrik serta kendaraan perlu dibantu oleh Pemerint Pemerintah, BUMN maupun Swasta. German Working Party, 2004 memperkirakan Biaya Energi sampai tahun 2050 termasuk menggunakan Geocogen (Geothermal deepwell energy cogeneration) dan SBSP (Space Based Solar Power). Juga diperkirakan True Energy Cost dengan memperhitungkan ngkan Resiko, Biaya Lingkungan dan Carbon Credit. Sumber: Gustav R. Grob (ISEO Executive Secretary dan ICEC President). ISEO adalah International Sustainable Energy Organization sedangkan ICEC adalah International Clean Energy Consortium. Judul makalahny makalahnyaadalah aadalah “Energy Status Quo and Technology towards Clean Energy”, Chengdu, China, September 28, 2010.4 ISEO memberikan World Energy Scenario 2000 2000-2050 2050 yang menunjukkan Permintaan Energi Dunia (dengan pertumbuhan 2% per tahun) dan dipasok oleh Energi Terbarukan Terbaru (dengan pertumbuhan 5,2% per tahun) pada 2050.
11
12
Tekonologi maju pesat sekali apalagi setelah ditemukannya Internet. Pada waktu penulis mengambil pelajaran Komputer di ITB pada pertengahan tahun 70 an Pusat Komputer ITB memerlukan ruangan sekitar 50 meter persegi. Pada saat ini kemampuan Komputer tersebut bisa digantikan Komputer Meja. Lampu 100 Watt tahun 70 an setara dengan lampu 10 Watt saat ini. Mobil Jaman Elvis memakai 1 liter untuk menempuh jarak 5 KM dan Juli 2010 mobil ITS (walaupun kecil) dapat menempuh 236,6 KM di Sirkuit Internasional Sepang, Malaysia. Pemakaian energi akan jauh lebih hemat di masa depan. INFORSE menskenariokan Pemakaian Energi pada 2050 di Uni Eropa adalah 2/7 Pemakaian pada 2000. INFORSE (International Network for Sustainable Energy) sebuah NGO (Non Government Organization) membuat European Vision 2050 meliputi Visi Pasokan dan Permintaan Energi untuk 27 Negara Uni Eropa yang 100% memakai Energi Terbarukan (Solar PV, Solar heat, Windpower, Biogas, Biofuel, Energy Forest, Solid Biomass, Geothermal, Hydro) menghilangkan Pasokan Energi Fosil (Minyak, Gas dan Batubara) dan Nuklir serta menghilangkan emisi gas rumah kaca pada 2050 dengan mengurangi emisi gas rumah kaca 40% pada 2020 dan 70% pada 2030 dibandingkan kondisi 1990. Mereka menganjurkan penggunaan Peralatan Hemat Energi, Rumah Mandiri Energi dan Transportasi yang Efisien. www.energiasostenible.org/upload/Vision2050-EU27-Jun2010.pdf World Model diatas adalah model dari kajian tertentu. Perlu disadari bahwa model bukanlah keadaan sebenarnya tetapi model adalah pandangan seseorang atau kelompok atas keadaan sebenarnya yang bisa cocok atau tidak dengannya. Sebagai contoh pada waktu pacaran seorang pacar terlihat tanpa cacat dan seseorang marah kalau ada yang menyebutkan kekurangan pacarnya, tetapi banyak orang bercerai sesudah menikah. Masa depan adalah hasil dari perbuatan kita masa kini. Sebaiknya kita tidak meramal masa depan dengan anggapan-anggapan keadaan-keadaan yang sama dengan yang berlaku saat ini. Teknologi berkembang pesat sekali apalagi dengan internet sehingga informasi terbuka lebar untuk inovasi. Sesuatu yang seperti tidak mungkin saat ini bisa terjadi di masa depan. Energi terbarukan yang lebih mahal saat ini bisa murah di masa depan. Pada waktu komik Flash Gordon diterbitkan kebanyakan orang tidak berpikir untuk bisa menginjakkan kakinya di Bulan. Handphone pada waktu pertama kali terbit hanya orang kaya yang bisa memiliki, sekarang banyak pembantu rumah tangga yang memiliki handphone lebih dari satu. Buku The Limits to Growth yang dibuat oleh Club of Rome (1972) meramalkan bahwa Dunia akan sangat menderita (Doomsday) karena kelangkaan sumber daya alam di tahun 2000 kalau kita tidak berbuat sesuatu (business as usual).5 Kenyataannya kita melewatinya dengan selamat. Memang sumber daya alam terbatas tetapi kemampuan otak manusia adalah luar biasa apabila diridhoi oleh Yang Maha Pencipta (Tak Terbatas). Kalau kita berusaha keras untuk menghemat energi dan menggunakan energi terbarukan maka konsumsi energi terbarukan akan rendah dan porsi energi terbarukan akan dominan sehingga kita menggunakan energi tak terbarukan untuk mengisi 13
kekurangannya. Konsumsi energi rendah disamping menghemat biaya juga menyebabkan polusi rendah. Perlu usaha keras pula untuk menguasai teknologi penghematan energi dan teknologi energi baik terbarukan maupun tak terbarukan. Banyak negara yang mengambil keuntungan dengan mengusahakan energi di luar negeri disamping sebagian hasilnya diimpor untuk digunakan di dalam negeri. Told G. Buchholz dalam bukunya "New Ideas From Dead Economists" mengatakan bahwa ekonomi adalah ilmu memilih. Dia bukan memberitahu kita apa yang dipilih, tetapi menolong kita mengerti konsekuensi-konsekuensi dari pilihan-pilihan kita. Perlu disadari bahwa manusia harus membuat pilihan-pilihan yang sulit. Kita tidak tinggal di surga, dimana susu dan madu mengalir. Dunia penuh keterbatasan, sehingga kita tidak dapat mendapatkan semua sekaligus. Sedangkan politik adalah proses yang menentukan pandangan-pandangan (values) siapa yang akan berlaku di masyarakat. Sehingga, politik adalah proses untuk menentukan pilihan kita. Akibatnya ekonomi sangat dekat dengan politik.2 Kesalahan Keputusan Politik diakibatkan oleh dua hal yaitu apabila Politisinya: 1. Tidak memahami permasalahan, 2. Mempunyai kepentingan pribadi atau kelompok. Kesimpulan dan Rekomendasi Model bukanlah keadaan sebenarnya tetapi model adalah pandangan seseorang atau kelompok atas keadaan sebenarnya yang bisa cocok atau tidak dengannya. Masa depan adalah hasil dari perbuatan kita masa kini. Sebaiknya kita tidak meramal masa depan dengan anggapan-anggapan keadaan yang sama dengan yang berlaku saat ini. Teknologi berkembang pesat sekali apalagi dengan internet sehingga informasi terbuka lebar untuk inovasi. Sesuatu yang seperti tidak mungkin saat ini bisa terjadi di masa depan. Memang sumber daya alam terbatas tetapi kemampuan otak manusia adalah luar biasa apabila diridhoi oleh Yang Maha Pencipta (Tak Terbatas). Kalau ingin pembangunannya berlanjut secara optimal maka Indonesia perlu memaksimalkan penghematan energi dan penggunaan energi terbarukan sedangkan kekurangannya diisi oleh energi tak terbarukan yang diproses supaya ramah lingkungan. Konsumsi energi rendah disamping menghemat biaya juga menyebabkan polusi rendah. Perlu usaha keras pula untuk menguasai teknologi penghematan energi dan teknologi energi baik terbarukan maupun tak terbarukan. Disamping memproduksikan dan memanfaatkan energi secara optimal di dalam negeri maka Indonesia perlu mengusahakan energi di luar negeri karena disamping memperoleh keuntungan sebagian hasilnya diimpor untuk digunakan di dalam negeri. Kebijakan (Harga, Insentif, Peraturan,Institusi, Infrastruktur, Pendidikan, Penelitian, Pelatihan, Sosialisasi, Pemerataan, Perlindungan dan lain-lain), Perencanaan dan Pelaksanaan (terutama Koordinasi) yang mendukung diperlukan untuk mencapainya. Negara yang baik membutuhkan Adilnya Pemimpin, Amalnya Pengusaha, Ilmu (Kebenaran) nya Ulama (Akademisi) serta Kesabaran dan Kerja Keras Masyarakat Kebanyakan.7 Dana lebih dari 100 trilyun tersebut bisa dipakai untuk mengembangkan infrasruktur, meningkatkan kuantitas dan kualitas transportasi umum, memperbaiki informasi wilayah kerja migas yang ditawarkan (sehingga lebih laku), mengembangkan energi terbarukan
14
dan perdesaan (membuat orang betah di desa) dan meningkatkan kemampuan nasional baik di energi maupun di industri-industri lain. Apabila ditambah dengan meminimalkan KKN, mengoptimalkan Penerimaan Pemerintah, mengoptimalkan Pengeluaran APBN, meningkatkan kualitas Birokrasi dan Regulasi dan menggalakkan Penghematan Energi (Konservasi) maka Indonesia pasti menjadi Negara yang Hebat. Waktu Diskusi IATMI (Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia) 30 November 2010 di Kempinsky, Dr. Trijana Kartoatmodjo (Pernah Waka BP. Migas) menganjurkan IATMI merubah mind set dari pandangan bahwa kita kaya minyak ke sudah tidak kaya minyak (Cadangan terbukti Minyak kita hanya 4,4 Milyar Barel yang hanya 0,4% cadangan dunia, kalah oleh Malaysia 5,4 MB) sehingga IATMI tidak tidur tetapi bekerja keras untuk mengembalikan kita ke produksi diatas 1 juta barel per hari lagi. Cadangan terbukti Gas kita 106 TCF atau 1,7% cadangan dunia. Jadi ingat Teman, Orang Jepang, yang bilang bahwa Jepang adalah negara yang miskin (sumber daya alam atau sda) dan akibatnya mereka bekerja keras sehingga kaya dan bisa membeli sda dari luar negeri termasuk dari Indonesia. Indonesia adalah negara kaya sda, tetapi Indonesia miskin dibandingkan Jepang. Dia bilang: "Your country is not poor; it is only poorly managed”. Harga bensin di Indonesia Pertamax USD 0,6/l dan Premium USD 0,45/l (disubsidi) dengan kurs Rp 10.000/USD (Cadangan 4,4 MB), Brasil USD 1,41/l (Cadangan 12,6 MB), India USD 1/l (Cadangan 5,6 MB), Cina USD 0,95/l (Cadangan 16 MB). Orang miskin kalau boros, dengan memakai barang mahal seperti BBM (yang disubsidi) padahal mempunyai banyak energi yang lebih murah, pasti hidupnya susah. Orang kaya kalau sederhana seperti Warren Buffet pasti hidupnya senang, apalagi dia bisa membuat senang banyak orang lain dengan sumbangannya. Daftar Pustaka 1. BP, BP Statistical Review of World Energy, London, 2010. 2. Buchlolz, T.G., New Ideas form Dead Economists, London: Penguin Books, 1989. 3. Economics and Development Resource Center, Guidelines for the Economic Analysis of Project, ADB (Asian Development Bank), Manila, 1997. 4. Gustav R. Grob, Energy Status Quo and Technology towards Clean Energy, Chengdu, China, September 28, 2010. 5. Meadows, D. H. et all, The Limits to Growth, Chelsea Green Publishing, Vermont, 1972. 6. Partowidagdo, W, Migas dan Energi di Indonesia, Permasalahan dan Analisis Kebijakan, Development Studies Fondation, Bandung, 2009. 7. Partowidagdo, W., Mengenal Pembangunan dan Analisis Kebijakan, Bandung, Development Studies Foundation, 2010. 8. Petronas, Profitability Based Revenue-over-Cost (R/C) PSC, Manila, Philippines, 14 – 19 March 2005. 9. The Goldman Sachs Group, Inc., 125 Projects to Change The World, New York, 2006.
15