METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM MEMBINA AKHLAK ANAK YATIM DI PONDOK PESANTREN DARUUT TAUHIID SERUA INDAH CIPUTAT TANGERANG SELATAN Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh: Winda Sari NIM: 1111052000010
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436H/2015M
ABSTRAK Winda Sari, NIM 1111052000010, Metode Bimbingan Agama Dalam Membina Akhlak Anak Yatim di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Serua Indah Ciputat Tanggerang Selatan, di bawah bimbingan Drs. Sugiharto, MA Akhlak menempati posisi yang penting dalam ajaran Islam. Oleh karena itu, seorang muslim mempunyai kewajiban untuk membina akhlak sesuai dengan ajaran Islam yang di contohkan oleh Rasulullah. Orang tua bertanggung jawab untuk mewujudkan hal itu dengan memberikan pendidikan yang sesuai dengan masa perkembangannya sehingga mereka siap dan mampu memunaikan tugasnya sebagai hamba Allah dan Khalifah di muka bumi ini. Akan tetapi kematian salah seorang atau kedua orang tua, akan memberikan dampak tertentu terhadap hidup kejiwaan anak. Islam mengajarkan pemeluknya agar peduli terhadap fenomena seperti ini. Dalam melakukan usaha ini, agama Islam tidak menganjurkan kepada perorang saja, tetapi juga kepada organisasi social kemasyarakatan, pondok pesantren seperti yang dilakukan oleh pondok pesantren Daarut Tauhiid. Oleh maka itu, saya memilih judul metode bimbingan Agama dalam membina akhlak anak yatim di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan bimbingan Agama dalam membina akhlak anak yatim di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Serua Indah,Ciputat Tangerang Selatan, untuk mengetahui metode apa saja yang digunakan dalam Bimbingan Agama di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Serua Indah,Ciputat Tangerang Selatan dan Untuk mengetahui apa yang menjadi hambatan dan bagaimana solusinya dalam membina akhlak di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data diperoleh dengan cara observasi, wawancara dan kepustakaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka penulis akan menjelaskan secara singkat hasil penelitian tersebut. Pelaksanaan membina akhlak terhadap anak yatim di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid merupakan upaya membentuk anak yatim agar memiliki akhlakul karimah yang dilakukan dengan beberapa bidang program diantaranya bidang pendidikan formal, keterampilan dan kerohanian (bimbingan Agama). Metode bimbingan Agama yang digunakan di pondok pesantren dilakukan dengan dua metode yaitu metode individual dan metode kelompok. Bimbingan Agama melalui metode individual dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara dan bil haal. Sedangkan bimbingan Agama melalui metode kelompok dilakukan dengan menggunakan teknik ceramah, dialog atau Tanya jawab.
Kata Kunci
: Bimbingan Agama, Akhlak, Anak Yatim, Pondok Pesantren Daarut Tauhiid
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh .واللصالة والسالم علي سيدنا محمد سيد المرسلين وعلي اله و صحبه اخمعين.الحمد هللا رب العالمين Alhamdulillahhi robbil a’lamin,Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan Nikmat kepada kita semua baik Nikmat Iman maupun Nikmat Islam sehingga kita senantiasa diberikan perlindungan oleh Allah untuk selalu beraktifitas. Shalawat dan salam semoga selalu tetap tercurah limpahkan kepada junjungan alam Baginda Rasulullah SAW karena berkatnyalah kita semua dapat menjalani kehidupan yang lebih baik dalam dunia yang sangat penuh dengan ilmu pengetahuan. Kepada keluarganya, para sahabatnya. Tabi’ tabiin, dan kepada kita semua selaku umatnya yang semoga mendapatkan syafaatnya di yaumul qiyyamah nanti. Alhamdulillah, penulis telah dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Metode Bimbingan Agama Dalam Membina Akhlak Anak Yatim di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Serua Indah Ciputat Tangerang Selatan”. Penulis sadar, bahwa tanpa bantu dan motivasi serta bimbingan dari pihak, sulit kiranya penulis menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi tugas persyaratan akademik guna mencapai gelar Sarjana Komunikasi Islam Program Strata Satu (S1) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ii
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada Ibuhanda dan Ayahanda yang telah membesarkan penulis dan senantiasa mencurahkan kasih sayang dan do’a yang tiada henti kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan rasa terimakasih dan apresiasi yang tinggi atas semua bantuan dan jasa yang diberikan dalam penyelesaian skripsi ini terutama beberapa pihak, di antaranya: 1. Dr. Arif Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Wakil Dekan Bidang Akademik, Suparto, M.Ed. Ph.D., Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Drs. Jumroni, M.Si., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Dr. H. Sunandar Ibdu Nur, MA. 2. Drs. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. 3. Drs. Sugiharto MA, Selaku Sekertaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Dosen Pembimbing Skripsi yang telah membimbing dengan penuh bijaksana mengarahkan dan memberikan masukan serta saran diselasela kesibukan beliau besedia membimbing dengan penuh keikhlasan dan memberikan pengertian yang sangat besar kepada penulis. 4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berjasa mendidik dan memeberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan.
iii
5. Segenap Pengurus Pondok Pesanteren Darut Tauhid yang telah meluangkan waktu dan mengizinkan penulis untuk melakukan studi kasus yang merupakan objek penelitian pada skripsi ini. 6. kakanda tercinta Herwandi, Nilawati, Darwis, Marlaini, Makmur, Syahrial dan Syahril yang senantiasa memberikan semangat dan motivasi kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi. 7. Temen-teman Bimbingan dan Penyuluhan Islam angkatan 2011 yang selama masa perkuliahan bersama-sama penulis berjuang dalam menuntut ilmu. 8. Untuk Siti Lidya Rahmi, Irma Fatwa Oktafianti, Lina Safitri, Nur Hasanah, Muzayyanah, Adi Ikhwadi dan Sadam Husen yang selama ini berjuang bersama penulis dan turut memberikan motivasi serta inspirasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Harapan penulis, semoga amal kebaikannya mendapatkan pahala dari Allah SWT, dan semoga kesuksesan dan ridho Allah selalu mengiringi langkah kita semua, Aamiin. Jakarta,
Jumadil Akhir 1436H Maret 2015M
Winda Sari
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK .............................................................................................................. i KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii DAFTAR ISI .......................................................................................................... v BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................... 5 1. Pembatasan Masalah .................................................................. 5 2. Perumusan Masalah .................................................................... 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 6 1. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6 2. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7 D. Metodelogi Penelitian ...................................................................... 7 E. Tinjauan Pustaka............................................................................. 10 F. Sistematika Penulisan .................................................................... 12
BAB II
LANDASAN TEORI A. Pengertian Metode ...................................................................... 14 B. Bimbingan Agama ....................................................................... 15 1. Pengertian Bimbingan Agama ............................................... 15 2. Fungsi dan tujuan Bimbingan Agama ................................... 19 a. Fungsi Bimbingan Agama ................................................ 19 b. Tujuan Bimbingan Agama ................................................ 20 3. Metode Bimbingan Agama .................................................... 21 4. Materi Bimbingan Agama ...................................................... 24 C. Akhlak ......................................................................................... 27 1. Pengertian Akhlak .................................................................. 27 2. Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak ............... 30 3. Macam-Macam Akhlak .......................................................... 33 D. Anak Yatim ................................................................................. 35 1. Pengertian Anak Yatim .......................................................... 35 2. Kondisi Psikis Anak Yatim .................................................... 36 3. Hak-hak anak yatim .............................................................. 37
v
BAB III
GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN DAARUT TAUHIID A. Sejarah berdirinya ......................................................................... 42 B. Visi dan Misi ................................................................................. 43 C. Tujuan .......................................................................................... 44 D. Kompetensi lulusan ....................................................................... 45 E. Fasilitas dan Sarana ....................................................................... 45 F. Ekstrakulikuler .............................................................................. 46 G. Prestasi santri tingkat SMA........................................................... 46
BAB IV HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN A. Deskripsi Informan........................................................................ 48 1. Infoman Pengurus Pondok Pesantren Daarut Tauhiiid .......... 48 2. Informan Anak Yatim di Pondok Pesantren Daarut Tauhiiid 49 B. Program Pelaksanaan Bimbingan Agama dalam Membina Akhlak Anak Yatim Di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid ...................... 51 C. Metode Bimbingan Agama dalam Membina Akhlak Anak Yatim di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid ................................................ 60 D. Hambatan dan Solusi dalam Membina Akhlak Anak Yatim Melalui Bimbingan Agama ........................................................................ 64 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................. 66 B. Saran .............................................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, ia senantiasa memerlukan bantuan orang lain, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam membantu memberikan pengetahuan guna menambah wawasan dan pemahaman dalam suatu ilmu. pada dasarnya manusia memiliki potensi-potensi dan keinginan-keinginan, manusia maju tahap demi tahap dalam pertumbuhan dan perkembangannya atas bantuan orang lain atau masyarakat.1 Setiap manusia yang diciptakan oleh Allah SWT diharapkan dapat menjalankan dan mengamalkan ajaran Agama Islam dalam kehidupannya sehari-hari sebagai manifestasi kepada Allah, hal ini sebagai mana dijelaskan di dalam Al-Qur’an Surat Adz-Dzariyat ayat 56:
“Dan aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan supaya mereka menyembahku”. (Adz-Dzariyat: 56)2 Untuk membentuk manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT, Disamping memiliki kemampuan dan keterampilan juga memiliki kemampuan
1
Sartono. Bimbingan dan Penyuluhan Islam. (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 1988),
h.9 2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an danTerjemanya, Toha Putra, Semarang, 1989, h. 862
2 mengembangkan diri bermasyarakat serta kemampuan untuk bertingkah laku berdasarkan norma-norma menurut ajaran Agama Islam.3 Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara terus menerus (continue), supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntunan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.4 Sedangkan keagamaan berasal dari kata “Agama” mendapat awalan “ke” dan akhiran “an” yang berarti sifat-sifat yang terdapat didalam agama, segala sesuatu mengenai agama.5 Bimbingan agama yang bersasaran pada upaya meningkatkan daya kemampuan daya tangkal yang bersumber dari kemantapan iman dan takwa kepada Tuhan saat ini dan yang akan datang, benar-benar sangat diperlukan karena semakin modern masyarakat, semakin besar tuntunan hidupnya, dan semakin kompleks pula kehidupan jiwanya, terutama nafsu keinginan mereka semakin besar dan semakin sulit untuk dikendalikan dengan kemampuan mental psikologis biasa tanpa dilandasi nilai agama.6 Dalam bimbingan agama terdapat pembimbing agama yang sangat berperan didalamnya. Pembimbing agama adalah seseorang yang memberikan bimbingan kepada terbimbing baik secara lisan ataupun perbuatan kepada jalan Allah sehingga tercapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.7
3
Arifi, HubunganTimbalBalikPendidikan Agama Islam Di sekolahdankeluarga, BulanBintang Jakarta, 1976. h.15 4 Andi Mapiare, Pengantar Bimbingan dan konseling di sekolah, (Surabaya : Usaha Nasional, 1984), h.127-128 5 Ensiklopedi Pendidikan Indonesia ,h. 20 6 Prof.H.M.Arifin,M.Es., bimbingan dan counseling, UT, 1992,hlm.152 7 M. Lutfi, .Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan Islam. (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008) h.158
3 Orang tua mempunyai peranan yang besar dalam tanggung jawab membina dan membimbing anak-ankanya, akan tetapi apabila salah satu dari orang tua mereka atau bahkan keduanya meninggal dunia yang menjadikannya yatim piatu, hal itu dapat berpengaruh terhadap perkembangan anak tersebut yang dampaknya kasih sayang, motivasi, bimbingan, arahan dan perhatian serta materi atau nafkah dari orang yang layaknya mereka atau seseoarang dapatkan. Menjadi yatim adalah suatu ketentuan atau suatu fakta yang tak mungkin dapat dihindari, namun bersikap positif terhadap anak-anak yatim dengan menyantuni serta memperhatikan nasib anak yatim merupakan suatu hal bijaksana yang dapat dilakukan orang-orang disekelilingnya. Anak yatim mendapat porsi perhatian yang sangat besar dari Islam. Islam menganjurkan untuk berbuat baik kepada anak-anak yatim dan melarang keras untuk berbuat zhalim kepada mereka.8 Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah: 220
“Tentang dunia dan akhirat. dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah: "Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, Maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang Mengadakan perbaikan. dan Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”(Al-Baqarah: 220).9 8
Jalaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta:Pustaka AlKaustar,2001), h.148 9 Departemen Agama RI, Al-Qur’an danTerjemanya, Toha Putra, Semarang, 1989, h. 53.
4 Agama Islam tidak hanya menganjurkan kepada perorangan saja, tetapi juga kepada lembaga atau organisasi. Pada saat ini organisasi sosial kemasyarakatan yang dilatar belakangi keagamaan tumbuh menjamur dalam berbagai bentuk, seperti Pondok Pesantren Daruut Tauhiid. Yayasan ini sangat berperan sebagai rumah persinggahan bagi anak-anak yatim dan juga terdapat proses pembinaan melalui bimbingan keagamaan, karena anak-anak yatim membutuhkan pembinaan dan arahan kepada pemahaman dan pengetahuan kepada hal yang positif. Nilai-nilai spritual yang dimaksudkan dalam Islam adalah ajaran agama yang berwujud perintah, larangan dan anjuran; yang kesemuanya berfungsi untuk membina kepribadian manusia dalam kaitanya sebagai hamba Allah serta anggota masyarakat.10 Para orang tua, kaum terdidik dan masyarakat keamanan seringkali di pusingkan oleh masalah yatim yang nakal. Dari keluarga kaya raya dan anakanak berpangkat, banyak ditemukan kasus-kasus kenakalan, misalnya penyalahgunaan obat bius, pemerkosaan, perampokan, perkelahian dan sebagainya. Masalahnya kembali kepada akhlak yatim itu sendiri. Yatim yang demikian nakalnya, adalah yatim yang tiada mengenal akhlak. Sebaiknya tidak sedikit pula yatim yang menyejukkan pandangan mata, karena kesopanan dan tingkah lakunya yang baik dan selalu berbuat kebaikan. Yatim demikian itu adalah yatim yang shaleh dan shaleha yang berakhlak indah dan mulia. Dari segi ini jelas pulalah betapa hikmahnya ilmu akhlak
10
H. A. Mustafa, Akhlak-Tasawuf, (Bandung: CV. PustakaSetia, 1997), h. 17
5 yang dapat menuntun para anak yatim menemukan dunianya, menyalurkan bakatnya kepada tindakan sublimatif dan konstruktif.11 Penulis melihat di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid, para pembimbing menerapkan metode dalam membina akhlak yang mana sebagian orang beranggapan bahwa membina akhlak itu hal yang mudah, tanpa dibina ketika dewasa akan berubah. orang yang beranggapan demikian biasanya akan segera bangga ketika melihat orang yang dibina berubah sebelum dewasa. Berdasarkan fenomena dan berpijak pada latar belakang masalah diatas, maka dilakukan penelitian terhadap masalah tersebut dan mendapatkan deskripsi yang dituangkan dalam Skripsi ini dengan judul “Metode Bimbingan Agama Dalam Membina Akhlak Anak Yatim Di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Serua indah, CiputatTangerang Selatan.” B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Penulis dalam hal ini akan membatasi masalah pada metode bimbingan agama yang bukan hanya sekedar menyampaikan ajaran agamaIslam tetapi juga mengidentifikasi masalah pada yatim dan yang lebih penting memfasilitasi anak yatim dengan memberikan tempat tinggal khusus seperti pesantren dan yayasan untuk lebih efektif dalam proses pembinaan
dalam penyadaran dan memberi informasi
dengan terus
berusaha mengajak untuk menyempurnakan agama islam serta melakukan upaya dalam membina akhlak.
11
H. HamzahYa’qub,Etika Islam, (Bandung : Diponegoro,1997), h. 29
6 2. Perumusan masalah Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimana pelaksanaan bimbinigan Agama dalam membina akhlak anak yatim di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Serua Indah Ciputat Tangerang Selatan b. Metode apa saja yang digunakan dalam Bimbingan Agama di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Serua Indah Ciputat Tangerang Selatan? c. Apa yang menjadi hambatan dan bagaimana solusinya dalam membina akhlak di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Serua Indah Ciputat Tangerang Selatan? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Bimbingan Agama dalam membina akhlak di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Serua Indah Ciputat Tangerang Selatan. b. Untuk mengetahui metode apa saja yang digunakan dalam Bimbingan Agama di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Serua Indah Ciputat Tangerang Selatan. c. Untuk mengetahui apa yang menjadi hambatan dan bagaimana solusinya dalam membina akhlak di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Serua Indah Ciputat Tangerang Selatan.
7 D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini dapat di lihat dari beberapa segi, yaitu: a. Ilmu pengetahuan, diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan baru pada mata kuliah Ilmu Dakwah, Akhlak Tasauf, Patologi Sosial, dan Bimbingan penyuluhan Islam. b. Akademis, di harapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yang dapat di jadikan bahan acuan dalam kegiatan pembinaan akhlak pada anak yatim bagi Universitas dan Jurusan khususnya pada jurusan BPI. c. Pondok Pesantren Daarut Tauhiid, di harapkan penelitian ini dapat memberikan masukan dan rancangan program-program atau kegiatan dengan tepat, efisien dan efektif hingga perbaikan kehidupan mereka dirasakan semakin membaik pada kegiatan pembinaan akhlak bagi yatim melalui metode bimbingan agama. Pembimbing agama dapat memberikan kesadaran kepada masyarakat untuk lebih meningkatkan metode serta dalam mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan pembinaan akhlak. E. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukis
8 keadaan subjek dan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak.12 Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Tailor seperti yang dikutip Lexy J Maleong yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.13 Dalam hal ini penulis melakukan observasi, wawancara, studi keperpustakaan dan dokumentasi. Data yang diperoleh akan analisa serta disajikan dalam suatu pandangan yang utuh, yang bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang di alami subjek penelitian. 2. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah satu orang Pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Serua Indah Ciputat dan dua orang pembimbing dan tiga Anak Yatim. b. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah Metode Bimbingan Agama Dalam Membina Akhlak Anak Yatim Di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid. 3. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini berlokasi di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Serua Indah, Ciputat. Adapun waktu pelaksanaan dalam penelitian yaitu pada bulan Januari 2015 sampai dengan Maret 2015.
12
SuharsimiArikunto, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, (Jakarta: PT. BinaAksara, 1989), Cet. Ke-6, h. 195 13 Lexy J Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002), Cet. Ke. 1, hal 3
9 4. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini meliputi : a. Dokumentasi, yaitu penulis mencari keterangan dan bacaan yang di butuhkan mengenai masalah terkait melalui sumber-sumber yang ada, juga menelaah dokumen dan arsip yang dimiliki yayasan. b. Observasi atau pengamatan langsung di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Serua Indah Ciputat guna menyelami dan memperoleh gambaran yang jelas tentang metode bimbingan agama dalam membina akhlak anak yatim diutamakan yatim yang bermukim), penulis ikut terjun langsung dalam proses tersebut bersama staf dewan guru. c. Wawancara langsung secara mendalam terhadap pihak yayasan tersebut yang terkait didalamnya jajaran staf dewan guru untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. 5. Teknik Analisis Data Analisis adalah satu proses mengorganisasikan dan mengurutkan data dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar. Dalam teknis analisa data yang penulis gunakan adalah analisis deskriptif, dimana semua data yang penulis peroleh dari hasil pengamatan dan wawancara, lebih dulu penulis kelompokkan sesuai dengan persoalan yang telah ditetapkan, lalu menganalisanya secara sistematis. Penulis juga menggunakan teori untuk dapat membahas masalah penelitian.
10 6. Teknik Penulisan Dalam penulisan skripsi ini penulis mengacu pada Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Desertasi Univesitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta cetakan kedua tahun 2007. Sedangkan penerjemahan ayat-ayat Al-Quran menggunakan sumber Al-Quran dan Terjemahnya yang di terbitkan oleh Departemen Agama RI. 7. Sumber Data Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek penelitian dimaksud. Seumber data ialah unsur utama yang dijadikan sasaran dalam penelitian untuk memperoleh data-data kongkret dan yang dapat memberikan informasi untuk memperoleh yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data, yaitu: a.
Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari nara sumber dalam bentuk wawancara dengan 1 orang pembimbing dan 3 orang terbimbing.
b.
Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui sumber-sumber tertulis yang terdapat dalam buku atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian.
F. Tinjauan Pustaka Setelah melakukan penelusuran skripsi pada Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis mengadakan tinjauan kepustakaan
11 terhadap beberapa skripsi yang memiliki kemiripan judul untuk menghindari bentuk plagiat, antara lain: 1. Fitriyani, program studi bimbingan dan penyuluhan Islam fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2008 dengan judul “Metode Bimbingan Islam dalam Pembinaan Akhlak Anak Yatim di Panti Asuhan Yakiin Larangan Tangerang”. Skripsi ini berisi stentang permasalahan bagaimana membina akhlak anak yatim dengan metode yang diterapkan di panti asuhanYakiin. 2. Husni Mubarok, program studi bimbingan dan penyuluhan islam fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2009 dengan judul “ Metode Bimbingan Dan Penyuluhan Dalam Menangani Siswa/I Bermasalah Di Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu Al- Madinah, Bogor”. Skripsi ini berisi tentang permasalahan siswa, masalah yang dibuat oleh seorang siswa/i biasanya direfleksikan lewat tingkah laku dan sikap yang kurang sopan, kasar, menentang, tidak suka melihat orang senang, serta membantah perintah tertentu, dan cenderung berbuat sesuatu sesuai kehendak hatinya. 3. Jaya Suteja, program studi bimbingan dan penyuluhan islam fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2009 dengan judul “Metode Bimbingan Kepribadian Islami Anak dalam Keluarga Studi Kasus Pada Keluarga Dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta”. Skripsi ini berisi tentang permasalahan bimbingan kepribadian Islami anak dalam keluarga
12 Dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. G. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis akan memberikan penjelasan dan gambaran kedalam beberapa bab, yaitu : BAB 1:
Pendahuluan. Dalam bab ini penulis menggambarkan beberapa hal yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan
masalah,
tujuan
penelitian,
manfaat
penelitian,
metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan. BAB II:
Tinjauan teoritis.Dalam bab ini penulis mamaparkan teori-teori mengenai metode bimbingan agama yang meliputi: pengertian, tujuan, fungsi, materi dan metode bimbingan Agama. Akhlak meliputi:
pengertian,
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pembentukan dan macam-macam akhlak. Anak yatim yang meliputi: pengertian, kondisi psikis dan hak-hak anak yatim. BAB III : Gambaran Umum Pondok Daarut Tauhiid. Dalam bab ini penulis akan memaparkan gambaran umum Pondok Pesantren Daarut Tauhiid kedalam beberapa aspek yang terdiri dari sejarah berdirinya, visi dan misinya, tujuan, kompetisi lulusan, ekstra kulikuler, fasilitas dan prasarana dan prestasi siswa tingkat SMA. BAB IV: Temuan dan analisis data. Dalam bab ini terdiri dari deskripsi dan analisis data Metode Bimbingan Agama dalam Membina Akhlak Anak Yatim yang terdiri dari deskripsi informan, Program dalam Pembinaan Akhlak Anak Yatim Di Pondok Pesantren Daarut
13 Tauhiid dan Metode Bimbingan Agama Dalam Membina Akhlak Anak Yatim di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid BAB V:
Penutup. Pada bab ini yaitu bab terakhir yang meliputi kesimpulan dan saran.
14
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Metode Secara etimologi metode berasal dari bahasa yunani, yang terdiri-dari penggalan kata “meta” yang berarti “melalui “ dan “hodos”berarti”jalan”. Bila digabungkan maka metode bisa diartikan “jalan yang harus dilalui”. Dalam pengertian yang lebih luas, metode bisa pula diartikan sebagai “segala sesuatu atau cara yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan”.1 Dan menurut “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, metode ialah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan apa yang dikehendaki. Dan juga merupakan cara kerja yang konsisten untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegian guna mencapai tujuan yang direncanakan.2 Sedangkan menurut “Kamus Manajemen” metode ialah suatu cara pelaksanaan pekerjaan.3 Selain kata metode ada pula kata “teknis” dan “ pendekatan”, keduanya difahami sebagai cara-cara ilmiah yang dipakai sebagai peralatan (instrument) dalam melakukan pekerjaan yang sifatnya lebih difokuskan kepada subyek atau obyek yang dijadikan sasaran pelayanan.
1
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h.120 2 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Blai Pustaka, 1988), Cet. Ke-1, Edisi ke tiga, h. 740 3 B.N Marbun, Kamus Manajemen, (Jakarta: Pusat Sinar Harapan, 2005), h.173
15
Sesungguhnya antara metode dan teknis secara substansial memiliki
pengertian
yang
sama.
Perbedaan
adalah
pada
sisi
fungsionalisasinya, yaitu unsur- unsur dan penggunaan metode bersifat toritis dan lebih luas sebagai bagian dari upaya ilmiah. Sedangkan teknik atau pendekatan lebih bersifat teknis dan sesuatu yang bersifat empiris serta spesifik yang terjadi pada penerapan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Teknik bisa pula peralatan fisik, seperti alat peraga, peralatan administrasi, sarana dan prasarana, serta non fisik seperti taktik dan strategi tertentu yang hanya memiliki seseorang berdasarkan pengalamannya
atau improvisasinya
pada saat
menghadapi
atau
melakukukan pekerjaannya. Dengan kata lain, bisa jadi teknik atau pendekatan yang digunakan karena dipengaruhi oleh situasi dan kondisi yang ditemukan pada saat melakukan pekerjaan.4 B. Bimbingan Agama 1. Pengertian Bimbingan Agama Secara etimologi kata bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “Guidance” yang berasal dari kata kerja “to guide” yang berarti “menunjukkan”. Sedangkan pengertian harfiahnya bimbingan adalah menunjukkan, memberi jalan atau menuntun orang lain, karena tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya dimasa kini dan masa mendatang.5 Dalam kamus Bimbingan dan Konseling, Bimbingan adalah proses bantuan dan pertolongan. Bimbingan adalah bantuan yang ditujukan untuk 4 5
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, h.121 Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : Ciputat Pres, 2002), Cet. Ke-1, h. 3
16
membantu individu dalam memahami diri (bakat, minat, kemauan) dan lingkungan
agar
mampu
membuat
keputusan
sehingga
tercapai
perkembangannya secara maksimal untuk kepentingan dirinya dan masyarakat. Kata bimbingan mengandung pengertian : menolong, membantu, menunjukkan jalan, memimpin, memberikan nasehat, dan memberikan pengarahan.6 Para ahli memberikan pengertian yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan masing-masing. Untuk mendapatkan pengertian yang jelas, dibawah ini penulis mengutip beberapa definisi dari para tokoh antara lain sebagai berikut : a. Auntur Rahim Fahmi, Bimbingan Agama adalah proses pemberian bantuan terhadap individu atau kelompok agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.7 b. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan adalah suatu pemberian bantuan yang terus - menerus, sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah
yang
dihadapinya,
agar
tercapai
kemampuan
untuk
memahami diri sendiri (self understanding), kemampuan untuk menerina
diri
sendiri
(self
acceptance),
kemampuan
untuk
merealisasikan diri sendiri (self realization), sesuai dengan potensi
6 7
Tantawy R, Kamus Bimbingan dan Konseling (Jakarta : PT. Pamator, 1997) h. 13 M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan Islam, h. 7.
17
atau
kemampuan
dalam
mencapai
penyesuaiaan
diri
dengan
lingkungannya, baik lingkungan keluarga maupun masyarakat.8 c. Arthur J. Jones yang dikutip oleh Dewa ketut Sukardi bahwa : “Bimbingan adalah bantuan yang diberikan seseorang kepada orang lain dalam menetapkan pilihan dan penyesuaian diri serta dalam memecahkan masalah-masalah, bimbingan diarahkan untuk membantu penerimaan secara bebas dan mampu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri”.9 d. Sedangkan dalam konsep Islam bimbingan adalah “Proses Pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga mencapai kebahagiaan hidup didunia dan diakhirat”.10 Kata “agama” dalam Bahasa Indonesia berarti sama dengan kata Din dalam Bahasa Arab semit, atau dalam bahasa-bahasa Eropa sama dengan bahasa Religion (Inggris), Ia Religion (Prancis), De Religie (Belanda), De Religian (Jerman), secara bahasa, perkataan “agama” berasal dari Bahasa Sansekerta tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turunmenurun. Adapun kata Din mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang balasan, atau kebiasaan.11
8
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), Cet. Ke -1, h. 7. 9 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), Cet. Ke-1, h. 8. 10 Thohari Musnawar, Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta : UII Press, 1992), h. 76. 11 Ensiklopedi Islam Penyusun Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam (Jakarta : Ichtiar Baru Van horve, 1997), Cet. Ke-4, h. 102.
18
Pada dasarnya agama mengandung pengertian tentang tingkah laku manusia, yang dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan, berupa getaran batin yang dapat mengatur dan mengarahkan tingkah laku tersebut kepada pola hubungan dengan masyarakat serta alam sekitarnya. Dari aspek inilah manusia dengan tingkah lakunya itu merupakan perwujudan dari pola hidup yang membudaya dalam batinnya. Dimana nilai-nilai keagamaan telah membentuknya menjadi rujukan (referensi) dari sikap orientasi hidup sehari-hari. Para ulama sebagai pewaris para Nabi (Waratsat Al-anbiya) bertugas menjadi mu‟allim (guru) dan muhazzdib (pendidik) atau sebagai mubassyir dan nadhir (penghibur dan petunjuk jalan) sebagaimana halnya fungsi dan tujuan Nabi Muhammad SAW yang diutus menjadi Mu‟allim (guru) dan pendidik akhlak al-karimah sebagaimana sabda beliau :12 ُ إًٌِ َوا بُ ِع ْث ُ َت الُتَون َه َكا َر َم ْاالَ ْخال ق Artinya : “Saya diutus untuk memyempurnakan akhlak yang mulia”. Jadi dapat kita ketahui bahwa bimbingan agama adalah proses bimbingan yang diarahkan kepada agama, baik tujuan materi ataupun metode yang diterapkan. Bimbingan tersebut berupa pertolongan dibidang mental spiritual, yang bertujuan agar dapat mengembangkan potensi fitrah yang dibawa sejak lahir secara optimal dengan rasa menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur‟an dan hadits Rasulullah dalam
12
H. M Umar, Tartono, Bimbingan dan Penyuluhan (Bandung : PT. Pustaka Setia, 1998) Cet. Ke-1, h. 77.
19
dirinya, sehingga ia hidup sesuai dengan apa yang dianjurkan Allah dan Rasulullah. Dengan berkembangnya fitrah beragama tiap individu secara optimal, maka akan dapat menciptakan hubungan dengan Allah SWT, dengan manusia, dengan alam sekitar dan lainnya sebagai manifestasi dari perannya sebagai khalifah Allah dibumi yang sekaligus juga berfungsi sebagai penyembah pengabdi kepada Allah SWT. 13 Dengan demikian, maka Nabi Muhammad SAW menduduki fungsi sebagai counselor agung di tengah umatnya, yang di teladani oleh para sahabatnya dan para ulama sepanjang zaman. Fenomena yang seperti inilah peran serta para ulama‟ sangat dibutuhkan sebagai orang yang memahami agama Islam secara mendalam, dan yang akan membimbing manusia ke jalan yang diridhai Allah SWT. 2. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Agama a.
Fungsi Bimbingan Agama 14 Menurut Dewa Ketut Sukardi, bila ditinjau dari sifatnya, layanan bimbingan dapat berfungsi sebagai : 1) Fungsi preventif yaitu layanan bimbingan ini dapat berfungsi sebagai pencegahan, artinya merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah.
13 14
Ibid., h. 79 Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, h. 26-27.
20
2) Fungsi
Pemahaman
yaitu
fungsi
bimbingan
yang
akan
menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu. 3) Fungsi perbaikan yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan terpecahnya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami individu (terbimbing). 4) Fungsi pemeliharaan dan pengembangan yaitu fungsi ini berarti bahwa layanan bimbingan ini dapat membantu para individu dalam memelihara dan mengembangkan pribadinya secara menyeluruh, mantap, terarah dan berkelanjutan. b. Tujuan Bimbingan Agama15 Tujuan Bimbingan menurut Ainu Rahim Faqih dalam bukunya Bimbingan dan konseling Islam dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan khusus, sebagai berikut : 1) Tujuan Umum Membantu individu guna mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat kelak. 2) Tujuan Khusus a) Membantu
individu
agar
tidak
menghadapi
masalah,
maksudnya pembimbing berusaha membantu mencegah jangan sampai individu menghadapi atau menemui masalah. Dengan 15
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta : UII Press, 2001), h. 36.
21
kata lain membantu individu mencegahnya timbul masalah bagi dirinya sendiri. b) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi. c) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau telah lebih agar tetap baik atau menjadi lebih baik. 3. Metode Bimbingan Agama Pengertian harfiah, metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
16
Metode berasal dari kata “meta” yang
berarti melalui dan “hodos” berarti jalan. Namun pengertian hakikat dari “metode” tersebut adalah segala sarana yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, baik sarana tersebut bersifat fisik seperti alat peraga, alat administrasi yang menunjang pelaksanaan kegiatan, bahkan pembimbing juga termasuk metode media. Dalam penerapannya bimbingan memiliki beberapa metode, metode lazim diartikan dengan cara mendekati masalah sehingga memeperoeh hasil yang memuaskan. Pada penulis ini metode bimbingan agama dilihat sebagai proses komunikasi, karena didalamnya suatu interaksi antara pembimbing dengan klien dalam hal ini yaitu anak yatim. Dalam hal ini, metode bimbingan dapat diklasifikasian berdasarkan segi komunikasi. Metode tersebut terdiri dari metode 16
Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta : PT. Golden Terayon Press, 1998), Cet. Ke-6, h. 43
22
komunikasi langsung yang disampaikan (metode langsung) dan metode komunikasi tidak langsung. 17 a. Metode langsung (metode komunikasi langsung) adalah metode dimana pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan seorang yang dibimbingnya. Metode ini dapat dirinci lagi menjadi: 1) Metode individual Yaitu pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi langsung secara individual dengan pihak yang dibimbingnya. Hal ini dapat dilakukan dengan mempergunakan teknik: a) Percakapan pribadi Yakni pembimbing melakukan dialog langsung tatap muka dengan pihak yang dibimbing b) Kunjungan rumah Yakni pembimbing mengadakan dialog dnegan kliennya tapi dilaksanakan di rumah klien sekaligus untuk mengamati rumah klien dan lingkungannya. c) Kunjungan dan observasi kerja Yakni pembimbing atau konseling
jabatan
melakukan
percakapan individual sekaligus mengamati kerja klien dan lingkungannya. 2) Metode kelompok
17
Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta : PT. Golden Terayon Press, 1998), Cet. Ke-6, h. 02.
23
Yaitu pebimbing melakukan komunikasi langsung dengan klien dalam kelompok. Hal ini dapat dijadikan dengan beberapa teknik: a) Diskusi kelompok Yani pembimbing melaksanakan pembimbing dengan cara mengadakan diskusi dengan cara mengadakan diskusi dengan kelompok klien yang mempunyai masalah yang sama b) Karya wisata Yakni bimbingan kelompok yang dilakukan langsung dengan memperggunakan ajang karya wisata sebagai forumnya. c) Sosiodrama Yakni bimbingan kelompok yang dilakukan dengan cara bermain peran untu memecahkan atau mencegah timbul masalah secara sosiologis. d) Psikodrama Yakni bimbingan kelompok yang dilakukan dengan cara bermain peran untuk memecahkan atau mencegah timbulnya masalah psikologi. e) Group teaching Pemberian bimbingan kelompok dengan memberikan materi bimbingan kelompok tertentu (ceramah) kepada kelompok yang telah disiapkan. b. Metode tidak langsung (metode komunikasi tidak langsung) adalah metode bimbingan yang dilakukan melalui media komunikasi masa.
24
Hal ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok, bahkan masal. 1) Metode individual a) Melalui surat menyurat b) Melalui telepon dan sebagainya 2) Metode kelompok a) Melalui papan bimbingan b) Melalui surat kabar atau majalah c) Melalui brosur d) Melalui radio e) Melalui televisi 4. Materi Bimbingan Agama Bimbingan agama merupakan salah satu bidang terpenting seseorang di dalam menjalani kehidupannya baik itu yang sifatnya ke imanan dan juga kehidupan sehari-hari. Yang mana memiliki materi sebagai berikut : a. Aqidah : ialah iman atau keyakinan, kepercayaan, sumbernya adalah al-Quran. Hakekatnya iman sebagaimana yang di tuangkan oleh seorang laki-laki dan ternyata malaikat Jibril yang menanyakan : apakah iman itu? Nabi menjawab : َ قَا َل اَ ْى تُ ْؤ ِهيَ بِاهللِ َو َهالَ ئِ َكتِ َِ َو ُكتُبِ َِ َو َرسُىْ لِ َِ َواليَىْ ِم ْاالَ ِخ ِر َوتُ ْؤ ِهي.اى ِ …فَأ َ ْخبِرْ ًِى ع َِي ْا ِال ْي َو )(رواٍ هسلن... ٍِ بِ ْالقَ ْد ِر َخي ِْر ٍِ َو َش ِّر
25
… terangkanlah kepadaku tentang Iman? Rasulullah SAW menjawab : yaitu engkau beriman kepada Allah, kepada para malaikatnya, kitab-kitabnya, para Rasulnya, dan hari akhirnya, serta engkau beriman kepada baik dan jeleknya takdir … (HR. Muslim).18 Dengan demikian antara iman dan Islam adalah suatu kesatuan
Artinya :
yang saling terkait satu sama lain. Abdul A‟ala al Mauhudi mengatakan : hubungan antara iman dan islam laksana hubungan pohon dan akarnya, sebatang pohon tak akan tumbuh tanpa akar. Mustahil seorang yang tidak memiliki iman untuk memulai dirinya menjadi seorang muslim.19 Masalah aqidah merupakan hal yang fundamental. Aqidah sebagai motor penggerak bagi seorang muslim. Dengan kata lain bahwa kepercayaan harus menjadi keyakinan yang mutlak dan bulat, keyakinan yang mutlak kepada Allah dengan membenarkan dan mengakui wujud (eksistensi) Allah, sifat, hukum-hukum Allah, kekuasaannya, hidayah dan taufik Allah. Kepercayaan kepada Allah, termasuk kepercayaan kepada malaikat, rasul-rasulnya, kitabnya, hari kemudian dan takdir unsur tersebut dalam Islamologi disebut “Arkanul Islam”.20 Dan juga “Rukun Islam” yang mana di dalamnya mengungkapkan anatara lain : mengucapkan dua kalimat syahadat, mengerjakan shalat, membayar zakat, puasa dan juga haji. Bagi seorang muslim kedua rukun ini sudah menjadi kewajiban yang harus dijalankan dan diamalkan. Seorang
18
Salim Bahreisj, Riyadhus Shalihin, (Bandung : PT. Al-Ma‟arif, 1987), Cet. Ke-10, h.
19
Moh. Rifai, Aqidah Akhlak, (Semarang : CV. Wicaksana, 1994), Cet. Ke-2, h. 32 Ibid., h. 33
34. 20
26
muslim baru dapat dikatakan sempurna iman setelah melaksanakan kewajibannya dan hendaknya disertai dengan keikhlasan serta kejujuran, akhlak yang baik tanpa itu semua segala amal perbuatan seorang akan menjadi sia-sia dan tidak akan memperoleh pahala. b.
Ibadah Menurut bahasa ibadah berarti patuh, tunduk. Ubudiya artinya tunduk dan merendahkan diri. Menurut al-Azhari kata ibadah tidak dapat disebutkan kecuali untuk kepatuhan kepada Allah.21 Sebagaimana Hadits Rasullullah:
ى هللاِ َعلَ ْي َِ َو َسالَ ُم َ ِال َرسُىْ َل هللا َ َ فَق,هح َّو ُد أَ ْخبِرْ ًِى ع َِي ْا ِال ْسالَ ِم َ ال يَا َ َ… َوق َّ صل ,َ َوتُ ْؤتِ َى ال َّز َكاة,َصالَة َّ َوتُقِ ْي ُن ال,ِاَ ْى تَ ْشهَ ُد اَ ْى الَاِلََ اِالَّ هللاُ َواَ َّى ُه َح َّو ًد َرسُىْ ُل هللا ََُص َد ْقتَ فَغ َِج ْبٌَا ل َ : ال َ َ ق.ًَوتَصُىْ َم َر َهضاَىَ َوتُ ِح َّج ْالبَيْتَ اِ ِى ا ْستَطَعْتَ اِلَ ْي َِ َسبِ ْيال …ُص ِّدقُهُز َ يَ ْساَلَُُ َوي Artinya:
…Seraya berkata : Wahai Muhammad, terangkan kepadaku tentang Islam? Rasulullah SAW menjawab : Islam adalah hendaknya engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, memberikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan melakukan ibadah haji ke Baitullah jika memenuhi syaratnya, dia berkata : engkau benar? Kami keheranan karenanya, dia bertanya tetapi 22 membenarkannya ….. (HR. Muslim).
Dari beberapa keterangan yang dikutip Yusuf Al-Qadrawi menyimpulkan bahwa : ibadah yang di syariatkan oleh Islam itu harus memenuhi dua unsur :
21 22
34.
Ibn Manzur, Al-Ifrig Lisan Al-Arab, (Birut : Dar Sadir, 1994), Cet. Ke-2, h. 273 Salim Bahreisj, Riyadhus Shalihin, (Bandung : PT. Al-Ma‟arif, 1987), Cet. Ke-10, h.
27
1) Mengingat diri (Iltizam) dengan syariat Allah yang diserukan oleh para rasulnya meliputi perintah, larangan, penghalalan dan pengharaman sebagai perwujudan ketaatan kepada Allah. 2) Ketaatan itu harus tumbuh dari kesucian dari kecintaan hati kepada Allah, karena sesungguhnya dialah yang paling berhak.23 c.
Akhlak Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian.
C. Akhlak 1. Pengertian Akhlak Secara etimologi akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim masdar (bentuk intinitif) dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan timbangan (wazan) tsulasi majid af‟ala, yuf‟ilu, if‟alan yang berarti al-sajiyah (perangai), at-thabi‟ah (kelakuan, tabiaat, watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman) al-ma‟ruah (peradaban yang baik) dan ad-din (agama).24 Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam, sehingga setiap aspek dari ajatran agama ini selalu berorientasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia yaitu disebut al-akhlaq alkarimah. Hal ini tercantum antara lain dalam sabda Rasulullah SAW:
23
Yusuf Al-Qardawi, Al-Ibadah Fi al-Islam, (Beirut : Muasasah Al-risalah, 1997), Cet. Ke-6, h. 32-33 24 H. Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011) cet. ke-1, h. 01.
28
“Sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlak” (HR. Ahmad baihaqi dan malik). “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya” (HR. Tarmizi). 25 Secara istilaha (terminology) ada bebrapa definisi tentang akhlak di antaranya: a. Menurut Imam Ghazali dalam kitab “Ihya Ulumuddin” Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Amar Ma‟ruf dan Nahi Munkar (melakukan yang baik dan menjauhi larangan) yang diperintahkan Allah kepada manusia juga sebagai bentuk akhlak wajib seorang muslim.26 b. Dalam al-mu‟jam al-wasith disebutkan definisi akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbutan baik dan buruk tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.27 c. Menurut Dr. M. Abdullah Dirooz yang dikutip oleh Drs. H. A. Mustofa bahwa: “Akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak mana berkombinasi membawa kecendrungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (dalam hal akhlak yang jahat).28 Jika keadaan (hal) tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut pandangan akal dan syara‟ (hukum Islam) disebut 25
Ibid., h. 102 Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin “JIwa Agama”, (Melayu: Pustaka Bajray, 1978) cet. Ke-2, h. 454. 27 Anas Ibrahim, (Mesir: Daarul Ma;arif 1972) cet, Ke-2, h. 202. 28 Musthofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV, Pustaka, 1999) cet, Ke-2, h. 14. 26
29
akhlak yang baik, sedangkan jika perbuatan-perbuatan yang timbul itu tidak baik dinamakan akhlak yang buruk. Akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat di dalam jiwa, maka suatu perbuatan baru disebut akhlak kalau terpenuhi beberapa syarat. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Maidah ayat 8:
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orangorang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Maidah : 8)29 Akhlak menempati tempat yang sangat penting dalam Islam, sehingga setiap aspek dari ajaran agama ini selalu berorientasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia yang disebut dengan Al-Akhlak Al-Karimah. Di antara akhlak madzmumah itu adalah sebagai berikut : 1) Berbohong, adalah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak sesuai, tidak cocok dengan sebenarnya. Bohong itu ada 3 macam, yaitu: a) Bohong dengan perbuatan, 29
159.
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an danTerjemanya, Toha Putra, Semarang, 1989, h.
30
b) Bohong dengan lisan c) Bohong dengan hati. 2) Takabur (sombong), adalah merasa atau mengaku diri besar, tinggi mulia, dan melebihi orang lain. 3) Hasad (dengki), adalah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh orang lain dan berusaha untuk menghilangkan kenikamatan itu dari orang tersebut. 4) Bakhil (kikir), adalah orang yang sangat hemat dengan apa yang menjadi miliknya, tetapi hematnya dari apa yang dimilikinya itu untuk diberikan kepada orang lain. Dan masih banyak lagi sifatsifat madzmumah yang harus kita ketahui dan hindari. Dari beberapa definisi diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa akhlak merupakan kondisi atau sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang dan menjadi kepribadian, sehingga menimbulkan berbagai perbutan-perbuatan yang spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Apalagi dari kondisi tersebut menimbulkan kelakuan terpuji, maka menurut syariat dan akal pikiran hal itu dinamakan akhlak terpuji, sekalinya yang keluar kelakuan buruk maka hal itu dinamakan akhlak tercela. 2. Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak Untuk
menjelaskan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pembentukan akhlak pada khususnya dan pendidikan pada umumnya, ada
31
tiga aliran yang sudah sangat popular. Pertama, aliran Nativisme. Kedua, aliran Epirisme dan ketiga aliran konvergensi.30 Menurut aliran Netivisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang ialah faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecendrungan, bakat, akal dan lain-lain. Jika seorang sudah memiliki pembawaan atau kecendrungan kepada yang baik, maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi baik. selanjutnya menurut aliran empirisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan social, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak itu. Demikian jika sebaliknya,. Aliran ini tampak begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran.31 Sedangkan menurut aliran konvergensi berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal yaitu pembawaan si anak dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial. Fitrah dan kecendrungan kearah yang baik yang ada di dalam diri manusia dibina secara intensif melalui berbagai metode. 32 Aliran yang ketiga, yakni aliran konvergensi itu tampak sesuai dengan ajaran agama islam. Hal ini dapat dipahami dari ayat dibawah ini: 30
H. Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011) cet. ke-1, h. 166. Ibid. h. 167. 32 H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: BUmi Aksara, 1991), cet I, hlm. 113. 31
32
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur” (Qs. Al-Nahl, 16: 78)33 Rahmat Djatnika dalam bukunya sistematika Islam mengemukakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam berperilaku yaitu faktor yang berasal dari dalam dirinya: (1) instink dan akalnya, (2) adat, (3) kepercayaan, (4) keinginan-keinginan, (5) hawa nafsu, (6) hati nurani. Sedangkan faktor-faktor yang berasal dari luar dirinya meliputi: (1) keturunan, (2) lingkungan, (3) keluarga/rumah tangga, (4) sekolah, (5) pergaulan, (6) penguasa atau pemimpin.34 Faktor-faktor diatas mengandung menjadi satu turut membentuk dan mempengaruhi nilai-nilai akhlak yang dimiliki seseorang, mana yang lebih kuat, lebih banyak member corak pada mentalnya. Hal ini seperti yang dikatakan oleh JJ. Rosseu yang dikutip oleh Mujahiddin dalam bukunya bahwa “faktor dari dalam diri manusia termasuk pembinaan yang selalu membentuk akhlak bagi manusia, sedangkan faktor dari luar termasuk lingkungan alam dan lingkungan sosialnya adakalanya berpengaruh baik dan buruk. Ketika manusia lahir di lingkungan yang baik maka pengaruhnya terhadap pemebentukan
33
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an danTerjemanya, Toha Putra, Semarang, 1989, h.
34
Rahmat Djatmika, Sistem Etika Islam, (Jakarta: Punjimas, 1992) ce. ke-2, h. 27.
413.
33
akhlaknya juga baik dan ketika ia lahir di lingkungan yang kurang baik maka pengaruhnya akan menjadi tidak baik.35 3. Macam-Macam Akhlak Pada pokoknya akhlak terbagi menjadi dua macam yaitu: akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah. a. Akhlak Mahmudah Yang dimaksund dengan akhlak mahmudah adalah akhlak yang baik atau budi pekerti yang baik. menurut Hamza Ya‟qub akhlak mahmudah adalah segala tingkah laku yang terpuji (yang baik) yang bisa juga dinamakan “fadhillah” (kelebihan) atau keutamaan (Munjiyat), yang artinya kemenangan atau kejayaan.36 Al-Gahzali berpendapat bahwa, akhlak mahmudah yaitu suatu badan atau organism yang melekat pada diri seseorang manusia yang dapat menimbulkan perubahan baik.37 Akhlak mahmudah (akhlak mulia) dalam macam sikap dan tingkah laku yang baik (terpuji). Akhlak mahmudah amat banyak jumlahnya, namun dilihat Dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak mahmudah dibagi pada 4 bagian:38
35
Mujahidin, Konsep Dasar Pendidikan Akhlak, (Jakarta: Kalam Mulia, 2000), cet. Ke-1,
h. 22. 36
Hamzah Ya‟qub, Etika Islam, Pembinaan Akhlakul Karimah, (Bandung: CV Diponegoro, 1985), cet, ke-2, h. 95. 37 M Said dan Imam Gahzali, Tentang Filsafat Akhlak, (Bandung: Al-Ma‟arif, 1987) h. 25. 38 Ibid., h. 149-152.
34
1) Akhlak terhadap Allah SWT, yaitu akhlak yang diartikan sebagai sikap perubahan yang seluruhnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Tuhan sebagai khalik. 2) Akhlak terhadap diri sendiri, yakni akhlak yang diartikan sebagi wujud menghormati, menghargai, menyayangi dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya. 3) Akhlak terhadap sesama manusia, yaitu manusia adalah sebagai makhluk social yang kelanjutan eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak tergantung pada orang lain. Maka perlunya kerja sama, saling menolong dan saling menghargai satu sama lainnya. 4) Akhlak terhadap lingkungan, yaitu akhlak terhadap lingkungan berdasarkan pada al-Qur‟an, sesuai dengan tugas manusia di muka bumi sebagi khalifah. Kekhalifahan menurut adanya interaksi antara
manusia
dengan
sesamanya
dan
manusia
dengan
lingkungannya. Akhlak atau sifat-sifat mahmudah diantaranya: al-amanah (setia jujur, dapat dipercaya), as-sidqu (benar, jujur), al-adl (adil), al-afw (pemaaf), al-alifah (disenangi), al-wafa (menepati janji) dan sebagainya. b. Akhlak Madzmumah Sedangkan akhlak madzmumah (akhlak yang tercela) adalah segala macam sikap dan tingkah laku yang tercela. Akhlak madzmumah ini
35
harus kita ketahui dan kita jauhi, jika ingin memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Di antara akhlak madzmumah itu adalah sebagai berikut: 1) Bebohong, adalah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak sesuai, tidak cocok dengan sebenarnya. Bohong itu ada 3 macam yaitu: bohong dengan perbuatan, bohong dengan lisan dan bohong dengan hati. 2) Takabbur (sombong), yatitu merasa atau mengaku diri besar, tinggi mulia dan melebihi orang lain. 3) Hasad (dengki), yaitu rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diproleh orang lain dan berusaha untuk menghilangkan kenikmatan itu dari orang tersebut. 4) Nakhil (kikir), adalah orang yang sangat hemat dengan apa yang menjadi milikinya, tetapi hematnya demikian sangat dan sukar baginya mengurangi sebagian dari apa yang dimilikinya itu untuk diberikan kepada orang lain. Dan masih banyak lagi sifat-sifat madzmumah yang harus kita ketahui dan hindari. D. Anak Yatim 1. Pengertian Anak Yatim Kata „yatim‟ berasal dari kata bahasa Arab. Yatim dalam bentuk jamak „yatama‟ atau „aitam‟, berarti anak yang ditinggalkan mati bapaknya sebelum ia balig (dewasa), baik dalam keadaan kaya atau
36
miskin, berjenis kelamin laki-laki atau perempuan, beragama Islam maupun non-Muslim.39 Bagaimana dengan anak yang ditinggal mati ayah sekaligus ibunya? Istilah yang sekarang kita kenal adalah dengan menyebutnya dengan anak yatim piatu. Istilah ini hanya dikenal di Indonesia. Dibeberapa Negara lain hanya dikenal dengan istilah anak yatim. Penambahan kata „piatu‟ ini mungkin untuk menambah kesan penderitaan yang lebih dibandingkan dengan jika anak tersebut dalam kondisi yatim saja. Baik yatim, piatu atau yatim-piatu mengambarkan suatu kondisi yang sangat menyedihkan. Seorang anak yang belum beranjak remaja, telah ditinggal mati ayah sebagai tulang punggung keluarga; ibu yang memberikan curahan perhatian dan perlindungan; atau malah keduanya. Anak yatim adalah anak kecil yang telah ditinggal mati ayahnya, baik sejak dalam kandungan maupun ketika ia telah lahir dan berada pada tahap anak-anak. Jadi dalam diri anak yatim selalu melekat rasa ketergantungan penuh dengan ayahnya dan ibunya. Jika anak tersebut telah beranjak remaja (telah mengalami mimpi basah atau menstrubasi), maka predikat yatim akan berakhir dengan sendirinya.40 2. Kondisi Psikis Anak Yatim Mereka yang tidak beruntung secara ekonomi, akan dilimpahkan ke keluarga yang mau memungutnya atau malah ke panti asuhan. Hal ini juga tidak mudah dilalui oleh anak yatim. Dalam kondisi terguncang, hidupnya 39
Nurul Chomaria, Cara Kita Mencintai Anak Yatim, (Solo: Aqwam, 2014), cet. Ke-1, h.
40
Ibid, 47.
13.
37
harus berpindah dengan orang lain serta lingkungan yang tidak dikenal sebelumnya. Perasaan lekat terhadap orang tua dan keluarga yang seharusnya masih membutuhkan pemenuhan, harus terampas dan terpenggal. Akhirnya, mereka merasa harus menghadapi segalanya sendiri (tidak ada yang menolong) dan akhirnya memunculkan prasaan tidak berbahaya. Perasaan ini akan tergeneralisir ke semua aspek stimulus yang masuk terhadapnya. Alhasil mereka bertindak pasif dan memiliki daya juang yang rendah. Perilaku yang menimbulkan perasaan inferior anak yatim, yaitu: a. Predikat „anak yatim‟ b. Tanpa memelas c. Identik sebagai penerima bantuan d. Terkadang/sering menerima barang „layak pakai‟ e. Penguatan yang selalu „diulang-ulang‟ (prosesi baris ketika menerima bantuan dan pengucapan terima kasih bersama). 3. Hak-hak Anak Yatim Kita bisa membayangkan anak kecil yang teramat sedih karena kehilangan sang ayah yang memeberinya keceriaan. Kehilangan ayah bukan berarti sang ayah telah meninggal, tapi juga termasuk ayah yang tidak menghiraukan anak-anaknya. Begitu banyak anak-anak yang „kehilanga‟ ayahnya. Bagaimana kesepiannya perasaan sang anak. Bagaimana perasaan irinya terhadap teman-temannya begitu hangat ayahnya mendampingi ayahnya tidak, seperti dirinya. Anak-anak yatim
38
yang dipelihara oleh salah satu keluarga, atau yang tinggal dipanti mempunyai hak yang harus dipenuhi oleh kaum muslimin di sekitarnya. Hak-hak anak yatim,yatiu: a. Mendapatkan perlakuan yang baik Memperlakukan anak yatim dengan baik diprintahkan langsung oleh Allah dalam Surat Al-Baqarah: 83: …” “… “Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia.” (AlBaqarah: 83)41 Memperlakukan anak yatim merupakan investasi akhirat bagi yang memuliakannya. Anak menjadi yatim bukanlah suatu pilihannya. Allah-lah yang menetapkan sebagian anak menjadi yatim sehingga antar manusia bisa saling berkaca yang memunculkan sikap sabar bagi yang mengalami dan sikap syukur bagi yang tidak mengalami. Kondisi ini tidak bisa disalahkan apalagi „memaksa‟ anak-anak yatim menanggung sendiri deritanya. b. Pemenuhan Kebutuhan Pokok (Makan, Minum, Pakaian) Sebagai orang muslim Allah memberikan petunjuk bagaimana melakukan kebajikan. Beberapa ayat dibawah ini menyerukan kita semua untuk memberikan harta kepada pihak-pihak yang berhak menerimanya. 41
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an danTerjemanya, Toha Putra, Semarang, 1989, h. 23.
39
Diantaranya Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah 177: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.” (Al-Baqarah: 177).42 c. Memperbaiki atau menyediakan tempat tinggal Tempat tinggal merupakan tempat untuk berteduh dari panasnya matahari, dinginnya hujan, serta perlindungan terhadap harga diri, dan harta keluarga si yatim. Anak-anak yatim setelah ditinggalkan salah satu atau kedua orang tuanya, bisa saja mengalami kekurangan yang teramat sangat sehingga mereka kurang mamapu memenuhi kebutuhan pokok dan mempunyai tempat tinggal. d. Memberikan pendidikan yang layak
42
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an danTerjemanya, Toha Putra, Semarang, 1989, h. 43.
40
Anak yatim wajib menerima pendidikan yang layak, dari kelas taman kanak-kanak hingga sekolah menegah pertama. Seperti yang digembor-gemborkan pemerintah maka, pendidikan dasar yang berlangsung selama 9 - 10 tahun dalam (TK-SD-SMP), wajib diupayakan. Jika mereke telah memasuki usia remaja/dewasa, sehingga dalam satu petik hilang predikat yatimnya, maka orang muslim disekitarnya bisa memberikan beasiswa pendidikan bagi kaum dhuafa (kurang mampu). Hal ini dilakukan karena predikat yatim telah hilang, namun mereka belum bisa bersikap mandiri secara ekonomi. e. Terjaga harta peninggalannya Bagaimana cara menjaga harta anak yatim ini? Ada beberapa tahap penjagaan yang harus dilakukan wali sambil menunggu kepantasan dan kemampuan anak tersebut mengelola harta peninggalan secara mandiri. Ayat-ayat yang menyerukan penjagaan harta anak yatim ini, yaitu Surat Al-Isra: 34 “Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.”(Al-Israa: 34)43 f. Mendapatkan warisan dari orang tua, warisan orang lain, ghanimah, fa‟I Fa‟I dna ghanimah sama-sama harta peninggalan musuh, namun fa‟I diproleh ketika msuh meninggalkan hartanya jadi tidak melalui 43
429.
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an danTerjemanya, Toha Putra, Semarang, 1989, h.
41
peperangan. Keduanya sama-sama diproleh dari musuh, meka hasilnyapun akan dibagi-bagikan kepada yang berhak. Hal ini dijelaskan dalam surat Al-Hasyr ayat 7, yang berbunyi: “Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya.” (Al-Hasyr: 07)44
44
916.
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an danTerjemanya, Toha Putra, Semarang, 1989, h.
42
BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN DAARUT TAUHIID A. Sejarah Berdirinya1 Secara legal-formal Daarut Tauhiid berdiri sejak tahun 2004 dengan tanah wakaf dari Bapak H. Yunus dengan luas Tanah 1 hektar kurang 2000 Meter. Pondok Pesantren selesai dibangun pada Tahun 2007 yang dimana baru disediakan akomodasi bagi santri laki-laki yang kurang mampu (Asrama santri dhuafa). Dalam hal ini dapat dipahami bahwa Yayasan Daarut Tauhiid merupakan badan hukum pengelola Pesantren Daarut Tauhiid. Sebagaimana Pesantren pada umumnya inti aktivitas pada Pesantren Daarut Tauhiid meliputi bidang pendidikan, dakwah dan sosial. Namun sebagai sebuah Pesantren, maka pada Pesantren Daarut Tauhiid terdapat beberapa keunikan atau ke-khas-an dibandingkan Pesantren lain di anataranya adalah tingginya intensitas dalam peduli lingkungan dan tingginya intensitas ini dapat dirasakan baik sejak awal masa pendirian maupun sampai saat ini. Setidaknya ada 2 faktor atau kondisi yang dapat digunakan untuk menjelaskan keunikan di atas, yaitu semangat wirausaha dan prinsip kemandirian. Semangat wirausaha merupakan sebuah keniscayaan yang melekat pada diri KH. Abdullah Gymnastiar [Aa Gym] selaku pendiri dan pemimpin sentral di Pesantren Daarut Tauhiid. Di sejumlah literasi kita dapat menemukan cerita perjalanan hidup beliau yang diantaranya diliputi dengan terjadinya proses tumbuh kembang jiwa wirausaha pada diri beliau. Jiwa
1
Wawancara pribadi dengan Ustadz Akmal Jumara, Wakil Kepala Sekolah Urusan Mukim Pondok Pesantren Daarut Tauhid,Tangerang, 24 Maret 2015 Pukul 20.00 WIB.
43
itulah yang kemudian menjelma menjadi sebuah semangat wirausaha yang mewarnai corak Pesantren Daarut Tauhiid Ciputat di bawah pimpinan beliau. Di sisi lain, dapat kita pahami pula bahwa semangat kemandirian adalah sebuah cita-cita dan idealisme para pendiri Pesantren Daarut Tauhiid agar tumbuh kembang Pesantren Daarut Tauhiid dan keseluruhan aktivitasnya didasarkan kepada kemampuan diri, bukan atas ketergantungan kepada bantuan atau sokongan dari pihak lain. Sehingga diharapkan akan muncul independensi dan keleluasan dalam berkreasi. Tentu pada idealisme tersebut tidak dinafikan adanya peluang kemitraan dan kerjasama dengan sebanyakbanyaknya pihak. Dalam hal ini maka semangat wirausaha dan semangat kemandirian adalah sebuah paket yang saling menunjang satu sama lain. Kemandirian dapat terwujud karena adanya aktivitas wirausaha. Konsepsi dasar MQ meliputi 4 komponen, yaitu: Ma’ Rifatullah, Manajemen Diri, Entrepreneurship, dan Leadership. Tata nilai MQ inilah yang kemudian menjadi dasar dan filosofi bagi organisasi Pesantren Daarut Tauhiid yang dikenal dengan rumusan statement "Menuju Generasi Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar". B. Visi dan Misi2 1. Visi “Sekolah berbasis pendidikan berkarakter dan peduli lingkungan” 2. Misi a. Membentuk lembaga pendidikan yang profesional, amanah, dan bermutu. 2
Wawancara dengan Teh Hani, Bagian Tata Usaha di Pondok Pesantren Daarut Taudhiid 09 Maret 2015 Pukul 09.00 WIB.
44
b. Menjadikan sekolah sebagai pusat belajar yang menyenangkan, pusat aktifitas keislaman, dan pusat pengembangan karakter. c. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan mutu pendidikan. d. Membentuk warga sekolah yang bertauhiid dan beramal shaleh. e. Membentuk warga sekolah berwawasan islam, nasional, dan internasional. f. Mengembangkan potensi kecerdasan warga sekolah untuk mencapai prestasi terbaik. g. Mengembangkan potensi warga sekolah berbekal keterampilan hidup (life skill) dan keterampilan untuk hidup (vocational skill). C. Tujuan3 1. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai Manajemen Qolbu (MQ) pada seluruh warga sekolah. 2. Meningkatkan nilai rata-rata UN secara berkelanjutan. 3. Meningkatkan kepedulian warga sekolah terhadap kesehatan, kebersihan, dan keindahan lingkungan sekolah. 4. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana serta pemanfaatannya yang mendukung peningkatan prestasi akademik dan non akademik. 5. Meningkatkan jumlah peserta didik yang menguasai bahasa Inggris dan Arab secara aktif.
3
Wawancara dengan Teh Hani, Bagian Tata Usaha di Pondok Pesantren Daarut Taudhiid 09 Maret 2015 Pukul 09.00 WIB
45
6. Meningkatnya kualitas SDM guru dan karyawan, baik secara akademik maupun sosial. 7. Terciptanya kemitraan dengan pemangku kebijakan dan lingkungan sekitar. 8. Membentuk sinergitas unit usaha guru dengan siswa (entrepreneurship) 9. Terlaksananya TQM (Total Quality Management) di sekolah. D. Kompetensi Lulusan4 1. Berkelakuan baik: agamis, berakhlak mulia 2. Berbuat sesuai dengan hak dan kewajiban warga negara, serta tidak merugikan orang lain 3. Mampu berkomunikasi dalam lingkungan plural dan percaya diri 4. Bertindak atas perkembangan akal sehat, sistematis, kritis dan kreatif 5. Bisa bertanggung jawab dan disiplin diri E. Fasilitas dan Sarana5 Berikut adalah sarana dan fasilitas yang dimiliki pondok pesantren Daarut Tauhiid: 1. Kantor 2. Asrama 3. Perpustakaan 4. Masjid 5. Lapangan basket 6. Ruang guru dan tata usaha
4
Wawancara dengan Teh Hani, Bagian Tata Usaha di Pondok Pesantren Daarut Taudhiid 09 Maret 2015 Pukul 09.00 WIB 5 Wawancara dengan Teh Hani, Bagian Tata Usaha di Pondok Pesantren Daarut Taudhiid 09 Maret 2015 Pukul 09.00 WIB
46
7. Akses internet wifi 8. Asrama putra dan putri 9. Gedung sekolah putra dan putri 10. Kantin F. Ekstarkulikuler6 1. Pramuka 2. Kewirausahaan 3. Public speaking 4. Multi media 5. Kajian kitab 6. Handicraft 7. Tataboga 8. Jurnalistik 9. Hadroh 10. Marawis 11. Music 12. Muhadoroh 13. Futsal 14. PMR 15. Silat G. Prestasi santri tingkat SMA7 1. Juara 2 lomba cipta puisi pada kegiatan festifal lomba seni siswa (FLS2) tingkat gugus O3 SMA Tangerang Selatan 6
Brosur Pesantren Daarut Tauhiid Adzia Islamic School Junior & Senior tahun ajaran 2015-2016 hal.4. 7 Ibid
47
2. Juara 3 lomba derama pada festifal lomba seni siswa di SMAN 03 Tangerang Selatan 3. Juara 3 lomba disen grafis festifal di SMAN 03 TAngerang Selatan 4. Juara 2 lomba musabaqah tilawatil qur’an tingkat SMAN 03 Tangerang Selatan 5. Juara 2 lomba musabaqah tilawatil qur’an putrid SMAN 03 Tangerang Selatan 6. Juara 3 lomba karya putra kegiatan festifal di SMAN Tangerang Selatan 7. Juara 1 lomba atletik putra di SMAN 03 TAngerang Selatan 8. Juara 3 lomba msuabaqah tilawatil qur’an kegiatan prestasi dalam iman tingkat di poli teknik LP3I Ciputat Tangerang Selatan 9. Juara 1 olimpiade biologi tingkat SMA di Bintaro Tangerang Selatan 10. Juara 2 olimpiade kimia tingkat SMA di Bintaro Tangerang Selatan 11. Juara 3 lomba da’I kegitan festifal hadroh tingkat SMP seJakarta Tangerang Selatan 12. Juara 2 lomba pidato tingkat SMA pada kegiatan festifal Jakarta tahun 2013 13. Juara 3 lomba foto grafi pada kegiatan ar-rahman expo di AQL Tebet Jakarta Selatan 14. Juara 3 lomba musabaqah tilawatil qur’an pada kegiatan monzher islamci festifal di SMA Negeri 2 Tangerang Selata
48
BAB IV HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN A. Deskripsi Informan Dalam bab ini sebelum penulis memaparkan tentang metode bimbingan agama dalam membina akhlak anak yatim di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Serua Indah, Ciputat Tangerang Selatan, terlebih dahulu penulis akan mendeskripsikan informan dalam penelitian ini. Penulis membagi dua sumber yang diteliti oleh penulis. Pertama, informan sebagai pengurus Pondok Pesantren yang terdiri salah seorang coordinator pimpinan Pesantren, dua orang sebagai pengurus dan sebagai kepala bimbingian.kedua, informan anak yang terdiri dari tiga orang anak yatim yang menjadi anak asuh di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Serua Indah, Ciputat Tangerang Selatan. 1. Informan Pengurus Pondok Pesantren Daarut Tauhiid a. Pengurus 1 (Ustadz Akmal Jumara)1 Informan pertama adalah salah seorang wakil kepala Sekolah Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Urusan Mukim. Beliau bernama Akmal Jumara, lahir di Bandung 5 Mei 1976. Beliau adalah anak ke 5 dari pasangan Bapak Sudrajat dan Ibu Atikah. Pendidikan terakhirnya SMU mahadad imarat 1997. Dan tinngal di Jl.Sukamulya V No 1 Kp. Dukuh 3/8 kel. Serua Indah.
1
Wawancara pribadi dengan Ustadz Akmal Jumara, Wakil Kepala Sekolah Urusan Mukim Pondok Pesantren Daarut Tauhid,Tangerang, 24 Maret 2015 Pukul 20.00 WIB.
49
b. Pengurus 2 (Siti Rusmini)2 Informan kedua adalah salah seorang pengurus anak santri akhwat di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid bidang pengasuhan. Beliau bernama Siti Rusmini, lahir di Martapura 24 Oktober 1992. Beliau adalah putri ke 4 dari 4 bersaudara.Lahir dari pasangan suami istri yaitu Hamdie dan Marsudah. Pendidikan terakhirnya di Madrasah Aliyah Daarul Ulum. Beliau menghabiskan masa kecilnya di Desa Rantau Kemiting Basabay Kalimantan Selatan. c. Pengurus 3 (Sai’in Kodir)3 Informan ketiga adalah salah seorang Pengurus Santri ikhwan di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid bidang pengasuhan. Beliau bernama Sai’in Kodir, lahir di Palembang 12 Agustus 1992. Beliau adalah putra ke 2 dari pasangan Bapak Zaenal Abidin dan Ibu Siti Aida. Pendidikan terakhirnya di Sekolah Menengah Atas. Alamat tempat tinggalnya di Serua Indah Ciputat Tangerang Banten. 2. Informan Anak Yatim di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid a. Anak Yatim 1 (Fieki Julli)4 Nama lengkapnya adalah Fieki Julli Hanan bisa dipanggil Fieki.Ia lahir di Jakarta 02 Januari 1998. Anak ke 4 dari 5 ini merupakan pasangan dari (Alm) Maryadi dan Ibu Ambal Yuniwati. Sejak usia 15 tahun, ia sudah ditinggal mati oleh ayahnya. Sepeninggalan ayahnya ia
2
Wawancara pribadi dengan Siti Rusmini, Pengurus Pondok Pesantren Daarut Tauhid urusan akhwat,Tangerang, 19 Maret 2015 Pukul 19.00 WIB. 3 Wawancara pribadi dengan Sai’in Kodir, Pengurus Pondok Pesantren Daarut Tauhid urusan ikhwan,Tangerang, 24 Maret 2015, 19.02 WIB. 4 Wawancara pribadi dengan, Fieki Julli Hanan Santri Anak Yatim Pondok Pesantren Daarut Tauhid,Tangerang, 19 Maret 2015 Pukul 19.30 WIB.
50
hanya hidup bersama ibu dan saudaranya di Jln. HM Sabar no. 83 Rt. 004 Rw. 01 Rambutan, Ciracas Jakarta Timur. Sebelum meninggal ayahnya mengamanatkan sesuatu kepada kakaknya untuk melanjutkan pendidikan fieki di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid.akhirnya setelah lulus SD fieki melanjutkan pendidikan di pondok Pesantren Daarut Tauhiid Ciputat. Setelah itu ia melanjutkan sekolah di jenjang SMA di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid dan bermukim di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid. b. Anak yaitm 2 (Ali Nurdin)5 Nama lengkap adalah Ali Nurdin bisa di panggil Ali.Ia lahir Jakarta 05 Agustus 1994. Anak ke 4 dari ke 7 saudara, sejak balita sudah di tinggal mati oleh ayahnya. Speninggalan ayahnya ia hidup bersama ibu dan saudaranya di Jln.Perumahan Cinangka Asri Depok. Setelah ia lulus dari SD ia di masukkan ke salah satu tempat pendidikan Pondok Pesantren Daarut Tauhiid agar kelak ia menjadi anak yang sholeh yang bisa mendoakan orang tuannya,karena itu yang bisa ia lakukan, karena itu adalah salah satu keinginan Ali sendiri dan keinginan keluarganya, dan keluarganya pun sangat mendukung penuh kepada Ali. c. Anak Yatim 3 (Adang Muttaqin)6 Nama lengkapnya adalah Adang Muttaqin bisa di panggil Adang.Ia lahir Tasikmalaya 11 oktober 1996. Anak ke 5 dari 7 sejak ia duduk di
5
Wawancara pribadi dengan, Ali Nurdin Santri Anak Yatim Pondok Pesantren Daarut Tauhid,Tangerang, 19 Maret 2015 Pukul 20.00 WIB. 6 Wawancara pribadi dengan, Adang Muttaqin Santri Anak Yatim Pondok Pesantren Daarut Tauhid,Tangerang, 19 Maret 2015 Pukul 20.30 WIB.
51
kelas 1 SMA ia di tinggal mati oleh Ayahnya. Sepeninggal Ayahnya ia tinggal bersama ibu dan saudaranya di Jln. Jatiwangi Oslob Tasikmalaya. Sebelum ayahnya meninggal ia sudah mengabdi di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid.karena Andang ini adalah salah satu anak yang keinginan dan niatnya sangat besar dalam menggali ilmu, walaupun kadang ia merasa sedih atas kepergian ayahnya tapi ia tetap semangat dan berusaha sebaik mungkin agar ia kelak mejadi anak yang sholeh dan berakhlak mulia. B. Program Pelaksanaan Bimbingan Agama dalam Membina Akhlak Anak Yatim Di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Sebagai lembaga pendidikan yang punya perhatian besar dalam usaha pembinaan akhlak anak yatim, Maka untuk mewujudkakan visi dan misinya Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Serua Sndah, Ciputat Tangerang Selatan. Memerlukan pematangan konsep sebagai kunci keberhasilan.Pemantangan konsep dilakukan dengan menetapkan kegiatan yang tepat untuk mencapai cita-cita bersama yang tersusun dalam suatu program. Program adalah suatu rancangan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk mencapai suatu keberhasilan dalam perencanaan bimbingan dan penyuluhan.Dengan demikian, program pembinaan akhlak diartikan sebagai suatu kegiatan membangun yang dilakukan secara berdaya guna terhadap anak yatim yang bertujuan agar mereka dapat menghayati dan mengamalkan ajaran sebagai pola hidup kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, keluarga maupun kehidupan social masyarakat.
52
Dalam menjalankan perannya sebagai lembaga keagamaan yang peduli terhadap anak yatim Pondok Pesantren Daarut Tauhiid berusaha menerapkan program pembinaannya terhadap anak yatim melalui beberapa bidang yaitu: pendidikan formal, pelatihan keterampilan dan bidang kerohanian. 1. Pendidikan formal Pendidikan formal merupakan system pendidikan teratur yang sudah ditentukan oleh suatu lembaga tertentu. Dalam hal ini, pendidikan formal yang ada di Pondok Pesantren Daarutt Tauhid yang disebut Azkiyah Islamic School adalah system madrasah dibawah naungan Yayasan Daarut Tauhiid. Tujuan madrasah dalam naungan Yayasan Daarut Tauhiid untuk memberikan pelajaran agama dan umum sacara seimbang sehingga terwujud timbal balik yang baik dalam upaya memanifestasikan IMTAQ dan IPTEQ. Sebagaimana yang tertera dalam model kurikulum yaitu: “Proses
pembelajaran
dirancang
dengan
mengintegrasikan
kompetensi dasar lulusan yang dirumuskan dalam kurikulum Nasional ke dalam konteks kehidupan santri yang sesuai dengan perkembangan sosiologis, antropologis serta psikologis santri”7 a. Sekolah Menengah Pertama Pendidikan SMP yang diberlakukan kepada anak yatim di pondok Pesantren Daarut Tauhiid dari kelas I – III SMP, dimulai pukul 06.4504.00.
7
Wawancara pribadi dengan Ustadz Akmal Jumara, Wakil Kepala Sekolah Urusan Mukim Pondok Pesantren Daarut Tauhid,Tangerang, 24 Maret 2015 Pukul 20.00 WIB.
53
b. Sekolah Menengah Atas Pendidikan SMA yang diberlakukan kepada anak yatim di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid dari kelas I – III SMA dimulai pukul 06.4504.00. Dalam Pendidikan formal ini ditanamkan pendidikan mengenai akhlak baik melalui pelajaran, disiplin ataupun uswatun hasanan dari para pengajar. Sehingga para pelajar memiliki karakter yang baik dan dapat mengimplementasikan akhlak terpuji. Contoh kecilnya yaitu Membuang Sampah Pada Tempatnya.8 2. Bidang Pelatihan Keterampilan Pelatihan keterampilan ditujukan sebagai bekal keahlian yang diperlikan oleh para anak yatim agar mereka tidak berpangku tangan atau menunggu belas kasihan para dermawan. Keterampilan ini berupa latihanlatihan kursus-kursus kejuruan.salah satu bentuk keterampilan tersebut diantaranya yaitu latihan berpidato (muhadharah), marawis, muhadatsah (percakapan bahasa Arab) dan kursus computer. Seluruh kegitan itu dilakukan setiap satu minggu sekali sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan pihak pendidik. Pondok Pesantren Daarut Tauhiid melaksanakan muhadarah yang dilakukan secara bersama antara anak santi putra dan santri putri setiap hari minggu pada pukul 08.00 WIB. Hal ini dimaksudkan agar para anak yatim tersebut mampu untuk megembangkan ilmu yang dimilikinya dan dapat terjun menjadi ulama di masyarakat. 8
Wawancara pribadi dengan Sai’in Kodir, Pengurus Pondok Pesantren Daarut Tauhid urusan ikhwan,Tangerang, 24 Maret 2015, 19.02 WIB.
54
Keterampilan seni marawis, pramuka, kewirausahaan, handycraf, music, multi media, futsal, PMR, silat dan beberapa seni lainnya memberikan kesempatan bagi anak yatim untuk mengembangkan potensi dan bakat diri yang mereka miliki. Dengan kesenian yang mereka miliki diharapkan anak yatim memiliki orientasi yang lebih luas di bidang kesenian tidak hanya pendidikan formal dan bimbingan agama saja. Pelatihan marawis ini dilakukan rutin pada hari minggu dengan waktu yang tidak ditentukan. Keterampilan bidang bahasa juga diberikan kepada anak yatim dalam pendidikan mereka sebagai bekal masa depannya. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan memberikan latihan muhadatsah atau percakapan bahasa Arab dan percakapan bahasa Inggris. Pelatihan keterampilan tersebut tentunya akan sangat bermanfaat sebagai bekal masa depan bagi para anak yatim di Podok Pesantren Daarut Tauhiid. Namun dalam hal ini, bakat dan kesungguhan anak yatim akan menjadi pendukung keberhasilan mereka. Dengan semua bentuk kegiatan di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid ini diharapkan jiwa keberagamaan anak yatim akan terus tumbuh dan berkembang. Sehingga dengan kemampuan yang dimilikinya mereka tidak akan miskin iman serta dapat meneguhkan kepribadian Islam yang sudah ditanamkan sejak lama. Peranan Pondok Pesantren Daarut Tauhiid sebagai lembaga keagaamaan dan pendidikan dalam upayanya menghasilkan muslim yang berkualitas terwujud dengan menggunakan bakat anak yatim melalui pendidikan atau pelatihan. Karena dasarnya pelatihan dan pendidikan
55
merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama dalam mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian manusia. Dalam setiap bidang keterampilan diberikan pengajaran mengenai lidership (kepemimpinan) yang dimana berhubungan dengan akhlak seorang muslim. Sehingga dari program keterampilan ini dapat menghasilkan anak-anak yang memiliki jiwa pemimpin dan berakhlakul karimah. Contohnya: Pada keterampilan muhadorah para santri diajarkan untuk berretorika dan baik serta mengeluarkan ucapan-ucapan yang terpuji. 3. Bidang Kerohanian Allah SWT menunjukan hikmah-Nya dengan cara menciptakan manusia dnegan berbagai macam bentuk, keadaan dan tingkat keidupan. Sehingga perlu adanya pemahaman pada diri hambanya agar tidak terjerumus oleh keadaan yang menyesatkan. Oleh karena itu, untuk menjaga diri sesuai degan fitrahnya perlu adanya upaya untuk menjaga, membina dan mengembangkan diri dari mulai lahir hingga akhir hayat.Dalam membina akhlak anak yatim, Pondok Pesantren berupaya melakukan berbagai kegiatan dalam membina akhlak. Untuk mewujudkan manifestasi dari upaya pembinaan akhlak terhadap anak yatim tersebut, Pondok Pesantren Daarut Tauhiid berusaha menerapkan berbagai bidang kerohanian (Bimbingan Agama), diantaranya yaitu:
56
a. Pengajian kitab kuning Pengajian kitab kuning merupakan pendidikan nonformal yang diberikan kepada anak yatim di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid sebagai bekal pemahaman keagamaan mereka. Pengajian kitab kuning ini dilakukan dengan metode klasikal Pesantren yang dilakukan dalam dua waktu yaitu setiap hari Selasa, ba’da magrib dan ba’da isya. Ba’da magrib pukul 07.00 - 07.30 kemudian shalat Isya dan diteruskan pengajian kitab kuning ba’da isya pukul 08.30-09.00. Kitab yang digunakan focus mengenai akhlak yatim kitab Ta’lim Muta’alim yang memberi kajian yaitu Ustad Edi selaku Pengurus Pondok Pesantren Daarut Tauhiid. Pengajian ini sangat berpengaruh untuk meningkatkan akhlakul karimah santri di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid dikarenakan pengajian ini membicarakan tata cara hidup dalam keseharian dengan menggunakan akhlak yang baik. b. Tahsin Program ini diperuntukkan bagi anak yatim yang telah bisa membaca Al Qur’an namun masih belum lancar atau belum menguasai hukum-hukum tajwid. Mengingat bahwa membaca Al Quraan dengan tajwid hukumnya adalah wajib, maka perlu adanya pembimbingan dalam membaca Al Quraan. Program tahsin ini sangat berpengaruh terhadap pembentukan akhlak terpuji bagi anak yatim, dikarenakan setiap seseorang membaca ayat Al-Qur’an yang dimana isinya mengenai kalimatullah, maka sama
57
saja dia memasukan sesuatu yang baik untuk membentengi dirinya dalam melakukan dosa, sehingga ketika seorang anak yatim ingin melakukan dosa atau kesalahan maka, anak itu akan teringat perintah Allah yang pernah dia baca. Program ini sekaligus menjadi program lanjutan dari pra tahsin. Program ini memiliki tiga level : 1)
level pertama : bertujuan untuk melancarkan bacaan. Dengan materi utama latihan membaca Al Qur’an.
2)
level kedua : bertujuan mengenalkan beberapa hokum tajwid sambil berlatih melancarkan bacaan Al Qur’an. Hokum tajwid yang dipelajari adalah hokum nun sukun dan tanwin serta hokum mim sukun.
3)
level ketiga : bertujuan mengenalkan hokum mad (bacaan panjang) dan bacaan pembuka surat ( fawatihus suwar ).
4)
Level keempat : bertujuan mengenalkan bacaan asing dalam Al Qur’an ( ghoroibul qiroah )
5)
Level kelima : bertujuan mengenalkan bentuk bacaan-bacaan tipis dan tebal. Tahsin ini dilakukan setiap hari, setiap ba’da Shalat 5 waktu yang
dilakukan setelah ceramah 7 menit setiap selesai shalat 5 waktu. c. Tahfidz Program ini diperuntukkan bagi yang sudah lancar dan menguasai hukum-hukum bacaan Al-Quraan serta memiliki keinginan kuat untuk menghafal Al Quraan.
58
Program tahfidz ini sangant berpengaruh terhadap pembentukan akhlak terpuji bagi anak yatim, dikarenakan setiap seseorang membaca ayat Al-Qur’an yang dimana isinya mengenai kalimatullah, maka sama saja dia memasukan sesuatu yang baik untuk membentengi dirinya dalam melakukan dosa, sehingga ketika seorang anak yatim ingin melakukan dosa atau kesalahan maka, anak itu akan teringat perintah Allah yang pernah dia baca dan dihafalkan. Tahfidz ini dilakukan setiap hari, setiap ba’da Shalat 5 waktu yang dilakukan setelah ceramah 7 menit setiap selesai shalat 5 waktu. d. Shalat berjama’ah Berdasarkan keutamaan serta manfaat yang terkandung dalam shalat berjama’ah, maka para pengurus telah mewajibkan anak-anak yatim yang ada di Pondok Pesantren untuk shalat wajib berjama’ah. Bahkan pengurus telah membuat peraturan dan hukuman bagi yang tidak melakukan shalat wajib kecuali yang sedang menstruasi. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kedisiplinan anak santri dalam melakukan kewajibannya
sebagai hamba Allah serta
menumbuhkan keimanan dan rasa persaudaraan. Sahalat berjama’ah sangat berpengaruh terhadap pernanaman akhlak anak yatim dikarenakan di dalam shalat bejama’ah seseorang berinteraksi dengan sang khalik yang dimana dia mengingat dosa yang telah diperbuat sehingga berusaha tidak melakukan dosa yang pernah diperbuatnya setelah bertaubat ketika shalat.
59
e. Dzikir Kegiatan dzikir dilakukan setiap malam Jum’at ba’da shalat magrib di Masjid Daarut Tauhiid. Program Dzikir ini sangant berpengaruh terhadap pembentukan akhlak terpuji bagi anak yatim, dikarenakan setiap seseorang mengingat Allah maka hati akan tenang, maka sama saja dia memasukan sesuatu yang baik untuk membentengi dirinya dalam melakukan dosa, sehingga ketika seorang anak yatim ingin melakukan dosa atau kesalahan maka, anak itu akan teringat perintah Allah yang setiap Dzikir dia sebut. Sebagaimana firman Allah yang berbunyi:
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Al-Ra’du: 28)9 Dengan berbagai bentuk kegiatan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa pondok pesantren telah telah menerapkan program pembinaan akhlak terhadap anak yatim dengan mempertimbangkan tiga aspek yang menjadi
kebutuhan
psikomotorik.
Aspek
mereka, kognitif
yaitu: yaitu
aspek
kognitif,
Pondok
afektif
Pesantren
dan
berupaya
memberikan dan mengembangkan kecerdasan anak yatim dengan IPTEQ. Aspek afektif yaitu Pondok Pesantren berupaya menanamkan nilai-nilai keagamaan kepada anak santri dalam pembinaan, keimanan dan akhlak
9
Departemen Agama RI, Al-Qur’an danTerjemanya, Toha Putra, Semarang, 1989, h. 373.
60
yang baik. Aspek Psikomotorik yaitu
Pondok Pesnatren berupaya
mengembangkan bakat dan ketrampilan anak santri sehingga mereka menjadi manusia yang berproduktif. Berdasarkan tiga asepk tersebut diharapkan anak santi mendapatkan kualitas yang mempunyai akhlakul karimah atau memiliki EQ dan IQ yang tinggi. C. Metode Bimbingan Agama Dalam Membina Akhlak Anak Yatim di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Metode bimbingan Agama adalah usaha pemberian bantuan secara berkesinampungan oleh pembimbing berdasarkan konsep al-Qur’an dan Sunnah kepada anak yatim dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal agar kita mampu membina Akhlak sehingga dapat memperoleh kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Metode bimbingan Agama yang diterapkan di Pondok Pesantren yatim menggunakan metode langsung (metode komunikasi langsung) dimana pembimbing melakukan komunikasi langsung atau tatap muka dengan orang yang dibimbingnya hal ini yaitu anak yatim, berikut beberapa metode bimbingan Agama yang diterapkan pada Pondok Pesantren Daarut Tauhiid dalam membina akhlak di antaranya yaitu: 1. Metode individual Metode individual merupakan teknik pemberian bantuan yang bersifat face to face relationsip hubungan empat mata yang dilakukan pembimbing dengan anak yatim, masalah yang dihadapi bias bersifat pribadi. Sehingga dalam proses bimbingan individual ini konselor dituntut untuk bersifat bersimpati (menunjukan sikap turut merasakan apa yang
61
sedang dirasakan oleh anak yatim) dan empati (berusaha menmpatkan diri dalam situasi anak yatim). Dalam meneyelesaikan permasalahan yang dihadapi anak yatim, para pembimbing menggunakan metode langsung (directive), dalam hal ini melakukan
apabila
anak
tersebut
tidak
mau
mengungkapkan
permasalahannya sehingga seorang pembimbing berperan aktif dalam bimbingan untuk menyelesaikan pearmasalahan yang ada.Selain itu pembimbing juga menggunakan metode tidak langsung (non directive) dalam hal ini yaitu anak yatim berperan aktif dalam pelaksanaan bimbingan.Pendekatan yang dilakukan ketika anak terus merasa membutuhkan bimbingan dalam masalah yang dihadapinya. Berikut beberapa teknik yang dilakukan dalam metode individual yang ada di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid di antaranya yaitu: a. Wawancara Wawancara yang dilakukan adalah wawancara antara pembimbing bidang kesantrian Siti Rusmini dan anak yatim untuk menggali informasi berkenaan dengan masalah anak santri tersebut. Wawancara dilakukan dalam waktu yang tidak ditentukan artinya teknik ini berlaku ketika seorang menemukan masalah pada anak yatim atau anak yatim tersebut mengalami permasalahan dalam hidupnya. Dalam wawancara ini akan dicari akar permasalahan yang terjadi pada anak yatim. Bahkan wawancarapun dilakukan sejak awal keberadaan anak yatim tersebut di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid. Hal ini dilakukan agar pembimbing mengetahui sejak awal kemungkinan terjadi
62
gangguan kejiwaan pada anak yatim berdasarkan latar belakang mereka. Jika anak asuh tersebut menimbulkan perilaku yang kurang baik sehingga mengganggu kegiatan mereka di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid maka pembimbing akan memberikan penanganan secara khusus, baik melalui nasihat atau melalui motivasi. b. Observasi kegiatan Obesrvasi kegiatan dilakukan sebagai salah satu usaha yang menunjang kegiatan. Pembimbing melakukan percakapan individual sekaligus mengamati pekerjaaan anak yatim di lingkungannya baik diasrama maupun di sekolah. Observasi kegiatan dilakukan oleh pembimbing secara terus menerus. Pembimbing akan selalu memantau perkembangan setiap kegiatan yang dilakukan anak yatim tersebut apabila dalam hasil evaluasi terlihat penurunan dalam setiap hasil kegiatan yang diikuti oleh anak yatim tersebut, maka pembimbing akan melakukan penanganan secara khusus baik melalui teguran atau melalui hukuman. 2. Metode Kelompok Metode
kelompok
merupakan
komunikasi
langsung
antara
pembimbing dengan anak yatim dalam bentuk kelompok. Metode kelompok ini dikoordinatori oleh ustadz. Akmal dan beberapa pendidik lainnya yaitu seluruh stake holder di Pondok Peantren Daarut Tauhiid. Metode kelompok ini dilakukan setiap hari Rabu, Pukul 05.00-06.00 dengan pembicara Ustadz Aagym. Pendekatan kelompok ini dilakukan dengan beberapa teknik berikut ini, yaitu:
63
a. Metode ceramah Metode ceramah merupakan suatu teknik pembinanan atau bimbingan yang memberikan uraian atau penjelasan secara lisan yang banyak diwarnai oleh karakteristik dan gaya bicara seorang da’i atau pembimbing. Metode ceramah sama halnya dengan mauidzatul hasanah atau nasehat yang baik. Dalam ceramah-ceramah yang selalu diikuti kemudian dipahami menjadikan kita tau hal-hal apa yang diperbolehkan dan yang dilarang agama dan ini merupakan satu cara untuk bias menginropeksi diri. Pada metode ini tidak banyak anak yatim yang aktif, mereka hanya mendengarkan penjelasan-penjelsan materi yang sedang dijelaskan pembimbing. Adapun materi ceramah ayau bimbingan yang sering disampaikan dalam bimbingan ini adalah tentang keimanan, akhlak dan muamalah termasuk didalamnya bimbingan orientasi sekolah, program study, bimbingan belajar, bergaul dan bermasyarakat. b. Tanya jawab Untuk menghindari atau menghilangkan sikap pasif pada anak yatim dalam metode kelompok dilakukan teknik dialog atau Tanya jawab. Dialog atau Tanya jawab ini merupakan tindak lanjut dari teknik ceramah. Teknik ini dilakukan setelah pembimbing memberikan penjelasan terhadap materi yang disampaikan. Kemudian anak yatim tersebut diberi kesempatan untuk bertanya menegenai materi yang dibahas, yang mereka anggap kurang jelas dan sulit untuk dipahami. Adapun sebaliknya pembimbing memberikan pertanyaan kepada anak
64
yatim tersebut seputar materi yang telah dijelaskan sebelumnya, lalu diharapkan mereka dapat melakukan dengan tanpa rasa malu dengan jawaban yang dilontarkan. Cara ini dapat menjadi rangsangan bagi mental anak yatim untuk berani berbicara dan mengungkapkan pendapat di depan umum. D. Hambatan dan Solusi Dalam Pembinaan Anak Yatim Melalui Bimbingan Agama di Pondok Pesnatren Daarut Tauhiid 1. Hambatan Dalam Pembinaan Anak Yatim Melalui Bimbingan Agama di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Setiap kegiatan dalam mencapai tujuan pasti mengalami banyak hambatan, begitu juga yang dialami oleh pondok pesantren Daarut Tauhiid. Adapun hambatan yang dialami oleh Pondok Pesantren Daarut Tauhiid, yakni: a) Keadaan anak yatim yang datang dari berbagai latar belakang yang berbeda terkadang membuat para pengurus mendapat kesulitan dalam memahami prilaku anak yatim yang sulit diberi arahan pada awal mereka tinggal di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid. b) Kurangnya motivasi anak dalam mengikuti bimbingan Agama, dikarenakan anak tidak berniat untuk bermukim di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid. 2. Solusi Dalam Pembinaan Anak Yatim Melalui Bimbingan Agama di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Dalam menghadapi hambatan yang terjadi, maka ada beberapa solusi yang dapat dijadikan sebagai tindakan perbaikan, yaitu:
65
a) Memberikan bimbingan Agama dengan metode individual dengan teknik wawancara untuk menggali informasi berkenaan dengan permasalahan anak yatim tersebut. Hal ini dimaksudkan agar anak yatim yang
mengalami tekanan dalam kejiwaan dapat ditangani
sesegera mungkin oleh pembimbing sehingga masalah tersebut tidak akan mempengaruhi kepribadian mereka. b) Para pengajar harus konsisten dalam memberikan motivasi baik secara verbal maupun non verbal dan persuasive kepada santri yang tidak memiliki motivasi besar.
66
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan penelitian penulis tentang metode bimbingan Agama dalam membina akhlak anak yatim di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1.
Program pelaksanaan bimbingan agama dalam membina akhlak anak di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid terhadap anak santrinya melalui beberapa bidang diantaranya, yaitu: pendidikan formal, pelatihan keterampilan dan bidang kerohanian. Bidang pendidikan formal yaitu SMP dan SMA. Bidang pelatihan keterampilan diantaranya yaitu: berpidato, marawis, muhadasah (percakapan bahasa inggris dan arab). Sedangkan bidang kerohanian dilakukan dengan berbagai kegiatan berikut, di antaranya pengajian kitab kuning, shalat berjama’ah, tahfidz, tahsin dan dzikir.
2. Metode bimbingan Agama dalam membina akhlak anak yatim di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid dilakukan dengan metode individual melalui beberapa teknik, di antaranya: wawancara dan observasi kegiatan. Sedangkan metode kelompok yang dilakukan dengan beberapa teknik yaitu ceramah dan dialog (Tanya jawab). 3. Hambatan dan Solusi Dalam Pembinaan Anak Yatim Melalui Bimbingan Agama di Pondok Pesnatren Daarut Tauhiid a. Keadaan anak yatim yang datang dari
berbagai latar belakang ,
solusinya memberikan bimbingan Agama dengan metode individual
67
dengan teknik wawancara untuk menggali informasi berkenaan dengan permasalahan anak yatim tersebut. b. Kurangnya motivasi anak dalam mengikuti bimbingan Agama, dikarenakan anak tidak berniat untuk bermukim di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid, solusinya Para pengajar harus konsisten dalam memberikan motivasi baik secara verbal maupun non verbal dengan cara persuasive kepada santri yang tidak memiliki motivasi besar. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan saran agar Pondok Pesantren Daarut Tauhid Serua Indah Ciputat Tangerang Selatan terus meningkatkan kegiatan Bimbingan Agama secara rutin agar santri menjadi individu yang beradab, berakhlak mulia, beriman, bertakwa dan mengaplikasikan semua syari’at Islam.
DAFTAR PUSTAKA Agama RI. Departemen, Al-Qur’an dan Terjemanya, Toha Putra, Semarang,1989. Al-Ghazali, Imam. Ihya Ulumiddin “JIwa Agama”, (Melayu: Pustaka Bajray, 1978) cet. Ke-2. Al-Qardawi, Yusuf. Al-Ibadah Fi al-Islam, (Beirut : Muasasah Al-risalah, 1997), Cet. Ke-6. Arifin, M, bimbingandan counseling, UT, 1992. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta : PT. Golden Terayon Press, 1998. Hubungan Timbal Balik Agama Islam di Sekolah dan keluarga, Bulan BIntang. Jakarta 1976. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: BUmi Aksara, 1991), cet I, hlm. 113. Arikunto, Suharsimi. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, (Jakarta: PT. BinaAksara, 1989), Cet. Ke-6. Bahreisj, Salim. Riyadhus Shalihin, (Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1987), Cet. Ke10. Chomaria, Nurul. Cara Kita Mencintai Anak Yatim, (Solo: Aqwam, 2014), cet. Ke-1. Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam. Ensiklopedi Islam (Jakarta : Ichtiar Baru Van horve, 1997), Cet. Ke-4. Djatmika, Rahmat. Sistem Etika Islam, (Jakarta: Punjimas, 1992) ce. ke-2. Faqih, Ainur Rahim. Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta : UII Press, 2001) Ibrahim, Anas. (Mesir: Daarul Ma;arif 1972) cet, Ke-2. M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan Penyuluhan Islam. (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif HIdayatullah Jakarta, 2008) Maleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1984) Mapiare, Andi. Pengantar Bimbingan dan konseling di sekolah, (Surabaya : Usaha Nasional, 1984) Mahfuzh, Jalaluddin. Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta:Pustaka AlKaustar,2001) Manzur, Ibn. Al-Ifrig Lisan Al-Arab, (Birut : Dar Sadir, 1994), Cet. Ke-2.
Mujahidin, Konsep Dasar Pendidikan Akhlak, (Jakarta: Kalam Mulia, 2000), cet. Ke-1. Marbun, Kamus Manajemen. (Jakarta: Pusat Sinar Harapan, 2005) Musnawar, Thohari. Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta : UII Press, 1992) Mustafa, A. Akhlak-Tasawuf, (Bandung: CV. PustakaSetia, 1997) Nata, Abudin. Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011) cet. ke-1. R, Tantawy. Kamus Bimbingan dan Konseling (Jakarta : PT. Pamator, 1997) Rifai, Moh. Aqidah Akhlak, (Semarang : CV. Wicaksana, 1994), Cet. Ke-2. Sartono. Bimbingan dan Penyuluhan Islam. (Bandung: CV Pustaka Setia, 1988) Said, M dan Ghazali, Imam. Tentang Filsafat Akhlak, (Bandung: Al-Ma’arif, 1987) Sukardi. Dewa Ketut, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000) Tartono, Umar. Bimbingan dan Penyuluhan (Bandung : PT. Pustaka Setia, 1998) Cet. Ke-1. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Blai Pustaka, 1988), Cet. Ke-1. Ya’qub, Hamzah. Etika Islam, (Bandung : Diponegoro,1997)
DAFTAR WAWANCARA Wawancara pribadi dengan Akmal Jumara,Wakil Kepala Sekolah Urusan Mukim di Pondok Pesantren Daarut Tauhid,Tangerang, 24 Maret 2015 Wawancara pribadi denganSai’in Kodir, Pengurus Santri Ikhwan di Pondok Pesantren Daarut Tauhid,Tangerang, 24 Maret 2015 Wawancara pribadi dengan Siti Rusmini, Pengurus Santri Akhwat di Pondok Pesantren Daarut Tauhid,Tangerang, 19 Maret 2015 Wawancara pribadi dengan, Fieki Julli Hanan Santri Anak Yatim di Pondok Pesantren Daarut Tauhid,Tangerang, 19 Maret 2015 Wawancara pribadi dengan, Ali Nurdin Santri Anak Yatim di Pondok Pesantren Daarut Tauhid,Tangerang, 19 Maret 2015 Wawancara pribadi dengan, Adang Muttaqin Santri Anak Yatim di Pondok Pesantren Daarut Tauhid,Tangerang, 19 Maret 2015
LAMPIRAN
HASIL WAWANCARA Nama
: Fieki Julli Hanan
Tempat
: Mesjid Pondok Pesantren Daarut Tauhiid
Waktu
: 19.30 WIB
1. Sejak kapan saudara menjadi yatim? Jawab: Saya menajdi yatim sejak umur saya 15 tahun 2. Apakah kamu merasakan diperlakukan berbeda dengan status kamu sebagai yatim? Jawab: Tidak, karena di sini tidak dibeda-bedakan anak yatim dengan anak yang lainnya. 3. Manfaat apa yang saudara dapat selama saudara di pondok? Jawab: Manfaatnya sangat banyak yang saya dapatkan di pondok pesantren, disini tidak hanya mendapatkan ilmu dunia saja akan tetapi ilmu akhirat sangat banyak saya pelajari. 4. Apa kesan kamu terhadap pondok pesantren daarut tauhiid? Jawab: saya sangat sangat senang tinggal di pondok pesantren. 5. Apa saja yang saudara lakukan di pondok pesantren daarut tauhiid ini? Jawab: semua kegiatan saya lakukan disini. 6. Apakah saudara merasa cemas jika berhadapan pada permasalahan yang rumit? Jawab: tidak, karena saya tahu bahwa setiap masalah itu pasti ada jalan keluarnya. 7. Apakah saudara merasa ada perubahan setelah melakukan bimbingan agama? Jawab: iya, saya merasakan sangat banyak perubahan dalam diri saya apalagi ketika mendengar kajian dari Aagym itu merasa tentram dan damai hati saya. 8. Siapakah yang menaggung biaya selama mondok di tempat ini? Jawab: karena disini tempatnya gratis jadi tidak ada biaya yang dikeluarkan. 9. Bagaimana perasaan saudara ketika hari raya? Jawab: iya, merasa sedih karena kebersamaannya tidak lengkap. 10. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat metode pelaksanaan bimbingan agama di pondok pesantren?
Jawab: Alhamdulillah tidak ada penghambatan sama sekali 11. Bagaimana perasaan saudara, jika orang yang kita sayangi meninggalkan kita? Jawab: Sedih, tapi ya harus ikhlas saya sebagai anak hanya bisa mengirimkan doa 12. Bagaimana perasaan saudara tinggal di pondok pesantren? Jawab: senang 13. Kapan saudara ditinggalkan ayah? Jawab: sudah beberapa tahun yang tahun lalu 14. Berapa umur saudara ketika ayah saudara meninggal dunia? Jawab: umur 15 tahun 15. siapa yang menjeguk saudara setelah ayah saudara meninggal? Jawab: ibu tapi lebih sering kakak.
Serua, 19 Maret 2015 Yang mewawancarai
Winda sari
Yang diwawancarai
Fieki Julli Hanan
HASIL WAWNCARA Nama
: Ali Nurdin
Tempat
: Mesjid Daarut Tauhiid
Waktu
: 20.00 WIB
1. Sejak kapan saudara menjadi yatim? Jawab: sejak masih balita 2. Apakah kamu merasakan diperlakukan berbeda dengan status kamu sebagai yatim? Jawab: tidak, disini kita merasa sama semua tidak ada perbedaan 3. Manfaat apa yang saudara dapat selama saudara dipondok? Jawab: manfaatnya sangat banyak yang saya dapatkan di pondok pesantren, di sini adalah tempat pengabdian saya karena banyak ilmu dunia dan akhirat saya yang saya terapkan disini. 4. Apa kesan kamu terhadap pondok pesantren daarut tauhiid? Jawab: saya bangga bisa tinggal dipondok pesantren 5. Apa saja yang saudara lakukan di pondok pesantren daarut tauhiid ini? Jawab: Alhamdulillah disetiap kegiatan selalu saya lakukan dan belum melanggarnya. 6. Apakah saudara merasa cemas jika berhadapan pada permasalahan yang rumit? Jawab: tidak, ketika ada masalah saya tidak berlarut dengan masalah karena saya yakin disetiap masalah pasti ada solusinya. 7. Apakah saudara merasa ada perubahan setelah melakukan bimbingan agama? Jawab: iya saya merasakan sangat banyakperubahan dalam diri saya dan merasa hidup saya itu lebih terarah lagi. 8. Siapakah yang menaggung biyaya selama sekolah di tempat ini? Jawab: tidak ada, karena disini gratis tidak dipungutin biaya. 9. Bagaimana perasaan saudara ketika hari raya? Jawab: iya saya merasa sedih tapi mau gimana lagi semua sudah kehendak Allah.
10. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat metode pelaksanaan bimbingan agama di pondok pesantren? Jawab: Alhamdulillah lancar tidak ada kendala ketika metode bimbingan agama dilaksanakan, di sini juga di utamakan metode ketauhidan jadi benarbenar itu hati merasa damai dan tentram. 11. Bagaimana perasaan saudara, jika orang yang kita sayangi meninggalkan kita? Jawab: ya pastinya sedih apalagi saya sangat butuh kasih sayang seorang ayah tapi ya mau gimana lagi tapi Alhamdulillah selama saya tinggal di pondok pesantren ini saya merasa senang dan tentram karena disini benar-benar di bina dengan lembut dan penuh kasih sayang. 12. Bagaimana perasaan saudara tinggal di pondok pesantren? Jawab: Alhamdulillah sangat senang 13. Kapan saudara ditinggalkan ayah? Jawab: semenjak saya masih kecil 14. Berapa umur saudara ketika ayah saudara meninggal dunia? Jawab: lupa, tapi masih balita waktu itu 15. siapa yang menjeguk saudara setelah ayah saudara meninggal? Jawab: kakak.
Serua, 19 Maret 2015 Yang mewawancarai
Winda sari
Yang diwawancarai
Ali Nurdin
HASIL WAWANCARA
Nama
: Adang Mutaqian
Tempat
: Mesjid Daarut Tauhiid
Waktu
: 20.30 WIB
1. Sejak kapan saudara menjadi yatim? Jawab: sejak masih duduk di bangku kelas 1 SMA 2. Apakah kamu merasakan diperlakukan berbeda dengan status kamu sebagai yatim? Jawab: tidak, semua sama diperlakukan dengan teman yang lain tidak dibedabedakan, kalau status memang iya berbeda-beda tapi kalau perlakuan sama. 3. Manfaat apa yang saudara dapat selama saudara dipondok? Jawab: manfaatnya sangat banyak yang saya dapatkan di pondok pesantren, di sini adalah tempat pengabdian saya yang sesungguhnya karena banyak ilmu dunia dan akhirat yang saya pelajari disini. 4. Apa kesan saudara terhadap pondok pesantren daarut tauhiid? Jawab: saya bangga dan senang bisa tinggal dipondok pesantren daarut tauhiid ini 5. Apa saja yang saudara lakukan di pondok pesantren daarut tauhiid ini? Jawab: Alhamdulillah disetiap kegiatan selalu saya lakukan dan belum melanggarnya. 6. Apakah saudara merasa cemas jika berhadapan pada permasalahan yang rumit? Jawab: tidak, saya tidak merasa beban dan rumit ketika berhadapan dengan masalah, saya hanya mencari jalan keluarnya, karena masalah itu pastinya ada tapi bagaimana kita menghadapi masalah tersebut. 7. Apakah saudara merasa ada perubahan setelah melakukan bimbingan agama? Jawab: iya saya merasakan sangat banyak perubahan dalam diri saya dan merasa hidup saya itu lebih termotivasi dan yang pastinya lebih semangat lagi. 8. Siapakah yang menaggung biyaya selama sekolah di tempat ini? Jawab: tidak ada, karena disini gratis tidak dipungutin biaya sedikit pun.
9. Bagaimana perasaan saudara ketika hari raya? Jawab: iya saya merasa sedih tanpa sosok ayah, yang biasanya disetiap hari raya semuanya ngumpul tapi setelah ayah sudah tiada saya merasa kehilangan tapi mau gimana lagi semua sudah kehendak Allah. 10. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat metode pelaksanaan bimbingan agama di pondok pesantren? Jawab: saya merasa tidak ada penghambatan dalam melaksanakan bimbingan dan pembinaan yang ada dukungan penuh. 11. Bagaimana perasaan saudara, jika orang yang kita sayangi meninggalkan kita? Jawab: ya pastinya sangat sedih apalagi saya sangat butuh kasih sayang seorang ayah, karena ayah adalah penyemanagt saya sampai saya kepondok pesantren beliau sangat mendukung, tapi ya kita yang ditinggalkan harus ikhlas menerimanya karena Allah sudah mengambilnya terlebih dahulu saya sebagai anak yang ditinggalkan hanya bisa mengirim doa kepada ayah saya, semoga ayah saya diterima disis Allah. 12. Bagaimana perasaan saudara tinggal di pondok pesantren? Jawab: Alhamdulillah sangat senang punya kebanggaan sendiri. 13. Kapan saudara ditinggalkan ayah? Jawab: baru 2 tahun yang lalu 14. Berapa umur saudara ketika ayah saudara meninggal dunia? Jawab: baru duduk kelas 1 SMA 15. siapa yang menjeguk saudara setelah ayah saudara meninggal? Jawab: kakak
Serua, 19 Maret 2015 Yang mewawancarai
Winda sari
Yang diwawancarai
Adang Mutaqin
HASIL WAWANCARA
Nama
: Siti Rusmini (pengurus santri akhwat)
Tempat
: Saung Pondok Pesantren Daarut Tauhid
Waktu
: 19.00 WIB
1. Bagaimana latar belakang dan sejarah berdirinya pondok pesantren? Jawab: ya kalau dipondok pesantrenkan di utamakan akhlak karena santri sangat di butuhkan exstra-exstra fiqih kalau di pesantren itu sangat berbeda dengan diluarsana, seperti contoh Nabi Muhammad beliau mencontohkan dari hal yang kecil sampai dengan hal yang besar. 2. Apa visi dan misi pondok pesantren Daarut Tauhiid? Visinya adalah “Sekolah berbasis pendidikan berkarakter dan peduli lingkungan” Misinya yaitu: a. Membentuk lembaga pendidikan yang profesional, amanah, dan bermutu. b. Menjadikan sekolah sebagai pusat belajar yang menyenangkan, pusat aktifitas keislaman, dan pusat pengembangan karakter. c. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan mutu pendidikan. d. Membentuk warga sekolah yang bertauhiid dan beramal shaleh. e. Membentuk warga sekolah berwawasan islam, nasional, dan internasional. f. Mengembangkan potensi kecerdasan warga sekolah untuk mencapai prestasi terbaik. g. Mengembangkan potensi warga sekolah berbekal keterampilan hidup (life skill) dan keterampilan untuk hidup (vocational skill). 3. Apa saja sarana dan prasarana di pondok pesantren Daruut Tauhiid? Jawab: sarana dan fasilitas yang dimiliki pondok pesantren Daarut Tauhiid, yatiu: a. Kantor b. Asrama c. Perpustakaan
d. Masjid e. Lapangan basket f. Ruang guru dan tat usaha g. Akses internet wifi h. Asramaputradanputri i. Gedungsekolahputradanputri j. Kantin 4. Apa saja ekstra kulikuler yang ada di pondok pesantren Daarut Tauhiid? Ektar kulikuler yang ada di pondok pesantren Daarut Tauhiid, yatiu: a. Pramuka b. Kewirausahaan c. Public speaking d. Multi media e. Kajiankitab f. Handicraft g. Tataboga h. Jurnalistik i. Hadroh j. Marawis k. Music l. Muhadoroh m. Futsal n. PMR o. Silat 5. Berapa anak yatim yang menjadi santri di pondok pesantren Daarut Tauhiid? Jawab: 40 orang 6. Bagaimana pelaksanaan program di pondok pesantren Daarut Tauhiid dalam membina akhlak anak yatim? Jawab:salah satunya kebersihan karena dengan kebersihan hati juga akan bersih itu semua harus dengan pembinaan dan butuh bimbingan, aagym
pernah mengatakan berkhitmat kepada pondok pesantren dan berhambung kepada Allah. Begitu juga dengan akhlak, Rasulullah saja memberikan contoh akhlak yang baik dari hal yang kecil sampai dengan yang besar.begitu juga dengan anak yatim dia harus dibina dan dibimbing agar ia mengenal dengan akhlak yang baik dan akhlak yang buruk.
Serua, 19 Maret 2015 Yang mewawancarai
Winda sari
Yang diwawancarai
Siti Rusmini
HASIL WAWANCARA Nama
: Sai’in Kodir (pengurus santri ikhwan)
Tempat
: Saung Pondok Pesantren Daarut Tauhid
Waktu
: 19.02 WIB
1. Apa tujuan bimbingan agama di pondok pesantren? Jawab: berdakwah karena salah satu tujuannya ya itu agar Santri terarah 2. Apa saja program pembinaan akhlak anak yatim di pondok pesantren? Jawab: pendidikan formal,bidang pelatihan ketearampilan, bidang kerohanian 3. Apa metode yang diterapkan di pondok pesantren? 4. Jawab: metode kelompok dan metode individual 5. Apa metode yang diterapkan dalam bimbingan agama? Jawab: metode ceramah dan metode uswatun hasanah 6. Mengapa diadakan bimbingan agama di ponpes? Jawab: karena sebagai umat Islam memiliki kewajiban untuk berdakwah menyeru kebaikan 7. Berapa jumlah santri mukim di ponpes? Jawab: 101 8. Berapa jumlah anak yatim dan berapa yang menjadi mukim? Jawab: 40 0rang yang menjadi mukim 17 orang 9. Siapa yang memberikan bimbingan agama di ponpes? Jawab: ustadz Edi 10. Kapan diadakannya bimbingan agama diponpes? Jawab: setiap hari selasa ba’da magrib dan ba’da insya 11. Bagaimana pelaksanaan bimbingan agama di pondok pesantren? Jawab: awal sholat magrib kemudian pembacaan asmaul husna dilanjutkan dengan pengajian 12. Bagaimana perkembangan anak yatim setelah dilakukan bimbingan agama di pondok pesantren? Jawab: Alhamdulillah mayoritas adanya perubahan Serua, 24 Maret 2015 Yang mewawancarai
Winda sari
Yang diwawancarai
Sai’in Kodir
HASIL WAWANCARA
Nama
: Akmal Jumara (wakil ketua kepala sekolah)
Tempat
: Saung Pondok Pesantren Daarut Tauhid
Waktu
: 20.00 WIB
1. Bagaimana latar belakang dan sejarah berdirinya pondok pesantren? Jawab: sebuah ide dari alumni jamaah alumni. pondok pesantren didirikan sejak tahun 2004 dengan tanah wakaf dari Bapak H.Yunus dengan luas tanah 1 hektar 2000 Meter 2. Apa yang menjadi filosofi pondok pesentren daarut tauhiid? Jawab: satu sarjana satu keluarga 3. Apa saja sarana dan prasarana di pondok pesantren daarut tauhiid? Jawab: kantor, asrama, perpustakaan,masjid, lapangan basket, ruang guru dan tatausaha,asket internet wifi, asrama putra dan putri 4. Dari mana sumber dana yang diperoleh oleh pondok pesentren daarut tauhiid? Jawab: dari ZISWAF zakat infak sedekah wakaf 5. Berapa anak yatim mukim dan PP yang menjadi santri di pondok pesentren daarut tauhiid ? jawab:301 orang 6. Bagaimana pelaksanaan program di pondok pesentren daarut tauhiid dalam membina akhlak anak yatim? Jawab? 7. Apa saja kendala yang dihadapi dalam melaksanaan bimbingan agama di pondok pesentren daarut tauhiid? Jawab: motivas santri 8. Apa saja materi yang disampaikan dalam bimbingan Agama? Jawab: akidah, ibadah dan akhlak 9. Apakah ada kajian (Bimbingan Agama) mengenai akhlak, kalau ada kitab apa dan bab berapa? Jawab: Ada, kitab Ta’alim muta’alim 10. Bagaimana pembimbing memberikan contoh mengenai akhlak kepada para santri? Apakah menggunakan kisah-kisah orang-orang terdahulu atau kisah actual saat ini? Jawab: ya salah satunya seperti sopan santun, disiplin dan menjaga kebersihan, ada tapi tidak sering evan-evan tertentu aja 11. Apakah ada kaitannya tahsin dan tahfids terhadap akhlak? Jawab: ada karena sangat penting sekali dan berpengaruh untuk meningkatkan akhlakul karimah sanri di pondok pesantren daarut tauhiid
12. Apakah ada kaitannya program dzikir dan membaca surat al-Kahfi pada malam Jum’at dengan Akhlak Santri? Jawab: ada, karena sangat berpengaruh terhadap pembentukan akhlak, setiap mereka mengingat allah maka hati akan menjadi tenang 13. Kapan dibina (melakukan Bimbingan Agama)? Jawab: setiap ba’da sholat lima waktu 14. Tempatnya dimana? Jawab: di mesjid 15. Metode seperti apa dalam membina akhlak? a. Apakah ada metode pemutaran kisah nabi-nabi b. Metode amal ma’ruf nahi mungkar Jawab: kalau pemutar kisah ada tapi jarang dan kalau metode amal ma’f nahi mungkar ya pastinya ada 16. yang memberikannya siapa? Jawab: seluruh staf pondok pesantren daarut tauhiid 17. Teknik pembinaan akhlak seperti apa? Jawab: dimulai dari sendiri
Serua, 24 Maret 2015 Yang mewawancarai
Winda sari
Yang diwawancarai
Nomor Lampirann Hal
: Istimewa :: Keterangan Izin Penelitian (Skripsi)
Tangerang, 24 Maret 2015
Kepada Yth: Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta DI Tempat
Asssalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh Pihak Yayasan Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Serua Indah Ciputat, Tangerang Selatan menerangkan Bahwa: Nama Nomor Pokok Semester Jurusan
: Winda Sari : 1111052000010 : VIII : Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Telah mengizinkan mahasiswa tersebut untuk melakukan penelitian di yayasan Pondok Pesantren Daarut Tauhiid dalam rangka penulisan skripsi berjudul “Metode Bimbingan Agama Dalam Membina Akhlak Anak Yatim di Pondok Pesantren Daarut Tauhid Serua Indah Ciputat Tangerang Banten”. Demikianlah surat izin penelitian ini kami buat, agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya atas segala perhatian Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Pihak Yayasan Pondok Pesantren Daarut Tauhiid