Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
MENYIKAPI PERUBAHAN NILAI-NILAI DI TENGAH MASYARAKAT DALAM PEMBINAAN KELUARGA KRISTEN Oleh Irwanto Berutu Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pembinaan keluarga Krisen dalam menyikapi berbagai perubahan nilai-nilai di tengah masyarakat. Perubahan itu bisa dilihat dari dua sisi,pertama perubahan kearah positif hal ini diperlukan oleh semua orang untuk lebih maju, tetapi yang kedua, perubahan secara negatif hal ini ditimbulkan oleh berbagai perkembangan modernisasi secara global. Itu sebabnya tulisan ini akan memaparkan beberapa perubahan-perubahan nilai yang terjadi di tengah masyarakat majemuk dewasa ini, sehingga kekristenan dapat memberi solusi terhadap generasi penerus untuk tetap eksis dan hidup sesuai dengan standard Allah artinya hidup sesuai dengan firman Allah. Penulis akan menekankan tentang pentingnya nilai-nilai etis Teologis lebih di kedepankan daripada yang lain, sehingga kehidupan kekeristenan lebih merujuk kepada kebenaran serta tetap menjaga normanorma etika. Apabila hal ini dapat dilakukan dengan baik,maka perubahan nilai-nilai yang terjadi dalam masyarakat dapat diatasi dengan baik, tanpa harus terlibat kepada praktek yang tidak sesuai dengan kebenaran. Dengan demikian gereja harus berperan penting untuk melakukan pembinaan terhadap keluarga Kristen dari segi spiritualitasnya. Key Word: Perubahan nilai, Pembinaan Keluarga Kristen
12
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
I.
PENDAHULUAN Arus Modernisasi yang diawali sejak revolusi industry pada abad ke – 18 di Inggris telah membawa dampak yang luas bagi dunia, yang merembes sampai keberbagai sektor kehidupan manusia. Perkembangan teknologi semakin pesat sebagai sarana komunikasi dan informasi yang cepat, hal ini dapat kita lihat dari berbagai perkembangan IPTEK yang terus-menerus berkembang. Dari satu sisi perkembangan modernisasi sangat menguntungkan bagi kehidupan manusia yang bisa menggunakan dengan baik, tapi dari sisi negatifnya juga lebh banyak sehingga arus ini begitu kuat, bahkan merebak sampai mempengaruhi kehidupan beragama, tidak terkecuali agama Kristen, munculnya berbagai isme-isme yang dapat dirasakan di tengah-tengah masyarakat yang majemuk sehingga terasa perbedaan yang sangat komplek, itulah sebabnya penulis secara sederhana akan memaparkan bebrapa fakta adanya perubahanperubahan nilai di tengah masyarakat dewasa ini, serta memberikan beberapa sikap sebagai umat Tuhan secara khusus dalam pembinaan keluarga Kristen sehingga umat Tuhan tidak larut kepada modernisasi yang tidak terkontrol, dengan demikian kemajuan teknologi harus berimbang dengan pembinaan secara spiritualitas, maka terang Kristus dapat bersinar dalam kehidupan sehari-hari. II. PENGERTIAN ISTILAH Untuk menyikapai berbagai perubahan nilai-nilai di tengah-tengah masyarakat dalam pembinaan keluarga Kristen, terlebih dahulu penulis akan memaparkan beberapa penjelasan singkat tentang arti istilah, nilai, masyarakat, keluarga Kristen dan perubahan nilai yang dimaksudkan, sehingga para pembaca dapat memahami prinsip dasar yang harus dimilikinya. Bila kita perhatikan dewasa ini banyak masyarakat yang sudah larut dalam arus modernisasi yang tidak terarah, hal ini perlu diantisifasi sejak dini. A. Pengertian Nilai Menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Peter Salim berkata “nilai” adalah Norma berasal dari kata latin
13
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
berarti siku-siku yang digunakan tukang kayu, lalu ukuran (peraturan). Sejak abad ke – 18, istilah norma digunakan dalam ilmu hukum dan sosiologi sebagai ‘aturan’ atau patokan yang berlaku dalam kelompok. Pola atau nilai yang diterima umum dalam kelompok. Jadi norma adalah aturan untuk kelakuan yang diterima dan diikuti berdasarkan kebiasaan, keyakinan atau latarbelakang kebudayaan”, berarti “hal-hal atau sifat yang bermanfaat atau penting untuk kehidupan kemanusiaan, seperti: “ Nilai budaya adalah suatu konsep abstrak sehubungan dengan masalah dasar yang menilai dan sangat penting bagi kehidupan manusia. Dan nilai keagamaan yaitu suatu konsep tentang penghargaan suatu warga masyarakat terhadap masalah-masalah pokok dalam kehidupan beragama yang suci sehingga merupakan pedoman bagi tingkah laku keagamaan warganya”. Bahwa nilai yang sudah dipaparkan diatas adalah sesuatu yang harus dimiliki seseorang dalam kehidupannya, bisa saja merujuk kepada suatu penghargaan atau penghormatan yang dianggap sebagai nilai tertinggi, itu sebabnya ketika seseorang melihat kepada orang lain yang sudah mengalami perubahan dari nilai-nilai yang seharusnya dimilikinya, maka akan terjadi suatu pergeseran kepercayaan terhadap orang tersebut. Nilai yang dimaksudkan tidaklah diukur dari uang, tetapi dilihat dari moralnya, memang tidak semudah yang dipikirkan oleh setiap individu, tetapi ini merupakan standard moral yang harus dipertahankan oleh setiap individu. Nilai seseorang tinggi apabila kehidupannya hidup sesuai dengan kebenaran firman Tuhan, sebab Allah sendiri memberikan suatu penilaian terhadap individu, bila kita perhatikan dalam kitab Wahyu 2:2a berkata: “Aku tahu segala pekerjaanmu: Baik jerih payahmu maupun ketekunanmu, dan bila dibandingkan dari Wahyu 2: 10c “Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan”. Istilah nilai erat hubungannya dengan kata norma, Heuken menuliskan secara gamblang adalah: Istilah nilai atau norma sama-sama menyangkut hubungan manusia dengan sesamanya, dan dalam berinteraksi dengan sesama masing-masing bertekad
14
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
untuk melaksanakan ‘aturan’ norma-norma yang disepakati, diyakini yang pada akhirnya menjadi kebiasaan dan menjadi ukuran. B. Pengertian Masyarakat Pengertian masyarakat secara umum, J.Sinaga mengutip dari Koentjaraningrat dengan mengatakan “Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berorientasi menurut satu system adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinyu yang terikat oleh satu rasa identitas bersamaan”. Dari pengertian ini kita dapat memahami bahwa masyarakat mempunyai cirri yaitu adanya persatuan dan kesatuan, adanya norma-norma yang menetap dan yang dapat mengikat, adanya rasa memiliki dan rasa tanggung jawab. C. Pengertian Keluarga Kristen Di antara masyarakat terdapat keluarga, termasuk keluarga Kristen. M. Manaransyah memberi batasan keluarga secara umum: “Sekelompok orang yang sama asal-usulnya, sekolompok orang yang tinggal di bawah satu atap dan lazimnya harus tunduk kepada satu kepala, sekelompok benda yang saling berkaitan karena memiliki ciri-ciri dan sifat-sifat yang serupa. Keluarga adalah kesatuan dasar pembentuk masyarakat yang intinya adalah dua orang dewasa yang hidup bersama dan bekerjasama memelihara serta mendidik anak-anak kandung atau anak-anak asuh” D. Pengertian Perubahan Nilai Perubahan nilai yang terdapat dalam masyarakat bisa terjadi secara tepat, tergantung perubahan nilai-nilai apa yang dimaksudkan. Menurut Riyono Praktikto yang dikutip J. Sinaga “Kalau dilihat dari arah maupun tujuan perubahan dimana salah satu pemanfaatan dari perubahan ini adalah pembangunan, maka ada perubahan-perubahan yang memang dikehendaki, atau perubahan yang direncanakan, tetapi juga ada perubahan yang tidak dikehendaki”.
15
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
Perubahan nilai yang tidak dikehendaki atau yang terencana disebabkan karena suatu faktor seperti yang dikatakan oleh Robby I Chandra: “Nilai ini terprogram di benak seseorang manusia dan kelompok tertentu sejak usia dini. Karena itu nilai-nilai seringkali dianut tanpa dasar rasional walaupun merasakan bahwa hal tersebut adalah normal”. Dengan demikian sebaiknya sebagai Warga Gereja memiliki nilai yang lebih tinggi yang bersifat kekal, nilai yang dimaksudkan adalah moral yang baik sesuai dengan firman Tuhan sebagai standard hidup kekristenan. Nilai itu akan Nampak apabila seseorang mampu mengambil sikap yang benar sekalipun sulit dan terintimidasi, sehingga apa yang dilakukan sesuai dengan keputusan etis pribadinya. III. LATAR BELAKANG PERUBAHAN NILAI DAN DAMPAKNYA Fakta telah memuktikan bahwa dunia selalu berada dalam suatu arus perubahan. Modernisasi yang terjadi di segala bidang kehidupan manusia mengakibatkan munculnya perubahan-perubahan nilai di tengah-tengah masyarakat semakin jelas. A. Spirit Globalisasi Umat Kristiani berada dalam suatu periode sejarah dunia yang langka. Dunia seakan-akan menjadi satu kampung kecil, dimana informasi dengan begitu cepat dapat diperoleh dan dikirim. Dalam seminar Yakub B Susabda menjelaskan bahwa dalam sejarah dunia ini hanya beberapa kali saja terjadi periode yang mirip: Pertama: Zaman Raja Nebukadnezar. Ia mempunyai ambisi menyatukan seluruh dunia di bawah jajahannya ( Babilonia ). Dunia dijadikan satu nama,satu bahasa dan kalau bisa satu agama. Ia begitu toleransi dan tidak takur merekrut, menyekolahkan orang-orang dari latarbelakang yang berbeda untuk membangun Babilonia. Daniel dan ketiga kawannya dari Israel juga termasuk di dalamnya.
16
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
Kedua: Zaman Alexander Agung. Dibawah spirit Helenisme seluruh dunia disatukan dengan bahasa Yunani Koine dan dengan agama yang hampir sama. Penduduknya boleh menganut agama apa saja tetapi simbol-simbolnya disamakan. Kemudian pada akhir abad ke – 20 tanpa sadar bahwa umat manusia berada dalam era globalisasi, hal ini dapat kita lihat dari proses percepatan media telekomunikasi dan Informasi dari berbagai media elekronik. Situasi seperti ini akan semakin nyata tantangan di depan mata, sehingga mau tidak mau kekristenan harus tetap meletakkan dasar Alkitab sebagai pedoman yang kuat untuk menampik perubahan nilai-nilai dalam masyarakat. Sebagai contoh pada akhir-akhir ini muncul ajaran-ajaran baru sebagai ancaman terhadap persatuan dan kesatuan. B. Modernisasi Spirit globalisasi yang terjadi dalam periode sekarang ini tidak terlepas dari munculnya Renaisance pada abad ke XV, yang berusaha menendang absolusitas kekristenan. Modernisasi adalah proses yang tidak mungkin dapat dilepaskan dari spirit globalisasi dan pada akhirnya membawa serangkaian perubahan nilai dasar. C. Perubahan-perubahan Nilai yang Berkaitan dengan Keluarga Kristen Era globalisasi yang membawa perubahan-perubahan nilai di tengah-tengah masyarakat juga berdampak besar di dalam keluarga Kristen. 1. Feminisme Dalam era globalisasi, hubungan antar pribadi hanyalah sebagau suatu modular (sarana) saja. Motivasi pernikahan hanyalah sebagai modular untuk mendapatkan sesuatu, sehingga peran istri/ibu dalam keluarga digeser. Para istri tidak lagi dihargai sebagai penolong bagi suami, ini menjadi penyebab utama mengapa keluarga Kristen tidak hidup secara harmonis. Belum lagi pihak perempuan ingin menyetarakan harkat dan martabatnya yang juga berjuang sebagai emansipasi peremuan, sehingga peran ibu dalam
17
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
keluarga Kristen mulai bergeser. Hal ini mengakibatkan kehidupan keluarga menjadi hancur berkeping-keping, mengapa? karena masing-masing tidak lagi berjalan sesuai dengan koridor masing-masing, alhasil kehidupan keluarga tidak lagi menjadi panutan bagi masyarakat sekitarnya. Belajar dari persoalan ini, seharusnya kekristenan memiliki pengetahuan akan kebenaran yang merujuk kepada nilainilai etis teologis. 2. Toleranisme Spirit globalisasi membawa arus toleranisme yang cukup tinggi. Pengenalan kepada Allah tidak lagi menjadi keunikan dalam pernikahan dan keluarga Kristen. Seorang Ahli Psikologi dari Universitas Diponegoro berikut: “Pertama-tama kita perlu menyadari bahwa masalah sehari-hari ini meliputi banyak aspek seperti agama, kebudayaan, tata karma yang berbeda-beda. Pluralisme, istilahnya. Jagat kita makin menunjukkan bahwa perbedaan tidak lagi diam tetapi beringas. Dia giat menyerbu kita sampai ke kasur, dapur, sumur kita. Tak ada cara lain kecuali berdamai dengan pluralism itu”. 3. Materialisme Pengaruh matrealisme sangat berdampak negative terhadap kemajuan masyarakat, sebab tidak lagi memperhatikan nilai atau penghargaan yang mulia yang sepatutnya diberikan kepada seseorang yang patut menerimanya, tetapi sudah kecenderungan kepada hal-hal materi atau keuntungan secara individu, hal ini akan merugikan banyak pihak. Tetapi terlebih akan menghancurkan sikap kekristenan yang sepatutnya dimunculkan, segala sesuatu dinilai dengan mata uang atau materi yang diperoleh. Kekristenan harus peka terhadap persoalan ini, sehingga jangan sampai terbawa arus modernisasi. Tuntutan ekonomi bisa saja lebih besar dari seharusnya diterima tetapi ada harga yang yang lebih tinggi yang seharusnya dilakukan.
18
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
4. Selera Menjadi Standar Pernikahan Era globalisasi yang memungkinkan segalanya serba mudah, cepat dan enak sesuai dengan selera masyarakat juga menjadi latarbelakang perceraian keluarga Kristen. Alasan-alasan pasangan Kristen bercerai hampir selalu disebabkan masalah selera yang dikecewakan, akhirnya meninggalkan nilai-nilai Alkitab sebagai dasar pernikahan Kristen, padahal bukan masalah prinsip dalam keluarga Kristen. D. Peran Media Informasi Massa Media informasi yang semakin maju seiring dengan berkembangnya modernisasi, membawa dampak besar bagi terciptanya globalisasi dunia. Alfin Toffer menuliskan dalam bukunya: “Perkembangan ilmu dan teknologi dalam beberapa dasawarsa ini telah beralih ke ‘versnelling’ yang lebih tinggi sehingga melucur dengan lebih cepat… akibatnya dari revolusi informasi dan komunikasi seperti dapat kita pahami…. Adalah adanya kecenderungan menuju globalisasi”. Dengan demikian pengaruh media informasi dalam keluarga tampak juga dalam nilai-nilai budaya yang saling mempengaruhi. “Hampir di setiap kota di Jawa bahkan di seluruh kota besar di Indonesia tentu ada rumah makan padang….. dan hampir semua orang mengenal minuman coca cola. Makanan favorit anakanak Jepang adalah kare (Curry), nasi, Hamburger dan spaghetti…. Dan masih banyak jenis lainnya”.. tetapi hampir semua orang Indonesia menyukai makanan tersebut. Ini sebagai pertanda bahwa ada pengaruh budaya luar terhadap kehidupan masyarakat” Belum lagi berbicara tentang Media canggih seperti Internet yang diminati oleh semua kalangan, padahal banyak dampak negative yang ditimbulkan dengan demikian pengaruh Media dan kebudayaan sangat besar terhadap generasi penerus kita. Apabia tidak diantisipasi sejak dini maka generasi penerus kita akan terjerumus kepada hal-hal duniawi, hidup dengan
19
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
monster-monster yang tidak kelihatan secara langsung tetapi bisa dirasakan, melalui alat multimedia seperti Televisi, Game secara Online dan Internetan. Hal ini bisa mempengaruhi kehidupan seseorang kearah yang tidak benar. E. Kesimpulan Globalisasi merupakan spirit zaman ini yang mempengaruhi segala bidang kehidupan umat manusia. Media informasi masa yang berkembang merupakan katalisator perubahan nilai-nilai dalam masyarakat global zaman ini. Perubahan ke hal postitif bisa terjadi apabila kehidupan umat Tuhan tetap pada koridor firman Tuhan, artinya tidak terpengaruh kepada pergaulan yang buruk yang ditimbulkan dari berbagai media yang bisa diakses kapan dan dimanapun berada. IV. TINJAUAN THEOLOGIS TERHADAP PERUBAHAN NILAI Indonesia adalah Negara yang sedang berkembang kearah modernisasi, maka bersama lajunya pembangunan dewasa ini kita melihat semakin meluasnya industrialisasi dan menyaksikan datangnya peradaban technology modern, terutama di kota-kota besar. Perkembangan ini dengan sendirinya membawa perubahan-perubahan yang mempunyai dampak langsung bagi kehidupan keluarga, baik dalam pola dan peranan keluarga, maupun dalam sikap dan pandangan terhadap nilai-nilai yang menjadi sendi kehidupan keluarga. Kehidupan keluarga Kristen seharusnya tetap eksis dalam menghadapi berbagai isu-isu yang bermunculan di tengah-tengah masyarakat majemuk. A. Penciptaan Sebenarnya bila kita amati lebih dalam, perubahan itu bukan produk manusia, karena manusiapun sebenarnya adalah produk dari satu perubahan, dimana perubahan itu diprakarsai oleh Allah sendiri, sebagaimana tercatat dalam kitab Kejadian 1, yang diawali oleh kata kerja “Menciptakan” yang merupakan kata kerja khusus untuk menjadikan “ada” dari yang tidak ada, Stepen Tong menjelaskan:
20
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
“Kata menciptakan yang dipakai dalam Alkitab bahasa Ibrani, menggunakan kata “Bara” ada beberapa kata dalam bahasa Ibrani yaitu “bara”, “yatsag” dan “asyah”. Kata “bara” berarti menciptakan dasri sesuatu yang tidak ada. Istilah “bara” menunjukkan kepada yang dicipta adalah suatu makhluk yang baru, yang belum pernah ada. Dalam bahasa Latinnya “ creation ex nihilo, yang berarti “Nihil’ kosong. Dari yang kosong menjadi ada, dari tidak ada menjadi ada. Sedangkan kata “asyah” dan “yatsag” berarti membentuk dari materi yang sudah ada. Disini Alkitab menyatakan kepada kita waktu Allah menciptakan langit dan bumi,merupakan creation ex nihilo. Demikian juga pada waktu Ia menciptakan manusia, creation ex nihilo”. Peristiwa penciptaan tidak dapat dipungkiri merupakan suatu perubahan mendasar yang sangat drastis, yang diprakarsai oleh Allah sendiri. Itu sebabnya manusia juga terus – menerus mengalami perkembangan baik melalui karya-karya sendiri untuk menunjukkan segala kemampuannya, apabila karya yang dihasilkan tidak sesuai dengan stadart firman Tuhan maka akan terjerumus kepada hal-hal yang menyesatkan dan membinasakan banyak oknum. B. Kejatuhan Selanjutnya dalam kitab Kejadian 3 mencatat perubahan nilai yang amat tragis dalam diri manusia dan lingkungannya. Manusia dituntut taat pada Allah dan perintahNya (Kej. 2:1617),tapi manusia lebih suka taat dan menuruti bujuk rayu iblis melalui ular serta mengabaikan perintah Allah, yang mengakibatkan terjadinya perubahan (rusaknya) relasi antara manusia dengan Allah, sesama, ciptaan lainnya serta dengan dirinya sendiri. Nilai diri di hadapan Allah telah berubah, tidak lagi senang bersekutu dengan Allah tapi berusaha menjauhkan diri bahkan mereka telah kehilangan kedudukan sebagai refresentatif Allah dan kini mereka berada di bawah penghukumanNya. Hati nurani yang merasa tertuduh membuat mereka tidak dapat merasa tenang, sehingga mereka mulai berusaha mengalihkan tanggung jawab. Adam mengatakan bahwa Hawa, perempuan
21
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
yang diberikan Allah kepadanya, yang menyebabkan dia berbuat dosa (Kej.3:12); ketika gilirannya tiba, Hawa menyalahkan ular (Kej. 3:13). Baik Adam dan Hawa bersalah, tetapi keduanya berusaha untuk mengalihkan tanggung jawab atas dosa mereka itu kepada yang lain. C. Penebusan Kondisi manusia yang jatuh dalam dosa bukan merupakan titik akhir dalam rencana Allah. Jelaskanlah sejak manusia jatuh dalam dosa, Allah telah meyatakan sikap bahwa akan datang keselamatan seperti yang telah diisyaratkan dalam Kej.3:15, yang akhirnya direalisasikan dalam diri Yesus, supaya siapa yang percaya kepadaNya memperoleh keselamatan kekal. Jadi bukan saja manusia yang mengadakan perubahanperubahan, tetapi Allah juga telah melakukan perubahanperubahan nilai yang drastis, sehingga perubahan nilai tidak harus menjadi suatu hal yang selalu dikaitkan dengan konotasi negative, di mana manusia menanggapinya secara apriori, tetapi kita harus mengantisifasi perubahan-perubahan tersebut dengan sikap kedewasaan mental dan spiritual, juga mampu menyoroti serta mendeteksi arah perubahan dengan sikap proaktif. V. SIKAP ETIS KRISTEN DALAM RANGKA PEMBINAAN KELUARGA KRISTEN Menghadapi berbagai perubahan-perubahan nilai pada masa sekarang ini ada dua sikap ekstrim yang umumnya merebak dalam kekristenan yakni sikap yang toleransi dan yang ekslusif. Sikap ekstrim kedua eksklusif (menututp diri), dengan tujuan meindungi unsur-unsur budaya yang tradisional dan tidak mau tahu apa yang sedang, telah dan akan terjadi di sekitarnya. Ia tidak mau menerima perubahan-perubahan nilai bagi diri atau kelompoknya. Setiap perubahan dianggapnya selalu negatif. Ia hidup dalam kebenaranya sendiri dan akhirnya akan mencela orang/pihak lain, sehingga ia hidup dalam kesombongan. Sikap ini bagaikan pelita yang diletakkan di bawah gantang bnd. Mat.5:14. Tuhan Yesus tidak menghendaki kedua hal ini yang terjadi:
22
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
“Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka daripada yang jahat. Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; FirmanMu adalah kebenaran. Sama seperti Engkau telah mengutus Aku dalam dunia demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia; dan Aku menguduskan diriKu bagi mereka, supaya merekapun dikuduskan dalam kebenaran (Yoh. 17:15-19). Melihat situasi yang demikian, gereja memiliki peran yang sangat penting secara khusus dalam pembinaan keluarga Kristen agar dampak dari globalisasi tidak menenggelamkan tetapii justru memacu ‘bahtera’ keluarga Kristen lebih cepat sampai kepada tujuannya, tanpa harus menghentikan arus itu. Yang pertama-tama harus dilakukan gereja adalah kembali kepada sumber etis yang absolute yakni firman Allah dan Yesus Kristus, karena hanya inilah yang tidak pernah berubah di tengah arus perubahan dalam dunia ini. Alkitab dengan jelas mengungkapkan tentang peraturan yang telah ditetapkan Allah untuk ditaati keluarga Kristen. Peraturan itu berisi wewenang dan tanggungjawab tiap-tiap anggota keluarga. Hal ini bahwa suami berada di bawah wewenang Kristus dan bertanggungjawab kepadaNya. Suami adalah kepala keluarga karena itu isteri harus tunduk (Ef. 5:22), termasuk juga anak-anak. Suami sebagai kepala bukan dengan arti kuasa sewenang-wenang. Tetapi kepala sebagai pemimpin dalam keluarga. Sedangkan isteri adalah sebagai penolong dan pelengkap dalam keluarga Kristen sehingga terjalin kebahagiaan. Emansipasi wanita memang telah menghasilkan banyak perubahan positi lain, namun disisi lain ada hal-hal yang merugikan yaitu wanita/istri menjadi pemegang kendali dengan latarbelakang konsep wanita dan pria memiliki hak yang sama. Jadi kaluarga adalah suatu lembaga yang dibentuk berdasarkan ide-ide dan inisiatif Allah. Dengann tujuan terciptanya hubungan dan persekutuan yang berpusat kepada Kristus. Oleh karena itu sebagai lembaga dibentuk oleh Allah maka keluarga tidak bisa dipisahkan begitu saja mengingat konsep pernikahan Kristen adalah meninggalkan, berdampingan
23
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
dan menjadi satu daging (Kej. 2:24). Perceraian sebagai dampak negative dari perubahan-perubahan nilai dalam masyarakat haruslah dibendung dalam kehidupan kekristenan, apalagi hanya karena selera yang berbeda, suatu hal yang bukan prinsipil. Kawin campur (beda agama) apabila diperhadapkan dengan prinsil Alkitab ini pun tidak dapat dibenarkan, karena gelap tidak dapat bersatu dengan terang (II Kor.6:14). Tindakan Praktis Gereja Gereja adalah bagian dari masyarakat yang tentunya mengalami perkembangan dalam banyak aspek kehidupan. Dalam menghadapi dan mengantisipasi perubahan yang begitu cepat dari suatu perkembangan dalam masyarat yang terjadi, maka dalam tindakan praktisnya gereja mengadakan pendekatan dengan beragam metode sehubungan dengan pelayanan pembinaan terhadap warga gerejanya dengan mengklasifikasikan menurut kelompok usia, yaitu: 1. Pembinaan terhadap Warga Gereja Dewasa Pemuridan terhadap warga gereja dengan tujuan prinsipprinsip Alkitabiah dimengerti, dihayati dan dapat dilaksanakan sehingga mereka dapat bersikap benar menghadapi arus perubahan nilai masa kini. Seminar keluarga dengan tema-tema aktual masa kini Konseling keluarga, memberikan pemahaman yang benar dalam hal menolong keluarga melihat kemajuan media informasi dengan mendampingi anak-anak menonton televisi,membaca buku-buku yang belum layak dibaca oleh anak terlebih dahulu. Retreat keluarga dengan tujuan mengakrabkan relasi antar keluarga Kristen. 2. Pembinaan terhadap Remaja/Pemuda Berupa ceramah, seminar,khotbah dengan topik/tema yang sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan mereka. Mengadakan Camp/retreat yang ditindak lanjuti dengan kelompok Tumbuh Bersama (KTB). 3. Pembinaan Terhadap Anak Melalui pembinaan pelayanan Sekolah Minggu Sabtu Ceria, dan panggung bobeka, Sil (Sekolah Injil Liburan) dan juga
24
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
bisa melakukan pelayanan secara pribadi, dengan tujuan memberikan pengertian kepada anak tentang manakah yang patut dicontoh dan yang tidak,membawa anak sedini mungkin untuk hidup takut akan Tuhan dan menghormati orang tua. VI. KESIMPULAN Umat Kristiani tidak dapat menghindari berbagai tantangan yang muncul dari arus globalisasi, yang terus-menerus diperhadapkan kepada perubahan secara ekstrim niai-nilai moral mulai merosot di tengah-tengah masyarakat. Hal ini dimulai dari adanya spirit globalisasi daman zaman yang menjadi benih munculnya semangat renaissance. Membawa dampak pencerahan adalah munculnya Historisisme, Scientisme, Criticisme, Rationalisme, Toleranisme dan Optimisme. Isme-isme itulah yang melatarbelakangi perubahanperubahan nilai di setiap sector kehidupan manusia: Nilai teori nilai sosial, nilai ekonomi, nilai kuasa (Politik), nilai estetika dan juga nilai agama. Dalam hal ini, umat Kristen tidak dapat tinggal diam begitu saja, namun sebaliknya tidak perlu menjadi terlalu risau. Secara teologis, perubahan memang harus ada. Allah yang kreatif memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan. Penciptaan, kejatuhan manusia dalam dosa, penebusan oleh darah Yesus dan pembaharuan hidup manusia yang di dalam Yesus adalah serentetan fakta perubahan yang ada dan dapat dijelaskan secara teologis. Jadi perubahan tidak selalu mengarah kepada hal yang negatif. Di tengah-tengah masyarakat yang terus berubah ini, umat kristiani, khususnya keluarga Kristen harus selalu berpegang, berpedoman, berpedoman kepada yang absolut: Allah, Firman Allah dan Yesus Kristus sebagai pribadi yang memahami kondisi manusia. Sikap yang ekstrim toleran maupun eksklusif bukan yang dikehendaki oleh Alkitab. Doa Yesus dalam Yohanes 17 menjiwai umat Kristiani dalam menyikapi perubahan-perubahan nilai dalam pembinaan keluarga Kristen.
25
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
KEPUSTAKAAN Alkitab, Jakarta: LAI, 2008. Christenson, Larry, Keluarga Kristen, Semarang: Yayasan Persekutuan Betania, 1994. Hadisubrata, M.S. Keluarga dalam Dunia Modern, Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1990. Chandra, Robby I, Konflik Dalam Hidup Sehari-hari, Yogyakarta: Kanisius, 1992. Sidjabat B.Samuel, Strategi Pendidikan Kristen, Yogyakarta: Yayasan Andi, 1995. Suria Sumantri, Jujun., Masalah-masalah Sosial Budaya, Yogyakarta: PT Bayu Indra Grafika, 1987. Tong, Stephen, Peta dan Teladan Allah, Jakarta: LRRI, 1990.
26