Keluarga dan Rumah Tangga: Satuan Penelitian dalam Perubahan Masyarakat1 Achmad Fedyani Saifuddin (Universitas Indonesia) Abstract Family and household are two concepts that have been blended into a single notion in most of the texts on kinship and social organization in the past, because, in many instances, they have interchangeably functions in many developed societies in which nuclear family type is the main reference. But, this situation is much different if we approach our developing societies—with special emphasis, urban—in terms of vastly and hardly social and economic changes. This article proposes to distinguish family and household concepts for analytical purposes. Household in its flexible form provides more promising space for dynamic anthropological research, especially in our society than the classical family concept. Selecting household as a common focus for anthropological research and analysis has both practical and theoretical justifications.
Pendahuluan Kajian mengenai keluarga dan/atau rumah tangga secara tradisional mendapat posisi yang mantap dalam kajian kekerabatan dan organisasi sosial (Fox 1982; Keesing 1975). Kajian kekerabatan sendiri pernah dijuluki sebagai matematikanya antropologi, karena tidak ada satu pun kajian dalam antropologi yang dapat berbicara lebih pasti ketimbang diagram-diagram dalam analisis kekerabatan (Malinowski 1922; RadcliffeBrown 1954). Meskipun kajian kekerabatan merupakan kajian pokok dalam antropologi, lapangan kajian ini kerapkali diperlakukan hanya sebagai satu bagian integral dari sistem sosial yang dipelajari 1
Tulisan ini merupakan versi yang disempurnakan dari makalah yang disajikan dalam Sesi: ‘Menjelang abad ke21: Teori dan Metodologi’ dalam Seminar: ‘Antropologi Indonesia menghadapi Krisis Budaya Bangsa’, tgl. 6-8 Mei 1999 di Pusat Studi Jepang, Kampus Universitas Indonesia, Depok.
ANTROPOLOGI INDONESIA 60, 1999
secara holistik dalam paradigma strukturalfungsionalisme oleh para antropolog di masa lampau (Lihat misalnya Malinowski 1922; Radcliffe-Brown 1954). Keluarga dan rumah tangga dianggap sama sebagai satu bagian dari kajian sistem kekerabatan dan organisasi sosial. Proses sosial dalam masyarakat dianalisis dalam konteks sistem kekerabatan, dan jarang menyentuh proses dalam keluarga atau rumah tangga. Ada anggapan bahwa kedudukan satuan sosial terkecil ini direpresentasi oleh sistem kekerabatan dan organisasi sosial yang lebih luas, yang berfungsi sebagai bagian dari sistem sosial yang integral, yakni masyarakat yang bekerja secara ekuilibrium, statis dan harmonis. (Lihat misalnya Malinowski 1922; Radcliffe-Brown 1954; Firth 1936, 1946; Murdock 1949; Fortes 1969). Konsekuensi berpikir dalam paradigma struktural-fungsionalisme ini tentu saja
19
mempunyai implikasi terhadap metodologi, metode, dan teknik penelitian antropologi (Pelto dan Pelto 1984; Bernard 1988, 1994; lihat juga Little 1992). Para antropolog yakin bahwa para informan yang dipilih secara selektif niscaya representatif bagi domain (ranah) tertentu dalam kebudayaan. Dalam ranah kekerabatan dan organisasi sosial, misalnya, para informan itu adalah para tokoh adat, para tetua kampung, pemimpin setempat, dan sejenisnya yang dipandang tahu benar mengenai seluk-beluk unsur kebudayaan kekerabatan dan organisasi sosial setempat (Fetterman 1989; Spradley 1979). Kategori-kategori informasi dari ranah itulah yang kemudian mengisi buku-buku teks antropologi. Cara melihat sebagaimana dikemukakan di atas tentu sahih menurut jamannya. Pada masa sebelum tahun 1960-an, analisis masyarakat dan kebudayaan yang didominasi oleh pemikiran holistik dan integralistik versi strukturalfungsionalisme kurang mengalami kendala karena sasaran penelitian para antropolog, yakni masyarakat sederhana yang berskala kecil, belum banyak berubah. Pranata yang belum kompleks, didukung oleh populasi kecil, dan pembagian kerja yang belum kompleks dalam masyarakat merupakan faktor-faktor utama yang memungkinkan digunakannya cara pandang tersebut (Fox 1991; Marcus dan Fischer 1986). Strategi penelitian yang berorientasi pada informan yang diseleksi atas dasar kategori ranah dipandang representatif untuk berbicara tentang kebudayaan setempat.
Perubahan sosial budaya Tak seorang pun menampik bahwa masyarakat kita telah dan tengah mengalami perubahan sosial yang besar. Masyarakat yang dahulu terpencil dan dianggap sebagai masyarakat sederhana kini tidak dapat lagi disebut terisolasi karena persentuhan yang semakin intensif dengan dunia luar. Sebagai konsekuensi, perubahan sosial tersebut memberi dampak terhadap paradigma dan
20
metodologi kita dalam melakukan pengkajian (Bernard 1994; Netting, Wilk dan Arnould 1984; Wilk 1991). Kesadaran akan pentingnya pengembang-an paradigma baru dalam mengkaji masyarakat dan kebudayaan yang tengah berubah, sudah lama muncul di negara-negara maju (Bernard 1994; Blaloch 1982; Little 1991; Marcus 1998). Pada tahun 1960-an, paradigma struktural-fungsionalisme sudah banyak dikritik karena dianggap tidak pas lagi dalam menanggapi perubahan yang kian cepat. Dampak paradigmatik dari perubahan tersebut tentu saja juga terjadi pada persoalan metodologi dan metode penelitian antropologi. Kesahihan informan dipersoalkan, apakah segelintir informan representatif terhadap kompleksitas ranah yang makin berkembang ketika masyarakat semakin kompleks dan heterogen pranatanya. Masih dapatkah kekerabatan dipandang sebagai bagian integral dari analisis sistem sosial yang utuh? Bagaimana kebudayaan diformulasikan dari kategori-kategori informasi para informan yang semakin tidak bertautan satu sama lain? Atau, para antropolog terpaksa mempersempit ruang gerak pengkajiannya agar dapat mencapai kesamaan-kesamaan pengetahuan (knowledge sharing) pada tingkat kategorikategori sejumlah individu saja? (Marcus 1998; Marcus dan Fischer 1986).
Rumah tangga sebagai satuan penelitian Tulisan ini mengemukakan sebuah alternatif satuan sosial penelitian agar dapat memecahkan persoalan metodologi di atas. Perubahan masyarakat yang semakin kompleks menuntut kita untuk lebih berhati-hati dalam menentukan satuan penelitian, karena jika tidak, formulasi dan inferensi mengenai kebudayaan akan keliru. Persoalan yang dikemukakan dalam tulisan ini bukanlah hal baru dalam antropologi. Pada akhir 1970-an, para antropolog di negara maju, khususnya Amerika Serikat, mulai menyadari
ANTROPOLOGI INDONESIA 60, 1999
pentingnya menggeser orientasi satuan penelitian, dari komuniti ke satuan yang lebih kecil, yakni keluarga (Stack 1974; Netting 1982, 1984; Wilk 1991). Tidak hanya itu, konsep keluarga yang pada mulanya dianggap sama saja dengan rumah tangga, yakni fungsi domestik saja dari keluarga, mulai dibeda-kan secara analitis. Dalam kenyataan, di lapangan banyak ditemukan bahwa kedua konsep itu tidak selalu selaras bersama. Penulis melihat bahwa kesadaran di kalangan kita mengenai perlunya mempelajari kembali orientasi satuan penelitian ini belum berkembang dengan baik. Kajian mengenai keluarga yang dilakukan kebanyakan bercorak pemikiran struktural-fungsionalisme tanpa mempertimbangkan dampak paradigmatik dalam konteks perubahan. Dalam tulisan ini penulis berpendapat bahwa satuan sosial keluarga atau rumah tangga memenuhi syarat untuk satuan penelitian antropologi mengenai masyarakat kompleks dan tengah berubah. Kebudayaan komuniti, suatu inferensi yang kerap kali dilakukan pada masa lampau, ketika masyarakat sederhana masih banyak ditemu-kan, semakin sukar dicapai pada masyarakat sekarang yang semakin kompleks. Demikian pula ‘informants for understanding community culture’ (Bogdan dan Taylor 1975; Spradley 1979) harus dipikirkan secara lebih seksama. Mereduksi lebih jauh satuan sosial keluarga atau rumah tangga barangkali akan menjerumuskan ke dalam ‘individual box’, satuan yang bukan sasaran perhatian tradisional antropologi. Penulis sependapat bahwa pada masyarakat industri modern pranata keluarga/kekerabatan bersifat sekunder dibandingkan sistem-sistem ekonomi dan kebijakan pengorganisasian masyarakat atau peng-integrasian masyarakat (Keesing 1975; lihat juga Schneider 1984). Tetapi, kedudukan sekunder tersebut harus ditafsirkan sebagai ‘merosotnya pola-pola hubungan kekerabatan yang digunakan pada tatanan ( setting)
ANTROPOLOGI INDONESIA 60, 1999
organisasi sosial formal modern’, bukan pada proses reaktif rumah tangga tersebut terhadap perubahan di lingkungannya (Hackenberg, Murphy dan Selby 1984). Ada beberapa alasan mengapa rumah tangga dapat menjadi orientasi kajian antropologi (Wilk dan Netting 1984; Hammel 1984; Carter 1984), yakni: • rumah tangga adalah ‘the next biggest social unit after the individual’. Dari kedudukan ini, satuan sosial keluarga nampak ideal untuk menempati posisi satuan penelitian antropologi, karena antropolog niscaya tdak akan berbicara pada tingkat individual; • rumah tangga adalah satuan sosial yang selalu reaktif terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya, bukan hanya sekedar satuan sosial yang berintikan pertalian darah dan perkawinan; • baik rumah tangga maupun keluarga didefinisikan oleh kebudayaan. Rumah tangga adalah satuan tempat tinggal yang berorientasi pada tugas (task); sedangkan keluarga adalah pengelompokan kerabat yang tak harus tinggal di satu tempat (localized). Bukan kerabat yang tinggal bersama, seperti pembantu atau pesuruh yang bekerjasama dalam kegiatan tertentu, adalah anggota rumah tangga; sedangkan kerabat yang tak tinggal bersama biasanya (tak selalu) berafiliasi dengan rumah tangga yang lain; • rumah tangga adalah fungsional ekonomi–kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi dalam upaya memenuhi kebutuhan; sedangkan keluarga menekankan pentingnya simbol, nilai, dan makna; • aspek interaksi pribadi dan perilaku afektif dihindari dalam membicarakan keluarga dan rumah tangga. Perilaku anggota rumah tangga dapat diamati dan diverifikasi secara kuantitatif (secara
21
khusus lihat Carter 1984; Hackenberg, Murphy dan Selby 1984). Dilihat dari aspek dinamis satuan sosial yang selalu berhadapan dengan perubahan di lingkungannya, rumah tangga nampaknya merupakan satuan analisis sosial yang signifikan bagi antropologi. Analisis satuan sosial ini mengandung potensi yang besar untuk mengkaji reaksi dan respons terhadap perubahan di lingkungan karena beberapa hal. Pertama, hampir semua orang hidup dalam keluarga atau rumah tangga, keanggotaan yang biasanya dilandasi oleh hubungan kekerabatan perkawinan dan keturunan, yang secara simultan merupakan kombinasi satuan tempat tinggal, suatu satuan kerjasama ekonomi (sekurang-kurangnya distribusi dan konsumsi) dengan satuan yang di dalamnya terdapat (sebagian besar) reproduksi dan sosialisasi anak sejak dini. Kedua, rumah tangga adalah satuan sosial yang mendasar; lebih dari sekedar kelompokkelompok diadik; merupakan arena primer untuk ekspresi usia dan peran jender, kekerabatan, sosialisasi, dan kerjasama ekonomi tempat unsur pokok kebudayaan, ‘the very stuff’(Netting, Wilk dan Arnould 1984) disampaikan dan ditransformasi dalam perilaku; dan merupakan ‘ the next biggest thing on a social map after the individual’ (Netting, Wilk and Arnould 1984). Ketiga, keputusan muncul dari rumah tangga melalui negosiasi, ketidaksepakatan, konflik, dan tawar-menawar. Keputusan untuk kawin, membangun rumah, membawa sanak ke dalam rumah tangga, menyewa pembantu, atau bermigrasi jarang tanpa melibatkan anggota rumah tangga lain, karena semua itu akan berdampak pada morfologi dan kegiatan rumah tangga (Hackenberg, Murphy dan Selby 1984; ScheperHughes 1992; Saifuddin 1992). Keempat, pengumpulan dan pemilikan bersama sumber daya, memroses makanan, memasak, makan, dan berteduh terjadi dalam rumah tangga, yang oleh karena itu dapat dijadikan
22
standar analisis bagi tujuan ekonomi dan ekologi. Nutrisi diukur di sini; pembagian kerja berdasar usia, jenis kelamin, dan status dapat diamati secara langsung, dan anggaran pun dapat dihitung. Kesamaan dapat dilihat dalam sampel besar, dan signifikansi variabilitas dapat diuji secara statistik (Carter 1984; Hackenberg, Murphy dan Selby 1984).
Dari rumah tangga ke masyarakat Langkah selanjutnya setelah kajian lapangan yang berpusat pada rumah tangga dilakukan adalah melaksanakan inferensi dan abstraksi pada tingkat masyarakat yang lebih luas. Adalah tradisi dalam antropologi bahwa penjelasan masalahmasalah sosial dalam masyarakat dijelaskan secara integral. Meski proses dinamik dalam rumah tangga yang menjadi sasaran pengkajian untuk memperoleh data, masalah sosial pada tingkat masyarakat yang lebih luaslah yang sesungguhnya menjadi sasaran akhir. Dengan kata lain, rumah tangga dapat menjadi indikator bagi permasalahan masyarakat yang lebih luas. Untuk memperoleh pemahaman yang lebih akurat mengenai masalah sosial dalam masyarakat, pasti dibutuhkan satuan penelitian yang akurat pula. Barangkali alternatif yang patut dipertimbangkan adalah satuan sosial rumah tangga.
Kepustakaan Bodgan, R.C. dan S.J. Taylor 1975 Introduction to Qualitative Research Methods: A Phenomenological Approach to the Social Sciences. New York: John Wiley. Bernard, R. 1988 Research Methods in Cultural Anthropology. California: Sage Publication Co. 1994 Research Methods in Anthropology: Qualitative and Quantitative Ap-
ANTROPOLOGI INDONESIA 60, 1999
proaches. California: Sage Publication Co. Blalock, H.M. 1982 Basic Dilemmas in the Social Sciences. California: Sage Publication Co. Carter, A.T. 1984 ‘Household History’, dalam R.McC. Netting, R.R. Wilk, E.J. Arnould (peny.) Households: Comparative and Historical Studies of the Domestic Group. Berkeley: University of California Press. Hal.44-83. Firth, R. 1936 We, The Tikopea: A Sociological Study of Kinship in Primitive Polynesia. London: Allen and Unwin. 1946 Malay Fishermen: Their Peasant Economy. London: Routledge & Kegan Paul. Fetterman, D.M. 1989 Ethnography: Step by Step. California: Sage Publication Co. Fortes, M. 1969 Kinship and Social Order. Chicago: Aldine Publishing Company. Fox, R. 1982
Kinship and Marriage. Cambridge: Cambridge University Press.
Fox, R.G. (peny.) 1991 Recapturing Anthropology. New Mexico: School of American Research Press. Hackenberg, R., A.D. Murphy dan H.A.Selby 1984 ‘The Urban Household in Dependent Development’, dalam R.McC. Netting, R.R. Wilk, E.J. Arnould (peny.) Households: Comparative and Historical Studies of the Domestic Group. Berkeley: University of California Press. Hal.187-216. Hammel, E.A. 1984 ‘On the *** of Studying Household: Form and Function’, dalam R.McC. Netting, R.R. Wilk dan E.J. Arnould (peny.) Households: Comparative and Historical Studies of the Domestic Group, Comparative and Historical Studies of the Domestic Group. Berkeley: University of California Press. Hal.29-43. Keesing, R.M. 1975 Kin Groups and Social Structure. New York: Holt, Rinehart and Winston. Little, D. 1992 Varieties in Social Explanation. Westview: Boulder, Co. Malinowski, B. 1922 Argonauts of the Western Pacifics: An Account of Native Enterprise and Adventure in the Archipelago of Melanesian New Guinea. London: Studies in Economics and Political Science, LXV. Marcus, G.E. 1998 Ethnography through Thin and Thick. Princeton, N.J.: Princeton University Press.
ANTROPOLOGI INDONESIA 60, 1999
23
Marcus, G.E. dan M.M. Fischer 1986 Anthropology as Cultural Critique: An Experimental Moment in the Human Sciences. Chicago: Chicago University Press. Murdock, G.P. 1949 Social Structure. Chicago: University of Chicago Press. Netting, R.McM. 1982 Balancing on an Alp: Ecological Change and Continuity in a Swiss Mountain Community. Cambridge: Cambridge University Press. Netting, R.McM. , R. Wilk, dan E.J. Arnould (peny.) 1984 House holds: Comparative and Historical Studies of the Domestic Group. Berkeley: University of California Press. Pelto, P. dan G.H.Pelto 1984 Anthropological Research. The Structure of Inquiry. Cambridge: Cambridge University Press. Radcliffe-Brown, A.R. 1954 Structure and Function in Primitive Society. New York: The Free Press. Saifuddin, A.F. 1992 Stability and Change. A Study of Social Networks and Household Flexibility among the Poor of Jakarta, Indonesia. Tesis Ph.D. tidak dipublikasikan. Pittsburg: University of Pittsburgh. Scheper-Hughes, N. 1992 Death Without Weeping: The Violence of Everyday Life in Brazil. Berkeley: University of California Press. Schneider, D. 1984 A Critique of the Study of Kinship. Ann Arbor: Michigan University Press. Spradley, J.P. 1979 The Ethnographic Interview. New York: Holt, Rinehart, Winston. Stack, C. 1974 All Our Kin. Strategies for Survival in a Black Community. New York: Harper & Row. Wilk, R. 1991 Household Economy. New York: Holt, Rinehart, and Winston. Wilk, R.R. dan R. McNetting 1984 ‘Households: Changing Forms and Functions’, dalam R.McC. Netting, R.R.Wilk, dan E.J. Arnould (peny.) Households: Comparative and Historical Studies of the Domestic Group. Berkeley: University of California Press. Hal.1-28.
24
ANTROPOLOGI INDONESIA 60, 1999