Jurnal Sosiologi DILEMA PERUBAHAN PERAN IBU RUMAH TANGGA PENGARUHNYA TERHADAP HARMONISASI RUMAH TANGGA Muflich Nurhadi Dosen Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126 ABSTRACT Approach which is used in this research is approach of sosiologis, with pursuant to x’self at emphasis of sociology concepts of Robert K merton. Analysis unit which is used in this research is family, while data collected to through survey. Meanwhile analysis technique weared that is by presenting the tables of frequency.This population research goals is husband/ wife spouse ( family ) which is its wife work. From amount of family which [is] its wife work existingly, taken by a number of 30 husband/wife spouse ( 60 responder ), by paying attention directive intake of raised by sampel is Kontjaraningrat ( 1985 : 106).Result of obtained research namely : At laboring wife, where its earnings can answer the demand of entire/all requirement of family, hence of disfunfsional to family businesss, depended economic to its husband become to lower, its independence attitude become highly, so that mount family harmonisasi become to tend to groggyly. The situation at variance with found situation at family where wife work during one month, its earnings only enough fulfill requirement eat just family. Obtained by result of that at this couple, though functional laboring wife still to work of kerumah-tanggaan, in the reality ditemukan that depended economics to its high husband still also. Thereby though wife independence attitude at this group stay in low category, but in the reality at this familys more look to stay in harmonious category A. Pendahuluan
Pada menjelang wafatnya, Aguste Comte membisikkan sebuah kalimat pendek : “Ibu dari anakmu.” Bapak Sosiologi yang juga dikenal sebagai Bapak Positivisme ini, pada saat-saat menjelang dijemput sakaratul-maut telah memberikan status sakral kepada kaum wanita, dengan meninggikan status sosial wanita dan meluhurkan peranan wanita sebagai ibu rumahtangga. Sejalan dengan pernyataan Comte di atas, di Indonesia, RA Kartini pernah menyatakan, bahwa kaum ibu mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting dalam masyarakat. Karena menurut “dia” di bahu kaum ibulah terletak tanggungjawab asuhan generasi muda. Dengan sebuah kaliman pendek RA Kartini menulis:”kaum ibu adalah pengemban peradaban masyarakat.” 42
Untuk dapat mengemban peradaban masyarakat (menurut RA Kartini) serta berperan sebagai ibu rumahtangga (menurut Comte), secara efektif baru dapat dilakukan wanita set elah wanita itu menjalani pernikahan. Sementara itu bagi masyarakat Jawa, pada umunya dan masyarakat Surakarta pada khususnya, pernikahan pada dasarnya merupakan manifestasi dari ikrar bathiniyah yang ditetapkan oleh seorang pria dan wanita (yang bukan muhrimnya) untuk menyatu di dalam kehidupan rumaht angga. Ikrar tersebut secara simbolik digambarkan dengan sebuah telur yang pecah, yang kemudian tidak mungkin untuk dibuat untuk utuh kembali. Demikian juga dengan janji saling mencinta untuk bersatu tersebut, diikrarkan untuk tidak diingkari. Pada tingkat filsafati, upacara : “ pecah telur “
Muflich Nurhadi Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga Pengaruhnya Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga
ISSN : 0215 - 9635, Vol 21. No. 2 Tahun 2009 pada perkawinan adat Jawa merupakan lambang dari leburnya “kedirian” pria dan wanita yang saling mencinta untuk “bersatu” kedalam mahligai rumahtangga. August Comte, RA Kartini dan masyarakat Jawa pada umumnya, meskipun mungkin dengan alasan yang berbeda, nampaknya berada dalam “satu perahu” dengan para pengikut teori “Nature.” Kaum Naturalis sangat percaya bahwa pembagian kerja secara seksual, yaitu suami mencari nafkah dan istri sebagai ibu rumahtangga, adalah sesuatu yang wajar, karena bersumber pada perbedaan struktur genetis antara pria dan wanita. Ide semacam ini secara tersirat juga diyakini oleh para penganut agama samawi di dunia, karena adanya “mitos” penciptaan “hawa” yang terbuat dari tulang rusuk “Adam.” Secara biologis, wanita memang berbeda dengan pria, wanita mempunyai pinggul dan buah dada yang relatif lebih besar bila dibandingkan dengan pria. Alat kelamin wanita juga berbeda dengan alat kelamin pria. “Punya” wanita biasa disebut dengan “dompet,” sedangkan “punyanya” pria biasa disebut dengan “manuk.” Yang “dompet” kedalam, sedangkan “manuknya” keluar. Itulan sebabnya banyak orang percaya, sudah sewajarnya atau bahkan seharusnya jika wanita bekerja atau berperan “kedalam” rumah sedangkan pria mempunyai peranan “keluar “ rumah. Kepercayaan ini semakin kuat karena fakta menunjukkan bahwa wanitalah yang mengandung, melahirkan dan “menyusui” bayi, sehingga wanita dianggap cocok berperan sebagai ibi yang bekerja di dalam rumah. Penganut teori Fungsionalis juga meyakini bahwa pembagian kerja secara seksual tersebut adalah merupakan kebutuhan masyarakat dan untuk kepentingan keluarga secara keseluruhan, bukan untuk kepent ingan pria/suami. Karena pembagian kerja ini sudah berjalan ribuan tahun, maka “ia” telah menjadi
sebuah lembaga kemasyarakatan yang cukup tua umurnya, yang sampai sekarang masih dapat bertahan, meskipun sudah nampak mulai goyah. Karena mekanisme pembagian kerja secara seksual yang telah mapan tersebut, secara pelan-pelan tapi pasti, mulai digugat oleh sebagian warga masyarakat pada umunya dan kaum wanita pada khususnya. Menurut mereka, mekanisme pembagian kerja yang demikian itu, dapat menempatkan wanita ibu rumah tangga menjadi rendah diri. ‘Karena pekerjaan kerumahtanggaan” tidak memiliki nilai t ukar eko nomis. Sebab tugas kerumahtanggaaan memang bukan merupakan bagian dari sistem pasar, oto matis pekerjaan itu tidak dapat mendatangkan materi. Meskipun kalau di Indonesia ada nilai tukar ekonomisnya yaitu tunjangan untuk istri, tetapi jumlahnya berada di bawah gaji seorang pembantu rumah tangga yang belum berpengalaman sekalipun, meskipun di tahun 1992 ini telah dinaikkan 10 %. Itulah sebabnya penganut teori Nurture (yang berseberangan dengan pada pengikut teori Nature) berpendapat bahwa pembagian kerja secara seksual yang menempatkan wanita di pekerjaan kerumahtanggaan, seperti mengurusi anak, menyiapkan makan dan pekerjaan-pekerjaan kerumahtanggaan lainnya, dapat menjadikan para wanita ibu rumah tangga tidak dapat berkembang sebagai manusia. Mereka akan dapat menjadi kerdil untuk seumur hidupnya, karena dunianya serba terbatas. Sementara itu para pria yang berkecimpung dengan kehidupan di luar rumah, akan relatif mempunyai kesempatan lebih banyak untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Para penganut teori Nurture ini sangat yakin bahwa spesialisasi pembagian kerja tersebut tercipta melalui proses belajar dari lingkungannya ( sosialisasi budaya), bukan karena ditentukan faktor perbedaan biologis antara pria dan wanita.
Muflich Nurhadi Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga Pengaruhnya Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga
43
Jurnal Sosiologi DILEMA Konflik dua paradigma t ersebut nampaknya sudah menjalar ke Indonesia, akibatnya pembagian kerja secara seksual tradisional yang telah menjadi lembaga kemasyarakatan yang mapan, sekarang dalam keadaan “gelisah.” Suami sebagai kepala rumahtangga yang dahulu berperan sebagai pencari nafkah tunggal keluarga, sedang istri berperan sebagai ibu rumah tangga, gejalanya sudah nampak mulai berubah. Para wanita ibu rumahtangga dan calon ibu rumahtangga secara beramairamai mulai “melirik” pasar kerja untuk dapat merebut posisi agar ia dapat bekerja. Gerak masyarakat nampaknya berpihak kepada wanita, dengan memberi peluang kepada wanita untuk menempati posisiposisi kerja sesuai dengan tuntutan pasar kerja. Dan realita menunjukkan bahwa ada posisi kerja tertentu yang lebih pas jika diisi oleh wanita daripada jika diisi oleh pria. Perubahan peran wanita ibu rumahtangga ini tentulah memiliki berbagai akibat, diantaranya adalah terhadap harmonisasi rumah tangga. Topik penelitian ini dipilih dalam rangka ingin mendiskripsikan masalah tersebut. B. Rumusan Masalah Sebagai unit terkecil masyarakat, keluarga akan dilihat sebagai sebuah sistem yang memiliki bagian-bagian, yang masingmasing memiliki fungsi dan sekaligus saling fungsional secara timbal balik. Dengan melihat keluarga dari sudut pandang itu maka konsekuensi masalah penelitiannya yang telah dipilih akan diurai dengan menggunakan pendekatan sosiologi, khususnya dengan menggunakan teori Sistem dan teori Fungsionalnya Robert K Merton, serta teori-teori lain yang separigma dengan kedua teori di atas, yang dianggap akan dapat membantu unt uk mendiskripsikan masalah penelitian berikut, yakni : “sejauh mana fungsi ibu rumahtangga yang berkarier terhadap harmonisasi rumah tangga?’ 44
C. Tujuan Penelitian Ingin mengetahui ibu rumahtangga yang bekerja dalam kaitannya terhadap harmonisasi rumah tangga. D. Manfaat Penelitian Untuk melihat kehistorisan teori Struktural Fungsional, serta menguji teori yang bersangkutan. Disamping itu juga bermanfaat sebagai bahan untuk merumuskan hipotesa penelitian yang lebih meyakinkan/ lebih tajam.
E. Tinjauan Pustaka Menurut wawasan sistem sosial, bahwa kehidupan sosial itu diat ur sedemikian rupa sehingga setiap aspek dari kehidupan sosial, meskipun secara rumit dan secara tidak langsung, berhubungan satu sama lain. Wawasan ini adalah deterministis dalam arti perubahan pada unsur apapun dalam suatu sistem ditentukan oleh unsurunsur lainnya, dan demikian pula setiap unsur adalah merupakan unsur determinan lainnya. Sehingga perubahan dan perkembangan di dalam suatu aspek kegiat an sosial tertentu akan dapat menghasilkan perubahan at au perkembangan, atau memiliki at au menimbulkan reaksi pada aspek kehidupan lainnya. Ada dua bentuk utama bagaimana unsur-unsur yang beraneka ragam dalam sistem sosial saling mempengaruhi satu sama lain. Yang pertama, dimana suatu perubahan yang disengaja dalam suatu aspek kehidupan tertentu menghasilkan reaksireaksi pada aspek-aspek lainnya, sedemikian rupa sehingga sistem tersebut kembali kepada keadaan semula. Sementara itu bentuk interaksi yang kedua adalah dimana suatu aspek kehidupan t ertentu menghasilkan akibat pada aspek-aspek yang lain sedemikian rupa, sehingga memperbesar perubahan yang terjadi dalam sistem ( Berry : 1981 : 14-16 ).
Muflich Nurhadi Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga Pengaruhnya Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga
ISSN : 0215 - 9635, Vol 21. No. 2 Tahun 2009 Pola-pola perubahan dalam elemenelemen sistem sebagai akibat dari perubahan pada suatu elemen sistem tertentu, akan dijelaskan dengan pendekatan teori Fungsional sebagai berikut : Pertama kali perlu dijelaskan bahwa Robert K Merton sangat yakin bahwa integrasi sosial atau keseimbangan sistem yang benar total atau tuntas, tidak mungkin dapat diharapkan akan terjadi. Karena setiap elemen kultural dalam sebuah sistem akan dapat fungsional pada elemen tert entu, tetapi disfungsional terhadap elemen lainnya. Fungsi atau konsekuensi objektif dapat berupa konsekuensi atau Fungsi manifest dan fungsi latent. Selanjutnya Merton memperingatkan bahwa analisa yang baik dari kaum fungsionalis, seharusnya t idak hanya mengamati fungsi dan disfungsi, tetapi juga harus memperhatikan fungsi latent dan fungsi manifest dan alternatif fungsi di dalam setiap analisanya (Poloma, 1984 : 3840 ). Yang dimaksud dengan fungsi adalah konsekuensi dari setiap kegiatan sosial yang tertuju pada adaptasi suatu struktur tertentu dari bagian komponenya, sedangkan dengan disfungsi dimaksudkan sebagai konsekuensi yang tertuju pada disintegrasi (Coser dan Rosenberg) dalam Poloma, ibid : 29). Sementara itu fungsi dapat berupa fungsi manifest, yaitu konsekuensi objektif dari suatu praktek kultural yang membantu penyesuaian dari sistem dan disadari oleh para partisipan dalam sistem tersebut. Disamping itu, fungsi juga dapat berupa fungsi lat ent., yaitu suatu prakt ek kebudayaan yang tidak disadari atau tidak dimaksudkan terjadinya.
F. Metode Penelitian Memilih salah satu teori sosiologi secagai landasan untuk kerangka teori suatu penelitian, didalamnya terkandung suatu keputusan utnuk menggunakan metode penelitian tertentu yang ditujui oleh teori tersebut ( George Hitzer, 1980, 67 )
Menyesuaikan dengan pendapat diatas, penelitian yang lebih bersifat diskriptif, ini lebih menitikberatkan pada pendekatan kuantitatitf , dengan menggunakan kuisener dan interview sebagai alat pengambilan data kuisener yang sifatnya tertutup, akan diwawancarakan untuk mengambil data primer, sedangkan gejala yang akan ditelusuri dengan pertanyaan-pertanyaan dalam kuisener bervariasi dari gejala nominal, ordinal dan interval. Dalam hal yang kedua, utnuk menjaring informasi sebanyak-banyaknya, interview dilakukan dengan tanpa pedoman interview yang ketat. Sebagai alat bantu, juga akan digunakan observasi, baik untuk membantu penggalian data sekunder, dan apabila dimungkinkan juga akan digunakan sebagai alat kontrol data primer yang diambil dengan kuisener. Observasi disini, dimaksudkan sebagai observasi non partisipasi. G. Populasi Dan Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh keluarga yang suami-istri secara bersamasama bertugas mencari nafkah. Karakteristik keluarga yang dimikian itu nampak tidak tercatat dalam monografi desa. Untuk dapat mengindentifikasikan po pulasi yang demikian itu, maka dibutuhkan metode observasi. Dan dari hasil observasi dapat diketahui bahwa keluarga yang suami dan istri secara bersama-sama mencari nafkah, ternyata memeliki banyak varian. Karena beberapa varian masih belum ’mantab’ maka akan diambil empat varian yang nampak dominan dilokasi penelitian yaitu : a. Suami dan istri masing-amsing sebagai Pegawai Negeri. b. Suami sebagai Pegawai Negeri, dan istrinya sebagai Pedagang. c. Suami dan istri masing-masing sebagai Pedagang yang berdiri sendiri. d. Suami dan istri secara bersama-sama menekuni suatu usaha perdagangan.
Muflich Nurhadi Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga Pengaruhnya Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga
45
Jurnal Sosiologi DILEMA Karena keterbatasan waktu dan dana, maka jumlah po pulasi yang sempat diindentifikasi sebanyak 153 KK, dengan perbandingan sbb : Untuk varian yang keluarga yang suami dan istri masingmasing sebagai Pegawai sebanyak : 39 KK, untuk varian keluarga yang suami sebagai Pegawai dan istrinya sebagai Pedagang sebanyak : 42 KK, sedangkan suami dan istri secara sendiri –sendiri memiliki usaha dagang yang terpisah sebanyak : 41 KK, dan varian keluarga yang suami dan istri secara bersama-sama menekuni suatu usaha perdagangan sebanyak : 31 KK. Untuk itu maka perbandingan masing-masing varian kurang lebih : 4 : 4 : 4 : 3. Kalau 10 % dari populasi sudah dianggap cukup sebagai sampel, maka dalam penelitian ini akan diambil 20 % dari populasi yaitu 60 responden, atau 30 pasang suami istri. Untuk varian yang suami istri pegawai negeri sebanyak 8 keluarga, suami pegawai negeri dan istri pedagang 8 keluarga, suami dan istri masing-masing pedagang tapi terpisah 8 keluarga, dan yang untuk suami dan istri secara bersam-sama menekuni suatu usaha perdagangan sebanyak 3 keluarga yang masing-masing telah terpilih secara random. Untuk itu maka tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah stratifikasi proporsional random sampling. H. Analisa Data Karena penelitian diskriptif ini masih sebatas tahap ingin melihat kecenderungan fungsi wanita yang berkerja dalam kaitannya dengan integrasi keluarga, disamping itu juga terdapatnya keterbatasan waktu, maka data yang terkumpul akan dianalisa denga ntehnik prosentase I. Hasil Penelitian 1.Potret Istri Yang Bekerja Beserta Fungsinya Ada dua fungsi yang harus dikembangkan secara khusus dalam suatu
keluarga, yaitu mendidik anak dan memproduksi makanan. Karena keluarga terdiri dari seorang pria dans eorang wanita, maka akan sangat menguntungkan kalaus alah satu fungsi diberikan kepada salah satu jenis seks, dan fungsi lainnya diberikan kepada jenis seks lainnya. Secara tradisional jenis seks wanita mendapatkan fungsi di rumahtangga, sedangkan jenis seks pria bertugas mencari nafkah ke luar rumah. Dengan adanya pembagian kerja seksual tersebut, pria dan wanita sudah dapat dididik ke arah fungsi (pendidikan seks). Yang akan mereka mainkan nantinya apabila mereka membentuk rumahtangga. Tetapi setelah arus materialisme berkembang, mekanisme pembagian kerja secara seksual mulai dipersoalkan, sebab nilai perilaku seseorang dalam suatu proses interaksi sosial, akan dikur dari berapa besar “ganjaran“ yang diterima sebagai imbalan dari perilakunya, dalam bentuk materi atau uang. Sementara itu karena pekerjaan rumahtangga tidak merupakan bagian dari sistem pasar, maka „ia” tidak mempunyai nilai tukar atau bahkan tidak akan mungkin bisa diukur menurut harga pasar. Akibatnya pekerjaan wanita di dalam rumahtangga cenderung akan menjadi pekerjaan yang kurang berharga bila dibandingkan dengan pekerjaan pria yang dapat menghasilkan uang. Di dalam jaman tareialisme ini harga sosial seseorang akan cenderung untuk dihubungkan dengan kesanggupannya mencari dan menumpuk uang. Oleh karena pekerjaan dan tugas kerumahtanggaan tidak mempunyai nilai tukar ekonomis, maka tugas itu cenderung dianggap rendah. Anggapan itu nampaknya mampu “menyihir” para wanita yang melaksanakan tugas sebagai ibu rumah tangga menjadi merasa kurang berharga. Di samping berkembangnya arus mat erialisme, arus individualisme nampaknya juga berhasil menunjukkan
46 Muflich Nurhadi Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga Pengaruhnya Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga
ISSN : 0215 - 9635, Vol 21. No. 2 Tahun 2009 bagaimana “menjungkir balikkan” cara berfikir warga masyarakat di indonesia pada umumnya dan masyarakat Surakarta pada khususnya, terutama jika diukur dari budaya bangsa Indonesia. Pendapat individualisme nampak terwakili oleh John struat Mill sebagai berikut : Semua wanita sejak mula-mula, dibesarkan dengan kepercayaan bahwa sifat-sifat yang luhur dari mereka adalah sifat-sifat yang bertentangan dengan lakilaki. Wanita tidak memiliki keinginannya sendiri, atau bahkan untuk memiliki hidup mereka sendiri (Arief Budiman, 1982 : 5). Mill sebenarnya ingin mengatakan bahwa istri yang bekerja sebagai ibu rumahtangga seakan-akan dipenjarakan di suatu dunia yang tidak menyenangkan dan tidak merangsang perkembangan kedirian dan kepribadiannya.Sehingga mereka bisa menjadi kerdil seumur hidupnya, karena dunianya serba terbatas, dan pada gilirannya sikap kemandiriannya sebagai individu yang bebas dan mandiri akan terbatas atau bahkan tertindas. Pengaruh dua idiologi di atas itulah yang diduga ikut mendorong terjadinya “pemberont akan” sebagian wanita terhadap pembagian kerja secara seksual yang tradisional. Dan pemberontakan ini nampaknya mendapat dukungan masyarakat, sehingga secara perlahanlahan tetapi pasti pembagian kerja seksual yang secara tradisional tersebut nampak mulai retak. Gejala ini dapat dilihat dari banyaknya wanita yang bekerja mencari nafkah, baik untuk memenuhi kebutuhannya sendiri maupun untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Berbagai jenis pekerjaan yang secara tradisional biasa diperankan oleh pria, secara perlahan-lahan sudah mulai diisi oleh para wanita. Uraian pada bab ini berusaha mendiskripsikan fungsi istri yang bekerja mencari nafkah bagi keluarganya di daerah lokasi penelitian yang telah dipilih. Selanjutnya untuk melakukan hal
tersebut akan dibantu dengan menunjukkan tabel-tabel pendukung. Pada bagian awal ini akan ditunjukkkan keadaan dari peran yang dilakukan istri menurut jenis pekerjaan pokok yang dipilihnya.
Dari data yang terkumpul tersebut dapat ditunjukkan bahwa sebagian besar (56,6 %) istri yang terpilih sebagai responden kerja sebagai pegawai. Kalau dirinci lagi ternyata 36,6 % dari seluruh responden istri yang bekerja sebagai pegawai negeri sedangkan selebihnya yakni 20 % bekerja sebagai pegawai swasta. Yang menjadi pengusaha, termasuk di dalamnya sebagai pedagang sebanyak 13,33 %. Sementara itu jumlah selebihnya yakni sebesar 30 % bekerja sebagai buruh serta lain-lain. Selanjutnya akan dilihat tentang kaitan antara pendapatan pokok dengan kecenderungan pemenuhan kebutuhan pokok rumahtangga hariannya, sebagaimana akan ditampilkan oleh tabel berikut :
47 Muflich Nurhadi Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga Pengaruhnya Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga
Jurnal Sosiologi DILEMA Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa pendapatan istri dari pekerjaan pokok mereka, ternyata lebih banyak menyebar diantara Rp. 500,000,- sampai dengan Rp. 1,000,000,-. Kecenderungan tersebut dinyatakan dalam tabel sebesar 53,3 %. Sementara itu mereka yang berpenghasilan kurangd ari Rp. 500,000,ditunjukkan oleh tabel di atas yakni sebesar 26,6 %. Mereka yang berpenghasilan di antara Rp. 1,000,000,- sampai dengan Rp. 1,500,000,- ditunjukkan oleh tabel sebesar 16,6 %. Sementara itu ditunjukkan pula oleh tabel tersebut, bahwa selebihnya sebesar 3,3 % berpendapatan di atas Rp. 1,500,000,Selain dat a tersebut, dari hasil wawancara dengan beberapa ibu rumahtangga di lokasi penelitian dapat disimpulkan bahwa kebutuhan minimal kebutuhan rumahtangga sehari-hari, khususnya pada sektor makan, kurang lebih sebanyak Rp. 500,000,- per bulan. Sementara itu pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari pada sekt or lainnya membutuhkan biaya berkisar Rp. 500,000,Dengan demikian pada setiap bulannya kebutuhan harian dari ibu rumahtangga yang diteliti yakni sebesar Rp. 1,000,000,Selanjutnya pada bagian ini akan diungkap tentang bagaimana sikap istri terhadap penghasilan yang diterima setiap bulannya. Untuk itu perhatikan tabel berikut :
untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, yakni sebesar 16,7 %. Sementara itu dari tabel sebelumnya ( tabel 7 ), dapat diduga kalau mereka yang berpenghasilan antara Rp. 1,001,000,- sampai dengan Rp. 1,500,000,- saja sudah sebesar 16,6 %, sedangkan mereka yang penghasilannya di atas Rp. 1,500,000,- adalah sebesar 3,33 %, maka tentunya pada kelompok inilah yang kiranya akan memberikan pendapatannya pada kategori cukup. Untuk itu istri yang akan menyatakan pendapatannya setiap bulannya cukup untuk kebutuhan sehariharinya adalah sebesar 19,93 %. Ternyat a hasil penelitian ini menunjukkan angka prosentase yang lebih rendah dari dugaan sebelumnya, barangkali memang ada kriteria lain yang dipandang mempengaruhi mereka untuk menentukan kriteria cukup itu sendiri. Sementara itu dari data pada tabel tersebut dapat ditunjukkan bahwa mereka yang menyatakan pendapatnya tidak begitu mencukupinya pendapatan yang diterima setiap bulannya untuk kebutuhan harian rumahtangganya, adalah sebesar 23,3 %. Selanjutnya dapat ditunjukkan pula bahwa jumlah selebihnya ( 60 % ) merasa bahwa pendapatan yang diperolehnya untuk kebutuhan harian rumahtangga setiap bulannya adalah tidak mencukupi. Pada bagian ini akan ditunjukkan bagaimana pendapat istri tentang pembelanjaan pendapatan mereka setiap bulannya guna pemenuhan kebutuhan makan setiap bulannya. Hal itu akan ditunjukkkan oleh tabel berikut :
Berdasarkan data dari tabel di atas ternyata mereka yang menyatakan pendapatnya tentang penghasilannya cukup 48
Muflich Nurhadi Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga Pengaruhnya Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga
ISSN : 0215 - 9635, Vol 21. No. 2 Tahun 2009 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa istri yang menyatakan pendapatnya tentang bagaimana sikap mereka terhadap pemenuhan kebutuhan makan setiap bulannya dari pendapatan yang mereka perolehnya. Mereka yang menyatakan cukup untuk mencukupinya pendapatan yang diperolehnya untuk kebutuhan makan setiap bulannya yakni sebesar 36,66 %. Sementara itu dari seluruh istri yang bekerja yang menyatakan itu dari seluruh istri yang bekerja yang menyat akan bahwa pendapatannya kurang begitu mencukupi buat pemenuhan kebutuhan makan setiap bulannya adalah sebesar 26,66 %. Sementara itu dari tabel tersebut selebihnya yakni sebesar 36,66 % menyatakan bahwa pendapatannya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan makan setiap bulannya buat keluarganya. Selanjutnya pada bagian ini akan ditunjukkan bagaimana pendapat suami terhadap pemenuhan kebutuhan rumahtangganya dengan hadirnya istri yang terlibat dalam mencari nafkah. Untuk itu penjelasannya dapat dibantu dengan menggunakan tabel berikut :
ekonomi rumahtangganya, dapat dilihat dari hasil jawaban dari pertanyaan kuisioner no.18 sebagaimana ditunjukkan oleh tabel di atas. Separo lebih (53,3 %) dari seluruh responden suami, menyat akan bahwa kebutuhan sehari-hari keluarga sudah dapat tercukupi, meskipun istrinya tidak bekerja. Sedangkan yang 30 % menyatakan bahwa tanpa pendapatan istrinya, kebutuhan sehariharinya kurang dapat tercukupi. Sementara itu selebihnya yakni sebesar 16,6 % secara tegas menyatakan bahwa jika istrinya tidak bekerja maka kebutuhan harian rumahtangganya tidak tercukupi. Kesimpulan yang dapat diambil dari data di atas yakni bahwa sebagian besar responden istri yang bekerja ternyata secara ekonomis masih tetap tergantung pada pendapatan suaminya, karena sebagian responden istri menyatakan pendapatnya bahwa pendapatannya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari rumahtangganya. Dan hal itu juga disadari oleh para suami mereka. Sementara itu data tersebut juga menunjukkan bahwa sebagian suami maupun istri, secara tidak langsung menyatakan bahwa dengan bekerjanya sang istri ternyata juga tidak fungsional bagi pemenuhan kebutuhan ekono mi rumahtangga. Selanjutnya akan ditunjukkan bagaimana keadaan t ugas-tugas kerumahtanggaan dari istri yang bekerja, sebagaimana akan ditunjukkan oleh tabel berikut :
Dari pert anyaan yang diberikan kepada para suami yang istrinya dijadikan responden dalam penelitian ini, khususnya tentang bagaimana peran pendapatan istrinya dalam upaya pemenuhan kebutuhan
Muflich Nurhadi Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga Pengaruhnya Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga
49
Jurnal Sosiologi DILEMA Dari tabel tersebut ditunjukkan bahwa ternyata istri yang bekerja tidak selamanya membutuhkan peran pembantu rumahtangga, meskipun sebagian besar rumahtangga (63,4 % ) yang dijadikan responden menyatakan memiliki anak yang berumur di bawah 10 tahun. Data yang diperoleh dari jawaban responden terhadap pertanyaan nomor 8, ternyata sebesar 63,3 % dari seluruh responden (baik istri maupun suami) menyatakan tidak memiliki pembantu rumahtangga pada saat penelitian ini dilakukan. Selebihnya sebesar 36,7 % responden menyatakan menggaji pembantu rumaht angga untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan kerumahtanggaannya. Pada bagian berikut akan ditunjukkan siapa yang biasa melakukan pekerjaan kerumahtanggaannya, pada keluarga yang istrinya bekerja. Hal tersebut akan diperlihatkan dengan menampilkan tabel berikut :
Data yang telah dikumpulkan juga menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan- peker jaan- peker jaan kerumahtanggaan seperti memandikan, menyiapkan pakaian anak, memberi makan anak dan belanja untuk kebutuhan seharihari, memasak dan lain sebagainya, ternyata masih lebih banyak dilakukan oleh istri daripada dilakukan oleh pembantu rumahtangga. Bahkan dari pertanyaan nomor 15 diketahui bahwa 83,3 % untuk responden istri dan 76,6 % untuk responden suami menyatakan bahwa tugas kerumahtanggaan 50
dalam keluarganya dapat diselesaikan tanpa bantuan pembantu rumah tangga. Sementara itu selebihnya 16,7 % dari responden istri dan 23,3 % dari responden suami menyatakan bahwa pekerjaanpekerjaan kerumahtanggaan dengan tanpa bantuan pembantu rumahtangga. Kesimpulan yang dapat diambil dari data di atas adalah bahwa sebagian besar istri yang bekerja ternyata masih tetap fungsional bagi pekerjaan kerumahtanggaan. Kesimpulan yang dapat diambil dari sub bab ini, yakni : Dari data tentang istri yang bekerja beserta dengan fungsinya sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, maka terlihat adanya kecenderungan-kecenderungan sebagai berikut : Sebagian besar (63,3 %) istri yang bekerja, ternyata pendapatannya berada pada Stratum kurang dan tidak dapat untuk mencukupi kebutuhan makan seluruh Keluarga, apalagi unt uk memenuhi kebutuhan sehari-harinya secara keseluruhan. Sedangkan sebesar 36,6 % merasa pendapatannya dapat mencukupi keduanya. Dari data penelitian terlihat adanya kecenderungan bahwa sebagian besar Istri yang bekerja nampak kurang fungsional bagi pemenuhan kebutuhan ekonomi rumahtangga. Ketergantungan ekonomi istri yang bekerja tersebut kepada suaminya juga kelihatan masih cukup nampak. Ist ri yang bekerja dengan pendapatan seperti telah diuraikan sebelumnya,ternyata masih cenderung tetap fungsional bagi pekerjaan kerumahtanggaan. Sebagian responden istri yang bekerja tersebut ternyata memiliki sikap Kemandirian yang cukup kuat. Kesimpulan yang dapat ditarik dari kecenderungan di atas adalah bahwa, apakah istri yang bekerja itu akan fungsional atau disfungsional bagi pemenuhan kebutuhan
Muflich Nurhadi Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga Pengaruhnya Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga
ISSN : 0215 - 9635, Vol 21. No. 2 Tahun 2009 ekonomi keluarga, saling ketergantungan antara suami dan istri, dan pekerjaan kerumahtanggaan, akan sangat dipengaruhi oleh seberapa besar pendapatan istri ( Sebagai interveining variable ). Tetapi istri yang bekerja berapapun pendapatannya cenderung akan menjadi lebih mempunyai sikap kemandirian. 2. Tingkat Harmonisasi Rumah Tangga Unit terkecil masyarakat adalah keluarga, sehingga seperti halnya masyarakat, maka masyarakat juga dapat dilihat sebagai sebuah sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang saling tergantung satu sama lain. Keseluruhan sistem tersebut memiliki seperangkat kebutuhan yang harus dipenuhi oleh masing-masing bagian yang fungsional, agar sistem tetap berada dalam keadaan seimbang atau harmoni. Bilamana tidak terpenuhi, maka kondisi tersebut akan dapat berkembang ke suatu keadaan yang bersifat patologis atau dis-harmoni. Kesatuan fungsional atau keadaan harmoni suatu sistem dibatasi sebagai suatu keadaan dimana seluruh bagian dari sistem sosial dapat saling fungsional, sehingga dapat tercipka keselarasan dengan tanpa atau sedikit konflik yang tidak berkepanjangan dan semakin membesar. Tetapi kesatuan fungsional atau keadaan harmoni yang lokal nampaknya bertentangan dengan fakta, karena suatu bagian dari sebuah sistem bisa fungsional bagi suatu sub-sistem tertentu tetapi ternyata dapat dis-fungsional bagi subsistem lainnya. Kondisi dimana masing-masing subsistem dapat saling fungsional satu sama lain akan mengarah pada keadaan harmoni, kesesuaian fungsi dapat tercapai kalau terdapat adanya persamaan nilai dan norma. Sebaliknya kondisi dimana masing-masing sub-sistem saling disfungsional, sebenarnya merupakan perwujudan dari tidak adanya kesepakatan atau konsensus tentang nilai dan norma. Dan hal itu akan mengarah
kepada konflik dan dis harmoni. Tetapi dalam penelitian ini, konflik justru akan ditempatkan sebagai suatu proses yang bersangkut paut dengan harmoni, dalam arti bahwa konflik dianggap sebagai pembuka bagi terjadinyaproses harmonisasi. Harmonisasi dalam suatu sistem dapat dikatakan tercapai apabila : a. Tercapainya semacam konsensus mengenai nilai dan norma. b. Bagian-bagian dari sistem dapat saling fungsional atau dapat saling mengisi kebutuhan yang satu dengan yang lainnya. Dari data yang diperoleh dalam penelitian ini, khususnya data tentang nilai dan norma yang dimiliki oleh suami dan istri yang berkaitan dengan nilai istri yang bekerja, dapat dilihat dari tabel sebagi berikut :
Dari tabel tersebut dapat terlihat bahwa konsensus antara suami dan istri terhadap nilai istri yang bekerja pada tingkat respon yang setuju, nampak terdapat kesepakatan, yaitu masing-masing 53,33 %. Tetapi yang menyatakan kurang setuju dengan istri yang bekerja, pada varian istri sebanyak 3,33 %, artinya 3,33 % dari responden istri yang bekerja sebenarnya tidak setuju jika istri itu harus bekerja seperti dirinya. Sedangkan pada varian suami sebanyak 23,3 % menyatakan kurang setuju
Muflich Nurhadi Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga Pengaruhnya Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga
51
Jurnal Sosiologi DILEMA kepada istri yang bekerja, meskipun pada tingkat realita istri mereka juga bekera. Pada respon ini (kurang setuju) nampak tidak ada konsensus terhadap nilai istri yang bekerja, sehingga paling ridak dari seluruh responden pasangan keluarga, terdapat 20 % keluarga yang mengalami konflik nilai tentang istri yang bekerja. Tetapi jumlah prosentase yang sama ( 20 % ), nampak terlihat pada responden yang menyatakan sangat setuju yaitu 43,33 % untuk istri, dan 23,33 % untuk suami. Kesimpulan yang dapat diambil dari data tersebut, adalah konflik nilai nampak sangat polar, dalam arti terdapat 20 % dari seluruh responden keluarga, yang suami menyatakan kurang setuju kalau istrinya bekerja, tetapi sang istri justru menyatakan sangat setuju jika istri bekerja. Data diatas nampaknya sangat didukung oleh data yang diperoleh dari jawaban pertanyaan kuisioner lainnya, sebagaimana yang akan ditampilkan dalam penjelasan berikut : Dari hasil jawaban atas pertanyaan yang khusus ditujukan kepada suami didapatkan 36,6 % suami menyatakan bahwa istri sebenarnya lebih pas untuk mengurusi urusan-urusan kerumahtanggaan. Dan 26,66 % suami menyatakan bahwa sebaiknya seorang istri memang tidak usah mencari nafkah, tetapi mendidik dan mengurusi anak-anak di rumah. Data diperoleh dari jawaban pertanyaan nomor 32 dan 33. Prosentase yang kurang lebih sama (23,33 %) dari seluruh responden suami merasa bahwa istrinya kadang-kadang dan sering bersikap kurang menyenangkan suami, dan sikap kurang menyenangkan tersebut menurut suami dikarenakan istrinya merasa juga bekerja atau dapat menghasilkan uang. Kesimpulan yang dapat ditarik dalam sub bab ini adalah tingkat harmonisasi keluarga yang dijadikan sampel penelitian, sebagian besar (70 %) dapat tetap tejaga, meskipun istrinya ikut bekerja mencari 52
nafkah. Sementara itu yang selebihnya (30 %) tingkat keharmonisan rumahtangganya nampak gelisah. J. K E S I M P U L A N Dari semua data yang telah diuraikan dapat dilihat bebrapa kecenderungan berikut : Hubungan istri yang bekerja dengan tingkat harmonisasi keluarga, terjadi melalui tingkat pendapatan istri. Dalam arti bahwa jika istri yang bekerja tersebut pendapatannya dapat untuk mencukupi seluruh kebutuhan keluarga, maka disfungsio nal bagi urusan-urusan kerumahtanggaan, ketergantungan ekonomis kepada suaminya menjadi rendah, sikap kemandiriannya (istri) menjadi tinggi, sehingga tingkat harmonisasi keluarga dapat menjadi goyah, meskipun seluruh kebutuhan ekonomi keluarga relatif dapat tercukupi. Sementara itu istri yang bekerja yang pendapatannya hanya cukup unt uk memenuhi kebutuhan makan keluarga saja, maka ia akan tetap fungsional bagi pekerjaan-pekerjaan rumaht angga, ketergantungan ekonomisnya kepada suami juga tetap tinggi. Sementara itu sikap kemandiriannya berada dalam kategori rendah, saling ketergatantungan suami-istri tetap tinggi, dan keluarganya nampak berada dalam kategori harmonis.
Muflich Nurhadi Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga Pengaruhnya Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga
ISSN : 0215 - 9635, Vol 21. No. 2 Tahun 2009 DAFTAR PUSTAKA Arif Budiman, 1985, Pembagian Kerja Secara Seksual, Jakarta, PT Gramedia Berry, David, 1982, Pokok-pokok Pikiran dalam sosiologi, Disunting dan diantar oleh : Drs. Paulus Wirusutomo MSc, Jakarta, CV Rajawali Johnson, Doyle Paul, 1986, Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid 1 dan 2, diindonesiakan oleh Robert MZ Lawang, Jakarta, PT Gramedia. Koentjaraningrat, 1985, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta, PT Gramedia Poloma, Margaret M, 1984, Sosiologi Konteporer, Penerjemah Yacogama, Jakarta, CV Rajawali Ritzer, George, 1985, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, penyadur Alimandan, Jakarta, CV Rajawali.
Muflich Nurhadi Perubahan Peran Ibu Rumah Tangga Pengaruhnya Terhadap Harmonisasi Rumah Tangga
53