Irwanto Berutu – Eutanasia Sebagai Tindakan Bunuh Diri
EUTANASIA SEBAGAI TINDAKAN BUNUH DIRI oleh
Irwanto Berutu (Dosen Tetap STT Paulus Medan, PUKET III)
Abstraksi Penelitian ini berjudul Eutanasia Sebagai Tindakan Bunuh diri, dilakukan sebagai tindakan yang tidak bermoral, hal ini dilakukan karena kurangnya pemahaman tentang arti kehidupan, tujuan kehiduapan serta akhir kehidupan yang sesungguhnya. Hidup adalah perjuangan, ini suatu prinsip yang harus dipegang oleh orang-orag percaya sehingga dapat bertahan hidup sekalipun harus mengalami penderitaan yang sangat fatal sekalipun, harus bias menghindari tentang perbuatan euthanasia aktif yakni kematian secara terhormat, yang tergolong juga kepada tindakan bunuh diri. Key Words: Eutanasia, Kematian Terhormat, Bunuh diri.
PENDAHULUAN Kalau kita berbicara tentang kehidupan manusia, tidak terlepas pula hubungannya dengan kematian. Sebab semua yang hidup akan mati dan bersifat misteri karena tidak seorangpun yang tahu tentang waktu, tempat dan penyebab dari kematian itu. Dewasa ini di era globalisasi muncul berbagai macaam tehknologi yang mengarah kepada kemajauan iman kristiani, maka kehidupan manusia akan mengalami goncangan dan tekanan berat, dating dari berbagai pihak sehingga timbul rasa kebencian, kepaahitan, ketakutan dalam hidup, hal ini membuka
113
Irwanto Berutu – Eutanasia Sebagai Tindakan Bunuh Diri
pintu kepada pikiran dan tindakan untuk mengakhiri kehidupan dengan bunuh diri. Kematian yang disebabkan oleh diri sendiri, baik secara langsung maupun tidak langsung adalah merupakan kasus pembunuhan secara kriminal. Tetapi ada juga kasus-kasus tertentu yang menyebabkan kematian seseorang, seperti karena serangan penyakit yang tidak dapat diobati oleh dokter, apakah oleh karena bencana, kecelakaan atau karena akibat penggunaan tehnologi mekanis (Rachels, 1975). Namun hal yang perlu dibahasa dalam jurnal ini adalah menyangkut tentang kematian karena bunuh diri, berarti ada indikasi kesengajaan yaitu dengan cara terhormat atau karena alasan kasih. Dalam hal ini Firman Allah akan menjawab dari tindakan isu-isu bio medis terhadap kematian seseorang. Sebagai orang Kristen tindakan harus berpedoman kepada Firman Allah, bukan karena sesuatu hal dianggap sebagai tindakan kasih kepada sipenderita, atau karena sikap tindakan putus asa dalam menghadapi sakit-penyakit, dan lain sebagainya. Tetapi harus memperhatikan dari segi lain, dari tatanan kehidupan manusia, serta aturan-peraturan yang telah ditetetapkan Allah yang terdapat dalam Alkitab. Orang nekad melakukan bunuh diri biasanya, karena tidak memiliki suatu pegangan iman yang kokoh, sehingga terlalu cepat tergoda dan mudah menjadi putus asa, akibatnya melakukan bunuh diri secara Eutanasia. Yang terpenting sebagai orang kristiani harus memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan terlebih kepada Allah, sehingga tidak cepat putus asa, melainkan berserah kepada Allah, membiarkan Allah bekerja dan memberikan jalan keluarnya. I. BUNUH DIRI MENURUT PANDANGAN UMUM Menurut pandangan umum, bahwa tindakan bunuh diri berkonotasi kepada dosa. Itu sebabnya semua orang akan berpandangan bahwa bunuh diri salah satu tindakan yang tidak bermoral dan tidak memiliki iman secara baik dan benar. A. Arti Bunuh Diri Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, bubuh diri adalah: “ Sengaja mematikan diri/ membunuh supaya mati” atau 114
Irwanto Berutu – Eutanasia Sebagai Tindakan Bunuh Diri
isitilah yang dipakai adalah menghilangkan atau mencoret, menghapuskan”. Bunuh diri suatu tindakan yang tidak pantas serta melanggar hak prerogative Allah, sebab Allah yang menciptakan kehiduapan manusia, sehingga kita harus terima sebagai anugerah yang besar, serta menggunakan hakk untuk hidup bagi Allah dan hidup bagi sesame manusia. Berdasarkan pada Firman Allah bahwa “ Allah menyatakan hidup matinya manusia adalah milik Tuhan, biarlah manusia itu mati di dalam Tuhan agar jehidupannya berkenan kepada Tuhan, tetapi kematian yang tidak dikehendaki Tuhan akan mendapat pengadilan” ( Ul. 32: 39). B. Bentuk Bunuh diri Secara Eutanasia Bentuk bunuh dirin tidak selamanya hanya berfocus kepada gantung diri atau menghakhiri hidup dengan minuman yang beralkohol, tetapin juga ada tindakan lain yang sering diabaikan oleh masyarakaat yang juga bias tergolong kepada pembunuhan atau bunuh diri, oleh karena alasan-alasan tertentu, seperti: Tidak mau berobat ke dokter, atau karena alasan ekonomi dan masih banyak alasan-alasan yang bisa saja masuk akal,, tetapi alasan itu semua mengarah kepada keputus asaan sehingga akan pasrah menerima kenyataan. Adapun kasus yang diambil dalam Jurnal ini adalah tentang bunuh diri secara Eutanasia yakni kematian secara baik. Manusia mengakhiri kehidupannya dengan kematian. Kematian tersebut dapat didahului suatu siksaan dalam penderitaan akibat sakit-penyakit atau karena tidak normalnya fungsi organ tubuhnya. Bagi sebagian orang menganggap bahwa daripada tersiksa menderita yang berkepanjangan serta menyusahkan keluarga, maka keputusannya untuk menghakhiri nyawa sipenderita. Hal ini terjadi karena setiap orang memiliki hak untuk mati secara terhormat, bermartabat dann ada juga yag berserah kepada Tuhan. Kematian yang baik dan menyenangkan ini disebut dengan Eutanasia, Eutanasia memberikan arti “ konotasi” yang positif terhadap tindakan tersebut. Hal ini merupakan usaha untuk memiliki kematian yang menyenangkan atau tanpa rasa
115
Irwanto Berutu – Eutanasia Sebagai Tindakan Bunuh Diri
sakit, alasan paling mendasar untuk ini adalah menghindari penderitaan yang berkepanjangan, biasanya dari natur fisik”. Dipandang dari segi kematian tersebut dapat terjadi dengan mencabut kehidupan itu dari seorang untuk menghindari penderitaan dan siksaan sebelum mati. Proses kematian ini disebut “ Eutanasia Aktif”. Misalnya seseorang pendedita di ruang ICU dengan peralatan medis. Setelah mencabut peralatan medis tersebut sipenderita akan mati, tetapi atas persetujuan keluarganya. Proses ini juga tergolong pada tindakan “bunuh diri” karena disengaja dengan sadar membuka peralatan medis yang merupakan bagian dari hidupnya. Hal ini umumnya terjadi pada keluarga golongan ekonomi menengah keatas. Proses lain yang sering terjadi adalah membiarkan kematian itu terjadi, untuk menghindari penderitaan atau siksaan dalam hidupnya. Tindakan proses ini disebut “ euthanasia pasif”. Misalkan seorang sipenderita yang sedang sakit parah membutuhkan perawatan secara medis, tetapi tidak dilakukan pertolongan secara cepat, sehingga sipenderita akhirnya mengalami kematian. Kasus ini juga tergolong kepada pembunuhan karena tidak segera diberikan pertolongan secara medis, hal ini umumnya terjadi pada keluarga miskin atau keluarga yang tidak harmonis (Moreland, 1988 ). Dari uraian proses kematian diatas, dapat dinyatakan bahwa: “ Tidak satupun dari yang sudah didebutkan merupakan kematian yang wajar, semuanya itu tidak wajar. Kematian mereka bukan karena akibat dari proses alamiah, tetapi kematian yang hanya diprakarsai oleh manusia” . Dalam hal ini, sangat dipentingkan kerjasaama yang baik antara pasien, keluarga dan pihak dokter yang menangani dalam hal bio medis, sehingga semua pihak dapat memberikan solusi yang terbaik. Memang satu hal yang tidak bisa kita pungkiri dan halangi adalah kekuasaan dan rencana Tuhan bagi kehidupan dan kematian manusia. Berdasarkan pandangan umum manusia terhadap tindakan bunuh diri adalah semua tindakan euthanasia aktif dan pasif tidak diperbolehkan karena tidak ada wewenang manusia untuk mengakhiri kehidudpan ini. Yang terpenting tetap
116
Irwanto Berutu – Eutanasia Sebagai Tindakan Bunuh Diri
memelihara kehidupan dan berusaha untuk menolong si penderita dengan maksimal. C. Sikap dan Argumentasi Terhadap Eutanasia Aktif Bunuh diri berdasarkan faham Eutanasia Aktif dilakukan karena beberapa hal yakni: 1. Satu tindakan Kasih kepada yang Menderita. Daripada tersiksa secara berkepanjangan, atau rasa sakit yang tertahankan, maka lebih baik mengasihi apabila memberikan kematiannya (J.W. Willw anda Barbara, 1985). 2. Merupakan Tindakan Kasih kepada Keluarga yang Menderita Mempercepat kematian yang tudak dapat dielakkan akan meringankan penderitaan keluarga pasien/sipenderita juga mengangkat beban dari keluarganya, baik secara social, psikology, fisik dan batin. 3. Meringankan Keluarga dari Ketegangan Finansial yang Berat. Bagi keluarga merupakan beban financial (Ingat: Kesehatan merupakan harta kekayaan yang tidak terhitung nilainya). Dapat berdampak luas di dalam keluarga, baik tabungan, biaya pendidikan, kebutuhann hidup sehari-hari akan terkuras, oleh karena itu tindakan euthanasia aktif/bunuh diri tersebut adalah merupakan tindakan kasih kepada sipenderita dan keluarganya. 4. Meringankan Masyarakat dari Beban Sosial. Diprediksi bahwa semakin banyak yang menderita sakita karena factor usia lanjut, banyak diantaranya tidak akan pulih kembali/sehat seperti semula, sehingga sebaiknya dipercepat kematiannya untuk mengurangi beban social dan financial perawatan dari masyarakat lain di luar keluarganya. 5. Merupakan Tindakan Kasih Sayang untuk Dilakukan. Pada dasarnya tidak beda halnya pada manusia, hewan maupun tumbuhan, misalkan seperti yang diungkapkan Rachels James: “ Bandingkan dengan seorang anak bayi lahir cacat, dengan seekor kuda yang patah kakinya, atau 117
Irwanto Berutu – Eutanasia Sebagai Tindakan Bunuh Diri
beberapa kecambah kelapa sawit terpaksa harus dibunuh untuk menghindarkan dia dari penderitaan yang mendalam karena kematiannya perlahan-lahan dan menyakitkan. C. Evaluasi Terhadap Tindakan Eutanasia Aktif. Dari uraian diatas, yang merupakan sikap dan argumentasi terhadap tindakan euthanasia ( bunuh diri ) masih perlu dievaluasi dan ditinjau dari sudut pandang “ Perspektif Kristiani”. Karena semua pandangan dan sikap tersebut masih didasarkan atas presuposisi kemanfaatan yang sangat menolak pengakuan – pengakauan yang dianut orang Kristen tentang kedaulatan Allah dan kekudusan hidup manusia yang diciptakan Allah menurut rupa dan gambar Allah. 1.Tidak ada Hak dan Iman untuk Bunuh diri. Firman Allah dalam Keluaran 20: 13 berkata: ‘ Jangan Membunuh’ dari ayat tersebut sudah jelas bahwa tidak ada hak manusia untuk mengakhiri kehidupannya dengan cara dan alasan apapun, tetapi sebaiknya harus merawat, serta memelihara kehidupan yang telah dianugerahkan Allah kepada manusia, sebab Allah memiliki rancangan bagi setiap kehidupan orang. Dengan demikian sebagai ciptaan yang paling mulia harus menyadari setiap keberadaan kita tidak terlepas dari pandangan, serta kasih saying. Dan juga tidak ada alasan untuk bertindak bunuh diri, sebab hidup dan mati manusia ada dalam kemaha kuasaan Allah. Firman Tuhan mengatakan “ Akulah yang mematikan dan menghidupkan . . . dan seorangpun tidak ada yang dapat melepaskan dari tanganKu”. Hal ini juga yang dinyatakan Ayub ddikala menghadapi sakit-penyakit yang parah “ Tuhan yang memberi Tuhan yang mengambil” ( Ayub 1- 21 / bahwa Allah yang menciptakan manusia ( Kej. 1: 27 ). Jadi manusia perlu menyadari arti hidup yang sesungguhnya, sebab kehidupan berpasangan dengan kematian. Kematian yang dimaksudkan kematian secara wajar, bukan menciptakan kematian dengan cara-cara yang tidak wajar yakni dengan melakukan tindakan euthanasia.
118
Irwanto Berutu – Eutanasia Sebagai Tindakan Bunuh Diri
Dengan demikian penganut faham euthanasia aktif adalah secara jelas melanggar firman Tuhan, artinya tidak sesuai dengah aturan-aturan Tuhan, tentang kehidupan dan kematian manusia. Bila kita pahami secara mendalam bahwa tindakan euthanasia bisa merujuk kepada menggantikan fosisi Allah. Jelas hal ini sangat keliru dan tidak dapat diterima sebagai tindakan kasih. Seharusnya percayakan diri sepenuhnya kepada Allah, Dia akan bertindak dan memberikan jalan keluar. Ternyata pengalaman Ayub sangat terbukti, karena keteguhan hatinya dan percaya kepada Allah, dia menerima pemulihan yang sempurna dari Allah. 2. Tidak Ada Peraturan atau Undang-undang Memberi Hak Membunuh. Tidak ada hak untuk membunuh, artinya tidak diberikan hak mengambil hidup manusia yang tidak berdosa dan hal ini tidak konstitusional dan tidak boleh menurut ajaran firman Tuhan ( Geisler, 1993). 3. Membunuh Orang Yang Menderita bukanlah Sikap Murah Hati Walaupun alasan euthanasia membunuh karena untuk menghindari penderitaan, kesengsaraan maut atau dari siksaan sakit, tetapi hal ini tidaklah dibenarkan, karena tindakan itu merupakan tindakan kejahatan ( Kel. 20: 13 ) Menurut Moreland tindakan itu bukanlah sikap murah hati ( Moreland, 1988 ). Sikap murah hati harus diterapkan secara benar, yang bersumber dari kasih dan saying. Kata murah hati menunjuk kepada siapa saja yang membutuhkannya. Jadi tidak ada alasan kasih kepada sipenderita dengan melakukan euthanasia. Manusia yang bermoral dan beretika harus mempertahankan kehidupan ini dengan sebaik mungkin, terlepas dari situasi sakit, susah maupun senang. Hidup penuh dengan rasa tanggung jawab kepada Allah sebagai pemberi kehidupan. Dengan demikian kita pasti bisa terhindar dari perbuatan euthanasia, sebab hidup dan mati kita ada di tangan Tuhan (Filp. 1: 21), tetapi kalaupun harus mati, biarlah mati sesuai dengan cara tuhan, bukan dengan tindakan euthanasia.
119
Irwanto Berutu – Eutanasia Sebagai Tindakan Bunuh Diri
II. PANDANGAN TEOLOGIS TERHADAP TINDAKAN BUNUH DIRI Sejak permulaan penciptaan manusia, Allah sudah memberikan ketetapan atau peraturan yang menyangkut kehidupan manusia, harus diperhatikan secara baik, bahwa Allah tidak membenarkan manusia untuk mengakhiri hidupnya, dengan alasan apapun. Sepuluh Hukum Taurat telah diberikan kepada bangsa Israel (Kel. 20: 1 – 17). Khususnya dalam ayat 13 berkata “ Jangan membunuh “. Ini adalah aturan atau ketetapan Tuhan yang harus kita pegang sebagai dasar hidup. Tujuannya supaya manusia mengetahui kedaulatan Allah terhadap ciptaanNya, dan juga mampu memelihara kehidupan secara baik serta mempermuliakan Allah dalam segala keadaan. Rasul Yakobus berkata: “ Saudara-saudaraku anggaplah sebagai suatu kebahagiaan apabila kamu jatuh kedalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tidak kekuranagan suatu apapun” ( Yak. 1: 2-4 ). Belajar dari ayat diatas bahwa sakit-penyakit tiak cukup menjadi alasan untuk melakukan tindakan bunuh diri, sebab dalam segala sesuatu Allah dapat menyatakan kekuasaanNya. Apakah karena mengalami kesembuhan atau kematian, yang pasti bukan karena perbuatan manusia, sebab hak manusia adalah memelihara kehidupan ini secara maksimal. Demikian juga dalam Kitab Roma 5: 3-4 berkata “ kita tahu bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan”. Inilah bukti iman yang harus kita jalani sampai kita mengerti apa rencana Tuhan dibalik penderitaan yang dialaminya. Penderitaan bukan merupakan kejahatan untuk menghindari tetapi menjadi suatu masa dimana kita dapat merenungkan arti kehidupan itu. Sebab kehidupan harus memiliki proses yang panjang, tetapi inti dari semuanya harus menjalani hidup dengan penuh arti. Bukan memikirkan apa yang saya peroleh, tetapi bertanya dalam hati apa yang bisa saya 120
Irwanto Berutu – Eutanasia Sebagai Tindakan Bunuh Diri
perbuat untuk kemuliaan Allah, sehingga kita mampu memberikan jawaban yang baik terhadap diri sendiri. Bagi kehidupan manusia, tidaklah bisa dapat dibukukan atau dihitung secara iman kristiani, sebab manusia diciptakan menurut rupa dan gambar Allah. Yesus Kristus berkata ‘ Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi kehilangan nyawa” ( Mark. 8: 36 ). Jadi, dalam hal ini ayat ini menegaskan bahwa janganlah TUJUAN kita membenarkan segaala cara, tetapi JADIKANLAH kebenaran menjadi jalan untuk mencapai tujuan yang mulia dan teruji.
KESIMPULAN Dari beberapa pembahasan sebelumya, maka Penulis dapat memberikan kesimpulan dalam Jurnal “ Sotiria “ ini secara teologis, sehingga dapat bermanfaat bagi pembaca dan para mahasiswa/i. STT Paulus Medan. Sehingga dapat menyikapi berbagai isu yang terjadi pada masa kini, khususnya tentang tindakan terhadaap bunuh diri secara euthanasia yang sering mencuat di media televisi, surat kabar dan lainnya. Alkitab merupakan jawaban pasti yang tidak dapat diganggu gugat kebenarannya, sebab Allah sebagai pencipta “ jangan membunuh” (Kel. 20: 13). Tidak ada alasan bagi kita untuk melanggar kehidupan kita, seperti dalam Keluaran 21: 12 akan dibinasakan. Sebagai contoh yang terakhir, dalam kasus Yudas Iskariot sebagai murid Yesus, melakukan tindakan bunuh diri dengan menggantung diri (Mat. 27: 1-5) tidak layak dihadapan Allah, karena tidak menghargai kedaulatan Allah. Jadi tindakan secara euthanasia sekalipun bersifat sukarela atau karena kasih, itu juga tergolong kepada pembunuhan atau bunuh diri secara terprogram. Demikian juga halnya pada kasus Raja Saul bunuh diri (I Sam. 31: 4). Allah akan membalaskan setimpal dengan perbuatan masing-masing. Bunuh diri merupakan kejahatan yang tidak dapat ditolelir karena tidak hanya melanggar kedaulatan Allah dan kekudusan hidup, tetapi juga gagal untuk bertanggung jawab atas hidup yang telah dipercayakan Allah kepada manusia. Tindakan ini gagal memperlihatkan sikap menghargai diri sendiri yang mendasar,
121
Irwanto Berutu – Eutanasia Sebagai Tindakan Bunuh Diri
seperti yang dijelaskan Rasull Paulus bahwa: “ Tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatnya” ( Ef. 5: 29 ). Hal inilah yang harus dilakukan oleh setiap orang, sehingga kita dapat mensyukuri segala pemberian Allah, dan Paulus juga menuliskan bahwa “ Hidup dan matiku di tangan Allah” ( Filp. 1 : 20-23 ).
122
Irwanto Berutu – Eutanasia Sebagai Tindakan Bunuh Diri
KEPUSTAKAAN
Alkitab, Jakarta: LAI, 1994. Geisler, Norman L. Etika Kristen - Pilihan dan Isu. Malang: Saat, 1993. Stoot, Jhon. Isu-Isu Global – Menentang Kepemimpinan Kristiani. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/ OMF, 1996. Rachels, James. Aktive and Passive Euthanasia. London: New England Journal of Medicine, 1975. Koop C, Everett, The Right to live The Right to die. Wheaton: Tyndale House, 1975. Moreland J.P. The Active Euthanasia Debate. London: 1988. Poerdarminta W.J.S Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1976.
123