BAB II BOM BUNUH DIRI SEBAGAI JIHAD DALAM HUKUM ISLAM
Mengorbankan diri sendiri dalam peperangan sudah sejak lama dikenal. Para fuqaha pun secara ringkas telah membahasnya. Akhir-akhir ini kita banyak mengenal aksi serupa dengan menggunakan bahan-bahan peledak, granat, ranjau dan senjata-senjata lainnya. Pada zaman sekarang ini, sebuah senjata bisa menghancurkan sebuah kota secara keseluruhan, dan menghilangkan banyak jiwa manusia hanya dalam sekejap tanpa membedakan antara militer dan rakyat sipil. Islam mendorong umatnya untuk berjihad di jalan Allah, mengarungi lautan peperangan dan samudra bahaya dalam rangka meninggikan kalimat Allah. Islam juga memberikan semangat kepada umatnya untuk berani menghadapi berbagai bahaya dan halangan serta tantangan dalam rangka mencari keridhaan Allah, memperoleh kemuliaan berupa kematian sebagai seorang syahid dengan penuh kebesaran dan kebahagiaan, karena Allah telah menyediakan balasan yang tak ternilai bagi para mujahid di jalan-Nya. Ada pahala besar, surga yang penuh kenikmatan, keutamaan dan kemuliaan dari sisi-Nya. Aksi bom bunuh diri yang dilakukan oleh kaum muslimin khususnya di Palestina ini oleh Muhammad Tho’mah Al-Qadah lazim disebut dengan aksi bom
2
syahid.1 Meski dikalangan umum, khususnya pandangan orang-orang barat aksi ini disebut aksi bunuh diri.
A. Pengertian Bom Bunuh Diri Bom merupakan sebuah senjata modern yang digunakan untuk berperang dan dapat membunuh banyak nyawa. Bom bunuh diri merupakan sebutan atas tindakan yang dilakukan seseorang yang meledakkan dirinya dengan menggunakan bom. Bunuh diri / Intihar menurut bahasa berasal dari kata naharahu yang berarti menyembelihnya, dan Intahara ar-rajulu berarti seseorang menyembelih diri sendiri.2
Yang dimaksud adalah seseorang melakukan
bunuh diri. Adapun menurut istilah syar’i adalah “ Orang yang membunuh dirinya sendiri dengan menghilangkan ruhnya, melalui salah satu cara yang mengakibatkan kematian, dikarenakan tertimpa musibah yang tidak kuat ia tanggung, atau tertimpa ujian yang ia tidak sabar menghadapinya.”
3
Imam
al-Qurtubi mendefinisikan ; Intihar adalah seseorang yang membunuh diri sendiri dengan sengaja, untuk menghilangkan kerakusan terhadap dunia dan harta sampai mendorongnya pada bahaya yang membawa pada kehancuran,
1
Muhammad Tho’mah Al-Qadah, Aksi Bom Syahid dalam Pandangan Hukum Islam, Pustaka Umat, Bandung, 2002, hlm 23 2 ibid, hlm 18., Lihat, Ibnu Mandhur, Lisanul Arab, Juz 5 : 195 - 197 3 MT. Al-Qadah, op cit, hlm 18., lihat, Al-Ali, Ibrahim, Filisthin al-Muslimah, edisi ke 10, tahun 1995, hal 51
3
atau mungkin saja dikatakan pada ayat “ Dan janganlah kamu membunuh dirimu “4 dalam keadaan panik atau marah.5 Bunuh diri atau intihar adalah tindakan yang dilarang oleh agama. Diri manusia pada hakekatnya hanyalah barang titipan yang diberikan Allah. Oleh karena itu titipan itu tidak boleh diabaikan.6 Dalam melakukan aksi tersebut para pelaku telah mempersiapkan diri dengan baik. Tindakan inipun tidak dapat dilakukan oleh semua orang, hanya orang – orang tertentu saja yang dapat melakukannya. Mengorbankan diri atau al-Mughammarah bisa berarti as-syiddah ( kekerasan ). Al-Mughammir berarti orang yang terjun dalam kekerasan atau hal-hal yang mencelakakan. Maka al-Mughammir (orang yang berkorban) ialah orang yang menceburkan dirinya dalam bahaya, atau orang yang berani mengarungi kerasnya kematian (Syuja’ Mughammir).7 Aksi-aksi dalam masa perang
saat ini, dengan menggunakan
bahan peledak seperti bom, dengan berbagai cara penggunaannya baik dengan bantuan alat maupun dilakukan secara manual, dengan mengikatkan pada tubuh maupun kendaraan yang dikendarai. Sehingga si pelaku itu sendiri ikut menjadi korban bahkan mati. Dari hal ini muncul sebutan aksi bom bunuh diri. Meskipun bagi para pelaku berniat untuk menaklukkan musuh dengan kesiapan mengorbankan diri sendiri, dan ia pun sadar bahwa kemungkinan
4
An – Nisa ayat 29 Al – Qurtubi, Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, Juz 5, hlm 156 - 157 6 Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam, PT Bina Ilmu, Surabaya, 1990, hlm 452 7 MT. Al Qadah, op cit, hlm 15 – 16. 5
4
besar ia akan terbunuh.8 Aksi bom ini dapat pula diistilahkan dengan al– ‘Amaliyyat al- Isytisyhadiyyah, yang secara umum berarti aksi-aksi perlawanan yang dilaksankan oleh pelakunya karena mengharap syahid.9 Dikisahkan dalam sebuah hadits, dari Abu Bakar bin Abu Musa al-Asy’ari r.a., mengatakan ; Pernah aku mendengar bahwa ayahku saat itu ia tengah berhadap-hadapan dengan musuh berkata ; Telah bersabda Rasulullah SAW;
“ Bahwasannya pintu – pintu surga berada dibawah naungan pedang “ (HR Muslim)
Maka tiba-tiba datanglah seorang yang kusut penampilannya, dan berujar; Wahai Abu Musa, benarkah engkau mendengar ucapan ini dari Rasulullah SAW ? Ayahku menjawab; Tentu saja ! Orang tersebut lantas kembali menghampiri kawan-kawannya dan mengatakan; Sekarang kuucapakan salam terakhir kepadamu. Ia lantas merobek sarung pedangnya dan membuangnya, kemudian dengan pedangnya ia menerjang musuh, menyerang, hingga ia sendiri terbantai.10 Firman Allah SWT.
8
ibid. MT. Al Qadah, op cit., hlm 17., lihat; Al Takruri, Al-‘Amliyyat al-Istisyhadiyyah fil mizan al-Fiqhi, hlm 35 10 Muhammad Sodiq Sholih, Kesyahidan Menggapai Taman Surga Tertinggi, Absolut, Yogyakarta, 2002, hlm 44 –45. lihat, Sahih Muslim, hadits No; 1902. 9
5
“ Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang dijalan Allah, lalu membunuh atau terbunuh, (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Qur’an “ ( QS. At=Taubah ; 111 )11 Logika dalil (Wajhuddilalah) adalah perang dijalan Allah mempunyai resiko besar
pada
kematian.
memerintahkannya
dan
Akan
tetapi
memberikan
meskipun pahala
demikian,
surga
bagi
Allah yang
melaksanakannya, dikarenakan sasaran dari perang tersebut adalah mencegah orang kafir agar tidak menyakiti kaum muslimin.12
B. Jihad dengan Bom Syahid Secara etimologi, “jihad” artinya berjuang atau perjuangan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh. Atau dengan kata lain, jihad adalah pengerahan segenap kekuatan, baik berupa perkataan maupun perbuatan, dalam peperangan. Kemudian, ketika jihad itu dikaitkan dengan kata fi sabilillah, maka masuklah definisi terminologis. Yakni, memerangi kaum kafirin yang memerangi Islam dan umat Islam dalam rangka menegakkan kalimat Allah.13 Hans Wehr menulis; jihad: fight, battle, holy war (against the infideles as a religius duty). Jihad adalah pertempuran, perjuangan, dan
11 12 13
DEPAG RI, Al Quar’an dan Terjemahannya, CV Toha Putra, Semarang, hlm 299. MT. Al Qadah, op cit., hlm 23 Abdul Baqi’ Ramdhun, Jihad Jalan Kami, Era Intermedia, Solo, 2002, hlm 12
6
perang
suci
melawan
musuh-musuh
sebagai
kewajiban
agama.14
Sebagaimana firman Allah SWT ;
“ Perangilah olehmu di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, namun jangan sekali-kali kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS Al Baqarah ; 190)15 Kemudian Allah memerintahkan untuk memerangi orang kafir jika mereka memulai memerangi umat Islam. Allah berfirman ;
“ Telah diijinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi karena mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa unutk menolong mereka.” (Al-Hajj; 39)16
“ Jika mereka memerangi kamu , maka perangilah.” (Al Baqarah : 191)17 Akhirnya tetaplah perintah kewajiban berjihad ini atas kaum muslimin untuk memerangi orang-orang musyrik. Instruksi jihad ini merupakan satu kewajiban yang akan terus berlanjut sampai hari kiamat. Hal ini telah ditegaskan oleh Rasulullah dalam salah satu sabdanya,
14
Muhammad Chirzin, Jihad menurut Sayyid Qutub dalm Tafsir Zhilal, Era Intermedia, Solo, 2001, hlm 60 15 DEPAG RI, op cit., hlm 46 16 ibid, hlm 518 17 ibid, hlm 46
7
“ Jihad itu berlangsung sejak Allah mengutus aku sampai bagian terakhir dari umatku memerangi Dajjal.” ( HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibnu Majah. Hadits Mutawatir-Shahih )18 Penggunaan bom sebagai senjata dalam perang, meski pada jaman dahulu, senjata semacam itu belum ada. Dari kisah-kisah yang menerangkan mengenai tindakan –tindakan yang dilakukan para pendahulu, pada masa perang sampai mereka terbunuh, dapat pula menyiratkan dengan tindakan yang dilakukan sekarang. Karena itu seseorang boleh melakukan tindakan yang ia sadari bahwa itu akan membawa pada kematiannya, demi kepentingan jihad.
Meskipun
mengorbankan
diri
sendiri
lebih
berat
daripada
membinasakan orang lain. Karena apabila untuk memerangi musuh dan menangkal bahayanya terhadap agama dan dunia harus dilakukan dengan cara mengorbankan diri sendiri, maka hal itu lebih didahulukan.19 Aksi bom bunuh diri banyak terjadi dikawasan Timur Tengah, khususnya Palestina dan Lebanon. Aksi itu, mendapat tanggapan yang beragam, sehingga para ulama Islam pun angkat bicara. Yang paling vokal menanggapi aksi bom “bunuh diri” itu adalah ulama dan sarjana Islam Yordania. Sekitar 27 ulama dan ahli Islam menandatangani surat keputusan mendukung aksi “ heroik “ tersebut. Pakar hukum Islam asal Mesir, Muhammad Yusuf Qardhawi, pun menjelaskan status hukum (fiqih) aksi bom bunuh diri itu. Menurutnya, serangan bom itu terhitung jihad 18
Abdul Baqi’ Ramdhun, op cit., hlm 26-27 MT. Al Qadah, op cit, hlm 29. Juga Ibnu Taimiyyah, Majmu’ Fatawa Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah, juz 28, hlm 539-540 19
8
dan bukan tindakan bunuh diri. Mereka yang terbunuh dalam aksi tersebut dianggap mati syahid dan pelakunya adalah mujahid sejati.20 Hampir seluruh ulama kontemporer merujuk bukti-bukti historis sebagai acuan buat menjustifikasi tindakan bom “ bunuh diri “. Sementara itu Dr. Ajil al-Nasyami, memberikan komentarnya dalam majalah bulanan al – Mujtama’. Menurutnya, tindakan heroik itu hanyalah kelanjutan dari perjuanagn Islam. Hal semacam itu pernah terjadi pada kaum muslimin dahulu, bahkan jauh sejak zaman Nabi SAW. Saat itu belum ada alat peledak atau bom, yang ada manjaniq ( alat pelempar batu ) untuk melemparkan diri ke benteng musuh.21
C Pandangan Hukum Islam Salman Al-Audah mengemukakan, bahwa jihad adalah memerangi orang yang disyari’atkan untuk diperangi dari kalangan orang-orang kafir dan lain-lain. Dari segi hukum, ia menyatakan bahwa fase-fase berjenjang bagi berlakunya hukum jihad, adalah sebagai beriukut. Pertama, fase, “Tahanlah tanganmu”, yang mencakup seluruh periode Mekah. Kedua, fase, “Telah diijinkan berperang bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dizalimi.” Ketiga, fase, “Dan perangilah dijalan Allah orang-orang orang0orang yang memerangi kamu.” Keempat, fase, “Dan
20
Luthfi Asy-Syaukani, Politik, HAM dan Isu-isu Teknologi dalam Fiqih Kontemporer, Pustaka Hidayah, Bandung, 1998, hlm 9-11 21 ibid, hlm 12
9
perangilah kaum musyrikin itu semua, sebagaimana mereka pun memerangi semua.” 22 Aksi bom bunuh diri / bom syahid ini, mendapat sambutan yang sangat beragam. Pendapat-pendapat dari berbagai kalangan muncul, baik yang pro maupun kontra. Munculnya aksi tersebut banyak dilatar belakangi oleh adanya beberapa hal. Di Palestina sendiri misalnya, perjanjian damai yang telah disepakati selalu dilanggar oleh pihak Israel. Sehingga bangsa Palestina merasa dirugikan juga ditindas. Perang yang dilakukan untuk memprotes keadaan yang semakin merugikan pihak Palestina yang mayoritas muslim, termasuk aksi-aksi heroik tersebut, yang tak kunjung menemui titik temu. Penyerangan terhadap zone Islam sambil merusak nama baik, kehormatan dan merubuhkan bangunan, maka hukum perang adalah fardhu ‘ain. Ini diwajibkan kepada setiap individu muslim untuk memanggul senjata baik dalam jarak yang jauh –dinegara lain, misalnya- apalagi dekat, sebab bumi Islam itu satu.23 Pada saat jihad hukumnya fardhu ‘ain, saat kaum kafir menduduki negeri Islam, maka jihad diwajibkan secara umum, baik laki-laki maupun wanita, tanpa izin yang berwenang; ayah, suami atau orang yang menghutanginya sesuatu.24 Firman Allah :
22
Muhammad Chirzin, op cit., hlm 63 Kamil Salamah Al-Dugs, Jihad Qur’ani, PT Firdaus, Bogor, 1993, hlm 32 24 Muhammad Halabi Hamdy (ed), Menyambut Panggilan Jihad, Madani Pustaka, Yogyakarta, 2000, hlm 8 23
10
Artinya : “ Mengapa kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusir
Rasul dan merekalah yang pertama kali memulai
memerangi kamu ? Mengapa kamu takut kepada mereka padahal Allahlah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang-orang yang beriman. Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman.” (QS. At Taubah; 13 - 14)25
Umat Islam wajib berperang melawan orang-orang yang jahat, yang hidupnya selalu menyulut kerusuhan dan menebarkan intimidasi dengan merampok, menindas dan menzhalimi kaum lemah, kapanpun dan dimanapun mereka berada. Seorang muslim wajib berperang untuk menjaga dan mencegah pertumpahan darah, menjaga harta dan kehormatan. Oleh karena itu, seorang muslim tidak diperkenankan menyerahkan hak-haknya kepada perampok, baik personal maupun organisasional, dengan level regional maupun internasional.26 Jihad harus dilakukan dengan langkah-langkah yang dipelajari sebelumnya dan dengan tujuan – tujuan yang jelas yang memenuhi tuntutan agama dan tuntutan umat yang sedang menaggung berbagai kekalahan dalam 25
DEPAG RI, op cit, hlm 279-280 Syekh Muhammad Al Ghazali, 44 Persoalan Penting Tentang Islam, Gema Insani Press, Jakarta, 1994, hlm 50 26
11
berbagai bidang kehidupan. Sesungguhnya jihad menjadi fardhu ‘ain atas setiap muslim dan muslimah dalam rangka menghadapi serangan-serangan yang terus menerus, yang bertujuan merenggut agama Islam sampai ke akar-akarnya dan bertujuan untuk mencegah semua pengikutnya hidup dibawah naungan ajaran Islam.27 Islam tidak rela jika muslim duduk di rumah, mengunci pintu, hanya cukup membaca “laa haula walaa quwwata illa billaah” dan membaca “innalillahi wa inna ilaihi raaji’un”, sementara iblis-iblis kejahatan serta taghut-taghut kebatilan membuat kerusakan di muka bumi serta mengoyakngoyak kebenaran dan nilai-nilai tinggi seperti api yang melahap kayu. Orang Islam diwajibkan
beribadah yang dengan ibadah itu ia andil dalam
menanggulangi kejahatan sebagaimana andilnya ibadah zakat dalam berbuat kebaikan. Demikian itulah yang dinamakan ibadah jihad fi sabilillah.28 Islam mewajibkan jihad ini sebagaimana mewajibkan sholat, puasa dan zakat dengan porsinya yang sama. Firman Allah dalam Al Qur’an :
“
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kalian kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya dan berjihadlah dijalanNya agar kamu mendapatkan keuntungan.” (QS. Al Maidah 35)29 Jihad adalah wajib menurut ijma’ kaum muslim dan merupakan
dharurah di dalam agama, sama persis dengan sholat, puasa, haji dan zakat. 27
ibid, hlm 58 Muhammad Yusuf Qordhowi, Menyatukan Pikiran Para Pejuang Islam, Gema Insani Press, Jakarta, 1993, hlm 130 29 DEPAG RI, op cit, hlm 165 28
12
Jihad ada dua macam, yang pertama adalah untuk dakwah Islam, dan yang kedua untuk membela Islam dan kaum Muslim.30 Dalam sebuah hadits, Nabi SAW. Bersabda :
“ Ibnu Mas’ud berkata: Ya Rasulullah, amal apakah yang lebih disukai oleh Allah ? Bersabda Nabi: Sembahyang tepat pada waktunya. Saya bertanya: Kemudian apakah? Jawab Nabi: Taat bhakti pada kedua ayah dan bunda. Saya bertanya: Kemudian apakah ? Jawab nabi: Berjuang jihad fisabilillah (untuk menegakkan kalimat Allah).” ( HR. Bukhori Muslim )31 Dalam sebuah hadits lain :
“
Kamu
wajib
berjihad,
karena
jihad
adalah
kepaderian
Islam.”
( Ahmad dari Abi Said Al Khudri )32 Allah menghendaki perang untuk menguatkan kebenaran dan membenamkan kebatilan, kendati orang-orang kafir tidak menghendakinya. Jika orang-orang kafir memulai perang, maka tidak ada alternatif menolak kekejaman mereka kecuali dengan perang.33
Jumhurul ulama, yang
diantaranya, para penganut paham Hanafi, maliki, dan Hambali, bahwa illat
30
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Ja’fari, Lentera Basritama, Jakarta, 1996, hlm 257 H. Salim Bahresy, Riyadhus Shalihin, Al Ma’arif, Juz ll , Bandung, 1983, hlm 270 32 Muhammad Yusuf Qordhowi, op cit, hlm 132 33 Jam’ah Amin, Jihad Bukan Terorisme, Trej. Olah Fadli Bakhri, Darul Falah, Jakarta, 2001, hlm 51 31
13
jihad perang adalah untuk melakukan perlawanan terhadap suatu penyerangan. Sedangkan paham Syafi’i adalah bahwa illatnya adalah kekufuran.34 Jihad perang termasuk dalam hukum imamah. Dan tidak seorang pun kaum muslimin bertindak sendiri tanpa adanya izin dan pertimbangan dari imam dalam menjalankan semuanya. Al-Tahawuni mengemukakan, “ masalah jihad itu diserahkan kepada imam dan tergantung pada ijtihadnya, karena ia yang lebih mengetahui keadaan anggotanya dan keadaan musuh serta jauh dekatnya posisi musuh.”35 Said Hawwa menegaskan bahwa jihad adalah sarana pokok dalam Islam guna menumpas fitnah umat Islam dari agamanya serta membebaskan permusuhan, dan mengikis kemurtadan. Persoalan tentang kapan diwajibkan perang, dimana dan apa kekuatannya, semua itu memerlukan berbagai pertimbangan dan keputusan dari ahlinya.36 Perang dalam Islam bukan jihad secara bebas, tetapi jihad itu terikat dengan syarat bahwa dilakukan pada jalan Allah (fi sabilillah).
Allah
mewajibkan jihad atas muslimin, bukan sebagai alat untuk permusuhan, juga bukan suatu sarana untuk ambisi seseorang, tetapi jihad sebagai perlindungan dakwah, jaminan perdamaian, dan penunaian tugas yang besar yang beban beratnya harus dipikul oleh muslimin, serta tugas untuk menunjukkan manusia pada kebenaran dan keadilan. Dan sesungguhnya, agama Islam, sebagaimana mewajibkan perang, juga mengajak kepada kedamaian.37
34
Muhammad Sa’id Ramdhun Al Buthy, Fiqih Jihad, Pustaka An-Nabaa’, JAT., 2001,
hlm 90 35
ibid, hlm 112 & 115 Muhammad Chirzin, op cit, hlm 63 37 Imam Abu ‘Ala Al Maududi, et. al., Jihad Bukan Konfrontasi, Terj. Oleh Syatiri Matrais, Cendekia Sentra Muslim, Jakarta, 2001, hlm 106 36
14
Islam menegaskan bahwa menghunus pedang dan berjuang dalam sejarahnya yang panjang tidak unutk menguasai tanah, atau menghinakan suatu bangsa, atau mencari kekayaan, atau memaksa manusia masuk ke dalamnya, namun untuk merealisir banyak sekali tujuan yang menghendaki adanya jihad tersebut. Islam berjihad untuk mengusir gangguan dan fitnah, untuk memberikan keamanan kepada mereka ke dalam jiwa mereka, harta mereka, dan akidah mereka, agar tidak ada lagi fitnah.38 Islam tidak mengangkat pedang untuk memaksa manusia memeluk akidahnya, dan Islam tidak tersebar dengan pedang seperti dituduhkan musuhmusuhnya. Islam hanya berjihad untuk menegakkan sistem yang aman dimana dalam naungannya, semua pemeluk akidah mendapatkan keamanan, mereka hidup tunduk dibawah naungannya kendati mereka tidak memeluk akidahnya, kendati mereka tidak beriman kepada kitabnya dan kendati mereka tidak membenarkan Rasulullah SAW.39
38 39
Jam’ah Amin, op cit, hlm 71 ibid, hlm 75