I. PENANGANAN PANEN A. Kriteria Panen Menurut Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura (1999) tujuan pemanenan padi adalah untuk mendapatkan gabah dari lapangan pada tingkat kematangan optimal, mencegah kerusakan dan kehilangan hasil seminimal mungkin. Pemanenan padi tidak akan menguntungkan dan memuaskan jika prosesnya dilakukan dengan cara yang kurang benar dan pada umur panen yang tidak tepat.
Gambar 1. Gambar Padi siap Panen.
Cara panen yang tidak baik akan menurunkan kehilangan hasil secara kuantitatif, Sedang saat panen yang tepat akan menentukan kualitas gabah dan beras. Panen harus dilakukan bila bulir padi sudah cukup dianggap masak. Panen yang kurang tepat dapat menurunkan kualitas dari gabah maupun beras. Dalam rangka panen perlu diketahui fase-fase pemasakan bulir padi, penentuan saat panen dan alat untuk panen.Proses pemasakan bulir padi terdapat 4 stadia masak:. 1. Stadia masak susu Tanda-tandanya adalah : tanaman padi masih berwarna hijau tetapi malaimalainya sudah terkulai; ruas batang bawah kelihatan kuning; gabah bila dipijit dengan kuku keluar cairan seperti susu; stadia masak susu terjadi pada saat 10 hari setelah fase berbunga merata.. 2. Stadia masak kuning
Tanda-tandanya; seluruh tanaman tampak kuning; dari semua bagian tanaman, hanya bulu-bulu sebelah atas yang masih hijau; isi gabah sudah keras, tetapi mudah pecah dengan kuku; stadia masak kuning terjadi 7 hari setelah stadia masak susu. 3. Stadia masak penuh Tanda-tandanya; buku-buku sebelah atas berwarna kuning sedang batangbatang mulai kering; isi gabah tidak dapat/sukar dipecahkan; pada varietasvarietas yang mudah rontok stadia ini belum terjadi kerontokan; stadia masak penuh terjadi 7 hari setelah stadia masak kuning. 4. Stadia masak mati Tanda-tandanya: isi gabah keras dan kering; varietas yang mudah rontok pada stadia ini sudah mulai rontok; stadia masak mati terjadi 6 hari setelah masak penuh. Saat panen untuk gabah konsumsi sebaiknya dilakukan pada stadiamasak kuning sedang gabah untuk benih, dipanen pada stadia masak penuh. Adapun Tanda-tanda padi siap panen adalah: a. 95 % gabah sudah menguning dan daun bendera telah mengering b. Umur optimal malai 30 – 35 hari terhitung sejak hari sesudah berbunga (HSB) c. Kadar air berkisar 21 – 26 % d. Kerontokan gabah sekitar 16 – 30 % (Cara mengukurnya dengan meremas malai dengan tangan).
B. Cara Panen Cara panen padi tergantung kepada alat perontok yang digunakan. • Ani-ani umumnya digunakan petani untuk memanen padi lokal yang tahan rontok dan tanaman padi berpostur tinggi dengan cara memotong pada tangkainya. • Cara panen padi varietas unggul baru dengan sabit dapat dilakukan dengan cara potong atas, potong tengah atau potong bawah tergantung cara perontokannya. • Cara panen dengan potong bawah, umumnya dilakukan bila perontokannya dengan cara dibanting/digebot atau menggunakan pedal thresher. • Panen padi dengan cara potong atas atau potong tengah bila dilakukan perontokannya menggunakan mesin perontok.
•
Gambar 1. Panen padi dengan alat sabit dan ani-ani.
2. PENANGANAN PASCA PANEN PADI A. Perontokan Padi Perontokan padi merupakan tahapan pasca panen padi setelah pemotongan atau memanen. Tujuan tahapan ini adalah melepaskan bulir-bulir gabah dari malainya. Pada saat dilakukan perontokan gabah ada beberapa hal yang perlu dilakukan yakni: 1. Pelaksanaan perontokan harus dilakukan sesegera mungkin setelah panen. 2. Untuk menghindari banyaknya gabah yang tercecer sebaiknya digunakan alas, untuk alas dapat dipakai plastic, anyaman bambu atau tikar. Menurut Agus Andoko, 2002, setelah padi dipanen gabah harus segera dirontokkan malainya. Tempat perontokan dapat dilakukan di lahan atau di halaman rumah. Perontokan ini dapat dilakukan dengan tenaga manusia atau dengan alat mesin. Perontokan padi merupakan salah satu tahapan pasca panen yang memberikan kontribusi cukup berarti bagi kehilangan hasil dan mutu padi secara keseluruhan, untuk itu diperlukan suatu usaha mencari alternative perontokan yang tepat sehingga hasil perontokan padi menghasilkan gabah bermutu dan kehilangan hasil yang kecil. Berdasarkan hasil penelitian BPS ternyata besarnya kehilangan hasil selama Perontokan dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain varietas padi, alat atau cara perontokan dan alas perontokan, tempat perontokan serta pelaku prontokan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1, sebagai berikut:
Tabel 1. Pengaruh beberapa cara dan alat perontokan terhadap tingkat kehilangan hasil No 1 2 3 4 5 6
Kegiatan-kegiatan
Tingkat Kehilangan hasil
Iles/injak-injak Pukul/geding Banting/gebat tanpa tirai Banting/gebat dengan tirai Pedal Tresher Power Tresher - TH-6-quick 1 - TH-6-quick 2 Modifikasi TH-6-Aceh 1 Modifikasi TH-6-Aceh 2
3,99 % 4,54 % 6,4 – 12,3 % 4,45 – 5,06 % Belum ada data 0,84 % 1,54 % 0,34 % 0,64 %
Perontokan padi dapat dilakukan secara manual maupun dengan mesin, sedangkan. Cara perontokan padi yaitu (1) diiles/diinjak, (2) pukul (gedig), (3) banting (gebot), (4) pedal tresher/ mesin perontok. Perontokan padi dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut:
1. Cara perontokan dengan diinjak-injak/diiles Untuk pekerjaan ini harus disediakan terlebih dahulu alas tikar (tikar atau lembar anyaman bambu), tempatkan potongan-potongan tangkai gabah diatasnya. Selanjutnya diinjek-injak (diiles) sehingga gabah-gabah terlepas dari tangkainya, tangkai kemudian dipisahkan dari gabahnya. Dapat juga dibuat meja pengiles dengan ukuran panjang 2 meter, lebar 1 meter, bagian atasnya diberi lubanglubang dan sisinya agak ditinggikan untuk menahan gabah berjatuhan ke bawah sampai dibawah meja disiapkan tikar atau lembar anyaman bambu sebagai penampung gabah-gabah yang berjatuhan melalui lubang-lubang tadi. Potongan-potongan cabang padi ditempatkan di atas meja, lalu diinjak-injak atau diiles sehingga gabah terlepas dan jatuh kebawah melalui lubang-lubang meja, dengan cara demikian sekaligus dapat dipisahkan antara gabah-gabah dengan jerami/batang padi. 2. Cara perontokan dengan dipukul dan dibanting
Untuk pekerjaan perontokan dengan dipukul dan dibanting selain diberi pengalas tikar atau lembar anyaman bambu, sekeliling alas itu dikelilingi lembaran plastik
atau tikar. Dengan demikian pada waktu pembantingan atau dipukulkan, jarang sekali bulir-bulir gabah yang akan terlempar keluar pembatas, sehingga kehilangan gabah dapat ditekan/dicegah.
Gambar 3. Merontok padi dengan cara dipukul atau dibanting
3. Cara perontokan dengan menggunakan Mesin Tresher Perontokan dengan tresher merupakan perontokan yang dilakukan secara Mekanis. Tresher dapat berupa tresher yang digerakkan dengan tenaga manusia dan digerakkan dengan tenaga listrik atau combine. Dengan cara ini dapat mengurangi kehilangan hasil dan meningkatkan mutu gabah dan tidak merusak gabah jika digunakan untuk benih. Setelah gabah dirontokan segera dilakukan pembersihan untuk menghilangkan benda asing, bulir hampa (kosong) dan kotoran lainnya sehingga dapat memperpanjang daya simpan, juga mempertinggi efisiensi pengolahan hasil serta harga penjualan. Cara yang lainnya digunakan untuk membersihkan adalah mengayak atau menampi.
Gambar 4. Perontokan gabah dengan power tresher dan pedal tresher. B. Pengangkutan Gabah
Menurut A.G Karta Sapoetra, 1994, yang dimaksud dengan pengangkutan gabah disini adalah pengangkutan gabah dari sawah ke tempat prosesing atau ke rumah, dalam pengangkutan ini sering pula terjadi kehilangan. Pengangkutan dapat dilakukan dengan cara dipikul oleh tenaga manusia, dengan gerobak, truk atau trailer. Biasanya sebelum diangkut, gabah-gabah dimasukkan kedalam karung, cara demikian selain untuk mencegah tercecernya gabah di perjalanan, juga untuk menekan biaya pengangkutan. Menurut Y.T Prasetyo, 2002, proses pengangkutan gabah dapat terjadi pada semua tahapan panen atau pasca panen. Dari petak-petak panen, gabah yang belum dirontokkan dibawa ke tempat perontokan kemudian ke tepi jalan terus ke rumah atau tempat pengeringan. Pada proses pengangkutan ini kehilangan gabah diusahakan seminimal mungkin, hal ini sangat tergantung pada wadah yang digunakan, cara mengangkut serta alat angkut yang dipakai.
C. Pengeringan Gabah Kegiatan pengeringan merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam usaha mempertahankan mutu gabah. Kadar air gabah yang baru dipanen berkisar antara 20 – 25 %, sehingga perlu diturunkan kadar airnya dengan cara pengeringan sampai gabah mencapai kadar air maksimum 14 %. Tujuan pengeringan adalah agar gabah tidak mudah rusak sewaktu disimpan, rendeman giling dan mutu tetap baik. Untuk mencapai tujuan tersebut sebaiknya pengeringan dilakukan segera setelah pemanenan dan perontokan untuk
mencegah butir kuning. Pengeringan gabah umumnya dilakukan dengan memanfaatkan panas sinar matahari, tetapi jika panen terjadi musim hujan disarankan menggunakan alat pengering buatan seperti mesin pengering (drayer) atau silo pengering. 1. Pengering dengan sinar matahari Sebelum melakukan penjemuran dengan sinar matahari perlu diperhatikan bahwa tempat penjemuran bebas dari genangan air, terlindung dari gangguan unggas dan binatang lainnya. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: a. Penjemuran dilakukan ditempat yang leluasa menerima sinar matahari, bebas dari genangan air, terlindung dari gangguan unggas dan binatang lainnya. b. Membuat lantai jemur dengan permukaan dari semen dan dibuat gelombang. c. Jika terjadi cuaca cerah penjemuran gabah sebaiknya dengan ketebalan 5 – 7 cm dan dibolak balik 1 – 2 jam sekali dengan menggunakan alat yang terbuat dari kayu atau bambu. d. Waktu penjemuran dianjurkan mulai pukul 08.00 pagi sampai jam 16.00 sore e. Jika pengeringan gabah dalam jumlah besar maka pada malam hari tetap dibiarkan diatas jemuran dengan cara digundukkan dan ditutupi dengan plastic, terpal, untuk menghindari hujan dan embun. Jika gabah-gabah yang dikeringkan dalam jumlah kecil, sebaiknya gabah diusahakan dalam ruangan dengan memakai alas tikar atau plastic.
Gambar 5. Tempat penjemuran gabah Setelah dijemur selesai (pukul 16.00) gabah dapat dimasukkan ke karung
dan disimpan dalam ruangan jika volumenya tidak banyak. Namun jika volumenya besar gabah dapat dibiarkan di luar, tetapi harus ditumpuk dan ditutupi dengan plastic agar tidak terkena embun dan hujan. Dengan cara penjemuran seperti ini selama 2 – 3 hari pada cuaca baik akan diperoleh gabah dengan kadar air kurang lebih 14 %. Penjemuran yang terlalu lama dapat berakibat gabah banyak yang pecah saat penggilingan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengeringan. a. Pengeringan dilakukan sesegera mungkin setelah perontokan b. Tempat pengeringan harus memperoleh penyinaran matahari serta bebas dari gangguan ayam atau unggas lainnya. c. Jika kondisi cuaca tidak memungkinkan untuk penjemuran, gabah dapat dipanaskan pada ruangan di dalam rumah. Untuk menggantikan panas dapat digunakan lampu petromaks atau sumber panas yang lain. Tebal hamparannya antara 2 – 3 cm dan pembalikan juga harus tetap dilakukan. 2. Pengering dengan pengering buatan (drayer) Pengeringan dengan drayer terutama digunakan apabila panen bersamaan dengan musim hujan, salah satu jenis drayer yang dapat mengeringkan biji-bijian termasuk gabah adalah pengering type KA-40. Drayer ini penggerakannya menggunakan tenaga listrik. Kapasitas baik pengeringan ini dapat mencapai 4 – 5 ton dengan waktu pengeringan sangat bervariasi tergantung kepada: a.
Kondisi udara luar
b.
Kadar air awal bahan bijian.
c.
Tingkat kebersihan bahan bijian
d.
Suhu udara pengering yang dipilih
e.
Jenis serta varietas bahan bijian yang akan dikeringkan.
Rata-rata laju pengeringan 0,7 % per jam.
Gambar 6. Pengeringan menggunakan Blower..
Untuk menjaga dan meminimalkan kerusakan gabah dalam proses pengeringan, agar gabah yang dikeringkan merata, maka setiap 3 jam sekali dilakukan pembalikan, hal ini disebabkan oleh perbedaan suhu ruang bawah berkisar 40 – 41 derajat celcius dan setiap setengah jam dilakukan penyedotan udara panas selama 10 menit. Untuk menurunkan kadar air dari 25,4 % ke kadar air 15 % memerlukan waktu 9 jam.
D. Penyimpanan Gabah Tujuan penyimpanan adalah untuk memperpanjang masa penyediaan bahan pangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan adalah: 1. Gabah yang disimpan dengan kadar air maksimum 14 % bersih dari kotoran, gabah hampa maksimal 3 %. 2. Menggunakan wadah karung yang bersih dan bebas hama. 3. Gudang atau lumbung penyimpanan diusahakan agar dibangun memanjang dari arah timur barat. Untuk menghindari luasnya dinding yang terkena sinar matahari terlalu lama, sehingga gudang cukup sejuk. 4. Gudang atau lumbung harus dibersihkan dari hama gudang dan disemprot dengan insektisida yang telah dianjurkan, termasuk dari serangan tikus. 5. Sirkulasi udara cukup baik guna menjaga kelembaban dan suhu yang seragam. 6. Jika lantai gudang dibuat dari semen, maka harus menggunakan alas kayu, guna menghindari kontak langsung antara wadah gabah dengan lantai semen. 7. Dinding gudang dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat menghindari hama bersembunyi. Gabah yang akan disimpan harus memiliki kadar air maksimal 14 %. Gudang tempat penyimpanan sebaiknya berlantai semen, kering serta diberi alas kayu dengan ketinggian kira-kira 15 cm. Jadi karung tempat gabah tidak akan bersentuhan langsung dengan lantai, dan peredaranudara dibawah karung dapat berlangsung dengan baik. Gudangpun harus memiliki lubang udara yang cukup sedangkan gabah yang akan digunakan sebagai benih harus dipilih yang benar-benar baik. Kadar air perlu diturunkan lagi menjadi 11 % dengan cara dijemur lagi satu hari. Kemudian
gabah
dimasukkan
ke
dalam
kantong-kantong
plastic
dengan
ukuran kecil dan kantong ini dimasukkan ke dalam blek atau kaleng, dan ditutup sampai kedap udara menggunakan lilin.
Sedangkan penyimpanan beras sebelum dikonsumsi atau dijual, beras disimpan dalam jangka
waktu tertentu.
Penyimpanan dengan teknik yang baik dapat
memperpanjang daya simpan dan pencegahan kerusakan beras. Penyimpanan beras umumnya menggunakan pengemas, yang berfungsi sebagai wadah untuk melindungi beras dari kontaminasi, dan dalam pengangkutan. Penyimpanan dengan pengemas
mempermudah
yang terbuat dari poli
propilen dan polietilen densitas tinggi memperpanjang daya simpan beras dan lebih baik dibanding karung dan kantong plastik.
E. Penggilingan Gabah
Tujuan penggilingan padi adalah untuk memisahkan beras dengan sekam dan dedak Atau bekatul, adapun prosedur kerja penggilingan padi melalui tahapan sebagai berikut:
1. Persiapan Reparasi dan service mesin. Semua mesin penggerak harus dicek dan disservice agar siap pakai Reparasi dan service peralatan dari semua unit proses. Jika ada yang rusak atau kebocoran segera diperbaiki. Pengecekan elevator dan pembersihan pabrik penggilingan padi dan disiapkan karung untuk beras Penyiapan gabah Cek dulu kadar airnya, yaitu sekitar 14%. Jika sudah sesuai segera gabah yang akan digiling dsiapkan dekat dengan mesin pengupas. 2. Penggilingan
Jika semua sudah siap, mesin kemudian dihidupkan jika mesin sudah hidup dan berjalan normal, kemudian gabah dimasukan ke dalam hopper mesin pecah kulit dan proses penggilingan dimulai Proses pengupasan Segera dicek hasil proses pengupasan. Jika masih banyak gabah yang keluar dari mesin pecah kulit bersama dengan beras pecah kulit, maka
jarak antara rubber roll diatur lagi lebih sempit sampai mendapatkan mutu BPK (Beras Pecah Kulit) yang baik.
Gambar 7. Mesin penggiling model Huller
Gambar 8. Mesin Huller dan Polisher
3. Proses penyosohan Penyosohan adalah proses pemisahan lapisan testa, aleuron dan perikarp dari butir BPK (Butir Pecah Kulit) sehingga diperoleh beras giling, menir dan bekatul. Diperkirakan bahwa berat bagian testa aleuron dan perikarp
ini sekitar 10% dari BPK. Hasil penyosohan yang berupa beras giling dinyatakan dengan derajat sosoh. Derajat sosoh adalah bagian dari ketiga lapisan testa aleuron dan perikarp yang terpisahkan dan dinyatakan dalam %. Derajat sosoh 100% adalah beras giling dimana lapisan testa, eleuoron dan perikarp semuanya telah terpisahkan dari BPK, sedangkan derajat sosoh 90% adalah beras giling dimana lapisan testa, aleuron (kandungan pati beras dan perikarp (kulit gabah) hanya terpisahkan sekitar 90% dan sekitar 10% masih menempel pada beras giling. Untuk mendapatkan beras giling dengan derajat sosoh tertentu, maka perlu pengaturan pada bandul beban pada mesin penyosoh. Makin tinggi derajat sosoh beras giling yang diperoleh makin berat beban yang dipasang pada mesin penyosoh.
4. Pengemasan Gabah dan Beras Pengemasan adalah alat yang digunakan sebagai wadah / bahan yang digunakan agar gabah dan beras tidak tercecer. a. Pengemasan berfungsi : (1) sebagai wadah, (2) untuk melindungi gabah dan beras dari serangan ayam, burung dan tikus, dan (3) untuk mempermudah pengangkutan. b. Agar dapat berfungsi seperti tersebut diatas, maka pengemas harus dibuat dari bahan yang kuat, fleksibel dan murah yang sesuai dengan tujuannya.
Sebaiknya pengemas harus diberi label antara lain nama
varietas gabah dan beras yang dikemas, klas mutu beras, nama perusahaan penggilingan padi. c. Jika untuk kebutuhan lokal, pengemasan cukup dengan karung plastik dan jika untuk dipasarkan antara pulau atau antar propinsi sebaiknya digunakan pengemas rangkap yaitu: kantong plastik dirangkap dengan karung plastik.
Gambar 9 Pengemasan gabah dan beras.
d. Setelah pengemasan siap, maka beras giling langsung masuk ke pengemasan, kemudian dtimbang sesuai dengan kapasitasnya misalnya 50 kg, 25 kg, atau 10 kg. karung jangan ditutup dulu sampai beras giling tersebut dingin
3. STANDAR MUTU GABAH DAN BERAS
A. Standar Mutu Gabah Mutu gabah yang akan digiling maupun disimpan ditentukan oleh kadar air gabah, kadar kotoran, kadar padi hampa dan kadar butir rusak yang sulit diamati secara visual tanpa analisis laboratorium serta dipengaruhi oleh proses dan perawatan sebelumnya. Gabah pada kondisi mutu standar sebagai ukuran normal, bila digiling akan menghasilkan rendeman dan mutu beras baik, dalam arti standar beras. Kadar air gabah 14 % merupakan kadar air optimal untuk digiling karena menghasilkan beras pecah terkecil dibandingkan kadar air gabah lebih tinggi maupun lebih rendah. Penggunaan penggilingan padi besar oleh swasta dan KUD untuk keperluan pengadaan pangan nasional, mempunyai masalah rendeman dan mutu hasil giling yang rendah. Sama halnya dengan penggunaan penggilingan padi kecil yang menggiling gabah petani untuk konsumsi sendiri maupun untuk dijual. Secara umum mutu gabah ditentukan berdasarkan persyaratan kualitatif dan persyaratan kuantitatif. 1. Persyaratan Kualitatif - Bebas hama penyakit - Bebas bau busuk,asam atau bau-bau asing lain - Bebas dari tanda-tanda adanya bahan-bahan kimia yang membahayakan, baik secara visual maupun secara organoleptik. 2. Persyaratan kuantitatif NO
URAUIAN
KWALITAS B
KWALITAS C
1
Kadar Air (% maks)
14
14
2
Butir hampa/kotoran (%
3
3
5
10
3
3
3
3
maks) 3
Butir mengapur/butir hijau (% maks)
4
Butir kuning/butir rusak (% maks)
5
Butir merah (% maks)
Keterangan : BULOG pada prinsipnya hanya membeli gabah kualitas B, pembelian gabah kualitas C harus seizing KABULOG.
B. Standar Mutu Beras. Pengertian mutu bisa tergantung dari penilaian terhadap kesukaan maupun produk akhir yang di inginkan oleh konsumen. Kebanyakan konsumen tentu lebih menyukai mutu yang terbaik. Untuk negara yang telah ber-swasembada pangan, dalam proses produksi kerasnya mulai memasukkan karakter mutu beras sebagai kriteria yang penting menyesuaikan apa yang di inginkan konsumen. Mutu beras dapat diukur atau ditentukan berdasarkan karakteristik secara subyektif dan obyektif: Subyektif karakteristik
Obyektif karakteristik
◊ Bau yang enak
◊ Harga per kilo
◊ Kenampakan baik
◊ Butir panjang
◊ Rasa yang enak
◊ Nilai gizi
◊ Penilaian harga
◊ Derajat putih
Secara umum, mutu beras dapat dakatagorikan atas 4 kelompok yaitu : 1. Mutu giling 2. Mutu Rasa dan mutu tanak 3. Mutu Gizi 4. Standar Spesifik untuk penampakan dan kemurnian biji Sedangkan dalam program pemuliaan padi, komponen dari mutu beras dapat dikelompokkan atas : 1. Rendeman giling 2. Penampakan, bentuk,dan ukuran Biji 3. Sifat-sifat tanak dan rasa nasi Semua katagori tersebut diatas penting digunakan dalam penetapan criteria beras yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Walaupun demikian, pada akhirnya penggolongan criteria mutu beras harus mempunyai hubungan langsung dengan penerimaan konsumen akhir, Karena beras dikonsumsi sebagian besar dalam bentuk nasi, maka penetapan criteria mutu beras didasarkan atas pola konsumsi tersebut. Adapun kriteria mutu beras didasarkan atas Persyaratan kualitatif dan persyaratan kuantitatif. 1. Persyaratan Kualitatif Bebas hama penyakit Bebas bau busuk,asam atau bau-bau asing lain
Bebas dari tanda-tanda adanya bahan-bahan kimia yang membahayakan,baik secara visual maupun secara organoleptik.
2. Persyaratan Kuantitatif: Persyaratan kualitatif perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: Batas Maksimal
Kualitas A
B
C
100
90
90
Kadar air (%)
14
14
14
Butir Patah (%)
10
35
40
Menir(%)
1
2
3
Butir mengapur(%)
2
3
7
Butir kuning/rusak(%)
0
3
5
Butir Merah(%)
0
3
5
Butir Asing(%)
0,05
0,05
0,05
1
2
3
Minimum derajat sosoh(%)
Butir Gabah (butir/100 gr)
Keterangan: BULOG pada prinsipnya hanya membeli gabah kualitas B, pembelian gabah kualitas C harus seijing KABULOG.
Dalam proses pasca panen akan dihasilkan gabah dan beras. Gabah yang dihasilkan ada dua macam yaitu gabah kering panen dan gabah kering giling. , sedangkan beras terdiri dari beras pecah kulit dan beras giling.
Gabah kering panen adalah Butiran padi yang
dihasilkan pada proses
perontokan padi yang terdapat pada tangkai malai tanaman
Gabah kering giling adalah gabah kering panen yang telah mengalami proses
pengeringan sehhingga kadar air gabah sesuai persyaratan
penyimpanan maupun penggilingan
Beras Pecah Kulit : Beras yang telah mengalami proses penghilangan sekam. Beras pecah kulit baru bisa dikonsumsi setelah disosoh menjadi beras giling (beras sosoh).
Beras Giling
: Beras yang telah mengalami proses penghilangan sekam,
lapisan aleuron (dedak) dan kotiledon. Beras giling juga disebut sebagai beras sosoh.