MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI PADA PERTEMUAN INAFOR 2011-KEMENTERIAN KEHUTANAN Bogor, 5 Desember 2011
-
Yang saya hormati, Menteri Kehutanan RI; Saudara Kepala Badan Litbang Kehutanan dan Para Pejabat Kementerian Kehutanan; Honorable guests, vice President IUFRO, DG-CIFOR, ICRAF, and ACIAR; Para Peneliti Kementerian Ke hutanan dan lembaga Litbang lain; Undangan dan Hadirin yang saya muliakan.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh, Salam sejahtera buat kita semua. Pertama-tama, marilah kita memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat sehat walafiat, dan karunia-Nya sehingga kita semua dapat menghadiri acara Pertemuan Internasional para Peneliti Kehutanan Indonesia (INAFOR) 2011, pada pagi hari ini. Kepada Kepala Badan Litbang Kehutanan, diucapkan terimakasih atas undangannya kepada saya untuk menyampaikan sambutan pada pertemuan yang penting ini. Seperti kita ketahui, berdasarkan data BPS, luas hutan merupakan bagian yang terbesar (71%) dari area tanah daratan Negara kita. Hutan Indonesia telah sekian lama menjadi paru-paru dunia, oleh karena itu masyarakat dunia dari waktu ke waktu tertuju ke Indonesia. Perubahan iklim global sudah menjadi kenyataan, dan dalam upaya mengatasi dampak-dampaknya, hutan memegang peranan sangat penting. Banyak potensi kehutanan yang perlu dikelola dengan baik dan benar, sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat.
xix
Para hadirin yang saya hormati, Hutan Indonesia memiliki fungsi strategis yakni sebagai penyangga system kehidupan (life supporting system). Hutan yang mempunyai fungsi sebagai penyangga kehidupan ini, diwujudkan dalam bentuk kemampuannya dalam mengelola tata air, iklim mikro, penyerapan karbon dan sebagai sumber plasma nutfah sumber daya genetic keragaman hayati (biodiversity). Hutan juga berfungsi sebagai penghasil devisa dari produksi kayu, dan hutan juga sebagai penyangga pangan nasional. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia harus dikelola seoptimal mungkin, dengan meningkatkan dan mendorong tumbuhnya industri pengolahan yang dapat memberikan nilai tambah tinggi serta mengurangi ekspor bahan mentah. Hal ini sudah dimulai oleh para pelaku industri sektor kehutanan. Kendati barangkali banyak diantara industriawan kehutanan yang hadir pada pertemuan INAFOR hari ini, namun menurut saya masih perlu ditingkatkan lagi jumlahnya. Prinsip-prinsip dasar percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi, yang tertera dalam buku MP3EI, yaitu kebutuhan perubahan dalam cara pandang dan perilaku seluruh komponen bangsa. Salah satunya adalah produktivitas, inovasi, dan kreativitas didorong oleh Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menjadi salah satu pilar perubahan.
Hadirin yang saya muliakan, Pemahaman konsep Sistem Inovasi Nasional (SINas) masih perlu secara terus menerus dan sungguh-sungguh ditingkatkan. Secara prinsip, sitem inovasi hanya terwujud jika terjadi komunikasi dan interaksi antara aktor atau lembaga pengembang dengan aktor atau lembaga pengguna teknologi. Komunikasi dan interaksi ini dapat dideteksi berdasarkan kelancaran (fluidity) aliran informasi kebutuhan teknologi dan/atau persoalan nyata yang dihadapi oleh pengguna ke pihak pengembang teknologi; sebaliknya juga berdasarkan intensitas adopsi teknologi yang dihasilkan oleh pihak pengembang teknologi oleh pihak pengguna. Kesinambungan aliran dua arah ini yang menjadi indicator eksistensi system inovasi, pada jenjang nasional, daerah maupun sektoral, termasuk sector kehutanan. Pelaksanaan SInas ini merefleksikan implementasi Triple Helix ABG (Academician-Business Community-Government) dimana diperlukan peran nyata dari masing-masing elemen sesuai alokasi perannya. Academicians berperan sebagai penyedia Iptek, Business Community member kontribusi dalam proses up-scaling hasil riset dan kajian sedangkan Pemerintah memberikan kebijakan iklim usaha kondusif serta menyediakan insentif riset xx
Para Hadirin Sekalian, Kebijakan riset perlu reorientasi, yang selama ini kental dengan nuansa supply-push harus diarahkan menjadi lebih bersifat demand-driven. Riset dan pengembangan teknologi yang lebih banyak didasari keingintahuan (curiosity) para peneliti harus digeser ke arah kebutuhan dunia nyata atau orientasinya untuk mencari solusi permasalah yang dihadapi oleh calon pengguna teknologi potensial yakni para pelaku proses produksi barang dan/atau jasa. Para hadirin yang saya muliakan, Penduduk Indonesia sudah mencapai 237,56 juta jiwa pada tahun 2010. Populasi yang besar dan terus meningkat ini tentu menjadi tantangan yang sangat serius bagi upaya pemenuhan kebutuhan pangan nasional, sekaligus merupakan pasar domestic yang besar. Sumber pangan, obat dan bio-energi dari hutan sangat berpotensi untuk dikembangkan. Pihak pengembang teknologi perlu sensitif terhadap kebutuhan dan persoalan yang dihadapi masyarakat petani kehutanan, serta cermat untuk memilah dan memilih persoalanyang membutuhkan solusi teknologi. Dengan demikian maka paket teknologi yang dikembangkan dan ditawarkan kepada masyarakat tani hutan nantinya akan relevan dengan kebutuhan dan sesuai dengan kapasitas adopsi mereka. Teknologi yang dikembangkan berbasis potensi sumber daya nasional dan harus diyakini mampu meningkatkan produktivitas petani, baik komoditas pangan untuk pasar domestik, maupun produkitivitas secara ekonomi yang bermakna peningkatan pendapatan bersih petani. Lebih sempurna jika kedua ukuran produktivitas tersebut dapat dipenuhi. Peran teknologi akan menjadi sangat strategis Dalam upaya menigkatkan produktivitas agronomis, yang akan meningkatkan produktivitas petani. Produktivitas agronomi akan mendukung swasembada dan penyediaan bahan baku industry untuk peningkatan nilai tambah, sedangkan produktivitas ekonomi akan berbuah kesejahteraan. Kondisi kelarasan perkembangan teknologi dan pertumbuhan ekonomi merupakan roh dari SINas. Kapasitas adopsi teknologi petani, khususnya petani hutan kita yang relative rendah merupakan kendala yang sering ditemui dalam proses difusi teknologi. Apabila dikaitkan dengan realita yang ada, pengembang teknologi sangat jarang memperhatikan dengan serius tentang rendahnya daya adopsi petani dan menjadikannya pertimbangan dalam pengembangan teknologi. Keuntungan financial seharusnya bisa memotivasi petani hutan tersebut dan pelaku produksi kehutanan lainnya untuk meningkatkan kinerjanya dalam mengelola agroekosistem. Pengelolaan agroekosistem hanya akan berhasil jika kesejahteraan petani merupakan bagian utama dari skenario besarnya. xxi
Para hadirin sekalian, Kementerian Ristek saat ini mendorong adanya konsorsium riset, berbasis konsep Sistem Inovasi tersebut, yang melibatkan pengembang teknologi (lembaga litbang), regulator (pemerintah pusat/daerah), dan pengguna (industry, dan swasta lain). Intensif Riset SINas mulai tahun 2012 akan diprioritaskan pendanaannya jika sudah membentuk konsorsium tersebut. LPNK di bawah koordinasi Ristek yaitu BPPT, LIPI, BATAN, BAPPETEN, BSN, LAPAN dan BAKOSURTANAL (sekarang namanya diubah menjadi Badan Informasi Geospasial), dengan tugas dan fungsinya masing-masing siap bekerja sama dengan Lembaga/aktor-aktor sektor kehutanan. Kegiatan litbang dalam upaya terwujudnya pengelolaan hutan yang lestari dan berkelanjutan telah dilakukan di lingkungan LPNK Ristek dengan tujuan memantapkan kawasan hutan, konservasi keanekaragaman hayati, revitalisasi pemanfaatan hasil hutan dan industri kehutanan, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, rehabilitasi dan peningkatan daya dukung daerah aliran sungai (DAS). Beberapa contoh kegiatan yang telah dilakukan tersebut adalah pengembangan teknologi marka molekuler DNA sebagai penanda tanaman kehutanan, teknologi perbanyakan tanaman kehutanan secara in-vitro dan ex-vitro, pemanfaatan teknologi bioremediasi untuk memulihkan kembali lahan-lahan kehutanan yang rusak, teknologi inter-cropping, teknologi ―Bituman‖ (Bibit tumbuh mandiri/Biofertilizer coated seeds) di lahan-lahan kehutanan yang miskin unsure hara, teknologi citra satelit untuk memantau kondisi lahan terkini dll. Teknologi pascapanen merupakan hal yang sangat penting sebagai upaya untuk meningkatkan nilai tambah (added value) tanaman-tanaman hutan, salah satunya teknologi pascapanen tanaman obat yang berasal dari hutan (herbal medicine). Para hadirin yang saya hormati, Sebagai penutup saya sampaikan bahwa tantangan terbesar dalam meningkatkan kontribusi teknologi dalam rangka pembangunan yang menyejahterakan rakyat adalah mengubah polapikir (mindset) para pengembang teknologi itu sendiri dan para pihak pembuat kebijakan pendukungnya, bukan karena keterbatasan anggaran, kualitas SDM yang rendah atau keterbatasan sarana dan prasarana riset. Pengembangan teknologi yang berpijak pada realita dan berorientasi pada kebutuhan atau persoalan nyata (demand driven) perlu dijadikan budaya kerja. Teknologi yang inovatif adalah teknologi secara nyata tersebar dan bisa dimanfaatkan oleh pihak pengguna untuk menggerakan perekonomian dan mensejahterakan rakyat. Sisetm inovasi merupakan langkah xxii
strategis dan wahana yang pas untuk budaya kerja tersebut bagi para pengembang teknologi. Skenario pembangunan tentu perlu ikut mentransformasi diri agar sesuai dengan scenario besar penguatan Sistem Inovasi Nasional. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada upaya-upaya kita ini, aamiin ya robbal‘alamin. Terima Kasih.
Billahi taufiq wal hidayah, Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh. Menteri Negara Riset dan Teknologi
Prof.Dr.Ir Gusti Muhammad Hatta, MS.
xxiii