MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN SESUAI DENGAN NASKAH YANG DITULIS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ROLE PLAYING
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIII Semester 1 SMP Negeri 13 Tasikmalaya Tahun Ajaran 2015/2016)
Mufidz At-thoriq Syarifudin Surel:
[email protected] Prof. Dr. H. Dedi Heryadi, M.Pd. Dr. Titin Sertiartin R., M.Pd. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Siliwangi Tasikmalaya
ABSTRAK Mufidz At-thoriq Syarifudin. 2016. Meningkatkan Kemampuan Bermain Peran Sesuai dengan Naskah yang Ditulis dengan Menggunakan Model Role Playing (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VIII Semester 1 SMP Negeri 13 Tasikmalaya Tahun Ajaran 2015/2016). Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dapat tidaknya model pembelajaran Role Playing meningkatkan kemampaun bermain peran dengan naskah yang ditulis siswa pada siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Tasikmalaya tahun ajaran 2015/2016. Untuk mencapai tujuan ini, penulis menggunakan metode penelitian tindakan kelas, sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, tes, dan wawancara. Sumber data penelitiannya adalah siswa kelas VIII E SMP Negeri 13 Tasikmalaya tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini dapat menjawab rumusan masalah. Keberhasilan penelitian ini dibuktikan dengan adanya perubahan proses dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Tasikmalaya tahun ajaran 2015/2016. Proses belajar siswa pada siklus kesatu kurang memuaskan. Siswa yang tidak aktif ada 5 orang (15,62%), siswa yang tidak serius ada 6 orang (18,75%), siswa yang tidak berani ada 19 orang (59,37%), siswa yang tidak bertanggung jawab ada 8 orang (25%), dan siswa yang tidak
berpartisipasi ada 6 orang (18,75%). Pada siklus kedua, proses belajar mengalami peningkatan, tidak ada lagi siswa yang tidak aktif, tidak serius, tidak berani, tidak tanggung jawab, dan tidak berpartisipasi. Siklus ketiga, proses belajar mengalami peningkatan sama halnya dengan siklus kedua, tidak ada lagi siswa yang tidak aktif, tidak serius, tidak berani, tidak tanggung jawab, dan tidak berpartisipasi. Hasil belajar pada siklus kesatu kurang berhasil, masih banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM yang ditetapkan yaitu 78. Pada siklus kesatu ada 12 orang (37,5%) yang sudah mencapai KKM, sedangkan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 20 orang (62,5%). Pada siklus kedua terjadi peningkatan, siswa yang sudah mencapai KKM sebanyak 21 orang (65,62%), dan yang belum mencapai KKM sebanyak 11 orang (34,37%). Siklus ketiga terjadi peningkatan dari siklus-siklus sebelumnya, selurh siswa sudah mencapai KKM sebanyak 32 orang (100%). Perhitungan data di atas berdasarkan uji beda yang penulis lakukan untuk mengetahui perbandingan pengaruh dari ketiga siklus. Setelah melakukan perhitungan uji beda menggunakan uji Wilcoxon, maka diperoleh nilai w-hitung (0) < w-daftar (126, 25) itu artinya terjadi perbedaan yang berarti. Data di atas menunjukkan bahwa hipotesis tindakan dapat diterima. Artinya, model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing dapat meningkatkan kemampuan bermain peran dengan naskah yang ditulis siswa pada siswa kelas VII SMP Negeri 13 Tasikmalaya tahun ajaran 2015/2016. Diharapkan, guru bahasa Indonesia yang ada di sekolah khususnya di SMP Negeri 13 Tasikmalaya lebih kreatif dan inovatif dalam memilih dan menentukan model pembelajaran yang akan digunakan sehingga pada kegiatan pembelajaran membuat siswa tidak merasa bosan dan lebih mudah memahami materi yang diajarkan oleh guru.
Kata Kunci: Kemampuan Bermai Peran dengan Naskah yang Ditulis Siswa, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing, Penelitian Tindakan Kelas (PTK). ABSTRACT Mufidz At-thoriq Syarifudin. 2016. Improving Role Play Ability Appropiate With Manuscript Written by Using Role Playing Model. (Classroom Action Research at grade VIII in SMP Negeri 13 Tasikmalaya School Year 2015/2016). Education of Language and Indonesia’s Literature
Departement. Faculty of Educational Sciences and Teachers Training. Siliwangi University. This research aimed to figure out whether the Role Playing model could improve role play ability with manuscript written by students at 8 th grade SMP Negeri 13 Tasikmalaya or not. To achieve this purpose, the writer using classroom action research method, whereas data were collected using observation technique, test and interview. Data source of this research were students at 8 E class in SMP Negeri 13 Tasikmalaya. This research can answer the formulation of the problem. Research success is proved by the change on process and learning outcomes from students at 8 th grade in SMP Negeri 13 Tasikmalaya. Students’ learning process in the first cycle is less satisfy. There were 5 students (15,62%) who were not active, 6 students (18,75%) who were not serious, 19 students (59,37%) who were not courage, 8 students (25%) who were not responsible and 6 students (18,75%) who did not participate in the classroom. On the second cycle, there was an increase on the students’ learning process, no more students who were not active, not serious, not courage, not responsible and did not participate. Learning outcomes on first cycle is less successful, there were students who obtained score under KKM which is decided 78. On the first cycle there were 12 students (37,5%) who achieved KKM score, whereas students who did not achieved KKM score were 20 students (62,5%). On the second cycle increased, students who achieved KKM score were 21 students (65,62%), and students who did not achieved KKM score were 11 students (34,37%). The third cycle increased from previous cycle, all students have achieved KKM score as many 32 students (100%). Calculation of the data above based on different test that writer did to compare the influence from three cycle. After did different test using Wilcoxon test, could be obtained values w-hitung (0) < w-daftar (126,25) it means there was significant difference. Data above showed that the action hypothesis can be accepted. It means, cooperative learning model type Role Playing could improve the ability of role play with manuscript written by students at 7th grade in SMP Negeri 13 Tasikmalaya. Indonesia’s language teachers in SMP Negeri 13 Tasikmalaya are expected to be creative and innovative in choosing and determining learning model that will be used, so that students does not feel bored in teaching learning process and the material will be easy to understand. Keywords
: Ability doing Role Play with Manuscript Written by students, Cooperative Learning Model of the Type Role Playing, Classroom Action Research.
A. PENDAHULUAN Keterampilan berbahasa merupakan landasan utama dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Tanpanya pembelajaran tidak bisa berjalan dengan baik untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Pentingnya hal tersebut sangat memengaruhi terhadap siswa sebagai pengguna di dalam proses pembelajaran, khususnya dalam dunia pendidikan yang dilingkupi keterampilan berbahasa. Berlandas pada pendapat Kridalaksana dalam Abdul Chaer (2007:32) yang mengemukakan, “Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri.” Pendapat tersebut mengarahkan bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan secara langsung dengan bahasa lisan sebagai medianya. Bahasa sebagai alat komunikasi memiliki pemahaman yang cukup dalam karena komunikasi bisa terjadi apabila penyampai pesan dan penerima pesan saling memahami pesan yang disampaikan. Tanpa maksud mendiskriminasi, bahasa sebagai alat komunikasi bisa dilakukan dengan lisan dan tulis. Namun dalam hal ini, aspek yang akan ditonjolkan ialah bahasa yang disampaikan secara lisan, yaitu keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara yang harus dikuasai siswa kelas VIII semester I adalah bermain peran. Hal ini tersurat dalam standar kompetensi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006: 115), “Mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan bermain peran.” Standar kompetensi ini dijabarkan lagi menjadi beberapa kompetensi dasar salah satunya adalah bermain peran sesuai dengan naskah yang ditulis siswa. Kompetensi dasar ini merupakan lanjutan dari kompetensi dasar 8.1 Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan keaslian ide dan 8.2 Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan naskah drama. Kompetensi dasar yang tersurat di dalam KTSP di atas menjelaskan bahwa siswa VIII harus mampu memainkan peran mulai dari memahami tokoh, menggunakan lafal yang jelas dan intonasi yang tepat. Meskipun kompetensi dasar tersebut harus dimiliki siswa kelas VIII, pada kenyataannya siswa kelas VIII E SMP Negeri 13 Tasikmalaya tahun ajaran 2015/2016 belum mampu maksimal bermain peran berbeda dengan kelas lain yang dinilai cukup untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ketidakmampuan siswa tampak pada ketidakseriusan, ketidakpahaman mengenai karakter tokoh, belum mampu menggunakan lafal yang jelas dan intonasi yang tepat, terutama menguasai atau menghafal dialog. Informasi tersebut penulis
dapatkan ketika penulis melakukan observasi Desember 2015, pukul 10.00 WIB, dengan Dra. Lilis Sumiati, salah satu guru bahasa Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil pembelajaran bermain peran yang masih kurang berhasil. Berdasarkan permasalahan tersebut penulis mencoba melaksanakan penelitian pembelajaran bermain peran. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran tersebut, penulis menggunakan model pembelajaran Role Playing (Bermain Peran). Penulis menggunakan model pembelajaran Role Playing karena model tersebut merupakan salah satu model pembelajaran yang mendorong siswa aktif, berani, percaya diri, bekerja sama, menghargai pendapat orang lain, dan berani mengungkapkan pendapat. Hal tersebut senada dengan pendapat Uno, (2011:28), “Melalui permainan peran, siswa dapat meingkatkan kemampuan untuk mengenal perasaan sendiri dan perasaan orang lain.” Hasil penelitian ini penulis wujudkan dalam bentuk skripsi yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Bermain Peran Sesuai dengan Naskah yang Ditulis dengan Menggunakan Model Role Playing (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VIII Semester 1 SMP Negeri 13 Tasikmalaya Tahun Ajaran 2015/2016).
B. METODE PENELITIAN Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan, penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penulis menggunakan metode ini karena penulis bermaksud memperbaiki kualitas pembelajaran. Arikunto (2009:2) menjelaskan, “Penelitian tindakan kelas bukan sekadar mengajar seperti biasanya, tetapi harus mengandung satu pengertian, bahwa tindakan yang dilakukan didasarkan atas upaya meningkatkan hasil, yaitu lebih baik dari sebelumnya.” Metode penelitian tindakan kelas yang penulis laksanakan dalam penelitian ini terdiri atas beberapa tahap yaitu “Tahapan perencanaan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observationand evaluation), melakukan refleksi (reflection) dan seterusnya sampai dicapai kualitas pembelajarasn dan hasil belajar yang diinginkan.” (Depdiknas dalam Heryadi, 2010: 58). Penulis menyimpulkan bahwa metode penelitian merupakan tolak ukur atau titik tolak yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Penelitian ini terdiri dari
beberapa proses di antaranya: merencankan, melakukan tindakan, mengamati, dan melakukan refleksi. Heryadi (2014: 65) mengemukakan bahwa penelitian dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas lebih cenderung untuk perbaikan proses pembelajaran, namun tidak dapat menghasilkan teori baru. Sejalan dengan pendapat tersebut, penelitian yang penulis lakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran setelah mengetahui adanya kekurangan dalam pembelajaran teks cerita pendek, atas dasar hasil wawancara dengan guru bahasa Indonesia di sekolah serta mewawancarai siswa tentang kesulitan yang dihadapi dalam mempelajari teks cerita pendek yang akan dijadikan objek penelitian. C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Setelah kegiatan penelitian ini berakhir, maka penulis perlu membahas hasil penelitian. Berdasarkan pada penelitian yang telah penulis lakukan dan melihat hasil dari penelitian tersebut, penulis dapat menyatakan bahwa penelitian ini berhasil. Penulis menyatakan sudah berhasil melaksanakan penelitian ini karena melihat tes yang penulis lakukan. Siswa kelas VIII E Semester 1 SMP Negeri 13 Tasikmalaya tahun ajaran 2015/2016 sudah mampu bermain peran dengan naskah yang ditulis siswa dengan memeperhatikan ekspresi, vokal,intinasi, lafal, dan gestur. Hipotesis diterima dengan didukung oleh data yang diperoleh dari penelitian berupa data proses dan hasil pembelajaran pada siklus kesatu dan siklus kedua. Proses belajar siklus satu pembelajaran siswa pada aspek keaktifan ialah dari 32 siswa, siswa yang aktif sebanyak 3 siswa (9,37%), kurang aktif 24 siswa (75%), dan tidak aktif sebanyak 5 siswa (15,62%). Sedangkan pada siklus kedua ialah siswa yang aktif menjadi 13 siswa (40,62%), siswa yang kurang aktif menjadi 19 siswa (59,37%), dan tidak ada siswa yang tidak aktif. Ini menunjukan adanya peningkatan proses belajar siswa yang signifikan antara siklus kesatu dengan siklus kedua. Proses pembelajaran siswa pada aspek kesungguhan siklus kesatu ialah dari 32 siswa, siswa yang bersungguh-sungguh sebanyak 4 siswa (12,5%), kurang bersungguh-sungguh 12 siswa (37,5%) dan tidak bersungguh-sungguh sebanyak 6
siswa (18,75%). Sedangkan proses pembelajaran pada siklus kedua ialah siswa yang bersungguh-sungguh menjadi 32 siswa (100%), tidak ada siswa yang kurang bersungguh-sungguh
dan
tidak
bersungguh-sungguh.
Menunjukan
adanya
peningkatan proses belajar siswa aspek kesungguhan. Proses belajar siklus satu pembelajaran siswa pada aspek kedisiplinan ialah dari 32 siswa, siswa yang aktif sebanyak 23 siswa (71,87%), siswa yang kurang disiplin 6 siswa (18,75%), dan tidak ada siswa yang tidak aktif. Sedangkan pada siklus kedua ialah siswa yang disiplin menjadi 30 siswa (93,75%), kurang aktif 2 siswa (6,25%), dan tidak ada siswa yang tidak aktif. Ini menunjukan adanya peningkatan proses belajar siswa yang signifikan antara siklus kesatu dengan siklus kedua. Proses belajar siklus satu pembelajaran siswa pada aspek keberanian ialah dari 32 siswa, siswa yang berani sebanyak 6 siswa (18,75%), kurang berani 7 siswa (21,87%), dan tidak berani sebanyak 19 siswa (59,37%). Sedangkan pada siklus kedua ialah siswa yang berani menjadi 10 siswa (31,25%), siswa yang kurang berani menjadi 22 siswa (68,75%), dan tidak ada siswa yang tidak berani. Ini menunjukan adanya peningkatan proses belajar siswa yang signifikan antara siklus kesatu dengan siklus kedua. Proses belajar siklus satu pembelajaran siswa pada aspek ketanggungjawaban ialah dari 32 siswa, siswa yang tanggung jawab sebanyak 2 siswa (6,25%), kurang tanggung jawab 22 siswa (68,75%), dan tidak tanggung jawab sebanyak 8 siswa (25%). Sedangkan pada siklus kedua ialah siswa yang tanggung jawab menjadi 30 siswa (93,75%), siswa yang kurang aktif menjadi 2 siswa (6,25%), dan tidak ada siswa yang tidak aktif. Ini menunjukan adanya peningkatan proses belajar siswa yang signifikan antara siklus kesatu dengan siklus kedua. proses pembelajaran pada siklus kesatu, siswa yang berpartisipasi sebanyak 4 orang siswa (12,5%), kurang berpartisipasi sebanyak 22 orang siswa (68,75%), dan tidak berpartisipasi sebanyak 6 orang siswa (18,75%). Pada siklus kedua, siswa yang
berpartisipasi menjadi 24 orang siswa (75%), kurang berpartisipasi 8 orang siswa (25%) dan tidak ada siswa yang tidak berpartisipasi. Kemudian pada hasil belajar siswa, siklus satu masih minim dan kurang dari standar KKM. Pada siklus kesatu, siswa yang mendapatkan nilai 46,6 sebanyak 10 siswa (31,25%) nilai 53,3 sebanyak 2 siswa (6,25%), nilai 60 sebanyak 2 siswa (6,25%), nilai 66,6 sebanyak 1 siswa (3,12%), nilai 73,3 sebanyak 4 siswa (12,5%), nilai 80 sebanyak 11 siswa (34,37%), nilai 86,6 sebanyak 1 siswa (3,12%), dan nilai 93,3 sebanyak 1 siswa (3,12%). Sedangkan pada siklus kedua meningkat dari nilai 60 sebanyak 1 siswa (3,12%), nilai 66,6 sebanyak 5 siswa (15,62%), nilai 73,3 sebanyak 5 siswa (15,62%), nilai 80 sebanyak 7 siswa (21,87%), nilai 86,6 sebanyak 6 siswa (18,75%), dan nilai 93,3 sebanyak 8 siswa (25%). Nilai hasil belajar pada siklus dua menunjukkan adanya peningkatan meskipun masih ada siswa yang memperoleh nilai dibawah standar KKM. Grafik tersebut menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang mendapat nilai di bawah 60. Artinya siswa lebih banyak yang mencapai nilai KKM pada siklus kedua. Siklus kesatu, siswa yang mencapai KKM hanya 12 siswa (37,5%) dan sisanya 20 siswa (62,5%) belum mencapai KKM. Sedangkan siklus kedua mengalami peningkatan yaitu siswa yang mencapai KKM menjadi 21 siswa (65,62%) dan 11 siswa (34,37%) belum mencapai KKM. Ini menjadi pembuktian bahwa adanya perubahan ke arah yang lebih baik antara penelitian dari siklus kesatu ke siklus kedua. Pada siklus kedua siswa mampu bermain peran dengan memperhatikan ekspresi, pelafalan, intonasi, volume, dan gestur. Perhitungan data di atas didukung uji beda yang penulis lakukan untuk mengetahui perbandingan pengaruh kedua model tersebut. Setelah melakukan perhitungan uji beda menggunakan uji Wilcoxon, maka diperoleh nilai w-hitung (0) < w-daftar (126, 25) itu artinya terjadi peningkatan dari siklus kesatu ke siklus dua. Adanya bukti data tersebut, penulis dapat menyatakan bahwa hipotesis tindakan yang penulis ajukan dalam penelitian ini diterima. Dengan kata lain, model pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan kemampuan bermain peran dengan
naskah yang ditulis siswa pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 13 Tasikmalaya tahun ajaran 2015-2016.
D. SIMPULAN Penelitian yang penulis laksanakan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam bermain peran dengan naskah yang ditulis siswa. Karena, rumusan masalah penelitian dapat terjawab dan hipotesis tindakan penelitian dapat diterima. Hal tersebut berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis laksanakan. Siswa kelas VIII E SMP Negeri 13 Tasikmalaya tahun ajaran 2015-2016 sudah mampu mengemukakan kembali berita yang ditonton melelui televisi dengan memperhatikan karakter tokoh, dimuali dari ekspresi, pelafalan, intonasi, volume, dan gestur. Proses belajar pada penelitian yang penulis laksanakan terbukti dari peningkatan proses dan hasil belajar siswa. Pada siklus kesatu proses belajar siswa kurang memuaskan. Pada siklus kedua, proses belajar siswa mengalami peningkatan. Perolehan nilai hasil belajar siswa yang mencapai KKM hanya 12 siswa (37,5%) dan sisanya 20 siswa (62,5%) belum mencapai KKM. Sedangkan siklus kedua mengalami peningkatan yaitu siswa yang mencapai KKM menjadi 21 siswa (65,62) dan 11 siswa (34,37) belum mencapai KKM. Hal tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan kemampuan bermain peran dengan naskah yang ditulis siswa pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 13 Tasikmalaya tahun ajaran 2015-2016. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima.
E. SARAN Dalam upaya memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan kemampuan siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia dan berdasarkan simpulan di atas, penulis menyampaikan beberapa saran sebagai berikut.
1. Agar mendapatkan hasil yang maksimal dalam pembelajaran dan lebih terarah dalam pelaksanaannya, guru hendaknya mempersiapkan terlebih dahulu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 2. Sebaiknya dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, guru lebih kreatif dan inovatif menggunakan teknik atau model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. 3. Model pembelajaran Role Playing dapat digunakan atau diterapkan guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat menarik minat dan motivasi siswa dalam belajar. 4. Sebaiknya guru-guru Bahasa Indonesia dapat mengetahui dan mampu menerapkann teknik atau model pembelajaran secara variatif guna meningkatkan minat, motivasi dan keaktifan siswa dalam belajar Bahasa Indonesia. 5. Sebaiknya pihak sekolah mengadakan sebuah program yang mampu menggali dan mengasah kemampuan menulis siswa dalam berbagai bentuk tulisan dan menampilkan kreativitas siswa di muka umum. 6. Sebaiknya guru dalam pelaksanaan pembelajaran serta orang tua siswa selalu memberikan motivasi kepada siswa untuk terampil menulis dan mengasah kepercayaan diri ketika siswa di tengah masyarakat. Karena pada dasarnya siswa merupakan insan yang memiliki bergaram karakteristik dan potensi yang harus berkembang.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Berdiarti, Ika. (2010). Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis PAKEM. Bandung: Sega Arsy. Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Heryadi, Dedi. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Pustaka Billah. Heryadi, Dedi. (2014). Statistika. Tasikmalaya: Universitas Siliwangi. Huda, Miftahul. (2015). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. (2011). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sugeng. (2012). Model Pembelajaran Role Playing. (online). [tersedia]: http://s1pgsd.blogspot.co.id/2012/11/model-pembelajaran-role-playing.html. (16 Januari 2016). Suyitno, Imam. (2011). Karya Tulis Ilmiah (KTI). Bandung: PT. Refika Aditama. Uno, Hamzah B. (2011). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Megajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.