MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA (mendengar, berbicara, membaca, menulis) MELALUI PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE (TTW) Siti Saudah Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta
[email protected] Intisari Dunia pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menghadapi era globalisasi. Hal inilah yang menyebabkan munculnya berbagai persoalan di dunia pendidikan. Misalnya, masalah minat baca, dan kemampuan berbahasa. Sampai saat ini untuk meningkatkan kemampuan berbahasa belum ditemukan solusinya. Sejalan dengan adanya tuntutan masyarakat dan perkembangan zaman, maka guna menyelesaiakan masalah ini perlu adanya inovasi baik dalam model pembelajaran, kurikulum, maupun kebijakan pendidikan yang lain. Penerapan model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) ini dimaksudkan agar anak terbiasa untuk membaca, karena proses pembelajaran dengan metode Think-Talk-Write (TTW) yang diperkenalkan oleh Huinker & Laughlin ini, pada dasarnya melalui membaca anak akan mulai berpikir, berbicara, dan menulis. Alur kemajuan Think-Talk-Write (TTW) dimulai dari keterlibatan anak dalam berpikir/berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara dengan membagi ide (sharing) kepada temannya, kemudian dituangkan dalam tulisan. Penerapan model ini diharapkan dapat menjadi salah satu alterrnatif untuk mengatasi masalah pendidikan tersebut, khususnya masalah kemampuan berbahasa, sehingga penulis mencoba memaparkan pengaruh model pemebelajaran Think-Talk-Write (TTW) terhadap peningkatan kemampuan berbahasa (mendengar, berbicara, membaca, menulis). Kata kunci: Think Talk Write, kemampuan berbahasa. Pendahuluan Dewasa ini kemampuan berbahasa khususnya membaca masyarakat masih menjadi persoalan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Hal ini ternyata berdampak juga di lingkungan akademik. Memang, ada masalah lain yang membayangi kondisi ini. Budaya lisan di Indonesia tampaknya masih dominan. Bahkan kegiatan membaca bagi anak-anak akhir-akhir ini menemui tantangan, karena pesatnya perkembangan budaya games dan media online yang tidak berimbang dengan budaya baca. Tidaklah mengherankan ketika seseorang membaca buku, ia tidak dapat langsung memahami apa yang ia baca sampai seseorang menerangkan kembali isi buku tersebut secara lisan. Sehingga, pada akhirnya, kemampuan
1
berbahasa Indonesia di kalangan masyarakat, termasuk masyarakat akademis tidak menggembirakan. Kemampuan menulis yang baik menunjukkan kemampuan berbahasa yang baik pula. Ketika seseorang sudah mampu menulis dengan baik, hal ini menunjukkan tiga kemampuan dasar lainnya yaitu; mendengar, berbicara, dan membaca cukup terlatih dengan baik. Dan seluruh kemampuan berbahasa Indonesia ini tidak akan pernah bisa dikuasai bila tidak diiringi dengan dorongan dan semangat yang tinggi dari pribadi, masyarakat dan dunia pendidikan. Dengan demikian penerapan model pembelajaran (Think-Talk-Write) TTW di sekolah mampu digunakan sebagai alternatif agar anak mampu meningkatkan keterampilan berbahasa. Karena proses pembelajaran dengan metode Think-TalkWrite (TTW) yang diperkenalkan oleh Huinker & Laughlin ini, pada dasarnya melalui membaca anak akan mulai berpikir, berbicara dan menulis. Alur kemajuan pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) dimulai dari keterlibatan anak dalam berpikir/berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara untuk membagi ide (sharing) dengan temannya dan kemudian dituangkan dalam tulisan. Dalam hal ini anak berperan aktif dalam proses pembelajaran. A. Pembahasan Model Pembelajaran (Think-Talk-Write) TTW Model
pembelajaran
kooperatif
model
Think-Talk-Write
(TTW)
diperkenalkan oleh Huinker & Laughlin. Pada dasarnya pembelajaran ini dibangun melalui proses berpikir, berbicara dan menulis. Strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) dapat menumbuh kembangkan kemampuan pemecahan masalah (Yamin dan Ansari, 2012: 84). Strategi mengajar adalah menyangkut cara yang dipilih oleh pendidik dalam menentukan ruang lingkup, urutan bahasan, kegiatan pembelajaran, dan lain-lain dalam menyampaikan materi kepada peserta didik di dalam kelas. Dalam proses pembelajaran sering ditemui bahwa ketika peserta didik diberikan tugas tertulis, peserta didik selalu mencoba untuk langsung memulai menulis
2
jawaban, walaupun hal itu bukan sesuatu yang salah, namun akan lebih bermakna jika terlebih dahulu melakukan kegiatan berpikir, merefleksikan dan menyusun ide-ide dan menguji ide-ide itu sebelum memulai menulisnya. Strategi ThinkTalk-Write (TTW) yang dipilih dalam penelitian ini dibangun dengan memberikan waktu kepada peserta didik untuk melakukan kegiatan tersebut (berpikir, merefleksikan dan untuk menyusun ide-ide, dan menguji ide-ide itu sebelum menulisnya). Lebih lanjut Huinker dan Laughlin (1996) dalam Ansari (2003) membagi tahapan-tahapan itu sebagai berikut: Tahap pertama kegiatan peserta didik yang belajar dengan strategi think-talk-write adalah think, yaitu tahap berfikir dimana peserta didik membaca teks berupa soal. Dalam tahap ini peserta didik secara individu memikirkan kemungkinan jawaban (strategi penyelesaian), membuat catatan kecil tentang ide-ide yang terdapat pada bacaan, dan/atau hal-hal yang tidak dipahaminya sesuai dengan bahasanya sendiri. Tahap kedua adalah talk (berbicara atau diskusi) memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membicarakan tentang penyelidikannya pada tahap pertama. Pada tahap ini peserta didik merefleksikan, menyusun, serta menguji (negosiasi, sharing) ide-ide dalam kegiatan diskusi kelompok. Kemajuan komunikasi peserta didik akan terlihat pada dialognya dalam berdiskusi baik dalam bertukar ide dengan orang lain ataupun refleksi mereka sendiri yang diungkapkannya kepada orang lain. Tahap ketiga adalah write, peserta didik menuliskan ide-ide yang diperolehnya dari kegiatan tahap pertama dan kedua. Tulisan ini terdiri atas landasan konsep yang digunakan, keterkaitan dengan materi sebelumnya, strategi penyelesaian, dan solusi yang diperolehnya Kemampuan Berbahasa Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan sekelompok sosial sebagai alat komunikasi manusia, bekerjasama, dan mengidentifikasi diri. Dengan bahasa seseorang bisa menjelajahi dunia. Dengan bahasa pula, seseorang bisa mengungkapkan apa yang ada dalam hatinya. Bahasa mampu mewujudkan
cita-cita seseorang (Mukhlason, 2013:124). Dalam
3
sosiolinguistik mengatakan bahwa: bahasa sebagai produk sosial atau produk budaya. Dengan demikian maka bahasa tidak dapat dipisahkan dengan kebudayaan manusia. Bahasa sebagai wadah atau tempat aspirasi sosial, perilaku masyarakat dan penyingkapan budaya termasuk teknologi yang diciptakan oleh manusia sebagai pemakai bahasa (Sumarsono, 2011:12). Manusia tidak hanya dilahirkan bersuara, tetapi ia juga telah mengkontruksi suara menjadi konstruksi bahasa, yang kemudian dijadikan wahana untuk berinteraksi sosial dalam komunitas atau masyarakatnya. Dalam berinteraksi sosial, manusia berkomunikasi dengan menggunakan wahana bahasa yang dikonstruksi secara kontekstual dan yang telah disepakati, baik dalam tataran struktur maupun makna bahasa (Manuaba, 2013:31) Bahasa merupakan alat komunikasi yang secara esensial, umum dan bersifat sosial karena dalam komunikasi selalu ada dua pihak yang terlibat, yaitu sebagai pemberi materi dan penerima informasi. Informasi yang dimaksud pada dasarnya dapat dibagi atas dua jenis yaitu sebagai berikut: 1. Informasi kognitif: informasi yang berkaitan dengan penalaran, seperti pengrtian-pengertian, asumsi-asumsi, dan pikiran-pikiran tentang sesuatu 2. Informasi afektif: informasi yang berkaitan dengan perasaan sedih, rasa sakit, solidaritas, kegembiraan, dan pengharapan. Kedua fungsi tersebut diatas, yang paling dominan adalah fungsi kognitif. Dalam berkomunikasi ada dua macam, yakni komunikasi lisan dan komunikasi tulisan. Berdasarkan sistem komunikasi dalam kemampuan berbahasa ada empat kemampuan yang harus dibina dan dikembangkan, yaitu sebagai berikut: 1. Menyimak 2. Berbicara 3. Membaca 4. Menulis (Http://www.turunanilmu.com). Dua kemapuan berbahasa pertama diperoleh sebagai komunikasi lisan, yakni menyimak dan berbicara serta kemampuan berbahasa lainnya sebagai komunikasi tertulis, yaitu membaca dan menulis. Urutan pemerolehan kemampuan berbahasa seseorang mulai dari menyimak lalu mulai berbicara,
4
membaca kemudian menulis. Hal ini diperoleh waktu masih anak-anak, namun ketika seseorang sudah mulai berusia dewasa, maka pemerolehan bahasa selanjutnya keempat kemampuan itu sudah berfungsi integral dalam arti saling mendukung (Http://www.turunanilmu.com).
Penerapan Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) Penerapan
model
pembelajaran
Think-Talk-Write
(TTW)
dapat
meningkatkan kemampuan berbahasa (mendengar, berbicara, membaca, dan menulis) hal ini dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1. Mendengar/menyimak Secara normal, seseorang sudah dapat mendengarkan bunyi-bunyian yang dihasilkan oleh apa pun yang ada di sekitarnya. Namun, sebagai individu yang baru saja mulai bertumbuh, apa yang didengarkan tidak dapat langsung dikenali. Ada proses pengenalan terhadap apa dan siapa yang mengeluarkan bunyi. Hal ini, secara luar biasa, terasa dengan baik di sepanjang hidup manusia sehingga kita dapat membedakan siapa atau apa yang mengeluarkan bebunyian itu. (https://indonesiasaram.wordpress.com). Pembelajaran Think-talk-write (TTW) kemampuan mendengar/menyimak dapat dilihat pada tahap (1) awal, (2) inti (tahap think, tahap talk, dan tahap write) sampai dengan tahap (3) evaluasi. Pembelajaran ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan mendengar, karena anak dituntut untuk aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran. 2. Berbicara Kemampuan berbicara menjadi kemampuan berikut yang dimiliki oleh setiap manusia. Hal ini diperolehnya sebagai bentuk peniruan bunyi bahasa. Meski demikian, dari sudut bahasa nonverbal, kemampuan berbicara tampaknya sudah melekat dalam diri seseorang sejak ia lahir. Hal ini diwujudkan dalam bentuk tangisan. Dari pengamatan dalam pembelajaran think talk write (TTW) ini dapat dikatakan indikator kemampuan berbicara ini dapat diamati dari aktivitas anak, pada tahap talk (berbicara) anak terdorong untuk menyampaikan idenya, karena guru aktif untuk memotifasi dan membimbing anak untuk berdiskusi. Ketika Anak mampu untuk menuangkan idenya melalui bahasa lisan, guru
5
menilai/memonitoring dalam diskusi dan mendorong anak untuk berpartisipasi. Dengan demikian pembelajaran Think-talk-write ini mampu meningkatkan kemampuan berbicara dengan cara mengasah dan memotivasi anak untuk mengungkapkan ide melalui tema-tema yang sudah ditentukan. 3. Membaca Kemampuan membaca menjadi kemampuan ketiga sekaligus kemampuan tingkat tinggi pertama sebelum menulis. membaca menjadi kemampuan yang harus dimiliki dengan baik oleh seseorang sebelum masuk ke tahap berikutnya, yaitu kemampuan menulis. Dalam pembelajaran Think-talk-write ditemukan indikator kemampuan membaca yang muncul pada tahap think yaitu berpikir. Kemampuan membaca muncul ketika anak diberikan permasalahan yang harus dibaca dan dipikirkan untuk dicari penyelesainnya. Dengan demikian guru membimbing anak untuk mencari pemecahan masalahnya dengan membuat catatan-catatan kecil dengan bahasa sendiri. 4. Mampu menulis Kemampuan menulis yang baik jelas menunjukkan kemampuan berbahasa yang baik pula. Karena ketika seseorang sudah mampu menulis dengan baik, hal ini menunjukkan tiga kemampuan dasar lainnya cukup terlatih dengan baik. Indikator kemampuan menulis pada anak dapat diketahui dalam proses pembelajaran think talk write (TTW) pada tahap think-talk-write. Mahasiswa mampu menuangkan ide atau pemecahan dalam permasalahan yang diberikan melalui tulisannya. Dalam pembelajaran ini anak diharapkan mampu untuk membangun atau mengkonstruksi pengetahuan yang didapat dari tahapan sebelumnya, yaitu tahap (1) think (berfikir) anak harus membuat catan-catan kecil dengan bahasa sendiri. Tahap (2) talk (berbicara) anak dimotivasi untuk menuliskan ide-ide kelompik baik secara tulis maupun lisan. Tahap (3) Write (menulis) anak diharapkan mampu untuk mengkontruksikan pemecahan masalah. Lebih lanjut gambaran model pembelajaran think-talk-write (TTW) serta indikator kemampuan berbahasa yang ingin dicapai dapat dijelasan seperti dalam tabel di bawah ini:
6
Identifikasi Unsur-Unsur Kemampuan Berbahasa (mendengar, berbicara, membaca, dan menulis) dengan Model Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) No
Aspek yang Diamati/Indikator Pengamatan
1
Kegiatan Awal /Pendahuluan a. Memotivasi anak b. Menyampaikan tujuan
2
Kegiatan inti 1. THINK (berpikir) a. Memberikan soal-soal atau pertanyaan pada anak b. Mengingatkan kembali pendekatan yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran c. Membimbing anak membuat catatan kecil dengan bahasa sendiri 2. TALK ( Berbicara) a. Membagi anak menjadi beberapa kelompok tiap kelompok 5 orang yang beragam (tingkat kemampuan anak). b. Mendengarkan secara hati-hati ide anak c. Menyuruh anak mengemukakan ide secara lisan dan tulisan d. Membimbing dan menggali hasil yang dibawa anak untuk diskusi e. Memonitoring dan menilai partisipasi anak dalam diskusi dan mendorong anak untuk berpartisipasi 3. a.
3
WRITE ( Menulis) Membimbing dan memberi informasi, mengklasifikasi anak dalam menyelesaikan persoalan. b. Membantu anak dalam mengkonstruksi pengetahuan dalam bentuk tulisan. Memberikan evaluasi
Aktivitas Anak yang Diamati _
1. THINK (berfikir) a. Anak mengerjakan soalsoal/persoalan b. Anak membaca teks soal c. Anak membuat catatan kecil untuk menjawab soal-soal dengan bahasa sendiri
2. TALK ( Berbicara) a. Anak diskusi dengan teman satu kelompok. b. Anak berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang mereka pahami dengan kelompoknya c. Anak menyampaikan ide yang diperoleh pada tahap think kepada teman diskusi sekelompoknya untuk mendapatkan solusinya d. Anak diharapkan terampil berbicara untuk mengungkapkan pikirannya. 3. WRITE ( Menulis) a. Anak membuat catatan/menulis hasil diskusi b. Anak mengungkapkan ide setelah berdiskusi dalam bentuk tulis _
7
Unsur-Unsur Kemampuan Berbahasa Menumbuhkan kemampuan menyimak/mende ngar pada anak Tahap ini dapat menumbuhkan kemampuan anak dalam bidang menyimak, membaca dan menulis.
Tahap talk mampu untuk meningkatkan kemampuan berbicara, menulis, dan menyimak/mende ngar pada anak.
Pembelajaran ini ditahap yang terakhir dapat meningkatkan kemampua, menyimak dan menulis. Kemampuan menyimak
B. Kesimpulan Penerapan model pembelajaran dalam makalah ini
dapat disimpulkan
bahwa penggunaan metode pembelajaran model Think-Talk-Write (TTW) mampu meningkatkan kemampuan berbahasa anak. Respon positif ditunjukkan anak dalam aktivitasnya di setiap tahap pempelajaran Think-talk-write (TTW). dengan indikator; (1) kemampuan mendengar/menyimak dapat dilihat dalam proses pembelajaran pada tahap think,
talk dan write. (2) kemampuan berbicara
/menyampaikan ide ini dapat ditemukan pada tahap; talk (3) kemampuan membaca indikator ini dapat dilihat pada tahap think. (4) serta kemampuan menulis/membangun ide dalam bentuk tulis muncul pada tahap think-talk dan write.
D. Daftar Pustaka Ansari, B.I. 2003.Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik melalui Strategi Think-Talk-Write (Eksperimen di SMUN Kelas I Bandung).Disertasi Doktor pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Manuaba, I.B.Putera. 2013. “Politik Bahasa Sastra: Strategi Bahasa Ekspresif Produksi Karya Sastra” dalam dalam Proseding Seminar Nasional Politik Bahasa dan Bahasa Politik. Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Airlangga. Surabaya. 25-26 Oktober. Muhlason, Akhmad dkk., 2013. “Vikinisasi dan Identitas Generasi Muda” dalam Proseding Seminar Nasional Politik Bahasa dan Bahasa Politik. Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Airlangga. Surabaya. 25-26 Oktober. Sumarsono. 2011. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yamin, Martinis & Bansu I. Ansari. 2012. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta: Referensi. http://turunanilmu.blogspot.com/2010/12/pengertian-dan-kemampuanberbahasa.html. Diakses pada hari jumat, 6 April 2015 http://bahasa.kompasiana.com/2013/01/30/masalah-kemampuan-berbahasaindonesia-524084.html. diakses hari senin, 6 April 2015. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23238/3/Chapter%20II.pdf. diakses hari jumat, 10 April 2015. https://indonesiasaram.wordpress.com/2007/01/06/masalah-kemampuanberbahasa-indonesia/www.bahasa-sastra.com. diakses hari Jumat, 10 April 2015.
8