perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KADIRESO TERAS BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Skripsi Oleh: DENTY WINDARNY X7107017
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KADIRESO TERAS BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI Ditulis dan diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan
Oleh: DENTY WINDARNY X7107017
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Denty Windarny. X7107017. PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE KOOPERATIF TEAMS-GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KADIRESO TERAS BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2011. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan berbicara serta mendeskripsikan penerapan metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT) dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas V SD Negeri Kadireso, Teras, Boyolali tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa dan guru kelas V SD Negeri Kadireso Teras Boyolali tahun pelajaran 2010/2011. Siswa berjumlah 32 siswa yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Sumber data yang digunakan adalah informasi dari narasumber yaitu guru kelas V dan siswa dan hasil pengamatan proses pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games Tournament (TGT). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumen, observasi, dan metode tes. Untuk menguji validitas data penulis menggunakan triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Teknik analisis data menggunakan teknik interaktif yaitu meliputi tiga buah komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi. Proses penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa metode kooperatif tipe Teams-Games Tournament dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas V SD Negeri Kadireso Teras Boyolali tahun pelajaran 2010/ 2011. Hal ini dapat dibuktikan dengan diperolehnya peningkatan rata- rata nilai siswa, nilai rata-rata hasil tes awal sebelum tindakan yaitu 57,25 dengan ketuntasan klasikal 28,13%. Pada siklus I, nilai rata-rata kelas mencapai 65,25 dengan ketuntasan klasikal 68,75%. Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat 73,5 dengan ketuntasan klasikal 96,8 %. Kata Kunci: Kemampuan Berbicara, Metode Kooperatif Team-Games Tournament (TGT)
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Denty Windarny. X7107017. IMPROVING THE SPEAKING ABILITY THE STUDENTS IN GRADE V OF STATE PRIMARY SCHOOL OF KADIRESO TERAS BOYOLALI IN THE ACADEMIC YEAR OF 2010/2011 THROUGH THE USE OF THE COOPERATIVE LEARNING OF TEAMS GAMES TOURNAMENT TYPE. Mini Thesis: The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, Surakarta, July 2011. The objective of the research is to improve the speaking ability and description for practice how use the cooperative learning of Team-Games Tournament (TGT) type for the students in Grade V of State Primary School of Kadireso, Teras, Boyolali in the academic year of 2010/2011. This research used a classroom action research method. The subject of the research are student and the teacher in Grade V of state primary school of Kadireso Teras Boyolali in the academic year of 2010/2011. They are 32 student, kind of 18 boys and 14 girls. It was collaboration between the researcher and the class teacher. The data sources of the research were informant, that is, the class teacher of the students in Grade V, the result of observation on the learning process with the cooperative learning teams games tournament type, and official documents. The data of the research were gathered through observation, and test of achievement. The validity of the data was tested by using a data source triangulation and a method triangulation. The data were then analyzed by using a descriptive comparative method by comparing the speaking of ability of the students between the cycles by using a critical analysis, that is, by revealing the strengths and weaknesses of the class teacher and students during the learning process. The research process consisted of two cycles, and each cycle comprised four phases, namely: (1) planning, (2) implementation, (3) observation, and (4) reflection. Based on the results of the analysis, a conclusion is drawn that the use of the cooperative learning teams games tournament type can improve the speaking ability of the students in Grade V of State Primary School of Kadireso teras.Boyolali in the academic year of 2010/2011. The results of the analysis are as follows: The preliminary average score of the achievement test prior to the treatment is 57,25 and the classical learning completeness is 28,1. Following the treatment of Cycle 1, the average score of the achievement test becomes 65,25 and the classical learning completeness is 68,75%. After the treatment of Cycle 2, the average score of the achievement test becomes 73,5, and the classical learning completeness is 96,8%. Key words: Speaking Tournament (TGT)
Ability,
Cooperative
commit to user v
Learning
Team-Games
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Barang siapa yang membawa kebaikan, maka ia memperoleh (balasan) yang lebih baik darinya, sedang mereka itu adalah orang-orang yang aman tenteram dari kejutan yang dahsyat pada hari itu. (An
Naml:89)
Bersikap kukuh seperti batu karang yang tidak putus-putusnya dipukul ombak. Ia tidak saja berdiri kukuh, bahkan ia menentramkan amarah ombak dan gelombang. (Marcus Aurelius)
Orang yang bodoh adalah orang yang belum bersyukur atas apa yang sudah dia punya. (Penulis)
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN Kupersembahkan skripsi ini untuk:
Ayah Ibuku Tercinta yang telah memberikan kasih sayang dan motivasi serta memberikan dukungan dan doa yang tulus kepada ananda. Seluruh keluarga besar Sonosemito dan Kromokarso yang telah memberikan semangat. Sahabat-sahabat yang telah memberikan dukungan dan menemani saat suka dan duka. Teman-teman seangkatan 2007 untuk kebersamaan yang tak terlupakan. Almamaterku yang selalu aku banggakan, UNS.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan. Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Metode Kooperatif Team-Games Tournament (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso Teras Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011
Ini diajukan untuk
memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada semua pihak, khususnya kepada: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. R. Indianto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Dra. Yulianti, M. Pd. selaku Pembimbing I yang mengarahkan dan membimbing dengan sabar hingga selesainya skripsi ini. 5. Drs. Hasan Mahfud, M. Pd. selaku pembimbing II yang membimbing hingga selesainya skripsi ini. 6. Bapak/Ibu dosen program studi PGSD FKIP UNS yang telah memberikan motivasi dan pengarahan kepada penulis. 7. Ibu Sri Widati, S.Pd. selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri Kadireso yang telah mengijinkan penulis mengadakan penelitian. 8. Bapak Hardono, S.Pd selaku guru kelas V Sekolah Dasar Negeri Kadireso yang dengan senang hati membantu peneliti dalam menyelesaikan penelitian.
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Bapak/Ibu Guru Sekolah Dasar Negeri Kadireso yang banyak memberikan bantuan dan dorongan. 10. Keluarga penulis tercinta yang memberikan bantuan materiil dan nonmaterial serta dukungan demi kelancaran penyelesaian skripsi ini. 11. Teman-temanku
se-almamater
yang telah
memberikan
semangat
dan
kerjasamanya. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan yang ada. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberi manfaat kepada penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Surakarta, Juli 2011 Penulis
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman JUDUL .....................................................................................................
i ii
...................................................................................
iii iv v vi vii
KATA PENGANTAR ..............................................................................
viii
DAFTAR ISI .............................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR.. ..............................................................................
xii xiii xv
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................
1
B. Perumusan Masalah ..........................................................
3
C. Tujuan Penelitian ..............................................................
3
D. Manfaat Penelitian ............................................................
3
LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ..............................................................
5
1. Hakikat Kemampuan Berbicara ..................................
5
2. Hakikat Metode Kooperatif TGT ...............................
11
B. Penelitian Yang Relevan ...................................................
25
C. Kerangka Berpikir ............................................................
27
D. Hipotesis Tindakan ...........................................................
29
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................
30
B. Subjek Penelitian...............................................................
31
C. Bentuk dan Strategi Penelitian ..........................................
31
D. Sumber Data ......................................................................
32
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................
32
F. Validitas Data ....................................................................
34
G. Teknik Analisis Data .........................................................
35
H. Indikator Kinerja ...............................................................
37
I. Prosedur Penelitian............................................................
38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.
...................
44
B.
...................
82
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A.
85
B.
86
C.
87
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
commit to user xi
89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR halaman
23 28 ..
31 36 42
..
46 58
Gambar
59 60 73 74
Gambar 12
76 77 78 79
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL halaman
Tabel 1 Perbandingan Metode Kooperatif dengan Metode 15 24 24 Tabel 4 Kriteria
24 30 45 47
Tabel 8 Observasi terhadap Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I..
53 54
Tabel 10 Observasi terhadap Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan II
55 56
Tabel 12 Hasil Observasi Aktivitas Si
57 58 60
Tabel 15 Perkembangan Nilai Kemampuan Berbicara Siswa dari Tes Awal-
61
Tabel 16 Observasi terhadap Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I
68 69
Tabel 18 Observasi terhadap Aktivitas Siswa Siklus II 70 Tabel 19 Observasi
71 73 74 75
Tabel 23 Data Frekuensi Penilaian Aktivitas Siswa Siklus I dan 77 Tabel 24 Data Frekuensi Penilaian Kinerja Guru Siklus I
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77 Tabel 25 Perbandingan Nilai Kemampuan Berbicara dari Tes Awal 78 80
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 91 Lampiran 2 Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar 92 93 Lampiran 4 RencanaPelaksanaan Pembelajaran Siklus I 96 101 102 Lampiran 7 RencanaPelaksanaan Pembelajaran Siklus I 103 108 109 110 Lampiran 11 RencanaPelaksanaan Pembelajaran Siklus II 111
117 Lampiran 14 RencanaPelaksanaan Pembelajaran Siklus II 118 123 124 125 Lampiran 18
128 131
Lampiran 20 Nilai Rata-
134 135
Lampiran 22
138
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
141 Lampiran 24 Nilai Rata-
144
Lampiran 25 Observasi Penilaian Aktivitas Siswa Siklus I 145 Lampiran 26 Observasi Penilaian Aktivitas Siswa Siklus I 147 Lampiran 27 Observasi Penilaian Aktivitas Siswa Siklus II 149 Lampiran 28 Observasi Penilaian Aktivitas Siswa Siklus II 151 153 Lampiran 30 Observasi Kinerja Guru
159 .
161
.
163 165
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia terintegrasi dalam empat keterampilan berbahasa. Salah satu keterampilan berbahasa adalah berbicara, (S. T. Y Slamet, 2008:31 ). Pembelajaran berbicara merupakan bagian dari pembelajaran bahasa. Bahasa merupakan alat penting bagi manusia untuk komunikasi (Gorys Keraf, 1980:1). Selain itu, bahasa merupakan sarana berpikir keilmuan. Sebagai sarana berkomunikasi dan juga sarana berpikir keilmuan, maka bahasa menjadi penting untuk dipelajari. Melalui kegiatan berbicara sebenarnya siswa diharapkan mampu mengungkapkan gagasan, perasaan, dan pengalamannya kepada orang lain dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun kenyataannya hingga sekarang kemampuan berbicara yang dimiliki siswa, khususnya siswa SD belum memperlihatkan keberhasilan. Kemampuan berbahasa termasuk berbicara, di kalangan para pelajar kita masih rendah (Henry Tarigan, 1996: 25). Selain perasaan malu, ketidakmampuan siswa berbicara di depan kelas juga dipengaruhi oleh rasa percaya diri yang kurang. Berkaitan dengan rasa percaya diri, (Rogers, 2004: 25) menyatakan bahwa jika ingin menjadi seseorang yang terampil berbicara di depan publik harus memiliki rasa percaya diri, ketenangan, dan sering melakukan latihan. Rasa percaya diri dapat dibangkitkan oleh siswa sendiri. Karena kurang percaya diri inilah yang menyebabkan ketika siswa berbicara di depan kelas, banyak dijumpai di antara mereka yang bicaranya terputus-putus, bahkan yang memiliki rasa malu dan tidak bisa menguasai diri lebih memilih mundur ke tempat duduk semula. Sebagai pengajar, guru juga memiliki peran yang penting. Tugas guru adalah mendorong siswa untuk berpikir kreatif dalam setiap pembelajaran. Ditegaskan oleh Mudjito A.K (1994: 10) bahwa cara menyajikan pelajaran hendaknya memanfaatkan metode yang tepat. Banyaknya metode pembelajaran yang ada saat ini, tentunya memerlukan kemampuan guru untuk memilih metode
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi. Karena setiap metode memiliki kelebihan dan kelemahan yang berbeda-beda. Karena itulah maka guru harus dapat memahami kelasnya masing-masing. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar (SD) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa salah satu standar kompetensi untuk siswa kelas V semester dua, khususnya aspek berbicara adalah:
dijabarkan ke dalam kompetensi dasar, yaitu: siswa mampu mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa. (Depdiknas, 2006: 27). Siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri Kadireso, Teras, Boyolali selama ini masih memiliki kemampuan berbicara yang kurang, khususnya di dalam kompetensi dasar: mampu mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa. Dilihat dari hasil pra siklus yang menunjukkan rata-rata nilai siswa hanya 56,75 dari 32 siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Kadireso, Teras, Boyolali dengan nilai terendah 28 dan nilai tertinggi adalah 80, sedangkan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) untuk mata pelajaran bahasa Indonesia adalah 62 (lampiran 3 halaman 93). Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain kurang optimalnya pelaksanaan belajar mengajar berbicara di kelas dan lemahnya minat belajar siswa karena rasa takut untuk berbicara di depan kelas. Berkaitan dengan pelaksanaan belajar mengajar di kelas, erat kaitannya dengan penggunaan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru selama ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan eksperimen atau tindakan pembelajaran dengan memaksimalkan metode pembelajaran yang berbeda. Salah satu metode yang digunakan adalah kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT). Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan anggota dalam kelompok tersebut, mereka saling bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama (Hamid Hasan dalam Etin Solihatin dan Raharjo, 2008: 4).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 Berdasarkan hal di atas, untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbicara siswa di depan kelas maka peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut dengan judul
emampuan Berbicara
melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Team-Games Tournament (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso, Teras, Boyolali Tahun Perlajaran
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan di dirumuskan dalam perumusan masalah adalah sebagai berikut: 1.
Apakah melalui metode kooperatif Team-Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa kelas V SD Negeri Kadireso, Teras, Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011?
2.
Bagaimana
proses
penggunaan
metode
kooperatif
Team-Games
Tournament (TGT) untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa kelas V SD Negeri Kadireso, Teras, Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011 ?
C. Tujuan Penelitian Dengan memperhatikan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk: 1.
Meningkatkan kemampuan berbicara melalui metode kooperatif TeamGames Tournament (TGT) pada siswa SD Negeri Kadireso, Teras, Boyolali tahun pelajaran 2010/2011.
2.
Mendeskripsikan penerapan metode kooperatif Team-Games Tournament (TGT) dalam meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa SD Negeri Kadireso, Teras, Boyolali tahun pelajaran 2010/2011.
D. Manfaat Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 1.
Secara Teoritis Dapat dijadikan bahan masukan/informasi untuk memperdalam pemahaman dan wawasan teori tentang langkah-langkah penggunaan media gambar dan metode kooperatif teams-games tournament, khususnya berbicara di depan kelas. Selain itu dapat mendorong peneliti lain untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang lebih luas dan mendalam.
2.
Secara Praktis Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak, khususnya yang terkait dalam bidang pendidikan dan pembelajaran. Pihakpihak tersebut antara lain: a.
Bagi Siswa 1)
Meningkatnya perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran.
2)
Meningkatnya gairah siswa dalam belajar, bersemangat karena metode pembelajaran yang menarik.
3)
Diberikan kesempatan lebih banyak untuk
mencermati,
mengamati, meneliti, serta melatih kerjasama dengan siswa lainnya. b.
Bagi Guru 1)
Bertambahnya pengetahuan yang lebih konkret mengenai penggunaan metode kooperatif Team-Games Tournament (TGT) dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa.
2)
Meningkatnya kemampuan dalam meningkatkan pelaksanaan pembelajaran di kelas.
c.
Bagi Sekolah 1)
Memberikan gambaran tentang kompetensi guru dalam mengajar, dan kemampuan siswa dalam berbicara di depan kelas, sehingga meningkatnya kualitas proses dan hasil pembelajaran dapat ditingkatkan.
2)
Tumbuhnya iklim pembelajaran yang kondusif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1.
Hakikat Kemampuan Berbicara
a. Pengertian Kemampuan Kemampuan adalah modal utama untuk dapat melakukan sesuatu. Dalam pembelajaran kemampuan awal anak merupakan hal penting agar anak sanggup
mengikuti
perkembangan
pembelajaran
berikutnya.
Definisi
kemampuan menurut Keith Davis dalam Mangkunegara (2000) dalam (http://digib.petra.ac.id) kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya bahwa seseorang yang mempunyai IQ di atas rata-rata dan dengan pendidikan yang memadai serta terampil dalam mengarjakan pekerjaanya sehari- hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal. Menurut
Chaplin
dalam
(http:
//digilib.petra.ac.id)
ability
(kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan
pendapat
tersebut,
Akhmat
Sudrajat
dalam
(http://akhmadsudrajat.
wordpress.co) menganalogikan kemampuan dengan kata kecakapan. Menurut Robbins dalam (http://digilib.petra.ac.id)
Menilik dari sruktur penyusunan awalan ke dan akhiran an, mampu diartikan sebagai kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, dapat.Sedang kemampuan
diartikan
sebagai
kesanggupan,
kekuatan,
kekayaan
(Poerwadarminta, 2007: 742). Lebih lanjut Robbins, dalam (http://digilib.petra.ac.id) menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari dua faktor, yaitu: 1) Kemampuan intelektual (intelectual ability)
commit to user 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6 merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam melakukan aktivitas secara mental. 2) Kemampuan fisik (physical intellectual) merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam melakukan aktivitas berdasarkan stamina, kekuatan, dan karakteristik fisik. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kekuatan atau tenaga untuk menguasai sesuatu atau perbuatan yang dipengaruhi oleh faktor intelektual dan faktor fisik.
b. Pengertian Berbicara Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang paling sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Djago Tarigan (1992: 129), menyatakan bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Sedangkan Henry Guntur Tarigan (1983:27) dalam St. Y. Slamet (2008: 33) mengemukakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. berbicara tidak hanya sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah sarana untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak. Hal senada dikemukakan oleh Asep Jolly (2004: 1) bahwa berbicara adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa. Berbicara sebagai suatu proses komunikasi, proses perubahan wujud pikiran atau perasaan menjadi wujud ujaran atau bunyi bahasa yang bermakna, yang disampaikan kepada orang lain. Berbicara merupakan suatu peristiwa penyampaian maksud, ide, pikiran, dan perasaan seseorang kepada orang lain. Menurut Logan dalam Djago Tarigan (1992: 143), konsep dasar berbicara dengan sarana berkomunikasi mencakup sembilan hal. Kesembilan hal tersebut sebagai berikut: 1) Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan yang resiprokal. 2) Berbicara adalah proses individu berkomunikasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7 3) Berbicara adalah ekspresi kreatif. 4) Berbicara adalah tingkah laku. 5) Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari. 6) Berbicara dipengaruhi kekayaan pengalaman. 7) Berbicara adalah sarana memperlancar cakrawala. 8) Kemampuan linguistik dan lingkungan berkaitan erat. 9) Berbicara adalah pancaran pribadi. Dari beberapa pendapat tentang berbicara tersebut di atas bahwa berbicara adalah suatu proses komunikasi secara lisan dengan mengucapkan bunyibunyi atau kata-kata untuk menyampaikan ide, gagasan, pikiran, dan perasaan kepada orang lain. c. Pengertian Kemampuan Berbicara Kemampuan berbicara pada dasarnya harus dimiliki oleh semua orang yang ada di dalam kegiatannya membutuhkan komunikasi, baik yang sifatnya satu arah maupun dua arah. Dengan kemampuannya segala pesan yang disampaikannya akan mudah dicerna, sehingga komunikasi dapat berjalan lancar dengan siapa saja. Menurut Anwar Effendi (2008:370), kemampuan berbicara pada hakikatnya
adalah
kemampuan
untuk
megucapkan
kata-kata
untuk
menceritakan, mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran gagasan, dan perasaan kepada orang lain dengan kepercayaan diri. Kemampuan berbicara yang dimaksud di atas adalah kemampuan untuk untuk berbicara secara wajar, jujur, benar, dan bertanggung jawab, serta menghilangkan masalah psikologis seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan, berat lidah, dan lain-lain. Senada dengan pendapat tersebut,
ST. Y
Slamet (2007:35),
menyatakan bahwa kemampuan berbicara merupakan kemampuan untuk mengekspresikan diri. Yang dimaksud beliau adalah bila si pembicara memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas, maka dengan mudah yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 bersangkutan dapat menguraikan pengetahuan dan pengalamannya, begitupun sebaliknya. Lebih lanjut lagi Wilkin dalam Oktarina (2002:56), menyatakan bahwa -kalimat karena komunikasi terjadi melalui kalimatDari beberapa pendapat di atas, maka dapat peneliti simpulkan bahwa kemampuan berbicara adalah kesanggupan yang dimiliki seseorang untuk mengucapkan
bunyi-bunyi,
kata-kata
atau
kalimat-kalimat
untuk
menceritakan, mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran gagasan ide, pikiran, dan perasaan kepada orang lain yang bertujuan sebagai bentuk dari komunikasi.
d. Kesulitan-kesulitan dalam Berbicara Kesulitan berbicara merupakan salah satu bentuk kesulitan yang nyata dalam aktivitas. Kesulitan tersebut berupa gangguan intrinsik yang diduga karena adanya disfungsi sistem saraf pusat. Kesulitan berbicara bisa terjadi bersamaan dengan gangguan lain, misalnya gangguan sensoris, hambatan sosial, dan emosional serta pengaruh lingkungan misalnya perbedaan budaya atau proses pembelajaran yang tidak sesuai. Kesulitan berbicara yang dialami oleh anak akan menjadi masalah awal anak untuk belajar hal lainnya, sebab berbicara merupakan salah satu kemampuan dasar anak untuk berkomunikasi dengan orang lain. Menurut Derek Wood (2005: 25), kesulitan dalam berbicara sering menjadi indikasi awal bagi kesulitan belajar yang dialami seorang anak. Orang yang mengalami kesulitan jenis ini menemui kesulitan dalam menghasilkan bunyi-bunyi bahasa yang tepat, berkomunikasi dengan orang lain melalui penggunaan bahasa yang benar, atau memahami apa yang orang lain katakan. Kemampuan berbicara yang masih rendah dipengaruhi oleh banyak hal. Menurut Lovvit dalam Mulyono Abdurahman (1999: 190), menyebutkan kesulitan ini antara lain dikarenakan hal sebagai berikut: 1) kekurangan kognitif, 2) kekurangan dalam memori, 3) kekurangan kemampuan melakukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 evaluasi, 4) kekurangan kemampuan memproduksi bahasa, dan 5) kekurangan dalam bidang pragmatic atau penggunaan fungsional bahasa. Sedangkan Anwar Efendi (2008: 319), menyebutkan rendahnya tingkat kemampuan berbicara siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain berkaitan dengan metode, teknik, media, atau sumber pembelajaran. Sedangkan faktor eksternal antara lain yaitu berhubungan dengan penggunaan bahasa Indonesia di lingkungan keluarga dan masyarakat yang pada umumnya belum memperhatikan kaidah-kaidah berbahasa yang baik dan benar. Akibatnya anak terbiasa untuk menuturkan bahasa Indonesia sesuai dengan konteks. Menurut Djago Tarigan (1992: 143), kesulitan berbicara yang dialami siswa ini bervariasi mulai dari taraf baik/lancar, sedang, atau kurang/gagap. Ada siswa yang lancar menyatakan keinginan, rasa senang, sedih, sakit, atau letih. Bahkan mungkin dapat menyatakan pendapatnya mengenai sesuatu walaupun dalam taraf yang sederhana. Beberapa siswa lainnya masih takuttakut berdiri di hadapan teman sekelasnya. Bahkan tidak jarang beberapa siswa berkeringat dingin, berdiri kaku, lupa segalanya bila ia berhadapan dengan siswa lainnya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbicara pada anak berbeda-beda. Anak dihadapkan pada kesulitan-kesulitan dalam berbicara. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, baik itu faktor fisik maupun psikologis, serta faktor internal dan eksternal.
e. Jenis-jenis Berbicara Berbicara dapat berlangsung dalam situasi, suasana, dan lingkungan tertentu. Di dalam lingkungan formal, pembicara dituntut secara formal pula, sebaliknya dalam suasana informal pembicara berbicara santai (tidak formal). St. Y. Slamet (2008: 37), menyebutkan jenis-jenis berbicara ditinjau sebagai seni dan sebagai ilmu. Berbicara adalah seni menekankan penerapannya sebagai alat komunikasi dalam masyarakat, dan yang menjadi perhatiannya antara lain: 1) berbicara di muka umum, 2) diskusi kelompok, 3)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 debat. Berbicara sebagai limu menelaah hal-hal yang berkaitan dengan: 1) mekanisme berbicara dan mendengar, 2) latihan dasar tentang ujaran dan suara, 3) bunyi-bunyi bahasa, dan 4) patologi ujaran. Pengetahuan tentang ilmu atau teori berbicara sangat menunjang kemahiran serta keberhasilan kemampuan berbicara. Berbicara
merupakan
kemampuan
untuk
mengucapkan
dan
dan Darmiyati (2001: 8-11), jenis-jenis berbicara dapat dibedakan menjadi empat kategori, yaitu: 1) percakapan, 2) bebicara estetik, 3) berbicara untuk menyampaikan informasi atau mempengaruhi, dan 4) kegiatan dramatik. Djago Tarigan (1992: 155), membedakan jenis berbicara ke dalam dua kategori. Kategori yang pertama adalah berbicara informal yang meliputi tukar pengalaman, percakapan, menyampaikan berita, menyampaikan pengumuman, bertelepon, memberi petunjuk. Kategori yang kedua adalah berbicara formal yang mencakup ceramah, perencanaan dan penilaian, interview, prosedur parlemen, dan bercerita. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jenisjenis berbicara meliputi dua kategori, yaitu berbicara formal dan informal. Jenis-jenis berbicara merupakan suatu seni dan ilmu sebagai alat komunikasi di masyarakat.
f. Tujuan Berbicara Sesuai dengan hakikat berbicara sebagai suatu peristiwa penyampaian pesan, pasti ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh pembicara kepada pendengarnya. Dengan demikian dalam berbicara akan selalu terlihat adanya unsur tujuan. Seperti halnya kemampuan berbahasa yang lain, berbicara juga memiliki tujuan yang hendak di capai oleh pembicara maupun pendengar agar maksud dari pembicaraan tepat pada sasaran yang diinginkan. Menurut St. Y. Slamet (2008: 36), tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran, gagasan, perasaan, dan kemauan secara efektif, seyogyanya pembicara memahami makna segala
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap pendengarnya, dapat dimanfaatkan untuk mengontrol diri, apakah sudah mempunyai kesanggupan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa dengan tepat, mengungkapkan fakta-fakta dengan spontan, dan menerapkan kaidah-kaidah bahasa yang benar secara otomatis. Djago Tarigan (1992: 156), menyatakan bahwa tujuan berbicara antara lain: 1) menghibur, 2) menginformasikan, 3) menstimulasi, 4) meyakinkan, dan 5) menggerakkan. Gorys Keraf dalam St. Y. Slamet (2008: 37), menyebutkan bahwa tujuan berbicara sebagai berikut: 1) mendorong pembicara untuk memberi semangat, membangkitkan kegairahan, serta menunjukkan rasa hormat, dan pengabdian, 2) meyakinkan, 3) berbuat/bertindak, 4) memberitahukan, dan 5) menyenangkan. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari berbicara adalah untuk menyampaikan pikiran, gagasan, perasaan, dan kemauan secara efektif sehingga kegiatan berbicara menjadi suatu kegiatan yang mampu memberikan semangat bagi pembicara, meyakinkan pendengar, menyenangkan, dan menghibur pendengar.
2.
Hakikat Metode Kooperatif TGT
a. Pengertian Metode Suatu pembelajaran yang dilaksanakan diperlukan adanya strategi. Kadang antara strategi dan metode disalah artikan padahal keduanya memiliki arti yang berbeda. Dalam (http://id.wikipedia.org/wiki/Metode) diakses 20 April 2011, mengemukakan bahwa metode berasal dari Bahasa Yunani Methodos Sehubungan dengan upaya ilmiah maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Metode adalah cara yang digunakan oleh guru/peserta didik dalam mengolah informasi yang berupa fakta, data, dan konsep pada proses pembelajaran yang mungkin terjadi dalam suatu strategi. Untuk mencapai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 hasil pembelajaran yang maksimal, diperlukan strategi pembelajaran yang tepat. Pada saat menetapkan strategi yang digunakan, guru harus cermat memilih dan menetapkan metode yang sesuai. Menurut Isjoni (2010: 108), menyebutkan bahwa untuk melaksanakan strategi diperlukan seperangkat metode pembelajaran yang diselenggarakan tiap tatap muka. Strategi dapat diartikan sebagai yang berarti rencana kegiatan untuk mencapai sesuatu. Sedangkan yang berarti cara untuk mencapai sesuatu. Senada dengan hal tersebut, J. R David (1976: 67), mengemukakan plan, method or series of activities designed to achieves a particular e
Menurut pengertian ini strategi pembelajaran meliputi
rencana, metode, dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara yang digunakan oleh guru/peserta didik untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran dan digunakan untuk mengolah informasi yang berupa fakta, data, dan konsep pada proses pembelajaran yang mungkin terjadi dalam suatu strategi. b. Metode Kooperatif Metode kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama- sama dengan saling membantu satu sama lainya sebagai satu kelompok atau satu tim. Slavin (2010: 8) mengemukakan metode kooperatif adalah metode pembelajaran dimana kelompok belajar dan bekerja dalam kelompokkelompok kecil yang berjumlah empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Johson (2010:2) mengemukakan bahwa pembelajaran dengan metode kooperatif mengandung arti bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama.dalam kegiatan kooperatif, siswa mencari hasil yang menguntungkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 bagi seluruh anggota kelompok. Belajar kooperatif adalah memanfaatkan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota kelompok lainya dalam kelompok itu. Prosedur pembelajaran dengan metode kooperatif dirancang untuk mengaktivitaskan siswa melalui inkuiri dan perbincangan dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4- 5 orang. Metode kooperatif lebih menekankan pada adanya kerjasama dan gotong royong di antara anggota kelompok yang ada. Anita Lie (2000: 47) menyebutkan pembelajaran dengan metode kooperatif dengan istilah gotong royong, yaitu kelompok pembelajaran memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas tersruktur. Lebih jauh dikatakan pembelajaraan dengan metode kooperatif hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu kelompok didalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah kelompok pada umumnya terdiri dari 4- 5 orang saja. Etin Solihatin dan Raharjo (2007: 4) menyebutkan bahwa cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Menurut Davidson dan Warsham (2003: 56) dalam Isjoni (2010: 29), pembelajaran dengan metode kooperatif adalah kegitan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai kepada pengalaman belajar yang berkelompok pengalaman individu dan pengalaman kelompok. Pada hakekatnya pembelajaran kooperatif sama dengan kerja kelompok, oleh karena itu banyak guru yang mengatakan bahwa tidak ada sesuatu yang aneh dalam pembelajaran kooperatif karena menganggap telah biasa menggunakanya. Walaupun pembelajaran dengan metode kooperatif terbentuk dalam suatu kelompok, tetapi tidak setiap kerja kelompok dikatakan pembelajaran kooperatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar, dimana siswa dituntut untuk aktif dan saling bekerja sama dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan bersama.
c. Ciri-ciri Metode Kooperatif Pada hakekatnya pembelajaran kooperatif sama dengan kerja kelompok. Walaupun pembelajaran kooperatif terjadi dalam bentuk kelompok, tetapi tidak setiap kerja kelompok di sebut pembelajaran kooperatif. Menurut Rusman (2010 : 207) menjelaskan bahwa ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut (1) pembelajaran secara tim untuk mencapai tujuan, oleh karena itu tim harus mampu membuat setiap siswa belajar dan setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran (2) didasarkan pada manejemen kooperatif (3) kemampuan untuk bekerja sama, karena keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok dan (4) keterampilan bekerja sama yang dipraktikkan melalui aktivitas dan melalui kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Bennet (1995) dalam Isjoni (2009: 60) menyatakan ada lima unsur dasar yang dapat membedakan pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok, yaitu: 1) Positive Interdependence, yaitu hubugan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya. 2) Interaction face to face, yaitu interaksi yang lagsung terjadi antar siswa tanpa adanya perantara. 3) Adanya tanggungjawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok. Hal tersebut, dapat memotivasi siswa untukmembantu temanya, karena tujuan pembelajaran kooperatif adalah menjadikan setiap anggota kelompok lebih kuat pribadinya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 4) Membutuhkan keluwesan, yaitu menciptakan hubungan antar pribadi, mengembangkan kemampuan antar kelompok dan memelihara hubungan kerja yang efektif. 5) Meningkatkan ketrampilan kerja dalam memecahkan masalah (proses kelompok). Kemudian Isjoni (2009: 27) menyebutkan pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri yaitu: a) setiap anggota memiliki peran, b) terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa, c) setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, d) guru
membantu
mengembangkan
ketrampila-ketrampilan
interpersonal
kelompok dan e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat siswa membutuhkan bantuan guru. Selain itu Etin Solihatin dan Raharjo (2008: 9), mengemukakan bahwa metode pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri: 1) untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif, 2) kelompok dibentuk dari siswa-siswanya yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, 3) jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, dan 4) penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan. Metode kooperatif memiliki perbedaan yang berbeda dengan metode konvensional.
Adapun
perbedaan
metode kooperatif dengan
metode
konvensional dapat dilihat dalam Tabel 1: No 1.
Kelompok Belajar
Kelompok Belajar Kooperatif
Tradisional
Adanya saling ketergantungan positif, Guru Saling
membentu
dan
membiarkan
siswa
saling yang mendominasi kelompok
memberikan motivasi sehingga ada atau interaksi promotif.
mengantungkan
pada kelompok.
commit to user
diri
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 2.
Adanya akuntabilitas individual yang Akuntabilitas
individual
mengukur penguasaan materi pelajaran sering diabaikan tiap anggota kelompok.
tugas-
sehingga
tugas
dikerjakan
sering
salah
seorang
anggota kelompok. 3.
Kelompok belajar heterogen dalam Kelompok belajar homogen. kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, suku, dan etnik sehingga dapat saling
mengetahuai
siapa
yang
memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan 4.
Pimpinan demokratis
kelompok atau
dipilih bergilir
secara Pemimpin kelompok sering untuk ditentukan oleh guru.
memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok. 5.
Keterampilan sosial yang diperlukan Keterampilan sosial sering dalam kerja gotong royong seperti tidak diajarkan langsung kepemimpinan,
kemampuan
komunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan. 6.
Pada saat belajar kooperatif sedang Pemantauan berlangsung, guru
terus
memantau observasi
melalui observasi.
melalui dan
intervensi
sering dilakukan oleh guru pada
saat
pembelajaran
sedang berlangsung. 7.
Guru memperhatikan secara langsung Guru tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam proses kelompok yang terjadi kelompok- kelompok belajar.
dalm kelompok- kelompok belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 8.
Penekanan penyelesaian hubungan
tidak
hanya
tugas
tetapi
interpersonal
pada Penekanan hanya sering pada juga tugas- tugas.
(hubungan
antar pribadi yang saling menghargai). Tabel 1. Perbedaan Metode Kooperatif dengan Metode Konvensional Sumber: (Sugiyanto, 2008:40-41 )
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode kooperatif memiliki ciri-ciri yang melekat pada saat metode pembelajaran ini berlangsung. Adapun ciri-cirinya antara lain adanya kerjasama antar kelompok yang memiliki satu tujuan yang sama, memiliki tanggungjawab, dan keluwesan
serta adanya kekompakan
dalam
membantu
teman satu
kelompoknya demi keberhasilan bersama yang hendak dicapai.
d. Tujuan Metode Kooperatif Setiap metode pembelajaran memiliki tujuan yang ingin dicapai. Metode kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran yang penting. Menurut Ibrahim (2000) dalam Isjoni (2010:27), ketiga tujuan tersebut adalah: Tujuan pertama pembelajaran dengan metode kooperatif yaitu meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi narasumber bagi siswa yang memiliki kemampuan kurang. Sedangkan tujuan kedua, pembelajaran dengan metode kooperatif adalah memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Tujuan penting yang ketiga adalah untuk mengembangkan keterampilan sosial anak. Ketiga tujuan yang dikemukakan di atas merupakan satu rangkaian yang ingin dicapai dalam pembelajaran yang menggunakan metode kooperatif. Siswa yang memiliki kemampuan yang lebih dapat membantu anggota kelompoknya yang memiliki kemampuan belajar yang kurang. Metode kooperatif ini juga melatih siswa untuk menerima perbedaan di lingkungan sekitarnya yang terdiri dari suku, ras, agama, kemampuan akademik, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 tingkat sosial yang berbeda-beda. Dengan perbedaan yang ada tersebut siswa diharapkan mampu mengembangkan keterampilan sosialnya, antara lain mampu berbagi tugas dengan yang lain, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok, dan sebagainya. Menurut David Johnson, Robert Johnson dan Holubec (2010: 36), suasana belajar cooperative learning menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif, dan penyesuaian psikologis yang lebih baik daripada suasana belajar yang penuh dengan persaingan dan memisahmisahkan siswa. Pembelajaran kooperatif memiliki tujuan untuk membiasakan siswa untuk bekerjasama secara bersama-sama dan tidak dipisah-pisahkan. Sedangkan Ricard tujuan kooperatif terjadi apabila siswa dapat mencapai tujuan yang ingin
bertanggungjawab atas keberhasilan kelompoknya. Siswa dalam situasi cooperative learning dituntut untuk mengerjakan tugas yang sama secara bersama-sama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas tersebut. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode kooperatif memiliki tujuan untuk membiasakan siswa saling bekerjasama dalam perbedaan dan bertanggungjawab terhadap tugasnya masing-masing di dalam kelompok demi tercapainya keberhasilan kelompoknya. e. Tipe-tipe Metode Kooperatif Berbeda dengan metode konvensional, tekanan utama pembelajaran
interaksi siswa menjadi maksimal dan efektif. Namun demikian, belajar kelompok tidak selalu dapat digolongkan sebagai pembelajaran kooperatif. Bila siswa dalam kelompok belajar tidak saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar tersebut tidak dapat digolongkan sebagai pembelajaran kooperatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 Ada beberapa variasi tipe metode kooperatif, walaupun prinsip dasar dari pembelajaran kooperatif ini tidak berubah Tipe-tipe metode kooperatif menurut Isjoni (2009 : 73), menyatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi tipe yang dapat diterapkan , yaitu : 1) Student Team Achievement Division (STAD) 2) Jigsaw 3) Teams Games Tournaments (TGT) 4) Group Investigation (GI) 5) Rotating Trio Exchange 6) Group Resume
Menurut Suyitno (2004: 37), pembelajaran kooperatif di bagi kedalam enam tipe yaitu: 1) STAD (Student Teams Achievement Divisions). 2) TGT (Teams Games Tournament). 3) TAI (Teams Assisted Individualization). 4) Jigsaw I. 5) Jigsaw II. 6) CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition).
Sedangkan menurut Triyanto (2010: 67), menyebutkan tipe metode kooperatif ada 4 macam, yaitu: 1) STAD (Student Team Achievement Division). 2) JIGSAW. 3) Investigasi Kelompok (Team-Games Tournament atau TGT). 4) Pendekatan Struktural (Think Pair Share atau TPS dan Numbered Head Together atau NHT). Dari beberapa tipe metode kooperatif yang disebutkan oleh beberapa ahli di atas, pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini adalah melalui metode Team-Games Tournament (TGT) karena metode kooperatif tipe TGT
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 menggunakan permainan yang menarik dan dibentuk kelompok-kelompok, diharapkan dengan tipe TGT ini siswa akan lebih fokus dalam pembelajaran dan dapat bekerja sama di dalam kelompok sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai secara maksimal dan mampu meningkatkan kemampuan berbicara siswa.
f. Pengertian Metode Kooperatif Team-Games Tournament (TGT) Pada awalnya pembelajaran menggunakan metode TGT dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards,yang merupakan pembelajaran pertama dari Johns Hopkis. Menurut Winastwan dan Sunarto (2010: 61), mengemukakan bahwa TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok
kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang
siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing
masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada
setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama
sama dengan
anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggungjawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru. Senada dengan pendapat di atas, menurut Saco (2006: 32) dalam (http://suhadinet.wordpress.com/2008/03/28/model-pembelajaran-kooperatiftipe-tgt-teams-games-tournaments/) diakses 23 Maret 2011, di dalam TGT siswa memainkan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka). Slavin (2010: 163), menyatakan bahwa metode kooperatif tipe TGT adalah metode dimana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 yang lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. Metode kooperatif tipe TGT menambahkan dimensi kegembiraan
yang diperoleh
dari
penggunaan permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dengan game temannya tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi tanggung jawab individual. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status. Tipe ini melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat belajar dan mengandung reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam metode pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
g. Ciri-ciri Metode Kooperatif Team-Games Tournament (TGT) Sama seperti metode kooeratif tipe yang lain, metode kooperatif Team Games Tournament (TGT) memiliki ciri-ciri yang melekat pada metode pembelajaran ini. Menurut Winastwan (2010: 61), ciri-ciri dari TGT adalah sebagai berikut: 1) Siswa Bekerja Dalam Kelompok
Kelompok Kecil
Siswa ditempatkan dalam kelompok kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda. 2) Games Tournament Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing ditempatkan dalam meja
masing
meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 5 sampai 6 orang peserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. 3) Penghargaan Kelompok Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah menghitung rerata skor kelompok. Untuk memilih rerata skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing
masing anggota kelompok dibagi dengan banyaknya anggota
kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata
rata poin yang
didapat oleh kelompok tersebut. Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat memotivasi siswa untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran. Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa bahwa belajar secara kooperatif sangat menyenangkan. Di dalam metode kooperatif tipe Team-Games Tornament (TGT) ini terdapat game atau kuis yang masing-masing perwakilan kelompok ditempatkan pada satu meja turnamen dan menjawab pertanyaan yang ada. Kelompok yang memiliki poin tertinggi merupakan pemenang atau tim terbaik. Persaingan antar kelompok dibutuhkan untuk memperoleh poin paling banyak. Untuk itu, masing-masing wakil kelompok harus siap untuk menyumbangkan poin bagi timnya. Menurut Isjoni (2010: 84), metode kooperatif tipe TGT memiliki ciri utama yaitu, pembagian kelompok yang dalam permainannya setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari kelompoknya.
Siswa
yang
mewakili
kelompoknya,
masing-masing
ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Sedangkan menurut Slavin (2010: 169), mengemukakan bahwa metode kooperatif tipe Team-Games
Tournament (TGT)
ini dalam
pelaksanaannya adalah menempatkan para siswa ke dalam tim. Kemudian masing-masing mengirimkan wakilnya di meja tournament, dan memberi penghargaan bagi tim yang memiliki nilai tertinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ciriciri metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT) ini adalah salah satu tipe metode kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompokkelompok belajar yang beranggotakan 4-6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda. Kelompokkelompok belajar tersebut diusahakan untuk menyumbangkan poin bagi kelompoknya pada saat berada di meja turnamen, dan bagi kelompok terbaik akan diberi penghargaan yang dihitung dari rata-rata poin yang didapat kelompok tersebut.
h. Tahap-tahap Metode Kooperatif Team-Games Tournament (TGT) Secara umum dalam penerapan metode kooperatif Team-Games Tournament (TGT) ada beberapa tahapan yang perlu ditempuh. Menurut Slavin (2010: 166), tahap-tahap (skenario) yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut : 1) Pembentukan kelompok Kelas dibagi atas kelompok-kelompok kecil terdiri dari 4-5 siswa. Perlu diperhatikan bahwa setiap kelompok mempunyai sifat heterogen dalam hal jenis kelamin dan kemampuan akademik. Fungsi kelompok untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game. Sebelum materi pelajaran diberikan kepada siswa dijelaskan bahwa mereka akan bekerjasama dalam kelompok selama beberapa minggu dan memainkan permainan akademik untuk menambah poin bagi nilai kelompok mereka, dan bahwa kelompok yang nilainya tinggi akan mendapat penghargaan. 2) Pemberian materi Pada awalnya pembelajaran, guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, dapat juga melalui diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian di kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 memahami materi yang diberikan oleh guru, karena dapat membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok. Materi ini dapat dibuat sendiri dengan jalan mempersiapkan lembaran kerja siswa. 3) Belajar kelompok Kepada masing-masing kelompok diberikan untuk mengerjakan LKS yang telah disediakan. Fungsi kelompok untuk lebih mendalami materi
bersama
teman
kelompoknya
dan
lebih
khusus
untuk
mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game yaitu ketika mengerjakan soal-soal latihan. Setelah guru memberikan materi I, kelompok bertemu untuk mempelajari lembar kerja dan
materi
mendiskusikan
lainnya.
Dalam
masalah
belajar
secara
kelompok,
bersama-sama,
siswa
diminta
membandingkan
jawabannya, dan mengoreksi miskonsepsi jika teman satu kelompok membuat kesalahan. 4) Game Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapatkan skor. 5) Turnamen Turnamen dapat dilaksanakan tiap akhir pokok bahasan. Untuk melaksanakan turnamen, langkahnya adalah sebagai berikut: a) membentuk meja turnamen, disesuaikan dengan banyaknya siswa pada setiap kelompok. b) menentukan rangking (berdasarkan kemampuan) setiap siswa pada masing-masing kelompok. Tabel penempatan siswa pada tim di atas di dasarkan pada hasil pretest yang dilaksanakan sebelumnya. Sehinggaa pada tiap tim terdapat siswa yang memiliki kemampuan akademik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 yang tinggi, sedang, dan kurang. Jadi masing-masing tim akan memiliki anggota yang heterogen. c) Menempatkan siswa dengan rangking yang sama pada meja yang sama. TIM A A-1 A-2 A-3 A-4
Meja turnamen
Meja turname n
Meja turnamen
Meja turnamen 4
3
B-1 B-2 B-3 B-4 TIM B
C-1 C-2 C-3 C-4 TIM C
Gambar 1 Penempatan pada Meja Turnamen d) masing-masing
siswa
pada
meja
turnamen
bertanding
untuk
mendapatkan skor sebanyak-banyaknya. e) skor siswa dari masing-masing kelompok dikumpulkan, dan ditentukan kelompok yang mempunyai jumlah kumulatif tertinggi sebagai pemenang pertandingan.
Tabel 2. Perhitungan Permainan Untuk Empat Pemain (Sumber : Slavin, 1995:90) Pemain dengan
Poin Bila Jumlah Kartu Yang Diperoleh
Top Scorer High Middle Scorer Low Middle Scorer Low Scorer
40 30 20 10
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 Tabel 3. Perhitungan Poin Permainan Untuk Tiga Pemain (Sumber : Slavin, 1995:90) Pemain dengan Poin Bila Jumlah Kartu Yang Diperoleh Top scorer 60 Middle scorer 40 Low scorer 20 Dengan keterangan sebagai berikut: 1. Top Scorer (skor tertinggi) 2. High Middle scorer ( skor tinggi ) 3. Low Middle scorer (skor rendah) 4. Low Scorer ( skor terendah). Skor individu adalah skor yang diperoleh masing-masing anggota dalam tes akhir. Sedangkan skor kelompok diperoleh dari rata-rata nilai perkembangan anggota kelompok. Nilai perkembangan adalah nilai yang diperoleh oleh masing-masing siswa dengan membandingkan skor pada tes awal dengan skor pada tes akhir. 6) Penghargaan Segera setelah turnamen, hitunglah nilai kelompok dan siapkan sertifikat kelompok untuk menghargai kelompok bernilai tinggi. Tabel 4. Kriteria Penghargaan kelompok (Sumber : Slavin, 1995:90) Kriteria penilaian 30 sampai 39 40 sampai 44 45 sampai 49 50 ke atas
Predikat Tim kurang baik Tim baik Tim baik sekali Tim istimewa
Menurut Winastwan dan Sunarto (2010: 63), tahap-tahap dalam metode kooperatif TGT meliputi 1) Mengajar (teach), 2) belajar kelompok (team study), 3) Permainan (game tournament), dan 4) penghargaan (team recognition). Sedangkan menurut Trianto (2010: 84), tahapan dalam metode kooperatif tipe TGT adalah 1) presentasi guru, 2) membentuk kelompok belajar, 3) tournament, dan 4) penghargaan kelompok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 Tahapan-tahapan yang ditempuh dalam metode kooperatif TGT diawali dengan pemberian materi oleh guru, berupa presentasi mengenai materi yang akan diajarkan, menyampaikan tujuan, tugas, atau, kegiatan yang akan dilakukan siswa, dan memberikan motivasi. Pembentukan kelompok untuk melaksanakan diskusi kemudian dilanjutkan permainan yang diikuti oleh anggota kelompok dari masing-masing kelompok yang berbeda. Tahap akhir adalah pemberian penghargaan kelompok didasarkan pada rerata poin yang diperoleh kelompok dari permainan. Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa di dalam pelaksanaan metode kooperatif tipe TGT akan terjadi melalui tahapantahapan yang runtut. Tahapan-tahapan tersebut meliputi pemberian materi, pembentukan kelompok, game, tournament, dan tahap akhir berupa penghargaan kelompok.
B. Penelitian yang Relevan
Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Penggunaan Metode STAD Pada Siswa Kelas V SD Negeri Muncanglarang 01 Kecamatan Bumijwa Kabupaten Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan bahwa metode STAD dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa yang ditandai adanya peningkatan pada siklus I jika dibandingkan sebelum dilakukan tindakan. Sebelum tindakan siswa yang tuntas dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) adalah 65 hanya 20 %, tetapi pada siklus I siswa yang tuntas mencapai 46,3 %. Sedangkan pada siklus II siswa yang tuntas jauh meningkat yaitu mencapai 85,4%. Yulianti (2010) dalam (http://skripsitgt.ac.id) diakses pada 24 Maret Model Team Games Tournament (TGT) Sebagai Alternatif Meningkatkan Prestasi Belajar IPS pada Siswa Kelas IV SD Negeri Bunulrejo 1 Kecamatan Blimbing Kota Malang Tahun Pelajaran 2009yang dilaksanakan, disimpulkan bahwa metode kooperatif tipe TGT dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Bunulrejo Kecamatan Blimbing Kota Malang yang ditandai dengan adanya peningkatan prestasi belajar siswa dari siklus I sampai III yaitu, siklus I (51, 00%), siklus II (74, 00%), siklus III (91.00 %). Sumarni (2010: 69) dalam
pe
Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Pembelajaran Kooperatif Model TGT pada Siswa Kelas IV SD Negeri Pilangsari 1 Kec. Ngrampal Kab. Sragen
disimpulkan bahwa model pembelajaran TGT dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa Kelas IV SD Negeri Pilangsari 1 Kec. Ngrampal Kab. Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 yang ditandai dengan rata rata nilai sebesar 79,79 yang berarti mengalami kenaikan sebesar 12,08 dari nilai awal yang mempunyai rata rata nilai 67,71. Berdasarkan pada hasil penelitian dari Sri Sutamtono (2010) terdapat kesamaan variabel terhadap penelitian yang akan dilakukan peneliti. Kesamaan itu terletak pada penggunaan model kooperatif dan berkaitan dengan kemampuan berbicara.
Sedangkan
perbedaannya
terletak
dalam
penggunaan
model
Pembelajaran kooperatif tipe Student Achievement Divissions (STAD). Dari penelitian Yulianti (2010) terdapat kesamaan variabel terhadap penelitian yang akan dilakukan yaitu menggunakan model pembelajaran tipe Team Games Tournament (TGT), juga terdapat perbedaan variabel dalam penelitian ini yaitu variabel peningkatan kemampuan berbicara dengan peningkatan prestasi belajar serta mata pelajaran yang diteliti berbeda, yaitu Bahasa dengan IPS. Dari penelitian Sumarni (2010) terdapat persamaan variabel yaitu terletak pada metode TGT dan berkaitan dengan kemampuan berbicara, namun juga terdapat perbedaan yaitu penelitian dilaksanakan untuk kelas V semester 2. Maka, dari beberapa penelitian yang relevan tersebut akan memperkuat peneliti dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa kelas V SD Negeri Kadireso, Teras, Boyolali tahun pelajaran 2010/2011.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 C. Kerangka Berpikir Pada kondisi awal, hasil pembelajaran kemampuan berbahasa lisan (berbicara), khususnya dalam mengungkapkan gagasan dan pikiran dalam menanggapi
masalah
faktual
disertai
alasan
yang
mendukung
dengan
memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa masih rendah. Rendahnya kemampuan berbicara siswa tersebut salah satunya disebabkan oleh pembelajaran yang dilaksanakan guru yang kurang memperhatikan metode yang dapat menarik perhatian siswa. Guru masih menggunakan metode konvensional berupa ceramah sehingga belum ada timbal balik antara guru dengan siswa ataupun siswa dengan siswa. Upaya mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai hal, dan salah satunya adalah dengan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode kooperatif (TGT). Dengan metode kooperatif (TGT) diharapkan semua siswa menjadi aktif dan lebih menarik, karena dibentuk kelompok-kelompok kecil yang dipimpin atau dibimbing oleh temannya sendiri. Kegiatan belajar berbicara, khususnya dalam mengungkapkan gagasan dan pikiran dalam menanggapi masalah faktual disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa tidak harus diajarkan oleh guru. Siswa yang sudah mampu dan lancar dalam mengungkapkan pikiran dan gagasan secara lisan mengenai masalah faktual dengan alasan dan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa diberi tanggung jawab untuk membimbing teman-temannya dalam satu kelompok. Dengan kerjasama kelompok kecil, maka akan dapat tercapai tujuan pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan dan diinginkan bersama. pelaksanaannya,
pembelajaran
dengan
metode
kooperatif
Dalam
Team-Games
Tournament (TGT) ini dilaksanakan melalui siklus I dan siklus II. Dengan indikator ketercapaian 60 % pada siklus I dan 80 % pada siklus II. Pada kondisi akhir dapat diperoleh bahwa dengan menggunakan metode kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT), diharapkan adanya peningkatan kemampuan berbicara siswa kelas V SD Negeri Kadireso, Teras, Boyolali tahun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 pelajaran 2010/2011. Alur kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan pada gambar 2 berikut ini:
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Guru masih mengunakan metode konvensional dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Kemampuan berbicara siswa rendah Siklus I
Guru menggunakan metode kooperatif Teams Games Tournament (TGT) dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Siklus II
Dengan menggunakan metode pembelajaran TGT, kemampuan berbicara siswa dapat meningkat. Gambar 2. Kerangka berpikir
D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas, maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut: Team-Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas V SD Negeri Kadireso,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011. Objek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Kadireso. Sekolah ini dipimpin oleh Ibu Sri Widati, S. Pd. Penetapan lokasi penelitian dalam penelitian ini dikarenakan peneliti ingin meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada aspek berbicara. 2. Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2010/2011. Tahap persiapan hingga pelaporan hasil penelitian dilakukan selama tujuh bulan, yakni mulai bulan Februari 2011 sampai Agustus 2011. Berikut rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian. a.
Persiapan penyusunan dan pengajuan proposal dilaksanakan dari bulan Februari sampai Juni 2011.
b.
Mengurus ijin penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2011.
c.
Pengadaan penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2011.
d.
Analisis data dilaksanakan pada bulan Juli 2011.
e.
Penyusunan laporan dilaksanakan pada bulan Agustus 2011.
B. Subyek Penelitian Menurut Sarwiji Suwandi (2009:55), subjek penelitian adalah siswa dan guru yang terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran. Subjek atau sasaran pada penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Kadireso Teras Boyolali, berjumlah 32 siswa. Yang terdiri dari 14 siswa perempuan, 18 siswa laki-laki, dan yang bertindak sebagai guru kelas adalah Hardono, S.Pd. dari 32 siswa ini semuanya adalah anak yang normal.
commit to user 31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 C. Bentuk dan Strategi Penelitian Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) atau PTK. PTK adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi di dalam sebuah kelas. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa (Suharsimi, dkk, 2008: 3). Pelaksanaan PTK dilakukan melalui empat tahap, yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observasing), dan refleksi (reflecting). Langkah-langkah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Identifikasi
perencanaan Siklus I
refleksi
aksi observasi Perencanaan refleksi
Siklus II observasi
aksi
dan seterusnya
Gambar 3: Spiral Tindakan Kelas (adaptasi dari Hopkins dalam Zainal Aqib, 2006: 31). D. Sumber Data Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan diolah dalam penelitian ini diperoleh dari data kualitatif. Informasi data ini akan digali dari berbagai macam sumber data. Adapun sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini antara lain: 1. Informasi data dari nara sumber yang terdiri siswa kelas V dan guru kelas V SD Negeri Kadireso, Teras, Boyolali. 2. Arsip nilai ulangan harian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 3. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran dengan metode kooperatif TGT di kelas V SD Negeri Kadireso, Teras, Boyolali. 4. Hasil tes penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data Untuk memecahkan masalah dalam penelitian diperlukan data yang relevan dengan permasalahannya, sedangkan untuk mendapatkan data tersebut perlu digunakan teknik pengumpulan data yang tepat. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Metode Dokumentasi Menurut St.Y. Slamet dan Suwarto ( 2007: 53), dokumen adalah bahan tertulis maupun film yang digunakan sebagai sumber data. Dokumen merupakan sumber data tertulis dan arsip yang sering memiliki posisi yang penting dalam suatu penelitian kualitatif (Yin dalam H.B. Sutopo, 2002: 69). Data yang diperoleh dari dokumen yaitu keadaan administrasi siswa yang sudah ada. Dokumen yang dikaji berupa arsip atau dokumen yang ada. Dokumen tersebut antara lain kurikulum (silabus), nilai formatif tentang kemampuan berbicara, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), foto-foto selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa. 2. Teknik obsevasi langsung Menurut Suharsimi Akunto (2005:27), observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta mencatat secara sistematis. Observasi yang dilaksanakan adalah dimana peneliti dalam penelitian ini berperan aktif dalam semua pembelajaran dikelas. Observasi ini digunakan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan sebagai dasar untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut, serta dengan observasi yang dilakukan ini peneliti akan memperoleh data-data mengenai seluruh aktivitas atau tingkah laku siswa dalam pembelajaran yaitu data tentang sikap (perilaku) dan aktivitas siswa dalam berbicara. Observasi yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34 dilakukan yaitu secara langsung (direct observation) adalah observasi tanpa perantara (secara langsung) terhadap objek yang diteliti. Observasi ini dilakukan pada siswa kelas V SD Negeri Kadireso Boyolali untuk mengetahui kemampuan berbicara siswa. Observasi
dilakukan
untuk
memantau
proses
dan
dampak
pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar lebih efektif dan efisien pada pembelajaran berikutnya. Observasi dipusatkan pada kegiatan siswa kelas V SD Negeri Kadireso, Teras, Boyolali selama pembelajaran berbicara bahasa Indonesia dengan
menggunakan metode
kooperatif TGT. 3. Tes Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang dipergunakan
untuk
mengukur
kemampuan,
pengetahuan
intelegensi,
kemempuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 2006: 150). Tes merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur sesuatu, berwujud pernyataan atau tugas yang harus diselesaikan oleh siswa, sehingga akan diketahui kuantitas dan kualitas sesuatu setelah dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan. Dalam metode tes ini terdiri dari tes awal, tes proses dan tes akhir. Tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan berbicara sebelum diberi tindakan dan sekaligus penentu rangking guna pembagian kelompok TGT (Team-Games Tournament). Tes proses diambil selama proses pembelajaran berlangsung. Tes akhir, diambil dari hasil turnamen.
F. Validitas Data Menurut Suharsimi Arikunto (2008:12) di dalam penelitian diperlukan adanya validitas data, maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti. Di dalam penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakan triangulasi data dan triangulasi metode.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah: 1. Triangulasi data Trianggulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain, baik dari segi koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda. Untuk menggali data yang sejenis bisa diperoleh dari nara sumber (manusia), dari kondisi lokasi, dari aktivitas yang menggambarkan perilaku warga masyarakat atau dari sumber yang berupa catatan atau arsip yang memuat catatan yang berkaitan dengan data yang dimaksud. Pada penelitian ini peneliti membandingkan hasil pengamatan langsung dari peneliti dengan isi dokumen yang terkait (arsip nilai yang sesuai dengan KKM, absensi harian siswa, dan lain-lain). Dalam triangulasi data ini, data yang diteliti sama akan tetapi data yang diperoleh berasal dari sumber yang berbeda, sumber dari penelitian ini adalah dari guru dan siswa. 2. Triangulasi metode Triangulasi metode yaitu bahwa peneliti mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Peneliti menggunakan metode pengumpulan data berupa observasi terhadap kegiatan pembelajaran guru dan partisipasi siswa SD Negeri Kadireso, Teras, Boyolali kemudian diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik wawancara pada pelaku kegiatan pembelajaran berbicara bahasa Indonesia SD Negeri Kadireso, Teras, Boyolali. Dari beberapa data yang diperoleh lewat teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan dapat ditarik kesimpulan agar diperoleh data yang lebih kuat validitasnya. Dalam penelitian ini hasil yang diperoleh peneliti sama akan tetapi metode yang digunakan berbeda, hasil dalam penelitian ini diperoleh melalui tes dan observasi.
G. Teknik Analisis Data Yang dimaksud analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari dokumen. Agar hasil penelitian dapat terwujud sesuai dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36 tujuan yang diharapkan maka dalam menganalisis
data penelitian ini
menggunakan teknik triangulasi. Untuk menguji validitas data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari dokumen. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif Miles dan Huberman (1992: 20) yang mempunyai tiga model kegiatan, yaitu: 1) reduksi data, 2) penyajian data, 3) penarikan kesimpulan atau verifikasi yang membentuk proses atau siklus bersama secara berkaitan. Langkah-langkah analisis: 1. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data ini dilakukan selama proses penelitian berlangsung. Data yang dikumpulkan lalu dipilih dan disederhanakan, mana yang penting diambil dan yang tidak diperlukan dihilangkan. Dalam penelitian ini dokumentasi yang hasilnya baik diambil sedangkan yang kurang baik dihilangkan. 2. Penyajian data yaitu dengan menyusun data-data yang diperoleh pada saat reduksi data. Dari sajian data tersebut kita dapat menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Sajian data ini berupa nilai-nilai pada saat evaluasi maupun observasi. Dalam penyajian ini dapat dilakukan melalui berbagai macam cara visual misalnya, gambar, grafik, diagram, dan sebagainya. 3. Penarikan kesimpulan akhir atau verifikasi sebagai temuan penelitian. Dari sajian-sajian data selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan-kesimpulan selama penelitian. Data-data yang telah didapatkan dari hasil penelitian kemudian diuji kebenarannya.penarikan kesimpulan ini merupakan bagian dari konvigurasi utuh, sehingga kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya hasil laporan penelitian. Sedangkan kesimpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di lapangan atau kesimpulan dapat diuji kebenarannya, kekokohannya, maupun validitasnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 Berdasarkan uraian di atas maka reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi sebagai suatu jalin-menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar, untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis. Kegiatan pengumpulan data itu sendiri merupakan siklus dan interaktif. Oleh karena penelitian ini sifatnya kualitatif maka diperlakukan adanya objektifitas, subjektifitas, dan kesepakatan intersubjektifitas dari penelitian agar hasil penelitian tersebut mudah dipahami bagi para pembaca secara mendalam. Secara visual dapat dilihat pada gambar 4 di bawah ini: Pengumpulan data Penyajian data Reduksi data
Kesimpulankesimpulan:
( Gambar 4. Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman 2007: 19)
Dari bagan tersebut di atas, langkah yang akan ditempuh dalam penelitian ini adalah: 1. Melakukan analisis awal, bila data yang didapat di kelas sudah cukup, data dikumpulkan. 2. Mengembangkan bentuk sajian data dengan menyusun coding dan matrik yang berguna untuk penelitian selanjutnya. 3. Melakukan analisis data di kelas dan mengembangkan matrik antar unsure. 4. Merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian. 5. Merumuskan kebijakan sebagai bagian dari pengembangan saran dalam laporan akhir penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 Dalam penelitian yang dilaksanakan dikelas V SD Negeri Kadireso peneliti memperoleh beberapa data berupa nilai tes berbicara, observasi kegiatan siswa, lembar observasi aktivitas guru. Semua data tersebut digunakan dalam hasil penelitian. Kesimpulan-kesimpulan yang diambil yaitu bahwa penggunaan metode kooperatif dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa kelas V SD Negeri Kadireso Kabupaten Boyolali.
H. Indikator Kinerja Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian (Sarwiji Suwandi, 2008: 70). Indikator kinerja yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatnya kemampuan berbicara bahasa Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri Kadireso, Teras, Boyolali dengan menggunakan metode kooperatif TGT. Indikator penelitian ini bersumber dari kurikulum dan silabus KTSP Bahasa Indonesia
kelas V serta Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yaitu 62. Pada siklus I pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan berbicara siswa mencapai nilai batas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) mata pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu 62
62
mencapai 60%. Pada siklus II pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan berbicara siswa mencapai nilai batas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) mata pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu 62
62
mencapai 80%. I. Prosedur Penelitian Penelitian ini menggunakan metodelogi classroom action research. Metodologi penelitian ini mengacu pada teori Kemmis dan Tart. Kemmis dan Tart dalam Zainal Aqib (2006:31), mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas menggunakan model spiral (the action research spiral). Dalam pelaksanaan PTK
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 ini, mekanisme kerjanya diwujudkan dalam bentuk siklus yang tercakup empat kegiatan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. 1. Tindakan Siklus I a. Tahap Perencanaan Tindakan Pada tahap perencanaan ini peneliti menyusun rencana tindakan yang didasarkan pada hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan. Dalam hal ini guru dan peneliti menyamakan persepsi tentang permasalahan yang ditemui dan menjabarkannya serinci mungkin Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah: 1) Menentukan pokok bahasan. 2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan metode kooperatif tipe TGT. 3) Mengembangkan skenario pembelajaran. 4) Menyiapkan sumber belajar. 5) Menyiapkan fasilitas dan sarana pendukung. 6) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Setelah membuat rencana yang matang maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan rencana tersebut sebagai tindakan yang mengacu pada skenario dan langkah kegiatan mengajar. Dalam pelaksanaannya, guru harus mengingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan dan berlaku secara wajar. 1. Pertemuan I a) Kegiatan Awal: 1) Guru menentukan masalah yang berkaitan dengan materi pembelajaran kemampuan berbicara. 2) Guru mempersiapkan pembelajaran dengan metode kooperatif Team-Games Tournament (TGT). 3) Guru memberikan apersepsi dengan melakukan tanya jawab tentang masalah faktual yang saat ini terjadi. Misalnya, masih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 ingatkah kalian tentang teror bom di dalam sebuah masjid yang terjadi beberapa hari yang lalu? b) Kegiatan Inti: 1) Guru menyajikan materi yang akan dipelajari. 2) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. 3) Masing-masing kelompok diberi Lembar Kerja Siswa. 4) Masing-masing kelompok berdiskusi. 5) Guru memulai permainan. 6) Penghitungan skor. c) Kegitan Akhir: 1) Pemberian penghargaan bagi kelompok yang memiliki skor tertinggi. 2) Membuat kesimpulan. 3) Evaluasi. 4) Pemberian tugas rumah sebagai pendalaman materi. 2. Pertemuan II a) Kegiatan Awal 1) Guru mempersiapkan pembelajaran dengan metode kooperatif Team-Games Tournament (TGT). 2) Guru melakukan tanya jawab tentang pekerjaan rumah yang diberikan pada pertemuan sebelumnya. b) Kegiatan inti 1) Siswa berkumpul kembali ke kelompoknya masing-masing. 2) Masing-masing kelompok diberi Lembar Kerja Siswa. 3) Masing-masing kelompok berdiskusi. 4) Guru memulai permainan. 5) Penghitungan skor. c) Kegiatan akhir 1) Pemberian penghargaan bagi kelompok yang memiliki skor tertinggi. 2) Membuat kesimpulan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41 3) Evaluasi. 4) Pemberian tugas rumah sebagai pendalaman materi. c. Tahap Observasi Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan siswa). Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti. Peneliti sebagai guru pelaksana KBM, sedangkan guru kelas V sebagai kolaborator melakukan observasi terhadap aktivitas siswa dan kinerja guru (peneliti). d. Tahap Refleksi Pelaksanaan siklus pertama sudah memenuhi target, siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sudah lebih dari 60%. Akan tetapi untuk memenuhi target pada siklus kedua maka harus dilakukan perbaikan dalam pembelajaran. Mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan pelaksanaan tindakan siklus I. pada siklus I, sebagian besar siswa yang memperoleh nilai di atas KKM adalah sebesar 68,75%. Siswa yang aktif dalam pembelajaran, berani untuk mengungkapkan pendapat dan memberikan komentar terhadap suatu persoalan faktual yang disajikan guru masih kurang. Kemampuan berbicara yang dimiliki siswa masih dalam kondisi yang rendah.
Di
dalam
pembelajaran
masih
ditemukan
kendala
dan
permasalahan maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode kooperatif tipe TGT (Team-Games Tournament) dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya guna meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa kelas V di SD Negeri Kadireso
tersebut belum berhasil
sepenuhnya, sehingga perlu dilakukan siklus II sebagai langkah perbaikan dari proses pembelajaran pada siklus I. 2. Tindakan Siklus II a. Tahap Perencanaan Tindakan Berdasarkan hasil analisis dan refleksi pada siklus I diketahui adanya perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran, maka dari itu peneliti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 mempersiapkan rancangan pembelajaran pada siklus II. Adapun rancangan tindakan pada siklus II, meliputi langkah-langkah sebagai berikut: 1) Identifikasi masalah pada siklus I. 2) Membuat
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
dengan
menggunakan metode kooperatif tipe TGT. 3) Menyusun lembar observasi aktivitas guru dan siswa selama menggunakan metode kooperatif tipe TGT. 4) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran. 5) Menetapkan indikator ketercapaian yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran. b. Tahap pelaksanaan Tindakan Pada pelaksanakan tindakan siklus II ini, pada dasarnya sama dengan pelaksanaan tindakan pada siklus I. Pelaksanaan tindakan siklus II ini disesuaikan dengan kekurangan
kekurangan yang ditemukan pada
siklus I, sehingga rencana tindakan bertujuan untuk memperbaiki kekurangan dan menyempurnakan pembelajaran pada siklus I. c. Tahap Observasi Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan siswa). Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti. Peneliti sebagai guru pelaksana KBM, sedangkan guru kelas V sebagai kolaborator melakukan observasi terhadap aktivitas siswa dan kinerja guru (peneliti). d. Tahap Refleksi Pada siklus II, sebagian besar sudah memenuhi target, siswa yang memperoleh nilai di atas KKM lebih dari 80%. Siswa aktif dalam pembelajaran, berani untuk mengungkapkan pendapat dan memberikan komentar terhadap suatu persoalan faktual yang disajikan guru. Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode kooperatif tipe TGT (TeamGames Tournament) dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya guna meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa kelas V di SD Negeri Kadireso tersebut telah berhasil.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 Skema Penelitian Tindakan Kelas ini tertera pada gambar 5: Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
Gambar 5. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto, 2008: 16)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini peneliti mengadakan penelitian di suatu lembaga pendidikan yaitu Sekolah Dasar Negeri Negeri Kadireso Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali yang berada di desa yang terletak dan berada pada perbatasan dengan kabupaten lain yaitu Kabupaten Klaten. Sekolah Dasar Negeri Kadireso Boyolali didirikan pada tahun 1953 berada di Dusun Karangnongko, Kelurahan Kadireso, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali. Merupakan salah satu suatu Lembaga Pendidikan Dasar yang mempunyai visi cerdas, berkualitas, beretika dan mempunyai misi yaitu: (1) melaksanakan
pembelajaran
yang
aktif,
inovatif,
kretaif,
efisen
dan
menyenangkan, (2) mengembangkan potensi akademik atau non akademik siswa secara optimal, (3) menciptakan suasana santun, ramah dan saling menghormati antar warga sekolah. Sekolah Dasar Negeri
Kadireso berusaha untuk
meningkatkan sarana dan prasarana untuk menunjang belajar siswa. Dari tahun ke tahun Sekolah Dasar Negeri Kadireso selalu mengalami peningkatan baik dalam kualitas maupun kuantitas. Tenaga-tenaga pengajarnyapun profesional di bidangnya. Sekolah Dasar Negeri Kadireso dipimpin oleh seorang kepala sekolah yaitu Ibu Sri Widati, S. Pd dengan tenaga pengajar yang berjumlah seluruhnya ada 8 orang yaitu 5 guru kelas yang sudah pegawai negeri dan 1 guru kelas wiyata bakti, 1 guru Bahasa Inggris wiyata bakti, 1 guru Agama Islam yang sudah pegawai negeri, 1 guru Olah Raga yang sudah pegawai negeri, dan 2 orang karyawan wiyata bakti. Untuk kelancaran program-program sekolah dan semakin meningkatnya mutu pendidikan di sekolah, oleh karena itu segenap komponen pengelola baik kepala
sekolah,
guru,
komite
sekolah,
karyawan
commit to user 44
senantiasa
berusaha
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan tanggung jawabnya masingmasing sebagaimana telah ada dalam program kerja yang sudah direncanakan pada setiap tahun pelajaran. Mekanisme kerja segenap pengelola Sekolah Dasar Negeri Kadireso tersebut berada di bawah koordinasi dan pengawasan dari kepala sekolah. Penelitian ini dilaksanakan di kelas V Sekolah Dasar Negeri Kadireso. Lokasi kelas V berada di antara kelas IV dan kelas VI. Kondisi kelasnya cukup baik. Pencahayaan dan siklus udaranya bagus sehingga keadaannya nyaman jika digunakan untuk belajar. Kondisi meja dan kursi yang ada di kelas V sangat memadai. Karakter siswa-siswi kelas V di tempat penelitian kebanyakan siswa menganggap
Bahasa
Indonesia
khususnya
pada
saat
menanggapi
atau
memberikan komentar terhadap persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa banyak siswa yang belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditentukan sekolah pada awal semester. Pada pembelajaran bahasa Indonesia siswa kurang optimal dalam belajar. Siswa masih banyak tergantung pada guru dalam memecahkan masalah pada materi tersebut. Hal itu menyebabkan kurang optimalnya kemampuan berbicara siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut peneliti mengadakan penelitian di kelas V. Peneliti menggunakan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa pada pelajaran bahasa Indonesia yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team-Games Tournament). Dengan penelitian ini diharapkan siswa Sekolah Dasar Negeri Kadireso khususnya kelas V lebih tertarik dan termotivasi untuk belajar bahasa Indonesia, sehingga kemampuan berbicara siswa pada pelajaran bahasa Indonesia dapat meningkat.
2. Deskripsi Kondisi Awal Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan pengamatan awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan. Peneliti mengadakan observasi di kelas V Sekolah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 Dasar Negeri Kadireso pada saat pelajaran bahasa Indonesia dengan materi menanggapi atau memberikan komentar terhadap persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa. Berdasarkan data hasil pengamatan langsung pada bulan Mei terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi masih kurang maksimal, beberapa penyebabnya diantaranya yaitu guru masih menggunakan metode ceramah biasa dalam pembelajaran bahasa Indonesia, kurang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, belum menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi. Selain permasalahan yang ada pada guru ada juga permasalahan yang ditemui pada diri siswa pada saat pembelajaran berlangsung, antara lain: siswa pasif, kurang kreatif, bahkan cenderung bosan; masih ragu-ragu untuk bertanya dan menjawab pertanyaan; dan kurang antusias saat merespon tindakan guru. Kurang optimalnya kemampuan berbicara siswa yang ditunjukkan dari nilai sebelum tindakan yaitu dari 32 anak hanya 28,13 % atau 9 siswa yang mendapat nilai di atas KKM dengan nilai tertinggi 80 dan masih ada 23 anak atau 71,87 % yang mendapatkan nilai di bawah KKM, dengan perolehan nilai terendah 28. Sedangkan rata-rata nilai kelas 56,75. Dari lampiran 3 dapat dibuat Tabel 6 distribusi frekuensi sebagai berikut: Tabel 6. Distribusi Frekuensi Data Tes Awal Kemampuan Berbicara Melalui Metode Kooperatif Team-Games Tournament (TGT) Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso Sebelum Tindakan (Pra Siklus) No
Interval Nilai
Nilai Tengah (xi) Frekuensi (fi) 32 3
fi.xi
Prosentase (%)
1
28-36
96
5,3 %
2
37-45
41
2
82
4,51 %
3
46-54
50
9
450
24,77 %
4
55-63
59
9
531
29,24 %
5
64-72
68
4
272
14,98 %
6
73-81
77
5
385
21,2%
32
1816
100%
Jumlah
Nilai rata-rata = 1816 : 32 = 56,75 Ketuntasan klasikal = 9 : 32 X 100 % = 28,13 %
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 Dari Tabel 6, distribusi frekuensi nilai tes kemampuan berbicara siswa kelas V SD Negeri Kadireso sebelum diadakan tindakan melalui penggunaan metode kooperatif tipe TGT (Team-Games Tournament) yang telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 1 gambar 5 sebagai berikut:
Gambar 5. Grafik 1 Hasil Data Nilai Tes Awal Kemampuan Berbicara Siswa kelas V SD Negeri Kadireso (Sebelum Tindakan) Berdasarkan Tabel 6 dan Grafik 1 di atas, nilai kemampuan berbicara siswa kelas V sebelum diterapkan penggunaan metode kooperatif tipe TGT diperoleh rata-rata kelas sebesar 56,75. Siswa yang memperoleh nilai 28-36 sebanyak 3 siswa atau 5,3%. Siswa yang memperoleh nilai 37-45 sebanyak 2 siswa atau 4,51%. Siswa yang memperoleh nilai 46-54 sebanyak 9 siswa atau 24,77%. Siswa yang memperoleh nilai 55-63 sebanyak 9 siswa atau 29,24%. Siswa yang memperoleh nilai 64-72 sebanyak 4 siswa atau 14,98%. Siswa yang mendapat nilai 73-81 sebanyak 5 siswa atau 21,2%. Dari hasil tes seperti tersebut di atas, sebagian besar siswa belum mencapai ketuntasan belajar, hanya sebagian kecil yang telah mencapai ketuntasan belajar. Dari hasil tes seperti tersebut di atas, sebagian besar siswa belum mencapai ketuntasan belajar, hanya sebagian kecil yang telah mencapai ketuntasan belajar. Data ketuntasan belajar pada kondisi awal dapat diketahui pada tabel di bawah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48 Tabel 7. Hasil Nilai Tes Awal Kemampuan Berbicara Melalui Metode Kooperatif Team-Games Tournament (TGT) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso (Sebelum Tindakan) Keterangan
Tes Awal
Nilai Terendah
28
Nilai Tertinggi
80
Rata-rata Nilai
56,75
Siswa Tuntas Belajar
28,13%
Siswa Tidak Tuntas Belajar
71,87%
Berdasarkan tabel 7 tersebut di atas, diketahui bahwa nilai rata-rata siswa dalam kemampuan berbicara adalah sebesar 56,75 dimana hasil tersebut masih dibawah rata-rata nilai yang diinginkan oleh pihak guru dan peneliti yaitu sebesar 62. Sedangkan siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM adalah sebanyak 28,13% dan siswa yang nilainya di bawah KKM adalah sebanyak 71,87% dari total siswa sebanyak 32 siswa. Dari hasil tabel di atas dapat disimpulkan sementara bahwa kemampuan berbicara pada siswa kelas V SD Negeri Kadireso masih kurang dan perlu diperbaiki. Melalui penggunaan metode kooperatif tipe TGT (Team-Games Tournament) ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas V SD Negeri Kadireso tersebut.
3. Deskripsi Siklus I Tindakan siklus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada tanggal 01 Juni dan 02 Juni 2011. Penelitian dilakukan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas siklus
siklus dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan. Adapun tahapan yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 a. Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan tindakan
yang pertama ini, peneliti
mengadakan observasi. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari data awal siswa sebagai subyek penelitian sebanyak 32 siswa. Peneliti juga mengadakan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang meliputi kegiatan guru dan siswa. Hal ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran yang berlangsung, penggunaan metode, model, strategi, serta media pembelajaran yang digunakan oleh guru. Peneliti mengadakan koordinasi dengan guru kelas untuk membahas alternatif yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas V SD Negeri Kadireso. Kemudian disepakati bahwa penelitian tindakan kelas pada siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 01 Juni 2011 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 02 Juni 2011 dengan alokasi waktu yang masih sama yaitu 2 x 35 menit. Berdasarkan kesepakatan tersebut, digunakan metode kooperatif tipe TGT (Team-Games Tournament) sebagai alternatif untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Hal yang dilakukan peneliti dalam tahap perencanaan siklus 1 yaitu: 1) Menentukan
pokok
bahasan,
yaitu
memberi
tanggapan
atau
mengomentari persoalan faktual yang terjadi disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa. 2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan metode kooperatif tipe TGT. 3) Mengembangkan skenario pembelajaran. 4) Menyiapkan sumber belajar dan materi pembelajaran. Sumber belajar mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu buku BSE, SilabiBahasa Indonesia BSNP, dan KTSP 2006. 5) Menyiapkan fasilitas dan sarana pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50 6) Membuat lembar observasi siswa, observasi aktivitas guru untuk mengetahui kondisi belajar mengajar di kelas ketika diajarkan dengan metode kooperatif tipe TGT. 7) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran. Membuat alat evaluasi soal tournamen, tugas kelompok, dan tes individu. 8) Menetapkan indikator ketercapaian yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran. 9) Membagi kelompok siswa menjadi 8 kelompok yang masing-masing beranggotakan 4 orang. Membagi kelompok secara heterogen dan menamai masing-masing kelompok, yaitu Tim A,B,C,D,E,F,G,H. b. Tahap Pelaksanaan / Tindakan Dalam tahap pelaksanaan ini peneliti yang berkolaborasi dengan guru menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Peneliti disini bertindak sebagai pengajar dan guru sebagai observer atau pengamat. Pembelajaran yang telah di susun pada siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: 1) Pertemuan Pertama Pertemuan
pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 01 Juni
2011. Pada pertemuan itu siswa mempelajari tentang persoalan faktual, yaitu memberikan tanggapan dan mengomentari persoalan faktual yang terjadi disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa. Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa bersama, pengkondisian kelas, kemudian dilanjutkan presensi kehadiran
siswa.
Untuk
memusatkan
perhatian
siswa,
guru
memberikan apersepsi dengan memancing pengetahuan siswa tentang persoalan-persoalan yang terjadi akhir-akhir ini. Guru menjelaskan secara singkat mengenai materi yang akan dibahas, sambil tanya jawab dengan siswa terkait dengan materi yang diajarkan. Kemudian siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51 Kegiatan inti, guru membagi kelas ke dalam 8 kelompok/tim, setiap tim terdiri dari 4 anak yang bersifat heterogen yang ditentukan berdasarkan nilai tes awal sebelum dilaksanakan penelitian tindakan kelas. Guru membagikan lembar kerja siswa kepada masing-masing tim. Masing-masing kelompok mendiskusikan tugas tersebut. Siswa mempersiapkan diri untuk memulai permainan, masing- masing siswa harus menjadi pembaca soal dan penjawab. Setiap anggota tim bertanggung jawab pada keberhasilan anggota yang lain untuk menguasai materi. Hal tersebut karena keberhasilan kelompok didasarkan dari keberhasilan individu. Kemudian setelah selesai guru menghitung skor nilai dari hasil permainan dan mengumumkan kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi. Kelompok
yang
mendapatkan nilai tertinggi mendapatkan penghargaan dari guru. Guru memberikan pengertian tentang metode pembelajaran kooperatif TGT dan langkah-langkah pelaksanaannya yang akan dipakai pada pertemuan nanti supaya siswa tidak kesulitan saat pelaksanaan. Guru kemudian mengingatkan para siswa untuk mempelajari kembali materi yang sudah dipelajari guna persiapan pembelajaran selanjutnya.
Kemudian
guru
menutup
pembelajaran
dengan
mengucapkan salam penutup. 2) Pertemuan Kedua Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 02 Juni 2011. Pada
pertemuan
ini
guru
memberikan
pembelajaran
dengan
melanjutkan materi yang telah lalu. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru pada pertemuan kedua dalam pelaksanaan tindakan siklus I sama halnya dengan pertemuan pertama yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Guru
mengawali
pembelajaran
dengan
ucapan
salam,
dilanjutkan dengan guru mengkondisikan kelas dan memeriksa kesiapan siswa. Guru melakukan apersepsi tentang materi yang lalu dengan tanya jawab tentang materi pada pertemuan minggu yang lalu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 Siswa menjawab pertanyaan guru tentang persoalan faktual yang telah terjadi. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti yang dilakukan adalah dengan diawali dengan siswa berkumpul bersama teman satu kelompoknya atau teman satu timnya, sama seperti pertemuan sebelumnya. Guru membuat meja turnamen yang diisi dari perwakilan masing-masing tim lalu menjelaskan kembali mengenai aturan main turnamen. Setiap pemain dalam
tiap meja menentukan dulu pembaca
soal dan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain, selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri. Pemain membacakan hasil pekerjaan yang akan ditanggapi oleh penantang. Setelah itu pembaca soal akan membaca kunci jawaban kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali menjawab benar. Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai kartu soal habis. Apabila permainan sudah selesai, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang disediakan. Masing-masing pemain kembali ke timnya dan melaporkan poin pada ketua kelompok. Selanjutnya masing-masing tim menjumlahkan seluruh poinnya. Siswa dan kelompok yang mendapatkan skor paling banyak diberikan penghargaan. Kegiatan akhir di siklus I ini siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan pembelajaran dan diadakan evaluasi secara individu apakah siswa sudah paham atau belum tentang materi yang sudah dipelajari. Sebelum guru menutup pelajaran, guru memberikan nasihat kepada siswa supaya rajin belajar. Kemudian guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 c. Tahap pengamatan/ observasi Peneliti melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu peningkatan kemampuan berbicara dengan menggunakan metode kooperatif tipe TGT pada siswa kelas V SD Negeri Kadireso Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011. Dalam tahap ini, peneliti mengadakan kolaborasi dengan guru kelas dalam melaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan lembar observasi. Observasi tidak hanya terfokus pada siswa namun juga pada guru. Maka dari itu obeservasi dilaksanakan secara keseluruhan aspek, baik dari aspek siswa, guru,
dan
kegiatan
pembelajaran.
Observasi
dilaksanakan
untuk
mengetahui seberapa besar aktivitas siswa dan guru dalam mengikuti pembelajaran untuk dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode kooperatif tipe TGT dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk mengetahui secara detail keaktifan, kerjasama, kecepatan dan ketepatan yang menghasilkan perubahan pada kemampuan berbicara siswa. Berdasarkan hasil pengamatan proses belajar mengajar siklus I selama dua kali pertemuan, diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa maupun guru dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut: a) Hasil Observasi pada Siswa 1) Pertemuan I Hasil observasi siswa pada lampiran 25 halaman 145, sebagai berikut: (1) Sebanyak
19
siswa
memiliki
minat
dalam
mengikuti
pembelajaran. (2) Sebanyak 20 siwa aktif dalam pembelajaran. (3) Sebanyak 22 siswa memiliki kerjasama yang baik di dalam pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54 (4) Sebanyak
19 siswa sungguh-sungguh dalam
mengikuti
pembelajaran. Hasil
pengamatan
terhadap
siswa
selama
mengikuti
pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan metode kooperatif tipe TGT (Team-Games Tournament) pada siklus I pertemuan I ditunjukkan pada tabel 8. Tabel 8. Observasi Terhadap Kegiatan Siswa dalam Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Metode Kooperatif Team-Games Tournament (TGT) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso Siklus I Pertemuan I Keterangan
Persentase (%)
Minat
59,38 %
Keaktifan
62,5 %
Kerja Sama
68,75 %
Kesungguhan
59,38 %
Nilai rata-rata
2,5
Berdasarkan tabel 8 di atas, menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada siklus I pertemuan
I,
terdapat
59,38%
yang
berminat
mengikuti
pembelajaran berbicara. Siswa yang tercatat aktif sebanyak 62,5%, siswa yang mampu bekerjasama dengan baik sebanyak 68,75%, dan
siswa
yang
bersungguh-sungguh
dalam
mengikuti
pembelajaran berbicara sebanyak 59,38%. Tabel hasil observasi kegiatan siswa dapat dilihat pada lampiran 25 halaman 145. b) Hasil Observasi pada Guru Dilihat dari hasil pengamatan guru pada saat pelaksanaan pembelajaran
dalam
lampiran
30
halaman
159,
memperoleh
keterangan sebagai berikut: (1) Kegiatan guru mengelola ruang dan fasilitas pembelajaran kurang baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 (2) Dalam pelaksanaan pembelajaran sudah dilakukan dengan cukup baik. (3) Mengelola interaksi kelas dengan baik. (4) Sudah cukup memiliki sikap terbuka dan luwes, serta membantu mengembangkan sikap positif siswa terhadap belajar. (5) Memberikan pelatihan kemampuan berbahasa dengan cukup baik. (6) Penilaian proses dan hasil belajar yang dilakukan sudah baik. (7) Penggunaan bahasa yang digunakan sudah baik dan penampilan guru sudah cukup. Hasil pengamatan terhadap kinerja guru selama mengikuti pembelajaran
bahasa
Indonesia
dengan
menggunakan
metode
kooperatif tipe TGT (Team-Games Tournament) pada siklus I pertemuan I ditunjukkan pada tabel 9. Tabel 9. Observasi Terhadap Kinerja Guru dalam Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Metode Kooperatif Team-Games Tournament (TGT) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso Siklus I Pertemuan I Keterangan
Nilai
Jumlah Skor hasil pengamatan pada guru
21,6
Rata-rata hasil pengamatan terhadap guru
3,08
Berdasarkan tabel 9, total nilai kinerja guru diperoleh melalui rekapan nilai dari observasi pelaksanaan pembelajaran. Rata-rata hasil observasi pada guru adalah 3,08. Berdasarkan nilai rata-rata tersebutu diketahui bahwa kinerja guru saat mengajar termasuk dalam kategori baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 30 halaman 159. 2) Pertemuan II Hasil observasi siswa pada lampiran 26 halaman 149, sebagai berikut: (1) Sebanyak
22
siswa
memiliki
minat
pembelajaran. (2) Sebanyak 23 siwa aktif dalam pembelajaran.
commit to user
dalam
mengikuti
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56 (3) Sebanyak 24 siswa memiliki kerjasama yang baik di dalam pembelajaran. (4) Sebanyak
23 siswa sungguh-sungguh dalam
mengikuti
pembelajaran. Hasil
pengamatan
terhadap
siswa
selama
mengikuti
pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan metode kooperatif tipe TGT (Team-Games Tournament) pada siklus I pertemuan II ditunjukkan pada tabel 10. Tabel 10. Observasi Terhadap Kegiatan Siswa dalam Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Metode Kooperatif Team-Games Tournament (TGT) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso Siklus I Pertemuan II Keterangan
Persentase (%)
Minat
68,75 %
Keaktifan
71,88 %
Kerja Sama
75 %
Kesungguhan
71,88 %
Nilai rata-rata
2,78
Berdasarkan tabel 10 di atas, menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada siklus I pertemuan II, terdapat 68,75% yang berminat mengikuti pembelajaran berbicara. Siswa yang tercatat aktif sebanyak 71,88%, siswa yang mampu bekerjasama dengan baik sebanyak 75%, dan siswa yang bersungguh sungguh dalam mengikuti pembelajaran berbicara sebanyak 71,88%. Tabel hasil observasi kegiatan siswa dapat dilihat pada lampiran 26 halaman 149. c) Hasil Observasi pada Guru Dilihat dari hasil pengamatan guru pada saat pelaksanaan pembelajaran
dalam
lampiran
keterangan sebagai berikut:
31
commit to user
halaman
161,
memperoleh
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 (1) Kegiatan guru mengelola ruang dan fasilitas pembelajaran baik. (2) Dalam pelaksanaan pembelajaran sudah dilakukan dengan baik. (3) Mengelola interaksi kelas dengan baik. (4) Sudah cukup memiliki sikap terbuka dan luwes, serta membantu mengembangkan sikap positif siswa terhadap belajar. (5) Memberikan pelatihan kemampuan berbahasa dengan cukup baik. (6) Penilaian proses dan hasil belajar yang dilakukan sudah baik. (7) Penggunaan bahasa yang digunakan sudah baik dan penampilan guru sudah cukup. Hasil pengamatan terhadap kinerja guru selama mengikuti pembelajaran
bahasa
Indonesia
dengan
menggunakan
metode
kooperatif tipe TGT (Team-Games Tournament) pada siklus I pertemuan II ditunjukkan pada tabel 11. Tabel 11. Observasi Terhadap Kinerja Guru dalam Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Metode Kooperatif Team-Games Tournament (TGT) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso Siklus I Pertemuan II Keterangan
Nilai
Jumlah Skor hasil pengamatan pada guru
22,7
Rata-rata hasil pengamatan terhadap guru
3,24
Berdasarkan tabel 11, total nilai kinerja guru diperoleh melalui rekapan nilai dari observasi pelaksanaan pembelajaran. Rata-rata hasil observasi pada guru adalah 3,24. Berdasarkan nilai rata-rata tersebutu diketahui bahwa kinerja guru saat mengajar termasuk dalam kategori baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 31 halaman 161. Hasil pengamatan terhadap siswa pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan pada keaktifan dan peran serta siswa dalam pembelajaran. Dengan meningkatnya aktifitas siswa dalam proses pembelajaran diharapkan siswa lebih memahami materi dan dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58 meningkatkan kemampuan berbicara siswa khususnya dalam materi menanggapi persoalan faktual. Dari pengamatan
yang dilakukan, dapat diketahui bahwa
pembelajaran bahasa Indonesia yang dilaksanaakan dengan menggunakan metode kooperatif tipe TGT (Team-Games Tournament) pada siklus I dapat ditarik kesimpulan keaktifan siswa sudah meningkat namun belum maksimal. Hasil yang diharapkan sudah tercapai meskipun masih dalam pertemuan I dan pertemuan II. Dan hasil tersebut harus ditingkatkan lagi pada siklus berikutnya.
d. Tahap Analisis dan Refleksi Setelah melaksanakan observasi, data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan untuk di analisis. Tujuan dari refleksi adalah untuk mengetahui kendala sekaligus solusi pelaksanaan pada siklus berikutnya. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan tindakan pada pertemuan I belum menunjukkan perubahan yang berarti, baik pada keaktifan siswa maupun pada kemampuan siswa dalam berbicara. Sedangkan untuk pertemuan II telah menunjukkan perubahan yang cukup baik. Uraian Hasil Refleksi pada Siklus I Berdasarkan hasil pengamatan observasi yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan tindakan pada pertemuai I dan pertemuan II, rata-rata hasil observasi kegiatan siswa dan rata-rata hasil observasi kinerja guru pada siklus I pertemuan I dan pertemuan II dapat dilihat pada tabel 12 sebagai berikut: Tabel 12. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui Metode Kooperatif Team-Games Tournamen (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso Siklus I Pertemuan I dan Pertemuan II Keterangan
Pertemuan I
Pertemuan II
Hasil observasi aktivitas siswa
2,5
2,78
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 Berdasarkan tabel 12, tabel observasi terhadap aktivitas siswa pada siklus I pertemuan I dan pertemuan II dapat dibuat grafik 2 sebagai berikut: Gambar 6 . Grafik 2 Observasi Terhadap Aktivitas Siswa dalam Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Metode Kooperatif TeamGames Tournament (TGT) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso Siklus I Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
Berdasarkan hasil observasi kegiatan siswa yang telah dilakukan, terdapat peningkatan keaktifan dan partisipasi siswa dari pertemuan I ke pertemuan II yaitu dari 2,5 meningkat menjadi 2,78. Hal ini dilihat dari hasil pengamatan selama proses pembelajaran diperoleh data bahwa siswa memiliki keaktifan dan perhatian dengan kriteria istimewa, baik, dan cukup, dan kurang selama proses pembelajaran dengan indikator penilaian: siswa memiliki minat dalam mengikuti pembelajaran, siswa aktif selama pembelajaran berlangsung, siswa memiliki sikap kerjasama selama pembelajaran, dan bersungguh-sungguh dalam pembelajaran. Sebagian siswa sudah berkriteria cukup, ada siswa kurang, dan kurang sekali. Akan tetapi perlu ada peningkatan lagi pada siswa agar keseluruhan siswa dapat memenuhi indikator penilaian yang ada pada aspek aktifitas siswa selama pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 Tabel 13. Observasi Terhadap Kinerja Guru Dalam Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Metode Kooperatif Team-Games Tournament (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso Siklus I Pertemuan I, dan Pertemuan II. Keterangan
Pertemuan I
Hasil observasi kinerja guru
3,08
Pertemuan II 3,24
Berdasarkan Tabel 13, tabel observasi terhadap kinerja guru pada siklus I pertemuan I, dan pertemuan II dapat dibuat grafik sebagai berikut : Gambar 7. Grafik 3 Observasi Terhadap Kinerja Guru Dalam Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Metode Kooperatif TeamGames Tournament (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso Siklus I Pertemuan I dan Pertemuan II
Berdasarkan hasil observasi kinerja guru yang telah dilakukan, terdapat peningkatan kinerja guru dari pertemuan I ke pertemuan II yaitu dari 3,08 meningkat menjadi 3,24. Hal ini dilihat dari hasil pengamatan oleh observer saat guru sedang mengajar. Tugas sebagai observer dilakukan oleh guru kelas. Guru kelas mengamati dan menilai kinerja guru saat peneliti mengajar di kelas. Dari pengamatan tersebut diperoleh data bahwa kinerja guru pada pertemuan I hanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 ada pada kriteria cukup, kemudian pada pertemuan II kinerja guru meningkat dan termasuk pada kriteria baik. Keaktifan dan perhatian, serta kinerja guru siswa sangat berpengaruh terhadap nilai kemampuan bebicara, dimana KKM pada Siklus I siswa harus
dengan nilai di atas KKM harus lebih dari 60 %. Adapun hasil kemampuan berbicara yang diperoleh pada siklus I dapat dilihat pada tabel 14 dan grafik di bawah ini: Tabel 14. Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berbicara Melalui Metode Kooperatif Team-Games Tournament (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso Siklus I Nilai Tengah
Frekuensi
(Xi)
(fi)
50-55
52,5
7
367,5
17,6%
2
56-61
58,5
3
175,5
8,41%
3
62-67
64,5
9
580,5
27,8%
4
68-73
70,5
6
423
20,26%
5
74-79
76,5
6
459
21,98%
6
80-85
82,5
1
82,5
3,95
32
2088
100%
No
Interval Nilai
1
Jumlah
Fi.Xi
Prosentase (%)
Nilai rata-rata 2088 : 32 = 65,25 Ketuntasan klasikal 22: 32 x 100% = 68,75 % Dari tabel 14 frekuensi nilai kemampuan berbicara siswa kelas V SD Negeri Kadireso pada siklus I melalui penggunaan metode kooperatif TeamGames Tounament (TGT), dapat disajikan dalam bentuk grafik 4 pada gambar 8 sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62 Gambar 8. Grafik 4 Nilai Kemampuan Berbicara Melalui Metode Kooperatif Team-Games Tournament (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso Siklus I
Dari data tabel 14 dapat dilihat bahwa setelah melaksanakan siklus I, siswa yang memperoleh nilai 50-55 sebanyak 7 siswa atau 17,6%, siswa yang mendapat nilai 56-61 adalah sebanyak 3 siswa atau 8,41%, yang mendapat nilai 62-67 adalah 9 siswa atau sebanyak 27,8%, yang mendapat nilai 68-73 sebanyak 6 siswa atau 20,26%, yang mendapat nilai 74-79 sebanyak 6 siswa atau 21,98% dan yang mendapat nilai 80-89 sebanyak 1 siswa atau 3,95%. Berikut perkembangan siswa dari tes awal ke siklus I akan dijelaskan pada tabel 15. Tabel 15. Perkembangan Nilai Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Metode Kooperatif Team-Games Tournament (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso dari Tes Awal dan Siklus I Keterangan
Tes Awal
Siklus I
Nilai terendah
28
50
Nilai tertinggi
80
82
Rata-rata nilai
56,75
65,25
Siswa tuntas belajar
28,13%
68,75%
Siswa tidak tuntas belajar
71,87 %
31,25%
Dari hasil analisa data perkembangan nilai kemampuan berbicara siswa dengan menggunakan metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 pada siklus I tabel 15 dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang belajar tuntas naik 40,62% dengan Kriteria Ketuntasan Minimum sebesar 62 ke atas. Siswa yang belajar tuntas pada siklus I sebesar 68,75 % atau 22 siswa, semula pada tes awal hanya 28,13%
atau 9 siswa yang mencapai batas
ketuntasan. Besarnya nilai terendah pada tes awal adalah 28, dan pada siklus I naik menjadi 50. Untuk nilai tertinggi siswa pada tes awal sebesar 80 naik pada siklus I menjadi 82, dan nilai rata-rata kelas yang semula hanya 56,75 naik menjadi 65,25 pada siklus I. Perolehan nilai dan tingkat ketuntasan yang diperoleh pada siklus I sudah memenuhi target ketercapaian yang disepakati oleh pihak guru dan peneliti yaitu pada pelaksanaan siklus I siswa yang tuntas belajar harus lebih dari 60% yaitu sebesar 68,75% siswa yang tuntas dari jumlah seluruh siswa. Hasil siklus I yang didapat dari hasil observasi dan penilaian proses, kemudian dianalisis dan direfleksi sebagai langkah pengambilan tindakan pada siklus berikutnya. Adapun hasilnya adalah: 1) Pembelajaran belum mengarah pada student center, guru masih lebih aktif dalam pembelajaran. 2) Guru kurang memberikan motivasi kepada siswa, sehingga masih banyak siswa yang kurang termotivasi selama pembelajaran. 3) Penjelasan guru mengenai peraturan permainan dalam turnamen masih kurang. 4) Pengkondisian kelas kurang, masih banyak siswa yang ramai sendiri. 5) Suara guru kurang keras. Untuk mengatasi beberapa kekurangan pada siklus I, peneliti dan guru kolaborator kemudian mencari solusi untuk memecahkan masalah tersebut, berikut solusi yang telah didiskusikan: 1) Untuk meningkatkan keaktifan siswa, guru harus mengutamakan cara pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center), pembelajaran harus lebih menyenangkan lagi agar siswa semangat terhadap pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti. 2) Memberikan reward pada siswa. Baik berupa pujian, penghargaan atau pun teguran bagi siswa yang aktif maupun kurang aktif dalam pembelajaran. Hal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64 tersebut bertujuan agar minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran meningkat. 3) Memberikan keterangan atau penjelasan dengan lebih seksama lagi, agar siswa tidak bingung selama proses pembelajaran. 4) Pengkondisian kelas yang lebih baik, mencakup keseluruhan kelas dan siswanya. 5) Suara guru harus lebih nyaring dan tegas, jangan ragu-ragu untuk menegur anak yang ramai sendiri.
4. Deskripsi Siklus II Tindakan siklus II dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada tanggal 03 Juni dan 04 Juni 2011. Penelitian dilakukan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas siklus
siklus
dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Tahap Perencanaan Berdasarkan pada refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan siklus I diketahui
bahwa
pembelajaran
kemampuan
berbicara
siswa
dalam
menanggapi persoalan faktual yang terjadi belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berbicara secara signifikan, oleh karena itu peneliti menyuasun rencana pelaksanaan pembelajaran kembali melalui metode pembelajaran yang sama. Dan memutuskan untuk melaksanakan siklus II untuk mencapai target yang diinginkan. Kegiatan perencanaan tindakan siklus I dilaksanakan dalam dua kali
2011 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 04 Juni 2011 dengan alokasi waktu yang masih sama yaitu 2 x 35 menit. Selain itu berdasarkan hasil observasi saat guru mengajar kemampuan berbicara melalui metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 pada siklus I, maka guru memberikan tindak lanjut kepada peneliti untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran dengan cara memberikan umpan balik kepada siswa saat pembelajaran berlangsung, meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran, memberi penjelasan kepada siswa mengenai aturan permainan saat turnamen dengan lebih detail lagi, dan suara guru diharapkan lebih keras, lantang dan tegas. Selain itu peneliti juga menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran untuk siklus II. Dalam perencanaan tindakan siklus II peneliti merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Hal yang dilakukan peneliti dalam tahap perencanaan siklus II yaitu: 1) Menentukan pokok bahasan, yaitu memberi tanggapan atau mengomentari persoalan faktual yang terjadi disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa. 2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan metode kooperatif tipe TGT. 3) Mengembangkan skenario pembelajaran. 4) Menyiapkan sumber belajar dan
materi pembelajaran. Sumber belajar
mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu buku BSE, SilabiBahasa Indonesia BSNP, dan KTSP 2006. 5) Menyiapkan
fasilitas
dan
sarana
pendukung
dalam
pelaksanaan
pembelajaran. 6) Membuat lembar observasi siswa, observasi aktivitas guru untuk mengetahui kondisi belajar mengajar di kelas ketika diajarkan dengan metode kooperatif tipe TGT. 7) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran. Membuat alat evaluasi soal tournamen, tugas kelompok, dan tes individu. 8) Menetapkan indikator ketercapaian yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran. 9) Menempatkan siswa di tim atau kelompoknya masing-masing, yaitu Tim A,B,C,D,E,F,G,H.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66 b. Tahap Pelaksanaan / Tindakan Dalam tahap pelaksanaan ini peneliti yang berkolaborasi dengan guru menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Peneliti disini bertindak sebagai pengajar dan guru sebagai observer atau pengamat. Pembelajaran yang telah di susun pada siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: 1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan itu siswa mempelajari tentang persoalan faktual, yaitu memberikan tanggapan dan mengomentari persoalan faktual yang terjadi disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa. Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa bersama, pengkondisian kelas, kemudian dilanjutkan presensi kehadiran siswa. Untuk memusatkan perhatian siswa, guru memberikan apersepsi dengan memancing pengetahuan siswa tentang persoalan-persoalan yang terjadi akhir-akhir ini. Guru menjelaskan secara singkat mengenai materi yang akan dibahas, sambil tanya jawab dengan siswa terkait dengan materi yang diajarkan. Kemudian siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Kegiatan inti, guru menyuruh siswa duduk berkelompok dengan timnya masing-masing. Guru membagikan lembar kerja siswa kepada masing-masing tim. Masing-masing kelompok mendiskusikan tugas tersebut. Siswa mempersiapkan diri untuk memulai permainan, masingmasing siswa harus menjadi pembaca soal dan penjawab. Setiap anggota tim bertanggung jawab pada keberhasilan anggota yang lain untuk menguasai materi. Hal tersebut karena keberhasilan kelompok didasarkan dari keberhasilan individu. Kemudian setelah selesai guru menghitung skor nilai dari hasil permainan dan mengumumkan kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi. Kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67 mendapatkan penghargaan dari guru. Guru memberikan pengertian tentang metode
pembelajaran
kooperatif
TGT
dan
langkah-langkah
pelaksanaannya yang akan dipakai pada pertemuan nanti supaya siswa tidak kesulitan saat pelaksanaan. Guru kemudian
mengingatkan para siswa untuk mempelajari
kembali materi yang sudah dipelajari guna persiapan pembelajaran selanjutnya. Kemudian guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam penutup. 2) Pertemuan Kedua Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 04 Juni 2011. Pada
pertemuan
ini
guru
memberikan
pembelajaran
dengan
melanjutkan materi yang telah lalu. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru pada pertemuan kedua dalam pelaksanaan tindakan siklus II sama halnya dengan pertemuan pertama yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Guru
mengawali
pembelajaran
dengan
ucapan
salam,
dilanjutkan dengan guru mengkondisikan kelas dan memeriksa kesiapan siswa. Guru melakukan apersepsi tentang materi yang lalu dengan tanya jawab tentang materi pada pertemuan minggu yang lalu. Siswa menjawab pertanyaan guru tentang persoalan faktual yang telah terjadi. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti yang dilakukan adalah dengan diawali dengan siswa berkumpul bersama teman satu kelompoknya atau teman satu timnya, sama seperti pertemuan sebelumnya. Guru membuat meja turnamen yang diisi dari perwakilan masing-masing tim lalu menjelaskan kembali mengenai aturan main turnamen. Setiap pemain dalam
tiap meja menentukan dulu pembaca
soal dan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain, selanjutnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68 soal dikerjakan secara mandiri. Pemain membacakan hasil pekerjaan yang akan ditanggapi oleh penantang. Setelah itu pembaca soal akan membaca kunci jawaban kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali menjawab benar. Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai kartu soal habis. Apabila permainan sudah selesai, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang disediakan. Masing-masing pemain kembali ke timnya dan melaporkan poin pada ketua kelompok. Selanjutnya masing-masing tim menjumlahkan seluruh poinnya. Siswa dan kelompok yang mendapatkan skor paling banyak diberikan penghargaan. Kegiatan akhir di siklus II ini siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan pembelajaran dan diadakan evaluasi secara individu apakah siswa sudah paham atau belum tentang materi yang sudah dipelajari. Sebelum guru menutup pelajaran, guru memberikan nasihat kepada siswa supaya rajin belajar. Kemudian guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
c. Tahap pengamatan/ observasi Peneliti melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu peningkatan kemampuan berbicara dengan menggunakan metode kooperatif tipe TGT pada siswa kelas V SD Negeri Kadireso Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011. Dalam tahap ini, peneliti mengadakan kolaborasi dengan guru kelas dalam melaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan lembar observasi. Observasi tidak hanya terfokus pada siswa namun juga pada guru. Maka dari itu obeservasi dilaksanakan secara keseluruhan aspek, baik dari aspek siswa, guru, dan kegiatan pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69 Observasi dilaksanakan untuk mengetahui seberapa besar aktivitas siswa dan guru dalam mengikuti pembelajaran untuk dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode kooperatif tipe TGT dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk mengetahui secara detail keaktifan, kerjasama, kecepatan dan ketepatan yang menghasilkan perubahan pada kemampuan berbicara siswa. Berdasarkan hasil pengamatan proses belajar mengajar siklus I selama dua kali pertemuan, diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa maupun guru dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut: a) Hasil Observasi pada Siswa 1) Pertemuan I Hasil observasi siswa pada lampiran 27 halaman 149, sebagai berikut: (1) Sebanyak 23 siswa memiliki minat dalam mengikuti pembelajaran. (2) Sebanyak 26 siwa aktif dalam pembelajaran. (3) Sebanyak 26 siswa memiliki kerjasama yang baik di dalam pembelajaran. (4) Sebanyak
25
siswa
sungguh-sungguh
dalam
mengikuti
selama
mengikuti
pembelajaran. Hasil pembelajaran
pengamatan bahasa
terhadap
Indonesia
siswa
dengan
menggunakan
metode
kooperatif tipe TGT (Team-Games Tournament) pada siklus II pertemuan I ditunjukkan pada tabel 16.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70 Tabel 16. Observasi Terhadap Kegiatan Siswa dalam Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui Metode Kooperatif Team-Games Tournamen (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso Siklus II Pertemuan I Keterangan
Persentase (%)
Minat
71,88 %
Keaktifan
71,88 %
Kerja Sama
71,88 %
Kesungguhan
78,13 %
Rata-rata
2,94
Berdasarkan tabel 16 di atas, menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada siklus II pertemuan I, terdapat 71,88% yang berminat mengikuti pembelajaran berbicara. Siswa yang tercatat aktif sebanyak 71,88%, siswa yang mampu bekerjasama dengan baik sebanyak 71,88%, dan siswa yang bersungguh-sungguh
dalam
mengikuti
pembelajaran
berbicara
sebanyak 78,13%. Tabel hasil observasi kegiatan siswa dapat dilihat pada lampiran 27 halaman 149. b) Hasil Observasi pada Guru Dilihat dari hasil pengamatan guru pada saat pelaksanaan pembelajaran
dalam
lampiran
32
halaman
163,
memperoleh
keterangan sebagai berikut: (1) Kegiatan guru mengelola ruang dan fasilitas pembelajaran baik. (2) Dalam pelaksanaan pembelajaran sudah dilakukan dengan baik. (3) Mengelola interaksi kelas dengan baik. (4) Sudah cukup memiliki sikap terbuka dan luwes, serta membantu mengembangkan sikap positif siswa terhadap belajar. (5) Memberikan pelatihan kemampuan berbahasa dengan baik. (6) Penilaian proses dan hasil belajar yang dilakukan sudah baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71 (7) Penggunaan bahasa yang digunakan sudah baik dan penampilan guru sudah baik. Hasil pengamatan terhadap kinerja guru selama mengikuti pembelajaran
bahasa
Indonesia
dengan
menggunakan
metode
kooperatif tipe TGT (Team-Games Tournament) pada siklus II pertemuan I ditunjukkan pada tabel 17. Tabel 17. Observasi Terhadap Kinerja Guru dalam Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui Metode Kooperatif Team-Games Tournamen (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso Siklus II Pertemuan I Keterangan
Nilai
Jumlah Skor hasil pengamatan pada guru
23,8
Rata-rata hasil pengamatan terhadap guru
3,4
Berdasarkan tabel 17, total nilai kinerja guru diperoleh melalui rekapan nilai dari observasi pelaksanaan pembelajaran. Rata-rata hasil observasi pada guru adalah 3,4. Berdasarkan nilai rata-rata tersebutu diketahui bahwa kinerja guru saat mengajar termasuk dalam kategori baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 32 halaman 163. 2) Pertemuan II a) Hasil Observasi Siswa Hasil observasi siswa pada lampiran 28 halaman 151, sebagai berikut: (1) Sebanyak
25
siswa
memiliki
minat
dalam
mengikuti
pembelajaran. (2) Sebanyak 27 siwa aktif dalam pembelajaran. (3) Sebanyak 28 siswa memiliki kerjasama yang baik di dalam pembelajaran. (4) Sebanyak
26 siswa sungguh-sungguh dalam
pembelajaran.
commit to user
mengikuti
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72 Hasil
pengamatan
terhadap
siswa
selama
mengikuti
pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan metode kooperatif tipe TGT (Team-Games Tournament) pada siklus II pertemuan II ditunjukkan pada tabel 18. Tabel 18. Observasi Terhadap Kegiatan Siswa dalam Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui Metode Kooperatif Team-Games Tournamen (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso Siklus II Pertemuan II Keterangan
Persentase (%)
Minat
68,75 %
Keaktifan
71,88 %
Kerja Sama
75 %
Kesungguhan
71,88 %
Nilai rata-rata
3,25
Berdasarkan tabel 18 di atas, menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada siklus II pertemuan II, terdapat 78,13% yang berminat mengikuti pembelajaran berbicara. Siswa yang tercatat aktif sebanyak 84,38%, siswa yang mampu bekerjasama dengan baik sebanyak 87,5%, dan siswa yang bersungguh - sungguh dalam mengikuti pembelajaran berbicara sebanyak 71,88%. Tabel hasil observasi kegiatan siswa dapat dilihat pada lampiran 28 halaman 151. b) Hasil Observasi pada Guru Dilihat dari hasil pengamatan guru pada saat pelaksanaan pembelajaran
dalam
lampiran
33
halaman
165,
memperoleh
keterangan sebagai berikut: (1) Kegiatan guru mengelola ruang dan fasilitas pembelajaran baik. (2) Dalam pelaksanaan pembelajaran sudah dilakukan dengan baik. (3) Mengelola interaksi kelas dengan baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73 (4) Sudah cukup memiliki sikap terbuka dan luwes, serta membantu mengembangkan sikap positif siswa terhadap belajar. (5) Memberikan pelatihan kemampuan berbahasa dengan cukup baik. (6) Penilaian proses dan hasil belajar yang dilakukan sudah baik. (7) Penggunaan bahasa yang digunakan sudah baik dan penampilan guru sudah cukup. Hasil pengamatan terhadap kinerja guru selama mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan metode kooperatif tipe TGT (Team-Games Tournament) pada siklus II pertemuan II ditunjukkan pada tabel 19. Tabel 19. Observasi Terhadap Kinerja Guru dalam Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui Metode Kooperatif Team-Games Tournamen (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso Siklus II Pertemuan II Keterangan
Nilai
Jumlah Skor hasil pengamatan pada guru
24,4
Rata-rata hasil pengamatan terhadap guru
3,48
. Berdasarkan tabel 19, total nilai kinerja guru diperoleh melalui rekapan nilai dari observasi pelaksanaan pembelajaran. Rata-rata hasil observasi pada guru adalah 3,48. Berdasarkan nilai rata-rata tersebutu diketahui bahwa kinerja guru saat mengajar termasuk dalam kategori baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 33 halaman 165. Hasil pengamatan terhadap siswa pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan pada keaktifan dan peran serta siswa dalam pembelajaran. Dengan meningkatnya aktifitas siswa dalam proses pembelajaran diharapkan siswa lebih memahami materi dan dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa khususnya dalam materi menanggapi persoalan faktual Dari pengamatan
yang dilakukan, dapat diketahui bahwa
pembelajaran bahasa Indonesia yang dilaksanaakan dengan menggunakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74 metode kooperatif tipe TGT (Team-Games Tournament) pada siklus I dapat ditarik kesimpulan keaktifan siswa sudah meningkat. Hasil yang diharapkan sudah tercapai.
e. Tahap Analisis dan Refleksi Setelah melaksanakan observasi, data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan untuk di analisis. Tujuan dari refleksi adalah untuk mengetahui kendala sekaligus solusi pelaksanaan pada siklus berikutnya. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan tindakan pada pertemuan I belum menunjukkan perubahan yang berarti, baik pada keaktifan siswa maupun pada kemampuan siswa dalam berbicara. Sedangkan untuk pertemuan II telah menunjukkan perubahan yang baik. Uraian Hasil Refleksi pada Siklus II Berdasarkan hasil pengamatan observasi yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan tindakan pada pertemuai I dan pertemuan II, rata-rata hasil observasi kegiatan siswa dan rata-rata hasil observasi kinerja guru pada siklus II pertemuan I dan pertemuan II dapat dilihat pada tabel 20 sebagai berikut:
Tabel 20. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui Metode Kooperatif Team-Games Tournamen (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso Siklus II Pertemuan I dan Pertemuan II Keterangan
Pertemuan I
Pertemuan II
Hasil observasi aktivitas siswa
2,94
3,25
Berdasarkan tabel 20, tabel observasi terhadap aktivitas siswa pada siklus II pertemuan I dan pertemuan II dapat dibuat grafik sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
Gambar 9. Grafik 5 Observasi Terhadap Aktivitas Siswa dalam Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui Metode Kooperatif Team-Games Tournamen (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso Pada Siklus II
Berdasarkan hasil observasi kegiatan siswa yang telah dilakukan, terdapat peningkatan keaktifan dan partisipasi siswa dari pertemuan I ke pertemuan II yaitu dari 2,94 meningkat menjadi 3,25. Hal ini dilihat dari hasil pengamatan selama proses pembelajaran diperoleh data bahwa siswa memiliki keaktifan dan perhatian dengan kriteria istimewa, baik, dan cukup, dan kurang selama proses pembelajaran dengan indikator penilaian: siswa memiliki minat dalam mengikuti pembelajaran, siswa aktif selama pembelajaran berlangsung, siswa memiliki sikap kerjasama selama pembelajaran, dan bersungguh-sungguh dalam pembelajaran. Sebagian siswa sudah berkriteria cukup, ada siswa kurang, dan kurang sekali. Akan tetapi perlu ada peningkatan lagi pada siswa agar keseluruhan siswa dapat memenuhi indikator penilaian yang ada pada aspek aktifitas siswa selama pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76 Tabel 21. Observasi Terhadap Kinerja Guru Dalam Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui Metode Kooperatif Team-Games Tournamen (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso Siklus II Pertemuan I, dan Pertemuan II. Keterangan
Pertemuan I
Hasil observasi kinerja guru
3,4
Pertemuan II 3,48
Berdasarkan Tabel 21, tabel observasi terhadap kinerja guru pada siklus II pertemuan I, dan pertemuan II dapat dibuat grafik sebagai berikut : Gambar 10. Grafik 6 Observasi Terhadap Kinerja Guru dalam Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui Metode Kooperatif Team-Games Tournamen (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso Siklus II Pertemuan I, dan Pertemuan II.
Berdasarkan hasil observasi kinerja guru yang telah dilakukan, terdapat peningkatan kinerja guru dari pertemuan I ke pertemuan II yaitu dari 3,4 meningkat menjadi 3,48. Hal ini dilihat dari hasil pengamatan oleh observer saat guru sedang mengajar. Tugas sebagai observer dilakukan oleh guru kelas. Guru kelas mengamati dan menilai kinerja guru saat peneliti mengajar di kelas. Dari pengamatan tersebut diperoleh data bahwa kinerja guru pada pertemuan I hanya ada pada kriteria cukup, kemudian pada pertemuan II kinerja guru meningkat dan termasuk pada kriteria baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77 Keaktifan dan perhatian, serta kinerja guru siswa sangat berpengaruh terhadap nilai kemampuan bebicara, dimana KKM pada Siklus II siswa harus
dengan nilai di atas KKM harus lebih dari 80 %. Adapun hasil kemampuan berbicara yang diperoleh pada siklus II dapat dilihat pada tabel 22 dan grafik di bawah ini: Tabel 22. Frekuensi Data Nilai Kemampuan Berbicara Melalui Metode Kooperatif Team-Games Tournamen (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso Siklus II Nilai Tengah No
Interval Nilai
1
Frekuensi
Prosentase Fi.Xi
(Xi)
(fi)
58-62
60
3
180
7,66%
2
63-67
65
3
195
8,29%
3
68-72
70
4
280
11,9%
4
73-77
75
11
825
35,07%
5
78-82
78
9
702
28,85%
6
83-87
85
2
170
7,23%
32
2352
100%
Jumlah
(%)
Nilai rata-rata 2352 : 32 = 73,5 Ketuntasan klasikal 31: 32 x 100% = 96,8 % Dari tabel 22 frekuensi nilai kemampuan berbicara siswa kelas V SD Negeri Kadireso pada siklus II melalui penggunaan metode kooperatif TeamGames Tounament (TGT), dapat disajikan dalam bentuk grafik 7 pada gambar 11 sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78 Gambar 11. Grafik 7 Nilai Kemampuan Berbicara Melalui Metode Kooperatif Team-Games Tournamen (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso Siklus II
Dari frekuensi nilai pada siklus II pada tabel 22 dapat dilihat bahwa setelah melaksanakan siklus II, siswa yang memperoleh nilai 58-62 sebanyak 3 siswa atau 7,66%, siswa yang mendapat nilai 63-67 adalah sebanyak 3 siswa atau 8,29%, yang mendapat nilai 68-72 adalah 4 siswa atau sebanyak 11,9%, yang mendapat nilai 73-77 sebanyak 11 siswa atau 35,07%, yang mendapat nilai 78-82 sebanyak 9 siswa atau 28,85%, dan yang mendapat nilai 83-87 sebanyak 2 siswa atau 7,23%. Berdasarkan tabel 22, pembelajaran pada siklus II menunjukkan ratarata kelas dan peningkatan jumlah siswa yang mendatkan nilai diatas nilai KKM, sehingga pembelajaran pada siklus II sudah berhasil.
B. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk peningkatan dari hubungan antar siklus. Untuk hasil penelitian persiklus sudah disajikan pada tahap observasi (pengamatan) pada masing-masing siklus. Berdasarkan pengamatan dari analisis data yang ada, dapat dilihat adanya peningkatan kualitas proses dan hasil siswa kelas V SD Negeri Kadireso dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79 aspek kemampuan berbicara dengan menggunakan metode kooperatif TeamGames Tournament (TGT). Peningkatan kualitas proses ditunjukkan dari sebaran frekuensi sikap siswa selama pembelajaran. Yaitu dengan menunjukkan minat, kerjasama, keaktifan, serta sungguh-sungguh dalam belajar. Hal tersebut ditunjukkan dalam tabel 23 berikut: Tabel 23. Data Frekuensi Penilaian Aktivitas Siswa dalam Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui Metode Kooperatif Team-Games Tournamen (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso Siklus I dan II Tindakan
Nilai rata-rata
Siklus I
2,64
Siklus II
3,09
Berdasarkan tabel 23 maka akan dibuat grafik 8 pada gambar 12 sebagai berikut :
Gambar 12. Grafik 8 Frekuensi Penilaian Kegiatan siswa dalam Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui Metode Kooperatif TeamGames Tournamen (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso Keaktifan dan partisipasi siswa meningkat pada setiap siklus, hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan terhadap kegiatan siswa yang semula pada siklus I hanya 2,04 meningkat menjadi 3,09 pada siklus II.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80 Selanjutnya peningkatan kualitas proses pembelajaran oleh guru akan dijelaskan pada tabel 24. Tabel 24. Data Frekuensi Penilaian Kinerja Guru dalam Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui Metode Kooperatif Team-Games Tournamen (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso Siklus I dan II Tindakan
Nilai rata-rata
Siklus I
3,16
Siklus II
3,44
Berdasarkan tabel 24 maka akan dibuat grafik 9 pada gambar 13 sebagai berikut :
Gambar 13. Grafik 7 Frekuensi Penilaian Kinerja Guru dalam Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui Metode Kooperatif Team-Games Tournament (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso Kinerja guru meningkat pada setiap siklus, hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan terhadap kinerja guru yang semula pada siklus I hanya 3,16 meningkat menjadi 3,44 pada siklus II. Setelah kinerja guru di uraikan di atas, perbandingan nilai keterampilan menulis narasi melalui media gambar seri dapat dilihat pada tabel 25 sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81 Tabel 25. Perbandingan Nilai Kemampuan Berbicara melalui Metode Kooperatif Team-Games Tournamen (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso dari Tes Awal sampai Pelaksanaan Siklus II Pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso. Keterangan
Tes Awal
Siklus I
Siklus II
Nilai terendah
28
50
58
Nilai tertinggi
80
82
88
Rata-rata nilai
56,75
65,25
73,5
Siswa tuntas belajar
28,1%
68,75%
96,87%
Berdasarkan tabel 25 akan dibuat gambar 14 grafik 10 sebagai berikut :
Gambar 14. Grafik 10 Data Nilai Setiap Siklus dalam Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui Metode Kooperatif Team-Games Tournamen (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso
Penjelasan dari data di atas adalah : 1. Nilai rata-rata siswa naik dari 56,75 pada tes awal menjadi 65,25 pada siklus pertama 68, 75 dan naik lagi pada siklus kedua sebesar 73,5. 2. Siswa yang tuntas belajar pada tes awal sebanyak 28,13% atau 9 siswa, kemudian pada siklus pertama siswa yang tuntas belajar naik menjadi sebesar 68,75% atau 22 siswa dan pada siklus kedua siswa yang tuntas belajar sebesar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82 96,87% atau 31 siswa. Siswa yang tuntas belajar paling banyak adalah pada siklus kedua. B. Pembahasan Pada kondisi awal, kemampuan berbicara siswa sangat rendah, hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai pra siklus (tabel 2) yang rendah. Hanya ada 9 siswa atau 28,13% memperoleh nilai dalam kategori di atas KKM, sedangkan 23 siswa atau 71,87% siswa lainya memperoleh nilai dalam kategori di bawah KKM. Rata-rata nilai kemampuan berbicara siswa sebelum tindakan (pra siklus) ini adalah 56,75. Berdasarkan hasil pelaksanaan siklus I dan II dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan kemampuan berbicara dengan menggunakan metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT). Hal tersebut dapat dilihat pada rekapitulasi data di bawah ini: Tabel 27. Prosentase Kemampuan Berbicara melalui Metode Kooperatif Team-Games Tournamen (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadireso No
1
Kegiatan Siswa
Prosentase Ketuntasan
Prosentase
2,64
66%
3,09
77,25%
3,16
79%
3,44
86%
60%
68,75%
80%
96,87%
Keaktifan siswa dalam pembelajaran a. Siklus I b. Siklus II
2
Kinerja guru dalam pembelajaran a. Siklus I b. Siklus II
3
Kemampuan siswa dalam berbicara siklus I
4
Kemampuan siswa dalam berbicara siklus II
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83 Berdasarkan data rekapitulasi pada tabel 25 di atas, dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan pada indikator yang ditetapkan dari hasil pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II. 1) Peningkatan Keaktifan dan Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran Pada siklus I keaktifan siswa dalam berbicara nilai rata-rata siswa hanya sebanyak 2,64 atau 66% dari keseluruhan siswa, kemudian meningkat menjadi 3,09 atau 77,25% pada siklus II, hal ini membuktikan bahwa penggunaan metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran. 2) Peningkatan Kinerja Guru dalam Pembelajaran Pada siklus I kinerja guru dalam berbicara setelah dirata-rata hanya sebesar 3,16 atau 79%, kemudian pada siklus II kinerja guru meningkat menjadi 3,44 atau 86%. Hal ini menunjukkan bahwa penampilan dan penyampaian guru dalam pembelajaran menulis narasi mengalami peningkatan yang baik. 3) Peningkatan Kemampuan Siswa dalam berbicara pada Siklus I. Kemampuan berbicara siswa, pada siklus I meningkat menjadi 68,75% lebih besar sebelum dilaksanakan tindakan yang hanya sebesar 28,13%, target pada siklus I sudah dapat terlaksana dengan baik yaitu lebih dari 60% siswa sudah mencapai KKM. 4) Peningkatan Berbicara Siswa pada Siklus II. Kemampuan siswa, pada siklus I meningkat menjadi 68,75% lebih besar sebelum dilaksanakan tindakan yang hanya sebesar 28,13%, pada siklus II meningkat lagi sebesar 28,12% menjadi 96,87%. Pada siklus II sudah memenuhi target yang ingin dicapai yaitu 80% siswa sudah mencapai nilai di atas indikator keberhasilan yang ingin dicapai. Hambatan-hambatan yang ditemui pada siklus I antara lain: 1) Keaktifan siswa selama pembelajaran sudah baik namun masih belum maksimal, jarang ada siswa yang nampak bersikap aktif mengikuti proses pembelajaran berbicara khususnya dalam hal menyampaikan pendapat. Persentase keaktifan diperoleh dari jumlah siswa yang memiliki keaktifan dengan kriteria, baik sekali, baik, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84 kurang baik selama proses pembelajaran dengan indikator penilaian: siswa memiliki minat, aktif selama pembelajaran, mampu bekerjasama dengan baik selama pembelajaran dan bersungguh-sungguh dalam belajar. 2) Guru kurang memberikan motivasi kepada siswa, sehingga masih banyak siswa yang kurang termotivasi selama pembelajaran. 3) Penjelasan guru untuk aturan permainan dalam turnamen kurang sehingga banyak siswa yang masih bingung. 4)Pengkondisian kelas kurang, dan5) Suara guru kurang keras. Upaya untuk mengatasi hambatan yang ada pada siklus I yang dilaksanakan di siklus II dalam upaya perbaikan adalah 1) Untuk meningkatkan keaktifan siswa, guru harus mengutamakan cara pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center). 2) memberikan penjelasan tentang aturan permainan di dalam tournament secara lebih detail, dan 3)Memberikan reward pada siswa. Hal tersebut bertujuan agar minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran meningkat. 4) Pengkondisian kelas yang lebih baik, mencakup keseluruhan kelas dan siswanya. 5) Suara guru harus lebih nyaring dan tegas, jangan ragu-ragu untuk menegur anak yang ramai sendiri. Pembelajaran pada siklus II sudah berhasil sehingga tidak ada hambatan yang berarti. Dari analisis data dan diskusi terhadap pelaksanaan pembelajaran pada setiap siklus, secara umum telah menunjukkan perubahan yang signifikan, hal ini dapat dilihat dari perbandingan nilai terendah siswa, nilai tertinggi siswa, rata-rata kelas dan siswa yang tuntas belajar dari tes awal sampai pelaksanaan siklus II. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis narasi kelas V SD Negeri Kadireso ditandai dengan peningkatan jumlah siswa yang tuntas belajar pada tiap siklus.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa melalui metode kooperatif tipe TGT (Team-Games Tournament) dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas V SD Negeri
Kadireso tahun pelajaran 2010/2011. Peningkatan
kemampuan berbicara tersebut dapat dibuktikan dengan: 1. Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa. Kemampuan berbicara siswa mengalami peningkatan tiap siklusnya. Kemampuan berbicara siswa pada siklus I meningkat menjadi 68,75% lebih besar sebelum dilaksanakan tindakan yang hanya sebesar 28,13%, target pada siklus I sudah dapat terlaksana dengan baik yaitu lebih dari 60% siswa sudah mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum). Kemampuan siswa pada siklus II meningkat lagi sebesar 28,12% menjadi 96,87%. Pada siklus II sudah memenuhi target yang ingin dicapai yaitu 80% siswa sudah mencapai nilai di atas indikator keberhasilan yang ingin dicapai. 2. Proses Pelaksanaan Pembelajaran dengan Metode Kooperatif Tipe TGT (Team-Games Tournament) dalam meningkatkan kemampuan berbicara. Selama proses pelaksanaan pembelajaran, peneliti menemukan temuan-temuan yang dapat disimpulkan sebagai berikut : Pembelajaran
menggunakan
metode
kooperatif
Team-Games
Tournament (TGT) dapat meningkatkan kemampuan berbicara. Suasana pembelajaran lebih kondusif dibanding sebelum menggunakan metode kooperatif Team-Games Tournament (TGT). Hal ini dirasakan baik oleh siswa maupun guru yang dipantau dari hasil observasi oleh guru mitra. Suasana
dapat menciptakan hubungan dan kerjasama antara personal siswa secara baik. Hal ini dapat dilihat ketika pelaksanaan diskusi tim yang dibagi secara
commit to user 85
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86 heterogen, yaitu tim dengan anggota kelompok yang memiliki perbedaan baik dari segi kemampuan akademis, segi ekonomi, dan segi sosial yang terdiri dari 4 anak tiap timnya yang kemudian terbentuk tim A, B, C, D, E, E, F, G, H. Pembagian
kelompok
secara
heterogen
ini
dapat
mengembangkan
kemandirian dan tanggung jawab siswa serta melatih kerjasama dalam satu tim. Kekompakan di dalam tim ini menentukkan perolehan nilai bagi tim mereka masing-masing, khususnya ketika pelaksanaan turnamen. Pada pelaksanaan turnamen ini masing-masing anggota tim berlomba-lomba untuk memperoleh skor dengan menjawab soal yang diberikan oleh guru berkaitan
Suasana pembelajaran kondusif dan tercipta kompetisi, siswa berebut untuk menjawab soal dari guru. Hal ini membuktikan adanya persaingan di antara tim. Pada tahap akhir, tim yang memiliki skor tertinggi akan mendapatkan penghargaan berupa piagam penghargaan bagi Tim Super, Tim Terbaik, dan Tim Baik. Penghargaan yang diberikan diharapkan dapat membuat siswa lain menjadi termotivasi untuk meningkatkan kemampuan berbicara mereka. Dengan demikian penggunaan metode kooperatif Team-Games Tournament (TGT) dapat diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia pada khususnya dan pelajaran lain pada umumnya.
B. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian di atas terbukti metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Sehubungan dengan penelitian ini maka dapat dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut: 1. Implikasi Teoritis Penelitian ini berimplikasi pada terbukanya wawasan dan khazanah ilmu pengetahuan
tentang
penggunaan
metode
kooperatif
tipe
Team-Games
Tournament (TGT) dalam pembelajaran. Berdasarkan temuan membuktikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87 keberhasilan metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT) dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa baik dari segi proses maupun hasil. Penelitian ini menggambarkan bahwa proses dan hasil pembelajaran meningkat setelah metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT) digunakan. Penelitian ini dapat sebagai pertimbangan bagi guru lain yang ingin menggunakan metode pembelajaran sejenis sebagai metode pembelajaran. 2. Implikasi Praktis Setelah penelitian dilaksanakan, terlihat dengan jelas bahwa keberhasilan proses pembelajaran dan peningkatan hasil pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa hal. Dilihat dari sisi guru yaitu: keterampilan mengelola kelas, kemampuan guru dalam membangkitkan keaktifan, perhatian, dan ketertarikan siswa terhadap pembelajaran, serta metode, teknik atau media yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar. Pedoman penilaian yang tepat juga harus diterapkan guru disesuaikan dengan kompetensi yang akan dicapai. Sementara itu, dari sisi siswa, minat, motivasi dan lingkungan yang kondusif sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil pembelajaran.
C. Saran Berkaitan dengan simpulan dan implikasi di atas, maka peneliti dapat mengajukan saran sebagai berikut. 1. Bagi Sekolah Hendaknya sekolah mengupayakan penggunaan metode pembelajaran dalam pembelajaran bahasa Indonesia untuk dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan harapan. 2. Bagi Guru mata pelajaran bahasa Indonesia a. Guru
hendaknya
mempersiapkan
RPP
dan
melaksanakannya
agar
pembelajaran berjalan dengan baik. b. Guru sebaiknya menggunakan metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT) dalam pembelajaran aspek berbicara. c. Guru hendaknya memberikan reward agar siswa menjadi lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88 d. Adanya tindak lanjut terhadap penggunaan metode kooperatif tipe TeamGames Tournament (TGT) pada materi menanggapi persoalan faktual yang terjadi dengan alasan dan santun berbahasa yang tepat. 3. Bagi Siswa a. Siswa harus lebih mengembangkan inisiatif belajar dan mengembangkan keberanian menyampaikan gagasan. b. Siswa dapat mengaplikasikan kemampuan yang dimiliki ke dalam kehidupan sehari-hari. 4. Bagi Peneliti Lain Peneliti menyadari bahwa penelitian yang sudah dilakukan ini masih memiliki kekurangan, untuk itu bagi peneliti yang ingin mengkaji lebih jauh tentang permasalahan yang sama dengan penelitian ini hendaknya lebih cermat meningkatkan proses pelaksanaan pembelajaran agar target ketuntasan siswa dapat tercapai secara utuh dan mengupayakan pengkajian teori-teori lebih dalam yang berkaitan dengan penggunaan metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT) guna melengkapi kekurangan yang ada, serta sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan siswa yang belum tercakup dalam
penelitian
ini
agar
diperoleh
commit to user
hasil
yang
lebih
baik.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono, 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Ahmad Saebani Beni., 2008. Metode Penelitian. Bandung: CV. Pustaka Setia Anita Lie, 2010. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo Anwar Efendi, 2008. Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: Tiara Wacana Burhan Nurgiyantoro, 2010. Penilaian dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Yogyakarta: PBFE Chalin, (http://www.digilib.petra.ac.id) diakses tanggal 20 Maret 2011 Darmiyanti Zuchdi, 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Yogyakarta: PAS David Johnson, 2010. Colaborative Learning. Bandung: Nusa Media Derrek Wood, 2005. Kiat Mengatasi Gangguan Belajar. Yogyakarta: Katahati Djago Tarigan, 2006. Pendidikan Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Universitas Terbuka Etin Solihatatin dan Raharjo, 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara HG. Tarigan, 2008. Berbahasa sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Isjoni, 2010. Kooperatif Meningkatnya Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Milles and Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif. Jakarta.: UIP Mulyono Abdurrahman, 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta Puji Santosa. 2008. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Depdiknas: Universitas Terbuka Robert E. Slavin, 2010. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media Saco,(http://suhadinet.wordpress.com/2008/03/28/model-pembelajarankooperatif-tipe-tgt-teams-games-tournaments/) diakses 23 Maret 2011 Sarwiji Suwandi, 2009. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Karya Ilmiah. Surakarta: FKIP UNS Surakarta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
St. Y Slamet, 2008. Dasar-dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta: UNS Press Suharsimi Arikunto dkk, 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Sujana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito Syaiful Bahri Djamarah,2008. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta Triyanto, 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Regresif. Jakarta: Kencana Predana Media Group Winastwan Gora, 2010. Pakematik Strategi Pembelajaran Inovatif Berbasis TIK. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LAMPIRAN commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 1 Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian Bulan N o
Jenis Kegiatan
1.
Penyusunan dan pengajuan proposal Mengurus izin penelitian Perencanaan dan pengadaan penelitian Analisis data Penyusunan laporan hingga penjilidan skripsi
2.
3.
4. 5.
Februari 2011
Maret 2011
April 2011
Mei 2011
Juni 2011
Juli 2011
Agustus 2011
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 x x x x x x x x x x x x
2
x x
x
x x x x x
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 2 STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR SD KELAS V SEMESTER II MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA No. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Mendengarkan 5. Memahami cerita 5.1 Menanggapi cerita tentang peristiwa tentang suatu peristiwa yang terjadi di sekitar yang dan cerita pendek anak disampaikan secara lisan yang disampaikan secara 5.2 Mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, lisan tema, latar, dan amanat) 2.
3.
4.
Berbicara 6. Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama
Membaca 7. Memahami teks dengan membaca sekilas, membaca memindai, dan membaca cerita anak
Menulis 8. Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan fakta secara tertulis dalam bentuk ringkasan, laporan, dan puisi bebas
6.1 Mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa 6.2 Memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat
7.1 Membandingkan isi dua teks yang dibaca dengan membaca sekilas 7.2 Menemukan informasi secara cepat dari berbagai teks khusus yang dilakukan dengan membaca memindai 7.3 Menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat
8.1 Meringkas isi buku yang dipilih sendiri dengan memperhatikan penggunaan ejaan 8.2 Menulis laporan pengamatan atau kunjungan berdasarkan tahapan dengan memperhatikan penggunaan ejaan 8.3 Menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat
Sumber: Silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Kelas V BSNP tahun 2007
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 3 Nilai Kemampuan Berbicara (Sebelum Tindakan) Aspek yang Dinilai Jumlah Nilai No Nama Skor Akhir I II III IV V 1. Nur Aziz 3 2 2 2 4 13 52 2. Muhammad Riyadi 3 3 2 2 2 12 48 3. Murdoko Aji. S 2 1 2 2 3 10 40 4. Alma Faraga 1 2 1 2 1 7 28 5. Aji Mega Buwana 4 4 4 4 4 20 80 6. Anisatur Rodiyah 3 4 4 3 4 18 72 7. Arif Waksito. W 4 4 4 4 4 20 80 8. Dwi Krisdiyanto 4 4 3 3 4 18 72 9. Eksi Kristiyani 3 4 2 3 3 15 60 10. Hendrix Dika. S 4 3 4 4 4 19 76 11. Indriani 2 2 2 3 2 11 44 12. Intan Dewi. S 2 2 3 3 2 12 48 13. Murni Rahayu 3 2 2 2 3 12 48 14. Nadya Novita Sari 4 2 3 3 3 15 60 15. 3 3 3 4 4 17 68 16. Rizky Andrian. A 2 3 3 4 3 15 60 17. Shoffan Huanda. H 2 2 3 3 3 13 52 18. Siti Istiqomah 3 3 2 3 3 14 56 19. Vina Agustina 3 2 2 3 3 13 52 20. Wahyu Budi. P 3 3 2 4 3 15 60 21. Zulfa Indah. U 3 2 3 3 2 13 52 22. Aprilia Farida 3 3 4 3 2 15 60 23. Sekar Semanggi 2 3 3 2 4 14 56 24. Adam Darmawan 2 2 1 2 2 9 36 25. Afifah Kusumawati 4 3 4 4 4 19 76 26. Alan Septiawan 4 4 4 3 3 18 72 27. Anjani Hikmatul. L 2 2 1 1 2 8 32 28. Hafidz Nur Raffi. S 3 2 3 3 2 13 52 29. Khofifah Kusumawati 2 3 3 3 3 14 56 30. Muhammad Irfan. RM 3 4 2 2 4 15 60 31. Nur Hamini 3 3 2 2 2 12 48 32. Wahyu Handayani 4 4 3 4 4 19 76 Jumlah 1816 Nilai rata-rata 56,75 Nilai di bawah 62 23 Nilai di atas atau sama dengan 62 9 Ketuntasan Klasikal 9:32 X 100% 28,1%
commit to user
Ketuntasan Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterangan : Aspek yang dinilai: I. Lafal
IV. Ekspresi berbicara
II. Intonasi
V. Pemahaman Isi
III. Kelancaran Petunjuk penilaian : 1) Nilai setiap aspek yang dinilai dalam berbicara berskala antara 1 sampai 5, secara garis besar nilai 5 memiliki arti sangat baik, nilai 4 berarti baik, nilai 3 berarti cukup, nilai 2 berarti kurang, dan nilai 1 sangat kurang. 2) Jumlah skor atau total nilai diperoleh dari menjumlahkan nilai setiap aspek penilaian yang diperoleh siswa. 3) Nilai akhir yang diperoleh siswa diolah dengan menggunakan rumus: Jumlah skor X 4 = 100 4) Nilai rata-rata kelas dihitung dengan rumus: Jumlah nilai = Nilai Rata-Rata Jumlah siswa 5) Presentase ketuntasan pembelajaran berbicara dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Jumlah siswa yang nilainya tuntas X 100 % Jumlah Siswa Lembar Penilaian Kemampuan Berbicara No. Aspek yang Dinilai 1. Lafal
2.
Intonasi
3.
Kelancaran
a. b. c. d. e. a. b. c. d. e. a. b.
Deskriptor Pelafalan sangat jelas Pelafalan jelas Pelafalan cukup jelas Pelafalan kurang jelas Pelafalan tidak jelas Intonasi kata/suku kata sangat tepat Intonasi kata/suku kata tepat Intonasi kata/suku kata cukup tepat Intonasi kata/suku kata kurang tepat Intonasi kata/suku kata tidak tepat Berbicara sangat lancar Berbicara dengan lancar
commit to user
Skor 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4
perpustakaan.uns.ac.id
4.
Ekspresi berbicara
5.
Pemahaman Isi
digilib.uns.ac.id
c. d. e. a. b. c. d. e. a. b. c. d. e.
Berbicara cukup lancar Berbicara kurang lancar Berbicara tidak lancar Ekspresi berbicara sangat tepat Ekspresi berbicara tepat Ekspresi berbicara cukup tepat Ekspresi berbicara kurang tepat Ekspresi berbicara tidak tepat Sangat memahami isi pembicaraan Memahami isi pembicaraan Cukup memahami isi pembicaraan Kurang memahami isi pembicaraan Tidak memahami isi pembicaraan
commit to user
3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 4
RENCANA PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Siklus I Pertemuan I Sekolah
: SD Negeri Kadireso
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : V (Lima) / 2 (dua) Alokasi Waktu
: 2 x pertemuan (2 x 35 menit)
Hari, tanggal
: Rabu, 01 Juni 2011
I. Standar Kompetensi 2. Berbicara Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama. II. Kompetensi Dasar 2.1 Mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa. III. Indikator A. Kognitif 2.1.1 Menjelaskan persoalan faktual yang terjadi. 2.1.2 Mampu memberikan komentar terhadap persoalan faktual yang terjadi disertai alasan yang logis. B. Afektif 2.1.3 Bekerjasama dan berinteraksi dalam pembelajaran. C. Psikomotor 2.1.4 Memberikan saran untuk mengatasi persoalan yang terjadi. IV. Tujuan Pembelajaran A. Kognitif 1. Melalui tanya jawab, siswa dapat menjelaskan pengertian persoalan faktual.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Melalui tanya jawab dan penjelasan dari guru, siswa dapat menyebutkan masalah faktual yang terjadi saat ini. 3. Melalui metode TGT , siswa dapat mengetahui persoalan faktual yang terjadi saat ini. B. Afektif 1. Melalui metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT), siswa dapat bekerjasama dengan teman kelompok saat melakukan diskusi dalam pembelajaran. C. Psikomotor 1. Melalui metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT), siswa dapat memberikan saran untuk mengatasi persoalan faktual yang terjadi. V.
Dampak Pengiring Setelah pembelajaran ini selesai, diharapkan siswa dapat menanggapi dan memberikan saran terhadap persoalan-persoalan faktual yang terjadi dengan benar dalam kehidupan sehari- hari.
VI. Materi Pembelajaran 1. Pengertian persoalan faktual Persoalan faktual adalah persoalan yang nyata, yang terjadi disertai dengan fakta-fakta yang mendukung. 2. Cara Mengomentari/ menanggapi persoalan faktual a. Mengetahui sumber fakta berupa waktu dan tempat peristiwa. Apabila ada narasumber, harus ada orang yang menjadi saksi peristiwa tersebut secara tepat. b. Kelogisan kejadian, meskipun tidak menutup kemungkinan berupa peristiwa yang tidak logis. c. Kalimat memuat 5W + 1H, artinya isi fakta itu dapat dijawab dengan pertanyaan siapa, apa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana. 3. Memberi Saran Saran adalah ide atau pendapat yang diungkapkan untuk membantu atau menyelesaikan persoalan faktual.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
VII. Model dan Metode Pembelajaran 1. Model Pembelajaran a. Model Pembelajaran Kooperatif 2. Metode Pembelajaran a. Metode Teams Games-Tournament (TGT) b. Metode ceramah c. Metode diskusi kelompok d. Metode tanya jawab e. Metode penugasan VIII. Langkah-langkah Pembelajaran NO. 1.
Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan a. Guru memulai pelajaran dengan:
Waktu 5 menit
Metode Ceramah
1) Mengucapkan salam pembuka 2) Berdoa 3) Absensi 4) Persiapan
siswa
untuk
proses Tanya jawab
pembelajaran. b. Guru menanyakan materi yang terkait
Ceramah
dengan persoalan faktual. c. Guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran. 2.
Kegiatan Inti a. Eksplorasi 1) Siswa
60 menit diberi
menggali
pertanyaan
pengetahuan
untuk
Tanya jawab
siswa
mengenai persoalan faktual. 2) Siswa dijelaskan tentang pengertian persoalan faktual.
commit to user
Ceramah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Elaborasi TGT
1) Siswa dibagi menjadi 8 tim masing masing tim terdiri dari 4 siswa. 2) Siswa diberi lembar kegiatan.
Diskusi Kelompok
3) Siswa berdiskusi. 4) Siswa memulai permainan tim sesuai dengan
aturan
permainan
Penugasan
TGT
(Team-Games Tournament).
Ceramah
5) Siswa bersama guru menghitung skor hasil permainan 6) Guru mengumumkan yang menjadi pemenang dalam permainan. c. Konfirmasi 1) Guru memberikan penguatan kepada masing-masing tim melakukan
Ceramah
karena telah
pembelajaran
dengan
baik. Ceramah
2) Guru menekankan kembali materi yang telah disampaikan.
Ceramah
3) Guru menanyakan kepada siswa mengenai materi yang belum jelas. 3.
Kegiatan Penutup a. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil
5 menit Ceramah
pembelajaran. b. Guru memberi motivasi dan saran-saran
Ceramah
sebelum menutup pelajaran. c. Menutup pelajaran dengan salam.
IX. Penilaian a. Prosedur
: Tes akhir
b. Jenis tes
: Tes lisan dan tertulis
commit to user
Ceramah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 5 Lembar Kegiatan Tim (Siklus I Pertemuan I)
Nama Tim Anggota
Berikan komentar terhadap persoalan faktual berikut ini: SOAL 1:
Harga BBM naik. Harga-harga makanan pokok juga naik sebagai
dampak dari hal tersebut. Begitu pula dengan harga makanan di sekolah juga ikut naik. SOAL 2:
Pemilik peternakan lembu tidak membuang limbahnya ke sungai.
Limbah atau kotoran lembu di tampung pada suatu tempat di sekitar peternakan. Namun, bau kotorannya menyebar kemana-mana. Selain itu, menimbulkan banyak lalat di sekitar peternakan.
Penilaian : diserahkan pada guru (kebijakan guru)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 6
Lembar Kuis/Games/Permainan (Siklus I Pertemuan I)
Berikan komentar tehadap persoalan berikut ini: 1. Kenaikan harga sembako menjelang puasa. 2. Penggunaan bahan pengawet pada makanan. 3. Mahalnya biaya pendidikan yang tidak sebanding dengan fasilitas pendidikan yang memadai. 4. Adanya tanam sejuta pohon untuk penghijauan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 7 RENCANA PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Siklus I Pertemuan II Sekolah
: SD Negeri Kadireso
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : V (Lima) / 2 (dua) Alokasi Waktu
: 2 x pertemuan (2 x 35 menit)
Hari, tanggal
: Kamis, 02 Juni 2011
I. Standar Kompetensi 2. Berbicara Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama. II. Kompetensi Dasar 2.1 Mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa. III. Indikator A. Kognitif 2.1.1 Menjelaskan persoalan faktual yang terjadi. 2.1.2 Mampu memberikan komentar terhadap persoalan faktual yang terjadi disertai alasan yang logis. B. Afektif 2.1.3 Bekerjasama dan berinteraksi dalam pembelajaran. C. Psikomotor 2.1.4 Memberikan saran untuk mengatasi persoalan yang terjadi. IV. Tujuan Pembelajaran A. Kognitif 1. Melalui tanya jawab, siswa dapat menjelaskan pengertian persoalan faktual.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Melalui tanya jawab dan penjelasan dari guru, siswa dapat menyebutkan masalah faktual yang terjadi saat ini. 3. Melalui metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT) , siswa dapat mengetahui persoalan faktual yang terjadi saat ini. B. Afektif 1. Melalui metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT), siswa dapat bekerjasama dengan teman kelompok saat melakukan diskusi dalam pembelajaran. C. Psikomotor 1. Melalui metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT), siswa dapat memberikan saran untuk mengatasi persoalan faktual yang terjadi. V.
Dampak Pengiring Setelah pembelajaran ini selesai, diharapkan siswa dapat menanggapi dan memberikan saran terhadap persoalan-persoalan faktual yang terjadi dengan benar dalam kehidupan sehari- hari.
VI. Materi Pembelajaran 1. Pengertian persoalan faktual Persoalan faktual adalah persoalan yang nyata, yang terjadi disertai dengan fakta-fakta yang mendukung. 2. Cara Mengomentari/ menanggapi persoalan faktual a. Mengetahui sumber fakta berupa waktu dan tempat peristiwa. Apabila ada narasumber, harus ada orang yang menjadi saksi peristiwa tersebut secara tepat. b. Kelogisan kejadian, meskipun tidak menutup kemungkinan berupa peristiwa yang tidak logis. c. Kalimat memuat 5W + 1H, artinya isi fakta itu dapat dijawab dengan pertanyaan siapa, apa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana. 3. Memberi Saran Saran adalah ide atau pendapat yang diungkapkan untuk membantu atau menyelesaikan persoalan faktual.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
VII. Model dan Metode Pembelajaran 1. Model Pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif 2. Metode Pembelajaran a. Metode Teams Games-Tournament (TGT) b. Metode ceramah c. Metode diskusi kelompok d. Metode tanya jawab e. Metode penugasan VIII. Langkah-langkah Pembelajaran NO. 1.
Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan a. Guru memulai pelajaran dengan:
Waktu 5 menit
1) Mengucapkan salam pembuka
Metode
Ceramah
2) Berdoa 3) Absensi 4) Persiapan
siswa
untuk
proses
pembelajaran.
Tanya jawab
b. Guru menanyakan materi yang terkait dengan persoalan faktual. c. Guru
menyampaikan
Ceramah tujuan
pembelajaran. 2.
Kegiatan Inti a. Eksplorasi 1) Siswa
60 menit diberi
menggali
pertanyaan
pengetahuan
untuk
Tanya jawab
siswa
mengenai persoalan faktual. 2) Siswa dijelaskan tentang pengertian
Ceramah
persoalan faktual. b. Elaborasi 1) Siswa dibagi menjadi 8 tim masing -
commit to user
TGT
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masing tim terdiri dari 4 siswa. 2) Siswa diberi lembar kegiatan.
Diskusi Kelompok
3) Siswa berdiskusi. 4) Guru membuat meja tournament. 5) Masing-masing siswa duduk di meja
Penugasan
turnamen sebagai wakil dari tim mereka. 6) Siswa
memulai
dengan
aturan
turnamen
sesuai
permainan
TGT
(Team-Games Tournament). 7) Siswa bersama guru menghitung
Ceramah
skor hasil turnamen. 8) Guru mengumumkan yang menjadi
Ceramah
pemenang dalam turnamen. c. Konfirmasi Ceramah
1) Guru memberikan penguatan kepada masing-masing tim melakukan
karena telah
pembelajaran
Ceramah
dengan
baik.
Ceramah
2) Guru menekankan kembali materi yang telah disampaikan.
Ceramah
3) Guru menanyakan kepada siswa mengenai materi yang belum jelas. 3.
Kegiatan Penutup a. Siswa bersama guru menyimpulkan
5 menit Ceramah
hasil pembelajaran. b. Guru memberi motivasi dan saran-saran
Ceramah
sebelum menutup pelajaran. c. Menutup pelajaran dengan salam.
commit to user
Ceramah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 8
Lembar Kegiatan Tim (Siklus I Pertemuan II) Nama Tim Anggota
Berikan komentar terhadap persoalan faktual berikut ini: SOAL 1: Menjelang hari raya, harga pakaian baik di mall maupun pasar tradisional naik. SOAL 2: Harga buah-buahan di pasar swalayan lebih mahal dibandingkan di pasar tradisional.
Penilaian : diserahkan pada guru (kebijakan guru)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 9
Soal Turnamen (Siklus I Pertemuan II)
Berikan komentar terhadap persoalan faktual berikut ini: 1. Sebagian masyarakat lebih suka berbelanja di pasar swalayan daripada di pasar tradisional. 2. Para pedagang kaki lima membuat trotoar menjadi kotor dan semrawut sehingga para pejalan kaki terganggu. 3. Para pedagang kecil kekurangan modal. 4. Kecelakaan lalu lintas terus meningkat akibat para pengguna jalan yang tidak taat aturan.
Penilaian: diserahkan pada guru (kebijakan guru)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 10
Pembagian Meja Turnamen (Siklus I Pertemuan II)
NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32.
Nama Siswa Aji Hendrix Anisatur
Tim A B C D E F G H A B C D E F G H A B C D E F G H A B C D E F G H
Arif Afifah Dwi Anjani Eksi Aprilia Nadya Irvan Risky Azis Wahyu. B Wahyu. H Sekar Murdoko Nur Vina Indriyani Hafidz Riyadi Alma Siti Zulfa Adam Alan Khofifah Murni Intan Soffan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 11 RENCANA PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Siklus II Pertemuan I Sekolah
: SD Negeri Kadireso
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : V (Lima) / 2 (dua) Alokasi Waktu
: 2 x pertemuan (2 x 35 menit)
Hari, tanggal I. Standar Kompetensi 1.
Berbicara Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama.
II. Kompetensi Dasar 2.1 Mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa. III. Indikator A. Kognitif 1. Menjelaskan persoalan faktual yang terjadi. 2. Mampu memberikan komentar terhadap persoalan faktual yang terjadi disertai alasan yang logis. B. Afektif 1. Bekerjasama dan berinteraksi dalam pembelajaran. C. Psikomotor 1. Memberikan saran untuk mengatasi persoalan yang terjadi. IV. Tujuan Pembelajaran A. Kognitif 1. Melalui tanya jawab, siswa dapat menjelaskan pengertian persoalan faktual.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Melalui tanya jawab dan penjelasan dari guru, siswa dapat menyebutkan masalah faktual yang terjadi saat ini. 3. Melalui metode TGT, siswa dapat mengetahui
persoalan faktual
yang terjadi saat ini. B. Afektif 1. Melalui metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT), siswa dapat bekerjasama dengan teman kelompok saat melakukan diskusi dalam pembelajaran. C. Psikomotor 1. Melalui metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT), siswa dapat memberikan saran untuk mengatasi persoalan 109ndustr yang terjadi. V.
Dampak Pengiring Setelah pembelajaran ini selesai, diharapkan siswa dapat menanggapi dan memberikan saran terhadap persoalan-persoalan 109ndustr yang terjadi dengan benar dalam kehidupan sehari- hari.
VI. Materi Pembelajaran 1. Pengertian persoalan faktual Persoalan 109ndustr adalah persoalan yang nyata, yang terjadi disertai dengan fakta-fakta yang mendukung. 2. Cara Mengomentari/ menanggapi persoalan faktual a. Mengetahui sumber fakta berupa waktu dan tempat peristiwa. Apabila ada narasumber, harus ada orang yang menjadi saksi peristiwa tersebut secara tepat. b. Kelogisan kejadian, meskipun tidak menutup kemungkinan berupa peristiwa yang tidak logis. c. Kalimat memuat 5W + 1H, artinya isi fakta itu dapat dijawab dengan pertanyaan siapa, apa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana. 3. Memberi Saran Saran adalah pendapat yang diungkapkan untuk membantu atau menyelesaikan persoalan faktual.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
VII. Model dan Metode Pembelajaran 1. Model Pembelajaran a. Model Pembelajaran Kooperatif 2. Metode Pembelajaran a. Metode Teams Games-Tournament (TGT) b. Metode ceramah c. Metode diskusi kelompok d. Metode tanya jawab e. Metode penugasan VIII. Langkah-langkah Pembelajaran NO. 1.
Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan a. Guru memulai pelajaran dengan:
Waktu 5 menit
Metode
Ceramah
1) Mengucapkan salam pembuka 2) Berdoa 3) Absensi 4) Persiapan
siswa
untuk
proses Tanya jawab
pembelajaran. b. Guru menanyakan materi yang terkait
Ceramah
dengan persoalan 110faktual. c. Guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran. 2.
Kegiatan Inti a. Eksplorasi 1) Siswa
60 menit diberi
menggali
pertanyaan
pengetahuan
untuk
Tanya jawab
siswa
mengenai persoalan faktual. 2) Siswa dijelaskan tentang pengertian persoalan faktual.
commit to user
Ceramah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Elaborasi 1) Siswa dibagi menjadi 8 tim masing
TGT
masing tim terdiri dari 4 siswa. 2) Siswa diberi lembar kegiatan. 3) Siswa berdiskusi.
Diskusi Kelompok
4) Siswa memulai permainan tim sesuai dengan
aturan
permainan
TGT
Penugasan
(Team-Games Tournament). 5) Siswa bersama guru menghitung
Ceramah
skor hasil permainan 6) Guru mengumumkan yang menjadi pemenang dalam permainan. c. Konfirmasi 1) Guru memberikan penguatan kepada masing-masing tim melakukan
karena telah
pembelajaran
Ceramah
dengan
baik. 2) Guru menekankan kembali materi
Ceramah
yang telah disampaikan. 3) Guru menanyakan kepada siswa
Ceramah
mengenai materi yang belum jelas. 3.
Kegiatan Penutup a. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil
5 menit Ceramah
pembelajaran. b. Guru memberi motivasi dan saran-saran
Ceramah
sebelum menutup pelajaran. c. Menutup pelajaran dengan salam.
IX. Penilaian a. Prosedur
: Tes akhir
b. Jenis tes
: Tes lisan dan tertulis
commit to user
Ceramah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 12 Lembar Kegiatan Tim (Siklus II Pertemuan I)
Nama Tim Anggota
Berikan komentar terhadap persoalan faktual berikut ini: SOAL 1:
Tingkat kejahatan di lingkungan desa mulai meningkat.
SOAL 2:
Kesadaran
masyarakat
terhadap
semakin berkurang.
Penilaian : diserahkan pada guru (kebijakan guru)
commit to user
kebersihan
lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 13
Soal Turnamen (Siklus II Pertemuan I)
SOAL 1:
Sesudah diberi peringatan oleh pemerintah, pemilik industry pencelupan kain masih tetap membuang limbahnya ke sungai. Mereka tidak memerhatikan peringatan pemerintah setempat. Alasannya, mengalirkan limbah ke sungai lebih mudah dan menghemat biaya.
SOAL 2:
Para pengusaha kecil tahu mulai mengurangi produksi tahu karena harga kedelai naik dua kali lipat. Selain itu, kedelai semakin jarang didapatkan, kalaupun ada harganya terlalu mahal.
SOAL 3:
Nelayan tradisional merasa resah akibat ulah pemburu ikan-ikan yang lebih menggunakan peralatan modern. Selain alat-alat modern itu dapat mengganggu ekosistem laut juga dapat membuat hasil tangkapan nelayan tradisional berkurang karena jumlah ikan yang semakin sedikit.
SOAL 4:
Kecelakaan lalu lintas semakin meningkat. Banyak pengguna jalan yang tidak mematuhi peraturan. tidak adanya kesadaran pengguna jalan sangat merugikan bagi pengguna jalan yang lainnya.
Penilaian : diserahkan pada guru (kebijakan guru)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 14 RENCANA PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Siklus II Pertemuan II Sekolah
: SD Negeri Kadireso
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : V (Lima) / 2 (dua) Alokasi Waktu
: 2 x pertemuan (2 x 35 menit)
Hari, tanggal
: Sabtu, 04 Juni 2011
I. Standar Kompetensi 2. Berbicara Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama. II. Kompetensi Dasar 2.1 Mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa. III. Indikator A. Kognitif 2.1.1 Menjelaskan persoalan faktual yang terjadi. 2.1.2 Mampu memberikan komentar terhadap persoalan faktual yang terjadi disertai alasan yang logis. B. Afektif 2.1.3 Bekerjasama dan berinteraksi dalam pembelajaran. C. Psikomotor 2.1.4 Memberikan saran untuk mengatasi persoalan yang terjadi. IV. Tujuan Pembelajaran A. Kognitif 1. Melalui tanya jawab, siswa dapat menjelaskan pengertian persoalan faktual.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Melalui tanya jawab dan penjelasan dari guru, siswa dapat menyebutkan masalah faktual yang terjadi saat ini. 3. Melalui metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT) , siswa dapat mengetahui persoalan faktual yang terjadi saat ini. B. Afektif 1. Melalui metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT), siswa dapat bekerjasama dengan teman kelompok saat melakukan diskusi dalam pembelajaran. C. Psikomotor 1. Melalui metode kooperatif tipe Team-Games Tournament (TGT), siswa dapat memberikan saran untuk mengatasi persoalan faktual yang terjadi. V.
Dampak Pengiring Setelah pembelajaran ini selesai, diharapkan siswa dapat menanggapi dan memberikan saran terhadap persoalan-persoalan faktual yang terjadi dengan benar dalam kehidupan sehari- hari.
VI. Materi Pembelajaran 1. Pengertian persoalan faktual Persoalan faktual adalah persoalan yang nyata, yang terjadi disertai dengan fakta-fakta yang mendukung. 2. Cara Mengomentari/ menanggapi persoalan faktual a. Mengetahui sumber fakta berupa waktu dan tempat peristiwa. Apabila ada narasumber, harus ada orang yang menjadi saksi peristiwa tersebut secara tepat. b. Kelogisan kejadian, meskipun tidak menutup kemungkinan berupa peristiwa yang tidak logis. c. Kalimat memuat 5W + 1H, artinya isi fakta itu dapat dijawab dengan pertanyaan siapa, apa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana. 3. Memberi Saran Saran adalah ide atau pendapat yang diungkapkan untuk membantu atau menyelesaikan persoalan faktual.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
VII. Model dan Metode Pembelajaran 1. Model Pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif 2. Metode Pembelajaran a. Metode Teams Games-Tournament (TGT) b. Metode ceramah c. Metode diskusi kelompok d. Metode tanya jawab e. Metode penugasan VIII. Langkah-langkah Pembelajaran NO. 1.
Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan a. Guru memulai pelajaran dengan:
Waktu 5 menit
1) Mengucapkan salam pembuka
Metode
Ceramah
2) Berdoa 3) Absensi 4) Persiapan
siswa
untuk
proses
pembelajaran.
Tanya jawab
b. Guru menanyakan materi yang terkait dengan persoalan faktual. c. Guru
menyampaikan
Ceramah tujuan
pembelajaran. 2.
Kegiatan Inti a. Eksplorasi 1) Siswa
60 menit diberi
menggali
pertanyaan
pengetahuan
untuk
Tanya jawab
siswa
mengenai persoalan faktual. 2) Siswa dijelaskan tentang pengertian
Ceramah
persoalan faktual. b. Elaborasi 1) Siswa dibagi menjadi 8 tim masing -
commit to user
TGT
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masing tim terdiri dari 4 siswa. 2) Siswa diberi lembar kegiatan.
Diskusi Kelompok
3) Siswa berdiskusi. 4) Guru membuat meja tournament. 5) Masing-masing siswa duduk di meja
Penugasan
turnamen sebagai wakil dari tim mereka. 6) Siswa
memulai
dengan
aturan
turnamen
sesuai
permainan
TGT
(Team-Games Tournament). 7) Siswa bersama guru menghitung
Ceramah
skor hasil turnamen. 8) Guru mengumumkan yang menjadi
Ceramah
pemenang dalam turnamen. c. Konfirmasi 1) Guru memberikan penguatan kepada masing-masing tim melakukan
Ceramah
karena telah
pembelajaran
dengan
baik. 2) Guru menekankan kembali materi
Ceramah
yang telah disampaikan. 3) Guru menanyakan kepada siswa
Ceramah
mengenai materi yang belum jelas. 3.
Kegiatan Penutup a. Siswa bersama guru menyimpulkan
5 menit Ceramah
hasil pembelajaran. b. Guru memberi motivasi dan saran-saran
Ceramah
sebelum menutup pelajaran. c. Menutup pelajaran dengan salam.
commit to user
Ceramah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 15
Lembar Kegiatan Tim (Siklus II Pertemuan II) Nama Tim Anggota
Berikan komentar terhadap persoalan faktual berikut ini: SOAL 1:
Kebiasaan menjaga kebersihan sebaiknya memang dipelihara sejak kecil. Jika tidak sempat belajar disiplin sejak kecil, pelajaran itu dapat dimulai dari sekarang.
SOAL 2:
Nelayan yang tidak bertanggung jawab menangkap ikan secara membabi buta memakai bahan peledak.
Penilaian : diserahkan pada guru (kebijakan guru)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 16
Soal Turnamen (Siklus I Pertemuan II)
Berikan komentar terhadap persoalan faktual berikut ini: SOAL 1:
Laut dan isinya yang beraneka ragam memberikan kekayaan yang luar biasa jika bisa mengolahnya. Tak akan ada habisnya, kita pun bebas mengambilnya tanpa harus ada yang mengatur dan mengawasinya.
SOAL 2:
Menabung adalah hal yang penting bagi kehidupan kita kelak. Banyak orang menabung di celengan dan ada pula yang lebih memilih untuk menabung di bank. Alasannya adalah karena menabung di bank jauh lebih aman.
SOAL 3:
Kebersihan kelas adalah tanggung jawab bersama. Hari itu kelas masih terlihat kotor, padahal jadwal piket sudah dibagi. Dan ternyata ini disebakan regu piket pada hari itu tidak melaksanakan tugasnya.
SOAL 4:
Pada saat upacara bendera, banyak siswa yang berbicara sendiri. Padahal seharusnya peserta upacara harus diam dan mengikuti upacara dengan khidmat.
Penilaian: diserahkan pada guru (kebijakan guru)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 17
Nilai Perolehan Tim Kelas V SD Negeri Kadireso Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) Siklus I Team
Anggota
Skor individu
Penghargaan kelompok
50 50 40 40 180 45
Tim Baik Sekali
Skor Individu
Penghargaan Kelompok
Aji Mega Buwana Eksi Kristiyani A Sekar Semanggi Siti Istiqomah Total Skor Kelompok Rata- rata Kelompok
Team
Anggota
Hendrix Dika. S Aprilia Farida B Murdoko Aji. S Zulfa Indah Utami Total Skor Kelompok Rata-rata Kelompok
Team
Anggota
50 40 40 40 170 42,5
Skor Individu
Penghargaan Kelompok
40 20 30 30 120 30
Tim Kurang Baik
Skor Individu
Penghargaan
Anisatur Rodiyah Nadya Novita. S C Nur Hamini Adam Darmawan Total Skor Kelompok Rata-rata Kelompok
Team
Anggota
Tim Baik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kelompok 50 50
Muhammad Irfan. RD D Vina Agustina Alan Septiawan Total Skor Kelompok Rata-rata Kelompok
Team
Anggota
50 40 190 47,5
Skor Individu
Penghargaan Kelompok
30 40 20 40 130 32,5
Tim Kurang Baik
Skor Individu
Penghargaan Kelompok
40 30 40 40 150 37,5
Tim Kurang Baik
Skor Individu
Penghargaan Kelompok
30 50 40 20 140 35
Tim Kurang Baik
Arif Waksito. W Rizky Andrian. A E Indriani Khofifah Kusumawati Total Skor Kelompok Rata-rata Kelompok
Team
Anggota
Afifah Kusumawati Nur Aziz F Hafizh Nur Rafii. RD Murni Rahayu Total Skor Kelompok Rata-rata Kelompok
Team
Anggota
Tim Baik Sekali
Dwi Krisdiyanto Wahyu Budi. P G Muhammad Riyadi Intan Dewi Safitri Total Skor Kelompok Rata-rata Kelompok
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Team
digilib.uns.ac.id
Anggota
Skor Individu
Penghargaan Kelompok
40 50 30 30 150 37,5
Tim Kurang Baik
Anjani Hikmatul. L Wahyu Handayani H Alma Faraga Shoffan Huanda. H Total Skor Kelompok Rata-rata Kelompok
Keterangan: Kriteria Penghargaan Kelompok: Nilai rata-rata 30-39 Tim Kurang Baik Nilai rata-rata 40-44 Tim Baik Nilai rata-rata 45-49 Tim Baik Sekali Nilai rata-rata 50
Tim Istimewa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 18 Nilai Kemampuan Berbicara Siswa kelas V SD Negeri Kadireso Siklus I Pertemuan I Aspek yang Dinilai Jumlah Nilai No Nama Ketuntasan Skor Akhir I II III IV V 1. Nur Aziz 3 3 3 3 4 16 64 Tuntas 2. Muhammad Riyadi 3 3 3 4 4 17 68 Tuntas 3. Murdoko Aji. S 2 3 3 3 4 15 60 Tidak Tuntas 4. Alma Faraga 3 3 2 2 3 11 52 Tidak Tuntas 5. Aji Mega Buwana 4 4 3 4 3 18 72 Tuntas 6. Anisatur Rodiyah 3 4 4 4 4 19 76 Tuntas 7. Arif Waksito. W 4 4 4 4 4 21 80 Tuntas 8. Dwi Krisdiyanto 4 3 3 3 3 16 64 Tuntas 9. Eksi Kristiyani 3 4 3 3 4 17 68 Tuntas 10. Hendrix Dika. S 4 3 4 3 3 16 64 Tuntas 11. Indriani 2 2 3 3 4 14 56 Tidak Tuntas 12. Intan Dewi. S 2 2 3 3 2 12 48 Tidak Tuntas 13. Murni Rahayu 3 2 1 3 3 12 48 Tidak Tuntas 14. Nadya Novita Sari 4 3 3 3 3 16 64 Tuntas 15. 3 3 3 4 4 17 68 Tuntas 16. Rizky Andrian. A 3 4 4 4 3 18 72 Tuntas 17. Shoffan Huanda. H 3 3 4 4 3 17 68 Tuntas 18. Siti Istiqomah 3 4 3 4 4 18 72 Tuntas 19. Vina Agustina 2 1 2 2 2 9 36 Tidak Tuntas 20. Wahyu Budi. P 3 3 4 4 4 18 72 Tuntas 21. Zulfa Indah. U 3 2 3 4 3 15 60 Tidak Tuntas 22. Aprilia Farida 2 4 4 3 3 16 64 Tuntas 23. Sekar Semanggi 3 4 3 3 4 17 68 Tuntas 24. Adam Darmawan 2 3 3 2 3 13 52 Tidak Tuntas 25. Afifah Kusumawati 4 3 4 3 3 17 76 Tuntas 26. Alan Septiawan 4 3 3 2 4 16 64 Tuntas 27. Anjani Hikmatul. L 3 4 3 3 3 16 64 Tuntas 28. Hafidz Nur Raffi. S 3 2 2 2 3 12 48 Tidak Tuntas 29. Khofifah. K 2 3 3 3 3 14 56 Tidak Tuntas 30. Muhammad. IRM 3 4 4 3 4 18 72 Tuntas 31. Nur Hamini 3 3 2 2 4 14 56 Tidak Tuntas 32. Wahyu Handayani 3 2 3 4 4 16 64 Tuntas Jumlah 2016 Nilai rata-rata 67,9 Nilai di bawah 62 11 Nilai di atas atau sama dengan 62 21 Ketuntasan Klasikal 21:32 X 100% 65,63%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterangan : Aspek yang dinilai: I. Lafal
IV. Ekspresi berbicara
II. Intonasi
V. Pemahaman Isi
III. Kelancaran Petunjuk penilaian : 1) Nilai setiap aspek yang dinilai dalam berbicara berskala antara 1 sampai 5, secara garis besar nilai 5 memiliki arti sangat baik, nilai 4 berarti baik, nilai 3 berarti cukup, nilai 2 berarti kurang, dan nilai 1 sangat kurang. 2) Jumlah skor atau total nilai diperoleh dari menjumlahkan nilai setiap aspek penilaian yang diperoleh siswa. 3) Nilai akhir yang diperoleh siswa diolah dengan menggunakan rumus: Jumlah skor X 4 = 100 4) Nilai rata-rata kelas dihitung dengan rumus: Jumlah nilai Jumlah siswa 5) Presentase ketuntasan pembelajaran berbicara dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Jumlah siswa yang nilainya tuntas X 100 % Jumlah Siswa
Lembar Penilaian Kemampuan Berbicara No. Aspek yang Dinilai 1. Lafal
2.
Intonasi
3.
Kelancaran
a. b. c. d. e. a. b. c. d. e. a.
Deskriptor Pelafalan sangat jelas Pelafalan jelas Pelafalan cukup jelas Pelafalan kurang jelas Pelafalan tidak jelas Intonasi kata/suku kata sangat tepat Intonasi kata/suku kata tepat Intonasi kata/suku kata cukup tepat Intonasi kata/suku kata kurang tepat Intonasi kata/suku kata tidak tepat Berbicara sangat lancer
commit to user
Skor 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5
perpustakaan.uns.ac.id
4.
Ekspresi berbicara
5.
Pemahaman Isi
digilib.uns.ac.id
b. c. d. e. a. b. c. d. e. a. b. c. d. e.
Berbicara dengan lancar Berbicara cukup lancar Berbicara kurang lancar Berbicara tidak lancer Ekspresi berbicara sangat tepat Ekspresi berbicara tepat Ekspresi berbicara cukup tepat Ekspresi berbicara kurang tepat Ekspresi berbicara tidak tepat Sangat memahami isi pembicaraan Memahami isi pembicaraan Cukup memahami isi pembicaraan Kurang memahami isi pembicaraan Tidak memahami isi pembicaraan
commit to user
4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 19 Nilai Kemampuan Berbicara Siswa kelas V SD Negeri Kadireso Siklus I Pertemuan II Aspek yang Dinilai Jumlah Nilai No Nama Ketuntasan Skor Akhir I II III IV V 1. Nur Aziz 3 3 4 4 3 17 68 Tuntas 2. Muhammad Riyadi 3 4 3 4 4 18 72 Tuntas 3. Murdoko Aji. S 3 3 3 4 4 17 68 Tuntas 4. Alma Faraga 3 3 3 2 3 14 56 Tidak Tuntas 5. Aji Mega Buwana 4 4 4 3 4 19 76 Tuntas 6. Anisatur Rodiyah 4 4 4 4 4 20 80 Tuntas 7. Arif Waksito. W 4 5 4 4 4 21 84 Tuntas 8. Dwi Krisdiyanto 4 4 3 3 3 17 68 Tuntas 9. Eksi Kristiyani 3 4 3 3 4 17 68 Tuntas 10. Hendrix Dika. S 4 4 4 3 3 17 68 Tuntas 11. Indriani 2 3 3 3 4 15 60 Tidak Tuntas 12. Intan Dewi. S 3 3 3 2 2 13 52 Tidak Tuntas 13. Murni Rahayu 2 2 4 3 3 14 56 Tidak Tuntas 14. Nadya Novita Sari 3 3 4 3 4 17 68 Tuntas 15. 3 3 4 4 4 18 72 Tuntas 16. Rizky Andrian. A 4 4 4 4 3 19 76 Tuntas 17. Shoffan Huanda. H 4 4 3 4 4 19 76 Tuntas 18. Siti Istiqomah 3 4 4 4 4 19 76 Tuntas 19. Vina Agustina 3 2 2 2 3 12 48 Tidak Tuntas 20. Wahyu Budi. P 3 3 4 4 3 19 76 Tuntas 21. Zulfa Indah. U 3 2 3 3 4 15 60 Tidak Tuntas 22. Aprilia Farida 3 4 3 3 4 17 68 Tuntas 23. Sekar Semanggi 3 4 4 3 4 18 72 Tuntas 24. Adam Darmawan 3 3 3 2 3 14 56 Tidak Tuntas 25. Afifah Kusumawati 4 3 4 4 4 29 76 Tuntas 26. Alan Septiawan 4 3 3 3 4 17 68 Tuntas 27. Anjani Hikmatul. L 3 4 3 4 3 17 68 Tuntas 28. Hafidz Nur Raffi. S 3 3 2 3 3 14 56 Tidak Tuntas 29. Khofifah. K 3 3 3 3 3 15 60 Tidak Tuntas 30. Muhammad. IRM 3 4 4 3 4 18 72 Tuntas 31. Nur Hamini 3 3 3 3 4 16 64 Tuntas 32. Wahyu Handayani 3 2 4 4 4 17 68 Tuntas Jumlah 2156 Nilai rata-rata 69,6 Nilai di bawah 62 9 Nilai di atas atau sama dengan 62 23 Ketuntasan Klasikal 23:32 X 100% 71,88%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterangan : Aspek yang dinilai: I. Lafal
IV. Ekspresi berbicara
II. Intonasi
V. Pemahaman Isi
III. Kelancaran Petunjuk penilaian : 1) Nilai setiap aspek yang dinilai dalam berbicara berskala antara 1 sampai 5, secara garis besar nilai 5 memiliki arti sangat baik, nilai 4 berarti baik, nilai 3 berarti cukup, nilai 2 berarti kurang, dan nilai 1 sangat kurang. 2) Jumlah skor atau total nilai diperoleh dari menjumlahkan nilai setiap aspek penilaian yang diperoleh siswa. 3) Nilai akhir yang diperoleh siswa diolah dengan menggunakan rumus: Jumlah skor X 4 = 100 4) Nilai rata-rata kelas dihitung dengan rumus:
Jumlah nilai Jumlah siswa
= Nilai Rata-Rata
6) Presentase ketuntasan pembelajaran berbicara dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Jumlah siswa yang nilainya tuntas X 100 % Jumlah Siswa Lembar Penilaian Kemampuan Berbicara No. Aspek yang Dinilai 1. Lafal
2.
Intonasi
a. b. c. d. e. a. b. c.
Deskriptor Pelafalan sangat jelas Pelafalan jelas Pelafalan cukup jelas Pelafalan kurang jelas Pelafalan tidak jelas Intonasi kata/suku kata sangat tepat Intonasi kata/suku kata tepat Intonasi kata/suku kata cukup tepat
commit to user
Skor 5 4 3 2 1 5 4 3
perpustakaan.uns.ac.id
3.
Kelancaran
4.
Ekspresi berbicara
5.
Pemahaman Isi
digilib.uns.ac.id
d. e. a. b. c. d. e. a. b. c. d. e. a. b. c. d. e.
Intonasi kata/suku kata kurang tepat Intonasi kata/suku kata tidak tepat Berbicara sangat lancar Berbicara dengan lancar Berbicara cukup lancar Berbicara kurang lancar Berbicara tidak lancer Ekspresi berbicara sangat tepat Ekspresi berbicara tepat Ekspresi berbicara cukup tepat Ekspresi berbicara kurang tepat Ekspresi berbicara tidak tepat Sangat memahami isi pembicaraan Memahami isi pembicaraan Cukup memahami isi pembicaraan Kurang memahami isi pembicaraan Tidak memahami isi pembicaraan
commit to user
2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 20 Nilai Rata-rata Kemampuan Berbicara Siswa SD Negeri Kadireso Siklus I
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Nilai Pertemuan I 64 68 60 52 72 76 80 64 68 64 56 48 48 64 68 72 68 72 36 72 60 64 68 52 76 64 64 48 56 72 56 64
Nilai Nilai RataPertemuan II rata 68 66 72 70 68 64 56 54 76 74 80 78 84 82 68 66 68 68 68 66 60 58 52 50 56 52 68 66 72 70 76 74 76 72 76 74 48 50 76 74 60 60 68 66 72 70 56 54 76 76 68 66 68 66 56 52 60 58 72 72 64 60 68 66 Rata-rata pertemuan I : 67,9 Rata-rata pertemuan II : 69,6 Rata-rata Keseluruhan : 68,75
commit to user
Keterangan Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 21
Nilai Perolehan Tim Kelas V SD Negeri Kadireso Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) Siklus II
Team
Anggota
Skor individu
Penghargaan kelompok
40 50 50 50 190 47,5
Tim Baik Sekali
Skor Individu
Penghargaan Kelompok
Aji Mega Buwana Eksi Kristiyani A Sekar Semanggi Siti Istiqomah Total Skor Kelompok Rata- rata Kelompok
Team
Anggota
Hendrix Dika. S Aprilia Farida B Murdoko Aji. S Zulfa Indah Utami Total Skor Kelompok Rata-rata Kelompok
Team
Anggota
50 40 40 50 180 45
Tim Baik
Skor Individu
Penghargaan Kelompok
40 30 50 40 160 40
Tim Baik
Anisatur Rodiyah Nadya Novita. S C Nur Hamini Adam Darmawan Total Skor Kelompok Rata-rata Kelompok
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Team
digilib.uns.ac.id
Anggota
Skor Individu 50 50
Muhammad Irfan. RD D Vina Agustina Alan Septiawan Total Skor Kelompok Rata-rata Kelompok
Team
Anggota
50 50 200 50
Anggota
Penghargaan Kelompok
40 40 30 40 160 40
Tim Baik
Skor Individu
Penghargaan Kelompok
40 40 50 40 170 42,5
Tim Baik
Skor Individu
Penghargaan Kelompok
40 50 40 50 180 45
Tim Baik
Afifah Kusumawati Nur Aziz F Hafizh Nur Rafii. RD Murni Rahayu Total Skor Kelompok Rata-rata Kelompok
Team
Anggota
Tim Istimewa
Skor Individu
Arif Waksito. W Rizky Andrian. A E Indriani Khofifah Kusumawati Total Skor Kelompok Rata-rata Kelompok
Team
Penghargaan Kelompok
Dwi Krisdiyanto Wahyu Budi. P G Muhammad Riyadi Intan Dewi Safitri Total Skor Kelompok Rata-rata Kelompok
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Team
digilib.uns.ac.id
Anggota
Skor Individu
Penghargaan Kelompok
40 50 40 30 160 40
Tim Baik
Anjani Hikmatul. L Wahyu Handayani H Alma Faraga Shoffan Huanda. H Total Skor Kelompok Rata-rata Kelompok Keterangan: Kriteria Penghargaan Kelompok: Nilai rata-rata 30-39 Tim Kurang Baik Nilai rata-rata 40-44 Tim Baik Nilai rata-rata 45-49 Tim Baik Sekali Nilai rata-rata 50
Tim Istimewa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 22 Nilai Kemampuan Berbicara Siswa kelas V SD Negeri Kadireso Siklus II Pertemuan I Aspek yang Dinilai Jumlah Nilai No Nama Ketuntasan Akhir I II III IV V Skor 1. Nur Aziz 3 4 4 4 3 18 72 Tuntas 2. Muhammad Riyadi 3 5 3 4 4 19 76 Tuntas 3. Murdoko Aji. S 3 3 4 4 4 18 72 Tuntas 4. Alma Faraga 3 3 3 3 3 15 60 Tidak Tuntas 5. Aji Mega Buwana 4 4 4 3 5 20 80 Tuntas 6. Anisatur Rodiyah 4 4 4 4 5 21 84 Tuntas 7. Arif Waksito. W 4 5 4 4 5 22 88 Tuntas 8. Dwi Krisdiyanto 4 4 3 4 3 18 72 Tuntas 9. Eksi Kristiyani 3 4 3 4 4 18 72 Tuntas 10. Hendrix Dika. S 4 4 4 4 3 19 76 Tuntas 11. Indriani 3 4 3 4 3 17 68 Tuntas 12. Intan Dewi. S 2 3 4 3 3 15 60 Tidak Tuntas 13. Murni Rahayu 3 3 3 3 3 15 60 Tidak Tuntas 14. Nadya Novita Sari 3 3 4 4 4 18 72 Tuntas 15. 3 3 4 4 5 19 76 Tuntas 16. Rizky Andrian. A 4 4 4 4 4 20 80 Tuntas 17. Shoffan Huanda. H 3 4 4 4 4 19 76 Tuntas 18. Siti Istiqomah 4 4 4 3 4 19 76 Tuntas 19. Vina Agustina 3 3 3 2 3 14 56 Tidak Tuntas 20. Wahyu Budi. P 3 4 4 5 4 20 80 Tuntas 21. Zulfa Indah. U 3 3 4 3 3 16 64 Tuntas 22. Aprilia Farida 3 4 4 4 4 19 72 Tuntas 23. Sekar Semanggi 3 4 4 4 4 19 72 Tuntas 24. Adam Darmawan 3 3 2 4 3 15 60 Tidak Tuntas 25. Afifah Kusumawati 4 3 4 4 5 20 80 Tuntas 26. Alan Septiawan 4 4 3 3 4 18 72 Tuntas 27. Anjani Hikmatul. L 3 4 3 4 4 18 72 Tuntas 28. Hafidz Nur Raffi. S 4 3 2 3 3 15 60 Tidak Tuntas 29. Khofifah. K 3 3 3 4 3 16 64 Tuntas 30. Muhammad. IRM 3 4 4 3 4 18 72 Tuntas 31. Nur Hamini 3 3 3 4 4 17 64 Tuntas 32. Wahyu Handayani 4 3 4 4 4 19 76 Tuntas Jumlah 2284 Nilai rata-rata 70,5 Nilai di bawah 62 6 Nilai di atas atau sama dengan 62 26 Ketuntasan Klasikal 26:32 X 100% 81,25%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterangan : Aspek yang dinilai: I. Lafal
IV. Ekspresi berbicara
II.
Intonasi
V. Pemahaman Isi
III.
Kelancaran
Petunjuk penilaian : 1) Nilai setiap aspek yang dinilai dalam berbicara berskala antara 1 sampai 5, secara garis besar nilai 5 memiliki arti sangat baik, nilai 4 berarti baik, nilai 3 berarti cukup, nilai 2 berarti kurang, dan nilai 1 sangat kurang. 2) Jumlah skor atau total nilai diperoleh dari menjumlahkan nilai setiap aspek penilaian yang diperoleh siswa. 3) Nilai akhir yang diperoleh siswa diolah dengan menggunakan rumus: Jumlah skor X 4 = 100 4) Nilai rata-rata kelas dihitung dengan rumus:
Jumlah nilai Jumlah siswa
= Nilai Rata-Rata
7) Presentase ketuntasan pembelajaran berbicara dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Jumlah siswa yang nilainya tuntas X 100 % Jumlah Siswa
Lembar Penilaian Kemampuan Berbicara No. Aspek yang Dinilai 1. Lafal
a. b. c. d. e.
Deskriptor Pelafalan sangat jelas Pelafalan jelas Pelafalan cukup jelas Pelafalan kurang jelas Pelafalan tidak jelas
commit to user
Skor 5 4 3 2 1
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Intonasi
3.
Kelancaran
4.
Ekspresi berbicara
5.
Pemahaman Isi
digilib.uns.ac.id
a. b. c. d. e. a. b. c. d. e. a. b. c. d. e. a. b. c. d. e.
Intonasi kata/suku kata sangat tepat Intonasi kata/suku kata tepat Intonasi kata/suku kata cukup tepat Intonasi kata/suku kata kurang tepat Intonasi kata/suku kata tidak tepat Berbicara sangat lancar Berbicara dengan lancar Berbicara cukup lancar Berbicara kurang lancar Berbicara tidak lancar Ekspresi berbicara sangat tepat Ekspresi berbicara tepat Ekspresi berbicara cukup tepat Ekspresi berbicara kurang tepat Ekspresi berbicara tidak tepat Sangat memahami isi pembicaraan Memahami isi pembicaraan Cukup memahami isi pembicaraan Kurang memahami isi pembicaraan Tidak memahami isi pembicaraan
commit to user
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 23 Nilai Kemampuan Berbicara Siswa kelas V SD Negeri Kadireso Siklus II Pertemuan II Aspek yang Dinilai Jumlah Nilai No Nama Ketuntasan Akhir I II III IV V Skor 1. Nur Aziz 4 4 4 5 3 20 80 Tuntas 2. Muhammad Riyadi 4 5 4 4 5 21 84 Tuntas 3. Murdoko Aji. S 3 4 4 4 4 19 76 Tuntas 4. Alma Faraga 4 4 3 4 3 18 72 Tuntas 5. Aji Mega Buwana 4 4 4 4 5 21 84 Tuntas 6. Anisatur Rodiyah 4 4 4 5 5 22 88 Tuntas 7. Arif Waksito. W 4 5 4 4 5 22 88 Tuntas 8. Dwi Krisdiyanto 4 4 3 4 4 19 76 Tuntas 9. Eksi Kristiyani 3 4 4 4 4 19 76 Tuntas 10. Hendrix Dika. S 4 4 4 4 4 20 80 Tuntas 11. Indriani 3 4 3 4 4 18 72 Tuntas 12. Intan Dewi. S 3 4 4 3 3 17 68 Tuntas 13. Murni Rahayu 3 3 3 4 3 16 64 Tuntas 14. Nadya Novita Sari 3 4 4 4 4 19 76 Tuntas 15. Faiqoh 3 4 4 4 5 20 80 Tuntas 16. Rizky Andrian. A 4 4 4 5 4 21 84 Tuntas 17. Shoffan Huanda. H 4 4 4 4 4 20 80 Tuntas 18. Siti Istiqomah 4 4 4 3 4 19 76 Tuntas 19. Vina Agustina 4 3 2 3 3 15 60 Tidak Tuntas 20. Wahyu Budi. P 4 4 4 5 4 21 84 Tuntas 21. Zulfa Indah. U 3 4 4 4 4 19 76 Tuntas 22. Aprilia Farida 3 4 4 4 5 20 80 Tuntas 23. Sekar Semanggi 3 4 4 4 4 19 76 Tuntas 24. Adam Darmawan 3 3 2 4 3 17 68 Tuntas 25. Afifah Kusumawati 4 3 4 4 5 20 80 Tuntas 26. Alan Septiawan 4 4 3 4 4 19 76 Tuntas 27. Anjani Hikmatul. L 3 4 4 5 4 20 80 Tuntas 28. Hafidz Nur Raffi. S 4 3 3 3 3 16 64 Tuntas 29. Khofifah. K 3 3 4 4 4 18 72 Tuntas 30. Muhammad. IRM 3 4 4 4 4 19 76 Tuntas 31. Nur Hamini 3 3 4 4 4 18 72 Tuntas 32. Wahyu Handayani 5 3 4 4 4 20 80 Tuntas Jumlah 2448 Nilai rata-rata 76,5 Nilai di bawah 62 1 Nilai di atas atau sama dengan 62 31 Ketuntasan Klasikal 31:32 X 100% 96,88%
commit to user