Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN PESERTA DIDIK MELALUI METODE INKUIRI1 Yeni Nuraeni2 Universitas Muhammadyah Tangerang
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penalaran melalui penerapan Metode Inkuiri. Penelitian ini dilaksanakan di FKIP PRODI PGSD Universitas Muhammadyah Tangerang mulai bulan Oktober- Desember 2015 dengan subjek penelitian sebanyak 337 orang peserta didik semester V. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan model Kemmis dan McTaggart yang terdiri dari empat tahap yaitu, perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.Teknik pengumpulan data menggunakan catatan lapangan, dokumentasi, dan observasi. Analisis data menggunakan analisis kualitatif model Miles & Huberman yang meliputi reduksi, display, dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan meningkatkan kemampuan penalaran peserta didik dapat secara otomatis meningkatkan dan memperbaiki kemampuan peserta didik dalam mencari berbagai solusi dalam menyelesaikan tugas dan masalah mereka dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran. Kata kunci: kemampuan, penalaran, pembelajaran, inkuiri, penelitian tindakan
1
2
Makalah disampaikan pada acara Seminar Nasional Menjadi Guru Inspirator “Kenali dan Kembangkan Kemampuan Intelegensi Emas untuk Indonesia Emas” di Prodi PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto Tanggal 30 April 2016 Koresponden mengenai isi makalah ini dapat dilakukan melalui:
[email protected]
57
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
PENDAHULUAN Produk pendidikan harus dipersiapkan menuju era generasi emas dengan berbagai kondisi yang merupakan tantangan bagi dunia pendidikan. Berikut adalah asil survey “Trends in International Math and Science” tahun 2007, yang dilakukan oleh Global Institute:
Gambar 1. Hasil survey “Trends in International Math and Science” Tahun 2007, yang dilakukan oleh Global Institute
Hasil survey di atas menunjukkan bahwa hanya lima persen peserta didik Indonesia yang mampu mengerjakan soal penalaran berkategori tinggi; padahal peserta didik. Korea dapat mencapai 71 persen. Sebaliknya, 78 persen peserta didik Indonesia dapat mengerjakan soal hapalan berkatagori rendah, sementara siswa Korea 10 persen. Hasil studi PISA tahun 2009 menempatkan Indonesia pada peringkat bawah 10 besar, dari 65 negara peserta PISA. Hampir semua peserta didik Indonesia cuma menguasai pelajaran sampai level tiga saja, sementara banyak peserta didik dari negara lain dapat menguasai pelajaran sampai level empat, lima, bahkan enam. Berikut adalah grafik perkembangan jumlah pengangguran di Indonesia dari tahun ke tahun:
Gambar 2. Perkembangan Jumlah Pengangguran Di Indonesia Dari Tahun Ke Tahun
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Pada grafik di atas nampak bahwa dari tahun ke tahun tidak seluruhnya angkatan kerja dapat terserap, dan permasalahan ini tetap belum terselesaikan hingga saat ini. Periode generasi emas diharapkan akan membawa Indonesia 58
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
pada puncak kejayaan dalam berbagai bidang yang kesemuanya memerlukan kontribusi yang sangat tinggi dari output dunia pendidikan..Berikut adalah jumlah pengangguran terbuka berdasarkan pendidikan tertinggi yang didapat di Indonesia per Agustus 2013: 2500000 2000000 1500000 1000000 500000
Agu-13
Tidak Sekolah belum tamat SD SD SMP SMA SMK Diploma Universitas
0
Gambar 3. Tabel Pengangguran Terbuka Berdasarkan Pendidikan Tertinggi Sumber Badan Pusat Statistik 2013
Pendidik menjadi bagian yang sangat penting dalam menyiapkan generasi emas, meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia melalui peningkatkan kualitas pendidikan . Sebagai pendidik peneliti akan melakukan penelitian dalam mata kuliah temataik yang pada saat ini yang pada saat ini mata kuliah pembelajaran tematik memiliki kesulitan dalam beberapa dimensi, yaitu secara teoretis, juga secara aplikatif.. Hal ini disebabkan karena di lapangan pembelajaran tematik masih banyak implementasinya menjadi pembelajaran parsial, sehingga peserta didik sulit membangun kompetensi dalam membuat desain serta implementasi pembelajaran tematik yang benar-benar sesuai dengan konsep ideal. Kemampuan melakukan penalaran menjadi sangat penting bagi peserta didik, karena dalam mengungkapkan suatu pendapat harus mempunyai landasan pendapat yang kuat, baik mengenai sebab akibat yang ada tentang suatu obyek, pengkajian terhadap suatu masalah, prediksi terhadap sesuatu hal, berpikir deduktif, maupun berpikir induktif dari materi yang dipelajari dalam memahami konsep pembelajaran tematik beserta aplikasinya di lapangan. Dari hasil observasi awal terhadap hasil ujian tengah semester V Tahun Akademik 2014/2015 yang berjumlah 337 peserta didik , peneliti menemukan 85 persent peseta didik memberikan jawaban tes tertulis secara tekstual dari Buku maupun Modul ajar terhadap masalah yang disajikan dalam Kartu soal Ujian Tengah semester, bukan berdasarkan penalaran logis , sebagian besar mengandalkan kemampuan hafalam terhadap teks yang terdapat dalam Buku maupun Modul Ajar dengan nilai terendah adalah 50. Dari uraian di atas terlihat sangat perlu diadakan penelitian tentang adanya inovasi dalam penggunaan metode perkuliahan dalam mata kuliah pembelajaran tematik yang akan meningkatkan kemampuan penalaran peserta
59
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
didik dalam mata kuliah pembelajaran tematik sesuai capaian pembelajaran yang telah ditetapkansecara optimal. METODOLOGI Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan model Kemmis dan Mc Taggart yang terdiri dari empat tahap yaitu, perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan catatan lapangan, dokumentasi, dan observasi. Analisis data menggunakan analisis kualitatif model Miles & Huberman yang meliputi reduksi, display, dan verifikasi. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hakikat Kemampuan Belajar Kemampuan penalaran peserta didik akan mempengaruhi peserta didik untuk aktif karena mereka akan mampu melakukan tindakan berfikir baik deduktif maupun induktif dalam memcahkan masalah yang dihadapi dalam tugas-tugas belajarnya. Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang bertolak pada suatu analisis dan kerangka berpikir yang digunakan untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan. Sifat analitik penalaran merupakan konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir tertentu. Tanpa adanya pola berpikir tersebut maka tidak akan ada kegiatan analisis. Analisis pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. Menurut Anton M. Moeliono penalaran (reasoning) adalah proses mengambil kesimpulan (conclution, inference) dari bahan bukti petunjuk (evidence) ataupun yang dianggap bahan bukti atau petunjuk. Sedangkan Suriasumantri mengemukakan bahwa penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Yuyun berpendapat bahwa manusia itu pada hakikatnya merupakan makhluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Sikap dan tindakannya itu bersumber pada pengetahuan yang diperbolehkannya melalui kegiatan berpikir dan merasa. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir, dan bukan dengan perasaan. Kegiatan berpikir yang tidak berdasarkan penalaran sering dinamakan intuisi. Menurut E. Zaenal Arifin dan Amran Tasai penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan. Dari paparan Yuyun dan Zaenal dapat menyimpulkan penalaran adalah kemampuan berfikir dengan ciri ciri : (1) fakta , (2) alur berpikir (analitik), (2) tujuan (kesimpulan yang berupa pengetahuan).,pengetahuan yang dihasilkan dari proses penalaran merupakan pengetahuan yang benar. Penalaran dapat dibedakan menjadi penalaran deduktif dan penalaran induktif.
60
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
B.
Hakikat Metode Inkuiri
Pengertian Metode Inquiri adalah metode pembelajaran dimana peserta didik dituntut untuk lebih aktif dalam proses penemuan, penempatan peserta didik lebih banyak belajar sendiri serta mengembangkan keaktifan dalam memecahkan masalah. Inkuiri menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar yang aktif. Barrett memberi gambaran tentang bagaimana metode inkuiri akan membuat peserta didik mampu berlatih berfikir kritis dan mandiri dalam belajar karena ada perubahan dalam pola berpikir dalam pembelajaran, tokoh ini mengambil contoh dalam pembelajaran seni. Pada metode konvensional pendidik yang bertanya: Apa yang kau lihat?, Tentang apakah ini?, dan Apakah kamu tahu?. Dengan metode inkuiri maka peserta didik akan bertanya sendiri Apa yang aku lihat? ,Ini karya snei tentang apa?, dan Bagaimana saya tahu -?. Inilah yang Barret sebut 3 pohon pertanyaan.”Barrett's three critical inquiry question stems about art—What do I see? What is the artwork about? How do I know”. Stimulus atau rangsangan akan memunculkan respon positif bagi peserta didik, apabila peserta didik merasakan suasana belajar yang penuh makna dan menyenangkan.Karena dalam kedaan aktif, mandiri, perasaan yang senang peserta didik akan mampu menyelesaikan tugas belajarnya secara optimal, tidak malas,tidak jenuh, dan terus haus akan berbagai tantangan untuk beajar. Pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri akan mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang ia dapatkan selama belajar. Metode inkuiri akan membangun kemampuan penalaran peserta didik seperti yang dikemukakan oleh Dolan dan Julia “Teaching by inquiry is touted for its potential to en- courage students to reason scientifically. Yet even when inquiry teaching is practiced, the complexity of students’ reasoning may be limited or unbalanced. In this paper, an analytic tool is shared that allows teachers to recognize when students are engaged in complex reasoning during inquiry instruction. The matrix, which categorizes the complexity of students’ reasoning, was developed by using classrooms that represented “best-case scenarios” for inquiry teach- ing. When it was used in the classroom, this matrix allowed teachers to know when students’ reasoning was quite complex or when it was limited. Teachers can use this matrix to guide their reflections about in- quiry instruction and student reasoning, and this can be done individually or in collaborative teams”. Pembelajaran dengan metode inkuiri akan membangun keberanian peserta didik untuk melakukan penyelidikan ilmiah. Dalam pembelajaran mungkin penalaran peserta didik sangatlah kompleks, namun dengan melalui metode inkuiri, pendidik akan mengenali ke kompleks an penalaran peserta didik. Kompleksitaspenalaranpeserta didik, dikembangkan dengan menggunakan ruang kelas yang mewakili "skenario kasus terbaik" untuk penyelidikan. Kegiatan penyelidikan dengan melalui metode inkuiri ini dapat dilakukan secara individu ataudalam timkolaboratif.
61
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
Kasmad memberikan 5 pengertian metode inkuiri sebagai berikut: (1) proses bertanya dan mencari jawaban diambil dari abhasa Inggris inquiry; (2) kegiatan peserta didik mencari sesuatu sampai tingkat yakin/believe; (3) pernyataan,pemeriksaan atau penyelidikan; (4)rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari,menyelidiki secara sistematis ,logis,dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri dengan penuh percaya diri; (5) pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. John Dewey dalam Richad mengemukakan bahwa karena peserta didiktidak akan pernahmenjadi spesialisilmiah, jauh lebih pentingbahwa merekaharus mendapatkanbeberapa wawasanapametode ilmiah. Peserta didik telah banyak dibanjiri oleh hanya sekedar informasi, juga sesuatu yang bersifat abstrak maka sangatlah penting mereka mengenal dan memahami metode ilmiah. Metode inkuiri akan mlatih para peserta didik memahami apa saja langkah-langkah penelitian ilmiah secara sederhana.”Since the mass of pupils are never going to become scientific specialists, it is much more important that they should get some insight what scientific method means than they should copy at long range and second hand the results that scientific men have reached. Students will not go so far, perhaps, in the ‘ground covered,’ but they will be sure and intelligent as far as they do go. And it is safe to say that the few who do go on to be scientific experts will have a better preparation than if they had been swamped by a large mass of purely technical and symbolically stated information. In fact, those that do become successful] science are those who by their own power manage to avoid the pitfalls of a traditional scholastic”. Menurut Syaiful Inkuiri adalah suatu metodemengajardengankegiatan / penelaahan sesuati dengan cara mencari kesimpulan, keyakinan tertentu melalui proses berpikir / penalaran secara teratur, runtut dan bisa diterima oleh akal. Metode inquiri mmerupakan suatu metode dalam kegiatan belajar mengajar yang menghadapkan peserta didik kepada suatu keadaan atau masalah yang mereka bisa menelaah, mengetahui jawaban, dan dapat menarik suatu kesimpulan yancg masuk akal. Berdasarkan paparan para ahli di muka peneliti dapat menyimpulkan bahwa metode inkuiri adalah sejumlah langkah dalam pembelajaran yang bertujuan untuk melakukan penyelidikan untuk membangun sebuah konsep secara mandiri, melibatkan proses berfikir ilmiah peserta didik yang akan memberikan pengalaman belajar yang penuh makna kepada peserta didik dengan langkah langakah sebagai berikutSedangkan asumsi-asumsi yang mendasari metode inquiri adalah merumuskan topik inquiri dengan jelas, merumusan masalah untuk dipecahkan peserta didik menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis, peserta didik mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan atau hipotesis, menarik kesimpulan ,mengaplikasikan kesimpulan. Proses 62
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
pembelajaran dengan metode inkuiri akan membuat peserta didik aktif mengikuti pembelajaran karena sangat menarik dan penuh tantangan. C.
Hasil
Evaluasi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan penalaran peserta didik smester VI Universitas Muhammadyah Tangerang melalui metode inkuiri dilakukan dengan test tertulis dan unjuk kerja, setelah peserta didik melakukan penyelidikan pada 11 sekolah di Kota Tangerang . Evaluasi dilakukan untuk mengukur peningkatan kemampuan penalaran peserta didik.. Peningkatan kemampuan penalaran peserta didik ,ditandai dengan peningkatan dilihat dari hasil observasi dari siklus I ke siklus II yang terus mengalami peningkatan. Pada akhir siklus II rata – rata nilai pada mata kuliah Pembelajaran Tematik dari 68 naik menjadi 80, nilai terndah snaik dari 53 menjadi 60, nilai tertinggi naik dari 75 menjadi 98, pencapaian KKM naik dari 68% menjadi 85% serta kemampuan penalaran deduktif rata-rata pada siklus II mencapai 3,22,kemampuan penalaran induktif 3,20 (rentang nilai 0-4). PENUTUP Peningkatan kemampuan penalaran peserta didik akan membuat peserta didik menjadi subjek belajar yang selalu aktif dan mampu menyelesaikan masalah belajarnya secara mandiri. Pendidik harus mendesain pembelajaran yang mampu membangun kemampuan penalaran baik penalaran induktif, maupun penalaran deduktif .Pemilihan metode inkuiri merupakan salah satu metode yang tepat untuk meningkatkan kemampuan penalaran peserta didik. Lemahnya kemampuan peserta didik kita dalam kemampuan penalaran saat ini dibandingkan peserta didik dar negara –negara lain membuat pendidik harus lebih inovatif menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna dengan membangun kemampuan penalaran siswa dalam mempersiapkan Generasi Emas tahun 2030, generasi yang kreatif, inovatif , mandiri serta mampu memberdayakan seluruh potensi lokal Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Abduhreza, Muhammad, Makalah tentang Daya Saing Global (Jakarta:Paramadina) Th 2014Arifin,E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Jakarta: Mediyantama Sarana Perkasa Th, 1998 Cazdyn, Eric and Imre S, After Globalization(Noida India:Thomson Digital) Th 2011Dola, Erin Dolan and Grady,Julia Grady. Recognizing students’ scientific reasoning: A tool for categorizing complexity of reasoning during teaching by inquiry ( Journal of Science Teacher Education ) Th.2010 Badan Pusat Statistik Th2013
63
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
Kasmad dan Pratomo,Model-Model Pmbelajaran, (Bandung:Pustaka Mandiri) Th.2012 Lampert,Nancy Lampert “Inquiry and Critical Thinking”,(Jurnal Of Education ) Th.2013 Moeliono,Anton M., KembaraBahasa (Jakarta: Gramedia) Th 1989 Mushito,Joko ,MengajardenganSukses,(Jakarta:Pustaka Tunas Media) Th 2011. Richard N. Steinberg “An Inquiry into Science Education” (New York:Sense Publisher).Th 2011
64